A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Transcription
A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia
Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia N A N GA N A DEW K ET N AHANA P Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009 Dewan Ketahanan Pangan Departemen Pertanian World Food Programme Copyright © 2009 Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI and World Food Programme (WFP) All rights reserved. No part of this publication may be reproduced or transmitted, in any form or by any means, without permissions. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009 Published by: Dewan Ketahanan Pangan, Departemen Pertanian RI and WFP Cover Design/Lay Out: Ratna Wardhani Printed by: PT Enka Deli Jakarta ISBN: 978-979-99549-1-6 Size: 297 mm x 420 mm No. of Pages: 210 WFP Disclaimer The Boundaries and names shown and the designations used on the maps in this book do not imply official endorsment or acceptance by the United Nations. PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA PESAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MESSAGE OF THE PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA Pangan adalah kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya bukan hanya untuk memenuhi hak asasi setiap rakyat Indonesia atau hanya sebagai kewajiban moral saja, tetapi juga merupakan investasi ekonomi maupun sosial dalam rangka pembentukan generasi yang lebih baik pada masa yang akan datang. Pemerintah Indonesia menyadari sepenuhnya peran strategis pangan sehingga Pemerintah memandang perlu untuk melakukan revitalisasi pertanian, kehutanan, dan perikanan sejak tahun 2005. Food is human basic necessity. Therefore, its fulfillment is not only to satisfy basic human rights or moral obligation of the Indonesian people, but also become economic as well as social investment to have better generation in the future. Indonesian Government realizes this strategic role of food. Consequently, the Government considered the necessity of revitalizing agriculture, forestry and fishery since 2005. Saya sungguh berbahagia mengetahui bahwa pelaksanaan pembangunan selama lima tahun terakhir ini telah mampu menekan jumlah penduduk rawan pangan. Dengan demikian, Indonesia telah mampu menunjukkan komitmennya kepada dunia untuk mengurangi kerawanan pangan, sebagaimana yang telah disepakati dalam Millennium Development Goals. Saya juga menyadari bahwa hasil pembangunan selama ini tentu tidak dapat memuaskan semua pihak, tetapi dengan bekal Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2009 (Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009), Pemerintah dapat lebih memfokuskan dan memprioritaskan sumber dayanya untuk menangani masalah pangan secara menyeluruh. Peta tersebut akan membantu kita memahami akar permasalahan sebagai dasar penyusunan kebijakan dan strategi pengurangan penduduk rawan pangan. I am very pleased to note that our development during the last five years has been able to reduce food insecure population in the country. Hence, Indonesia has shown its commitment to the world to reduce food insecurity as agreed in the Millennium Development Goals. I also realize that the result of the development would not satisfy all stakeholders. However, with the Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009, the Government could focus and prioritize its resources to address the key issues of food insecurity in a comprehensive manner. The Atlas would provide us with the necessary understanding of its root causes and hence would help in making appropriate policies and strategies in reducing food insecure population. Saya juga menilai bahwa dokumen ini akan membekali pihak berwenang di daerah, Gubernur, Bupati/Walikota, beserta seluruh jajarannya terkait, dengan melakukan analisis menyeluruh mengenai semua dimensi ketahanan dan kerentanan pangan. Dengan analisis ini, Dewan Ketahanan Pangan di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota dapat mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk mengurangi jumlah penduduk rawan pangan di daerah masingmasing. I also see that this document would provide Regional Authorities, Governors and Regents/Mayors, a comprehensive analysis of all dimensions of food security and vulnerability. With this analysis, the Food Security Council at the provincial and district/ city levels could take necessary measures to reduce food insecure population in their respective regions. Kehadiran buku Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia 2009 (Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009) ini, kiranya bermanfaat pula bagi semua pihak dan dapat menjadi salah satu referensi dalam rangka upaya kita bersama meningkatkan produksi dan ketahanan pangan yang akan dijalankan oleh Pemerintah sampai tahapan tahun 2014 mendatang. The Food and Vulnerability Atlas of Indonesia 2009 is expected to bring benefit for all stakeholders and could be a reference to our jointly effort to increase the food production and security as part of the Government program until 2014. Jakarta, 22 Maret 2010 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Jakarta, 22 March 2010 PRESIDENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA, DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA Sambutan Menteri Pertanian A Message from the Minister of Agriculture Ketahanan Pangan merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional Kabinet Indonesia Bersatu. Melalui Revitalisasi Pertanian, Kehutanan dan Perikanan, pemerintah berupaya meningkatkan ketersediaan pangan. Hasilnya, pada tahun 2008 yang lalu, Indonesia telah mencapai swasembada kembali dan mampu melepaskan diri dari krisis pangan dunia di tahun tersebut. Tidak hanya dalam aspek ketersediaan saja, pemerintah juga berupaya untuk meningkatkan akses kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia, serta akses infrastruktur untuk memperlancar distribusi pangan. Hasilnya, #KK@ OA?QNEPU EO KJA KB PDA CKRANJIAJP LNEKNEPEAO @QNEJC PDA LNAOE@AJ?U KB !N % 0QOEHK =I>=JC 6Q@DKUKJK 1DNKQCD terlihat adanya perubahan yang cukup nyata dalam hal akses terhadap fasilitas kesehatan, umur harapan hidup yang lebih tinggi dan balita kurang gizi yang semakin menurun. Sesuai dengan perkembangan pemekaran wilayah kabupaten, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (Food Security and Vulnerability Atlas – FSVA) yang dihasilkan oleh Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan c.q. Badan Ketahanan Pangan, mencakup 32 provinsi dan 346 kabupaten serta merupakan konsolidasi berbagai aspek yang terkait dengan ketahanan pangan, seperti ketersediaan pangan, akses dan distribusi pangan serta gizi dan kesehatan. Saya yakin CNE?QHPQNA#KNAOPNU=J@#EODANU/AREP=HEV=PEKJPDACKRANJIAJPD=O>AAJ?KJOEOPAJPHUEJ?NA=OEJCBKK@=R=EH=>EHEPU1DANAOQHP S=OPD=P&J@KJAOE=S=O=>HAPKNAC=EJOAHBOQBł?EAJ?UEJ=J@SANA=>HAPKAO?=LABNKICHK>=HBKK@?NEOEOEJPD=PUA=N +KPKJHUEJBKK@=R=EH=>EHEPU=OLA?POPDACKRANJIAJPEO=HOKEILNKREJC>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAPKOIKKPD=J@ATLA@EPABKK@ @EOPNE>QPEKJEILNKRAIAJPKBLAKLHA=??AOOPK>=OE?DA=HPDB=?EHEPEAO1DAOAABBKNPOD=RANAOQHPA@EJEILNKRAIAJPKBDA=HPD =J@JQPNEPEKJEJ@E?=PKNOOQ?D=O=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAOHEBAATLA?P=J?U=P>ENPD=J@QJ@ANSAECDPQJ@AN?DEH@NAJSDE?D =NALKOEPERAEILNKRA@ 1DA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=O#03?KRANEJCLNKREJ?AO@EOPNE?POEOPKLNKRE@AEILKNP=JPPKKHOBKN @A?EOEKJI=GEJCEJP=NCAPEJC=J@NA?KIIAJ@=PEKJOBKNNAOLKJ@EJCPKBKK@EJOA?QNEPU=PPDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PHARAH1DEO PH=OLNK@Q?A@FKEJPHU>UPDA0A?NAP=NE=PKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EH=J@PDA4KNH@#KK@-NKCN=IIA?KJOKHE@=PA@I=JU variables of the food security aspects such as food availability, food access and distribution, and health and nutrition. bahwa FSVA ini dapat dijadikan referensi dan pedoman bagi upaya-upaya penurunan kerawanan pangan sebagai tindak lanjut komitmen Indonesia dalam pencapaian *EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO. Saya berharap, bahwa penyusunan FSVA tidak berhenti sampai kabupaten saja, tetapi juga mencakup sampai ke 4A=NAOQNAPD=PPDEOPH=OSKQH@OANRA=OPKKHPKLNEKNEPEVAKQNABBKNPPKNA@Q?ABKK@EJOA?QNEPU=OKQNBKHHKSQL=?PEKJOPK tingkat desa, sehingga setiap tingkatan pemerintahan (provinsi dan kabupaten/kota) dapat memprioritaskan dan PDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO4EPDPDEOPH=OABBA?PERAIKJEPKNEJC=J@A=NHUS=NJEJCOUOPAI?KQH@>AEILHAIAJPA@ mensinerjikan sumberdaya yang dimiliki untuk menurunkan kerawanan pangan. Tidak hanya itu, dengan FSVA ini, ,B?KQNOASASEODPD=PPDEOABBKNPSKQH@?KJPEJQAQLPKPDAREHH=CAHARAHOKA=?DCKRANJIAJP=QPDKNEPEAO?KQH@LNEKNEPEVAEPO resources to reduce food insecurity in their respective regions. pemantauan dini dapat lebih ditingkatkan lagi agar kejadian kerawanan pangan dapat dideteksi lebih dini, sehingga tidak menimbulkan dampak negatif yang sangat besar bagi korbannya. Penyusunan FSVA ini telah mulai dilakukan sejak awal 2009. Sehubungan dengan itu saya mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Ir. Anton Apriyantono, MS, Menteri Pertanian Kabinet Indonesia Bersatu I yang telah berkontribusi besar sehingga FSVA ini dapat tersusun. Terima kasih juga saya sampaikan kepada 4KNH@#KK@-NKCN=IIA (WFP) atas kerja sama yang telah berlangsung sangat baik selama ini, dan saya tetap mengharapkan agar kerja sama tersebut dapat berjalan lebih baik lagi, sehingga transfer of technology, knowledge and skill dapat ditularkan kepada provinsi dan kabupaten/kota. 2L@=PEJC#KK@&JOA?QNEPUPH=OĠ#& D=O>AAJOP=NPA@A=NHUSDE?DEOJKSNA=@UPK>AH=QJ?DA@=O#KK@0A?QNEPU =J@3QHJAN=>EHEPUPH=OĠ#03 4APDANABKNASKQH@HEGAPKATPAJ@KQN=LLNA?E=PEKJPK!NJPKJLNEU=JPKJK=O*EJEOPAN KB CNE?QHPQNA EJ PDA LNAREKQO ?=>EJAP Ġ(=>EJAP &J@KJAOE= ANO=PQ & BKN DEO R=HQ=>HA EJLQPO =J@ HA=@ANODEL @QNEJC PDA @ARAHKLIAJP KB #03 4A SKQH@ HEGA =HOK PK ATPAJ@ KQN =LLNA?E=PEKJ PK PDA 4#- BKN PDEO AJPDQOE=OPE? ?KHH=>KN=PEKJ =J@SEODPKD=RA>APPAN=J@IKNA>AJAł?E=H?KHH=>KN=PEKJEJPDABQPQNAAOLA?E=HHUEJPDABKNIOKBPN=JOBANKBPA?DJKHKCU GJKSHA@CA=J@OGEHHPKPDALNKREJ?E=HO=J@@EOPNE?POKBł?ANO Menteri Pertanian/ Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan *EJEOPANKBCNE?QHPQNA "TA?QPERA D=ENI=JKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EH Ir. H. Suswono, MMA &N%0QOSKJK** Kata Pengantar Preface United Nations World Food Programme (WFP) menghargai tinggi upaya yang dilakukan oleh Pemerintah Indonesia 1DA2JEPA@+=PEKJO4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#- ?KIIAJ@OPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=BKNEPOABBKNPOEJP=?GHEJCPDA untuk mencapai target Millenium Development Goals, termasuk upaya pengentasan kemiskinan dan kelaparan. Sejak *EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOEJ?HQ@EJCPD=PKBNA@Q?EJCLKRANPU=J@DQJCAN0EJ?ASDAJPDAłNOP#KK@&JOA?QNEPU PH=O S=O H=QJ?DA@ PDA SKNH@ D=O OAAJ I=JU @N=I=PE? ?D=HHAJCAO %ECD BKK@ =J@ BQAH LNE?AO BKHHKSA@ >U PDA ?QNNAJP tahun 2005, ketika Peta Kerawanan Pangan (Food Insecurity Atlas) yang pertama diluncurkan, dunia telah mengalami perubahan besar. Tingginya harga pangan dan bahan bakar disusul oleh krisis keuangan yang masih berlangsung, berdampak pada tingginya angka kemiskinan dan kelaparan di seluruh dunia. Secara global, jumlah penduduk dunia yang mengalami kelaparan telah mencapai satu milyar orang. Oleh karena itu, kita harus secara cepat dan tepat łJ=J?E=H?NEOEOD=RAEJ?NA=OA@PDAJQI>ANKBPDADQJCNULKKNPDNKQCDKQPPDASKNH@$HK>=HHUPDAJQI>ANKBLAKLHAOQBBANEJC BNKIDQJCANJKSAT?AA@OKJA>EHHEKJ HA=NHUSAJAA@PK=?PSEPDPDAO?=HA=J@QNCAJ?UNAMQENA@PK=?DEARAOQOP=EJ=>HA global food security. mengambil tindakan yang diperlukan untuk mencapai ketahanan pangan yang berkelanjutan. “Pemenuhan Ketahanan Pangan Bagi Semua” telah menjadi prioritas utama Pemerintah Indonesia. WFP dan Dewan Ketahanan Pangan (DKP), telah bekerjasama meluncurkan Peta Kerawanan Pangan (FIA) pada tahun 2005. Atlas PANOA>QP IAJCE@AJPEłG=OE G=>QL=PAJ OA>=C=E @=AN=D N=S=J L=JC=J U=JC IAI>QPQDG=J LNEKNEP=O LAJ=JC=J=J khusus dan bertujuan untuk menyediakan sarana bagi para pengambil kebijakan dalam menentukan sasaran dan intervensi untuk mengatasi kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi dan kabupaten. Berdasarkan FIA 2005, ļ"JOQNEJC#KK@0A?QNEPUBKNHHD=O>AAJ=PKLLNEKNEPUBKNPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=1KCAPDANSEPDPDA+=PEKJ=H#KK@ 0A?QNEPU KQJ?EHĠ#0 PDA4#-FKEJPHULNK@Q?A@=J@H=QJ?DA@PDAłNOP#KK@&JOA?QNEPUPH=OEJ1DAPH=OE@AJPEłA@ LNEKNEPU@EOPNE?PO=OBKK@EJOA?QNASDE?DNAMQENA@QNCAJP=PPAJPEKJ=J@EO=EIA@=PLNKRE@EJCEJBKNI=PEKJBKN@A?EOEKJ I=GANO EJ P=NCAPEJC =J@ NAOLKJ@EJC PK PDA BKK@ =J@ JQPNEPEKJ EJOA?QNEPU =P LNKREJ?E=H =J@ @EOPNE?P HARAHO #KHHKSEJC PDA LQ>HE?=PEKJKBPDAPH=OPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=@EOLANOA@20IEHHEKJPKPDAOA@EOPNE?PO1DAPH=OEO -AIANEJP=D&J@KJAOE=IAJC=HKG=OEG=J=JCC=N=JHA>ED@=NE20FQP=>=CEG=>QL=PAJPANOA>QP0==PEJE=PH=OEJE telah terintegrasi dalam rencana tahunan pemerintahan melalui instansi ketahanan pangan di pusat dan di daerah. JKSBQHHUEJPACN=PA@SEPDEJPDACKRANJIAJPOUOPAI=J@PDA#KK@0A?QNEPU,Bł?AO Diterbitkannya Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) Indonesia tahun 2009, yang merupakan pemuktakhiran dari FIA tahun 2005 merupakan wujud dari kerjasama terbaru antara WFP dan DKP. Peta ini menunjukkan bahwa meskipun Indonesia telah mencapai kemajuan di sektor ekonomi dan ketahanan pangan di tahun-tahun terakhir, menciptakan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat tetap menjadi tantangan bersama. Dan hasilnya adalah ditetapkannya G=>QL=PAJLNEKNEP=OU=JCIAIANHQG=JLAND=PE=JHA>ED>AO=N@=NELAIANEJP=DLQO=PLNKREJOE@=JG=>QL=PAJQJPQG 1DA H=PAOP ?KHH=>KN=PEKJ >APSAAJ 4#- =J@ #0 >NEJCO QO PDA #KK@ 0A?QNEPU 3QHJAN=>EHEPU PH=O Ġ#03 KB &J@KJAOE= intervensi secara multi sektoral. Perbandingan antara indikator dalam FIA 2005 dan FSVA 2009 menunjukkan adanya LAN>=EG=JU=JCOECJEłG=J@EI=J=231G=>QL=PAJPAH=DIAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=P Saya berharap dan yakin bahwa Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan ini akan digunakan oleh para pengambil kebijakan dan praktisi pembangunan karena atlas ini memberikan arah prioritas kebutuhan dan rekomendasi kegiatan secara konkrit. Dengan upaya bersama antara para pemangku kepentingan, secara bersama kita merancang strategi dan menjalankan strategi ketahanan pangan secara efektif, dengan prioritas utama terhadap masyarakat miskin dan kelompok yang paling rawan pangan. Kami berharap kerjasama yang berkelanjutan dalam memastikan ketahanan pangan bagi seluruh rakyat Indonesia. Coco Ushiyama Perwakilan & Direktur World Food Programme, Indonesia SDE?DEO=JQL@=PAKBPDALNAREKQOPH=O1DAPH=OODKSOPD=P@AOLEPA&J@KJAOE=OEILNAOOERAA?KJKIE?=J@ BKK@OA?QNEPU=?DEARAIAJPOEJPDANA?AJPL=OP=PP=EJEJCBKK@OA?QNEPUBKN=HH?KJPEJQAOPK>A=?KHHA?PERA?D=HHAJCA/AOQHPO LNEKNEPEOA RQHJAN=>HA @EOPNE?PO SDE?D JAA@ DECDAN =PPAJPEKJ BNKI PDA ?AJPN=H LNKREJ?E=H =J@ @EOPNE?P CKRANJIAJPO BKN R=NEKQOIQHPEOA?PKN=HEJPANRAJPEKJO)ARAHOKBRQHJAN=>EHEPUPKBKK@OA?QNEPUOPEHHR=NUOQ>OP=JPE=HHU>UCAKCN=LDE?NACEKJSEPDEJ &J@KJAOE= KIL=NEJCEJ@E?=PKNOBNKIPKPDANA=NANAI=NG=>HAEILNKRAIAJPOSEPD31@EOPNE?POEILNKREJC their ranking. &PEOIUDKLA=J@>AHEABPD=PPDEOQL@=PA@#KK@0A?QNEPU3QHJAN=>EHEPUPH=OSEHH>AQOA@>ULKHE?UI=GANO=J@@ARAHKLIAJP LN=?PEPEKJANO=OEPLNKRE@AO=JKRANREASKBJAA@O=J@KBBANONA?KIIAJ@=PEKJOBKN=?PEKJEJ=?KJ?NAPA=J@LNEKNEPEVA@I=JJAN U?KHH=>KN=PERAABBKNPOSEPDL=NPJANO=J@NAHAR=JPOP=GADKH@ANOSA?=JPKCAPDAN@AOECJ=J@EILHAIAJP=JABBA?PERABKK@ OA?QNEPUOPN=PACUSEPDLNEKNEPUPKPDALKKNAOP=J@PDAIKOPBKK@EJOA?QNA4AHKKGBKNS=N@PKKJCKEJCL=NPJANODELPKAJOQNA food security for all in Indonesia. K?K2ODEU=I= /ALNAOAJP=PERA KQJPNU!ENA?PKN 4KNH@#KK@-NKCN=IIA&J@KJAOE= Ucapan Terima Kasih Acknowledgments Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia ini tidak akan mungkin diselesaikan tanpa dukungan dan perhatian secara pribadi dari Ir. H. Suswono, MMA, Menteri Pertanian & Ketua Harian Dewan Ketahanan Pangan Indonesia, demikian juga dengan pendahulu beliau, Dr. Ir. Anton Apriyantono. Inspirasi, motivasi dan perhatian yang konsisten 1DA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OKB&J@KJAOE=?KQH@JKPD=RA>AAJ?KILHAPA@SEPDKQPPDALANOKJ=HEJPANAOPO=J@ OQLLKNPKB%"&N%0QOSKJK**PDA*EJEOPANKBCNE?QHPQNA"TA?QPERA D=ENI=JKBPDA#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKB dari Dr. Ir. Achmad Suryana, merupakan suatu yang tak ternilai. Dr. Ir. Tjuk Eko Hari Basuki, M.St memberikan kepemimpinan yang sangat baik dalam setiap tahap dalam penyelesaian atlas ini. Terima kasih terutama ditujukan kepada Ir. Sugiarto, MM, Ir. Iwan Fortuna Malonda, M.com, Ir. Ali Marsaban, MSi dan Tono, SP dari Badan Ketahanan Pangan (BKP), Departemen Pertanian dan Thi Van Hoang, Dipayan Bhattacharyya, Dedi Junadi dan Helmiati Kadir dari WFP untuk analisis dan persiapan hingga buku ini dapat dipublikasikan. Peran serta dari berbagai instansi pemerintah dan institusi non pemerintah, juga masukan-masukan dari provinsi dan kabupaten merupakan suatu yang sangat dihargai. Terima kasih untuk dukungan dana dari AUSAID. &J@KJAOE==OSAHH=ODEOLNA@A?AOOKN!N&NJPKJLNEU=JPKJK1DAEJOLEN=PEKJIKPER=PEKJ=J@?KJOEOPAJP=PPAJPEKJLNKRE@A@ >U!N&N?DI=@0QNU=J=!ENA?PKN$AJAN=HKB+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPUCAJ?U!N&N1FQG"GK%=NE=OQGE*0PLNKRE@A@ AT?AHHAJPHA=@ANODEL=P=HHOP=CAOKBPDAPH=O@ARAHKLIAJP*Q?DKBPDA?NA@EPBKNQJ@ANP=GEJCPDA=J=HUOEO=J@>NEJCEJC KQPPDEOLQ>HE?=PEKJCKAOPK&N0QCE=NPK**&N&S=J#KNPQJ=*=HKJ@=*?KI&NHE*=NO=>=J*0E@=J1KJK0-KBPDA #KK@0A?QNEPUCAJ?U*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA1DE3=J%K=JC!EL=U=JD=PP=?D=NUU=!A@E'QJ=@E=J@%AHIE=PE(=@ENKB 4#-1DA=?PERANKHAKB=SE@AN=JCAKB$KRANJIAJP=J@JKJCKRANJIAJP=HEJOPEPQPEKJOPKCAPDANSEPDPDANE?DEJLQPOBNKI PDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PKBł?E=HONAI=EJL=NPE?QH=NHU=LLNA?E=PA@1DAOQLLKNPKBQO&!EODECDHU=?GJKSHA@CA@ Table Of Contents Daftar Isi Kontributor RINGKASAN EKSEKUTIF xv xvii Contributors EXECUTIVE SUMMARY BAB 1 PENDAHULUAN 1 CHAPTER 1 1.1 1.2 1.3 1 3 5 1.1 1.2 1.3 Latar Belakang dan Dasar Pemikiran Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi Indikator yang digunakan FSVA 23 CHAPTER 2 2.1 2.2 2.3 23 31 32 2.1 2.2 2.3 BAB 3 AKSES TERHADAP PANGAN DAN PENGHIDUPAN 37 CHAPTER 3 3.1 3.2 3.3 37 42 42 3.1 3.2 3.3 BAB 4 PEMANFAATAN PANGAN 55 CHAPTER 4 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 55 57 59 59 59 62 4.1 4.2 4.3 4.4 4.5 4.6 BAB 5 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN TRANSIEN 79 CHAPTER 5 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 79 80 82 84 85 5.1 5.2 5.3 5.4 5.5 95 CHAPTER 6 Penduduk Di Bawah Garis Kemiskinan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Akses Terhadap Infrastruktur Dasar (Listrik dan Jalan) Konsumsi Pangan Akses terhadap Fasilitas Kesehatan Penduduk dengan Akses kurang memadai ke Air Bersih Perempuan Buta Huruf Status Gizi Dampak (Outcome) dari Status Kesehatan Bencana Alam Fluktuasi Curah Hujan Daerah Puso Perubahan Iklim dan Ketahanan Pangan Deforestasi Hutan BAB 6 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN KRONIS BERDASARKAN INDEKS KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia INTRODUCTION Background and Rationale of Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Food and Nutrition Security Conceptual Framework Indicators used for the FSVA BAB 2 KETERSEDIAAN PANGAN Produksi Rasio Konsumsi Normatif Per Kapita terhadap Produksi Pangan (Peta 2.1) Tantangan Utama Pemenuhan Kecukupan xv FOOD AVAILABILITY Production Per Capita Normative Consumption to Production Ratio (Map 2.1) Main Challenges for Adequacy Fullfilment FOOD AND LIVELIHOOD ACCESS Population Below Poverty Line Open Unemployment Rate (OUR) Access to Basic Infrastructure (Electricity and Road) FOOD UTILIZATION Food Consumption Access to Health facilities Population with limited access to improved drinking water Female Illiteracy Nutritional status Health Outcome VULNERABILITY TO TRANSIENT FOOD INSECURITY Natural Disasters Rainfall Fluctuation Damaged Areas Climate Change and Food Security Deforestation VULNERABILITY TO CHRONIC FOOD INSECURITY BASED ON COMPOSITE FOOD SECURITY INDEX xvii 1 1 3 5 23 23 31 32 37 37 42 42 55 55 57 59 59 59 62 79 79 80 82 84 85 95 xi DAFTAR TABEL 1=>AH 1=>AH 1=>AH 1=>AH Tabel 2.3 1=>AH Tabel 3.2 1=>AH 1=>AH 1=>AH Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 1=>AH Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 1=>AH Tabel 6.2 Tabel 6.3 Tabel 6.4 Tabel 6.5 LIST OF TABLES &J@EG=PKN-AP=(AP=D=J=J@=J(ANAJP=J=J-=JC=J&J@KJAOE= -NK@QGOE0ANAHE=-KGKG@=J2I>EQI>E=J -NK@QGOE-=@E@=J'=CQJCĠ 24 28 1=>HA 1=>HA 1=>HA &J@E?=PKNOQOA@BKNPDA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OKB&J@KJAOE= -NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANO -NK@Q?PEKJKB-=@@U=J@*=EVAĠ -NK@QGOE2>E(=UQ@=J2>E'=H=NĠ Produksi Total Serealia per tahun dan Laju Pertumbuhan Produksi untuk periode 'QIH=D@=J-ANOAJP=OA-KLQH=OE@E=S=D$=NEO(AIEOGEJ=J+=OEKJ=H Jumlah kabupaten-kabupaten yang memiliki lebih dari 30% penduduk hidup @E>=S=DC=NEOGAIEOGEJ=JP=DQJ 1EJCG=P-AJC=JCCQN=J1AN>QG=Ġ1-1 IAJQNQP-NKREJOE 29 30 1=>HA 1=>HA 38 39 1=>HA 1=>HA -NK@Q?PEKJKB =OO=R==J@0SAAP-KP=PKĠ 1KP=H ANA=H-NK@Q?PEKJ>UUA=N=J@-NK@Q?PEKJ$NKSPD/=PABKNPDA-ANEK@KB $ +QI>AN=J@-AN?AJP=CAKB-KLQH=PEKJAHKS+=PEKJ=H-KRANPU)EJA +QI>ANKB@EOPNE?POSEPDIKNAPD=JLAKLHA >AHKSLKRANPUHEJAEJ 1=>HA ,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/O >U-NKREJ?A -ANOAJP=OANQI=DP=JCC=P=JL==GOAOGAHEOPNEGLANLNKREJOEP=DQJ (KJOQIOE(=HKNE@=J-NKPAEJLAN(=LEP=LAN%=NEL=@=1EC=$KHKJC=J1AN>=S=D dari Golongan Pengeluaran Bulanan per Kapita Persentase Rumah Tangga dengan Akses yang sangat terbatas Ke Air Bersih dan Sarana Pelayanan Kesehatan Persentase Perempuan Buta Huruf Persentase underweightt dan stuntingg pada balita 45 56 1=>HA 1=>HA 58 1=>HA 60 63 1=>HA 1=>HA -AN?AJP=CAKB%KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU>ULNKREJ?A -AN =LEP=LAN!=U =HKNEA=J@-NKPAEJ KJOQILPEKJ=IKJC1DNAA)KSAOP*KJPDHU LAN =LEP="TLAJ@EPQNAĠ*- " H=OOAO -AN?AJP=CAKB%KQOADKH@OSEPDHEIEPA@=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN=J@ KIIQJEPU%A=HPD AJPAN #AI=HA&HHEPAN=?U/=PA -AN?AJP=CAKBQJ@ANSAECDP=J@OPQJPA@QJ@ANłRAUA=NO?DEH@NAJ Angka Harapan Hidup Tingkat Provinsi +AC=N=QP=I=U=JCIAJC=H=IE>AJ?=J==H=I Ringkasan tabel bencana alam yang terjadi di Indonesia dan kerusakannya selama LANEK@A Perbandingan Area Puso Padi akibat Banjir dan Kekeringan terhadap Luas Area 1=J=I-=@EP=DQJ 63 80 1=>HA 1=>HA 1=>AH 83 1=>HA )EBA"TLA?P=J?U>ULNKREJ?A 1KLJ=PQN=H@EO=OPANDEP?KQJPNEAO@QNEJC 0QII=NUKBJ=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNNA@EJ&J@KJAOE=@QNEJC=J@ AOPEI=PA@?=QOA@@=I=CA -NKLKNPEKJKBL=@@U@=I=CA@=NA=O=IKJCPKP=HL=@@U?QHPER=PA@=NA=O?=QOA@ >UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC Perbandingan Area Puso Jagung akibat Banjir dan Kekeringan terhadap Luas Area 1=J=I'=CQJCP=DQJ (=>QL=PAJU=JC-=HEJC/AJP=JAN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEP Faktor penentu utama Kerawanan Pangan per Prioritas Strategi penentu utama Ketahanan Pangan dan Gizi per Provinsi Perubahan tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis antara 83 1=>HA 96 99 1=>HA 1=>HA 1=>HA 1=>HA -NKLKNPEKJKB*=EVA@=I=CA@=NA=O=IKJCPKP=HI=EVA?QHPER=PA@=NA=O?=QOA@ >UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC DECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?PO>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT *=EJ@APANIEJ=JPOKB#KK@&JOA?QNEPULAN-NEKNEPU *=EJ!APANIEJ=JPOKB#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPULAN-NKREJ?A D=JCAOEJRQHJAN=>EHEPUPK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU>UEJ@ERE@Q=HEJ@E?=PKNOEJ 1=>HA PDA#03=O?KIL=NA@PK#&PDA D=JCAOEJN=JGOKB@EOPNE?POEJPDA#&>=OA@KJ KILKOEPA#KK@OA?QNEPU&J@AT 113 FSVA 2009 dan FIA 2005 berdasarkan indikator individu Perubahan peringkat kabupaten di FIA 2005 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit DAFTAR GAMBAR $=I>=N (AN=JCG=(KJOAL(AP=D=J=J-=JC=J@=J$EVE $=I>=N -NK@QGOE0ANA=HE=-KGKG@=J2I>EQI>E=J Gambar 2.2 Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Sumatera xii LIST OF F FIGURES 3 24 24 #ECQNA #ECQNA #ECQNA #KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG -NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANO – 1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD= EJ0QI=PAN=&OH=J@ 3 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Gambar 2.3 Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Jawa $=I>=N -NK@QGOE-=@E@EA>AN=L=-NKREJOE@E&J@KJAOE= $=I>=N !=AN=D0AJPN=-NK@QGOE-=@E1=DQJ $=I>=N $=I>=N $=I>=N $=I>=N $=I>=N Gambar 3.2 $=I>=N -NK@QGOE'=CQJC@=AN=D0AJPN=LNK@QGOE1=DQJ -NK@QGOE2>E(=UQ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ -NK@QGOE2>E'=H=N!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ -NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=*AJQNQP-QH=Q@=J+=OEKJ=H1=DQJ 0QI>ANLAJ@=L=P=JQP=I=IAJQNQPGH=OEłG=OEOAGPKN=H Moda Transportasi di Indonesia AJ?=J==H=IU=JCPANF=@E@E&J@KJAOE=LAN-NKREJOEOAH=I=LANEK@A Gambar 5.2 Angka Deforestasi di dalam dan luar Kawasan hutan di Indonesia, 2003 –2006 $=I>=N 'QIH=DG=>QL=PAJU=JCNAJP=JL=@=-NEKNEP=O>AN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J Komposit Gambar 6.2 Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 2 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Gambar 6.3 Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 3 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Gambar 6.4 Kerangka intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan 25 26 26 26 #ECQNA #ECQNA #ECQNA 1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD= EJ'=R=&OH=J@ -=@@U-NK@Q?PEKJEJOKIA-NKREJ?AOEJ&J@KJAOE= /E?A-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ 32 40 44 #ECQNA #ECQNA #ECQNA #ECQNA #ECQNA #ECQNA #ECQNA *=EVA-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ =OO=R=-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ 0SAAP-KP=PKAO-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ &J@KJAOE=J-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ??KN@EJCPK&OH=J@=J@+=PEKJ=H6A=N *=EJEJ?KIAOKQN?AO=??KN@EJCPKOA?PKN=H *K@AOKB1N=JOLKNP=PEKJEJ&J@KJAOE= +=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNNA@EJ&J@KJAOE=>APSAAJ>ULNKREJ?A 86 #ECQNA #ECQNA !ABKNAOP=PEKJEJOE@AKNKQPOE@ABKNAOP=NA=OEJ&J@KJAOE= +QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ @ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT #ECQNA +QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ @ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT 98 #ECQNA +QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ @ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT #ECQNA &JPANRAJPEKJBN=IASKNGPKEILNKRABKK@OA?QNEPU DAFTAR PETA LIST OF MAPS 9 *=L &J@AT*=LKB0QI=PAN=&OH=J@O -AP=&J@AGO-QH=Q'=S= -AP=&J@AGO-QH=Q=HE+1@=J+11 -AP=&J@AGO-QH=Q(=HEI=JP=J -AP=&J@AGO-QH=Q0QH=SAOE -AP=&J@AGO-QH=Q*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ=@=J-=LQ==N=P /=OEK(KJOQIOE+KNI=PEB-AN(=LEP=PAND=@=L-NK@QGOEANOED0ANA=HE= 35 *=L *=L *=L *=L *=L *=L &J@AT*=LKB'=R=&OH=J@O &J@AT*=LKB=HE+1=J@+11&OH=J@O &J@AT*=LKB(=HEI=JP=J&OH=J@O &J@AT*=LKB0QH=SAOE&OH=J@O &J@AT*=LKB*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ==J@-=LQ==N=P&OH=J@O /=PEKKB-AN =LEP=+KNI=PERA KJOQILPEKJPK+AP ANA=H-NK@Q?PEKJ 11 13 -AP= Peta 3.2 Peta 3.3 -AP= Peta 4.2 Peta 4.3 -AJ@Q@QG%E@QL@E=S=D$=NEO(AIEOGEJ=J Desa yang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan Roda Empat Rumah Tangga tanpa Akses terhadap Listrik /QI=D1=JCC=@AJC=JGOAOGA#=OEHEP=O(AOAD=P=JGI Rumah Tangga tanpa Akses ke Air Bersih Perempuan Buta Huruf 49 53 69 *=L *=L *=L *=L *=L *=L -KLQH=PEKJ)EREJCAHKS-KRANPU)EJA 3EHH=CAOJKP??AOOE>HA>U#KQN4DAAH3ADE?HA %KQOADKH@OSEPDKQP??AOOPK"HA?PNE?EPU %KQOADKH@OSEPD??AOOPK%A=HPD#=?EHEPEAOGI %KQOADKH@OSEPDKQP??AOOPK HA=J4=PAN #AI=HA&HHEPAN=?U Peta 4.4 Peta 4.5 -AP= Berat Badan Anak (< 5 Tahun) di Bawah Standar Angka Harapan Hidup -AJUEIL=JC=J QN=D%QF=JĠ @=NE@E*QOEI(AI=N=Q@E>=J@EJCG=J dengan Rata-Rata 30 tahun -AJUEIL=JC=J QN=D%QF=JĠ @=NE@E*QOEI%QF=J@E>=J@EJCG=J@AJC=J Rata-Rata 30 tahun 89 *=L *=L *=L *=L 2J@ANSAECDP DEH@NAJĠģUA=NO )EBA"TLA?P=J?U /=EJB=HH!ARE=PEKJĠ @QNEJCEJ!NU0A=OKJ-ANEK@O?KIL=NA@PK 6A=NORAN=CA /=EJB=HH!ARE=PEKJĠ @QNEJCEJ4AP0A=OKJ-ANEK@O?KIL=NA@PK 6A=NORAN=CA Peta Deforestasi di Indonesia untuk periode 2003 - 2006 93 *=L -AP= -AP=&J@AGO-QH=Q0QI=PAN= -AP= -AP= -AP= -AP= -AP= -AP= -AP= Peta 5.3 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia *=LKB!ABKNAOP=PEKJEJ&J@KJAOE=@QNEJCLANEK@O xiii -AP= Peta 6.2 Peta 6.3 -AP=(ANAJP=J=J1AND=@=L(AN=S=J=J-=JC=J&J@KJAOE= Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sumatera Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Jawa *=L *=L *=L 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB&J@KJAOE= 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB0QI=PAN=&OH=J@O 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB'=R=&OH=J@O Peta 6.4 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Kalimantan Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sulawesi -AP=(ANAJP=J=J1AND=@=L(AN=S=J=J-=JC=J-QH=Q*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ=@=J Papua Barat *=L *=L *=L *=L 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKBPDA&OH=J@KB=HE+QO=1AJCC=N==N=P=J@ +QO=1AJCC=N=1EIQN 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB(=HEI=JP=J&OH=J@O 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKB0QH=SAOE&OH=J@O 3QHJAN=>EHEPUPK#KK@&JOA?QNEPU*=LKBPDA&OH=J@KB*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ= =J@-=LQ==N=P Peta 6.5 Peta 6.6 -AP= DAFTAR LAMPIRAN LIST OF ANNEXES )=ILEN=J )=ILEN=J )=ILEN=J -AN>=J@EJC=J!=BP=N(=>QL=PAJ@E#&@=J#03 &J@EG=PKN(APANOA@E==J-=JC=J &J@EG=PKN&J@EG=PKNGOAOPAND=@=L-=JC=J JJAT JJAT JJAT KIL=NEOKJHEOPKB@EOPNE?POEJ#&=J@#03 #KK@R=EH=>EHEPU&J@E?=PKN #KK@??AOO&J@E?=PKNO 131 )=ILEN=J )=ILEN=J &J@EG=PKN&J@EG=PKNGOAOPAND=@=L(AOAD=P=J@=J$EVE (QIQH=PEB QN=D%QF=J0AH=I=*QOEI%QF=JĠ,GPK>ANLNEH @=J*QOEI(AI=N=Q ĠLNEH0ALPAI>AN QJPQG-ANEK@A -NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO (PCA-Analisis Komponen Utama): Untuk Analisa Hubungan Antar Indikator Ketahanan Pangan Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit JJAT JJAT JJAT JJAT %A=HPD=J@+QPNEPEKJ&J@E?=PKNO /=EJB=HH QIQHH=PERA@QNEJC4AP0A=OKJLANEK@OĠ,?PK>ANLNEH =J@ !NU0A=OKJĠLNEH0ALPAI>AN BKNPK-ANEK@O -NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEOġJ=HUVEJC/AH=PEKJODELOIKJC#KK@0A?QNEPU Indicators /=JGEJCKB!EOPNE?PO=OA@KJ&J@ERE@Q=H&J@E?=PKNO=J@ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU &J@AT )=ILEN=J Lampiran 6.2 xiv Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Contributors Kontributor Tim Pengarah / Steering Committee 2. 3. 4. 5. !N&N1FQG"GK%=NE=OQGE*0PĠ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J Coco Ushiyama (World Food Programme) Wiwik Arumwati, MSi (Badan Pusat Statistik) Dr. Ina Hernawati (Departemen Kesehatan) Dr. Nyoman Suida (Menko Kesra) !NO0KANKOK%=@EU=JPK*0EĠ=@=J*APAKNKHKCE(HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG= Tim Pelaksana / Technical Working Group 2. 3. 4. 5. 6. 8. 20. &N0QCE=NPK**Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J Thi Van Hoang (World Food Programme) Ir. Ali Marsaban, MSi (Badan Ketahanan Pangan) Ir. Kresnawan, MSc (Departemen Kesehatan) Ir. Eman Sumarna, MSc (Departemen Kesehatan) Dr. Kecuk Suharyanto (Badan Pusat Statistik) DI=@RAJVKN=0"Ġ=@=J-QO=P0P=PEOPEG Dr. Arif Haryana (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional - BAPPENAS) +QNU=@E*0EĠ=@=J*APAKNKHKCE(HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG= &N%=NEOJK**Ġ-QO=P!=P=@=J&JBKNI=OE!AL=NPAIAJ-ANP=JE=J &N&S=J*=HKJ@=*?KIĠ-QO=P!EOPNE>QOE-=JC=J!AL=NPAIAJ-ANP=JE=J 'KGK1KA>EU=JPK00KOĠ-QO=P!EOPNE>QOE-=JC=J!AL=NPAIAJ-ANP=JE=J &N%=O=JQ@@EJ/QIN=Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J 1KJK0-Ġ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J 1KJU-=JF=EP=JĠ=@=J(AP=D=J=J-=JC=J !EL=U=JD=PP=?D=NUU=Ġ4KNH@#KK@-NKCN=IIA !A@E'QJ=@EĠ4KNH@#KK@-NKCN=IIA (AECK,>=N=Ġ4KNH@#KK@-NKCN=IIA %AHIE=PE(=@ENĠ4KNH@#KK@-NKCN=IIA Rina Djuariah (Departemen Kehutanan) #5%ANSEN=S=JĠ!AL=NPAIAJ(ADQP=J=J Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Badan Ketahanan Pangan Provinsi / Provincial Food Security Office Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Nanggroe Aceh Darussalam Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Utara Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Barat Badan Ketahanan Pangan, Riau Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Kepulauan Riau Badan Koordinasi Penyuluhan dan Ketahanan Pangan, Jambi Badan Ketahanan Pangan, Sumatera Selatan Badan Ketahanan Pangan, Bengkulu Badan Ketahanan Pangan, Bangka Belitung Badan Ketahanan Pangan Daerah, Lampung Badan Ketahanan Pangan, Banten Badan Ketahanan Pangan Daerah, Jawa Barat Badan Ketahanan Pangan, Jawa Tengah Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, D.I. Yogyakarta Badan Ketahanan Pangan, Jawa Timur Bidang Ketahanan Pangan, Bali Badan Ketahanan Pangan Daerah, Nusa Tenggara Barat Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Nusa Tenggara Timur Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Kalimantan Barat Badan Ketahanan Pangan, Kalimantan Tengah Badan Ketahanan Pangan, Kalimantan Selatan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan, Kalimantan Timur Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Utara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Gorontalo Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Tengah Badan Ketahanan Pangan Daerah, Sulawesi Selatan Badan Ketahanan Pangan, Sulawesi Tenggara Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah, Sulawesi Barat Tim Kerja Ketahanan Pangan pada Dinas Pertanian, Maluku Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Daerah, Maluku Utara Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan, Papua Dinas Pertanian, Peternakan dan Ketahanan Pangan, Papua Barat xv EXECUTIVE SUMMARY RINGKASAN EKSEKUTIF 1. LATAR BELAKANG 1. B BACKGROUND Untuk dapat melaksanakan intervensi yang terkait dengan ketahanan pangan dan gizi, Pemerintah Indonesia masih PANQO IAJEJCG=PG=J O=N=J= QJPQG LAJAJPQ=J P=NCAP EJPANRAJOE O=O=N=J OA?=N= CAKCN=łO !AJC=J @QGQJC=J @=NE World Food Programme (WFP) yang memiliki pengalaman di bidang analisis dan pemetaan ketahanan pangan, 1DANAD=O>AAJ=?KJOP=JPJAA@BKNPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=PKEILNKRACAKCN=LDE?=HP=NCAPEJCKBIKNARQHJAN=>HA =NA=OBKNBKK@=J@JQPNEPEKJOA?QNEPUNAH=PA@EJPANRAJPEKJO/A?KCJEVEJC4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#- ATLANPEOAEJBKK@ OA?QNEPU =J=HUOEO =J@ I=LLEJC EJ PDA #KK@ 0A?QNEPU KQJ?EH Ġ#0 ?D=ENA@ >U PDA -NAOE@AJP KB &J@KJAOE= SDKOA maka pada tahun 2003 Dewan Ketahanan Pangan (DKP), yang diketuai oleh Presiden Republik Indonesia, dengan sekretariat DKP yang berada di Badan Ketahanan Pangan (BKP), bekerjasama dengan WFP dalam pembuatan Peta Kerawanan Pangan (FIA) tingkat nasional. FIA yang pertama di buat dan diluncurkan tahun 2005 dan mencakup G=>QL=PAJ @E LNKREJOE )A>ED @=NE 20 FQP= PAH=D @E=HKG=OEG=J KHAD LAIANEJP=D QJPQG G=>QL=PAJ U=JCN=S=JL=JC=J@=JEJPANRAJOE@EIQH=EP=DQJPH=OU=JCGA@Q=@AJC=JFQ@QH>=NQļ-AP=(AP=D=J=J dan Kerentanan Pangan (FSVA)” yang mencakup 346 Kabupaten di 32 provinsi, akan diluncurkan pada akhir 2009 0A?NAP=NE=PEOPDA#KK@0A?QNEPUCAJ?UĠ#0 ?KHH=>KN=PA@SEPD4#-PK@ARAHKLPDAJ=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=OĠ#& BKN &J@KJAOE=1DAłNOP#&S=O@ARAHKLA@=J@H=QJ?DA@EJ=J@?KRANA@NQN=H@EOPNE?POEJLNKREJ?AO*KNAPD=J20 IEHHEKJSANA=HHK?=PA@>UPDA$KRANJIAJPPK@EOPNE?POE@AJPEłA@=OBKK@EJOA?QNA=J@EJPANRAJPEKJO>AC=JEJ 1DAOA?KJ@PH=OSEPD=JASPEPHAļ#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUPH=OĠ#03 ?KRANEJCNQN=H@EOPNE?POEJ LNKREJ?AOSEHH>AH=QJ?DA@>UAJ@KBKNA=NHU=J@EPD=O=HNA=@U>AAJBQHHUEJPACN=PA@EJPK=JJQ=HCKRANJIAJP SKNGLH=JO=J@>Q@CAP=NU=HHK?=PEKJO4#-D=O>AAJLNKRE@EJCPA?DJE?=H=J@łJ=J?E=HOQLLKNPPKS=N@OPDA@ARAHKLIAJP =P=Q=S=HP=DQJ@EI=J=GACE=P=JEJEPAH=DPANEJPACN=OE@=H=INAJ?=J=P=DQJ=J@=J=HKG=OE=JCC=N=JP=DQJ=J pemerintah. Sejak 2003, WFP telah memberikan dukungan teknis dan anggaran untuk pembuatan dan penerapan FIA dan FSVA. =J@EILHAIAJP=PEKJKBPDA#&=J@#03OEJ?A 2. 2. TUJUAN FSVA 2009 OBJECTIVE OF THE OB E FSVA 2009 Seperti halnya FIA, FSVA menyediakan sarana bagi pengambil kebijakan dalam hal penentuan sasaran dan memberikan rekomendasi untuk intervensi kerawanan pangan dan gizi di tingkat provinsi dan kabupaten. )EGAPDA#&PDA#03OANRAO=O=J important tool for decision making in targeting and developing recommendations for responding to food and nutrition insecurity at the provincial and district levels. AN@=O=NG=J=J=HEO=EJ@EG=PKNU=JCPANG=EP@AJC=JGAP=D=J=JL=JC=JU=JC>AN=O=H@=NE@=P=OAGQJ@AN@=NELANEK@A OANP=&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEPĠ>AN@=O=NG=JGKILKOEPEJ@EG=PKN #03@=L=PIAJF=S=> a daerah yang paling rawan ketahanan tiga pertanyaan kunci terkait ketahanan dan kerawanan pangan yaitu: Di mana J=HUVA@EJ@E?=PKNONAH=PA@PKBKK@OA?QNEPU>=OA@KJKBł?E=HHUEOOQA@OA?KJ@=NU@=P=KBPDALANEK@=J@ ?KILKOEPAKBPDAIPK@ANERA= KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT=HHKSPDA#03PK=JOSANPDNAAGAUMQAOPEKJONAH=PA@PK BKK@OA?QNEPU=J@EPORQHJAN=>EHEPUġ Where are the higher vulnerable to food insecurity (by province, district); How Many pangannya (per provinsi, kabupaten); Berapa banyak k penduduk (perkiraan penduduk); dan Mengapa a mereka paling rawan (penentu utama untuk kerawanan pangan)?. =NAPDAUĠAOPEI=PA@LKLQH=PEKJ Ģ=J@Why=NAPDAUDECDANRQHJAN=>HAĠI=EJ@APANIEJ=JPOBKNBKK@EJOA?QNEPU y 3. TEMUAN UTAMA FSVA 2009 VS FIA 2005 3. KEY FINDINGS OF THE FSVA 2009 VS. FIA 2005 3.1 Ketersediaan Pangan 3.1 Food availability » %=OEHLANP=JE=JIAJEJCG=PĠH=FQLAJEJCG=P=JOAGEP=NLANP=DQJOAH=I= @=JIAJ?=L=E pada tahun 2008. Produksi padi dan jagung meningkat, sedangkan produksi ubi kayu dan ubi jalar relatif stabil, Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia » CNE?QHPQN=HKQPLQPEOCNKSEJC=P=DECDN=PAĠ=>KQPLANUA=N@QNEJC =J@NA=?DA@EJ /E?A=J@I=EVALNK@Q?PEKJEJ?NA=OA@SDEHALNK@Q?PEKJKB?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAOS=ONAH=PERAHUOP=>HA=J@ xvii dan produksi kacang kedelai dan kacang tanah menurun. Pada umumnya, mayoritas daerah di Indonesia merupakan daerah swasembada/surplus pangan dalam hal produksi serealia, dan ketersediaan pangan pada tingkat nasional memadai. » Namun demikian, beberapa kabupaten di provinsi Papua dan provinsi Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Kalimantan LNK@Q?PEKJKBOKU>A=J=J@CNKQJ@JQPONA@Q?A@&JCAJAN=HPDAI=FKNEPUKB&J@KJAOE=JPANNEPKNUEOBKK@OAHBOQBł?EAJP EJ?ANA=HLNK@Q?PEKJ=J@BKK@=R=EH=>EHEPU=PPDAJ=PEKJ=HHARAHEO=@AMQ=PA » Tengah, sebagian provinsi Maluku dan Maluku Utara mengalami kekurangan serealia. 3.2 » Akses terhadap Pangan Akses terhadap pangan untuk penduduk miskin merupakan gabungan dari kemiskinan, kurangnya pekerjaan 3.2 » tetap, pendapatan tunai yang rendah dan tidak tetap serta terbatasnya daya beli merupakan tantangan yang >AO=N -=@= P=DQJ PAN@=L=P FQP= KN=JC Ġ DE@QL @E >=S=D C=NEO GAIEOGEJ=J J=OEKJ=H Ġ20--- %=ILENLAJ@Q@QGIEOGEJPEJCC=H@ELA@AO==J@=JHA>ED@=NEPKP=HLAJ@Q@QG miskin tinggal di Pulau Jawa. %KSARAN @EOPNE?PO EJ -=LQ= LNKREJ?A =J@ OKIA @EOPNE?PO EJ /E=Q LNKREJ?A (ALQH=Q=J /E=Q '=I>E (=HEI=JP=J 1AJC=DL=NPOKB*=HQGQ=J@*=HQGQ2P=N=LNKREJ?AOSANA?ANA=H@Ał?EAJP Food access )EIEPA@=??AOOPKBKK@BKNPDALKKN=O=NAOQHPKB?KI>EJ=PEKJKBLKRANPUH=?GKBOP=>HAAILHKUIAJPHKS=J@ ENNACQH=N?=ODEJ?KIA=J@HEIEPA@LQN?D=OEJCLKSANNAI=EJA@=CNA=PAN?D=HHAJCA&JLAN?AJPKB PDALKLQH=PEKJĠIEHHEKJLAKLHA HERA@>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPU20 LAN@=U HIKOPLAN?AJPKBPDALKKNHERA@EJNQN=H=NA=O=J@IKNAPD=JLAN?AJPKBPDAPKP=HHERA@KJ'=R= Island. » Sejak tahun 2003, 26 provinsi telah berhasil menurunkan tingkat kemiskinannya. Akan tetapi, terdapat 5 provinsi yang tingkat kemiskinannya tetap yaitu provinsi Sulawesi Utara, Papua, DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Jawa Barat. » 0EJ?ALNKREJ?AOD=RA>AAJ=>HAPKNA@Q?APDALKRANPUN=PA>QPłRALNKREJ?AOĠ0QH=SAOE2P=N=-=LQ= !(&'=G=NP=0QI=PAN==N=P=J@'=S==N=P D=RAJKP » -=@=P=DQJLAJ@Q@QGIEOGEJPANGKJOAJPN=OE@ELNKREJOEĠ-=LQ=-=LQ==N=P*=HQGQ+11$KNKJP=HK @=J +! !=NE LNKREJOE PAN@=L=P LNKREJOE PEJCG=P GAIEOGEJ=JJU= I=OED HA>ED PEJCCE @=NE N=P=N=P= J=OEKJ=H@=JLNKREJOE-=LQ=IAIEHEGELNAOAJP=OALAJ@Q@QGIEOGEJPANPEJCCEĠ » &JLKRANPUS=O?KJ?AJPN=PA@EJOETLNKREJ?AOĠ-=LQ=-=LQ==N=P*=HQGQ+11$KNKJP=HK=J@+! ,QP KBLNKREJ?AOLNKREJ?AOD=@=LKRANPUHARAHDECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CASEPD-=LQ=LNKREJ?AD=REJC PDADECDAOPLNKLKNPEKJKBLKKNLAKLHAĠ » 2JPQGPEJCG=PG=>QL=PAJLAN>A@==JPEJCG=PGAIEOGEJ=JHA>EDFAH=O!=NE(=>QL=PAJ(=>QL=PAJ IAIEHEGE PEJCG=P GAIEOGEJ=J HA>ED PEJCCE @=NE N=P=N=P= J=OEKJ=H !E =JP=N= G=>QL=PAJ PANOA>QP » *KNALNKJKQJ?A@@EBBANAJ?AOATEOP>APSAAJ@EOPNE?PO,QPKB@EOPNE?PO@EOPNE?POD=@LKRANPUN=PAODECDAN PD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAIKJCPDAI@EOPNE?POD=@IKNAPD=JKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=H 65 Kabupaten memiliki lebih dari 30% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan nasional. poverty line. » 1EJCG=P -AJC=JCCQN=J 1AN>QG= Ġ1-1 L=@= P=DQJ IAJC=H=IE LAJQNQJ=J D=ILEN @E>=J@EJCG=J tahun 2003. Penurunan TPT tersebut tidak sebanding dengan pertumbuhan ekonomi di Indonesia dan bervariasi antar wilayah. » 1DA,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/ EJ@A?NA=OA@>UJA=NHUBNKI&PONA@Q?PEKJD=OJKP>AAJ ?KIIAJOQN=PASEPDPDAA?KJKIE?CNKSPDEJPDA?KQJPNU=J@R=NEA@>UNACEKJO » )A>ED@=NE@=NEOAIQ=@AO=@E&J@KJAOE=PE@=GIAIEHEGE=GOAOF=H=JU=JC@=L=P@EH=HQEKHADGAJ@=N==J roda empat. » *KNAPD=JKB=HH&J@KJAOE=JREHH=CAO@E@JKPD=RA=??AOOPKNK=@O?KJJA?PA@>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO N » %=ILEN NQI=D P=JCC= @E &J@KJAOE= PE@=G IAIEHEGE =GOAO HEOPNEG GOAO HEOPNEG U=JC PAN>=P=O Ġ terdapat di empat provinsi (NTT, Papua, Papua Barat, dan Sulawesi Barat). » +A=NHUKBDKQOADKH@OEJ&J@KJAOE=@E@JKPD=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPU??AOOPKAHA?PNE?EPUS=OL=NPE?QH=NHU HEIEPA@Ġ EJBKQNLNKREJ?AOĠ+11-=LQ=-=LQ==N=P=J@0QH=SAOE=N=P 3.3 » Pemanfaatan Pangan dan Situasi Gizi -=@=P=DQJN=P=N=P==OQL=JAJANCED=NE=J=@=H=DGG=H@=J=OQL=JLNKPAEJOA>AO=NCN=I 3. 3 » &JPDA=RAN=CA@=EHUAJANCUEJP=GAS=OG?=H=J@PDALNKPAEJEJP=GAS=OCN=IO>KPDOQNL=OOA@ PDAJ=PEKJ=H/A?KIIAJ@A@!=EHUHHKS=J?AĠ/! 1DAOAD=@EJ?NA=OA@>UOEJ?A%KSARANPDAHKSAOP PDNAAATLAJ@EPQNA?H=OOAO?KJOQIA@KJHUG?=H?=LEP=@=UKNHAOO=J@PDAEN@EAPNAI=EJA@MQ=JPEP=PERAHU EJ=@AMQ=PA=J@MQ=HEP=PERAHUEI>=H=J?A@ » ,RAN=HHKBDKQOADKH@OD=@=??AOOPKPDAJA=NAOPDA=HPDB=?EHEPEAOHK?=PA@SEPDEJłRAGISDE?DOECJEł?=JPHU keduanya sudah melampaui Angka Kecukupan Gizi (AKG) nasional. Angka ini meningkat 3,3% dibandingkan P=DQJ+=IQJ@AIEGE=JQJPQGPEC=CKHKJC=JLAJCAHQ=N=JPANAJ@=DD=JU=IAIEHEGE=OQL=JGG=H kapita/hari atau kurang, dan proporsi makanan mereka kurang serta tidak seimbang secara kuantitatif dan kualitatif. » Secara nasional, 94% rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan terdekat kurang dari 5 km, dan angka EJEIAJEJCG=POA?=N=OECJEłG=JFEG=@E>=J@EJCG=JP=DQJPAN=GDEN xviii Food Utilization and the Nutritional Situation EILNKRA@@QNEJCPDAH=OPłRAUA=NO Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia » 0A?=N=J=OEKJ=HNQI=DP=JCC=PE@=GIAIEHEGE=GOAOPAND=@=L=ENIEJQIU=JCH=U=GGOAOPANAJ@=D terdapat di provinsi Kalimantan Barat, Papua Barat, Lampung dan Kalimantan Tengah. » ,J=RAN=CAKBDKQOADKH@O@E@JKPD=RA=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN1DALKKNAOP=??AOOS=OEJ (=HEI=JP=J=N=P-=LQ==N=P)=ILQJC=J@(=HEI=JP=J1AJC=DLNKREJ?AO » -=@=P=DQJ=JCG=LANAILQ=J>QP=DQNQBJ=OEKJ=HOA>AO=NJCG=LANAILQ=J>QP=DQNQB PANPEJCCEPAN@=L=P@E-=LQ=Ġ +1Ġ @=J=HEĠ -=@=PEJCG=PG=>QL=PAJPAN@=L=P@=NE 346 kabupaten memiliki perempuan buta huruf sedikitnya 20%. » ,RAN=HHEJPDAJ=PEKJ=HBAI=HAEHHEPAN=?UN=PAS=O1DADECDAOPEHHEPAN=?UN=PAS=OEJ-=LQ=Ġ +1Ġ =J@=HEĠ LNKREJ?AOPPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@=JEHHEPAN=?UN=PAKBKN » -=@= P=DQJ =JCG= underweightt pada balita (gabungan dari kurang gizi kronis dan akut) nasional =@=H=D =JCG= PANOA>QP PAH=D IAJ?=L=E P=NCAP *!$ J=IQJ I=O=H=D GAOAD=P=J I=OU=N=G=P I=OED berada pada tingkat yang kurang. Terdapat perbedaan pencapaian yang cukup besar antar provinsi dimana LNKREJOEIAILQJU=ELNAR=HAJOE underweightt diatas prevalensi nasional. 45 Kabupaten dari 346 kabupaten mempunyai prevalensi underweightO=JC=PPEJCCEĠ 1EJCG=PLNAR=HAJOE t underweightt tertinggi terdapat di provinsi NTT, Maluku, Kalimantan Selatan, NAD, Sulawesi Barat dan Gorontalo. » &JPDAJ=PEKJ=HN=PAKBQJ@ANSAECDPĠIETA@?DNKJE?=J@=?QPAI=HJQPNEPEKJ S=OSDE?DIAPPDA*!$ CK=H>QPOPEHHS=O=LKKNHARAHKBLQ>HE?DA=HPDOECJEł?=J?A%QCA@EOL=NEPEAO>APSAAJNACEKJONAI=EJA@SEPD LNKREJ?AOD=REJCQJ@ANSAECDPN=PAODECDANPD=JPDAJ=PEKJ=HN=PAU@EOPNE?PKQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECD LNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDPĠ %ECDANQJ@ANSAECDPS=OBKQJ@EJ+11*=HQGQ(=HEI=JP=J0AH=P=J+! 0QH=SAOE=N=P=J@$KNKJP=HKLNKREJ?AO » g adalah 36,8%, angka ini tergolong tinggi untuk tingkatan Prevalensi nasional untuk kurang gizi kronis (stunting) GAOAD=P=J I=OU=N=G=P 0A?=N= J=OEKJ=H LNKREJOE IAIEHEGE LNAR=HAJOE U=JC O=JC=P PEJCCE ĠĠ @=J LNKREJOEH=EJJU=IAIEHEGELNAR=HAJOEU=JCPEJCCEĠ -=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ@=NEG=>QL=PAJ memiliki prevalensi stuntingg yang sangat tinggi. Tingkat prevalensi stuntingg tertinggi terdapat di provinsi NTT, » 1DA J=PEKJ=H LNAR=HAJ?A KB OPQJPEJC Ġ?DNKJE? I=HJQPNEPEKJ S=O N=JGA@ =P = DECD HARAH KB LQ>HE? DA=HPD OECJEł?=J?A&JPKP=HLNKREJ?AOD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AĠ =J@=JKPDANLNKREJ?AOD=@=DECD LNAR=HAJ?AĠ PPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBOPQJPEJC%ECDAN OPQJPEJCS=OBKQJ@EJ+11*=HQGQ0QI=PAN=0AH=P=J+!0QH=SAOE=N=P=J@+1LNKREJ?AO&JOQII=NU IKNA Maluku, Sumatera Selatan, NAD, Sulawesi Barat dan NTB. Secara global, wilayah Indonesia Bagian Timur memiliki angka kurang gizi lebih tinggi. » 3.4 » JCG= N=P=N=P=D=N=L=J DE@QL @E &J@KJAOE= L=@=P=DQJ =@=H=D P=DQJ !AH=L=J@=NE LNKREJOE IAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED-=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ@=NEG=>QL=PAJIAIEHEGE =JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED Daerah yang rawan yang memerlukan prioritas lebih tinggi (Di mana, Berapa Banyak, dan Mengapa?) Indeks Ketahanan Pangan Komposit digunakan untuk menjawab ketiga pertanyaan diatas dengan merangking dan memetakan 346 kabupaten yang memiliki data lengkap untuk 9 indikator terkait kerawanan pangan GNKJEO!E=JP=N=G=>QL=PAJPANOA>QPI=G=@EPAP=LG=JG=>QL=PAJ@AJC=JLNEKNEP=OU=JCHA>EDPEJCCE U=JCPAN@ENE@=NEG=>QL=PAJ-NEKNEP=OG=>QL=PAJ-NEKNEP=O@=JG=>QL=PAJ-NEKNEP=O@AJC=J jumlah penduduk sekitar 25 juta. 246 kabupaten lainnya dikelompokkan menjadi Prioritas 4-6. Perhatian I=HJQPNEPEKJS=OOECJEł?=JPHUDECDANEJPDAA=OPANJL=NPKBPDA?KQJPNU » 3.4 1DA=RAN=CAHEBAATLA?P=J?US=OUA=NOEJ"ECDPKQPKBLNKREJ?AOD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKN IKNAUA=NOPPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKNIKNAUA=NO Regions of higher vulnerability required higher priority (Where, How Many and Why?) » 1DA KILKOEPA #KK@ 0A?QNEPU &J@AT S=O QOA@ PK =JOSAN PDAOA PDNAA MQAOPEKJO >U N=JGEJC =J@ I=LLEJC @EOPNE?POSDE?DD=@?KILHAPA@=P=OAPOKB=HHJEJAEJ@E?=PKNONAH=PA@PK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUIKJCPDAI @EOPNE?PO=NAN=JGA@=ODECDANLNEKNEPUġKB-NEKNEPUKB-NEKNEPU=J@KB-NEKNEPUSEPD=PKP=HAOPEI=PA@ LKLQH=PEKJKBIEHHEKJLAKLHA1DANAI=EJEJC@EOPNE?PO=NA?H=OOEłA@=O-NEKNEPEAO%ECDAN=PPAJPEKJODKQH@ >AL=E@PK@EOPNE?POKB-NEKNEPEAO » 1DA@EOPNE?POEJPDA-NEKNEPUN=JGEJC=NA?KJ?AJPN=PA@EJ-=LQ=Ġ +11Ġ -=LQ==N=PĠ =J@=JKPDAN łRALNKREJ?AOĠ SEPD=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJLAKLHA1DAENRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUEOI=EJHU=PPNE>QPA@ PKDECDLKRANPUJK=??AOOPKAHA?PNE?EPUDECDQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJJK=??AOO>UBKQNSDAAHA@ vehicles and no clean water. » 1DA@EOPNE?POEJPDA-NEKNEPUN=JGEJC=NA?KJ?AJPN=PA@EJ(=HEI=JP=J=N=PĠ +11Ġ +!Ġ -=LQ= Ġ =J@=JKPDANJEJALNKREJ?AOĠ SEPD=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJLAKLHA1DAI=EJ@APANIEJ=JPOBKNPDAEN RQHJAN=>EHEPU =NA OEIEH=N PK PDKOA KB -NEKNEPU PDKQCD SEPD = OHECDPHU ?D=JCA@ KN@ANġ DECD QJ@ANSAECDP =IKJC QJ@ANłRA?DEH@NAJJK=??AOOE>EHEPU>UBKQNSDAAHA@RADE?HAOJK?HA=JS=PANDECDLKRANPUHARAHO=J@SEPDKQP=??AOO to electricity. U=JCHA>ED>AO=NLANHQ@E>ANEG=JGAL=@=G=>QL=PAJU=JCPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=O » G=>QL=PAJ-NEKNEP=OG=>QL=PAJ@ELNKREJOE-=LQ=G=>QL=PAJ@E+11G=>QL=PAJ@E-=LQ==N=P dan 8 kabupaten di 5 provinsi lainnya, dengan jumlah penduduk sekitar 5,3 juta. Tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan terutama disebabkan karena tingginya angka kemiskinan, tidak ada akses listrik, tingginya underweightt pada balita, tidak ada akses jalan kendaraan roda empat dan tidak ada sumber air bersih. » !=NEG=>QL=PAJ@E-NEKNEP=OG=>QL=PAJ@ELNKREJOE(=HEI=JP=J=N=PG=>QL=PAJ@E+11G=>QL=PAJ @E+!G=>QL=PAJ@E-=LQ=@=JG=>QL=PAJ@ELNKREJOEH=EJJU=@AJC=JFQIH=DLAJ@Q@QGOAGEP=N FQP=KN=JC-AJAJPQQP=I=GANAJP=J=JL=JC=J@E-NEKNEP=OD=ILENO=I=@AJC=J-NEKNEP=OIAOGELQJ urutannya sedikit berubah yaitu: tingginya angka underweightt pada balita, tidak ada akses kendaraan roda empat, tidak ada sumber air bersih, tingginya tingkat kemiskinan dan tidak ada terhadap akses listrik. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia xix » Dari 40 kabupaten Prioritas 3, 6 kabupaten di provinsi Kalimantan Tengah, 5 kabupaten di Sulawesi Tengah, 4 kabupaten di NTB dan 25 kabupaten di 16 provinsi lainnya, dengan jumlah penduduk sekitar 12 juta. Kerentanan terhadap tingkat kerawanan pangan pada Prioritas 3 terutama disebabkan karena tingginya angka » underweightt pada balita, tingginya angka kemiskinan, tidak ada akses air bersih, tingginya rasio kebutuhan serealia vs produksi, dan tidak ada akses listrik. 3.5 » Perbandingan peringkat kabupaten FSVA 2009 dan FIA 2005 Tingkat kerentanan kabupaten di FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009, berdasarkan data dari The 40 districts in the Priority 3 ranking are concentrated in Kalimantan Tengah (6), Sulawesi Tengah (5), NTB (4), and another 16 provinces (25), with approximately 12 million people. Their vulnerability to food insecurity EOI=EJHU=PPNE>QPA@PKDECDQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJDECDLKRANPUHARAHOJK=??AOOPK?HA=JS=PAN a high ratio of cereal requirement vs. its production, and without access to electricity. 3.5 » 9 indikator individu yang berhubungan dengan kerawanan pangan kronis. Secara umum terjadi perbaikan untuk seluruh indikator (9 indikator). Kabupaten-kabupaten di Prioritas 1-3 mempunyai tingkat perbaikan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten Prioritas 4-6. Comparison of the district ranking of the FSVA 2009 and the FIA 2005 The levels of vulnerability of districts in the FIA 2005 are compared to those in the FSVA 2009, based on the values of each of nine individual indicators related to chronic food insecurity. Overall improvement has been seen in all nine indicators. The levels of improvement are higher in the districts of Priorities 1-3 than those in Priorities 4-6. » -AN>=EG=J U=JC O=JC=P OECJEłG=J PAN@=L=P L=@= EJ@EG=PKN =GOAO PAND=@=L B=OEHEP=O GAOAD=P=J =JCG= D=N=L=J hidup dan angka underweight L=@= >=HEP= -AJ?=L=E=J =C=G NAJ@=D PAN@=L=P @=H=I D=H N=OEK GKJOQIOE JKNI=PEB PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= =GOAO GAJ@=N==J NK@= AIL=P @=J LANAILQ=J >QP= DQNQB » More positive changes are observed in the access to health facilities, life expectancy at birth, and underweight =IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ1DA=?DEARAIAJPEOHKSANEJPDAN=PEKKBJKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPU accessibility by four-wheeled vehicles and female illiteracy. » Perubahan peringkat (rangking) 265 kabupaten dari FIA 2005 dibandingkan dengan kabupaten di FSVA >AN@=O=NG=J EJ@AGO (AP=D=J=J -=JC=J (KILKOEP -AN>=EG=J U=JC OECJEłG=J PANHED=P L=@= @=NE 265 Kabupaten (87%) yang mengalami perbaikan peringkat. Proporsi kabupaten yang mengalami perbaikan peringkat hampir sama antara Prioritas 1-3 (86%) dan Prioritas 4-6 (88%). » Changes in the rankings of 265 districts from the FIA 2005 are compared to those in the FSVA 2009 based on their Composite Food Security Index. A remarkable improvement is observed with 231 out of 265 districts (87%) having recorded improved rankings. The proportion of improved districts is similar between Priorities 1-3 (86%) and Priorities 4-6 (88%). » Dari 100 kabupaten Prioritas 1-3 di FIA 2005, 44 kabupaten mengalami perbaikan dari kabupaten Prioritas 1-3 dan berpindah menjadi kabupaten Prioritas lebih rendah yaitu Prioritas 4-6 di FSVA 2009. 42 kabupaten yang lain peringkatnya mengalami perbaikan namun masih masuk kabupaten Prioritas 1-3. 12 kabupaten » Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FIA 2005, 44 successfully graduated from Priorities 1-3 and moved down to the lower Priorities 4-6 in the FSVA 2009. Another 42 districts have improved ranks but were still ranked in Priorities 1-3. At the same time, 12 districts have downgraded ranks. Deterioration in these 12 districts was lainnya masuk menjadi kabupaten Prioritas yang lebih tinggi. Berpindahnya 12 kabupaten tersebut terutama disebabkan oleh rendahnya akses jalan terhadap kendaraan roda empat, atau meningkatnya angka kemiskinan, =P=Q IAJEJCG=PJU= N=OEK GKJOQIOE JKNI=PEB LAN G=LEP= PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= LANAILQ=J >QP= DQNQB =P=Q C=>QJC=J @=NE EJ@EG=PKN PANOA>QP » Dari 165 kabupaten di Prioritas 4-6 di FIA 2005, 145 kabupaten mengalami perbaikan peringkat, 19 kabupaten menurun peringkatnya, dan 6 kabupaten berpindah ke Prioritas 1-3 di FSVA 2009. Penurunan peringkat dari 19 kabupaten ini terutama disebabkan oleh menurunnya akses kendaraan roda empat, meningkatnya rasio mainly related to the lowered levels of accessibility for four-wheeled vehicles, or an increased poverty rate, or an increased ratio of per capita normative consumption to cereal availability, female illiteracy, or a combination of these. » Among 165 districts of Priorities 4-6 in the FIA 2005, 145 have improved ranks, whereas 19 have lower ranks, and 6 of them moved into Priorities 1-3 in the FSVA 2009. Deterioration in these 19 districts was mainly attributed to lowered levels of accessibility for four-wheeled vehicles, an increased ratio of per capita normative consumption to GKJOQIOE JKNI=PEB LAN G=LEP= PAND=@=L GAPANOA@E==J OANA=HE= IAJEJCG=PJU= =JCG= LANAILQ=J >QP= DQNQB meningkatnya kemiskinan atau angka underweightt pada balita, atau gabungan dari indikator tersebut. ?ANA=H=R=EH=>EHEPUDECDANBAI=HAEHHEPAN=?UEJ?NA=OA@LKRANPUN=PAOKNQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJKN= combination of these. Dari 100 kabupaten Prioritas 1-3 di FSVA 2009, terdapat 62 kabupaten yang berasal dari FIA 2005 (56 di Prioritas 1-3, 6 kabupaten di Prioritas 4-6) dan 38 kabupaten baru/pemekaran (dari 82 kabupaten pemekaran sejak 5 tahun PAN=GDEN (QN=JCJU= P=P= GAHKH= U=JC ABAGPEB @=J PAN>=P=OJU= OQI>AN @=U= I=JQOE= @=J G=L=OEP=OJU= @E@QC= IANQL=G=J B=GPKN U=JC IAJAJPQG=J PEJCCEJU= PEJCG=P GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @E G=>QL=PAJG=>QL=PAJ D=OEH Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FSVA 2009, 62 districts are from the FIA 2005 (56 of Priories 1-3, 6 of Priorities =J@=NAJASHUAOP=>HEODA@@EOPNE?POĠKQPKBJAS@EOPNE?PO?NA=PA@@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO )=?GKBEJOPEPQPEKJ=H and human resources and capacities, amongst other reasons, may also have contributed to levels of higher vulnerability to food insecurity in the new districts. pemekaran. xx Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Indonesia Vulnerability to Food Insecurity Map of Indonesia Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia xxi CHAPTER 1 INTRODUCTION 1.1 LATAR BELAKANG DAN DASAR PEMIKIRAN PETA KETAHANAN DAN KERENTANAN PANGAN INDONESIA 1.1 BACKGROUND AND RATIONALE OF FOOD SECURITY AND VULNERABILITY ATLAS OF INDONESIA &J@KJAOE= U=JC IAIEHEGE LAJ@Q@QG FQP= @AJC=J >AN=JAG= N=C=I >Q@=U= OKOEKAGKJKIE @=J HAP=G CAKCN=łO IAJ@Q@QGELANEJCG=P@=NEJAC=N=QJPQG&J@AGO-AI>=JCQJ=J*=JQOE=Ġ%QI=J!ARAHKLIAJP&J@AT tahun *AOGELQJ&J@KJAOE=IAJC=H=IELAIQHED=JU=JC?QGQL>AN=NPEOAF=GGNEOEOAGKJKIEP=DQJJ=IQJI=O=H=D kemiskinan, kerawanan pangan dan gizi masih cukup besar dan beragam antar provinsi dan kabupaten. Indonesia P *EHHAJJEQI!A?H=N=PEKJ (2000), sebagai salah satu negara yang ikut menandatangani 4KNH@#KK@0QIIEPĠ @=J &J@KJAOE= DKIA PK = LKLQH=PEKJ KB JA=NHU IEHHEKJ LAKLHA SEPD @ERANOA CAKCN=LDE?