selamat datang raja damai
Transcription
selamat datang raja damai
Th. XII / 124 Edisi Spesial Natal 2014 SELAMAT DATANG RAJA DAMAI Profil: Klara Dwi Kristianingtyas “Berpikir untuk Hidup dan Bertindak” Melayani Dengan dan Karena Kasih Sabda Telah Menjadi Manusia Menuju Gereja Misioner 5. KERLING Selamat Datang Sang Juru Selamat H ari Natal telah tiba dan bersoraklah seluruh muka bumi “Gloria In Excelcis Deo,” merayakan hari bahagia ini. Kemeriahan menyambut Natal bisa dilihat dan dirasakan melalui hiasan atau pernak-pernik Natal di dalam gereja-gereja dan keluarga, bahkan untuk beberapa negara atau/dan kota yang mayoritas penduduknya menganut agama Katolik, hiasan Natal mewarnai seluruh sudut kota. Sungguh suatu pesta kebersamaan yang indah dimana hampir sebagian besar penduduk bumi dari semua kalangan ikut merayakan dan merasakan kemeriahan Natal. Tetapi di satu sisi, pesta Natal kian hari kian menjadi pesta komersial. Pesta Natal menjadi identik dengan perjamuan jasmani, pesta discount, saling memberikan kado, menyanyi, pesta dansa, minum-minum dan hiasan lampu dan pohon Natal dengan segala macam variasinya. Di sisi lain, khususnya bagi umat Katolik, pesta Natal tidak boleh berhenti pada pesta lahiriah. Pesta Natal adalah pesta rohaniah. Natal adalah sejarah keselamatan bagi umat manusia, dimana Allah berkenan menjadi manusia, “Sabda telah menjadi manusia”agar kita kita bisa mengenal Allah dan cinta kasih-Nya. Maka merayakan Natal adalah menyukuri rahmat keselamatan dan kedamaian yang dianugerahkan Allah kepada kita. Itulah mengapa di dalam merayakan Natal ini, kita harus sampai kepada usaha untuk menyambut dengan pantas (hati yang bersih dan dengan semangat pertobatan) kedatangan Allah dalam gelar, “Sang Juru Selamat.” Tidak hanya dengan sebutan “Sang Juru Selamat,” bahkan dengan sebutan “Sang Raja Damai,” yang artinya Yesus lahir membawa kedamaian bagi dunia. Apakah pesta ini sampai disini? Tidak! Natal mempunyai konsekuensi dan panggilan untuk dirayakan di sepanjang hidup kita. Gerakan kasih Allah dalam peristiwa inkarnasi harus kita lanjutkan di sepanjang waktu. Kitalah yang harus mewartakan kabar sukacita ini kepada semua orang, khususnya kepada orangorang yang membutuhkan pertolongan kita, para lansia yang rindu akan penghiburan Tuhan, saudara-saudara kita yang masih dalam penderitaan dan rindu akan Tuhan. Sekali lagi, pewartaan sukacita ini tidak dibatasi oleh kalender liturgi. Di sepanjang waktu, semangat Natal harus kita wujudkan. Karena inilah identitas Kekatolikan yang harus dihidupi: orang Katolik adalah orang yang berbahagia (bersukacita) dan penuh pengharapan. Bapak, Ibu, saudara-saudari, dan anak-anak yang terkasih, selamat membaca sajian kami dalam edisi ini, dengan sukacita Natal dan penuh pengharapan. Kami, seluruh staff Mediapass dengan sukacita menghaturkan SELAMAT HARI NATAL dan RAHMAT SANG TIMUR, SANG JURU SELAMAT MENYERTAI KITA.*** Edisi 124 Th. XII Edisi Desember 2014 5 : KERLING 10 : ORBITAN UTAMA Selamat Datang Raja Damai 14 : PESONA SABDA Sabda Telah Menjadi Manusia 16 : PROFIL Aku Berpikir untuk Hidup dan Bertindak 18: OPINI SEPUTAR PAROKI 23: Melayani Dengan dan Karena Kasih 27: Percaya Pada Yesus dan Peduli Pada Sesama ORBITAN LEPAS 31: Memaknai Arti Kursus Evangelisasi Pribadi 33: Membalas Sapa Bunda Maria 37: Menuju Gereja Misioner 41: Lahirnya Hari Ibu di Indonesia 35: Santo Santa 39: Pendidikan Hasil Evaluasi dan Riwayatmu Kini... Kurikulum 2013 43: Psikologi AGAPE ada untuk Anda “Membiasakan diri untuk tidak menyimpan masalah” 48: Potret Gereja 49: Pojok Komsos & Ongkos Cetak Ketua Dewan Paroki: Pastor Antonius Sumardi, SCJ Ketua Seksi KOMSOS: Agustinus Sonny Prakoso | Sekretaris: Alberta S. Listiantrianti | Bendahara: Dian Wiardi Koordinator Unit Kerja: A. Setyo Listiantyo (0813 2813 0513), Meliputi: 1. Redaktur: A. Setyo Listiantyo, 2. Layout & Design: Agung Efrem Wijanarko & Benny Arvian, 3. Iklan: Dian Wiardi (0818 183419), 4. Wartawan & Fotografer: Paulus Sihombing, Adiya Wirawasta, Ign. Daniel Rajdali, Constantine J. Neno, Y Triasputro, Kornelius Jemada, Felicia Nediva, Agung Pradata, Veronica Putri Larosa. Koordinator Unit Media: Dian Wiardi Meliputi: 1. Web Page: Patricia Utaminingtyas, 2. Warta Paroki: Dian Wiardi , 3. Majalah MediaPASS: A. Setyo Listiantyo, 4. Radio/Video/TV: Y. Triasputro B, 5. Mading/Facebook/Twiter: Constantine Jhon Neno, Kornelius Jemada. Koordinator Unit Teknologi Informasi (IT): Sukiahwati Hartanto Meliputi: 1. Programmer: Patricia Utaminingtyas, 2. Maentenance & Jaringan: Sukiahwati Hartanto, 3. Database: Sekretariat Paroki, Email: redaksimediapass@yahoo.com | Facebook: mediapassmagz@gmail.com Web Paroki St. Stefanus: www.st-stefanus.or.id No rekening Komsos: BCA dengan no 731 0278879 an Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso 10. ORBITAN UTAMA Selamat Datang Raja Damai Sr. Atanasia FCJM B erita Natal adalah berita damai. Hidup dalam damai adalah dambaan kita semua. Hidup damai berarti hidup dalam kebahagiaan secara menyeluruh; baik relasi antara manusia - Allah, manusia - manusia, dan manusia – alam semesta. Kristus datang ke dunia ini bukanlah untuk bersenangsenang, tetapi untuk mendamaikan manusia dengan Allah dan bahkan dengan alam semesta ini. Oleh karena itulah, Kristus disebut sebagai Raja Damai. Mengapa Tuhan Yesus, Sang Mesias itu disebut sebagai Raja Damai? Karena Tuhan Yesus adalah Juruselamat dunia, yang mau mencari, menyelamatkan, dan menebus manusia berdosa. MisiNya adalah menyembuhkan dan mendamaikan dunia yang sudah rusak, jauh dari suasana damai yang sejati. Semua itu yang dilaksanakan atau ditempuh oleh Yesus dengan jalan damai, bukan jalan kekerasan, meskipun diri-Nya akhirnya menjadi korban kekerasan dunia. Dan semua yang dilakukan-Nya adalah demi kedamaian dunia itu sendiri, lebihlebih pendamaian antara manusia dan Allah yang sebelumnya telah rusak akibat dosa. Jauh sebelum kelahiran Yesus, dalam Perjanjian Lama, sosok Raja Damai telah diramalkan. Siapakah Raja Damai itu? Nabi Yesaya menyebutkan bahwa Raja Damai itu adalah “Immanuel” yang berarti Allah menyertai kita. Empat julukan yang menandai tugas-tugas-Nya sebagai Mesias adalah sebagai berikut: 1. Penasihat yang Ajaib Mesias mempunyai peran sebagai penasihat atau menjadi semacam motivator. Dengan perannya itu, Mesias selalu membangkitkan dan mendorong serta menuntun kita untuk mencapai kesuksesan hidup; bukan pertama-tama kesuksesan lahiriah, tetapi lebih kepada kesuksesan yang holistik, lahiriah dan sekaligus rohaniah. Biasanya, tugas motivator hanyalah memberikan “wejangan” atau “nasehat” untuk hidup sukses. Selebihnya, bukan urusan motivator! Yang diberi motivasi itulah yang harus mewujudkannya. Namun Mesias yang dinanti-nantikan ini sangat ajaib dan istimewa. Ia tidak hanya menasihati, tetapi juga melakukan apa yang Ia katakan. Ia tidak hanya hadir dengan kata-kata indah dan inspiratif, tetapi hadir dengan teladan yang menakjubkan. Semuanya itu ada dalam diri Yesus Kristus. 2. Allah yang Perkasa Istilah Allah perkasa memberikan keyakinan kepada bangsa Israel tentang suatu kuasa yang tidak terbatas. Mesias yang dinantikan itu mempunyai kuasa untuk melakukan 11 dalam perspektif Yesus, jauh dari sekedar penjajahan secara politik, melainkan penjajahan dari belenggu dosa. Keperkasaan Allah semestinya diarahkan ke perspektif Yesus tersebut. 3. Bapa yang Kekal Hal ini bukan saja menyatakan kekuasaan Tuhan sebagai pencipta langit dan bumi, tetapi lebih menekankan “kasih.” Sebutan Mesias sebagai Bapa menunjukkan bahwa Tuhan itu ingin menunjukkan kasihNya. Dan kasih-Nya adalah kekal abadi. Kata kekal menunjukkan action yang terus menerus. Di sinilah umat Israel diyakinkan bahwa kasih Allah itu akan terus menerus mengalir, hingga berpuncak kepada peristiwa inkarnasi, “Sabda telah menjadi daging,” dimana Allah sendiri mengutus putra-Nya yang tunggal untuk tinggal diantara manusia, sama seperti manusia, kecuali dalam hal dosa. Allah yang menjelma menjadi manusia inilah yang kita imani sebagai Allah Immanuel, yang berarti Tuhan beserta kita, Tuhan yang ada dan hadir ditengah kita. apa pun, namun tentu yang paling dirindukan oleh umat Israel adalah kuasa untuk membebaskan mereka dari segala macam penjajahan. Kehadiran Yesus ditengah mereka, memberikan harapan segar bagi mereka untuk mewujudkan kerinduan mereka. Yesus pun tidak menolak dengan harapan-harapan itu, meskipun mereka mempunyai perspektif yang berbeda. Bagi umat Israel, pembebasan yang mereka dambakan adalah pembebasan dari Roman Emperor. Sementara 4. Raja Damai Raja Damai berarti raja kebahagiaan, ketentraman dan kesejahteraan. Melalui kedatanganNya yang penuh kuasa, memberikan sukacita dan damai. Mengapa Tuhan Yesus Kristus Raja Damai datang ke dunia? Karena manusia sendiri tidak mampu menyelamatkan dirinya, maka Allah mencari jalan untuk mencari manusia melalui Yesus Kristus yang adalah jalan, kebenaran dan hidup bagi manusia. Bagaimana caranya “Raja Damai” itu datang ke dalam dunia? Melalui inkarnasi, Allah yang Mahakudus menjelma menjadi “manusia” dalam diri “Bayi Yesus.” Dengan jalan ini, Allah menyelamatkan manusia yang berdosa, supaya yang percaya memperoleh keselamatan kekal. Allah berinisiatif untuk membebaskan manusia dari belenggu dosa, sehingga manusia bisa terbebas dari murka Allah. Dosa membuat hidup jadi gelisah, sengsara dan tidak bahagia bahkan sampai menimbulkan keputus-asaan. Apa akibat kedatangan “Raja Damai” ke dalam dunia ini? Kedatangan Raja Damai membawa keselamatan bagi manusia yang percaya, manusia memperoleh jalan keselamatan, dapat bertemu dengan Allah secara pribadi, kapanpun. Manusia dapat berdamai dengan Allah, diri sendiri dan orang lain, kita menjadi alat perdamaian bagi sesama, kita dapat menikmati damai di dalam diri sendiri, keluarga, masyarakat dan dunia. Kita memperoleh jaminan masuk kerajaan damai di surga. Apa tugas kita yang telah bertemu dengan Raja Damai? Pertama, kita diharapkan menjadi manusia-manusia yang membawa damai dengan Allah, diri sendiri, orang lain dan lingkungan hidup di sekitar kehidupan kita. Kedua, kita diharapkan menjadi saluran perdamaian bagi sesama yang membutuhkan. Ketiga atau yang terakhir, kita diharapkan menjadi penjaga perdamaian di dunia sehingga alam semesta bisa bahagia selamanya. Untuk semua ini, mari kita sambut Yesus, sang Raja Damai. Selamat datang Raja damai! Gloria in excelcis Deo. *** 14. PESONA SABDA Sabda Telah Menjadi Manusia Ting Ding, SCJ D i seputar peristiwa kelahiran Yesus, Sabda Tuhan yang manakah, yang paling mempesona dan menyentuh kita? Secara subyektif saya memilih dan menawarkan Sabda berikut ini, sebagai yang paling mempesona dan pas untuk mengisi hari-hari Natal kita, “Sabda telah menjadi manusia, Ia tinggal di antara kita, dan kita sudah melihat keagungan-Nya. Keagungan itu diterima-Nya sebagai Anak tunggal Bapa. Melalui Dia kita melihat Allah dan kasih-Nya kepada kita.” (Yoh. 1:14) Kelahiran Yesus adalah peristiwa “Sabda telah menjadi daging/manusia.” Inilah keyakinan