File - PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI USU MEDAN
Transcription
File - PROGRAM STUDI ETNOMUSIKOLOGI USU MEDAN
STUDI ANALISIS MUSIKAL DAN TEKSTUAL PEMBACAAN KITAB SRI GURU GRANTH SAHIB JI PADA UPACARA PAHILA PARKAS DIHARA MASYARAKAT SIKH DI GURDWARA SHREE GURU GRANTH SAHIB DARBAR KOTA TEBING TINGGI SKRIPSI SARJANA OLEH RINA GUSTRIANI SIMANJUNTAK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI MEDAN 201 18 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wilayah Sumatera Utara khususnya Medan merupakan sebuah kota yang tumbuh pesat sejak pertengahan abad ke-19 sebagai sebuah kota berpenduduk majemuk, baik dari kalangan penduduk pribumi maupun imigran dari kawasan Asia seperti Cina, India, Arab, dan imigran dari kawasan Asia Tenggara. Sudah luas diketahui bahwa kota Medan dan Tanah Deli (Sumatera Timur) pada umumnya yang pernah dijuluki sebagai “Het Dollar Land” berkembang sangat cepat sejak pertengahan abad ke-19 seiring dengan perkembangan industri perkebunan (mulanya perkebunan tembakau) yang dirintis oleh Jacobus Nienhys sejak 1863. Buruh-buruh dari Cina, India, dan Pulau Jawa ketika itu didatangkan dalam jumlah besar oleh pengusaha-pengusaha perkebunan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan ke kota ini untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia10. Salah satu suku bangsa11 India yang ada di Sumatera Utara adalah suku bangsa Punjabi yang mayoritas penganut Sikh12. Tengku Luckman Sinar 10 Sebuah artikel yang berjudul “Kajian Awal tentang Komunitas Tamil dan Punjabi di Medan: Adaptasi dan Jaringan Sosial” oleh Zulkifli B. Lubis dalam Jurnal Antropologi Sosial Budaya ETNOVISI • Vol. 1 • No.3 • Desember 2005. 11 Konsep yang tercakup dalam istilah “suku bangsa” adalah suatu golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan “kesatuan budaya”, sedangkan kesadaran dan identitas tadi seringkali (tetapi tidak selalu) dikuatkan oleh kesatuan bahasa juga (Koentjaraningrat 1980: 264). 12 Sikh merupakan agama yang berasal dari daerah Punjab di India pada abad ke-16 dan ke-17. Di Indonesia agama ini belum diakui, sehingga identitas penganut Sikh yang ada di Indonesia dalam Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah Hindu-Sikh. 19 (1991:77) menyatakan bahwa dalam tahun 1930 sudah lebih dari 5000 masyarakat Sikh tersebar di Sumatera Utara. Suku bangsa Punjabi ini tersebar di beberapa wilayah di Sumatera Utara, antara lain Medan, Binjai, Lubuk Pakam, Kisaran, Pematang Siantar, Perbaungan, Tebing Tinggi, dan lain-lain. Seperti yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat (1980: 203-204), bahwa setiap suku bangsa memliki unsur-unsur kebudayaan. Demikian juga suku bangsa Punjabi yang ada di Sumatera Utara ini mempunyai unsur-unsur kebudayaan, antara lain: bahasa, sistem pengetahuan, organisasi sosial, sistem peralatan hidup dan teknologi, sistem mata pencaharian hidup, sistem religi dan kesenian. Salah satu keunikan masyarakat Sikh yang ada di Sumatera Utara adalah adanya kekerabatan atau hubungan yang erat antara satu Gurdwara13 dengan yang lainnya, yaitu dengan saling berbagi upacara-upacara keagamaan mereka antara lain: setiap tanggal lahir dan tanggal meninggal kesepuluh Guru14, hari lahir agama Sikh, dan lain-lain. Upacara Pahila Parkas Dihara ini merupakan bagian dari Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar di Kota Tebing Tinggi. Sehingga Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi inilah yang merayakannya. Dengan demikian semua masyarakat Sikh di luar Tebing Tinggi juga datang dan berpartisipasi dalam melaksanakan upacara Pahila Parkas Dihara tersebut. Menurut Koentjaraningrat, dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan religi, manusia didorong oleh suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut dengan emosi keagamaan (religious emotion), yang mendorong 13 Gurdwara merupakan tempat beribadah umat Sikh. Ada sepuluh guru yang berwujud manusia dalam ajaran Sikh, yaitu: (1) Sri Guru Nanak Dev Ji, (2) Sri Guru Anggad Dev Ji, (3) Sri Guru Amardas Ji, (4) Sri Guru Raamdas Ji, (5) Sri Guru Arjan Dev Ji, (6) Sri Guru Hargobind Sahib Ji, (7) Sri Guru Har Rai Ji, (8) Sri Guru Har Krishan Sahib Ji, (9) Sri Guru Tegh Bahadur Sahib Ji, (10) Sri Guru Gobind Singh Ji. 14 20 orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi (ibid: 376-378). Emosi keagamaan yang mendorong tindakan-tindakan yang bersifat religi ini tampak pada upacara Pahila Parkas Dihara dalam pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji yang dilantunkan secara musikal atau yang mengandung kombinasi nada, ritem dan dinamika yang dilakukan masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. Sistem religi juga mempunyai tiga unsur penting lain, yaitu: (1) sistem keyakinan, (2) sistem upacara keagamaan, dan (3) suatu umat yang menganut religi atau komunitasnya. Setidaknya ada dua belas15 unsur atau kegiatan yang dilakukan dalam upacara, walaupun tidak semua agama menganggap ada yang penting sekali untuk dilakukan dalam unsur upacara tersebut. Upacara Pahila Parkas Dihara merupakan upacara penobatan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji sebagai Guru terakhir bagi umat Sikh, setelah guru kesepuluh Sri Guru Gobind Singh Ji menyatakan bahwa tidak ada lagi guru yang datang dalam bentuk manusia. Di dalam upacara ini dilakukan pembacaan atau pengajian Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji. Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji merupakan Kitab suci masyarakat Sikh yang berisi tentang ajaran-ajaran Guru masyarakat Sikh. Upacara Pahila Parkas Dihara diawali dengan pembacaan Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 yang merupakan hymne atau nyanyian pujian kepada Waheguru (Tuhan) yang diambil dan dipilih dari Kitab yang mempunyai makna 15 (1) bersaji, (2) berkorban, (3) berdoa, (4) makan bersama makanan yang telah disucikan dengan doa, (5) menari tarian suci, (6) menyanyi nyanyian suci, (7) berprosesi atau berpawai, (8) memainkan seni drama suci, (9) berpuasa, (10) intoksikasi atau mengaburkan pikiran dengan makan obat bius untuk mencapai trance, mabuk, (11) bertapa, (12) bersemedi (Koentjaraningrat 1980: 378). 21 untuk pembukaan suatu upacara (wawancara dengan Bhai Dalip Singh, 14 Maret 2011). Setelah itu berdoa untuk meminta keselamatan dan kesehatan seluruh umat. Meminta izin kepada Tuhan untuk kelancaran dalam membaca Kitab atau pengajian dan dijauhkan dari segala halangan yang dapat menggangu kelancaran seluruh upacara. Setelah doa dilakukan, barulah dimulai pembacaan atau pengajian Kitab. Di dalam pembacaan ini, lima orang Bhai Sahib (Pendeta) yang telah ditentukan atau orang yang bisa membaca aksara Punjabi membacakan Kitab sampai dengan selesai atau khatam16. Kitab yang akan dibacakan sampai selesai ini berisi 1430 halaman, yang menghabiskan waktu tiga hari dua malam untuk menyelesaikannya. Pembacaan ini tidak boleh dilakukan dengan putus-putus, tetapi harus dibacakan secara berkelanjutan. Masing-masing Pendeta membacakan Kitab dua jam per orang, begitu seterusnya sampai dengan selesai. Setelah pembacaan atau pengajian Kitab diselesaikan, dilanjutkan dengan nyanyian puji-pujian yang dilantunkan oleh siapa saja yang ingin bernyanyi. Nyanyian puji-pujian ini diiringi oleh alat musik seperti harmonium, tabla, dholak dan rebana. Dalam upacara Pahila Parkas Dihara ini, setiap alat musik yang ada tidak boleh dimainkan saat pembacaan Kitab karena pembacaan Kitab dianggap suci dan tidak ada yang boleh mengganggu konsentrasi Pendeta yang membacakan maupun jemaat yang ada. Selain itu, agar setiap ajaran-ajaran Guru bisa didengar semua jemaat yang hadir. Semua kegiatan bernyanyi boleh dilakukan setelah Kitab benar-benar selesai dibacakan. Dan kegiatan menyanyi ini juga membawakan ayat-ayat yang berasal dari Kitab tersebut. 16 Istilah ini biasanya dipakai untuk menyebutkan pembacaan Alquran sampai tamat atau selesai, yaitu “khatam Quran”. 22 Setelah kegiatan bernyanyi selesai dilakukan, maka selanjutnya adalah doa penutupan. Doa ini berisi tentang permohonan maaf kepada Tuhan, apabila selama upacara berlangsung ada kesalahan-kesalahan yang terjadi. Selain itu, juga berisi tentang penutupan seluruh rangkaian acara yang telah dilaksanakan dari awal sampai pada akhirnya. Upacara ini dilakukan setiap tahunnya pada bulan Agustus atau September berdasarkan penanggalan agama Sikh sendiri yang disebut dengan jantri. Upacara yang dibahas dalam tulisan ini dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus, 1 dan 2 September 2010. Tempat upacara dilaksanakan di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. Benda dan peralatan upacara Pahila Parkas Dihara terdiri dari: pendupaan, Kitab, sound system, peralatan musik (harmonium, tabla, dholak dan rebana) dan lain sebagainya. Pelaku dan pemimpin ialah Bhai Sahib (Pendeta). Berdasarkan wawancara dengan Bhai Dalip Singh, melodi yang dilantunkan setiap Pendeta memiliki ciri khas masing-masing atau tidak sama satu dengan lainnya. Melodi yang dilantunkan berasal dari perasaan atau pembawaan masing-masing pribadi, sehingga tidak ada suatu ketentuan khusus dalam melantunkannya. Pada umumnya melodi yang dimainkan tetap atau berulangulang, sedangkan teksnya berubah. Ini disebut juga dengan pola strophic. Atau dengan kata lain, pembacaan Kitab ini adalah nyanyian yang lebih mementingkan kata-kata daripada melodi atau disebut dengan logogenic. Hal ini dapat dilihat dari kata-kata yang terus berubah tetapi dengan melodi yang berulang-ulang. Berdasarkan penjelasan-penjelasan yang dituturkan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang upacara Pahila Parkas Dihara ini beserta komponen-komponen pendukung upacara yang akan difokuskan pada 23 pembacaan Kitab dalam upacara Pahila Parkas Dihara masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. Penelitian ini akan dibuat ke dalam karya tulis ilmiah dengan judul: Studi Analisis Musikal dan Tekstual Pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji pada Upacara Pahila Parkas Dihara Masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Kota Tebing Tinggi. 1.2 Pokok Permasalahan Dalam penulisan skripsi ini, penulis membuat batasan masalah untuk menghindari ruang lingkup pembahasan yang meluas. Selain itu, batasan masalah juga berguna untuk memfokuskan pokok pembahasan dalam tulisan ini. Adapun yang menjadi pokok permasalahan dalam tulisan ini adalah: 1. Bagaimana deskripsi atau gambaran jalannya upacara Pahila Parkas Dihara dan komponen-komponen upacara Pahila Parkas Dihara pada masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi? 2. Bagaimana analisis musikal dan tekstual pembacaan Kitab yang disajikan pada upacara Pahila Parkas Dihara masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan penulisan skripsi adalah sebagai berikut: 1. Memperoleh deskripsi jalannya upacara Pahila Parkas Dihara pada masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. 24 2. Memperoleh analisis musikal dan tekstual pembacaan Kitab pada upacara Pahila Parkas Dihara pada masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. 1.3.2 Manfaat Penelitian Sedangkan manfaat penelitian ini adalah: 1. Memberikan informasi tentang jalannya upacara Pahila Parkas Dihara pada masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. 2. Sebagai salah satu referensi ilmiah yang dapat memberikan suatu kajian musikologis suatu upacara religi yang mengandung unsur-unsur musikal kepada disiplin ilmu Etnomusikologi khususnya, dan ilmu pengetahuan pada umumnya. 3. Sebagai salah satu bahan referensi dan acuan bagi peneliti berikutnya yang memiliki keterkaitan dengan topik penelitian. 4. Memperluas pengetahuan dan wawasan penulis dalam mengaplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa studi di jurusan Etnomusikologi. 1.4 Konsep dan Teori 1.4.1 Konsep Menurut Melly G. Tan (dalam Koentjaraningrat 1990: 21), konsep merupakan defenisi dari apa yang kita amati, konsep menentukan antara variabelvariabel mana yang kita inginkan untuk menentukan hubungan empiris. Maka dari itu, penulis akan memaparkan beberapa konsep yang berhubungan dengan tulisan ini. 25 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua (1995: 37), analisis adalah penguraian suatu pokok permasalahan atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu sendiri serta hubungan antarbagian untuk memperoleh pengertian yang tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Dengan demikian, kata analisis dalam penulisan ini berarti hasil analisa objek penelitian. Adapun yang menjadi objek penelitian yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah upacara Pahila Parkas Dihara pada masyarakat Sikh dan pokok pembahasan difokuskan pada pembacaan Kitab yang disajikan secara musikal serta makna teks yang terdapat di dalamnya. Musik adalah kejadian bunyi atau suara dapat dipandang dan dipelajari jika mempunyai kombinasi nada, ritem dan dinamika sebagai komunikasi secara emosi estetika atau fungsional dalam suatu kebiasaan atau tidak berhubungan dengan bahasa (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 817). Dari pengertian musik tersebut, dapat dipahami bahwa musikal merupakan hal yang berkenaan atau mengandung unsur musik. Pembacaan Kitab yang dilantunkan secara musikal dalam istilah Etnomusikologi adalah chanting. Dalam masyarakat Sikh pembacaan Kitab secara musikal ini dikenal dengan kirtan. Kirtan pada upacara Pahila Parkas Dihara ini, dapat penulis nyatakan sebagai bahan kajian etnomusikologi karena dalam pembacaannya mengandung unsur musikal atau dapat dikategorikan sebagai nyanyian yang di dalamnya terdapat kombinasi yang mengandung unsur nada, ritem dan dinamika. 17 Music Culture of the Pasific, the Near East and Asia karya William P. Malm tahun 1977 yang dialihbahasakan menjadi Kebudayaan Musik Pasifik, Timur Tengah dan Asia oleh Muhammad Takari, Jurusan Etnomusikologi, Fakultas Sastra, Universitas Sumatera Utara pada tahun 1993. 26 Teks adalah naskah yang berupa kata-kata asli dari pengarang, kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan, bahan tertulis untuk dasar memberikan pelajaran, berpidato dan sebagainya (Kamus Besar Bahasa Indonesia edisi kedua 1995: 1024). Dari pengertian teks tersebut, maka tekstual merupakan hal yang berhubungan atau berkaitan dengan teks. Sesuai dengan tulisan ini, maka pengertian teks yang dipakai adalah kutipan dari Kitab suci untuk pangkal ajaran atau alasan yang kemudian akan dianalisa makna yang terkandung dalam teks tersebut. Pengertian masyarakat (society dalam Bahasa Inggris) dalam Oxford Advanced Learner’s Dictionary sixth edition (2000: 1226) adalah: “(1) people in general, living together in communities; (2) a particular community of people who share the same customs, laws, etc; (3) a group of people who join together for a particular purpose; (4) the group of people in a country who are fashionable, rich and powerful; (5) the state of being with other people” (orang-orang yang secara umum hidup bersama dalam komunitas; sebuah komunitas khusus oleh orang-orang yang berbagi dalam adat istiadat yang sama, norma-norma yang sama dan sebagainya; sekelompok orang-orang yang saling terikat untuk tujuan khusus; sekelompok orang-orang dalam satu negara yang modern, kaya dan berkuasa; tempat di mana tinggal dengan orang lain). Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat adalah sekelompok orang-orang yang tergabung dalam satu komunitas yang mempunyai kebiasaan atau adat istiadat yang sama, norma-norma yang sama, kepentingan atau tujuan yang sama, dan banyak persamaan lain yang saling terikat satu dengan yang lain. 27 Kata Sikh yang dalam bahasa Punjabi: ਿਸੱ ਖ, berasal dari bahasa Sansekerta yaitu śiṣya yang berarti “murid, mahasiswa” atau śikṣa yang berarti “pelajaran”. Menurut pasal I dari “Rehat Maryada“ (norma dan ketentuan tingkah laku dalam Sikh), seorang Sikh didefinisikan sebagai “setiap manusia yang setia percaya pada Yang Kekal; Kesepuluh Guru, dari Sri Guru Nanak Dev sampai Sri Guru Gobind Singh; Sri Guru Granth Sahib, ucapan-ucapan dan ajaran dari sepuluh Guru dan baptisan yang diwariskan oleh Guru kesepuluh, dan yang tidak berutang setia kepada agama lain”. Di antara perpindahan atau migrasi orang-orang Sikh, ada perbedaan pendapat yang meningkat tentang apa arti menjadi seorang Sikh terutama dalam pengertian sebuah bangsa, dan kelompok etnis-agama (www.wikipedia.com). Berdasarkan hasil wawancara dengan Bhai Dalip Singh (27 Juli 2010), kata Sikh berarti “belajar terus-menerus”, hidup dalam kesederhanaan dan percaya hanya kepada satu Tuhan yang disebut dengan Waheguru. Pahila Parkas Dihara adalah upacara penobatan Kitab sebagai Guru terakhir bagi umat Sikh, setelah guru kesepuluh Sri Guru Gobind Singh Ji menyatakan bahwa tidak ada lagi guru yang datang dalam bentuk manusia. Maka dari itu, untuk datang menyembah kepada Tuhan, umat Sikh melakukan sembahyang dengan menggunakan guru terakhir yaitu Kitab yang berisi tentang ajaran-ajaran guru terdahulu. Di dalam upacara ini dilakukan pembacaan atau pengajian Kitab sampai selesai atau tamat. 1.4.2 Teori 28 Teori adalah sarana pokok untuk menyatakan hubungan sistematik dalam gejala sosial maupun natura yang ingin diteliti. Teori merupakan abstraksi dari pengertian atau hubungan dari proporsi atau dalil. Menurut Kerlinger (1973) teori adalah sebuah set konsep atau construct yang berhubungan satu dengan lainnya, suatu set dari proporsi yang mengandung suatu pandangan sistematis dari fenomena (Moh. Nazir 1988: 21). Untuk itu, penulis menggunakan teori sebagai landasan untuk membahas dan menjawab pokok permasalahan yang ada. Untuk menganalisa struktur musik dalam pembacaan Kitab yang dilantunkan secara musikal, penulis menggunakan teori weighted scale (bobot tangga nada) yang dikemukakan oleh William P. Malm. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada, (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada, (4) jumlah nada, (5) jumlah interval, (6) pola kadensa, (7) formula melodik, dan (8) kontur (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 13). Dalam menganalisa teks-teks dalam pembacaan Kitab, penulis menggunakan teori William P. Malm. Ia menyatakan bahwa dalam musik vokal, hal sangat penting diperhatikan adalah hubungan antara musik dengan teksnya. Apabila setiap nada dipakai untuk setiap silabel atau suku kata, gaya ini disebut silabis. Sebaliknya bila satu suku kata dinyanyikan dengan beberapa nada disebut melismatik. Studi tentang teks juga memberikan kesempatan untuk menemukan hugungan antara aksen dalam bahasa dengan aksen pada musik, serta sangat membantu melihat reaksi musikal bagi sebuah kata yang dianggap penting dan pewarnaan kata-kata dalam puisi (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 15). Transkripsi dalam Etnomusikologi merupakan suatu proses penotasian bunyi menjadi simbol-simbol yang dapat dilihat atau diamati, dan simbol-simbol 29 tersebut disebut dengan notasi. Dalam melakukan transkripsi, penulis berpedoman pada teori yang dinyatakan oleh Charles Seeger tentang notasi perskriptif dan notasi deskriptif yang didapat penulis selama mengikuti perkuliahan di Etnomusikologi. (1) notasi perskriptif adalah notasi yang bertujuan sebagai petunjuk atau suatu alat untuk membantu mengingat bagi seorang penyaji bagaimana ia harus menyajikan sebuah komposisi musik, (2) notasi deskriptif adalah notasi yang dimaksudkan untuk menyampaikan kepada pembaca tentang ciri-ciri atau detail-detail komposisi musik yang belum diketahui oleh pembaca18. Sesuai dengan tulisan ini, maka penulis akan menggunakan notasi deskriptif sebagai notasi yang dipakai untuk menyampaikan pesan yang terdapat dalam upacara Pahila Parkas Dihara. 