=H ?HEI=PE? OK?EKA?KJKIE? =J@ ?QHPQN=H?KJ@EPEKJON=JGOPDKQPKB?KQJPNEAOEJPDA%QI=J!ARAHKLIAJP&J@ATEJ!AOLEPANAI=NG=>HA NA?KRANUOEJ?APDAA?KJKIE??NEOEOLKRANPUBKK@EJOA?QNEPU=J@I=HJQPNEPEKJOPEHHATEOPSEPDH=NCA@EOL=NEPEAO>APSAAJ LNKREJ?AO=J@@EOPNE?PO&J@KJAOE==O=OECJ=PKNUPKPDA4KNH@#KK@0QIIEPĠ =J@PDA*EHHAJJEQI!A?H=N=PEKJĠ D=O?KJPEJQKQOHUNAEJBKN?A@EPOABBKNPOPK=?DEARA$K=HKBPDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOĠ*!$O >UD=HREJCPDA PANQOIAJANQOIAILANGQ=PQL=U=JU=QJPQGIAJ?=L=EPQFQ=JGA@=NE *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO (MDG), yaitu IAJQNQJG=JLNKLKNOELAJ@Q@QGU=JCPEJCG=PLAJ@=L=P=JJU=@E>=S=D20LAND=NE@=JLNKLKNOELAJ@Q@QGU=JC IAJ@ANEP=GAH=L=N=JIAJF=@EOAPAJC=DJU=L=@=P=DQJ JQI>ANKBLAKLHAHEREJC>AHKS20-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPUĠ--- =J@LAKLHAOQBBANEJCBNKIDQJCAN>UPDAUA=N 0A>AHQI P=DQJ PE@=G =@= O=N=J= QJPQG IAJC=J=HEO= @=J IAJCGH=OEłG=OE GAP=D=J=J @=J GANAJP=J=J L=JC=J di Indonesia. Karena data yang tersedia hanya ada pada tingkat nasional, maka variasi data antar daerah tidak terlihat dengan jelas. Hal ini menyebabkan sulitnya menentukan daerah dan alokasi sumber daya untuk menanggulangi kerawanan pangan di daerah yang rentan. Pada tahun 2002, Dewan Ketahanan Pangan (DKP) dan Badan Ketahanan Pangan Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Jawa Timur memulai pembuatan percontohan Peta Kerawanan -NEKN PK PDANA S=O JK PKKH PK =J=HUVA =J@ ?H=OOEBU BKK@ OA?QNEPU =J@ RQHJAN=>EHEPU EJ PDA ?KQJPNU +=PEKJ=H HARAH =CCNAC=PA@@=P=DE@OQ>J=PEKJ=HR=NE=PEKJO)=?GKB@EOPNE?PHARAH@EO=CCNAC=PA@@=P=@E@JKP=HHKSBKN@AłJEJCDKPOLKPO=J@ BK?QOEJCNAOKQN?AOPKP=?GHABKK@EJOA?QNEPUEJIKNARQHJAN=>HA=NA=O&JPDA+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA $KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@PDALNKREJ?E=H#KK@0A?QNEPU,Bł?AKB+QO=1AJCC=N==N=PĠ+1 =J@'=S=1EIQNLNKREJ?AO initiated a pilot Provincial Food Insecurity Atlas. Pangan tingkat provinsi. Pada tahun 2003-2005, DKP, Badan Ketahanan Pangan provinsi dan kabupaten bekerja sama dengan World Food !QNEJCPDA+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHLNKREJ?E=H=J@@EOPNE?P#KK@0A?QNEPU,Bł?AOEJ?KHH=>KN=PEKJSEPD Programme (WFP) menyusun Peta Kerawanan Pangan Indonesia (Food Insecurity Atlas-FIA) yang diluncurkan pada bulan Agustus 2005. FIA 2005 tersebut menggambarkan pemeringkatan situasi ketahanan pangan pada 265 kabupaten di 30 provinsi. PDA2JEPA@+=PEKJO4KNH@#KK@-NKCN=IIAĠ4#- I=@AOQ>OP=JPE=HABBKNPOPKLNK@Q?A=J=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=O Ġ#& SDE?DS=OKBł?E=HHUH=QJ?DA@EJQCQOP1DA#&N=JGA@PDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJ=PPDA@EOPNE?P HARAHKBNQN=H@EOPNE?POEJLNKREJ?AO Atlas ini terbukti menjadi sarana yang penting dalam penentuan target intervensi yang berhubungan dengan masalah GAP=D=J=JL=JC=J@=JCEVEOA?=N=CAKCN=łOL=@=G=>QL=PAJU=JCNAJP=JAN@=O=NG=J#&-AIANEJP=D&J@KJAOE= PAH=DIAJC=HKG=OEG=J=JCC=N=JHA>ED@=NE/L*EHU=N=P=Q20FQP=>=CEG=>QL=PAJU=JCL=HEJCN=S=J pangan dan segera melakukan intervensi pada tahun 2006. 1DAPH=OD=OLNKRAJPK>A=JEILKNP=JPPKKHBKNNAłJEJCPDACAKCN=LDE?=HP=NCAPEJCKBPDAIKOPRQHJAN=>HA@EOPNE?POBKNBKK@ Menindaklanjuti penyusunan FIA tersebut dilakukan pelatihan mengenai metodologi FIA ke seluruh provinsi di Indonesia. Sedikitnya sepuluh dari provinsi tersebut (NTB, NTT, Banten, Jawa Timur, Jawa Tengah, Kalimantan Selatan, Papua, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Sulawesi Tenggara) telah berhasil membuat FIA tingkat provinsi. #KHHKSEJCPDALQ>HE?=PEKJKBPDAłNOPJ=PEKJ=H#KK@&JOA?QNEPUPH=OLNKREJ?E=HKBł?E=HOSANAPN=EJA@KJ#&IAPDK@KHKCU 1AJĠ LNKREJ?AOD=RAOQ??AOOBQHHU@ARAHKLA@PDAENKSJLNKREJ?E=H#&Oġ+1+11=JPAJ'=S=1EIQN'=S=1AJC=D (=HEI=JP=J0AH=P=J-=LQ=0QI=PAN==N=P0QI=PAN=0AH=P=J0QH=SAOE1AJCC=N= Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia OA?QNEPU=J@JQPNEPEKJNAH=PA@EJPANRAJPEKJO=OA@KJPDA#&PDA$KRANJIAJP=HHK?=PA@IKNAPD=J/LIEHHE=N@ Ġ20IEHHEKJ PKDECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?PO=J@EJEPE=PA@EIIA@E=PAEJPANRAJPEKJOEJ 1 BAB/Chapter 1 BAB 1 PENDAHULUAN Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan intervensi multi sektoral secara terintegrasi dan PANGKKN@EJ=OE0A>AHQIP=DQJLNKCN=ILAJQNQJ=J=JCG=GAIEOGEJ=J?AJ@ANQJCļPKL@KSJ” yang dilakukan oleh hanya salah satu sektor atau instansi, dan hanya berfokus pada penyebab langsung bukan pada akar permasalahan 1DA ?KILHATEPU KB LKRANPU NAMQENAO IQHPEOA?PKN=H SAHH EJPACN=PA@ =J@ ?KKN@EJ=PA@ EJPANRAJPEKJO -NEKN PK LKRANPU NA@Q?PEKJIA=OQNAO=LLA=NA@PK>AEILHAIAJPA@RANPE?=HHUļPKL@KSJ>U=OEJCHAOA?PKNKNEJOPEPQPEKJI=EJHUBK?QOA@KJ EIIA@E=PA?=QOAON=PDANPD=JNKKPKJAO=J@PDANABKNAQJHEGAHUPK>AOQOP=EJA@ kemiskinan itu sendiri sehingga program tersebut tidak berkelanjutan. 0AF=GP=DQJLAIANEJP=DIAHQJ?QNG=J-NKCN=I+=OEKJ=H-AI>AN@=U==J*=OU=N=G=PĠ-+-* *=J@ENEQJPQG meningkatkan efektivitas penanggulangan kemiskinan dan penciptaan lapangan kerja. Melalui PNPM Mandiri dirumuskan kembali mekanisme upaya penanggulangan kemiskinan yang melibatkan unsur masyarakat, mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, hingga pemantauan dan evaluasi. PNPM Mandiri diperkuat dengan berbagai program pemberdayaan masyarakat yang dilaksanakan oleh berbagai departemen/sektor dan pemerintah daerah, di antaranya adalah: Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (Departemen Pertanian - PUAP); Pengembangan Desa Siaga (Departemen Kesehatan); Pengembangan Desa Mandiri Energi (Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral – DME); Program Aksi Desa Mandiri Pangan (Departemen Pertanian – DEMAPAN); Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Lahan Kering (Departemen Pertanian - PIDRA); Pengembangan Kredit Usaha Rakyat (Kementerian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah - KUR) dan lain-lain. &JPDA+=PEKJ=H-KRANPU/A@Q?PEKJ-NKCN=IIAPDNKQCD KIIQJEPU"ILKSANIAJPĠ-+-**=J@ENE S=OH=QJ?DA@ PKEJ?NA=OAPDAABBA?PERAJAOOKBPDALKRANPU=HHARE=PEKJLNKCN=IIA=J@?NA=PAFK>KLLKNPQJEPEAO1DNKQCD-+-**=J@ENE =IA?D=JEOIKBLKRANPU=HHARE=PEKJEJRKHREJC?KIIQJEPEAOEJPDALH=JJEJCEILHAIAJP=PEKJIKJEPKNEJC=J@AR=HQ=PEKJOP=CAO D=O>AAJNABKNIQH=PA@-+-**=J@ENED=O>AAJOPNAJCPDAJA@=HKJCSEPDKPDAN?KIIQJEPUAILKSANIAJPLNKCN=IIAO SDE?D=NAEILHAIAJPA@>UR=NEKQO@AL=NPIAJPOOA?PKNO=J@HK?=HCKRANJIAJPEJ?HQ@EJCġ /QN=HCNE>QOEJAOO"ILKSANIAJPĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA-2- Ģ 0AHBHANP3EHH=CAĠ*EJEOPNUKB%A=HPD!AO=0E=C= Ģ "JANCU0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ*EJEOPNUKB"JANCU=J@*EJAN=H/AOKQN?AO!AO=*=J@ENE"JANCE Ģ #KK@0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA!AO=*=J@ENE-=JC=J Ģ -=NPE?EL=PKNU&JPACN=PA@!ARAHKLIAJPEJ/=EJBA@NA=OĠ*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA-&!/ Ģ NA@EPBKN0I=HH*A@EQI"JPANLNEOAĠ*EJEOPNUKB KKLAN=PERAO=J@0I=HH"JPANLNEOA(2/ =J@KPDANO Menurunkan tingkat kemiskinan, kerawanan pangan dan kesenjangan antar wilayah tetap merupakan tantangan yang besar bagi pihak perencana dan pengambil kebijakan. Luasnya wilayah, keanekaragaman budaya dan terkonsentrasinya penduduk miskin di daerah tertentu merupakan hambatan untuk menentukan tingkat kerawanan pangan mereka. Selain itu, pembentukan sejumlah kabupaten baru dalam 3 tahun terakhir menyebabkan perlunya analisis dan pemetaan ketahanan pangan yang lebih mutakhir. Oleh karena itu, FIA yang pertama perlu dimuktahirkan untuk /A@Q?EJCLKRANPUBKK@EJOA?QNEPU=J@NACEKJ=H@EOL=NEPEAONAI=EJO=I=FKN?D=HHAJCABKNLH=JJANO=J@@A?EOEKJI=GANO &J@KJAOE=EO=R=OP?KQJPNUOL=PE=HDAPANKCAJAEPU=J@?QHPQN=H@ERANOEPU-KKNLAKLHA>AEJC?KJ?AJPN=PA@EJOLA?Eł?=NA=O ?KJPEJQA PK >A OECJEł?=JP ?KJOPN=EJPO BKN @APANIEJEJC PDAEN RQHJAN=>EHEPU PK BKK@ EJOA?QNEPU O L=NP KB = @A?AJPN=HEV=PEKJ LKHE?U=JQI>ANKBJAS@EOPNE?POD=RA>AAJAOP=>HEODA@@QNEJCPDAH=OPPDNAAUA=NO1DABKK@OA?QNEPUOP=PQOKBPDAOAJAS @EOPNE?POJAA@A@PK>A=J=HUVA@=J@I=LLA@1DQOPDANAS=O=?NQ?E=HJAA@PKQL@=PAPDAłNOPJ=PEKJ=H#&PKNAŃA?PJAS menggambarkan perkembangan situasi ketahanan pangan terkini. @ARAHKLIAJPOEJPDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJ Peluncuran FIA 2005 ternyata masih menyebabkan kesalahpahaman mengenai pengertian pemeringkatan kabupaten. y di indikasikan secara langsung bahwa kabupaten-kabupaten peringkat bawah Kata kerawanan pangan (food insecurity) adalah kabupaten yang memiliki penduduk rawan pangan. Oleh karena itu, peta nasional kedua ini diberi judul baru yaitu “Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia-Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA)” untuk menghindari kesalahpahaman pengertian tersebut. Perubahan nama Peta Kerawanan Pangan (FIA) menjadi Peta 1DAPANIļBKK@EJOA?QNEPUEJPDAłNOP#&IECDPD=RA?NA=PA@=IEOQJ@ANOP=J@EJCKJPDA@AłJEPEKJKBPDA@EOPNE?P N=JGEJC&POAAIOPK>AEJPANLNAPA@@ENA?PHUPD=PEJ=@EOPNE?PEJPDAHKSAOPN=JG=HHPDALAKLHASANABKK@EJOA?QNA1DAOA?KJ@ J=PEKJ=HPH=OSEPD=JASPEPHAļ#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUKB&J@KJAOE=Ġ#03 =EIOPK=RKE@OQ?D=IEOQJ@ANOP=J@EJC 1DA#03ATPAJ@OPDAQJ@ANOP=J@EJCKBPDABKK@OA?QNEPU?KJ?ALP>=OA@KJEPOPDNAA@EIAJOEKJOĠBKK@=R=EH=>EHEPU=??AOO Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) dilakukan dengan pertimbangan untuk memperjelas pengertian mengenai konsep ketahanan pangan berdasarkan tiga dimensi ketahanan pangan (ketersediaan, akses dan pemanfaatan pangan) dalam semua kondisi bukan hanya pada situasi kerawanan pangan saja. Pertimbangan yang kedua, FSVA juga bermaksud untuk mengetahui berbagai penyebab kerawanan pangan secara lebih baik atau dengan kata lain kerentanan terhadap kerawanan pangan, bukan hanya kerawanan pangan itu sendiri. Pembuatan FSVA ini mencakup 346 kabupaten di 32 provinsi dimana kegiatan ini sudah terintegrasi dalam rencana tahunan dan alokasi anggaran tahunan pemerintah. Seperti halnya FIA pertama, FSVA menyediakan sarana bagi para pengambil kebijakan untuk secara cepat dalam IAJCE@AJPEłG=OE@=AN=DU=JCHA>EDNAJP=J@EI=J=EJRAOP=OE@=NE>AN>=C=EOAGPKNOALANPELAH=U=J=JF=O=LAI>=JCQJ=J manusia dan infrastuktur yang berkaitan dengan ketahanan pangan dapat memberikan dampak yang lebih baik terhadap penghidupan, ketahanan pangan dan gizi masyarakat. 2 PKBKK@=J@QPEHEV=PEKJKBPDABKK@ PK=JU?EN?QIOP=J?AN=PDANPD=JKJHUEJ=BKK@EJOA?QNAOEPQ=PEKJ0A?KJ@HUPDA#03EO =HOKIA=JPPK>APPAN=@@NAOOR=NEKQO@APANIEJ=JPOKBBKK@EJOA?QNEPUKNEJKPDANSKN@OPDARQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPU N=PDANPD=JKJHUBKK@EJOA?QNEPUEPOAHB1DA#03?KRANONQN=H@EOPNE?POKBLNKREJ?AOEJPDA?KQJPNU=J@EPOLNK@Q?PEKJ D=O>AAJBQHHUEJPACN=PA@EJPK=JJQ=HCKRANJIAJPSKNGLH=JO=J@>Q@CAP=NU=HHK?=PEKJO )EGAPDAłNOP#&PDA#03LNKRE@AOEJBKNI=PEKJPKKHOBKN@A?EOEKJI=GANOPKMQE?GHUE@AJPEBUPDAIKNARQHJAN=>HA=NA=OSDANA EJRAOPIAJPOEJ@EBBANAJPOANRE?AODQI=J@ARAHKLIAJP=J@EJBN=OPNQ?PQNANAH=PA@PKBKK@OA?QNEPUSEHHD=RAIKNAEIL=?PKJ livelihoods, food and nutritional security of the people. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 1DA#03EOPDALNK@Q?PKB=J=?PERAL=NPE?EL=PEKJKB=HHLNKREJ?E=H#KK@0A?QNEPU,Bł?AOQJ@ANPDAHA=@ANODELKBPDA+=PEKJ=H #KK@0A?QNEPUCAJ?U=J@SEPD4#-OQLLKNP 1.2 KERANGKA KONSEP KETAHANAN PANGAN DAN GIZI 1.2 FOOD F AND D NUTRITION N SECURITY T CONCEPTUAL L FRAMEWORK Pada 4KNH@ #KK@ 0QIIEP P Ġ ketahanan pangan @E@AłJEOEG=J OA>=C=Eġ (AP=D=J=J L=JC=J PANF=@E =L=>EH= OAIQ= KN=JC OA?=N= PANQO IAJANQO >=EG OA?=N= łOEG OKOE=H @=J AGKJKIE IAILQJU=E =GOAO QJPQG L=JC=J U=JC memadai/cukup, bergizi dan aman, yang memenuhi kebutuhan pangan mereka dan pilihan makanan untuk hidup secara aktif dan sehat”. PPDA4KNH@#KK@0QIIEPĠ food securityS=O@AłJA@=Oġ#KK@OA?QNEPUATEOPOSDAJ=HHLAKLHA=P=HHPEIAOD=RA y LDUOE?=HOK?E=H=J@A?KJKIE?=??AOOPKOQBł?EAJPO=BA=J@JQPNEPEKQOBKK@PKIAAPPDAEN@EAP=NUJAA@O=J@BKK@LNABANAJ?AO for an active and healthy life”. Pada FSVA 2009, analisis dan pemetaan dilakukan berdasarkan pada pemahaman mengenai ketahanan dan kerentanan pangan dan gizi seperti yang tercantum dalam Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi Ġ$=I>=N &J PDA #03 PDA =J=HUOEO =J@ I=LLEJC EO >=OA@ KJ =J QJ@ANOP=J@EJC KB food and nutrition security and vulnerability DECDHECDPA@EJPDA#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNGĠ#ECQNA $=I>=N(AN=JCG=(KJOAL(AP=D=J=J-=JC=J@=J$EVE #ECQNA#KK@=J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG Sumber: WFP, Januari 2009 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Source: WFP, January 2009 3 BAB/Chapter 1 FSVA merupakan hasil dari peran aktif Badan Ketahanan Pangan provinsi dibawah koordinasi dari Badan Ketahanan Pangan Pusat dengan dukungan dari WFP. a. Ketahanan Pangan a. Food Security !E &J@KJAOE= 2J@=JCQJ@=JC +K P=DQJ PAJP=JC -=JC=J IAJC=NPEG=J (AP=D=J=J -=JC=J OA>=C=E GKJ@EOE terpenuhinya pangan bagi rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. &J&J@KJAOE=#KK@)=S+K@AłJA@#KK@0A?QNEPU=O=?KJ@EPEKJSDAJ=HHLAKLHAEJPDADKQOADKH@OD=RAOQBł?EAJP BKK@=P=HHPEIAONALNAOAJPA@=OOQBł?EAJPMQ=JPEPU=J@MQ=HEPUKBBKK@EJO=BA=J@=?DEAR=>HA?KJ@EPEKJO Sebagaimana FIA 2005, FSVA dibuat berdasarkan tiga pilarr ketahanan pangan: (i) ketersediaan pangan; (ii) akses terhadap pangan; dan (iii) pemanfaatan pangan. )EGAPDAłNOP#&PDA#03EO>=OA@KJ three pillarsKBBKK@OA?QNEPUġĠE food availability; y (ii) food access; and (iii) food utilization. Ketersediaan pangan adalah PANOA@E=JU= L=JC=J OA?=N= łOEG G di daerah, yang diperoleh baik dari hasil produksi domestik, impor/perdagangan maupun bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan dari produksi domestik, masuknya pangan melalui mekanisme pasar, stok pangan yang dimiliki pedagang dan pemerintah, serta bantuan pangan baik dari pemerintah maupun dari badan bantuan pangan. Ketersediaan pangan dapat dihitung pada tingkat nasional, provinsi, kabupaten atau tingkat masyarakat. Food availabilityy is the physical presence of foodEJPDA=NA=KB?KJ?ANJPDNKQCD=HHBKNIOKB@KIAOPE?LNK@Q?PEKJ d ?KIIAN?E=HEILKNPO=J@BKK@=E@#KK@=R=EH=>EHEPUEO@APANIEJA@>UBKK@LNK@Q?PEKJEJPDA=NA=PN=@A@BKK@>NKQCDPEJPK PDA=NA=PDNKQCDI=NGAPIA?D=JEOIOOPK?GDAH@>UPN=@ANO=J@EJCKRANJIAJPNAOANRAO=J@PN=JOBANO>UPDACKRANJIAJP =J@KNBKK@=E@=CAJ?EAO#KK@=R=EH=>EHEPUIECDP>A=CCNAC=PA@=PPDAJ=PEKJ=HNACEKJ=H@EOPNE?PKN?KIIQJEPUHARAH Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan maupun kombinasi diantara kelimanya. Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas. Food access is a household’s ability to acquire=@AMQ=PA=IKQJPOKBBKK@PDNKQCDKJAKN=?KI>EJ=PEKJKBKSJ DKIALNK@Q?PEKJ=J@OPK?GOLQN?D=OAO>=NPANCEBPO>KNNKSEJC=J@BKK@=E@#KK@I=U>A=R=EH=>HAEJPDA=NA=>QPJKP =??AOOE>HAPK?ANP=EJDKQOADKH@OEBPDAU?=JJKP=?MQENA=OQBł?EAJPMQ=JPEPUKN@ERANOEPUKBBKK@PDNKQCDPDAOAIA?D=JEOIO Pemanfaatan pangan merujuk pada penggunaan pangan oleh rumah tangga, dan kemampuan individu Food utilization refers to households’ use of the food to which they have access, and individuals’ abilityy to absorb QJPQGIAJUAN=L@=JIAIAP=>KHEOIAV=PCEVEĠGKJRANOEV=PCEVEOA?=N=AłOEAJKHADPQ>QD -AI=JB==P=JL=JC=JFQC= meliputi cara penyimpanan, pengolahan dan penyiapan makanan termasuk penggunaan air dan bahan bakar selama proses pengolahannya serta kondisi higiene, budaya atau kebiasaan pemberian makan terutama untuk individu yang memerlukan jenis makanan khusus, distribusi makanan dalam rumah tangga sesuai kebutuhan masing-masing individu (pertumbuhan, kehamilan, menyusui dll), dan status kesehatan masing-masing anggota rumah tangga. =J@IAP=>KHEVAPDAJQPNEAJPOPDA?KJRANOEKJABł?EAJ?UKBPDA>K@U#KK@QPEHEV=PEKJEJ?HQ@AOPDAS=UEJSDE?DBKK@EOOPKNA@ processed and prepared, including water and cooking fuel used, and hygiene conditions, feeding practices (particularly for individuals with special food needs), the sharing of food within the household according to the needs (growth, pregnancy, H=?P=PEKJAP? =J@PDADA=HPDOP=PQOKBA=?DDKQOADKH@IAI>AN Produksi dan ketersediaan pangan yang cukup di tingkat nasional dan provinsi tidak secara otomatis menjamin 0QBł?EAJP J=PEKJ=HHARAH =J@ NACEKJ=H BKK@ LNK@Q?PEKJ =J@ =R=EH=>EHEPU @K JKP CQ=N=JPAA BKK@ OA?QNEPU =P DKQOADKH@ =J@ ketahanan pangan pada tingkat rumah tangga dan individu. Pangan mungkin tersedia dan dapat diakses namun sebagian anggota rumah tangga mungkin tidak mendapat manfaat secara maksimal apabila kelompok ini tidak memperoleh distribusi pangan yang cukup, baik dari segi jumlah maupun keragaman atau apabila kondisi tubuh mereka tidak memungkinkan penyerapan makanan karena penyiapan makanan yang tidak tepat atau karena sedang sakit. EJ@ERE@Q=HHARAHO#KK@I=U>A=R=EH=>HA=J@=??AOOE>HA>QP?ANP=EJDKQOADKH@IAI>ANOI=UJKP>AJAłPBQHHUEBPDAU@KJKP NA?AERA=J=@AMQ=PAOD=NAKBPDABKK@EJPANIOKBMQ=JPEPU=J@@ERANOEPUKNEBPDAEN>K@EAO=NAQJ=>HAPK=>OKN>BKK@>A?=QOA of poor food preparation or sickness. Kerangka konsep ketahanan pangan mempertimbangkan ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan 1DABKK@OA?QNEPU?KJ?ALPQ=HBN=IASKNG?KJOE@ANOBKK@=R=EH=>EHEPUBKK@=??AOO=J@BKK@QPEHEV=PEKJ=O?KNA@APANIEJ=JPO pemanfaatan pangan sebagai aspek-aspek utama penopang ketahanan pangan serta menghubungkan aspek-aspek tersebut dengan kepemilikan aset rumah tangga, strategi penghidupan, dan lingkungan politik, sosial, kelembagaan dan ekonomi. Dengan kata lain, status ketahanan pangan suatu rumah tangga, atau individu ditentukan oleh interaksi dari faktor lingkungan pertanian (=CNKAJRENKJIAJP=H), sosial ekonomi dan biologi dan bahkan faktor politik. KBBKK@OA?QNEPU=J@HEJGOPDAOAPKDKQOADKH@O=OOAPAJ@KSIAJPOHERAHEDKK@OPN=PACEAO=J@PDALKHEPE?=HOK?E=HEJOPEPQPEKJ=H =J@A?KJKIE?AJRENKJIAJP&JKPDANSKN@OPDABKK@OA?QNEPUOP=PQOKB=JUDKQOADKH@KNEJ@ERE@Q=HEOPULE?=HHU@APANIEJA@>U PDAEJPAN=?PEKJKB=>NK=@N=JCAKB=CNKAJRENKJIAJP=HOK?EKA?KJKIE?=J@>EKHKCE?=HB=?PKNO=J@PKOKIAATPAJPLKHEPE?=H factors. Kerawanan pangan dapat bersifat kronis atau sementara/transien. Kerawanan pangan kronis adalah Food insecurity can be chronic or transitory. Chronic food insecurityEO=HKJCPANIKNLANOEOPAJPEJ=>EHEPUPKIAAPIEJEIQI y ketidakmampuan jangka panjang atau yang terus menerus untuk memenuhi kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini BKK@NAMQENAIAJPO=J@EOQOQ=HHU=OOK?E=PA@SEPDOPNQ?PQN=HQJ@ANHUEJC?KJPATPQ=HB=?PKNOPD=P@KJKP?D=JCAMQE?GHUOQ?D=O 4 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia HK?=H?HEI=PAOKEHPULAHK?=HCKRANJ=J?AOUOPAILQ>HE?EJBN=OPNQ?PQNAH=J@PAJQNAEJPANAPDJE?NAH=PEKJOA@Q?=PEKJHARAHAP? Transitory food insecurityEO=ODKNPPANIKNPAILKN=NUEJ=>EHEPUPKIAAPIEJEIQIBKK@NAMQENAIAJPOSDE?DEOIKOPHU y =OOK?E=PA@SEPD@UJ=IE?B=?PKNOPD=P?=J?D=JCAMQE?GHUOQ?D=OEJBA?PEKQO@EOA=OAOJ=PQN=H@EO=OPANO@EOLH=?AIAJP?D=JCA kebutuhan pangan minimum. Keadaan ini biasanya terkait dengan faktor dinamis yang berubah dengan cepat seperti penyakit infeksi, bencana alam, pengungsian, berubahnya fungsi pasar, tingkat besarnya hutang, perpindahan penduduk (migrasi) dll. Kerawanan pangan sementara yang terjadi secara terus menerus dapat menyebabkan menurunnya kualitas penghidupan rumah tangga, menurunnya daya tahan, dan bahkan bisa berubah menjadi kerawanan pangan kronis. KBI=NGAPBQJ?PEKJEJCHARAHKBEJ@A>PA@JAOOIECN=PEKJAP?/ALA=PA@PN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPU?=JHA=@PKPDA@ALHAPEKJKB =DKQOADKH@OHERAHEDKK@O@ACN=@A@NAOEHEAJ?A=J@?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU b. Ketahanan Gizi b. Nutrition Security Ketahanan gizi @E @AłJEOEG=J OA>=C=E ļ=GOAO łOEG AGKJKIE HEJCGQJC=J @=J OKOE=H PAND=@=L =OQL=J I=G=J=J seimbang, air layak minum, kesehatan lingkungan, pelayanan kesehatan dasar dan pendidikan dasar”. Ini berarti bahwa Nutrition securityEO@AłJA@=OļLDUOE?=HA?KJKIE?AJRENKJIAJP=H=J@OK?E=H=??AOOPK>=H=J?A@@EAPO=BA@NEJGEJC y S=PANAJRENKJIAJP=HDUCEAJALNEI=NUDA=HPD?=NA=J@LNEI=NUA@Q?=PEKJ1DEOEILHEAOPD=PPDANAEO=?KI>EJ=PEKJKBBKK@ ketahanan gizi membutuhkan kombinasi dari komponen makanan dan non-makanan. =J@JKJBKK@?KILKJAJPOEJJQPNEPEKJOA?QNEPU Ketahanan gizi yang ditunjukkan oleh status gizi merupakan tujuan akhir dari ketahanan pangan, kesehatan dan pola +QPNEPEKJOA?QNEPUI=JEBAOPA@EJJQPNEPEKJ=HOP=PQOEOPDAQHPEI=PAKQP?KIAKBBKK@OA?QNEPUDA=HPD=J@?=NALN=?PE?AO=P pengasuhan tingkat individu. Kerawanan pangan adalah salah satu dari 3 penyebab utama masalah gizi. Penyebab utama lainnya adalah status kesehatan dan kondisi kesehatan lingkungan masyarakat, dan pola pengasuhan. Oleh karena itu, di manapun terjadi kerawanan pangan, maka akan beresiko kekurangan gizi, termasuk kekurangan gizi mikro. Namun demikian, ini tidak berarti bahwa kerawanan pangan adalah penyebab satu-satunya masalah gizi kurang, tanpa mempertimbangkan faktor kesehatan dan pola asuh seperti kurangnya akses ke air layak minum, sanitasi, fasilitas dan pelayanan kesehatan, rendahnya kualitas pola asuh dan pemberian makan anak serta tingkat pendidikan ibu. PDA EJ@ERE@Q=H HARAH #KK@ EJOA?QNEPU EO KJA =IKJCOP PDNAA QJ@ANHUEJC ?=QOAO KB I=HJQPNEPEKJ 1DA KPDAN PSK ?=QOAO =NA DA=HPDOP=PQO=J@LQ>HE?DA=HPDAJRENKJIAJP=J@?=NALN=?PE?AO1DANABKNASDANARANPDANAEOBKK@EJOA?QNEPUPDANAEO= NEOGKBI=HJQPNEPEKJEJ?HQ@EJCIE?NKJQPNEAJP@Ał?EAJ?EAO&PODKQH@JKP>A=OOQIA@PD=PBKK@EJOA?QNEPUEOPDAOKHA?=QOAKB I=HJQPNEPEKJSEPDKQP?KJOE@ANEJCLKOOE>HADA=HPD=J@?=NA?=QO=HB=?PKNOOQ?D=OH=?GKB=??AOOPK?HA=J@NEJGEJCS=PAN O=JEP=PEKJDA=HPDB=?EHEPEAO=J@DA=HPD?=NAEJ=@AMQ=PA?DEH@?=NA=J@BAA@EJCLN=?PE?AOLKKNI=PANJ=HA@Q?=PEKJAP? c. Kerentanan c. Vulnerability Kerentanan terhadap kerawanan pangan mengacu pada suatu kondisi yang membuat suatu masyarakat yang beresiko rawan pangan menjadi rawan pangan. Tingkat kerentanan individu, rumah tangga atau kelompok masyarakat ditentukan oleh tingkat keterpaparan mereka terhadap faktor-faktor resiko/goncangan dan kemampuan mereka untuk mengatasi situasi tersebut baik dalam kondisi tertekan maupun tidak. 3QHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUNABANOPK=BQHHN=JCAKBB=?PKNOPD=PLH=?ALAKLHA=PNEOGKB>A?KIEJCBKK@EJOA?QNA1DA @ACNAAKBRQHJAN=>EHEPUKBEJ@ERE@Q=HODKQOADKH@OKNCNKQLOKBLAKLHAEO@APANIEJA@>UPDAENATLKOQNAPKPDANEOGB=?PKNO=J@ their ability to cope with or withstand stressful situations. 1.3 INDIKATOR YANG Y DI GUNAKAN FSVA 1.3 INDICATORS USED FOR THE FSVA Kerawanan pangan merupakan isu multi-dimensional yang memerlukan analisis dari berbagai parameter tidak D=JU=LNK@QGOE@=JGAPANOA@E==JL=JC=JO=F=*AOGELQJPE@=G=@=?=N=OLAOEłGQJPQGIAJCQGQNGAP=D=J=JL=JC=J kompleksitas ketahanan pangan dapat disederhanakan dengan menitikberatkan pada tiga dimensi yang berbeda #KK@EJOA?QNEPUEO=IQHPE@EIAJOEKJ=HEOOQASDE?DJAA@O=J=J=HUOEOKBR=NEKQOL=N=IAPANON=PDANPD=JNAHUEJCKJBKK@ LNK@Q?PEKJ=J@=R=EH=>EHEPU=HKJA4DEHAPDANAEOJKOEJCHA@ENA?PIA=OQNAKBBKK@OA?QNEPUPDA?KILHATEPUKBBKK@OA?QNEPU ?=J>AOEILHEłA@>UBK?QOEJCKJPDNAA@EOPEJ?P>QPEJPANNAH=PA@@EIAJOEKJOġ=CCNAC=PA@BKK@=R=EH=>EHEPUDKQOADKH@BKK@ namun saling berkaitan yaitu ketersediaan pangan, akses pangan oleh rumah tangga dan pemanfaatan pangan oleh individu. =??AOO=J@EJ@ERE@Q=HBKK@QPEHEV=PEKJ Indikator yang dipilih dalam FSVA ini berkaitan dengan tiga pilar ketahanan pangan tersebut berdasarkan konsepsi Kerangka Konsep Ketahanan Pangan dan Gizi. Disamping itu, pemilihan indikator juga tergantung pada ketersediaan @=P=L=@=PEJCG=PG=>QL=PAJ&J@EG=PKNU=JC@ECQJ=G=JQJPQG#03PANPAN=L=@=1=>AH Indicators selected for the FSVA are related to three food security pillars, based on their interrelation as indicated in the Food =J@+QPNEPEKJ0A?QNEPU KJ?ALPQ=H#N=IASKNG=J@@ALAJ@KJ@=P==R=EH=>EHEPU=PPDA@EOPNE?PHARAHKB&J@KJAOE=&J@E?=PKNO used for the FSVA are presented in Table 1.1. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 5 BAB/Chapter 1 biasanya terkait dengan faktor strukural, yang tidak dapat berubah dengan cepat, seperti iklim setempat, jenis tanah, sistem pemerintah daerah, kepemilikan lahan, hubungan antar etnis, tingkat pendidikan, dll. Kerawanan Pangan Sementara (Transitory food insecurity) adalah ketidakmampuan jangka pendek atau sementara untuk memenuhi !=NEEJ@EG=PKNU=JC@ECQJ=G=JL=@=#&EJ@EG=PKNPAH=D@ELEHED@=J@ECQJ=G=J@=H=I#03OAPAH=DIAH=HQE proses review oleh tim pengarah (0PAANEJC KIIEPPAA) dan tim pelaksana (1A?DJE?=H 4KNGEJC $NKQL) FSVA yang telah dibentuk untuk pemuktahiran FSVA. Karena data mengenai angka kematian bayi (&JB=JP*KNP=HEPU/=PA - IMR) ,QPKBEJ@E?=PKNOQOA@EJPDA#&PDENPAAJĠ D=RA>AAJOAHA?PA@PK>AQOA@BKNPDA#03PDNKQCD=NAREAS LNK?AOO?=NNEA@KQP>UPDAIAI>ANOKBPDA0PAANEJC KIIEPPAA=J@1A?DJE?=H4KNGEJC$NKQLSDE?DS=OBKNIA@BKNPDA QL@=PAKBPDA#03)=?GKB@=P=KJ&JB=JP*KNP=HEPU/=PAĠ&*/ HA@PKAT?HQ@EJCPDEOEJ@E?=PKNBNKIPDA#03PPDAO=IA tidak tersedia, maka indikator tersebut dikeluarkan dari indikator FSVA. Sebaliknya, data kurang gizi kronis (pendek/ stunting L=@=>=HEP=@=L=P@E=I>EH@=NE@=P=/&0("0!0G=JPAP=LE@=P=PANOA>QPPE@=G@EI=OQGG=JGA@=H=I g perhitungan indeks ketahanan pangan komposit, tetapi tetap dianalisis dan dijelaskan dalam laporan secara deskritif. PEIA@=P=KJ?DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC =IKJCQJ@ANłRAUA=NOKH@?DEH@NAJEO@ANERA@BNKIPDANA?AJP=OE?%A=HPD /AOA=N?D Ġ/&0("0!0 %KSARAN PDEO @=P= EO JKP QOA@ BKN ?=H?QHP=PEJC PDA ?KILKOEPA BKK@ OA?QNEPU EJ@AT &P EO =J=HUVA@=J@@AO?NE>A@KJHUEJPDAJ=NN=PERANALKNP FSVA dikembangkan dengan menggunakan 9 indikator kerawanan pangan kronis dan 4 indikator kerawanan pangan sementara/transien. Peta komposit kerawanan pangan dihasilkan dari kombinasi semua indikator kerawanan pangan 1DA#03D=O>AAJ@ARAHKLA@>UQOEJCJEJAĠ ?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUEJ@E?=PKNO=J@BKQNĠ PN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPU EJ@E?=PKNO1DA?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPUI=LEOLNK@Q?A@>U?KI>EJEJC=HHJEJAĠ ?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPUEJ@E?=PKNO=BPAN =OOECJEJCSAECDPO@ANERA@BNKI=-NEJ?EL=H KILKJAJPOJ=HUOEO1DKQCD@=P=KJOPQJPEJCEO=R=EH=>HAEPS=O@A?E@A@PK kronis dengan menggunakan pembobotan berdasarkan -NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO. Meskipun data stuntingg tersedia, namun untuk peta komposit ketahanan pangan telah disepakati hanya menggunakan data balita gizi kurang dan buruk (underweight) t saja sehingga FSVA masih dapat diperbandingkan dengan data FIA 2005. Seperti pada FIA 2005, daerah perkotaan (urban) tidak diikutsertakan dalam FSVA karena ketahanan pangan masyarakat perkotaan membutuhkan analisis secara terpisah dan akan dipertimbangkan pada FSVA selanjutnya. Peta ini menunjukkan situasi ketahanan pangan di 346 kabupaten yang umumnya daerah pedesaan (rural) di 32 provinsi QOAKJHUQJ@ANSAECDP@=P=BKN?KILEHEJCPDABKK@OA?QNEPUI=LSDE?DSKQH@=HHKSBKNLKOOE>HA?KIL=NEOKJSEPDNAOQHPOKB PDA#& 0EIEH=NPKPDA#&QN>=J=NA=O=NAJKPEJ?HQ@A@EJPDEO#03=OQN>=JBKK@OA?QNEPUNAMQENAO=OAL=N=PA=J=HUOEOPD=P SEHHLKOOE>HU>A?KJOE@ANA@EJPDABQPQNA1DAI=LO@ALE?PPDABKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJEJ@EOPNE?POSDE?D=NALNA@KIEJ=JPHU EJNQN=H=NA=OKBLNKREJ?AOKBPDA?KQJPNU di Indonesia. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Ketahanan Pangan tingkat pusat, provinsi dan kabupaten serta publikasi dari Badan Pusat Statistik (BPS), Departemen Kesehatan, Departemen Kehutanan, =@=J+=OEKJ=H-AJ=JCCQH=JC=JAJ?=J=Ġ+- @=J=@=J*APAKNKHKCE(HEI=PKHKCE@=J$AKłOEG=Ġ*($ !=P= U=JC@ECQJ=G=JQJPQG=J=HEO=EJE>AN=O=H@=NE@=P=P=DQJLANEK@AP=DQJA>AN=L=EJ@EG=PKNIANQL=G=J data individu, sedangkan indikator yang lain merupakan data rumah tangga atau masyarakat. Peta komposit yang dikembangkan dari indikator-indikator tersebut hanya mengindikasikan situasi ketahanan pangan secara umum di suatu kabupaten. Pada kabupaten yang tahan pangan, sebagaimana diperlihatkan pada peta komposit, tidak berarti bahwa semua kecamatan dan desa dalam kabupaten tersebut tahan pangan. Sama halnya juga dengan daerah-daerah yang rawan pangan. Analisa lanjut sampai ke tingkat kecamatan perlu dilakukan untuk menganalisi lebih jauh titik-titik rawan pangan. Peta-peta dibuat dengan menggunakan pola warna yang seragam yaitu gradasi warna merah dan hijau. Gradasi warna merah menunjukkan variasi tingkat kerawanan pangan dan gradasi warna hijau menggambarkan kondisi yang lebih baik. Pada kedua kelompok warna tersebut, warna yang semakin tua menunjukkan tingkat yang lebih tinggi dalam hal GAP=D=J=J=P=QGAN=S=J=JL=JC=J(H=OEłG=OE@=P=Ġthreshold) pada peta untuk indikator individu sama dengan yang t digunakan pada FIA 2005, kecuali data berat balita di bawah standar (underweight U=JCIAJCCQJ=G=J>=P=OGH=OEłG=OE masalah kesehatan masyarakat dari Badan Kesehatan Dunia (WHO, 2000). Pembulatan nilai terdekat ke angka rataN=P=J=OEKJ=H@E=I>EHOA>=C=E=I>=JC>=P=O=JP=N=GAHKILKGCN=@=OES=NJ=IAN=D@=JDEF=Q&J@AGOLAP=O=IL=E IANQL=G=J@=BP=NLNKREJOE@=JG=>QL=PAJU=JC@ECQJ=G=J@=H=I=J=HEOEO@=JLAIAP==JEJE 6 HH@=P=S=O?KHHA?PA@BNKIOA?KJ@=NUOKQN?AO>U@EOPNE?PLNKREJ?E=H=J@?AJPN=HBKK@OA?QNEPUKBł?AO=J@BNKILQ>HE?=PEKJO KBPDA AJPN=HQNA=QKB0P=PEOPE?OĠ-0 *EJEOPNUKB%A=HPD*EJEOPNUKB#KNAOPNU+=PEKJ=H!EO=OPAN*=J=CAIAJPCAJ?U Ġ+- =J@*APAKNKHKCU HEI=PKHKCU=J@$AKLDUOE?=HCAJ?UĠ*($ HH@=P=QOA@BKNPDA=J=HUOEOEJPDA#03S=O LNEI=NEHUBKNPDALANEK@KB0KIAEJ@E?=PKNOSANA=PPDAEJ@ERE@Q=HHARAHSDANA=OKPDANOSANAAEPDAN=PPDA DKQOADKH@KN?KIIQJEPUHARAH1DA?KILKOEPAI=L@ANERA@BNKIPDAOAEJ@E?=PKNOEOKJHUEJ@E?=PERAKBPDAKRAN=HHBKK@OA?QNEPU OEPQ=PEKJEJ@EOPNE?POBKK@OA?QNA@EOPNE?P=OEJ@E?=PA@EJPDA?KILKOEPAI=L@KAOJKPJA?AOO=NEHUIA=J=HHEPOOQ>@EOPNE?PO =J@REHH=CAOSKQH@>ABKK@OA?QNA1DAO=IAEOPNQABKNPDABKK@EJOA?QNA=NA=OBKHHKSQL=PPDAOQ>@EOPNE?PHARAHODKQH@ be undertaken to further identify hotspots. 1DAI=LO=NALNK@Q?A@QOEJC=QJEBKNI?KHKQNL=PPANJEJOD=@AOKBNA@=J@CNAAJ1DAOD=@AOKBNA@@AJKPAR=NEKQO degrees of food insecurity while shades of green depict a relatively better status. In both colours, the darker shades indicate DECDAN@ACNAAOKBBKK@OA?QNEPUKNEJOA?QNEPU1DAPDNAODKH@OEJPDAI=LOBKNEJ@ERE@Q=HHARAHEJ@E?=PKNO=NAPDAO=IA=OEJ PDA#&AT?ALPBKN?DEH@QJ@ANSAECDPSDE?DJKSQOAPDA4KNH@%A=PD,NC=JEV=PEKJOPDNAODKH@OBKNLQ>HE?DA=HPD OECJEł?=J?AĠ4%, -NEI=NEHUPDAJA=NAOPNKQJ@A@łCQNAOKBPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAO=NA?KJOE@ANA@=OPDA?QPKBB LKEJPO>APSAAJPDAOD=@AOKBNA@=J@CNAAJ&J@AT*=LOPKHEOPLNKREJ?AO=J@@EOPNE?POEJ?HQ@A@EJPDA=J=HUOEO=J@ I=LLEJC Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia REFERENCES i. BAPPENAS/UNDP. Laporan Pencapaian *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO&J@KJAOE= ii. Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme. Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005. i. ii. iii. UNDP. Laporan Pembangunan Manusia, 2008. iv. World Food Programme. KILNADAJOERA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUJ=HUOEO$QE@AHEJAO, A@EOEGA v. World Food Programme."IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG, edisi kedua, 2009. iii. 2+!-%QI=J!ARAHKLIAJP/ALKNP iv. 4KNH@#KK@-NKCN=IIA KILNADAJOERA#KK@0A?QNEPU=J@3QHJAN=>EHEPUJ=HUOEO$QE@AHEJAOOPA@EPEKJ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia v. --"+02+!--NKCNAOONALKNPKJ*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB &J@KJAOE= 4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKGJ@A@EPEKJ 7 BAB/Chapter 1 DAFTAR PUSTAKA Provinsi/ Province NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Riau Riau Riau Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Kode/ Code 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Kabupaten/ District Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Koto Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Provinsi/ Province Riau Riau Riau Riau Riau Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Kode/ Code 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 Kabupaten/ District Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Karimun Bintan Natuna Lingga Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogam Ilir Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang 9 BAB/Chapter 1 Peta Indeks Pulau Sumatera Index Map of Sumatera Islands Provinsi/ Province Banten Banten Banten Banten Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Kode/ Code 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 Kabupaten/ District Pandeglang Lebak Tangerang Serang Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Provinsi/ Province Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Kode/ Code 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 Kabupaten/ District Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Provinsi/ Province Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Kode/ Code 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 Kabupaten/ District Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Provinsi/ Province Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Kode/ Code 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 Kabupaten/ District Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep 11 BAB/Chapter 1 Peta Indeks Pulau Jawa Index Map of Java Islands Provinsi/ Province Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Kode/ Code 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 Kabupaten/ District Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang Asem Buleleng Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Provinsi/ Province Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Kode/ Code 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 Kabupaten/ District Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat 13 BAB/Chapter 1 Peta Indeks Pulau Bali, NTB dan NTT Index Map of Bali, NTB and NTT Islands Provinsi/ Province Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Kode/ Code 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 Kabupaten/ District Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Pasir Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara 15 BAB/Chapter 1 Peta Indeks Pulau Kalimantan Index Map of Kalimantan Islands Kode/ Code 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Kabupaten/ District Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahsa Utara Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolanga Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Toja Una-Una Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Provinsi/ Province Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Kode/ Code 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 Kabupaten/ District Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Mamuju Utara Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara 17 BAB/Chapter 1 Peta Indeks Pulau Sulawesi Index Map of Sulawesi Islands Provinsi/ Province Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Papua Papua Papua Papua Papua Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Kode/ Code 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 Kabupaten/ District Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Provinsi/ Province Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Kode/ Code 328 330 331 332 333 334 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 Kabupaten/ District Paniai Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Fak-Fak Kaimana Teluk Wondana Teluk Bintuni Monokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat 19 BAB/Chapter 1 Peta Indeks Pulau Maluku, Maluku Utara, Papua, dan Papua Barat Index Map of Maluku, Maluku Utara, Papua and Papua Barat Islands Indikator / Indicator 'H¿QLVLGDQ3HUKLWXQJDQ'H¿QLWLRQDQG&RPSXWDWLRQ BAB/Chapter 1 7DEHO,QGLNDWRU3HWD.HWDKDQDQGDQ.HUHQWDQDQ3DQJDQ,QGRQHVLD 7DEOH,QGLFDWRUVXVHGIRUWKH)RRG6HFXULW\DQG9XOQHUDELOLW\$WODVRI,QGRQHVLD Sumber Data / 'DWD6RXUFH .HWHUVHGLDDQ3DQJDQ )RRG$YDLODELOLW\ 1. 1. Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan bersih ‘padi + jagung + ubi kayu + ubi jalar’ Per capita normative consumption to net ‘rice + maize + cassava + sweet potato’ availability ratio 1. Data rata-rata produksi bersih tiga tahun (2005-2007) padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar pada tingkat kabupaten dihitung dengan menggunakan faktor konversi standar. Untuk rata-rata produksi bersih ubi kayu dan ubi jalar dibagi dengan 3 (faktor konversi serealia) untuk mendapatkan nilai yang ekivalen dengan serealia. Kemudian dihitung total produksi serealia yang layak dikonsumsi. 2. Ketersediaan bersih serealia per kapita per hari dihitung dengan membagi total ketersediaan serealia kabupaten dengan jumlah populasinya (data penduduk pertengahan tahun 2006). 3. Data bersih serealia dari perdagangan dan impor tidak diperhitungkan karena data tidak tersedia pada tingkat kabupaten. 4. Konsumsi normatif serealia/hari/kapita adalah 300 gram/orang/hari. 5. Kemudian dihitung rasio konsumsi normatif perkapita terhadap ketersediaan bersih serealia per kapita. Rasio lebih besar dari 1 PHQXQMXNNDQGDHUDKGH¿VLWSDQJDQGDQGDHUDKGHQJDQUDVLROHELKNHFLOGDULDGDODKVXUSOXVXQWXNSURGXNVLVHUHDOLD 1. 'LVWULFWOHYHOWULHQQLXPDYHUDJHQHWSURGXFWLRQRIULFHDQGPDL]HZDV¿UVWFDOFXODWHGE\XVLQJVWDQGDUGFRQYHUVLRQ factors. For cassava and sweet potato, production was divided by three (cereal equivalent factor) to transform it into a cereal equivalent. Total cereal production available for human consumption was then calculated. 2. Per capita daily net cereal availability was then computed by dividing the total district cereal availability by its population (population data for mid-2006). 3. Net import and trade of cereal were not considered, as data at the district level was not available. 4. Normative cereal consumption/capita/day was taken as 300 grams/person/day. 5. The ratio of per capita normative consumption to per capita net cereal availability was computed. Ratio from ‘1’ and above shows IRRGGH¿FLWDUHDZKLOHOHVVWKDQµ¶LQGLFDWHVDFHUHDOVXUSOXVDUHD Badan Ketahanan Pangan Provinsi dan Kabupaten, (data 2005-2007) 3URYLQFLDODQG'LVWULFW)RRG6HFXULW\2I¿FHV (2005-2007 data) $NVHV3DQJDQGDQ3HQJKLGXSDQ )RRGDQG/LYHOLKRRGV$FFHVV 2. Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan Nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh seorang individu untuk hidup secara layak. Garis kemiskinan nasional menggunakan US$ 1,55 (PPP Purchasing Power Parity) per orang per hari. Data dan Informasi Kemiskinan, BPS Tahun 2007, Buku 2: Kabupaten 2. Percentage of people below poverty line 7KH,QGRQHVLDQUXSLDKYDOXHRIWKHPRQWKO\SHUFDSLWDH[SHQGLWXUHUHTXLUHGWRIXO¿ODPLQLPXPVWDQGDUGRIIRRGDQGQRQIRRGEDVLF FRQVXPSWLRQ7KHQDWLRQDOSRYHUW\OLQHLVGH¿QHGDWWKH3XUFKDVLQJ3RZHU3DULW\33386SHUSHUVRQSHUGD\ \ Data and information on poverty, BPS 2007, Book 2: District 3. Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai Lalu-lintas antar desa yang tidak bisa dilalui oleh kendaraan roda empat. PODES (Potensi Desa) 2008, BPS 3. Percentage of villages with inadequate connectivity Percentage of villages whose inter-village roads that are not accessible by four-wheeled vehicles. PODES (Village Potential Survey) 2008, BPS 4. Persentase rumah tangga tanpa akses listrik Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses terhadap listrik dari PLN dan/atau non PLN, misalnya generator. SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) 2007, BPS 4. Percentage of households without access to electricity Percentage of households who do not have access to electricity from state and/or non-state sources, namely generators. SUSENAS (National Socio-Economic Survey) 2007, BPS SUSENAS 2007, BPS 3HPDQIDDWDQ3DQJDQ)RRG8WLOL]DWLRQ 5. Angka harapan hidup pada saat lahir Perkiraan lama hidup rata-rata bayi baru lahir dengan asumsi tidak ada perubahan pola mortalitas sepanjang hidupnya. 5. Life expectancy at birth The average numbers of years that a newborn infant would live if the mortality pattern at the time of birth prevails throughout the child’s life. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 21 7DEHOODQMXWDQ,QGLNDWRU3HWD.HWDKDQDQGDQ.HUHQWDQDQ3DQJDQ,QGRQHVLD 7DEOHFRQWG,QGLFDWRUVXVHGIRUWKH)RRG6HFXULW\DQG9XOQHUDELOLW\$WODVRI,QGRQHVLD Indikator / Indicator Sumber Data / 'DWD6RXUFH 'H¿QLVLGDQ3HUKLWXQJDQ'H¿QLWLRQDQG&RPSXWDWLRQ 6. Berat badan balita di bawah standar 8QGHUZHLJKW Anak di bawah lima tahun yang berat badannya kurang dari -2 Standar Deviasi (-2 SD) dari berat badan normal pada usia dan jenis kelamin tertentu (Standar WHO 2005). RISKESDAS (Riset Kesehatan Dasar) 2007, Departemen Kesehatan 6. Children underweight &KLOGUHQXQGHU¿YHZKRVHZHLJKWVDUHOHVVWKDQ6WDQGDUG'HYLDWLRQ6'IURPWKHLUDJHDQGJHQGHUVSHFL¿FUHIHUHQFHZHLJKWV (2005 WHO Standards) RISKESDAS (Basic Health Research) 2007, Ministry of Health 7. Perempuan buta huruf Persentase perempuan di atas 15 tahun yang tidak dapat membaca atau menulis. SUSENAS 2007, BPS 7. Female Illiteracy Percent of females above 15 years who cannot read or write. 8. Persentase rumah tangga tanpa akses ke air bersih Persentase rumah tangga yang tidak memiliki akses ke air minum yang berasal dari air leding/PAM, pompa air, sumur atau mata air yang terlindung. 8. Percentage of householsds without access to improved drinking water Percentage of households who do not have access to tap water, protected wells/boreholes, or protected spring water. 9. Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan Persentase rumah tangga yang tinggal pada jarak lebih dari 5 kilometer dari fasilitas kesehatan (rumah sakit, klinik, puskesmas, dokter, juru rawat, bidan yang terlatih, paramedik, dan sebagainya). RISKESDAS 2007, Departemen Kesehatan 9. Percentage of households living more than 5 km away from health facilities 7KHSHUFHQWDJHRIKRXVHKROGVZKRVHSODFHRIUHVLGHQFHLVORFDWHGPRUHWKDQ¿YHNLORPHWUHVIURPDKHDOWKIDFLOLW\KRVSLWDOFOLQLF community health centre, doctor, nurse, trained midwife, paramedic, etc.). RISKESDAS (Basic Health Research) 2007, Ministry of Health SUSENAS 2007, BPS .HUHQWDQDQ7HUKDGDS.HUDZDQDQ3DQJDQ7UDQVLHQ 9XOQHUDELOLW\WR7UDQVLHQW)RRG,QVHFXULW\ 10. Bencana alam Data bencana alam yang terjadi di Indonesia dan kerusakannya selama periode 2000 – 2007 Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), 2009 10. Natural disasters Natural disasters which occurred in Indonesia between 2000 and 2007 and estimated caused damage National Disaster Management Agency (BNPB), 2009 11. Penyimpangan curah hujan 1. Data rata-rata tahunan curah hujan pada musim hujan dan kemarau selama 10 tahun terakhir (1997-98 sampai 2007-08) dihitung. %DGDQ0HWHRURORJL.OLPDWRORJLGDQ*HR¿VLND%0.* 2008 2. Kemudian dihitung persentase dari perbandingan nilai rata-rata 10 tahun terhadap nilai normal rata-rata 30 tahun (1971-2000). 1. /DVW\HDUV¶WRDQQXDODYHUDJHUDLQIDOOGXULQJGU\DQGUDLQ\VHDVRQZDV¿UVWFRPSXWHG 2. The percent difference between 10 years average and the 30 years normal average (1971-2000) was then calculated. 11. Rainfall deviation Meteorological, Climatology and Geophisic Agency (BMKG) 2008 12. Persentase daerah puso Persentase dari daerah ditanami padi yang rusak akibat kekeringan, banjir dan organisme pengganggu tanaman (OPT). Departemen Pertanian, 2008 12. Percentage of damaged area 3HUFHQWDJHRISDGG\DUHDGDPDJHGE\GURXJKWÀRRGSHVWLQIHVWDWLRQ. Ministry of Agriculture, 2008 13. Deforestasi hutan Deforestasi adalah perubahan kondisi penutupan lahan dari hutan menjadi non hutan. Angka deforestasi hutan berdasarkan analisis citra satelit Landsat pada tahun 2002/2003 dan 2005/2006. Penghitungan Deforestasi Indonesia tahun 2008, Departemen Kehutanan 13. Deforestation Deforestation is the changes of landcover from forest type to non forest type. Deforestation rate based on the analysis of Landsat satellite imagery during 2002/2003 and 2005/2006 periods. Deforestation Calculation in Indonesia 2008, Ministry of Forestry 22 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Ketersediaan Pangan adalah GAPANOA@E==JL=JC=JOA?=N=łOEG G di suatu wilayah dari segala sumber, baik itu produksi pangan domestik, perdagangan pangan dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan ditentukan oleh produksi pangan di wilayah tersebut, perdagangan pangan melalui mekanisme pasar di wilayah tersebut, stok yang dimiliki oleh pedagang dan cadangan pemerintah, dan bantuan pangan dari pemerintah atau organisasi lainnya. Food availabilityy is the physical presence of foodEJPDA=NA=KB?KJ?ANJPDNKQCD=HHBKNIOKB@KIAOPE?LNK@Q?PEKJ d ?KIIAN?E=HEILKNPO=J@BKK@=E@#KK@=R=EH=>EHEPUEO@APANIEJA@>UBKK@LNK@Q?PEKJEJPDA=NA=PN=@A@BKK@>NKQCDPEJPK PDA=NA=PDNKQCDI=NGAPIA?D=JEOIOOPK?GODAH@>UPN=@ANO=J@EJCKRANJIAJPNAOANRAO=J@PN=JOBANO>UPDACKRANJIAJP =J@KNBKK@=E@=CAJ?EAO Produksi pangan tergantung pada berbagai faktor seperti iklim, jenis tanah, curah hujan, irigasi, komponen produksi pertanian yang digunakan, dan bahkan insentif bagi para petani untuk menghasilkan tanaman pangan. #KK@LNK@Q?PEKJ@ALAJ@OKJR=NEKQOB=?PKNOOQ?D=O?HEI=PAOKEHPULAN=EJB=HHENNEC=PEKJ=CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEKJEJLQPO=J@ PA?DJKHKCEAO=J@=HOKEJ?AJPERAOBKNB=NIANOPKLNK@Q?ABKK@?NKLO Pangan meliputi produk serealia, kacang-kacangan, minyak nabati, sayur-sayuran, buah-buahan, rempah, gula, dan produk hewani. Karena porsi utama dari kebutuhan kalori harian berasal dari sumber pangan karbohidrat, yaitu #KK@?NKLOEJ?HQ@ALNK@Q?POKB?ANA=HO=J@PQ>ANOLQHOAOJQPO=J@KEHOAA@ORACAP=>HAOBNQEPOOLE?AOOQC=N=J@=JEI=H sekitar separuh dari kebutuhan energi per orang per hari, maka yang digunakan dalam analisa kecukupan pangan yaitu karbohidrat yang bersumber dari produksi pangan pokok serealia, yaitu padi, jagung, dan umbi-umbian (ubi kayu dan ubi jalar) yang digunakan untuk memahami tingkat kecukupan pangan pada tingkat provinsi maupun kabupaten. LNK@Q?POA?=QOAPDAI=FKNLKNPEKJKB@=EHU?=HKNEAEJP=GAEOOQLLHEA@>U?=N>KDU@N=PAOSDE?DEO=>KQPD=HBKBPDAPKP=H AJANCUNAMQENAIAJPLANLANOKJLAN@=UPDA=J=HUOEOKBPDABKK@LNK@Q?PEKJEOI=@A>=OA@KJ?ANA=HOĠNE?AI=EVA =J@ PQ>ANOĠ?=OO=R=OSAAPLKP=PK PKQJ@ANOP=J@PDAHARAHKBBKK@OQBł?EAJ?U=PPDALNKREJ?E=H=J@@EOPNE?PHARAH 2.1 PRODUKSI 2.1 PRODUCTION Pemerintah Indonesia telah mempromosikan produksi pertanian dan mengadopsi beberapa parameter perlindungan QJPQGL=N=LAP=JE-ANP=JE=JĠPANI=OQGLAPANJ=G=JGADQP=J=J@=JLANEG=J=J PAH=D>ANGKJPNE>QOEOAGEP=N pada Produk Domestik Bruto Indonesia dalam 4 tahun terakhir. Angka pertumbuhan sektor pertanian adalah sekitar LAN P=DQJ OAH=I= P=DQJ @=J IAJ?=L=E L=@= P=DQJ &JE @=L=P @E>=J@EJCG=J @AJC=J keberhasilan sektor lain yang cukup tinggi dan memiliki kemungkinan kontribusi yang cukup besar dalam meningkatkan ketahanan pangan, menurunkan kemiskinan dan pertumbuhan ekonomi. 1DA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=D=O>AAJLNKIKPEJC=CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEKJ=J@D=O=@KLPA@OARAN=HLNKPA?PEKJIA=OQNAO BKNEPOB=NIANOCNE?QHPQNAĠEJ?HQ@EJCHERAOPK?GBKNAOPNU=J@łODANEAO D=O>AAJ?KJPNE>QPEJC>APSAAJKBPDA$NKOO !KIAOPE?-NK@Q?PKB&J@KJAOE=KRANPDAL=OPBKQNUA=NO1DAOA?PKNS=OCNKSEJC=P=N=PAKB=>KQPLANUA=N@QNEJC =J@NA=?DA@EJ?KIL=N=>HAPKOKIAKPDANDECDLANBKNI=J?AOA?PKNO=J@LNKRE@EJCOECJEł?=JP KLLKNPQJEPEAOBKN?KJPNE>QPEJCPKEILNKRA@BKK@OA?QNEPULKRANPUNA@Q?PEKJ=J@@UJ=IE?A?KJKIE?CNKSPD Beras merupakan makanan pokok utama di Indonesia dan 23% dari hasil pertanian adalah beras. Jagung dan ubi G=UQ =@=H=D GKIK@EPE U=JC ?QGQL @ELANDEPQJCG=J QJPQG I=O= IAJ@=P=JC @=J IANQL=G=J @=NE PKP=H D=OEH LANP=JE=J$QH=IAN=DIEJU=GGAH=L=O=SEP@=JG=NAPIAJ?=GQL@=NEPKP=HLNK@QGOELANP=JE=J%=OEHLAPANJ=G=J berkontribusi sebanyak 5% dari hasil pertanian dimana unggas merupakan komponen terbesar. /E?AEO=LNEI=NUOP=LHAEJPDA&J@KJAOE=J@EAPSDE?DI=GAOQL=NKQJ@KBPKP=H=CNE?QHPQN=HKQPLQP*=EVA=J@?=OO=R= =NAPSKKPDANLNEJ?EL=HOP=LHAO=??KQJPEJCBKN=BQNPDANKBPKP=H=CNE?QHPQN=HKQPLQP0QC=N?=JAL=HIKEH=J@NQ>>AN I=GAQL)ERAOPK?GLNK@Q?PO?KJPNE>QPAKB=CNE?QHPQN=HKQPLQPSEPDLKQHPNU>AEJCPDAH=NCAOP?KILKJAJP 0AH=I=OALQHQDP=DQJPAN=GDENLNK@QGOEOANA=HE=PANQOIAJEJCG=PĠ)ED=P1=>AH@=J$=I>=N LAJEJCG=P=J !QNEJC PDA H=OP PAJ UA=NO ?ANA=H LNK@Q?PEKJ D=O ?KJPEJQKQOHU EJ?NA=OA@ Ġ0AA 1=>HA =J@ #ECQNA 1DA EJ?NA=OA S=O I=EJHU =PPNE>QPA@ PK ATL=J@A@ H=J@ ?QHPER=PEKJ =J@ EJ?NA=OA@ LNK@Q?PEREPU SEPD PDA AT?ALPEKJ KB &J PANOA>QPPANQP=I=@EOA>=>G=JKHADLAJEJCG=P=JHQ=OP=J=I@=JLAJEJCG=P=JLNK@QGPEREP=OGA?Q=HEP=DQJ-=@= Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 23 BAB/Chapter 2 CHAPTER 2 FOOD AVAILABILITY BAB 2 KETERSEDIAAN PANGAN P=DQJ LNK@QGOE >AN=O IAJEJCG=P OA>=JU=G Ġ FQP= PKJ @=NE P=DQJ OA>AHQIJU= OADEJCC= LNK@QGOE IAJ?=L=E FQP= PKJ 0QNLHQO LNK@QGOE >AN=O U=JC ?QGQL PEJCCE L=@= P=DQJ @=J @EH=LKNG=J QJPQG LANP=I=G=HEJU=OAF=GPANF=@EJU=GNEOEOAGKJKIEP=DQJD=HEJE>ANDQ>QJC=JAN=P@AJC=JEJEOE=PEB-NAOE@AJ NE?ALNK@Q?PEKJS=OQL>UĠIEHHEKJPKJO KRANPDALNAREKQOUA=NNA=?DEJCIEHHEKJPKJO1DEOD=O>AAJ OQLLKNPA@>UPDA-NAOE@AJPOEJEPE=PERAPKEJ?NA=OANE?ALNK@Q?PEKJ>UPSKIEHHEKJPKJO&J=J@&J@KJAOE=S=O OAHBOQBł?EAJP EJNE?A LNK@Q?PEKJ BKN PDA łNOP PEIA OEJ?A PDA łJ=J?E=H?NEOEO4EPDNA@Q?A@ JAA@ BKN EILKNPO Indonesia untuk meningkatkan produksi beras sebanyak 2 juta ton. Dengan menurunnya permintaan terhadap impor beras, harga beras berangsur-angsur menjadi stabil sejak pertengahan 2008 dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Swasembada beras telah membantu Indonesia dalam menangani meningkatnya harga pangan di dunia tanpa melakukan impor beras. NE?ALNE?AONAI=EJA@NAH=PERAHUOP=>HABNKIIE@?KIL=NA@SEPDPDAUA=N>ABKNA0AHBOQBł?EAJ?UEJNE?ADAHLOLKOEPEKJ &J@KJAOE=PKI=J=CAPQN>QHAJPLANEK@OKBOK=NEJCBKK@LNE?AOSEPDKQPEILKNP=PEKJKBNE?A 7DEHO3URGXNVL6HUHOLD3RNRNGDQ8PELXPELDQµ7RQV 7DEOH3URGXFWLRQRI0DMRU&HUHDOVDQG7XEHUVµ7RQV Serealia / &HUHDO Jagung/Maize 10,169 9,204 9,677 9,347 9,654 10,910 11,225 12,524 11,609 13,287 10,761 Padi/Paddy 49,237 50,866 51,899 50,461 51,490 52,079 54,088 54,151 54,455 57,157 52,588 1,935 1,666 1,828 1,749 1,772 1,998 1,902 1,857 1,854 1,886 1,845 14,696 16,459 16,089 17,055 16,913 18,474 19,425 19,321 19,986 19,988 17,841 Ubi Jalar/Sweet Potato Ubi Kayu/Cassava 5DWDUDWD7DKXQ \HDUDYHUDJH Sumber/Source: BPS, 2007 Statistik Indonesia $=I>=Nġ-NK@QGOE0ANA=HE=-KGKG@=J2I>EQI>E=JĠĺ1KJ #ECQNAġ-NK@Q?PEKJKB*=FKN ANA=HO=J@1Q>ANOĠĺ1KJO Produksi / Production (000 Ton) 70,000 60,000 50,000 40,000 30,000 Jagung/Maize Padi/Paddy 20,000 Ubi Jalar/Sweet Potato 10,000 Ubi Kayu/Cassava 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun / Year -=@= P=DQJ PKP=H LNK@QGOE OANA=HE= @=J QI>EQI>E=J IAJ?=L=E FQP= PKJ >AN=O FQP= PKJ F=CQJC FQP=PKJQ>EG=UQ@=JFQP=PKJQ>EF=H=N-NK@QGOEAIL=PGKIK@EP=OPANOA>QP@EP=DQJHA>EDPEJCCEFEG= @E>=J@EJCG=J@AJC=JLNK@QGOEN=P=N=P=P=DQJ=JP=DQJPAN=GDENU=JCIAJ?=L=EFQP=PKJQJPQGL=@EFQP= &JPDAPKP=H?ANA=H=J@PQ>ANLNK@Q?PEKJNA=?DA@IEHHEKJPKJOKBNE?AIEHHEKJPKJOKBI=EVAIEHHEKJ PKJOKB?=OO=R==J@IEHHEKJPKJOKBOSAAPLKP=PKAO-NK@Q?PEKJEJS=ODECDANPD=J=RAN=CA=JJQ=HLNK@Q?PEKJ łCQNAOKRANPDAH=OPUA=NOġIEHHEKJPKJOKBNE?AĢIEHHEKJPKJOKBI=EVAĢIEHHEKJPKJOKB?=OO=R=Ģ=J@ PKJQJPQGF=CQJCFQP=PKJQJPQGQ>EG=UQ@=JFQP=PKJQJPQGQ>EF=H=N IEHHEKJPKJOKBOSAAPLKP=PKAO 24 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Gambar 2.2: Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Sumatera #ECQNAġ1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD= EJ0QI=PAN=&OH=J@ Gambar 2.3: Total Luas Panen Padi (ha) di Pulau Jawa #ECQNAġ1KP=H-=@@U%=NRAOPA@NA=OĠD= KJ'=R=&OH=J@ 2,500,000 700,000 600,000 Sumatera Utara 500,000 Sumatera Selatan 400,000 Lampung Sumatera Barat 300,000 Nanggroe Aceh Darussalam Riau 200,000 Jambi 100,000 2,000,000 1,500,000 Jawa Barat 1,000,000 BAB/Chapter 2 800,000 Luas Panen / Harvested Areas (ha) Luas Panen / Harvested Areas (ha) 900,000 Jawa Tengah Jawa Timur Banten 500,000 D.I. Yogyakarta Bengkulu 0 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 1998 2007 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun / Year Tahun/Year Padi Paddy y J=HEO=@=P=@=NE-0PAND=@=LLNK@QGOEL=@EP=DQJ=JPEJCG=PLNKREJOEQJPQGP=DQJ@=L=P@EHED=PL=@= Gambar 2.2 dan 2.3 yang menunjukkan total luas panen padi di Pulau Sumatera dan Jawa. -NKREJ?E=HHARAH=JJQ=HNE?ALNK@Q?PEKJ@=P=BKNK>P=EJA@BNKIPDA-0S=O=J=HUVA@=J@LNAOAJPA@EJ#ECQNA =J@!=P=ODKSA@PKP=HD=NRAOPA@=NA=OQJ@ANNE?A?QHPER=PEKJEJ'=R==J@0QI=PAN=&OH=J@O Seluruh provinsi di Pulau Jawa, kecuali Jawa Barat, dapat mempertahankan total luas panen padi mereka. Seluruh provinsi di pulau Sumatera, kecuali Provinsi Sumatera Selatan menunjukkan total luas panen padi yang hampir stabil =P=Q>ANŃQGPQ=PEBOAH=I=O=PQ@AG=@APAN=GDENEJE%=HEJEPANQP=I=@EOA>=>G=J=@=JU=R=NE=OEEGHEI@=JH=D=JLANP=JE=J HH LNKREJ?AO KJ '=R= EOH=J@ AT?ALP '=R= =N=P I=J=CA@ PK I=EJP=EJ PDAEN PKP=H NE?A ?QHPER=PA@ =NA=O HH LNKREJ?AO KJ 0QI=PAN=&OH=J@AT?ALP0QI=PAN=0AH=P=JLNKREJ?AD=@OAAJAEPDAN=HIKOPOP=>HAKNŃQ?PQ=PEJCPKP=HNE?A?QHPER=PA@=NA=O @QNEJCPDAH=OP@A?=@A HEI=PE?R=NE=>EHEPU=J@N=EJBA@B=NIEJCLN=?PE?AOSANAI=EJHUNAOLKJOE>HABKNPDAOAŃQ?PQ=PEKJO tadah hujan. Sumatera Selatan merupakan satu-satunya provinsi yang mengalami peningkatan produksi secara stabil selama periode yang sama. 0QI=PAN=0AH=P=JS=OPDAKJHULNKREJ?ASDE?DATLANEAJ?A@=OPA=@UEJ?NA=OAEJNE?A?QHPER=PEKJ@QNEJCPDAO=IALANEK@ -NK@QGOEL=@E@EOA>=CE=J>AO=N0QI=PAN=@=J'=S=IAJEJCG=POA?=N=OP=>EHU=EPQ@=NEFQP=PKJL=@=P=DQJ IAJF=@EFQP=PKJL=@=P=DQJ0A?=N=GDQOQO0QI=PAN=0AH=P=J'=I>EAJCGQHQ@=J)=ILQJC@E0QI=PAN= @=J OAHQNQD LNKREJOE @E '=S= IAJ?=P=P LAJEJCG=P=J D=OEH U=JC OECJEłG=J J=IQJ D=OEH LNK@QGOE L=@E @E -QH=Q '=S= /E?ALNK@Q?PEKJEJIKOPKB0QI=PAN==J@'=R=OPA=@EHUEJ?NA=OA@BNKIIEHHEKJPKJOEJPKIEHHEKJPKJOEJ -=NPE?QH=NHU0QI=PAN=0AH=P=J'=I>EAJCGQHQ=J@)=ILQJCEJ0QI=PAN==J@=HHLNKREJ?AOEJ'=R=NA?KN@A@OECJEł?=JP EJ?NA=OAOEJPDAENUEAH@O=HPDKQCDKJ'=R=EOH=J@PDAUEAH@D=@>AAJŃQ?PQ=PEJCARANUBASUA=NO1DAI=EJNE?ALNK@Q?PEKJ >ANŃQGPQ=OE@=NEP=DQJGAP=DQJ@=LQJOAJPN=LNK@QGOEL=@E@ELQH=Q'=S==@=H=D'=S==N=P'=S=1EIQN'=S= Tengah. Sedangkan di pulau Sulawesi adalah Sulawesi Selatan, dan di Pulau Sumatera adalah Sumatera Utara dan Sumatera Selatan (Gambar 2.5). =NA=OKJ'=R=EOH=J@SANA'=S==N=P'=S=1EIQN'=S=1AJC=DSDEHAKJ0QH=SAOE&OH=J@EPS=O0QH=SAOE0AH=P=J=J@KJ 0QI=PAN=EOH=J@EPS=O0QI=PAN=2P=N==J@0QI=PAN=0AH=P=JĠ#ECQNA Jagung g g Maize -=@=P=DQJLNK@QGOEF=CQJCIAJ?=L=EFQP=PKJD=HEJEIAJQJFQGG=J=@=JU=GAJ=EG=J@E=P=OFQP=PKJ @=NEPEJCG=PLNK@QGOEP=DQJ*AJEJCG=PJU=LNK@QGPEREP=OĠ@=NEPKJLANDAGP=N@EP=DQJIAJF=@EPKJ LANDAGP=N@EP=DQJ >ANO=I=@AJC=JIAJEJCG=PJU=HQ=OLAJ=J=I=JF=CQJCIAI>ANEG=JGKJPNE>QOEPAND=@=L GAOAHQNQD=JLAJEJCG=P=JLNK@QGOEEJE-=JAJLAP=JE@E'=S=L=@=P=DQJ=@=H=DOA>AO=NFQP=PKJ=P=Q &JI=EVALNK@Q?PEKJNA=?DA@IEHHEKJPKJOODKSEJC=JEJ?NA=OAKBIKNAPD=JIEHHEKJPKJOBNKIPDA LNK@Q?PEKJHARAH1DAEJ?NA=OA@LNK@Q?PEREPUĠBNKIPKJOD=EJPKPKJOD=EJ =HKJCSEPDPDAEJ?NA=OA@ I=EVA?QHPER=PA@=NA=?KJPNE>QPA@PKPDEOKRAN=HHLNK@Q?PEKJEJ?NA=OA#=NIANOD=NRAOPEJ'=R=S=OIEHHEKJPKJO@QNEJC @=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H-QH=Q0QI=PAN=PAP=LOA>=C=EOAJPN=LNK@QGOEF=CQJCPAN>AO=NGA@Q=@EP=DQJU=EPQ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia SDE?DNALNAOAJPOKBPDA?KQJPNUOPKP=HLNK@Q?PEKJ0QI=PAN=NAI=EJOPDAOA?KJ@H=NCAOPI=EVALNK@Q?PEKJ=NA= EJSEPD=OD=NAKBKBPDAPKP=HLNK@Q?PEKJBKHHKSA@>U0QH=SAOEĠ 1DAI=EJI=EVALNK@Q?PEKJLNKREJ?AO 25 OA>AO=N@=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H@EEGQPEKHAD0QH=SAOEĠ @=LQJLNKREJOEU=JCIAJF=@EOAJPN=LNK@QGOE jagung di pulau Jawa adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Di pulau Sumatera yang menjadi daerah sentra produksi jagung adalah provinsi Lampung dan Sumatera Utara (Gambar 2.6). KJ'=R=EOH=J@SANA'=S=1EIQN'=S=1AJC=D=J@'=S==N=P,J0QI=PAN=EOH=J@PDAI=EJI=EVALNK@Q?PEKJLNKREJ?AO SANA)=ILQJC=J@0QI=PAN=2P=N=Ġ#ECQNA $=I>=Nġ-NK@QGOE-=@E@E>A>AN=L=-NKREJOE@E&J@KJAOE= #ECQNAġ-=@@U-NK@Q?PEKJEJOKIA-NKREJ?AOEJ&J@KJAOE= 12,000 4,000 3,500 Produksi / Production (000 Ton) Produksi / Production (000 Ton) 10,000 3,000 2,500 2,000 1,500 1,000 8,000 6,000 4,000 2,000 500 - 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 1998 1999 2000 2001 2002 Tahun / Year 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun / Year NAD Sumatera Utara Sumatera Barat Riau Jambi Sumatera Selatan Bengkulu Lampung Jawa Barat $=I>=Nġ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE-=@E1=DQJ #ECQNAġ/E?A-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ Jawa Tengah DI Yogyakarta Jawa Timur Banten $=I>=Nġ-NK@QGOE'=CQJC!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ #ECQNAġ*=EVA-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ– 12,000 4,000 10,000 8,000 6,000 Sumatera Utara Sumatera Selatan Jawa Barat 4,000 Jawa Tengah Jawa Timur 2,000 Sulawesi Selatan 3,500 3,000 2,500 Jawa Timur 2,000 Jawa Tengah 1,500 Lampung 1,000 Sulawesi Selatan Sumatera Utara 500 Jawa Barat - 0 2003 2004 2005 Tahun / Year 26 Produksi / Production (000 Ton) Produksi / Production (000 Ton) 4,500 2006 2007 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun / Year Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Cassava (AOAHQNQD=JLNK@QGOEQ>EG=UQ>AN=@=L=@=PEJCG=PU=JCO=I=L=@=P=DQJ@=J+=IQJLNK@QGOEQ>EG=UQ IAJEJCG=P@=NE1KJD=@EP=DQJGA1KJD=@EP=DQJ-QH=Q'=S=PAP=LIAJF=@EOAJPN=LNK@QGOE Q>EG=UQPAN>AO=NJ=OEKJ=HU=EPQOA>AO=N@=NEPKP=HLNK@QGOEJ=OEKJ=H@EEGQPEKHAD0QI=PAN=OA>AO=N@=LQJ 1DAKRAN=HHLNK@Q?PEKJKB?=OO=R=NAI=EJA@=PPDAO=IAHARAHEJ=J@6EAH@ODKSARANOPA=@EHUEJ?NA=OA@BNKI PKJOD=EJPKPKJOD=EJ'=R=&OH=J@NAI=EJA@PDAH=NCAOP?=OO=R=LNK@Q?PEKJ?AJPNAEJPDA?KQJPNU SEPD=OD=NAKBPKP=HLNK@Q?PEKJ0QI=PAN=OOD=NA?=IAJATPSEPD1DAI=EJ?