dan ajaran Gereja Katolik. Lebih lanjut Gereja menegaskan, “Yesus Kristus itu adalah sungguh Allah dan sungguh manusia, bukan setengah Allah dan setengah manusia, melainkan Yesus Kristus itu adalah Allah benar dan manusia benar, dua kodrat yang dipersatukan dalam pribadi Sang Sabda.” Barangkali kita kemudian bertanya-tanya dan/ atau dipertanyakan oleh pihak lain, “Mana ada Allah atau Tuhan kok mau menjadi manusia! Untuk apa?” Untuk menjawab pertanyaan di atas, saya menawarkan sebuah kisah yang sederhana, namun begitu menarik untuk kita renungkan. Dikisahkan sepasang suami-istri yang sedang menghabiskan waktu di malam Natal. Sang suami sudah lama tidak mau pergi ke gereja. Baginya, pergi ke gereja untuk berdoa adalah sebuah kesiaansiaan, alias buang-buang waktu. Ia tidak lagi percaya dengan adanya Tuhan. Apalagi dengan kisah Natal, baginya, tidaklah mungkin Allah menjelma menjadi manusia. Terbalik dengan istrinya. Istrinya sangat setia dan rajin untuk berdoa dan menghadiri perayaan Ekaristi di gereja. Menjelang perayaan Ekaristi malam Natal, istrinya yang soleha itu tidak lupa mengajaknya untuk ke gereja. Entah sudah berapa kali istrinya mengajaknya untuk pergi ke gereja! Yang pasti, istrinya tidak pernah bosan untuk terus mengajak dan mengajaknya. Kali ini, sekali lagi ia memberikan jawaban yang sama, “Untuk apa ke gereja dingin-dingin seperti ini, hujan salju lagi!? Percuma!” Pergilah istrinya ke gereja sendirian, menembus dinginnya musim salju dengan penuh iman dan semangat. Sejenak, ia kagum dengan semangat dan tekad istrinya untuk pergi ke gereja, yang terkadang dimatanya dilihat sebagai suatu kebodohan. Ia memilih bersantai-santai, sambil menghangatkan diri di tempat perapian, di dalam rumahnya. Ketika ia sedang menghangatkan diri di dekat perapian, ia melihat belasan burung gereja hinggap di luar jendela rumah. Hujan salju memaksa burung-burung itu untuk mencari tempat untuk berteduh. Namun tetap tidak mampu mengusir rasa dingin. Burung-burung itu kelihatan menggigil kedinginan. Ia tertegun melihat burung-burung malang tersebut dan kemudian jatuh kasihan. Ia kemudian mencari jalan untuk menolong burung-burung gereja yang menggigil kedinginan. Ia berusaha membuka jendela, supaya burung-burung itu masuk ke dalam rumah. Di dalam rumah, tentu saja mereka akan memperoleh kehangatan. Tetapi apa yang terjadi? Ketika ia membuka jendela, burungburung itu justru ketakutan dengan kehadirannya dan terbang untuk menghindarinya. Burung-burung itu hinggap disisi rumah yang lain. Ia berusaha lagi untuk membantu. Tetapi setiap kali ia mendekat, burungburung itu terbang ke sisi rumah yang lain karena ketakutan. Ia 15 yang nyata. Allah bukan sekadar menghadirkan ajaran dan teori, tetapi memberikan keteladanan yang nyata. Peristiwa Salib merupakan klimaks pengorbanan dan pembuktian cinta-Nya kepada kita melalui aksi nyata. Sabda telah menjadi manusia juga mengantarkan kepada kita, iman yang hidup bahwa Yesus adalah: “Jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui-Nya.” (bdk. Yoh. 14:6). sempat berpikir, seandainya ia menjelma menjadi seekor burung, barangkali burung-burung itu tidak akan ketakutan dan salah paham dengan maksud baiknya, “Kalau aku menjadi sesama bagi burung-burung itu dan tinggal diantara mereka, pastilah mereka akan menerimaku sebagai sahabat.” Saat ia sudah hampir putus asa untuk membantu burungburung malang, sayup-sayup ia mendengar bunyi lonceng gereja. Seketika, ia teringat istrinya yang sedang menghadiri perayaan Ekaristi, merayakan Natal; merayakan Sabda telah menjadi manusia. Ia terkesiap! Bukan hanya karena teringat istrinya, tetapi makna Natal pun pelan-pelan masuk ke dalam kesadarannya. Sabda telah menjadi daging! Mengapa Allah mau menjelma menjadi manusia? Ia yakin, seperti kerinduannya untuk menjadi burung, supaya burung-burung yang lain tidak ketakutan; begitulah Allah! Allah mau menjelma menjadi manusia dan tinggal di antara kita, supaya kita tidak ketakutan, melainkan dekat dan bersahabat. Melalui kisah sederhana di atas, kita bisa menarik benangbenang merah, tentang tujuan Allah dalam peristiwa Inkarnasi; Sabda telah menjadi manusia. Marilah kita meresapi bahwa Sabda telah menjadi manusia itu terjadi, supaya kita mampu mengenal dan mendekap cinta Allah tanpa ketakutan dan penuh pengertian yang masuk akal. “Kasih Allah dinyatakan di tengah-tengah kita yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.” (1 Yoh. 4:9). Dengan hadirnya Sabda ditengah kita, kita juga dimungkinkan untuk memperoleh contoh yang konkrit, khususnya contoh kekudusan bagi kita. “Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku.” (Mat. 11:29). Hadirnya Yesus secara fisik ditengah kita, menghadirkan cinta Santo Paulus dengan indah, merefleksikan peristiwa “Sabda telah menjadi manusia” ini. “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib.” (Flp. 2:5-8) Dengan terharu, bangga, penuh iman dan sekaligus kerendahan hati, kita sambut untaian iman yang mempesona, yang memancar dari dalam diri St. Paulus. Namun di waktu yang sama, kita ditantang untuk mempunyai gerakan yang sama dengan misi Allah, yakni menjadi sesama bagi yang lain; khususnya bagi mereka yang membutuhkan. Natal ini akan begitu bermakna bagi kita, kalau kita mampu menjadi “sesama” (tinggal bersama, menjadi sahabat, mengambil rupa hamba) bagi orang-orang disekitar kita. Itulah hadiah terindah bagi bayi Yesus, yang telah lahir ditengahtengah kita.*** 16. PROFIL Aku Berpikir untuk Hidup dan Bertindak -Put- A nak muda dan pemikirannya, seringkali terbatasi oleh pertanggungjawaban dari setiap pilihan untuk bertindak. Besarnya tanggung jawab dalam setiap pilihan itu tidak jarang memberikan ketakutan akan ketersesatan atas sebuah jalan kepada anak-anak muda yang memang sedang berjuang untuk menemukan jati diri mereka. Dalam era teknologi yang sedang booming dan fenomena pergaulan tanpa batas ini, MediaPASS akan mengupas sosok seorang muda yang sedang bergulat dalam pencarian jati diri, yang sering berada dalam “persimpangan” di antara pilihan untuk berpikir dan bertindak bebas, dengan pilihan untuk bertindak dalam koridor kepercayaan dan tanggung jawab. Siapakah dia? Sebaiknya mari kita simak aja tuturan menarik tentang profil berikut ini.Dari sekian banyak laskar-laskar Kristus yang disiapkan Gereja untuk meneruskan generasi Katolik, kita masuk melongok sebuah komunitas di dalam gereja yang disebut Putra-putri Altar. Komunitas ini merupakan ladang dan prioritas terbaik yang dimiliki Gereja untuk menyuntikan semangat pelayanan bagi anak-anak muda. Melalui komunitas atau organisasi ini, banyak anak-anak muda tertantang untuk belajar banyak hal, terutama belajar untuk hidup dalam iman dan mengenal diri. Seperti halnya Yesus ketika masih muda. Ia belajar menjadi manusia dari ayah-Nya, sang tukang kayu. Kini, anak-anak muda sekarang, diberi kesempatan seluas mungkin untuk terlibat dalam pelayanan Gereja, sehingga dimungkinkan untuk belajar menemukan jati diri. Dengan menjadi putra-putri Altar, anak-anak muda sering ditatapkan kepada suatu komitmen untuk bertanya diri, “Siapakah aku?” Tidak terkecuali dengan Klara Dwi Kristianingtyas! Ia yang adalah Ketua Umum Putra-Putri Altar St. Stefanus, yang akan melepaskan jabatannya di akhir Desember 2014 ini, pun tidak terlepas dari pengalaman “Anak muda tidak mampu menemukan dirinya sendiri karena belum mendapatkan pemikirannya. Semakin banyak kita bertanya untuk diri sendiri dan menjawabnya merupakan sebuah keputusan untuk menemukan diri sendiri.” untuk bertanya diri tentang siapakah dirinya melalui pelayanan sebagai putri altar, dan bahkan dipercaya sebagai seorang ketua. Sebagai perempuan yang beranjak dewasa, ia terbantu untuk menemukan jati dirinya dengan menjadi pelayan altar. Disitulah ia berkembang dan semakin mengenal diri, bahkan kemudian mengenal Tuhan dan orang lain dengan lebih baik. Aktif Berprestasi Klara, begitu ia biasa dipanggil oleh keluarga dan teman-temannya. Ia merupakan anak kedua dari dua bersaudara, lahir di Jakarta, 15 Agustus 1997. Ia selalu berprestasi di sekolah dan tidak pernah melorot prestasinya. Sedari SD hingga saat ini sebagai murid SMA, ia selalu di dalam rangking 6 besar. Hal itu menunjukkan betapa betapa tekunnya Klara menempuh pendidikannya. Saat ini, ia bersekolah di SMA Kolese Gonzaga ambil jurusan IPA, sebagai kelas pilihan. Baginya, semua mata pelajaran harus diikuti dengan sama baiknya tanpa pilih-pilih. Sebagai seorang adik dari Gregorius Agung Chrissaputro, seorang mahasiswa Politeknik Negri Jakarta, ia memiliki kegemaran akan kegiatan berolahraga . Futsal merupakan pilihannya dan menjadi kegiatan ekstrakurikulernya pada saat di Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Pangudi Luhur. Selain berminat di bidang olahraga, ia menjadi pribadi yang senang berorganisasi, dari kegiatan OSIS sampai dengan kepanitiaankepanitiaan. Klara merupakan angkatan ke-47 di sekolahnya waktu itu dan kegiatan pertama ekstrakurikulernya adalah astronomi, tetapi akhirnya ia lebih memilih tantangan dari sekolah untuk membangun komunitas futsal. Bakat olahraga dan jiwa berorganisasinya menemukan jodohnya, sehingga ia dan teman-temannya mampu membentuk komunitas futsal yang aktif dan solid, bahkan sering menjadi sparing partner futsal dengan JIS. Semangat solidaritas dan jiwa kepemimpinan telah membuat Klara, sebagai rekan dan partner yang mampu diajak bekerja sama. Tidaklah mengherankan kalau kemudian ia terpilih menjadi kapten tim futsal dan mampu memimpin timnya dalam beberapa kompetisi. Pada saat Lustrum Gonzaga, tim futsalnya meraih juara ke-3 dan juara pertama pada saat Tirta Marta Cup, itu semua diraihnya sekitar tahun 2012. Kompetisi terakhir yang diikutinya adalah Gonzaga Cup dimana tim futsalnya berhasil menjadi juara ke-3. Futsal sebagai olahraga yang digelutinya sebagai kegiatan tanpa beban. Ia merasakan bahwa tak ada tuntutan dan ia menjalaninya dengan senang hati. Hal inilah yang menjadikan tim Futsalnya selalu berkembang menjadi kegiatan yang penuh keasyikan. Terhitung pada saat itu pesertanya bisa mencapai 60 orang, ia menyadari bahwa komunitas yang terbaik adalah komunitas yang dimulai dari keinginan diri sendiri tanpa dikekang atau diikat. Bahkan dengan komunitas ini pun, ia merasa terbantu untuk menemukan jatidiri dan segala potensinya. Ia yakin, ia bisa menemukan diri dan Allah di mana saja. Bukan hanya kegiataan di seputar altar dan Gereja, di mana pun kalau ia melaksanakan kegiatan 17 dengan cinta dan senang hati (tanpa beban), pasti akan dibukakan kemungkinan untuk menemukan diri. Keluarga, Komunikasi dan Kepatuhan Kegelisahannya sebagai seorang Katolik dan keingintahuannya atas manusia dan penciptaannya telah menuntunnya untuk berasyik-masyuk dengan dunia Filsafat. Semenjak belajar agama Katolik di Gonzaga dan dikenalkan sejarah peradaban agama, kekhasan dan pola-pikir filsuf dunia, baik Plato maupun socrates, ia meyakini bahwa semua ilmu itu mampu digali dengan sederhana. Ia juga menggemari karya-karya