1.5 Metode Penelitian Metode ilmiah adalah segala jalan atau cara dalam rangka ilmu tersebut, untuk sampai kepada kesatuan pengetahuan (Koentjaraningrat 1980: 41). Sedangkan penelitian adalah penyelidikan yang hati-hati dan kritis dalam mencari fakta dan prinsip-prinsip; suatu penyelidikan yang amat cerdik untuk menetapkan sesuatu (menurut kamus Webster’s New International dalam Moh. Nazir 1988: 13). Jadi, metode penelitian adalah cara kerja yang dipakai untuk menyelidiki fakta atau kenyataan yang ada dalam rangka memahami objek penelitian yang bersangkutan. Dalam melakukan penelitian, penulis menggunakan metode pendekatan kualitatif yang mengutamakan kualitas data. Teknik pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah: 18 Materi kuliah dalam mata kuliah Transkripsi/ Analisa I pada tanggal 29 Januari 2009. 30 1.5.1 Studi Kepustakaan Hal pertama yang penulis lakukan adalah melakukan studi kepustakaan dengan cara mempelajari tulisan-tulisan yang berhubungan dengan objek pembahasan. Penulis mencari dan mengumpulkan informasi dan referensi dari skripsi yang ada di Departemen Etnomusikologi maupun dari Departemen Antropologi. Selain mempelajari bahan-bahan yang diperoleh dari skripsi yang telah ada, penulis juga mempelajari bahan lain seperti buku dan artikel. Penulis juga sangat terbantu dengan adanya kemajuan internet yang sangat cepat saat ini, yang bisa menyediakan banyak informasi apa saja yang kita inginkan dalam waktu singkat. Dengan melakukan penelusuran data online di situs www.google.com, penulis mendapat banyak anjuran-anjuran situs lain seperti www.wikipedia.com, repository USU, dokumen PDF, dan lain-lain. Semua informasi dan data yang didapat baik melalui skripsi, buku, artikel dan internet membantu penulis untuk mempelajari dan membandingkannya demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. 1.5.2 Penelitian Lapangan Penelitian lapangan adalah semua kegiatan yang dilakukan penulis berkaitan dengan pengumpulan data di lapangan yang terdiri dari observasi, wawancara dan perekaman. 1. Observasi Pengumpulan data dengan cara observasi adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan. Metode observasi menggunakan kerja pancaindera mata sebagai 31 alat bantu utamanya selain pancaindera lainnya seperti telinga, penciuman, mulut dan kulit (Burhan Bungin 2007: 115). Observasi yang dilakukan oleh penulis bertujuan untuk mengetahui langsung detail upacara Pahila Parkas Dihara serta mengetahui pembacaan Kitab dalam upacara Pahila Parkas Dihara masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. Selain melakukan pengamatan langsung dalam upacara Pahila Parkas Dihara, penulis juga menjalin komunikasi dan persahabatan dengan pelaku upacara lainnya yang adalah masyarakat Sikh itu sendiri. 2. Wawancara Wawancara adalah salah satu metode yang dipakai untuk memperoleh data yang tidak didapat melalui observasi. “Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara si penanya atau pewawancara dengan si penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide atau panduan wawancara (Moh. Nazir 1988: 234). “ Lebih lanjut M. Sitorus (2003: 32-33) menjelaskan tentang bentuk-bentuk wawancara. “Format pertanyaan yang digunakan pada pedoman wawancara pada dasarnya sama dengan format pertanyaan kuesioner, yaitu berstruktur, tidak berstruktur, atau kombinasi keduanya. Bila ditinjau dari segi pelaksanaannya, wawancara berstruktur disebut juga wawancara terpimpin karena pewawancara telah membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci. Sebaliknya, wawancara tidak berstuktur disebut wawancara bebas karena pewawancaranya bebas menanyakan apa saja. Selain itu dikenal wawancara bebas terpimpin yaitu kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Di sini, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan.” Metode wawancara yang digunakan penulis dalam pengumpulan data adalah wawancara berstruktur, tidak berstruktur, dan kombinasi keduanya. Langkah awal yang penulis lakukan adalah menyiapkan dan menyusun sejumlah pertanyaan yang terperinci sebelum bertemu dengan informan. Kenyataan di 32 lapangan yang dihadapi penulis adalah sering kali pertanyaan-pertanyaan lain juga muncul selain dari pertanyaan yang sudah disiapkan sebelumnya akibat dari percakapan yang berkembang dari pertanyaan yang sudah disediakan dan rasa ingin tahu yang tinggi. Dalam wawancara selanjutnya, penulis menggunakan wawancara kombinasi dengan menyiapkan pedoman yang merupakan garis besar tentang hal yang akan ditanyakan. Dalam penelitian ini penulis menentukan Bhai Dalip Singh sebagai informan kunci karena beliau adalah pemimpin upacara Pahila Parkas Dihara sekaligus pendeta di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar. Penulis juga menentukan Bapak Mahadip Singh selaku Sekretaris Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar sebagai informan pangkal yang memberikan informasi tentang informan kunci. Selain itu penulis juga mewawancarai pemain musik, dan beberapa jemaat yang hadir. Penulis menyadari keterbatasan untuk mengingat setiap percakapan dengan para informan yang ditemui, untuk itu penulis memakai alat rekam MP4 player merk ADVANCE DIGITALS untuk merekam percakapan yang terjadi antara penulis dan informan. 3. Perekaman atau dokumentasi Untuk mendokumentasikan data yang berhubungan dengan upacara Pahila Parkas Dihara dan pembacaan Kitab, penulis menggunakan kamera digital dan handycam sebagai media rekam. Adapun spesifikasi kamera digital yang digunakan adalah merk Canon PowerShot A1100 IS, sedangkan spesifikasi handycam yang digunakan adalah merk Sony Handycam CMOS Carl Zeiss VarioSonnar T* dengan menggunakan kaset Sony Mini DVD. 33 1.5.3 Kerja Laboratorium Keseluruhan informasi dan bahan yang dikumpulkan dan diperoleh dari studi kepustakaan dan hasil penelitian lapangan kemudian diolah, diseleksi, dan disaring dalam kerja laboratorium untuk dijadikan data sesuai dengan objek penelitian untuk penulisan skripsi. Data yang dipergunakan untuk penulisan skripsi ini adalah data-data yang sesuai dengan kriteria disiplin ilmu Etnomusikologi. Setelah data dikumpulkan, proses selanjutnya adalah menganalisis data. Menurut Burhan Bungin (2007: 153), ada dua hal yang ingin dicapai dalam analisis data kualitatif, yaitu: (1) menganalisis proses berlangsungnya suatu fenomena sosial dan memperoleh suatu gambaran yang tuntas terhadap proses tersebut; dan (2) menganalisis makna yang ada dibalik informasi, data, dan proses suatu fenomena sosial tersebut. Dengan menggunakan cara analisis ini, hasil penelitian akan diungkapkan secara deskriptif berdasarkan data-data yang diperoleh. Analisis kualitatif yang digunakan oleh penulis, dipakai untuk membahas komponen pendukung upacara Pahila Parkas Dihara pada masyarakat Sikh di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar. Komponen pendukung tersebut adalah pemimpin upacara Pahila Parkas Dihara, pembacaan Kitab secara musikal saat upacara berlangsung, dan masyarakat Sikh yang ada di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi. Secara Etnomusikologis, penulis juga akan mentranskripsikan dan menganalisis struktur pembacaan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji dengan menggunakan teori weighted scale. 1.6 Lokasi Penelitian 34 Lokasi penelitian terletak di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Jalan Tuanku Imam Bonjol No. 18 Tebing Tinggi. Alasan memilih lokasi tersebut karena semua Gurdwara yang ada di Sumatera Utara saling berbagi upacara atau hari raya keagamaan masyarakat Sikh. Jadi, Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi mendapat bagian menjalankan upacara Pahila Parkas Dihara yang diadakan setiap tahunnya. 35 BAB II IDENTIFIKASI MASYARAKAT SIKH DI TEBING TINGGI 2.1 Gambaran Umum Kota Tebing Tinggi 2.1.1 Letak Geografis Kota Tebing Tinggi Kota Tebing Tinggi adalah salah satu dari delapan kota yang ada di Provinsi Sumatera Utara dengan ibukota Tebing Tinggi. Secara geografis Kota Tebing Tinggi terletak antara 3°19’-3°21’ Lintang Utara dan 98°11’-98°21’ Bujur Timur. Di sebelah Utara, Tebing Tinggi berbatasan dengan PTPN III Kebun Rambutan. Di sebelah Selatan berbatasan dengan PTPN IV Kebun Pabatu dan Perkebunan Paya Pinang. Di sebelah Timur berbatasan dengan PT. Socfindo Tanah Besi dan PTPN III Kebun Rambutan. Dan di sebelah Barat berbatasan dengan PTPN III Kebun Gunung Pamela. Kota ini memiliki keunikan karena berada di bagian tengah Kabupaten Serdang Bedagai, dengan kata lain seluruh wilayahnya dikelilingi atau berbatasan dengan Kabupaten Serdang Bedagai. 2.1.2 Iklim Kota Tebing Tinggi mempunyai iklim tropis. Wilayahnya memiliki ketinggian antara 26-34 meter di atas permukaan laut. Temperatur di daerah ini berkisar antara 25°-27° Celsius. Tebing Tinggi mengalami dua musim, yaitu musim kemarau dan penghujan. Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai September, dan musim penghujan biasanya terjadi pada bulan November sampai Maret. Kedua musim tersebut dikelilingi oleh musim pancaroba19. 19 Pancaroba adalah peralihan musim (ditandai oleh keadaan udara tidak menentu, banyak angin besar, dan sebagainya); peralihan antara musim kemarau dan musim hujan (KBBI 1995: 721). 36 2.1.3 Luas Wilayah Luas wilayah Kota Tebing Tinggi adalah 3.843,8 hektar atau 38,438 km2 yang dilintasi oleh empat aliran sungai besar dan kecil, yaitu Sungai Padang, Bahilang, Kalembah dan Sibarau. Berdasarkan BPS Kota Tebing Tinggi tahun 2007 bahwa sebagian besar wilayah Kota Tebing Tinggi digunakan untuk permukiman (35,80%), lahan pertanian (51,10%), dan sarana sosial ekonomi dan budaya (6,22%), dan selebihnya dipergunakan untuk industri, semak belukar dan lainnya. 2.1.4 Demografi Jumlah penduduk Kota Tebing Tinggi tahun 2010 berdasarkan Hasil Sensus Penduduk adalah sebanyak 145.180 jiwa. Terdiri dari 71.845 laki-laki dan 73.335 perempuan. Dari hasil sensus tersebut, dapat disimpulkan persentase penduduk berdasarkan tingkat kecamatan sebagai berikut: Kecamatan Bajenis sebesar 22,79%, Kecamatan Rambutan sebesar 21,62%, Kecamatan Padang Hilir sebesar 20,62%, Kecamatan Padang Hulu sebesar 18,43%, dan Kecamatan Tebing Tinggi Kota sebesar 16,54%. Agama Islam Katholik Protestan Hindu Buddha Lainnya Total Jumlah 96.824 jiwa 2.228 jiwa 14.328 jiwa 261 jiwa 11.213 jiwa 125 jiwa 124.979 jiwa Persentase 77,47% 1,78% 11,46% 0,21% 8,97% 0,10% 100% Sumber: BPS Tebing Tinggi Tabel 2.1 Jumlah dan Persentase Penduduk Berdasarkan Agama 37 Kecamatan Padang Hulu Tebing Tinggi Kota Rambutan Bajenis Padang Hilir Total Laki-laki 13,180% 11,717% 15,442% 16,467% 15,039% 71,845% Perempuan Laki-laki + Perempuan Sex Ratio 13,582% 26,762% 97% 12,303% 24,020% 95% 15,939% 31,381% 97% 16,620% 33,087% 99% 14,891% 29,930% 101% 73,335% 145,180% 98% Sumber: BPS Tebing Tinggi Tabel 2.2 Persentase Jumlah Penduduk Berdasarkan Kecamatan dan Jenis Kelamin Tahun 2010 2.1.5 Wilayah Administrasi Pemerintahan Secara administratif Kota Tebing Tinggi dibagi menjadi lima kecamatan dengan tiga puluh lima kelurahan. No 1 Kecamatan Luas Wilayah (ha) Rambutan 593,50 2 Padang Hulu 851,10 3 Padang Hilir 1.144,10 4 Bajenis 907,80 5 Tebing Tinggi Kota 347,30 38 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 1. Kelurahan Rantau Laban Sri Padang Karya Jaya Lalang Tanjung Marulak Tanjung Marulak Hilir Mekar Sentosa Pabatu Lubuk Baru Persiakan Bandarsono Tualang Lubuk Raya Padang Merbau Bagelen Tebing Tinggi Tambangan Satria Deblod Sundoro Damar Sari Tambangan Hulu Bulian Pelita Durian Bandar Saku Teluk Karang Pinang Mancung Berohol Mandailing 2. 3. 4. 5. 6. 7. Total 3.843,80 Pasar Gambir Rambung Tebing Tinggi Lama Pasar Baru Badak Bejuang Bandar Utama 35 Sumber: BPS Tebing Tinggi Tabel 2.3 Kecamatan Berdasarkan Luas dan Jumlah Kelurahan 2.2 Asal Usul Lahirnya Agama Sikh Setelah agama Buddha mengalami kemerosotan di India, status Buddha dan Budhisattvas menjadi sangat biasa. Saat agama Buddha keluar dari India, masyarakat Hindu membuat dewa dan dewi mereka sendiri dan mulai menyembah patung-patung mereka. Pendeta Hindu sudah berabad-abad membuat diri sendiri menjadi penjaga agama dan ajarannya, telah mengurangi agama menjadi sebuah ejekan dengan melakukan upacara dan ritual dan upacara takhayul tanpa arti dan makna. Kemudian terjadi penolakan yang dilakukan masyarakat Hindu akibat sistem kasta yang berlaku tidak adil. Kasta Brahmana yang menjadi kasta tertinggi mendapat hak istimewa karena hanya kasta tersebutlah yang bisa mengerti bukubuku keagamaan yang kebanyakan ditulis dalam bahasa Sansekerta dan bahasa tersebut tidak dipakai masyarakat umum. Kondisi Hindu India seperti itu ketika penyerbu Muslim mulai masuk dalam jumlah besar satu demi satu. Untuk penyerbu Muslim, dari Mahmood Gazni pada abad kesebelas sampai ke Moghul pada abad keenambelas (bersamaan dengan Guru Nanak), Punjab selalu menjadi pintu gerbang India. Semua penyerbu Muslim membunuh pria, wanita dan anak-anak tanpa belas kasihan, menjarah 39 rumah mereka, menodai dan menghancurkan kuil mereka dan merampok kekayaan kuilnya. Orang-orang Hindu masuk agama Islam dalam keadaan hampir terbunuh. Para bangsawan, pelajar, sufi, penyair dan ahli filsafat yang juga datang bersama penyerbu ini, menetap di berbagai bagian di India, dan mereka meletakkan fondasi budaya Indo-Muslim di negara ini. Masa ini disebut dengan Kalyug yang berarti masa kegelapan atau masa kepalsuan. Orang-orang menjadi bodoh bukan dalam posisi membedakan antara kebenaran dan kepalsuan. Mereka yang mengaku sebagai dermawan melakukan penimbunan kekayaan dengan cara penipuan. Cinta antara pria dan wanita didasarkan pada uang, mereka bertemu dalam kesenangan dan berangkat dalam keinginan. Hal ini dipercaya bahwa kapan pun Kebenaran menghilang dari dunia ini dan Kepalsuan menggantikannya, ada panggilan dari surga untuk mengembalikan perdamaian dan keadilan di bumi. Untunglah urga mendengarkan tangisan dan doa-doa yang tertindas dan muncullah Penyelamat Kemanusiaan, Nabi Kedamaian, Sumber Cinta Kasih Surga dan Lautan Kebaikan dalam nama Guru Nanak, penemu agama Sikh. Pada tahun 1469, Guru Nanak lahir dari pasangan Mehta Kalu dan Mata Tripta. Semasa kecilnya, Guru Nanak sudah menunjukkan bahwa dia berbeda dari anak-anak lainnya. Pada umur tujuh tahun, Guru Nanak sudah bisa menuliskan arti setiap huruf dari alphabet. Ini merupakan Pesan Ilahi yang dikirim melalui Guru Nanak. Ini merupakan penjelasan kebenaran lebih dalam tentang manusia dan Tuhan dan cara untuk menyadari Tuhan dalam pengertian dari alphabet (Sikh Religion 1990: 14). Hal itu terus berlangsung sampai dia menjadi dewasa. 40 Pada abad keenambelas di Punjab, agama Sikh muncul dan berkembang yang dipelopori oleh Guru Nanak. Pada saat itu keadaan dunia sangat kacau dan di India sendiri terjadi kekacauan yang dikenal dengan masa Kalyug. Guru Nanak yang sejak kecil mendapatkan ilham dari Tuhan membentuk satu kepercayaan baru yang bertolak belakang dengan keadaan dunia saat itu. Agama Sikh percaya hanya kepada satu Tuhan saja yang disebut Waheguru dan kepercayaan kepada satu Tuhan ini nampak jelas dalam kalimat pembuka Sri Guru Granth Sahib Ji yaitu: ੴ (Ik Onkar) yang artinya Satu Tuhan. Agama Sikh juga menganggap tidak ada perbedaan antara satu manusia dengan manusia lainnya, semuanya adalah sama atau dengan kata lain agama Sikh tidak mengenal pembagian kasta. Kemudian pada tahun 1699, Guru kesepuluh yaitu Guru Gobind Singh Ji mengumpulkan ratusan orang di Anandpur Sahib dan membentuk Khalsa. Dan peristiwa inilah yang dijadikan sebagai hari Vaisakhi bagi masyarakat Sikh. Vaisakhi ini merupakan peringatan sebagai hari lahir atau hari jadi agama Sikh yang diperingati pada bulan April sekitar tanggal tiga belas. Gambar 2.2 Peta Daerah Punjab 41 2.2 Kedatangan Agama Sikh di Tebing Tinggi Telah diketahui bahwa sejak perkebunan tembakau dibuka (1863) di Sumatera Utara oleh Jacobus Nienhys, buruh dari Cina, India, dan Pulau Jawa didatangkan dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja di berbagai wilayah di Sumatera Utara. Orang-orang Sikh yang bekerja di perkebunan pada umumnya bekerja sebagai pengawas dan pengantar surat di perkebunan, serta memelihara ternak sapi. Selain mereka yang didatangkan sebagai kuli, migran lain pun terus berdatangan untuk tujuan berdagang dan mengisi berbagai lowongan pekerjaan yang tersedia (Zulkifli Lubis 2005). Gelombang kedatangan buruh perkebunan inilah yang membawa masyarakat Sikh, agama dan kebudayaannya masuk ke daerah Tanah Deli yang salah satunya adalah Tebing Tinggi. Gelombang selanjutnya datang ketika tentara Sekutu dari divisi ke-26 masuk ke wilayah Sumatera Utara pada tanggal 10 Oktober sampai 5 November 1945 melalui Belawan. Mereka datang untuk mengadakan perlawanan kepada laskar-laskar rakyat Indonesia di front Medan Area. Divisi itu sepenuhnya terdiri dari bangsa India dan pada 5 Januari 1946 ditambah lagi beberapa resimen yang didatangkan langsung dari India (Tengku Luckman Sinar 2008: 13). Dan berdasarkan wawancara dengan Bhai Dalip Singh, menyebutkan bahwa orang-orang Sikh yang bergabung dengan tentara Sekutu tiba di Tebing Tinggi. Kemudian mereka berinisiatif mendirikan tempat beribadah yang dekat dengan stasiun kereta api yang menjadi jalur transportasi mereka. Sehingga tentara-tentara lain yang terus berdatangan dapat melakukan ibadah di Gurdwara tersebut. 42 Setelah perang dan perlawanan usai, sebagian orang Sikh kembali ke India dan sebagian lagi memilih untuk menetap dan menjadi warga negara Indonesia. Mereka menyebar dan mencari nafkah di berbagai tempat. 2.4 Keberadaan Agama Sikh di Tebing Tinggi 2.4.1 Populasi Masyarakat Penganut Sikh Menurut A. Mani (1980) dalam tulisan Zulkifli Lubis menyatakan bahwa orang-orang Sikh sudah ada di Sumatera Utara sejak awal perkebunan tembakau dibuka. Mereka biasanya datang ke Deli untuk beberapa tahun dan kembali ke India untuk menikah, lalu kembali lagi ke Sumatera Utara membawa serta istrinya. Dan Tengku Luckman Sinar (1991:77) menyatakan bahwa dalam tahun 1930 sudah lebih dari 5000 masyarakat Sikh tersebar di Sumatera Utara. Menurut Bhai Dalip Singh, populasi atau jumlah penganut Sikh di Tebing Tinggi saat ini adalah sebanyak tujuh keluarga. Pada mulanya kedatangan orangorang Sikh ke Tebing Tinggi berjumlah banyak, hal ini dibuktikan dengan didirikannya Gurdwara di Tebing Tinggi dan adanya gambar yang menunjukkan populasi mereka yang banyak. Tetapi karena banyak yang tidak menetap tinggal atau kembali ke India dan ada juga yang pindah ke tempat lain, menyebabkan populasi mereka saat ini menjadi berkurang. 