=OO=R=LNK@Q?PEKJLNKREJ?AOKJ provinsi yang menjadi sentra ubi kayu untuk pulau Jawa adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, DI. Yogyakarta. !ELQH=Q0QI=PAN=U=JCIAJF=@E@=AN=DOAJPN=LNK@QGOEQ>EG=UQ=@=H=DLNKREJOE)=ILQJCĠ$=I>=N '=R=EOH=J@SANA'=S=1EIQN'=S=1AJC=D'=S==N=P!&6KCU=G=NP=,J0QI=PAN=EOH=J@PDA?=OO=R=LNK@Q?PEKJ?AJPNA S=O)=ILQJCLNKREJ?AĠ#ECQNA Ubi Jalar Sweet Potato -NK@QGOEP=DQJ=JQ>EF=H=NPAP=L>AN=@=L=@=PEJCG=PD=ILENGKJOP=JOAH=I=P=DQJU=EPQOAGEP=NFQP= ton. Pulau Jawa, Sumatera, dan Papua merupakan sentra produksi ubi jalar utama. Adapun provinsi yang menjadi sentra ubi jalar untuk pulau Jawa adalah Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah. Di Pulau Sumatera yang menjadi daerah sentra produksi ubi jalar adalah provinsi Sumatera Utara. Di Pulau Papua yang menjadi sentra produksi adalah JJQ=HLNK@Q?PEKJKBOSAAPLKP=PKNAI=EJA@=HIKOP?KJOP=JP@QNEJC=P=NKQJ@IEHHEKJPKJO'=R=0QI=PAN= =J@-=LQ=SANAPDAI=EJLNK@Q?PEKJ?AJPANO1DAI=EJOSAAPLKP=PKLNK@Q?PEKJLNKREJ?AOKJ'=R=EOH=J@SANA'=S==N=P '=S=1EIQN=J@'=S=1AJC=D1DALNK@Q?PEKJ?AJPANBKNOSAAPLKP=PKAOKJ0QI=PAN=EOH=J@S=O0QI=PAN=2P=N=LNKREJ?A SDEHAKJ-=LQ=EOH=J@EPS=O-=LQ=LNKREJ?AĠ#ECQNA 4EPDB=NIANOEJ?HEJ=PEKJPK?QHPER=PADECDR=HQA?NKLOOSAAP provinsi Papua (Gambar 2.8). Dengan meningkatnya kecenderungan petani dalam menanami tanaman bernilai jual tinggi, produksi ubi jalar (dan ubi kayu) akan tetap berada di tingkat ini atau bahkan menurun di masa mendatang. LKP=PKAOĠ=J@?=OO=R= LNK@Q?PEKJSEHHNAI=EJ=PPDEOHARAHKNARAJ@A?HEJAEJPDAJA=NBQPQNA $=I>=Nġ-NK@QGOE2>E(=UQ!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ #ECQNAġ =OO=R=-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ $=I>=Nġ-NK@QGOE2>E'=H=N!=AN=D0AJPN=-NK@QGOE1=DQJ #ECQNAġ0SAAP-KP=PKAO-NK@Q?PEKJ AJPANOEJ 600 6,000 5,000 4,000 Lampung Jawa Timur 3,000 Jawa Tengah 2,000 Jawa Barat D.I. Yogyakarta 1,000 Produksi / Production (000 Ton) Produksi / Production (000 Ton) 7,000 500 400 Jawa Barat 300 Papua Jawa Timur 200 Jawa Tengah Sumatera Utara 100 Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur - 0 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun / Year 2003 2004 2005 2006 2007 Tahun / Year 1=>AH IAJQJFQGG=J >=DS= LNKREJOE @=NE LNKREJOE IAJC=H=IE LAJEJCG=P=J LNK@QGOE PKP=H OANA=HE= U=JC >AN>A@=>A@=L=@=LANEK@A@E>=J@EJCG=JLNK@QGOEP=DQJ@AJC=JLAJEJCG=P=JOA>AO=N@E'=S= 1EIQN@=J@E$KNKJP=HK-=@=LANEK@AU=JCO=I=LNKREJOEIAJC=H=IELAJQNQJ=JLNK@QGOEPKP=HOANA=HE= 1=>HAEJ@E?=PAOPD=PKQPKBLNKREJ?AOEJ?NA=OA@EJPKP=H?ANA=HLNK@Q?PEKJ@QNEJC=O?KIL=NA@SEPD N=JCEJCBNKIEJ'=R=1EIQNPKEJ$KNKJP=HK,RANPDAO=IALANEK@PKP=H?ANA=HLNK@Q?PEKJ@A?HEJA@EJ OETLNKREJ?AOĠ+!0QI=PAN=2P=N=+110QH=SAOE0AH=P=J-=LQ==J@-=LQ==N=P SEPDPDACNA=PAOP@A?HEJAEJ-=LQ= yaitu NAD, Sumatera Utara, NTT, Sulawesi Selatan, Papua dan Papua Barat. Dimana penurunan produksi tertinggi PAN@=L=P@E-=LQ=Ġ GAIQ@E=J@EEGQPEKHAD-=LQ==N=PĠ Ġ>U BKHHKSA@>U-=LQ==N=PĠ>U Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 27 BAB/Chapter 2 Ubi Kayu y 7DEHO3URGXNVL3DGLGDQ-DJXQJWRQ 7DEHO3URGXFWLRQRI3DGG\DQG0DL]HLQPHWULFWRQV Provinsi/ Province No Padi/3DGG\ -DJXQJ0DL]H 1,552,078 1,411,650 1,350,748 1,533,369 69,219 77,747 94,426 96,838 125,155 1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,547,499 2 Sumatera Utara 3,403,075 3,418,782 3,447,394 3,007,636 3,265,834 687,268 712,560 735,456 682,024 804,850 3 Sumatera Barat 1,823,739 1,875,188 1,907,390 1,889,489 1,938,120 76,011 118,170 157,147 202,298 223,233 4 Riau 414,237 454,186 424,095 429,380 490,087 30,779 42,122 36,421 34,728 40,410 5 Kepulauan Riau - - 312 332 343 - - 584 895 893 6 Jambi 7 Sumatera Selatan 8 Bengkulu 9 Bangka Belitung 10 11 12 D.K.I. Jakarta 7,558 13,465 13,335 6,197 8,002 59 55 67 66 39 13 Jawa Barat 8,776,889 9,602,302 9,787,217 9,418,572 9,914,019 443,669 549,442 587,186 573,263 577,513 14 Jawa Tengah 8,123,839 8,512,555 8,424,096 8,729,291 8,616,855 1,926,243 1,836,233 2,191,258 1,856,023 2,233,992 15 D.I. Yogyakarta 652,280 692,998 670,703 708,163 709,294 204,129 211,730 248,960 223,620 258,187 16 Jawa Timur 8,914,995 9,002,025 9,007,265 9,346,947 9,402,029 4,181,550 4,133,762 4,398,502 4,011,182 4,252,182 17 Bali 793,260 788,360 786,961 840,891 839,775 89,819 68,424 81,884 78,105 69,209 18 Nusa Tenggara Barat 1,422,440 1,466,757 1,367,869 1,552,627 1,526,347 64,228 71,276 96,458 103,963 120,612 19 Nusa Tenggara Timur 509,419 552,205 461,007 511,911 505,628 566,123 622,811 552,440 582,964 514,360 20 Kalimantan Barat 1,027,122 1,060,652 1,023,684 1,107,661 1,225,259 83,320 102,555 127,458 136,777 154,118 21 Kalimantan Tengah 490,080 590,434 492,250 491,712 562,473 9,136 969 2,400 7,367 3,971 22 Kalimantan Selatan 1,410,141 1,519,432 1,598,835 1,636,840 1,953,868 30,158 45,686 48,103 58,283 100,957 23 Kalimantan Timur 430,286 486,167 499,558 541,171 567,501 10,856 12,412 11,180 14,411 11,620 24 Sulawesi Utara 369,930 407,358.00 432,624 454,902 494,950 144,308 150,128 195,305 242,714 406,759 25 Gorontalo 156,158 163,094 167,152 192,583 200,421 183,490 251,214 400,046 416,222 572,785 26 Sulawesi Tengah 738,607 725,725 716,906 739,777 857,508 48,281 53,450 67,618 66,433 119,324 27 Sulawesi Selatan 4,003,079 3,552,835 3,390,397 3,365,509 3,635,139 704,273 674,716 705,995 696,084 969,955 28 Sulawesi Tenggara 334,307 322,362 339,847 349,429 423,316 87,650 78,147 73,153 74,672 97,037 29 Sulawesi Barat - - 253,886 301,616 312,676 - - 17,343 18,109 26,633 30 Maluku 31,189 36,148 37,239 49,833 57,132 7,895 12,477 14,262 14,888 15,685 31 Maluku Utara 60,131 51,800 57,945 59,215 48,531 3,778 5,056 9,914 10,727 10,793 32 Papua 57,889 63,367 60,810 68,319 81,678 4,839 6,040 6,164 6,843 7,053 33 Papua Barat - - 24,702 27,073 28,204 - - 3,317 3,130 2,428 578,346 579,404 579,635 544,597 586,630 26,773 27,540 29,679 29,288 30,028 1,977,345 2,260,794 2,320,110 2,456,251 2,753,044 59,261 65,234 75,566 73,896 84,081 413,375 414,741 441,276 378,377 470,469 52,723 50,012 84,089 82,296 83,385 12,173 18,763 19,027 16,506 24,390 2,050 3,199 2,762 2,956 2,736 Lampung 1,966,293 2,091,996 2,124,144 2,129,914 2,308,404 1,087,751 1,216,974 1,439,000 1,183,982 1,346,821 Banten 1,691,923 1,812,495 1,861,776 1,751,468 1,816,140 24,465 25,102 29,751 24,417 20,723 Total Indonesia Sumber/Source r : BPS, 2007 Statistik Indonesia 28 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHOODQMXWDQ3URGXNVL8EL.D\XGDQ8EL-DODUWRQ 7DEHOFRQWG3URGXFWLRQRI&DVVDYDDQG6ZHHW3RWDWRLQPHWULFWRQV 8EL.D\XCassava 8EL-DODU6ZHHW3RWDWR 76,370 63,867 53,424 46,504 41,558 24,066 22,938 22,985 16,238 15,187 Sumatera Utara 411,943 464,960 509,796 452,450 438,573 135,699 117,295 115,728 102,712 117,641 Sumatera Barat 122,440 117,437 114,199 133,095 114,551 44,954 55,484 50,392 53,758 53,793 49,485 47,922 41,668 47,586 51,784 10,758 11,390 10,848 11,123 12,814 - - 3,526 6,899 7,077 - - 1,540 1,463 1,472 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 3 4 Riau 5 Kepulauan Riau 6 Jambi 7 Sumatera Selatan 8 9 10 Lampung 11 Banten 12 D.K.I. Jakarta 949 815 791 804 628 - - - - - 13 Jawa Barat 1,651,482 2,074,022 2,068,981 2,044,674 1,922,840 346,853 389,640 390,386 389,043 375,714 14 Jawa Tengah 3,469,795 3,663,236 3,478,970 3,553,820 3,410,469 139,486 144,076 144,598 123,485 143,364 15 D.I. Yogyakarta 764,409 817,398 920,909 1,016,270 976,610 7,578 6,439 6,522 6,236 5,496 16 Jawa Timur 3,786,882 3,963,478 4,023,614 3,680,567 3,423,630 167,611 165,039 150,564 150,540 149,811 17 Bali 137,891 142,221 155,808 159,058 174,189 64,887 72,534 88,510 92,078 91,187 18 Nusa Tenggara Barat 88,568 88,030 92,991 87,041 88,527 20,565 20,886 19,430 19,372 13,007 19 Nusa Tenggara Timur 808,004 1,041,279 891,783 938,010 794,121 85,165 126,406 99,748 111,279 102,375 20 Kalimantan Barat 228,585 207,832 243,251 250,173 221,630 15,430 13,556 12,364 14,356 13,882 21 Kalimantan Tengah 114,176 112,319 73,866 65,661 67,617 10,603 16,594 9,711 9,645 8,619 22 Kalimantan Selatan 71,758 67,292 80,377 82,389 117,322 18,666 21,487 24,106 26,335 31,143 23 Kalimantan Timur 96,312 89,389 93,885 101,249 105,395 26,904 25,962 22,574 26,334 30,855 24 Sulawesi Utara 36,553 57,314.00 68,463 82,416 74,406 22,897 32,392 38,671 37,345 35,475 25 Gorontalo 9,436 14,507 12,211 9,410 7,432 3,721 5,384 3,309 3,557 2,974 26 Sulawesi Tengah 48,558 45,106 48,256 52,791 70,858 24,650 27,903 23,768 26,886 29,079 27 Sulawesi Selatan 607,287 586,350 464,435 567,749 514,277 74,583 76,496 53,513 54,303 58,819 28 Sulawesi Tenggara 210,742 263,972 256,467 238,039 239,271 22,985 25,695 24,823 24,432 27,588 29 Sulawesi Barat - - 56,717 40,413 45,921 - - 9,475 6,194 9,304 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 33 Papua Barat 52,602 44,446 39,780 40,779 44,794 22,000 27,325 28,370 29,261 36,363 158,042 248,844 179,952 228,321 150,133 20,446 22,573 24,465 20,747 21,515 Bengkulu 82,945 59,659 79,934 113,488 76,924 54,741 35,368 45,921 51,184 32,131 Bangka Belitung 21,371 22,138 19,234 17,264 18,666 4,203 5,179 4,117 3,820 5,144 4,984,616 4,673,091 4,806,254 5,499,403 6,394,906 41,082 45,769 44,602 42,586 46,772 154,820 163,969 144,110 143,561 117,550 38,647 38,618 41,276 34,373 33,694 Total Indonesia 83,716 91,351 94,995 103,260 105,761 7,793 15,298 16,701 20,081 20,929 103,297 144,313 142,680 123,833 118,354 28,387 35,533 34,533 33,673 35,199 40,927 48,150 33,959 37,825 34,450 512,427 298,543 273,876 290,424 306,804 - - 25,897 21,838 17,834 - - 19,543 21,375 18,702 Sumber/Source r : BPS, 2007 Statistik Indonesia Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 29 BAB/Chapter 2 Provinsi/ Province No 7DEHO3URGXNVL7RWDO6HUHDOLDSHUWDKXQGDQ/DMX3HUWXPEXKDQ3URGXNVLXQWXNSHULRGH 7DEHO7RWDO&HUHDO3URGXFWLRQE\\HDUDQG3URGXFWLRQ*URZWK5DWHIRUWKH3HULRGRI Provinsi/ Province No Produksi Total Serealia/7RWDO&HUHDO3URGXFWLRQ /DMX3HUWXPEXKDQ*URZWK5DWH 1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,717,154 1,716,630 1,582,485 1,510,328 1,715,269 -0.11 2 Sumatera Utara 4,637,985 4,713,597 4,808,374 4,244,822 4,626,898 -0.24 3 Sumatera Barat 2,067,144 2,166,279 2,229,128 2,278,640 2,329,697 12.70 4 Riau 505,259 555,620 513,032 522,817 595,095 17.78 5 Kepulauan Riau* 6 Jambi 7 Sumatera Selatan 8 Bengkulu 0 0 5,962 9,589 9,785 64.12 679,721 678,715 677,464 643,925 697,815 2.66 2,215,094 2,597,445 2,600,093 2,779,215 3,008,773 35.83 603,784 559,780 651,220 625,345 662,909 9.79 9 Bangka Belitung 39,797 49,279 45,140 40,546 50,936 27.99 10 Lampung 8,079,742 8,027,830 8,414,000 8,855,885 10,096,903 24.97 1,909,855 2,040,184 2,076,913 1,953,819 1,988,107 4.10 8,566 14,335 14,193 7,067 8,669 1.20 11 Banten 12 D.K.I. Jakarta 13 Jawa Barat 11,218,893 12,615,406 12,833,770 12,425,552 12,790,086 14.00 14 Jawa Tengah 13,659,363 14,156,100 14,238,922 14,262,619 14,404,680 5.46 15 D.I. Yogyakarta 16 Jawa Timur 17 18 19 20 21 Kalimantan Tengah 623,995 720,316 578,227 574,385 642,680 2.99 22 Kalimantan Selatan 1,530,723 1,653,897 1,751,421 1,803,847 2,203,290 43.94 23 Kalimantan Timur 564,358 613,930 627,197 683,165 715,371 26.76 24 Sulawesi Utara 573,688 647,192 735,063 817,377 1,011,590 76.33 25 Gorontalo 352,805 434,199 582,718 621,772 783,612 122.11 26 Sulawesi Tengah 860,096 852,184 856,548 885,887 1,076,769 25.19 27 Sulawesi Selatan 5,389,222 4,890,397 4,614,340 4,683,645 5,178,190 -3.92 28 Sulawesi Tenggara 655,684 690,176 694,290 686,572 787,212 20.06 29 Sulawesi Barat* 0 0 337,421 366,332 394,534 16.93 30 Maluku 130,593 155,274 163,197 188,062 199,507 52.77 31 Maluku Utara 195,593 236,702 245,072 227,448 212,877 8.84 32 Papua 616,082 416,100 374,809 403,411 429,985 -30.21 33 Papua Barat* 0 0 73,459 73,416 67,168 -8.51 1,628,396 1,728,565 1,847,094 1,954,289 1,949,587 19.72 17,051,038 17,264,304 17,579,945 17,189,236 17,227,652 1.04 Bali 1,085,857 1,071,539 1,113,163 1,170,132 1,174,360 8.15 Nusa Tenggara Barat 1,595,801 1,646,949 1,576,748 1,763,003 1,748,493 9.57 Nusa Tenggara Timur 1,968,711 2,342,701 2,004,978 2,144,164 1,916,484 -2.65 Kalimantan Barat 1,354,457 1,384,595 1,406,757 1,508,967 1,614,889 19.23 * Provinsi baru hasil pemekaran di tahun 2004/2005 / New provinces in 2004/2005 Sumber/Source r : Statistik Indonesia, 2003-2007, BPS 30 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 2.2 PER CAPITA NORMATIVE CONSUMPTION TO PRODUCTION RATIO (MAP 2.1) Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa indikator ketersediaan pangan yang digunakan dalam analisis ketahanan pangan komposit adalah konsumsi normatif per kapita terhadap produksi pangan. Rasio tersebut menunjukkan apakah suatu wilayah mengalami surplus produksi serealia dan umbi-umbian. O@EO?QOOA@EJPDALNAREKQO?D=LPANPDABKK@=R=EH=>EHEPUEJ@E?=PKNQOA@BKNPDA?KILKOEPABKK@OA?QNEPU=J=HUOEOEOPDALAN ?=LEP=JKNI=PERABKK@?KJOQILPEKJPKBKK@LNK@Q?PEKJN=PEK1DAN=PEKODKSOQOSDAPDAN=J=NA=EOOAHBOQBł?EAJPEJPANIO of cereal and tuber production. Perhitungan produksi pangan tingkat kabupaten dilakukan dengan menggunakan data rata-rata produksi tiga tahunan Ġ QJPQGGKIK@EP=OL=@EF=CQJCQ>EG=UQ@=JQ>EF=H=NG=NAJ=OQI>ANAJANCEQP=I=@=NE=OQL=JAJANCE makanan berasal dari serealia dan umbi-umbian. Pola konsumsi pangan di Indonesia menunjukkan bahwa hampir 50% dari kebutuhan total kalori berasal dari tanaman serealia. Data rata-rata bersih dari komoditi padi, jagung, ubi kayu dan ubi jalar dihitung dengan menggunakan faktor konversi baku. Untuk produksi bersih rata-rata ubi kayu dan ubi F=H=N=C=NOAP=N=@AJC=J>AN=OI=G=D=NQO@EG=HEG=J@AJC=JĠGC>AN=O=P=QF=CQJCAGER=HAJ@AJC=JGCQ>EG=UQ The calculation of food production at the district level was carried out by using the average data of three years production Ġ BKNNE?AI=EVA?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAO>A?=QOAPDAI=EJAJANCUOKQN?AKBBKK@AJANCUEJP=GA?KIAO BNKI?ANA=HO=J@PQ>ANO#KK@?KJOQILPEKJL=PPANJOEJ&J@KJAOE=ODKSA@PD=PJA=NHUKBPDAPKP=H?=HKNEAJAA@O?KIAO BNKI ?ANA=H =J@ PQ>ANO 1DA JAP =RAN=CA LNK@Q?PEKJ KB NE?A I=EVA ?=OO=R= =J@ OSAAP LKP=PKAO S=O ?=H?QH=PA@ QOEJC the standard conversion factors. The net average production of cassava and sweet potatoes was converted to the cereal dan ubi jalar dalam hal nilai kalori). Kemudian dihitung total produksi serealia yang layak dikonsumsi. Ketersediaan bersih serealia per kapita dihitung dengan membagi total ketersediaan serealia kabupaten dengan jumlah penduduk (data penduduk pertengahan tahun 2006). Data bersih serealia dari perdagangan dan impor tidak diperhitungkan G=NAJ=@=P=PANOA>QPPE@=GPANOA@E=@EPEJCG=PG=>QL=PAJAN@=O=NG=JLNKłHGKJOQIOE&J@KJAOE=GKJOQIOEJKNI=PEB serealia/hari/kapita adalah 300 gram. Kemudian dihitung konsumsi normatif perkapita terhadap rasio produksi. (lihat )=ILEN=Jġ&J@EG=PKNGAPANOA@E==JL=JC=J AMQER=HAJPO>U@ERE@EJCPQ>ANLNK@Q?PEKJ>UĠGCKBNE?AKNI=EVAEOAMQER=HAJPPKGCOKB?=OO=R==J@OSAAPLKP=PKAO EJPANIOKB?=HKNEł?R=HQA 1DAJPKP=H?ANA=HAMQER=HAJPLNK@Q?PEKJS=O?=H?QH=PA@+AP?ANA=H=R=EH=>EHEPULAN?=LEP=S=O ?=H?QH=PA@>U@ERE@EJCPDAPKP=H@EOPNE?P?ANA=HAMQER=HAJPLNK@Q?PEKJ>UPDALKLQH=PEKJJQI>ANAOPEI=PA@=PPDAIE@@HAUA=N KBPDEOPDNAAUA=NLANEK@EAKB+AP?ANA=H@=P=BNKIPN=@EJC=J@EILKNPOSANAJKP?KQJPA@>A?=QOAPDA@=P=S=O JKP=R=EH=>HA=PPDA@EOPNE?PHARAH=OA@KJPDA&J@KJAOE=J?KJOQILPEKJLNKłHAPDAJKNI=PERA?ANA=H?KJOQILPEKJLAN@=U LAN?=LEP=EOCN=IO1DAJPDALAN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPKLNK@Q?PEKJN=PEKS=O?=H?QH=PA@ĠOAAJJATġ Food availability indicators). -AP=IAJCC=I>=NG=J>=DS=OA>=CE=J>AO=NSEH=U=D&J@KJAOE==@=H=DOS=OAI>=@=@=H=ILNK@QGOEL=JC=JOANA=HE= U=JC @EPQJFQGG=J KHAD CN=@=OE GAHKILKG S=NJ= DEF=Q OA@=JCG=J @=AN=D@=AN=D U=JC @AłOEP @EPQJFQGG=J @AJC=J gradasi kelompok warna merah, yang pada umumnya daerah tersebut tidak atau kurang cocok untuk memproduksi tanaman serealia. Kondisi iklim, kelayakan tanah, berulangnya bencana alam (kekeringan, banjir, dan lain sebagainya) IANQL=G=JB=GPKNGAJ@=H=H=EJU=JCIAJUA>=>G=JGAPE@=GI=ILQ=J@=AN=D@=AN=D@AłOEPPANOA>QP@=H=IIAJ?=L=E swasembada produksi tanaman serealia. *=LEHHQOPN=PAOPD=PPDAI=FKNEPUKB&J@KJAOE=JPANNEPKNUS=OBKK@OAHBOQBł?EAJPEJ?ANA=HLNK@Q?PEKJSDE?DEOEJ@E?=PA@ >UCN=@=PEKJOEJPDACNAAJ?KHKNCNKQLSDEHAPDA@Ał?EP=NA=O=NAEJ@E?=PA@>UCN=@=PEKJOEJPDANA@?KHKNCNKQLO HEI=PE? ?KJ@EPEKJOH=J@OQEP=>EHEPUNA?QNNAJPNQN=H@EO=OPANOĠ@NKQCDPOŃKK@OAP? SANAB=?PKNOSDE?D?KJOPN=EJA@PDA=>EHEPUKBPDAOA @Ał?EP@EOPNE?POPK=?DEARAOAHBOQBł?EAJ?UEJ?ANA=HLNK@Q?PEKJ A>AN=L= G=>QL=PAJ @E LNKREJOELNKREJOE U=JC IAJC=H=IE @AłOEP OANA=HE= =@=H=Dġ -=LQ= @=J /E=Q (ALQH=Q=J /E=Q '=I>E (=HEI=JP=J 1AJC=D *=HQGQ OANP= *=HQGQ 2P=N= -AJUA>=> @AłOEPJU= GAPANOA@E==J OANA=HE= @E >A>AN=L= G=>QL=PAJ PANOA>QP IAHELQPEġ Ġ IAHQ=OJU= LANGA>QJ=J GAH=L= O=SEP H=@= DEP=I G=NAP F=I>Q IAPA ?KGH=P @=J lain – lain, (2) meluasnya areal pertambangan terbuka, (3) daerah rawa, (4) sistem produksi padi lahan kering yang memiliki produktivitas yang rendah, dan (5) kurangnya ketersediaan lahan untuk bercocok tanam dibandingkan dengan 0KIA @EOPNE?PO EJ PDA BKHHKSEJC LNKREJ?AO SANA BKQJ@ @Ał?EP EJ ?ANA=H LNK@Q?PEKJġ -=LQ= /E=Q (ALQH=Q=J /E=Q '=I>E (=HEI=JP=J1AJC=D*=HQGQ=J@*=HQGQ2P=N=1DANA=OKJOBKN?ANA=H@Ał?EAJ?UEJPDAOA@EOPNE?POEJ?HQ@A@ġĠ ATPAJOERA LH=JP=PEKJOKBL=HIKEH>H=?GLALLANNQ>>AN?=ODASJQPO?K?K=AP?ĢĠ H=NCA=NA=OQJ@ANKLAJ?=OPIEJEJCĢĠ OS=ILU =NA=OĢĠ @NUH=J@L=@@ULNK@Q?PEKJOUOPAISDE?DD=RARANUHKSLNK@Q?PEREPUĢ=J@Ġ HAOO=NA==R=EH=>HABKN?QHPER=PEKJ ?KIL=NA@PKPDALKLQH=PEKJ@AJOEPU&J=@@EPEKJI=JU?ANA=HOQNLHQO=NA=OKBPAJATLANEAJ?A@J=PQN=H@EO=OPANO@QAPK kepadatan penduduk. Selain itu juga banyak daerah surplus tanaman serealia yang sering mengalami bencana alam karena penebangan hutan yang tidak dapat dihindari, kekeringan atau banjir. Hal ini akan mengancam keberlangsungan tingkat produksi saat ini dan di masa yang akan datang. Jelas bahwa ketersediaan pangan yang cukup merupakan suatu prasyarat yang mutlak untuk ketahanan pangan, namun demikian prasyarat tersebut belum cukup untuk menjamin ketahanan pangan di tingkat rumah tangga dan individu. QJ=RKE@=>HA@ABKNAOP=PEKJ@NKQCDPKNŃKK@1DEOSEHHPDNA=PAJ?QNNAJP=J@BQPQNALNK@Q?PEKJOQOP=EJ=>EHEPUHPDKQCDEPEO NA?KCJEVA@PD=P=@AMQ=PABKK@=R=EH=>EHEPUEO=J=>OKHQPALNANAMQEOEPAKBBKK@OA?QNEPUPDEOLNANAMQEOEPAEOJKPAJKQCDPK guarantee food security at the household and individual level. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 31 BAB/Chapter 2 2.2 RASIO KONSUMSI NORMATIF PER KAPITA TERHADAP PRODUKSI PANGAN (PETA 2.1) 2.3 TANTANGAN T UTAMA PEMENUHAN KECUKUPAN 2.3 MAIN CHALLENGES FOR ADEQUACY FULLFILMENT Laju peningkatan kebutuhan pangan lebih cepat dibandingkan dengan laju peningkatan kemampuan produksi. Disamping itu peningkatan produktivitas tanaman di tingkat petani relatif stagnan, karena terbatasnya kemampuan produksi, penurunan kapasitas kelembagaan petani, serta kualitas penyuluhan pertanian yang jauh dari memadai. Semakin terbatasnya kapasitas produksi pangan nasional, disebabkan oleh: (i) berlanjutnya konversi lahan pertanian ke penggunaan non pertanian; (ii) menurunnya kualitas dan kesuburan lahan akibat kerusakan lingkungan; (iii) semakin The increase in food needs is faster than the increase in rate of production. In addition, the increase of crop productivity =PB=NIANOHARAHOD=O>AAJNAH=PERAHUOP=CJ=JP@QAPKHEIEPA@LNK@Q?PEKJ?=L=?EPUNA@Q?A@B=NIANOEJOPEPQPEKJ=H?=L=?EPU EJ=@AMQ=PAMQ=HEPUKB=CNE?QHPQN=HATPAJOEKJOANRE?AO=J@@A?HEJEJCEJRAOPIAJPEJNQN=HEJBN=OPNQ?PQNA)EIEP=PEKJOKJJ=PEKJ=H BKK@LNK@Q?PEKJEJ?HQ@AġĠE ?KJPEJQA@?KJRANOEKJKB=CNE?QHPQN=HH=J@EJPKJKJ=CNE?QHPQN=HQOAĢĠEE @A?NA=OA@H=J@MQ=HEPU =J@BANPEHEPU@QAPKAJRENKJIAJP=H@=I=CAĢĠEEE EJ?NA=OEJCHUHEIEPA@=J@QJ?ANP=EJS=PAN=R=EH=>EHEPUBKNBKK@LNK@Q?PEKJ@QA terbatas dan tidak pastinya ketersediaan air untuk produksi pangan akibat kerusakan hutan; (iv) rusaknya sekitar 30 persen prasarana pengairan, dimana seharusnya dilakukan rehabilitasi sebanyak 2 kali dalam 25 tahun terakhir; (v) persaingan pemanfaatan sumber daya air dengan sektor industri dan pemukiman; (vi) kerusakan yang disebabkan oleh kekeringan maupun banjir semakin tinggi karena fungsi perlindungan alamiah telah sangat berkurang; (vii) masih tingginya proporsi kehilangan hasil panen pada proses produksi, penanganan hasil panen dan pengolahan pasca panen, masih menjadi kendala yang menyebabkan penurunan kemampuan penyediaan pangan dengan proporsi yang PKBKNAOP@AOPNQ?PEKJĢĠER @ACN=@A@ENNEC=PEKJEJBN=OPNQ?PQNA=LLNKTEI=PAHUKBSDE?DNAMQENA@NAD=>EHEP=PEKJPSE?AEJ PDAH=OPUA=NOĢĠR ?KILAPEPEKJEJS=PANNAOKQN?AQPEHEV=PEKJSEPDEJ@QOPNE=H=J@NAOE@AJPE=HOA?PKNOĠRE @=I=CAO?=QOA@ >UEJ?NA=OA@@NKQCDPO=J@ŃKK@O@QAPK@A?NA=OA@J=PQN=HLNKPA?PEKJBQJ?PEKJOĢĠREE =DECDLNKLKNPEKJKBD=NRAOPHKOOEJ LNK?AOOAOKBLNK@Q?PEKJUEAH@D=J@HEJC=J@LKOPD=NRAOPLNK?AOOEJCĢĠREEE ?HEI=PA?D=JCAĢĠET ?KILAPEPEKJ>APSAAJBKK@BKN ?KJOQILPEKJ=J@>EKBQAHLNK@Q?PEKJ cukup tinggi; (viii) perubahan iklim; dan (ix) persaingan antara pangan untuk konsumsi dan produksi biofuel. Laju pertumbuhan penduduk yang tinggi di Indonesia menjadi tantangan lain yang perlu dihadapi dalam pemenuhan GA>QPQD=JL=JC=J1=DQJLAJ@Q@QG&J@KJAOE=@ELANGEN=G=J=G=JIAJ?=L=EFQP=FES=L=>EH=GA>QPQD=J pangan untuk penduduk ini tidak dapat terpenuhi maka akan mengakibatkan Indonesia menjadi negara pengimpor 1DADECDN=PAKBLKLQH=PEKJCNKSPDEJ&J@KJAOE=S=O=JKPDAN?D=HHAJCAEJBQHłHHEJCBKK@JAA@O1DALKLQH=PEKJKB&J@KJAOE= EOLNA@E?PA@PKNA=?DIEHHEKJLAKLHA>U&BPDABKK@JAA@OBKNPDEOLKLQH=PEKJ?=JJKP>AIAP&J@KJAOE=SEHH >A?KIA=JAPBKK@EILKNPEJC?KQJPNU pangan. $=I>=Nġ-NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=IAJQNQP-QH=Q@=J+=OEKJ=H1=DQJĠT #ECQNAġ&J@KJAOE=J-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ=??KN@EJCPK&OH=J@=J@+=PEKJ=H6A=NĠT Penduduk / Population (x 1000) 300,000 250,000 200,000 INDONESIA 150,000 Jawa Sumatera Sulawesi 100,000 Kalimantan Bali & Nusa Tenggara 50,000 Maluku & Papua 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 Tahun / Year Sumber: Proyeksi Penduduk Indonesia Per Provinsi 2005-2015, BPS, 2007 Source: Indonesian Population Projection according to Province, Year 2005-2015, BPS, 2007 32 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Strategies g for improving p g food availability y Kebijakan ketersediaan pangan secara nasional tahun 2005-2009 diarahkan kepada beberapa hal yaitu: (i) Meningkatkan kualitas sumberdaya alam dan lingkungan; (ii) Mengembangkan infrastruktur pertanian dan pedesaan; (iii) Meningkatkan produksi pangan untuk memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri; dan (iv) Mengembangkan kemampuan pengelolaan cadangan pangan pemerintah dan masyarakat. +=PEKJ=HLKHE?UKJBKK@=R=EH=>EHEPUBKNPDALANEK@=EIA@PKġ ĠE EJ?NA=OAPDAMQ=HEPUKBJ=PQN=H=J@AJRENKJIAJP=HNAOKQN?AOĢĠEE EILNKRAPDA=CNE?QHPQN=HEJBN=OPNQ?PQNA=J@HARAHOKBNQN=H @ARAHKLIAJPĢĠEEE EILNKRABKK@LNK@Q?PEKJPKBQHłHHPDABKK@NAMQENAIAJPEJPDA?KQJPNUĢ=J@ĠER EILNKRAPDA?=L=?EPUPK I=J=CACKRANJIAJP=J@?KIIQJEPUBKK@OPK?GO Di bawah ini adalah kegiatan operasional kunci yang dilakukan untuk menjamin dan meningkatkan ketersediaan pangan adalah: 0KIAKLAN=PEKJ=H=?PEREPEAOPKI=EJP=EJBKK@=R=EH=>EHEPU=NA=OBKHHKSOġ 2. 3. 4. 5. 6. 1. 3. -AJCAI>=JC=JH=D=J=>=@EFQP=D=H=D=JO=S=D>ANENEC=OE@=JFQP=D=H=D=JGANEJC Pengembangan konservasi dan rehabilitasi lahan. Pelestarian sumberdaya air dan pengelolaan daerah aliran sungai. Pengembangan dan penyediaan benih, bibit unggul, dan alat mesin pertanian. Pengaturan pasokan gas untuk memproduksi pupuk. Pengembangan skim permodalan bagi petani/nelayan. "TL=JOEKJKBLANI=JAJP=CNE?QHPQN=HH=J@>UIEHHEKJDA?P=NAOKBENNEC=PA@H=J@=J@IEHHEKJDA?P=NAOKB@NUH=J@ &ILNKRAIAJPKBH=J@?KJOANR=PEKJ=J@NAD=>EHEP=PEKJ KJOANR=PEKJKBS=PANNAOKQN?AO=J@S=PANODA@O &ILNKRAIAJP=J@LNKREOEKJKBOAA@ODU>NE@OAA@O=J@=CNE?QHPQN=HI=?DEJANU /ACQH=PEKJKB)-$BKNBANPEHEVANLNK@Q?PEKJ &ILNKRAIAJPKB?=LEP=HO?DAIAOBKNB=NIANOłODANIAJ Peningkatan produksi dan produktivitas (perbaikan genetik & teknologi budidaya). 8. Pencapaian swasembada 5 komoditas strategis: padi (swasembada berkelanjutan), jagung (2008), kedelai Ġ CQH=Ġ @=J@=CEJCĠ 9. Penyediaan insentif investasi di bidang pangan termasuk industri gula, peternakan, dan perikanan. Penguatan penyuluhan, kelembagaan petani/nelayan dan kemitraan. &J?NA=OEJCLNK@Q?PEKJ=J@LNK@Q?PEREPUĠCAJAPE?IK@Eł?=PEKJ=J@?QHPER=PEKJPA?DJKHKCU ?DEAREJCOAHBOQBł?EAJ?UBKNłRAOPN=PACE??KIIK@EPEAOġL=@@UĠ?KJPEJQKQOOAHBOQBł?EAJ?U I=EVAĠ OKU>A=J Ġ OQC=NĠ =J@IA=PĠ $EREJCEJ?AJPERAOBKNEJRAOPIAJPEJOQC=N?=JARAPANEJ=NU=J@łODANUEJ@QOPNEAO 0PNAJCPDAJEJCATPAJOEKJB=NIANłODANIAJEJOPEPQPEKJO=J@L=NPJANODEL Selain itu juga dilakukan kebijakan lain, yaitu: &J=@@EPEKJPDABKHHKSEJC=NAOQLLKNPEJCLKHE?EAOġ Menata Pertanahan dan Tata Ruang dan Wilayah, melalui: Pengembangan reformasi agraria Penyusunan tata ruang daerah dan wilayah -AN>=EG=J=@IEJEOPN=OELANP=J=D=J@=JOANPEłG=OEH=D=J Pengenaan sistem perpajakan progresif bagi pelaku konversi lahan pertanian subur dan yang mentelantarkan lahan pertanian 1. )=J@NABKNI=J@OL=PE=HLH=JJEJCPDNKQCDġ EILNKREJC=CN=NE=JNABKNI developing regional spatial planning EILNKREJCH=J@=@IEJEOPN=PEKJ=J@?ANPEł?=PEKJ EILKOEJC=LNKCNAOERAP=TOUOPAIPKPDKOASDK=NA?KJRANPEJCBANPEHAH=J@=J@=>=J@KJEJC=CNE?QHPQN=HH=J@ 2. Mengembangkan Cadangan Pangan Pengembangan cadangan pangan pemerintah (nasional, daerah dan desa) sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan Pasal 5 Pengembangan lumbung pangan masyarakat 3. Menjaga Stabilitas Harga Pangan Pemantauan harga pangan pokok secara berkala untuk mencegah jatuhnya harga gabah/beras di bawah &ILNKREJCBKK@OPK?GO !ARAHKLEJCCKRANJIAJPBKK@OPK?GOĠ=PJ=PEKJ=H@EOPNE?P=J@REHH=CAHARAH =??KN@EJCPK$KRANJIAJP/ACQH=PEKJJK D=LPANKJ#KK@0A?QNEPU !ARAHKLEJC?KIIQJEPUBKK@OPK?GO 3. *=EJP=EJEJC#KK@-NE?A0P=>EHEPU *KJEPKNEJCPDALNE?AOKBOP=LHABKK@ONACQH=NHUPKLNARAJP=OD=NL@A?NA=OAKBL=@@ULNE?AOPK>AHKSPDA$KRANJIAJP Harga Pembelian Pemerintah (HPP) Pengelolaan pasokan pangan dan cadangan penyangga untuk stabilitas harga pangan seperti yang tercantum @=H=I&JLNAO+KIKN1=DQJPAJP=JC(A>EF=G=J-AN>AN=O=JĢ0(*AJ(KKN@EJ=PKNE@=JC-ANAGKJKIE=J dan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat No. KEP-46/M.EKON/08/2005 dan Nomor 34/KEP-34/ KEP/MENKO/KESRA/VIII/2005 tentang Pedoman Umum Koordinasi Pengelolaan Cadangan Beras Pemerintah; Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 22 Tahun 2005 tentang Penggunaan Cadangan pangan Pemerintah untuk Pengendalian Harga, dan Surat menteri Pertanian kepada Gubernur dan Bupati Walikota se-Indonesia +KIKN--*P=JCC=HI=NAPPAJP=JC-AJCAHKH==J =@=JC=J-=JC=J Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia -=@@U-NK?QNAIAJP-NE?A *=J=CEJCPDABKK@OQLLHU=J@>QBBANOPK?GOPKOP=>EHEVABKK@LNE?AOEJ=??KN@=J?ASEPDPDAATEOPEJCNACQH=PEKJOOP=PA@ EJġĠ&JLNAOJKKJ/E?A-KHE?UĢ0( KKN@EJ=PEJC*EJEOPNUKB"?KJKIU=J@ KKN@EJ=PEKJ*EJEOPNUKB0K?E=H 4AHB=NAJK("-*"(,+=J@+KIKN("-("-*"+(,("0/3&&&KJ$QE@AHEJAOKJ KKN@EJ=PEKJ*=J=CAIAJPKB$KRANJIAJP/E?A0PK?GOĢ/ACQH=PEKJKB*EJEOPNUKB KIIAN?AJKKJPDA QOAKBCKRANJIAJPBKK@OPK?GOPKOP=>EHEVALNE?A=J@)APPANKB*EJEOPNUKBCNE?QHQPQNAPKPDA$KRANJKNO=J@DA=@OKB @EOPNE?POEJ&J@KJAOE=JK--*KJ*=N?DKJ#KK@0PK?G*=J=CAIAJP 33 BAB/Chapter 2 Strategi g untuk meningkatkan g ketersediaan pangan p g 4. Meningkatkan Aksesibilitas Rumah Tangga terhadap Pangan Pemberdayaan masyarakat miskin dan rawan pangan Peningkatan efektivitas program Raskin Increasing household accessibility to food "ILKSANEJCLKKN=J@BKK@EJOA?QNALAKLHA &ILNKREJCPDAABBA?PERAJAOOKBPDA/EOAOQ>OE@ULNKCN=IIAĠ/0(&+ 5. *AH=GQG=J!ERANOEłG=OE-=JC=J -AJEJCG=P=J@ERANOEłG=OEGKJOQIOEL=JC=J@AJC=JCEVEOAEI>=JCĠ-ANLNAO+K1=DQJ Pemberian makanan tambahan untuk anak sekolah (PMTAS) Pengembangan teknologi pangan !ERANOEłG=OEQO=D=P=JE@=JLAJCAI>=JC=JL=JC=JHKG=H &ILHAIAJPEJC#KK@!ERANOEł?=PEKJ &J?NA=OEJCBKK@?KJOQILPEKJ@ERANOEł?=PEKJPDNKQCD>=H=J?A@@EAPĠ-ANLNAO+K &ILHAIAJPEJCOQLLHAIAJP=NUBAA@EJCLNKCN=IIAOBKNO?DKKH?DEH@NAJĠ-*10 &ILNKREJCBKK@PA?DJKHKCU !ERANOEBUEJC=CNE>QOEJAOO=J@@ARAHKLEJCHK?=HBKK@O DAFTAR PUSTAKA REFERENCES i. ii. EEE iv. E EE EEE ER Dewan Ketahanan Pangan. Kebijakan Umum Pemantapan Ketahanan Pangan Nasional, 2006. Departemen Pertanian. Rencana Pembangunan Pertanian 2005-2009. =@=J-QO=P0P=PEOPEG-NKUAGOE-AJ@Q@QG&J@KJAOE=-AN-NKREJOE Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme. Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005. +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EH+=PEKJ=H-KHE?UKJ#KK@R=EH=>EHEPU *EJEOPNUKBCNE?QHPQNA+=PEKJ=H!ARAHKLIAJPKBCNE?QHPQNA +=PEKJ=H0P=PEOPE?,Bł?A-KLQH=PEKJ-NKFA?PEKJ=??KN@EJCPK-NKREJ?A6A=N +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=O KB&J@KJAOE= 34 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia BAB/Chapter 2 Peta 2.1 / Map 2.1 Rasio Konsumsi Normatif Per Kapita terhadap Produksi Bersih Serealia Ratio of Per Capita Normative Consumption to Net Cereal Production Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 35 CHAPTER 3 FOOD AND LIVELIHOOD ACCESS Akses terhadap pangan merupakan salah satu dari 3 pilar ketahanan pangan. Indikator ini merupakan salah satu indikator utama yang digunakan untuk analisis di FIA 2005 dan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan (FSVA) ini. #KK@=??AOOEOKJAKBPDAPDNAALEHH=NOKBBKK@OA?QNEPU&PEOKJAKBPDAGAUEJ@E?=PKNOQOA@EJ=J=HUVEJCPDA#&=J@ this Food Security and Vulnerability Atlas (FSVA). Akses Pangan adalah kemampuan rumah tangga untuk memperoleh cukup pangan, baik yang berasal dari produksi sendiri, stok, pembelian, barter, hadiah, pinjaman dan bantuan pangan. Ketersediaan pangan di suatu daerah mungkin mencukupi, akan tetapi tidak semua rumah tangga memiliki akses yang memadai baik secara kuantitas maupun #KK@ =??AOO EO = DKQOADKH@O =>EHEPU PK =?MQENA =J =@AMQ=PA =IKQJP KB BKK@ PDNKQCD KJA KN = ?KI>EJ=PEKJ KB KSJ DKIALNK@Q?PEKJOPK?GOLQN?D=OAO>=NPANCEBPO>KNNKSEJC=J@BKK@=E@#KK@I=U>A=R=EH=>HA>QPJKP=??AOOE>HAPK ?ANP=EJDKQOADKH@OEBPDAU?=JJKP=?MQENA=OQBł?EAJPMQ=JPEPUKN@ERANOEPUKBBKK@PDNKQCDPDAOAIA?D=JEOIO#KK@=??AOO keragaman pangan melalui mekanisme tersebut di atas. Akses pangan tergantung pada daya beli rumah tangga yang ditentukan oleh penghidupan rumah tangga tersebut. Penghidupan terdiri dari kemampuan rumah tangga, modal/aset ĠOQI>AN@=U==H=IłOEGOQI>AN@=U=I=JQOE=AGKJKIE@=JOKOE=H @=JGACE=P=JU=JC@EH=GQG=JQJPQGIAIAJQDE kebutuhan hidup dasar – penghasilan, pangan, tempat tinggal, kesehatan dan pendidikan. Rumah tangga yang tidak memiliki sumber penghidupan yang memadai dan berkesinambungan, sewaktu-waktu dapat berubah, menjadi tidak berkecukupan, tidak stabil dan daya beli menjadi sangat terbatas, yang menyebabkan tetap miskin dan rentan terhadap @ALAJ@OKJDKQOADKH@LQN?D=OEJCLKSANSDE?DEO@APANIEJA@>UDKQOADKH@HERAHEDKK@O)ERAHEDKK@O?KILNEOAPDADKQOADKH@O ?=L=>EHEPEAO?=LEP=HO=OOAPOĠJ=PQN=HLDUOE?=HDQI=JA?KJKIE?=J@OK?E=H =J@=?PEREPEAONAMQENA@PKOA?QNA>=OE?JAA@O EJ?KIABKK@ODAHPANDA=HPD=J@A@Q?=PEKJ1DKOASDK@KJKPD=RAOQOP=EJ=>HA=J@=@AMQ=PAHERAHEDKK@OSDE?DEJPQNJHA=@ PKEJ=@AMQ=PA=J@OP=>HAEJ?KIA=J@HEIEPA@LQN?D=OEJCLKSANNAI=EJLKKN=J@RQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU kerawanan pangan. 0A?=N= CHK>=H LAJ@Q@QG U=JC PEJCG=P LAJ@=L=P=JJU= @E >=S=D 20 ĠPurchasing Power Parity/PPP) y per hari menurut Bank Dunia, di kelompokkan sebagai penduduk miskin. Pemerintah Indonesia menggunakan garis kemiskinan J=OEKJ=HOA>AO=N20---LAND=NEĠ/LKN=JC>QH=JL=@=P=DQJ D=NEQJPQGGALANHQ=JLANAJ?=J==J Semakin besar jumlah penduduk miskin di suatu provinsi atau kabupaten maka akses terhadap pangan akan semakin rendah dan angka kerawanan pangan akan semakin tinggi. $HK>=HHUEJ@ERE@Q=HOSDKHERA>AHKSPDA4KNH@=JGO20-QN?D=OEJC-KSAN-=NEPUĠ--- LAN@=U=NA?=PACKNEVA@=O LKKNLAKLHA&J&J@KJAOE=PDA$KRANJIAJPQOAOPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAKB20---LAN@=UĠ/LLANOKJ IKJPDEJ BKNLH=JJEJCLQNLKOAO1DACNA=PANPDAJQI>ANKBLKKNLAKLHAEJ=NACEKJKN=@EOPNE?PPDAHKSANPDA=??AOO to food and the higher the food insecurity. 3.1 PENDUDUK DI BAWAH GARIS KEMISKINAN 3.1 POPULATION BELOW THE POVERTY LINE Pada dekade yang lalu, Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya yang berarti untuk mengurangi tingkat kemiskinan @E&J@KJAOE=AN@=O=NG=JC=NEOGAIEOGEJ=J@QJE=Ġ20--- OAF=GP=DQJ&J@KJAOE=PAH=DIAJ?=L=EP=NCAP yang ditetapkan dalam *EHHAJEQI!ARAHKLIAJP$K=H untuk mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya L=@=P=DQJU=EPQOA>AO=N@=NELAJ@Q@QGJ=OEKJ=H !QNEJC PDA H=OP @A?=@A PDA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= D=O I=@A OQ>OP=JPE=H ABBKNPO PKS=N@O NA@Q?EJC LKRANPU EJ PDA ?KQJPNU=OA@KJPDALNAREKQOCHK>=HLKRANPUHEJAĠ20--- OEJ?A&J@KJAOE=D=O=HNA=@UNA=?DA@EPO*EHHAJJEQI !ARAHKLIAJP$K=HP=NCAPKBD=HREJCPDAJQI>ANKBPDALKKN>UOAP=PKBPDAJ=PEKJ=HLKLQH=PEKJ +=IQJ=@=FQP=KN=JCĠ U=JCDE@QL@E>=S=DC=NEOGAIEOGEJ=JJ=OEKJ=HĠ20--- L=@=P=DQJ U=JCGQN=JCHA>EDOAP=N=@AJC=J=JCG=OA>AHQIGNEOEOL=@=P=DQJĠFQP=KN=JCU=JCDE@QL@E>=S=D C=NEOGAIEOGEJ=JL=@=P=DQJ %=ILEN@=NELAJ@Q@QGIEOGEJPEJCC=H@E@=AN=DLA@AO==J!=J@=NEOAHQNQD I=OU=N=G=PIEOGEJPANOA>QPHA>ED@=NEPEJCC=H@ELQH=Q'=S= %KSARAN=??KN@EJCPKPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ20--- ĠIEHHEKJ KBPDALKLQH=PEKJSANA@AłJA@ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia =OLKKNEJSDE?DS=OJA=NHUPDAO=IA=OPDAJQI>ANEJPDALNA?NEOEOUA=NKBĠIEHHEKJLAKLHA>AHKSPDA LKRANPUHEJAEJ HIKOPKBPDALKKNLAKLHAHERA@EJNQN=H=NA=O,QPKBPDAPKP=HLKKNLAKLHAIKNAPD=J HERA@KJ'=R=EOH=J@ 37 BAB/Chapter 3 BAB 3 AKSES TERHADAP PANGAN DAN PENGHIDUPAN 7DEHO-XPODKGDQ3HUVHQWDVH3RSXODVLGL%DZDK*DULV.HPLVNLQDQ1DVLRQDO 7DEOH1XPEHUDQG3HUFHQWDJHRI3RSXODWLRQ%HORZ1DWLRQDO3RYHUW\/LQH Provinsi/Province No -XPODK1XPEHU -XPODK1XPEHU % % -XPODK1XPEHU % 1 Nanggroe Aceh Darussalam 1,166.4 28.69 1,149.7 28.28 1,083.7 26.65 2 Sumatera Utara 1,840.2 14.68 1,897.1 15.01 1,768.5 13.90 3 Sumatera Barat 482.8 10.89 578.7 12.51 529.2 11.90 4 Riau 600.4 12.51 564.9 11.85 574.5 11.20 5 Kepulauan Riau 317.8 10.97 304.6 12.18 281.9 10.27 6 Jambi 1429 11.88 1,446.9 11.37 1,331.8 19.15 7 Sumatera Selatan 361.2 21.01 360.0 20.99 370.6 22.13 8 Bengkulu 1,572.6 22.18 1,638.0 23.00 1,661.7 22.19 9 Bangka Belitung 95.3 9.74 117.4 10.91 95.1 9.54 10 Lampung 148 21.42 163.0 22.77 148.4 10.30 11 Banten 316.2 8.86 407.1 9.79 405.7 4.61 12 D.K.I. Jakarta 5,137.6 3.61 5,712.5 4.57 5,457.9 13.55 13 Jawa Barat 6,533.5 13.06 7,100.6 14.49 6,557.2 20.43 14 Jawa Tengah 625.8 20.49 648.7 22.19 633.5 18.99 15 D.I. Yogyakarta 7,139.9 18.95 7,678.1 19.15 7,155.3 19.98 16 Jawa Timur 830.5 19.95 904.3 21.09 886.2 9.07 17 Bali 228.4 6.72 243.5 7.08 229.1 6.63 18 Nusa Tenggara Barat 1,136.5 25.92 1,156.1 27.17 1,118.6 24.99 19 Nusa Tenggara Timur 1,171.2 28.19 1,273.9 29.34 1,163.6 27.51 20 Kalimantan Barat 629.8 14.24 626.7 15.24 584.3 12.91 21 Kalimantan Tengah 230.9 10.73 212.8 11.00 210.3 9.38 22 Kalimantan Selatan 235.7 7.23 278.5 8.32 233.5 7.01 23 Kalimantan Timur 299.1 10.57 335.5 11.41 324.8 11.04 24 Sulawesi Utara 201.4 9.34 249.4 11.54 250.1 11.42 25 Gorontalo 527.5 29.05 553.5 29.13 557.4 22.42 26 Sulawesi Tengah 1,280.6 21.80 1,112.0 23.63 1,083.4 14.11 27 Sulawesi Selatan 450.5 14.98 466.8 14.57 465.4 21.33 28 Sulawesi Tenggara 255 21.45 273.8 23.37 241.9 27.35 29 Sulawesi Barat - - 205.2 20.74 189.9 19.03 30 Maluku 411.5 32.28 418.6 33.03 404.7 31.14 31 Maluku Utara 118.6 13.23 116.8 12.73 109.9 11.97 32 Papua - - 284.1 41.52 266.8 39.31 33 Papua Barat 1,028.2 40.83 816.7 41.34 793.4 40.78 Total Indonesia Sumber/Source: Diolah dari Susenas Modul Konsumsi 2005-2007, BPS/Susenas Module of Consumption 2005-2007, BPS 1=>AH IAJQJFQGG=J >=DS= OAH=I= P=DQJ LANOAJP=OA LAJ@Q@QG IEOGEJ J=OEKJ=H D=ILEN PE@=G IAJC=H=IELANQ>=D=JU=EPQL=@=P=DQJIAJF=@EL=@=P=DQJ0A>=CE=J>AO=NLAJ@Q@QG miskin tersebar di 6 provinsi, yaitu Papua, Papua Barat, Maluku, NTT, Gorontalo dan NAD. Dari 33 provinsi, terdapat 38 1=>HA ODKSO PD=P @QNEJC PDA J=PEKJ=H LKRANPU N=PA S=O =HIKOP QJ?D=JCA@ BNKI EJ PK EJ-KRANPUS=O?KJ?AJPN=PA@EJOETĠ LNKREJ?AOġ-=LQ=-=LQ==N=P*=HQGQ+11$KNKJP=HK=J@+! ,QPKBLNKREJ?AOLNKREJ?AOD=@=LKRANPUHARAHDECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAEJSEPD-=LQ=LNKREJ?AD=REJC Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia LNKREJOEU=JCIAIEHEGEPEJCG=PGAIEOGEJ=J@E=P=ON=P=N=P=J=OEKJ=HP=DQJ@EI=J=LNKREJOE-=LQ=IANQL=G=J LNKREJOE@AJC=JLNKLKNOELAJ@Q@QGIEOGEJU=JCL=HEJCPEJCCEĠ LNKREJOEPAH=D@=L=PIAJCQN=JCEPEJCG=P kemiskinan sejak tahun 2003. 5 provinsi yang tingkat kemiskinannya tidak berkurang persentasenya adalah Sulawesi PDADECDAOPLNKLKNPEKJKBEPOLKLQH=PEKJ?H=OOEBUEJC=OLKKNĠ 1SAJPUOETĠ LNKREJ?AOD=RA>AAJ=>HAPKNA@Q?A PDALKRANPUN=PAOEJ?A#ERAĠ D=RAJKP>AAJ=>HAPKNA@Q?APDALKRANPUN=PAġ0QH=SAOE2P=N=-=LQ=!(&'=G=NP= 0QI=PAN==N=P=J@'=S==N=P1SKĠ LNKREJ?AOSDE?D@E@JKPATEOPEJ-=LQ==N=P=J@0QH=SAOE=N=PD=@ Utara, Papua, DKI Jakarta, Sumatera Barat dan Jawa Barat. Terdapat 2 provinsi baru yang tidak termasuk dalam FIA 2005 yaitu Papua Barat dan Sulawesi Barat, dimana telah mengalami peningkatan dalam mengurangi tingkat GAIEOGEJ=JL=@=P=DQJ@=J I=@ALNKCNAOOEJNA@Q?EJCLKRANPUN=PABNKIPK Data tingkat kabupaten mengenai persentase penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan nasional menunjukkan LAN>A@==JPEJCG=PGAIEOGEJ=JU=JCFAH=O=JP=NG=>QL=PAJĠ-AP= !=NE(=>QL=PAJU=JC@E=J=HEOEOG=>QL=PAJ mempunyai tingkat kemiskinan lebih tinggi dari rata-rata nasional. Diantara kabupaten-kabupaten tersebut, terdapat 65 kabupaten yang memiliki 30% penduduk hidup di bawah garis kemiskinan nasional (Tabel 3.2). Oleh karena itu, program penanggulangan kemiskinan harus diprioritaskan ke kabupaten-kabupaten tersebut. 1DA@EOPNE?PHARAH@=P=KJPDALAN?AJP=CAKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAODKSOIKNALNKJKQJ?A@@EBBANAJ?AO >APSAAJPDA@EOPNE?POĠ*=L ,QPKB@EOPNE?PO@EOPNE?POD=@LKRANPUN=PAODECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CA IKJCPDAI@EOPNE?POD=@IKNAPD=JKBLAKLHAHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ1=>HA 1DQOLKRANPU =HHARE=PEKJABBKNPOODKQH@LNEKNEPEVAPDAOA@EOPNE?PO Provinsi/ Province No BAB/Chapter 3 7DEHO-XPODKNDEXSDWHQNDEXSDWHQ\DQJPHPLOLNLSHQGXGXNKLGXSGLEDZDKJDULVNHPLVNLQDQWDKXQ 7DEOH1XPEHURIGLVWULFWVZLWKPRUHWKDQSHRSOHEHORZSRYHUW\OLQHLQ -XPODKNDEXSDWHQ\DQJPHPLOLNLSHQGXGXN KLGXSGLEDZDKJDULVNHPLVNLQDQ 1XPEHURI'LVWULFWVZLWKPRUHWKDQSHRSOH EHORZSRYHUW\OLQH 1 Nangroe Aceh Darussalam 6 2 Sumatera Utara 2 3 Kepulauan Riau 1 4 Sumatera Selatan 2 5 Bengkulu 3 6 Lampung 1 7 Jawa Tengah 4 8 Jawa Timur 4 9 Nusa Tenggara Timur 7 10 Gorontalo 2 11 Sulawesi Tengah 1 12 Maluku 7 13 Maluku Utara 1 14 Papua Barat 7 15 Papua 17 Total Sumber/Source: Diolah dari Susenas Modul Konsumsi 2005-2007, BPS / Susenas Module of Consumption 2005-2007, BPS Sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur kurang cocok untuk lahan pertanian pangan, oleh karena itu peningkatan penghidupan rumah tangga masih menjadi suatu tantangan. Meskipun Indonesia telah mencapai target MDG dalam mengurangi jumlah penduduk miskin menjadi setengahnya pada tingkat nasional, akan tetapi beberapa kabupaten akan tetap tinggi tingkat kemiskinannya apabila upaya yang dilakukan tidak efektif dan sangat penting untuk menangani masalah kemiskinan langsung ke akar-akarnya. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 4EPDPDAI=FKNEPUKBA=OPANJ&J@KJAOE=JKPOQEP=>HABKNDECDUEAH@?NKLLNK@Q?PEKJEILNKRAIAJPOEJDKQOADKH@OHERAHEDKK@O SEHHNAI=EJ?D=HHAJCEJCHPDKQCDPDA?KQJPNUD=O=?DEARA@PDA*!$P=NCAPKBIKNAPD=JD=HREJCPDAJQI>ANKBPDALKKN =PPDAJ=PEKJ=HHARAHI=JU@EOPNE?POSEHHNAI=EJOECJEł?=JPHULKKNEB?KJ?ANPA@ABBKNPO=NAJKPI=@AABBA?PERAHU=J@QNCAJPHU to tackle root causes of poverty. 39 $=I>=Nġ0QI>ANLAJ@=L=P=JQP=I=IAJQNQPGH=OEłG=OEOAGPKN=H@=JOQ>OAGPKN=H #ECQNAġ*=EJEJ?KIAOKQN?AO=??KN@EJCPKOA?PKN=H=J@OQ>OA?PKN=H?H=OOEł?=PEKJ Sumber/Source: PODES 2008, BPS $=I>=NIAJCC=I>=NG=J@AJC=JFAH=OPAJP=JC@KIEJ=OEOAGPKNLANP=JE=JOA>=C=EOQI>ANLAJ@=L=P=JI=OU=N=G=P Di samping pendapatan yang diperoleh dari hasil panen tanaman pangan, perkebunan juga merupakan salah satu OQI>ANLAJ@=L=P=JU=JCOECJEłG=JGA@Q=@E>=JU=GSEH=U=D@E&J@KJAOE=U=JC@EEGQPEKHADLANEG=J=JH=QP!AJC=J produktivitas pertanian yang peningkatannya relatif stagnan dalam beberapa tahun terakhir, fragmentasi lahan yang relatif tinggi di wilayah padat penduduk dan pengaruh curah hujan yang tak menentu di wilayah bagian timur kawasan Indonesia, berdampak kurang menguntungkan pada masyarakat yang bergantung terhadap produksi tanaman pangan (di lahan sendiri ataupun sistem bagi hasil) sebagai sumber pendapatan utama. Sehingga mengakibatkan banyak dari #ECQNAODKSO=?HA=N@KIEJ=J?AKBPDA=CNE?QHPQN=HOA?PKN=OLAKLHAOOKQN?AKBEJ?KIAL=NPBNKIPDAEJ?KIA@ANERA@ BNKI?NKLD=NRAOPLH=JP=PEKJAIANCA@=OPDAOA?KJ@OECJEł?=JPOKQN?AKBEJ?KIAEJI=JUL=NPOKBPDA?KQJPNUBKHHKSA@ >UOA=S=PANłODANEAO4EPD=CNE?QHPQN=HLNK@Q?PEREPUNAI=EJA@OP=CJ=JPEJNA?AJPUA=NODECDH=J@BN=CIAJP=PEKJEJ@AJOAHU populated regions and erratic rainfall in the eastern part of the country, the people dependant on crop production (on their KSJH=J@KNOD=NA?NKLLEJC>=OEO =OPDAI=FKNOKQN?AKBEJ?KIA=NA=@RANOAHU=BBA?PA@NAOQHPEJCEJI=JUKBPDAIAEPDAN falling below or hovering around the poverty line. mereka yang jatuh di bawah atau berada di sekitar garis kemiskinan. 40 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia No Provinsi/Province 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 6 12.5 10.43 9.84 10.98 11.51 10.1 11.5 11.87 10.31 13.91 10.24 9.79 Kepulauan Riau 8.59 6.62 6.22 Jambi 8.56 9.33 9.34 7 Sumatera Selatan 6.15 6.04 4.68 8 Bengkulu 6.85 9.13 7.58 8.1 8.99 6.49 - 12.24 9.01 9 Bangka Belitung 10 Lampung 11 Banten 14.73 11.4 12.57 12 D.K.I. Jakarta 14.73 14.59 13.08 13 Jawa Barat 8.51 8.02 7.7 14 Jawa Tengah 5.05 6.31 6.1 15 D.I. Yogyakarta 16 Jawa Timur 17 18 8.45 8.19 6.79 14.23 18.91 15.75 Bali 4.03 6.04 3.77 Nusa Tenggara Barat 8.93 8.9 6.48 19 Nusa Tenggara Timur 5.46 3.65 3.72 20 Kalimantan Barat 8.61 8.53 6.47 21 Kalimantan Tengah 4.85 6.68 5.11 22 Kalimantan Selatan 6.18 8.87 7.62 23 Kalimantan Timur 9.04 13.43 12.07 24 Sulawesi Utara 14.4 14.62 12.35 25 Gorontalo 7.63 10.31 8.39 26 Sulawesi Tengah 13.58 12.76 11.25 27 Sulawesi Selatan 8.92 9.67 6.4 28 Sulawesi Tenggara 9.79 7.62 7.16 29 Sulawesi Barat - 6.45 5.45 30 Maluku 12.3 13.72 12.2 31 Maluku Utara 8.88 6.9 6.05 32 Papua 7.12 5.83 5.01 33 Papua Barat - 10.17 9.46 Total Indonesia BAB/Chapter 3 7DEOH2SHQ8QHPSOR\PHQW5DWH285VE\3URYLQFH± Sumber/Source: Diolah dari hasil Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas), BPS 2005-2007/ Based on National Labor Force Survey, BPS 2005-2007 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 41 3.2 TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA (TPT) 3.2 OPEN O N UNEMPLOY OYMENT T RATE E (OUR) Sumber utama data ketenagakerjaan adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas). Sejak tahun 2005, Sakernas dilakukan sebanyak dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Pebruari dan Agustus. Dalam rangka menyesuaikan dengan 1DA I=EJ OKQN?A KB I=JLKSAN @=P= EO PDA +=PEKJ=H )=>KQN #KN?A 0QNRAU Ġ0=GANJ=O 0EJ?A 0=GANJ=O D=O >AAJ ?KJ@Q?PA@PSE?A=UA=NEJ#A>NQ=NU=J@QCQOP&JKN@ANPK=@=LPPKPDA&JPANJ=PEKJ=H)=>KQN,NC=JEV=PEKJOJAS?KJ?ALP konsep baru dari Organisasi Tenaga Kerja International (ILO), maka konsep status ketenagakerjaan dan pengangguran PAN>QG=PAH=D@ELANHQ=OOAF=G0=GANJ=OP=DQJ1KP=HJCG=P=J(ANF==@=H=DLAJ@Q@QGQOE=P=DQJ=P=QHA>ED yang pada minggu lalu bekerja, atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran (sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha). >KPDAILHKUIAJPOP=PQO=J@KLAJQJAILHKUIAJPD=O>AAJATPAJ@A@OEJ?APDA0=GANJ=O1DAPKP=HH=>KQNBKN?A=NA LAKLHA=CA@=J@KRANSDKSANASKNGEJCĢPAILKN=NEHU=>OAJPBNKISKNG>QPD=REJCFK>OĢ=J@PDKOASDK@E@JKPD=RA work and were looking for work, in the previous week. Konsep pengangguran terbuka saat ini mencakup penduduk yang aktif mencari pekerjaan, penduduk yang sedang mempersiapkan usaha/pekerjaan baru, penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan serta penduduk yang tidak aktif mencari pekerjaan dengan alasan sudah mempunyai pekerjaan ,LAJ QJAILHKUIAJP JKS ?KJOEOPO KB PDA LKLQH=PEKJ SDK SANA HKKGEJC BKN SKNG LKLQH=PEKJ SDK AOP=>HEODEJC = JAS >QOEJAOOłNIAOP=>HEODIAJP LKLQH=PEKJ SDK SANA BAAHEJC DKLAHAOO KB CAPPEJC = FK> =J@ LKLQH=PEKJ SDK D=RA I=@A =NN=JCAIAJPOPKOP=NPSKNGEJC>QPJKP=?PQ=HHUOP=NPA@UAP1DAPKP=H,LAJ2JAILHKUIAJP/=PAĠ,2/ EOPDAN=PEKKBPKP=H KLAJQJAILHKUIAJPKRANPKP=HH=>KQNBKN?A tetapi belum mulai bekerja. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan total pengangguran terbuka di bagi dengan jumlah angkatan kerja. Tabel 3.3 menunjukkan bahwa pada tingkat nasional, TPT tidak mengalami perubahan, masih berada pada kisaran di =P=OOAH=I=P=DQJ@=JIAJC=H=IELAJQNQJ=JOAGEP=NIAJF=@EL=@=P=DQJD=HEJE menunjukkan bahwa terjadi penurunan hampir 2% dari tahun 2003. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan angka kemiskinan terjadi secara perlahan-lahan, peningkatan upah buruh sebagai hasil dari pertumbuhan ekonomi memiliki 1=>HAODKSOPD=P=PPDAJ=PEKJ=HHARAHPDA,2/NAI=EJA@QJ?D=JCA@=POHECDPHU=>KRA@QNEJC=J@ NA@Q?A@>U=NKQJ@PKEJEJ@E?=PEJC=@A?NA=OA>UJA=NHUBNKI1DEOOQCCAOPOPD=PPDACN=@Q=HHU NA@Q?EJCLKRANPU=J@NEOEJCNA=HS=CAO=O=NAOQHPKBPDAA?KJKIE?CNKSPDD=@OKIALKOEPERAABBA?PKJPDAAILHKUIAJP OEPQ=PEKJ=PPDAJ=PEKJ=HHARAH@QNEJC%KSARANPDANAEOJK?KILAHHEJCARE@AJ?APD=PPDA=@RANOA?D=JCAOEJ >A>AN=L=@=IL=GLKOEPEBPAND=@=LOEPQ=OE1-1PEJCG=PJ=OEKJ=HOAH=I=P=DQJ+=IQJ@AIEGE=JPE@=G=@= bukti yang mendukung bahwa perubahan negatif pada status ketenagakerjaan selama masa resesi krisis telah hilang. Pengangguran terus terjadi sejak tahun 2005 tetapi tingkat penurunannya belum sebanding dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia. PDAAILHKUIAJPOP=PQOSEPJAOOA@EJPDAS=GAKBPDA?NEOEOEJ@Q?A@NA?AOOEKJD=RA@EO=LLA=NA@2JAILHKUIAJPD=O>AAJ ?KJP=EJA@OEJ?A>QPEPONA@Q?PEKJD=OJKP>AAJ?KIIAJOQN=PASEPDPDAA?KJKIE?CNKSPDEJPDA?KQJPNU -AN>A@==J PEJCG=P LAJC=JCCQN=J >AN>A@=>A@= =JP=N LNKREJOE -=@= P=DQJ PEJCG=P LAJC=JCCQN=J PANPEJCCE PAN@=L=P@E=JPAJĠ @EEGQPEKHAD'=S==N=P!(&'=G=NP=0QH=SAOE2P=N=@=J*=HQGQĠ OA@=JCG=J U=JCPANAJ@=D=@=H=D+11Ġ 'EG=@E>=J@EJCG=J@AJC=JP=DQJPAN@=L=P@=NELNKREJOEIAJC=H=IE LAJQNQJ=J1-1L=@=P=DQJ+=IQJD=JU==@=LNKREJOEPANOA>QPU=JCIAJC=H=IELAJQNQJ=JHA>ED@=NE U=EPQ /E=Q Ġ @=J (ALQH=Q=J /E=Q Ġ -=@= O==P U=JC >ANO=I==J PAN@=L=P LNKREJOE U=JC IAJC=H=IE peningkatan TPT (Kalimantan Tengah naik 0,26% dan Kalimantan Timur naik 3,03%). !EOL=NEPEAOEJQJAILHKUIAJPNAI=EJA@DECD>APSAAJNACEKJO&JPDADECDAOP,2/S=OBKQJ@EJ=JPAJĠ 3.3 AKSES TERHADAP INFRASTRUKTUR DASAR (LISTRIK DAN JALAN) 3.3 ACCESS TO BASIC INFRASTRUCTURE (ELECTRICITY T AND D ROADS S) Kurangnya akses terhadap infrastruktur menyebabkan ”kemiskinan lokal”, dimana masyarakat yang tinggal di daerah PANEOKHEN=P=QPANLAJ?EH@AJC=JGKJ@EOECAKCN=łOU=JCOQHEP@=JGAPANOA@E==JL=O=NU=JC>QNQGOADEJCC=GQN=JCIAIEHEGE kesempatan ekonomi dan pelayanan jasa yang memadai. Kelompok miskin ini tidak atau masih kurang mendapatkan akses terhadap program pembangunan pemerintah. )=?GKB=??AOOPKEJBN=OPNQ?PQNANAOQHPOEJļHK?=HEVA@LKRANPUSDANALAKLHAHEREJCEJEOKH=PA@NAIKPA=NA=OSEPDCAKCN=LDE?=H @EBł?QHPEAO=J@LKKNI=NGAPHEJG=CAOH=?G>KPDA?KJKIE?KLLKNPQJEPEAO=J@=@AMQ=PAHARAHOKBOANRE?A@AHERANU1DAOALKKN LAKLHAD=RAJKKNHEIEPA@=??AOOPKCKRANJIAJP@ARAHKLIAJPLNKCN=IIAO Investasi pada infrastruktur – khususnya infrastruktur transportasi (jalan, pelabuhan, bandara, dan lain-lain), listrik, infrastuktur pertanian (irigasi), dan fasilitas pendidikan dan kesehatan – dapat sepenuhnya mengubah suatu wilayah sehingga menciptakan landasan pertumbuhan ekonomi dan partisipasi yang lebih besar dari masyarakat yang tinggal &JRAOPIAJPO EJ EJBN=OPNQ?PQNA L=NPE?QH=NHU PN=JOLKNP=PEKJ EJBN=OPNQ?PQNA ĠNK=@O LKNPO =ENLKNPO AP? AHA?PNE?EPU =CNE?QHPQN=H EJBN=OPNQ?PQNAĠENNEC=PEKJ A@Q?=PEKJ=H=J@DA=HPDB=?EHEPEAO?=J?KILHAPAHUPN=JOBKNI=JU=NA=PDQO?NA=PEJCPDA>=OEOBKN A?KJKIE?CNKSPD=J@CNA=PANL=NPE?EL=PEKJKBLAKLHAHEREJCEJNAIKPA=NA=O BKHHKSA@ '=S= =N=P !(& '=G=NP= 0QH=SAOE 2P=N= =J@ *=HQGQ Ġ SDEHA PDA HKSAOP ,2/ S=O EJ +11 Ġ KIL=NA@SEPDKQPKBLNKREJ?AONA@Q?A@PDA,2/OEJ%KSARANKJHUPSKKBPDAINA?KN@A@=NA@Q?PEKJ >UIKNAPD=JSDE?DSANA/E=QĠ>U =J@(=LQH=Q=J/E=QĠ>U PPDAO=IAPEIAPDA,2/EJ?NA=OA@EJ AECDPLNKREJ?AOĠ>UEJ(=HEI=JP=J1AJC=DPKEJ(=HEI=JP=J1EIQN di daerah terpencil. 42 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia &JBN=OPNQ?PQNA@ARAHKLIAJPEJ&J@KJAOE=LH=UA@=GAUNKHAEJ?NA=PEJCCNKSPD=J@NA@Q?EJCLKRANPUEJPDAPDNAA@A?=@AO >ABKNAPDA?NEOEO#NKIPKPDA&J@KJAOE=JA?KJKIUCNAS=P=J=JJQ=HN=PAKB=J@LAN?=LEP=EJ?KIA NA=?DA@20EJ 0AH=I=P=DQJPAN=GDENOAGPKNGKIQJEG=OE@=JPN=JOLKNP=OEPQI>QDN=P=N=P=LANP=DQJ)EOPNEG@=JC=O@ELED=G H=EJ>ANPQI>QDGQN=JC@=NEOAH=I=LANEK@AU=JCO=I= ,RANPDAH=OPBKQNUA=NOPDAPN=JOLKNP=J@?KIIQJE?=PEKJOA?PKNCNAS=P=J=JJQ=HN=PAKB"HA?PNE?EPU=J@C=OKJ PDAKPDAND=J@CNAS=PHAOOPD=JLAN=JJQI@QNEJCPDAO=IALANEK@ Pada Indonesia &JBN=OPNQ?PQNA0QIIEPP (2005) menghasilkan pernyataan bersama untuk menginvestasikan lebih banyak sumber daya untuk pembangunan jalan, suplai air, energi, telekomunikasi dan infrastruktur dasar lainnya adalah sangat penting untuk menopang pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan standar hidup masyarakat. 1DA &J@KJAOE= &JBN=OPNQ?PQNA 0QIIEP Ġ LNK@Q?A@ = FKEJP OP=PAIAJP PK EJRAOP =@@EPEKJ=H NAOKQN?AO EJ NK=@O S=PAN OQLLHEAOAJANCUPAHA?KIIQJE?=PEKJO=J@KPDAN>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAOANRE?AOPD=P=NAREP=HPKOQOP=EJA?KJKIE?CNKSPD=J@ EILNKRALAKLHAOHEREJCOP=J@=N@O Pada sektor pertanian, faktor yang menyebabkan tingkat pendapatan yang rendah adalah rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat petani/produsen (B=NIC=PALNE?A) di daerah pedesaan dibandingkan dengan harga di perkotaan untuk komoditas dengan kualitas yang sama (komoditas belum dirubah atau diproses). Rendahnya harga komoditas pertanian di tingkat petani merupakan akibat dari tingginya biaya transportasi untuk pemasaran hasil pertanian dari desa surplus. Biaya transportasi akan lebih tinggi pada moda transportasi selain moda kendaraan bermotor – melewati jalan setapak dan jalan kecil dengan tenaga manusia atau hewan, misalnya pada daerah yang tidak memiliki akses jalan &JPDA=CNE?QHPQNAOA?PKNKJANA=OKJBKNHKSEJ?KIAOEOPDAHKSB=NIC=PALNE?AOEJNQN=H=NA=O?KIL=NA@PKPDAQN>=JLNE?A BKNPDAO=IACKK@OKBPDAO=IAMQ=HEPUĠJKPUAPPN=JOBKNIA@KNLNK?AOOA@ #=NIC=PALNE?AO=NAHKS=O=NAOQHPKBDECDNA=H PN=JOLKNP?KOPOBKNNQN=HI=NGAP=>HAOQNLHQOAO1N=JOLKNP?KOPO=NAARAJDECDANBKN=JUPN=JOLKNPIAPDK@OKPDANPD=JIKPKN RADE?HAKRANPN=?GO=J@PN=EHO>UDQI=JLKNPANOKN=JEI=HOBKNAT=ILHAEJ=NA=OSEPDKQPNK=@O&J=N=LE@=OOAOOIAJPKB ?=QOAOKBLKRANPUEJłRAKB&J@KJAOE=O@EOPNE?POREHH=CANOEJEOKH=PA@=NA=OE@AJPEłA@DECDPN=JOLKNP?KOPO=O=I=FKN?=QOA of poverty. yang memadai. Dalam sebuah kajian cepat terhadap penyebab kemiskinan di 5 kabupaten di Indonesia, masyarakat desa di daerah terpencil mengeluhkan tingginya biaya transportasi sebagai penyebab utama kemiskinan. Harga komoditas pertanian di tingkat petani yang lebih menguntungkan akan menyebabkan tingkat pendapatan yang baik pula bagi masyarakat petani. Namun pendapatan yang lebih tinggi bagi penduduk pedesaan terpencil itu sendiri belumlah cukup. Hal ini masih perlu didukung dengan akses terhadap pelayanan jasa, dan investasi infrastruktur agar dapat lebih menjamin pendapatan yang lebih baik bagi masyarakat pertanian. Dengan pengembangan akses jalan, maka guru–guru dapat lebih bersemangat untuk mengajar di sekolah–sekolah di pedesaan miskin, yang pada gilirannya juga dapat meningkatkan sumber daya manusia di wilayah miskin tersebut. Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dapat menjangkau petani pedesaan dalam menyediakan bantuan teknis dan informasi lainnya. Masyarakat pedesaan dapat menjangkau pusat kesehatan lebih baik, sehingga angka kematian anak dapat dikurangi. Manfaat pembangunan akses jalan di pedesaan yang berpenduduk miskin akan sangat dirasakan dalam peningkatan aspek sosial maupun ekonomi penduduk desa tersebut. Keterbelakangan infrastruktur menghalangi laju perkembangan dari suatu wilayah. Infrastruktur yang lebih baik akan menarik investasi yang lebih besar pada berbagai sektor, hal itu akan memberikan daya dorong terhadap penghidupan berkelanjutan. Akses jalan memberikan akses yang lebih baik ke pasar bagi para produsen, penjual dan pembeli. Akses juga merupakan penghubung yang penting terhadap pusat pertumbuhan suatu daerah. Jalan memungkinkan orang untuk mengakses lebih baik terhadap pelayanan dasar lainnya seperti pendidikan, kesehatan, dan sebagainya yang sangat penting untuk memperbaiki standar kehidupan. Daerah yang terhubungkan dengan baik oleh jalan akan menerima dukungan infrastruktur lain yang memperkuat penghidupan masyarakat. Sektor non–pertanian pedesaan di negara berkembang, seperti Indonesia, dapat berkontribusi terhadap pertumbuhan AGKJKIE LAJ?ELP==J H=L=JC=J GANF= @ERANOEłG=OE LAJCDE@QL=J @=J LAJCQN=JC=J GAIEOGEJ=J GOAO PAND=@=L EJBN=OPNQGPQN@EE@AJPEłG=OEG=JOA>=C=EOA>Q=DB=GPKNU=JCIAILAJC=NQDELAGANF==J@=JLAJ@=L=P=JJKJLANP=JE=J Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia %ECDANB=NIC=PALNE?AOIA=JDECDANEJ?KIAOBKNLAKLHAEJ=CNE?QHPQNAQPDECDANEJ?KIAOBKNEOKH=PA@NQN=HLKLQH=PEKJO =NAJKPAJKQCD&PODKQH@>AOQLLKNPA@>U=??AOOPKOANRE?AO=J@EJBN=OPNQ?PQNAEJRAOPIAJPOPKCQ=N=JPAA>APPANEJ?KIABKN PDAB=NIEJC?KIIQJEPEAO 4EPDEILNKRA@NK=@=??AOOPA=?DANOIECDP>AIKNASEHHEJCPKOP=BBLKKNNQN=HO?DKKHOEJ?NA=OEJCDQI=J?=LEP=HEJPDAOA LKKNNACEKJOCNE?QHPQN=HATPAJOEKJSKNGANOSKQH@>A=>HAPKNA=?DB=NIANOLNKRE@EJCPA?DJE?=HGJKSDKS=J@=@RE?APK EJ?NA=OALNK@Q?PEREPU/QN=HREHH=CANO?KQH@NA=?DDA=HPDOP=PEKJO=J@?DEH@IKNP=HEPUIECDP>ANA@Q?A@1DAIQHPELHEANABBA?PO KBEILNKRA@NK=@=??AOOEJREHH=CAOSEHH>ANAŃA?PA@EJPDAREHH=CANOEILNKRA@A?KJKIE?=J@OK?E=H?=LEP=HO 2J@AN@ARAHKLIAJPKBEJBN=OPNQ?PQNADEJ@ANOPDACNKSPDN=PAKB=NACEKJAPPANEJBN=OPNQ?PQNASEHH=PPN=?PCNA=PANEJRAOPIAJPO EJ=HHOA?PKNOPDQOCEREJCLKSANBKNOQOP=EJ=>HAHERAHEDKK@O/K=@=??AOOLNKRE@AOCNA=PANI=NGAP=??AOOPKLNK@Q?ANOOAHHANO =J@>QUANO/K=@=??AOOSEHHCERAIKNAKLLKNPQJEPEAOPKLAKLHAPK=??AOO>=OE?OANRE?AOOQ?D=OA@Q?=PEKJDA=HPD=J@OKKJ SDE?DSEHH?KJPNE>QPAPKS=N@O>APPANHEREJCOP=J@=N@O4AHH?KJJA?PA@NACEKJOSEPDNK=@OSEHH=HOKNA?AERAKPDANEJBN=OPNQ?PQNA OQLLKNPSDE?DSEHHOPNAJCPDAJPDA?KIIQJEPEAOHERAHEDKK@O 1DANQN=HJKJB=NIOA?PKNEJ@ARAHKLEJC?KQJPNEAOHEGA&J@KJAOE=?=J?KJPNE>QPAPKA?KJKIE?CNKSPDAILHKUIAJPCAJAN=PEKJ HERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJ=J@LKRANPUNA@Q?PEKJ??AOOPKEJBN=OPNQ?PQNAEOE@AJPEłA@=O=B=?PKNPD=P=BBA?POJKJB=NINQN=H AILHKUIAJP=J@EJ?KIA!=P=BNKIDKQOADKH@OEJNQN=H&J@KJAOE=QOA@>U$E>OKJ=J@,HERE=Ġ ODKSA@PD=P 43 BAB/Chapter 3 Pembangunan infrastruktur di Indonesia memainkan peran kunci dalam menciptakan pertumbuhan dan pengurangan GAIEOGEJ=J@=H=IPEC=@AG=@APAN=GDENOA>AHQIGNEOEOP=DQJ!=NEP=DQJO=IL=EP=DQJLANAGKJKIE=J &J@KJAOE=PQI>QDN=P=N=P=LANP=DQJ@=JLAJ@=L=P=JLANG=LEP=IAJ?=L=E20@EP=DQJ pedesaan. Data dari 4.000 rumah tangga di daerah pedesaan Indonesia yang digunakan oleh Gibson dan Olivia (2008) menunjukkan bahwa kualitas 2 jenis infrastruktur kunci (jalan dan listrik) mempengaruhi baik pada pekerjaan maupun tingkat pendapatan dari usaha non-pertanian. PDAMQ=HEPUKBPSKGAUPULAOKBEJBN=OPNQ?PQNAĠNK=@O=J@AHA?PNE?EPU =BBA?PO>KPDAILHKUIAJP=J@EJ?KIABNKIJKJB=NI enterprises. Gambar 3.2: Moda Transportasi di Indonesia $=I>=Nġ*K@AOKB1N=JOLKNP=PEKJEJ&J@KJAOE= Sumber/Source: PODES 2008, BPS Sumber/Source: PODES 2008, BPS 0A?=N=J=OEKJ=HHA>ED@=NEOAHQNQD@AO=@E&J@KJAOE=PE@=G@=L=P@EF=JCG=QKHADGAJ@=N==JNK@=L=@=IQOEI PANPAJPQ@EP=DQJĠ@=P=@=NE0QNRAE-0-,!"0 -AP=IAILANHED=PG=J>=DS=GKJAGPEłP=OF=H=JQJPQG kendaraan roda 4 masih sangat terbatas di beberapa provinsi, khususnya di sebagian besar Jambi, sebagian Riau, Sumatera Selatan, sebagian besar Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur, keseluruhan Papua dan sebagian besar Papua Barat, sebagian dari NTT dan Maluku. 44 ,RAN=HHIKNAPD=JPSAHRALAN?AJPĠ KBPDAREHH=CAOEJ&J@KJAOE=SANAJKP=??AOOE>HA>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO=P?ANP=EJ PEIAOKBPDAUA=NEJ1DEOEO>=OA@QLKJPDA-03EHH=CAO-KPAJPE=H0QNRAUĠ-,!"0 *=L@ALE?POPDA LAN?AJP=CAKBREHH=CAOSEPDKQP=??AOOPKBKQNSDAAHA@RADE?HANK=@O&PODKSOPD=PPDA=??AOOE>EHEPU>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO S=OL=NPE?QH=NHUEJ=@AMQ=PAEJL=NPOKB'=I>E/E=Q0QI=PAN=0AH=P=J(=HEI=JP=J=N=P(=HEI=JP=J1AJC=D(=HEI=JP=J 0AH=P=J=J@(=HEI=JP=J1EIQNPDASDKHAKB-=LQ==J@IKOPKB-=LQ==N=PL=NPOKB+11=J@*=HQGQ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHO3HUVHQWDVHUXPDKWDQJJDWDQSDDNVHVNHOLVWULNSHUSURYLQVLWDKXQ 7DEOH3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGVZLWKRXWDFFHVVWRHOHFWULW\E\SURYLQFH Provinsi/ Province 7DQSD$NVHVNH/LVWULN :LWKRXW$FFHVVWR(OHFWULFLW\ 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 9.04 3 Sumatera Barat 13.08 4 Riau 15.16 5 Kepulauan Riau 6 Jambi 17.35 7 Sumatera Selatan 19.48 8 Bengkulu 22.65 9 Bangka Belitung 10 Lampung 11 Banten 12 D.K.I. Jakarta 0.32 13 Jawa Barat 2.23 14 Jawa Tengah 2.24 15 D.I. Yogyakarta 1.47 16 Jawa Timur 2.89 17 Bali 2.04 18 Nusa Tenggara Barat 15.29 19 Nusa Tenggara Timur 61.32 20 Kalimantan Barat 23.03 21 Kalimantan Tengah 26.00 22 Kalimantan Selatan 8.67 23 Kalimantan Timur 8.83 24 Sulawesi Utara 25 Gorontalo 23.29 26 Sulawesi Tengah 25.87 27 Sulawesi Selatan 12.32 28 Sulawesi Tenggara 28.70 29 Sulawesi Barat 31.06 30 Maluku 25.02 31 Maluku Utara 27.26 32 Papua 53.63 33 Papua Barat 32.74 Total Indonesia 14.58 7.23 7.77 BAB/Chapter 3 No 18.88 6.82 5.16 Sumber/Source: Indikator Kesejahteraan Rakyat SUSENAS 2007, BPS/:HOIDUHLQGLFDWRUVRI686(1$6%36 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 45 Gambar 3.2 menunjukkan bahwa jalan merupakan moda transportasi utama di Indonesia. Akan tetapi, ada beberapa provinsi dimana moda transportasi air masih menjadi bagian penting dari moda transportasinya. Kurang memadainya kualitas jalan atau bahkan tidak tersedianya akses jalan menunjukkan bahwa pembangunan jalan oleh pemerintah #ECQNAODKSOPD=PNK=@PN=RAHEOPDAI=EJIK@AKBPN=JOLKNPEJ&J@KJAOE=%KSARANPDANA=NAOARAN=HLNKREJ?AOSDANA S=PANS=UO =HOK BKNI = OECJEł?