Novel yang memiliki unsur kesastraan seperti novel-novel buah karya dari Dewi Lestari, Rm. Mangunwijaya, dan masih banyak yang lainnya. Salah satu buku yang menginspirasinya adalah “Sophie World,” dari sebuah konsep filosofi sederhana; karya Jostein Gaarder, seorang berkebangsaan Norwegia, Ia sadar bahwa jika mengikuti egonya sekarang ini, Filsafat mungkin merupakan pilihan yang tepat. Ia menemukan dunianya di bidang itu. Tetapi hidup itu tidak selalu harus mendahulukan ego. Ayahnya memberikan masukan bahwa sekarang ini yang dibutuhkan Klara adalah pendidikan yang dapat diaplikasikan di masyarakat secara langsung. Maka ia pun menyimpan keresahaannya pada dunia filsafat ke dalam cita-cita terbesarnya kelak. Ayah dan ibunya merupakan karyawan swasta yang bekerja di bidang yang berbeda; ayahnya sebagai pekerja proyek, sementara ibunya bekerja di bidang kesehatan. Meskipun sibuk bekerja, kedua orang tuanya, selalu berusaha untuk tidak mengurangi komunikasi dan pengawasan kepada kedua anaknya. Klara sendiri merasakan peran keluarga itu begitu penting dalam perkembangan dirinya. Ia tidak merasa dibatasi, tetapi ia merasa perlu ada yang lain, yang bisa mengarahkannya kepada pilihan yang bertanggung jawab. Semuanya itu bisa terlihat dari prestasi dan komunitas yang ia ambil. Sosok keluarga jawa yang kental atas sikap saling menghormati ini, membuatnya seringkali mengambil poin positif dari arahan-arahan orangtuanya. Cita-cita dan Pilihan Sebagai anak dari pasangan Bapak Yohanes Ruskanedi dan Ibu Theresia Suhesti dari Lingkungan Maria Magdalena Wilayah VI ini, Klara sejak dini sudah diarahkan untuk menjadi Katolik sebagai jalan dan tujuan hidup. Dari TK sampai dengan SD, ia disekolahkan di Charitas dan diikutkan bersama kakaknya dalam kegiatan Bina Iman di Gereja St. Stefanus Cilandak. Ayahnya sendiri aktif dalam kegiatan Paduan Suara Wilayah dan ibunya pernah mengikuti KEP. menghidupkan iman. Salah satu isi iman yang penting adalah semangat melayani, sebagai Yesus datang untuk melayani kita; sudah sepantasnya kita merespon kehadiran-Nya dengan semangat pelayanan yang sama. Dengan demikian, seharusnya kegiatan Putra-Putri Altar tidak dapat dijadikan tawar-menawar lagi, karena inilah kesempatan bagi anakanak muda untuk menunjukkan iman yang hidup dan sekaligus jalan untuk menemukan Allah dan sesama, dan terlebih untuk menemukan jadi diri kita sendiri. Ia berencana untuk meneruskan kuliahnya antara bidang Kelautan atau Psikologi. Tentunya sebagai seseorang yang berprestasi, banyak pilihan yang semoga dimudahkan. Dasar dari pemilihan itu adalah rasa optimisme bahwa ilmunya pasti akan sangat bermanfaat bagi dunia kema-ritiman yang memang sedang digagas oleh pemerintah sekarang untuk dimajukan. Setelah lulus nanti sebagai sarjana kelautan, kemungkinan 4 tahun kemudian, pasti akan sangat dibutuhkan. Bagaimana dengan bidang Psikologi? Inilah sebuah kerinduaan untuk selalu berdekatan dengan dunia filsafat. Memang psikologi berbeda dengan filsafat, namun filsafat akan banyak dipakai untuk memberikan pondasi bagi bidang psikologi. Ia berharap jika ada peluang untuk menekuni bidang ini hingga tingkat S2. Itulah cita-cita terbesarnya! Atau pilihan ter-akhirnya, ia akan mencari beasiswa 100 persen agar dapat bersekolah di Jepang, dan tidak akan membebankan kepada orangtuanya. Menyadari pentingnya komunikasi dalam membangun kerjasama, kepengurusan merupakan tantangan yang dihadapi Klara dalam menjalankan tugasnya sebagai Ketua Umum PPA. Sebagai pemimpin perempuan yang rentan terhadap emosi, filsafat telah membantunya. Karena filsafat menjadikannya sebagai pribadi yang memiliki potensi dari balik pemikiran-pemikirannya. Bukan karena terus menerus diolah, akan tetapi menjadi sebuah usaha yang terus menerus mencapai maksimal. Gereja, Dinamika, Anak muda dan Pemikirannya Selain Futsal, ia juga menyukai olahraga basket, tetapi memang olahraga tersebut memiliki kedisiplinan dan gengsi yang berbeda dengan futsal. Bahkan ia juga pernah mengikuti kegiatan Karate di Gereja dan kemudian setelah komuni pertama, PutraPutri Altar adalah pilihannya dalam kegiatan menggereja. Sampai dengan saat ini, sudah sekitar 7 tahun ia menjalani tugas sebagai Putri Altar dengan semangat pelayanan yang tinggi. Baginya, Putra-Putri Altar merupakan sebuah kewajiban dari semua anak muda katolik sebagai bentuk perwujudan untuk Kesulitan atau tantangan semacam apa yang ia hadapi dalam organisasi PPA, dibandingkan dengan organisasi sekolah? Jika di PPA mereka bertemu hanya seminggu sekali, sehingga untuk mengetahui berita atau informasi dari rekan-rekan pengurus, tidak seperti organisasi sekolah, yang bisa bertemu setiap hari. Belum lagi dengan persoalan mood, ada mood-mood tertentu yang membuat pengurus atau bahkan antar pengurus, sulit sekali untuk berkomunikasi. inilah hal yang paling menarik dan menantang bagi Klara dan temanteman di PPA. selain itu usaha untuk memiliki dana sendiri dan menggunakan atau menjadikannya sebagai pemanfaatan terpusat. jika tidak diperbolehkan. Klara menyadari bahwa bisa saja kita dimanjakan, tetapi ia sebagai ketua justru lebih merasakan beban morilnya, karena harus menjaga kepercayaan umat dalam pemanfaatannya. Disisi lain, inilah kesempatan bagus bagi Klara dan anak-anak muda untuk bisa berkreasi dengan bebas, tetapi tetap menunjukkan tanggungjawabnya. Berani? Mengapa tidak! Tentu tetap mohon pendampingan.*** 18. OPINI Apa kata mereka tentang Selamat Datang Raja Damai • Menurut anda siapakah Raja Damai itu? • Dapatkah anda sharing sejenak bagaimana caranya “Raja Damai” datang ke dunia ini? • Apa tugas kita setelah merayakan/bertemu dengan Raja Damai? Susanty Joezar (Susan) Paroki Stefanus, Cilandak /Lingkungan Elias / Wilayah 12 / aktif di retret anak JOY Menurut saya, Raja damai adalah Yesus Kristus. Raja damai yaitu bayi Yesus, datang ke dunia melalui keluarga kudus Maria dan Yosef. Datang ke dunia sebagai bayi lemah di tengah dunia dan tidak ada tempat lahir untukNya. Tetapi ketika Ia lahir, sungguh membawa sukacita bagi semua yaitu bagi kedua orangtuaNya, tiga raja dari Timur dan gembala. Raja damai benar-benar membawa sukacita dan damai bagi semua umat manusia. Bagi saya, momen Natal selalu istimewa dimana mempunyai momen bersama suami dan anak-anak tanpa ada beban tugas sekolah dan lain-lain. Liburan yang selalu dinantinanti karena memang suasananya yang gembira dan sukacita. Edward Santoso Paroki St. Stefanus / Lingkungan Clementus / Wilayah IV - Sta. Teresia Avila Saya meyakini bahwa Yesus Kristus adalah sang Raja Damai. Ada pun telah tertulis dalam Yesaya 9:6 (9-5) bahwa seorang anak telah lahir untuk kita sebagai Raja Damai. Saya telah menyatakan bahwa Yesus Kristus adalah sang Raja Damai. Yesus Kristus adalah wujud manusia dari Tuhan Allah sendiri yang mana turun dari surga sebagai Putra Allah untuk kita manusia. Ia dikandung dari Roh Kudus, dilahirkan oleh Perawan Maria, dan menjadi manusia. Hal ini sering kita ucapkan saat kita membaca syahadat. Mungkin saya lebih setuju dengan apa yang kita lakukan setelah merayakan Raja Damai. Dalam hal ini saya menganggap Natal yang mana adalah hari kedatanganNya. Sebab jika bertemu, secara harafiah kemungkinan besar adalah kedatanganNya kedua yang mana untuk mengadili orang yang hidup dan yang mati. Jadi tentu saja setelah kita me-rayakanNya kita harus melakukan apa yang telah Dia ajarkan kepada kita yang mana sudah pasti berujung pada kebaikan dan itu lah yang akan kita lakukan terus menerus setiap hari. Allah akan melihat bahwa itu baik. Dan saat hari pengadilan itu tiba, Tuhan akan memwberikan kita kedamaian yang kekal. Amin.**** Beberapa tahun terakhir, Natal selalu menjadi sesuatu yang sangat istimewa. Selain berkumpul dengan keluarga inti dan keluarga besar, saya selalu merasakan berkat Tuhan yang besar dimana telah diberikan waktu dan kesempatan untuk berkumpul bersama. Saya sadari sekarang bahwa kebersamaan adalah berkat bukan hak. Pada saat yang bersamaan, saya selalu menanamkan di dalam hati saya bahwa semangat Natal juga seharusnya menjadi momen dimana kita berbagi dengan sesama yang lebih membutuhkan, pengorbanan sederhana dalam kehidupan sehari-hari yang bertujuan demi kebahagiaan orang lain bukan melulu demi kebahagiaan sendiri. Persis itulah seperti yang dilakukan Allah dengan turun ke dunia, suatu pengorbanan demi umat manusia. Tugas kita adalah terus menjalani Spirit of Christmas yaitu berbagi sukacita dan berbagi dengan yang mungkin lebih tidak beruntung dibandingkan kita dan jangan sampai dibatasi oleh perbedaan agama, ras dan suku.**** Veronica Haryuni S Paroki St. Stefanus /Lingkungan Maria Ratu Damai Raja Damai adalah Pencipta langit dan bumi, manusia dan seisinya dengan kasihnya yang luar biasa memberikan sukacita, damai sejahtera dan keselamatan kepada ciptaanNya. Raja Damai adalah Allah Bapa yang telah memberikan anakNya yang tunggal untuk menebus dosa-dosa manusia dan memberikan Roh Kudus untuk memberikan damai suka cita. Raja Damai datang melalui perantaraan Bunda Maria, Roh Kudus sendiri yang menuntunNya, lahir dari seorang Perawan dengan kesederhaan datang ke dunia memberika suka cita damai sejahtera. Tugas kita setelah merayakan/bertemu dengan Raja Damai, melakukan perintah Raja Damai sebagai ucapan syukur karena kita sudah lebih dahulu diberikan kasih, damai sejahtera dan sudah menjadi kewajiban kita untuk mewartakan kabar gembira kepada setiap orang agar mereka juga ikut merasakan apa yang sudah kita rasakan.**** 19 Sherly Agatha Rahman Paroki St. Stefanus Paulus Lando Paroki St. Stefanus /Lingkungan Yudas Tadeus / Wilayah II - Yohanes salib Dalam Kitab Yesaya dalam Perjanjian Lama, digambarkan tentang figur seorang mesias yang datang untuk memberikan kedamaian dan menyelamatkan jiwa manusia. Dan dalam iman katolik, saya meyakini sang mesias itu adalah Yesus. Dia lah Raja Damai yang sangat dinantikan oleh umat manusia. Lantas mengapa Dia disebut Raja Damai? Pada hakikatnya, manusia membutuhkan sosok seorang Raja yang dapat memutuskan mana kebenaran dan mana yang tidak, sehingga terciptalah keteraturan. Keteraturan saja belum cukup, manusia juga membutuhkan rasa damai. Kedamaian yang dapat mengusir hati yang gundah,memberi pengharapan akan hidup baru, menyebarkan ajaran cinta kasih. Sebentar lagi kita akan menyambut kedatangan Sang Raja Damai dalam peristiwa Natal. Yesus sang raja damai lahir ke dunia. Dialah sosok Mesias yang dinubuatkan oleh Nabi Yesaya yang datang dalam rupa manusia. Sang Mesias yang berasal dari keturunan Daud. Melalui rupa manusia, dia ingin ikut ambil bagian dalam setiap permasalahan manusia. Sesungguhnya Raja Damai telah datang di antara kita lewat sabda-sabdanya di dalam Alkitab. Dia menyatakan hukum kebenaran dan ajaran cinta kasih yang dapat memberikan pengharapan bagi seluruh umat manusia. Sabdanya memberikan menciptakan keteraturan hidup sekaligus kedamaian bagi umat manusia. Dan jika kita secara tekun membaca kitab suci dan mengaplikasikan ajarannya dalam kehidupan nyata, kita telah meberikan tempat bagi Yesus Sang Raja Damai berkuasa dalam hidup kita.