Potensi Penggarapan Program KB di Wilayah GALCILTAS
Transcription
Potensi Penggarapan Program KB di Wilayah GALCILTAS
ANALISA LANJUT Potensi Penggarapan Program KB di Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Melalui Pemetaan Kwadran Unmetneed & MOP, Proporsi PUSMUPAR Tidak Ber-KB, Proporsi PUSMUTI NonMKJP, dan Proporsi PUS Hamil PUSLITBANG KB DAN KELUARGA SEJAHTERA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) 2011 ANALISA LANJUT MS 2011 Potensi Penggarapan Program KB di Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Melalui Pemetaan Kwadran Unmetneed & MOP, Proporsi PUSMUPAR Tidak Ber-KB, Proporsi PUSMUTI NonMKJP, dan Proporsi PUS Hamil Penulis: Oktriyanto, S.Si Editor : Dra. Flourisa Juliaan, M.Kes PUSLITBANG KB DAN KELUARGA SEJAHTERA BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL (BKKBN) 2011 Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman iv DAFTAR ISI KATA PENGANTAR ............................................................................................................... i DAFTAR ISI ............................................................................................................................. ii RINGKASAN ............................................................................................................................ iii BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang .................................................................................................................... 1.2. Perumusan Masalah ............................................................................................................. 1.3. Tujuan Analisis .................................................................................................................... 1.4. Manfaat Analisis .................................................................................................................. 1 3 3 3 4 4 5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Wilayah Tertinggal ............................................................................................................. 2.2. Wilayah Terpencil ............................................................................................................. 6 2.3. Wilayah Perbatasan ........................................................................................................... 6 7 BAB III. METODE ANALISIS 8 3.1. Sumber Data ........................................................................................................................ 3.2. Pengolahan Data dan Pemetaan .......................................................................................... 3.3. Definisi Operasional ............................................................................................................ 3.4. Keterbatasan Pemetaan ....................................................................................................... 11 12 17 BAB IV. HASIL PEMETAAN 20 4.1. Penggarapan Program KB di Wilayah GALCILTAS Tahun 2011 ..................................... 23 4.2. Pemetaan Kwadran Unmet need dan MOP ......................................................................... 4.3. Pemetaan Proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB .................................................................. 4.4. Pemetaan Proporsi PUSMUTI Non MKJP ......................................................................... 4.5. Pemetaan Proporsi PUS Hamil ........................................................................................... 26 27 27 BAB V. PEMBAHASAN HASIL 28 5.1. Pemetaan Kwadran Unmet need dan MOP ........................................................................ 5.2. Pemetaan Proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB ................................................................. 5.3. Pemetaan Proporsi PUSMUTI Non MKJP ......................................................................... 5.4. Pemetaan Proporsi PUS Hamil ........................................................................................... 29 30 BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. Kesimpulan ......................................................................................................................... 31 6.2. Rekomendasi ....................................................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................................ Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman iv LAMPIRAN RINGKASAN Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2011 telah ditetapkan salah satu sasarannya adalah terlayaninya peserta KB baru sekitar 7,2 juta peserta, dimana 3,8 juta diantaranya adalah peserta KB baru miskin (KPS dan KS 1) dan rentan lainnya, peserta KB baru mandiri sebanyak 3,4 juta dan meningkatkan jumlah peserta KB aktif dari 26,7 juta menjadi 27,5 juta, untuk mencapai target yang telah ditetapkan diperlukan suatu upaya dalam pencapaiannya yaitu dengan cara perluasan wilayah program. Salah satu peluang yang sangat potensial untuk digarap adalah dengan menggarap program KB di wilayah tertinggal, terpencil dan perbatasan (GALCILTAS). Setelah ditetapkan wilayah GALCILTAS sebagai wilayah yang cukup potensial untuk dilakukan penggarapan program, hal selanjutnya yaitu melihat potensi apa saja yang dapat dilakukan untuk dilakukan penggarapan program KB di wilayah GALCILTAS. Potensi tersebut dapat berupa proporsi unmetneed, MOP, PUSMUPAR yang tidak ber KB, PUSMUTI non MKJP, dan Proporsi PUS Hamil. Tujuan dari analisis ini adalah untuk mengetahui proporsi unmet need tinggi dan MOP yang masih rendah, proporsi PUSMUPAR tidak ber- KB, proporsi PUSMUTI non MKJP, proporsi PUS Hamil di wilayah GALCILTAS dengan cara melakukan pemetaan. Dalam melakukan pemetaan dilakukan pengkatagorian/ pengelompokan ke dalam beberapa kelompok. Pemetaan Unmetneed dan MOP dilakukan pengelompokan berdasarkan 9 kwadran, dimana kwadran I merupakan kwadran yang merupakan prioritas utama dalam penggarapan program dan diikuti oleh kwadran kwadran selanjutnya yaitu kwadran I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, dan IX. Sedangkan untuk pemetaan proporsi PUSMUPAR tidak berKB, proporsi PUSMUTI non MKJP, proporsi PUS Hamil dilakukan pengelompokan menjadi 4 kelompok yaitu wilayah prioritas utama penggarapan program, wilayah prioritas kedua, wilayah prioritas ketiga dan wilayah prioritas keempat. Berdasarkan hasil dari pemetaan Terdapat 62 kabupaten yang masuk ke dalam kuadran 1 dengan unmetneed tertinggi dan MOP terendah yang merupakan wilayah prioritas/ penggarapan utama yaitu: NAD : Naganraya, Aceh Barat Daya, Aceh Besar , Aceh Singkil, Simeulue, Aceh Barat. Sumut : Nias, Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Pakpak Bharat. Sumbar : Padang Pariaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Solok. Jabar : Sukabumi. Jatim : Bangkalan. NTB : Lombok Timur, Sumbawa. NTT : Ngada, Alor, Manggarai, Timor Tengah Utara, Ende, Sumba Timur, Sumba Barat, Rotendao, Kupang, Sikka. Kalbar : Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman iv Bengkayang, Sanggau. Kaltim : Nunukan, Kutai Barat. Sulteng : Banggai Kepulauan, Parigi Mautong, Morowali, Toli-toli, Donggala. Sulsel : Pangkajene Kepulauan, Jeneponto. Sultra : Wakatobi , Bombana , Buton, Kolaka Utara. Sulbar : Mamuju Utara, Mamuju, Polewarimandar. Maluku : Maluku Tenggara Barat, Maluku tengah, Buru, Seram Bagian Timur. Malut : Halmahera Utara. Papua Barat: Teluk Bintuni, Rajaampat, Kaimana, Sorong. Papua: Yapen, Nabire, Mimika, Merauke, Biak Numfor, Puncakjaya, Jayawijaya. Hasil pemetaan yang kedua adalah: terdapat 4 kabupaten yang masuk ke dalam persentase tertinggi pusmupar tidak ber-KB yaitu: NTT : Ende, Flores Timur. Sultra : Wakatobi, dan Papua: Jayawijaya. Hasil pemetaan yang ketiga adalah : terdapat 16 kabupaten yang masuk ke dalam persentase tertinggi pusmuti KB Non MKJP yaitu: NAD: Aceh Selatan, Aceh Jaya. Sumut: Nias. Sumbar: Pasaman Barat. NTT: Belu, Alor. Sulteng: Buol. Sulsel : Pangkajene Kepulauan. Sultra: Buton, Kolaka Utara, Muna. Sulbar: Mamasa, Mamuju Utara, Majene. Maluku: Maluku Tengah. Papua : Puncak Jaya. Hasil pemetaan yang terakhir atau keempat adalah : terdapat 11 kabupaten yang masuk ke dalam persentase tertinggi PUS hamil yaitu : Sumsel: Musirawas. Kaltim: Malinau, Nunukan. Sulteng: Morowali. Sulbar: Mamuju Utara. Maluku: Seram Bagian Timur. Papua Barat: Sorong Selatan, Rajaampat, Sorong, Teluk Bintuni. Papua: Puncakjaya. Meskipun wilayah prioritas utama dari masing masing segmentasi telah diperoleh akan tetapi kegiatan intervensi tidak hanya di lakukan pada kabupaten prioritas, tetapi secara simultan kegiatan tersebut juga dilakukan pada kabupaten/ kelompok segmen lain meskipun berbeda intensitas dalam hal penggarapannya. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman iv BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terbitnya Undang – undang No. 52 tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, dan diikuti dengan terbitnya Perpres No. 62 Tahun 2010 mengenai Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, menjadi pondasi hukum pemerintah dalam menggiatkan pembangunan program kependudukan dan keluarga berencana di Indonesia. Gencarnya program Kependudukan dan Keluarga Berencana (KKB) di tingkat pusat maupun provinsi akhir – akhir ini, merupakan suatu pertanda bangkitnya program Kependudukan dan KB di Indonesia yang sebelumnya sempat meredup pasca otonomi daerah. Dalam Rencana Kerja Pemerintah (RKP) tahun 2011 telah ditetapkan salah satu sasarannya adalah terlayaninya peserta KB baru sekitar 7,2 juta peserta, dimana 3,8 juta diantaranya adalah peserta KB baru miskin (KPS dan KS 1) dan rentan lainnya, peserta KB baru mandiri sebanyak 3,4 juta dan meningkatkan jumlah peserta KB aktif dari 26,7 juta menjadi 27,5 juta, untuk mencapai target yang telah ditetapkan diperlukan suatu upaya dalam pencapaiannya yaitu dengan cara perluasan wilayah program. Salah satu peluang yang sangat potensial untuk digarap adalah dengan menggarap program KB di wilayah tertinggal, terpencil dan perbatasan (GALCILTAS). Wilayah GALCILTAS merupakan wilayah yang rentan terhadap kemiskinan. Meningkatkan kesertaan KB miskin merupakan prioritas dari upaya merevitalisasi program KB melalui pelayanan KB secara optimal. Hal ini tak terkecuali wilayah GALCILTAS, walaupun wilayah ini sangat sulit dalam penggarapan program, akan tetapi wilayah GALCILTAS merupakan bagian dari NKRI yang tak bisa dipisahkan. Daerah GALCILTAS dipahami sebagai daerah atau wilayah di kabupaten yang relatif kurang berkembang dibanding daerah lain dan berpenduduk relatif tertinggal dalam skala nasional, wilayah kabupaten digunakan sebagai unit terkecil daerah GALCILTAS karena sesuai kewenangan otonomi daerah yang sepenuhnya diberikan kepada pemerintah kabupaten. Penetapan daerah GALCILTAS memperhitungkan enam kriteria dasar yaitu sumberdaya manusia (SDM), prasarana (infrastruktur), kemampuan keuangan (celah fiskal), perekonomian masyarakat, aksesibilitas dan karakteristik daerah serta berdasarkan keberadaannya di daerah perbatasan antarnegara dan gugusan pulau kecil, daerah rawan bencana atau daerah rawan konflik. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 1 Di Indonesia, daerah penggarapan KB GALCILTAS secara terfokus baru mulai dicanangkan pada tahun 2011. Hal ini terbukti dengan dibentuknya biro khusus yang menanganinya yaitu Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus (DITJALSUS). Menurut DIRJALSUS Penggarapan KB di wilayah GALCILTAS diharapkan diprioritaskan di 187 kabupaten/kota, adapun pemilihan tersebut berdasarkan kriteria yang dikeluarkan oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT). BKKBN tahun 2011 baru melakukan penggarapan program KB di 45 Kabupaten yang berada di 18 Kepulauan. Di dalam 45 kabupaten tersebut terdapat 4 kabupaten yang berada di luar dari data KPDT yaitu Kabupaten Belitung, Belitung Timur, Sumenep dan Bengkulu Utara. Jika diperhatikan dari data SDKI, terjadi peningkatan unmet need KB dari 8,4 persen pada tahun 2002/03 menjadi 9,1 persen pada tahun 2007. SDKI juga menunjukkan, pencapaian peserta KB pria belum memenuhi harapan, untuk MOP sempat mengalami stagnasi pada angka 0,4 persen pada tahun 2002/03 menurun menjadi 0,2 persen pada tahun 2007. Dua isu mengenai masih tingginya unmet need KB dan rendahnya KB pria khususnya MOP menjadi indikator utama dalam upaya pembinaan kesertaan KB di wilayah GALCILTAS. Masih tingginya angka unmet need KB dan rendahnya KB pria khususnya MOP memerlukan strategi khusus dalam penggarapannya, salah satunya adalah dengan melakukan pemetaan potensi daerah mana saja yang strategis untuk diprioritaskan penggarapannya. Selain unmet need dan MOP, penggarapan program KB harus juga memperhatikan potensi apa saja yang dapat dilakukan penggarapan secara khusus. Segmentasi sasaran yang lain diantaranya adalah penggarapan pada kelompok pasangan usia subur dengan paritas rendah (PUSMUPAR) yang tidak ber-KB, penggarapan kelompok pasangan usia subur muda dengan paritas tinggi (PUSMUTI) yang ber-KB non MKJP, dan kelompok PUS hamil. Melihat fenomena tersebut penulis merasa tertarik untuk melakukan analisis lanjut yang berjudul Potensi Penggarapan Program KB di Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Melalui Pemetaan Kwadran Unmetneed & MOP, Proporsi PUSMUPAR Tidak Ber-KB, Proporsi PUSMUTI Non- MKJP, dan Proporsi PUS Hamil Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 2 1.2. Perumusan Masalah Dalam analisis ini penulis mencoba merumuskan persoalan dalam bentuk pertanyaan : Bagaimanakah peta potensi penggarapan program KB di Wilayah GALCILTAS ? 