=JP L=NP KB PDA PN=JOLKNP=PEKJ IK@A -KKN MQ=HEPU NK=@O KN ARAJ JK NK=@O =P =HH =HOK IA=JPD=PCKRANJIAJPOANRE?AOOAH@KIAJPANPDANACEKJ&JOARAN=H@EOPNE?POLAKLHA=HOKQOA@IKPKN>K=PO=O=IK@AKB belum menjangkau daerah tersebut. Di sebagian kabupaten, masyarakat juga menggunakan perahu motor sebagai moda transportasinya. Akan tetapi, karena data yang akurat untuk moda transportasi air tidak tersedia, kami tidak dapat menggunakan transportasi air sebagai salah satu indikator akses infrastuktur. PN=JOLKNP=PEKJ%KSARAN@QAPKH=?GKB=R=EH=>HA=J@NAHE=>HA@=P=KJS=PANPN=JOLKNP=PEKJPDEOEJ@E?=PKNS=OJKPQOA@=O an indicator for infrastructure access. Demikian juga, akses listrik merupakan suatu indikator pendekatan yang baik untuk melihat tingkat kesejahteraan ekonomi dan peluang penghidupan suatu daerah. Akses listrik di tingkat rumah tangga memberikan peluang bagi GKJ@EOEGADE@QL=JU=JCHA>ED>=EG0AOQ=E@AJC=J020"+0Ġ0QNRAE0KOE=H"GKJKIE+=OEKJ=H NQI=D 0EIEH=NHU=??AOOPKAHA?PNE?EPUEO=CKK@EJ@E?=PKNKBA?KJKIE?SAHB=NA=J@HERAHEDKK@KLLKNPQJEPEAOBKN=NACEKJ"HA?PNE?EPU access at the household level provides opportunities for better living conditions. According to the SUSENAS (National 0K?EK"?KJKIE?0QNRAU KBDKQOADKH@OEJ&J@KJAOE=D=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPU=O?KIL=NA@PKEJPDA tangga di Indonesia memiliki akses listrik, ini jauh lebih tinggi dibandingkan dengan data SUSENAS 2002 yang hanya 88%. Variasi rumah tangga yang tidak memiliki akses listrik pada tingkat provinsi yaitu terendah di DKI Jakarta sebesar @=JPANPEJCCE@E+11OA>AO=N1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS==GOAOPAND=@=LHEOPNEGU=JCO=JC=PPAN>=P=O (lebih dari 30%) terdapat di 4 provinsi, yaitu Provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua, Papua Barat dan Sulawesi Barat. 020"+01DAR=NE=PEKJKBDKQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU=PPDALNKREJ?E=HHARAHOPEHHNAI=EJA@DECDN=JCEJC BNKIEJ!(&'=G=NP=PKEJ+111=>HAODKSOPD=PDKQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPUEOL=NPE?QH=NHU DECDĠIKNAPD=J EJPDABKQNĠ LNKREJ?AOKB+QO=1AJCC=N=1EIQN-=LQ=-=LQ==N=P=J@0QH=SAOE=N=P Pada tingkat kabupaten, 99,43% rumah tangga di kabupaten Yahukimo (Papua) tidak memiliki akses terhadap listrik, PPDA@EOPNE?PHARAHKBDKQOADKH@OEJ6=DQGEIKĠ-=LQ= D=RAJK=??AOOPKAHA?PNE?EPUSDEHA=HIKOP=HHDKQOADKH@OEJ sementara hampir semua rumah tangga di di Demak, Jawa Tengah memiliki akses listrik (Lampiran 2 dan Peta 3.3). Hal ini menunjukkan rendahnya pembangunan infrastruktur di banyak kabupaten. Peta 3.3 menunjukkan persentase rumah tangga tanpa akses terhadap listrik. !AI=G'=S=1AJC=D@E@D=RA=??AOOPKAHA?PNE?EPUĠJJAT=J@*=L 1DEOEJ@E?=PAOPDAEJBN=OPNQ?PQNAQJ@AN@ARAHKLIAJP KBI=JU@EOPNE?PO*=L@ALE?POPDALAN?AJP=CAKBDKQOADKH@OSEPDKQPAHA?PNE?EPU Strategi untuk Meningkatkan Akses ke Infrastruktur Dasar Strategies for Improving Access to Basic Infrastructure Perbaikan akses infrastruktur memerlukan biaya investasi yang sangat besar. Pada umumnya, kabupaten dan provinsi PE@=GIAIEHEGE=JCC=N=JU=JCIAI=@=EQJPQGLAJCAI>=JC=JEJBN=OPNQGPQNPANOA>QP1ANHA>EDH=CEPKLKCN=łU=JCOQHEP membuat proyek-proyek pengembangan infrastruktur menjadi sangat mahal. Pemerintah daerah perlu menggali &ILNKRAIAJPKBEJBN=OPNQ?PQNA=??AOONAMQENAORANUDECDHARAHOKBEJRAOPIAJP&JCAJAN=H@EOPNE?PO=J@LNKREJ?AO@KJKPD=RA =@AMQ=PANARAJQAOBKNEJBN=OPNQ?PQNAEILNKRAIAJP*KNAKRANPKLKCN=LDE??KJOPN=EJPOI=GAEJBN=OPNQ?PQNA@ARAHKLIAJP atau menciptakan peluang-peluang untuk membuka sumber pendapatan baru untuk dapat membiayai pembangunan infrastruktur dasar tersebut atau mendapat suntikan dana atau anggaran dari Pemerintah pusat. Daya dorong ekonomi yang diperoleh sebagai hasil dari peningkatan infrastruktur akan memberikan peluang-peluang yang lebih besar kepada pemerintah untuk memperoleh lebih banyak pendapatan. Akses ke infrastruktur dasar merupakan kunci bagi kesejahteraan ekonomi dan upaya pengentasan kemiskinan. LNKFA?PORANUATLAJOERA)K?=HCKRANJIAJPOJAA@PKATLHKNAJASS=UOBKNNARAJQACAJAN=PEKJ?NA=PAKLLKNPQJEPEAOPKKLAJ JASEJ?KIAOKQN?AOKNPKCAPEJFA?PEKJKBBQJ@OKN>Q@CAPBNKIPDA?AJPN=HCKRANJIAJPPKłJ=J?APDA>=OE?EJBN=OPNQ?PQNA 1DALQODEJCLKSANKBPDAA?KJKIU=O=NAOQHPKBEILNKRA@EJBN=OPNQ?PQNALNKRE@AOCNA=PANKLLKNPQJEPEAOBKNPDACKRANJIAJP PKC=EJIKNAEJ?KIA??AOOPK>=OE?EJBN=OPNQ?PQNAOEOPDAGAUPKA?KJKIE?CNKSPD=J@LKRANPUNA@Q?PEKJ Strategi untuk Pengurangan Kemiskinan, Peningkatan Akses Terhadap Pangan dan Penghidupan Strategies for Reducing Poverty, Improving Food and Livelihood Access Sebagai langkah awal untuk meningkatkan sinergisitas dan langkah-langkah konkrit penanggulangan kemiskinan, Pemerintah sejak tahun 2005, telah menetapkan arah kebijakan penanggulangan kemiskinan dan atau Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan (SNPK) sebagai strategi jangka panjang 2005-2025, yang implementasinya dilakukan melalui program-program penanggulangan kemiskinan sebagaimana tertuang dalam Rencana Kerja Pemerintah. Selain itu, untuk mencapai target penurunan angka kemiskinan dan pengangguran, Pemerintah sejak O=łNOPOPALPKEJ?NA=OAPDAOUJANCE?=J@?KJ?NAPA=?PEKJOPKNA@Q?ALKRANPUPDA$KRANJIAJPD=OLNAL=NA@=+=PEKJ=H -KRANPU/A@Q?PEKJ0PN=PACUĠ+-/0 BKNPDALANEK@1DAEILHAIAJP=PEKJKBPDA+-/0EO?=NNEA@KQPPDNKQCD LKRANPU=HHARE=PEKJLNKCN=IIAO=OOP=PA@EJPDA$KRANJIAJP4KNG-H=J&J=@@EPEKJEJKN@ANPK=?DEARAP=NCAPOPKS=N@O NA@Q?EJCLKRANPU=J@PDAQJAILHKUIAJPN=PAOEJ?APDA$KRANJIAJPD=O?KJOKHE@=PA@=J@EJPACN=PA@EPOLKRANPU NA@Q?PEKJLNKCN=IIAOEJPKPDNAACNKQLOġ E@=J@0K?E=H-NKPA?PEKJ-NKCN=IIAOĠLNKPA?PEKJ=J@BQHłHHIAJPKB?KIIQJEPU P=DQJIAH=GQG=JGKJOKHE@=OE@=JEJPACN=OELNKCN=ILNKCN=ILAJ=JCCQH=JC=JGAIEOGEJ=J@=H=IPEC=GAHKILKG >=OE?NECDPO>=OA@OANRE?AO KIIQJEPU"ILKSANIAJP-NKCN=IIAOĢ=J@ 0I=HH=J@*E?NKQOEJAOO"ILKSANIAJP 46 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia LNKCN=ILAJ=JCCQH=JC=JGAIEOGEJ=JU=GJEġ (AHKILKG-NKCN=I=JPQ=J@=J-ANHEJ@QJC=J0KOE=HĠLANHEJ@QJC=J dan pemenuhan hak-hak layanan dasar masyarakat), 2) Kelompok Program Pemberdayaan Masyarakat; dan 3) Kelompok Program Pemberdayaan Usaha Mikro dan Kecil. Demikian pula halnya di tingkat daerah, dengan mengacu -NKCN=IIAO0EIEH=NHU=PPDANACEKJ=HHARAH>=OA@KJPDA+=PEKJ=H-KRANPU/A@Q?PEKJ0PN=PACUPDANACEKJ=HCKRANJIAJPO D=RA@ARAHKLA@PDANACEKJ=HLKRANPUNA@Q?PEKJOPN=PACU=OPDA@ENA?PEKJBKNLKHE?EAOKJHKJCPANILKRANPUNA@Q?PEKJ pada Strategi Nasional Penanggulangan Kemiskinan, Pemerintah Daerah telah menetapkan strategi penanggulangan kemiskinan daerah sebagai arah dan kebijakan penanggulangan kemiskinan jangka panjang. Kebijakan dan program Pemerintah dalam pengurangan kemiskinan perlu diarahkan pada aspek pengendalian dalam mengeksploitasi sumber daya alam dengan memperhatikan kepedulian atas pengamanan dan kelestarian lingkungan alam Indonesia. Serta perlunya dukungan fasilitasi penguatan akses masyarakat miskin terhadap kredit mikro khususnya untuk kaum perempuan miskin dan usaha skala kecil dan menengah, dengan mekanisme yang sesuai 1DA$KRANJIAJPOLKHE?EAO=J@LNKCN=IIAOEJLKRANPUNA@Q?PEKJODKQH@>A@ENA?PA@PKPDA?KJPNKHKBJ=PQN=HNAOKQN?AO ATLHKEP=PEKJSEPD=PPAJPEKJKJOA?QNEPU=J@PDALNAOANR=PEKJKBJ=PQN=HAJRENKJIAJPKB&J@KJAOE=1DANAEO=CNA=PJAA@PK OQLLKNPPDAB=?EHEP=PEKJBKNEJ?NA=OEJCLKKN?KIIQJEPEAO=??AOOPKIE?NK?NA@EPAOLA?E=HHUBKNLKKNBAI=HAO=J@BKNOI=HH =J@IA@EQIOEVA@AJPANLNEOAOSEPDIA?D=JEOIO>=OA@KJNACEKJOLA?Eł??D=N=?PANEOPE?O Indonesia perlu mempertahankan fokusnya pada pengembangan ekonomi pro-masyarakat miskin untuk menurunkan PEJCG=PGAIEOGEJ=J-AJCAJ@=HE=JEJŃ=OEO=JC=PLAJPEJCQJPQGIAILANP=D=JG=J@=U=>AHEI=OU=N=G=PIEOGEJGDQOQOJU= harga komoditas pokok seperti beras, jagung dan umbi-umbian. Peningkatan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan dan gizi, termasuk keluarga berencana, dan terhadap infrastruktur dasar seperti sanitasi, air &J@KJAOE=JAA@OPKI=EJP=EJEPOBK?QOKJLNKLKKNA?KJKIE?CNKSPDPK>NEJC@KSJPDALKRANPUN=PAO KJPNKHHEJCEJŃ=PEKJEO AOOAJPE=HPKI=EJP=EJEJCPDALQN?D=OEJCLKSANKBPDALKKNAOLA?E=HHUPDALNE?AKB>=OE??KIIK@EPEAOOQ?D=ONE?AI=EVA=J@ PQ>ANO&ILNKREJC=??AOOPK>=OE?OANRE?AOHEGAA@Q?=PEKJDA=HPD?=NA=J@JQPNEPEKJEJ?HQ@EJCB=IEHULH=JJEJC=J@PK>=OE? EJBN=OPNQ?PQNAOQ?D=OO=JEP=PEKJ?HA=JS=PANNK=@OI=NGAPOAHA?PNE?EPUAP?SEHHD=RAPK>A=??KN@A@PDADECDAOPLNEKNEPU bersih, jalan, pasar, listrik dan lain-lain harus disepakati sebagai prioritas utama. Sektor pertanian perlu direvitalisasi melalui investasi di bidang infrastruktur seperti pembangunan jalan dan pasar pedesaan, meningkatkan partisipasi sektor swasta dalam pengolahan – hasil pertanian, penelitian dan penyuluhan pertanian. 1DA=CNE?QHPQN=HOA?PKNJAA@OPK>ANARERA@PDNKQCDEJ?NA=OA@EJRAOPIAJPEJEJBN=OPNQ?PQNAOHEGANQN=HNK=@O=J@I=NGAPO=J@ PDAEJ?NA=OA@L=NPE?EL=PEKJKBPDALNER=PAOA?PKNEJ=CNKLNK?AOOEJCNAOA=N?D=J@ATPAJOEKJOANRE?AO Seluruh strategi penanggulangan kemiskinan harus secara terintegrasi dan melibatkan masyarakat miskin dalam upaya pengentasan kemiskinan sehingga kemampuan atau keberdayaan mereka dapat meningkat. Terbukti bahwa dengan melibatkan dan membangun keberdayaan masyarakat dapat menjadi sangat efektif dalam upaya pengentasan HHLKRANPUNA@Q?PEKJOPN=PACEAOSEHHD=RAPK>AEJPACN=PA@=J@LKKN?KIIQJEPEAOIQOP>AAJC=CA@EJLKRANPUNA@Q?PEKJ ABBKNPOOKPD=PPDAEN?=L=?EPEAO=NAAJD=J?A@"RE@AJ?AODKSOPD=PEJRKHREJC=J@>QEH@EJCPDA?=L=?EPUKB?KIIQJEPEAOEO kemiskinan. Sistem keamanan sosial yang kuat dan terstruktur, baik dalam bentuk bantuan sosial langsung tunai bagi mereka yang sangat rentan atau sistem keamanan sosial berdasarkan program pemberdayaan masyarakat miskin terpadu dan terarah perlu dikembangkan serta diperkuat. ATPNAIAHUABBA?PERAEJLKRANPU=HHARE=PEKJABBKNPONK>QOP=J@OPNQ?PQNA@OK?E=HOA?QNEPUOUOPAIAEPDANEJPDABKNIKB@ENA?P ?=ODOK?E=H=OOEOP=J?ABKNPDKOASDK=NARQHJAN=>HAKN=OK?E=HOA?QNEPUOUOPAI>=OA@KJEJPACN=PA@=J@ABBA?PERALKKN ?KIIQJEPUAILKSANIAJPLNKCN=IIAJAA@OPK>AAOP=>HEODA@KNOPNAJCPDAJA@ Adaptasi terhadap perubahan anomali iklim ( HEI=PA D=JCA@=LP=PEKJ) akan menjadi salah satu faktor kunci yang menjamin kesinambungan perbaikan akses pangan dan penghidupan rumah tangga yang tergolong miskin dan rentan. HEI=PE? D=JCA @=LP=PEKJ SEHH >A KJA KB PDA GAU B=?PKNO PD=P SEHH CQ=N=JPAA OQOP=EJ=>HA EILNKRAIAJPO EJ BKK@ =J@ HERAHEDKK@=??AOOKBPDARQHJAN=>HADKQOADKH@O0I=HHDKH@ANB=NIANOODKQH@>ALNKPA?PA@BNKID=NRAOPHKOOAO=O=NAOQHPKB Petani kecil harus dilindungi dari gagal panen yang disebabkan oleh anomali iklim melalui inisiatif perlindungan sosial yang inovatif. ?HEI=PE?ODK?GOPDNKQCDEJJKR=PERAOK?E=HLNKPA?PEKJEJEPE=PERAO !ERANOEłG=OEI=P=LAJ?=D=NE=J=G=JIAJEJCG=PG=JGAP=D=J=JGAHQ=NC=NAJP=JPAND=@=LOAC=H=CKJ?=JC=J0Q=PQNQI=D tangga akan dapat menanggulangi dengan lebih baik jika mereka memiliki lebih dari satu jenis sumber pendapatan. Umumnya, telah diamati bahwa rumah tangga rentan menggunakan strategi penanganan masalah yang kurang tepat selama masa sulit, dan sulit untuk diubah. Hal ini terutama disebabkan oleh kurangnya sumber pendapatan ke-2 di )ERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJSEHHAJD=J?APDANAOEHEAJ?AKBRQHJAN=>HADKQOADKH@O=C=EJOP=JUODK?GO1DAOADKQOADKH@OSEHH>A =>HAPK?KLA>APPANEBPDAUD=RAIKNAPD=JKJAOKQN?AKBEJ?KIA*KOPHUEPD=O>AAJK>OANRA@PD=PRQHJAN=>HADKQOADKH@O =@KLP JAC=PERA ?KLEJC OPN=PACEAO @QNEJC =@RANOA PEIAO I=JU KB SDE?D =NA ENNARANOE>HA 1DEO EO I=EJHU @QA PK H=?G KB OA?KJ@=NUOKQN?AOKBEJ?KIA>AUKJ@PDAENLNEJ?EL=HHERAHEDKK@OJUSAHHPDKQCDPKQPHERAHEDKK@@ERANOEł?=PEKJLNKCN=IIA HQ=NI=P=LAJ?=D=NE=JQP=I=0AIQ=LNKCN=I@ERANOEłG=OEI=P=LAJ?=D=NE=JU=JC@ENAJ?=J=G=JOA?=N=I=P=JC@=L=P menjawab tantangan ini, dengan demikian meningkatkan kemampuan rumah tangga untuk meningkatkan standar hidup mereka tanpa menggunakan strategi penanganan yang keliru. ?=J=@@NAOOPDEO?D=HHAJCAPDANA>UAJD=J?EJCDKQOADKH@O=>EHEPUPKEILNKRAPDAENHEREJCOP=J@=N@OSEPDKQP=@KLPEJC=JU D=NIBQHOPN=PACEAO Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 47 BAB/Chapter 3 dengan kewilayahan. DAFTAR PUSTAKA REFERENCES i. ii. iii. iv. i. ii. --"+02+!-)=LKN=J-AJ?=L=E=J*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO&J@KJAOE= Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme (WFP). Peta Kerawanan Pangan Indonesia (FIA), 2005. Badan Pusat Statistik. Statistik Indonesia tahun 2008. Badan Pusat Statistik. Potensi Desa 2008. v. (AIAJPANE=J-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H&J@KJAOE=0PN=PACE-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H 2005-2025. vi. (=JPKN*AJPANE+AC=N=-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H--"+0/AJ?=J=GOE+=OEKJ=H-=JC=J @=J$EVEĠ/+-$ vii. Food and Agriculture Organization (FAO) and United Nations Development Programme (UNDP), 2009. Combating Hunger - A Seven Point Agenda. viii. World Food Programme (WFP). Emergency Food Security Assessment Handbook, 2nd edition, 2009. 48 --"+02+!--NKCNAOONALKNPKJ*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HO +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB &J@KJAOE= iii. +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U0P=PEOPE?=H6A=N>KKGKB&J@KJAOE= iv. +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U3EHH=CA-KPAJPE=H0QNRAU v. *EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE=+=PEKJ=H!ARAHKLIAJP0PN=PACUBKN vi. *EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE=+=PEKJ=H-H=JKB?PEKJKJ#KK@=J@+QPNEPEKJ BKN vii. #KK@=J@CNE?QHPQNA,NC=JEV=PEKJĠ#, =J@2JEPA@+=PEKJO!ARAHKLIAJP-NKCN=IIAĠ2+!- KI>=PEJC %QJCAN0ARAJ-KEJPCAJ@= viii. 4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKGJ@A@EPEKJ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia BAB/Chapter 3 Peta 3.1 / Map 3.1 Penduduk Hidup di Bawah Garis Kemiskinan Population Living Below Poverty Line Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 49 BAB/Chapter 3 Peta 3.2 / Map 3.2 Desa yang Tidak Bisa Dilalui Kendaraan Roda Empat Villages not Accessible by Four Wheel Vehicle Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 51 BAB/Chapter 3 Peta 3.3 / Map 3.3 Rumah Tangga tanpa Akses terhadap Listrik Households without Access to Electricity Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 53 CHAPTER 4 FOOD UTILIZATION BAB 4 PEMANFAATAN PANGAN yang bisa di akses oleh rumah tangga, dan b) kemampuan individu untuk menyerap zat gizi - pemanfaatan makanan OA?=N=AłOEAJKHADPQ>QD 1DAPDEN@LEHH=NKN@EIAJOEKJKBBKK@OA?QNEPUEOBKK@QPEHEV=PEKJ#KK@QPEHEV=PEKJNABANOPKġ= DKQOADKH@OQOAKBPDABKK@PK SDE?DPDAUD=RA=??AOO=J@> EJ@ERE@Q=HO=>EHEPUPK=>OKN>JQPNEAJPOPDA?KJRANOEKJABł?EAJ?UKBBKK@>UPDA>K@U Pemanfaatan pangan oleh rumah tangga tergantung pada: (i) fasilitas penyimpanan dan pengolahan makanan dimiliki oleh rumah tangga; (ii) pengetahuan dan praktek yang berhubungan dengan penyiapan makanan, pemberian makan #KK@QPEHEV=PEKJ>UDKQOADKH@O@ALAJ@OKJġĠE PDAB=?EHEPEAOPDAUD=RABKNBKK@OPKN=CA=J@LNK?AOOEJCĢĠEE PDAENGJKSHA@CA and practices in relation to food preparation, the feeding of young children and other dependent individuals including untuk balita dan anggota keluarga lainnya yang sedang sakit atau sudah tua dipengaruhi oleh pengetahuan yang rendah dari ibu dan pengasuh, adat/kepercayaan dan tabu; (iii) distribusi makanan dalam keluarga; dan (iv) kondisi kesehatan masing-masing individu yang mungkin menurun karena penyakit, higiene, air dan sanitasi yang buruk dan kurangnya akses ke fasilitas kesehatan dan pelayanan kesehatan. OE?G=J@AH@ANHULAKLHASDE?DI=U>AEIL=ENA@>UHKSA@Q?=PEKJKBIKPDANO=J@?=NACERANO?QHPQN=H>AHEABO=J@P=>KKOĢ ĠEEE DKSBKK@EOOD=NA@SEPDEJPDADKQOADKH@Ģ=J@ĠER PDAOP=PAKBDA=HPDKBA=?DEJ@ERE@Q=HSDE?DI=U>AEIL=ENA@>U disease, poor hygiene, water, sanitation, lack of access to health facilities and health care. Bab ini menggambarkan data tentang pola konsumsi pangan penduduk. Karena terbatasnya data pada tingkat kabupaten, maka penjelasan dibatasi hanya pada tingkat provinsi. Analisa dan peta untuk indikator lainnya (akses terhadap fasilitas kesehatan, air bersih, perempuan buta huruf, dampak terhadap kesehatan dan gizi) untuk tingkat kabupaten, akan disajikan dalam bagian berikutnya. 1DEO?D=LPANODKSOBKK@?KJOQILPEKJL=PPANJKBLKLQH=PEKJ!QAPKJKJ=R=EH=>EHEPUKB@=P==PPDA@EOPNE?PHARAHATLH=J=PEKJO 4.1 KONSUMSI PANGAN 4.1 FOOD CONSUMPTION Konsumsi pangan yang disajikan pada FSVA ini menunjukkan tingkat asupan energi penduduk yang dinyatakan dalam energi (Kkal) per kapita per hari, dan asupan protein dinyatakan dalam gram per kapita per hari. Konsumsi pangan dihitung berdasarkan pengeluaran untuk makanan dalam rumah tangga selama sebulan dari sampel yang di survei OAPE=LP=DQJ!=P=EJE@ELQ>HEG=OEG=J@=H=I020"+0 #KK@?KJOQILPEKJLNAOAJPA@EJPDEO#03EJ@E?=PAOPDAHARAHKBAJANCUEJP=GAKBPDALKLQH=PEKJSDE?DEOATLNAOOA@EJAJANCU Ġ(?=H LANLANOKJLAN@=U=J@LNKPAEJEJP=GAATLNAOOA@EJCN=IOLANLANOKJLAN@=U#KK@?KJOQILPEKJS=O?=H?QH=PA@ >=OA@KJIKJPDHUATLAJ@EPQNAKJBKK@=PPDADKQOADKH@HARAHKBPDA=JJQ=HHUOQNRAUA@NALNAOAJP=PERAO=ILHA!=P=S=O LQ>HEODA@EJPDA020"+0 (KJOQIOEL=JC=JLANG=LEP=@E020"+0@EDEPQJC>AN@=O=NG=JOP=J@=NQIQIP=JL=IAILAND=PEG=JFAJEO kelamin dan usia. Metode ini berbeda dengan apa yang telah diterapkan pada Peta Gizi Indonesia (Nutrition Map of Indonesia) yang dikeluarkan pada tahun 2006, dimana dalam peta gizi tersebut jenis kelamin dan usia (Skala Amsterdam) digunakan. Oleh karena itu, tidak disarankan untuk membandingkan hasil dari dua publikasi yang berbeda. #KK@?KJOQILPEKJEJ020"+0S=O?=H?QH=PA@LAN?=LEP=BKNPDACAJAN=HLKLQH=PEKJSEPDKQPP=GEJCEJPK=??KQJP Pola Konsumsi Pangan Food Consumption Pattern Pada tingkat nasional, secara umum terjadi peningkatan pola konsumsi pangan berdasarkan data SUSENAS 2002 t dan data FIA 2005. Keranjang makanan (food basket @EP=DQJHA>ED>ANR=NE=OE@AJC=JGKJOQIOEOANA=HE=@=J P PDA J=PEKJ=H HARAH BKK@ ?KJOQILPEKJ L=PPANJO ?KJPEJQA PK EILNKRA 1DEO S=O K>OANRA@ EJ PDA 020"+0 =J@ NALKNPA@EJPDA#&1DABKK@>=OGAPEJS=OIKNA@ERANOEłA@SEPD=HKSANMQ=JPEPUKB?ANA=HO=J@PQ>ANO=J@ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia =NAHEIEPA@PKPDALNKREJ?E=HHARAHJ=HUOEO=J@I=LOKBPDAKPDANOAHA?PA@EJ@E?=PKNOĠ=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAOEILNKRA@ @NEJGEJCS=PANBAI=HAEHHEPAN=?U=J@DA=HPD=J@JQPNEPEKJKQP?KIA BKNPDA@EOPNE?PHARAH=NA>ALNAOAJPA@EJPDAOQ>OAMQAJP sections. PDAENOAT=J@=CA1DEOIAPDK@EO@EBBANAJPBNKIPD=P=LLHEA@EJPDA+QPNEPEKJ*=LKB&J@KJAOE=H=QJ?DA@EJEJSDE?D PDA=CAOATOPNQ?PQNAOP=J@=N@ĠKNIOPAN@=IO?=HA S=OQOA@1DANABKNAEPEOJKP=@REO=>HAPK?KIL=NANAOQHPO@ANERA@ BNKIPDAOAPSK@EBBANAJPLQ>HE?=PEKJO 55 BAB/Chapter 4 Pilar ketiga dari ketahanan pangan adalah pemanfaatan pangan. Pemanfaatan pangan meliputi: a) Pemanfaatan pangan umbi-umbian lebih sedikit dan lebih banyak mengkonsumsi produk hewani, susu dan produk makanan dari susu, buah dan sayur, kacang-kacangan, minyak dan lemak yang mengandung lebih banyak protein dan zat gizi mikro (vitamin dan mineral). CNA=PANMQ=JPEPUKB=JEI=HLNK@Q?POIEHG=J@@=ENULNK@Q?PORACAP=>HAO=J@BNQEPOHACQIAOKEH=J@B=PSDE?DLNKRE@A@ IKNALNKPAEJO=J@IE?NKJQPNEAJPOĠREP=IEJO=J@IEJAN=HO -=@=P=>AHN=P=N=P==OQL=JAJANCED=NE=JL=@=P=DQJ=@=H=D(G=HG=LEP=D=NEEJE>AN=NPEHA>EDPEJCCE dari Angka Kecukupan Gizi nasional (AKG nasional adalah 2.000 Kkal). Asupan protein sebesar 56,25 gram/kapita/ hari yang memenuhi AKG nasional (52 gram). Sebelas persen total asupan energi berasal dari protein dimana angka ini OAOQ=E@AJC=JLNKLKNOEU=JC@ENAGKIAJ@=OEG=JĠ OQL=JAJANCE@=JLNKPAEJIAJEJCG=P@E>=J@EJCG=J dengan data pada SUSENAS 2002. &J1=>HAPDA=RAN=CA@=EHUAJANCUEJP=GAEJS=O?=H?QH=PA@=P(?=HLANOKJ@=UDECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H /A?KIIAJ@A@!=EHUHHKS=J?AĠ/!OAP=P(?=H 1DALNKPAEJEJP=GAS=OCN=IOLANOKJ@=U=HOKOQNL=OOA@ PDA J=PEKJ=H /! ĠOAP =P CN=IO -NKPAEJ LNKRE@A@ KB PDA PKP=H AJANCU EJP=GA SDE?D S=O =HOK EJ HEJA SEPD PDA NA?KIIAJ@A@ LNKLKNPEKJ Ġ KPD AJANCU =J@ LNKPAEJ EJP=GAO EJ?NA=OA@ >U =O ?KIL=NA@ SEPD PD=P EJ 020"+0 7DEHO.RQVXPVL.DORULGDQ3URWHLQSHU.DSLWDSHU+DULSDGD7LJD*RORQJDQ7HUEDZDKGDUL*RORQJDQ3HQJHOXDUDQ%XODQDQSHU.DSLWD 7DEOH3HU&DSLWDSHU'D\&DORULHDQG3URWHLQ&RQVXPSWLRQDPRQJ7KUHH/RZHVW0RQWKO\SHU&DSLWD([SHQGLWXUH03&(&ODVVHV .HORPSRN0DNDQDQ )RRG*URXSV *RORQJDQ3HQJHOXDUDQ%XODQDQSHU.DSLWD 0RQWKO\3HUFDSLWD([SHQGLWXUH&ODVV03&( 03&(5S 03&(5S 5DWDUDWD1DVLRQDO 1DWLRQDO$YHUDJH 03&(5S Kalori/&DORULH 3URWHLQJ Kalori/&DORULH 3URWHLQJ Kalori/&DORULH 3URWHLQJ Kalori/&DORULH 3URWHLQJ Padi-padian/Cereals 866.83 20.79 980.87 23.22 997.83 23.5 1,055.74 24.88 Umbi-umbian/Tubers 124.82 0.65 94.83 0.55 73.06 0.44 73.1 0.49 22.71 3.69 29.39 4.76 38.51 6.29 47.76 7.86 2.51 0.14 8.4 0.46 14.72 0.84 29.37 1.73 6 0.4 12.96 0.84 21.99 1.37 38.12 2.22 Sayuran/Vegetables 38.79 2.93 43.54 3.12 46.96 3.23 51.36 3.49 Kacang-kacangan/Legumes 33.17 2.85 48.36 4.25 59.92 5.22 69.64 5.98 Ikan/Fish Daging/Meat Telur dan susu/Eggs and milk Buah-buahan/Fruits 24.61 0.26 29.78 0.33 39.86 0.44 51.18 0.58 129.56 0.39 176.58 0.44 213.74 0.51 248.06 0.58 Minuman/Beverages 56.1 0.63 79.9 0.82 95.75 0.93 115.23 1.12 Bumbu-bumbuan/Spices 8.01 0.34 11.23 0.49 14.25 0.62 17.28 0.73 Makanan lain/Mics. food items 15.81 0.31 30.46 0.6 43.72 0.88 59.42 1.19 Makanan jadi/Prepared food 59.77 1.59 105.66 2.91 156.37 4.35 194.05 5.4 + 11% + 22% + 25% + 32% + 22% + 30% + 3.3% + 3.3% 69% 67% 83% 83% 91% 94% 103% 108% Minyak dan lemak/Oil and fats Total % perubahan jika dibandingkan SUSENAS 2002/&KDQJHDVFRPSDUHGZLWK686(1$6 2002 (FIA, 2005) % AKG nasional/ The level of meeting the national RDA (2,000 Kcal and 52 gr of protein/person /day) Source: SUSENAS 2007 -=@=PEJCG=PEJ@ERE@Q@=P=IAJQJFQGG=J=@=JU=LAJEJCG=P=JU=JCOECJEłG=JL=@=GKJOQIOEL=JC=J@EOAIQ= golongan Pengeluaran Bulanan per Kapita ((*KJPDHU-AN =LEP="TLAJ@EPQNA (MPCE)), termasuk tiga golongan terendah. P PDA EJ@ERE@Q=H HARAH OECJEł?=JPHU EILNKRA@ BKK@ ?KJOQILPEKJ S=O NALKNPA@ EJ EJ =HH PDA *KJPDHU -AN =LEP= "TLAJ@EPQNAĠ*- " ?H=OOAOEJ?HQ@EJCPDAPDNAAHKSAOP?H=OOAOIKJCPDAPDNAAHKSAOP?H=OOAOLNAOAJPA@EJP=>HAPDA 1=>AHIAJQJFQGG=J@=P=LAJEJCG=P=JGKJOQIOEL=JC=JL=@=PEC=CKHKJC=JPANAJ@=DQJPQGAJANCEU=JC>ANR=NE=OE =JP=N=@=J@=J=JP=N==J@QJPQGLNKPAEJ HARAHKBEJ?NA=OAR=NEA@>APSAAJ=J@BKNAJANCU=J@>APSAAJ=J@BKNLNKPAEJ 56 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Namun, untuk asupan energi dan protein dari 3 golongan MPCE terendah masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan AKG nasional dan lebih rendah dari rata-rata angka nasional. Semakin rendah MPCE, semakin besar tingkat kekurangan energi dan protein. Tingkat kekurangan energi bervariasi antara 9% di golongan terendah ke-3 (MPCE %KSARAN>KPDAJANCU=J@LNKPAEJEJP=GAOKBPDAPDNAAHKSAOP*- "?H=OOAONAI=EJA@IQ?DHKSANPD=JPDAJ=PEKJ=H/! =J@HKSANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CA1DAHKSANPDA*- "PDADECDANPDA@Ał?EPKBAJANCU=J@LNKPAEJS=OOAAJ1DAHARAH KBAJANCU@Ał?EPR=NEA@>APSAAJEJPDAPDEN@HKSAOP?H=OOĠ*- " =J@EJPDAłNOPHKSAOP?H=OOĠ*- " SDEHA @=J@ECKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- " OAIAJP=N=GAGQN=JC=JLNKPAEJ>ANR=NE=OE=JP=N=@=J%=H EJEIAJQJFQGG=J>=DS=LAJ@Q@QGCKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- "ģ/L IAJCGKJOQIOED=JU=@=NE PDALNKPAEJ@Ał?EPS=O>APSAAJ=J@NAOLA?PERAHU1DEOL=NPE?QH=NHUIA=JOPD=PLAKLHAKBPDAłNOPHKSAOP?H=OO Ġ*- "ģ/L ?KJOQIA@KJHUKBJ=PEKJ=HNA?KIIAJ@A@@=EHUAJANCU=HHKS=J?A=J@KBJ=PEKJ=H ($J=OEKJ=HQJPQGAJANCE@=J@=NE($J=OEKJ=HQJPQGLNKPAEJ NA?KIIAJ@A@@=EHULNKPAEJ=HHKS=J?A Seperti situasi yang digambarkan SUSENAS 2002, asupan dari tiga golongan terendah tidak hanya kekurangan energi @=J LNKPAEJ PAP=LE FQC= PE@=G OAEI>=JC OA?=N= GQ=HEP=O @AJC=J LNKLKNOE PAN>AO=N Ġ @=NE PKP=H AJANCE U=JC berasal dari serealia dan umbi-umbian dibandingkan dengan rata-rata nasional (55%). Namun demikian, perlu dicatat >=DS=LNKLKNOEAJANCEU=JC>AN=O=H@=NEOANA=HE=@=JQI>EQI>E=JIAJQNQJL=@=P=DQJ@E>=J@EJCG=J@AJC=J 020"+0U=JC>ANGEO=N=JP=N=@=J 0EIEH=NHUPKPDAOEPQ=PEKJEJ020"+0PDA@EAPKBPDAOAPDNAAHKSAOP?H=OOAONAI=EJA@JKPKJHUAJANCU=J@LNKPAEJ @Ał?EAJP>QP=HOKMQ=HEP=PERAHUEI>=H=J?A@SEPD=H=NCANLNKLKNPEKJĠ KBPKP=HAJANCU>AEJCLNKRE@A@>U?ANA=HO =J@PQ>ANO=O?KIL=NA@PKPDAJ=PEKJ=H=RAN=CAĠ +ARANPDAHAOOEPODKQH@>AJKPA@PD=PPDALNKLKNPEKJKBAJANCU ?KIEJCBNKI?ANA=HO=J@PQ>ANONAI=NG=>HUNA@Q?A@EJ=O?KIL=NA@SEPDPD=PEJ020"+0SDAJEPD=@N=JCA@ >APSAAJ=J@ 0QI>ANLNKPAEJQP=I=>AN=O=H@=NEOANA=HE=@=JQI>EQI>E=JĠ OA@=JCG=J=JCG=N=P=N=P=J=OEKJ=H=@=H=D *AOGELQJL=@=P=DQJPANHED=P=@=LAN>=EG=J@AJC=JHA>ED>=JU=GLNKPAEJ@=NEI=G=J=JH=EJĠEG=J@=CEJC PAHQNG=?=JCG=?=JC=JO=UQNO=UQN=J@=J>Q=D>Q=D=J 1=DQJGKJOQIOEL=JC=JDAS=JEĠEG=J@=CEJCPAHQN OQOQ U=JC IAJC=J@QJC V=P CEVE GQ=HEP=O PEJCCE PANQP=I= REP=IEJ @=J IEJAN=H IAJEJCG=P OA?=N= OECJEłG=J L=@= CKHKJC=JPANAJ@=DGAĠ*- "/L OA@=JC=JG=JL=@=CKHKJC=J*- "@=J*- "PE@=G 0EIEH=NHUPDAI=FKNOKQN?AKBLNKPAEJOEJPDAEN@EAPOPEHH?=IABNKI?ANA=HO=J@PQ>ANOĠ SDANA=OPDAJ=PEKJ=H =RAN=CAS=OHPDKQCD=JEILNKRAIAJPS=OK>OANRA@EJSEPDIKNALNKPAEJO?=IABNKIKPDANBKK@OĠłODIA=P ACCOHACQIAORACAP=>HAOBNQEPO &PODKQH@>AAILD=OEVA@PD=PPDA?KJOQILPEKJKB=JEI=HBKK@OĠłODIA=PACCIEHG SDE?D?KJP=EJ>APPANMQ=HEPUJQPNEAJPOAOLA?E=HHUREP=IEJO=J@IEJAN=HOS=OKJHUOECJEł?=JPHUEJ?NA=OA@EJEJPDAPDEN@ HKSAOP?H=OOĠ*- "/L SDEHAEPNAI=EJA@=HIKOPQJ?D=JCA@EJPDA*- "=J@*- "?H=OOAO ada perubahan. KJOAMQAJPHU=@@EPEKJ=H=OOEOP=J?AEOOPEHHNAMQENA@PKEILNKRAPDAAJANCUEJP=GA=J@LNKPAEJKBPDAPDNAAHKSAOP*- " ?H=OOAOPPDAO=IAPEIAJQPNEPEKJA@Q?=PEKJBKNLKLQH=PEKJKJPDAEILKNP=J?AKBBKK@OKPDANPD=J?ANA=HO=J@PQ>ANO=J@ PDAJAA@PKEJ?NA=OA?KJOQILPEKJKBPDAOABKK@OODKQH@>AEJPAJOEłA@=?NKOOPDALNKREJ?AO BAB/Chapter 4 Dengan demikian, perlu usaha untuk memperbaiki asupan energi dan protein pada tiga golongan MPCE terendah. Di samping itu, perlu penyuluhan gizi untuk masyarakat di seluruh provinsi tentang pentingnya bahan pangan selain serealia dan umbi-umbian dan perlunya meningkatkan konsumsi makanan selain serealia dan umbi-umbian di semua provinsi. 4.2 AKSES TERHADAP FASILITAS KESEHATAN 4.2 ACCESS TO HEALTH FACILITIES *AJQNQP 020"+0 &J@KJAOE= IAIEHEGE NQI=D O=GEP @AJC=J FQIH=D PAIL=P PE@QN @=J LQOGAOI=O&JE>AN=NPE>=DS=OAPE=LLQOGAOI=ON=P=N=P=IAH=U=JEKN=JC@=OAGEP=N@KGPANĠPE@=G PANI=OQG@KGPANCECE @=JOAPE=L@KGPANN=P=N=P=IAH=U=JEKN=JC'EG='=G=NP=@=JE>QGKP=LNKREJOE@EGAHQ=NG=J ??KN@EJCPK020"+0&J@KJAOE=D=@DKOLEP=HOSEPD>A@O=J@?KIIQJEPUDA=HPD?AJPANO ĠLQOGAOI=O 1DEO IA=JO PD=P A=?D LQOGAOI=O OANRA@ LAKLHA KJ =RAN=CA 1DANA SANA =>KQP @K?PKNO ĠAT?HQ@EJC@AJPEOPO SEPDA=?D@K?PKNOANREJCLAKLHAKJ=RAN=CA&B'=G=NP==J@LNKREJ?E=H?=LEP=HO=NAAT?HQ@A@ dari data, maka jumlah orang yang dilayani oleh masing-masing puskesmas dan dokter akan lebih tinggi. Angka >ANGEO=N=JP=N=KN=JCLANLQOGAOI=O@ELNKREJOE-=LQ=O=IL=E@ELNKREJOE=JPAJ2JPQG@KGPAN=JCG= EJE>ANR=NE=OE@=NEKN=JC@ELNKREJOEAJCGQHQO=IL=E@ELNKREJOE*=HQGQ PDAJQI>ANKBLAKLHAOANRA@>UA=?DDA=HPD?AJPAN=J@@K?PKNSKQH@>AIQ?DDECDAN&PN=JCA@BNKILAKLHALAN LQOGAOI=OEJ-=LQ=LNKREJ?APKEJ=JPAJLNKREJ?A-AN@K?PKNEPR=NEA@BNKILAKLHAEJAJCGQHQLNKREJ?A PKEJ*=HQGQLNKREJ?A Tabel 4.2 menunjukkan 94% rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan terdekat dengan jangkauan sekitar 1=>HAODKSOPD=PKBDKQOADKH@OD=@=??AOOPKPDAJA=NAOPDA=HPDB=?EHEPEAOHK?=PA@SEPDEJGI1DALKKNAN=??AOO 5 km. Akses ke fasilitas kesehatan untuk Kalimantan Barat, Sulawesi Barat, NTT, Papua, NAD, Maluku dan Sulawesi Tenggara lebih sulit, di mana hanya kurang dari 90% rumah tangga yang memiliki akses ke fasilitas kesehatan dalam jangkauan sekitar 5 km. Di DKI Jakarta, Jawa Tengah dan DI Yogyakarta, hampir semua rumah tangga memiliki akses ke fasilitas kesehatan dalam jangkauan sekitar 5 km. S=OEJ(=HEI=JP=J=N=P0QH=SAOE=N=P+11-=LQ=+!*=HQGQ=J@0QH=SAOE1AJCC=N=SDANAHAOOPD=JKB DKQOADKH@OD=@=??AOOSEPDEJGI&J!(&'=G=NP='=S=1AJC=D=J@!&6KCU=G=NP==HIKOP=HHDKQOADKH@OD=@=??AOO SEPDEJGI 0A?=N=QIQI=GOAOPAND=@=LB=OEHEP=OGAOAD=P=JIAJEJCG=POA?=N=OECJEłG=J@=H=I>A>AN=L=P=DQJPAN=GDEND=HEJE terutama disebabkan oleh meningkatnya investasi pemerintah pusat dan daerah untuk pembangunan dan renovasi ,RAN=HHPDA=??AOOPKPDADA=HPDB=?EHEPEAOD=O>AAJOECJEł?=JPHUEILNKRA@@QNEJCPDAH=OPUA=NOIKOPHU@QAPKEJ?NA=OA@ EJRAOPIAJPKBPDA?AJPN=H=J@HK?=HCKRANJIAJPKJ?KJOPNQ?PEKJ=J@NAJKR=PEKJKBDA=HPDEJBN=OPNQ?PQNAOEJ=HHNACEKJO infrastruktur kesehatan di seluruh Indonesia. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 57 7DEHO3HUVHQWDVHUXPDKWDQJJDGHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDVNHDLUEHUVLKGDQVDUDQDSHOD\DQDQNHVHKDWDQ 7DEOH3HUFHQWDJHRIKRXVHKROGZLWKOLPLWHGDFFHVVWRLPSURYHGGULQNLQJZDWHUDQGFRPPXQLW\KHDOWKFHQWHU Provinsi/ Province No 5XPDK6DNLW +RVSLWDOV Puskesmas/ &RPPXQLW\+HDOWK Center Dokter/ Doctors 57GHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDV NHIDVLOLWDVNHVHKDWDQ!.P 3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGZLWKOLPLWHG DFFHVVWR&RPPXQLW\+HDOWK&HQWHU!.P 57GHQJDQDNVHV\DQJVDQJDWWHUEDWDV NHVXPEHUDLUEHUVLK\DQJDPDQ 3HUFHQWDJHRI+RXVHKROGZLWKOLPLWHGDFFHVV WRLPSURYHGGULQNLQJZDWHU 1 Nanggroe Aceh Darussalam 33 311 365 10.80 31.04 2 Sumatera Utara 129 463 921 4.90 24.91 3 Sumatera Barat 41 228 310 6.60 31.27 4 Riau 40 156 372 6.30 47.99 5 Kepulauan Riau 17 148 248 2.70 17.18 6 Jambi 32 259 373 6.10 44.35 7 Sumatera Selatan 8 Bengkulu 9 140 246 5.00 36.13 21 248 279 4.40 54.11 9 Bangka Belitung 7 51 88 7.30 26.54 10 Lampung 0 51 182 4.40 41.79 11 Banten 121 341 645 7.50 15.87 12 D.K.I. Jakarta 136 1,002 1,246 0.00 1.22 13 Jawa Barat 174 871 1,716 3.70 16.41 14 Jawa Tengah 34 117 295 2.00 13.65 15 D.I. Yogyakarta 166 929 1,306 2.30 11.07 16 Jawa Timur 26 180 335 3.40 11.05 17 Bali 33 112 257 3.50 13.16 18 Nusa Tenggara Barat 13 134 153 3.80 14.01 19 Nusa Tenggara Timur 25 253 269 14.20 40.82 20 Kalimantan Barat 28 211 210 16.30 76.66 21 Kalimantan Tengah 11 163 149 5.20 54.26 22 Kalimantan Selatan 26 204 295 5.20 36.27 23 Kalimantan Timur 28 192 220 5.60 28.55 24 Sulawesi Utara 20 142 232 6.70 19.53 25 Gorontalo 19 145 173 7.30 19.21 26 Sulawesi Tengah 61 374 402 6.80 28.08 27 Sulawesi Selatan 15 153 130 7.90 22.60 28 Sulawesi Tenggara 4 55 77 10.40 27.85 29 Sulawesi Barat 30 Maluku 31 32 33 Papua Barat 0 66 67 14.50 35.69 18 142 35 10.40 20.33 Maluku Utara 6 64 38 8.10 31.30 Papua 9 83 54 12.70 61.57 17 246 122 6.60 37.84 Total Indonesia 58 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 4.3 POPULATION WITH LIMITED ACCESS TO IMPROVED DRINKING WATER AN@=O=NG=JL=@=P=>AH@E=P=OOA>=JU=GNQI=DP=JCC=PE@=GIAILQJU=E=GOAOPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI ĠOQIQNPANHEJ@QJCOQIQN>KNI=P==EN=ENHA@AJC@=J=ENDQF=J P=DQJ OLNAOAJPA@EJPDAP=>HA=>KRADKQOADKH@OEJPDA?KQJPNU@E@JKPD=RA=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN ĠLNKPA?PA@SAHH>KNADKHAOLNEJCS=PANP=LS=PAN=J@N=EJS=PAN EJ -NKREJOEU=JCIAILQJU=E=GOAOO=JC=PPAN>=P=OPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI=@=H=D(=HEI=JP=J=N=PĠP=JL==GOAO Papua Barat (62%), Lampung dan Kalimantan Tengah (54%). Meskipun demikian, Kalimantan Barat tetap mengalami LAJEJCG=P=JS=H=QLQJI=OEDO=JC=POA@EGEPĠP=JL==GOAOPAND=@=L=ENH=U=GIEJQI@EP=DQJIAJF=@E @EP=DQJ OA@=JCG=J!(&'=G=NP=IAJC=H=IELAJEJCG=P=JU=JCL=HEJCPEJCCEU=EPQ@=NEP=JL==GOAOPAND=@=L =ENH=U=GIEJQIL=@=P=DQJIAJF=@EL=@=P=DQJ2JPQGPEJCG=PG=>QL=PAJPAN@=L=P@=NE kabupaten yang memiliki sedikitnya 40% rumah tangga tanpa akses terhadap air layak minum. 1DALNKREJ?AOD=REJCPDALKKNAOP=??AOOSANA(=HEI=JP=J=N=PĠSEPDKQP=??AOO -=LQ==N=PĠ )=ILQJC=J@ (=HEI=JP=J1AJC=DĠ 4DEHAKJHU=OHECDPEILNKRAIAJPEOOAAJEJ(=HEI=JP=J=N=PĠSEPDKQP=??AOOEJ ROEJ =NAI=NG=>HULKOEPERA?D=JCAS=ONALKNPA@EJ!(&'=G=NP=SEPDPDALNKLKNPEKJKBDKQOADKH@OSEPDKQP =??AOO>AEJCNA@Q?A@BNKIEJPKEJ0KIAKQPKB@EOPNE?POD=@KNIKNAKBDKQOADKH@O SEPDKQP=??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN Jawa Barat, Banten dan Jawa Timur dilaporkan memiliki akses yang lebih baik yaitu sekitar 90% rumah tangga mempunyai akses terhadap air minum yang aman. 1DA>APPAN=??AOOS=ONALKNPA@EJ'=S==N=P=JPAJ=J@'=S=1EIQNSDANA=NKQJ@KNIKNAKBDKQOADKH@OD=@ =??AOOPKEILNKRA@@NEJGEJCS=PAN 4.4 PEREMPUAN BUTA HURUF 4.4 FEMALE E ILLITERACY Seperti di ketahui bahwa melek huruf perempuan terutama ibu dan pengasuh anak sangat berpengaruh terhadap status kesehatan dan gizi, dan menjadi hal yang sangat penting dalam pemanfaatan pangan. Studi di berbagai negara menunjukan bahwa tingkat pendidikan dan kesadaran ibu dapat menjelaskan situasi gizi anak-anak di negara-negara berkembang. Hal ini sudah terbukti secara global bahwa kekurangan gizi berkaitan erat dengan tingkat pendidikan ibu. 1DAHEPAN=?UKBSKIAJAOLA?E=HHUIKPDANO=J@?=NACERANOKBUKQJC?DEH@NAJEOSAHHGJKSJPKEJŃQAJ?APDADA=HPD=J@ JQPNEPEKJ=HOP=PQO=J@DAJ?AEO=RANUEILKNP=JP@APANIEJ=JPKBBKK@QPEHEV=PEKJ0PQ@EAOSKNH@SE@AD=RAODKSJPD=PPDA >=OE?IKPDANOHARAHKBA@Q?=PEKJ=J@=S=NAJAOOATLH=EJPDAJQPNEPEKJ=HOEPQ=PEKJKB?DEH@NAJEJ@ARAHKLEJC?KQJPNEAO&PD=O >AAJLNKRAJCHK>=HHUPD=PQJ@ANJQPNEPEKJEOOPNKJCHU?KNNAH=PA@SEPDIKPDANOA@Q?=PEKJ=HHARAH 0A?=N=J=OEKJ=HPAN@=L=PLANAILQ=J>QP=DQNQB@EP=DQJ1=>AHIAJQJFQGG=JLANOAJP=OALANAILQ=J buta huruf di setiap provinsi. Angka perempuan buta huruf terendah terdapat di Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Maluku dan Gorontalo dengan persentase kurang dari 5%. Sedangkan, angka buta huruf tertinggi terdapat di Papua, dimana @=NE LANAILQ=J =@=H=D >QP= DQNQB Ġ @EEGQPE KHAD +1 Ġ @=J =HE Ġ -=@= PEJCG=P G=>QL=PAJ sebanyak 66 dari 346 kabupaten mempunyai perempuan buta huruf sedikitnya 20%. 1DA LNKLKNPEKJ KB BAI=HAO ?H=OOEłA@ =O EHHEPAN=PA EJ EO 1=>HA ODKSO PDA LNKLKNPEKJO BKN A=?D LNKREJ?A #ASANPD=JłRALAN?AJPĠ KBBAI=HAOSANAEHHEPAN=PAEJ0QH=SAOE2P=N=!(&'=G=NP=*=HQGQ=J@$KNKJP=HKLNKREJ?AO 1DADECDAOPEHHEPAN=?UN=PAS=OEJ-=LQ=SDANAKJAEJARANUPDNAASKIAJSANAEHHEPAN=PAĠ BKHHKSA@>U+1Ġ =J@ =HEĠ PPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@PDABAI=HAEHHEPAN=PAN=PA=PKNIKNA 4.5 STATUS GIZI 4.5 NUTRITIONAL STATUS Ketahanan pangan merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi status kesehatan dan gizi. Status gizi anak ditentukan oleh asupan makanan dan penyakit yang dideritanya. Status gizi anak balita diukur dengan 3 indikator yaitu: #KK@OA?QNEPUEOKJAKB@APANIEJ=JPO?KJPNE>QPEJCPKCKK@DA=HPD=J@JQPNEPEKJ=HOP=PQOKBLAKLHA1DAJQPNEPEKJ=HOP=PQOKB =?DEH@EO=JKQP?KIAKBSD=PPDA?DEH@A=PO=OSAHH=O@EOA=OAOODADAEOOQBBANEJCBNKI+QPNEPEKJOP=PQOKBUKQJC?DEH@NAJ =CA@QJ@ANłRAUA=NOKH@EOIA=OQNA@>UEJ@E?=PKNOġ Gizi kurang dan buruk/underweightt (berat badan berdasarkan umur -BB/U- dengan Zscore kurang dari -2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada gabungan dari kurang gizi akut dan kronis); 1. 2J@ANSAECDPĠ=SAECDPBKN=CAN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4KNH@%A=HPD,NC=JEV=PEKJ 4%,NABANAJ?ASDE?DNABANOPKIETA@=?QPA=J@?DNKJE?I=HJQPNEPEKJ Ģ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 59 BAB/Chapter 4 4.3 PENDUDUK DENGAN AKSES KURANG MEMADAI KE AIR BERSIH 2. Pendek/stuntingg (tinggi badan berdasarkan umur -TB/U- dengan Zscore kurang dari -2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu ke kurang gizi kronis jangka panjang); dan 0PQJPEJCĠ=DAECDPBKN=CAN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4%,NABANAJ?ASDE?DNABANOPK LANOEOPAJPHKJCPANI?DNKJE?I=HJQPNEPEKJ Ģ=J@ 3. Kurus/wastingg (berat badan berdasarkan tinggi badan -BB/TB- dengan Zscore kurang dari -2 dari median menurut referensi WHO 2005, yang mengacu kepada kurang gizi akut atau baru saja mengalami kekurangan gizi). 3. 4=OPEJCĠ=SAECDPBKNDAECDPN=PEKKBHAOOPD=JVO?KNAOKBPDAIA@E=JKBPDA4%,NABANAJ?ASDE?DNABANOPK =?QPAKNNA?AJPI=HJQPNEPEKJ 7DEHO3HUVHQWDVH3HUHPSXDQ%XWD+XUXI 7DEOH3HUFHQWDJHRI)HPDOH,OOLWHUDF\ No Provinsi/ Province 3HUHPSXDQ%XWD+XUXI )HPDOH,OOLWHUDF\ 1 Nanggroe Aceh Darussalam 11.30 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 5.86 4 Riau 5.53 5 Kepulauan Riau 6.62 6 Jambi 9.32 7 Sumatera Selatan 6.79 8 Bengkulu 9.70 9 Bangka Belitung 10 Lampung 5.79 9.04 11.00 11 Banten 9.32 12 D.K.I. Jakarta 3.06 13 Jawa Barat 14 Jawa Tengah 15 D.I. Yogyakarta 19.14 16 Jawa Timur 19.65 17 Bali 20.66 18 Nusa Tenggara Barat 26.78 19 Nusa Tenggara Timur 15.41 20 Kalimantan Barat 16.61 21 Kalimantan Tengah 5.94 22 Kalimantan Selatan 10.18 23 Kalimantan Timur 7.14 24 Sulawesi Utara 1.67 25 Gorontalo 4.83 26 Sulawesi Tengah 8.34 27 Sulawesi Selatan 18.25 28 Sulawesi Tenggara 13.55 29 Sulawesi Barat 17.89 30 Maluku 31 Maluku Utara 32 Papua 32.07 33 Papua Barat 13.07 Total Indonesia 8.75 17.08 4.48 8.17 Sumber/Source: SUSENAS 2007, BPS 60 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia .ODVL¿NDVL 6WXQWLQJ :DVWLQJ < 10% < 20% < 5% Acceptable Kurang 10-19% 20-29% 5-9% Buruk 20-29% 30-39% Baik Sangat Buruk 8QGHUZHLJKW 1DA 4%, ?H=OOEłAO PDA HARAH KB LQ>HE? DA=HPD OECJEł?=J?A KB JQPNEPEKJ=H OEPQ=PEKJ EJ = ?ANP=EJ ?KQJPNU NACEKJ KN @EOPNE?P =??KN@EJCPKPDAHARAHKBQJ@ANSAECDPOPQJPEJC=J@S=OPEJC=OBKHHKSOġ &ODVVL¿FDWLRQ 8QGHUZHLJKW 6WXQWLQJ :DVWLQJ < 10% < 20% < 5% Poor 10-19% 20-29% 5-9% 10-14% Serious (high) 20-29% 30-39% 10-14% Critical (very high) Pada FIA 2005 hanya data gizi kurang dan buruk (underweight) t yang tersedia, tidak terdapat data stunting. Oleh karena itu, indeks ketahananan pangan komposit dan pemetaan hanya menggunakan data underweight. Sedangkan pada FSVA 2009, data underweightt dan stuntingg tersedia. Namun disepakati untuk menggunakan data underweight saja pada indikator komposit dan pemetaan agar dapat dibandingkan dengan FIA 2005. Data stuntingg hanya akan ditampilkan pada Tabel 4.4 sebagai tambahan informasi untuk menjelaskan dampak kerawanan pangan kronis. !QNEJCLNAL=N=PEKJKBPDA#&@=P=KJQJ@ANSAECDPS=O=R=EH=>HA>QPJKPOPQJPEJC1DANABKNAPDA KILKOEPA#KK@ 0A?QNEPU &J@AT S=O ?=H?QH=PA@ =J@ I=LLA@ QOEJC PDEO QJ@ANSAECDP KJHU &J PDA #03 @=P= KJ >KPD QJ@ANSAECDP =J@OPQJPEJCSANA=R=EH=>HA%KSARANKJHU@=P=KJQJ@ANSAECDPS=O>AAJQOA@BKNPDA KILKOEPA#KK@OA?QNEPU&J@AT =J@I=LLEJCPKLANIEP?KIL=NEOKJSEPDPDANAOQHPOKB#&0PQJPEJC@=P=EOLNAOAJPA@EJ1=>HA=O=@@EPEKJ=H EJBKNI=PEKJPKATLH=EJPDAEIL=?PKB?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU *AJQNQP@=P=/EOAP(AOAD=P=J!=O=NĠ/&0("0!0U=JC@EH=GQG=JL=@=P=DQJ@=J@EHQJ?QNG=JKHAD!AL=NPAIAJ Kesehatan pada bulan Desember 2008), prevalensi gizi buruk nasional pada balita adalah 5,4%, dan Gizi Kurang t =@=H=DOADEJCC=PKP=HCEVEGQN=JC@=J>QNQGĠunderweight IAJF=@E%=HEJEIAJQJFQGG=J>=DS=I=O=H=D GAOAD=P=J I=OU=N=G=P >AN=@= L=@= PEJCG=P U=JC GQN=JC IAJQNQP GH=OEłG=OE 4%, ĠHED=P GH=OEłG=OE @E=P=O JCG= tersebut telah mencapai target Rencana Pembangunan Jangka Menengah untuk pencapaian program perbaikan gizi (20%) maupun target *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOL=@=Ġ L=@=P=DQJ ??KN@EJCPK*EJEOPNUKB%A=HPDO=OE?%A=HPD/AOA=N?DĠ/&0("0!0@=P=?KHHA?PA@EJH=QJ?DA@EJ!A?AI>AN >U*EJEOPNUKB%A=HPD PDAJ=PEKJ=HLNAR=HAJ?AKBOARANAQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@AN?DEH@NAJS=O=J@IK@AN=PA QJ@ANSAECDPS=OI=GEJCPKP=HQJ@ANSAECDPN=PA=PSDE?DEON=JGA@=PLKKNHARAHKBLQ>HE?DA=HPDOECJEł?=J?A =??KN@EJCPKPDA4%,?H=OOEł?=PEKJ1DEON=PA=HNA=@U=?DEARA@PDAP=NCAPKB>KPD*A@EQI1ANI!ARAHKLIAJP-H=JBKN +QPNEPEKJ-NKCN=IĠ =J@*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOĠ EJ 4=H=QLQJ@AIEGE=JPAN@=L=PLAN>A@==JLAJ?=L=E=JU=JC?QGQL>AO=N@E>A>AN=L=LNKREJOE0A>=JU=GLNKREJOE mempunyai prevalensi underweightt diatas prevalensi nasional, yaitu Nanggroe Aceh Darussalam, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, dan Papua. Kejadian gizi buruk dan kurang sangat tinggi di Indonesia bagian Timur. %KSARANPDANA=NADQCA@EOL=NEPEAOEJPDAQJ@ANSAECDPN=PA>APSAAJLNKREJ?AO,JPKP=HLNKREJ?AOD=REJC=DECDAN QJ@ANSAECDP ?KIL=NA@ PK PDA +=PEKJ=H =RAN=CA SANA +=JCCNKA ?AD !=NQOO=H=I 0QI=PAN= 2P=N= 0QI=PAN= =N=P /E=Q '=I>E +QO= 1AJC=N= =N=P +QO= 1AJCC=N= 1EIQN (=HEI=JP=J =N=P (=HEI=JP=J 1AJC=D (=HEI=JP=J 0AH=P=J (=HEI=JP=J1EIQN0QH=SAOE1AJC=D0QH=SAOE1AICC=N=$KNKJP=HK0QH=SAOE=N=P*=HQGQ*=HQGQ2P=N=-=LQ==N=P =J@-=LQ=LL=NAJPHUI=HJQPNEPEKJEOOECJEł?=JPHUDECDANEJA=OPANJL=NPKBPDA?KQJPNU Pada tingkat provinsi, hanya satu provinsi (NTT) dengan prevalensi underweightt pada balita yang sangat buruk Ġ OALANPEU=JC@EGH=OEłG=OEKHAD4%,@E=P=O0AIAJP=N=EPQLNKREJOEH=EJJU=IAIEHEGELNAR=HAJOE underweight yang buruk (20-29%). Pada tingkat kabupaten, terdapat 45 dari 348 kabupaten memiliki prevalensi underweightt yang sangat buruk. PPDALNKREJ?E=HHARAHKJHUKJALNKREJ?AĠ+11 D=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDPĠ =IKJCUKQJC?DEH@NAJ =OLAN4%,O?H=OOEł?=PEKJ@EO?QOOA@=>KRA&JPDAIA=JPEIA=JKPDANLNKREJ?AOD=@=DECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP Ġ PPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP G=>QL=PAJ@AJC=JLNAR=HAJOE underweightL=@=>=HEP=PANPEJCCE>ANPQNQPPQNQP=@=H=Dġ?AD1AJCC=N=Ġ /KPA t 1KL@EOPNE?POD=REJCPDADECDAOPN=PAOKBQJ@ANSAECDPSANA?AD1AJCC=N=Ġ /KPA+@=KĠ (=LQH=Q=JNQ +@=KĠ (=LQH=Q=JNQĠ 1EIKN1AJC=D0AH=P=JĠ 0EIAQHQAĠ ?AD=N=P!=U=Ġ *=IQFQ2P=N=Ġ 1=L=JQHE2P=N=Ġ (QL=JCĠ @=JQNQĠ 0A@=JCG=JG=>QL=PAJ@AJC=J t prevalensi underweightL=@=>=HEP=PANAJ@=D=@=H=D$E=JU=NĠ 1=>=J=JĠ =JPQHĠ =@QJCĠ Minahasa (8,0%) Halmahera Utara (8,8%), Bondowoso (8,8%), Karawang (9,4%), Halmahera Tengah (9,5%) dan Magetan (9,6%). Ġ 1EIKN1AJC=D0AH=P=JĠ 0EIAQHQAĠ ?AD=N=P!=U=Ġ *=IQFQ2P=N=Ġ 1=L=JQHE 2P=N= Ġ (QL=JC Ġ =J@ QNQ Ġ *A=JSDEHA @EOPNE?PO D=REJC = HKS LNAR=HAJ?A SANA $E=JU=N Ġ 1=>=J=JĠ =JPQHĠ =@QJCĠ *EJ=D=O=Ġ %=HI=DAN=2P=N=Ġ KJ@KSKOKĠ (=N=S=JCĠ %=HI=DAN=1AJC=DĠ =J@*=CAP=JĠ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 61 BAB/Chapter 4 4%,IAJCGH=OEłG=OEG=JI=O=H=DCEVEOA>=C=EI=O=H=DGAOAD=P=JI=OU=N=G=P@EOQ=PQJAC=N=LNKREJOE=P=QG=>QL=PAJ berdasarkan tingkat underweight, stuntingg dan wastingg sebagai berikut: Kekurangan gizi kronis (stunting) g pada balita banyak ditemukan di Indonesia. Secara nasional, prevalensi balita pendek dan balita sangat pendek (stunting g =@=H=D OA>AO=N @E P=DQJ =JCG= EJE IAJQJFQGG=J >=DS= I=O=H=D GAOAD=P=JI=OU=N=G=P>AN=@=L=@=PEJCG=PU=JC>QNQG>AN@=O=NG=JGH=OEłG=OE4%,0A>=JU=GLNKREJOEIAILQJU=E DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC EOSE@AHULNAR=EHEJC=IKJCUKQJC?DEH@NAJEJPDA?KQJPNU,RAN=HHJ=PEKJ=HLNAR=HAJ?AKB OPQJPEJCS=OEJN=JGA@=PDECDHARAHKBLQ>HE?DA=PDOECJEł?=J?A=??KN@EJCPKPDA4%,?H=OOEł?=PEKJ&J PKP=HLNKREJ?ANALKNPA@D=REJC=OPQJPEJCLNAR=HAJ?ADECDANPD=JPDAJ=PEKJ=H=RAN=CASANA+!0QI=PAN=2P=N= prevalensi stuntingg di atas prevalensi nasional, yaitu NAD, Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Sulawesi Barat, Maluku, Maluku Utara dan Papua Barat. 0QI=PAN=0AH=P=J)=ILQJC=JPAJ+QO=1AJCC=N==N=P+QO=1AJCC=N=1EIQN(=HEI=JP=J=N=P(=HEI=JP=J1AJC=D (=HEI=JP=J0AH=P=J0QH=SAOE1AJC=D0QH=SAOE1AJCC=N=$KNKJP=HK0QH=SAOE=N=P*=HQGQ*=HQGQ2P=N==J@-=LQ= =N=P Pada tingkat provinsi, prevalensi stuntingL=@=>=HEP=>AN=@=L=@=ļPEJCG=PU=JCO=JC=P>QNQGĠ U=JCPAN@=L=P g @ELNKREJOE-NAR=HAJOE>=HEP= stuntingL=@=PEJCG=P>QNQGĠ PAN@=L=P@ELNKREJOEH=EJJU=-NKREJOE+11 g merupakan satu-satunya provinsi yang berada pada tingkat prevalensi sangat buruk pada ke dua indikator tersebut P PDA LNKREJ?E=H HARAH PDA LNAR=HAJ?A KB OPQJPEJC S=O ļRANU DECD Ġ =IKJC ?DEH@NAJ QJ@AN łRA UA=NO KH@ EJ LNKREJ?AO1DALNAR=HAJ?AKBOPQJPEJCS=OļDECDĠ EJLNKREJ?AO+11EOPDAKJHULNKREJ?AD=REJC>KPD underweight and stunting rates at a very high level. (underweightt dan stunting). g -=@=PEJCG=PG=>QL=PAJPAN@=L=P@=NEG=>QL=PAJU=JC>AN=@=L=@=PEJCG=PLNAR=HAJOEU=JCO=JC=P>QNQG!E =JP=N=G=>QL=PAJG=>QL=PAJPANOA>QPPAN@=L=PG=>QL=PAJ@AJC=JLNAR=HAJOE>=HEP= stuntingg tertinggi yaitu Seram =CE=J 1EIQN Ġ +E=O 0AH=P=J Ġ ?AD 1AJCC=N= Ġ 0EIAQHQA Ġ 1=L=JQHE 2P=N= Ġ Aceh Barat Daya (60,9%), Sorong Selatan (60,6%), Timor Tengah Utara (59,6%) Goya Lues (59,5%) dan Kapuas PPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=RA=RANUDECDLNAR=HAJ?AKBOPQJPEJCIKJCPDAI@EOPNE?POSEPDPDA DECDAOPOPQJPEJCLNAR=HAJ?ASANA0AN=I=CE=J1EIQNĠ +E=O0AH=P=JĠ ?AD1AJCC=N=Ġ 0EIAQHQA g %QHQĠ 0A@=JCG=JG=>QL=PAJU=JCIAILQJU=ELNAR=HAJOE stuntingPANAJ@=D=@=H=D0=NIEĠ 4=FK Ġ (=IL=NĠ )QSQ1EIQNĠ $NK>KC=JĠ (ALQH=Q=J0QH=Ġ /KG=J%QHQĠĠ )QSQ2P=N=Ġ =@QJCĠ @=J0HAI=JĠ 4=FKĠ (=IL=NĠ )QSQ1EIQNĠ $NK>KC=JĠ (ALQH=Q=J0QH=Ġ /KG=J%QHQĠ )QSQ2P=N=Ġ =@QJCĠ @=J0HAI=JĠ 4.6 DAMPAK (OUTCOME) E DARI STATUS KESEHATAN 4.6 HEALTH H OUTCOME Angka harapan hidup merupakan dampak dari status kesehatan dan gizi. Rata-rata angka harapan hidup di Indonesia L=@=P=DQJ=@=H=DP=DQJJCG=D=N=L=JDE@QLPANPEJCCEPAN@=L=P@E!&6KCU=G=NP=Ġ @=JPANAJ@=D PAN@=L=P@E+1Ġ !AH=L=J@=NELNKREJOEIAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED-=@=PEJCG=P G=>QL=PAJPAN@=L=P@=NEG=>QL=PAJU=JCIAIEHEGE=JCG=D=N=L=JDE@QLP=DQJ=P=QHA>ED )EBAATLA?P=J?UEJ=JKQP?KIAKBDA=HPD=J@JQPNEPEKJOP=PQO&JPDA?KQJPNUPDA=RAN=CAKBHEBAATLA?P=J?US=OUA=NOEJ 1DADECDAOPHEBAATLA?P=J?US=ONALKNPA@EJ!&6KCU=G=NP=Ġ =J@PDAHKSAOPEO+1Ġ "ECDPKQPKB LNKREJ?AOD=@PDAHEBAATLA?P=J?UKBKNIKNAUA=NOPPDA@EOPNE?PHARAHKQPKB@EOPNE?POD=@PDAHEBAATLA?P=J?U KBKNIKNAUA=NO Strategi untuk memperbaiki status gizi dan kesehatan kelompok rentan Strategies for improving health and nutrition status of nutritionally vulnerable groups Meskipun target *EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=H (MDG) untuk menurunkan angka prevalensi underweightt pada balita sudah tercapai di Indonesia, namun masalah gizi kronis (stunting) g masih tetap tinggi. Masalah gizi kronis merupakan akibat kurang optimalnya pertumbuhan janin dan bayi di usia dua tahun pertama kehidupannya, terutama karena gabungan dari kurangnya asupan gizi, paparan terhadap penyakit yang tinggi serta pola pengasuhan yang kurang tepat. Semua faktor ini dapat menyebabkan kerusakan yang tidak dapat diperbaiki, yang akhirnya dapat menyebabkan 4DEHAPDA*EHHAJJEQI!ARAHKLIAJP$K=HOAPBKNNA@Q?EJCPDALNAR=HAJ?AN=PAKBQJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRAUA=NOKH@ ?DEH@NAJD=O>AAJ=?DEARA@EJ&J@KJAOE=?DNKJE?I=HJQPNEPEKJĠOPQJPEJC NAI=EJO=P=DECD=J@RANUDECDHARAH=?NKOOPDA ?KQJPNU DNKJE?I=HJQPNEPEKJEONAOQHPA@BNKILKKNBAP=HCNKSPD=J@NA@Q?A@CNKSPDEJPDAłNOPPSKUA=NOKBHEBAI=EJHU @QAPK=?KI>EJ=PEKJKBEJ=@AMQ=PAJQPNEAJPEJP=GADECD@EOA=OAATLKOQNA=J@LKKN?=NEJCLN=?PE?AO&P?=QOAOENNARANOE>HA @=I=CAOHA=@OPKOQ>OP=JPE=HEJ?NA=OAOKBQJ@ANłRAIKNP=HEPU=J@PDAKRAN=HH@EOA=OA>QN@AJ Ġ 1=L=JQHE2P=N=Ġ ?AD=N=P!=U=Ġ 0KNKJC0AH=P=JĠ 1EIKN1AJC=D2P=N=Ġ $KU= )QAOĠ =J@(=LQ=O%QHQĠ 4DANA=O@EOPNE?POSEPDPDAHKSAOPOPQJPEJCLNAR=HAJ?A=NA0=NIEĠ meningkatnya beban penyakit dan kematian pada balita. g L=@= QOE= @EJE @=L=P IAJCD=I>=P LANGAI>=JC=J łOEG @=J IAJP=H U=JC =GDENJU= Kurang gizi, terutama stunting mempengaruhi prestasi dan tingkat kehadiran di sekolah. Anak yang kurang gizi lebih cenderung untuk masuk sekolah lebih lambat dan lebih cepat putus sekolah. Dampak ke masa depannya adalah mempengaruhi potensi kemampuan mencari nafkah, sehingga sulit keluar dari lingkaran kemiskinan. Anak yang menderita kurang berat badan menurut 62 "=NHU QJ@ANJQPNEPEKJ AOLA?E=HHU OPQJPEJC HA=@O PK NA@Q?A@ LDUOE?=H =J@ IAJP=H @ARAHKLIAJP @QNEJC UKQJC =CAO SDE?D OQ>OAMQAJPHU=BBA?POO?DKKHLANBKNI=J?A=J@=PPAJ@=J?A2J@ANJKQNEODA@?DEH@NAJ=NAIKNAHEGAHUPKOP=NPO?DKKHH=PAN=J@ @NKLKQPA=NHEAN1DEO@AR=OP=PEJCEIL=?PKJA=NHU@ARAHKLIAJP=@RANOAHU=BBA?POPDAENEJ?KIAA=NJEJCLKPAJPE=HBKNHEBA I=GEJCEPRANU@EBł?QHPPKNEOAKQPKBLKRANPU&J=@@EPEKJQJ@ANJKQNEODA@?DEH@NAJSDKLQPKJSAECDPN=LE@HU=PH=PANOP=CAOKB Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia umur (kurang gizi) dan secara cepat berat badannya meningkat, maka pada dewasa cenderung untuk menderita penyakit kronik yang terkait gizi (kencing manis, tekanan darah tinggi dan penyakit jantung koroner). Dampak jangka panjang, oleh kurang gizi pada masa anak-anak juga menyebabkan rendahnya tinggi badan dan pada ibu-ibu dapat ?DEH@DKK@=J@=@KHAO?AJ?A=NAIKNAHEGAHUPK@ARAHKL?DNKJE?@EOA=OAOĠ@E=>APAODULANPAJOEKJ=J@?KNKJ=NUDA=NP@EOA=OA NAH=PA@PKJQPNEPEKJ1DAHKJCPANI@=I=CA?=QOA@>UA=NHU?DEH@DKK@QJ@ANJQPNEPEKJ=HOKEJ?HQ@AOODKNPAN=@QHPDAECDP=J@ HKS>ENPDSAECDP>=>EAO>KNJPKSKIAJSDE?DLANLAPQ=PAOPDALNK>HAIEJPDAJATPCAJAN=PEKJ melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (BBLR), yang akhirnya menyebabkan terulangnya lingkaran masalah ini pada generasi selanjutnya. 7DEHO3HUVHQWDVH XQGHUZHLJKWW dan VWXQWLQJ J pada balita 7DEOH3HUFHQWDJHRIXQGHUZHLJKWDQGVWXQWHGXQGHU¿YH\HDUVFKLOGUHQ Provinsi/ Province 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat 4 Riau 5 Kepulauan Riau 6 Jambi 7 Sumatera Selatan 8 Bengkulu %HUDW%DGDQGL%DZDK6WDQGDUG $QDNWDKXQ &KLOGUHQ\UV8QGHUZHLJKW 7LQJJL%DGDQGL%DZDK6WDQGDUG $QDNWDKXQ &KLOGUHQ\UV6WXQWLQJ No Provinsi/ Province 26.50 44.60 1 Nanggroe Aceh Darussalam 68.40 22.70 43.10 2 Sumatera Utara 69.10 20.20 36.50 3 Sumatera Barat 68.80 21.40 33.00 4 Riau 71.00 12.40 26.10 5 Kepulauan Riau 69.60 18.90 36.40 6 Jambi 68.60 18.20 44.70 7 Sumatera Selatan 69.00 16.70 36.00 8 Bengkulu 69.20 $QJND+DUDSDQ+LGXSWDKXQ /LIH([SHFWDQF\\HDU 9 Bangka Belitung 18.30 35.60 9 Bangka Belitung 68.50 10 Lampung 17.50 38.70 10 Lampung 68.80 11 Banten 16.60 38.90 11 Banten 64.50 12 D.K.I. Jakarta 12.90 26.70 12 D.K.I. Jakarta 72.80 13 Jawa Barat 15.00 35.40 13 Jawa Barat 67.60 14 Jawa Tengah 16.00 36.40 14 Jawa Tengah 70.90 15 D.I. Yogyakarta 10.90 27.60 15 D.I. Yogyakarta 73.10 16 Jawa Timur 17.40 34.80 16 Jawa Timur 68.90 17 Bali 11.40 31.00 17 Bali 70.60 18 Nusa Tenggara Barat 24.80 43.70 18 Nusa Tenggara Barat 61.20 19 Nusa Tenggara Timur 33.60 46.70 19 Nusa Tenggara Timur 66.70 20 Kalimantan Barat 22.50 39.20 20 Kalimantan Barat 66.10 21 Kalimantan Tengah 24.20 42.80 21 Kalimantan Tengah 70.90 22 Kalimantan Selatan 26.60 41.80 22 Kalimantan Selatan 62.60 23 Kalimantan Timur 19.30 35.20 23 Kalimantan Timur 70.60 24 Sulawesi Utara 15.80 31.20 24 Sulawesi Utara 72.00 25 Gorontalo 25.40 39.90 25 Gorontalo 65.90 26 Sulawesi Tengah 27.60 40.30 26 Sulawesi Tengah 65.90 27 Sulawesi Selatan 17.60 29.10 27 Sulawesi Selatan 69.40 28 Sulawesi Tenggara 22.70 40.50 28 Sulawesi Tenggara 67.20 29 Sulawesi Barat 25.40 44.50 29 Sulawesi Barat 67.20 30 Maluku 27.80 45.80 30 Maluku 66.80 31 Maluku Utara 22.80 40.20 31 Maluku Utara 65.10 32 Papua 21.20 37.60 32 Papua 67.90 33 Papua Barat 23.20 39.40 33 Papua Barat 67.60 Total Indonesia Sumber/Source: RISKESDAS, Departemen Kesehatan/MoH, 2007 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Total Indonesia BAB/Chapter 4 No 7DEHO$QJND+DUDSDQ+LGXS7LQJNDW3URYLQVL 7DEOH/LIH([SHFWDQF\E\3URYLQFH Sumber/Source: SUSENAS 2007, BPS 63 Untuk dapat mempertahankan pencapaian MDG mengenai prevalensi underweightt dan menurunnya kasus stunting, maka intervensi gizi harus segera direncanakan dan dilakukan secara efektif pada semua tingkat, mulai dari rumah tangga sampai tingkat nasional. Untuk mencegah dan mengatasi masalah kekurangan gizi secara efektif, perlu prioritas 1KOQOP=EJPDA=?DEARA@*!$KJQJ@ANSAECDP=J@NA@Q?ADECDN=PAOKBOPQJPEJCJQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOODKQH@>ALH=JJA@ =J@EILHAIAJPA@QNCAJPHU=J@IKNAABBA?PERAHU=P=HHHARAHOBNKIDKQOADKH@PKJ=PEKJ=HHARAH1KABBA?PERAHULNARAJP=J@ PNA=P@EBBANAJPBKNIOKBQJ@ANJQPNEPEKJEPEOEILKNP=JPPD=PJQPNEPEKJ=HHURQHJAN=>HACNKQLO=NALNEKNEPEVA@QJ@ANHUEJCIQHPE untuk kelompok rentan gizi, memahami penyebab kurang gizi adalah multidimensi, intervensi yang tepat dan efektif untuk mengatasi penyebabnya, dan meningkatkan komitmen serta investasi dalam bidang gizi. @EIAJOEKJ=H?=QOAO=NAQJ@ANOPKK@=LLNKLNE=PA=J@ABBA?PERAEJPANRAJPEKJOPK=@@NAOOE@AJPEłA@?=QOAO=NAOAHA?PA@=J@ ?KIIEPIAJP=J@EJRAOPIAJPEJJQPNEPEKJEOEJ?NA=OA@ Berikut ini adalah rekomendasi untuk mengatasi masalah gizi: 1DABKHHKSEJCJQPNEPEKJOPN=PACEAO=NANA?KIIAJ@A@ġ Fokus pada kelompok rentan gizi, termasuk: 1. #K?QOKJJQPNEPEKJ=HHURQHJAN=>HACNKQLOEJ?HQ@EJCġ a. Anak usia di bawah dua tahun. Usia dua tahun pertama di dalam kehidupan adalah usia yang paling kritis y karena mencegah kurang gizi pada usia ini akan sehingga disebut “jendela peluang (window of opportunity)” sangat berarti untuk kelompok ini pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. Meskipun kerusakan sudah terjadi dan seharusnya dihindari sejak dari usia 9 bulan sampai usia 24 bulan, kerentanan anak terhadap penyakit dan resiko kematian masih tetap tinggi di usia lima tahun pertama. Itulah sebabnya banyak intervensi kesehatan dan gizi yang difokuskan pada anak bawah lima tahun. Intervensi kesehatan dan gizi harus difokuskan pada anak di bawah dua tahun, akan tetapi apabila anggaran memadai maka perlu dilakukan juga untuk anak = DEH@NAJUKQJCANPD=JPSKUA=NOKB=CA1DAłNOPPSKUA=NOKBHEBA=NAIKOP?NEPE?=HSDE?DEOGJKS=OļSEJ@KSKB KLLKNPQJEPU>A?=QOALNARAJPEJCQJ@ANJQPNEPEKJ=PPDEO=CA>AJAłPOPDAI=J@OK?EAPUPDNKQCDKQPPDANAOPKBPDAEN HEBAHPDKQCDIKOP@=I=CAEO@KJA=J@ODKQH@>ALNARAJPA@BNKI?KJ?ALPEKJĠEAIKJPDO PKIKJPDOKB=CA ?DEH@NAJORQHJAN=>EHEPUPK@EOA=OAO=J@NEOGKB@A=PDNAI=EJODECD@QNEJCłNOPłRAUA=NO1D=POSDUI=JUDA=HPD=J@ JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOBK?QOKJ=HHQJ@ANłRAO%A=HPD=J@JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJOODKQH@LNEKNEPEVAQJ@ANPSKUA=NO ?DEH@NAJ=J@EBNAOKQN?AOLANIEPQJ@ANłRAUA=NO?DEH@NAJ di bawah lima tahun. b. Anak-anak kurang gizi ringan. Kelompok ini memiliki resiko lebih tinggi untuk meninggal karena meningkatnya kerentanan terhadap infeksi. Anak yang terdeteksi kurang gizi seharusnya dirawat dengan tepat untuk mencegah mereka menjadi gizi buruk. > *K@AN=PAHUI=HJKQNEODA@?DEH@NAJ1DAUD=RA=DECDANNEOGKB@UEJC@QAPKEJ?NA=OA@OQO?ALPE>EHEPUPKEJBA?PEKJO 1DA@APA?PA@IK@AN=PAHUI=HJKQNEODA@?DEH@NAJODKQH@>ALNKLANHUPNA=PA@PKLNARAJPBNKI>A?KIEJCOARANAHU I=HJKQNEODA@ c. Ibu hamil dan menyusui karena kelompok ini memerlukan kecukupan gizi bagi pertumbuhan dan perkembangan janin, dan untuk menghasilkan ASI (air susu ibu) untuk bayi mereka. ? -NACJ=JP=J@H=?P=PEJCSKIAJ>A?=QOAPDAUD=RACNA=PANJQPNEPEKJ=HJAA@OBKNBAP=HCNKSPD=J@@ARAHKLIAJP=J@ BKNLNK@Q?EJC>NA=OPIEHGBKNPDAENEJB=JPO d. Penderita penyakit kronis seperti tuberkulosis dan atau HIV/AIDS. Perlu gabungan intervensi pengobatan medis, cakupan gizi yang baik, peningkatan ketahanan pangan rumah tangga dan pendidikan perilaku. @ e. Kurang gizi mikro untuk semua kelompok umur, terutama pada anak-anak, ibu hamil dan menyusui. Kekurangan gizi mikro pada semua kelompok umur cukup tinggi disebabkan karena asupan karbohidrat yang tinggi, NAJ@=DJU==OQL=JLNKPAEJĠDAS=JEO=UQN@=J>Q=D O=UQN@=J>Q=DOANP=I=G=J=JU=JC>ANBKNPEłG=OE-=@= kondisi ini biasanya tingkat stunting pada balita juga cukup tinggi. A *E?NKJQPNEAJP @Ał?EAJ?EAO =IKJC LAKLHA KB =HH =CA CNKQLO AOLA?E=HHU UKQJC ?DEH@NAJ LNACJ=JP =J@ H=?P=PEJC SKIAJ*E?NKJQPNEAJP@Ał?EAJ?EAO=NA=OOQIA@PK>ASE@AOLNA=@EJPDALKLQH=PEKJ@QAPKDA=REHU?=N>KDU@N=PA >=OA@@EAPOHKSEJP=GAKBLNKPAEJOĠ=JEI=HORACAP=>HAOBNQEPO =J@BKNPEłA@BKK@O&JPDEO?KJPATPOPQJPEJCEOQOQ=HHU widely prevalent. 2. Perencanaan dan penerapan intervensi multi-sektoral untuk mengatasi TIGA penyebab dasar kekurangan gizi (pangan, kesehatan dan pengasuhan). -H=J=J@EILHAIAJPIQHPEOA?PKN=HEJPANRAJPEKJOPK=@@NAOO1%/""QJ@ANHUEJC?=QOAOĠBKK@DA=HPD=J@?=NANAH=PA@ of undernutrition. Satu sektor saja (sektor kesehatan atau pendidikan atau pertanian) tidak dapat mengatasi masalah gizi secara efektif karena masalah tersebut adalah multi sektor. OEJCHA OA?PKN =HKJA ĠDA=HPD KN A@Q?=PEKJ KN =CNE?QHPQNA ?=JJKP ABBA?PERAHU =@@NAOO IQHPEB=?APA@ ?=QOAO KB PDA LNK>HAI a. a. Intervensi langsung dengan manfaat langsung terhadap gizi (terutama melalui Sektor Kesehatan): Memperbaiki gizi dan pelayanan ibu hamil, terutama selama 2 trimester pertama usia kehamilan: makan lebih sering, beraneka ragam, dan bergizi; minum pil besi atau menggunakan suplemen gizi mikro tabur (Sprinkle) setiap hari; memeriksakan kehamilan sekurangnya 4 kali selama periode kehamilan. 64 DNKJE?=HHU EHH LAKLHA OQBBANEJC BNKI PQ>AN?QHKOEO =J@ KN %&3&!0 *A@E?=H PNA=PIAJP CKK@ JQPNEPEKJ EILNKRA@ DKQOADKH@BKK@OA?QNEPU=J@>AD=REKN=HA@Q?=PEKJODKQH@>A?KI>EJA@ !ENA?PEJPANRAJPEKJOSEPD@ENA?P>AJAłPOBKNJQPNEPEKJĠIKOPHUPDNKQCD%A=PD0A?PKN ġ &ILNKREJCI=PANJ=HJQPNEPEKJ=J@?=NAAOLA?E=HHU@QNEJCPDAOA?KJ@D=HBKBLNACJ=J?UġBNAMQAJP@ERANOEłA@=J@ JQPNEPEKQOIA=HOĢ@=EHUP=GEJCENKJP=>HAPOKNIQHPELHAIE?NKJQPNEAJPLKS@ANĠ0LNEJGHA Ģ=PHA=OP=JPAJ=P=H?=NA ?DA?GQLO@QNEJC=LNACJ=J?U Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Promosi menyusui ASI selama 0-24 bulan: inisiasi menyusui dini segera sesudah bayi lahir; menyusui ASI eksklusif sampai 6 bulan pertama, melanjutkan pemberian ASI sampai 24 bulan; melanjutkan menyusui walaupun anak sakit. -NKIKPEJC >NA=OPBAA@EJC @QNEJC IKJPDOġ EJEPE=PEKJ KB >NA=OPBAA@EJC =O OKKJ =O =BPAN >ENPDĢ AT?HQOERA >NA=OPBAA@EJCQLPKłNOPOETIKJPDOĢ?KJPEJQA@>NA=OPBAA@EJCQLPKIKJPDOĢ?KJPEJQA@>NA=OPBAA@EJC@QNEJC ?DEH@OOE?GJAOO Meningkatkan pola pemberian makanan tambahan untuk anak usia 6-24 bulan: mulai pemberian makanan &ILNKREJC ?KILHAIAJP=NU BAA@EJC KB IKJPDO ?DEH@NAJġ OP=NP ?KILHAIAJP=NU BAA@EJC BNKI PD IKJPDĢ P=I>=D=JOAF=G=J=G>ANQOE=>QH=JĢLAI>ANE=JI=G=J=JHA>EDOANEJCFQIH=DOA@EGEP>AN=JAG=N=C=I dan bergizi (pangan hewani, telur, kacang-kacangan, polong-polongan, kacang tanah, sayur, buah dan minyak); hindari pemberian jajan yang tidak sehat. BNAMQAJPOI=HH@ERANOEłA@=J@JQPNEPEKQOIA=HOĠ=JEI=HBKK@OACCO>A=JLA=OLA=JQPORACAP=>HAOBNQEPO oil); avoiding unhealthy snacks. Pemantauan berat dan tinggi badan bayi 0-24 bulan atau jika sumber daya memungkinkan, untuk anak 0-59 bulan secara teratur, untuk mendeteksi kurang gizi secara dini sehingga bisa dilakukan intervensi sedini mungkin. Meningkatkan komunikasi mengenai berat badan anak, cara mencegah dan memperbaiki kegagalan berat dan tinggi anak dengan keluarga. /ACQH=NIKJEPKNEJCSAECDP=J@DAECDPKBIKJPDOKNIKJPDO?DEH@NAJEBNAOKQN?AOLANIEPPKA=NHU @APA?PA@I=HJQPNEPEKJBKNPEIAHUEJPANRAJPEKJ"JD=J?A?KIIQJE?