**** Raja Damai adalah seorang Raja yang bisa memberikan kedamaian bagi setiap 'rakyat' nya. Rakyat pada umumnya merupakan kaum yang lemah, yang tidak berdaya; yang butuh kenyamanan serta rasa damai. Dari mana rakyat ini bisa memperoleh kedamaian tersebut, kalau bukan dari pemimpinya, sang Raja itu sendiri. Dalam konteks ini, saya bisa merasakan kehadiran Raja Damai itu dalam diri Tuhan yang agung. Saya mengibaratkan diri sebagai seorang rakyat yang lemah dan tidak berdaya serta tidak dapat berbuat apa-apa. Bagi saya, Yesus Kristus adalah segalanya, Dialah Pemimpin dalam hidup, Raja dalam hati, Raja Damai! Ia mampu menjadi tempat saya, dalam keadaan yang tidak diharapkan Raja Damai tidak datang ke dunia ini. Kenapa saya berani berkata demikian? Karena menurut saya, Raja Damai yang adalah Yesus Kristus itu sendiri memang sudah ada di tengah-tengah kita, sudah tinggal di dalam hati kita, di dalam diri setiap orang yang kita temui setiap hari. Permasalahannya adalah kita sering kali tidak menyadari kedatanganya di dunia ini. Ia hadir dalam wujud orang-orang yang memberikan bantuan kepada kita,teman-teman yang selalu ada bersama dengan kita di saat senang atau sedih, dan banyak macam lainnya. Kita harus bersyukur, bersyukur dan bersyukur. Karena buat saya, tidak semua orang yang dapat merasakan kedamaian yang datang dari Raja Damai. Ketika kita dapat bertemu denganNya, yang kita patut lakukan adalah bersyukur karena dapat merasakan kehadiranNya.**** “Memberitakan pekerjaan tanganNYA” SEKSI KOMUNIKASI SOSIAL (KOMSOS) ST. STEFANUS Membutuhkan tenaga muda yang berkomitmen untuk pelayanan gereja, sebagai wartawan, designer dan fotografer. Bagi yang berminat menghubungi Sdr. Tyo (HP: 081328130513) 20. SEPUTAR PAROKI 1 Pemberkatan dan Penyalaan LILIN ADVEN Sabtu, 29 November 2014 MERRY CHRISTMAS & HAPPY NEW YEAR 2015 DRIVING STEEL PIPE PILE DIA. 1422MM X T 22MM X 55M IN ONE LIFT HEAVY LIFT 300 TON CAPACITY BAKTI SOSIAL LEGIO MARIA KE ATMABRATA, CILINCING Sabtu, 6 Desember 2014 23. SEPUTAR PAROKI 1 Melayani dengan dan karena kasih PSE A pa itu kasih? Kasih itu begitu agung dan besar. Ia tidak pernah akan habis untuk dibahas dan dihidupi; tiada habis dan kering untuk ditimba. Karena kasih adalah Allah sendiri. Dan yang pasti, kasih Allah kepada kita tiada berkesudahan. Menyadari akan kasih Allah kepada kami dan keluarga sehingga kami dapat memberi pelayanan bagi sesama yang benar-benar membutuhkan dengan sepenuh hati dan gembira, merupakan pengalaman iman yang paling berkesan selama kami dalam pelayanan di PSE. Itulah salah satu poin permenungan yang muncul dalam acara rekoleksi PSE yang diadakan pada tanggal 11 November 2014, di Jl. Taman Bukit Hijau nomor 27, Pondok Indah, Jakarta Selatan. Rekoleksi yang dibimbing oleh Romo Martin van Ooij, SCJ ini mengambil tema: Melayani dengan dan karena Kasih bersama PSE. Diawali dengan doa pembukaan yang dipimpin oleh Ibu Christina, pembimbing rekoleksi mengajukan beberapa pertanyaan untuk direnungkan. Pertama, kami diundang untuk perasaanperasaan yang muncul selama kami memberikan pelayanan kepada umat. Dari sharing bisa disimpulkan bahwa perasaan yang dominan muncul dalam pengalaman pelayanan adalah perasaan bersyukur. Kami bersyukur karena mendapatkan kesempatan untuk melayani dalam wadah PSE sehingga kami merasa bahagia dapat menyumbang tenaga dan waktu luang kami untuk membantu umat yang memerlukan bantuan. Kami juga bersyukur karena kami mempunyai kesempatan untuk mengasah hati nurani kami dengan ikut berbela rasa sehingga kami bisa lebih bersyukur bahwa kehidupan kami lebih baik atas kasih Tuhan. Dibalik rasa syukur dan bahagia di dalam pelayanan, tentunya kami juga menemui banyak kesulitan. Tetapi kesulitan tidak menjadi alasan bagi kami untuk berhenti dalam pelayanan. Berikut ini halhal yang membuat kami berat dalam pelayanan, namun kami ingin berusaha setia dan berjuang untuk mengatasinya. Pertama, untuk dapat memberikan pelayanan secara maksimal dan efektif, PSE itu melayani dengan dasar tata tertib yang harus dipenuhi. Namun terkadang umat kurang cooperative, terutama jika kami memberi penjelasan-penjelasan yang sifatnya tidak menguntungkan mereka. Kedua, tim PSE terdiri dari beberapa anggota yang setiap anggota mempunyai sikap dan karakter yang berbeda sehingga tidak mudah menyatukan pendapat, meskipun pada akhirnya dengan 24 mufakat dapat dilalui hingga menjadi tim yang solid. Tantangan yang terberat adalah menjaga team work tanpa menghilangkan ego pribadi dan mengedepankan kasih sebagai pondasi segalanya. Kasihlah yang menyatukan kami yang berbeda-beda ini dank arena kasihlah kami ingin berbuat sesuatu bagi yang lain, terutama yang membutuhkan. Meskipun berat dengan berbagai kendala, kami tetap pantas merasa bersyukur dengan adanya banyak dukungan dan kepercayaan. Pembimbing rekoleksi mengarahkan kami untuk melihat orang-orang yang secara langsung maupun tidak langsung ikut mendukung dan meringankan tugas dan panggilan pelayanan ini. Salah satu pendukung yang tidak boleh diabaikan dalam hal ini adalah peranan suami. Suami kami selalu memberi ijin dan mendukung sepenuhnya kerja sosial ini, walaupun kadang-kadang menyita waktu di hari Sabtu dan Minggu untuk kegiatan bakti sosial. Bagaimana relasi antara PSE dan umat? Pertanyaan reflektif ini tentunya juga penting untuk melihat sejauh mana PSE dikenal dan diterima ditengah umat. Aneh rasanya bila relasi antar keduanya jauh atau bahkan tidak ada relasi sama sekali, karena PSE ini ada maksudnya untuk membantu umat agar dapat semakin menghayati iman yang hidup, khususnya panggilan untuk saling berbagi dan membantu. Sejauh ini, kami mengusahakan relasi yang erat dengan saling mendukung jika ada kegiatan-kegiatan. Kami juga saling memberi informasi bila terjadi bencana/kejadian yang perlu bantuan PSE. Puncaknya, kami diundang untuk merenungkan apakah kami (anggota PSE) merasa puas dengan pelayanan di PSE? Pertanyaan yang sekiranya “berbahaya,” bisabisa mengarahkan kita kepada status sebagai pekerja sosial yang profesional saja, padahal kita adalah sekumpulan umat beriman yang melulu memberikan pelayanan demi iman yang hidup! Kami sepenuhnya menyadari, bahwa pelayanan di PSE sama sekali bukan untuk mencari kepuasan pribadi atau manusiawi. Pelayanan ini karena kasih dan dengan kasih. Dan kasih itu adalah Tuhan sendiri; Yesus Kristus. Maka ukurannya bukan kepada kepuasan kita, melainkan kemuliaan Tuhan yang lebih besar. Dengan dasar itu, kami menjawab bahwa kami tidak akan pernah puas di dalam pelayanan. Seandainya pun kami memperoleh kebahagiaan dan respon yang baik selama dalam pelayanan, kami harus mempersembahkan semuanya itu kepada Tuhan. Dengan ini, kami menyadari bahwa kami hanyalah sekedar alat-alatNya untuk berbagi kasih, dengan kasih dan karena kasih. Kesadaran itu menutup rekoleksi dan semoga selalu dihidupi oleh setiap anggota PSE dalam tuga pelayanannya. Di samping bermenung dan berdoa bersama dalam bentuk rekoleksi, kami juga memberikan informasi kepada kepada Romo Martin beberapa program yang kami lakukan. Baik pula dituliskan kembali, supaya umat juga semakin mengenal program-program pelayanan ini, antara lain Bakti Sosial Operasi Katarak, donor Darah bagi umat paroki St Stefanus, Aksi Paskah dan Aksi Natal bagi umat paroki St. Stefanus, Bingkisan Lebaran bagi warga yang kurang mampu di sekitar Lingkungan paroki, mengedarkan amplop dalam rangka Hari Pangan Sedunia dan mengadakan pemeriksaan tekanan darah, gula darah, asam urat, kolesterol, kepadatan tulang dan konsultasi dokter gratis. Dengan semua program itu, kami ingin terus berusaha untuk memberikan diri semampunya demi untuk kemuliaan Tuhan. Kami hanya berharap bahwa dengan berkarya dalam ladang Tuhan, dengan segala kelebihan dan kekurangan, semoga Tuhan sendiri yang akan melengkapi kekurangan kami. Berkat Tuhan untuk segala perjuangan, kami hunjukkan kepada Tuhan dalam perayaan Ekaristi, yang menutup rekoleksi ini, pada pukul 15:30. Tuhan memberkati kita sekalian.*** SEPUTAR PAROKI MISA HUP St. Stefanus Sabtu, 29 November 2014 27. SEPUTAR PAROKI 2 Percaya pada Yesus dan Peduli pada Sesama (Seminar Ekaristi Wilayah IV) Iwan Odananto S esuai dengan arahan Sie Katekese Dewan Paroki St. Stefanus Cilandak, setiap wilayah di paroki ini diminta untuk menyelenggarakan Seminar Ekaristi dengan harapan agar umat semakin memahami makna Ekaristi yang sesungguhnya sehingga mereka dapat meghasilkan buah yang baik, nyata dan tetap. Perlu diingat kembali bahwa Ekaristi adalah sumber dan puncak hidup Kristiani. Di samping itu Gereja juga mengajarkan bahwa dari tujuh Sakramen yang ada, Ekaristi adalah Sakramen yang utama dan menjadi pusat bagi sakramen-sakramen laiinya. Wilayah II sangat beruntung mendapat waktu dan kesempatan untuk menerima pengajaran dari Rm. Alex Dirdjo, SJ. Beliau adalah seorang imam Yesuit yang sarat pengalaman, antara lain dalam hal bimbingan rohani meditasi-kontemplasi. Usianya telah mencapai 76 tahun dan telah ditahbiskan menjadi imam sejak 44 tahun yang lalu, lebih dari separuh usianya, oleh Kardinal Yustinus Darmojuwono dan Mgr. Leo Soekoto. Beberapa dari penugasan yang pernah beliau terima antara lain sebagai pendamping tahanan politik di P. Buru, penghubung Gereja Timor Leste dengan KWI, pimpinan Seminari Tinggi KAJ (selama 15 tahun) dan pembimbing rohani di Seminari Tinggi Pematang Siantar untuk frater-frater diosesan dari enam keuskupan di Sumatra. Saat ini beliau bertugas sebagai pastor rekan di Paroki Yohanes Penginjil, Blok B. Seminar Ekaristi Wilayah II diadakan pada hari Sabtu, 28 29 November 2014, mulai pukul 09:00–14:00 dan dihadiri oleh sekitar setidaknya 65 peserta baik dari Wilayah II, umat paroki Stefanus di luar Wilayah II, serta beberapa umat dari Paroki St. Yohanes Penginjil Blok B dan St. Matias Cinere. Acara dibuka oleh Rm. Paulus Setiadi, SCJ yang memberikan sambutan singkat sekaligus memimpin doa pembukaan. Rm. Alex Dirdjo membagi seminar ini menjadi dua sesi, masing-masing bertema: “Semangat Ekaristi: percaya pada Yesus dan peduli pada sesama” dan “Semangat Ekaristi: berbagi berkat pada sesama.” Rm. Alex Dirdjo mengawali pengajarannya dengan mengingatkan kita bahwa perayaan Ekaristi diadakan untuk manusia, antara lain agar manusia menjadi manusiawi terhadap sesamanya. Hanya dengan menjadi manusiawi kepada sesama maka Ekaristi dapat benar-benar menjadi milik kita. Dalam konteks ini beliau menggunakan kisah Perkawinan di Kana (Yoh 2:1-11) sebagai landasan. Melalui kisah tersebut Romo menunjukkan betapa Maria adalah sosok yang sungguh ekaristis, yaitu mempunyai kepedulian dan kepekaan terhadap situasi yang sedang dialami oleh sesamanya. Hal itu dimungkinkan karena Maria memelihara sikap batin yang bersifat kontemplatif, yaitu selalu melihat segala sesuatu dengan mata batin sehingga mampu mendengar serta mengerti kehendak Allah. Untuk itu batin kita harus selalu hening sebab keheningan adalah bahasa Allah. Tanpa keheningan