ikat jaringan
Transcription
ikat jaringan
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 SIFAT WARNA DAN KIMIA DAGING AYAM CEMANI YANG DIRENDAM DALAM LARUTAN ASAM SITRAT (Color and Chemical Characteristics of Cemani Chicken Meat Soaked in Citric Acid Solution) PURNAMASARI, E.1, A.M. LEGOWO2 dan V.P. BINTORO2 1 Fakultas Pertanian dan Peternakan UIN SUSKA RIAU, Kampus Raja Ali Haji Jl. H.R.Soebrantas No.155 KM 18 Simpang Baru Panam, Pekanbaru-28293 2 Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro, Kampus Tembalang, Semarang ABSTRACT This research was done to measure the characteristic of the color, i.e. value CIE L*a*b* (International Commission on Illumination) lightness (L*), redness (a*), and yellowness (b*) and the chemical characteristic, i.e. pH value, total heme, melanin and iron content (Fe). Research was conducted on meat of Cemani chicken soaked in citric acid with a different level of concentration (0; 1; 1.5 and 2 %), with four replications. The result showed that the meat soaked in citric acid solution significantly affected (P < 0.5) value of L*, pH, iron, and the total heme content. Using 2 % of citric acid for five minutes resulted in the best color and chemical characteristics. Key Words: Color Characteristics, Chemical Characteristics, Citric Acid, Cemani Chicken Meat ABSTRAK Penelitian bertujuan mengukur sifat warna yaitu nilai International Commision on Illumination Lightness, redness, dan yellowness (CIE L*a*b*), mengukur sifat kimia penentu warna daging yaitu nilai pH, total heme, kadar pigmen melanin dan kadar besi (Fe). Penelitian ini dilakukan dengan merendam daging ayam Cemani jantan dalam asam (0, 1, 1,5 dan 2%), dengan empat ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perendaman daging dalam asam sitrat mempengaruhi (P < 0,05) terhadap peningkatan nilai L (lightness), penurunan pigmen melanin, derajat keasaman daging (pH), kadar besi, dan kadar total heme. Penggunaan asam sitrat 2% selama lima menit menghasilkan sifat warna dan sifat kimia terbaik. Kata Kunci: Sifat Warna, Sifat Kimia, Asam Sitrat, Daging Ayam PENDAHULUAN Karakteristik warna hitam daging diduga karena tingginya kandungan senyawa kimia penentu warna daging, seperti pada ayam Kedu hitam daging hitam dan ayam Kedu putih daging hitam serta jenis ayam Cemani. Ayamayam tersebut mempunyai keunikan pada penampilan seluruh bagian tubuhnya, yaitu cenderung berwarna lebih hitam dibandingkan dengan ayam kampung atau broiler. Diduga hitamnya ayam Cemani dan Kedu hitam ditentukan pula oleh melanin. Melanin merupakan pigmen warna hitam yang lazim terdapat pada non daging. Melanin pada umumnya tidak ditemukan pada jaringan otot, tetapi terdapat pada jaringan kulit. Ayam yang 806 berbulu dan berkulit hitam diduga mengandung melanin lebih tinggi dibandingkan dengan yang putih. Pengamatan untuk mengetahui adanya melanin pada daging ayam berwarna hitam perlu dilakukan. Sel melanosit menghasilkan melanin yang merupakan penentu warna kulit dan bulu (HILL dan MCGRAW, 2006). Menurut ORTOLANIMACHADO et al. (2009) pembentukan melanin pada dermal mirip dengan epidermal kulit. Namun, pigmen melanin juga terdapat pada jaringan membran burung selain pada kulit, bulu dalam bentuk eumelanin hitam atau coklat dan merah atau kuning pheomelanin (VELISEK et al., 2007). Warna daging berubah karena pengolahan. QIAO et al. (2002) menyatakan, bahwa warna Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 merupakan atribut kualitas yang mempengaruhi konsumen dalam menerima berbagai produk makanan, termasuk daging unggas. Warna daging yang cenderung lebih hitam memperlihatkan septicemia dan toxemia yaitu indikasi adanya patogen atau toksin dalam sistem pembuluh darah (BOULIANNE dan KING, 