=PEKJSEPDB=IEHEAOKJ?DEH@OSAECDPS=UOPK prevent and correct weight and height failure. Mengatasi masalah kurang gizi akut pada balita dengan menyediakan fasilitas dan manajemen berbasis masyarakat berdasarkan pedoman dari WHO/UNICEF dan Departemen Kesehatan. #=?EHEPU>=OA@=J@?KIIQJEPU>=OA@I=J=CAIAJPKB=?QPAI=HJQPNEPEKJ=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJ=??KN@EJC *AILAN>=EGE=OQL=JCEVEIEGNKġLNKIKOEC=N=I>ANUK@EQIĢLAJC=JAG=N=C=I=J=OQL=JI=G=J=JĢBKNPEłG=OE &ILNKREJCIE?NKJQPNEAJPEJP=GAġLNKIKPEJCEK@EVA@O=HPĢ@ERANOEłA@@EAPĢBKNPEłA@BKK@OĢENKJP=>HAPOBKNLNACJ=JP SKIAJĢOAIE=JJQ=HREP=IEJOQLLHAIAJP=PEKJBKNIKJPDO?DEH@NAJĠKNIKJPDOEBNAOKQN?AOLANIEP =J@H=?P=PEJCIKPDANOSEPDEJOPIKJPD=BPAN>ENPDĢ@ASKNIEJC &JPAJOEBUEJC DA=HPD =J@ JQPNEPEKJ EJBKNI=PEKJA@Q?=PEKJ?KIIQJE?=PEKJ Ġ&" KJ PDAOA @ENA?P =J@ EJ@ENA?P EJPANRAJPEKJO >U QOEJC R=NEKQO ?D=JJAHO ĠI=OO IA@E= REHH=CA HKQ@OLA=GANO REHH=CA ARAJPO AP? PK =@@NAOO JKPKJHUIKPDANO=J@?=NACERANO>QP=HOKREHH=CA=J@NAHECEQOHA=@ANODQO>=J@O=J@KPDANB=IEHUIAI>ANO =@KHAO?AJPOPA=?DANOATPAJOEKJSKNGANO?KIIQJEPUOANRE?ALNKRE@ANO makanan; pemberian pil besi untuk ibu hamil; pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali untuk anak 6-24 >QH=JĠ=P=Q=J=G>QH=JFEG==HKG=OE=JCC=N=JIAJ?QGQLE OANP=E>QIAJUQOQE@=H=IF=JCG=S=GPQ bulan setelah melahirkan atau masa nifas; pemberian obat cacing. Mengintensifkan kegiatan penyuluhan atau pendidikan informasi kesehatan dan gizi (&" ) baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan bermacam-macam media (media massa, pengeras suara di mushola, perayaan hari besar dll.) untuk menjangkau tidak hanya ibu dan pengasuh anak, tetapi juga kepala desa, pemuka desa, pemuka agama, para suami dan anggota keluarga lain, remaja putri, guru, tenaga penyuluh, penyedia pelayanan masyarakat. b. Intervensi tidak langsung dengan manfaat tidak langsung terhadap gizi (terutama melalui sektor di luar kesehatan) b. &J@ENA?PEJPANRAJPEKJSEPDEJ@ENA?P>AJAłPOBKNJQPNEPEKJĠIKOPHUPDNKQCDJKJDA=HPDOA?PKNO Promosi pemanfaatan halaman rumah: pemanfaatan halaman rumah dengan cara menanam sayuran, buah-buahan, kacang-kacangan; memelihara unggas (ayam, bebek); dan memelihara ikan. -NKIKPEJCDKIAOPA=@=CNE?QHPQNAġDKIAC=N@AJEJCKBRACAP=>HAOBNQEPO>A=JOLA=JQPOĢOI=HH=JEI=HDQO>=J@NU Ġ?DE?GAJ@Q?GO Ģ=J@łODLKJ@ Mobilisasi kepemimpinan berbasis masyarakat dari kepala desa, pemuka agama, PKK, kelompok tani dan *K>EHEVEJC ?KIIQJEPU>=OA@ HA=@ANODELO KB REHH=CA DA=@ NAHECEKJ HA=@ANO SKIAJO =OOK?E=PEKJ B=NIANO lain-lain, untuk terlibat dalam intervensi gizi terutama keterlibatan pada saat pendidikan higiene dan gizi. Memperbaiki air minum: meningkatkan akses terhadap sumber air bersih untuk rumah tangga dan sekolah-sekolah; promosi minum air matang sebagai ganti air mentah; membuat tangki penampung air untuk menyimpan air hujan; meminta anak untuk membawa air minum ke sekolah untuk penghilang rasa association, etc. in nutrition interventions, particularly in hygiene and nutrition education. &ILNKREJC@NEJGEJCS=PANġEJ?NA=OEJC=??AOOPKEILNKRA@S=PANOKQN?AO=PDKQOADKH@O=J@O?DKKHOĢLNKIKPEJC the drinking of boiled water instead of raw water; constructing water tanks to collect water during rainy seasons; encouraging students to bring drinking water to school to prevent thirsty. dahaga. Memperbaiki higiene dan sanitasi: mencuci tangan sebelum makan dan setelah dari toilet; memperbaiki sistem pembuangan limbah; pembuangan sampah/limbah yang tepat dan benar. &ILNKREJC DUCEAJA =J@ O=JEP=PEKJġ D=J@ S=ODEJC >ABKNA IA=HO =J@ =BPAN PKEHAPOĢ EILNKREJC OAS=CA OUOPAIĢ LNKLANS=OPAAT?NAPEKJ@EOLKO=H Meningkatkan status kaum perempuan; meningkatkan pendidikan kaum perempuan, memperbaiki &ILNKREJCSKIAJOOP=PQOġEJ?NA=OEJCBAI=HAA@Q?=PEKJEILNKREJCGJKSHA@CAOGEHHOKJ?DEH@?=NA=J@BAA@EJCĢ AJD=J?EJCOD=NA@NAOLKJOE>EHEPUKBDQO>=J@O=J@KPDANB=IEHUIAI>ANOEJ?DEH@?=NA=J@BAA@EJC pengetahuan/kemampuan pengasuhan dan pemberian makan anak; meningkatkan pembagian tanggung jawab suami dan anggota keluarga dalam pengasuhan dan pemberian makan anak. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 65 BAB/Chapter 4 PK4%,2+& "#=J@*K%CQE@AHEJAO Memperkuat kapasitas pemerintah di tingkat provinsi dan kabupaten dalam hal merencanakan, melaksanakan, memantau dan mengevaluasi intervensi gizi. Perlu dipahami bahwa intervensi tidak langsung ini hanya bersifat melengkapi intervensi langsung, bukan pengganti intervensi gizi langsung. 3. Prioritas dan peningkatan investasi serta komitmen dalam hal gizi untuk mengatasi masalah gizi 0PNAJCPDAJEJC?=L=?EPEAOKBPDANAH=PA@LNKREJ?E=H@EOPNE?PKBł?E=HOEJLH=JJEJCEILHAIAJPEJCIKJEPKNEJC=J@ evaluating nutrition interventions. &P ODKQH@ >A AILD=OEVA@ PD=P PDA EJ@ENA?P EJPANRAJPEKJO =NA ?KILHAIAJP=NU PK >QP ODKQH@ JKP OQ>OPEPQPA BKN @ENA?P nutrition interventions. 3. -NEKNEPEVA=J@EJ?NA=OAEJRAOPIAJPEJJQPNEPEKJ=J@?KIIEPIAJPPKOKHRAJQPNEPEKJLNK>HAIO Dampak ekonomi akibat kekurangan gizi pada anak-anak adalah sangat tinggi. Kekurangan gizi pada anak akan menyebabkan hilangnya produktivitas pada masa dewasa, dan tingginya biaya pelayanan kesehatan dan pendidikan. Ada beberapa macam bentuk dari malnutrisi pada masa anak-anak yang dapat menyebabkan hilangnya 1DAA?KJKIE??KOPOKB?DEH@QJ@ANJQPNEPEKJ=NARANUDECD DEH@QJ@ANJQPNEPEKJHA=@OPKHKOOAOEJ=@QHPLNK@Q?PEREPU=J@ DECDDA=HPD?=NA=J@A@Q?=PEKJ?KOP1DANA=NAR=NEKQOBKNIOKB?DEH@DKK@I=HJQPNEPEKJPD=P?=QOALNK@Q?PEREPUHKOOAO EJ =@QHPDKK@ =OOK?E=PA@ SEPD HKSAN ?KCJEPERA =>EHEPU -NKPAEJAJANCU I=HJQPNEPEKJ EO =OOK?E=PA@ SEPD = HKOO ENKJ produktivitas mereka pada masa dewasa yang berkaitan dengan rendahnya kemampuan kognitif. Kekurangan @Ał?EAJ?U=JAIE=SEPD=HKOO=J@EK@EJA@Ał?EAJ?USEPD=HKOOEJ=@QHPLNK@Q?PEREPU DEH@DKK@I=HJQPNEPEKJ =HOKHA=@OPKLNK@Q?PEREPUHKOOAOEJI=JQ=HH=>KN AJANCELNKPAEJ>ANGKJOPNE>QOEOA>AO=N@=NEDEH=JCJU=LNK@QGPEREP=OL=@=I=O=@AS=O=GAGQN=JC=JV=P>AOE Ġ=JAIE= >ANGKJPNE>QOEOA>AO=N@=JGAGQN=JC=JV=PUK@EQIOA>AO=N*=HJQPNEOEL=@=I=O==J=G=J=GFQC= berpotensi menyebabkan hilangnya produktivitas tenaga kerja kasar. Investasi di bidang gizi merupakan salah satu jenis intervensi pembangunan yang paling efektif dari segi biaya, karena memiliki rasio manfaat-biaya yang tinggi, bukan hanya untuk individu, tetapi juga pembangunan negara yang berkelanjutan, sebab intervensi ini dapat melindungi kesehatan, mencegah kecacatan dan dapat memacu produktivitas ekonomi dan menjaga kelangsungan hidup. &JRAOPIAJPOEJJQPNEPEKJ=NA=IKJCPDAIKOP?KOPABBA?PERA@ARAHKLIAJPEJPANRAJPEKJO>A?=QOARANUDECD>AJAłPPK cost ratios, not only for individuals, but also for sustainable growth of countries, because they protect health, prevent @EO=>EHEPU>KKOPA?KJKIE?LNK@Q?PEREPU=J@O=RAHERAO Konsensus Copenhagen menetapkan bahwa pemberian vitamin dan mineral ke anak kurang gizi merupakan investasi terbaik di dunia ini. Pemberian zat-zat gizi mikro dalam bentuk kapsul vitamin A dan seng kepada 80% @=NEFQP==J=GU=JCGAGQN=JC=JREP=IEJAOAJOE=HD=JU=IAI>QPQDG=J>E=U=OA>AO=N20FQP=LANP=DQJ 1DA KLAJD=CAJ KJOAJOQON=JGOPDALNKREOEKJKBREP=IEJO=J@IEJAN=HOPKQJ@ANJKQNEODA@?DEH@NAJ=OPDASKNH@O >AOPEJRAOPIAJP-NKRE@EJCIE?NKJQPNEAJPOBKNKBPDAIEHHEKJ?DEH@NAJSDKH=?GAOOAJPE=HREP=IEJOEJPDABKNIKB REP=IEJ?=LOQHAOLHQO=?KQNOAKBVEJ?OQLLHAIAJPOSKQH@?KOPFQOP20IEHHEKJLANUA=NSDEHACAJAN=PEJC=JJQ=H OAIAJP=N= I=JB==P P=DQJ=J U=JC @ELANKHAD @=NE LAI>ANE=J V=PV=P CEVE P=I>=D=J PANOA>QP HA>ED @=NE 20 milyar. >AJAłPOSKNPDIKNAPD=J20>EHHEKJ -NEKNEP=OPANEJCCEGAPEC=@=NEGKJOAJOQOPANOA>QP=@=H=DBKNPEłG=OEV=PCEVEIEGNKOALANPEC=N=I>ANUK@EQI@=J BKNPEłG=OEI=G=J=J@AJC=JV=P>AOE!EI=J=OAPE=L@KH=NU=JC@EGAHQ=NG=J=G=JIAI>ANEG=JI=JB==PHA>ED@=NE US$ 9. 1DAPDEN@PKLLNEKNEPUN=JGA@S=OIE?NKJQPNEAJPBKNPEł?=PEKJEJRKHREJCPDAEK@EV=PEKJKBO=HP=J@BKNPEł?=PEKJKB>=OE?BKK@ EPAIOSEPDENKJ"=?D@KHH=NOLAJPKJPDEOSKQH@NAOQHPEJ>AJAłPOKBIKNAPD=J20 /AOA=N?DD=OODKSJPD=PIAJĠ=CA@UA=NO EJ$Q=PAI=H=SDKNA?AERA@=JQPNEPEKQOOQLLHAIAJPSDAJPDAUSANA Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki (umur 25-42 tahun) di Guatemala yang menerima zat-zat gizi tambahan ketika mereka berumur 0-2 tahun dapat bekerja dengan jam kerja yang jauh lebih lama (lebih dari 46%) dibandingkan dengan laki-laki yang tidak menerima zat-zat gizi tambahan. Hal ini menunjukkan bahwa investasi gizi pada masa anak-anak dapat memacu pertumbuhan ekonomi seseorang dan seluruh masyarakat. 66 UA=NOKB=CAA=NJA@DECDANDKQNHUS=CAOĠKJ=RAN=CADECDAN PD=JIAJSDK@E@JKPNA?AERAPDAOQLLHAIAJP 1DEOEJ@E?=PAOPD=PEJRAOPIAJPEJA=NHU?DEH@DKK@JQPNEPEKJ?=J@NERAA?KJKIE?CNKSPDBKNEJ@ERE@Q=HO=OSAHH=OSDKHA societies. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia DAFTAR PUSTAKA REFERENCES i. Dewan Ketahanan Pangan dan World Food Programme (WFP). Peta Kerawanan Pangan Indonesia, 2005. E EE EEE ER R !AL=NPAIAJ(AOAD=P=J/EOAP(AOAD=P=J!=O=NĠ/&0("0!0 =@=J-QO=P0P=PEOPEGĠ-0 0P=PEOPEG&J@KJAOE=P=DQJ =@=J-QO=P0P=PEOPEGĠ-0 (KJOQIOE(=HKNE@=J-NKPAEJQJPQGPEJCG=P&J@KJAOE=@=J-NKREJOE (=JPKN*AJPANE+AC=N=-ANAJ?=J==J-AI>=JCQJ=J+=OEKJ=H--"+0/AJ?=J=GOE+=OEKJ=H-=JC=J @=J$EVEĠ/+-$ EE EEE ER R +=PEKJ=H#KK@0A?QNEPU KQJ?EHKBPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE==J@4KNH@#KK@-NKCN=IIA#KK@&JOA?QNEPUPH=OKB &J@KJAOE= *EJEOPNUKB%A=HPDKB&J@KJAOE==OE?%A=HPD/AOA=N?DĠ/&0("0!0 +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U0P=PEOPE?=H6A=N>KKGKB&J@KJAOE= +=PEKJ=H0P=PEOPE?OCAJ?U KJOQILPEKJKB =HKNEA=J@-NKPAEJKB&J@KJAOE==J@PDA-NKREJ?A *EJEOPNUKB-H=JJEJC=J@"?KJKIE?!ARAHKLIAJPKB&J@KJAOE=+=PEKJ=H-H=JKB?PEKJKJ#KK@=J@+QPNEPEKJBKN RE 4KNH@#KK@-NKCN=IIA"IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKGJ@A@EPEKJ REE 4KN@#KK@-NKCN=IIA=J@!QP?D)EBA=J@*=PANE=HO0?EAJ?AO KIL=JUĠ!0* 1AJ*EJQPAOPK)A=NJ>KQP+QPNEPEKJ -NKCN=IIEJC REEE 4KNH@%A=HPD,NC=JEV=PEKJ4KNH@%A=HPD/ALKNP$AJAR=ġ4%, ET KLAJD=CAJ KJOAJOQODPPLġSSS?KLAJD=CAJ?KJOAJOQO?KI T %K@@EJKPP'ADNI=J'/*=HQ??EK'#HKNAO/*=NPKNAHH/"BBA?PKB=JQPNEPEKJEJPANRAJPEKJ@QNEJCA=NHU?DEH@DKK@ ?DEH@DKK@KJA?KJKIE?LNK@Q?PEREPUEJ$Q=PAI=H=J=@QHPO1DA)=J?APĢġĠ#EJ@EJCġIAJĠ=CA@ 25-42 years) in Guatemala who received a nutritious supplement when they were 0-2 years of age earned on average 46% higher hourly wages). KJA?KJKIE?LNK@Q?PEREPUEJ$Q=PAI=H=J=@QHPO1DA)=J?APĢġĠ#EJ@EJCġIAJĠ=CA@UA=NO EJ$Q=PAI=H=SDKNA?AERA@=JQPNEPEKQOOQLLHAIAJPSDAJPDAUSANAUA=NOKB=CAA=NJA@KJ=RAN=CADECDAN hourly wages). BAB/Chapter 4 vi. World Food Programme (WFP). "IANCAJ?U#KK@0A?QNEPUOOAOOIAJP%=J@>KKG, Edisi ke-2, 2009. vii. World Food Programme (WFP) dan Dutch Life serta Materials Sciences Company (DSM). 1AJ*EJQPAOPK)A=NJ >KQP+QPNEPEKJ-NKCN=IIEJC viii. World Health Organization (WHO). 4KNH@%A=HPD/ALKNP$AJAR=ġ4%, ix. Copenhagen Consensus. http://www.copenhagenconsensus.com x. Hoddinott, J, Behrman JR, Maluccio JA, Flores R, Martorell R Effect of a nutrition intervention during early Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 67 BAB/Chapter 4 Peta 4.1 / Map 4.1 Rumah Tangga dengan Akses ke Fasilitas Kesehatan > 5 km Households with Access to Health Facilities > 5 km Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 69 BAB/Chapter 4 Peta 4.2 / Map 4.2 Rumah Tangga tanpa Akses ke Air Bersih Households without Access to Clean Water Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 71 BAB/Chapter 4 Peta 4.3 / Map 4.3 Perempuan Buta Huruf Female Illiteracy Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 73 BAB/Chapter 4 Peta 4.4 / Map 4.4 Berat Badan Anak (< 5 Tahun) di Bawah Standar Underweight Children (< 5 Years) Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 75 BAB/Chapter 4 Peta 4.5 / Map 4.5 Angka Harapan Hidup Life Expectancy Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 77 CHAPTER 5 VULNERABILITY TO TRANSIENT FOOD INSECURITY Kerentanan terhadap bencana alam dan goncangan mendadak lainnya dapat mempengaruhi ketahanan pangan suatu wilayah baik sementara ataupun dalam jangka waktu panjang. Ketidak-mampuan untuk memenuhi kebutuhan pangan 3QHJAN=>EHEPU PK J=PQN=H @EO=OPANO =J@ KPDAN ODK?GO ?=J EJŃQAJ?A BKK@ OA?QNEPU PAILKN=NEHU KN BKN =J ATPAJ@A@ LANEK@ 1DA EJ=>EHEPU PK IAAP BKK@ JAA@O BKN = PAILKN=NU LANEK@ EO GJKSJ =O PN=JOEAJP BKK@ EJOA?QNEPU OQ@@AJ J=PQN=H KN y Bencana alam atau bencana secara sementara dikenal sebagai kerawanan pangan sementara (transient food insecurity). teknologi yang terjadi tiba-tiba, bencana yang terjadi secara bertahap, perubahan harga atau goncangan terhadap L=O=NALE@AIEGLAJU=GEPGKJŃEGOKOE=H@=JH=EJH=EJ@=L=PIAJUA>=>G=JPANF=@EJU=GAN=S=J=JL=JC=JOAIAJP=N= Kerawanan pangan sementara dapat berpengaruh terhadap satu atau semua dimensi ketahanan pangan seperti ketersediaan pangan, akses terhadap pangan dan pemanfaatan pangan. PA?DJKHKCE?=H@EO=OPAN=OHKSKJOAP@EO=OPANLNE?AKNI=NGAPODK?GODA=HPDALE@AIE?O?EREH?KJŃE?POAP??=J=HHHA=@PK PN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU1N=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU?=J=BBA?PKJAKN=HH@EIAJOEKJOKBBKK@OA?QNEPUPD=PEOBKK@=R=EH=>EHEPU BKK@=??AOO=J@KNBKK@QPEHEV=PEKJ Kerawanan pangan sementara dapat juga dibagi menjadi dua sub-kategori: menurut siklus, di mana terdapat suatu 1N=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPUEOOKIAPEIAO@ERE@A@EJPKPSKOQ>?=PACKNEAOġ?U?HE?=HSDANAPDANAEO=NACQH=NL=PPANJPKBKK@ pola yang berulang terhadap kondisi rawan pangan, misalnya, “musim paceklik” yang terjadi dalam periode sebelum panen, dan sementara, yang merupakan hasil dari suatu goncangan mendadak dari luar pada jangka pendek seperti GAGANEJC=J=P=Q>=JFEN(KJŃEGOELEHFQC=PANI=OQG@=H=IG=PACKNECKJ?=JC=JOAIAJP=N=S=H=QLQJ@=IL=GJAC=PEBJU= PAND=@=LGAP=D=J=JL=JC=JU=JC@EOA>=>G=JKHADGKJŃEG@=L=P>ANH=JFQPQJPQGF=JCG=S=GPQU=JCH=I=!AJC=JG=P= lain, kerawanan pangan sementara dapat mempengaruhi orang-orang yang berada pada kondisi rawan pangan kronis dan juga orang-orang yang terjamin pangannya pada keadaan normal. EJOA?QNEPUBKNAT=ILHAPDAļHA=JOA=OKJPD=PK??QNOEJPDALANEK@FQOP>ABKNAD=NRAOPĢ=J@PAILKN=NUSDE?DEOPDANAOQHP KB=ODKNPPANIATKCAJKQOODK?GOQ?D=O=@NKQCDPKNŃKK@ EREH?KJŃE?PEO=HOK=PAILKN=NUODK?G=HPDKQCDPDAJAC=PERA EIL=?P KJ BKK@ OA?QNEPU @QA PK ?KJŃE?P KBPAJ ?KJPEJQAO KRAN ATPAJ@A@ LANEK@O KB PEIA &J KPDAN SKN@O PN=JOEAJP BKK@ EJOA?QNEPU=BBA?POJKPFQOPPDKOASDK=NA?DNKJE?=HHUBKK@EJOA?QNA>QP=HOKKPDANOSDK=NABKK@OA?QNAEJJKNI=HPEIAO Di dalam bab ini kerawanan pangan dianalisa dari segi lingkungan hidup. Faktor lingkungan dan kemampuan masyarakat untuk mengatasi goncangan sangat menentukan apakah suatu negara atau wilayah dapat mempertahankan ketahanan pangannya. Tinjauan ketahanan pangan dan gizi dari sudut pandang lingkungan hidup meliputi perhatian terhadap pengelolaan tanah, konservasi dan pengelolaan air, konservasi keanekaragaman hayati, peningkatan teknologi prapanen, pelestarian lingkungan hidup dan pengelolaan hutan. Deforestasi hutan melalui eksploitasi sumber daya =H=IŃQGPQ=OE?QN=DDQF=JLANOAJP=OA@=AN=DļLQOK@=JLANOAJP=OA@=AN=DU=JCPANGAJ=>=JFEN@=JP=J=DHKJCOKN &JPDEO?D=LPANBKK@EJOA?QNEPUEO=J=HUVA@BNKI=JAJRENKJIAJP=HLANOLA?PERA"JRENKJIAJP=HB=?PKNO=J@LAKLHAO=>EHEPUPK ?KLASEPD=ODK?GARAJPQ=HHU@APANIEJASDAPDAN=?KQJPNUKN=NACEKJSEHH>A=>HAPK=?DEARABKK@OA?QNEPU1DAAJRENKJIAJP=H LANOLA?PERAKBBKK@=J@JQPNEPEKJOA?QNEPUSEHHEJRKHRA=PPAJPEKJPKOKEHI=J=CAIAJPS=PAND=NRAOPEJC=J@I=J=CAIAJP ?KJOANR=PEKJ KB >EK@ERANOEPU =J@ EILNKRA@ LKOPD=NRAOP PA?DJKHKCU AJRENKJIAJP=H LNKPA?PEKJ =J@ BKNAOP I=J=CAIAJP !ABKNAOP=PEKJKRANATLHKEP=PEKJKBJ=PQN=HNAOKQN?AON=EJB=HHŃQ?PQ=PEKJ=J@PDALAN?AJP=CAKBPDA=NA==BBA?PA@>UŃKK@O =J@H=J@OHE@AO=NAOKIAKBPDAEJ@E?=PKNOQOA@EJPDEOOA?PEKJPKATLH=EJPN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPUEJ&J@KJAOE= merupakan beberapa indikator yang di gunakan dalam bab ini untuk menjelaskan kerawanan pangan sementara di Indonesia. 5.1 BENCANA ALAM 5.1 NATURAL N L DISASTERS Pada sub-bab ini menyoroti sebab-sebab utama kerawanan pangan sementara, yang timbul akibat bencana alam. Indonesia merupakan salah satu negara yang paling rawan terhadap bencana alam di dunia, berdasarkan pada kejadian besar yang didokumentasikan oleh AJPAN BKN /AOA=N?D KJ PDA "LE@AIEKHKCU KB !EO=OPANO (CRED), Brussel, Belgia 1DAI=EJ?=QOAOBKNPN=JOEAJPBKK@EJOA?QNEPU=NAJ=PQN=H@EO=OPANO&J@KJAOE=EOKJA=IKJCOPPDAIKOPJ=PQN=H@EO=OPAN LNKJA?KQJPNEAOEJPDASKNH@>=OA@KJI=FKNARAJPONA?KN@A@>UPDA AJPNABKN/AOA=N?DKJPDA"LE@AIEKHKCUKB!EO=OPANO Ġ /"! NQOOAHOAHCEQIĠ1=>HA Ġ1=>AH Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 79 BAB/Chapter 5 BAB 5 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN TRANSIEN 7DEHO1HJDUDXWDPD\DQJPHQJDODPLEHQFDQDDODPVHODPD – 7DEOH7RS1DWXUDOGLVDVWHUKLWFRXQWULHVGXULQJ± -XPODK.HMDGLDQ 1RRI(YHQWV -XPODK.HMDGLDQ 1RRI(YHQWV China 38 United States 23 United States 31 China 20 India 21 India 20 Phillipines 20 Indonesia 17 Indonesia 20 Phillipines 16 Afghanistan 13 Pakistan 10 Vietnam 11 Japan 8 Pakistan 9 Mexico 7 Bangladesh 8 Algeria 7 Romania 8 Haiti 7 Sumber/Source: Annual Disaster Statistical Review, 2006 and 2007, Epidemiology of Disasters, Brussels, Belgium. Centre for Research on the E AN@=O=NG=J@=P=@=NE+-PANF=@EHA>ED@=NEGAF=@E=J>AJ?=J==H=IOAH=I=LANEK@AP=DQJU=JC ??KN@EJC PK PDA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= IKNA PD=J J=PQN=H @EO=OPAN ARAJPO K??QNNA@ EJ &J@KJAOE= @QNEJC PDA PAH=DIAJUA>=>G=JHA>ED@=NEKN=JCIAJEJCC=H@QJE=!=P=>AJ?=J==H=IJ=OEKJ=HPANOA>QPIAIEHEGEHA>ED banyak jenis kejadian bencana daripada database CRED dan termasuk kejadian tingkat besar kecilnya bencana yang meliputi: angin topan, banjir, kekeringan, letusan gunung berapi, gempa bumi, Tsunami, tanah longsor, abrasi pantai, epidemik, hama tanaman, kebakaran hutan dan pemukiman. Kejadian bencana Tsunami di NAD pada 26 Desember PAH=DIAJUA>=>G=JHA>ED@=NEKN=JCIAJEJCC=HOANP=IAJUA>=>G=JGANQCE=JU=JCO=JC=P>AO=NL=@= sektor ekonomi. LANEK@KBSDE?D?=QOA@KRAN@A=PDOĠ1=>HA 1DEOJ=PEKJ=HHEOPEJ?HQ@AOIKNAARAJPOPD=JPDA /"!@=P=>=OA=J@EJ?HQ@AO>KPDOI=HH=J@H=NCANARAJPOKBI=JUPULAOġ1ULDKKJ#HKK@!NKQCDP3KH?=JE?"NQLPEKJ "=NPDMQ=GA1OQJ=IE)=J@OHE@A4=RA=J@>N=OEKJ"LE@AIE?-AOP&JBAOP=PEKJ#KNAOP#ENAO=J@0APPHAIAJP#ENAO1DA $=I>=N IAJQJFQGG=J NEJCG=O=J >AJ?=J= =H=I U=JC PANF=@E @E PE=L LNKREJOE @E &J@KJAOE= L=@= LANEK@A (AF=@E=J>AJ?=J==H=IL=HEJCOANEJCPANF=@E@E'=S=1AJC=DGAIQ@E=J@EEGQPEKHAD'=S==N=P'=S=1EIQN@=J Sulawesi Selatan. +=PQN=H @EO=OPANO SDE?D =BBA?PA@ A=?D LNKREJ?A EJ &J@KJAOE= @QNEJC =NA LNAOAJPA@ EJ #ECQNA +=PQN=H @EO=OPANOIKOPBNAMQAJPHUK??QNNA@EJ'=S=1AJC=DBKHHKSA@>U'=S==N=P'=S=1EIQN=J@0QH=SAOE0AH=P=J 5.2 FLUKTUASI CURAH HUJAN 5.2 RAINFALL FLUCTUATION Variabilitas iklim secara langsung mempengaruhi berbagai aspek dari ketahanan pangan, khususnya dalam hal ketersediaan pangan dan distribusi pangan. Peristiwa bencana alam seperti kekeringan dan banjir, berkaitan dengan G=N=GPANEOPEG @=J ŃQGPQ=OE ?QN=D DQF=J (AGANEJC=J @=J >=JFEN @EOA>=>G=J KHAD >AO=NJU= R=NE=OE ?QN=D DQF=J U=JC HEI=PAR=NE=>EHEPU@ENA?PHUEJŃQAJ?AOI=JUB=?APOKBBKK@OA?QNEPUL=NPE?QH=NHUBKK@=R=EH=>EHEPU=J@BKK@@EOPNE>QPEKJHIKOP =HHJ=PQN=H@EO=OPANARAJPOEJ?HQ@EJC@NKQCDPOŃKK@O=J@SEJ@OPKNIO=NA?KJJA?PA@SEPD?D=N=?PANEOPE?O=J@ŃQ?PQ=PEKJKB N=EJB=HHKPD@NKQCDPO=J@ŃKK@O=NA?=QOA@>UH=NCAR=NE=PEKJOEJPDAPKP=HN=EJB=HHNA?AERA@EJA=?DCAKCN=LDE?=H@EREOEKJ @EPANEI= KHAD OAPE=L SEH=U=D CAKCN=łO 3=NE=OE ?QN=D DQF=J @E &J@KJAOE= O=JC=P @ELAJC=NQDE KHAD >AN>=C=E B=GPKN baik global, regional maupun lokal. Faktor global antara lain adalah fenomena El Niño, La Niña, dan Dipole Mode, sedangkan faktor regional antara lain Sirkulasi Monsun, Madden Julian Oscillation (MJO), dan suhu muka laut perairan Indonesia. Sementara itu, faktor lokal yang berpengaruh adalah ketinggian tempat, posisi bentangan suatu pulau, sirkulasi angin darat dan angin laut, serta tutupan lahan suatu wilayah. /=EJB=HHR=NE=PEKJEJ&J@KJAOE=EOEJŃQAJ?A@>UOKIACHK>=HNACEKJ=HKNHK?=HB=?PKNO$HK>=HB=?PKNO?=JEJ?HQ@A"H+EÇK)= +EÇ==J@!ELKHA*K@ASDEHAPDANACEKJ=HB=?PKNO=NAIKJOKKJ?EN?QH=PEKJ*=@@AJ'QHE=J,O?EHH=PEKJĠ*', =J@PDAOA= OQNB=?APAILAN=PQNAEJ&J@KJAOE=0A=1DAHK?=HB=?PKNO?=JEJ?HQ@AAHAR=PEKJEOH=J@LKOEPEKJPDA?EN?QH=PEKJKBH=J@=J@OA= >NAAVAO=J@PDAH=J@?KRANKB?ANP=EJ=NA=O 80 &J@E=J,?A=JPOQJ=IEKB!A?AI>ANEJSDE?DIKNAPD=J&J@KJAOE=J@EA@?=QOA@PDAIKOPB=P=HEPEAO ?KQLHA@SEPDDQCAA?KJKIE?HKOOAO Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHO 5LQJNDVDQWDEHOEHQFDQDDODP\DQJWHUMDGLGL,QGRQHVLDGDQNHUXVDNDQQ\DVHODPDSHULRGH± 7DEOH 6XPPDU\RIQDWXUDOGLVDVWHUVZKLFKRFFXUUHGLQ,QGRQHVLDGXULQJ±DQGHVWLPDWHGFDXVHGGDPDJH Kejadian/ (YHQWV # Kejadian/ (YHQWV Angin Topan/Typhoon 419 Banjir dan Tanah Longsor/Flood and Landslides Terluka/ ,QMXUHG 0HQLQJJDO 'HDWKV 83 5XPDK5XVDN%HUDW 6HYHUH'DPDJHG +RXVHV 139 5XPDK5XVDN5LQJDQ /LJKW'DPDJHG +RXVHV 21,350 .HUXJLDQ-XWD5S 'DPDJHPLOOLRQ,'5 21,337 2,504 /DKDQ3HUWDQLDQ 5LFH)LHOG +D 945 115 773 7,343 25,402 40,424 5,602 80,324 1,548 940 18,840 105,741 115,579 35,390 1,019,123 Epidemi/Epidemic 94 875 Gelombang pasang dan Abrasi/ Wave and abrasion 80 Banjir/Flood Gempa Bumi dan Tsunami/Earthquake and Tsunami Gempa Bumi/Earthquake - - - - - 174 2,526 2,325 ,3 5 0 101 37 129,508 37,120 181,399 645 42,756,612 58,437 164 7,277 1,326 289,790 307,191 796 1,993 Hama Tanaman/Pest Infection 4 - - - - 0 320 Kebakaran Hutan/Forest Fire 37 8 - - - 0 - Kebakaran Pemukiman/Settlement Fire 485 157 6 21,968 424 16,707 6 Kekeringan/Drought 960 55 - - - 1 1,624,260 Letusan Gunung Api/Volcano Eruption 52 10 1,241 7 3, 3,859 0 47,536 569 1,362 315 23,751 18,277 12,898 323,658 Tanah Longsor/Landslides r TOTAL Sumber/Source: http://dibi.bnpb.go.id $=I>=NġAJ?=J==H=IU=JCPANF=@E@E&J@KJAOE=LAN-NKREJOEOAH=I=LANEK@A #ECQNAġ+=PQN=H@EO=OPANOSDE?DK??QNA@EJ&J@KJAOE=>APSAAJ>ULNKREJ?A 900 800 600 500 BAB/Chapter 5 Kejadian / Events 700 400 300 200 100 DI Yogyakarta Sumatera Utara Sumatera Selatan Sumatera Barat Sulawesi Utara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tengah Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Riau Papua Barat Papua Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Nanggroe Aceh Darussalam Maluku Utara Maluku Lampung Kepulauan Riau Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Barat Jawa Timur Jawa Tengah Jawa Barat Jambi Gorontalo DKI Jakarta Bengkulu Banten Bangka-Belitung Bali 0 Sumber/Source: http://dibi.bnpb.go.id Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 81 Pengaruh dari iklim yang ekstrim pada musim hujan menyebabkan banjir dan pada musim kemarau menyebabkan kekeringan. Iklim juga dapat menyebabkan perkembangan organisme pengganggu tanaman (OPT) secara eksplisit. Dengan adanya banjir, kekeringan dan OPT dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak sempurna dan mungkin 1DAATPNAIA?HEI=PA?=QOAOŃKK@O@QNEJCPDAN=EJUOA=OKJ=J@EJPDA@NUOA=OKJEP?=QOAO@NKQCDP1DA?HEI=PA?KQH@ =HOKB=RKQNPDA@ARAHKLIAJPKBLAOPEJBAOP=PEKJĠ,-1 EJ=JATLHE?EPI=JJAN1DAK??QNNAJ?AKBŃKK@@NKQCDP=J@LAOP EJBAOP=PEKJ=@RANOAHU=BBA?PO?NKLCNKSPD=J@I=UHA=@PK?NKLB=EHQNA menyebabkan gagal panen. !Q=LAP=U=JC@EO=FEG=J@E>=S=DIAJCC=I>=NG=JLNAOAJP=OALAJUEIL=JC=J?QN=DDQF=JLANEK@AP=DQJPAN=GDEN Ġ PAND=@=L JKNI=HJU= ĠN=P=N=P= ?QN=D DQF=J P=DQJ LANEK@A OAHQNQD &J@KJAOE= QJPQG musim kemarau ( April sampai September) dan musim hujan (Oktober sampai Maret). 1SKI=LO=NALNAOAJPA@PK@AO?NE>APDALAN?AJP=CAKBN=EJB=HH@ARE=PEKJKBPDAUA=NOĠ =C=EJOPPDA=RAN=CA IKJOKKJN=EJB=HH>=OA@KJPDAUA=NOJKNI=HN=EJB=HH@=P=Ġ =?NKOO&J@KJAOE=@QNEJCPDA@NUOA=OKJĠLNEHPK 0ALPAI>AN =J@N=EJUOA=OKJĠ,?PK>ANPK*=N?D Beberapa wilayah Indonesia memiliki curah hujan di bawah batas normal jika dibandingkan rata-rata 30 tahun pada IQOEIGAI=N=QĠ@EPQJFQGG=J@=H=IS=NJ=IAN=D@E-AP= !=AN=DU=JCIAIEHEGE?QN=DDQF=J@E>=S=DJKNI=H diantaranya: sebagian besar pulau Jawa, provinsi Kalimantan Tengah, bagian selatan Kalimantan Barat dan Kalimantan Timur, Pangkal Pinang, sebagian besar Bali dan Nusa Tenggara Timur, bagian timur Sulawesi Tenggara, beberapa 0KIA KB &J@KJAOE=O NACEKJO ATLANEAJ?A@ >AHKS JKNI=H N=EJB=HH ?KIL=NA@ PK PDA UA=N =RAN=CA N=EJB=HH @=P= @QNEJC PDA@NUOA=OKJEJPDALANEK@ĠNA@OD=@AEJ*=L 1DA>AHKSJKNI=HN=EJB=HH=NA=EJ?HQ@A@IKOPKB'=R= EOH=J@(=HEI=JP=J1AJC=DPDAOKQPDANJL=NPKB(=HEI=JP=J=N=P=J@(=HEI=JP=J1EIQN-=JCG=H-EJ=JCIKOPKB=HE =J@+QO=1AJCC=N=1EIQNPDAA=OPANJL=NPKB0QH=SAOE1AJCC=N=OKIANACEKJOEJ0QH=SAOE0AH=P=J-QH=Q0AN=I=J@ daerah di Sulawesi Selatan, Pulau Seram, dan Papua Barat. Sementara itu, selama musim hujan (Peta 5.2), daerah yang mengalami penurunan intensitas curah hujan adalah Sumatera bagian utara, tengah dan selatan, Kalimantan Barat bagian selatan, Kalimantan Tengah, sebagian kecil pulau Jawa, bagian utara Papua dan Papua Barat. -=LQ==N=P%KSARAN@QNEJCPDAN=EJUOA=OKJĠOAA*=L PDA=NA=OATLANEAJ?A@@A?NA=OEJCN=EJB=HHEJPAJOEPUSANA PDAJKNPDANJPDA?AJPN=H=J@OKQPDANJL=NPOKB0QI=PAN=PDAOKQPDANJL=NPKB(=HEI=JP=J=N=P(=HEI=JP=J1AJC=DOKIA L=NPOKB'=R=EOH=J@=J@PDAJKNPDANJL=NPKB-=LQ==J@-=LQ==N=P AN@=O=NG=JLAP=@=JI=G=@=AN=DU=JCIAJC=H=IELAJQNQJ=J?QN=DDQF=J@EIQOEIGAI=N=Q@=JIQOEI hujan adalah Jambi bagian barat, sebagian Lampung, Pangkal Pinang, beberapa daerah di Jawa, sebagian Kalimantan Tengah dan Kalimantan Barat, bagian timur Sulawesi Tenggara, dan sebagian Papua Barat. 0KIA =NA=O SEHH >A ATLA?PA@ PK ATLANEAJ?A @A?NA=OA@ N=EJB=HH EJPAJOEPU EJ >KPD @NU =J@ N=EJU OA=OKJO L=NPE?QH=NHU PDA SAOPANJ L=NP KB '=I>E )=ILQJC -=JCG=H -EJ=JC OKIA L=NPO KB '=R= (=HEI=JP=J 1AJC=D =J@ (=HEI=JP=J =N=P PDAA=OPANJL=NPKB0QH=SAOE1AJCC=N==J@-=LQ==N=P1DAOAłJ@EJCO=NALNAOAJPA@EJ*=LO=J@ Dengan adanya kecenderungan penurunan curah hujan di beberapa wilayah Indonesia maka variasi curah hujan akan tidak menguntungkan bagi kelanjutan pertanian. Deforestasi dalam skala yang besar dan emisi karbon merupakan O=H=DO=PQB=GPKNU=JCIAJUA>=>G=J=@=JU=ŃQGPQ=OE@=JLANQ>=D=J?QN=DDQF=JPANOA>QP OPDAI=FKNL=NPKBPDA?KQJPNUEOB=?A@SEPDPDAPNAJ@KB@A?NA=OEJCN=EJB=HHN=EJB=HHR=NE=PEKJSKQH@>AQJB=RKQN=>HA BKNOQOP=EJ=>HA=CNE?QHPQNA)=NCAO?=HA@ABKNAOP=PEKJ=J@?=N>KJAIEOOEKJO=NAPDAI=FKNB=?PKNONAOLKJOE>HABKNN=EJB=HH ŃQ?PQ=PEKJ 5.3 DAERAH PUSO 5.3 DAMA D GED AREAS !=AN=D LQOK @E@AłJEOEG=J OA>=C=E OQ=PQ @=AN=D LNK@QGOE L=JC=J U=JC NQO=G G=NAJ= @EOA>=>G=J KHAD >AJ?=J= @=I=CA@=NA=EO@AłJA@=OKJAOQBBANEJC@A?NA=OA@?NKLLNK@Q?PEKJ@QAPKJ=PQN=H@EO=OPANOĠŃKK@O@NKQCDPOH=J@OHE@AO alam (banjir, kekeringan, longsor) dan penularan hama oleh organisme penggangu tanaman (OPT). Produksi dan produktivitas tanaman pangan sangat di pengaruhi oleh kondisi iklim dan cuaca. Kegiatan budidaya tanaman sebaiknya mempertimbangkan kondisi tersebut dengan menggunakan informasi perubahan musim, iklim dan cuaca. Data BMKG P=DQJIAJQJFQGG=J>=DS=OAH=I=IQOEIDQF=JPAN@=L=P@=AN=D@AJC=J?QN=DDQF=JJKNI=H daerah diatas normal dan 38,64 % lainnya lainnya dibawah normal. Pada saat yang sama, selama musim kemarau pada P=DQJ?QN=DDQF=J@E&J@KJAOE=@=AN=D?QN=DDQF=JJU=JKNI=H@=AN=D@E=P=OJKNI=H@=J =J@KNLAOPEJBAOP=PEKJ1DALNK@Q?PEKJ=J@LNK@Q?PEREPUKBBKK@?NKLO=NAEJŃQAJ?A@>UPDA?HEI=PE?=J@SA=PDAN?KJ@EPEKJO 1DA ?NKL ?QHPER=PEKJ =?PEREPU ODKQH@ ?KJOE@AN PDAOA ?KJ@EPEKJO >U QOEJC BKNA?=OP EJBKNI=PEKJ KJ OA=OKJ=HEPU ?HEI=PA =J@ SA=PDAN ?D=JCAO *($ @=P= EJ ODKSA@ PD=P @QNEJC PDA N=EJU OA=OKJ KB PDA N=EJB=HH NA?AERA@ S=O =P = JKNI=H HARAH KB EJPAJOEPU S=O =>KRA PDA JKNI=H =J@ S=O >AHKS *A=JSDEHA @QNEJC PDA @NU OA=OKJKBPDAN=EJB=HHEJ&J@KJAOE=S=O=PPDAJKNI=HHARAHKBEJPAJOEPUS=O=>KRAPDAJKNI=H=J@ >AHKS1DA>ACEJJEJCKBPDA@NUOA=OKJEJ&J@KJAOE=S=OKJPEIAA=NHEAN=J@@AH=UA@EJ ?KIL=NEOKJSEPDPDAOP=NPPEIAOLA?Eł?=HHU@AłJA@BKN=NACEKJEJ=JKNI=HUA=N0EIEH=NHUPDA>ACEJJEJCKBPDAN=EJU @=AN=D@E>=S=DJKNI=H(KJ@EOELANIQH==J=S=HIQOEIGAI=N=Q@E&J@KJAOE=L=@=P=DQJPAN@=L=P @=AN=DJKNI=HPAP=LHA>EDI=FQ@=NEF=@S=H@=J@=AN=DH=EJJU=IAJC=H=IEGAPANH=I>=P=JIQOEI kemarau dibanding rata-rata normal. Tabel 5.3 dan 5.4 menunjukkan data dari Departemen Pertanian yang menggambarkan persentase luas kerusakan tanaman padi dan jagung (Puso) dibandingkan dengan luas tanam yang disebabkan oleh banjir dan kekeringan pada LANEK@A@=J 82 OA=OKJEJ&J@KJAOE=S=OKJPEIAA=NHEAN=J@@AH=UA@ 1=>HAO=J@LNAOAJP@=P=LNKRE@A@>UPDA*EJEOPNUKBCNE?QHPQNAKJPDALNKLKNPEKJKBL=@@U=J@I=EVA@=I=CA@ =NA=O=IKJCPDANAOLA?PERA?QHPER=PA@=NA=OSDE?DSANA?=QOA@>UŃKK@O=J@@NKQCDPO@QNEJC=J@ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHO 3HUEDQGLQJDQDUHDSXVRSDGLDNLEDWEDQMLUGDQNHNHULQJDQWHUKDGDSOXDV DUHDWDQDPSDGLWDKXQ 7DEHO 3HUEDQGLQJDQDUHDSXVRMDJXQJDNLEDWEDQMLUGDQNHNHULQJDQWHUKDGDSOXDV DUHDWDQDPMDJXQJWDKXQ 7DEHO 3URSRUWLRQRISDGG\GDPDJHGDUHDVDPRQJWRWDOSDGG\FXOWLYDWHGDUHDV FDXVHGE\ÀRRGVDQGGURXJKWVGXULQJ 7DEHO 3URSRUWLRQRIPDL]HGDPDJHGDUHDVDPRQJWRWDOPDL]HFXOWLYDWHGDUHDV FDXVHGE\ÀRRGVDQGGURXJKWVGXULQJ .HNHULQJDQ'URXJKWV %DQMLU)ORRGV Provinsi/ Province No .HNHULQJDQ'URXJKWV %DQMLU)ORRGV 1 Nanggroe Aceh Darussalam 7.7780 5.2454 0.1743 - 1 Nanggroe Aceh Darussalam 2.9679 2.1374 - - 2 Sumatera Utara 1.4304 0.3506 0.0170 - 2 Sumatera Utara 0.2728 0.0905 - 0.0109 3 Sumatera Barat 0.1879 0.0935 0.0065 - 3 Sumatera Barat 0.0721 1.9684 - - 4 Riau 0.6352 0.7848 - 0.0102 4 Riau 0.1094 - - - - - - - 5 Kepulauan Riau* - - - - 6 Jambi 1.1115 4.8411 0.1852 - 0.0833 0.0077 - - 5 Kepulauan Riau* 6 Jambi 0.2062 0.9440 0.1138 0.0267 7 Sumatera Selatan 0.5504 0.3367 0.0822 - 7 Sumatera Selatan 8 Bengkulu* - - - - 8 Bengkulu* - - - - 9 Bangka Belitung* - - - - 9 Bangka Belitung* - - - - 10 Lampung 0.1425 0.0345 0.0986 0.0038 10 Lampung 0.0072 - 0.0150 - 11 Banten 0.6291 1.0631 1.4394 0.9961 11 Banten* - - - - 12 D.K.I. Jakarta* 12 D.K.I. Jakarta* - - - - 0.9249 2.7413 1.9932 13 14 - - - - Jawa Barat 0.0026 0.0062 - - Jawa Tengah 0.0169 0.0727 0.0960 0.1909 - 0.3447 0.0171 0.5383 0.0156 0.2798 - 0.1334 - - - 1.7360 13 Jawa Barat 2.1162 14 Jawa Tengah 0.8941 1.2367 0.2552 0.4118 15 D.I. Yogyakarta 0.0068 0.0562 0.0431 0.4161 15 D.I. Yogyakarta 16 Jawa Timur 0.4912 0.7529 0.0257 0.2092 16 Jawa Timur - - - - 17 Bali 18 Nusa Tenggara Barat 0.3816 0.1071 0.0074 0.5820 0.0277 - - - 17 Bali* 18 Nusa Tenggara Barat 0.1772 0.1636 0.0357 1.1563 19 Nusa Tenggara Timur - - 0.0277 1.9856 19 Nusa Tenggara Timur 20 Kalimantan Barat 0.0495 0.1766 0.1997 - 20 Kalimantan Barat - 0.1818 - - 0.1306 0.0671 - 21 Kalimantan Tengah - - - - 22 Kalimantan Selatan 0.0352 0.0854 - - - 0.0331 - 21 Kalimantan Tengah - 22 Kalimantan Selatan 2.8394 0.5764 0.2049 0.0040 23 Kalimantan Timur 0.1196 - 0.0166 - 23 Kalimantan Timur 0.0165 24 Sulawesi Utara 0.6124 0.0019 0.0190 - 24 Sulawesi Utara 0.0170 0.0043 - - 25 Gorontalo 0.2161 - - - 25 Gorontalo 0.5538 0.1453 0.4035 - 26 Sulawesi Tengah 0.4116 1.0590 - 0.0127 26 Sulawesi Tengah - 0.1506 - - 27 Sulawesi Selatan 2.4526 1.5004 1.1462 0.0681 27 Sulawesi Selatan 0.5800 0.2393 0.1463 0.2157 28 Sulawesi Tenggara - - 1.8886 - 28 Sulawesi Tenggara - - 0.0660 - 29 Sulawesi Barat* - - - - 29 Sulawesi Barat* - - - - 30 Maluku* - - - - 30 Maluku* - - - - 31 Maluku Utara* - - - - 31 Maluku Utara* - - - - 32 Papua* - - - - 32 Papua* - - - - Papua Barat* - - - - Papua Barat* - - - - 33 Total Indonesia * Provinsi yang mempunyai tingkat kerusakan sangat kecil sehingga dapat diabaikan / These provinces reported very negligible damaged areas Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 33 Total Indonesia * Provinsi yang mempunyai tingkat kerusakan sangat kecil sehingga dapat diabaikan / These provinces reported very negligible damaged areas 83 BAB/Chapter 5 Provinsi/ Province No 1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS=OA?=N=J=OEKJ=HGANQO=G=JP=J=I=JL=@E=GE>=P>=JFENOA>AO=N@EP=DQJ @=J@EP=DQJ-=@=P=DQJGANQO=G=JP=J=I=JL=@EPANPEJCCEPAN@=L=P@E+!Ġ (=HEI=JP=J 0AH=P=JĠ 0QH=SAOE0AH=P=JĠ @=J'=S==N=PĠ !EP=DQJ+!I=OED>AN=@=@EPEJCG=PPAN=P=O 1=>HAODKSOPD=PPDAL=@@U=NA=O@=I=CA@>UŃKK@O=??KQJPA@BKNĠKBPDAPKP=HL=@@U=NA=O EJ=J@ EJ&JPDADECDAOPL=@@U@=I=CA@=NA=S=OBKQJ@EJ+!Ġ (=HEI=JP=J0AH=P=JĠ 0QH=SAOE 0AH=P=JĠ =J@'=S==N=PĠ &J+!?KJPEJQA@PK>AN=JGA@=PPDAPKLĠ BKHHKSA@>U0QH=SAOE Ġ @EEGQPEKHAD0QH=SAOE0AH=P=JĠ '=S=1AJC=DĠ @=J=JPAJĠ 0AH=P=JĠ '=S=1AJC=DĠ =J@=JPAJĠ Pada periode yang sama, secara nasional kerusakan tanaman padi akibat kekeringan sebesar 0,68% di tahun 2006 dan @EP=DQJ0AH=I=LANEK@A@Q=P=DQJPANOA>QP'=S==N=PIANQL=G=J@=AN=DU=JCL=HEJC>=JU=GIAJC=H=IE GANQO=G=JĠ@E@=J@E -ANEJCG=PGA@Q=@EP=DQJ=@=H=D=JPAJ-ANHQ@EC=NEO>=S=DE>=DS= 2 provinsi (NTT dan NTB), pada tahun 2006 mempunyai proporsi kerusakan tanaman padi yang sangat rendah, akan PAP=LEL=@=P=DQJGA@Q=LNKREJOEPANOA>QPIAJC=H=IE@=IL=GGAGANEJC=JU=JCOECJEłG=JOADEJCC=IAJAIL=PE ,RANPDAO=IALANEK@@NKQCDPO@=I=CA@=PKP=HKBKBPDA?KQJPNUOL=@@U?QHPER=PA@=NA=OEJ=J@ EJ&J>KPDUA=NO'=S==N=PS=O=BBA?PA@PDAIKOPĠEJ=J@EJ 1DAOA?KJ@IKOP=BBA?PA@ LNKREJ?AEJS=O=JPAJ&PODKQH@>AIAJPEKJA@PD=PPSKLNKREJ?AO+11=J@+1SDE?DD=@NALKNPA@=RANUOI=HH LNKLKNPEKJ KB L=@@U @=I=CA@ =NA=O EJ SANA OECJEł?=JPHU=BBA?PA@ >U @NKQCDPO EJ =J@ SANA OQ>OAMQAJPHU N=JGA@=OPDAOA?KJ@=J@PDEN@IKOP=BBA?PA@NAOLA?PERAHU=BPAN'=S==N=P peringkat kedua dan ketiga setelah Jawa Barat. 1=>AHIAJQJFQGG=J>=DS=OA?=N=J=OEKJ=HGANQO=G=JP=J=I=JF=CQJC=GE>=P>=JFENOA>AO=N@EP=DQJ @=JD=ILEN@EP=DQJ-=@=P=DQJGANQO=G=JP=J=I=JL=@EPANPEJCCEPAN@=L=P@E+!Ġ @=J '=I>EĠ 0A>=HEGJU=L=@=P=DQJGANQO=G=JPANPEJCCEPAN@=L=P@E'=I>EĠ GAIQ@E=J@EEGQPEKHAD+! Ġ 1=>HAODKSOPD=PPDAI=EVA=NA=O@=I=CA@>UŃKK@O=??KQJPA@BKNĠKBPDAPKP=HI=EVA=NA=O EJ=J@ JA=NHUEJ&JPDADECDAOPI=EVA@=I=CA@=NA=OSANABKQJ@EJ+!Ġ =J@'=I>EĠ &JEJ ?KJPN=OPI=EVA?QHPER=PEKJS=O@=I=CA@PDAIKOPEJ'=I>EĠ BKHHKSA@>U+!Ġ Pada periode yang sama, secara nasional kerusakan tanaman jagung akibat kekeringan sebesar 0,04 % di tahun 2006 @=J@EP=DQJ-=@=P=DQJ-NKREJOE$KNKJP=HK'=I>E@=J0QH=SAOE0AH=P=JIANQL=G=J@=AN=DU=JC paling banyak mengalami kerusakan dibandingkan dengan provinsi lainnya meskipun tingkat kerusakannya lebih kecil @=NE-=@=P=DQJ=HE@=J+1IANQL=G=J@=AN=DU=JCIAJC=H=IEGANQO=G=JL=HEJCPEJCCEU=EPQOA>AO=N @=J ,RANPDAO=IALANEK@@NKQCDPO@=I=CA@KBPDAPKP=HI=EVA?QHPER=PA@=NA=OEJ=J@EJ&J $KNKJP=HK'=I>E=J@0QH=SAOE0AH=P=JSANAIKNA=BBA?PA@PD=JKPDANLNKREJ?AO=HPDKQCDPDAEN@=I=CA@N=PAOSANAOPEHH HAOOPD=J&J=HE=J@+1NALKNPA@PDADECDAOP@=I=CAHARAHO=P=J@NAOLA?PERAHU 5.4 PERUBAHAN IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN 5.4 CLIMATE CHANGE AND FOOD SECURITY Dalam hubungannya dengan perubahan iklim, mungkin keprihatinan yang paling besar bagi Indonesia adalah pengaruh perubahan iklim terhadap ketahanan pangan. Perubahan iklim meningkatkan presipitasi, evaporasi, surface water runoff dan kelembaban tanah. Pada akhirnya hal-hal tersebut akan berdampak pada pertanian dan ketahanan pangan. (AGANEJC=J U=JC @EOA>=>G=J KHAD "H +EJK @E P=DQJ >AN@=IL=G L=@= DAGP=N L=@E 0Q=PQ IK@AH &JNAH=PEKJPK?HEI=PA?D=JCALAND=LOPDAH=NCAOP?KJ?ANJBKN&J@KJAOE=EOEPOEIL=?PKJBKK@OA?QNEPU HEI=PA?D=JCA EO =HPANEJC LNA?ELEP=PEKJ AR=LKN=PEKJ OQNB=?A S=PAN NQJKBB =J@ OKEH IKEOPQNA HARAHO 1DAOA EJ PQNJ SEHH D=RA ABBA?PO KJ =CNE?QHPQNA=J@PDQOBKK@OA?QNEPU1DA@NKQCDPO?=QOA@>UPDA"H+EÇKARAJP=BBA?PA@D=KBNE?ALH=JPEJC S=O@AH=UA@SDE?DOQ>OAMQAJPHUHA@PK=OPQJPA@?NKL=J@NA@Q?A@LNK@Q?PEREPUIK@AHOEIQH=PEJCPDAEIL=?POKB?HEI=PA ?D=JCAKJ?NKLOĠ$K@@=N@&JOPEPQPAKB0L=?A0PQ@EAO2(*APAKNKHKCE?=H,Bł?A ODKSO=@A?NA=OAEJPDA?NKLD=NRAOPEJ OEIQH=OE@=IL=GLANQ>=D=JEGHEIPAND=@=LL=JC=JĠ$K@@=N@&JOPEPQPAKB0L=?A0PQ@EAO2(*APAKNKHKCE?=H,Bł?A menunjukkan penurunan terhadap hasil panen pangan di Jawa Timur dan Jawa Barat. Perubahan iklim akan mengurangi kesuburan tanah sebesar 2% sampai 8%, dimana diperkirakan hasil panen padi menurun sebesar 4% , kacang kedelai @=JF=CQJCLANP=DQJ '=S==N=P=J@'=S=1EIQN1DEOOEIQH=PEJCIK@AH=HOK@AIKJOPN=PAOPD=P?HEI=PA?D=JCASEHHHEGAHUNA@Q?AOKEHBANPEHEPU>U PKNAOQHPEJCEJLNKFA?PA@@A?NA=OAOKBNE?AUEAH@>UOKU>A=JOUEAH@>U=J@I=EVAUEAH@>ULANUA=N Untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim terhadap ketahanan pangan, pada tahun 2009 pemerintah telah melakukan upaya-upaya sebagai berikut: JPE?EL=PEJCPDAEIL=?PKB?HEI=PA?D=JCAKJPDABKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJPDA$KRANJIAJPKB&J@KJAOE=D=OLNKLKOA@PDA BKHHKSEJCOPN=PACEAO@QNEJCġ Menyebarkan informasi prakiraan cuaca dan kalender pertanian; 2. Melakukan penanaman varietas yang memerlukan air relatif sedikit; 3. Menanam palawija hemat air; 4. Menanam varietas yang sesuai dengan kondisi suatu daerah; 1. 1K@EOOAIEJ=PAEJBKNI=PEKJKJSA=PDANBKNA?=OPO=J@PDA=CNE?QHPQN=H?=HAJ@=NĢ 84 1KLNKIKPALH=JP=PEKJKB?NKLR=NEAPEAOPD=PJAA@HAOOS=PANBKNCNKSPDĢ 3. 1K?QHPER=PA=OA?KJ@?NKLOOQ?D=OI=EVA?=OO=R=OSAAPLKP=PKAOLQHOAOĠ-=H=SEF= PD=PJAA@OHAOOS=PANĢ 1K?QHPER=PALH=JPO=LLNKLNE=PAPKPDAOLA?Eł??KJ@EPEKJOKB=HK?=PEKJĢ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 5. Memberikan bantuan benih tahan kekeringan dan benih palawija untuk rotasi tanaman padi; dan 6. Pengawasan dan monitoring secara intensif pada daerah-daerah yang mempunyai resiko tinggi terkena kekeringan. 1K@EOPNE>QPA@NKQCDPNAOEOP=JPOAA@O=J@OA?KJ@?NKLOAA@OBKNPDANKP=PEKJKBNE?A?NKLOĢ=J@ 1KEJPAJOERAHUOQLANREOA=J@IKJEPKN=NA=O=PDECDANNEOGKB>AEJC=BBA?PA@>U@NKQCDP 5.5 DEFORESTASI HUTAN 5.5 DEFORESTATION Indonesia merupakan salah satu negara mega biodiversiti yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman D=U=PE>AJQ=OE=@=JQOPN=HE=OANP=@=N=P=JS=HH=?A=ĠIEO=HJU=LAI>=CE=J@=AN=D>EKCAKCN=łQJPQGGAHKILKG kepulauan Indonesia yang dipisahkan oleh samudera mulai dari benua Asia sampai dengan Australia). Kepulauan &J@KJAOE=EOKJAKBPDAIAC=>EK@ERANOEPU?KQJPNEAOEJPDASKNH@PD=PEOHK?=PA@EJPDA>EKHKCE?=H@ERANOEPUPN=?GKBPDAOE=J =J@QOPN=HE=J?KJPEJAJPO=J@4=HH=?A=ĠEA=>EKCAKCN=LDE?=H@AOECJ=PEKJBKN=CNKQLKB&J@KJAOE=JEOH=J@OOAL=N=PA@>U @AALS=PANOPN=EPOBNKIPDAOE=J=J@QOPN=HE=J?KJPEJAJP=HODAHRAO 1DAEOH=J@OKB4=HH=?A=HEA>APSAAJ0QJ@=H=J@ĠPDA Wallacea terletak antara Sundaland (Peninsula Malaya, Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan Bali) ke barat, dan dekat ,OA=JE=PANI=OQGQOPN=HE=@=J-=LQ=+QCEJEGAOAH=P=J@=JPEIQN1KP=HSEH=U=D4=HH=?A==@=H=DGIb *=H=U-AJEJOQH=0QI=PN=KNJAK'=R==J@=HE PKPDASAOP=J@+A=N,?A=JE=EJ?HQ@EJCQOPN=HE==J@+AS$QEJA=PK PDAOKQPD=J@A=OP1DAPKP=HH=J@=NA=KB4=HH=?A=EOGIb Indonesia memiliki hutan tropis ketiga terluas di dunia sehingga sangat penting peranannya sebagai bagian dari paruparu bumi serta menstabilisasi iklim global. Sejumlah besar masyarakat, terutama di Sumatera bagian tengah dan selatan, Kalimantan dan Papua bergantung pada hutan untuk kehidupan mereka. Indonesia has the third highest area of tropical forest in the world and plays a key role as a lung of the earth as well as ?KJPNE>QPEJCPKS=N@OOP=>EHEOEJCPDACHK>=H?HEI=PAH=NCALNKLKNPEKJKBPDAJ=PEKJ=HLKLQH=PEKJAOLA?E=HHUEJ?AJPN=H=J@ OKQPDANJL=NPOKB0QI=PAN=(=HEI=JP=J=J@-=LQ=@ALAJ@OKJPDABKNAOPBKNEPOHERAHEDKK@ Pengelolaan hutan di Indonesia dilaksanakan melalui penetapan hutan untuk kepentingan fungsi konservasi, hutan lindung, hutan budidaya dan kawasan hutan. Luas kawasan hutan Indonesia termasuk perairan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan tentang Penunjukkan Kawasan Hutan dan Perairan serta Tata Guna Hutan Kesepakatan (TGHK) =@=H=DOA>AO=NFQP=D=(=S=O=JDQP=J@=JLAN=EN=JPAN@ENE=P=OFQP=D=G=S=O=JGKJOANR=OELAN=EN=J FQP=D=G=S=O=JDQP=JGKJOANR=OED=DQP=JLNK@QGOE@=JFQP=D=DQP=JHEJ@QJC 1DA BKNAOP I=J=CAIAJP EJ &J@KJAOE= EO ?=NNEA@ KQP PDNKQCD PDA @APANIEJ=PEKJ KB BKNAOP =J@ EPO ?KJOANR=PEKJ BQJ?PEKJ LNKPA?PA@=NA==J@?QHPER=PA@=NA=1DAPKP=H=NA=KBPDA?KQJPNUOBKNAOPA@=NA=OEJ?HQ@EJCH=J@=J@I=NEJA?KJOANR=PEKJ S=O?=H?QH=PA@>=OA@KJPDA#KNAOPNU*EJEOPANO!A?EOEKJKJPDALLKEJPIAJPKBBKNAOP=J@I=NEJA?KJOANR=PEKJ=NA=O =J@PDA#KNAOP*=L$KRANJ=J?ACNAAIAJPĠ1$%( &PS=OAOPEI=PA@=P=LLNKTEI=PAHUIEHHEKJD==J@?KJOEOPA@ KBIEHHEKJD=KBI=NEJA?KJOANR=PEKJIEHHEKJD=KBH=J@?KJOANR=PEKJ=NA=IEHHEKJKBLNKPA?PA@=NA==J@ Ketergantungan masyarakat terhadap hutan masih cukup tinggi terutama masyarakat yang berada di dalam dan sekitar hutan untuk memenuhi kebutuhan akan lahan pertanian dan sumber penghidupan lainnya. Berdasarkan data PODES @=JLAP=G=S=O=JDQP=JQJPQGLNKREJOEPAN@=L=P@AO=Ġ @=NEPKP=H@AO=U=JC>AN=@=@E @=H=IG=S=O=JDQP=J@=J@AO=Ġ >AN=@=@EPALEG=S=O=JDQP=J-=@=GAHKILKG@AO=U=JC>AN=@=@E @=H=IG=S=O=JDQP=JPAN@=L=P@AO=Ġ U=JCIAILQJU=EI=P=LAJ?=D=NE=JQP=I=@=NEOAGPKNLANP=JE=J 1DA@ALAJ@AJ?UKBLAKLHAKJPDABKNAOPEOOPEHHMQEPADECDL=NPE?QH=NHU=IKJCOPLAKLHASDKHERAEJKNJA=NPDABKNAOPO=J@ SDKNAMQENA=CNE?QHPQN=HH=J@PKIAAPPDAENHERAHEDKK@JAA@O=OA@KJPDAKRANH=UEJCKB-,!"0=J@BKNAOP=NA=OEJ LNKREJ?AOEPS=OBKQJ@PD=PREHH=CAOĠ ĠKQPKB=PKP=HREHH=CAO SANAHK?=PA@EJBKNAOP=NA=O=J@ =JKPDANREHH=CAOĠ SANAHK?=PA@JA=NPKBKNAOPOIKJCPDABKNIANĠ REHH=CAOD=@PDAENI=EJ EJ?KIAOKQN?ABNKIPDA=CNE?QHPQN=HOA?PKNĢ=IKJCPDAH=PPAN=CNE?QHPQNAS=OPDAI=FKNEJ?KIAOKQN?AEJ=HIKOPKB 0A@=JCG=JL=@=GAHKILKG@AO=H=EJJU=OQI>ANI=P=LAJ?=D=NE=JEJEPAN@=L=PL=@=D=ILEN@AO= the villages. 0AF=H=J@AJC=JLANGAI>=JC=JLAI>=JCQJ=JJ=OEKJ=H>AN>=C=E=GPEłP=OLAI>=JCQJ=JPAH=DIAJUA>=>G=JLANQ>=D=J penggunaan lahan. Perubahan penutupan lahan pada kawasan hutan berjalan dengan cepat yang dapat menyebabkan menurunnya kondisi hutan dan berkurangnya luas penutupan hutan. &JHEJASEPDPDACNKSPDEJJ=PEKJ=H@ARAHKLIAJPR=NEKQO=?PEREPEAOD=RA?=QOA@?D=JCAOEJH=J@QPEHEV=PEKJ)=J@?KRAN?D=JCA EJBKNAOP=NA=OD=OK??QNNA@MQE?GHUHA=@EJCPK@APANEKN=PA@BKNAOP?KJ@EPEKJO=J@@A?NA=OA@BKNAOP=NA=O “Emisi karbon” biasanya disetarakan dengan pembakaran di tambang batubara atau negara yang berasap. Penebangan ļ =N>KJAIEOOEKJEOQOQ=HHUAMQ=PA@SEPD?K=H>QNJEJCLKSANLH=JPOKNOIKCAJRAHKLA@?EPEAO)AOOSE@AHU=LLNA?E=PA@ EOPDANKHAKBPNAAO=O=OKQN?AKBAIEOOEKJO4DAJ=PNAA@EAOKN=BKNAOPEO?QPPDA?=N>KJEONAHA=OA@>=?GEJPKPDA =PIKOLDANA4DANA=OPDAPSK>ECCAOP?=N>KJAIEPPANO DEJ==J@PDA2JEPA@0P=PAOD=RA?K=HLH=JPO=J@?=NOPK>H=IA &J@KJAOE=EOPDA?KQJPNUN=JGA@PDEN@=J@LNK@Q?AOLAN?AJPKBEPO?=N>KJAIEOOEKJOBNKIBKNAOPO&J@KJAOE=OI=CJEł?AJP @ELPANK?=NLBKNAOPO=D=N@SKK@R=HQA@BKNEPOPEI>AN=NA=HIKOPAJPENAHUCKJAKJDA=REHULKLQH=PA@'=R=EOH=J@!QNEJC pohon merupakan sumber dari emisi yang diakui secara terbatas. Ketika pohon mati atau terjadi penebangan hutan, maka karbon hilang ke atmosfer. Hal ini merupakan bukti nyata tentang keberadaan tantangan besar lingkungan (dan juga peluang). Cina dan Amerika Serikat merupakan 2 emiter terbesar yang berasal dari tambang batubara dan pembakaran asap kendaraan. Indonesia berada di peringkat ke 3 emiter terbesar dimana 85 % emisi karbon berasal Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 85 BAB/Chapter 5 IEHHEKJD=KB?QHPER=PA@=NA= dari sektor kehutanan. Indonesia memiliki hutan !ELPANK?=NL=?A= yang luas (jenis kayu keras yang paling berharga) @EI=J=OA>=CE=J>AO=ND=ILEND=>EO@ELQH=Q'=S=U=JCLAJ@Q@QGJU=L=@=P0AH=I==JH=D=JDQP=J@E0QI=PAN= >ANGQN=JC@=J@E(=HEI=JP=J@EI=J=DQP=JPANOA>QPIANQL=G=JDQP=J@=P=N=JNAJ@=DU=JCIANQL=G=J PDAO0QI=PN=HKOPLAN?AJPKBEPOBKNAOPO=J@(=HEI=JP=JHKOPLAN?AJPIQ?DKBEPHKSH=J@BKNAOPNE?DEJN=NA ?NA=PQNAOHEGAPDA0QI=PN=JNDEJK?ANKO=J@PDAKN=JCQP=J tempat hidup satwa langka seperti Badak Sumatera dan Orang utan. )=FQ @ABKNAOP=OE OAHQNQD @=N=P=J &J@KJAOE= OAH=I= LANEK@A =@=H=D OA>AO=N FQP= D=P=DQJ JCG= @ABKNAOP=OEEJEIAHELQPE@ABKNAOP=OE@E@=H=IG=S=O=JDQP=JOA>AO=NFQP=D=P=DQJ@=JFQP=D=P=DQJ@EHQ=N G=S=O=JDQP=J)=FQ@ABKNAOP=OE@EG=S=O=JDQP=JEJE>ANGQN=JCFEG=@E>=J@EJCG=J@AJC=JH=FQ@ABKNAOP=OEP=DQJ 2000 yang sebesar 2,28 juta ha/tahun. Hal ini merupakan pertanda yang positif dan segala upaya perlu dilakukan untuk melanjutkan pengurangan laju deforestasi hutan di masa mendatang. 1DA @ABKNAOP=PEKJ N=PA EJ &J@KJAOE= @QNEJC S=O IEHHEKJ D=UA=N 1DA @ABKNAOP=PEKJ N=PA ?KRANA@ IEHHEKJD=LANUA=NEJBKNAOP=NA==J@IEHHEKJD=LANUA=NKQPOE@ABKNAOP=NA=ĠPDA=NA=OODKSJQJ@AN,PDAN2OA 1DEO@ABKNAOP=PEKJN=PAS=OOHKSANPD=J@QNEJCPDALANEK@SDAJPDAN=PAD=@>AAJIEHHEKJD=UA=N1DEO is a positive sign and efforts should be continued to further reduce the deforestation rate. Walaupun banyak pengurangan hutan yang disebabkan oleh penebangan hutan dan produk kehutanan lainnya terutama g telah meluas. Pembukaan lahan kelapa plywood. Akan tetapi, beberapa tahun terakhir pembalakan liar (illegal logging) sawit yang semakin luas juga merupakan ancaman lainnya. Kelapa sawit akhir-akhir ini digunakan sebagai bahan biofuel @EI=J= D=H EJE =G=J IAJUA>=>G=J LAI>QG==J H=D=J HA>ED >=JU=G -=@= LANEK@A LAI>QG==J H=D=J kelapa sawit di Indonesia bertambah sebesar 56% melalui penebangan hutan yang kaya akan keanekaragaman hayati. HPDKQCDIQ?DKBPDABKNAOPHKOOS=O@QAPKD=NRAOPEJCBKNPEI>AN=J@BKNAOPLNK@Q?POL=NPE?QH=NHULHUSKK@EJNA?AJPUA=NO EHHAC=HHKCCEJCD=O>AAJOLNA=@EJCN=LE@EJ?NA=OAKBKEHL=HILH=JP=PEKJOEO=JKPDANPDNA=P-=HIKEHD=ONA?AJPHU>AAJ NA?KCJEVA@=O=OKQN?AKB>EKBQAHSDE?DSEHHAJ?KQN=CAIKNALH=JP=PEKJO#NKIPKKBPDAATL=J@A@KEH L=HI LH=JP=PEKJO EJ &J@KJAOE= K??QNNA@ >U ?QPPEJC >EK@ERANOEPUNE?D BKNAOPO JKPDAN @EOPQN>EJC PNAJ@ EO PDA ?KJRANOEKJ KB LA=PBKNAOPOSDE?DDKH@DQCA=IKQJPOKB?=N>KJEJPKLH=JP=PEKJO,J?APDABKNAOPEO?QPPDALA=P@NEAOKQPNAHA=OEJCEPO Gambar 5.2: Angka deforestasi di dalam dan luar kawasan hutan di Indonesia, 2003 – 2006 (ha/tahun) #ECQNAġ!ABKNAOP=PEKJEJOE@AKNKQPOE@ABKNAOP=NA=OEJ&J@KJAOE=ĠD=UA=N 300,000 ha/year 250,000 200,000 150,000 100,000 50,000 Papua Barat Papua Maluku Utara Maluku Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Selatan Sulawesi Tengah Gorontalo Sulawesi Utara Kalimantan Timur Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah Kalimantan Barat Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Bali Jawa Timur D.I. Yogyakarta Jawa Tengah Jawa Barat D.K.I. Jakarta Banten Lampung Bangka Belitung Bengkulu Sumatera Selatan Jambi Kepulauan Riau Riau Sumatera Barat Sumatera Utara Nanggroe Aceh Darussalam - Sumber/Source: Departemen Kehutanan, 2008 86 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Faktor lainnya adalah konversi lahan gambut menjadi lahan perkebunan dimana akan menyebabkan emisi karbon dalam jumlah sangat besar. Ketika hutan ditebang, lahan gambut mengering, mengeluarkan karbon dan meningkatkan resiko terhadap kebakaran yang dapat terjadi bertahun-tahun. Penyebab lain berkurangnya hutan adalah kebakaran ?=N>KJ=J@N=EOEJCPDANEOGKBłNAOSDE?D?=JOIKH@ANBKNUA=NO,PDANNA=OKJOBKNPDA@A?NA=OAEJBKNAOP?KRANEJ?HQ@A BKNAOPłNAOBKNAOP?KJRANOEKJBKN=CNE?QHPQNAQOEJCOH=OD=J@>QNJEJCPA?DJEMQAO?KJRANOEKJKBBKNAOPA@H=J@EJPKOAPPHAIAJP PN=JOIECN=PEKJIEJEJC=?PEREPUAP? hutan, pembukaan hutan untuk permukiman/transmigrasi, pertambangan dll. Data deforestasi hutan yang digunakan di dalam Atlas ini diperoleh berdasarkan analisis citra satelit Landsat pada tahun 2002/2003 dan 2005/2006. Gambar 5.3 menunjukkan angka deforestasi hutan tahunan di dalam dan luar kawasan hutan tingkat provinsi selama periode 2003-2006. Kalimantan Timur berada pada peringkat pertama untuk angka deforestasi hutan, diikuti oleh Riau, Nusa Tenggara Timur dan Sulawesi Tengah. 1DA@ABKNAOP=PEKJ@=P=S=O>=OA@KJPDA=J=HUOEOKB)=J@O=PO=PAHHEPAEI=CANU@QNEJCPDA=J@ LANEK@O#ECQNAODKSOPDA=JJQ=H@ABKNAOP=PEKJN=PAEJOE@A=J@KQPOE@ABKNAOP=NA=O@QNEJC=PPDALNKREJ?E=H HARAH(=HEI=JP=J1EIQND=@PDADECDAOP@ABKNAOP=PEKJN=PABKHHKSA@>U/E=Q+QO=1AJCC=N=1EIQN=J@0QH=SAOE1AJC=D provinces. !AJC=J =JCG= H=FQ @ABKNAOP=OE OA>AO=N GEN=GEN= FQP= D= LAN P=DQJ I=G= =J?=I=J PAND=@=L DQP=JDQP=J @E Indonesia masih mengkhawatirkan. Deforestasi hutan akan memberi dampak terhadap ketahanan pangan penduduk miskin pedesaan yang hidup di dalam atau di dekat kawasan hutan dan yang bergantung pada keanekaragaman hayati dan habitat alam untuk penghidupannya karena hutan merupakan sumber utama dari buah-buahan, tumbuhan obat, dan tumbuhan yang dapat dimakan. Pada tahun 2006, terdapat sekitar 88 juta penduduk yang tinggal di dalam atau 4EPD=@ABKNAOP=PEKJN=PAKB=>KQPIEHHEKJDA?P=NAOLANUA=N&J@KJAOE=OBKNAOPO=NAQJ@ANOANEKQOPDNA=P1DAHKOO KBBKNAOP?KRANSEHHEIL=?PKJBKK@OA?QNEPUKBPDANQN=HLKKNSDKHERAEJKNJA=NBKNAOP=NA=O=J@@ALAJ@KJPDABKNAOPO >EK@ERANOEPU=J@J=PQN=HLNK@Q?POBKNPDAENHERAHEDKK@O>A?=QOAPDABKNAOPEOPDAENI=FKNOKQN?AKBBNQEPOIA@E?EJ=HLH=JPO=J@ A@E>HALH=JPO&JPDANASANAIEHHEKJLAKLHAHEREJCEJKNJA=NBKNAOP=NA=O1DALKKNAOPNQN=HLAKLHA=NAHEGAHUPK OQBBANłNOP=J@IKOPSDAJPDKOAD=>EP=PO=NA@ACN=@A@KNEILKRANEODA@ Dari segi kelangsungan lingkungan hidup, maka degradasi hutan akan memberi dampak terhadap sumber air. Erosi tanah sebagai akibat dari pembersihan lapisan penutup tanah, akan menyebabkan sedimentasi/endapan pada jalan air, yang dapat mengakibatkan dampak negatif terhadap kegiatan di hilir atau dataran rendah. Kekurangan air juga akan mempengaruhi sistem pertanian, perikanan dan pengoperasian bendungan. #NKI=JAJRENKJIAJP=HOQOP=EJ=>EHEPULANOLA?PERABKNAOP@ACN=@=PEKJSEHH=HOKEIL=?PKJS=PANNAOKQN?AO0KEHANKOEKJ=O= NAOQHPKBCNKQJ@?KRAN?HA=N=J?ASEHHHA=@PKOA@EIAJP=PEKJKBS=PANS=UOPD=PI=UD=RA=JAC=PERAEIL=?PKJ=?PEREPEAOEJ @KSJOPNA=IKNHKSH=J@=NA=O4=PANODKNP=CAOSEHH=HOK=BBA?P=CNE?QHPQN=HOUOPAIOłODANEAO=J@@=IKLAN=PEKJO Rehabilitasi hutan dan lahan mutlak perlu dilakukan untuk mengurangi laju degradasi hutan sehingga dapat mempertahankan daya dukung hutan terhadap kehidupan. Upaya rehabilitasi hutan dan lahan diupayakan pemerintah melalui kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) yang menargetkan rehabilitasi hutan dan lahan seluas 5 juta ha selama tahun 2003-2009. #KNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJIQOP>A?=NNEA@KQPPKNA@Q?APDA@ACN=@=PEKJN=PAKBBKNAOP#KNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJ ABBKNPO=NAHA@>UPDA$KRANJIAJPPDNKQCDPDABKNAOP=J@H=J@NAD=>EHEP=PEKJ=?PEREPEAOĠ/%) SEPD=P=NCAPKBNAD=>EHEP=PEJC łRAIEHHEKJD=KBBKNAOP=J@H=J@>APSAAJ=J@ Strategi untuk Ketahanan Pangan Berkelanjutan Strategies for Sustainable Food Security Seperti dijelaskan sebelumnya, daerah yang sekarang ini dalam kondisi tahan pangan mungkin tidak selamanya berada OIAJPEKJA@A=NHEAN=J=NA=PD=PEO?QNNAJPHUAJFKUEJCBKK@OA?QNEPUOEPQ=PEKJI=UJKPNAI=EJBKK@OA?QNABKNARANQJHAOO dalam kondisi tahan pangan apabila tidak ada strategi dan upaya yang dilakukan oleh petani dan pengambil kebijakan secara lingkungan berkelanjutan. Selain itu, dampak bencana juga dapat menyebabkan suatu daerah mengalami kemunduran beberapa tingkat, apabila daerah tersebut tidak memiliki kesiapsiagaan terhadap bencana yang memadai. Strategi berikut direkomendasikan untuk seluruh kabupaten yang rentan di Indonesia berkaitan untuk mencapai ketahanan pangan berkelanjutan. OPN=PACEAO=J@LN=?PE?AOPD=P=NA=@KLPA@>UPDAB=NIANO=J@PDALKHE?UI=GANO=NAAJRENKJIAJP=HHUOQOP=EJ=>HA*KNAKRAN EIL=?PKB@EO=OPANO?KQH@=HOKLQHH>=?G=NACEKJI=JUOPALOEBPDA=NA=@KAOJKPD=RAAJKQCD@EO=OPANLNAL=NA@JAOO 1DA BKHHKSEJC OPN=PACEAO =NA NA?KIIAJ@A@ BKN =HH RQHJAN=>HA @EOPNE?PO KB &J@KJAOE= EJ KN@AN PK =?DEARA OQOP=EJ=>HA BKK@ security. a. Reforestasi (Penghutanan kembali) dan menurunkan tingkat deforestasi: Kabupaten-kabupaten di Pulau Sumatera (Jambi, Sumatera Selatan dan Bengkulu) dan seluruh kabupaten di Pulau Kalimantan sebaiknya memulai membuat rencana komprehensif untuk menurunkan tingkat deforestasi dan regenerasi hutan yang telah terdegradasi = /ABKNAOP=PEKJ=J@OHKSEJC@KSJ@ABKNAOP=PEKJġ1DA@EOPNE?POEJ'=I>E/E=Q0QI=PAN=0AH=P=JAJCGQHQEJ0QI=PAN= &OH=J@O=J@=HHPDA@EOPNE?POEJ(=HEI=P=JODKQH@AI>=NGQLKJ=?KILNADAJOERALH=JBKNOHKSEJC@KSJ@ABKNAOP=PEKJ=J@ NACAJAN=PEKJKB?QNNAJPHUA=NI=NGA@@ACN=@A@BKNAOPO K=OP=H=NA=OODKQH@?KJ?AJPN=PAKJI=JCNKRANACAJAN=PEKJ Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 87 BAB/Chapter 5 dekat kawasan hutan. Masyarakat pedesaan yang paling miskinlah yang pertama dan paling menderita bila mana habitat-habitat tersebut dirusak atau dimusnahkan. sekarang ini. Daerah pesisir perlu memperhatikan regenerasi hutan bakau (mangrove). Upaya yang sama juga perlu dilakukan oleh provinsi di Pulau Jawa, NTB, NTT dan Pulau Sulawesi. Dampak dari perubahan iklim bagi Indonesia adalah rendahnya curah hujan akan tetapi kadang-kadang dengan intensitas curah hujan yang tinggi. Kabupaten dengan tutupan vegetasi yang sangat sedikit akan memiliki potensi yang tinggi terhadap banjir bandang dan tanah longsor. 0EIEH=N ABBKNPO =NA =HOK JA?AOO=NU EJ '=R= +1 +11 =J@ 0QH=SAOE EOH=J@O =O SAHH O = NAOQHP KB ?HEI=PA ?D=JCA &J@KJAOE=EOATLA?PA@PKD=RAHKSANN=EJB=HH@=UO>QPOKIAPEIAOSEPDDECDANN=EJB=HHEJPAJOEPU!EOPNE?POSEPDRANUHEPPHA b. Pembangunan Daerah Aliran Sungai (DAS): Terutama di Jawa, NTB dan NTT, seluruh kabupaten di provinsi tersebut diharapkan memiliki rencana pembangunan DAS yang terintegrasi untuk meningkatkan kualitas tanah dan manajemen perairan. Pada satu sisi, hal ini akan meningkatkan produktivitas tanah dengan naiknya hasil panen sedangkan di sisi yang lain, penggunaan teknik lokal yang tepat akan menciptakan pertanian yang berkelanjutan bagi penghidupan masyarakat. > 4=PANODA@ @ARAHKLIAJPOġ -=NPE?QH=NHU EJ '=R= +1 =J@ +11 =HH PDA @EOPNE?PO ODKQH@ LH=J BKN EJPACN=PA@ S=PANODA@ @ARAHKLIAJP LNKFA?PO BKN EILNKRA@ OKEH =J@ S=PAN I=J=CAIAJP ,J KJA D=J@ PDA IA=OQNAO SEHH AJD=J?A H=J@ LNK@Q?PEREPUBKNDECDAN?NKLUEAH@=J@KJPDAKPDAND=J@QOAKB=LLNKLNE=PAEJ@ECAJKQOPA?DJEMQAOSEHH?NA=PA=IKNA sustainable agricultural livelihoods for the people. c. Kesiapsiagaan bencana dan rencana kontinjensi: Kabupaten-kabuten yang sering mengalami kejadian bencana harus menyusun rencana kontinjensi tingkat masyarakat dan membentuk kelembagaan dan struktur badan penanggulangan bencana untuk pengurangan resiko bencana. ? !EO=OPAN LNAL=NA@JAOO =J@ ?KJPEJCAJ?U LH=JJEJCġ 1DA @EOPNE?PO PD=P BNAMQAJPHU ATLANEAJ?A @EO=OPANO ODKQH@ LNAL=NA ?KIIQJEPU HARAH ?KJPEJCAJ?U LH=JO =J@ LQP JA?AOO=NU OPNQ?PQNAO =J@ EJOPEPQPEKJO EJ LH=?A BKN CNA=PAN @EO=OPAN NEOG reduction. d. Sistem kesiapsiagaan dini dan kewaspadaan: Sistem kesiapsiagaan dan kewaspadaan yang inovatif untuk pangan @=JCEVELANHQ@E>AJPQG@EOAHQNQDG=>QL=PAJU=JCN=S=J>AJ?=J=QJPQGIAJCE@AJPEłG=OENAOEGKOA?=N=?AL=P@=J mengambil langkah-langkah perbaikan untuk mitigasi dampak bencana yang terjadi di masa mendatang. @ "=NHUS=NJEJC=J@OQNRAEHH=J?AOUOPAIġ&JJKR=PERABKK@=J@JQPNEPEKJA=NHUS=NJEJC=J@OQNRAEHH=J?AOUOPAIJAA@PK>A LQPEJLH=?AEJ=HH@EO=OPANLNKJA@EOPNE?POBKNPEIAHUE@AJPEBUEJCNEOGO=J@QJ@ANP=GEJC?KNNA?PERAIA=OQNAOPKIEPEC=PA LKOOE>HAEIL=?POKB=JUEILAJ@EJC@EO=OPANO e. Membentuk lembaga penginderaan jauh tingkat provinsi: Pemerintah Indonesia perlu mempertimbangkan secara seksama pembentukan lembaga penginderaan jauh untuk melakukan analisis yang luas secara terpisah dan desiminasi data citra satelit seperti penggunaan lahan, kebakaran hutan, banjir, tutupan vegetasi, air tanah dan parameter kunci lainnya untuk manajemen sumberdaya alam secara ilmiah pada tingkat lokal. A 0APPEJC QL KB NACEKJ=H NAIKPA OAJOEJC =CAJ?EAOġ 1DA $KRANJIAJP KB &J@KJAOE= ODKQH@ OANEKQOHU ?KJOE@AN OAPPEJC QL KB NACEKJ=H NAIKPA OAJOEJC =CAJ?EAO BKN CNA=PAN @EO=CCNAC=PA@ =J=HUOEO =J@ @EOOAIEJ=PEKJ KB O=PAHHEPA @=P= KJ H=J@ QOABKNAOPłNAŃKK@ORACAP=PEKJ?KRANCNKQJ@S=PAN=J@KPDANGAUL=N=IAPANOBKNIKNAO?EAJPEł?J=PQN=HNAOKQN?A I=J=CAIAJP=PHK?=HHARAHO f. Mengintegrasi masalah perubahan iklim ke semua kebijakan dan program: Pemerintah pada semua tingkatan, lembaga PBB dan LSM lainnya harus menjamin bahwa semua kebijakan dan program yang dibangun mereka untuk Indonesia harus menitikberatkan kepada tantangan perubahan iklim. Lembaga-lembaga tersebut juga harus menjamin bahwa kebijakan dan program mengenai perubahan iklim harus pro-rakyat miskin agar mereka dapat lepas dari kemiskinan. RACAP=PERA?KRANSEHHD=RAPDA@=JCANKBEJ?NA=OA@Ń=ODŃKK@O=J@H=J@OHE@AO B *=EJOPNA=IEJC?HEI=PA?D=JCAEOOQAOEJ=HHLKHE?EAO=J@LNKFA?POġ1DACKRANJIAJP=P=HHHARAHO2+=J@KPDAN+$,O ODKQH@AJOQNAPD=P=HHPDALKHE?EAO=J@LNKCN=IIAO@ARAHKLA@>UPDAIBKN&J@KJAOE==@AMQ=PAHU=@@NAOOPDA?D=HHAJCAO KB?HEI=PA?D=JCACAJ?EAO=HOKIQOPAJOQNAPD=PPDALKHE?EAO=J@LNKCN=IIAO=@@NAOOEJC?HEI=PA?D=JCAD=RAPK>A LNKLKKNEJJ=PQNABKNPDAIPK>AOQ??AOOBQH DAFTAR PUSTAKA REFERENCES E ii. iii. ER E /=EJB=HH@=P=BKNUA=NO*($ EE =H?QH=PEKJKJ!ABKNAOP=PEKJEJ&J@KJAOE=*EJEOPNUKB#KNAOPNU EEE 0PN=PACE?!=P=KJ#KNAOPNU*EJEOPNUKB#KNAOPNU ER &@AJPEł?=PEKJKB3EHH=CAOHK?=PA@EJ#KNAOPNA=O+=PEKJ=H0P=PEOPE?O,Bł?A=J@*EJEOPNUKB#KNAOPNU !=P= QN=D%QF=J1=DQJ*($ Penghitungan Deforestasi Indonesia. Departemen Kehutanan. 2008 Data Stategis Kehutanan. Departemen Kehutanan. 2008 &@AJPEłG=OE!AO=!=H=I(=S=O=J%QP=J=@=J-QO=P0P=PEOPEG@=J!AL=NPAIAJ(ADQP=J=J 88 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia BAB/Chapter 5 Peta 5.1 / Map 5.1 Penyimpangan Curah Hujan (%) dari 1997 - 2007 di Musim Kemarau dibandingkan dengan Rata-Rata 30 Tahun Rainfall Deviation (%) during 1997 - 2007 in Dry Season Periods compared to 30 Years Average Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 89 BAB/Chapter 5 Peta 5.2 / Map 5.2 Penyimpangan Curah Hujan (%) dari 1997 - 2007 di Musim Hujan dibandingkan dengan Rata-Rata 30 Tahun Rainfall Deviation (%) during 1997 - 2007 in Wet Season Periods compared to 30 Years Average Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 91 BAB/Chapter 5 Peta 5.3 / Map 5.3 Peta Deforestasi di Indonesia untuk periode 2003 - 2006 Map of Deforestation in Indonesia during 2003 - 2006 periods Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 93 BAB 6 KERENTANAN TERHADAP KERAWANAN PANGAN KRONIS BERDASARKAN INDEKS KETAHANAN PANGAN KOMPOSIT 0A>=C=EI=J= @EOA>QPG=J @E @=H=I => >=DS= GKJ@EOE GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J GNKJEO OA?