43 Sumber: Gurdwara Tebing Tinggi Gambar 2.3 Orang-orang Sikh pada Permulaan Kedatangan 2.4.2 Sistem Kekerabatan Masyarakat Sikh menganut sistem kekerabatan patrilineal, yang artinya garis keturunan ditentukan melalui seorang laki-laki atau seorang ayah. Misalnya seorang laki-laki bermarga Sandhu menikah seorang perempuan bermarga Dhillon, maka anaknya laki-laki atau perempuan akan memiliki marga ayahnya yaitu Sandhu. Untuk lebih jelasnya, lihat skema berikut: ♂ ♀ (A. Sandhu) (B. Dhillon) ♂ ♀ (C. Sandhu) (D. Sandhu) ♂ (E. Sandhu) Skema 2.1 Sistem Keturunan Patrilineal Sikh 44 Masyarakat Sikh dapat dikenali dari ciri khas namanya. Setiap laki-laki, diberi gelar ‘Singh’ di belakang namanya, contoh: X. Singh Sandhu. Dan untuk perempuan diberi gelar ‘Kaur’ di belakang namanya, contoh: X. Kaur Dhillon. Berikut merupakan beberapa contoh marga yang ada pada masyarakat Sikh: Sandhu, Gill, Dhillon, Siwia, Senggah, Sidhu, Sekhon, Maan, Dieol, Sran, dan lain-lain. 2.4.3 Sistem Mata Pencaharian Sejak awal perkebunan dibuka oleh kolonial Belanda, orang-orang Sikh pada umumnya bekerja sebagai pengawas dan pengantar surat di perkebunan, sebagai petugas jaga malam, pengawal dan memelihara ternak sapi. Pada masa saat ini, untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, masyarakat Sikh di berbagai tempat secara umum memiliki mata pencaharian yang hampir sama. Sistem mata pencaharian masyarakat Sikh dikenal dengan sebutan ‘S4’, yaitu: sekolah, susu, sport, dan supir. Sekolah artinya menjadi seorang guru dengan menempuh pendidikan yang tinggi, kebanyakan dari mereka menjadi guru Bahasa Inggris. Susu artinya menjadi seorang peternak sapi atau lembu yang sejak dulu susu perahannya sudah dikenal banyak orang. Sport artinya membuka toko sport yang menjual semua peralatan olahraga. Supir artinya menjadi seorang supir (Wawancara dengan Bhai Dalip Singh). 2.4.4 Sistem Bahasa Bahasa yang dipakai oleh masyrakat Sikh adalah bahasa Punjabi dan memakai aksara atau alphabet Gurmukhi. Kata ‘Gurmukhi’ secara harafiah berarti dari mulut Guru. Gurmukhi memiliki beberapa persamaan dengan tulisan India lama, tetapi Gurmukhi memiliki tiga puluh lima huruf dan modifikasi huruf vokal yang dibakukan oleh Guru Anggad. Daripada menggunakan huruf Hindu yaitu 45 Sansekerta, Guru Anggad memilih untuk membuat huruf baru untuk standar Sikh. Sansekerta hanya terbatas untuk kelas pendeta Hindu saja, tetapi Guru Anggad tidak percaya kalau hal itu hanya untuk kalangan atas atau terkemuka saja. Guru Anggad menghabiskan masa hidupnya mengajarkan tulisan Gurmukhi kepada orang biasa di Punjab. Gurmukhi tidak hanya dipakai oleh orang Sikh tetapi juga Hindu dan Muslim yang hidup di Punjab untuk mengatur ulang pengucapan bahasa umum, yaitu Punjabi. Seorang Sikh diharapkan membuat suatu usaha mempelajari tulisan Gurmukhi dan mengajarkannya kepada anak-anak mereka supaya dapat membaca Sri Guru Granth Sahib Ji dalam bentuk asli penulisannya (www.sikhs.org). Masyarakat Sikh ini sangat menjaga kelestarian budaya mereka, termasuk bahasa yang mereka pakai. Mereka terbiasa memakai bahasa Punjabi dalam kehidupan sehari-hari ketika berkomunikasi dengan sesama mereka. Hal ini menggambarkan ‘kekuatan dan kesatuan’ masyarakat Sikh walaupun mereka berada jauh dari negara asal dan budaya asli mereka. Hal ini juga didukung oleh kegiatan keagamaan yang dilakukan di Gurdwara, yaitu keseluruhan upacaranya selalu menggunakan bahasa Punjabi dan tulisan Gurmukhi. Hasil dari ketaatan mereka menjalankan semua perintah Guru ini adalah kebudayaan dan kegiatan keagamaan yang terpelihara dengan baik. 2.4.5 Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar 2.4.5.1 Sejarah Gurdwara Sejarah terbentuknya Gurdwara atau tempat beribadah orang Sikh sudah ada pada waktu permulaan Guru, tempat beribadah Sikh adalah dharamsala. Itu merupakan tempat bagi orang Sikh untuk berkumpul mendengarkan Guru mengajar atau menyanyikan pujian. Karena pertumbuhan populasi Sikh yang 46 bertambah, Guru Hargobind memperkenalkan kata Gurdwara yang berarti jalan masuk untuk dapat mencapai Guru. Setelah itu semua tempat beribadah Sikh dikenal sebagai Gurdwara. Ada tempat di mana Sri Guru Granth Sahib Ji ditempatkan dan diperlakukan dengan hormat yang disebut dengan Gurdwara, apakah itu sebuah ruangan dalam satu rumah yang terpisah dari bangunan. Tiga fungsi utama tersedia dalam semua Gurdwara secara umum. Pertama adalah Kirtan yang berarti nyanyian pujian dari Sri Guru Granth Sahib Ji. Kedua adalah Katha yang berarti membaca Sri Guru Granth Sahib Ji dan menjelaskannya. Fungsi utama ketiga adalah tersedianya di setiap Gurdwara sebuah Langar, yaitu sebuah komunitas dapur bebas untuk semua pengunjung dari semua agama. Bersama dengan fungsi-fungsi utama ini, Gurdwara di seluruh dunia juga melayani komunitas Sikh dalam banyak cara lain diantaranya, perpustakaan kesusasteraan Sikh, sekolah untuk mengajarkan anak-anak tentang Gurmukhi dan Kitab Sikh dan bekerja murah hati dalam komunitas atas nama Sikh (www.sikh.org). Ketika memasuki Gurdwara, satu yang diharapkan adalah melepaskan sepatu dan menutupi kepala sebagai tanda penghormatan kepada kedaulatan Sri Guru Granth Sahib Ji. Tangan dan kaki dicuci. Untuk mendekat ke Sri Guru Granth Sahib Ji, seseorang diharapkan membungkukkan diri dan menyentuh lantai sebagai tanda penghormatan selanjutnya kepada Guru Sikh yang abadi. Memberikan uang persembahan merupakan hal yang biasa dilakukan pada saat membungkuk untuk membantu memikul pengeluaran-pengeluaran demi kelangsungan Gurdwara, dan komunitas bekerja untuk menyediakan kepentingan Gurdwara. Persembahan ini merupakan sukarela bukan kewajiban. Semua orang mengabaikan status mereka dengan duduk di lantai sebagai tanda persamaan hak 47 dan Sri Guru Granth Sahib Ji ditempatkan pada tingkat yang lebih tinggi. Seseorang dapat masuk atau meninggalkan jemaat kapan pun. Laki-laki dan perempuan tidak biasa duduk bersama-sama tetapi pada bagian yang terpisah dari ruangan, keduanya berada pada jarak yang sama dari Sri Guru Granth Sahib Ji. Semua orang diharapkan berdiri menghadap kepada Sri Guru Granth Sahib Ji ketika Ardas (doa) dibacakan. Gurdwara terbuka untuk semua orang dari semua agama dan biasanya terbuka dua puluh empat jam sehari. Beberapa Gurdwara juga menyediakan akomodasi sementara untuk pengunjung atau pendatang. Di dalam Langar semua makanan dimasak dan dilayani oleh sukarelawan, makanan ini tersedia setiap waktu. Hanya makanan vegetarian yang tersedia sehingga tidak ada seorang pun yang mungkin terganggu. Dan semua orang dari semua agama dapat duduk bersama-sama untuk berbagi makanan bersama terlepas dari batasan makanan (www.sikh.org). Sedangkan sejarah terbentuknya Gurdwara yang ada di Tebing Tinggi seperti yang sudah dijelaskan sebelumya bahwa masuknya orang Sikh ke Sumatera Utara khususnya Tebing Tinggi pada permulaan pembukaan perkebunan dalam jangka waktu panjang, membuat mereka berinisiatif untuk mendirikan tempat beribadahnya. Hasrat kuat untuk dapat beribadah seperti apa yang mereka lakukan di negara mereka ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat. Ia mengatakan bahwa dalam melaksanakan aktivitas yang berhubungan dengan religi atau keagamaan, manusia didorong oleh suatu getaran jiwa, yang biasanya disebut dengan emosi keagamaan (religious emotion), yang mendorong orang melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religi (1980: 376-378). 48 Dengan berdirinya Gurdwara di Tebing Tinggi ini menunjukkan bahwa tidak ada yang dapat membatasi dan melarang masyarakat Sikh untuk melakukan kegiatan keagamaannya sekalipun mereka berada jauh dari negara asalnya, India. 2.4.5.2 Komponen-Komponen dan Denah Gurdwara Semua Gurdwara di mana pun letaknya, mempunyai komponen atau bagian-bagian di dalam Gurdwara yang sama. Untuk di ruangan dalam Gurdwara terdiri dari The Guru's Throne (Mahkota Guru) yang terdiri dari: chanani, manji sahib, palki sahib, rumalla dan bantal kecil, chaur sahib, golak dan nishan sahib. 1. Chanai adalah kanopi dengan dekorasi megah yang menutupi Kitab selama digunakan yang ditandai dengan rasa hormat. Chanai terbuat dari kain mahal dan yang terpasang dari atas Kitab. 49 2. Manji adalah tempat tidur kecil dan sahib berarti untuk menunjukkan rasa hormat untuk benda yang digambarkan dalam kata. Jadi manji sahib adalah tempat tidur kecil untuk meletakkan Kitab. 3. Rumalla adalah kain persegi panjang yang terbuat dari sutera atau bahan lainnya untuk menutupi Kitab di dalam Gurdwara saat tidak dibaca. 4. Palki adalah tempat Kitab diletakkan saat Kitab diletakkan dari satu tempat ke tempat yang lain. 5. Nishan sahib adalah bendera Sikh berwarna kuning yang dikibarkan siang dan malam di Gurdwara. 50 6. Golak adalah sistem manajemen keuangan yang ada di setiap Gurdwara untuk membantu pengeluaran, memberikan sumbangan dana dan lain-lain. 7. Chaur sahib 51 DENAH GURDWARA SHREE GURU GRANTH SAHIB DARBAR TEBING TINGGI Utara Sach Khand Jl. Tuanku Imam Bonjol Gurdwara Tempat Cuci Kaki Langgar Tiang Bendera Parkir Rel Kereta Api Ruang Masak Kamar Pendeta Toilet Gambar 2.4 Denah Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar Tebing Tinggi 34 BAB III KONSEP RELIGI AGAMA SIKH 3.1 Garis Besar Pokok Ajaran Agama Sikh Konsep religi agama Sikh ini diambil langsung dari buku Sikh Religion yang diterjemahkan secara bebas oleh penulis. Tujuan penulis mengambil langsung bahan tulisan ini karena buku tersebut diterbitkan oleh Sikh Missionary Center yang ada di Detroit, Michigan. Jadi, tujuan penulis adalah supaya tidak terjadi kesalahan dalam menjabarkan konsep religi agama Sikh itu sendiri. Bahan ini diambil dari Sikh Religion dari halaman 252-290. Pada tulisan ini dimulai dari halaman 35-77. 3.1.1 Tujuan Hidup Menurut Guru, kehidupan moral bukanlah masalah dari beberapa perintah atau kode atau ritual, tetapi buah dari kehidupan yang diarahkan untuk melakukan pencarian spiritual yang melibatkan disiplin sangat keras. Kebanyakan orang umumnya percaya untuk menikmati hidup materialistis sampai sepuas-puasnya. Jadi, kehidupan terus berlanjut sampai seseorang akhirnya menemukan dirinya secara fisik menghabiskan banyak tenaga dan secara rohani mengalami kebangkrutan. Terpikat oleh pesona keberhasilan dalam dunia materialistik, salah memberikan sedikit pemikiran atau tidak ada nilai-nilai abadi kehidupan. 0 Menurut agama-agama Timur11, ada delapan koma empat juta kehidupan di dunia, setengah berada di dalam air dan setengah lainnya berada di darat dan udara. Semua kehidupan bersifat sementara. Bergerak pada dan melalui roda transmigrasi sesuai dengan 'karma' atau tindakan baik atau buruk. Jiwa manusia dicapai setelah berpindah melalui berbagai spesies yang lebih rendah seperti yang dijelaskan Gurbani (Firman Tuhan) sebagai berikut: "Dalam berapa banyak kelahiran kau adalah seekor cacing atau serangga! Dalam berapa banyak kelahiran kau adalah seekor gajah, ikan, atau rusa! Dalam berapa banyak kelahiran kau adalah seekor burung atau ular! Dalam berapa banyak kelahiran kau adalah seekor kuda atau lembu! Menyongsong Tuhan di dunia, ini adalah waktu untuk bertemu dengan-Nya Setelah periode waktu yang panjang kau mencapai tubuh manusia. " (Gauri Guareri Mohalla 5, halaman-176) Para Gurmat (ajaran Guru) mendefinisikan tujuan hidup sebagai berikut: "Kali ini harus lahir sebagai manusia Ini giliran mu untuk bertemu dengan Tuhan yang Agung. Kegiatan mu yang lain akan menjadi sia-sia pada akhirnya, Bergabunglah dengan perkumpulan orang suci Dan hanya merenungkan Tuhan. Menetapkan pikiranmu untuk menyeberangi lautan kehidupan, Untuk kehidupan yang telah terbuang Dalam mengejar kesenangan dunia. " (Asa Mohalla 5, halaman-12) Jiwa manusia adalah pintu untuk pembebasan, namun terpesona oleh dunia materialistik, yang kehilangan kesempatan yang sangat berharga dalam hidup: "Hai manusia, kau datang untuk mendapatkan pahala (rohani) Tapi bagaimana bisa sia-sia engkau terlibat Sementara malam kehidupan telah pergi. " (Sri Rag Mohalla 5, halaman-43) "Tidur terus-menerus, manusia menyia-nyiakan malam, Makan, dia menyia-nyiakan hari Dan sesungguhnya, kehidupan manusia seperti permata berharga yang ditukar untuk hal yang biasa. " (Gauri Bairagan Mohalla 1, halaman-156) 11 Agama Timur yang dimaksud adalah Hindu dan Buddha 1 "Setelah melalui delapan koma empat juta kelahiran Kau telah memperoleh kehidupan manusia yang sangat berharga, Nanak, ingatlah akan Nam, nama Tuhan Karena hari Tuhan semakin dekat. " (Sri Rag Mohalla 5, halaman-50) "Tanpa nama Tuhan, lahir ke dunia ini sia-sia, Tanpa Nam orang makan racun, berbicara jahat, mati tanpa pahala dan reinkarnasi. " (Bhairo Mohalla 1, halaman-1127) "Ya Tuhan, ibu-ibu mereka yang tetap tidak menyimpan nama Tuhan dalam hati mereka harus menjadi tandus, Bagi mereka yang menyimpang tanpa nama Tuhan, merana dan mati dalam penderitaan. " (Jaitsari Mohalla 4, halaman-697) Tujuan hidup manusia dalam ajaran Sikh tidak untuk mencapai surga atau Swarga dari konsep Hindu populer, tapi untuk mencari Tuhan, dan bersatu dengan-Nya. Tujuan akhir dari agama Sikh adalah bergabung dengan Sang Jiwa Agung dan kemudian menikmati kebahagiaan yang tidak terputus untuk selamanya. Agama Sikh bercita-cita untuk mencapai kesatuan spiritual dengan Tuhan, suatu keadaan yang bahagia. Kehidupan manusia adalah kesempatan untuk mencapai tujuan itu, jika hal itu terlewatkan, orang itu akan jatuh kembali dalam siklus kelahiran dan kelahiran kembali (reinkarnasi). 3.1.2 Konsep Ketuhanan dalam Agama Sikh Definisi Tuhan diberikan dalam kalimat pembuka dari Sri Guru Granth Sahib Ji, yang disebut Mool-Mantar (Pembukaan Japji): Ada tetapi satu Tuhan Dia adalah Kebenaran Abadi Sang Pencipta, meliputi segala roh Ilahi Tidak menakutkan, tanpa benci dan permusuhan Keberadaan yang abadi, tidak lahir, keberadaan diri, dan Dia diwujudkan dengan Anugerah- Nya sendiri. 2 Merenungkan Siapa yang benar sebelum Penciptaan Siapa yang benar pada awal Penciptaan Siapa yang benar sekarang, dan O Nanak, siapakah yang akan menjadi benar untuk selamanya. Sebagai fakta, seluruh isi Sri Guru Granth Sahib Ji adalah penjelasan dari definisi di atas. Guru menguraikan konsep Tuhan dalam Rag Sorath: Yang tidak terlihat, tidak terbatas, tidak bisa dicapai, Tuhan yang tidak dapat dipahami yang tidak tunduk pada kematian atau takdir. Dia tidak mempunyai kasta, tidak lahir, keberadaan diri, tanpa takut atau keraguan. Saya seorang korban kepada yang paling benar dari kebenaran. Dia tidak memiliki bentuk, atau warna, atau garis besar; Dia bahkan menjadi nyata oleh Firman yang benar. Dia tidak mempunyai ibu, ayah, anak, atau kerabat; Dia tidak merasakan nafsu, dan tidak mempunyai istri Atau keluarga; Dia murni, tanpa akhir, dan tak terbatas, kepunyaanmulah semua cahaya, ya Tuhan. Tuhan tersembunyi dalam setiap hati; terang-Nya dalam setiap hati. Dia pintu pengertian yang tidak berubah yang terbuka oleh instruksi Guru, menyediakan pandangannya pada Yang Tak Kenal Takut. Tuhan telah menciptakan binatang membuat mereka tunduk pada kematian, dan mempertahankan semua penemuan-penemuan dalam kekuasaan-Nya sendiri. Dia yang melayani Guru Sejati mendapatkan keuntungan yang nyata, dan disampaikan dengan mengulangi Firman. Kebenaran yang terkandung dalam pembuluh murni; beberapa ada yang bertindak murni. Dengan mencari perlindungan-Mu, firman Nanak, jiwa bercampur dengan Sang Jiwa Agung. (Sorath Mohalla 1, halaman-597) Tuhan adalah Impersonal (Nirgun) dan Pribadi (Sargun). Tuhan Impersonal tak berbentuk dan di luar jangkauan manusia. Ketika Dia mengungkapkan diriNya melalui ciptaan-Nya, Ia menjadi terkait dan pribadi. Ini adalah seperti sinar yang keluar dari matahari. Sumbernya tak berbentuk, dan alam semesta adalah bentuk pribadi-Nya. Tidak ada bentuk seunik apapun yang bisa, itu adalah kebebasan-Nya. Tidak terbatas dapat bermanifestasi ke dalam jumlah yang tak terbatas dari yang terbatas, namun ada sejumlah yang terbatas, sendiri atau bersama-sama, tidak dapat disamakan dengan Yang Tak Terbatas. 3 Jadi apapun bentuk yang terbatas tidak dapat disembah sebagai Tuhan, siapa Yang Tak Terbatas dan Tak Berbentuk: "Tuhan tidak berbentuk, tidak berwarna, tidak memiliki ciri-ciri, Dia tidak mempunyai kasta, tanpa kelas, tidak mempunyai kepercayaan, Bentuknya, warna, kondisi dan pakaian Tidak dapat dijelaskan oleh siapa pun, Dia adalah Roh Keabadian, Pancaran diri, Dia bersinar di kemegahan- Nya. " (Guru Gobind Singh) Tuhan tidak mengalami kelahiran juga kematiaan: "Terbakarlah lidah yang mengatakan Tuhan mengambil kelahiran dan mengalami kematian. " (Bhairon Mohalla 5, halaman-1136) Guru memperingatkan bahwa ia bukan Tuhan, dan mereka yang memanggilnya Tuhan, harus jatuh ke dalam neraka: "Barang siapa yang memanggil aku Allah Bisa jatuh ke dalam neraka. " (Guru Gobind Singh) i) Tuhan melindungi orang-orang kudus dan penggemar-Nya dari bahaya, kecuali jika Dia menghendaki penderitaan dan mati martir yang harus melayani tujuan yang lebih tinggi. Untuk melindungi orang benar adalah Karakteristik Kekuasaan-Nya (Birdh). Dalam menghadapi beberapa bahaya akut, orang-orang kudus berdoa untuk bantuan dan campur tangan Tuhan untuk membantu mereka dalam kesulitan. Allah datang untuk membantu mereka dan melindungi mereka dengan cara yang ajaib. Kisah Prahlad, Dhru dan lainnya, dan pernyataanpernyataan yang berhubungan dengan autobiograpi Namdev dan Kabir dalam Sri Guru Granth Sahib Ji, menunjukkan kekuatan kekuasaan-Nya untuk melindungi orang benar. Mukjizat tersebut merupakan bagian dari doktrin takdir Tuhan dan pemeliharaan-Nya. Ini mukjizat supernatural Tuhan yang harus dibedakan dari 4 mukjizat manusia yang dilakukan oleh kekuatan gaib mereka, yang dalam agama Sikh dianggap berbahaya dan tidak pantas. ii) ‘Seperti apa yang kau tabur, itulah yang kau tuai’, mengarah ke teori ‘Karma’, tindakan, baik atau buruk, di mana seseorang dihargai untuk perbuatan baik dan dihukum karena perbuatan buruknya. Oleh karena itu, menurut teori Karma, orang berdosa akan selalu menderita yang terburuk untuk perbuatannya dan tidak pernah dapat mencapai keselamatan. Guru Nanak telah menolak ini dan menyatakan bahwa mengampuni bahkan orang berdosa yang terburuk adalah Karakteristik Kekuasaan (Birdh) Tuhan: "Patat pavan prabh birdh tumaro." (Bilawal Mohalla 5, halaman-829) 'Menebus orang berdosa yang bertobat, adalah Karakteristik-Mu. " (Terjemahan di atas) Guru menekankan bahwa orang berdosa yang tubuhnya tidak seorangpun memberikan perlindungan di seluruh dunia, jika dia berserah diri di hadapan Yang Mahakuasa, menjadi murni, bahwa dia diberkati oleh Anugerah-Nya: "Jis papi Kau milai na dhoee Saran aawai Nirmal hoee ta." (Bhairon Mohalla 5, halaman-1141) 'Orang berdosa yang tidak dilindungi di dunia, ketika berserah diri di hadapan Tuhan, mendapatkan pembebasan. " (Terjemahan di atas) Guru menegaskan kembali bahwa untuk menyelamatkan orang-orang kudus, untuk melindungi orang benar, dan bahkan untuk menebus para pendosa yang bertobat adalah Karakteristik Tuhan yang tertinggi. 