1998). Namun, berbeda pada ayam Cemani, hitamnya daging diketahui sebagai fibromelanosis (PURNAMASARI, 2009). Fibromelanosis merupakan efek kombinasi pigmen hitam (melanin) pada kulit dan merah pada darah di pembuluh kapiler. QIAO et al. (2001) melaporkan, bahwa derajat keasaman berkorelasi negatif terhadap nilai L* (lightness) warna daging. BOULIANNE dan KING (1998) melaporkan, bahwa warna yang lebih hitam dari warna normal fillet dada ayam memperlihatkan tingginya pH, tingginya kandungan mioglobin, dan tingginya kadar besi (Fe) serta total heme (CLARK et al., 1997). Penggunaan bahan kimia bersifat asam seperti asam sitrat dapat berdampak pada warna daging broiler yang memucat. Namun belum dikaji sejauh mana pengaruhnya terhadap warna daging ayam Cemani. Penelitian bertujuan untuk mengukur sifat warna yaitu nilai CIE Lab (International Commision on Illumination Lab) yaitu nilai Lightness (L*), redness (a*) dan yellowness (b*) dan citra digital positif melanin, mengukur sifat kimia penentu warna daging yaitu nilai pH, total heme, dan kadar Fe. MATERI DAN METODE Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging dada dari ayam Cemani jantan umur 1,5 tahun sebanyak 20 ekor (CV= 7,61%) dengan bobot rata-rata 1595 ± 11,74 g. Ayam diperoleh dari Kelompok Petani Peternak Kedu Makukuhan Temanggung Jawa Tengah. Sebagai materi penunjang digunakan larutan asam sitrat dan reagen pottasium ferrycyanide dan pottasium cyanide untuk analisa total heme, buffer pH 4 dan 7, bahan pengecatan melanin khusus masson fontana amonical silver, HClO4, HNO3 dan H2SO4 untuk analisis kadar Fe. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: spektrokalorimeter, pH meter, Atomic Absorption Spectrofotometry (AAS), sentrifus, spektrofotometer, miskroskop dengan kamera dan alat-alat penunjang lainnya seperti peralatan pemotongan ayam, freezer. Prosedur penelitian Materi penelitian yang akan diberi perlakuan diiris sesuai jumlah perlakuan dan ulangan. Penelitian dilakukan untuk mendapatkan level perendaman asam sitrat terbaik selama 5 menit dalam melunturkan warna daging ayam Cemani. Sampel diberi perlakuan perendaman dalam asam sitrat konsentrasi T0 = 0%, T1 = 1%, T2 = 1,5% dan T3 = 2%. Variabel penelitian Variabel yang diamati pada penelitian penentuan level konsentrasi asam sitrat adalah sifat warna nilai lightness (L*), redness (a*), dan yellowness (b*), total heme, nilai pH, citra digital pigmen melanin, kadar Fe. Nilai L* a* b* Pengukuran warna menggunakan spektrokolorimeter Minolta CR-400 (Minolta, Osaka, Japan) yang dilengkapi dengan sumber penerangan cahaya D65 (100 standard observer). Pigmen melanin Prosedur analisis melanin diawali dengan menggunakan metode pengecatan MassonFontana Amonical Silver. Hasil pengecatan direkam dengan mikroskop yang dilengkapi dengan kamera lalu dianalisis dengan program Adobe Photoshop 7,0. Proses penyeleksian menggunakan polygonal lasso tool. Prosesnya diawali dengan seleksi area pada foto mikrostruktur kulit. Hal tersebut dilakukan karena melanin pada umumnya terdapat pada jaringan kulit bagian basal epidermis dan dermis. Prosesnya dengan mengklik menu Select, lalu klik Save Selection, kemudian diberi nama file Nevusa, yang berarti hasil yang menunjukkan area terseleksi pada foto mikrostruktur kulit. 