1.3. Tujuan Analisis Tujuan Umum : Memberikan gambaran tentang potensi penggarapan program KB di wilayah GALCILTAS. Tujuan Khusus : 1. Mengetahui wilayah GALCILTAS dengan proporsi unmet need tinggi dan MOP yang masih rendah 2. Mengetahui wilayah GALCILTAS dengan proporsi PUSMUPAR tidak ber- KB 3. Mengetahui wilayah GALCILTAS dengan proporsi PUSMUTI non MKJP 4. Mengetahui wilayah GALCILTAS dengan proporsi PUS Hamil 1.4. Manfaat Analisis Hasil dari analisis ini diharapkan dapat digunakan sebagai: 1. Acuan dalam penggarapan program KB di wilayah GALCILTAS 2. Acuan dalam menyusun strategi penggarapan dalam meningkatkan penggunaan kontrasepsi di wilayah GALCILTAS Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Wilayah Tertinggal Daerah tertinggal adalah daerah Kabupaten yang relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional, dan berpenduduk yang relatif tertinggal. Pembangunan daerah tertinggal merupakan upaya terencana untuk mengubah suatu daerah yang dihuni oleh komunitas dengan berbagai permasalahan sosial ekonomi dan keterbatasan fisik, menjadi daerah yang maju dengan komunitas yang kualitas hidupnya sama atau tidak jauh tertinggal dibandingkan dengan masyarakat Indonesia lainnya. Pembangunan daerah tertinggal ini berbeda dengan penanggulangan kemiskinan dalam hal cakupan pembangunannya. Pembangunan daerah tertinggal tidak hanya meliputi aspek ekonomi, tetapi juga aspek sosial, budaya, dan keamanan (bahkan menyangkut hubungan antara daerah tertinggal dengan daerah maju). Di samping itu kesejahteraan kelompok masyarakat yang hidup di daerah tertinggal memerlukan perhatian dan keberpihakan yang besar dari pemerintah. Berdasarkan hal tersebut di atas, diperlukan program pembangunan daerah tertinggal yang lebih difokuskan pada percepatan pembangunan di daerah yang kondisi sosial, budaya, ekonomi, keuangan daerah, aksesibilitas, serta ketersediaan infrastruktur masih tertinggal dibanding dengan daerah lainnya. Kondisi tersebut pada umumnya terdapat pada daerah yang secara geografis terisolir dan terpencil seperti daerah perbatasan antarnegara, daerah pulaupulau kecil, daerah pedalaman, serta daerah rawan bencana. Di samping itu, perlu perhatian khusus pada daerah yang secara ekonomi mempunyai potensi untuk maju namun mengalami ketertinggalan sebagai akibat terjadinya konflik sosial maupun politik. 2.2.Wilayah Terpencil Wilayah terpencil atau daerah terpencil adalah wilayah yang sulit dalam berbagai aspek, seperti tidak/belum tersedia pelayanan umum, harga kebutuhan pokok yang sangat mahal, tidak/belum tersedia sarana komunikasi yang memadai, sehingga menimbulkan kesulitan yang tinggi bagi penduduk yang berdomisili di wilayah tersebut (Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 83 Tahun 1996 tentang Pedoman dan Tatacara Penetapan Wilayah Terpencil). Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 4 2.3.Wilayah Perbatasan Kawasan perbatasan, baik di darat maupun di laut memiliki peran sangat penting dan strategis karena selain merupakan batas kedaulatan, juga merupakan wilayah yang mencerminkan halaman (beranda) depan suatu negara. Secara geografis, posisi Negara Kesatuan Republik Indonesia diapit oleh dua benua, mempunyai batas wilayah internasional dengan 10 (sepuluh) negara tetangga. Di darat Republik Indonesia berbatasan dengan 3 (tiga) negara yaitu Malaysia, Papua New Guinea, Republik Demokratik Timor Leste. Sebagai negara kepulauan (Archipelagic state), Republik Indonesia mempunyai batas maritim berupa batas laut wilayah (teritorial), batas landas kontinen dan batas Zone Ekonomi Eksklusif (ZEE) dengan 10 (sepuluh) negara yaitu India, Thailand, Malaysia, Singapura, Vietnam, Filiphina, Palau, Papua New Guinea, Republik Demokratik Timor Leste dan Australia. Pada kawasan perbatasan laut (maritim) pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya 92 pulau dan termasuk pulau-pulau kecil. Kawasan perbatasan darat Indonesia tersebar di 3 (tiga) pulau (Kalimantan, Papua, Timor), 4 (empat) Provinsi (Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Papua, dan Nusa Tenggara Timur), dan 15 kabupaten/kota karakteristik dan tipologi yang masing-masing wilayahnya memiliki kawasan perbatasan yang berbeda-beda. Sedangkan kawasan perbatasan laut Indonesia mencakup pulau-pulau terkecil terluar yang berjumlah 92 pulau yang tersebar di 17 provinsi, mulai dari Aceh sampai ke Papua bagian utara. Pulaupulau kecil terluar tersebut berbatasan langsung dengan negara lain, yaitu dengan India (3 pulau), Malyasia (22 pulau), Singapura (5 pulau), Malaysia dan Vietnam (1 pulau), India dan Thailand (1 pulau), Filipina (11 pulau) Vietnam (2 pulau), Australia (24 pulau), Palau (8 pulau), dan RDTL (6 pulau) sementara 9 pulau lainnya berbatasan langsung dengan laut lepas. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 5 BAB III METODE ANALISIS 3.1. Sumber Data Data yang digunakan dalam analisis ini adalah data sekunder mini survei (MS) Pemantauan Pasangan Usia Subur tahun 2011. Mini Survei memiliki data yang besar untuk menggambarkan kondisi program KB menurut tingkat kabupaten, misalnya data persentase unmetneed, pencapaian MKJP, dan lain- lain. Jumlah responden pada survei ini adalah 253.725 wanita pasangan usia subur, tetapi yang dapat dilakukan analisis sejumlah 253.592 wanita PUS atau 99,9 persennya. 3.2. Pengolahan Data dan Pemetaan Data sekunder dari MS 2011 diolah dengan menggunakan SPSS versi 15 untuk mendapatkan cross tabulation data unmet need & MOP, data PUSMUPAR tidak ber- KB dan data pusmuti non- MKJP. Sedangkan dalam melakukan pemetaan software yang digunakan adalah Arc – View versi 3.3. Selanjutnya dilakukan pemetaan dengan cara mengelompokan/ pengkategorian wilayah garapan sebagai berikut: Ø Dalam pembuatan peta Unmet need & MOP dilakukan pengelompokkan menjadi 9 kwadran yaitu: Tabel 3.1 Unmet – Need MOP 0,0 – 0,3 0,31 – 0,4 ‘> 0,4 I II III 5,1 – 8,6 IV V VI 0,0 – 5,0 VII VIII IX ‘> 8,6 Keterangan: - Kwadran I : kabupaten dengan unmetneed > 8,6 dan MOP 0,0 - 0,3 - Kwadran II : kabupaten dengan unmetneed > 8,6 dan MOP 0,31 - 0,4 - Kwadran III : kabupaten dengan unmetneed > 8,6 dan MOP > 0,4 - Kwadran IV : kabupaten dengan unmetneed 5,1 - 8,6 dan MOP 0,0 - 0,3 - Kwadran V : kabupaten dengan unmetneed 5,1 - 8,6 dan MOP 0,31 - 0,4 Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 6 - Kwadran VI : kabupaten dengan unmetneed 5,1 - 8,6 dan MOP > 0,4 - Kwadran VII : kabupaten dengan unmetneed 0,0 – 5,0 dan MOP 0,0 - 0,3 - Kwadran VIII : kabupaten dengan unmetneed 0,0 – 5,0 dan MOP 0,31 - 0,4 - Kwadran IX : kabupaten dengan unmetneed 0,0 – 5,0 dan MOP > 0,4 Wilayah/ kabupaten yang masuk ke dalam kwadran I merupakan wilayah prioritas utama penggarapan, dengan unmetneed tertinggi dan MOP terendah, selanjutnya penggarapan mengikuti Kwadran II, III, IV ..... dst dalam melakukan penggarapannya. Pada kolom unmet need, berdasarkan pada target RPJM tahun 2014 dengan unmet need 5 dan angka 8,6 merupakan angka nasional unmet meet pada mini survei tahun 2011. Sedangkan pada kolom MOP angka 0,4 merupakan target dari RPJM tahun 2014, sedangkan 0,3 merupakan angka nasional MOP pada mini survei tahun 2011. Ø Dalam pembuatan Peta Proporsi PUSMUPAR tidak Ber-KB , Peta Proporsi PUSMUTI Non-MKJP, Peta Proporsi Pus Hamil dilakukan pengelompokkan menjadi 4 kategori yaitu: 1. Jauh di atas persentase nasional : 50%-100% antara nilai nasional dan nilai maksimal. 2. Di atas persentase nasional : 0%-50% antara nilai nasional dan nilai maksimal. 3. Di bawah persentase nasional : 0%-50% antara nilai nasional dan nilai minimal. 4. Jauh di bawah persentase nasional : 50%-100% antara nilai nasional dan nilai minimal. 3.3 Definisi operasional Ø Daerah tertinggal: suatu daerah kabupaten yang masyarakat serta wilayahnya relatif kurang berkembang dibandingkan daerah lain dalam skala nasional. Ø Daerah terpencil: kecamatan atau desa yang karena letak dan atau kondisi alam memiliki kesulitan, kekurangan atau keterbatasan prasarana dan sarana perhubungan, pelayanan kesehatan, persediaan kebutuhan 9 bahan pokok, serta kebutuhan sekunder lain, yang menimbulkan kesulitan bagi penduduk yang tinggal di wilayah tersebut. Ø Daerah perbatasan : daerah dalam wilayah NKRI yang berbatasan langsung dengan wilayah kedaulatan negara tetangga, baik perbatasan darat dan laut. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 7 Ø Daerah kepulauan: suatu gugusan pulau , termasuk bagian pulau dan perairan di antara pulau – pulau tersebut, dan lain – lain wujud alamiahnya yang hubungannya satu sama lain demikian erat. Ø Unmet-need: Wanita PUS yang dalam keadaan tidak hamil dan tidak ber-KB saat wawancara yang menyatakan ingin anak nanti (> 2 tahun) atau tidak ingin anak lagi, dan mengemukakan alasan utama tidak ber-KB karena: jarang “kumpul”, suami atau orang lain menentang, dilarang agama/ budaya, alasan kesehatan, efek samping, kurang akses/jauh, biaya mahal, dan merasa tidak nyaman. Ø Pusmupar: kelompok wanita pasangan usia subur yang berusia <35 tahun dan telah mempunyai satu anak atau 2 anak. Ø Pusmuti: kelompok wanita pasangan usia subur yang berusia <35 tahun dan telah mempunyai lebih dari 2 anak. 3.4. Keterbatasan Pemetaan Ø Analisis dalam tulisan ini hanya mencakup 187 kabupaten/kota di seluruh Indonesia, yang merupakan wilayah prioritas penggarapan KB GACILTAS menurut Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus (DITJALSUS). Ø Kabupaten yang tersedia dalam MS 2011 : 165 Kabupaten, sedangkan kabupaten yang tidak tersedia dalam MS 2011 sebanyak 22 kabupaten yaitu: Tabel 3.2 NO PROVINSI KABUPATEN 1 Maluku Utara Halmahera Selatan, Halmahera timur 2 Papua Paniai, Boven