3.1.3 Konsep NAM (Nama Ilahi) Menurut Gurmat (ajaran Guru), sebelum penciptaan, Tuhan hidup sepenuhnya sendiri, tidak berbentuk. Ketika Dia membuat diri-Nya nyata atau bermanifestasi, Dia pertama kali dibentuk oleh diri-Nya sendiri ke dalam NAM 5 (Nama Ilahi) dan kemudian menciptakan alam. Setelah menciptakan alam, Dia tidak pergi jauh dari itu, Dia meneruskam ciptaan-Nya dengan kehadiran-Nya sendiri ke dalamnya, dan merasa senang. "Aapinai aap sajio aapinai rachio Nao Dui kudrat sajiai kar Asan ditho chao. " (Asa Mohalla 1 - Pauri 1, halaman-463) "Tuhan menciptakan diri-Nya sendiri dan mengambil Nama Hal kedua selain diri-Nya, Dia menciptakan Alam Duduk di Alam Dia mengamati dengan gembira apa yang Dia ciptakan. " (Terjemahan di atas) 1) NAM (Nama Ilahi) dan Tuhan bukanlah dua keberadaan yang berbeda. Nam hanya aspek lain dari Yang Maha Kuasa, tetap Yang Tidak Berbentuk. Nam adalah ekspresi total dari semua keberadaan Tuhan. Nam menopang segalanya: "Nam menopang dan mengendalikan semua makhluk Nam mendukung alam semesta dan daerahnya. " (Gauri Sukhmani Mohalla 5, 16-5, halaman-284) 2) Nam tidak dinyatakan sebagai kata benda belaka dan itu tidak berarti bahwa ada nama khusus untuk Tuhan dan yang dengan mempesona sehingga orang akan menemui-Nya. Dia adalah Yang Tidak Terbatas dan dapat disebut dengan nama yang tidak terbatas, tetapi siapa yang bisa menghitung nama-namaNya yang tidak terbatas? Mendapatkan pencerahan dan diberkatilah orang yang mengingat-Nya melalui atribut-atribut-Nya: "Tav sarb nam kathai kavan Karm nam barnat sumat. " (Guru Gobind Singh- Jap Sahib) 6 3) Tuhan dapat disebut dengan nama yang tak terhitung oleh para penggemar, yang membuat nama-nama ini sesuai dengan atribut-atribut Ketuhanan mereka, tetapi yang pertama dan yang terutama nama Tuhan jelas digambarkan sebagai "SAT" (Kebenaran Abadi) yang menunjukkan pernah-keberadaan Tuhan: "Kirtam nam kathai terei jihba Satnam tera pra purbla. " (Maru Mohalla 5, halaman-1083) 4) Kata NAM adalah sebuah kata mistik yang digunakan dalam kehidupan beragama praktis dan disiplin meditasi. Tuhan diingat dengan atributif nama-Nya. Ada aspek lain dari itu yang disebut Nama sejati yang berasal dari pengalaman pribadi seorang nabi. Hal ini muncul dari sebuah penglihatan bahwa Nabi memiliki Ke-Ilahian. Seperti sebuah kata mistik dalam agama Sikh yang disebut 'Waheguru' atau Tuhan Yang Luar Biasa atau 'Engkau Luar Biasa'. Nama sejati bukanlah kata yang kita gambarkan dalam sebuah objek, tetapi kekuatan penuh, kualitas dan karakter dari Realitas. Melalui kata 'Waheguru' nabi telah mencoba untuk meringkas kekuatan batin dan pengalaman dari kehadiran-Nya di sekeliling. Nabi telah memberi kita Nama-nama Ilahi dari Tuhan yang tak bernama, yang mencerminkan kehadiran-Nya dalam kesadaran kita. Perenungan atau meditasi pada Nama sejati (Waheguru) disebut mempraktekkan kehadiran Tuhan dalam kesadaran seseorang. 5) Gurbani (Firman Tuhan) itu sendiri adalah NAM. a) Gurbani itu sendiri adalah Nam: "Gurmukh bani hai nam, nam vasaie ridai." (Sarang Var ki-Pauri, halaman-1239) 7 b) Istilah 'Nam Japo' berarti untuk mengingat Tuhan dan kehadiran-Nya dalam kesadaran seseorang. Semua model meditasi membawa penggemar ke hadirat Tuhan, tetapi menurut Gurbani, Hari Kirtan, pembacaan Gurbani secara musikal, adalah bentuk super meditasi. Hal ini memanggil kesadaran seseorang ke tingkat maksimum, ke dalam hadirat Tuhan: "Har kirat utam Nam hai vich kaljug karni sar." (Kanre ki Var Mohalla 4, halaman-1314) c) Gurmat menjelaskan bahwa pembacaan kata 'Har Har ..' adalah Nam Japna: "Har har ha ha nam hai gurmukh pavai Koei." (Kanre kai Var Mohalla 4, halaman-1313) d) Keselamatan tidak dapat dicapai tanpa Nam. Dalam kata lain apa pun yang memberikan keselamatan adalah Nam. Sejak Gurbani memberikan keselamatan, oleh karena itu, Gurbani adalah Nam: "Sachi Bani mithi amritdhar Jin piti mokhdwar tis. " (Malar Mohalla 1, halaman-1275) ' Bani sejati adalah nektar manis Barang siapa yang dikhususkan untuk itu, mencapai keselamatan. " (Terjemahan di atas) "Sachi bani sion dhare piyar Tako pavai mokhdwar. " (Dhanasari Mohalla 1, halaman-661) 'Barang siapa dikhususkan untuk Bani Abadi Akan mendapatkan pembebasan. " (Terjemahan di atas) Oleh karena itu, sangat jelas dan nyata bahwa segala bentuk pembacaan Gurbani, mungkin membaca sederhana dengan perhatian dan pengabdian atau meditasi pada setiap Sabad dari Gurbani atau Kirtan dari Gurbani, sepenuhnya dianggap sebagai Nam Japna (meditasi dalam Nam), yang untuk memohon kehadiran Tuhan dalam kesadaran seseorang. 8 Dapat disebutkan di sini bahwa ada sekte-sekte kecil yang menyesatkan Sikh yang tidak bersalah pada subjek Gurbani dan Nam. Para pemimpin sekte dengan tegas berkata kepada Sikh yang tidak bersalah, "Gurbani berkata bahwa seseorang harus bermeditasi pada Nam, namun Gurbani bukanlah Nam. Ayo, kami akan memberikan Anda Nam". Kemudian mereka berbisik di telinga mereka beberapa patah kalimat dari Gurbani yang mereka sebut Nam, dan memperingatkan mereka untuk tidak memberitahu siapa pun; jika pernah mereka mengungkapkan Nam ini kepada siapa pun, kutukan akan jatuh pada mereka. Dengan cara ini mereka menjalankan pemujaan mereka. Jadi, Sikh yang tidak bersalah dan orang lain terpikat dan disesatkan ke gulungan mereka. Sikh harus, karena itu, menjadi sangat berhati-hati dari sekte tersebut. Mereka yang mencoba untuk mengatakan bahwa Gurbani bukanlah Nam, mereka adalah sesat atau menipu. Menurut Gurmat (ajaran Guru), Gurbani adalah segalanya: Gurbani adalah Nam: "Bani Gurmukh Nam hai .." (Sarang Var ki-Pauri, halaman-1239) Gurbani adalah Guru: "Bani Guru Guru Hai Bani .." (Nat Mohalla 4, halaman-982) Gurbani adalah Nirankar: "Wauh wauh hai bani nirankar Tis jiwad avar na koi." (Slok Mohalla 3, halaman-515) 'Wauh wauh Bani adalah Satu tak berbentuk Tidak ada yang besar sebagai Dia." (Terjemahan di atas) Gurbani adalah setiap Nad dan Ved: "Sabh nad beid Gurbani Man rata sarang pani." (Ramkli Mohalla 1, halaman-879) Oleh karena itu, Nam yang pada akhirnya mengarahkan seseorang untuk Kebahagiaan Abadi. Untuk kesadaran akan Tuhan, seseorang harus datang dalam 9 hubungan dengan Nam, tetapi tanpa Guru seseorang tidak dapat mencapai Nam dan akan mengembara jauh di kegelapan. "Apakah seratus bulan untuk muncul Apakah seribu matahari bersinarl Masih akan ada kegelapan Jika tidak ada Guru." (Asa di Var, Mohalla 2, halaman-463) "Jangan ada seorang pun di dunia tetap dalam keraguan Yang mungkin bisa untuk diselamatkan tanpa Guru. " (Gaund Mohalla 5, halaman-864) Dalam usia ini kepalsuan, Nam berdusta tersembunyi Meskipun Tuhan mengisi semua hati, Permata Nam menjadi nyata hanya dalam hati mereka yang jadi tempat beistirahat untuk perlindungan Guru ." (Parbhati Mohalla 3, halaman-1334) " Semua mengulangi Nama Tuhan, namun Dia tidak akan tercapai Tapi ketika melalui karunia Guru Tuhan datang untuk tinggal di dalam pikiran Yang hanya terjadi kemudian hidup seseorang menjadi berbuah." (Gujri Mohalla 3, halaman-491) 3.1.4 Konsep Guru Seorang yogi bertanya kepada Guru Nanak siapa gurunya dulu? Dia menjawab, "Firman itu adalah Guru." Tuhan mengurapi Guru Nanak dengan Firman-Nya, Kebijaksanaan-Nya (Logos), dan kepribadian seluruh Guru adalah Firman yang diwujudkan. Guru membuatnya sangat jelas bahwa tubuh manusianya bukan Guru, dan pandangan luar dari Guru hanya sekilas saja, atau keluar pernyataan iman dalamnya, tidak bisa membawa murid dekat dengan Guru. Cahaya Firman dalam hatinya adalah Guru yang nyata dan murid harus mendekatinya dengan pikiran yang mau menerima untuk mendapat cahaya-Nya. 10 3.1.5 Baptisan dalam Agama Sikh Nam adalah keseluruhan sumber yang mengambil kembali seseorang ke dalam Yang Tak Berwujud. Guru adalah saluran tunggal kepada Nam. Gurmat memberitahu kita bahwa Permata Nam menjadi nyata hanya dalam hati mereka yang jadi tempat beristirahat untuk perlindungan Guru. Bagaimana kita jadi tempat beristirahat untuk perlindungan Guru? Ketika kita pergi kepada Guru, ia memberi kita Nam dan kemudian kita bermeditasi pada Guru diberikan Nam yang pada gilirannya membawa kita kembali ke tujuan kita, Yang Mahakuasa. Bagaimana kita pergi ke Guru? Dalam agama Sikh, satu dan satu-satunya cara untuk pergi kepada Guru adalah melalui Baptisan. Seorang Sikh telah mengambil Pauhal atau Amrit, dari Lima Yang Terkasih (Panj Pyare), maka ia menjadi seorang Guru atau Guruwala. Tanpa baptisan, seorang Sikh tetap tanpa Guru atau Nigura. "Nigure ka hai Nau Bura." (Rag Asa Mohalla 3 Pati, halaman-435) Semua orang mengulangi nama Tuhan, tetapi hanya mengulanginya Dia tidak tercapai. Ketika melalui karunia Guru, Nam menegaskan pikiran, hanya kemudian usaha seseorang dari meditasi menjadi berbuah. Tanpa karunia Guru, Sikh tidak dapat mencapai tujuan keselamatan-Nya. Dalam rangka mencari berkah Guru, kita harus pergi ke Guru dan yang hanya dilakukan melalui baptisan. "Ram Ram sabh ko kahiai kahiai ram na hoi Ram Gurparsadi pria vasai ta FAL pavai koi. " (Gujri Mohalla 3, halaman-491) 11 ' Semua mengulangi nama Tuhan, namun Dia tidak akan tercapai Tapi ketika melalui karunia Guru Allah datang untuk tinggal di dalam pikiran Yang hanya terjadi kemudian hidup seseorang menjadi berbuah. " (Terjemahan di atas) Timbul pertanyaan, apakah ada cara lain bagi seorang Sikh untuk mencapai tujuan keselamatan-Nya? Tidak, kata Gurmat, tidak ada cara lain. Dunia ini adalah lautan Maya yang luas dan tangguh (materialisme). Seorang Sikh telah menyeberangi samudera ini untuk bertemu dengan Tuhan Kekasih-Nya. Laut tampaknya tak berujung dan ada penghalang yang tak terhitung jumlahnya di jalan. Dalam rangka untuk dapat melalui laut berbahaya dan tangguh ini, membutuhkan sebuah kapal yang kuat dan kapal itu hanyalah Guru, Cahaya Ilahi. Dalam rangka untuk masuk ke kapal Guru, seorang Sikh membutuhkan paspor, dan paspor itu adalah baptisan. "Bhavjal bikham dravno na kandhi na par Na beri na tulha na tis vanj malar Satgur bhai ka boihtha nadri par utar. " (Sri Rag Mohalla 1, halaman-59) 'Samudra dunia yang menakutkan adalah berbahaya dan tangguh, melainkan telah ada pantai atau batas, Tidak ada perahu, tidak ada rakit, tidak ada tiang, dan tidak ada tukang perahu; Namun Guru sejati telah mempersiapkan kapal untuk laut yang mengerikan, dan kapal bagi siapa yang memandang dengan nikmat. " (Terjemahan di atas) Upacara baptisan dimulai oleh Guru pertama. Orang-orang yang menjadi Guru Sikh, dibaptis oleh Guru. Dengan hanya menghadiri pertemuan Guru, seseorang tidak otomatis menjadi Guru Sikh. Dari Guru pertama sampai Guru kesepuluh, upacara baptisan terdiri dari mengambil Charanpauhal yaitu kaki Guru yang dicelupkan dalam air yang kemudian diberikan kepada pengikutnya untuk diminum dan juga Gurmantar (nasehat) yang diberikan oleh Guru. Setelah 12 penciptaan Khalsa, Guru kesepuluh merubah tradisi dan mempercayakan upacara ini kepada Lima Yang Terkasih. Setelah itu mereka yang menerima agama Guru (agama Sikh), dibaptis dan mereka disebut Khalsa (kata Sikh dan Khalsa menjadi sinonim). Guru mengeluarkan instruksi kepada semua supaya mendapatkan baptisan dan bergabung dengan golongan Khalsa. Guru Gobind Singh adalah yang pertama mendapatkan baptisan oleh Lima Yang Terkasih. Karena itu, menjadi sangat jelas untuk setiap seorang Sikh bahwa untuk masuk ke gulungan Guru dan mencari karunia Guru, seseorang akan diharuskan mendapatkan baptisan oleh Lima Yang Terkasih. Hanya karena upaya seseorang mencapai tingkat spiritual akan menghasilkan buah. Dari Guru Nanak sampai Guru Gobind Singh, mereka yang menyebut diri mereka Guru Sikh, selalu dibaptis oleh Guru. Ini adalah perintah Guru untuk setiap seorang Sikh untuk mendapatkan baptisan dan oleh karena itu setelah menaati perintahnya seseorang dapat diterima oleh Guru: "Hukam maniai howai parvan ta khasmai ka mahal paisi." (Asa di Var pauri 15, halaman-471) "Dengan menaati perintah-Nya, seseorang diterima Dan kemudian akan mencapai kerajaan Tuannya. " (Terjemahan di atas) Baptisan hanyalah titik awal menuju pencapaian tujuan rohani. Hidup berbudi luhur dan religius sesuai dengan Guru Rahit Maryada (Kode Etik) adalah tujuan pengembangan dalam kehidupan praktis sehari-hari. Kode etik meliputi kebangkitan spiritual, kesungguhan pelaksanaan kewajiban seseorang, kerendahan hati, kesederhanaan dan amal. Iman lahiriah semata tanpa kepatuhan praktis untuk kode etik, tidak akan memimpin murid menuju tujuan spiritual. Setelah pembaptisan, melalui pengabdian yang konstan dan cinta tulus kepada perintah 13 Guru di setiap jalan kehidupan, murid meminta rahmat Guru. Melalui kepatuhan dan menyerah tanpa syarat sebelum Guru, para pengikut terlahir kembali dalam semangat Guru, dan hanya pada tahap itu seorang murid benar-benar disebut seorang Sikh: "Guru Sikh, Sikh guru hai eko gur updes chalai Ram nam mant hirdai devai Nanak milan subhai. " (Asa Mohalla 4, halaman-444) "Guru adalah seorang Sikh, orang Sikh adalah seorang guru, mereka berdua satu, tetapi itu adalah Guru yang memberikan petunjuk Dia meletakkan Nama Tuhan dalam hati, O Nanak, dan kemudian Tuhan mudah diperoleh. " (Terjemahan di atas) 3.1.6 Haumai (Egoisme – Ke-Aku-an) Tuhan ada dimana-mana dan dalam diri kita juga, tapi selubung ego memisahkan kita dari-Nya, menyembunyikan Kebenaran dari kita: "Tuhan, Yang Tidak Dapat Dipahami, adalah dalam diri kita tetapi tidak dianggap Untuk layar 'ego' melekat di antara keduanya. " (Rag Sorath Mohalla 5, halaman-624) Semua lima keburukan yaitu nafsu, kemarahan, keserakahan, keterikatan dan ego, adalah penghalang di jalan spiritual, tapi egoisme adalah yang terbesar dari semuanya. Dalam nasehat-nasehat Guru salah satu istilah kunci yang paling sering muncul adalah Haumai (ke-aku-an) yang dianggap sebagai persamaan dengan kejahatan paling berbahaya. Egoisme adalah kejahatan moral yang merupakan akar penyebab segala perbuatan sakit. Egoisme ini adalah konsekuensi dari ilusi, memandang bahwa individu (diri sendiri) sebagai yang sangat penting. Semua aktivitasnya secara eksklusif ditujukan terhadap dirinya sendiri. "Dalam ego dia terlahir dan dalam ego dia mati" (Asa Mohalla 1, halaman-466) 14 Ini merusak buah dari penebusan dosa yang besar. Selubung ego saat turun pada Yogi yang besar membuatnya lepas beberapa saat, apa pun yang telah dia diperoleh melalui penyiksaan diri yang dikerjakan selama bertahun-tahun. Egoisme ini adalah penyakit dan hambatan dalam cara peningkatan spiritual seseorang. Tujuan pusat-pusat kehidupan dalam penyelamatan spiritual manusia melalui pemujaan kepada Ilahi dan menyerap sifat Ilahi sedang dalam proses. Dibutakan oleh ego seseorang tidak dapat melihat kemuliaan Tuhan. Oleh karena itu, Nam tidak akan berada dalam pikiran selama ego ada di sana. Nam dan ego adalah dua unsur yang berlawanan: "Haumai nawai nal virodh doai hai na vasai ek thai." (Wadhans Mohalla 3, halaman-560) Pikiran egois tidak bisa mewujudkan 'moral' yang telah ditetapkan oleh Guru, sehingga mengakibatkan jiwa tertekan yang meraba-raba dalam gelap, tidak pernah menyadari tujuannya. Egoisme ada pada saat hasrat pencapaian rohani diinginkan. Guru menyebuut manusia egois sebagai 'Manmukh'. Dengan rahmat Guru, ego hanya dibakar melalui Sabad: "Gur kai Sabad parjaliai ta eh vicho jai." (Bilawal ki var, Mohalla 3, halaman-853) 3.1.7 Keselamatan – Jalan Menuju kepada Tuhan Tubuh mati tanpa kehidupan dan kehidupan itu sendiri mati tanpa Nam. Nam adalah obat yang mujarab bagi kehidupan yang mana tanpa kehidupan akan menjadi tidak berarti dan pengumpulan yang sisa-sia. Melupakan Nam menyiksa jiwa. Tidak ada kebangkitan spiritual, tidak ada kedamaian pikiran, 15 tidak ada sukacita dan tidak ada kebahagiaan tanpa Nam. Pencapaian Nam adalah kondisi penting untuk hidup benar dan berbuah. "Lidah yang tidak mengulangNama-Nya Lebih baik dipotong sedikit demi sedikit. " (Funhe Mohalla 5, halaman-1363) Gurmat menolak semua puasa, upacara dan ritual sebagai sarana untuk mencapai keselamatan. Gurmat menolak klaim yoga, pembekuan tubuh, penyiksaan diri dan penebusan dosa atau penolakan. Gurmat tidak percaya dalam penyembahan dewa dan dewi, batu, patung, kuburan, kremasi, Samadhies, berhala dan gambar. Gurmat melarang menyembah apapun dari ciptaan sebagai sarana untuk mencapai keselamatan. Hanya satu Tuhan, Yang Tak Berbentuk, Pencipta dunia ini yang akan menerima Kemuliaan. Jalan yang menuju kepada Tuhan adalah yang paling sulit dan kompleks. Guru Nanak telah membuat jalan ini sederhana dan sejelas kristal dengan menunjukkan pendekatan teknis. Guru menjelaskan bahwa sejak kehidupan manusia dicapai setelah melewati berbagai kehidupan, sehingga telah mengumpulkan kenajisan sepanjang jalan dari setiap kehidupan yang telah dilewati. Pikiran manusia telah menjadi hitam yang dinodai dengan kenajisan: "Ketidakmurnian pada banyak kelahiran telah melekat pada pikiran manusia, dan itu telah menjadi sangat hitam." (Slok Mohalla 3, halaman-651) Selama pikiran manusia tetap tidak murni, dia tidak akan bergabung dengan Dia Yang Mutlak Murni. Ketika pikiran menjadi murni, jiwa akan bergabung dengan Jiwa Yang Agung. Bagaimana pikiran menjadi murni? "Maen te dhokha ta lahai ja sifat kari ardas." (Rag Wadhans Mohalla 1, halaman-557) 16 "Pujian dan doa (kepada Allah) membuat pikiran murni." (Terjemahan di atas) Mereka yang telah melakukannya, telah menyeberangi lautan Maya dan bergabung dengan-Nya: "Tu sacha sahib sifat sualio jin kiti so par piya." (Slok Mohalla 1, halaman-469) 'Engkaulah Tuhan Sejati, Keindahan adalah pujian-Mu; Dia yang mengucapkan itu, diselamatkan. " (Terjemahan di atas) Penjelasan: Jika gelas penuh air kotor, tuangkan air bersih terus ke dalamnya. Dengan tetap menuangkan air bersih ke dalam gelas, akan membuang air kotor dari gelas dan akhirnya gelas itu sendiri akan penuh dengan air bersih Dengan cara yang sama doa yang terus-menerus dan memuji Tuhan, akan membersihkan pikiran yang tidak bersih. Pikiran manusia dalam keadaan kacau. Hal ini penuh dengan lima keburukan yaitu nafsu, kemarahan, keterikatan keserakahan, dan kebanggaan atau ego. Ini adalah penghalang dalam realisasi Nam. Kemurnian pikiran diperlukan untuk meningkatkan rohani. Tidak ada manusia atau bhikkhu yang dapat mencapai keselamatan tanpa mendisiplinkan dunia kekacauan batin. Mendisiplinkan kekacauan batin dengan membuang lima keburukan dari pikiran, merupakan prasyarat untuk keunggulan spiritual yang diperintahkan oleh Guru. Menyanyikan Kemuliaan Tuhan, Raja Perkasa, akan membantu membersihkan pikirannya yang tidak murni. Dengan memuliakan Yang Ilahi, pikiran manusia menyerap kualitas Ilahi yang sedang dalam proses. Akibatnya ketika semua pikiran yang tidak murni hilang, Nam akan mengabadikan pikiran yang murni. Hal ini akan menyebabkan kondisi mental 17 yang mulia dari keadaan kacau. Evolusi spiritual akan terjadi sehingga mendapatkan Kebahagiaan Surgawi: "Doa dan pujian kepada Tuhan, akan menimbulkan Nam dalamnya." (Ramkali Mohalla 3-Anand, halaman-917) Gurmat lebih lanjut menyatakan bahwa ketika tangan berlumuran dengan kotoran biasa, air biasa akan mencucinya pergi. Jika urin membuat kain kotor, air biasa tidak bisa mencucinya, hanya sabun yang akan membersihkannya. Demikian pula bila pikiran kita penuh kotoran (dosa), perlu beberapa deterjen yang kuat dan deterjen itu adalah Nam: "Seperti tangan atau kaki ternoda dengan lendir, Air akan mencucnya sampaii putih; Seperti pakaian gelap dengan kotoran, Dibilas dengan sabun akan membuatnya bersih; Jadi saat dosa menggantung jiwa, dengan berdoa akan membuat murni" (Japji-pauri 20, halaman-4) Pengaruh doa dan pujian adalah, pertama semua pikiran yang tidak murni dibersihkan dan akan