807 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 Proses seleksi selanjutnya adalah membatasi area warna hitam. Seleksi baru dibuat berdasarkan seleksi yang sudah ada. Klik Select > Color Range, kemudian dalam kotak dialog Color Range dilakukan pengaturan Fuzziness sebesar 150. Color Range memungkinkan pengambilan sampel warna dari tampilan image secara langsung. Warna hitam pada area kulit terseleksi di klik. Pengecatan melanin dengan metode masson fontana memperlihatkan bahwa jaringan yang berwarna hitam berarti melanin, sedangkan yang bukan hitam berarti bukan melanin. Proses awal seleksi hanya dilakukan pada bagian basal epidermis dan dermis. Penentuan warna hitam sebagai positif melanin dilakukan beberapa kali, karena warna kulit terdiri dari berbagai tingkatan warna hitam. Penambahan area dengan cara mengaktifkan tombol Add to Sample (tool Sample dengan simbol + di sampingnya). Proses seleksi diakhiri dengan mengklik tombol OK. Hasilnya disimpan dalam file Positif Melanin melalui Select > Load Selection. File tersebut yang digunakan panduan untuk menyeleksi melanin pada foto mikrostruktur otot ayam Cemani. Prosedur penentuan negatif melanin dilakukan seperti proses seleksi positif melanin. Negatif melanin ditandai oleh area kulit yang berwarna bukan hitam. Setelah seleksi disimpan, klik menu File > New > Layer via Copy atau Paste untuk menggandakan area terseleksi ke dalam layer baru. Jika layer background disembunyikan, hasil penggandaan tersebut seperti terlihat pada Gambar 1. Penentuan kandungan pigmen melanin didapat melalui penentuan persentase citra digital melanin. Prosedurnya menggunakan teknik histogram. Teknik histogram digunakan pada bidang pengolahan citra dan visi komputer, khususnya untuk menganalisis serta mendapatkan informasi dari objek yang akan diteliti, dalam hal ini adalah citra digital. Data histogram yang terbaca diperhitungkan sebagai positif melanin, yang diperlihatkan dengan warna hitam dan diperhitungkan juga negatif melanin dengan warna bukan hitam. Persentase histogram citra digital positif melanin memperlihatkan persentase melanin. Komposisi nilai positif melanin tersebut dipergunakan untuk analisis deskriptif. Data yang diperoleh digunakan Tanda panah menunjukkan warna hitam sebagai granula melanin Gambar 1. Hasil penggandaan area terseleksi. 808 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 sebagai determinasi persentase citra digital positif melanin dengan rumus (PURNAMASARI, 2009): Citra digital positif melanin (%) = Histogram Pos. Melanin × 100% Histogram (pos. + neg.) Melanin (piksel) Nilai pH Pengukuran pH sesuai dengan LEGOWO et al. (2005). Nilai pH ditentukan menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer standar pH 4 dan pH 7 (BINTORO, 2008). Kadar Fe Pengukuran kadar Fe sesuai dengan AOAC (1990). Perhitungan kadar Fe sebagai berikut: Analisis data Data variabel sifat warna (nilai L*a*b*), sifat kimia (pH, kadar Fe dan total heme) yang terkumpul dianalisis sebaran ragam dan bila terdapat pengaruh nyata akan dilakukan uji lanjut Duncan (STEEL dan TORRIE, 1995). Data variabel citra digital positif melanin dianalisis secara deskriptif. Model linier aditif matematis sebagai berikut (STEEL dan TORRIE, 1995): Yij = µ + τi + εij i = 1,2,3,4 dan j = 1,2,3,4 Yij: Hasil pengamatan dari faktor perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ : Nilai tengah umum τ i : Pengaruh faktor perlakuan ke-i εij : Galat percobaan akibat faktor perlakuan ke-i, dan ulangan ke-j Kadar Fe (dalam BK ppm) = (Fe sampel – Fe blanko)×(volume × pengenceran) Berat sampel HASIL DAN PEMBAHASAN Sifat warna daging ayam cemani Total Heme Ekstraksi protein heme mengacu pada eksperimen yang telah dilakukan oleh KRANEN et al. (1999). Hasil pembacaan digunakan sebagai determinasi kuantitatif total heme dengan rumus: Mg total pigmen = O.D. 17000 × (0,10 + d) × 1000 11,300 mg sampel O.D. d : optical density pada 540 nm : volume sianid dan ferisianid yang ditambahkan mg sampel : bobot sampel Rancangan percobaan Perendaman dalam asam sitrat dengan level konsentrasi yang berbeda terdiri atas empat perlakuan (0; 1; 1,5 dan 2%), dengan empat ulangan. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap (RAL). Nilai L* memperlihatkan tingkat lightness (kecerahan), a* sebagai redness (kemerahan) dan b* sebagai yellowness (kekuningan). Rerata nilai L*, a*, b*, citra digital melanin, pH, kadar Fe dan total heme daging yang direndam dalam asam sitrat dengan beberapa level konsentrasi disajikan pada Tabel 1. Perendaman daging dalam asam sitrat dengan level konsentrasi yang berbeda berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap nilai L* , pH, kadar Fe dan total heme dan tidak berpengaruh terhadap nilai a* dan b*. Perendaman daging dalam asam sitrat 1,5% menghasilkan nilai L* tertinggi, yaitu 40,00. Pada konsentrasi 2% dihasilkan nilai L* sebesar 39,04 yang lebih tinggi dibandingkan dengan level konsentrasi 0 dan 1% yaitu 32,82 dan 33,12. Meskipun secara statistika, nilai L* akibat perendaman dalam asam sitrat 0% tidak beda dengan 1%, begitupun nilai L* pada konsentrasi asam sitrat pada 1,5 dan 2% memperlihatkan hasil yang tidak berbeda (lihat Tabel 1). Menurut QIAO et al. (2001) nilai L berkorelasi negatif terhadap pH. Semakin rendah nilai pH akan menghasilkan nilai L* yang semakin meningkat. Daging yang 809 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 Tabel 1. Nilai L* (Lightness), a* (Redness), b* (Yellowness), citra digital melanin, pH, kadar Fe dan total heme daging yang direndam dalam asam sitrat selama 5 menit dengan level konsentrasi yang berbeda Level konsentrasi asam sitrat (%) L* a* b* Citra digital melanin (%) pH Kadar Fe (ppm) Total heme (mg/g) 0 32,82b 2,08 0,82 37,35 6,18a 43,62a 8,88a 1 33,12b 2,24 1,42 25,07 5,76b 41,85 a 7,47b 1,5 40,00a 2,21 1,07 18,77 5,48bc 35,79b 6,18c 2 39,04a 2,28 0,44 16,65 5,33c 35,24 b 3,74d Superskrip berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata (P < 0,05) cerah mempunyai pH yang lebih rendah dari daging yang berwarna lebih gelap. Menurut SERDAROGLU et al. (2007) nilai warna sampel yang direndam dalam asam lebih cerah secara signifikan (nilai L* lebih tinggi) daripada sampel yang direndam dalam air destilasi (kontrol). Kontrol memiliki nilai L* yang paling rendah, pada pH yang lebih rendah dan ion yang kuat, protein otot menjadi bertambah banyak dan memantulkan cahaya, hal inilah yang menyebabkan warna otot menjadi lebih terang. Warna daging yang sangat gelap, akan mempunyai pH tinggi dan daging yang cerah akan mempunyai pH yang rendah (FLETCHER, 1995). Meningkatnya pola L* pada perlakuan dipengaruhi oleh perendaman dalam asam sitrat yang mempengaruhi pH daging (Tabel 1). Nilai a* pada perendaman daging Cemani dalam asam sitrat tidak berbeda antar perlakuan. Nilai a* daging ayam Cemani yang mendapat perlakuan perendaman dalam asam sitrat konsentrasi 2; 1; 1,5% dan 0% yang memperlihatkan nilai berturut-turut 2,28; 2,21; 2,24 dan 2,08. Nilai b* daging ayam Cemani yang mendapat perendaman dalam asam sitrat dengan level konsentrasi 0, 1, 1,5 dan 2% berturut-turut yaitu 0,82; 1,42; 1,07 dan 0,44. Nilai b* pada daging ayam Cemani yang mendapat perlakuan perendaman dalam asam sitrat tidak berbeda antar perlakuan. Pengamatan dengan teknik histogram dilakukan untuk menganalisis warna gelap pada daging ayam Cemani. Perendaman daging dalam asam sitrat mengakibatkan adanya penurunan persentase melanin daging. Persentase tertinggi diperlihatkan pada daging ayam Cemani yang 810 direndam dalam asam sitrat 0%, yaitu sebesar 37,35%. Level konsentrasi 1; 1,5 dan 2% berturut-turut menghasilkan persentase sebesar 25,07; 18,77 dan 16,65%. Penentuan persentase citra digital juga dilakukan pada jaringan kulit ayam Cemani dan otot atau daging dada ayam broiler. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan untuk memastikan bahwa yang diamati pada jaringan otot atau daging cemani memperlihatkan melanin, karena kulit ayam Cemani mengandung melanin dan otot atau daging ayam broiler tidak mengandung melanin. Persentase citra digital melanin pada otot atau daging ayam broiler sebesar 1,42% dan pada kulit Cemani sebesar 2,68%. Daging ayam Cemani memperlihatkan persentase melanin yang lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Melanin pada umumnya tidak ditemukan pada jaringan otot, tetapi terdapat pada jaringan kulit bagian basal epidermis dan bagian dermis. Melanin juga dapat ditemukan pada jaringan kulit bagian sub kutan, namun hal tersebut sangat jarang terjadi kecuali pada ayam Cemani. Hasil analisis menggunakan citra digital mikrostruktur membuktikan bahwa melanin pada kulit seperti pada manusia. Diperlihatkan bahwa terdapat granula melanin pada jaringan kulit ayam (A1) seperti halnya granula melanin jaringan kulit manusia (B1). Melanin pada ayam cemani terdapat pada folikel jaringan kulit (A2). Kemungkian sel melanosit sebagai penghasil melanin tidak hanya terdapat pada jaringan kulit, karena melanin terdapat pada hampir semua bagian tubuh, termasuk tulang, jaringan ikat, otot dan bulu. Dengan demikian ayam yang berbulu dan berkulit hitam Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 A1 A2 A1: Ayam Cemani; A2: Hasil penggandaan citra digital positif melanin Cemani; B1 B2 B1: Manusia; B2: Hasil penggandaan citra digital positif melanin manusia. Tanda panah memperlihatkan granula melanin dalam melanosit. Gambar 2. Foto mikrostruktur jaringan kulit C1 C2 D1 D2 C1: Ayam Cemani; D1: Ayam Broiler; C2: Hasil penggandaan citra digital positif melanin ototD2: Hasil penggandaan citra digital positif melanin ayam Cemani; otot ayam Broiler. Tanda panah memperlihatkan granula melanin dalam melanosit. Gambar 3. Foto mikrostruktur jaringan otot kemungkinan mengandung melanin lebih tinggi dibandingkan dengan yang putih. Gambar 3 memperlihatkan foto mikrostruktur jaringan otot ayam Cemani (C1) dan otot ayam broiler (D1). Citra digital positif melanin pada otot Cemani memperlihatkan granula melanin yang lebih banyak daripada ayam broiler (C2 dan D2). Berdasarkan hasil analisis di atas, daging ayam Cemani secara visual berwarna lebih gelap atau hitam dibandingkan dengan ayam broiler, karena mengandung melanin lebih tinggi. STANHOPE (1996) dan CHENG et al. (2009) melaporkan, bahwa pada burung Silkie terdapat melanin di semua bagian tubuhnya, yaitu pada kulit bagian dermis, jaringan ikat, otot dan tendon serta beberapa bagian tubuh lain. Fenomena yang hampir mirip dengan ayam Cemani dan disebut dengan istilah fibromelanosis. Fibromelanosis merupakan efek kombinasi pigmen hitam (melanin) pada kulit dan merah pada darah di pembuluh kapiler. Gambar 4 memperlihatkan foto mikrostruktur jaringan otot Cemani setelah mengalami perendaman dalam asam sitrat 1% (E1); 1,5% (F1); dan 2% (G1). USUKI et al. (2003) menyatakan, bahwa terdapat pengaruh penggunaan asam terhadap sintesis melanin pada sel melanoma jaringan kulit. Seiring dengan peningkatan level konsentrasi perendaman dalam asam sitrat, terjadi penurunan persentase melanin daging. Pola penurunan nilai pH pada perlakuan memperlihatkan proses osmosis yang memperlihatkan meresapnya larutan asam ke dalam daging. AKTAS dan KAYA (2001) melaporkan, bahwa terjadi pelepasan ion H+ dalam daging pada saat dimarinasi dengan asam sitrat sehingga menurunkan derajat keasaman daging. Penurunan nilai pH mempengaruhi fungsional protein miofibril otot. 811 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 E2 E1 Kadar AS 1% Hasil penggandaan citra digital positif melanin pada kadar AS 1% F2 F1 Kadar AS 1,5% G1 Hasil penggandaan citra digital positif melanin pada kadar AS 1,5% G2 Kadar AS 2% Hasil