Digoel, Mappi, Asmat, Yahukimo, Peg. Bintang, Tolikara, Sarmi, Keerom, Waropen, Supiori, Deiyai, Dogiyai, Intan Jaya, Lanny Jaya, Mamberamo Raya, Mamberamo Tengah, Nduga, Puncak, Yalimo Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 8 Ø Kabupaten yang tidak tersedia pada Peta Dasar terdiri dari 32 kabupaten yaitu: Tabel 3.3 NO PROVINSI KABUPATEN 1 NAD Pidie Jaya 2 Sumatera Utara Nias Barat, Nias Utara 3 Bengkulu Bengkulu Tengah 4 Kep. Riau Kep. Anambas 5 Nusa Tenggara Barat Lombok Utara 6 Nusa Tenggara Timur Nagekeo, Sumba Barat Daya, Sumba Tengah, Sabu Raijua, Manggarai Timur 7 Kalimantan Barat Kayong Utara 8 Sulawesi Utara Kep. Sitaro 9 Sulawesi Tengah Sigi 10 Sulawesi Selatan Toraja Utara 11 Sulawesi Tenggara Konawe, Konawe Utara, Buton Utara 12 Gorontalo Gorontalo Utara 13 Maluku Maluku Barat Daya, Buru Selatan 14 Maluku Utara Morotai 15 Papua Barat Maybrat, Tambrau 16 Papua Deiyai*, Dogiyai*, Intan Jaya*, Lanny Jaya*, Mamberamo Raya*, Mamberamo Tengah*, Puncak*, Yalimo* *) kabupaten dengan peta dasar format (. Shp) yang tidak tersedia dan tidak masuk ke dalam mini survei tahun 2011 , Jadi, secara keseluruhan kabupaten yang tidak dapat diolah dengan menggunakan software ARC View versi 3.3 adalah sebanyak 46 kabupaten/kota. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 9 Diagram Alur Analisis Pemetaan adalah sebagai berikut : Keterangan : 1. Data unmet need dan MOP dilakukan cross tabulation, kemudian dilakukan pengelompokkan berbentuk kwadran membentuk sembilan kwadran yang nantinya akan menghasilkan peta unmet need dan MOP 2. Data PUSMUPAR tidak ber KB diperoleh dari pengolahan data select cases wanita PUS usia < 35 tahun dengan kepemilikan anak 1 atau 2 anak yang tidak ber- KB yang nantinya akan menghasilkan peta proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB 3. Data PUSMUTI KB non – MKJP diperoleh dari pengolahan data select cases wanita PUS usia < 35 tahun dengan kepemilikan anak lebih dari 2 anak yang ber KB, tetapi menggunakan KB non- MKJP, data ini nantinya akan menghasilkan peta proporsi PUSMUTI KB non- MKJP. 4. Data hamil diperoleh dari wanita PUS yang kemudian di olah menghasilkan peta proporsi PUS hamil. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 10 BAB IV HASIL PEMETAAN 4.1. Penggarapan Program KB di Wilayah GALCILTAS Tahun 2011 Di bawah ini merupakan peta penggarapan program KB di wilayah GALCILTAS yang telah dilakukan oleh BKKBN pada tahun 2011. Dalam peta tersebut warna merah dan biru merupakan wilayah/ kabupaten yang masuk ke dalam wilayah GALCILTAS, dimana warna merah merupakan wilayah GALCILTAS yang belum dilakukan penggarapan, sedangkan warna biru merupakan wilayah yang sudah dilakukan penggarapan. Terdapat 187 kabupaten yang masuk ke dalam wilayah GALCILTAS dengan wilayah penggarapan pada 45 kabupaten yang terdapat di 18 kepulauan. Namun dalam pemetaan ini hanya 141 kabupaten yang dapat terpetakan, dikarenakan terdapat 46 kabupaten tidak masuk ke dalam mini survei tahun 2011 atau dikarenakan tidak terdapat di Peta dasar (format .shp). Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 11 4.2. Pemetaan Kwadran Unmetneed dan MOP Di bawah ini merupakan peta kwadran unmetneed & MOP, peta tersebut menunjukkan bahwa kabupaten yang masuk ke dalam kwadran satu atau yang berwarna hitam merupakan wilayah penggarapan program yang utama, dengan unmetneed tertinggi dan MOP terendah, diikuti oleh Kwadran II,III,IV ... dan seterusnya. Terdapat 62 kabupaten yang berada di 17 provinsi yang masuk ke dalam Kwadran I, 4 kabupaten yang berada di 3 provinsi yang masuk ke dalam Kwadran II, 3 kabupaten yang berada di 3 provinsi yang masuk ke dalam Kwadran III, 29 kabupaten yang berada di 17 provinsi yang masuk ke dalam Kwadran IV, 1 kabupaten yang berada di 1 provinsi yang masuk ke dalam Kwadran V, tidak ada kabupaten yang masuk kedalam Kwadran VI, 35 kabupaten yang berada di 16 provinsi yang masuk ke dalam Kwadran VII, 3 kabupaten yang berada di 3 provinsi yang masuk ke dalam Kwadran VIII, dan 4 kabupaten yang berada di 4 provinsi yang masuk ke dalam Kwadran IX. Selain dapat dilihat di peta kwadran unmetneed & MOP, nama – nama kabupaten kwadran unmetneed & MOP dapat juga di lihat pada tabel 4.1. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 12 Tabel 4. 1 NO PROVINSI KABUPATEN KWADRAN I 1 NAD KWADRAN II KWADRAN III KWADRAN IV Naganraya, Aceh Aceh Jaya, Aceh Barat Aceh Selatan, Aceh Daya, Besar , Aceh Singkil, Simeulue, KWADRAN V KWADRAN VI KWADRAN VII Gayolues. KWADRAN VIII KWADRAN IX Bener Meriah. Timur. Aceh Barat. 2 Sumatera Utara Nias, Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Pakpak Bharat. 3 Sumatera Barat Padang Pasaman Pesisir Pariaman, Kepulauan Barat, Mentawai, Selatan, Solok. 