menjadi murni, kedua sebagai hasilnya ketika pikiran menjadi murni, maka nektar Nam akan menegaskan pikiran: "Doa dan pujian kepada Yang Maha Kuasa membuang ketidakmurnian pikiran Dan makanan Nam akan memenuhi pikiran. " (Gauri Sukhmani Mohalla 5, 1-4, halaman-263) Itu adalah tahap pemujaan sejati yang dirindukan. Dengan doa dan pujian, pikiran seseorang berhubungan dengan Nam dan menjadi terang. Sebuah pikiran yang terang muncul dan seseorang terlahir kembali dalam semangat Guru dan dia mulai membuat kemajuan rohani perlahan-lahan. Nam terdaftar dalam kesadaran dan menembus ke dalam jiwa dan pikiran manusia. Transformasi yang mulia atau metamorfosis membantu mengatasi jiwa manusia kepada Kebahagiaan Yang Mutlak. Ini adalah perubahan seseorang yang terjadi dalam pribadinya dari satu bentuk ke bentuk lainnya. Aspek nyata dari Tuhan mengubah dan mengangkat 18 pengikut dari Pribadi ke Impersonal. Semua batas-batas, keterbatasan dan hambatan yang rusak dan jiwa individu mulai menyatu dengan Sang Jiwa Agung, seperti campuran air dengan air, cahaya menyatu dengan Cahaya Ilahi: "Jiwa dan tubuhnya dicelup dalam Nama Tuhan Yang Maha Esa Harus pernah patuh kepada Sang Jiwa Agung. Seperti air bercampur dengan air, Jadi cahaya bercampur dengan cahaya. Transmigrasi berakhir dan sisanya diperolehNanak adalah hamba-Mu yang berkorban kepada Tuhan. " (Gauri Sukhmani Mohalla 5, 11-8, halaman-278) 3.1.8 Merenungkan atau Bagaimana Melakukan Pujian dan Doa Seorang Sikh hanya menyembah Satu Tuhan dan tidak ada yang lain. Tapi Tuhan tidak berbentuk, lalu apa yang harus direnungkan? Selama berdialog dengan Sidhas, seorang Yogi disebut Charpat tanya Guru, "O Guru, Anda mengatakan bahwa seseorang tidak harus meninggalkan dunia bukan hidup di dalamnya namun unsur Maya (materialisme) begitu kuat, bagaimana kita bisa mengatasinya dan menjadi satu dengan Tuhan ketika tinggal dalam Maya itu sendiri? Tolong jelaskan pemikiranmu tentang itu. " "Lautan besar kehidupan sulit untuk diseberangi, tolong beritahu kami bagaimana caranya supaya aman di atasnya." (Sidh Gosht-Charpat, halaman-938) Guru Nanak memberikan dua contoh: Sebuah bunga teratai selalu mengapung di atas permukaan air. Hal ini tidak bisa terjadi tanpa air, namun tetap tidak terpengaruh oleh ombak, selalu naik di atas permukaan air. Seekor bebek berenang dalam air tetapi tidak pernah membiarkan sayapnya basah. Jika sayapnya basah, maka akan menenggelamkan dan bebek tahu akan hal itu. Meskipun bebek tidak bisa hidup tanpa air, namun tidak membiarkan dirinya mati lemas di situ. 19 Dengan cara yang sama seseorang tidak bisa hidup tanpa Maya (materialisme) di dunia, namun ketika tinggal di dalamnya, kita hidup di atas Maya. Kebutuhan material diperlukan dan diinginkan untuk mempertahankan fungsi yang sangat vital dalam kehidupan. Oleh karena itu, sebagai sebuah bunga teratai dan seekor bebek tidak tenggelam dalam air saat tinggal di dalamnya, seseorang harus tetap terpisah dan tidak tertarik dengan Maya, tidak melupakan Tuhan. Hal itu dapat dilakukan melalui pujian dan doa. Persekutuan dengan Sabad (Firman Tuhan) akan menekan unsur Maya dan akan mengabadikan Nam dalam diri seseorang yang mana pada gilirannya akan menuntun seseorang kembali kepadaYang Tidak Bermanifestasi: "Sebagai bunga teratai tetap tidak terpengaruh di dalam air Seperti juga bebek berenang di dalamnya dan tidak basah kuyup oleh air Jadi dengan maksud tetap pada Sabad mewujudkan Nam O Nanak, samudra dunia mengerikan diseberangi dengan aman. " (Ramkali Mohalla 1, Sidh Gosht.5, halaman-938) Untuk mencapai sebuah tujuan dalam kehidupan, perhatian dan dedikasi yang lengkap diperlukan. Kemurnian pikiran dan ketulusan tujuan adalah syarat untuk mendapatkan tujuan tersebut. Tugas ini menjadi lebih dan lebih sulit ketika tujuannya adalah Tuhan Yang Tak Berbentuk. Ketika kita membaca Gurbani, dan jika kita tidak tahu arti dari Sabad yang sedang dibacakan, meditasi kita menjadi seperti mesin, formalitas dan karena itu menjadi sia-sia. Hasilnya tidak dapat menjadi positif. Kedua, bahkan jika kita tahu arti dari Sabad, tetapi pikiran kita tidak dalam Sabad dan itu terus mengembara jauh sementara kita membaca Sabad tersebut, hasilnya tidak akan berarti. Seseorang harus, karena itu, ingatlah bahwa Doa dengan pikiran kosong tidak akan berbuah dan dengan demikian tidak dapat diterima oleh Tuhan ('Ardas hazuri di manzoor hundi hai'). Penuh perhatian, pikiran waspada dan benar-benar murni diperlukan untuk meditasi. Jadi setiap kali 20 kita membaca, mendengar atau menyanyikan Gurbani (Sabad), kita harus menempatkan seluruh PERHATIAN kita DALAM MAKNA SABAD, yang sedang dibaca, didengar atau dinyanyikan. Selama perhatian pikiran kita dan Sabad menjadi satu, pikiran kita mulai mengambil dampak dari semangat Sabad dan hasilnya PERSEKUTUAN adalah KEBAHAGIAAN, PERDAMAIAN dan sukacita yang abadi. Dalam persekutuan ini satu pengalaman tidak dapat dijelaskan dan disebut dengan Obat Mujarab dari Surgawi (Hari Ras): "Hai manusia, semua 'Rasas' yang lain (kenikmatan) engkau cicipi Tidak memuaskan hausmu bahkan untuk sesaat. Tetapi jika kamu pernah mencicipir Obat Mujarab dari Surgawi (Hari Ras) Engkau hanya akan bertanya-tanya dan keheranan. " (Gauri Guareri Mohalla 5, halaman-180) Ketika persekutuan pikiran dengan Sabad didirikan, seorang murid terlahir kembali dalam Roh Guru. Dia kemudian menyatu dengan Firman (Sabad), dan tidak pernah menghadapi kematian setelah kelahiran kembali secara rohani: "Dia yang meninggal dalam Firman, tidak pernah mati lagi Dan pengabdiannya bahkan menjadi berbuah. " (Rag Sorath, Slok Mohalla 3, halaman-649) Mereka yang membangun persekutuan dengan Sabad (Gurbani – Firman Tuhan), pasti akan mengalami Kebahagiaan yang tidak terganggu: "Dia akan menjadi kudus, kudus, kudus, tidak diragukan lagi akan menjadi kudus O Nanak, yang memanjatkan Nam dengan cinta sepenuh hati. " (Gauri Sukhmani Mohalla 5, 12-8, halaman-279) 3.1.9 Beberapa Sabad Pujian dan Doa "Engkau Tuhan, aku membuat permohonan ini kepada-Mu; Jiwa dan tubuh semua karunia-Mu. Engkau Tuhan ibu dan ayah, kami adalah anak-Mu; Dengan rahmatmu kami memperoleh banyak kenyamanan. Tidak ada yang tahu batas-Mu; 21 Ya Tuhan, Engkau Yang Tertinggi dari yang tinggi. Seluruh ciptaan ini tergantung pada kehendak-Mu; Dan harus mematuhi perintah yang Engkau nyatakan. Hanya Engkau yang tahu kondis -Mu dan batasan-Mu; Nanak, hamba-Mu, yang pernah berkorban kepada-Mu. " (Gauri Sukhmani Mohalla 5, IV-8, halaman-268) "O Abadi, O Tak Terbatas, Kekekalan, Penghancur dosa; O Kompeten, O semua yang menyebar, Penghancur penderitaan, Lautan Kebajikan. O Teman, O Yang Tak Berbentuk, O Yang Tak Bertubuh, Tiang dari semua; O Pencipta Dunia, O Harta Karun, di istana-Mu selalu ada keadilan. O Yang Tak Dapat Dimengerti, Penghancur dosa, Engkau yang paling jauh, dahulu, dan engkau akan; O Yang Tetap Mendampingi orang suci, Dukungan dari yang tidak ada dukungan. Ya Tuhan! Aku hamba-Mu, aku tidak memiliki kebaikan, aku tidak memiliki manfaat; Firman Nanak, berilah aku karunia-Mu Nam bahwa aku mungkin mengukirnya dalam hatiku." (Gauri Bavan Akhri Mohalla 5, 55, halaman-261) "Engkau ayahku, Engkau ibuku, Engkau keluargaku, Engkau saudaraku, Engkaulah pelindungku di mana-mana, lalu mengapa saya harus merasa takut O pikiranku Dengan rahmatmu aku mengenali-Mu; Engkaulah tempat perlindunganku, Engkau kehormatanku. Selain Engkau tidak ada yang lain, seluruh dunia adalah arena bermain-Mu. Manusia dan hewan yang lebih rendah semua Engkau ciptakan; Engkau mengangkat mereka untuk tugas apa pun yang Engkau kehendaki. Segala sesuatu terjadi sesuai dengan kehendak-Mu, tidak ada kehendak kami. Aku telah mendapatkan kenyamanan yang besar dengan bermeditasi dalam nama-Mu; Dan pikiranku disegarkan dengan menyanyikan pujian-Mu. Guru yang sempurna telah mengucapkan selamat kepada saya; Nanak telah melewati kesulitan-kesulitannya." (Majh Mohalla 5, halaman-103) "Lautan rahmat, tinggal selamanya dalam hatiku; Jadi terangilah pemahamakun bahwa aku dapat mengasihi-Mu, ya Tuhan. Mungkin aku mendapatkan debu kaki orang-orang kudus-Mu dan berlaku untuk dahiku; Dari menjadi pendosa besar mungkin aku akan dimurnikan dengan menyanyikan pujian bagi-Mu. Kiranya perintah-Mu menjadi manis kepadaku, dan Engkau mempersilahkanku; Kiranya apa yang Engkau berikan, memuaskanku, dan aku dapat berjalan setelah tidak ada yang lain. Ya Tuhan, mungkin aku pernah tahu Engkau dekat kepadaku, dan mungkin aku tetap debu kaki semua orang itu; Kiranya aku dapat bersekutu dengan orang kudus sehingga aku dapat memperoleh-Mu. 22 Kami adalah anak-anak - Mu; Engkau, ya Tuhan, Tuan kami; Nanak adalah anak-Mu, Tuhan atas ibu dan ayah: menempatkan Nam dalam mulutku." (Todi Mohalla 5, halaman-712) "Ya Tuhan, Pemberi Pengampunan, O penuh kasih kepada orang miskin, O Yang Baik kepada orang-orang kudus dan Maha Penyayang. O Penyokong dari yang tidak tersokong, Pelindung dunia, Pemelihara dunia, Engkau merawat semua makhluk. O Yang Terbaik, Pencipta dunia, Engkau dukungan dari jiwa para pengikut-Mu. Ia akan menjadi murni, siapa saja yang menyebutkan Nama-Mu, Dengan pengabdian, kasih sayang dan cinta sepenuh hati. Kami tidak memiliki kebajikan, rendah dan bodoh, Nanak mencari perlindungan-Mu wahai Maha Daya. " (Gauri Sukhmani Mohalla 5, 20-7, halaman-290) 3.1.10 Ziarah – Mandi di Tempat Suci Penekanan besar pada upacara telah menjadi cara hidup bagi kehidupan religius India untuk jutaan orang sebelum Guru Nanak muncul. Kemanapun Guru Nanak pergi, ia mencoba untuk membebaskan massa dari belenggu takhayul dan kebodohan, dan menanamkan iman kepada Satu Tuhan yang meliputi segala sesuatu dan Yang Tak Berbentuk. Pada waktu itu orang percaya bahwa mandi di sungai Gangga dan tempat-tempat suci lain akan melepaskan mereka dari dosadosa mereka. Guru menegaskan bahwa mandi tempat-tempat suci, tidak akan membersihkan pikiran dari ketidakmurnian egoisme. "Tirath bharmas biadh na Jawai Nam bina kaise Sukh pawai. " (Ramkali Mohalla 1, halaman-906) 'Berkelana melalui tempat-tempat ziarah, Seseorang tidak disingkirkan dari penyakitnya. Tidak ada kedamaian tanpa Nam. " (Terjemahan di atas) Guru menekankan bahwa tidak ada kedamaian abadi yang dapat dicapai tanpa merenungkan Nama Ilahi. Meditasi dalam Nam-lah satu-satunya ziarah yang benar: 23 "Tirath nahvan Jao tirath hai manusia Tirath sabad vichar unter gian hai. " (Dhanasri Mohalla 1, halaman-687) 'Apakah kita pergi untuk mandi di tempat-tempat ziarah? Tidak. Namlah satu-satunya ziarah yang benar. Ziarah adalah perenungan pada Firman Yang memberikan terang rohani batin. " (Terjemahan di atas) Guru menekankan kesia-siaan pergi ke tempat-tempat mandi suci untuk penebusan dosa. Guru Nanak menyatakan dalam Japji bahwa ia akan mandi di tempat yang dianggap keramat, jika bisa menyenangkan Tuhan. Maksudnya adalah bahwa upacara tersebut dengan sendirinya tidak akan diterima Tuhan, tanpa menumbuhkan kehidupan moral: "Jika dikehendaki Tuhan Aku akan mandi di tempat-tempat suci. Jika dikehendaki-Nya ziarah itu tidak ada gunanya. Aku melihat di seluruh dunia sekitar Tidak ada yang dapat diperoleh tanpa tindakan yang benar. " (Japji, Pauri-6) Di tempat lain, Guru telah dibandingkan mereka yang mandi di tempat-tempat suci untuk mencapai prestasi, dengan stoples penuh racun, yang dicuci hanya dari luar. Ini berarti bahwa kejahatan di dalam diri seorang manusia, tidak dapat dihapus meskipun menampilkan pertunjukan ritual. 3.1.11 Sistem Kasta dan Persamaan Sosial 3.1.11.1 Sistem Kasta Di zaman ketika perbedaan kelas sangat kaku dan ketika ikatan sistem kasta di India berlaku ketat yang membagi rakyat, Guru Nanak mengajarkan kesetaraan dan persaudaraan. Guru bangkit melawan atas upacara dan ritual, atas keyakinan dan adat kebiasaan, atas semua pemujaan yang bersifat nasional dan semua pemujaan oleh ras, kepada visi dari perbuatan kasih. Dia mengajarkan 24 agama cinta, pengorbanan dan pelayanan. Kesetaraan yang menyeluruh antara laki-laki dinyatakan oleh Guru-guru Sikh yang menjadi prinsip moral yang mendasar yang dibutuhkan untuk mengatur hubungan sosial dan komunikasi. Guru menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang mendasar antara lakilaki dari kasta yang berbeda dalam badan perundang-undangan. Dalam sebuah diskusi polemik dengan Brahmana, Kabir bertanya: "Bagaimana kabar Anda Brahman dan saya berasal dari kasta rendah? Apakah saya memiliki darah dalam pembuluh saya dan Anda punya susu? " (Gauri Kabir halaman-324) Ini menunjukkan kemustahilan dari setiap pertengkaran atau klaim oleh orangorang kasta tinggi bahwa ada perbedaan fisik antara laki-laki dari kasta yang berbeda. Guru menunjukkan bahwa hukum alam tidak melakukan reaksi secara berbeda kepada laki-laki dari kasta yang lebih tinggi. Sejak alam tidak membuat diskriminasi dalam mendukung laki-laki dari kasta yang lebih tinggi dengan mengakui keunggulan mereka dengan cara apapun, mitos keunggulan kasta jelas dilihat sebagai buatan manusia. Guru menyatakan: "Apa kelebihan dalam kasta? Kebenaran yang nyata adalah bahwa orang yang menicipi racun akan mati. " (Var Majh, Mohalla 1, halaman-142) Guru secara keras menganggap kasta sebagai kesesatan dan kelainan sosial ketika ia mengatakan: "Setiap orang mengatakan ada empat kasta, tetapi ini berasal dari Tuhan bahwa setiap datang; Hal yang sama adalah tanah liat menjadi mode seluruh dunia; Lima elemen membentuk bentuk tubuh, dan siapa yang bisa mengatakan siapa yang memiliki kurang dari ini atau siapa yang memiliki lebih? " (Rag Bhairon Mohalla 3, halaman-1128) 25 Guru menyangkal bahwa perbedaan kasta manusia itu lazim sejak awal. Dalam pernyataan zaman purba: "Tidak ada orang dari kasta atau kelahiran yang dapat dilihat ... Tidak ada perbedaan warna atau mantel atau dari Brahman atau Kashatriya ......" (Maru Mohalla 1, halaman-1035-36) Klaim bahwa orang-orang dari kasta yang berbeda berasal dari bagian yang berbeda dari manusia purba juga ditolak oleh Guru: "Kasta Nya adalah tidak mempunyai kasta. Dia tidak menjelma, Dia adalah keberadaan diri-Nya .... Semua hati diterangi oleh cahaya Tuhan ....." (Sorath Mohalla 1, 1-2 dari 6, halaman-597) Guru, dengan demikian, menolak untuk mengakui lembaga kasta dalam etika sosial dan lanjut menyangkal Tuhan memiliki beberapa kesenangan dengan membawa mereka keluar dari bagian-bagian yang lebih tinggi dari tubuh-Nya. (Ini adalah beberapa argumen dari kaum Brahmana untuk memiliki keunggulan dari kelahiran kasta rendah). Akhirnya hal ini dipegang oleh Guru bahwa kasta adalah tidak memiliki pertimbangan dalam kesadaran spiritual, bahwa laki-laki dari kasta rendah tidak perlu menunggu untuk dilahirkan kembali di kelas berikutnya yang lebih tinggi untuk mencapai pembebasan: "Tumra Jan jat avijata har japio patat pavichhe." (Mohalla Basant 4, halaman-1178) "Barang siapa merenungkan Tuhan, ada kasta atau tidak ada kasta, ia menjadi pemuja yang diberkati Tuhan. " (Terjemahan di atas) Guru kesepuluh, Guru Gobind Singh, menyatakan kasta adalah sesuatu yang tabu dalam perintah Khalsa. Dalam Akal Ustat, ia menyatakan, "Tidak ada pertimbangan kasta atau keanggotaan varna." Dia lebih lanjut menulis, "Saya 26 tidak akan mengadopsi kebiasaan kepercayaan apa pun, tetapi akan menabur benih kasih Tuhan yang murni." (Vachitar Natak, bab 6, ayat 34). Yang pertama bagian dari Sikh adalah baptisan dalam perintah Khalsa milik kasta yang berbeda. Teori tugas terpisah untuk kasta yang berbeda digantikan oleh tugas etis dan agama yang sama untuk semua orang. Oleh karena itu, kesamaan pokok dari semua orang dipastikan dengan tiket masuk gratis dan sukarela dalam perintah Khalsa. 3.1.11.2 Persamaan Sosial Kekayaan juga menjadi penentu kelas sosial sebagai lawan terhadap kelahiran dalam kasus sistem kasta. Dalam ajaran Sikh hubungan antara kelas berdasarkan sumber-sumber ekonomi adalah pertimbangan dalam hal kesetaraan. Hal itu menolak gagasan lebih tinggi secara kehidupan ekonomi lebih baik ditempatkan di atas orang lain. Guru berkata: "Orang yang mengetahui Tuhan melihat kepada semua orang sebagai orang yang sama, Seperti angin bertiup pada orang biasa dan raja adalah sama. " (Gauri Sukhmani Mohalla 5, 8-1, halaman-272) Jadi dalam ajaran Sikh kelas yang lebih tinggi tidak diatur oleh kode etik yang terpisah, tetapi semua orang, kaya atau miskin, berhak untuk kesetaraan penilaian, nilai dan sosial yang sama. Karena kematian adalah penyamarataan, Guru menyoroti gagasan ini: "Seseorang hidup tidak untuk selamanya di dunia; Baik raja maupun pengemis akan tetap, mereka semua datang dan pergi. " (Ramkali Mohalla 1, 11, halaman-931) Oleh karena pertimbangan yang tidak tepat dari keunggulan peringkat didasarkan pada konsepsi yang salah dari sifat dunia. Kebutuhan untuk pengakuan martabat 27 manusia, terlepas dari kelas ekonomi, juga ditekankan dalam anekdot dari biografi Guru Nanak disebut kisah Bhai Lalo dan Malik Bhago. Dalam insiden itu Guru Nanak menolak makan malam yang agak mewah dari Malik Bhago untuk roti biasa dari butir kasar Bhai Lalo. Moral ditarik bahwa kaum miskin tidak seharusnya diperlakukan dengan rendah, semua harus diperlakukan dengan sama terlepas dari sumber daya material mereka. 3.1.12 Status Wanita Posisi wanita dalam masyarakat di India, belum selalu sama. Sementara pada waktu ia telah diberikan status yang sangat tinggi, ada juga kasus sejarah dan contoh kitab suci ketika berada di bawah beberapa pengaruh, dia telah diturunkan ke posisi yang lebih rendah. Pada awal ajaran Sikh status perempuan sangat rendah dalam masyarakat India. Dalam ajaran Sikh dianggap masuk akal untuk menganggap wanita seorang 'penggoda wanita' atau 'penggoda' atau 'najis'. Guru tidak menganggap 'perempuan' sebagai halangan dalam perjalanan ke tujuan akhir dari Kebahagiaan Abadi. Dengan demikian, Guru menolak pertapaan atau penolakan sebagai jalur yang diharuskan, dan menganggap rumah pemegang kehidupan jika dipimpin dengan cara yang benar, lebih tinggi dari seorang pertapa. Dengan menekankan jenis visi ini untuk rakyat, Guru menekankan bahwa perempuan harus diberi status terhormat dalam setiap segmen sosial masyarakat. Guru Nanak menegaskan bahwa perempuan sama sekali tidak kalah dengan laki-laki: "Dari wanitalah kelahiran kita, dalam rahim wanita kita terbentuk; Kepada wanita kita tunangan, untuk wanita kita menikah; Wanita itu adalah teman kita dan dari wanitalah keluarga; Jika seorang wanita meninggal, kita mencari yang lain, 28 melalui wanitalah terjadi ikatan dunia; Mengapa memanggil wanita jahat yang melahirkan raja-raja? Dari wanita itu datang wanita, tanpa wanita tidak ada apa-apa; O Nanak, Tuhan sendiri adalah satu-satunya Yang bebas dari wanita (karena Dia tidak lahir). " (Var Asa Mohalla 1, 2-19, halaman-473) Deklarasi ini menunjukkan dengan tegas penghargaan yang tinggi di mana status wanita dianggap dalam ajaran Sikh. Wanita ‘ibu dari pahlawan perkasa’ terangkat ke posisi tertinggi dalam hirarki makhluk. Dalam kode moral Sikh sejumlah besar dari kesepakatan perintah dengan penolakan praktek tidak etis seperti-(i) pembunuhan bayi perempuan, (ii) pengorbanan sang janda (Sati) dengan almarhum suami, dan (iii) memakai cadar. Dalam periode kuno di India, dinyatakan sesuai dengan kewenangan spiritual bahwa membakar diri pada kayu pembakaran jenazah suaminya merupakan satusatunya jasa bahwa seorang wanita yang saleh bisa mengikuti, tidak hanya akan seorang wanita menikmati kebahagiaan abadi di surga bersama dengan suaminya, tetapi tindakan itu akan menebus dosa-dosa dari tiga generasi keluarga suaminya baik pada ayahnya dan juga ibunya. Guru Amar Das, Guru ketiga, melakukan kampanye besar-besaran melawan praktek Sati, dan dengan demikian dia membebaskan wanita dari penindasan sosial dan kekejaman agama. Guru menyatakan bahwa: "Sati adalah orang yang hidup puas dan menghiasi dirinya dengan perilaku yang baik, dan menghargai Tuhan dan panggilan-Nya." (Rag Suhi, Slok Mohalla 3, 2-6, halaman-787) Salah satu perbaikan sosial yang paling terkenal adalah emansipasi wanita. Banyak wanita menemukan keselamatan melalui ajaran Guru. Dalam pernikahan kembali seorang janda dalam ajaran Sikh juga diizinkan dimana janda bisa direhabilitasi jika dia begitu menginginkannya. 