batin mustahil kita dapat menangkap kehendak Allah. Sesi pertama berlangsung selama 75 menit dan selama mengajar, Romo Alex Dirdjo selalu berdiri dan penuh semangat. Suatu hal yang sangat luar biasa bagi orang yang sudah lanjut usia. Dua pesan penting yang ingin disampaikan dalam sesi ini adalah 1) Roh/semangat Ekaristi akan memampukan kita untuk yakin dan percaya penuh bahwa Yesus mau dan mampu menolong kita, 2) Roh/semangat Ekaristi memampukan kita untuk peduli dan peka pada kesusahan serta kesulitan sesama, sebagaimana telah diteladankan oleh Bunda Maria. Dengan membangun dua sikap tersebut maka Ekaristi dapat benar-benar menjadi milik kita. Sesi kedua menggunakan perumpamaan tentang talenta (Mat 25: 14-30) sebagai landasan untuk menjelaskan bahwa pada hakekatnya Ekaristi adalah undangan untuk berbagi dengan penuh rasa syukur. Melalui perumpamaan tersebut kita juga dapat memahami bahwa Allah itu sungguh Maha Besar namun Ia menghargai halhal kecil dalam hidup kita sehingga walaupun kita hanya memiliki satu talenta tetap harus dibagikan kepada sesama. Itulah arti berbuah yang baik dan tetap sebagaimana dikehendaki oleh Allah. Dalam sesi ini Romo Alex Dirdjo tetap tampil dengan sepenuh hati sehingga para peserta juga sangat antusias mendengarkan pengajarannya. Beliau juga menjelaskan bahwa cara pengajarannya adalah meditasi Kitab Suci dengan menggunakan metode dialogis yang digagas oleh Kardinal Carlo Martini (Uskup Agung Milan) ketika masih menjadi Rektor Universitas Biblicum di Roma, sebuah perguruan tinggi Kitab Suci yang paling bergengsi di dunia. Dengan metode ini, pengajaran yang disampaikan memang menjadi lebih menarik, lebih mudah dipahami dan gampang diingat pesan-pesan utamanya. Akhirnya Perayaan Ekaristi menutup rangkaian acara yang telah berjalan selama tiga jam namun tidak melelahkan ataupun membosankan. Dalam homilinya, Romo Alex Dirdjo mengajak kita untuk berjagajaga dengan penuh harap serta kerinduan karena yang kita nantikan adalah kedatangan Yesus penyelamat kita, bukan berjaga-jaga dengan rasa waswas karena mau kedatangan pencuri. Di samping itu Romo juga mengingatkan bahwa pengembangan talenta kita hendaknya dimulai dari pengamatan atas diri sendiri. Artinya kita mengenali apa saja bakat-bakat maupun cacat kita. Berkat digunakan supaya kita hidup, sedangkan cacat kekurangan kita hendaknya justru membuat kita menjadi rendah hati. Dengan demikian cacat kekurangan dapat menjadi semacam “anugerah” kerendahan-hati. Dalam hal kerendahan-hati, kita dapat belajar dari tanah maupun air. Tanah selalu menerima sampah (organik) apa saja yang dibuang atasnya, yang kemudian diolah menjadi pupuk yang berguna untuk menyuburkan tanaman. Demikian juga kita dapat belajar dari air yang sifatnya selalu mencari tempat yang lebih rendah. Bila kita dapat mengelola bakat dan cacat kekurangan kita dengan baik dan benar sesuai bimbingan Allah, maka keduanya menjadi talenta yang memampukan kita berubah dan berbuah, sesuai dengan kehendak-Nya. Perayaan Ekaristi berakhir pada pukul 13.00, kemudian dilanjutkan dengan ucapan terima kasih yang disampaikan oleh Bapak AB Soetarno sebagai Ketua Wilayah II. Beberapa peserta mendapat hadiah door prize dan setelah itu seluruh peserta melakukan santap siang bersama-sama, demikian juga dengan Romo Alex Dirdjo dan Ketua Seksie Katekese Bapak Pius Suwardi. Keseluruhan rangkaian acara berakhir pukul 14.00. Seminar ini berjalan dengan tertib, baik dan lancar. Syukur kepada Allah!*** Rapat Dewan Paroki St. Stefanus Sabtu, 22 November 2014 FAX (021) 520-8055 31. ORBITAN LEPAS 1 Memaknai Arti KURSUS EVANGELISASI PRIBADI Nugroho Jati Apa itu KEP? Apakah KEP merupakan pendalaman kitab suci? Lalu Mengapa sebagai umat saya perlu evangelisasi? Atau lebih ekstrem apa urusannya saya dengan evangelisasi , bukankah itu tugas imam dan biarawan atau biarawati yang memiliki panggilan untuk itu? Pada prinsipnya KEP merupakan modul pengajaran praktis dalam pewartaan Injil oleh umat (awam) yang dimulai dari diri kita sendiri. Saya umat awam apa perlu KEP? Pada awal mengikuti KEP, saya masih bertanya dalam hati mengapa umat dilibatkan dalam pewartaan Injil (evangelisasi) ? Sebagai salah satu umat Katolik selama ini saya merasa di nina bobok dengan kehidupan rohani yang formalitas saja. Saya tidak terpikir sedikitpun bahwa amanat pewartaan Injil ternyata bukan hanya tugas para imam, biarawan atau biarawati namun juga merupakan tugas dari umat yang merupakan bagian dari tubuh Gereja. Darimana amanat pewartaan tersebut? Kristus sendiri sebagai figur sentral Gereja telah memberikan teladan dan selanjutnya mengamanatkan kewajiban pewartaan Injil melalui muridmuridNya yang kemudian terus berlangsung selama berabadabad hingga kini. Gereja dalam mengemban pewartaan Injil dituntut mampu menghadapi dinamika dan tantangan perkembangan zaman. Sehingga apabila kewajiban pewartaan tugasnya diserahkan kepada para imam, biarawan atau biarawati saja dengan tidak melibatkan umat akan membuat pewartaan Injil semakin lambat dan bahkan tergilas oleh budaya-budaya modern yang dapat menjauhkan relasi kita, generasi muda dan juga anak-anak kita kelak dari Tuhan. Sehingga tidak mengherankan apabila Tuhan hanya hidup dalam doa kita saja namun kita tidak melibatkan diriNya dalam pekerjaan kita atau pelayanan kita. Gereja menjadi ritual formal saja tanpa ada keinginan dari kita untuk berkontribusi apapun terhadap Gereja yang selama ini telah memberi kontribusi kehidupan dan pertumbuhan iman, pelayanan kesehatan, pendidikan dan sebagainya. Tantangan Gereja dan kewajiban pewartaan Injil Rasio jumlah para imam dan umat yang sangat berbeda jauh mengharuskan Gereja beradaptasi dalam mempertahankan amanat agung pewartaan Injil dari Kristus. Gereja tidak lagi memandang pewartaan Injil adalah sebuah pilihan namun merupakan kewajiban Gereja dan umat yang merupakan bagian dari tubuh Gereja yang harus dilibatkan dalam pewartaan Injil semua ini demi mempertahankan amanat Kristus yang telah memerintahkan kita untuk pergi, menjadikan seluruh bangsa murid Kristus, membaptis, mengajari mereka dan percaya bahwa Kristus senantiasa menyertai kita hingga akhir zaman. Mengapa KEP? KEP bertujuan melibatkan umat untuk ambil bagian secara aktif dalam proses pewartaan Injil dari Gereja yang ribuan tahun lalu telah dilakukan Kristus 32 sendiri, murid-muridNya, serta umat Kristen awal. Lebih jauh KEP memberikan metode serta cara yang tepat untuk memulai pewartaan Injil yang dimulai dari diri sendiri dan secara bertahap kemudian diarahkan mencapai tujuan pewartaan Injil. Peserta di sini juga dimotivasi untuk mulai mengenali umat di lingkungannya yang kurang terlibat atau justru telah secara total tidak lagi menganggap kegiatan Gereja adalah suatu prioritas yang penting. Peserta juga didorong untuk melakukan sharing iman kepada peserta lain, tidak perduli sesederhana apapun pengalaman iman kita hal itu akan membantu orang lain untuk mengetahui dan mengenali pekerjaan Tuhan dalam hidup kita. Apakah saya pantas? Saya jarang membaca dan tidak hafal isi Injil? Injil adalah surat cinta Allah kepada manusia yang merupakan ciptaanNya yang paling berharga. Mendengar firman Tuhan adalah bagian dari upaya kita membangun relasi yang akrab dengan Tuhan. KEP memberikan panduan praktis menggunakan firman Tuhan dalam kehidupan sehari –hari kepada para peserta dan mengimplemantasikannya dalam tugas pewartaan Injil sehari hari. Tidak ada yang perlu dihafal, tapi saya yakin kita memiliki firman-firman favorit yang dapat menguatkan kita dalam menjalani kehidupan. Iman tumbuh dari pendengaran kita akan firman Tuhan. Apabila Tuhan mencari orang yang sempurna hidupnya untuk menanggapi panggilanNya, maka Tuhan akan berakhir sendirian, sebab tidak ada manusia yang sempurna. Apakah pengajarannya membosankan? KEP telah dirancang sedemikian baik dengan tujuan baik, tentu tidak akan mencapai 33. ORBITAN LEPAS 2 hasil maksimal apabila tidak didukung tenaga pengajar yang mumpuni di bidangnya. Hampir semua pengajar KEP adalah individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan yang baik, tapi juga mampu membagikan ilmu kepada perserta dengan cara menyenangkan. Mereka adalah orang-orang yang telah mengalami pasang surut perubahan hidup dan kini dipakai Tuhan untuk berbagi pengalaman hidup dalam suka cita Tuhan. Membalas Sapa Bunda Maria Maria Fabiola Hanindita sore itu. Bunda Maria Penolong Abadi, doakanlah kami,.. Apa manfaat KEP? Manfaat yang dirasakan peserta KEP tentu berbedabeda. Namun secara umum kami peserta KEP merasakan suka cita Tuhan yang terefleksi dalam perubahan kehidupan kita sehari hari. Hampir sebagian besar yang merasakan perubahan peserta KEP justru orang-orang sekelilingnya seperti pasangan, anak, kolega di kantor bahkan juga teman-teman dalam pergaulan sosial kita. Saya dan anak saya menjadi peserta KEP, namun perubahan yang dirasakan pegawai kantor adalah saya tetap bersuka cita sekalipun kondisi kantor saya sedang buruk. Adapun perubahan yang terjadi pada anak saya justru dirasakan oleh teman-temannya. Dia menjadi sangat sabar dan mau berempati serta membantu temantemannya yang kesulitan dalam kegiatan belajar. Dan demikianlah tujuan KEP adalah menjadikan diri kita lebih baik, sebab pewartaan Injil terbaik adalah melalui tingkah laku kita dalam membangun relasi dengan sesama. Relasi dengan Tuhan yang akrab akan terefleksi dalam relasi kita kepada orang-orang di sekitar kita. Kita akan menjadi taat kepada Tuhan karena kita mengasihi Dia yang telah terlebih dahulu mengasihi kita.*** S uatu sore di bulan Oktober, bulan Maria.. Saya melangkah mantap menuju gereja. Sebuah niat telah membulat di hati setelah berkali-kali liturgi rutin di bulan Maria lewat bak angin lalu. Kali ini tekad itu terbungkus kuat. Mungkin permintaan dari orang tercinta untuk mendoakannya bagi terselesaikannya sebuah perkara yang sulit menjadi booster yang memberi kekuatan. Dan begitulah..Di sore yang hangat itu, tiba-tiba saya sudah berdiri di hadapan pintu gereja. Pandangan saya menyapu bagian dalam yang tidak penuh, tapi juga tidak sepi. Segera saya mengambil air suci, membuat tanda salib, melangkah perlahan ke dalam, dan memilih tempat yang agak lowong. Saya selalu senang suasana gereja di luar hari Minggu yang biasanya penuh sesak dengan manusia. Suasana yang jauh dari hingar bingar, sanggup mengantar kepada kekhusyukan. Keheningan batin pun menyapa saat saya berlutut, menundukkan kepala, memejamkan mata, mempersiapkan hati, merasakan kehadiran Tuhan di dalam diri serta menyapa Bunda Maria yang menjadi ‘nyonya rumah’ Novena Bunda Maria Penolong Abadi yang dimulai hari itu, diawali dengan doa Rosario bersama. Ah untung saja saya selalu membawa rosario mungil di dalam dompet. Rasanya sudah lama sekali saya tidak mengeluarkannya (apalagi menggunakannya). Rosario mungil keperakan itu tersimpan di dalam sebuah wadah berbentuk oval keperakan. Besarnya lebih kecil dari koin perak 500an sehingga bisa ‘berenang’ bersama uang recehan di bagian dalam dompet. Selalu berpindah saat saya berganti dompet dan ikut kemana pun saya pergi, dan tentu saja,jarang saya gunakan sesuai fungsinya (ooops).. Sepertinya saya lebih memperlakukan kalung panjang dengan butiran manik berbandulkan salib Yesus yang seyogyanya untuk berdoa itu sebagai ‘jimat’. Entah, rasanya aman dan nyaman saja ‘menenteng’ rosario kemana-mana, apalagi rosario ini sudah diberkati. Tapi, membuka rosario itu untuk berdoa, jujur saja, bisa dihitung dengan jari tangan. Saya memang bukan seorang yang religius, meskipun saya percaya penuh kepada Allah Bapa Yang Maha Kuasa, Pencipta Langit dan Bumi dan akan Yesus Kristus putraNya yang tunggal Tuhan kita. Bagi saya, beragama adalah soal keyakinan pribadi, tak perlu gembar gembor, tapi harus diamalkan dalam perbuatan. Bukti saya percaya kepadaNya ‘cukup’ dengan memanjatkan doa syukur atas segala berkat yang diterima, mendoakan orang-orang tercinta, serta berusaha hidup seturut ajaran Yesus. Bahwa saya bukan pendoa yang baik, mungkin demikianlah kenyataannya. 