4 Sumsel Dharmasraya. Solok Selatan. Sawahlunto Sijunjung. Ogan Ilir. Empat Lawang, Ogan Komering Ilir, Lahat, Banyuasin, Ogan Komering Ulu Selatan, Musi Rawas. 5 Bengkulu Lebong, Seluma, Bengkulu Utara, Muko-Muko, Kaur, Kepahiang. 6 Lampung Lampung Barat, Way Kanan. 7 Bangka Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Bangka Selatan, Halaman 13 Pesawaran. Lampung Utara. Belitung Belitung Timur, Belitung. 8 Kepri Natuna. 9 Jawa Barat Sukabumi. Garut. 10 Jawa Timur Bangkalan. Situbondo, Sumenep. Bondowoso. Pamekasan, Sampang. 11 Banten Lebak, Pandeglang. 12 13 Nusa Tenggara Lombok Timur , Lombok Tengah. Bima , Lombok Dompu. Barat Sumbawa. Barat. Sumbawa Barat. Nusa Tenggara Ngada, Alor, Flores Timur, Belu, Manggarai Timor Tengah Timur Manggarai, Timor Lembata. Barat. Selatan. Tengah Utara, Ende, Sumba Timur, Sumba Barat, Rotendao, Kupang, Sikka 14 Kalimantan Bengkayang, Sintang, Landak, Melawi, Barat Sanggau. Sekadau, Kapuas Hulu Ketapang, Sambas. 15 Kalimantan Seruyan. Tengah 16 Kalimantan Hulu Sungai Selatan Utara, Barito Kuala. 17 Kalimantan Nunukan, Kutai Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Malinau. Halaman 14 Timur 18 19 Barat. Sulawesi Utara Kepulauan Kepulauan Sangihe. Talauad. Sulawesi Banggai Kepulauan, Tengah Parigi Mautong, Tojounauna, Morowali, Toli-toli, Banggai. Poso. Buol, Donggala. 20 Sulawesi Pangkajene Selatan Kepulauan, Selayar. Jeneponto. 21 Sulawesi Wakatobi , Bombana Tenggara , Buton, Kolaka Muna. Konawe Selatan. Utara. 22 Gorontalo 23 Sulawesi Barat Boalemo. Mamuju Utara, Pohuwato. Mamasa, Majene. Mamuju, Polewarimandar 24 Maluku Maluku Tenggara Seram Bagian Barat, Maluku Barat. Kepulauan Aru. tengah, Buru, Seram Bagian Timur. 25 Maluku Utara Halmahera Utara. Kepulauan Sula. Halmahera Halmahera Barat. Tengah. 26 Papua Barat Teluk Bintuni, Teluk Wondama. Sorong Selatan. Rajaampat, Kaimana, Sorong. 27 Papua Yapen, Nabire, Mimika, Merauke, Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 15 Biak Numfor, Puncakjaya, Jayawijaya. Jumlah 27 Provinsi 62 Kabupaten 4 kabupaten 3 kabupaten Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) 29 kabupaten 1 kabupaten Halaman 16 - 35 kabupaten 3 kabupaten 4 kabupaten 4.3. Pemetaan Proporsi PUSMUPAR tidak ber- KB Di bawah ini merupakan peta proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB, dalam peta tersebut dapat menunjukkan bahwa proporsi PUSMUPAR tidak ber KB menurut data MS 2011 memiliki range : 0,25% - 25,6% dengan angka nasional 7,95%. Kabupaten dengan proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB jauh di atas persentase nasional ( 50% - 100% antara nilai nasional dan nilai maksimal) yang merupakan prioritas penggarapan utama terdiri dari 4 kabupaten yang berada di 3 provinsi. Kabupaten dengan proporsi pusmupar tidak ber –KB di atas persentase nasional ( 0% - 50% antara nilai nasional dan nilai maksimal) yang merupakan prioritas penggarapan kedua terdiri dari 66 kabupaten yang berada di 18 provinsi. Kabupaten dengan proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB di bawah persentase nasional (0%50% antara nilai nasional dan nilai minimal) yang merupakan prioritas penggarapan ketiga terdiri dari 52 kabupaten yang berada di 22 provinsi. Sedangkan Kabupaten dengan proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB jauh di bawah persentase nasional (50%-100% antara nilai nasional dan nilai minimal) yang merupakan prioritas penggarapan keempat/terakhir terdiri dari 19 kabupaten yang berada di 13 provinsi. Selain dapat dilihat di peta proporsi PUSMUPAR tidak ber- KB, nama – nama kabupaten dengan proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB dapat juga di lihat pada tabel 4.2. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 17 Tabel 4.2. NO PROVINSI KABUPATEN Jauh Di Atas Persentase Nasional 1 NAD Di Atas Persentase Nasional Di Bawah Persentase Nasional Aceh Barat, Aceh Singkil, Aceh Aceh Timur, Naganraya, Besar, Aceh Barat Daya, Simeulue, Selatan, Bener Meriah Aceh Di Bawah Persentase Nasional Gayolues Aceh Jaya 2 Sumatera Utara 3 Sumatera Barat Pakpak Barat, Tapanuli Tengah, Nias Selatan, Solok, Nias Kepulauan Mentawai, Sawahlunto/Sijunjung, Pariaman, Pasaman Pesisir Selatan Solok Selatan Ogan Komering Ilir, Lahat, Ogan Banyu Asin. Padang Barat, Dharmasraya, 4 Sumatera Selatan Emapat Lawang, Ogan Ilir Komering Ulu Selatan, Musi Rawas 5 Bengkulu Lebong Bengkulu Utara, Kaur, Muko-Muko, Seluma Lampung Utara, Way Kanan Kepahiyang 6 Lampung Pesawaran, Lampung Barat 7 Bangka Belitung Belitung Timur Belitung, Bangka Selatan 8 Kepulauan Riau Natuna, 9 Jawa Barat Sukabumi, Garut 10 Jawa Timur Sumenep, Bangkalan, Sampang Bondowoso, Pamekasan 11 