29 3.1.13 Lembaga Sangat dan Pangat 3.1.13.1 Sangat – Lembaga Suci Sangat berarti perkumpulan atau jemaat, tetapi dalam ajaran Sikh Sangat biasanya disebut Sat Sangat (jemaat suci) yang dapat didefinisikan sebagai Rumah Kebenaran di mana orang mengasihi Tuhan dan belajar untuk hidup di dalam Dia: "Sat Sangat kaisi janiai jithai eko vakhaniai nam." (Sri Rag Mohalla 1, halaman-72) 'Bagaimana kita harus tahu Sat Sangat? Di mana pecinta Kebenaran terus bersekutu dengan Satu Tuhan saja. " (Terjemahan di atas) Sekali lagi Guru keempat memberikan definisi Sangat: "Sat Sangat adalah sekolah Guru Sejati, Di sana kita belajar untuk mengasihi Tuhan dan menghargai kebesaran-Nya. " (Var Kanra Mohalla 4, halaman-1313) Guru Nanak memberikan hal yang sangat penting untuk mengatur Sangat, majelis kudus, dan dimanapun dia pergi, dia mencoba untuk membangun mereka. Firman Tuhan (Gurbani) dan Sat Sangat adalah hanya dua yang berarti bahwa Guru menggunakannya untuk menyingkirkan orang-orang egois dan bernafsu jahat, dan akhirnya untuk keselamatan mereka dan untuk menyatukan mereka dengan Tuhan: "Sat Sangat adalah perbendaharaan Nama Ilahi; Di sana kita bertemu dengan Tuhan; Melalui karunia Guru, Seseorang menerima Terang dan semua kegelapan terhalau. " (Sarang ki Var, Mohalla 1, halaman-1244) Ini adalah fakta yang diakui bahwa kemajuan spiritual tidak dapat dicapai tanpa adanya Kesucian. Masyarakat yang kudus adalah sarana untuk menghancurkan egoisme dan membantu seseorang dalam membebaskan diri dari nafsu jahat: 30 "Kekotoran egoisme yang terus-menerus telah mengotori jiwa, Akan dihapus hanya dalam Masyarakat Suci. Sama seperti besi mengapung kemudian yang diikat dengan kayu Jadi seseorang akan menyeberangi lautan hidup dengan mengikuti Firman Guru dalam kesatuan orang-orang kudus. " (Kanra Mohalla 4, halaman-1309) "O teman, katakan padaku bagaimana aku bisa menyeberang Melalui sulinyat laut Maya; Jika Tuhan dalam rahmat-Nya memberikan persekutuan yang benar Nanak, Maya tidak akan datang bahkan mendekat. " (Bavan Akhri Mohalla 5, (7), halaman-251) Kemana pun Guru Nanak pergi, penganut Sikh membangun Gurdwara (rumah Guru) dan bertemu di sana setiap hari dan dibentuk menjadi Sangat yang tetap. Sejak masa Guru ketiga, Guru Amar Das, sudah terasa bahwa orang-orang Sikh harus memiliki kedudukan sendiri sebagai agama. Ia mendirikan kota Chak Ram Das yang sekarang dinamai, Amritsar, dan dia mendapat Bawli (sebuah sumur dengan tangga mencapai ke permukaan air) yang dibangun di Goindwal. Guru keempat dan kelima juga menunjukkan minat besar dalam membangun pusat-pusat keagamaan baru untuk pengikut mereka seperti Amritsar, Kartarpur dan lain-lain. Pusat-pusat keagamaan membentuk kesatuan yang erat demi meningkatkan komunitas Sikh. Para Sikh Sangat yang dari jauh dan dekat biasa mengunjungi pusat-pusat dan memiliki kesempatan tidak hanya bertemu Guru Kudus dan memiliki berkat-berkatnya, tetapi juga untuk mendekatkan diri satu sama lain. Selama berkunjung mereka diberi akomodasi gratis dan makanan gratis. Simron (partisipasi dalam ibadah harian) dan seva (partisipasi dalam proyek-proyek komunitas dan Guru ka Langgar, dapur) adalah dua unsur utama dari rutinitas sehari-hari kunjungan para Sikh. Kedekatan ini membentuk dasar sebuah organisasi masyarakat Sikh yang baik dan utuh. 31 Proses penggabungan Sikh berangkat dari tangan ke tangan dengan tujuan pembesaran kedudukannya. Selama masa Guru ketiga, ada dua puluh dua manjis dan lima puluh dua piris, yang semua pusat besar dan kecil untuk penyebaran agama Sikh di negara ini. Guru Ram Das, Guru keempat, membentuk sebuah perintah baru dari misionaris yang disebut Masands. Perintah baru ini diatur ulang dan diuraikan oleh Guru kelima. Karena jumlah Sikh Sangat yang baru tumbuh lebih pesat di negeri ini, cara inisiasi calon Sikh melalui upacara Charanpauhal (Charanamrit) diizinkan untuk semua misionaris yang berwenang. Meskipun Charanamrit yang ideal adalah yang dikelola oleh Guru sendiri, karena tidak mungkin bagi Guru untuk hadir secara fisik di mana-mana, otoritas inisiasi dilimpahkan kepada misionaris lokal. Sebagian besar orang-orang yang datang ke pangkuan Sikh sebagai hasil dari upaya di atas, turun dari kelas komersil yang sebagian besar tinggal di kota-kota. Selama periode Guru kelima, kegerakan menjadi populer di negara tetangga juga, dengan hasil bahwa sejumlah besar Majha Jat memeluk ajaran Sikh. Keuangan juga paling diperlukan untuk keberhasilan gerakan apapun. Pada awalnya, persembahan sukarela dari para pemuja mencukupi. Ketika proyekproyek besar telah dilakukan, kenyataan yang ditemukan tidak memadai. Dalam rangka memenuhi situasi, masands diminta tidak hanya berkonsentrasi pada penyebaran ajaran-ajaran Sikh, tetapi juga untuk mengumpulkan persembahan sukarela dari umat beriman dan untuk membawa mereka ke markas besar Guru. Pada permulaan Sikh Sangat hanyalah sebuah pertemuan keagamaan umat, lebih kurang berfungsi dalam isolasi. Secara bertahap ada peningkatan dalam fungsinya. Persiapan salinan kitab suci, dalam membangun pusat agama tertentu, 32 lembaga Manjis dan Masands sebagai lembaga kepemimpinan pusat dan penegasan prinsip supremasi Guru, semua faktor ini umumnya berhubungan dalam menyatukan satu dengan lainnya. Oleh karena itu, isolasi satu dari yang lain berkurang. Gerakan ini terus berlanjut sampai mencapai puncaknya dalam penciptaan Khalsa bertujuan untuk keseimbangan kombinasi dari cita-cita Bhakti dan Shakti, keunggulan moral dan spiritual dan keberanian militan atau kepahlawanan dari perintah tertinggi. Sehari sebelum ia meninggalkan dunia ini, Guru Gobind Singh membuat pengumuman bersejarah menghapuskan garis kepribadian Guru dan menganugerahkan kekuasaan musyawarah pada Khalsa. Dengan dasar Khalsa, jaringan semi terpadu Sangat sepenuhnya terbuka. Para investasi dari Khalsa dengan kekuasaan tertinggi, menandai selesainya proses panjang sekitar dua setengah abad. Setiap orang terlepas dari kasta, keyakinan dan kemerosotan bisa menjadi anggota Sangat. Semua layanan dapat dilakukan oleh umat Sikh dan non-Sikh kecuali fungsi baptisan yang hanya dapat dilakukan oleh Khalsa yang hidup sampai baik. Sangat tidak hanya pertemuan jamaah saja juga bukan hanya sebuah forum untuk mencari keselamatan pribadi dan berkat, tetapi telah berdiri selama orientasi ulang kehidupan individu dan masyarakat terhadap keberadaan tujuan kreatif. Sangat dianggap begitu penting sehingga bahkan Guru biasa tunduk pada keputusan itu. Guru Arjan tidak menikahkan anaknya dengan putri Chandu karena Sangat telah memutuskan melawan itu. Sangat bisa menjadi unit kecil tetapi dalam Totalitas, itu disebut Panth-Jalan Kudus Kehidupan. 33 3.1.13.2 Pangat – Dapur Bebas Guru yang Dikenal dengan Langgar Lembaga lain, yaitu Pangat atau Langgar (ruang makan umum gratis), yang diselenggarakan hampir bersamaan dengan Sangat. Ini dimulai oleh Guru Nanak dan hal ini digabung dan diperluas oleh pengaruh Guru ketiga. Aturan Langgar mewajibkan semua harus duduk di baris yang sama dan mengambil bagian dari makanan yang sama tanpa ada perbedaan tinggi atau rendah, kaya atau miskin, dan raja atau petani. Itu adalah perintah Guru Amar Das bahwa tidak ada yang bisa melihat kehadirannya kecuali kalau dia makan di Langgar tersebut. Ketika Raja atau Haripur atau bahkan Sultan Akbar, datang untuk melihat Guru, mereka harus duduk dengan orang umum lainnya dan makan bersama-sama dengan mereka sebelum Guru memberikan persetujuan untuk melihat mereka. Dengan cara ini orang-orang dibuat untuk meninggalkan prasangka sosial mereka. Dapur umum juga menjabat sebagai media integrasi sosial. Lembaga Pangat memberikan ukuran sekuler lembaga Sangat. Yang paling penting adalah menerjemahkan prinsip kesetaraan dalam praktek, dan juga melayani seperti suatu kekuatan yang erat antara pengikut Sikh. Lembaga ini memberikan perlindungan terhadap praktek sosial yang tak bermoral yang merupakan hasil dari sistem kasta. Lembaga ini dijalankan dengan bantuan dan kontribusi dari semua dan tidak dilakukan oleh satu orang tertentu atau kelas seseorang. Dapur gratis di mana raja dan petani bisa sama-sama berantakan, memupuk semangat amal dalam skala besar dan juga menjadi kekuatan yang mengikat dengan sangat kuat. 34 3.1.14 Persaudaraan yang Mendunia Cita-cita persamaan sosial bukan tujuan akhir dari etika ajaran Sikh. Kesetaraan ini dapat dipertahankan tanpa merasa perasaan sayang atau memperhatikan satu sama lain, tetapi kenyataan kesetaraan seperti itu tidak akan cukup karena tidak sesuai dengan cita-cita moral kemanusiaan. Oleh karena itu dalam rangka untuk membuat utuh, harus dipenuhi dengan ide kesatuan spiritual umat manusia. Guru menyatakan: "Selama keluar dari satu api, jutaan percikan api muncul, muncul dalam pemisahan tapi datang bersama-sama lagi ketika mereka jatuh kembali dalam api. Seperti dari tumpukan debu, butiran menyapu debu dan mengisi udara, dan jatuh mengisi di tumpukan debu. Seperti keluar dari satu aliran, gelombang yang tak terhitung bangkit dan menjadi air, jatuh kembali dalam air lagi. Jadi dari bentuknya Tuhan muncul hal-hal yang hidup dan mati dan karena mereka muncul dari-Nya, mereka akan jatuh lagi kepada-Nya. " (Guru Gobind Singh-Akal Ustat) Ini berarti bahwa setiap manusia berhak diperlakukan sebagai anggota dari persaudaraan manusia yang sama. Sesama manusia bukanlah sesuatu 'yang lain'. Guru berkata: "Bertemu dengan Guru, aku telah dibebaskan dari rasa perbedaan itu." (Bhiro Mohalla 5, 1-29-42, halaman-1148) Yang lainnya sebenarnya bukanlah sesuatu 'yang lain', tetapi rekan pengikut dari sumber emanasi yang sama dan bagian dari tatanan rohani yang sama. Rasa persaudaraan kemanusiaan, dengan demikian, dihubungkan oleh ikatan yang lebih daripada keluarga, sosial atau persamaan secara nasional. Persaudaraan umat manusia ini dalam pengertian Tuhan menjadi ayah bersama adalah penekanan oleh Guru: "Engkau adalah ayah dari kami semua.....semua adalah teman, Tidak asing bagi Engkau. " (Majh Mohalla 5, halaman-97) 35 Guru menekankan kepada ikatan bersama dari keberadaan di dunia: "Udara adalah Guru, air adalah ayah, ibu adalah bumi yang besar; Dalam putaran dua perawat, siang dan malam, seluruh dunia dibesarkan. " (Japji, Slok, halaman-8) Menurut Guru, persaudaraan itu adalah kenyataan tetapi tersembunyi dari kita oleh selubung haumai (ke-aku-an atau individualitas). Haumai adalah kotoran atas pikiran kita yang telah dikumpulkan selama proses transmigrasi. Setelah kotoran atas pikiran kita dihapus dan selubung haumai (ke-aku-an) ditebang, hubungan yang melintasi pertalian manusia menjadi kenyataan yang jelas. Selama pikiran kita tetap di balik tirai ke-aku-an, pemahaman kita akan terus menjadi hampa dan jauh dari kenyataan. Bagaimana kita membersihkan pikiran kita? Seperti disebutkan sebelumnya bahwa Guru memberikan arah bagaimana untuk membersihkan pikiran: "Hanya melalui pujian dan doa kepada Tuhan Pikiran akan menjadi murni. " (Wadhans Mohalla 1, halaman-557) Setelah pikiran menjadi murni, itu mencapai puncak rohani di mana kenyataan membuka dan semua kebodohan hilang dan kemudian rasa persaudaraan universal berlaku: "Ada satu Ayah dari kita semua Dan kita adalah anak-anak dari Ayah yang sama. " (Sorath Mohalla 5, halaman-611) "Aku bukan seorang Hindu atau seorang Muslim; Jiwa dan tubuh milik Tuhan apakah Dia disebut Allah atau Ram. " (Bhairo Mohalla 5, halaman-1136) "Wahai mataku, Tuhan menanamkan cahaya kepadamu, tak melihat sesuatu pun kecuali Tuhan; Tak melihat sesuatu pun kecuali Tuhan; melihat-Nya dengan saksama. Semua di dunia ini yang kau lihat adalah gambar Tuhan; gambar Tuhan kelihatan di dalamnya. Ketika oleh kasih karunia Guru aku menerima pemahaman, Aku melihat bahwa Tuhan adalah Satu, dan bahwa tidak ada yang lain. 36 Firman Nanak, mata ini buta, tetapi ketika bertemu Guru sejati mereka memperoleh cahaya ilahi. " (Ramkali Mohalla 3, Anand-36, halaman-922) Setelah dengan rahmat Guru, hati kita dipenuhi dengan cahaya ilahi, maka tidak ada 'yang lain', tidak ada permusuhan, tidak ada kebencian, tetapi semua mementingkan kepentingan orang lain dan pelayanan untuk persaudaraan umat manusia. Dalam pengalaman praktis kita menemukan contoh Bhai Ghanaya. Di medan perang Bhai Ghanaya bertugas untuk memberikan air kepada yang haus. Dia ditemukan memberikan air untuk orang-orang Sikh serta Hindu dan Muslim. Sikh mengeluh kepada Guru bahwa Bhai Ghanaya memberikan air untuk tentara musuh yang setelah mendapatkan air, menjadi segar dan berperang lagi melawan mereka. Guru memanggilnya dan bertanya apa yang dikeluhkan umat Sikh. Bhai Ghanaya menjawab, "Wahai raja yang benar, saya tidak melihat siapa teman dan siapa musuh. Aku melihat gambar Anda di setiap dari mereka adalah sama. Saya melihat bahwa mereka semua orang Sikh dan tidak ada yang lain dan saya memberikan air untuk setiap seorang dari mereka." Ini adalah tahap mental yang diinginkan dan diperintahkan oleh Guru ketika pikiran seseorang terangkat di atas garis agama, ras, warna kulit, atau badan nasional; dan rasa persaudaraan universal yang sesungguhnya lahir: "Ttidak ada musuh, tidak ada 'yang lain', Rasa persaudaraan universal telah datang kepadaku. " (Kanra Mohalla 5, halaman-1299) Sikh percaya di dalamnya, berdiri teguh untuk itu dan mengambil langkahlangkah praktis untuk menyadarinya. Ada banyak contoh dalam sejarah Sikh untuk menekankan fakta ini. 37 Guru Nanak melakukan perjalanan selama empat belas tahun dengan kaki dan ia menutupi area dari Pegunungan Assam di India timur sejauh Iran dan Irak di barat; dari Tibet di Utara sampai Sri Lanka di selatan. Selama perjalanan panjang ini ia pergi ke berbagai kuil Hindu yang terkenal dan pusat belajar mereka, Matematika dari Sidhas, dan berbagai pusat Mohammad termasuk Mekah, dan menyampaikan pesan Ilahi (persaudaraan umat manusia dan Kebapaan Tuhan) yang mana dia datang ke dunia ini . Tidak pernah dia meminta siapa pun untuk menjadi murid nya untuk pergi ke surga. Dia lebih memegang jaminan untuk seluruh umat manusia bahwa jika seseorang, terlepas dari ras, warna kulit, kasta, keyakinan, jenis kelamin, agama atau kebangsaan, bermeditasi pada Tuhan, Yang Tak Berbentuk, akan mendapatkan pembebasan: "Jo jo japai sehingga Hoai Punit Bhagat bhai lavai manhit. " (Gauri Sukhmani Mohalla 5, 20-7, halaman-290) "Ia akan menjadi murni, siapa yang mengulangNama-Nya Dengan pengabdian, kasih sayang dan cinta sepenuh hati. " (Terjemahan di atas) Sikh sepenuhnya berpegang teguh untuk persaudaraan universal dalam perkataan dan dalam roh. Setiap Sikh tinggal di setiap sudut dunia ketika dia berdoa di pagi hari dan di malam hari, mengakhiri doanya dengan mengatakan: "Dengan Rahmat-Mu, kiranya setiap orang diberkati di dunia." 3.1.15 Gambar Para Guru Beberapa seniman telah melukis gambar imajinasi dari semua sepuluh Guru. Apakah seniman ini pernah melihat Guru? Seseorang dapat menemukan gambar-gambar tergantung di hampir semua Gurdwara dan di sebagian besar rumah umat Sikh. Ironi nasib adalah bahwa banyak kaum Sikh menempatkan 38 karangan bunga pada gambar-gambar dan juga membakar dupa di depan gambar mereka. Bukankah berhala menyembah (gambar)? Bagaimana bisa kita menyebut ini Gurmat? Dalam Zafarnama yang mana Guru Gobind Singh menulis surat kepada Kaisar Aurangzeb, ia menyebutkan tentang puncak Raja-Raja "Mereka menyembah berhala, dan aku merupakan pemutus penyembahan berhala.." Karena Guru merupakan pemutus penyembahan berhala, dia menyebut Sikh sekarang telah menjadi penyembah berhala (gambar)! Dari Guru Nanak sampai Guru Gobind Singh, penekanan diletakkan untuk menyembah hanya satu Tuhan, Yang Tak Berbentuk, dan mereka sangat melarang penyembahan berhala, kremasi, Samadhies, makam dan lain-lain. Penyembah gambar ini mengutip ayat-ayat berikut dari Gurbani dalam mendukung aksi mereka : "Gur Ki Murat meh Dhyan pria." (Gaund Mohalla 5, halaman-864) 'Menyembah gambar Guru dalam pikiran. " (Terjemahan di atas) 'Satgur ki murat hirdai vasai. " (Dhanasri Mohalla 1, halaman-661) Apa GURU dan apa MURAT Guru (gambar)? Menurut gurbani, Guru bukanlah tubuh (deh), Guru adalah Jot (Cahaya Ilahi) dan Murat Guru (gambar) adalah Firman Tuhan (Gurbani): "Menuliskan Roop aap har gur Nanak kahaio." (Swayas Bhattan, halaman-1408) Para Gurmat (ajaran Guru) menjelaskan bahwa Guru sejati bukanlah tubuh fisik dan oleh karena itu tubuh tidak dianggap layak untuk disembah: 39 "Satgur Niranjan soi Manukh Roop ka na kar Januari " (Ramkali Mohalla 5, halaman-895) Oleh karena itu, arti "Gur ki murat man meh dhayan" jelas tidak menyembah gambar Guru tapi untuk menempatkan perhatian dalam pengertian Sabad (Firman). Gurbani menegaskan bahwa dengan melihat tubuh fisik Guru, keselamatan tidak dapat dicapai: "Satgur ada sabh ko vekhda Jeta jagat Sansar Didhai mukat na hovai jichar sabad na kare vichar. " (Slok Mohalla 3, halaman-594) Jika dengan melihat tubuh Guru seseorang bisa mendapatkan keselamatan, maka Mehta Kaluji tidak akan menampar putranya, Guru Nanak. Karena ayah telah melihat Guru, ia harus sudah mencapai keselamatan. Sebaliknya sejarah telah mencatat bahwa Mehta Kaluji tidak bisa melihat Cahaya Ilahi dalam anaknya dan terus menampar dia. Jika dengan melihat tubuh Guru seseorang bisa mendapatkan keselamatan, kedua putranya, Sri Chanad dan Lakhmi Das, tidak akan mendurhakai Guru, ayah mereka. Algojo yang menuangkan pasir panas di atas tubuh telanjang Guru Arjan, tidak akan melakukan itu, karena ia telah melihat Guru dan harus mendapatkan keselamatan. Algojo tidak akan memenggal kepala Guru Tegh Bahadur, karena ia telah melihat Guru. Karena itu, ketika Guru berada dalam tubuh manusia bahkan kemudian hanya dengan melihat tubuh fisik Guru tidak memberikan keselamatan kepada siapa pun, bagaimana mungkin Foto Palsu ini dapat meyelamatkan kita? Mereka hanya dapat menggelincirkan kita dari jalan benar yang ditentukan Gurmat. Dalam Tavparsad Swayas, Guru menjelaskan bahwa mereka yang menyembah berhala adalah 'Pas' (seperti binatang): 40 "Kou butan pujat hai ko 'pas' kou butan ko pujan dhayo." Yang artinya: "Beberapa menyembah batu yang menempatkannya di kepala mereka, Beberapa lingam yang menggantung dari leher mereka; Beberapa melihat Tuhan di selatan, Beberapa kepala busur mereka ke barat; Beberapa orang-orang bodoh