=N= komposit di tentukan berdasarkan 9 indikator yang berhubungan dengan ketersediaan pangan, akses pangan dan penghidupan, serta pemanfaatan pangan dan gizi, yang dijelaskan secara rinci pada Bab Dua, Tiga dan Empat. Peta GANAJP=J=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=JGKILKOEPĠ-AP= @E>Q=P@AJC=JIAJCDEPQJC&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J Komposit, dengan menggabungkan indikator-indikator yang bobotnya yang ditetapkan melalui Analisis Komponen Utama (-NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO Ġ)=ILEN=J CHAPTER 6 VULNERABILITY TO CHRONIC FOOD INSECURITY BASED ON COMPOSITE FOOD SECURITY INDEX O IAJPEKJA@ EJ D=LPAN ,JA PDA ?KILKOEPA RQHJAN=>EHEPU PK ?DNKJE? BKK@ EJOA?QNEPU S=O @APANIEJA@ >=OA@ KJ JEJA EJ@E?=PKNO@AP=EHA@EJ D=LPAN1SK1DNAA=J@#KQNSDE?D=NANAH=PA@PKBKK@=R=EH=>EHEPUBKK@=??AOO=J@HERAHEDKK@O=J@ BKK@QPEHEV=PEKJ=J@JQPNEPEKJ1DARQHJAN=>EHEPUI=LKB?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPUĠ*=L S=OI=@A>U?KILQPEJC= KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@ATPDNKQCD?KI>EJEJCEJ@E?=PKNOSEPDSAECDPO=OOECJA@>UPDA-NEJ?EL=H KILKJAJPJ=HUOEO ĠJJAT Peta komposit menjelaskan kepada kita bahwa kondisi kerentanan terhadap kerawanan pangan suatu kabupaten di sebabkan oleh kombinasi dari berbagai dimensi kerawanan pangan. Kemudian, dengan melihat seluruh peta individu 1DA?KILKOEPAI=LOPAHHQOSDAPDAN=@EOPNE?PEORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU@QAPK=?KI>EJ=PEKJKBR=NEKQOBKK@OA?QNEPU NAH=PA@B=?PKNO1DAJ>UHKKGEJC=P=HHEJ@ERE@Q=HI=LOKJA?=JE@AJPEBUI=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=J@RQHJAN=>EHEPUEJ I=G=GEP=@=L=PIAJCE@AJPEłG=OELAJUA>=>QP=I=GKJ@EOEGAN=S=J=J@=JGANAJP=J=JL=JC=J@EOQ=PQG=>QL=PAJ Harus disebutkan bahwa penyebab kerawanan dan kerentanan pangan antar satu wilayah dengan wilayah lainnya bervariasi, dengan demikian cara penyelesaiannya juga berbeda. Peta dan laporan ini membantu kita untuk memahami perbedaan dan kesamaan dasar di antara kabupaten-kabupaten, dan dengan demikian akan membantu para pembuat kebijakan untuk mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menangani isu-isu paling kritis yang relevan untuk daerah mereka. =@EOPNE?P&PODKQH@>AIAJPEKJA@PD=P?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=J@RQHJAN=>EHEPUR=NU>APSAAJPDANACEKJO=J@DAJ?APDA OKHQPEKJBKN=PP=EJEJCBKK@OA?QNEPUSEHH=HOK@EBBAN1DAI=LO=J@NALKNPDAHLQOPKQJ@ANOP=J@PDA>=OE?@EBBANAJ?AO=J@ OEIEH=NEPEAO>APSAAJ@EOPNE?PO=J@PDANABKNASEHHDAHL@A?EOEKJI=GANOPKP=GA=LLNKLNE=PAOPALOPK=@@NAOOPDAIKOP?NEPE?=H issues relevant in their areas. Sesuai dengan kesepakatan Tim Penyusun, Tim Pengarah dan BKP Pusat maupun BKP provinsi pada workshop #03U=JC@EH=GQG=JP=JCC=H*AEI=G=@EPAP=LG=JG=>QL=PAJLNEKNEP=O>AN@=O=NG=JLANEJCG=PEJ@AGO GAP=D=J=J L=JC=J GKILKOEP PANAJ@=D ,HAD G=NAJ= EPQ LAP= GKILKOEP IAJCC=I>=NG=J G=>QL=PAJ LNEKNEP=O @=H=IGAHKILKGCN=@=OES=NJ=IAN=DU=EPQIAN=DPQ=Ġ-NEKNEP=O IAN=DĠ-NEKNEP=O @=JIAN=DIQ@=Ġ-NEKNEP=O 3). Kelompok warna merah tua menunjukkan kabupaten-kabupaten yang harus mendapat prioritas khusus dalam O=CNAA@>UPDA0PAANEJC KIIEPPAA1A?DJE?=H4KNGEJC$NKQLKB#03+=PEKJ=H#KK@0A?QNEPUCAJ?U=J@-NKREJ?E=H#KK@ 0A?QNEPU,Bł?A=PPDA#03SKNGODKLKNC=JEVA@KJ*=ULNEKNEPU@EOPNE?PO=NAOAHA?PA@>=OA@KJPDAENHKSAOP ?KILKOEPABKK@OA?QNEPUEJ@AT1DANABKNAPDA?KILKOEPAI=LEHHQOPN=PAOPDAOA@EOPNE?POEJ@=NGNA@OD=@AOĠ-NEKNEPU NA@OD=@AOĠ-NEKNEPU =J@HECDPNA@OD=@AOĠ-NEKNEPU 1DA@=NGANOD=@AOEILHU@EOPNE?POPD=PJAA@DECDANLNEKNEPUEJD=J@HEJC BKK@EJOA?QNEPULNK>HAIO=J@EILNKRABKK@OA?QNEPU Pemetaan ini menggambarkan tingkat kemungkinan terjadinya kerawanan pangan suatu kabupaten secara relatif dibandingkan dengan kabupaten lainnya. Dengan perkataan lain, kabupaten-kabupaten yang berwarna merah memiliki tingkat resiko kerawanan pangan yang lebih besar dibandingkan kabupaten-kabupaten yang berwarna hijau sehingga IAIANHQG=JLAND=PE=JOACAN=*AOGELQJ@AIEGE=J-NEKNEP=OĠS=NJ=IAN=DPQ= PE@=G>AN=NPEOAIQ=LAJ@Q@QGJU= berada dalam kondisi rawan pangan. Sebaliknya juga pada kabupaten di Prioritas 6 (warna hijau tua) tidak berarti 1DAI=LLEJCKJHUDECDHECDPOPDAHEGAHULNAR=HAJ?AKBBKK@EJOA?QNEPUEJNAH=PERAPANIO&JKPDANSKN@OPDA=NA=OEJNA@OD=@AO D=RADECDANBKK@EJOA?QNEPUHARAH=J@JAA@EIIA@E=PA=PPAJPEKJ%KSARANEPODKQH@>AATLH=EJA@PD=P=@EOPNE?PODKSJEJ @=NGNA@Ġ-NEKNEPU @KAOJKPIA=JPD=P=HHLAKLHAHEREJCPDANA=NABKK@EJOA?QNA0EIEH=NHU=@EOPNE?PEJCNAAJĠ-NEKNEPU @KAOJKPIA=JPD=P=HHLAKLHAHEREJCPDANAD=RAAJKQCDBKK@ bahwa semua penduduknya tahan pangan. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 95 BAB/Chapter 6 peningkatan ketahanan pangan dan penanganan masalah kerawanan pangan. 7DEHO 7DEOH .DEXSDWHQ\DQJSDOLQJUHQWDQEHUGDVDUNDQ,QGHNV.HWDKDQDQ3DQJDQ.RPSRVLW KLJKHUYXOQHUDEOHGLVWULFWVEDVHGRQ&RPSRVLWH)RRG6HFXULW\,QGH[ Provinsi/ Province Papua Papua Papua Papua Papua Sumatera Barat Maluku Nusa Tenggara Timur Papua Papua Barat Papua Nusa Tenggara Timur Sumatera Utara Papua Papua Maluku Papua Nusa Tenggara Timur Maluku Sumatera Utara Jawa Timur Kalimantan Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Nusa Tenggara Timur Papua Barat Nusa Tenggara Timur Papua Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Kalimantan Barat Papua Nusa Tenggara Timur Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Barat Kalimantan Barat Sulawesi Tengah Riau Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Barat Sulawesi Barat Kalimantan Barat Papua Kalimantan Barat Maluku Kalimantan Selatan Nusa Tenggara Timur Kalimantan Barat Papua 96 Kabupaten/ District Yahukimo Paniai Tolikara Jayawijaya Asmat Kepulauan Mentawai Seram Bagian Timur Timor Tengah Selatan Mappi Teluk Wondana Waropen Sumba Barat Nias Selatan Boven Digoel Supiori Buru Nabire Sumba Timur Kepulauan Aru Nias Sampang Landak Teluk Bintuni Sorong Selatan Kaimana Manggarai Barat Monokwari Manggarai Sarmi Kupang Kapuas Hulu Melawi Yapen Waropen Belu Simeulue Sekadau Ketapang Banggai Kepulauan Indragiri Hilir Bombana Timor Tengah Utara Lombok Barat Mamasa Bengkayang Biak Numfor Sambas Maluku Tenggara Barat Barito Kuala Alor Sintang Mimika 3HULQJNDW/ 5DQN Prioritas/ 3ULRULW\ Provinsi/ Province Kabupaten/ District 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 Nanggroe Aceh Darussalam Maluku Nusa Tenggara Timur Nanggroe Aceh Darussalam Sulawesi Tenggara Nusa Tenggara Timur Nanggroe Aceh Darussalam Jawa Timur Kalimantan Timur Papua Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Papua Nusa Tenggara Barat Jawa Timur Kalimantan Tengah Jawa Timur Nusa Tenggara Barat Nanggroe Aceh Darussalam Nanggroe Aceh Darussalam Kalimantan Barat Nusa Tenggara Barat Kalimantan Selatan Sulawesi Tengah Papua Barat Maluku Kalimantan Tengah Jambi Jawa Timur Papua Barat Maluku Utara Banten Kalimantan Timur Kalimantan Tengah Nusa Tenggara Barat Sulawesi Tengah Sulawesi Tenggara Kalimantan Selatan Bengkulu Kalimantan Tengah Sulawesi Tengah Papua Barat Sulawesi Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kepulauan Riau Sumatera Utara Kalimantan Barat Sulawesi Tengah Gayo Lues Maluku Tenggara Sikka Nagan Raya Buton Ende Aceh Singkil Sumenep Nunukan Merauke Lembata Rote Ndao Keerom Lombok Tengah Pamekasan Murung Raya Probolinggo Lombok Timur Aceh Jaya Aceh Utara Sanggau Dompu Balangan Donggala Raja ampat Seram Bagian Barat Seruyan Tanjung Jabung Timur Bangkalan Sorong Halmahera Selatan Lebak Malinau Pulang Pisau Bima Buol Kolaka Utara Hulu Sungai Utara Seluma Kapuas Morowali Fak-Fak Toja Una-Una Lamandau Gunung Mas Natuna Mandailing Natal Pontianak Parigi Moutong 3HULQJNDW/ 5DQN 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 Prioritas/ 3ULRULW\ 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 1=>HAODKSODECDANRQHJAN=>HA@EOPNE?P>=OA@KJPDA?KILKOEPABKK@EJOA?QNEPU*KOPL=NPOKB-=LQ=-=LQ==N=P *=HQGQA=OPANJL=NPOKB'=R=+1+11JKNPDANJ=J@SAOPANJL=NPOKB(=HEI=JP=J?AJPN=H=J@OKQPDA=OPANJ0QH=SAOE SAOPANJ=J@JKNPDANJL=NPKB0QI=PAN==NA=IKJCPDAOAPKLLNEKNEPU@EOPNE?POEJPANIOKBPDAENRQHJAN=>EHEPUPKBKK@ IANQL=G=JG=>QL=PAJU=JCPANI=OQG@=H=ILNEKNEP=OQP=I=I=O=H=DN=S=JL=JC=J insecurity. $=I>=NIAILANHED=PG=J>=DS=OA>=CE=J>AO=NG=>QL=PAJNAJP=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=J-NEKNEP=OPAN@=L=P @E4EH=U=D1EIQN&J@KJAOE=!=NEG=>QL=PAJU=JCU=JCPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=OG=>QL=PAJ@E=JP=N=JU= berada di provinsi Papua, enam berada di Nusa Tenggara Timur, dan lima lainnya berada di Papua Barat. #ECQNAODKSOPD=PI=JUKBPDA@EOPNE?POIKOPRQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPUKB-NEKNEPU=NAHK?=PA@EJ"=OPANJ&J@KJAOE= IKJC@EOPNE?POKB-NEKNEPU=NAEJ-=LQ=LNKREJ?AOETEJ+QO=1AJCC=N=1EIQN=J@łRAEJ-=LQ==N=PLNKREJ?A $=I>=Nġ'QIH=DG=>QL=PAJU=JCNAJP=JL=@=-NEKNEP=O>AN@=O=NG=J&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J(KILKOEP #ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT Gambar 6.2: Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 2 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit #ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT (=>QL=PAJ U=JC NAJP=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @=J PANI=OQG G=PACKNE -NEKNEP=O OA?=N= QIQI @EOA>=>G=J KHADġ Ġ -AJ@Q@QG DE@QL @E>=S=D C=NEO GAIEOGEJ=J J=OEKJ=H Ġ /QI=D P=JCC= P=JL= =GOAO PAND=@=L HEOPNEG (3) Prevalensi underweightt pada balita, (4) Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4, dan (5) Rumah tangga tanpa JJATEJ@E?=PAOPD=P@EOPNE?POSEPDDECDANRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPU=NACAJAN=HHUNAH=PA@ PKġĠ -KLQH=PEKJHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPUĠ -NAR=HAJ?AN=PA KB QJ@ANSAECDP =IKJC ?DEH@NAJ QJ@AN łRA UA=NO Ġ 3EHH=CAO PD=P ?=J JKP >A =??AOOA@ >U BKQNSDAAHA@ RADE?HAO =J@ Ġ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPK?HA=JS=PAN akses terhadap air bersih (lihat Lampiran 6.2). Dari 30 kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan yang merupakan Prioritas 2 seperti yang terlihat pada $=I>=NGA>=JU=G=J>AN=@=@E(=HEI=JP=J=N=PĠG=>QL=PAJ +11ĠG=>QL=PAJ +!ĠG=>QL=PAJ @=J Papua (3 kabupaten). IKJC@EOPNE?PORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPULNAOAJPA@EJ#ECQNAPDAI=FKNEPU=NAHK?=PA@ EJ(=HEI=JP=J=N=PĠOARAJ@EOPNE?PO +11ĠłRA@EOPNE?PO +!ĠBKQN@EOPNE?PO =J@-=LQ=ĠPDNAA@EOPNE?PO Lampiran 6.2 menunjukkan bahwa kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan Prioritas 2 pada umumnya &P EO ODKSJ EJ JJAT PD=P @EOPNE?PO RQHJAN=>HA PK BKK@ EJOA?QNEPU =J@ N=JGA@ =O -NEKNEPU =NA CAJAN=HHU NAH=PA@ PKġ @EOA>=>G=JKHADġĠ -NAR=HAJOE underweightt pada balita, (2) Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4, (3) Rumah tangga tanpa akses terhadap air bersih, (4) Persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan nasional, (5) Rumah tangga tanpa akses terhadap listrik. Ġ -NAR=HAJ?AKBQJ@ANSAECDP=IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRAUA=NOĠ 3EHH=CAOPD=P?=JJKP>A=??AOOA@>UBKQNSDAAHA@ RADE?HAO Ġ %KQOADKH@O SEPDKQP =??AOO PK ?HA=J S=PAN Ġ -KLQH=PEKJ HEREJC >AHKS PDA J=PEKJ=H LKRANPU HEJA =J@ Ġ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 97 BAB/Chapter 6 1=>AHIAJQJFQGG=JG=>QL=PAJU=JCL=HEJCNAJP=J>AN@=O=NG=JEJ@AGOGAP=D=J=JL=JC=JGKILKOEP!=NE kabupaten tersebut, sebagian besar berada di Provinsi Papua, Papua Barat, Maluku, bagian timur pulau Jawa, NTB, NTT, bagian utara dan barat Kalimantan, bagian tengah dan tenggara Sulawesi, dan bagian barat dan timur Sumatera Gambar 6.3: Jumlah kabupaten yang rentan pada Prioritas 3 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit #ECQNAġ+QI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POKB-NEKNEPU>=OA@KJ KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT Gambar 6.3. menunjukkan bahwa kabupaten yang rentan terhadap rawan pangan Prioritas 3 terdapat di Kalimantan Tengah (6 kabupaten), diikuti oleh Sulawesi Tengah (5 kabupaten) dan Nusa Tenggara Barat (4 kabupaten). #ECQNAEJ@E?=PAOPD=P=PJQI>ANKBRQHJAN=>HA@EOPNE?POPKBKK@EJOA?QNEPU=O-NEKNEPUEOIKOPHUHK?=PA@EJ(=HEI=JP=J 1AJC=DLNKREJ?AĠOET@EOPNE?PO BKHHKSA@>U0QH=SAOE1AJC=DĠłRA@EOPNE?PO =J@+QO=1AJCC=N==N=PĠBKQN@EOPNE?PO (=>QL=PAJNAJP=JPAND=@=LGAN=S=J=JL=JC=J-NEKNEP=OOA?=N=QIQI@EOA>=>G=JKHADġĠ -NAR=HAJOE underweight pada balita, (2) Persentase penduduk hidup dibawah garis kemiskinan nasional, (3) Rumah tangga tanpa akses terhadap air bersih, (4) Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap produksi, (5) Rumah tangga tanpa akses terhadap listrik. !EOPNE?PORQHJAN=>HAPKBKK@EJOA?QNEPU=J@N=JGA@=O-NEKNEPU=NACAJAN=HHUNAH=PA@PKġĠ -NAR=HAJ?AN=PAKBQJ@ANSAECDP =IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRAUA=NOĠ -KLQH=PEKJHEREJC>AHKSPDAJ=PEKJ=HLKRANPUHEJAĠ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPK ?HA=JS=PANĠ -AN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPKLNK@Q?PEKJN=PEK=J@Ġ %KQOADKH@OSEPDKQP=??AOOPKAHA?PNE?EPU Lampiran 6.2 secara jelas menyoroti indikator-indikator yang berhubungan dengan peringkat indeks komposit dari OQ=PQG=>QL=PAJ4=NJ=OAHIAJQJFQGG=JLAJCCKHKJC=JNAH=PEBLAJPEJCJU=OQ=PQEJ@EG=PKNU=JCOECJEłG=JL=@=OQ=PQ 1DA=JJAT?HA=NHUDECDHECDPOPDAEJ@E?=PKNOPD=P=NANAOLKJOE>HABKNPDA?KILKOEPAEJ@ATN=JGEJCKB=@EOPNE?P0D=@A@ ?AHHO@AJKPAPDADECDANNAH=PERAEILKNP=J?AKB?ANP=EJEJ@E?=PKNĠO BKN=?ANP=EJ@EOPNE?P kabupaten tertentu. Misalnya, penyebab utama kerentanan terhadap kerawanan pangan di kabupaten Yahukimo di Papua yang berada L=@=GAHKILKG-NEKNEP=O=@=H=DNAJ@=DJU==GOAOPAND=@=LL=JC=J@=JLAJCDE@QL=JĠPEJCCEJU=FQIH=DLAJ@Q@QG miskin, rendahnya akses terhadap jalan dan listrik) dan rendahnya kondisi kesehatan dan gizi terutama terbatasnya akses terhadap air bersih. #KNAT=ILHAPDAI=EJNA=OKJOBKNRQHJAN=>EHEPUPKBKK@EJOA?QNEPUEJ6=DQGEIK@EOPNE?PEJ-=LQ=N=JGA@=O-NEKNEPUSANA HKS=??AOOPKBKK@=J@HERAHEDKK@@QAPK=DECDJQI>ANKBLKKNLAKLHAHEIEPA@=??AOOPKNK=@O=J@AHA?PNE?EPULKKNDA=HPD =J@JQPNEPEKJ=H?KJ@EPEKJOAOLA?E=HHUHEIEPA@=??AOOPK?HA=JS=PAN Sedangkan untuk kabupaten Timor Tengah Selatan di Provinsi NTT penyebab utama kerawanan pangan adalah rendahnya akses pangan dan penghidupan (tingginya jumlah penduduk miskin, akses terhadap listrik yang rendah), rendahnya kondisi kesehatan dan gizi (akses terhadap air bersih, tingginya angka kurang gizi) dan tingkat buta huruf perempuan. OBKN1EIKN1AJC=D0AH=P=J@EOPNE?PEJ+11-NKREJ?AI=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPUSANA=HOKHKS=??AOOPKBKK@=J@ HERAHEDKK@Ġ=DECDJQI>ANKBLKKNLAKLHAHKSAHA?PNE?EPU=??AOON=PA LKKNDA=HPD=J@JQPNEPEKJ=H?KJ@EPEKJOĠHKS=??AOOPK ?HA=JS=PANDECDI=HJQPNEPEKJ =J@=DECDBAI=HAEHHEPAN=?UN=PA !AIEGE=JFQC=IAOGELQJG=>QL=PAJAJCG=HEO@E/E=Q>AN=@=L=@=GAHKILKGĺ(=>QL=PAJ-NEKNEP=OU=JC>ANS=NJ= 0EIEH=NHU=HPDKQCDAJCG=HEO@EOPNE?PEJ/E=QEOEJPDAĺ!EOPNE?PKB-NEKNEPUSEPD=CNAAJ?KHKNSDE?DEJ@E?=PAO=>APPANBKK@ hijau yang menunjukkan situasi ketahanan pangan yang lebih baik, namun beberapa indikator masih harus diperhatikan antara lain produksi dan ketersediaan pangan, akses terhadap jalan yang dapat dilalui kendaraan roda 4 dan air bersih, serta underweight. OA?QNEPUOEPQ=PEKJ=PPAJPEKJEOOPEHHNAMQENA@PK=@@NAOOEOOQAONAH=PA@PKBKK@LNK@Q?PEKJ=J@=R=EH=>EHEPU=??AOOPKNK=@O QO=>HA>UBKQNSDAAHA@RADE?HAO=J@?HA=JS=PAN=OSAHH=OQJ@ANSAECDP 98 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia )DNWRUSHQHQWXXWDPD.HUDZDQDQ3DQJDQSHU3ULRULWDV 0DLQGHWHUPLQDQWVRI)RRG,QVHFXULW\SHU3ULRULW\ )DNWRU3HQ\HEDE &DXVHV Prioritas 1 3ULRULW\ 1. Kemiskinan 1. Poverty 2. Tanpa akses terhadap listrik 2. Without access to electricity 3. 8QGHUZHLJKWW pada balita 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH 4. Tidak bisa dilalui kendaraan roda 4 4. Without access to roads usable by four-wheeled vehicles 5. Tanpa akses terhadap air bersih 5. Without access to clean water 3ULRULWDV 3ULRULW\ 1. 8QGHUZHLJKWW pada balita 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH 2. Desa yang tidak bisa dilalui kendaraan roda 4 2. Without access to roads usable by four-wheeled vehicles 3. Tanpa akses terhadap air bersih 3. Without access to clean water 4. Kemiskinan 4. Poverty 5. Tanpa akses terhadap listrik 5. Without access to electricity 3ULRULWDV 3ULRULW\ 1. 8QGHUZHLJKWW pada balita 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH 2. Kemiskinan 2. Poverty 3. Tanpa akses terhadap air bersih 3. Without access to clean water 4. Tidak memadainya produksi pangan pokok ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 5. Tanpa akses terhadap listrik 5. Without access to electricity 3ULRULWDV 3ULRULW\ 1. 8QGHUZHLJKWW pada balita 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH 2. Kemiskinan 2. Poverty 3. Tidak memadainya produksi pangan pokok ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 4. Tanpa akses terhadap air bersih 4. Without access to clean water 5. Tanpa akses terhadap listrik 5. Without access to electricity 3ULRULWDV 3ULRULW\ 1. Tidak memadainya produksi pangan pokok ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 2. 8QGHUZHLJKWW pada balita 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH 3. Kemiskinan 3. Poverty 4. Tanpa akses terhadap air bersih 4. Without access to clean water 3ULRULWDV 3ULRULW\ 1. Tidak memadainya produksi pangan pokok ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 2. Kemiskinan 2. Poverty 3. 8QGHUZHLJKWW pada balita 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia BAB/Chapter 6 7DEHO 7DEOH 99 Dengan overlaying peta kerentananan terhadap kerawanan pangan kronis dan peta kerentanan terhadap kerawanan pangan sementara, kita dapat melihat daerah-daerah yang saling tumpang tindih (overlap). Hal ini akan menjadi dasar pengembangan rencana kontijensi (contingency plan) yang lebih baik dengan melibatkan masyarakat yang terkena UKRANH=UEJCPDARQHJAN=>EHEPUI=LKB?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU=J@PDARQHJAN=>EHEPUI=LKBPN=JOEPKNUBKK@EJOA?QNEPUSA?=J OAAPDAKRANH=LLEJC=NA=O1DEOSEHH>APDA>=OEOBKNPDA@ARAHKLIAJPKB>APPAN?KJPEJCAJ?ULH=JO>UEJRKHREJCPDA=BBA?PA@ ?KIIQJEPEAOEJ@EO=OPANLNAL=NA@JAOO=?PEREPEAO bencana dalam kegiatan kesiagaan menghadapi bencana. Karena penyebab terjadinya kerawanan pangan adalah berbeda-beda, maka cara penanggulangannya juga akan berbeda-beda pada setiap provinsi dan kabupaten. Kabupaten dan provinsi diharapkan mengadopsi rekomendasi berikut ini dalam usaha untuk menangani situasi kerawanan dan kerentanan pangan. 0EJ?APDA?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=NA@EBBANAJPOKHQPEKJOSEHH=HOKR=NU>ULNKREJ?A=J@@EOPNE?P!EOPNE?PO=J@LNKREJ?AO ODKQH@=@KLPPDABKHHKSEJCNA?KIIAJ@=PEKJOEJPDAENABBKNPOPK=@@NAOOBKK@EJOA?QNEPU=J@EPORQHJAN=>EHEPU Upaya-upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan harus ditekankan pada penyebab utama kerawanan pangan "BBKNPOPKEILNKRABKK@OA?QNEPUODKQH@=@@NAOOPDAI=EJ?=QOAOKBBKK@EJOA?QNEPU=OLNAOAJPA@EJ=PDA@E=CN=I>AHKS seperti yang digambarkan pada diagram di bawah ini. Gambar 6.4: Kerangka intervensi untuk meningkatkan ketahanan pangan ! " #! #ECQNAġ&JPANRAJPEKJBN=IASKNGPKEILNKRABKK@OA?QNEPU ! " # ! $ % &$'( ! $ % )! $ ! $ ! $ % $ &%'( % ) % $ % $ Strategi peningkatan ketahanan pangan perlu dilakukan melalui pendekatan jalur ganda (PSEJPN=?G=LLNK=?DAO) yaitu: #KK@OA?QNEPUEILNKRAIAJPOPN=PACEAOJAA@PK>AEILHAIAJPA@PDNKQCDPSEJPN=?G=LLNK=?DAOġ Pendekatan jangka pendek: Membangun ekonomi berbasis pertanian dan pedesaaan untuk menyediakan lapangan 1. &IIA@E=PA=LLNK=?Dġ!ARAHKLIAJPKB=CNE?QHPQN=H=J@NQN=H>=OA@A?KJKIEAOPKLNKRE@AAILHKUIAJP=J@EJ?KIAĢ kerja dan pendapatan; 2. Pendekatan jangka menengah dan panjang: Memenuhi pangan bagi kelompok masyarakat miskin dan rawan pangan melalui pendekatan pemberdayaan dengan melibatkan partisipasi dan peran aktif seluruh pemangku kepentingan. 100 *A@EQIPKHKJCANPANI=LLNK=?Dġ-NKRE@ABKK@BKNPDALKKN=J@BKK@EJOA?QNA?KIIQJEPEAOPDNKQCD=JAILKSANIAJP approach supporting active participation of villagers and various stakeholders. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHO 7DEOH 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJ\ 1DQJURH$FHK'DUXVVDODP Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. 7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. Pembangunan fasilitas air bersih perlu di teruskan. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves. Building clean water facilities also needs to be continued. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Poverty Without access to clean water 6XPDWHUD8WDUD Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. 7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc. Akses terhadap air bersih dan listrik perlu di tingkatkan melalui pembangunan sarana air bersih dan listrik. Access to clean water and electricity needs to be increased through building these facilities. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses ke listrik Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Poverty line Without access to clean water Without access to electricity 6XPDWHUD%DUDW Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. 7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Riau memiliki rasio konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu GLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDO tersebut, promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan. Riau has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food selfVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\WKURXJK increasing productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan 7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 101 BAB/Chapter 6 Riau 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV Riau higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. Pembangunan akses yang cukup terhadap air bersih perlu di tingkatkan. VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Development of adequate access to clean water needs to be increased. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke air bersih Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without access to clean water Jambi Ketersediaan air bersih dan konsumsi pangan yang cukup merupakan dua hal yang harus dipenuhi untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga. Oleh karena itu pemerintah perlu membangun sarana air bersih untuk memenuhi NHEXWXKDQSHQGXGXN3HQLQJNDWDQSURGXNVLSDQJDQSHUOXGLSURPRVLNDQGHQJDQFDUDLQWHQVL¿NDVLGLYHUVL¿NDVLPDXSXQ HNVWHQVL¿NDVLXQWXNPHPDVWLNDQEDKZDNHEXWXKDQPDV\DUDNDWWHUSHQXKLVHKLQJJDNHWDKDQDQSDQJDQSDQJDQNHOXDUJD dapat ditingkatkan. Adequate clean water and food consumption are areas of focus for improving household food security. Government needs to build clean water access facilities to meet the needs of the population. Increasing food production should be promoted WKURXJKLQWHQVL¿FDWLRQGLYHUVL¿FDWLRQDVZHOODVH[WHQVLRQWRHQVXUHWKHFRPPXQLWLHV¶QHHGVDUHIXOO\PHWDQGKRXVHKROG food security is improved. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tanpa akses ke air bersih Produksi makanan pokok yang kurang memadai 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: Without access to clean water ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Sumatera Selatan Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community empowerment and productive economic development. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. Akses terhadap air bersih perlu di tingkatkan melalui pembangunan sarana air bersih. 7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Access to clean water needs to be increased through building clean water facilities. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke air bersih Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without access to clean water %HQJNXOX Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. Program pembangunan yang berpihak pada masyarakat miskin lewat pemberdayaan masyarakat dapat dilakukan dan dilaksanakan secara efektif. Pembangunan sarana dan prasarana untuk pengentasan kemiskinan juga sangat penting untuk dilakukan. Perhatian diperlukan untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih melalui pembangunan sarana air bersih, listrik dan pelayanan kesehatan. 102 Population living below poverty line need to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves. A pro-poor development programme through community empowerment can be relevant and be effectively implemented. Infrastructure development for poverty reduction is also crucial. Attention is required to increase people’s access to clean water through building water facilities, to electricity and health services. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV %HQJNXOX Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK (Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga), bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. 7KHKLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers but also fathers, adolescent girls, grandparents etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan Tanpa akses terhadap air bersih Tanpa akses terhadap listrik 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: Poverty Without access to clean water Without access to electricity 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH /DPSXQJ Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves. Selain itu, pemerintah juga perlu meningkatkan akses terhadap air bersih dan listrik. In addition, government needs to improve access to clean water and electricity. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses ke listrik Key interventions are needed in: Poverty Wthout access to clean water Without electricity access %DQJND%HOLWXQJ Bangka Belitung memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. UpayaXSD\DSHUOXGLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLNKXVXVQ\DPHODOXLSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV-LNDSRWHQVL peningkatan produksi terbatas maka kekurangan pangan perlu dipenuhi melalui impor pangan dari daerah lain yang surplus. Bangka Belitung has per capita normative consumption higher than its net cereals production which indicates low staple IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\ WKURXJKLQFUHDVLQJWKHSURGXFWLYLW\,ILQFUHDVLQJSURGXFWLRQSRWHQWLDOLVOLPLWHGWKHIRRGGH¿FLWVKRXOGEHFRYHUHGWKURXJK importing foods from other surplus areas. Hal lain yang perlu mendapat perhatian dari Pemda adalah masih tingginya angka underweight pada balita. Pemda perlu menggerakan kembali peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu diintensifkan untuk meningkatkan higiene, ppola pengasuhan dan praktek pemberiaan makan dengan menggunakan berbagai macam sarana komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQIURPWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tidak memadainya produksi pangan pokok 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Kepulauan Riau memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya yang perlu dilakukan XQWXN PHQLQJNDWNDQ NDSDVLWDV SURGXNVL NKXVXVQ\D PHODOXL XSD\D SHQLQJNDWDQ SURGXNWL¿WDV SHQJJXQDDQ ELELW XQJJXO atau peningkatan luas areal. Jika potensi peningkatan produksi terbatas, maka kekurangan pangan harus dipenuhi melalui impor makanan dari daerah lain yang surplus. Kepulauan Riau has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\ through increasing the productivity, using good quality seeds or increasing cultivation areas. If increasing production SRWHQWLDOLVOLPLWHGWKHIRRGGH¿FLWVKRXOGEHFRYHUHGWKURXJKLPSRUWLQJIRRGVIURPRWKHUVXUSOXVDUHDV Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai Key interventions are needed in: Insuffcient staple food production Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 103 BAB/Chapter 6 Kepulauan Riau 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV -DZD%DUDW Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH -DZD7HQJDK Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan. Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Perempuan Buta Huruf Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Female illiteracy ',<RJ\DNDUWD Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves. Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan. Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan Perempuan Buta Huruf Key interventions are needed in: Poverty Female illiteracy -DZD7LPXU Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves. Tingginya angka underweight pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dan tidak hanya terbatas kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan. Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented. 104 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV -DZD7LPXU Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Perempuan Buta Huruf Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Female illiteracy Low life expectancy at birth %DQWHQ Banten memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Upaya-upaya perlu GLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLPLVDOQ\DPHODOXLSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDVSHQJJXQDDQELELWXQJJXO atau peningkatan luas areal sehingga terjadi peningkatan kapasitas produksi. Banten has a per capita normative consumption higher than its net cereals production which indicates low staple food VHOIVXI¿FLHQF\ GXH WR IRRG SURGXFWLRQ VKRUWDJHV (IIRUWV VKRXOG EH PDGH WR LQFUHDVH SURGXFWLRQ FDSDFLW\ HVSHFLDOO\ through increasing the production capacity such as increasing the productivity, using good quality seeds, or increasing the cultivation area. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian dari Pemda. Pemda perlu menggerakan kembali peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu diintensifkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai macam sarana komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja putri dan kakeknenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tidak memadainya produksi pangan pokok 8QGHUZHLJKWW pada balita Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Low life expectancy at birth %DOL Ketahanan pangan di provinsi Bali relatif terjamin seperti yang terlihat dari semua indikator ketahanan pangan. Bali harus melanjutkan usaha-usaha terbaiknya untuk memelihara tingkat komitmen saat ini, untuk meningkatkan kondisinya. Akan tetapi, rendahnya angka melek huruf perempuan perlu mendapatkan perhatian dan hal ini harus mendapat prioritas untuk meningkatkannya. Food security in Bali is relatively satisfactory as indicated by various food security indicators. Bali should continue its efforts to maintain the current commitment level and reinforce its achievements. However, low female literacy remains a concern and adequate attention to improve it should be given. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Perempuan Buta Huruf Key interventions are needed in: Female Illiteracy Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community empowerment and productive economic development. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian dari Pemda. Pemda perlu menggerakan kembali peran Posyandu, PKK, Bidan Desa, serta lembaga-lembaga pelayanan kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Pendidikan mengenai kesehatan dan gizi perlu diintensifkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai macam sarana komunikasi dan tidak hanya terbatas pada ibu-ibu saja, akan tetapi juga mencakup bapak, remaja putri dan kakeknenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ XQGHU¿YH FKLOGUHQ UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Hal lain yang perlu mendapat prioritas adalah rendahnya tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu diperhatikan dan dilaksanakan. Another focus of attention is the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 105 BAB/Chapter 6 1XVD7HQJJDUD%DUDW 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV 1XVD7HQJJDUD%DUDW Rendahnya angka harapan hidup pada saat lahir Perempuan Buta Huruf Low life expectancy at birth Female illiteracy 1XVD7HQJJDUD7LPXU Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dan tidak hanya terbatas kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJXQGHU¿YHFKLOGUHQUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. $NVHV\DQJFXNXSWHUKDGDSOLVWULNGDQDLUEHUVLK\DQJSHUOXGLWLQJNDWNDQVHFDUDGLJQL¿NDQ $GHTXDWHDFFHVVWRHOHFWULFLW\DQGFOHDQZDWHUQHHGVWREHVLJQL¿FDQWO\LPSURYHG Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community empowerment and productive economic development. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke listrik Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Wihout access to electricity Poverty Without access to clean water .DOLPDQWDQ%DUDW Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah perlu membangun sarana air bersih, membangun/merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap listrik agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH population. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses penghubung yang memadai 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke listrik Key interventions are needed in: Without access to clean water Without adequate connection access 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without electricity access .DOLPDQWDQ7HQJDK Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah perlu membangun sarana air bersih, membangun/merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap listrik agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH population. 106 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV .DOLPDQWDQ7HQJDK Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses ke listrik Tanpa akses penghubung yang memadai Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without access to clean water Without access to electricity Without adequate access by road Kalimantan Selatan Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Air bersih dan konsumsi pangan yang cukup merupakan dua hal yang harus dipenuhi untuk mewujudkan ketahanan pangan rumahtangga. Oleh karena itu Pemerintah perlu membangun sarana air bersih untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Adequate clean water and food consumption are areas of focus for improving household food security. Government needs WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKHSRSXODWLRQ Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Angka harapan hidup pada saat lahir Tanpa akses ke air bersih Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Low life expectancy at birth Without access to clean water Kalimantan Timur Akses terhadap air bersih, jalan dan listrik perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah perlu membangun sarana air bersih, membangun atau merehabilitasi jalan dan memperluas akses terhadap listrik agar dapat memenuhi kebutuhan penduduk. Access to clean water, roads and electricity requires particular attention from the local government. Government needs WREXLOGFOHDQZDWHUDFFHVVIDFLOLWLHVFRQVWUXFWRUUHKDELOLWDWHURDGVDQGH[WHQGHOHFWULFLW\DFFHVVWRIXO¿OWKHQHHGVRIWKH population. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Tanpa akses ke air bersih 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses penghubung yang memadai Key interventions are needed in: Without access to clean water 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without adequate access by road Sulawesi Utara memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu dilakukan XQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDOWHUVHEXW promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan 6XODZHVL 8WDUD KDV SHU FDSLWD QRUPDWLYH FRQVXPSWLRQ KLJKHU WKDQ LWV QHW FHUHDO SURGXFWLRQ ZKLFK LQGLFDWHV ORZ VWDSOH IRRGVHOIVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\ through increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ 6XODZHVL7HQJDK Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives 107 BAB/Chapter 6 6XODZHVL8WDUD 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV 6XODZHVL7HQJDK ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil society, communities and the people themselves, through community empowerment and productive economic development. Pembangunan akses listrik yang memadai perlu terus ditingkatkan. Development of adequate access to electricity needs to be continuously improved. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Kemiskinan Tanpa akses ke Listrik Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Poverty Without access to electricity 6XODZHVL6HODWDQ Perempuan buta huruf di Sulawesi Selatan masih tinggi. Perhatian khusus diperlukan untuk meningkatkan tingkat pendidikan perempuan. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan. Female illiteracy rates in Sulawesi Selatan are still high. Particular attention should be focused on improving low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community empowerment and productive economic development. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Perempuan Buta Huruf Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: Female illiteracy Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH 6XODZHVL7HQJJDUD Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community empowerment and productive economic development. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Family Welfare Empowerment Pembangunan akses listrik yang memadai perlu terus ditingkatkan. Development of adequate access to electricity needs to be continuously improved. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Tanpa akses ke Listrik Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without access to electricity 108 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV *RURQWDOR Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH 6XODZHVL%DUDW Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu saja tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $ KLJK UDWH RI XQGHUZHLJKW DPRQJ FKLOGUHQ XQGHU ¿YH UHTXLUHV SDUWLFXODU DWWHQWLRQ RI WKH ORFDO JRYHUQPHQW 7KH ORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Pembangunan dan rehabilitasi sarana prasarana seperti jalan, listrik dan pelayanan kesehatan perlu terus ditingkatkan. Construction and rehabilitation of infrastructure such as roads, electricity and health facilities needs to be increased. 'DULVHNWRUSHUWDQLDQSHQLQJNDWDQSURGXNVLSHUOXWHUXVGLWLQJNDWNDQEDLNPHODOXLXVDKDLQWHQVL¿NDVLHNVWHQVL¿NDVLGDQ peningkatan sarana prasarana pertanian. ,QWKHDJULFXOWXUDOVHFWRUSURGXFWLRQQHHGVWREHLQFUHDVHGWKURXJKLQWHQVL¿FDWLRQDQGH[WHQVLRQHIIRUWVDQGDJULFXOWXUH infrastructure improvement. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Kemiskinan 8QGHUZHLJKWpada balita Tanpa akses penghubung yang memadai Produksi makanan pokok yang kurang memadai Tanpa akses ke listrik Key interventions are needed in: Poverty 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Without adequate access by road ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ Without access to electricity 0DOXNX8WDUD 3HQLQJNDWDQ SURGXNVL SHUOX WHUXV GLWLQJNDWNDQ EDLN PHODOXL XVDKD LQWHQVL¿NDVL HNVWHQVL¿NDVL GDQ SHQLQJNDWDQ VDUDQD prasarana pertanian. Akses terhadap listrik dan penghubung yang memadai perlu terus ditingkatkan. )RRG SURGXFWLRQ QHHGV WR EH LQFUHDVHG WKURXJK LQWHQVL¿FDWLRQ DQG H[WHQVLRQ HIIRUWV DQG YLD DJULFXOWXUH LQIUDVWUXFWXUH improvement. Access to electricity and adequate access by road needs to be increased. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 109 BAB/Chapter 6 0DOXNX 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV 0DOXNX8WDUD Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai Tanpa akses ke listrik Tanpa akses penghubung yang memadai Kemiskinan Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ Without access to electricity Without adequate access by road Poverty 3DSXD%DUDW Papua Barat memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan rendahnya kecukupan pangan pokok karena kekurangan produksi pangan. Beberapa XSD\DSHUOXGLODNXNDQXQWXNPHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQ dengan hal tersebut, promosi konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan. Papua Barat has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food VHOIVXI¿FLHQF\ GXH WR IRRG SURGXFWLRQ VKRUWDJHV (IIRUWV VKRXOG EH PDGH WR LQFUHDVH SURGXFWLRQ FDSDFLW\ HVSHFLDOO\ through increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted. Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community empowerment and productive economic development. Pembangunan akses yang cukup terhadap listrik, air bersih, dan fasilitas transportasi perlu ditingkatkan. Development of adequate access to electricity, clean water, and transportation facilities needs to be increased. Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc. Intervensi utama perlu dilakukan dalam: Produksi makanan pokok yang kurang memadai Kemiskinan Tanpa akses penghubung yang cukup Tanpa akses ke listrik 8QGHUZHLJKWW pada balita Key interventions are needed in: ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ Poverty Without adequate access by road Without access to electricity 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Papua Tingginya angka underweightt pada balita perlu mendapat perhatian khusus dari pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu merevitalisasi peran dan fungsi Posyandu, PKK, bidan desa dan institusi kesehatan lainnya untuk meningkatkan akses ke pelayanan kesehatan yang lebih berkualitas. Penyuluhan kesehatan dan gizi perlu lebih digiatkan untuk meningkatkan higiene, pola pengasuhan dan praktek pemberian makan dengan menggunakan berbagai saluran komunikasi dengan menekankan bukan hanya kepada ibu-ibu tetapi juga kepada bapak-bapak, remaja putri dan kakek-nenek. $YHU\KLJKUDWHRIXQGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YHUHTXLUHVSDUWLFXODUDWWHQWLRQRIWKHORFDOJRYHUQPHQW7KHORFDO government needs to revitalize roles and functions of Posyandu, Family Welfare Empowerment (PKK), village midwives and other health institutions to improve access to a better quality of health care and services. Health and nutrition education VKRXOG EH LQWHQVL¿HG WR LPSURYH K\JLHQH FDUH DQG IHHGLQJ SUDFWLFHV E\ XVLQJ GLIIHUHQW FRPPXQLFDWLRQ FKDQQHOV DQG should address not only the mothers, but also fathers, adolescent girls, grandparents, etc.Family Welfare Empowerment Penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan perlu ditangani secara optimal dengan melibatkan berbagai sektor dan institusi termasuk pemerintah, sektor publik dan swasta, dan masyarakat sipil serta masyarakat miskin itu sendiri melalui program pemberdayaan masyarakat dan pembangunan ekonomi produktif. The population living below the poverty line needs to be handled optimally by involving various sectors and institutions including government, public and private sectors, civil societies, community and people themselves, through community empowerment and productive economic development. Pembangunan akses yang cukup terhadap listrik, air bersih, dan fasilitas transportasi perlu di tingkatkan. Papua memiliki tingkat konsumsi normatif per kapita yang lebih tinggi jika dibandingkan dengan produksi bersih serelianya, hal ini menunjukkan bahwa masih terdapat kekurangan produksi pangan. Beberapa upaya perlu dilakukan untuk PHQLQJNDWNDQNDSDVLWDVSURGXNVLWHUXWDPDPHODOXLXSD\DSHQLQJNDWDQSURGXNWL¿WDV6HMDODQGHQJDQKDOWHUVHEXWSURPRVL konsumsi makanan lokal yang ada juga perlu digalakkan. Rendahnya tingkat pendidikan perempuan juga perlu mendapat perhatian khusus. Program pendidikan, baik formal (program pendidikan 9 tahun, pendidikan gratis) dan pendidikan non-formal (Kejar Paket A, B dan Bimbingan Masyarakat) perlu di diperhatikan dan dilaksanakan. 110 Development of adequate access to electricity, clean water, and transportation facilities needs to be increased. Papua has per capita normative consumption higher than its net cereal production which indicates low staple food selfVXI¿FLHQF\GXHWRIRRGSURGXFWLRQVKRUWDJHV(IIRUWVVKRXOGEHPDGHWRLQFUHDVHSURGXFWLRQFDSDFLW\HVSHFLDOO\WKURXJK increasing the productivity. In parallel, consumption of locally available foods should be promoted. Particular attention should be focused on improving the low female education level. Education programmes, both formal (nine-year education programmes, free education) and informal education (Chase Package A, B, and community guidance) need to be considered and implemented. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 7DEHOODQMXWDQ 6WUDWHJLSHQHQWXXWDPD.HWDKDQDQ3DQJDQGDQ*L]LSHU3URYLQVL 7DEOHFRQWG 0DLQ'HWHUPLQDQWVRI)RRGDQG1XWULWLRQ6HFXULW\SHU3URYLQFH 6WUDWHJL3HQLQJNDWDQ3DQJDQGDQ*L]L )RRGDQG1XWULWLRQ,PSURYHPHQW6WUDWHJLHV Papua Key interventions are needed in: 8QGHUZHLJKWDPRQJFKLOGUHQXQGHU¿YH Poverty Wthout access to clean water Without access to electricity ,QVXI¿FLHQWVWDSOHIRRGSURGXFWLRQ Without adequate access by road Female illiteracy rates Perubahan tingkat kerentanan terhadap kerawanan pangan kronis antara FSVA 2009 dan FIA 2005 berdasarkan indikator individu Changes in vulnerability to chronic food insecurity between the FSVA 2009 and the FIA 2005 based on individual indicators Untuk mengetahui berapa jumlah kabupaten dari FIA 2005 (total 265 kabupaten) yang mengalami perbaikan, penurunan atau tidak mengalami perubahan (tetap) pada indikator tertentu sejak tahun 2005, maka tingkat kerentanan kabupaten pada FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009 berdasarkan 9 indikator individu yang berhubungan dengan kerawanan pangan kronis. Delapan puluh dua (82) kabupaten baru hasil pemekaran daerah yang terdapat di FSVA 2009 tidak dimasukkan dalam analisis perbandingan ini karena kabupaten tersebut baru dibentuk dalam 5 tahun terakhir. &JKN@ANPKE@AJPEBUDKSI=JUKB@EOPNE?POEJ#&D=RANA?KN@A@=JEILNKRAIAJPKN@APANEKN=PEKJKNQJ?D=JCEJCEJ =?ANP=EJEJ@E?=PKNOEJ?APDAENHARAHKBRQHJAN=>EHEPUEO?KIL=NA@SEPDPD=PEJPDA#03>=OA@KJJEJAEJ@ERE@Q=H EJ@E?=PKNONAH=PA@PK?DNKJE?BKK@EJOA?QNEPU"ECDPUPSKĠ JAS@EOPNE?POKB#03=NAJKPEJ?HQ@A@EJPDEO?KIL=NEOKJ >A?=QOAPDAUD=RAKJHU>AAJOAPQL@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO Tabel 6.4 menunjukkan terjadinya perbaikan pada seluruh indikator (9 indikator). Perbandingan antara kelompok G=>QL=PAJ-NEKNEP=O@AJC=JGAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=OIAJQJFQGG=JPANF=@EJU=LAN>=EG=JU=JC OECJEłG=JL=@=OA>=CE=J>AO=NG=>QL=PAJ@EGA@Q=GAHKILKGEJEL=@=EJ@EG=PKNN=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP= terhadap ketersediaan serealia dan persentase rumah tangga tanpa akses listrik (P<0,05). Tingkat perbaikan pada EJ@EG=PKNH=EJJU=FQC=?QGQLPEJCCEPANQP=I=L=@=GAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=O=G=JPAP=LELAN>A@==J perbaikan ini tidak berbeda secara statistik. Perbaikan kabupaten tersebut kemungkinan disebabkan oleh keberhasilan 1=>HAODKSO=JKRAN=HHEILNKRAIAJPEJ=HHJEJAEJ@E?=PKNO KIL=NEJC@EOPNE?POKB-NEKNEPEAOSEPD@EOPNE?POKB -NEKNEPEAONARA=HO=OECJEł?=JPHUDECDANLNKLKNPEKJKBEILNKRA@@EOPNE?POEJPDABKNIANCNKQLBKNPSKEJ@E?=PKNOSDE?D=NA PDAN=PEKKBLAN?=LEP=JKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPU=J@PDALAN?AJP=CAKBDKQOADKH@OSEPDKQPAHA?PNE?EPU Ġ-ģ )ARAHOKBEILNKRAIAJPBKNPDANAI=EJEJCOARAJEJ@E?=PKNO=NA=HOKOHECDPHUDECDAN=IKJC@EOPNE?POKB-NEKNEPEAO %KSARANPDAOA@EBBANAJ?AO=NAJKPOP=PEOPE?=HHU@EBBANAJP1DAEILNKRAIAJPO=NAHEGAHU=PPNE>QPA@PKLKOEPERANAOQHPOKB PDAREHH=CA@ARAHKLIAJPLNKCN=IIAOHA@>UPDA*EJEOPNUKBCNE?QHPQNA=J@DECDANLNEKNEPEV=PEKJBKNPDAIKNARQHJAN=>HA program pembangunan pedesaan yang dikoordinasi oleh Departemen Pertanian serta tingginya prioritas dari program-program tersebut terhadap kabupaten yang lebih rentan pada beberapa tahun terakhir. Program tersebut di antaranya adalah Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP), Pengembangan Desa Mandiri Energi (DME), Program Aksi Desa Mandiri Pangan (DEMAPAN) dan Pemberdayaan Masyarakat di Daerah Lahan Kering (PIDRA). @EOPNE?PO@QNEJCPDAH=OPUA=NO1DAOAEJ?HQ@APDA/QN=HCNE>QOEJAOO"ILKSANIAJPĠ-2- #KK@0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CA Ġ!*- "JANCU0AHB0QBł?EAJ?U3EHH=CAĠ!*" =J@-=NPE?EL=PKNU&JPANCN=PA@!ARAHKLIAJPEJ/=EJBA@NA=OĠ-&!/ Apabila kita melihat pada tiap 9 indikator tersebut, terdapat perubahan yang lebih baik yang ditunjukkan dengan )KKGEJCEJPKA=?DKBPDAJEJAEJ@E?=PKNOEPEOBKQJ@PD=P=IKNALKOEPERA?D=JCAI=JEBAOPA@>U=SE@AN@EBBANAJ?A>APSAAJ perbedaan yang tinggi antara kabupaten yang mengalami perbaikan dengan kabupaten yang mengalami penurunan, seperti terlihat pada indikator akses terhadap fasilitas kesehatan (selisih antara kabupaten yang mengalami perbaikan dengan kabupaten yang mengalami penurunan sebesar 94%), angka harapan hidup (selisih 92%) dan underweight pada balita (selisih 66%). Pada saat yang sama, pencapaian terlihat lebih rendah pada rasio konsumsi normatif per PDALNKLKNPEKJKBEILNKRA@@EOPNE?POSEPDPD=PKB@APANEKN=PA@@EOPNE?POEOK>OANRA@EJPDA=??AOOPKDA=HPDB=?EHEPEAOĠ LKEJP@EBBANAJ?A HEBAATLA?P=J?U=P>ENPDĠLKEJP =J@QJ@ANSAECDP=IKJCQJ@ANłRA?DEH@NAJĠLKEJP PPDAO=IA PEIAPDA=?DEARAIAJPEOHAOOREOE>HAEJPDAN=PEKKBJKNI=PERA?KJOQILPEKJPK?ANA=H=R=EH=>EHEPUĠLKEJP =??AOOE>EHEPU BKNBKQNSDAAHA@RADE?HAOĠLKEJP =J@BAI=HAEHHEPAN=?UĠLKEJP &PODKQH@>AAILD=OEVA@PD=P=IKJC@EOPNE?PO Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 111 BAB/Chapter 6 Intervensi utama perlu dilakukan dalam: underweightt pada balita Kemiskinan Tanpa akses ke air bersih Tanpa akses ke listrik Produksi makanan pokok yang kurang memadai Tanpa akses penghubung yang cukup Perempuan Buta Huruf 7DEHO3HUXEDKDQWLQJNDWNHUHQWDQDQWHUKDGDSNHUDZDQDQSDQJDQNURQLVDQWDUD)69$GDQ),$EHUGDVDUNDQLQGLNDWRULQGLYLGX 7DEOH&KDQJHVLQYXOQHUDELOLW\WRFKURQLFIRRGLQVHFXULW\E\LQGLYLGXDOLQGLFDWRUVLQWKH)69$DVFRPSDUHGWRWKH),$ Availability Kabupaten / Districts # Kab / district Poverty % Kab / district # Kab / district Road Electricity Life # Kab / district # Kab / district # Kab / district # Kab / district # Kab / district # Kab / district # Kab / district 100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3: Meningkat / Improved 64 64% 70 70% 59 59% 88 88% 98 98% Tetap / Unchanged 0 0% 0 0% 2 2% 1 1% 0 0% Menurun / Deteriorated 36 36% 30 30% 39 39% 11 11% 2 2% 165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6: Meningkat / Improved 82 50% 104 63% 86 52% 119 72% 156 95% Tetap / Unchanged 0 0% 0 0% 15 9% 0 0% 0 0% Menurun / Deteriorated 83 50% 61 37% 64 39% 46 28% 9 5% 146 55% 174 66% 145 55% 207 78% 254 96% 0 0% 0 0% 17 6% 1 0% 0 0% 119 45% 91 34% 103 39% 57 22% 11 4% Total 265 Kabupaten / districts Meningkat / Improved Tetap / Unchanged Menurun / Deteriorated Underweight Kabupaten / Districts # Kab / district Flit # Kab / district # Kab / district Water Health # Kab / district # Kab / district # Kab / district # Kab / district # Kab / district 100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3: Meningkat / Improved 86 86% 64 64% 82 82% 96 96% Tetap / Unchanged 1 1% 1 1% 1 1% 0 0% Menurun / Deteriorated 13 13% 35 35% 17 17% 4 4% 165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6: Meningkat / Improved 134 81% 96 58% 132 80% 162 98% Tetap / Unchanged 1 1% 0 0% 0 0% 0 0% Menurun / Deteriorated 30 18% 69 42% 33 20% 3 2% 220 83% 160 60% 214 81% 258 97% Tetap / Unchanged 2 1% 1 0% 1 0% 0 0% Menurun / Deteriorated 43 16% 104 39% 50 19% 7 3% Total 265 Kabupaten / districts Meningkat / Improved Availability Poverty Road Electricity Life Underweight Flit Water Health 112 : : : : : : : : : Rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia / Per capita normative consumption to cereal availability ratio Persentase penduduk hidup di bawah garis kemiskinan / Percentage of people below poverty line Persentase desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai / Percentage of villages with inadequate connectivityy Persentase rumah tangga tanpa akses listrik / Percentage of households without access to electricityy Angka harapan hidup pada saat lahir / Life expectancy at birth Berat badan balita di bawah standar / 8QGHUZHLJKWUDWHRIXQGHUFKLOGUHQ Perempuan buta huruf / Female Illiteracyy Rumah tangga tanpa akses ke air bersih / Householsds without access to improved drinking water Persentase rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan / Percentage of households living more than 5 km away from Health facilities Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia kapita terhadap ketersediaan serealia (selisih 10%), akses penghubung dengan roda 4 (selisih 16%) dan perempuan buta huruf (selisih 21%). Harus ditekankan bahwa di antara 165 kabupaten Prioritas 4-6 terdapat proporsi yang sama antara kabupaten yang mengalami perbaikan dengan kabupaten yang mengalami penurunan yaitu pada indikator of Priorities 4-6, there have been equal proportions of improved and deteriorated districts based on the ratio of per capita normative consumption to cereal availability (50% improved while another 50% deteriorated). rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia (50% kabupaten mengalami perbaikan dan 50% kabupaten mengalami penurunan). Perubahan peringkat 265 kabupaten berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit FIA 2005 Changes in the ranks of 265 districts based on Composite Food Security Index in the FIA 2005 Untuk mengetahui perubahan peringkat (rangking) 265 kabupaten dari FIA 2005, peringkat tiap kabupaten yang ditentukan berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit pada FIA 2005 dibandingkan dengan FSVA 2009. Data Angka Kematian Bayi (Infant Mortaly Rate-IMR) tidak tersedia di FSVA 2009 sehingga kemungkinan akan mempengaruhi In order to identify changes in the ranks of 265 districts from 2005, the rank of each district determined based on the Composite Food Security Index in the FIA 2005 is compared with that in FSVA 2009. It should be noted that the exclusion of the Infant Mortality Rate (IMR) in FSVA 2009 might have affected the overall result. However, given there has been k pada angka keseluruhan hasil analisis ini. Akan tetapi, selama 5 tahun terakhir tidak terjadi kejadian luar biasa (outbreak) kematian bayi di Indonesia, sehingga dapat di asumsikan bahwa IMR masih berada pada tingkat yang sama seperti FIA 2005. Perlu dicatat juga bahwa IMR hanya merupakan salah satu dari sepuluh (10) indikator yang digunakan untuk perhitungan Indeks Ketahanan Pangan Komposit. Oleh karena itu, pengaruh IMR terhadap keseluruhan hasil analisis kemungkinan berada pada tingkat yang dapat diterima sehingga mengindikasikan kemungkinan untuk dapat diperbandingkan. JKI=FKNIKNP=HEPUKQP>NA=G=IKJCEJB=JPO@QNEJCPDAH=OPłRAUA=NOEJPDA?KQJPNUEP?=J>A=OOQIA@PD=PPDA&*/D=O at least been remained at the same level. It should also be noted that the IMR is only one among ten indicators used for ?=H?QH=PEJCPDA KILKOEPA#KK@0A?QNEPU&J@AT1DANABKNAEPOEJŃQAJ?AKJPDAAJPENANAOQHPEOLNK>=>HU=P=J=??ALP=>HAHARAH allowing for possible indicative comparison. Tabel 6.5: Perubahan peringkat kabupaten di FIA 2005 berdasarkan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Table 6.5: Changes in ranks of districts in FIA 2005 based on Composite Food Security Index % Kabupaten/ Districts # Kabupaten di Prioritas yang Sama/ Districts stayed on in the same Priorities 100 Kabupaten Prioritas 1, 2 dan 3 / 100 districts of Priorities 1, 2 and 3: Meningkat / Improved 86 86% Tetap / Unchanged 1 1% Menurun / Deteriorated 12 12% Tidak ada data / No data* 1 1% 165 Kabupaten Prioritas 4, 5 dan 6 / 165 districts of Priorities 4, 5 and 6: Meningkat / Improved 145 77% Tetap / Unchanged 1 1% Menurun / Deteriorated 19 22% Total 265 Kabupaten/districts Meningkat / Improved 231 87% Tetap / Unchanged 2 1% Menurun / Deteriorated 31 12% Tidak ada data / No data* 1 - # Kabupaten yang naik ke Prioritas 1-3 / Districts moved to Higher Priorities (1-3) ( Penurunan / Deteriorated) 42 1 12 13 # Kabupaten yang turun ke Prioritas lebih rendah (4-6) / Districts moved to Lower Priorities (4-6) ( Peningkatan / Improved ) 44 6 BAB/Chapter 6 Kabupaten / Districts # Kabupaten/ Districts Note: * Tidak dimasukan dalam analisis Indeks Ketahanan Pangan Komposit di FSVA 2009 karena data tidak komplit Excluded from Composite Food Security Index in FSVA 2009 due to its incomplete data ** 38 kabupaten (dari 82 kabupaten) yang baru dibentuk berada di peringkat Prioritas 1-3 di FSVA 2009 38 out of 82 new districts are ranked as of Priorities 1-3 in FSVA 2009 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 113 1=>AHIAJQJFQGG=JLAN>=EG=JU=JCO=JC=POECJEłG=J@=NELANEJCG=PG=>QL=PAJ@EI=J=G=>QL=PAJ@=NE G=>QL=PAJĠ PAH=DIAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=PGKILKOEPJU=-AN>=EG=JLANEJCG=PNAH=PEBD=ILENO=I= =JP=N=GAHKILKGG=>QL=PAJ-NEKNEP=OĠ @=J-NEKNEP=OĠ Table 6.5 shows a remarkable improvement in the ranks of 265 districts, with 231 of them (87%) having recorded their improved ranks. The level of improved ranks is relatively similar between districts of Priorities 1-3 (86%) and those of Priorities 4-6 (88%). !E=JP=N=G=>QL=PAJ-NEKNEP=O@E#&G=>QL=PAJĠ-QJ?