penggandaan citra digital positif melanin pada kadar AS 2% Tanda panah memperlihatkan granula melanin dalam melanosit. Gambar 4. Foto mikrostruktur jaringan otot cemani pada perendaman dalam asam sitrat yang berbeda Terdapat perpindahan larutan dari ruang miofibrilar yang menyebabkan penurunan repulsi elektrostatik negatif di antara filamen 812 otot (ALVARADO dan MCKEE, 2007). Dada ayam mentah dengan pH lebih tinggi Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 mempunyai tampilan yang lebih hitam atau gelap (FLETCHER et al., 2000). Rataan kadar Fe daging disajikan pada Tabel 1. Perendaman daging dalam asam sitrat berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kadar Fe. Kadar Fe tertinggi ditunjukkan pada perendaman daging dalam asam sitrat 0% yaitu 43,62 ppm dan tidak berbeda dengan level konsentrasi 1%. Perendaman daging dalam asam sitrat pada level konsentrasi 1,5 dan 2% menunjukkan kadar Fe berturut-turut 35,79 dan 35,24 ppm tidak berbeda. Pola penurunan kadar Fe seiring dengan peningkatan level konsentrasi asam sitrat yang digunakan sebagai larutan perendaman. Hal ini sesuai dengan pola penurunan pH yang juga akan menurunkan kadar Fe (Tabel 1). BOULIANNE dan KING (1998) melaporkan, bahwa terdapat korelasi negatif antara kadar Fe dan nilai L*, dimana nilai L* dipengaruhi oleh pH (Tabel 1). Ditambahkannya bahwa kisaran kadar Fe pada daging ayam broiler yang lebih gelap 26,24 ± 8,7 ppm dan daging ayam broiler yang lebih terang 18,28 ± 6,05 ppm. Kadar Fe yang tinggi pada daging ayam Cemani (43,620) diduga berhubungan dengan total heme yang juga menentukan sifat warna daging (Tabel 1). Perbedaan kandungan besi pada daging dipengaruhi oleh kandungan besi pada mioglobin yang tergantung dari jenis kelamin, umur, individu dan kegiatan fisik individu ternak (CLARK et al., 1997). Namun demikian, pada kisaran level konsentrasi asam sitrat yaitu 0 hingga 2% terlihat mampu menurunkan kadar Fe. Warna daging semakin terlihat cerah seiring dengan penurunan pH akibat level konsentrasi asam sitrat yang semakin meningkat dan menurunkan kadar Fe. Rerata total heme daging disajikan pada Tabel 1. Perendaman daging dalam asam sitrat berpengaruh nyata (P < 0,05) terhadap kadar total heme. Kadar total heme tertinggi diperlihatkan pada perendaman daging dalam asam sitrat 0% yaitu 8,88 mg/g. Perendaman dalam asam sitrat 1% memperlihatkan kadar total heme sebesar 7,47 mg/g yang berbeda secara statistika pada perendaman dalam asam sitrat 0%. Begitupun pada level konsentrasi asam sitrat yang lebih tinggi pada 1,5 dan 2% yang menunjukkan pola penurunan kadar total heme. Hasil perhitungan kadar total heme pada semua perlakuan perbedaan yang nyata diantara perlakuan (P < 0,05). BOULIANNE dan KING (1998) melaporkan, bahwa kisaran total heme pada daging ayam broiler yang lebih gelap 1,47 ± 0,25 mg/g dan daging ayam broiler yang lebih terang 0,96 ± 0,22 mg/g. Rendahnya pH juga cenderung meningkatkan oksidasi oxyMb dan deoxyMb menjadi metMb coklat, yaitu berkombinasi dengan tingginya pemencaran cahaya dari permukaan daging, menyebabkan daging menjadi pucat (WARRISS, 2000). Total heme yang tinggi pada daging ayam Cemani berpengaruh terhadap warna daging. Warna daging yang lebih hitam atau gelap memperlihatkan total heme yang lebih tinggi (Tabel 1). Pola penurunan kadar total heme erat kaitannya dengan penurunan kadar Fe dan nilai pH (Tabel 1). KESIMPULAN Perendaman daging ayam Cemani dalam asam sitrat 2% selama 5 menit berpengaruh terhadap peningkatan nilai L*, penurunan pH, kadar Fe, total heme dan tidak berpengaruh terhadap nilai a* dan b*. Perendaman daging ayam Cemani dalam asam sitrat mengakibatkan penurunan citra digital melanin. Citra digital melanin otot ayam Cemani lebih banyak dibandingkan kulit Cemani dan otot ayam broiler. Berdasarkan kesimpulan di atas, untuk mendapatkan daging ayam Cemani dengan sifat warna dan kimia terbaik, maka perendaman daging dalam asam sitrat 2% dilakukan selama 5 menit. DAFTAR PUSTAKA AKTAS, N. and M. KAYA. 2001. The influence of marinating with weak organic acids and salts on the intramuscular connective tissue and sensory properties of beef. Eur. Food Res. Technol. 