menyembahberhala, orang lain sibuk sendiri dengan menyembah orang mati; Seluruh dunia terjerat dalam upacara palsu yang tidak menemukan rahasia Tuhan. " (Guru Gobind Singh-Tavparsad Swayas) Beberapa umat Sikh juga mengenakan kalung dengan gambar Guru di leher mereka. Apakah Gurmat? Ini benar-benar manmat, ini adalah kebusukan. Guru bukanlah berhala. Guru bukanlah gambar. Guru bukan tubuh manusia. Setelah ia menghembuskan nafas terakhir, tidak ada yang bisa menemukan mayat Guru Nanak. Oleh karena itu Guru adalah Jot. Guru adalah Cahaya Ilahi. Guru adalah semua yang melingkupi Roh Ilahi. Guru adalah Firman Tuhan (Gurbani). Untuk karangan bunga untuk gambar palsu dan gambar imajinasi Gurus benarbenar anti Gurmat. Bagaimana kita bisa memiliki berkat Guru ketika kita bertindak sangat melawan ucapan Guru? Impersonal Mutlak tidak dapat ditempatkan sebagai gambar. Dia tidak memiliki bentuk dan, dengan demikian, tidak dapat dijelaskan melalui simbolsimbol. Tindakan tersebut dalam diri mereka tidak akan memenangkan persetujuan Guru. Tanpa kesetiaan total pada perintah Guru, iman Sikh akan terkubur di bawah tumpukan dogma yang tidak masuk akal, ritual yang tak berarti dan kegiatan seremonial. Sikh bukanlah dogma tapi cara hidup menurut Guru Rahit Maryada (kode etik). Seorang Sikh harus memegang firman gurunya sebagai yang tertinggi dalam 41 keberadaan sehari-hari. Tanpa memuliakan kehadiran-Nya dalam keberadaan seseorang, hidup akan terkontaminasi dan tercemar dan akan berada dalam keadaan menyedihkan yang akan menyebabkan kemerosotan rohani. Perenungan yang mendalam dan berkesinambungan dalam Nam diperlukan dan sangat diperlukan untuk peninggian karakter Sikh. Nam bukanlah filsafat juga bukan pengetahuan yang bisa diperoleh dari buku. Ini tinggal di dalam dan diwujudkan dari dalam melalui rahmat Guru yang benar (Gurbani – Firman Tuhan). Biarlah dengan mengikuti berikut akan menjadi doa kita sehari-hari: "Wahai temanku, Guru yangIlahi! Terangilah pikiran saya dengan Nama Ilahi! Biarlah Nama mengungkapkan k epadaku oleh Guru akan jadi pendamping hidupku; Dan bernyanyi untuk Kemuliaan-Mu menjadi rutinitasku sehari-hari." (Rag Gujri Mohalla 4, halaman-10) 3.1.16 Benda-benda Kepercayaan Jasmaniah 3.1.16.1 Kesh Kesh adalah rambut panjang yang tidak dipangkas. Ini merupakan sebuah simbol keagamaan. Kesh mengingatkan Khalsa supaya menjadi seperti Guru. Hal ini sebagai tanda pengabdian dan kesadaran kelompok, menunjukkan keinginan Khalsa kepada kemauan Tuhan. Rambut panjang telah lama menjadi bagian dari banyak nabi dari berbagai agama seperti Yesus, Musa dan Buddha. Menurut Bhai Dalip Singh, rambut harus dipelihara dengan baik dengan cara diikat dan disisir setiap hari. 42 3.1.16.2 Dastar Dastar adalah sorban atau ikat kepala. Ini merupakan simbol dari kerajaan dan martabat. Menurut sejarah sorban telah diselenggarakan sebagai penghargaan tinggi dalam budaya Timur dan Timur Tengah. Guru Gobind Singh megubah simbol budaya ini menjadi syarat keagamaan supaya Khalsa selalu memilki harga diri yang tinggi. Hal inilah yang membedakan agama Sikh dari pemeluk agama lainnya yang memelihara rambut panjang tetapi memakai penutup kepala atau membiarkan rambutnya kusut tidak teratur. Sorban tidak bisa ditutupi dengan perlengkapan kepala lainnya atau digantikan dengan penutup atau topi. Memakai sorban merupakan sebuah perintah bagi pria Sikh dan sebuah pilihan bagi wanita Sikh. Gambar 3.1 Dastar atau sorban 3.1.16.3 Kangha Kangha adalah sebuah sisir. Ini merupakan sebuah simbol kesehatan dan disiplin sebagai kebalikan dari rambut kusut yang tidak dirawat. Khalsa diharapkan secara teratur menyuci dan menyisir rambut mereka sebagaimana yang seharusnya seorang murid. 43 Gambar 3.2 Kangha atau sisir 3.1.16.4 Kara Kara adalah sebuah gelang besi. Ini merupakan sebuah simbol untuk mengingatkan para penggunanya akan pengekangan aksi mereka dan ingatan kepada Tuhan setiap waktu. Gambar 3.3 Kara atau gelang besi 3.1.16.5 Kachha Kachha atau kachera adalah sebuah celana panjang dalam. Ini merupakan sebuah simbol yang menandakan pengendalian diri dan kesederhanaan. Gambar 3.4 Kachha atau celana panjang dalam 44 3.1.16.6 Kirpan Kirpan adalah sebuah pedang atau pisau formalitas. Ini merupakan sebuah simbol martabat dan perjuangan Sikh melawan ketidakadilan. Kirpan murni dipakai sebagai simbol keagamaan dan bukan sebagai senjata. Gambar 3.5 Kirpan atau pisau Secara keseluruhan, barang-barang ini dipakai oleh seorang Sikh. Gambar 3.6 Pemakaian barang-barang kepercayaan jasmani secara keseluruhan 3.1.17 Hidup Benar 3.1.17.1 Naam Japna Mengingat nama Tuhan dengan cara menyebutkan nama-Nya melalui sembahyang atau beribadah. Beribadah dilakukan dua kali setiap hari, yaitu pagi dan sore. Untuk sembahyang pagi dilakukan pada jam tiga pagi dan membacakan Japji Sahib, Jap Sahib dan Anand Sahib. Sedangkan sembahyang sore dilakukan pada jam dua sore dan membacakan Raheras Sahib dan Kirtan Suhela. 45 3.1.17.2 Kirt Temai Memperoleh penghasilan atau uang dengan bekerja keras, kreatif, produktif dan jujur. 3.1.17.3 Wand Chekna Berbagi penghasilan atau uang yang ada dengan cara membagi-bagikan makanan dan makan bersama-sama. 3.2 Hari Besar Agama Sikh Menurut Bhai Dalip Singh, hari besar agama Sikh adalah setiap hari lahir dan meninggalnya semua Guru, tahun baru Sikh dan juga hari Vaisakhi atau hari jadi agama Sikh (1699). Peringatan hari besar agama Sikh ini berdasarkan pada penanggalan kalender Sikh. Kalender ini berdasarkan pada tahun matahari tropis, sebagai pengganti perputaran bulan, yang berarti bahwa tanggal tidak akan berubah dari tahun ke tahun seperti yang sebelumnya dilakukan berdasarkan kalender bulan lama. 46 Bulan Sikh Chet Vaisakh Jeth Harh Sawan Bhadon Asu Katik Maghar Poh Magh Phagan Tanggal Awal Bulan Masehi 14 Maret 14 April 15 Mei 15 Juni 16 Juli 16 Agustus 15 September 15 Oktober 14 November 14 Desember 13 Januari 12 Februari Tabel 3.1 Penanggalan kalender Sikh No Tanggal Peringatan Kelahiran Kematian Peristiwa / Nama Guru 1 Tahun Baru Sikh Tanggal 1 Bulan Cet atau 14 Maret 2 Vaisakhi 13 April 3 Guru Nanak Dev 15 April 1469 22 September 1539 4 Guru Angad Dev 31 Maret 1504 29 Maret 1552 5 Guru Amar Das 5 Mei 1479 1 September 1574 6 Guru Ram Das 24 September 1534 1 September 1581 7 Guru Arjan Dev 15 April 1563 30 Mei 1606 8 Guru Har Gobind 19 Juni 1595 3 Maret 1644 9 Guru Har Rai 26 Februari 1630 6 Oktober 1661 10 Guru Har Krishan 7 Juli 1656 30 Maret 1664 11 Guru Tegh Bahadur 1 April 1621 11 November 1675 12 Guru Gobind Singh 22 Desember 1666 7 Oktober 1708 Tabel 3.2 Hari Besar Agama Sikh 47 BAB IV DESKRIPSI UPACARA PAHILA PARKAS DIHARA 4.1 Pengertian Pahila Parkas Dihara Secara harafiah, pengertian Pahila adalah pertama, Parkas adalah pembukaan atau kelahiran dan Dihara adalah hari. Jadi upacara Pahila Parkas Dihara adalah hari penyerahan atau penobatan Sri Guru Granth Sahib Ji sebagai Guru terakhir masyarakat Sikh. Jadi setelah guru kesepuluh meninggal, tidak akan datang lagi guru dalam rupa manusia. Jika ada yang mengaku sebagai guru, maka itu tidak benar. Kitab Suci inilah yang menjadi guru yang terakhir bagi masyarakat Sikh (Wawancara dengan Bhai Dalip Singh). 4.2 Latar Belakang Upacara Pahila Parkas Dihara Sri Guru Arjun Dev Ji, guru kelima menetapkan sebuah pusat tempat beribadah Sikh di Sri Harmandir Sahib di Amritsar, Punjab, India pada tahun 1604. Apa yang diinginkan Guru Arjun Dev sekarang adalah sebuah kitab untuk Sikh. Jadi Guru Arjun Dev mengumpulkan pujian-pujian tiga guru sebelumnya dan beberapa Bhagat dari Bhai Mohan, anak dari guru ketiga, Guru Amar Das Ji dan ditambah Gurbani (pujian) ayah Guru Arjun Dev dan pujian-pujiannya sendiri. Guru Arjun Dev Ji memperoleh Sri Guru Granth Sahib Ji yang ditulis oleh Bhai Gurdas Ji. Guru Arjun Dev Ji mendapatkan salinannya untuk dijilid. Bhai Bano Ji membawa Sri Guru Granth Sahib Ji untuk dijilid di Lahore dan dalam 48 perjalanan menyiapkan salinan. Ini dikenal sebagai salinan Bhai Bano. Guru Arjun Dev Ji mendapatkan yang asli setelah selesai dijilid. Setelah itu penobatan Sri Guru Granth Sahib Ji dilakukan di Harmandir Sahib tahun 1604. Baba Buddha ditetapkan sebagai Granthi atau penjaga pertama. Guru Arjun Dev Ji duduk di bawah loteng Bhai Mohan merayu dengan musik memakai tambura. Mohan tergugah mendengar nyanyian itu. Bhai Mohan turun dengan membawa Sri Guru Granth Sahib Ji dan mempersembahkannya kepada Guru Arjun Dev. Seperti yang dikatakan Gurbilas, Sri Guru Granth Sahib ditempatkan dalam tandu yang dihiasi batu mulia. Umat Sikh mengangkat dengan meletakkan di pundak mereka dan Guru Arjun Dev berjalan di samping dengan kaki telanjang. Guru Arjun Dev menolak mengendarai kudanya, ia mengatakan bahwa Sri Guru Granth Sahib merupakan jiwa keempat guru pendahulunya. Iring-iringan memutuskan perjalanan melalui Khadur Sahib untuk membuat tempat suci untuk penghormatan kepada Guru Anggad Dev Ji. Dua kos dari Amritsar, mereka disambut oleh Hargobind, anak paling kecil Guru Arjun, dan disertai oleh sejumlah besar masyarakat Sikh. Dia menunduk di kaki ayahnya dan dihujani bunga di depan pothi. Guru Arjun Dev Ji, Guru Hargobind Sahib, Bhai Gurdas dan Baba Buddha Ji sekarang memikul tandu di pundak mereka dan berbaris berjalan ke Amritsar, diiringi pemain musik dengan seruling dan gendang. Di Amritsar, Guru Arjun Dev Ji pertama sekali pergi ke Harimandir Sahib memanjatkan karahprasad dengan penuh rasa terimakasih. Mengutip Gurbilas lagi, sebuah tempat menarik di tengah hutan di daerah pinggiran Amritsar ditandai 49 Guru Arjun. Begitu padatnya dedaunan yang bahkan doa tidak bisa membuat sinar bulan masuk ke dalamnya. Itu seperti Panchbati itu sendiri, damai dan indah. Sebuah tenda digerek masuk ke dalam lingkungan idilis ini. Di sini, Guru Arjun dan Bhai Gurdas memulai kerja menjilid dalam kesucian. Guru Arjun Dev Ji memerintahkan bahwa pada waktu siang hari Sri Guru Granth Sahib Ji harus dibawa ke ruangannya sendiri. Saat malam tiba dijaga oleh dua pengawas, Bhai Buddha membacakan Sohila dan membuat kesimpulan ardas atau permohonan. Sri Guru Granth Sahib Ji ditutup dan dibungkus di dalam sutera. Bhai Buddha memegangnya di kepalanya dan berjalan ke kamar yang ditentukan Guru Arjun Dev Ji dan Guru memimpin pujian Sangat. Sri Guru Granth Sahib Ji di tempatkan di tempat yang ditetapkan, dan Guru Arjun tidur di lantai di samping Sri Guru Granth Sahib Ji. Setiap hari, pagipagi buta saat bintang masih bersinar di bawah genangan air, Sri Guru Granth Sahib Ji dikeluarkan dari tempatnya ke Harmandir Sahib dan dibawa kembali pada malam hari untuk beristirahat dalam kamar yang ditentukan Guru Arjun Dev Ji. Dan kegiatan ini terus berlanjut sampai sekarang. Tetapi jilidannya tidak sama. Salinan yang asli diletakkan di Kartapur ketika penerus Guru Hargobind Sahib meninggalkan Amritsar (www.digitalworld.com). 50 pada Arjun, Guru tahun 1634 Jadi, upacara Pahila Parkas Dihara ini adalah hari untuk memperingati bagaimana perjalanan Guru Arjun Dev Ji menempatkan Sri Guru Granth Sahib Ji atau yang disebut juga Adi Granth12 ke Golden Temple (Kuil Emas) di Amritsar. Gambar 4.1 Guru Arjun Dev Ji Menyembah Sri Guru Granth Sahib Ji 4.3 Komponen Upacara Pahila Parkas Dihara 4.3.1 Pendukung Upacara Pendukung upacara pada upacara Pahila Parkas Dihara ini adalah pelaku upacara, yaitu: pemimpin upacara dan peserta upacara. Upacara Pahila Parkas Dihara ini dipimpin oleh seorang pendeta yang disebut dengan Bhai. Pendeta yang memimpin upacara ini adalah Bhai Dalip Singh. Bhai Dalip Singh ini juga merupakan pendeta di Gurdwara Tebing Tinggi. Bhai bertugas memimpin upacara, yaitu mengarahkan pelaku upacara yang lain dalam melaksanakan upacara Pahila Parkas Dihara ini. Bhai juga bertugas dalam membuka sekaligus menutup upacara tersebut. 12 Adi Granth adalah edisi pertama dari Sri Guru Granth Sahib Ji yang disusun oleh Guru Arjun Dev Ji pada tahun 1604. 51 Sedangkan peserta upacara Pahila Parkas Dihara ini adalah umat Sikh yang ada di Sumatera Utara yang datang dari berbagai tempat yaitu Medan, Perbaungan, P. Siantar dan lain-lain. Peserta upacara ini tidak dibatasi secara latar belakang, usia, pekerjaan, asal tempat tinggal dan lain-lain. Mereka terdiri dari segala usia, mulai dari anak-anak, remaja, dan orangtua. 4.3.2 Tempat Upacara Tempat pelaksaan upacara Pahila Parkas Dihara yang diteliti ini, dilaksanakan di Gurdwara Shree Guru Granth Sahib Darbar di Jalan Tuanku Imam Bonjol no. 18 Tebing Tinggi. Gambar 4.2 Pamplet Gurdwara Tebing Tinggi 4.3.3 Waktu Upacara Waktu pelaksanaan upacara Pahila Parkas Dihara dilaksanakan berdasarkan kalender agama Sikh yang bernama jantri pada tanggal 17 bulan Bhadon. Dan pelaksanaan upacara yang diteliti oleh penulis ini dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus sampai 1 September 2010 atau dilaksanakan mulai hari senin, selasa dan rabu. Upacara dimulai pada pukul 10.00 WIB hari pertama tanggal 30 Agustus dan puncak acaranya pada hari ketiga tanggal 1 September 2010. 52 4.3.4 Benda dan Alat Upacara Benda-benda dan alat-alat (perlengkapan) upacara yang digunakan dalam upacara Pahila Parkas Dihara ini adalah: 1) Seperangkat sound system yang terdiri dari microphone dan pengeras suara. 2) Kitab Suci Sri Guru Granth Sahib Ji yang dibacakan dari awal sampai akhir. Gambar 4.3 Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji 3) Pedupaan yang dibakar untuk memberikan wewangian di dalam Gurdwara selama upacara dilaksanakan. Jika dupa yang dibakar habis, maka dibakar lagi yang baru sehingga ruangan Gurdwara tetap wangi. 53 Gambar 4.4 Pedupaan 4) Peralatan musik yang terdiri dari harmonuim, dholak dan juga tabla. Alat musik ini tidak dimainkan selama pembacaan Sri Guru Granth Sahib Ji berlangsung. Tetapi boleh dimainkan apabila sebelum dan sesudah Kitab Suci dibacakan. Musik boleh dimainkan oleh siapa saja yang rindu untuk memberikan puji-pujian kepada Tuhan baik yang berasal dari Kitab Suci sendiri maupun lagu-lagu rohani yang sudah ada. Gambar 4.5 Peralatan Musik 5) Peralatan Mahkota guru yang terdiri dari chanani, manji sahib, palki sahib, rumalla dan bantal kecil, chaur sahib, golak, nishan sahib. 54 Gambar 4.6 Peralatan Mahkota Guru 6) Bunga tabur yang akan ditaburi di atas Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji dan di atas tiang bendera. Gambar 4.7 Bunga Tabur di atas Kitab dan Tiang Bendera 7) Susu lembu untuk mencuci tiang bendera. Gambar 4.8 Susu untuk Mencuci Tiang Bendera 55 8) Bendera agama Sikh yang akan dinaikkan pada akhir upacara. Gambar 4.9 Bendera yang akan Dinaikkan 4.4 Kronologis Upacara Pahila Parkas Dihara Sebelum upacara dimulai pada pukul 10.00 WIB, semua jemaat Sikh sudah tiba dan berkumpul di Gurdwara. Dan bagi jemaat yang ingin bernyanyi diberi kesempatan untuk menyanyikan lagu-lagu rohani dan memainkan alat musik. Setelah itu Bhai Dalip Singh langsung memimpin upacara pembukaan yang di awali dengan doa meminta restu dan kekuatan dari Tuhan. Doanya berisi tentang permohonan supaya upacara Pahila Parkas Dihara yang akan berlangsung berjalan lancar dan dijauhkan dari segala halangan. Sesudah berdoa, Bhai melanjutkan dengan menyanyikan puji-pujian yang diambil langsung dari Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji yang berisi tentang pujian dan sekaligus maknanya untuk membuka suatu upacara yang diambil dari halaman 701 sampai 702 yaitu Jetshri Mahala Panjwa. Bagi jemaat yang hapal dengan ayat ini juga ikut melantukannya bersama dengan Bhai. Isi teks pujian 56 Jetshri Mahala Panjwa berikut berdasarkan apa yang dapat didengar oleh penulis, yaitu: jetshri mahala panjwa pahne pahne Sri Guru Arjun Dev Sahib Ji oh. pohi jane haseo dire jore jane baham baham sapratena dite khan at ho re, rahao. pohi jane haseo dire jore jane baham baham sapratena dite khan at ho re, rahao. manthan he pare ka tekia ho hasence senasen jore ya ka senahe mate neho teke erva te maha dikya te tore. ai ho syane kupenjene cekoho tumari yo re apperva sedane sindren soakhi ho rabe Nanak bantene core. ai ho syane kupenjene cekoho tumari yo re apperva sedane sindren soakhi ho rabe Nanak bantene core. Kemudian Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji dibuka dari awal untuk dibacakan sampai halaman terakhir yang dibawakan secara musikal (mengandung unsur nada, ritem dan dinamika). Selama Bhai membacakan Kitab tersebut jemaat yang ingin keluar atau masuk diperbolehkan, tetapi tidak boleh mengganggu selama Bhai membacakannya. Pembacaan Kitab secara musikal ini dinamakan Kirtan. Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji ini dilakukan bersambung atau tidak boleh putus-putus. Kitab ini dibacakan selama tiga hari dua malam sebanyak 1430 halaman. Karena tidak mungkin satu orang saja yang membawakannya, untuk itu Bhai dibantu oleh empat orang yang secara bergantian membacakannya. Masingmasing orang sudah dibuat jadwalnya sehingga yang lain dapat beristirahat dan makan dan minum. Masing-masing orang membacakannya selama dua jam dan begitu seterusnya sampai orang yang terakhir. Dan orang-orang yang membantu Bhai membacakan Kitab tersebut adalah orang-orang yang bisa membaca dalam alphabet Gurmukhi atau tulisan asli yang berasal dari kesepuluh Guru. Menurut 57 Bhai Dalip Singh, isi dari keseluruhan Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji merupakan pedoman bagi umat Sikh di seluruh dunia untuk beribadah kepada Tuhan. Bhai Dalip Singh mendapat giliran terakhir yaitu pada hari ketiga yang sekaligus menjadi pemimpin yang menutup upacara secara keseluruhan. Sebelum keseluruhan upacara ditutup di dalam Gurdwara dengan doa, jemaat yang isi mengisi acara diperbolehkan untuk menyanyikan pujian menggunakan musik. Selama sekelompok jemaat bernyanyi, disediakan sebuak wadah bagi jemaat lain yang ingin menyumbangkan uang. Gambar 4.10 Sekelompok Jemaat yang Menaikkan Pujian Bersamaan dengan sekelompok jemaat yang bernyanyi, jemaat lain bergiliran menaburkan bunga ke atas Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji. 58 Gambar 4.11 Jemaat Secara Bergantian Menaburkan Bunga di atas Sri Guru Granth Sahib Ji Bersamaan dengan lagu yang terakhir, Bhai Dalip Singh dengan dibantu beberapa orang memasang rumalla (kain penutup Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji). Rumalla-rumalla yang dipasang pada Kitab tersebut berasal dari jemaat yang dengan sukarela memberikan kepada Gurdwara. Gambar 4.12 Bhai Dalip Singh Memasang Rumalla Setelah selesai memasang rumalla-rumalla tersebut, Bhai Dalip Singh memimpin doa penutupan dengan cara menghadap ke arah Kitab tersebut yang dilakukan di dalam Gurdwara dan seluruh jemaat berdiri. Bhai juga mendoakan jemaat-jemaat yang mau didoakan. 59 Gambar 4.13 Bhai Dalip Singh Memimpin Doa Penutupan dengan Menghadap ke Arah Kitab Kemudian Bhai Dalip Singh kembali membuka Kitab Sri Guru Granth Sahib Ji dan membacakan “ayat yang terbuka”13 yang bertujuan untuk memanjatkan pujian penutup yang berasal dari Kitab kepada Tuhan. Setelah itu semua jemaat berkumpul di halaman Gurdwara untuk mengikuti upacara selanjutnya yaitu menaikkan bendera sebagai lambang cara hidup jemaat Sikh. Bendera yang lama diturunkan dan digantikan dengan bendera yang baru. Bendera baru yang akan dinaikkan ini juga berasal dari jemaat yang secara sukarela memberikan kepada Gurdwara. Penaikkan bendera ini diiringi oleh nyanyian puji-pujian yang dibawakan para pemuda dan pemudi Sikh. 13 Ayat yang terbuka yang dimaksud adalah ayat yang secara acak dibuka (tidak dipilih=pilih) oleh Bhai . 