34 Ke gereja di hari Minggu seringkali in absentia, apalagi melakukan ritual agama Katolik yang beragam itu. Bahkan aktivitas sesederhana berdoa rosario itu nyaris tidak saya jalankan dengan rutin. Entah kenapa, jarang sekali saya berhasil mendaraskan doa sepanjang itu dengan sukses, bahkan lebih sering jatuh tertidur. Tak heran saya lebih memilih melakukannya bersama-sama dalam kelompok. Seperti sekarang, saya berharap tidak terlelap saat doa rosario dimadahkan bersamasama. Rosario mungil di dalam wadah oval berukirkan sosok Santa Bernadette di hadapan Bunda Maria itu kini telah berada dalam genggaman saya. Duh, apa kabar nih bunda Maria? Lama tak menyapanya. Saya pun membukanya dengan hati-hati dan mengeluarkannya. Tuh kan betul.. rosario mungil itu terlilit-lilit,nyaris bunded sehingga saya harus mengurainya perlahan-lahan kalau tidak ingin lilitah itu semakin parah dan malah membuatnya menjadi benar-benar bunded. Fiuh..ujian kesabaran untuk mengikuti novena pun dimulai dari awal sekali sepertinya. Untung kekuatan niat membantu memperpanjang urat kesabaran. Rosario mungil hasil perburuan saya di Lourdes 12 tahun yang lalu itu pun terurai dan kembali ke bentuknya tepat saat doa Aku Percaya mulai didaraskan. Tiba-tiba terlintas begitu saja untuk mempraktekkan tehnik meditasi yang pernah saya pelajari. Mata terpejam, memusatkan bola mata kepada cakra mahkota yang terletak di kening, di antara kedua alis. Konsentrasi. Saya fokuskan pikiran dan hati pada doa yang mengalun lembut, dibawakan oleh pemimpin ibadat. Telinga saya tetap mendengar doa-doa yang didaraskan, dan setiap kata dalam doa itu saya ikuti dalam hati. Sejenak kemudian, saya merasakan adanya energi yang mengalir ke setiap sudut raga saya. Seperti barisan semut berjalan di dalam tubuh, berpindah-pindah. Rasa yang sama setiap kali saya melakukan meditasi dalam hening, tanpa objek. Nyaman sekali. Meditasi, berdoa, pada intinya sama. Membangkitkan kesadaran diri dengan cara menurunkan gelombang otak sehingga kita merasa rileks. Rileks namun tetap berada di alam kesadaran sehingga kita bisa tersambung dengan energi alam semesta, ‘energi Ilahi’. Dengan berfokus, kita akan mencapai titik kesadaran serta tersambung dengan frekuensi Ilahi. Maka doa akan terkirim ke Sang Pencipta dan terkabul. Di dalam bahasa agama, meyakini doa-doa kita terkirim dan percaya bahwa doa kita akan dikabulkan oleh Bapa Yang Maha Kuasa kita sebut dengan meng-IMAN-i. Selesai rosario dan novena di hari pertama, aneh..saya merasa bersemangat sekali. Hati rasanya terbuka dan pikiran enteng. Keesokan harinya, tak sabar rasanya menunggu sore agar bisa segera pergi ke gereja dan mendaraskan rosario kembali. Selama 9 hari berturutturut, saya merasakan kegembiraan ber‘reuni’ dengan Bunda Maria. Tapi ‘perjumpaan’ kali ini lebih intens dan memberi pemahaman baru. Kesadaran demi kesadaran untuk mengimani Bunda Maria semakin sesak mengisi batin saya. Lho? Memangnya selama ini tidak mengimani? Jadi begini. Beberapa tahun terakhir, semakin usia bertambah (maksudnya semakin tua), logika saya ini lebih sering bermain, nyaris mengalahkan intuisi dan gerakan hati. Melihat betapa Bunda Maria dihormati oleh umat Katolik (bahkan kadang berlebihan menurut saya), sempat saya beranggapan, Bunda Maria kok dipuja puji seperti Tuhan? Saya jadi bingung setiap kali berdoa kepada Bunda Maria. Rasanya jadi menduakan Tuhan. (Bapa? Bunda? Bapa?Bunda? Yesus..Roh Kudus.... haduuuh... Sulit kali Tritunggal ini... seolah banyak sekali rantingnya).. Pada-hal dulu sekali, saat saya bisa me-nerimanya sebagai dogma, saya bisa mengimaninya begitu saja dan merasakan terkabulnya novena2 saya, baik novena 3 Salam Maria, Hati Kudus Yesus maupun novena Roh Kudus. Mungkin berbagai pengalaman hidup, maraknya pengetahuan baru serta melihat banyak peristiwa, telah menciptakan banyak pertanyaan di benak saya tentang keberadaan Tuhan, konsep agama, dogma-dogma dan sebagainya. Sehingga saya pun mulai menjadi seperti Santo Thomas yang tidak percaya bila tidak melihat. Akibatnya, saya mulai merasionalkan berbagai hal yang kadangkala tak bisa dijabarkan dengan logika. Saya juga belum menemukan jawaban yang memuaskan batin terhadap pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk. Termasuk peran Bunda Maria yang sangat dimuliakan di Gereja Katolik. Tiba-tiba saja saya mempertanyakan bagaimana cara Bunda Maria membantu kita hingga doa kita terkabul. Kata orang, tidak usah dipikir, percaya saja. Nah di sinilah masalahnya. Saya gagal terus untuk tidak berpikir. Setiap berdoa, pikiran saya meloncat-loncat, mencoba menjauhkan perasaan menduakan Tuhan setiap kali memohon pertolongan dari Bunda Maria. Tidak heran saya sulit untuk pasrah setiap kali melakukan novena ataupun doa rosario karena semua saya hubungkan dengan logika. Ah,andaikan jalan pikiran ini berjalan sesederhana dulu. Pasti semuanya akan lebih mudah diterima. Akhirnya saya menyerah dan membiarkan semuanya mengalir, tidak memaksakan diri dan tidak juga mencari tahu lebih dalam. Intinya, pada akhirnya saya menyapa Bunda Maria tidak dengan tulus dan hikmat. Hingga keajaiban terjadi di novena kemarin. Kegiatan rutin berfokus selama 9 hari itu tiba-tiba saja memberi pemahaman yang lebih terang tanpa penjelasan yang berbelit, tidak melalui kothbah Romo atau literatur apa pun. Murni pemahaman yang menyusup secara ajaib ke ruang batin saya. Kali ini, saya tidak memikirkan keajaiban itu namun bisa menerimanya begitu saja tanpa embel-embel pertanyaan kenapa begini kenapa begitu. Aneh kan? Anggaplah ini mukjizat, karena saya bisa kembali kepada pemahaman awal tentang peng-hormatan kepada Bunda Maria dengan begitu saja. Pemikiran yang sederhana tiba-tiba saja menyeruak. Bunda Maria itu mendoakan kita. Membantu kita berdoa. Seper-ti layaknya seorang Ibu 35. SANTO SANTA yang mendoakan anaknya. Seperti dulu saya minta didoakan oleh Ibu saya agar urusan saya lancar. Seperti saya mendoakan anak saya agar senantiasa diberi keselamatan. Seperti anak saya yang percaya nilai ulangannya bagus karena dibantu doa ibunya. Seperti saya percaya, orang tua saya yang kini sudah di surga, masih bisa mendoakan saya yang masih berziarah di bumi ini. Sesederhana itu. Astaga. kenapa ya saya suka ribet sendiri? Kemanaaaa pikiran sederhana itu kabur dari benak saya selama ini..? Bila almarhum bapak ibu saya bisa mendoakan dari surga, apalagi Bunda Maria yang Bundanya Tuhan, Sang Ratu Surgawi? Ada gunanya juga ternyata saya berlatih meditasi. Dengan belajar fokus dan konsentrasi, cahaya kesadaran telah mengantar saya pada situasi kontemplasi, situasi yang memungkinkan saya berdialog de-ngan batin hingga akhirnya saya mampu merasakan Roh Kudus be-kerja di dalam diri dan mendengar ‘sapaan’ Bunda Maria, yang (sebe-narnya) selalu mendampingi. Yah, mengimani memang hanya butuh percaya dan ikhlas. Efek yang lebih ajaib setelah novena berakhir, saya kangen berdoa rosario. Saya rindu dengan perasaan nyaman yang memeluk saya setiap kali saya berkonsentrasi dan melantunkan doadoa lewat butiran manik di kalung rosario. Saya membayangkan, duduk ber-sisian dengan Bunda Maria dan ia membantu doa saya. Pemahaman dan visualisasi itu memberi kenyamanan dan akhirnya memudahkan saya untuk percaya dan ikhlas. Saya merasakan hikmat Tuhan yang luar biasa melalui kejadian ini. Dan rasanya hikmat itu harus saya bagikan kepada saudara-saudari seiman yang mungkin mengalami keraguan seperti saya, melalui testimoni yang saya tulis di sini. Layaknya seorang ibu yang selalu menyebut nama anaknya di dalam doa, saya percaya, ‘diam-diam’ Bunda Maria selalu mendoakan meski saya tak ‘menyapanya’. Ajaib sekali jika kini saya mampu mendaraskan rosario di waktu seng-gang saya, setiap hari. Dan kali ini, tidak lagi terlelap meskipun saya melakukannya sendirian.*** Santo Youssef Makhlouf (24 Desember) Bagaimanakah jika aku meneladani semangat doa yang dimiliki St Sharbel? Y oussef Makhlouf dilahirkan pada tanggal 8 Mei 1828 di sebuah desa di pegunungan di Libanon. Hidupnya biasa-biasa saja. Youssef belajar di sebuah sekolah kecil di sana dan ikut ambil bagian dalam kegiatan di gereja paroki. Ia mencintai Bunda Maria dan ia suka berdoa. Ia mempunyai dua orang paman yang adalah biarawan. Meski Youssef tidak mengatakan kepada seorang pun, ia berdoa kepada Bunda Maria memohon bantuannya agar diperkenankan menjadi seorang biarawan. Orangtua Youssef menghendakinya untuk menikah. Ada seorang gadis yang amat baik di dusun itu yang cocok dijadikan sebagai isteri ideal baginya, begitulah pikir mereka. Tetapi Youssef yakin bahwa itulah saat untuk mengikuti panggilannya menjadi seorang biarawan. Ia menggabungkan diri dalam Biara Bunda Maria dalam usia duapuluh tiga tahun. Ia mengambil nama Sharbel, seturut nama seorang martir kuno. Ia mengucapkan kaulnya pada tahun 1853 dalam usia duapuluh lima tahun. Sharbel mengikuti pendidikan calon imam dan ditahbiskan pada tahun 1858. Ia tinggal di Biara St Maron selama enambelas tahun. Pastor Sharbel adalah seorang yang khusuk, yang kecintaannya pada doa menjadi cirinya yang menonjol. Dari waktu ke waktu ia akan mengundurkan diri ke pertapaan milik ordo untuk menikmati doa-doa yang lebih mendalam. Duapuluh tiga tahun terakhir hidupnya, dilewatkan Sharbel dalam keheningan pertapaan. Ia memilih untuk mengamalkan hidup yang amat keras. Ia bermatiraga, makan sedikit, tidur di lantai yang keras, dan menghabiskan berjam-jam lamanya dalam doa. Tahun-tahun berlalu dan Sharbel menjadi seorang yang sepenuhnya mengasihi Yesus. Kemudian, sementara ia sedang merayakan Misa pada tanggal 16 Desember 1898, saat konsekrasi, ia terserang stroke. Sharbel terbaring tak berdaya delapan hari lamanya, dan wafat pada tanggal 24 Desember 1898. Mukjizat-mukjizat mulai terjadi di makam biarawan yang kudus ini. Sebagian dari mukjizat-mukjizat tersebut diterima sebagai prasyarat untuk memaklumkan Sharbel sebagai “beato” dan kemudian “santo”. Pater Sharbel dimaklumkan sebagai santo oleh Paus Paulus VI pada tanggal 9 Oktober 1977. Paus menjelaskan bahwa St Sharbel dengan cara hidupnya mengajarkan kepada kita jalan sejati kepada Tuhan. Beliau mengatakan bahwa budaya kita memuliakan kekayaan dan kenikmatan. Tetapi Sharbel, sebaliknya, mengajarkan kepada kita melalui teladan hidupnya, nilai kemiskinan, matiraga dan doa.