=G'=U=@E-NKREJOE-=LQ= PE@=GPANI=OQG@=H=I =J=HEOEOLAN>=J@EJC=JEJEG=NAJ=@=P=G=>QL=PAJ-QJ?=G'=U=PE@=GHAJCG=LQJPQG=J=HEOEO&J@AGO(AP=D=J=J-=JC=J (KILKOEP@E#03!=NEG=>QL=PAJĠ@EHQ=N-QJ?=G'=U= @E#&G=>QL=PAJPAH=D>AND=OEHGAHQ=N @=NE -NEKNEP=O @=J >ANLEJ@=D GA LANEJCG=P LNEKNEP=O U=JC HA>ED NAJ@=D Ġ-NEKNEP=O @E #03 42 G=>QL=PAJ H=EJJU=IAJC=H=IELAN>=EG=JLANEJCG=PFQC==G=JPAP=LEI=OEDPANI=OQG@=H=I-NEKNEP=O-=@=O==PU=JCO=I= G=>QL=PAJPQNQJLANEJCG=PJU=-AJQNQJ=JLANEJCG=PGAG=>QL=PAJPANOA>QPQIQIJU=>ANG=EP=J@AJC=JNAJ@=DJU= Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FIA 2005, one district (Puncak Jaya in Papua) is excluded from this comparison due to its incomplete data for calculating the Composite Food Security Index in the FSVA 2009. Out of the remaining 99 districts, 44 successfully graduated from Priorities 1-3 and moved down to lower Priorities 4-6 in the FSVA 2009. Another 42 districts have improved ranks but remain in these Priorities 1-3. At the same time, 12 districts have downgraded ranks. Their deterioration in rank has been mainly related to the lower accessibility for four-wheeled vehicles, or an increased poverty rate, higher ratio of per capita normative consumption to cereal availability, female illiteracy, or a combination of =GOAOLAJCDQ>QJC@AJC=JNK@==P=QJ=EGJU==JCG=GAIEOGEJ=J=P=QPEJCCEJU=N=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP= PAND=@=LGAPANOA@E==JOANA=HE=LANAILQ=J>QP=DQNQB=P=QGKI>EJ=OE@=NE>A>AN=L=EJ@EG=PKNPANOA>QP some of these. !E=JP=N= G=>QL=PAJ -NEKNEP=O @E #& PAN@=L=P G=>QL=PAJ U=JC IAJC=H=IE LAJQNQJ=J LANEJCG=P @EI=J= G=>QL=PAJ @E=JP=N=JU= I=OQG GA -NEKNEP=O @E #03 -AJQNQJ=J LANEJCG=P PANOA>QP QIQIJU= >ANG=EP=J@AJC=JNAJ@=DJU==GOAOLAJCDQ>QJC@AJC=JNK@==P=QPEJCCEJU=N=OEKGKJOQIOEJKNI=PEBLANG=LEP= Among 165 districts of Priorities 4-6 in the FIA 2005, 19 have worsened ranks, and 6 of them moved to higher Priorities 1-3 in the FSVA 2009. The deterioration has been mainly attributed to lower accessibility for four-wheeled vehicles, or higher ratio of per capita normative consumption to cereal availability, or increased female illiteracy, poverty rate or underweight t PAND=@=LGAPANOA@E==JOANA=HE==P=QJ=EGJU=LANAILQ=J>QP=DQNQB=P=Q=JCG=GAIEOGEJ=J@=J underweightL=@= >=HEP==P=QGKI>EJ=OE@=NE>A>AN=L=EJ@EG=PKNPANOA>QP =IKJC?DEH@NAJQJ@ANłRAKN=?KI>EJ=PEKJKBOKIAPDAOA !=NEG=>QL=PAJ-NEKNEP=O@E#03PAN@=L=PG=>QL=PAJU=JC>AN=O=H@=NE#&Ġ@E-NEKNEP=O G=>QL=PAJ@E-NEKNEP=O @=JG=>QL=PAJ>=NQLAIAG=N=JĠ@=NEG=>QL=PAJLAIAG=N=JOAF=GP=DQJ PAN=GDEN (QN=JCJU=P=P=GAHKH=U=JCABAGPEB@=JPAN>=P=OJU=OQI>AN@=U=I=JQOE=@=JG=L=OEP=OJU=@E@QC=IANQL=G=J B=GPKN U=JC IAJAJPQG=J PEJCCEJU= PEJCG=P GANAJP=J=J PAND=@=L GAN=S=J=J L=JC=J @E G=>QL=PAJG=>QL=PAJ D=OEH Among 100 districts of Priorities 1-3 in the FSVA 2009, 62 districts were shown in the FIA 2005 (56 of Priories 1-3, 6 KB-NEKNEPEAO =J@=NAJASHUAOP=>HEODA@@EOPNE?POĠKQPKBJAS@EOPNE?PO?NA=PA@@QNEJCPDAL=OPłRAUA=NO )=?G of institutional and human resources and capacities, amongst other reasons, may also have contributed to levels of higher vulnerability to food insecurity in the new districts. pemekaran. 114 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia BAB/Chapter 6 Peta 6.1 / Map 6.1 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Indonesia Vulnerability to Food Insecurity Map of Indonesia Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 115 Provinsi/ Province NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD NAD Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Utara Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Sumatera Barat Riau Riau Riau Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Kode/ Code 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 Kabupaten/ District Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Koto Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Provinsi/ Province Riau Riau Riau Riau Riau Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Kepulauan Riau Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Jambi Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Sumatera Selatan Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bengkulu Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Bangka Belitung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Lampung Kode/ Code 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 Kabupaten/ District Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Karimun Bintan Natuna Lingga Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogam Ilir Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang 117 BAB/Chapter 6 Peta 6.2 / Map 6.2 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sumatera Vulnerability to Food Insecurity Map of Sumatera Islands Peta 6.3 / Map 6.3 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Jawa Vulnerability to Food Insecurity Map of Java Islands Code 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 District Pandeglang Lebak Tangerang Serang Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Province Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Code 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 District Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Province Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah Jawa Tengah D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta D.I.Yogyakarta Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Code 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 District Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Province Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Jawa Timur Code 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 District Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep BAB/Chapter 6 Province Banten Banten Banten Banten Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat Jawa Barat 119 Peta 6.4 / Map 6.4 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur Vulnerability to Food Insecurity Map of the Island of Bali, Nusa Tenggara Barat and Nusa Tenggara Timur Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Bali Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Nusa Tenggara Barat Kode/ Code 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 Kabupaten/ District Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang Asem Buleleng Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Provinsi/ Province Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Nusa Tenggara Timur Kode/ Code 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 Kabupaten/ District Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat BAB/Chapter 6 Provinsi/ Province 121 Peta 6.5 / Map 6.5 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Kalimantan Vulnerability to Food Insecurity Map of Kalimantan Islands Kode/ Code 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 Kabupaten/ District Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan Pasir Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara BAB/Chapter 6 Provinsi/ Province Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Barat Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Tengah Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Selatan Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Kalimantan Timur Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 123 Peta 6.6 / Map 6.6 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Sulawesi Vulnerability to Food Insecurity Map of Sulawesi Islands Kabupaten/ District Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Kepulauan Talaud Minahasa Selatan Minahsa Utara Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolanga Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Toja Una-Una Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Provinsi/ Province Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Selatan Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Barat Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Sulawesi Tenggara Kode/ Code 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 Kabupaten/ District Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Majene Polewali Mandar Mamasa Mamuju Mamuju Utara Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara BAB/Chapter 6 ah ah ah ah ah ah ah ah ah an an an an an an an Kode/ Code 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 125 Peta 6.7 / Map 6.7 Peta Kerentanan Terhadap Kerawanan Pangan Pulau Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat Vulnerability to Food Insecurity Map of the Island of Maluku, Maluku Utara, Papua and Papua Barat Kode/ Code 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 Kabupaten/ District Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Provinsi/ Province Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Papua Barat Kode/ Code 328 330 331 332 333 334 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 Kabupaten/ District Paniai Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori Fak-Fak Kaimana Teluk Wondana Teluk Bintuni Monokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat BAB/Chapter 6 Provinsi/ Province Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Maluku Utara Papua Papua Papua Papua Papua Papua Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 127 LAMPIRAN-LAMPIRAN/ ANNEXES Lampiran 1.1: Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007) Annex 1.1: Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007) FIA 2005 Nanggroe Aceh Darussalam Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Barat Daya Aceh Tenggara Gayo Lues Aceh Timur Aceh Tamiang Aceh Tengah Bener Meriah Aceh Barat Nagan Raya Aceh Jaya Aceh Besar Pidie Pidie Jaya* Bireuen Aceh Utara Nias Nias Selatan Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Humbang Hasundutan Toba Samosir Samosir Labuhan Batu Asahan Batu Bara* Simalungun Dairi Pakpak Bharat Karo Deli Serdang Serdang Bedagai Langkat Sumatera Barat Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan FSVA 2009 Sumatera Barat Sumatera Utara Nias FIA 2005 FSVA 2009 Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Koto Pasaman FIA 2005 FSVA 2009 Sumatera Selatan Solok Solok Selatan Sawahlunto/ Sijunjung Dharma Raya Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Pasaman Barat Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Komering Ilir Ogan Ilir Muara Enim Lahat Empat Lawang* Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Riau Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Kepulauan Riau Bengkulu Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kepulauan Bangka Belitung Karimun Bintan Bangka Natuna Lingga Belitung Jambi Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Bengkulu Selatan Kaur Seluma Rejang Lebong Lebong Kepahiang Bengkulu Utara Mukomuko Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo Bangka Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Belitung Timur Lampung Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Kepulauan Mentawai Pesisir Selatan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 131 Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007) Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007) FIA 2005 FSVA 2009 Banten Pandeglang Lebak Tangerang Serang Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Pandeglang Lebak Tangerang Serang Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Bandung Barat* Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Jawa Tengah Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati 132 FSVA 2009 Jawa Tengah Jawa Barat Bogor Sukabumi Cianjur Bandung FIA 2005 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Jawa Timur Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan FSVA 2009 Jawa Timur D.I. Yogyakarta Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman FIA 2005 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep Bali Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang Asem Buleleng Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang Asem Buleleng Nusa Tenggara Barat Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Sumbawa Barat Dompu Bima Nusa Tenggara Timur Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Sumba Barat Sumba Timur Sumba Barat Daya* Sumba Tengah* Kupang Rote Ndao Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Nagekeo* Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007) Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007) FIA 2005 Nusa Tenggara Timur Manggarai Ketapang Sintang Kapuas Hulu Manggarai Manggarai Barat Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Sekadau Ketapang Kayong Utara* Sintang Melawi Kapuas Hulu Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Bolaang Mongondow Minahasa Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Kotawaringin Barat Sukamara Lamandau Kotawaringin Timur Seruyan Katingan Kapuas Pulang Pisau Gunung Mas Barito Selatan Barito Timur Barito Utara Murung Raya Kalimantan Selatan Tanah Laut Kotabaru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Laut Kotabaru Tanah Bumbu Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Balangan Tabalong Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Sangihe Talaud FIA 2005 Pasir Penajam Paser Utara Kutai Barat Kutai Kartanegara Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Bolaang Mongondow Bolaang Mongondow Utara* Minahasa Minahasa Selatan Minahasa Tenggara* Minahasa Utara Kepulauan Sangihe Kep, Siau Tagolandang Biaro* Kepulauan Talaud Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Gorontalo Gorontalo Boalemo Pohuwato Gorontalo Gorontalo Utara* Bone Bolanga Muna Kendari Kolaka Sulawesi Tengah Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Tojo Una-Una Donggala Parigi Moutong Toli Toli Buol Selayar Bulukumba Selayar Bulukumba Buton Buton Utara* Bombana Wakatobi Muna Konawe** Konawe Selatan Konawe Utara* Kolaka Kolaka Utara Sulawesi Barat Majene Polewali Mamasa Mamuju Majene** Polewali Mandar** Mamasa Mamuju Utara Mamuju Maluku Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Sulawesi Selatan Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Sulawesi Tenggara Buton Boalemo FSVA 2009 Sulawesi Selatan Sulawesi Utara Kalimantan Tengah Kotawaringin Barat FSVA 2009 Kalimantan Timur Kalimantan Barat Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau FIA 2005 FSVA 2009 Maluku Tengah Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Kepulauan Aru Maluku Tengah 133 Lampiran 1.1 (lanjutan): Perbandingan Daftar Kabupaten di FIA 2005 dan FSVA 2009 (BPS, Des 2007) Annex 1.1 (contd): Comparison list of districts in FIA 2005 and FSVA 2009 (BPS, Dec 2007) FIA 2005 FSVA 2009 Maluku Buru Halmahera Tengah Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur Buru Merauke Jayawijaya Halmahera Barat** Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Tengah Halmahera Timur Jayapura Nabire Yapen Waropen Papua Barat Biak Numfor Fak Fak Manokwari Sorong FSVA 2009 Papua Maluku Utara Maluku Utara FIA 2005 Fak Fak Kaimana Monokwari Teluk Wondana Teluk Bintuni Sorong Sorong Selatan Raja Ampat Paniai Puncak Jaya Mimika Merauke Boven Digoel Mappi Asmat Jayawijaya Yahukimo Pegunungan Bintang Tolikara Jayapura Sarmi Keerom Nabire Yapen Waropen Waropen Biak Numfor Supiori Paniai Puncak Jaya Mimika * Kabupaten pemekaran di tahun 2007, jadi tidak termasuk dalam analisis FSVA / New districts developed in 2007, therefore excluded in FSVA analysis ** Hanya berubah nama / only change in name 134 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 2.1: Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1: Food Availability Indicator No Kabupaten / District Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah 24,644.23 10,074.69 41,817.15 56,707.60 75,134.95 17,042.15 25,511.53 78,747.88 114,152.28 82,399.65 118,237.98 28,148.76 26,118.21 42,050.57 49,809.68 7,090.65 8,853.18 56.97 1,299.77 747.38 69,122.38 1,606.94 365.62 881.88 679.25 950.31 2,159.62 4,331.00 1,428.98 224.66 5,076.32 1,272.16 135.38 662.22 181.76 1,794.59 1,094.15 888.30 1,447.66 807.58 624.44 1,906.07 1,912.06 2,074.32 1,935.41 298.82 142.24 1,632.32 797.78 235.92 521.17 24,882.96 13,169.05 43,658.68 126,718.28 78,189.55 18,215.34 27,017.85 81,333.20 117,014.65 86,633.60 124,504.38 29,876.57 26,485.11 48,759.22 51,879.63 7,461.94 10,036.57 79,602 152,480 193,126 171,261 308,708 163,350 151,901 301,213 477,328 354,065 498,709 116,606 72,974 237,237 123,918 61,018 107,925 856 237 619 2,027 694 306 487 740 672 670 684 702 994 563 1,147 335 255 0.35 1.27 0.48 0.15 0.43 0.98 0.62 0.41 0.45 0.45 0.44 0.43 0.30 0.53 0.26 0.90 1.18 99 291 165 10 140 273 212 127 148 150 143 138 67 189 51 261 288 39,704.84 87,607.17 192,876.49 66,092.55 64,278.97 62,475.56 177,919.82 94,002.34 228,117.01 52,926.12 49,288.08 196,624.62 206,469.03 20,046.17 40,332.49 7,854.98 16,639.30 193,678.50 293.66 2,820.37 9,118.64 3,102.88 9,606.04 9,538.00 3,060.30 18,612.59 237,857.37 83,794.02 220,965.96 59,313.91 62,513.70 212.32 1,989.86 12,961.57 623.16 19,456.81 2,706.54 1,033.89 4,655.34 3,130.75 4,022.19 3,881.92 1,241.44 4,951.72 64,173.75 1,680.26 2,079.30 30,175.99 2,538.65 3,424.32 1,255.02 393.83 783.66 45,859.34 42,705.05 91,461.43 206,650.46 72,326.18 77,907.20 75,895.47 182,221.56 117,566.66 530,148.13 138,400.40 272,333.34 286,114.53 271,521.39 23,682.81 43,577.37 21,210.38 18,046.12 258,994.64 442,064 413,666 629,229 297,936 256,520 168,814 987,312 1,038,390 841,274 267,696 342,719 1,634,575 1,013,800 270,996 152,834 33,930 130,552 604,508 265 606 900 665 832 1,232 506 310 1,727 1,416 2,177 480 734 239 781 1,713 379 1,174 1.13 0.50 0.33 0.45 0.36 0.24 0.59 0.97 0.17 0.21 0.14 0.63 0.41 1.25 0.38 0.18 0.79 0.26 284 170 89 152 106 43 205 269 15 31 9 215 128 290 116 17 249 48 Sumatera Utara 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 135 Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator Kabupaten / District No Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Serealia Pokok/ Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Total Major Cereal Average Cassava & Production Maize Production Production Sweet Potato Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Sumatera Barat 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Kepulauan Mentawai Pesisir selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat 517.53 124,099.35 143,541.05 39,932.72 108,725.77 114,090.32 129,332.57 107,937.08 100,197.76 44,364.49 16,396.99 52,382.18 69.57 8,972.61 1,082.92 279.93 4,782.22 1,468.06 6,272.31 3,726.56 2,707.93 561.14 946.55 48,411.21 673.39 3,239.86 4,977.05 666.10 6,975.27 3,200.09 8,224.09 5,667.86 1,376.57 783.45 6,893.28 2,110.00 1,260.50 136,311.82 149,601.02 40,878.75 120,483.26 118,758.46 143,828.96 117,331.49 104,282.26 45,709.08 24,236.83 102,903.39 66,199 429,646 347,264 192,837 334,399 381,865 426,790 327,227 248,973 128,698 170,384 322,544 52 869 1,180 581 987 852 923 982 1,148 973 390 874 5.75 0.35 0.25 0.52 0.30 0.35 0.32 0.31 0.26 0.31 0.77 0.34 330 96 47 180 72 100 84 73 50 76 246 94 17,707.66 7,977.37 61,361.51 17,796.44 11,198.54 14,306.14 20,550.57 20,331.20 70,969.35 645.48 1,708.42 11,120.01 9,782.92 743.77 2,882.17 2,514.77 392.09 866.14 1,326.47 1,291.68 1,372.05 840.57 1,479.26 3,646.59 1,955.74 1,769.57 1,153.31 19,679.61 10,977.47 73,853.57 28,419.92 13,421.57 20,834.90 25,021.09 22,492.87 72,988.79 249,606 295,291 647,512 253,308 302,182 555,146 346,848 708,363 421,310 216 102 312 307 122 103 198 87 475 1.39 2.95 0.96 0.98 2.47 2.92 1.52 3.45 0.63 295 319 268 272 316 318 298 323 218 9.77 6.08 161.72 5.11 187.07 274.43 172.82 140.96 304.50 1,111.67 588.21 334.33 501.33 1,392.18 922.75 480.39 210,568 121,770 91,426 85,884 7 31 28 15 45.99 9.58 10.85 19.58 347 342 343 346 91,778.37 37,663.67 21,833.90 18,321.52 19,712.76 75,151.88 33,962.86 16,955.53 16,292.28 7,131.94 1,647.01 918.14 1,029.54 8,954.89 1,622.24 369.55 387.74 3,168.93 7,259.17 2,873.37 837.40 862.06 3,772.77 2,084.63 677.56 693.73 2,118.59 106,169.48 42,184.06 23,589.44 20,213.13 32,440.42 78,858.75 35,009.97 18,036.99 21,579.80 306,494 277,595 205,090 211,897 295,319 207,340 239,016 246,044 250,934 949 416 315 261 301 1,042 401 201 236 0.32 0.72 0.95 1.15 1.00 0.29 0.75 1.49 1.27 80 233 266 285 277 61 240 297 292 Riau 48 49 50 51 52 53 54 55 56 Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Kepulauan Riau 57 58 59 60 Karimun Bintan Natuna Lingga Jambi 61 62 63 64 65 66 67 68 69 Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo 136 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator Kabupaten / District No Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Production Maize Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Sumatera Selatan 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir 20,171.02 245,343.38 89,215.81 81,723.23 111,075.75 109,783.77 336,436.03 33,512.57 244,164.04 92,272.18 538.08 8,869.74 2,750.89 4,467.46 1,613.09 30,050.26 12,907.28 1,052.30 5,008.83 1,233.34 3,429.40 18,527.90 2,453.44 2,418.36 2,098.36 7,070.45 7,725.66 1,144.61 9,258.18 1,298.09 24,138.50 272,741.02 94,420.14 88,609.06 114,787.20 146,904.48 357,068.98 35,709.49 258,431.05 94,803.61 259,161 672,037 643,573 550,128 484,245 484,076 757,450 322,466 565,134 365,148 255 1,112 402 441 649 831 1,292 303 1,253 711 1.18 0.27 0.75 0.68 0.46 0.36 0.23 0.99 0.24 0.42 287 54 239 226 157 107 39 275 42 133 32,514.32 33,477.43 48,687.31 19,378.63 38,438.76 21,729.36 21,640.57 15,097.61 2,967.21 33,496.50 5,056.06 1,651.88 12,337.52 12,728.98 226.42 3,770.97 420.84 23,730.39 3,524.67 848.87 219.96 6,090.06 608.03 1,961.04 35,902.37 90,704.33 57,268.04 21,879.37 50,996.24 40,548.40 22,475.02 20,829.63 131,738 242,212 332,721 106,477 158,676 131,931 86,896 114,699 747 1,026 472 563 881 842 709 498 0.40 0.29 0.64 0.53 0.34 0.36 0.42 0.60 126 63 219 190 91 105 135 208 1,980.33 578.96 664.38 173.96 7,607.98 663.99 614.69 158.42 356.30 287.77 880.80 161.39 1,790.66 1,035.37 1,003.46 830.30 1,725.27 530.10 4,385.69 1,772.75 2,024.14 1,292.02 10,214.06 1,355.48 256,354 135,051 152,461 138,220 153,861 88,990 47 36 36 26 182 42 6.40 8.34 8.25 11.71 1.65 7.19 333 339 338 344 301 335 73,225.97 139,914.07 233,938.48 209,607.58 297,620.38 69,890.29 81,482.86 181,210.03 2,563.50 30,885.67 333,605.82 353,715.96 292,236.54 95,101.84 31,298.63 35,506.25 3,834.28 14,797.81 65,359.76 239,377.97 554,636.38 198,107.46 107,158.74 605,477.20 79,623.74 185,597.56 632,904.06 802,701.52 1,144,493.31 363,099.59 219,940.23 822,193.48 380,184 824,486 1,312,328 929,234 1,146,141 558,905 362,199 763,328 574 617 1,321 2,367 2,736 1,780 1,664 2,951 0.52 0.49 0.23 0.13 0.11 0.17 0.18 0.10 182 166 35 6 3 14 18 2 Bengkulu 80 81 82 83 84 85 86 87 Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang Bangka Belitung 88 89 90 91 92 93 Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Lampung 94 95 96 97 98 99 100 101 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 137 Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator Kabupaten / District No Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Production Maize Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Banten 102 103 104 105 Pandeglang Lebak Tangerang Serang 0.38 0.50 1.75 0.70 113 173 306 229 2,053,720 492 375 600 439 810 315 847 1,310 979 1,070 539 767 395 0.98 0.54 0.54 0.61 0.80 0.50 0.68 0.37 0.95 0.35 0.23 0.31 0.28 0.56 0.39 0.76 274 191 193 210 250 174 227 110 267 103 36 75 58 198 121 243 1,621,664 1,490,665 816,720 859,668 1,203,230 717,439 752,136 1,153,234 928,164 1,126,165 813,657 978,808 799,595 856,296 1,318,286 637 398 415 524 521 661 671 481 681 523 590 1,298 544 950 1,433 0.47 0.75 0.72 0.57 0.58 0.45 0.45 0.62 0.44 0.57 0.51 0.23 0.55 0.32 0.21 161 241 234 199 201 155 149 214 145 200 177 37 197 79 27 293,896.60 237,523.79 206,803.64 253,775.21 6,272.43 6,968.42 450.19 7,900.81 12,052.37 14,751.80 3,301.32 17,435.00 312,221.39 259,244.00 210,555.14 279,111.02 1,074,560 1,183,282 3,365,956 1,786,389 796 600 171 377,639.47 379,311.37 325,356.43 351,388.08 215,560.63 306,707.11 180,362.10 239,407.84 235,136.26 294,216.40 342,132.41 609,355.71 534,655.61 105,678.28 543,998.95 294,687.69 16,674.69 24,393.42 41,543.56 230,765.32 43,388.66 16,400.99 20,142.89 5,152.68 930.04 52,832.40 38,459.76 1,048.39 2,650.34 11,490.88 211.73 157.70 39,567.20 42,678.69 62,350.65 155,579.54 46,129.84 36,847.06 43,377.35 68,484.00 1,573.32 17,804.39 111,416.06 777.56 6,749.57 433,881.35 446,383.48 429,250.63 737,732.94 305,079.14 359,955.16 243,882.34 313,044.52 237,639.62 364,853.19 492,008.23 611,181.66 544,055.53 151,320.49 548,446.11 3,901,881 2,190,548 2,110,466 4,109,934 2,229,069 1,644,612 1,522,048 1,058,596 2,068,227 1,179,605 1,029,187 1,710,387 1,393,569 769,575 1,957,849 305 558 557 295,976.26 358,797.54 197,328.93 91,335.90 75,782.26 206,608.54 153,919.79 86,284.79 151,184.48 127,850.84 178,653.54 150,638.75 145,148.11 130,936.55 265,090.00 315,613.74 11,245.17 11,322.52 26,470.38 77,370.32 15,304.99 12,074.49 92,070.77 47,502.30 95,861.52 34,961.90 19,995.13 259,574.47 22,378.11 27,411.63 371,980.40 7,005.80 7,893.20 5,894.88 11,369.01 6,881.13 6,972.90 5,975.13 3,988.48 6,927.82 1,502.68 4,556.15 59,006.91 5,392.39 4,354.76 1,715.07 377,048.51 216,544.65 123,701.16 164,521.60 228,794.65 172,967.18 184,330.69 202,675.27 230,640.19 215,118.11 175,190.03 463,729.49 158,707.06 296,856.38 689,309.21 428 Jawa Barat 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi 34,151.33 4,235.42 1,130.86 Jawa Tengah 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan 138 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator Kabupaten / District No Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Serealia Pokok/ Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Total Major Cereal Average Cassava & Maize Production Production Production Sweet Potato Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio (Ton) Peringkat/ Rank Jawa Tengah 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes 180,337.10 85,512.32 244,241.29 79,411.01 109,288.26 281,242.89 96,662.51 92,399.12 118,231.50 114,658.26 123,205.29 198,323.66 157,154.30 251,065.90 184,842.54 72,109.31 42,305.90 4,010.37 10,969.44 48,662.25 42,126.33 123,497.01 65,141.74 22,702.07 15,498.82 42,573.14 58,215.43 42,682.94 1,314.52 1,797.98 10,782.08 1,172.50 7,199.84 999.10 1,854.32 3,625.08 2,031.15 2,338.76 931.40 1,882.00 951.04 1,967.05 366,494.15 159,419.61 297,329.28 84,593.88 127,457.55 330,904.24 140,643.16 219,521.21 185,404.39 139,699.09 139,635.50 242,778.79 216,320.77 295,715.89 829,745 570,870 1,165,159 764,563 1,058,064 1,017,884 890,898 694,949 925,620 676,152 837,906 1,344,597 1,406,796 1,765,564 1,210 765 699 303 330 891 433 865 549 566 457 495 421 459 0.25 0.39 0.43 0.99 0.91 0.34 0.69 0.35 0.55 0.53 0.66 0.61 0.71 0.65 45 123 139 276 263 90 228 97 195 186 223 209 231 222 55,703.42 83,712.17 110,032.55 21,501.69 19,907.37 151,428.04 21,723.11 14,685.92 13,402.84 241,934.86 6,948.25 91,891.03 117,022.37 503,395.44 164,998.76 373,840 880,435 683,444 1,008,264 673 364 2,018 448 0.45 0.82 0.15 0.67 147 252 11 224 77,653.53 114,528.00 49,632.05 89,975.76 158,398.01 249,887.14 156,074.44 125,988.03 89,299.56 37,783.02 16,324.53 26,588.40 304,034.88 437,353.72 203,050.38 255,809.59 310,732.83 463,220.04 551,101 885,804 671,326 977,446 1,069,056 1,445,675 1,511 1,353 829 717 796 878 0.20 0.22 0.36 0.42 0.38 0.34 202,098.69 105,285.61 237,489.52 61,323.04 121,433.96 143,960.39 180,038.08 99,826.67 102.49 67,513.17 107,023.84 123,390.92 107,313.79 18,716.55 23,908.54 16,480.04 44,230.34 2,963.30 50,953.09 38,618.57 132.03 8,065.10 7,256.48 21,300.98 509,277.51 314,965.59 678,009.15 434,458.47 310,736.01 251,576.30 370,892.38 394,624.04 94,587.72 220,944.28 310,996.90 366,982.07 2,380,227 1,013,365 2,294,832 1,521,780 703,671 618,040 1,037,866 1,432,809 1,730,897 983,952 1,248,434 993,902 586 852 809 782 1,210 1,115 979 755 150 615 682 1,012 0.51 0.35 0.37 0.38 0.25 0.27 0.31 0.40 2.00 0.49 0.44 0.30 23 33 108 132 112 93 178 101 111 115 46 53 74 125 310 167 144 64 D.I. Yogyakarta 151 152 153 154 Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman 136,327.40 Jawa Timur 156 157 158 159 160 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk 155 70,306.91 196,837.70 64,118.77 128,050.81 136,010.28 186,744.50 199,865.04 190,963.43 416,611.08 356,655.39 145,071.71 104,652.61 139,901.21 256,178.79 94,353.19 145,366.01 196,716.58 222,290.17 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 139 Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator Kabupaten / District No Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Jawa Timur 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 555,691.76 615,926.73 256,252.62 237,664.58 258,259.68 117,587.92 340,258.07 1,010 909 1,331 962 1,419 1,420 612 708 818 403 921 0.30 0.33 0.23 0.31 0.21 0.21 0.49 0.42 0.37 0.74 0.33 30 29 168 136 109 238 85 58.08 969.20 3,168.56 3,152.11 10,364.27 18,602.25 32,279.71 4,167.69 31,115.15 138,780.74 73,360.61 104,885.92 41,504.09 48,228.61 84,786.03 84,765.09 250,412 404,704 398,638 426,704 164,988 211,674 380,156 610,512 340 940 504 673 689 624 611 380 0.88 0.32 0.60 0.45 0.44 0.48 0.49 0.79 257 81 206 146 141 163 169 248 13,295.46 6,226.32 26,335.73 27,819.63 5,136.23 10,175.55 3,798.87 9,273.02 5,667.51 3,661.32 3,593.20 1,194.74 4,418.18 335.49 126,293.29 197,313.47 183,922.36 188,328.76 74,749.93 139,929.44 38,183.19 783,024 825,891 1,053,100 403,272 206,641 410,241 95,316 442 655 478 1,279 991 934 1,098 0.68 0.46 0.63 0.23 0.30 0.32 0.27 225 156 217 41 69 83 56 62,555.75 20,455.65 43,329.30 127,045.07 46,094.15 10,753.87 2,335.04 3,896.85 14,699.48 5,823.79 114,682.82 38,382.66 63,518.94 149,084.53 64,260.09 409,916 217,491 363,300 412,296 766 484 479 991 842 0.39 0.62 0.63 0.30 0.36 122 213 216 70 236,657.49 206,886.02 403,420.15 436,462.76 281,236.97 198,048.74 81,080.83 117,808.43 112,085.00 60,633.21 227,447.37 29,992.37 134,099.44 68,800.05 100,449.43 19,589.01 16,442.58 36,458.71 61,081.62 1,064.70 3,712.10 1,392.00 1,284.38 11,550.81 13,183.78 16,047.60 19,515.77 103,724.81 185,419.65 153,925.31 156,915.93 68,418.96 125,335.71 34,048.83 41,373.20 15,591.97 16,292.80 7,339.98 12,342.15 196,102.70 123,454.85 319,341.71 336,033.62 228,378.22 404,958.90 166,384.80 98,871.14 81,468.40 48,399.97 69,592.52 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang asem Buleleng 65 87 34 78 642,024 623,292 830,258 1,242,844 1,072,710 1,187,968 1,147,433 919,448 864,894 799,267 1,012,250 21,739.78 21,385.35 40,834.92 12,652.06 46,076.57 12,919.09 8,786.99 20,985.02 64,706.28 8,554.75 43,218.18 Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep 18,815.01 62,045.82 43,243.52 87,777.07 Bali 184 185 186 187 188 189 190 191 Nusa Tenggara Barat 192 193 194 195 196 197 198 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Nusa Tenggara Timur 199 200 201 202 203 140 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara 208,985 104 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator No Kabupaten / District Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Nusa Tenggara Timur 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat 8,833.40 4,616.50 4,302.51 8,554.00 12,033.18 9,306.03 23,641.66 66,530.12 14,849.42 39,860.84 69,951.04 11,432.28 14,789.65 22,646.17 22,382.03 8,372.27 26,440.95 20,645.85 9,120.51 10,286.42 10,537.27 2,398.60 2,338.63 3,893.23 5,365.19 2,024.90 2,991.96 5,740.53 166.00 4,665.07 89,321.71 18,447.38 21,430.79 35,093.40 39,780.40 19,703.20 53,074.57 92,916.50 24,135.93 54,812.33 394,668 177,085 102,339 225,356 275,874 238,119 250,320 495,146 110,629 195,605 620 285 574 427 395 227 581 514 598 768 0.48 1.05 0.52 0.70 0.76 1.32 0.52 0.58 0.50 0.39 164 280 183 230 242 294 179 202 175 120 149,892.07 45,578.27 106,358.49 123,489.92 43,090.53 81,503.74 33,744.75 21,110.42 18,352.14 14,608.77 410.06 95,006.56 4,834.90 13,094.60 1,621.84 804.54 2,169.12 732.86 782.76 332.95 1,084.03 3,686.18 28,456.37 7,874.02 6,445.64 5,329.27 7,223.78 2,747.09 2,746.87 1,640.55 151,386.16 144,271.01 139,649.76 144,458.54 51,158.01 87,637.55 43,137.65 24,590.36 21,881.77 16,582.27 480,995 198,300 313,126 690,690 377,211 481,788 350,486 208,971 173,380 163,272 862 1,993 1,222 573 372 498 337 322 346 278 0.35 0.15 0.25 0.52 0.81 0.60 0.89 0.93 0.87 1.08 98 13 44 184 251 207 259 265 255 281 8,789.75 17,892.17 137,169.00 10,554.41 15,286.50 2,365.09 11,047.29 8,913.02 20,748.60 33,978.47 5,649.02 15,048.01 8,721.12 629.00 33.14 2,227.38 183.12 174.69 42.44 107.55 31.39 57.26 306.65 18.02 87.49 35.75 3,398.57 1,572.08 4,015.02 807.28 1,051.74 761.28 678.93 380.23 1,265.07 5,428.99 626.84 470.55 408.30 12,817.33 19,497.39 143,411.39 11,544.81 16,512.93 3,168.80 11,833.77 9,324.64 22,070.94 39,714.12 6,293.88 15,606.06 9,165.18 204,589 306,448 354,700 118,300 115,350 34,000 48,918 94,890 131,342 116,066 81,624 77,965 81,034 172 174 1,108 267 392 255 663 269 460 937 211 548 310 1.75 1.72 0.27 1.12 0.76 1.17 0.45 1.11 0.65 0.32 1.42 0.55 0.97 305 304 55 283 244 286 154 282 221 82 296 196 270 Kalimantan Barat 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kalimantan Tengah 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 141 Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator Kabupaten / District No Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Kalimantan Selatan 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan 82,998.57 39,891.84 121,393.12 165,273.37 127,550.80 100,746.18 81,409.53 68,803.59 69,668.86 38,910.42 54,532.59 40,637.59 11,951.65 624.34 65.19 1,264.53 1,923.52 626.39 598.49 940.03 1,653.05 532.12 13,284.48 19,828.88 2,305.32 2,110.60 1,069.72 2,094.84 2,331.85 450.76 3,055.95 4,012.45 2,318.78 136,920.64 71,672.36 124,322.77 167,449.16 129,885.04 104,764.53 84,367.77 69,852.84 73,664.83 44,575.91 57,383.49 260,742 269,024 470,160 266,298 150,676 206,000 239,692 211,734 189,363 216,348 101,025 1,439 730 724 1,723 2,362 1,393 964 904 1,066 564 1,556 0.21 0.41 0.41 0.17 0.13 0.22 0.31 0.33 0.28 0.53 0.19 25 129 130 16 7 32 77 88 59 188 22 24,393.24 23,982.54 110,435.20 24,503.86 16,779.39 11,142.99 18,864.69 23,689.41 39,718.92 1,252.08 530.26 1,855.35 1,000.60 717.71 248.85 2,088.57 1,333.47 1,677.41 1,598.16 3,124.26 7,187.29 1,284.98 1,877.02 1,374.57 3,099.14 4,187.76 2,692.41 27,243.47 27,637.06 119,477.84 26,789.43 19,374.11 12,766.41 24,052.41 29,210.64 44,088.73 178,166 154,334 504,587 179,668 156,650 52,606 105,448 116,693 122,234 419 491 649 409 339 665 625 686 988 0.72 0.61 0.46 0.73 0.89 0.45 0.48 0.44 0.30 232 211 158 236 258 153 162 142 71 161,839.92 31,836.46 308.38 1,382.90 45,450.99 21,462.88 61,303.20 49,525.80 422.40 519.00 42,058.60 10,075.00 4,569.33 2,065.90 2,564.16 6,336.05 1,501.19 3,173.55 227,712.45 83,428.16 3,294.95 8,237.95 89,010.78 34,711.43 485,376 293,160 191,746 75,207 277,097 170,577 1,285 780 47 300 880 558 0.23 0.38 6.37 1.00 0.34 0.54 40 118 332 278 92 192 14,742.33 64,066.67 6,217.33 9,680.67 97,300.29 99,790.07 199,107.47 11,110.29 559.49 1,689.67 549.84 878.25 112,602.11 165,546.41 205,874.65 21,669.21 118,082 428,186 109,822 126,956 2,613 1,059 5,136 468 0.11 0.28 0.06 4 60 1 220 Kalimantan Timur 248 249 250 251 252 253 254 255 256 Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara Sulawesi Utara 257 258 259 260 261 262 Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Gorontalo 263 264 265 266 142 Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango 0.64 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator No Kabupaten / District Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Production Maize Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio (Ton) Peringkat/ Rank Sulawesi Tengah 267 268 269 270 271 272 273 274 275 Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una 928.91 81,719.89 21,524.11 35,750.76 137,213.17 40,501.73 13,177.80 130,464.38 2,512.67 728.72 7,477.88 1,658.34 4,275.37 35,882.33 1,078.98 2,437.91 4,964.06 21,460.71 1,164.85 1,293.40 1,049.83 868.27 6,223.45 1,108.04 502.92 899.93 492.56 2,822.48 90,491.17 24,232.28 40,894.41 179,318.95 42,688.75 16,118.62 136,328.37 24,465.94 152,822 291,808 173,237 143,428 459,144 193,503 113,044 360,853 161,809 51 850 383 781 1,070 604 391 1,035 414 5.93 0.35 0.78 0.38 0.28 0.50 0.77 0.29 0.72 331 102 247 117 57 171 245 62 235 3,279.16 110,409.31 35,054.83 43,796.96 62,303.33 108,890.34 51,754.22 106,214.21 57,351.63 41,916.23 281,434.42 109,382.89 5,399.96 7,925.98 1,221.86 25,473.99 5,564.95 76,461.46 3,413.23 15,811.57 799.90 1,211.27 4,143.81 466.27 2,159.81 999.67 1,795.68 2,076.09 1,282.97 5,908.47 3,150.44 1,395.40 12,688.23 201,088.19 150,446.58 197,216.46 90,720.34 305,849.35 81,699.45 127,128.45 59,652.18 44,552.46 372,710.92 133,584.48 225,422.61 208,773.23 250,034.17 37,348.37 132,945.30 66,223.16 78,986.90 73,417.44 116,415 383,730 170,548 329,028 250,480 586,398 221,915 297,639 289,302 158,958 203,543.26 192,750.49 244,555.48 16,385.95 129,419.13 56,536.51 64,836.80 66,749.01 4,009.11 82,752.90 114,169.88 127,945.51 22,852.07 120,497.54 26,532.00 5,102.67 1,500.65 1,424.95 87,132.69 23,735.32 19,719.54 15,023.07 3,683.02 18,886.33 2,243.19 3,778.18 10,999.66 5,273.03 696,698 227,190 373,989 246,880 340,188 183,861 317,814 446,782 298,863 219,492 299 1,436 2,417 1,642 992 1,429 1,009 1,170 565 768 1,466 1,611 1,651 2,317 2,014 557 1,146 406 724 916 1.00 0.21 0.12 0.18 0.30 0.21 0.30 0.26 0.53 0.39 0.20 0.19 0.18 0.13 0.15 0.54 0.26 0.74 0.41 0.33 279 26 5 20 68 28 66 49 187 119 24 21 19 8 12 194 52 237 131 86 7,059.90 5,002.73 75,886.56 54,132.26 46,978.50 21,469.10 5,381.99 12,426.43 42,081.80 2,429.02 3,403.12 3,802.90 2,186.48 644.87 289.85 30,655.30 20,408.97 6,304.46 2,511.97 4,829.92 4,105.54 12,314.19 531.22 50,141.64 67,493.50 84,620.03 60,047.35 55,611.32 27,761.13 12,959.06 6,203.05 271,093 290,193 265,678 273,144 235,542 107,166 98,221 95,288 507 637 873 602 647 710 361 178 0.59 0.47 0.34 0.50 0.46 0.42 0.83 1.68 204 160 95 172 159 134 253 303 Sulawesi Selatan 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Sulawesi Tenggara 296 297 298 299 300 301 302 303 Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 143 Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator Kabupaten / District No Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Serealia Pokok/ Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Total Major Cereal Average Cassava & Production Maize Production Production Sweet Potato Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Sulawesi Barat 304 305 306 307 308 Majene Polewali Mamasa Mamasa Mamuju Mamuju Utara 3,688.31 84,772.61 27,013.20 43,723.78 8,264.84 480.31 3,871.68 1,787.89 11,229.91 452.57 2,824.27 2,418.25 4,816.16 4,976.11 365.93 6,992.89 91,062.55 33,617.25 59,929.80 9,083.34 131,632 355,392 121,344 284,099 98,724 146 702 759 578 252 2.06 0.43 0.40 0.52 1.19 312 137 124 181 289 Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur 1,742.43 36.58 6,994.85 14,967.85 142.58 2,910.99 - 11,094.07 292.88 1,177.24 811.22 238.82 301.78 253.45 4,415.05 1,293.58 12,045.42 10,781.76 447.33 3,488.42 1,771.79 17,251.55 1,623.04 20,217.51 26,560.83 828.72 6,701.19 2,025.24 152,933 128,352 327,397 127,136 70,172 140,907 79,363 309 35 169 572 32 130 70 0.97 8.66 1.77 0.52 9.27 2.30 4.29 271 340 309 185 341 315 326 Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur 2,651.03 3,721.14 482.88 4,776.34 12,086.53 20,383.20 1,355.20 543.00 488.40 517.00 1,341.80 1,370.00 7,432.05 5,269.02 6,968.22 9,669.98 8,436.32 7,976.49 95,910 32,823 127,509 180,289 178,891 62,790 327 796 171 227 335 1,297 0.92 0.38 1.76 1.32 0.90 0.23 264 114 308 293 262 38 Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo 32,894.18 419.42 681.38 2,427.65 80.82 188.45 - 341.35 741.25 680.24 654.64 271.84 282.50 417.59 255.63 2,275.86 39,936.47 3,247.35 8,795.22 1,980.62 2,805.00 7,882.78 1,451.84 2,303.04 1,344.94 444.08 74.81 17,094.07 164,158 221,721 96,796 169,933 74,155 104,820 118,860 117,512 132,690 33,140 69,290 65,190 144,192 593 508 130 191 86 81 191 40 55 111 19 3 342 0.51 0.59 2.30 1.57 3.48 3.72 1.57 7.54 5.47 2.70 15.99 95.42 0.88 176 203 314 299 324 325 300 337 329 317 345 348 256 Maluku 309 310 311 312 313 314 315 Maluku Utara 316 317 318 319 320 321 11,438.28 9,533.16 7,939.50 14,963.32 21,864.65 29,729.69 Papua 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 144 164.23 30.46 901.20 35,511.38 41,097.14 4,608.98 11,877.51 2,333.27 3,087.50 8,300.37 1,707.48 2,655.72 1,344.94 474.53 74.81 17,995.26 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 2.1 (lanjutan): Indikator Ketersediaan Pangan Annex 2.1 (contd): Food Availability Indicator Kabupaten / District No Produksi Rata-rata Produksi Total Produksi Rata-rata Produksi Rata-rata Ubi Kayu & Ubi Jalar/ Serealia Pokok/ Padi/ Average Paddy Jagung / Average Average Cassava & Total Major Cereal Maize Production Production Sweet Potato Production Production 2005-2007 2005-2007 (Ton) 2005-2007 (Ton) (Ton) Total Populasi/ Total Population (2006) Produksi Bersih Serealia per Kapita per Hari/ Net Cereal Production per Kapita per Day (g) (Ton) Rasio Konsumsi Normatif terhadap Produksi Bersih per Kapita/ Normative Consumption to Net Per Capita Production Ratio Peringkat/ Rank Papua 335 336 337 338 339 340 Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori 39,690 22,769 13,230 182 667 146 135 355 41 1.65 0.45 2.05 2.23 0.84 7.26 302 151 311 313 254 336 63,384 39,811 21,700 51,084 163,186 58,017 93,259 39,094 43 93 64 336 171 59 94 90 7.03 3.21 4.66 0.89 1.75 5.07 3.20 3.33 334 321 327 260 307 328 320 322 29.70 34.68 34.68 564.78 - 41.29 390.78 245.31 498.32 243.14 14.21 6,130.41 11,001.69 1,494.48 1,417.88 2,143.85 185.41 6,201.39 11,392.48 1,774.48 1,950.89 2,951.77 199.62 93,555 46,789 33,274 86.27 248.69 55.30 459.15 8,169.86 56.56 2,594.36 371.93 61.71 56.62 105.41 290.90 1,690.33 55.98 405.87 149.13 838.84 1,051.44 348.91 5,518.44 333.66 1,140.78 191.68 766.05 986.82 1,356.76 509.62 6,268.49 10,193.86 1,253.32 3,191.91 1,287.12 Papua Barat 341 342 343 344 345 346 347 348 Fak-fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 145 Lampiran 3.1: Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1: Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank 32.26 28.54 24.72 21.60 28.15 24.41 32.63 26.69 33.74 27.18 33.16 28.63 32.31 22.19 33.61 29.28 26.55 302 272 235 202 267 231 307 253 315 256 311 275 304 207 314 281 252 27.32 9.30 18.92 10.92 14.75 14.35 28.14 9.13 17.62 10.50 18.56 20.12 30.20 5.14 21.86 40.17 9.98 246 127 197 141 162 160 250 125 185 136 194 203 259 89 215 298 130 13.04 13.68 4.03 2.34 12.11 8.12 18.13 5.13 6.30 5.76 7.51 1.52 11.81 7.04 6.28 10.53 13.36 245 254 148 113 237 195 278 164 177 170 188 96 232 184 176 218 251 31.75 18.74 20.33 27.47 20.06 15.28 12.33 15.26 14.84 15.82 14.47 5.67 18.23 33.84 18.84 22.42 27.76 11.84 300 164 186 260 181 113 73 112 108 124 101 4 158 316 166 210 261 69 50.71 28.24 29.51 8.69 11.47 315 251 257 122 144 324 8.45 13.24 7.93 5.42 16.01 2.52 2.66 3.77 43.33 6.25 30.29 7.27 3.92 121 153 113 90 170 56 60 76 303 102 261 106 79 41.76 13.16 13.08 11.56 14.40 5.73 11.16 1.81 4.27 15.98 1.53 2.03 4.69 44.39 3.47 19.23 15.38 2.47 Peringkat/ Rank Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah Sumatera Utara 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 146 Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai 249 247 230 257 169 227 105 155 269 97 109 157 329 140 281 263 116 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank Sumatera Barat 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Kepulauan Mentawai Pesisir selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat 15.99 13.21 17.59 15.35 7.72 17.12 12.59 14.79 17.92 17.43 14.42 13.76 126 85 148 115 16 139 Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir 78 106 152 144 99 88 67.58 20.21 16.53 15.96 6.41 10.88 9.00 17.17 32.79 17.04 7.76 25.57 331 204 176 168 103 140 124 182 276 180 112 233 39.53 0.00 2.70 4.26 0.00 4.26 3.66 0.00 6.25 9.38 0.00 0.00 320 1 122 153 1 153 145 1 175 212 1 1 19.03 14.63 14.57 18.07 6.01 10.73 21.86 10.69 9.41 169 103 102 154 6 59 203 57 42 17.40 13.75 33.28 18.70 7.36 6.94 24.53 15.23 19.37 184 156 280 195 108 105 231 164 200 3.35 15.98 54.92 12.71 5.31 4.12 9.27 32.57 11.86 139 270 338 242 166 151 210 313 233 Karimun Bintan Natuna Lingga 8.69 11.73 8.74 30.06 30 68 32 284 11.84 7.97 21.17 24.38 146 116 210 229 20.37 9.80 23.66 10.87 287 213 297 223 Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo 11.30 12.10 16.11 15.42 7.13 13.44 12.79 8.69 7.63 63 71 129 116 9 86 79 31 15 15.99 17.75 20.57 17.76 10.65 37.21 34.59 23.52 14.05 169 187 207 188 137 292 283 226 158 3.60 7.91 9.92 6.19 3.01 44.09 17.91 10.48 1.39 142 194 214 174 130 328 276 217 93 Riau 48 49 50 51 52 53 54 55 56 Kepulauan Riau 57 58 59 60 Jambi 61 62 63 64 65 66 67 68 69 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 147 Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) 15.69 22.50 19.87 26.32 32.93 33.60 17.72 18.96 16.03 21.57 122 212 177 250 309 313 150 167 128 201 16.35 26.64 17.22 18.85 28.78 22.35 22.25 48.58 26.51 25.79 175 243 183 196 254 218 217 312 242 237 2.67 17.53 0.96 3.20 10.73 13.76 38.83 20.75 4.71 15.00 120 274 85 135 221 255 318 288 158 259 35.24 16.38 22.74 38.18 36.45 20.06 18.08 17.55 321 131 214 328 324 182 155 146 34.57 17.99 27.70 39.97 31.03 32.10 20.50 13.51 282 192 248 297 267 273 205 155 0.63 1.28 2.47 2.53 4.12 0.78 6.10 1.87 69 92 116 119 152 78 173 10.53 11.59 7.41 10.36 6.71 15.58 56 67 11 51 8 117 7.39 13.11 6.06 2.23 15.49 10.28 110 152 100 52 166 134 0.00 0.00 1.75 0.00 0.00 0.00 1 1 102 1 1 1 24.77 22.17 26.94 27.21 22.06 32.16 25.96 13.03 236 205 254 258 204 301 248 81 43.09 30.70 14.45 13.09 12.39 19.34 49.18 22.42 302 266 161 151 148 199 314 219 19.90 9.23 1.20 1.56 2.99 3.64 3.81 15.42 284 209 90 98 129 144 147 264 Peringkat/ Rank Peringkat/ Rank Sumatera Selatan 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir Bengkulu 80 81 82 83 84 85 86 87 Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang 106 Bangka Belitung 88 89 90 91 92 93 Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Lampung 94 95 96 97 98 99 100 101 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang 148 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank 16.05 20.05 3.62 5.55 171 202 74 93 11.94 14.06 0.91 0.97 235 256 83 87 83 125 161 110 172 157 91 147 170 175 119 193 136 104 107 7 2.95 5.74 8.08 1.06 2.15 3.12 1.74 0.94 1.27 1.15 0.74 2.64 1.18 1.90 2.67 1.44 65 96 117 23 50 67 44 21 30 27 17 59 28 46 61 38 2.10 7.63 11.21 1.59 4.72 0.28 0.58 0.00 0.71 0.60 0.72 6.71 0.00 0.52 1.94 2.67 110 191 228 100 159 51 67 1 74 68 76 182 1 65 107 121 213 211 289 257 290 189 303 142 153 208 93 232 143 197 240 5.49 0.72 5.84 5.67 3.24 1.93 3.40 1.22 1.35 1.36 0.71 0.95 0.41 2.17 1.12 92 16 97 95 68 47 71 29 33 35 14 22 4 51 26 2.46 0.00 0.00 0.36 1.09 0.81 0.38 0.00 0.37 0.00 0.00 115 1 1 56 89 80 59 1 58 1 1 54 1 63 75 Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) 15.64 14.43 7.18 9.47 120 100 10 43 13.10 15.98 18.49 15.00 19.31 18.15 13.94 17.58 19.07 19.77 15.63 20.96 16.84 14.70 14.83 6.66 22.59 22.46 30.24 27.18 30.25 20.49 32.29 17.37 18.06 22.27 14.02 Banten 102 103 104 105 Pandeglang Lebak Tangerang Serang Jawa Barat 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Jawa Tengah 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan 24.44 17.39 21.24 25.14 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 0.34 0.00 0.48 0.71 149 Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank Jawa Tengah 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes 53 83 113 86 84 1.69 0.00 0.49 0.00 0.00 4.82 0.00 0.69 0.35 0.00 1.41 3.60 1.05 0.67 101 1 64 1 1 161 1 72 55 1 94 143 88 71 2.14 1.28 3.11 0.79 49 31 66 19 0.00 0.00 0.69 0.00 1 1 73 1 3.81 1.43 1.77 1.71 1.61 0.71 3.24 3.49 4.68 2.69 3.61 2.62 6.67 1.39 0.23 0.91 1.11 0.49 77 37 45 43 39 14 68 72 85 62 73 58 104 36 2 20 25 7 4.09 0.66 1.27 0.37 0.00 0.29 0.00 0.00 0.40 0.46 0.91 2.21 2.12 0.00 0.28 0.33 0.00 1.76 150 70 91 57 1 52 1 1 60 61 82 112 111 1 50 53 1 104 21.46 30.71 19.79 10.73 10.44 23.50 12.34 16.55 20.70 20.79 20.31 22.79 18.50 27.93 199 292 176 58 55 221 75 134 191 192 185 216 162 263 0.69 0.30 0.50 0.46 0.69 0.13 1.08 1.64 1.35 2.25 4.58 7.93 4.72 4.66 28.61 19.43 28.90 12.56 274 173 278 76 23.31 18.23 22.79 17.83 16.47 18.98 15.66 20.09 18.57 15.33 24.23 15.60 27.42 19.88 13.05 14.86 21.21 23.79 219 159 217 151 132 168 121 184 163 114 230 118 259 178 82 109 196 227 12 3 8 6 12 1 24 41 33 D.I. Yogyakarta 151 152 153 154 Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Jawa Timur 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 150 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank 1 1 61 84 1 133 66 118 206 134 138 Jawa Timur 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep 20.98 16.87 23.33 26.37 28.51 25.79 23.98 31.56 39.42 32.43 32.98 194 137 220 251 271 247 229 298 330 306 310 4.23 0.42 1.70 2.52 1.96 0.63 1.28 10.25 9.61 2.70 19.46 10 31 132 128 63 201 0.00 0.00 0.46 0.93 0.00 3.16 0.56 2.49 9.14 3.17 3.31 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli 9.92 7.46 4.28 5.98 9.14 7.48 8.95 8.68 46 12 2 5 36 13 34 28 1.63 0.77 0.54 0.65 6.01 3.82 6.06 2.45 40 18 9 11 99 78 100 54 0.00 0.78 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 1 77 1 1 1 1 1 1 28.97 25.74 25.60 28.78 28.57 25.12 28.63 279 246 245 277 273 239 276 11.18 20.90 21.70 5.62 21.58 16.11 5.92 142 209 214 94 213 172 98 0.00 0.81 0.00 8.48 0.00 5.08 8.16 1 79 1 198 1 163 196 42.96 39.08 333 329 295 326 286 82.41 65.98 59.87 79.63 67.59 10.42 12.18 9.17 8.75 4.05 216 239 208 201 149 82 5 42 56 48 Bali 184 185 186 187 188 189 190 191 Karang asem Buleleng Nusa Tenggara Barat 192 193 194 195 196 197 198 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Nusa Tenggara Timur 199 200 201 202 203 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara 31.32 37.43 30.12 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 339 328 325 338 332 151 Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) 21.02 28.49 34.45 14.38 19.15 20.33 16.69 31.41 28.26 27.96 195 270 319 98 171 187 135 297 268 264 66.93 55.00 60.20 41.92 51.61 35.51 58.41 77.96 66.37 75.41 330 319 326 301 317 286 323 336 329 335 12.98 26.29 9.30 11.95 15.00 21.13 9.09 12.14 0.00 32.23 244 302 211 236 259 290 205 238 1 312 14.00 11.88 24.95 8.26 7.97 18.12 17.10 15.05 10.25 19.50 92 70 237 23 18 156 138 111 49 174 8.33 25.79 47.49 10.25 31.08 32.99 40.85 35.01 33.63 39.21 119 237 310 132 268 278 299 285 281 295 23.37 38.71 32.05 13.43 18.67 28.03 28.57 24.77 43.42 53.85 296 317 311 252 280 305 306 299 326 337 8.66 11.33 9.30 10.43 8.61 9.00 7.76 11.25 8.68 9.18 9.29 12.34 8.91 27 64 41 52 26 35 17 61 29 37 40 74 33 2.91 22.55 30.53 31.44 34.91 30.37 55.62 36.89 24.75 23.02 36.07 26.12 69.48 64 221 265 271 284 263 321 291 232 222 287 240 333 2.35 13.66 45.16 25.26 22.33 15.63 13.25 35.64 10.56 38.30 22.40 2.94 20.97 114 253 331 300 292 268 250 315 219 316 293 128 289 Peringkat/ Rank Nusa Tenggara Timur 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kalimantan Barat 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kalimantan Tengah 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 152 Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank Kalimantan Selatan 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan 45 20 60 62 22 65 4.20 22.46 3.30 10.72 16.92 10.49 13.40 11.41 7.28 13.86 16.29 81 220 70 138 179 135 154 143 107 157 174 4.48 8.63 14.58 39.00 9.16 7.43 5.33 19.63 3.05 15.56 6.58 156 199 258 319 207 187 167 283 131 266 180 16.00 14.04 12.59 17.51 9.27 23.60 22.31 20.02 17.59 127 95 77 145 39 224 209 180 149 11.51 27.37 7.36 29.64 14.10 17.79 16.69 36.67 3.99 145 247 108 258 159 189 177 289 80 6.40 22.42 8.81 17.78 11.01 29.63 8.64 52.23 0.00 178 294 202 275 225 310 200 335 1 13.17 10.31 17.20 15.77 16.54 10.14 84 50 140 123 133 47 9.13 3.72 19.26 8.72 2.48 4.99 125 75 198 123 55 88 3.25 1.96 10.82 12.42 1.76 11.86 137 108 222 240 103 233 29.21 32.32 29.74 30.60 280 305 283 291 32.94 277 245 256 211 10.71 5.80 0.00 7.84 220 172 1 192 7.62 8.61 4.24 8.17 8.42 9.68 8.14 11.16 11.25 8.22 11.35 14 25 1 21 24 Kalimantan Timur 248 249 250 251 252 253 254 255 256 Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara Sulawesi Utara 257 258 259 260 261 262 Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Gorontalo 263 264 265 266 Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 27.29 29.49 21.53 153 Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank Sulawesi Tengah 267 268 269 270 271 272 273 274 275 Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una 27.92 17.28 28.27 28.02 23.59 22.18 25.50 23.69 30.22 262 141 269 265 223 206 243 225 288 51.47 16.23 33.06 23.37 28.58 23.02 47.16 32.69 23.37 316 173 279 224 253 222 309 275 224 12.95 3.11 16.25 3.21 15.36 4.82 2.78 2.79 17.36 243 132 271 136 262 161 123 124 273 20.45 13.56 12.12 24.55 13.80 14.13 13.87 20.08 23.93 14.73 18.84 5.45 11.36 8.05 10.44 22.79 21.24 19.91 14.03 10.21 188 87 72 234 89 97 90 183 228 105 165 3 66 19 54 215 198 179 94 48 17.81 15.66 22.03 12.09 4.95 7.45 24.43 8.36 8.32 15.21 17.88 7.95 17.67 10.05 5.42 9.91 25.90 30.29 25.69 15.47 190 167 216 147 87 111 230 120 118 163 191 115 186 131 90 129 239 261 234 165 6.76 1.59 1.49 0.88 0.00 4.79 20.00 0.97 0.00 7.41 7.53 2.86 2.84 2.86 5.77 5.43 18.50 18.06 15.34 8.91 183 99 95 81 1 160 285 86 1 186 190 126 125 126 171 168 279 277 261 204 23.27 25.35 23.70 25.35 18.31 20.51 24.51 26.29 218 242 226 241 160 190 233 249 44.41 41.62 26.14 27.17 36.70 31.24 25.72 30.42 307 300 241 244 290 269 236 264 7.52 6.69 13.10 5.14 7.08 29.50 11.00 11.11 189 181 248 165 185 309 224 226 Sulawesi Selatan 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Sulawesi Tenggara 296 297 298 299 300 301 302 303 154 Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank Sulawesi Barat 304 305 306 307 308 Majene Polewali Mamasa Mamasa Mamuju Mamuju Utara 23.55 24.96 25.51 10.43 9.22 222 238 244 53 38 12.76 20.77 48.19 43.95 31.72 150 208 311 306 272 10.00 11.28 58.76 15.45 12.70 215 229 341 265 241 Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur 44.15 35.98 36.03 31.34 36.88 37.85 39.83 335 322 323 296 325 327 332 28.83 36.17 12.66 47.01 63.31 25.71 55.48 255 288 149 308 327 235 320 53.19 26.44 15.61 44.04 28.57 25.84 85.48 336 303 267 327 306 301 343 Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur 16.19 30.18 14.07 12.95 9.63 21.54 130 287 96 80 44 200 32.28 27.99 43.83 38.95 28.47 24.06 274 249 305 294 252 228 16.43 8.82 40.94 19.61 24.14 8.22 272 203 323 282 298 197 Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo 31.56 50.31 30.91 45.56 43.54 46.98 52.18 52.11 32.73 29.52 34.04 33.49 48.34 299 342 293 337 334 339 346 344 308 282 318 312 341 31.37 90.45 10.85 55.91 39.84 21.54 90.81 23.93 48.83 93.75 87.66 99.43 270 341 139 322 296 212 342 227 313 27.38 75.40 13.04 55.63 28.57 3.74 87.59 86.39 42.35 56.82 23.36 20.14 95.75 304 342 245 339 306 146 345 344 325 340 295 286 347 Maluku 309 310 311 312 313 314 315 Maluku Utara 316 317 318 319 320 321 Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Papua 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 343 340 345 155 Lampiran 3.