213: 88 – 94. ALVARADO, C. and S. McKEE. 2007. Marination to improve functional properties and safety of poultry meat. J. Appl. Poult. Res. 16: 113 – 120. AOAC. 1990. Official Method of Analysis. Association of Official Analytical Chemists, Washington, D.C. BINTORO, V.P. 2008. Teknologi Pengolahan Daging dan Analisis Produk. Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Semarang. 813 Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner 2011 CHENG-A, F.Y., F.W. HSU, H.S. CHANG, L.C. LIN, and R. SAKATA. 2009. Effect of different acids on the extraction of pepsin-solubilised collagen containing melanin from silky fowl feet. Food Chem. 113: 563 – 567. QIAO, M. and D.L. FLETCHER, D.P. SMITH and J.K. NORTHCUTT. 2001. The effect of broiler meat color on pH, moisture, water holding capacity, and emulsification capacity. Poult. Sci. 80: 676 – 680. CLARK, E.M., A.W. MAHONEY, and C.E. CARPENTER. 1997. Heme and total iron in ready-to-eat chicken. J. Agric. Food Chem. 45 (1): 124 – 126. QIAO, M., D.L. FLETCHER, D.P. SMITH and J.K. NORTHCUTT. 2002. Effects of raw broiler breast meat color variation on marination and cooked meat quality. Poult. Sci. 81: 276 – 280. FLETCHER D.L., M. QIAO, and D.P. SMITH. 2000. The relationship of raw broiler breast meat color and pH to cooked meat color and pH. Poult. Sci. 79: 784 – 788. SERDAROGLU, M., K. ABDRAIMOV and A. ÖNENÇ. 2007. The effect of marinating with citric acid solutions and grapefruit juice on cooking and quality of turkey breast. J. of Muscle Foods 18: 162 – 172. FLETCHER, D.L. 1995. Relationship of breast meat color variation to muscle pH and texture. Poult. Sci. 74: 120. HILL, G.E. and K.J. MCGRAW. 2006. Bird Coloration, vol. 1. Mechanisms and Measurements. Harvard University Press, Boston, USA. KRANEN, R.W., T.H. VAN KUPPEVELT, H.A. GOEDHART, C.H. VEERKAMP, E. LAMBOOY, and J.H. VEERKAMP. 1999. Hemoglobin and myoglobin content in muscles of broiler chickens. Poult. Sci. 78: 467 – 476. LEGOWO, A.M., NURWANTORO dan SUTARYO. 2005. Analisis Pangan. Badan Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang. PURNAMASARI, E. 2009. Sifat Warna, Kimia dan Organoleptik Daging Ayam Cemani yang Direndam dalam Asam Sitrat dengan Level Konsentrasi yang Berbeda. Tesis. Program Pasca Sarjana Universitas Diponegoro, Semarang. ORTOLANI -MACHADO, C.F., P.F. FREITAS, and C.D. FARACOA. 2009. Melanogenesis in dermal melanocytes of Japanese Silky chicken embryos. Tissue and Cell. 41(4): 239–248. Article in Press. 814 STANHOPE, B. 1996. Developing a large dark skinned meat bird by crossing with the silkie. Australian Poultry. Volume 4 OctoberNovember. Http://Home.Planet.Nl/~Stev7596 /Australa.htm. (8 Maret 2009). STEEL, R.G. and J.H. TORRIE. 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Suatu Pendekatan Biometrik. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. USUKI, A., A. OHASHI, H. SATO, Y. OCHIAI, M. ICHIHASHI and Y. FUNASAKA. 2003. The inhibitory effect of glycolic acid and lactic acid on melanin synthesis in melanoma cells. Exp. Dermatol. 12 (Suppl. 2): 43 – 50. VELISEK, J., J. DAVIDEK, and K. CEJPEK. 2007. Biosynthesis of food constituents: natural pigment. Part I - a review. Czech J. Food Sci. 25(6): 291 – 15. WARRISS, P. 2000. Meat Science: An Introductory Text. Oxon: CABI Publishing. p. 310.