60 Gambar 4.14 Bendera Dinaikkan dengan Diiringi Nyanyian yang Dibawakan Pemuda Pemudi Setelah bendera dinaikkan, selanjutnya yang dilakukan adalah membersihkan tiang bendera dengan air dan susu yang dilakukan oleh kaum bapak. Susu dipakai karena melambangkan kesucian. Sesudah dibersihkan, kembali Bhai Dalip Singh memimpin doa dan penutupan keseluruhan acara. Setelah selesai berdoa, jemaat mendatangi tiang bendera yang sudah dibersihkan tadi untuk disentuh. Dan setelah itu bunga ditaburkan di atasnya. Gambar 4.15 Kaum Bapak Membersihkan Tiang Bendera Memakai Susu 61 Gambar 4.16 Bhai Dalip Singh Memimpin Doa Penutup di Halaman Gurdwara Gambar 4.17 Jemaat Menyentuh Tiang Bendera yang Sudah Dibersihkan Upacara Pahila Parkas Dihara secara keseluruhan selesai, bagi jemaat yang masih ingin kembali ke dalam Gurdwara atau masuk ke dalam Langar untuk makan atau yang mau pulang diperbolehkan. 62 BAB V ANALISIS MUSIKAL DAN TEKSTUAL 5.1 Proses dan Tahapan Transkripsi Untuk mengalisa sebuah musik, diperlukan transkripsi untuk menggambarkan atau memvisualisasikan bunyi yang diteliti ke dalam tulisan yang menggunakan simbol-simbol yang dapat dilihat untuk dipahami. Proses awal dalam transkripsi ini adalah perekaman langsung kirtan dalam upacara Pahila Parkas Dihara dengan menggunakan handycam merk Sony Handycam CMOS Carl Zeiss Vario-Sonnar T* yang menggunakan kaset Sony Mini DVD dan memakai alat rekam MP4 player merk ADVANCE DIGITALS. Setelah hasil rekaman didapat, selanjutnya penulis mendengarkan kirtan dan menentukan mana saja yang akan ditranskripsikan. Kemudian penulis menentukan Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 yang sebagai pujian pembuka, pembacaan atau kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji dan nyanyian jemaat untuk ditanskripsikan. Untuk transkripsi pembacaan atau kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji, penulis hanya mengambil sampel dari halaman satu saja karena kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji itu mengandung pola stropic atau melodi yang dimainkan tetap atau berulang-ulang, sedangkan teksnya berubah. Dengan kata lain, kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji ini adalah nyanyian yang lebih mementingkan kata-kata daripada melodi atau disebut dengan logogenic. Dan karena yang dibacakan 63 sebanyak 1430 halaman, sehingga penulis menentukan untuk mengambil sampel saja. Untuk transkripsi pujian atau lagu-lagu yang dimainkan jemaat, penulis menentukan lagu untuk mengiringi pemasangan bendera saja untuk ditranskripsi. Lagu ini juga tidak keseluruhan ditranskripsi karena hanya mengandung pola melodi yang sama dan dinyanyikan berulang-ulang. Sehingga penulis mentranskripsikan pola dasar untuk melihat perjalanan melodi lagu tersebut. Setelah menentukan apa saja yang akan ditranskripsikan, tahap selanjutnya adalah mendengarkan ketiga nyanyian yang akan ditranskripsikan. Kemudian penulis mencari nada-nada apa saja yang terkandung di dalam nyanyian tersebut dan menentukan nada dasar dengan menggunakan keyboard. Setelah mendapatkan nada apa saja yang ada dalam nyanyian, penulis menuliskannya ke dalam garis para nada yang menggunakan notasi Barat atau notasi balok. Penulis memakai notasi Barat karena notasi tersebut paling umum digunakan dan dikenal dalam informasi sebuah musik. 5.2 Simbol dalam Notasi Dalam transkripsi ketiga lagu yang menggunakan notasi Barat, ada beberapa simbol yang digunakan, yaitu: 1. = Merupakan garis paranada yang memiliki lima buah garis paranada dan empat buah spasi dengan tanda kunci G. 2. = Merupakan birama 4/4 dalam kunci G. 64 3. = Merupakan dua buah not 1/8 yang digabung menjadi satu ketuk. 4. = Merupakan empat buah not 1/16 yang di gabung menjadi satu ketuk. 5. = Merupakan sebuah not 1/8 dan tanda diam 1/8 digabung menjadi satu ketuk. 6. = Merupakan dua buah not 1/16 dan sebuah not 1/8 digabung menjadi satu ketuk. 7. = Merupakan tanda mol (flat) yang berarti nada yang diturunkan ½ dari nada sebelumnya. 8. = Merupakan tanda kres (sharp) yang berarti nada yang dinaikkan ½ dari nada sebelumnya. 9. = Merupakan tanda pugar (natural) yang berfungi untuk mengembalikan atau menaturalkan nada yang dinaikkan atau diturunkan ½ dari nada sebelumnya. Simbol-simbol di atas merupakan simbol-simbol yang terdapat dalam lampiran partitur yang perlu diketahui agar pembaca memahami maknamaknanya. Di bawah ini adalah hasil transkripsi dari pujian Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702, Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 dan juga melodi nyanyian jemaat untuk mengiringi pemasangan bendera. 65 66 67 5.3 Analisis Musikal Dalam menganalisis ketiga nyanyian tersebut, penulis berpedoman kepada teori yang dikemukakan oleh William P. Malm yang dikenal dengan teori weighted scale dan hal-hal yang harus diperhatikan dalam mendeskripsikan melodi, yaitu (1) tangga nada (scale), (2) nada dasar (pitch center), (3) wilayah nada (range), (4) jumlah nada (frequency of note), (5) jumlah interval, (6) pola kadensa (cadence patterns), (7) formula melodik (melody formula), dan (8) kontur (contour) (Malm dalam terjemahan Takari 1993: 13). 5.3.1 Tangga Nada (Scale) Dalam mendeskripsikan tangga nada, penulis akan mengurutkan nadanada yang terdapat dalam melodi ketiga nyanyian tersebut yang dimulai dari nada terendah sampai nada yang tertinggi. 5.3.1.1 Tangga Nada Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702 Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari empat nada dengan nada terendah Es dan nada tertinggi As. 5.3.1.2 Tangga Nada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari empat nada dengan nada terendah Cis dan nada tertinggi Fis. 68 5.3.1.3 Tangga Nada Nyanyian Jemaat Penulis mengurutkan nada-nada yang terdapat dalam Nyanyian Jemaat dari nada terendah sampai nada tertinggi. Terdiri dari empat nada dengan nada terendah D dan nada tertinggi G. 5.3.2 Nada Dasar (Pitch Center) Dalam menentukkan nada dasar ketiga nyanyian ini, penulis beracuan pada hasil rekaman video maupun audio yang penulis dapatkan saat pelaksaan upacara yang telah ditranskripsikan ke dalam notasi Barat. Maka hasil yang didapatkan adalah: untuk Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 nada dasarnya F Mayor, Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji nada dasarnya Es Mayor dan nyanyian jemaat nada dasarnya D Mayor. 5.3.3 Wilayah Nada (Range) Wilayah nada adalah jarak antara nada yang terendah dengan nada yang tertinggi. 5.3.3.1 Wilayah Nada Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702 Wilayah nada Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 yang diurutkan dari nada terendah sampai tertinggi adalah: 69 5.3.3.2 Wilayah Nada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 Wilayah nada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 yang diurutkan dari nada terendah sampai tertinggi adalah: 5.3.3.3 Wilayah Nada Nyanyian Jemaat Wilayah nada Nyanyian Jemaat yang dipakai untuk mengiringi pemasangan bendera dan telah diurutkan dari nada terendah sampai tertinggi adalah: 5.3.4 Jumlah Nada (Frequency of Note) Jumlah nada adalah banyaknya nada yang dipakai dalam suatu musik atau nyanyian . 5.3.4.1 Jumlah Nada Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702 Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini: 70 Dari gambaran di atas terlihat bahwa jumlah nada terbanyak adalah nada F dengan jumlah 93 buah nada, dan jumlah nada yang paling sedikit adalah nada As dengan jumlah 12 buah nada. 5.3.4.2 Jumlah Nada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini: Dari gambaran di atas terlihat bahwa jumlah nada terbanyak adalah nada Es dengan jumlah 72 buah nada, dan jumlah nada yang paling sedikit adalah nada Fis dengan jumlah 2 buah nada. 5.3.4.3 Jumlah Nada Nyanyian Jemaat Banyaknya jumlah nada yang terdapat dalam Nyanyian Jemaat dapat dilihat dari garis paranada di bawah ini: 71 Dari gambaran garis paranada di atas terlihat bahwa jumlah nada terbanyak adalah nada Fis dengan jumlah 16 buah nada, dan nada yang jumlahnya paling sedikit adalah nada G dengan jumlah nada sebanyak 6 buah nada. 5.3.5 Jumlah Interval 5.3.5.1 Jumlah Interval Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702 Interval adalah jarak antara satu nada dengan nada yang lain yang terdiri dari interval naik maupun turun. Berikut adalah interval dari Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702: Interval 1P 1dim 2M 2Aug 3m Posisi ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ Jumlah 56 19 21 17 18 12 7 1 2 Total 56 40 35 19 3 Dari tabel di atas dapat diketahui interval yang paling sering muncul adalah interval Prime Murni (1P), yang muncul sebanyak 56 kali, diikuti dengan interval 1dim sebanyak 40 kali baik yang naik maupun turun. Interval yang jarang digunakan adalah interval 3m dengan jumlah penggunaan sebanyak 3 kali. Dari analisis interval Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 ini dapat dilihat bahwa penggunaan interval berangsur-angsur semakin sedikit pemakaiannya mulai dari interval yang berjarak terkecil ke interval yang berjarak terbesar. 72 5.3.5.2 Jumlah Interval Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 Interval pada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji ini dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Interval 1P 1dim 2M 2m 3m Posisi ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ Jumlah 49 11 13 13 14 1 1 3 1 Total 49 24 27 2 4 Dari hasil tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa interval yang paling sering muncul adalah interval 1P sebanyak 49 kali, selanjutnya diikuti dengan interval 2M dengan jumlah pemakaian sebanyak 27 kali. Dan interval yang jarang muncul atau dipakai dalam kirtan ini adalah interval 2m dengan jumlah 2 kali pemakaian. 73 5.3.5.3 Jumlah Interval Nyanyian Jemaat Untuk mengetahui interval apa saja yang terdapat dalam nyanyian jemaat ini, dapat dilihat dari tabel di bawah ini: Interval 1P 2dim 2M 3m Posisi ↑ ↓ ↑ ↓ ↑ ↓ Jumlah 22 1 8 7 1 - Total 22 1 15 1 Dengan melihat tabel di atas, maka dapat disimpulkan interval yang sering muncul adalah interval 1P dengan jumlah sebanyak 22 kali. Interval kedua yang sering muncul adalah interval 2M dengan jumlah 15 kali pemakaian. Sedangkan yang jarang muncul adalah interval 2dim dan 3m dengan masing-masing pemakaian sebanyak 1 kali saja. 5.3.6 Pola Kadensa (Cadence Patterns) Kadensa adalah nada akhir dari satu bagian musik atau lagu. Pola kadensa yang dijabarkan penulis dalam tulisan ini adalah 4 nada terakhir dari tiap bentuk. 5.3.6.1 Pola Kadensa Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702 A= B= B’= C= 74 C’= D= E= E’= 5.3.6.2 Pola Kadensa Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 A= B= C= C’= D= E= E’= 5.3.6.3 Pola Kadensa Nyanyian Jemaat A= B= B’= C= 5.3.7 Formula Melodik (Melody Formula) Formula melodik yang akan dibahas tulisan ini meliputi bentuk, frasa dan motif. Bentuk adalah gabungan dari beberapa frasa yang terjalin menjadi satu pola 75 melodi. Frasa adalah bagian-bagian kecil dari melodi. Dan motif adalah ide melodi sebagai dasar pembentukkan melodi. William P. Malm mengemukakan bahwa ada beberapa istilah dalam menganalisis bentuk, yaitu: 1. Repetitive yaitu bentuk nyanyian yang diulang-ulang. 2. Ireratif yaitu bentuk nyanyian yang memakai formula melodi yang kecil dengan kecenderungan pengulangan-pengulangan di dalam keseluruhan nyanyian. 3. Stropic yaitu bentuk nyanyian yang diulang tetapi menggunakan teks nyanyian yang baru atau berbeda. 4. Reverting yaitu bentuk yang apabila dalam nyanyian terjadi pengulangan pada frasa pertama setelah terjadi penyimpangan-penyimpangan melodi. 5. Progresive yaitu bentuk nyanyian yang terus berubah dengan menggunakan materi melodi yang selalu baru. Melihat kepada apa yang dikemukakan Malm mengenai bentuk nyanyian, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa ketiga nyanyian yang dibahas dalam tulisan ini memiliki bentuk stropic pada nyanyian Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 dan Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1. Dan pada nyanyian jemaat yang mengiringi pemasangan bendera adalah repetitive. Nyanyian Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 dan Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 dalam tulisan ini bersifat free meter sehingga biramanya tidak dapat ditentukan. Untuk itu penulis berpedoman dengan pendapat Nettle yang mengungkapkan: dalam menentukan bentuk dari suatu 76 komposisi yang harus diperhatikan adalah pengulangan frasa, tanda diam, pola ritem, transposisi dan kesatuan teks yang terdapat dalam musik vokal (Nettle dalam Irawan Zulhidayat 1997: 76). 5.3.7.1 Analisis Bentuk, Frasa dan Motif pada Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702 Secara garis besar, bentuk frasa dan motif yang terdapat dalam Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 adalah sebagai berikut: 1. Bentuk pada Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 memiliki 5 bentuk yang terdiri dari bentuk A, B, C, D dan E. Bentuk B mengalami satu kali pengembangan yaitu B’, bentuk C juga mengalami satu kali pengembangan menjadi C’ dan bentuk E mengalami satu kali pengembangan menjadi E’. Jadi secara keseluruhan menjadi 8 bentuk, yaitu: A, B, B’, C, C’, D, E, dan E’. 2. Frasa pada Jetshri Mahala Panjwa halaman 701-702 3. 5.3.7.2 Analisis Bentuk, Frasa dan Motif pada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 1. Bentuk pada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 memiliki 5 bentuk yang terdiri dari bentuk A, B, C, D, dan E. Bentuk C mengalami satu kali pengembangan menjadi C’, dan bentuk E juga mengalami pengembangan menjadi E’. Jadi secara keseluruhan menjadi 7 bentuk, yaitu: A, B, C, C’, D, E dan E’. 2. Frasa pada Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji halaman 1 77 3. 5.3.7.3 Analisis Bentuk, Frasa dan Motif pada Nyanyian Jemaat 1. Bentuk pada Nyanyian Jemaat untuk mengiringi pemasangan bendera memiliki 3 bentuk yang terdiri dari bentuk A, B dan C. Dalam nyanyian jemaat ini, hanya bentuk B yang mengalami pengembangan sebanyak satu kali menjadi B’. Sehingga secara keseluruhan jumlahnya menjadi 4 bentuk, yaitu: A, B, B’ dan C. 2. Frasa dalam nyanyian jemaat ini adalah 3. Motif 5.3.8 Kontur (Contour) Kontur adalah garis melodi dalam sebuah lagu. Malm (dalam Irawan 1997: 85) membedakan beberapa jenis kontur, yaitu: 1. Ascending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk naik dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi. 2. Descending yaitu garis melodi yang bergerak dengan bentuk turun dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah. 3. Pendulous yaitu garis melodi yang bentuk gerakannya melengkung dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah, kemudian kembali lagi ke nada yang lebih tinggi atau sebaliknya. 4. Conjuct yaitu garis melodi yang sifatnya bergerak melangkah dari satu nada ke nada yang lain baik naik maupun turun. 78 5. Terraced yaitu garis melodi yang bergerak berjenjang baik dari nada yang lebih tinggi ke nada yang lebih rendah atau dimulai dari nada yang lebih rendah ke nada yang lebih tinggi. 6. Disjuct yaitu garis melodi yang bergerak melompat dari satu nada ke nada yang lainnya, dan biasanya intervalnya di atas sekonde baik mayor maupun minor. 7. Statis yaitu garis melodi yang bentuknya tetap yang jaraknya mempunyai batas-batasan. Garis kantur yang terdapat pada ketiga nyanyian dalam tulisan ini pada umumnya adalah conjuct dan juga statis. 5.3.8.1 Kontur Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702 Mengacu pada jenis-jenis kontur yang sudah dijelaskan diatar, maka penulis berpendapat bahwa kontur Jetshri Mahala Pajwa halaman 701-702 adalah conjuct. Untuk lebih jelas dapat dilihat dari gambar di bawah ini: Garis kantur bentuk A Garis kantur bentuk B 5.3.8.2 Kontur Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 Garis kantur bentuk A Garis kantur bentuk B 79 5.3.8.3 Kontur Nyanyian Jemaat Garis kantur bentuk A 5.4 Garis kantur bentuk B Analisis Tekstual 5.4.4 Terjemahan Teks Jetshri Mahala Panjwa Halaman 701-702 ਜੈਤਸਰੀ ਮਹਲਾ ੫ Hanya dengan seseorang yang dapat menyatukan aku dengan Tuhan. ਕੋਈ ਜਨੁ ਹਿਰ ਿਸਉ ਦੇਵੈ ਜੋਿਰ Aku akan memegang kakinya dan dari mulutku akan keluar kata-kata yang manis, dan aku akan membuat nafas kehidupanku diterimanya. ਚਰਨ ਗਹਉ ਬਕਉ ਸੁਭ ਰਸਨਾ ਦੀਜਿਹ ਪਾਨ ਅਕੋਿਰ Aku akan membuat tubuh dan pikiranku menjadi murni seperti taman kecil. dan mengairinya dengan keindahan dan keagunganNya. ਮਨੁ ਤਨੁ ਿਨਰਮਲ ਕਰਤ ਿਕਆਰੋ ਹਿਰ ਿਸੰ ਚੈ ਸੁਧਾ ਸੰ ਜੋਿਰ Aku mau berikan hidupku kepada Tuhan sesuai dengan apa yang Ia mau dan menjauhkan dari segala kejahatan. ਇਆ ਰਸ ਮਿਹ ਮਗਨੁ ਹੋਤ ਿਕਰਪਾ ਤੇ ਮਹਾ ਿਬਿਖਆ ਤੇ ਤੋਿਰ Ya Tuhan aku benar-benar datang kepadaMu dan tidak akan bermain-main lagi. ਆਇਓ ਸਰਿਣ ਦੀਨ ਦੁਖ ਭੰ ਜਨ ਿਚਤਵਉ ਤੁਮਹਰੀ ਓਿਰ Ya Tuhan, beribadah kepadaMu memberikan martabat bagiku. Jadi berikanlah selalu kepadaku supaya aku bebas dari kejahatan atau dosa-dosa. 80 5.4.4.1 Makna Teks Jetshri MahalaPanjwa Halaman 701-702 Jetshri Mahala Panjwa ini merupakan salah satu bagian Sri Guru Granth Sahib Ji yang dipilih untuk dibawakan dalam pembukaan upacara yang sesuai dengan isinya. Jetshri Mahala Panjwa diambil dari halaman 701-702 pada Sri Guru Granth Sahib Ji. Menurut Bhai Dalip Singh, makna teks Jetshri Mahala Panjwa ini dapat dipergunakan sebagai puji-pujian atau doa untuk memulai suatu upacara. Atau dengan kata lain dapat dipergunakan sebagai pembukaan upacara-upacara yang dilaksanakan agama Sikh. 5.4.5 Terjemahan Teks Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 ੴ (Ik Ongkar) Tuhan adalah satu. ਸਿਤ ਨਾਮੁ (Sat Nam) Nama Tuhan benar dan suci. ਕਰਤਾ ਪੁਰਖੁ (Karta Purakh) Pencipta dunia. ਿਨਰਭਉ (Nirbhao) Tuhan tidak takut dengan siapa-siapa. ਿਨਰਵੈਰੁ (Nirwaer) Tuhan tidak mempunyai musuh. ਅਕਾਲ ਮੂਰਿਤ (Akal Murat) Dia adalah gambaran yang tidak bisa mati. ਅਜੂਨੀ (Ajuni) Dia tidak menjelma. 81 ਸੈਭੰ (Se Bhang) Dia ada di mana-mana. ਗੁਰ ਪਸਾਿਦ (Gur Pasaad) Dengan rahmat Guru. ਆਿਦ ਸਚੁ ਜੁਗਾਿਦ ਸਚੁ (Aad sach jugad sach) Tuhan benar adanya sejak permulaan, Dia benar di seluruh zaman. ਹੈ ਭੀ ਸਚੁ ਨਾਨਕ ਹੋਸੀ ਭੀ ਸਚੁ (He Bhi Sach Nanak Ho Si Bi Sach) Dia benar pada saat ini, O Nanak sampai selamanya. 5.4.5.1 Makna Teks Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji Halaman 1 Sampel teks Kirtan Sri Guru Granth Sahib Ji ini disebut juga dengan Mool Mantar. Mool mantar adalah komposisi yang paling penting yang terkandung dalam Sri Guru Granth Sahib Ji yang merupakan dasar agama Sikh. Kata “mool” berarti “utama”, “akar” atau “kepala” dan “mantar” berarti “mantra ajaib” atau “bagian ajaib”. Kedua kata “mool mantar” berarti “mantra utama” atau “ayat akar”. Mool mantar adalah komposisi yang paling singkat meliputi seluruh teologi universal dari iman Sikh. Mool mantar meliputi agama, sosial, politik, logis, perang dan pengertian abadi bagi keberadaan manusia. Konsep yang benar-benar kemanusiaan dan kekuasaan global tertinggi untuk semua dalam memahami dan menghargai. 82 83