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Pangan Annex 3.1 (contd): Food Access Indicators Kabupaten / District No Penduduk Dibawah Garis Kemiskinan / People Below Poverty Line (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga tanpa Akses ke Listrik / Households Without Access to Electricity (%) Peringkat/ Rank Desa tanpa Akses ke Jalan /Villages Without Access to Road (%) Peringkat/ Rank Papua 335 336 337 338 339 340 Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori 52.11 45.30 31.20 27.07 46.93 53.25 344 336 294 255 338 347 100.00 43.47 17.08 78.42 71.88 346 304 181 337 334 99.11 93.20 40.16 21.31 48.00 7.89 348 346 321 291 334 193 39.57 35.22 53.34 51.37 47.34 28.05 33.84 30.07 331 320 348 343 340 266 317 285 18.37 52.38 94.79 38.92 59.38 30.26 16.71 20.55 193 318 344 293 324 260 178 206 6.42 11.63 34.43 47.42 47.03 40.85 44.55 3.49 179 231 314 333 332 322 330 141 Papua Barat 341 342 343 344 345 346 347 348 156 Fak-fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 4.1: Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1: Health and Nutrition Indicators No Kabupaten/ District Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah 4.59 22.15 17.95 8.61 10.05 5.73 15.04 8.05 20.54 6.65 12.89 14.03 29.15 6.31 18.63 12.98 6.48 32 293 252 107 135 54 216 95 284 74 185 201 326 67 262 188 70 62.75 64.27 66.61 69.11 69.41 69.31 69.69 70.42 68.94 72.22 69.41 66.30 66.73 68.09 69.31 67.84 67.31 23 46 112 253 267 262 275 295 238 338 267 101 118 205 261 193 158 39.6 21.0 24.9 48.8 21.8 15.1 29.9 20.1 23.7 32.8 35.5 39.1 19.5 21.4 36.0 29.0 13.7 342 185 245 346 201 80 301 171 226 321 329 340 159 194 331 291 49 63.9 48.9 46.5 66.9 40.8 47.7 37.1 39.4 38.3 51.9 35.7 60.9 59.5 41.0 43.6 47.2 55.6 6.9 14.1 12.3 0.9 13.9 11.2 3.7 19.1 3.1 7.2 22.5 0.7 16.9 7.9 22.6 20.2 14.5 196 294 278 43 291 255 135 323 123 203 332 36 315 215 333 326 297 76.11 52.80 38.12 23.13 52.04 46.50 35.02 19.51 18.11 14.94 39.66 31.23 52.35 34.60 41.07 28.40 31.22 327 274 202 120 271 245 185 94 82 66 210 167 272 183 218 153 166 20.13 3.02 2.71 7.64 6.54 3.58 5.31 6.62 5.66 4.84 3.38 4.42 7.55 34.94 4.72 5.58 8.06 6.27 283 13 9 89 72 16 43 73 52 38 15 29 88 333 34 48 96 65 68.98 63.43 66.93 242 31 130 173 227 298 210 225 229 187 328 281 235 234 180 126 269 37.3 26.1 27.3 27.8 38.3 12.8 22.7 26.2 26.3 19.4 15.0 22.9 11.4 32.0 30.1 24.5 11.5 26.1 334 258 276 282 339 33 211 260 262 156 75 213 18 319 303 240 20 50.5 54.1 28.9 41.8 61.1 39.4 47.0 39.9 42.9 55.9 45.0 39.9 46.7 67.1 47.3 54.6 34.8 39.6 15.8 11.7 7.4 8.7 12.4 24.2 6.6 4.0 3.2 1.4 7.2 0.4 11.7 21.8 7.1 2.2 5.8 0.4 305 264 210 231 280 336 190 143 126 61 203 22 264 330 200 94 172 22 76.14 44.73 42.55 48.49 38.39 42.59 40.79 19.24 20.22 55.51 19.75 11.13 30.94 71.67 49.79 48.56 76.18 18.45 328 238 225 Sumatera Utara 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai 67.56 68.64 70.52 68.16 68.59 68.67 67.70 71.85 69.83 68.92 68.85 67.64 66.81 69.46 68.76 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 231 258 254 203 226 215 92 101 285 96 48 163 316 263 255 329 83 157 Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Sumatera Barat 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Kepulauan Mentawai Pesisir selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat 13.42 10.97 6.02 10.23 6.12 8.78 4.47 7.94 5.17 5.48 8.53 5.65 193 156 59 140 61 112 31 94 41 47 105 50 68.24 66.54 65.65 65.99 69.94 67.63 68.56 67.42 66.50 64.32 65.31 64.42 213 110 81 89 286 178 224 167 109 47 71 51 19.7 25.5 22.1 23.9 14.1 22.2 19.8 14.9 25.9 27.3 27.2 27.6 162 252 204 228 55 206 165 72 256 276 274 280 32.8 37.5 36.2 46.1 40.0 35.0 35.4 29.5 48.7 34.7 30.4 45.3 49.3 10.9 1.5 4.3 11.0 2.5 7.6 3.6 14.7 5.9 11.4 11.5 348 250 65 147 252 105 213 134 299 175 259 262 74.21 40.21 36.40 43.54 35.24 39.45 27.76 49.78 37.76 39.85 31.20 53.75 322 212 192 230 188 209 146 262 199 211 164 279 8.92 3.96 8.15 4.28 5.73 3.95 68.05 68.55 70.70 68.48 71.23 68.10 67.08 70.06 67.01 201 223 301 220 319 206 140 288 137 18.2 18.2 24.0 19.0 136 136 230 150 264 216 120 235 7.87 120 22 98 27 54 21 60 99 92 233 32.4 33.0 41.1 31.1 28.8 20.4 24.5 30.7 37.9 3.7 4.6 21.1 2.1 1.2 0.3 3.1 5.0 7.1 140 154 328 89 52 21 125 158 199 48.67 44.53 96.87 31.20 29.42 23.96 51.10 64.98 68.65 256 237 343 164 155 122 268 302 310 Karimun Bintan Natuna Lingga 15.07 9.37 13.16 16.12 217 126 191 229 69.76 69.57 67.96 69.70 280 272 198 276 16.6 14.0 20.0 15.6 108 52 168 89 31.0 50.0 35.1 45.2 0.6 5.5 0.0 0.5 34 167 1 28 34.50 23.11 58.39 24.79 182 119 290 127 Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo 10.67 8.63 10.95 8.70 10.60 17.07 12.23 9.38 8.67 149 108 155 110 148 241 176 128 109 70.40 67.61 68.93 68.49 69.11 69.33 69.07 68.70 66.37 294 175 236 221 252 263 249 230 105 14.4 17.2 18.0 17.7 26.7 15.5 18.5 11.4 24.4 62 124 134 128 269 87 142 18 235 46.4 38.7 40.3 33.6 25.3 35.2 42.1 40.9 43.9 2.7 1.4 1.8 3.0 8.6 1.3 3.2 1.5 2.1 111 60 79 122 230 53 126 64 93 31.32 42.12 53.69 50.67 40.94 98.35 74.88 40.22 45.96 169 222 278 266 216 345 324 213 243 Riau 48 49 50 51 52 53 54 55 56 Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir 6.06 8.21 26.4 23.0 17.1 24.4 24.3 Kepulauan Riau 57 58 59 60 Jambi 61 62 63 64 65 66 67 68 69 158 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Sumatera Selatan 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir 5.42 9.27 3.86 5.11 6.52 5.61 8.93 5.31 11.41 5.32 46 124 19 40 71 49 121 43 163 45 69.10 67.33 67.09 67.24 64.14 69.07 66.88 69.16 68.16 65.40 250 162 141 154 39 248 129 255 209 75 17.1 23.6 28.1 9.8 20.6 20.0 14.4 16.2 13.6 19.7 120 222 285 11 180 168 62 101 46 162 43.6 57.6 44.1 43.5 48.7 37.0 45.5 45.5 38.5 44.9 5.9 8.4 15.0 11.0 2.4 8.6 1.6 12.0 6.0 9.5 175 219 302 252 100 227 70 272 179 238 29.45 43.68 28.07 47.32 44.86 52.50 64.78 59.65 20.00 50.03 156 231 150 250 239 273 301 294 99 264 9.05 8.89 15.63 12.33 11.35 11.40 8.59 8.84 123 119 224 179 160 162 106 115 67.00 66.22 69.03 66.36 65.00 67.40 65.55 63.37 136 98 245 103 64 164 76 29 16.8 21.6 15.8 15.3 18.5 19.7 20.6 13.7 111 198 93 84 142 162 180 49 52.1 39.4 34.3 33.1 34.1 33.9 46.9 40.9 0.0 0.1 0.0 0.0 0.0 0.0 0.4 0.0 1 15 1 1 1 1 22 1 59.91 54.41 74.06 42.27 77.67 51.57 50.69 38.10 296 282 321 223 331 270 267 201 8.97 7.27 12.77 6.96 13.65 7.03 122 83 183 78 197 80 66.99 68.97 67.53 67.64 67.22 67.99 135 241 169 181 153 199 21.0 16.9 20.5 14.9 23.1 15.0 185 113 178 72 218 75 36.1 36.0 27.9 33.4 42.4 44.4 16.8 7.4 6.7 5.9 1.7 4.4 314 210 191 175 74 149 18.50 30.85 49.20 18.48 30.61 49.41 86 162 260 85 160 261 8.46 10.89 14.20 12.24 12.43 11.53 12.23 10.56 103 153 205 178 181 167 176 146 66.26 68.16 67.78 69.65 68.81 67.36 68.93 68.11 99 211 191 274 233 163 237 207 14.4 19.2 14.0 17.7 18.4 23.2 17.9 15.2 62 151 52 128 141 219 133 82 42.0 44.1 35.1 54.4 32.1 44.5 45.1 49.5 7.9 8.5 2.8 3.3 3.0 3.7 11.2 6.0 215 225 116 128 119 135 255 179 47.76 40.94 24.59 36.09 65.15 68.10 45.89 55.61 252 216 126 190 304 308 242 287 Bengkulu 80 81 82 83 84 85 86 87 Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang Bangka Belitung 88 89 90 91 92 93 Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Lampung 94 95 96 97 98 99 100 101 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 159 Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Banten 102 103 104 105 Pandeglang Lebak Tangerang Serang 6.40 17.01 7.93 14.32 68 240 93 207 63.09 63.11 65.32 62.29 25 26 72 16 20.4 14.1 12.9 23.7 176 55 34 226 44.5 31.1 39.2 45.5 12.0 30.4 3.5 5.0 272 342 131 159 42.76 29.92 6.06 26.73 227 157 15 141 12.77 10.10 8.80 4.16 5.99 7.25 7.02 10.51 14.42 11.50 4.24 23.68 14.81 8.29 12.10 10.17 183 136 114 25 58 82 79 144 208 166 26 300 214 101 175 137 67.63 66.12 64.96 68.78 64.42 67.32 66.77 67.12 64.92 65.57 67.10 65.62 68.95 66.20 65.70 68.43 179 91 63 232 50 160 122 146 62 77 142 79 239 96 84 219 15.9 13.6 14.8 15.7 16.2 16.2 15.6 12.7 22.2 19.8 12.7 18.8 16.1 12.1 9.4 14.2 94 46 69 92 101 101 89 31 206 165 31 148 100 24 8 60 31.7 39.8 45.1 45.0 41.8 43.4 33.4 35.0 34.1 42.4 33.0 35.5 40.8 30.7 34.4 27.8 6.3 11.7 8.4 1.0 5.6 6.0 2.5 2.7 1.3 4.0 6.2 3.1 1.0 3.7 1.7 0.6 188 264 219 46 169 179 105 111 54 143 187 123 46 135 74 34 26.19 37.81 23.78 9.43 27.72 43.31 25.52 10.45 11.44 19.54 19.04 6.24 8.68 48.42 8.86 8.67 139 200 121 36 145 229 131 45 50 95 88 17 32 253 33 31 16.22 10.87 14.70 18.15 14.78 18.31 16.41 19.29 20.96 17.13 16.10 26.57 22.36 25.81 17.20 231 152 210 257 211 258 233 274 287 242 228 319 294 315 244 69.86 69.52 69.40 68.51 69.11 69.71 69.20 69.90 70.11 70.93 70.04 72.04 71.92 71.94 69.21 283 270 265 222 251 278 257 285 289 310 287 332 329 330 258 12.6 10.1 12.9 14.8 14.1 11.6 15.1 13.4 16.6 21.3 14.1 11.7 16.9 17.2 10.3 29 12 34 69 55 21 80 43 108 191 55 22 113 124 14 26.2 26.8 36.1 37.4 34.6 40.8 39.6 35.4 25.8 41.1 31.4 29.6 47.3 39.4 21.8 2.8 0.9 2.4 4.4 2.4 3.5 2 1.5 8.3 0.5 1.3 1.3 3.0 2.1 2.1 116 43 100 149 100 131 84 65 218 28 54 54 119 90 90 21.42 20.43 26.11 22.83 19.23 17.17 10.07 13.99 17.81 7.70 3.27 16.16 10.36 4.08 32.32 111 106 136 118 91 75 40 58 79 24 5 69 42 8 174 Jawa Barat 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Jawa Tengah 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan 160 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Jawa Tengah 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes 170 251 141 147 255 265 286 278 245 304 71.01 69.75 72.62 69.41 70.39 70.31 72.21 72.16 67.40 69.38 68.13 66.97 67.86 66.75 313 279 343 266 293 292 337 336 166 264 208 134 195 120 20.9 18.5 15.2 17.8 21.3 21.5 15.3 13.1 14.1 17.0 21.0 21.5 17.7 21.0 183 142 82 132 191 196 84 40 55 116 185 196 128 185 45.5 49.6 42.2 39.8 36.6 42.9 29.0 32.3 42.0 40.1 42.2 40.3 38.7 48.7 7.2 2.2 1.6 1.2 5.4 0.3 1.1 2.3 0.5 0.2 0.4 0.0 1.5 0.0 203 94 70 51 165 20 48 97 28 16 22 1 65 1 17.48 6.16 5.99 6.25 16.52 8.38 19.14 19.20 9.80 10.63 10.96 10.36 9.58 11.40 78 16 14 18 74 27 89 90 39 46 47 42 37 49 17.51 19.10 35.78 14.78 247 271 336 211 73.47 70.95 70.75 74.10 344 311 302 346 14.6 7.4 13.4 10.1 66 3 43 12 27.2 30.1 32.6 25.1 1.5 6.1 2.3 0.5 65 186 97 28 27.23 4.75 27.82 5.75 142 11 147 13 14.10 22.59 13.57 9.62 15.11 12.56 18.05 27.59 28.21 22.02 36.66 28.79 31.19 20.01 6.20 11.99 11.08 15.13 202 296 196 131 219 182 256 321 323 292 337 325 328 282 64 172 157 220 70.67 69.06 70.91 70.80 70.25 68.99 68.22 66.35 62.33 66.45 62.36 62.72 60.33 63.15 69.89 69.58 69.85 68.27 300 247 308 305 290 244 212 102 17 107 18 22 4 28 284 273 282 215 13.0 15.0 13.5 10.5 10.9 12.3 12.5 18.1 30.4 17.0 8.8 19.3 24.3 19.3 15.9 13.8 19.4 20.9 39 75 45 15 16 26 27 135 307 116 6 153 233 153 94 51 156 183 26.9 33.4 33.0 27.5 36.6 28.7 34.4 37.8 42.7 39.0 33.2 39.0 32.3 28.9 40.4 25.7 39.6 34.5 1.6 1.9 2.7 0.8 3.5 4.2 4.5 3.4 1.8 3.7 13.2 2.6 3.7 1.4 3.0 3.4 0.4 0.9 70 83 111 41 131 145 151 129 80 135 285 107 135 61 119 129 22 43 44.02 20.23 33.65 7.86 11.83 7.32 12.36 7.33 13.34 14.45 22.63 12.21 28.02 4.40 2.71 6.71 7.80 8.53 234 102 177 26 51 21 53 22 55 62 117 52 148 9 2 19 25 28 24.42 18.65 19.30 15.24 11.96 17.88 10.29 10.59 18.02 18.81 20.86 19.55 17.31 23.85 306 263 275 221 D.I. Yogyakarta 151 152 153 154 Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman Jawa Timur 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 161 Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Jawa Timur 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep 18.97 17.40 21.43 23.87 24.47 18.96 11.65 35.39 54.88 34.16 39.01 267 246 291 305 307 266 168 335 342 331 340 68.43 70.50 68.99 66.79 Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang asem Buleleng 17.63 19.41 14.30 26.28 28.61 25.70 38.33 23.43 67.17 67.73 70.30 62.90 61.11 62.70 64.23 218 297 243 125 150 188 291 24 10 21 44 15.6 9.6 12.9 13.2 18.7 16.0 16.0 24.4 31.2 27.0 29.4 89 10 34 41 146 97 97 235 314 271 294 31.8 45.0 38.8 33.5 37.7 39.7 28.4 41.9 48.0 51.8 47.9 1.8 0.8 5.2 7.3 2.6 6.0 1.3 5.8 13.2 9.1 4.9 80 41 162 209 107 179 54 172 285 236 156 2.73 3.27 10.39 9.59 6.75 18.47 13.41 8.94 28.17 16.23 13.46 3 5 44 38 20 84 56 34 151 70 57 248 276 206 317 324 313 339 298 71.63 74.32 71.64 71.99 68.95 71.40 67.77 68.65 325 348 326 331 240 322 190 228 12.2 7.1 7.4 6.8 12.9 11.7 19.8 14.9 25 2 3 1 34 22 165 72 33.2 25.5 24.8 25.8 28.3 37.5 39.0 35.4 11.4 2.7 0 0.2 2 2.4 14.7 1.7 259 111 1 16 84 100 299 74 17.42 8.57 3.31 2.90 26.18 24.40 37.50 15.70 77 29 7 4 138 125 198 67 34.46 37.38 26.47 14.16 26.25 19.87 16.74 332 338 318 203 316 281 237 59.54 59.82 59.16 60.40 60.70 62.01 60.76 2 3 1 5 7 14 8 27.6 18.2 25.5 27.8 30.0 33.2 21.4 280 136 252 282 302 322 194 41.7 45.1 43.1 48.2 42.3 46.6 46.6 11.8 1.6 1.3 0.2 4.9 4.5 5.6 269 70 54 16 156 151 169 16.49 23.96 14.14 5.64 4.45 13.14 8.61 72 122 59 12 10 54 30 29.78 21.40 13.40 21.33 15.64 327 290 192 288 225 64.11 61.42 64.77 66.40 67.27 38 12 59 106 156 30.3 24.7 37.9 40.2 37.5 305 243 338 343 336 49.1 42.3 51.4 57.0 59.6 11.4 25.0 11.1 34.7 16.4 259 338 254 347 308 76.10 60.71 326 297 283 298 171 Bali 184 185 186 187 188 189 190 191 Nusa Tenggara Barat 192 193 194 195 196 197 198 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Nusa Tenggara Timur 199 200 201 202 203 162 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara 54.62 61.26 31.84 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators No Kabupaten/ District Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Nusa Tenggara Timur 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat 7.1 16.5 10.0 0.4 13.3 1.7 21.3 264 281 248 200 311 241 22 287 74 329 39.04 21.73 24.86 1.65 36.63 20.67 10.32 41.85 27.46 48.95 204 113 128 1 193 107 41 220 143 258 49.5 47.6 38.9 27.6 42.3 39.7 35.0 58.9 47.5 54.2 5.2 24.8 32.2 11.9 18.9 22.7 23.6 30.0 18.7 17.5 162 337 344 270 322 334 335 341 320 316 90.49 74.82 79.12 93.40 73.48 58.48 69.16 65.03 69.64 63.08 339 323 333 340 320 291 312 303 313 300 39.7 40.9 48.0 54.0 48.1 57.1 45.0 27.8 44.7 44.8 49.4 30.3 38.6 0.7 8.5 7.1 4.8 0.5 1.4 14.0 3.9 0.2 8.4 8.9 5.0 5.2 36 225 200 155 28 61 292 141 16 219 233 159 162 17.91 53.94 81.72 58.89 55.55 47.18 48.98 66.17 54.92 81.71 63.02 80 281 336 292 286 249 259 305 284 335 299 228 337 19.64 10.67 10.00 15.33 11.98 13.75 7.72 16.19 13.76 8.88 279 149 134 222 171 199 90 230 200 117 64.72 65.89 66.17 67.17 68.06 64.16 66.77 66.65 66.78 65.75 57 87 94 149 202 41 121 114 123 86 33.9 31.6 31.0 29.8 36.7 33.6 26.6 37.3 40.8 30.1 325 316 312 299 332 324 267 334 345 303 43.4 48.3 40.9 40.8 49.6 42.2 46.8 38.3 54.2 52.2 11.7 12.5 10.5 17.15 16.46 16.60 20.79 16.78 21.38 13.55 11.37 18.55 10.92 243 234 236 285 238 289 194 161 261 154 60.48 68.40 64.72 67.03 67.61 66.69 67.68 66.26 67.22 67.53 6 217 56 138 176 116 184 100 152 170 26.0 29.3 20.3 16.5 22.9 24.5 21.0 32.4 28.7 29.4 257 292 174 106 213 10.40 3.81 8.84 2.88 3.05 7.31 2.77 8.46 6.13 12.06 1.03 3.83 3.88 143 17 115 12 14 84 10 103 62 173 2 71.05 69.16 70.43 68.08 71.57 67.67 66.93 67.85 67.18 67.30 67.55 67.67 67.83 316 254 296 203 324 183 131 194 151 157 171 182 192 18.7 20.8 25.2 23.2 29.7 25.5 30.8 29.8 26.3 22.3 30.4 16.7 27.3 146 182 250 219 298 252 310 299 262 208 307 Kalimantan Barat 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi 240 185 320 290 294 Kalimantan Tengah 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya 18 20 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 110 276 42.79 88.20 163 Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Kalimantan Selatan 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan 11.21 15.00 10.38 14.78 12.06 8.39 9.33 12.39 9.80 13.56 14.18 158 215 142 211 173 102 125 180 133 195 204 67.62 64.72 64.04 60.82 66.67 63.14 64.15 61.87 62.54 63.99 61.12 177 55 37 9 115 27 40 13 19 36 11 17.0 22.9 35.6 25.1 28.2 24.8 31.0 34.2 25.1 20.4 34.4 116 213 330 247 286 244 312 326 247 176 327 41.0 35.2 49.9 43.7 38.1 47.8 45.2 50.4 42.0 31.8 47.4 12.6 5.7 2.3 9.5 6.9 1.1 2.7 2.0 6.0 12.0 11.9 283 171 97 238 196 48 111 84 179 272 270 57.56 46.71 50.53 70.54 37.46 34.43 25.79 37.08 40.74 44.52 35.22 289 246 265 314 197 181 133 194 214 236 187 11.42 6.81 7.53 5.91 8.27 15.69 11.22 15.76 10.86 164 76 86 57 100 226 159 227 151 72.06 69.70 67.68 68.08 69.16 68.01 72.52 70.84 71.04 333 277 185 204 256 200 341 306 315 28.2 17.1 22.0 14.6 13.6 19.6 31.7 26.5 14.3 286 120 202 66 46 160 317 265 61 43.5 31.7 36.5 31.1 38.9 27.3 52.1 52.0 42.3 3.9 10.1 9.6 16.4 8.4 15.8 6.7 4.5 5.5 141 242 240 308 219 305 191 151 167 46.93 53.79 32.15 56.86 47.39 59.86 72.18 71.69 31.88 247 280 173 288 251 295 318 317 172 2.29 1.18 4.33 1.52 1.34 1.27 8 3 28 6 5 4 70.97 72.07 72.28 70.86 71.72 72.10 312 334 339 307 327 335 17.3 8.1 14.4 23.5 14.0 16.0 126 5 62 221 52 97 30.7 42.5 31.3 31.8 29.6 30.2 14.2 2.6 8.4 14.6 10.1 8.6 295 107 219 298 242 227 35.78 14.89 43.74 14.14 14.55 21.72 189 65 232 59 64 112 6.27 5.90 4.43 4.60 65 56 30 33 67.32 67.10 67.07 67.60 159 143 139 174 24.4 235 279 222 274 41.3 44.2 31.2 38.7 22.0 7.2 10.4 1.8 331 203 246 80 24.13 17.98 28.75 14.54 124 81 154 63 Kalimantan Timur 248 249 250 251 252 253 254 255 256 Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara Sulawesi Utara 257 258 259 260 261 262 Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Gorontalo 263 264 265 266 164 Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango 27.4 23.6 27.2 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Sulawesi Tengah 267 268 269 270 271 272 273 274 275 Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una 19.42 22.56 34.21 20.37 41.90 39.26 33.20 35.05 21.93 93 116 180 105 221 207 176 186 114 304 54 290 339 161 217 191 295 107 212 235 172 28 20.36 30.38 15.93 16.49 25.41 26.10 34.03 34.76 32.70 17.36 25.48 14.20 22.49 7.34 21.30 31.27 31.54 53.64 28.03 37.33 104 159 68 72 129 135 179 184 175 76 130 61 115 23 110 168 170 277 149 196 6.0 8.9 16.4 17.7 12.5 18.7 179 233 308 28.32 27.52 39.26 317 281 320 0.7 13.0 36 284 19.98 41.60 52.94 20.31 20.83 152 144 207 98 219 275 103 108 20 197 65 49 43 32 58 45 30 23.6 24.9 21.6 21.7 33.4 31.7 29.6 26.5 27.8 222 245 198 200 323 317 297 265 282 39.9 41.7 46.7 29.5 45.3 33.4 43.0 44.8 30.6 11.2 1.5 16.1 6.8 7.2 0.0 8.7 11.3 7.7 255 65 307 195 138 132 62 128 50 62.66 67.95 65.11 64.36 64.22 63.66 64.77 64.27 63.39 15.10 23.71 27.90 35.22 24.56 25.38 18.78 24.65 19.66 19.51 22.56 19.22 24.53 15.38 19.08 14.45 16.96 19.03 12.91 10.21 218 301 322 334 309 312 264 310 280 277 295 273 308 223 270 209 239 269 186 139 67.33 71.02 72.38 64.55 68.38 71.07 71.07 70.78 68.27 67.92 68.59 71.30 69.54 71.42 71.23 74.25 72.55 74.06 70.91 70.61 161 314 340 53 216 318 317 303 214 196 226 321 271 323 320 347 342 345 309 299 11.3 16.5 19.3 20.3 27.1 16.9 14.7 16.8 18.9 15.4 22.3 13.2 20.0 18.5 15.0 16.2 15.5 16.3 14.8 12.6 17 106 153 174 272 113 68 111 149 86 208 41 168 142 75 101 87 105 69 29 27.3 29.9 37.6 26.6 30.8 32.8 29.0 27.8 27.8 38.5 34.3 28.7 18.6 25.8 26.1 34.9 26.4 34.5 24.8 21.7 10.4 12.1 2.9 4.3 4.2 6.0 14.0 15.5 1.3 13.6 26.5 5.1 8.2 6.7 14.2 2.6 7.5 9.0 5.8 0.5 246 276 118 147 145 179 292 25.75 17.67 11.88 314 250 169 145 187 254 232 126 67.55 65.69 66.47 66.36 67.16 67.10 67.69 65.14 172 83 108 104 148 144 186 66 28.2 15.0 21.3 23.0 26.2 26.7 30.3 19.2 286 75 191 216 260 269 305 151 50.1 40.2 31.7 39.8 45.5 31.0 52.7 34.9 7.54 11.47 4.77 4.14 10.20 9.75 6.13 9.38 5.65 87 165 35 24 203 1 231 258 214 Sulawesi Selatan 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 Selayar Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur Sulawesi Tenggara 296 297 298 299 300 301 302 303 Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara 10.52 12.93 17.97 16.33 9.37 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 165 Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Sulawesi Barat 304 305 306 307 308 Majene Polewali Mamasa Mamasa Mamuju Mamuju Utara 13.10 22.87 19.13 16.50 7.19 189 297 272 235 81 64.43 64.18 70.78 67.76 67.44 52 42 304 189 168 19.6 21.2 37.0 22.5 39.1 160 190 333 210 340 40.7 41.8 47.4 49.5 42.9 8.4 0.0 18.5 10.3 0.0 219 1 319 245 1 16.37 19.90 68.75 46.32 43.75 71 97 311 244 233 Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur 0.48 2.07 4.07 18.50 4.80 4.79 7.85 1 7 23 260 37 36 91 63.73 67.40 65.33 66.75 67.11 66.21 65.21 34 165 73 119 145 97 69 29.3 31.3 28.4 37.5 40.2 23.9 30.9 292 315 289 336 343 228 311 34.4 46.9 51.2 38.8 53.0 30.9 67.4 8.6 9.3 7.0 31.8 12.3 15.4 16.6 227 237 198 343 278 303 312 20.95 9.17 18.75 53.02 45.67 20.04 26.14 109 35 87 276 241 100 137 Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur 9.57 8.88 8.14 13.14 8.78 6.44 130 117 97 190 112 69 63.72 65.36 63.96 64.82 64.92 64.33 33 74 35 60 61 27 9 34 128 6 120 48.2 48.0 23.6 52.3 37.0 31.9 10.9 0.0 1.7 19.8 2.0 10.6 250 1 74 324 84 249 36.19 25.91 26.64 33.92 39.20 70.63 191 134 140 178 206 48 12.5 9.5 12.9 17.7 8.8 17.1 Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo 6.82 70.17 6.67 31.30 18.97 2.80 61.69 8.72 23.59 17.96 52.46 85.64 77 344 75 330 267 11 343 111 299 253 341 346 62.03 65.93 66.83 66.96 66.57 65.72 66.85 66.96 69.26 66.17 65.64 65.62 66.03 15 88 127 133 111 85 128 132 259 93 80 78 90 22.0 22.8 17.5 20.5 18.2 19.4 27.1 24.4 25.1 20.1 23.6 25.7 202 212 127 178 136 156 272 235 247 171 222 255 26.4 49.8 33.3 34.9 36.1 34.9 50.0 33.5 37.6 35.6 30.9 49.5 5.4 14.7 5.9 12.2 0.7 32.9 33.8 29.8 6.3 18.2 20.8 13.3 20.1 165 299 175 277 36 345 346 340 188 318 327 287 325 47.09 77.07 51.56 59.32 67.58 42.50 95.22 44.04 68.36 67.71 98.85 95.17 248 330 269 293 306 224 342 235 309 307 346 341 Maluku 309 310 311 312 313 314 315 Maluku Utara 316 317 318 319 320 321 315 Papua 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 166 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 4.1 (lanjutan): Indikator-Indikator Akses terhadap Kesehatan dan Gizi Annex 4.1 (contd): Health and Nutrition Indicators Kabupaten/ District No Angka Harapan Perempuan Peringkat/ Hidup / Life Buta Huruf/ Rank Expectancy Female (tahun / year) Illiteracy (%) Peringkat/ Rank Berat Badan Balita dibawah Standar/ Underweight Children < 5 years (%) Peringkat/ Rank Tinggi Badan Balita di bawah Standar/ Stunting Children < 5 years (%) RumahTangga dengan Jarak 5 km dari Fasilitas Kesehatan/ Households > 5 km from Health Facilities (%) Peringkat/ Rank Rumah Tangga Tanpa Akses ke Air Bersih/ Households Without Access to Clean Drinking Water (%) Peringkat/ Rank Papua 335 336 337 338 339 340 Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori 79.67 24.67 23.78 18.42 5.72 345 311 302 259 53 65.17 65.66 66.13 66.62 64.59 65.29 68 82 92 113 54 70 15.9 24.1 17.0 29.4 30.5 94 232 116 294 309 50.8 16.7 30.7 57.4 46.3 2.1 13.3 10.2 2.2 2.0 12.0 90 287 244 94 84 272 97.40 44.94 75.83 79.42 73.44 344 240 5.20 31.20 13.68 17.65 23.81 27.01 5.08 7.43 42 329 198 249 303 320 39 85 69.27 69.06 66.78 67.26 67.12 66.19 66.71 65.15 260 246 124 155 147 95 117 67 22.1 24.5 26.6 25.4 18.2 35.2 20.1 24.0 204 240 267 251 136 328 171 230 42.2 37.2 45.3 40.9 44.6 60.6 29.9 47.3 11.7 6.8 11.7 0.7 2.5 1.1 7.3 16.7 263 194 268 40 104 48 208 313 30.31 77.84 39.06 89.19 48.83 30.70 25.57 37.27 158 332 205 338 257 161 132 195 325 334 319 Papua Barat 341 342 343 344 345 346 347 348 Fak-fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 167 Lampiran 5.1: Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1: Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) Nanggroe Aceh Darussalam 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 Simeulue Aceh Singkil Aceh Selatan Aceh Tenggara Aceh Timur Aceh Tengah Aceh Barat Aceh Besar Pidie Bireuen Aceh Utara Aceh Barat Daya Gayo Lues Aceh Tamiang Nagan Raya Aceh Jaya Bener Meriah 1,774.00 1,941.66 2,075.00 1,464.78 1,112.00 1,062.60 2,044.26 1,057.66 1,086.23 1,079.48 894.79 2,075.00 1,464.78 1,112.00 2,044.26 2,044.26 1,062.60 1,710.67 1,495.67 1,824.50 917.94 2,065.42 843.03 1,013.00 945.00 771.83 1,824.50 917.94 2,065.42 2,065.42 - 96.43 77.03 87.93 82.55 101.04 79.71 93.26 87.54 86.26 87.93 82.55 101.04 101.04 - 862.00 1,120.80 1,101.00 959.36 925.00 667.09 1,315.41 470.83 344.24 469.26 493.93 1,101.00 959.36 925.00 1,315.41 1,315.41 667.09 831.00 961.67 1,073.83 874.97 1,392.39 351.87 407.67 487.50 399.00 1,073.83 874.97 1,392.39 1,392.39 - 96.40 85.80 97.53 94.59 105.85 74.74 118.43 103.89 80.78 97.53 94.59 105.85 105.85 - 1,653.88 2,055.50 2,421.83 1,945.00 1,526.96 956.50 102.60 94.76 94.79 81.87 113.95 92.86 1,404.65 979.83 1,819.53 1,703.73 1,039.50 1,159.82 1,028.01 1,653.88 1,526.96 1,703.73 956.50 1,159.82 107.55 73.82 101.31 107.36 71.00 92.34 102.49 102.60 113.95 107.36 92.86 92.34 1,123.96 1,491.02 1,394.00 1,344.03 619.00 399.00 840.39 892.13 1,313.00 1,004.00 568.00 916.92 879.00 1,123.96 619.00 1,004.00 399.00 916.92 1,136.62 1,177.00 1,368.94 1,078.00 702.00 427.50 1,051.35 947.70 1,110.78 890.46 548.00 901.29 797.67 1,136.62 702.00 890.46 427.50 101.13 78.94 98.20 80.21 113.41 107.14 125.10 106.23 84.60 88.69 96.48 98.30 90.75 101.13 113.41 88.69 107.14 98.30 Sumatera Utara 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 168 Nias Mandailing Natal Tapanuli Selatan Tapanuli Tengah Tapanuli Utara Toba Samosir Labuhan Batu Asahan Simalungun Dairi Karo Deli Serdang Langkat Nias Selatan Humbang Hasundutan Pakpak Bharat Samosir Serdang Bedagai 1,612.00 2,169.18 2,555.00 2,375.77 1,340.00 1,030.00 1,306.02 1,327.40 1,796.00 1,587.00 1,464.00 1,256.04 1,003.00 1,612.00 1,340.00 1,587.00 1,030.00 1,256.04 901.29 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar / Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep / Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun / years normal 10 tahun / years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 30 tahun / years normal 10 tahun / years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) Kepulauan Mentawai Pesisir selatan Solok Sawahlunto/ Sijunjung Tanah Datar Padang Pariaman Agam Lima Puluh Kota Pasaman Solok Selatan Dharmasraya Pasaman Barat 2,805.00 1,882.72 1,448.45 1,501.45 1,260.69 2,287.40 1,383.15 1,444.36 2,270.38 1,448.45 1,501.45 2,270.38 2,642.00 1,575.56 1,371.68 1,195.97 1,219.82 2,141.22 1,380.14 1,635.00 2,068.29 1,371.68 1,195.97 2,068.29 94.19 83.69 94.70 79.65 96.76 93.61 99.78 113.20 91.10 94.70 79.65 91.10 1,560.00 842.82 652.34 714.41 481.52 1,156.67 675.21 709.70 1,355.14 652.34 714.41 1,355.14 1,250.00 809.31 658.91 677.80 497.94 942.88 757.92 750.27 1,286.53 658.91 677.80 1,286.53 80.13 96.02 101.01 94.88 103.41 81.52 112.25 105.72 94.94 101.01 94.88 94.94 Kuantan Sengingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir 1,614.16 1,445.77 1,224.71 1,866.00 1,547.86 1,689.94 1,922.43 1,443.69 1,972.27 1,218.16 1,317.95 1,080.48 1,645.25 1,603.96 1,427.80 1,808.95 1,306.53 1,923.40 75.47 91.16 88.22 88.17 103.62 84.49 94.10 90.50 97.52 721.97 650.49 607.03 1,178.00 906.93 781.55 818.18 728.18 777.41 737.00 660.06 641.64 1,123.00 888.39 747.23 848.71 538.17 822.10 102.08 101.47 105.70 95.33 97.96 95.61 103.73 73.91 105.75 Karimun Bintan Natuna Lingga 1,106.72 1,703.44 1,262.55 1,262.55 1,084.27 1,257.20 1,125.33 1,125.33 97.97 73.80 89.13 89.13 1,025.85 1,082.85 676.03 676.03 778.00 848.30 624.57 624.57 75.84 78.34 92.39 92.39 Kerinci Merangin Sarolangun Batang Hari Muaro Jambi Tanjung Jabung Timur Tanjung Jabung Barat Tebo Bungo 1,289.58 2,079.00 1,735.00 1,631.00 1,514.41 1,703.98 1,728.00 1,577.00 2,081.00 1,377.41 1,465.87 1,467.15 1,321.68 1,276.20 1,592.63 1,730.76 1,047.00 1,401.50 106.81 70.51 84.56 81.04 84.27 93.47 100.16 66.39 67.35 645.00 894.00 757.00 571.00 646.23 854.87 780.00 572.00 871.00 702.44 838.50 660.06 567.22 683.53 704.50 712.11 595.50 769.50 108.91 93.79 87.19 99.34 105.77 82.41 91.30 104.11 88.35 Sumatera Barat 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 Riau 48 49 50 51 52 53 54 55 56 Kepulauan Riau 57 58 59 60 Jambi 61 62 63 64 65 66 67 68 69 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 169 Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) Sumatera Selatan 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 Ogan Komering Ulu Ogan Komering Ilir Muara Enim Lahat Musi Rawas Musi Banyu Asin Banyuasin Ogan Komering Ulu Selatan Ogan Komering Ulu Timur Ogan Ilir 1,868.66 1,892.70 2,340.60 2,574.29 1,816.17 1,788.75 1,788.75 1,868.66 1,868.66 1,892.70 1,827.36 1,617.07 2,005.91 2,275.31 1,542.33 1,786.08 1,786.08 1,827.36 1,827.36 1,617.07 97.79 85.44 85.70 88.39 84.92 99.85 99.85 97.79 97.79 85.44 716.21 600.88 776.63 842.14 750.38 672.66 672.66 716.21 716.21 600.88 610.56 516.33 694.35 829.51 543.55 620.12 620.12 610.56 610.56 516.33 85.25 85.93 89.41 98.50 72.44 92.19 92.19 85.25 85.25 85.93 2,556.47 1,781.95 2,275.67 2,556.47 2,556.47 2,275.67 1,781.95 1,781.95 2,305.10 1,792.43 2,076.34 2,305.10 2,305.10 2,076.34 1,792.43 1,792.43 90.17 100.59 91.24 90.17 90.17 91.24 100.59 100.59 1,372.47 671.74 1,020.00 1,372.47 1,372.47 1,020.00 671.74 671.74 1,286.44 896.11 821.00 1,286.44 1,286.44 821.00 896.11 896.11 93.73 133.40 80.49 93.73 93.73 80.49 133.40 133.40 1,764.46 1,624.82 1,764.46 1,764.46 1,764.46 1,624.82 1,438.81 1,563.54 1,438.81 1,438.81 1,438.81 1,563.54 81.54 96.23 798.79 622.00 81.54 81.54 81.54 96.23 798.79 798.79 798.79 622.00 552.48 549.36 552.48 552.48 552.48 549.36 69.17 88.32 69.17 69.17 69.17 88.32 1,597.64 1,370.00 1,521.67 1,901.00 2,096.55 2,034.12 1,787.57 1,680.00 1,158.81 1,310.99 1,529.78 1,678.46 1,717.57 1,768.91 1,644.00 1,334.33 72.53 95.69 100.53 88.29 81.92 86.96 91.97 79.42 718.81 454.00 418.25 514.00 519.55 507.92 593.41 580.00 447.18 367.78 439.82 476.58 417.82 427.36 - 62.21 81.01 105.16 92.72 80.42 84.14 - Bengkulu 80 81 82 83 84 85 86 87 Bengkulu Selatan Rejang Lebong Bengkulu Utara Kaur Seluma Muko-Muko Lebong Kepahiang Bangka Belitung 88 89 90 91 92 93 Bangka Belitung Bangka Barat Bangka Tengah Bangka Selatan Belitung Timur Lampung 94 95 96 97 98 99 100 101 170 Lampung Barat Tanggamus Lampung Selatan Lampung Timur Lampung Tengah Lampung Utara Way Kanan Tulang Bawang Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) 2,678.00 1,755.00 1,533.00 1,341.00 1,869.97 1,989.25 1,551.33 1,197.96 69.83 113.35 101.20 89.33 809.90 770.00 498.00 365.00 610.26 885.00 595.36 307.00 75.35 114.94 119.55 84.11 2,698.00 2,337.00 2,190.00 1,666.00 2,774.00 2,055.00 1,887.00 1,875.00 2,564.00 1,333.00 2,036.00 1,519.00 3,374.00 2,291.00 1,293.00 1,461.00 2,536.48 1,931.46 1,900.31 1,695.56 2,300.43 2,157.53 1,808.18 1,916.86 2,124.71 1,549.71 1,755.56 1,374.15 2,060.17 2,198.44 1,073.59 1,301.82 94.01 82.65 86.77 101.77 82.93 104.99 95.82 102.23 82.87 116.26 86.23 90.46 61.06 95.96 83.03 89.10 1,318.00 745.00 666.00 453.00 903.00 460.00 410.00 307.00 358.00 317.00 458.00 325.00 992.00 534.00 253.00 222.00 1,199.45 740.73 629.31 407.64 567.03 393.20 413.80 252.83 206.87 239.07 274.54 273.18 456.14 429.63 179.82 207.73 91.01 99.43 94.49 89.99 62.79 85.48 100.93 82.35 57.79 75.42 59.94 84.06 45.98 80.45 71.07 93.57 2,111.00 2,093.00 2,607.00 3,148.00 3,337.00 2,264.00 3,149.00 2,055.00 1,892.00 1,415.00 1,661.00 1,792.00 2,178.00 1,939.00 2,058.66 2,354.92 2,422.63 3,052.59 2,603.76 2,165.63 3,487.51 2,565.88 1,669.69 1,521.32 1,731.02 1,588.08 2,318.30 1,717.55 97.52 112.51 92.93 96.97 78.03 95.65 110.75 124.86 88.25 107.51 104.22 88.62 106.44 88.58 876.00 548.00 622.00 561.00 849.00 404.00 837.00 349.00 365.00 237.00 270.00 315.00 407.00 306.00 526.06 479.97 411.80 719.50 454.96 226.00 745.40 338.88 209.38 186.45 184.60 140.09 302.92 202.49 60.05 87.59 66.21 128.25 53.59 55.94 89.06 97.10 57.36 78.67 68.37 44.47 74.43 66.17 Deviasi / Deviation (%) Deviasi / Deviation (%) Banten 102 103 104 105 Pandeglang Lebak Tangerang Serang Jawa Barat 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 Bogor Sukabumi Cianjur Bandung Garut Tasikmalaya Ciamis Kuningan Cirebon Majalengka Sumedang Indramayu Subang Purwakarta Karawang Bekasi Jawa Tengah 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 Cilacap Banyumas Purbalingga Banjarnegara Kebumen Purworejo Wonosobo Magelang Boyolali Klaten Sukoharjo Wonogiri Karanganyar Sragen Grobogan Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 171 Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 30 tahun/ years normal 1,355.00 1,474.00 1,914.00 2,302.00 2,574.00 2,060.00 1,817.00 1,940.00 1,754.00 2,032.00 1,786.00 1,984.00 1,482.00 1,450.00 1,755.96 1,276.11 2,761.97 2,599.27 2,252.23 1,687.42 1,698.29 1,811.73 1,756.44 1,887.71 1,929.70 2,628.03 1,501.22 1,524.68 129.59 86.57 144.30 112.91 87.50 81.91 93.47 93.39 100.14 92.90 108.05 132.46 101.30 105.15 290.00 283.00 408.00 335.00 196.00 277.00 393.00 375.00 364.00 400.00 332.00 325.00 279.00 285.00 312.00 164.00 487.85 426.40 245.18 222.82 244.27 290.18 373.82 407.15 313.77 372.45 224.45 252.18 107.59 57.95 119.57 127.28 125.09 80.44 62.16 77.38 102.70 101.79 94.51 114.60 80.45 88.48 1,847.00 1,678.00 1,700.00 1,746.00 1,834.25 1,682.45 1,969.46 1,582.57 99.31 100.27 115.85 90.64 322.00 139.00 107.00 102.77 181.51 146.42 33.23 73.94 69.81 58.80 1,947.00 1,384.00 1,344.00 1,805.00 1,692.00 1,748.00 2,233.00 1,313.00 949.00 1,548.00 1,199.00 1,492.00 1,670.00 1,757.00 2,472.00 1,662.00 2,017.00 2,035.05 1,564.84 1,451.80 1,562.24 1,457.00 2,340.14 2,014.18 1,491.33 1,132.85 1,348.33 1,053.07 1,200.67 1,307.88 1,914.49 2,689.42 1,149.93 1,542.89 104.52 113.07 108.02 86.55 86.11 133.88 90.20 113.58 119.37 87.10 87.83 80.47 78.32 108.96 108.80 69.19 76.49 305.00 215.00 268.00 303.00 294.00 224.00 645.00 164.00 314.00 197.00 112.00 175.00 234.00 260.00 342.00 200.00 416.00 238.95 118.18 - 78.35 54.97 57.63 64.03 57.48 102.80 49.63 70.73 80.66 76.60 58.60 53.51 55.38 96.45 66.85 46.77 26.31 Deviasi / Deviation (%) Jawa Tengah 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 Blora Rembang Pati Kudus Jepara Demak Semarang Temanggung Kendal Batang Pekalongan Pemalang Tegal Brebes D.I. Yogyakarta 151 152 153 154 Kulon Progo Bantul Gunung Kidul Sleman 260.00 249.00 Jawa Timur 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 172 Pacitan Ponorogo Trenggalek Tulungagung Blitar Kediri Malang Lumajang Jember Banyuwangi Bondowoso Situbondo Probolinggo Pasuruan Sidoarjo Mojokerto Jombang Nganjuk 154.45 194.00 169.00 230.27 320.09 116.00 253.27 150.91 65.64 93.64 129.58 250.77 228.64 93.55 109.45 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal Deviasi / Deviation (%) 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 1,792.03 1,477.27 2,118.86 1,318.52 1,329.71 1,377.57 1,156.27 1,198.45 1,005.46 111.58 94.03 113.07 97.74 87.14 93.84 89.49 117.96 85.64 248.00 246.00 375.00 267.00 231.00 326.00 270.00 145.00 220.00 126.91 210.94 305.09 194.36 200.09 218.82 175.09 126.45 174.94 51.17 85.75 81.36 72.80 86.62 67.12 64.85 87.21 79.52 368.96 557.09 284.45 471.07 632.80 630.42 323.98 269.50 413.00 397.29 155.15 361.45 378.45 501.64 212.36 100.68 111.94 71.32 54.54 76.73 59.81 79.57 65.55 37.36 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Jawa Timur 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 Madiun Magetan Ngawi Bojonegoro Tuban Lamongan Gresik Bangkalan Sampang Pamekasan Sumenep 1,606.00 1,571.00 1,874.00 1,349.00 1,526.00 - Jembrana Tabanan Badung Gianyar Klungkung Bangli Karang asem Buleleng 1,726.58 1,673.07 1,587.81 1,354.97 1,380.81 1,996.08 1,069.12 1,284.96 1,690.82 2,742.41 1,604.33 1,333.15 1,283.92 2,146.19 1,621.05 1,221.79 97.93 163.92 101.04 98.39 92.98 107.52 151.62 95.08 1,227.00 1,019.00 1,235.00 1,287.00 1,095.00 999.00 1,286.10 1,490.63 1,422.00 1,711.15 1,263.00 1,141.22 1,117.89 1,395.28 121.49 139.55 138.55 98.14 104.22 111.90 108.49 208.00 107.00 172.00 81.00 84.00 70.00 98.15 196.07 90.95 185.64 77.00 58.36 62.73 74.09 94.27 85.00 107.93 95.06 69.48 89.61 75.49 1,933.00 842.00 1,547.00 1,464.00 1,058.00 2,211.35 861.03 1,597.32 2,139.14 - 114.40 102.26 103.25 146.12 - 207.00 42.00 32.00 192.00 55.00 235.66 40.44 32.18 214.29 - 113.85 96.30 1,468.00 1,292.00 1,016.00 1,174.00 Bali 184 185 186 187 188 189 190 191 Nusa Tenggara Barat 192 193 194 195 196 197 198 Lombok Barat Lombok Tengah Lombok Timur Sumbawa Dompu Bima Sumbawa Barat Nusa Tenggara Timur 199 200 201 202 203 Sumba Barat Sumba Timur Kupang Timor Tengah Selatan Timor Tengah Utara Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 100.57 111.61 - 173 Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) 104.61 114.52 93.13 111.15 86.69 141.48 116.24 86.78 80.34 380.00 83.00 25.00 74.00 82.00 135.00 166.00 602.00 89.00 145.00 298.50 83.40 61.80 44.30 68.67 184.88 461.79 56.91 116.20 78.55 100.48 83.51 54.02 50.86 111.38 76.71 63.94 80.14 1,708.42 1,492.36 2,218.45 1,743.79 2,651.18 1,679.93 1,873.13 2,721.43 2,651.18 1,873.13 85.32 90.34 95.21 97.57 112.82 84.87 98.47 100.75 112.82 98.47 992.94 852.00 1,134.00 1,025.23 1,037.27 811.92 987.24 1,538.29 1,037.27 987.24 937.01 835.64 1,016.36 974.94 1,095.07 677.69 963.28 1,482.57 1,095.07 963.28 94.37 98.08 89.63 95.09 105.57 83.47 97.57 96.38 105.57 97.57 1,421.27 1,483.79 1,808.26 1,638.92 1,959.98 1,421.27 1,421.27 1,483.79 1,483.79 1,808.26 1,808.26 1,638.92 1,959.98 83.83 82.18 85.21 84.12 93.74 83.83 83.83 82.18 82.18 85.21 85.21 84.12 93.74 773.35 754.64 726.00 817.44 894.52 773.35 773.35 754.64 754.64 726.00 726.00 817.44 894.52 612.72 489.29 535.51 568.99 623.90 612.72 612.72 489.29 489.29 535.51 535.51 568.99 79.23 64.84 73.76 69.61 69.75 79.23 79.23 64.84 64.84 73.76 73.76 69.61 69.75 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) 1,109.00 933.00 692.00 1,147.00 911.00 973.00 1,783.00 2,761.00 1,559.00 1,382.00 1,160.11 1,068.44 1,068.22 1,012.55 843.50 2,522.56 3,209.37 1,352.91 1,110.29 2,002.46 1,652.00 2,330.00 1,787.18 2,350.00 1,979.41 1,902.27 2,701.09 2,350.00 1,902.27 1,695.52 1,805.57 2,122.00 1,948.27 2,090.93 1,695.52 1,695.52 1,805.57 1,805.57 2,122.00 2,122.00 1,948.27 Deviasi / Deviation (%) Deviasi / Deviation (%) Nusa Tenggara Timur 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 Belu Alor Lembata Flores Timur Sikka Ende Ngada Manggarai Rote Ndao Manggarai Barat Kalimantan Barat 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 Sambas Bengkayang Landak Pontianak Sanggau Ketapang Sintang Kapuas Hulu Sekadau Melawi Kalimantan Tengah 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 174 Kotawaringin Barat Kotawaringin Timur Kapuas Barito Selatan Barito Utara Sukamara Lamandau Seruyan Katingan Pulang Pisau Gunung Mas Barito Timur Murung Raya 2,090.93 623.90 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 2,115.77 1,487.81 1,965.52 1,901.61 1,542.77 1,701.50 1,696.59 1,610.98 1,749.73 1,487.81 1,610.98 1,938.93 1,412.23 1,879.28 1,946.84 1,544.44 1,863.09 1,473.53 1,589.19 1,416.01 1,412.23 1,589.19 91.64 94.92 95.61 102.38 100.11 109.50 644.66 993.95 569.67 441.30 422.46 530.97 521.63 480.04 595.17 993.95 480.04 461.64 880.24 462.59 457.54 443.84 587.22 418.75 455.38 417.92 880.24 455.38 71.61 88.56 81.20 103.68 105.06 110.59 80.28 94.86 70.22 88.56 94.86 1,439.45 1,180.00 1,245.48 1,161.00 1,088.23 2,231.65 1,533.13 1,914.83 1,439.45 1,607.60 1,122.00 1,469.26 974.83 1,251.89 2,143.99 1,443.52 1,843.52 1,607.60 111.68 95.08 117.97 83.96 115.04 96.07 94.16 96.28 111.68 1,041.23 712.00 769.35 663.00 608.88 1,663.80 897.13 1,280.38 1,041.23 967.33 602.67 726.95 565.17 533.80 1,502.51 963.80 1,263.80 967.33 92.90 84.64 94.49 85.24 87.67 90.31 107.43 98.70 92.90 1,450.00 2,308.00 2,400.00 2,400.00 2,308.00 2,308.00 1,450.01 2,484.85 2,404.46 2,404.46 2,484.85 2,484.85 100.00 107.66 100.19 100.19 107.66 107.66 739.00 761.00 965.00 965.00 761.00 761.00 700.53 735.65 1,003.07 1,003.07 735.65 735.65 94.79 96.67 103.95 103.95 96.67 96.67 594.00 1,261.00 594.00 1,261.00 1,144.52 1,144.52 90.76 90.76 765.00 534.00 765.00 534.00 578.30 578.30 108.30 108.30 Kalimantan Selatan 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 Tanah Laut Kota Baru Banjar Barito Kuala Tapin Hulu Sungai Selatan Hulu Sungai Tengah Hulu Sungai Utara Tabalong Tanah Bumbu Balangan 86.85 98.65 80.93 94.92 98.65 Kalimantan Timur 248 249 250 251 252 253 254 255 256 Pasir Kutai Barat Kutai Kutai Timur Berau Malinau Bulungan Nunukan Penajam Paser Utara Sulawesi Utara 257 258 259 260 261 262 Bolaang Mongondow Minahasa Sangihe Talaud Talaud Minahasa Selatan Minahasa Utara Gorontalo 263 264 265 266 Boalemo Gorontalo Pohuwato Bone Bolango Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 175 Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) 836.53 571.00 2,064.00 1,300.20 427.98 1,072.46 594.00 427.98 1,300.20 786.74 738.08 1,117.43 428.05 1,379.81 428.05 1,117.43 1,201.51 1,121.45 2,047.00 2,075.00 2,553.94 1,927.97 1,189.00 2,953.05 2,575.12 2,391.64 1,119.89 1,010.00 809.42 1,104.00 1,108.39 1,054.31 2,020.82 2,245.20 2,887.39 2,148.76 1,274.51 3,067.67 2,409.88 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 94.05 129.26 85.94 100.02 128.66 100.02 85.94 643.00 540.16 616.00 818.00 338.55 819.00 765.00 338.55 818.00 636.54 642.93 752.92 368.81 852.85 368.81 752.92 99.00 119.02 92.04 108.94 104.13 108.94 92.04 92.25 94.01 98.72 108.20 113.06 111.45 107.19 103.88 93.58 99.35 95.15 121.35 99.01 122.71 512.64 984.16 473.00 194.04 264.06 427.60 1,463.95 278.68 339.19 514.80 1,164.25 652.73 728.08 748.00 100.59 114.33 83.65 110.88 98.66 98.66 646.00 701.00 915.00 579.16 1,358.94 1,358.94 364.03 814.02 474.39 131.06 293.67 282.57 1,592.73 294.46 240.00 255.94 1,545.54 750.17 812.36 675.56 570.09 579.71 705.38 448.25 1,344.67 1,344.67 71.01 82.71 100.29 67.55 111.21 66.08 108.80 105.66 70.76 49.72 132.75 114.93 111.58 90.31 88.25 82.70 77.09 77.40 98.95 98.95 103.24 99.35 81.23 160.76 81.23 103.24 103.24 160.76 362.00 881.00 753.00 586.91 814.10 591.92 915.67 591.92 586.91 586.91 915.67 162.13 92.41 78.61 124.58 78.61 162.13 162.13 124.58 Deviasi / Deviation (%) Sulawesi Tengah 267 268 269 270 271 272 273 274 275 Banggai Kepulauan Banggai Morowali Poso Donggala Toli Toli Buol Parigi Moutong Tojo Una-Una Sulawesi Selatan 276 Selayar 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 Bulukumba Bantaeng Jeneponto Takalar Gowa Sinjai Maros Pangkajene Kepulauan Barru Bone Soppeng Wajo Sidenreng Rappang Pinrang Enrekang Luwu Tana Toraja Luwu Utara Luwu Timur 1,567.75 1,403.00 1,491.00 1,508.65 1,706.92 1,706.92 2,376.00 1,065.61 1,225.63 801.39 1,354.74 1,577.04 1,604.04 1,247.19 1,672.86 1,683.98 1,683.98 1,248.00 1,169.00 1,124.00 1,038.00 1,124.00 1,248.00 1,248.00 1,038.00 1,288.41 1,161.43 913.07 1,668.65 913.07 1,288.41 1,288.41 1,668.65 Sulawesi Tenggara 296 297 298 299 300 301 302 303 176 Buton Muna Konawe Kolaka Konawe Selatan Bombana Wakatobi Kolaka Utara 735.00 753.00 362.00 362.00 735.00 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) Sulawesi Barat 304 305 306 307 308 Majene Polewali Mamasa Mamasa Mamuju Mamuju Utara 1,173.83 1,203.42 1,203.42 1,818.00 1,203.42 1,091.69 996.74 996.74 1,752.95 996.74 93.00 82.83 82.83 96.42 82.83 390.35 609.80 609.80 416.00 609.80 344.49 689.70 689.70 448.25 689.70 88.25 113.10 113.10 107.75 113.10 Maluku Tenggara Barat Maluku Tenggara Maluku Tengah Buru Kepulauan Aru Seram Bagian Barat Seram Bagian Timur 1,263.66 1,810.00 1,782.00 950.00 1,810.00 1,782.00 1,782.00 1,251.42 1,603.48 1,656.50 920.49 1,603.48 1,656.50 1,656.50 99.03 88.59 92.96 96.89 88.59 92.96 92.96 531.04 559.00 922.00 380.00 559.00 922.00 922.00 542.25 514.63 726.00 347.10 514.63 726.00 726.00 102.11 92.06 78.74 91.34 92.06 78.74 78.74 Halmahera Barat Halmahera Tengah Kepulauan Sula Halmahera Selatan Halmahera Utara Halmahera Timur 1,293.94 1,245.30 1,293.94 1,293.94 1,293.94 1,245.30 1,247.46 1,330.25 1,247.46 1,247.46 1,247.46 1,330.25 96.41 106.82 96.41 96.41 96.41 106.82 785.48 1,093.17 785.48 785.48 785.48 1,093.17 699.80 1,040.00 699.80 699.80 699.80 1,040.00 89.09 95.14 89.09 89.09 89.09 95.14 Merauke Jayawijaya Jayapura Nabire Yapen Waropen Biak Numfor Paniai Puncak Jaya Mimika Boven Digoel Mappi Asmat Yahukimo 1,171.27 1,124.71 1,220.51 2,343.98 1,972.00 1,573.74 1,543.02 1,093.00 2,712.00 1,171.27 1,171.27 1,171.27 1,124.71 1,409.92 1,223.52 974.84 2,259.08 1,911.60 1,381.37 1,556.37 1,223.52 2,796.90 1,409.92 1,409.92 1,409.92 1,223.52 120.37 108.79 79.87 96.38 96.94 87.78 100.87 111.94 103.13 120.37 120.37 120.37 108.79 211.46 577.88 471.99 1,362.89 1,279.00 1,099.21 946.08 508.00 2,523.00 211.46 211.46 211.46 577.88 360.14 690.76 441.35 1,609.50 1,159.90 810.81 861.56 690.76 2,575.30 360.14 360.14 360.14 690.76 170.31 119.53 93.51 118.09 90.69 73.76 91.07 135.98 102.07 170.31 170.31 170.31 119.53 Maluku 309 310 311 312 313 314 315 Maluku Utara 316 317 318 319 320 321 Papua 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 177 Lampiran 5.1 (lanjutan): Kumulatif Curah Hujan Selama Musim Hujan (Oktober - Maret) dan Musim Kemarau (April - September) untuk Periode 1997 - 2007 Annex 5.1 (contd): Rainfall Cumullative during Wet Season periods (October - March) and Dry Season (April - September) for 1997 to 2007 Periods Akumulasi Curah Hujan Okt-Mar/Rainfall Accumulation Oct-Mar No Akumulasi Curah Hujan Apr-Sep/Rainfall Accumulation Apr-Sep Kabupaten / District 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) 30 tahun/ years normal 10 tahun/ years (1997/98-2007/08) Deviasi / Deviation (%) Papua 335 336 337 338 339 340 Pegunungan Bintang Tolikara Sarmi Keerom Waropen Supiori 1,124.71 1,124.71 1,220.51 1,220.51 1,972.00 1,573.74 1,223.52 1,223.52 974.84 974.84 1,911.60 1,381.37 108.79 108.79 79.87 79.87 96.94 87.78 577.88 577.88 471.99 471.99 1,279.00 1,099.21 690.76 690.76 441.35 441.35 1,159.90 810.81 119.53 119.53 93.51 93.51 90.69 73.76 1,541.40 1,541.40 1,709.94 1,709.94 1,709.94 1,263.91 1,263.91 1,263.91 1,454.00 1,454.00 1,212.06 1,212.06 1,212.06 1,056.97 1,056.97 1,056.97 94.33 94.33 70.88 70.88 70.88 83.63 83.63 83.63 1,437.21 1,437.21 716.07 716.07 716.07 958.00 958.00 958.00 1,303.60 1,303.60 539.83 539.83 539.83 858.75 858.75 858.75 90.70 90.70 75.39 75.39 75.39 89.64 89.64 89.64 Papua Barat 341 342 343 344 345 346 347 348 178 Fak-fak Kaimana Teluk Wondama Teluk Bintuni Manokwari Sorong Selatan Sorong Raja Ampat Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 6.1 Principal Component Analysis (PCA-Analisis Komponen Utama): Untuk Analisa Hubungan Antar Indikator Ketahanan Pangan Annex 6.1 Principal Component Analysis: Analyzing Relationships Among Food Security Indicators Salah satu bidang ilmu statistik yang disebut analisa multivariat atau analisa faktor menyediakan beberapa teknik untuk A domain of statistics called factor or multivariate analysis offers several techniques for multi-dimensional data analysis in analisa data multi dimensi yang dapat melihat hubungan antara macam-macam indikator ketahanan pangan. Principal Component Analysis (PCA-Analisis Komponen Utama) adalah sebuah teknik analisa multivariat yang dapat diterapkan pada variabel kontinu. Tujuan PCA adalah untuk melihat dan menggambarkan hubungan mendasar antar variabel dengan cara membuat indikator baru (disebut ‘faktor’ atau ‘komponen utama’) yang menggambarkan hubungan asosiasi antar variabel. PCA dapat diterapkan pada indikator-indikator ketahanan pangan (mencakup ketersediaan pangan, akses dan pemanfaatan pangan). order to capture the essence of the relationship among various indicators of food security. Principal Component Analysis (PCA) is one technique of multivariate analysis that applies to continuous variables. The objective of PCA is to identify and describe the underlying relationships amongst the variables by creating new indicators (called ‘factors’ or ‘principal components’) that capture the essence of the associations between variables. A single PCA can be applied to food security indicators in general (covering food availability, access, utilization). PCA adalah proses mengurangi data untuk serangkaian variabel yang mengukur sebuah kategori tertentu (misalnya Akses pangan) yang dapat dioptimalkan menjadi komponen utama untuk mengetahui hubungan antar variabel asal dari beberapa variabel yang relevan dengan ketahanan pangan. Masing-masing komponen utama tersebut menjadi indikator baru yang merupakan ringkasan terbaik dari hubungan linier antar variabel awal. Komponen utama pada PCA sesuai dengan banyaknya komponen pada variabel awal. Namun, kontribusi masing-masing komponen utama Suppose one has several variables relevant to food security. PCA is essentially a process of data reduction. A series of variables measuring a particular category (e,g, food access) are optimized into principal components capturing the essence of the relationships among initial variables. Each principal component is thus a new indicator that represents the “best” summary of the linear relationship among the initial variables. PCA yields as many principal components as there are initial variables. However, the contribution of each principal component in explaining the total variance found amongst districts SEHHLNKCNAOOERAHU@A?NA=OABNKIPDAłNOPLNEJ?EL=H?KILKJAJPPKPDAH=OPO=NAOQHP=HEIEPA@OAPKBLNEJ?EL=H?KILKJAJPO dalam menjelaskan varian total yang ada di Kabupaten akan lambat laun berkurang dari komponen utama yang pertama sampai yang terakhir. Dengan demikian, hanya akan ada beberapa komponen utama yang akan menjelaskan keberagaman utama dari matriks dan komponen utama yang hanya mempunyai kekuatan penjelasan yang minim dapat dihilangkan dari analisa. Jadi, diperoleh pengurangan data dengan tingkat kehilangan informasi yang relatif kecil. explain the majority of the matrix variability and principal components with little explanatory power can be removed from the analysis. The result is data reduction with relatively little loss of information. Untuk analisis FSVA, PCA telah digunakan sebagai dasar pembobotan masing-masing indikator yang dapat For the current exercise, PCA has been used to derive the weights of individual indicators that could then be combined to digabungkan untuk menghitung indeks komposit. PCA dapat digunakan untuk menghitung pembobotan yang dapat menjelaskan hubungan antar indikator setelah indikator-indikator kerawanan pangan kronis disepakati oleh tim pengarah dan tim pelaksana (SC-TWG) FSVA. calculate a composite index. As the Steering Committee and Technical Working Group (SC-TWG) for FSVA agreed upon a list of indicators of chronic food insecurity, the PCA helped in deriving the weights that best explain the relationship among these indicators. Semua indikator pada awalnya dibuat ‘unidirectional’ – semakin besar nilainya, semakin tinggi tingkat kerentanannya. Data tersebut kemudian distandarisasi dengan menggunakan Z-skor. Z-skor dihitung dengan cara mengurangi rata-rata nilai indikator yang terkait di sebuah kabupaten dan kemudian dibagi dengan standar deviasi dari indikator tersebut. HHPDAEJ@E?=PKNOSANAłNOPI=@AQJE@ENA?PEKJ=HDECDANPDAR=HQADECDANPDARQHJAN=>EHEPU1DA@=P=S=OPDAJOP=J@=N@EVA@ using Z-scores. Z-scores are computed by subtracting the mean of an indicator from the individual value pertaining to a district and then dividing it by the standard deviation of the indicator. Z-score values could be both positive as well as Angka Z-skor bisa positif atau negatif; angka rata-rata selalu ‘nol’ dan standar deviasi Z-skor selalu ‘satu’. PCA dihitung dengan angka Z-skor. ‘Pembobotan’ atau ‘factor loadings’ diambil dari ‘Rotated Component Matrix (Matriks Komponen yang Dirotasi)’, dan diambil dari 3 komponen dengan Eigenvalues lebih dari ‘satu’ dan komponenkomponen ini menjelaskan hampir dua pertiga variasi yang ada. Angka pada tabel di bawah merupakan pembobotan yang digunakan untuk menghitung Composite Food Security Index - Indeks Komposit Ketahanan Pangan (CFSI), terlihat dalam bentuk persamaan. Semakin tinggi angka CFSI, maka semakin tinggi tingkat kerentanannya. negative; the mean should be always ‘zero’ and the standard deviation of the Z-scores should be always ‘one’. The PCA was run with these Z-scores. The ‘weights’ or ‘factor loadings’ are taken from the ‘Rotated Component Matrix’, extracted from 3 components with Eigenvalues more than ‘one’ and these components explained almost two-third of the variations. The highlighted values in the table below are the loadings that were taken to compute the Composite Food Security Index (CFSI), shown below in the form of an equation. Higher the value of the CFSI, higher is the degree of vulnerability, relatively speaking. CFSI = CP_ratio*0,534+BPL*0,598+Electricity*0,746+Road*0,771+Illiteracy*0,911+Life_Exp*0,802+ Underweight*0,783+Water*0,759+Health*0,604 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 179 Bobot dari Indikator-indikator Ketahanan Pangan dari Rotated Component Matrix, PCA Weight for Food Security Indicators from the Rotated Component Matrix under PCA Indicators (Z-Score) Component 1 2 3 0.534 -0.122 -0.176 BPL 0.287 0.317 0.598 Electricity 0.746 0.350 0.305 Road 0.771 0.077 0.346 Illiteracy 0.011 -0.048 0.911 Life_Exp CP_ratio -0.064 0.802 0.199 Underweight 0.305 0.783 -0.080 Water 0.759 0.101 0.074 Health 0.604 0.196 0.096 Metode Ekstraksi: Principal Component Analysis; Metode yang dirotasi: Varimax dengan Kaiser Normalization. Extraction Method: Principal Component Analysis; Rotation Method: Varimax with Kaiser Normalization. a, Rotation converged in 4 iterations. Berdasarkan skor komposit, di buat skor per kabupaten di rangking dan dari tingkat kerawanan pangan terdapat Finally, based on the composite scores, the districts were ranked and top 100 districts in terms of food insecurity were 100 kabupaten yang tergolong ‘Kabupaten Prioritas’ dalam hal intervensi ketahanan pangan. Perlu dicatat bahwa pembagian kabupaten ke dalam beberapa kelompok prioritas tidak berdasarkan metode ilmiah. considered as ‘Priority Districts’ in terms of food security interventions. It should be noted that divisions of districts into various LNEKNEPUCNKQLOEODKSARANJKP>=OA@KJ=JUO?EAJPEł?IAPDK@ 180 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 6.2: Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2: Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index Catatan: Rank Avai: Peringkat rasio konsumsi normatif per kapita terhadap ketersediaan serealia Rank of Per capita normative consumption to cereal availability ratio Rank Pov: Peringkat penduduk hidup di bawah garis kemiskinan Rank of people below poverty line Rank Road: Peringkat desa yang tidak memiliki akses penghubung yang memadai Rank of villages with inadequate connectivityy Rank Elec: Peringkat rumah tangga tanpa akses listrik Rank of households without access to electricity Rank Life: Peringkat angka harapan hidup pada saat lahir Rank of Life Expectancy at birth Rank U5: Peringkat berat badan balita di bawah standar Rank of underweight rate of under 5 children Rank Flit: Peringkat perempuan buta huruf Rank of female Illiteracyy Rank Water: Peringkat rumah tangga tanpa akses ke air bersih Rank of households without access to improved drinking water Rank Health: Peringkat rumah tangga yang tinggal lebih dari 5 km dari fasilitas kesehatan Rank of households living more than 5 km away from Health facilities Pertama, seluruh indikator individu disusun peringkatnya berdasarkan nilai masing-masing, peringkat yang lebih tinggi menunjukkan tingkat kerawanan yang semakin tinggi. Peringkat ini kemudian disusun menurut peringkat komposit untuk menunjukkan faktor utama yang menyebabkan peringkat kabupaten berada pada 100 kabupaten prioritas. $OOLQGLYLGXDOLQGLFDWRUVDUH¿UVWUDQNHGDFFRUGLQJWR their values, showing higher ranks to higher degree of vulnerability. These ranks are then sorted by composite ranking to demonstrate the major factors responsible for the composite rank of each district to be within the priority 100 districts. Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 181 Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index 182 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 183 Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index 184 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 185 Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index 186 Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia Lampiran 6.2 (lanjutan): Peringkat Kabupaten Berdasarkan Indikator Individu dan Indeks Ketahanan Pangan Komposit Annex 6.2 (contd): Ranking of Districts Based on Individual Indicators and Composite Food Security Index Peta Ketahanan dan Kerentanan Pangan Indonesia / A Food Security and Vulnerability Atlas of Indonesia 187 Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan - BKP World Food Programme N K A N GA N A DEW Departemen Pertanian Jl. Harsono RM No. 3, Ragunan Jakarta 12550 Indonesia Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan Tel. : (62) 21 - 7816652, 7806938 Fax. : (62) 21 - 7816652, 7806938 ET N AHANA P Wisma Kyoei Prince, 9th Floor Jl. Jendral Sudirman Kav. 3 Jakarta 10220 Indonesia Tel. : (62) 21 - 5709004 Fax. : (62) 21 - 5709001 www.wfp.org