*** 37. ORBITAN LEPAS 3 Menuju Gereja Misioner Martin van Ooij, SCJ B eberapa waktu yang lalu, saya berlibur di kampung halaman saya, di negeri Belanda, dalam rangka merayakan 50 tahun tahbisan saya. Senang bisa berjumpa dengan sanakfamili, teman dan handai taulan. Tetapi dibalik kebahagiaan atas perjumpaan itu, saya prihatin dengan realita kehidupan menggereja di sana. Masyarakat sungguh sudah terkungkung oleh kekuasaan “allah” yang baru, yakni “allah” ekonomi (materialisme). Saya sungguh kuatir, “allah” ini bisa merobohkan Gereja kita, kalau kita tidak menyadarinya. Maka kita sebagai umat Katolik dituntut untuk lebih aktif dalam kehidupan Gereja dan dalam kemasyarakatan, bila perlu dalam politik. Umat harus melihat tawaran Gereja itu sebagai kesempatan dan berkat untuk membangun kesejahteraan umat di kemudian hari. Kekuatiran saya ini bukan tanpa dasar. 50 tahun yang lalu, sekitar tahun 1963, Gereja Paroki di kampung halaman saya, menyediakan lima misa di hari Minggu, sekarang tidak ada lagi misa, karena yang datang untuk misa juga sudah tidak ada lagi. Banyak gedung gereja ditutup! Agama dan iman disisihkan; dianggap sebagai barang usang yang hanya pantas untuk dimuseumkan. Generasi muda tidak diberi pegangan hidup lagi. Konsekuensinya berat sekali. Masyarakat, khususnya generasi muda mulai kehilangan kebutuhan untuk menambah pengetahuan agama mereka. Disisi lain, di sekitar penggantian abad, justru terjadi sentralisasi kepemimpinan (hierarki) di dalam Gereja dan banyak gembala melalaikan pendampingan umat, terutama dalam menghadapi era globalisasi. Dari pengalaman dengan umat di negeri asal saya tersebut, saya merasakan dan melihat, bahwa sebenarnya umat masih membutuhkan gereja-gereja yang sedang ditutup oleh Hierarki. Umat, khususnya di kampung- kampung tidak rela dan menentang, tetapi mereka tidak didengarkan oleh para pemimpin rohani mereka. Kerinduan mereka akan kehidupan beribadah bisa terlihat dari penuhnya acara ziarah Maria (dalam maupun luar negeri). Kalau melihat fenomena baru itu, sepertinya Bunda Maria sedang berusaha membangkitkan semangat menggereja umat Katolik di sana. Bunda Maria ingin menyelamatkan Gereja. Kabar terakhir yang lumayan menggembirakan adalah bahwa Bapa Paus Fransiskus menghimbau kepada Gereja di Belanda untuk berhenti menutup gedung-gedung gereja. Saya berdoa dan sungguh berharap agar geliat Bunda Maria dan suara Bapa Paus didengarkan oleh para uskup. Dengan melihat realita secara menyeluruh, saya meyakini bahwa munculnya dewa ekonomi/ materialisme ini tidaklah sepenuhnya kesalahan umat tapi juga pimpinan Gereja yang kurang peka pada pendampingan Roh Kudus. Berbahagialah Umat 38 di Keuskupan Agung Jakarta (KAJ). Saya melihat kepedulian yang besar dari pimpinan Gereja dalam pendidikan/ (pendampingan) dan perkembangan umat yang intensif dan bermutu, sepertinya misalnya dengan adanya kegiatan KEP ini. KAJ cukup menemukan pemahaman atas tanda-tanda zaman yang diperlukan untuk sekarang ini dan juga untuk masa mendatang. Kita tahu, secara ekonomi kemakmuran tidak dirasakan oleh semua bangsa, bahkan untuk negara Indonesia, kemakmuran belum terjadi secara merata. Terlepas dari persoalan pemerataan kemakmuran secara material, sesungguhnya yang paling dibutuhkan oleh masyarakat kita adalah penghargaan/cinta satu sama lain dan dukungan atas nilainilai positif pada tingkat nasional maupun international. Kita harus menghargai setiap usaha baik dari individu/pribadi/perseorangan maupun kelompok masyarakat dan juga harus menghormati satu sama lain. Banyak masalah di masyarakat ini yang lebih disebabkan oleh egoisme; yang hanya akan dapat teratasi dengan sikap membangun rasa kebersamaan, keadilan dan kejujuran. Bagi umat Katolik, inilah ladang bagi kita untuk ambil peranan. Kita harus menghadirkan Gereja di tengah masyarakat. Bukan terutama untuk meng-katolikkan masyarakat, tetapi berjuang bersama masyarakat untuk mengedepankan nilai-nilai cinta, penghargaan dan perhormatan. Itulah panggilan missioner Gereja kita! Gereja Katolik harus berjiwa missioner, dimana setiap umat Katolik orang per orang dipanggil untuk menjadi misionaris cinta kasih. Untuk para pimpinan Gereja, betapa tepat seruan Bapa Paus Fransiskus kepada para uskup, para imam dan pemimpin-pemimpin lingkungan, agar mereka menjadi gembala yang dekat dengan umat, menjadi ayah dan saudara. Mereka diminta untuk menjadi lemah lembut, sabar dan penuh kasih. Mereka dituntut untuk tidak berpikir dan bertindak seolaholah menjadi pangeran. Mereka harusnya menjadi pribadi yang tidak ambisius, yang menikahi Gereja tetapi matanya tertutup kepada yang lain. Mereka diharapkan mampu melihat kawanan dombanya dan memberi kepercayaan serta melindungi segala yang dimilikinya, menjaga umatnya dari bahaya yang mengancam mereka dan di atas semua itu membuat iman bercahaya bagi hati manusia. Semoga mereka juga dapat mendukung umatnya dengan kasih dan kesabaran Ilahi dengan tiga jalan: “Ing ngarso sung tulodo, ing madya mangun karso, tut wuri handayani.” Dengan demikian, dapat memastikan domba-dombanya tidak ada yang kesasar. ”Entah sebagai gembala entah sebagai domba, marilah kita merayakan Kelahiran Yesus dengan hati baru untuk tahun 2015.”*** 39. PENDIDIKAN Hasil Evaluasi dan Riwayatmu Kini… K urikulum 2013 yang pada awalnya disebut-sebut sebagai kurikulum yang dirancang untuk mempersiapkan generasi emas dan digadang-gadang mampu bertahan hingga puluhan tahun ke depan, tampaknya saat ini sedang dipertanyakan keberlangsungannya. Mendikbud, Anies Baswedan, setelah mempertimbangkan rekomendasi Tim Evaluasi Implementasi Kurikulum 2013 yang dibentuknya, akhirnya memutuskan 3 (tiga) opsi terhadap nasib Kurikulum 2013, sebagaimana tercantum dalam Surat Edaran Nomor: 179342/ MPK/KR/2014 yang ditujukan untuk seluruh Kepala Sekolah di Indonesia. Berikut ini kutipan ketiga opsi tersebut: 1. Menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 di sekolahsekolah yang baru menerapkan satu semester, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2014/2015. Sekolah-sekolah ini supaya kembali menggunakan Kurikulum 2006. Bagi Ibu/ Bapak kepala sekolah yang sekolahnya termasuk kategori ini, mohon persiapkan sekolah untuk kembali menggunakan ke sekolah lain di sekitarnya. Bagi Ibu dan Bapak kepala sekolah yang sekolahnya termasuk kategori ini, harap bersiap untuk menjadi sekolah pengembangan dan percontohan Kurikulum 2013. Kami akan bekerja sama dengan Ibu/ Bapak untuk mematangkan Kurikulum 2013 sehingga siap diterapkan secara nasional dan disebarkan dari sekolah yang Ibu dan Bapak pimpin sekarang. Catatan tambahan untuk poin kedua ini adalah sekolah yang keberatan menjadi sekolah pengembangan dan percontohan Kurikulum 2013, dengan alasan ketidaksiapan dan demi kepentingan siswa, dapat mengajukan diri kepada Kemdikbud untuk dikecualikan. Kurikulum 2006 mulai semester genap Tahun Pelajaran 2014/2015. Harap diingat, bahwa berbagai konsep yang ditegaskan kembali di Kurikulum 2013 sebenarnya telah diakomodasi dalam Kurikulum 2006, semisal penilaian otentik, pembelajaran tematik terpadu, dll. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi guru-guru di sekolah untuk tidak mengembangkan metode pembelajaran di kelas. Kreatifitas dan keberanian guru untuk berinovasi dan keluar dari praktik-pratik lawas adalah kunci bagi pergerakan pendidikan Indonesia. 2. Tetap menerapkan Kurikulum 2013 di sekolah-sekolah yang telah tiga semester ini menerapkan, yaitu sejak Tahun Pelajaran 2013/2014 dan menjadikan sekolah-sekolah tersebut sebagai sekolah pengembangan dan percontohan penerapan Kurikulum 2013. Pada saat Kurikulum 2013 telah diperbaiki dan dimatangkan lalu sekolah-sekolah ini (dan sekolah-sekolah lain yang ditetapkan oleh Pemerintah) dimulai proses penyebaran penerapan Kurikulum 2013 3. Mengembalikan tugas pengembangan Kurikulum 2013 kepada Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Pengembangan Kurikulum tidak ditangani oleh tim ad hoc yang bekerja jangka pendek. Kemdikbud akan melakukan perbaikan mendasar terhadap Kurikulum 2013 agar dapat dijalankan dengan baik oleh guru-guru kita di dalam kelas, 40 serta mampu menjadikan proses belajar di sekolah sebagai proses yang menyenangkan bagi siswasiswa kita. Dalam isi surat edaran tersebut, Anis Baswedan menegaskan pula bahwa kunci untuk pengembangan kualitas pendidikan adalah pada guru. Kita tidak boleh memandang bahwa pergantian kurikulum secara otomatis akan meningkatkan kualitas pendidikan. Atas keputusan yang tergolong berani ini, ternyata mendapat respons yang beragam di masyarakat, khususnya dari para guru. Dalam halaman Kemendikbud di situs jejaring FaceBook, terdapat ribuan orang berkomentar atas pemberitaan tentang keputusan Mendikbud di atas. Ada yang berkomentar tentang ketidaksetujuannya atas keputusan tersebut, tetapi jauh lebih banyak yang memberikan respons positif. *** https://akhmadsudrajat.wordpress. com/2014/12/07/kurikulum-2013-hasilevaluasi-dan-riwayatmu-kini/ 41. ORBITAN LEPAS 4 Lahirnya HARI IBU di Indonesia S etiap tanggal 22 Desember, seluruh masyarakat Indonesia merayakan Hari Ibu. Sebuah peringatan terhadap peran seorang perempuan dalam keluarganya, baik itu sebagai istri untuk suaminya, ibu untuk anak-anaknya, maupun untuk lingkungan sosialnya. Tahukah Anda sejarah Hari Ibu sampai ditetapkan sebagai perayaan nasional? Peringatan Hari Ibu diawali dari berkumpulnya para pejuang perempuan dari 12 kota di Jawa dan Sumatra dan mengadakan Konggres Perempuan Indonesia I pada 22-25 Desember 1928 di Yogyakarta. Salah satu hasil dari kongres tersebut salah satunya adalah membentuk Kongres Perempuan yang kini dikenal sebagai Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Namun penetapan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu diputuskan dalam Kongres Perempuan Indonesia III pada tahun 1938. Bahkan, Presiden Soekarno menetapkan tanggal 22 Desember ini sebagai Hari Ibu melalui Dekrit Presiden No. 316 tahun 1959. Para pejuang perempuan tersebut berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat untuk berjuang menuju kemerdekaan dan perbaikan nasib kaum perempuan. Para feminis ini menggarap berbagai isu tentang persatuan perempuan Nusantara, pelibatan perempuan dalam perjuangan melawan kemerdekaan, pelibatan perempuan dalam berbagai aspek pembangunan bangsa, perdagangan anak-anak dan kaum perempuan. Tak hanya itu, masalah perbaikan gizi dan kesehatan bagi ibu dan balita, pernikahan usia dini bagi perempuan, dan masih banyak lagi, juga dibahas dalam kongres itu. Bedanya dengan jaman sekarang, para pejuang perempuan itu melakukan pemikiran kritis untuk perkembangan perempuan, tanpa mengusung kesetaraan jender. Penetapan Hari Ibu ini diilhami oleh perjuangan para pahlawan wanita abad ke-19 seperti M. Christina Tiahahu, Cut Nya Dien, Cut Mutiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said dan lain-lain. Selain itu, Hari Ibu juga merupakan saat dimana kita mengenang semangat dan perjuangan para perempuan dalam upaya perbaikan kualitas bangsa ini. Kini, Hari Ibu di Indonesia diperingati untuk mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu. Berbagai kegiatan dan hadiah diberikan untuk para perempuan atau para ibu, seperti memberikan kado istimewa, bunga, aneka lomba untuk para ibu, atau ada pula yang membebaskan para ibu dari beban kegiatan domestik sehari-hari. Bagaimana dengan perayaan Hari Ibu Anda, adakah hadiah untuk ibu tercinta?**** Sumber: http://www.ayahbunda.co.id/ Artikel/keluarga/psikologi/lahirnya. hari.ibu.di.indonesia/001/007/528/1/1 43. PSIKOLOGI AGAPE ada untuk Anda “Membiasakan diri untuk tidak menyimpan masalah” Arie Radyaswati (SKK) P ernahkah mendengar istilah ‘unfinished business’ ?. Istilah ini sering dipakai untuk menggambarkan masalah masa lalu yang belum dan tidak terselesaikan. Masalah hidup tidaklah sebatas masalah berkeluarga. Sejak kecil kita sudah diakrabkan dengan berbagai masalah, contoh anak masih ingin bermain atau metonton TV, orangtua menyuruh mengerjakan pe-ernya, bagi anak tersebut masalah. Remaja ingin pergi bersama teman dan tidak diijinkan orangtua, ini juga masalah. Memilih pacar dan teman hidup yang tidak sesuai dengan kriteria atau harapan orangtua, masalah sekaligus bagi anak maupun orangtuanya. Orangtua berkata atau bertindak keras sementara anak tidak berdaya untuk memberi penjelasan atau pembelaan, inipun juga masalah. Ini hanya sebagian contoh permasalahan, dan masih banyak lagi, seperti masalah pekerjaan, hubungan suami istri, adiksi, problem klinis (gangguan dan kelainan), atau masalah-masalah lain di dalam keluarga.. Setuju dengan suatu pandangan bahwa pengalaman atau peristiwa masa lalu, masalah yang tidak terselesaikan atau ketidaknyamanan akan tersimpan di alam bawah sadar kita dan sebagai deposit emosi negatif. Individu terkadang melarikan diri, menghindar atau memutus hubungan dengan dengan siapa mereka bermasalah. Namun individu lupa bahwa jika tidak disikapi dengan benar, muatan negatif tetap ada yang akan terbawa dalam manifes sikap dan perilaku sehari-hari. Perasaan cepat marah, mudah cemas, rasa dendam, rasa sakit, sikap defensif atau sikap negatif lain yang berdampak dalam interaksi dengan orang-orang sekitar misal kepada anak, pasangan atau teman-teman. Deposit emosi negatif yang menjadi beban ini akan dapat berpengaruh dalam perkembangan kepribadian, lebih tepatnya berpengaruh terhadap cara kita berpikir, bersikap dan berperilaku. Unfinished business Setiap permasalahan idealnya bisa diselesaikan atau dihadapi, jika tidak maka muatan emosi negatif masih tersisa. Tumpukan masalah yang belum atau tidak terselesaikan akan menjadi deposit negatif yang dapat terus bertambah seiring dengan waktu.. Ada kalanya terjadi ledakan emosi yang diekspresikan dalam berbagai manifestasi sikap atau tindakan kurang matang. Ini sebuah gambaran situasi ‘unfinished business’. Ada teori berpandangan bahwa manusia dapat berubah dan mampu bertanggung jawab terhadap dirinya. Proses penyelesaian masalah membuat dan membentuk kita menjadi pribadi matang. Matang emosional maupun sosial dalam proses berpikir, bersikap dan bertindak Berbagai cara dapat ditempuh untuk mengurangi bahkan menghilangkan beban emosi negatif masa lalu, di sisi lain usaha untuk terus berjibaku dengan berbagai masalah sehari-hari yang semakin kompleks. Untuk ini, kita perlu teman berbagi masalah, ‘sharing’ kepada teman terpercaya merupakan salah satu cara atau sarana ‘self-healing’ yang dapat meringankan masalah. Melalui sharing atau menjalani proses konseling kita diajak untuk mampu mengidentifikasi dan memahami permasalahan, mendapatkan insight atau alternative solusi dengan tujuan akhir, kita dapat melakukan perubahan. Agape AGAPE adalah salah satu fasilitas konsultasi yang disediakan Paroki St. Stefanus secara cuma-cuma (GRATIS) sebagai teman Anda untuk berbagi masalah. Beberapa konselor dan psikolog selalu bersedia untuk menjadi teman dan sabahat sharing yang dapat dipercaya untuk menjaga identitas dan kerahasiaan masalah Anda. Masalah anak, remaja, sekolah, orangtua, perkawinan, pekerjaan, kepribadian atau permasalahan psikologis lainnya dimana terkadang satu dengan lain saling terkait dan perlu penanganan secara holistik. Fokus ‘here and now’; (NOW = Experience = Awareness = REALITY), dan membuat pilihan-pilihan untuk terus move-on. Mengubah pola pikir, meregulasi emosi dan akhirnya mampu mengubah cara berperilaku. Usaha dan upaya menghadapi dan keluar dari permasalahan adalah kewajiban kita semua. Setelahnya kita akan semakin dimampukan untuk bisa sampai pada tingkat ‘acceptance’ terhadap apa yang Tuhan kehendaki, ini bagian dari proses kehidupan iman kita.**** Salam kami, AGAPE Seksi Kerasulan Keluarga Konsultasi melalui perjanjian via sms ke nomer HP 0812 8040 391 (Benny Setiawan) 45 BAPTISAN DEWASA St. Stefanus Jumat, 12 Desember 2014 46 PARA KATEKUMEN PENERIMA SAKRAMEN INISIASI DAN WALI BAPTIS NO CALON PENERIMA SAK. INISIASI Anak-anak 1 Angela Merici Conny Ester 2 Theresia Viona Sihombing 3 Marcellus Marcellus Risky Sihombing 4 Luite Riberro Adriano 5 Zefanya Karin Azara M 6 Veronica Maita Monica 7 Michale Aurellia Ina Purekh 8 Anastasia Rindiani Tiara Dillanch 9 Maria Angelica Alexey Sutanto 10 Xavier Matthew 11 Mikahel Jaden Dewasa 12 Damianus De Veuster Rizky Ireng Maulana 13 Gabriela Rahma Saskia Disa 14 Matthew M. Randy Syahputra 15 Mikhaela Rachel Savira Disa 16 Rafael Timothy Amoel Daffanairi 17 Maria Magdalena Rakhmah Saad 18 Petrus Raynaldo Chandra Nugroho 19 Ignatia Ni Made Lidya Dewi Aristya 20 Jeremy Johan Efendi 21 Dominique Yovita 22 Ignatius I Putu Maha Wisesa 23 Bernardinus Aditya Putra Amanu 24 Gabriela Novi Susanti 25 Cecilia Sherly Fausta Wijono 26 Raphael Gabriel Michael Alinskie 27 Michael Leong Mun Khuen 28 Gabrielle Chelsea Olivia Wijaya 29 Anastasia Anisa Siti Budi Rahayu 30 Brigitta Rahmah Rulmihafti 31 Anastasia Rr. Indah Krisna Mukti 32 Katarina Hilda 33 Nicodemus Andri Yudha Pratama 34 Eugenia Gwendilyn Krismawati 35 Lidia Ningsih 36 Dominic Eric Nugroho 37 Tranquilino David Leonardo Sutiyasmo 38 Gisella Erlina Sanjoto 39 Krisentia Wong Siu Bie 40 Pauline Clara Laura Baso 41 Alessandra Benedict Michelle Kusuma WALI Yohanes Laga Rafina Magdalena Hutasoit Christina Bota Doren Yuliana Netty Veronica Sophiatun Maria Caroline FX Prawito Eleonora Noveria Anoragawati Eleonora Noveria Anoragawati Eleonora Noveria Anoragawati Eleonora Noveria Anoragawati Eleonora Noveria Anoragawati Eleonora Noveria Anoragawati Clara Maria Endang Ekowati Stephanus Kuncoro Lucia Sunar Pri Adminingsih Vinsensius Budianto Cesilia Ernawaty Purba Agnes Hermien Johana Judiani Yudas Maria Theresia Erni Laurentius Lie Halim Michael Sudana Arifin Yudas Yudas Yudas Yudas Yudas Yudas Yudas Yudas Yudas Stevanus I Made Winarsa Marcella Anne Rieco Hendrykus Suhendi Sutanto Emerentiana Herawati 48. POTRET GEREJA F enomena yang mempengaruhi iklim di Indonesia : 1. El Nino dan La Nina 2. Dipole Mode 3. Sirkulasi Monsun Asia - Austra lia 4. Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical Conver gence Zone / ITCZ) 5. Suhu Permukaan Laut di Wilayah Indonesia Menurut BMKG Update Prakiraan Musim Hujan 2014 - 2015 secara umum dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Kondisi kekeringan umumnya terjadi di sebagian besaar wilayah Indonesia. 2. Kelembaban udara di Indonesia bagian tengah dan timur umum nya lebih rendah dibanding rataratanya. 3. Monsun Australia (angin dari timur) di selatan ekuator relatif masih kuat. 4. Meskipun Nino 34 bernilai hangat (0.338), tapi masih belum melebihi batas (0.5) dan SOI masih belum mendukung sehingga El Nino masih belum terjadi. 5. Musim hujan di Jawa umumnya diperkirakan akan terjadi mulai pertengahan November 2014 Pengaruh yang dialami Gereja St. Stefanus khususnya Gd. Leo Dehon menarik perhatian dan bersamasama kita berhati-hati atas beberapa perbaikan yang sedang dilakukan. Kepatuhan terhadap petugas keamanan khususnya dalam parkir kendaraan, begitu pula antisipasi hujan yang lebat sampai dengan Desember 2014 nantinya.**** Bagian Pemeliharaan dan Pemanfaatan Gedung (PPG) ST. STEFANUS Mengadakan lelang Stabilizer, informasi lebih lanjut hubungi Bpk. Bambang Sutarsono (HP: 0817 6703 333 / 0811 9792 45 ) JAM PELAYANAN SEKRETARIAT PAROKI Kantor Sekretariat Paroki St. Stefanus buka setiap hari: 1. Senin pk 08.00 - 16.00 WIB 2. Selasa s/d Minggu pk 08.00 - 18.00 WIB Tutup pada hari Libur Nasional dan hari Besar Agama Katolik 49. POJOK KOMSOS A sal mula konsumerisme dikaitkan dengan proses industrialisasi pada awal abad ke-19. Karl Marx menganalisa buruh dan kondisi-kondisi material dari proses produksi. Dimana, kesadaran manusia ditentukan oleh kepemilikan alat-alat produksi. Prioritas ditentukan oleh produksi sehingga aspek lain dalam hubungan antar manusia dengan kesadaran, kebudayaan dan politik dikatakan dikonstruksikan oleh relasi ekonomi. Horkheimer dan Adorno-pun mengemukakan hal logika; bahwa komoditas dan perwujudan rasionalitas instrumental dalam lingkup produksi akan tampak nyata dalam lingkup konsumsi. Pencarian waktu bersenang-senang, seni dan budaya tersalur melalui industri budaya komsumerisme. Semakin mudah konsumsi membutuhkan manipulasi simbol-simbol secara aktif, bahkan menurut Baudrillard, yang dikonsumsi bukan lagi use atau exchange value, melainkan “symbolic value”, maksudnya orang tidak lagi mengkonsumsi objek berdasarkan karena kegunaan atau nilai tukarnya, melainkan karena nilai simbolis yang sifatnya abstrak dan terkonstruksi. “Makasih om duitnya,” celoteh Andi salah seorang anak yang kesehariannya membantu parkir di Pasar Tanah Abang Perkara nantinya kegunaan atau tidak kembali kepada kebijakan masyarakat menilai arti dari pola komsumerisme menjadi benarbenar manfaat. Apakah nantinya kita akan terjebak dalam dunia simbolisasi atau trend, mari kita sikapi dengan kearifan yang terbaik dalam refleksi akhir tahun. Saatnya berhitung dan merencanakan kebutuhan yang anda inginkan.*** PENGGANTI ONGKOS CETAK MAJALAH MEDIAPASS DESEMBER 2014 1. Lingkungan Paulinus (Agustinus s/d Desember 2014) 2. Lingkungan Sta Maria Goretti (2014) 3. Lingkungan St. Thomas Aquino (Sept s/d Nov 2014) 4. NN Total 500.000 1.075.000 360.000 700.000 2.635.000 Terima kasih atas donasi yang telah diberikan. Kami menunggu kontribusi Anda di edisi-edisi berikutnya. - Informasi tentang donasi dapat menghubungi: Dian Wiardi (0818 183419) - Donasi dapat ditransfer ke rekening KOMSOS : BCA dengan no. rek: 7310278879 a.n. Mirjam Anindya Wiardi atau R. Prakoso. - Harap memberitahukan apabila donasi dikirim melalui transfer, untuk setiap penerimaan donasi, akan diberikan bukti penerimaan resmi. UCAPAN NATAL DARI DEWAN PAROKI