Banten 12 Nusa Tenggara Barat Pandeglang, Lebak Lombok Timur, Sumbawa Barat, Lembata, Manggarai Barat, Bima, Sumbawa, Lombok Tengah Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 18 Lombok Barat, Dompu Situbondo, 13 Nusa Tenggara Timur Ende, Flores Timur Sikka, Manggarai, Sumba Barat, Belu, Rotendao, Ngada Kupang, Alor, Sumba Timur, Timur Tengah Utara, Timur Tengah Selatan 14 Kalimantan Barat Sekadau, Bengkayang, Sintang, Sambas, Ketapang 15 Kalimantan Tengah Seruyan 16 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara, 17 Kalimantan Timur 18 Sulawesi Utara Landak, Sanggau, Kapuas Hulu Melawi Barito Kuala, Malinau, Nunukan, Kutai Barat. Kepulauan Sangihe, Kepualaun Talaud 19 Sulawesi Tengah Toli-Toli, Parigi Moutong, Morowali Banggai Kepualauan, Tojo Una una, Donggala, Banggai, Buol, Poso 20 Sulawesi Selatan Jeneponto, Pangkajene Kepulauan, Selayar 21 Sulawesi Tenggara Wakatobi Button,Bombana, Muna Kolaka Utara, Konawe selatan 22 Gorontalo 23 Sulawesi Barat Polewalimandar, Mamasa, Mamuju 24 Maluku Maluku Tenggara Boalemo Pohuwato Majene Mamuju utara Barat, Buru, Maluku Tengah, Seram Bagian Seram Bagian Barat 25 Timur, Kepulauan Aru Maluku Utara Halmahera Utara, Halmahera Halmahera Barat, Kepulauan Sula Tengah 26 Papua Barat 27 Papua Kaimana, Teluk Bintuni, Teluk Sorong Selatan Wondama, Sorong, Rajaampat Jaya Wijaya Biaknumfor, Yapen, Nabire, Puncak Jaya Mimika, Merauke Jumlah 27 Provinsi 4 Kabupaten Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) 66 Kabupaten 52 Kabupaten Halaman 19 19 Kabupaten 4.4. Pemetaan Proporsi PUSMUTI KB Non MKJP Di bawah ini merupakan peta proporsi PUSMUTI non- MKJP, dalam peta tersebut dapat menunjukkan bahwa proporsi PUSMUTI KB non- MKJP menurut data MS 2011 memiliki range : 1,11% - 19,52% dengan angka nasional 6,08%. Kabupaten dengan proporsi PUSMUTI KB non MKJP Jauh di atas persentase nasional ( 50%-100% antara nilai nasional dan nilai maksimal) yang merupakan prioritas penggarapan utama terdiri dari 16 kabupaten yang berada di 10 provinsi. Kabupaten dengan proporsi PUSMUTI KB non MKJP di atas persentase nasional ( 0% - 50% antara nilai nasional dan nilai maksimal) yang merupakan prioritas penggarapan kedua terdiri dari 81 kabupaten yang berada di 23 provinsi. Kabupaten dengan proporsi PUSMUTI KB non MKJP di bawah persentase nasional (0%-50% antara nilai nasional dan nilai minimal) yang merupakan prioritas penggarapan ketiga terdiri dari 29 kabupaten yang berada di 18 provinsi. Kabupaten dengan proporsi jauh di bawah persentase nasional (50%-100% antara nilai nasional dan nilai minimal) yang merupakan prioritas penggarapan ke empat/ terakhir terdiri dari 15 kabupaten yang berada di 7 provinsi. Selain dapat dilihat di peta proporsi PUSMUTI KB non MKJP, nama – nama kabupaten dengan proporsi PUSMUTI KB Non MKJP dapat juga di lihat pada tabel 4.3. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 20 Tabel 4.3. NO PROVINSI KABUPATEN Jauh di atas persentase nasional 1 NAD Aceh Selatan, Aceh Jaya. Di atas persentase nasional Aceh Timur, Simelue, Aceh Di bawah persentase nasional Di bawah persentase nasional Aceh Barat Singkil, Bener Meriah, Aceh Barat Daya, Gayolues, Aceh Besar, Nagan Raya. 2 Sumatera Utara Nias. Nias Selatan, Tapanuli Tengah. Pakpakbharat 3 Sumatera Barat Pasaman Barat. Solok Dharmasraya. Selatan, Sawahlunto Sijunjung, Padang Pariaman, Solok, Pesisir Selatan, Kepulauan Mentawai. 4 Sumatera Selatan Musirawas, Empat Lawang, Lahat. Banyuasin, Ogan Komering Ilir, Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Ilir. 5 Bengkulu Kepahiang, Muko-Muko,Kaur, Seluma, Bengkulu Utara. Lebong. 6 Lampung Pesawaran, Lampung Utara. Lampung Barat, Way Kanan. 7 Bangka Belitung Belitung, Bangka Selatan. Belitung Timur Sukabumi. 8 Kepulauan Riau 9 Jawa Barat Garut. Natuna. 10 Jawa Timur Bangkalan, Sampang, Pamekasan. 11 Banten Pandeglang, Lebak. 12 Nusa Tenggara Barat Lombok Barat, Dompu, Sumbawa, Situbondo, Bondowoso, Sumenep. Sumbawa Barat, Lombok Timur. Bima, Lombok Tengah. 13 Nusa Tenggara Timur Belu, Alor. Timor Tengah Utara, Timor Tengah Selatan, Lembata, Kupang, Sumba Timur, Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Manggarai Barat, Halaman 21 Ende, Sikka. Manggarai, Ngada, Rotendao, Sumba Barat, Flores Timur. 14 Kalimantan Barat Landak, Sintang, Bengkayang, Ketapang, Sambas. Melawi, Sanggau, Sekadau. Kapuas Hulu. 15 Kalimantan Tengah 16 Kalimantan Selatan Hulu Sungai Utara. 17 Kalimantan Timur Nunukan. 18 Sulawesi Utara 19 Sulawesi Tengah Seruyan. Barito Kuala. Malinau, Kutai Barat. Kepulauan Sangihe. Buol. Parigi Moutong, Donggala, Poso, Toli-Toli, Tojounauna, Kepulauan Talaud. Morowali Banggai Kepulauan, Banggai. 20 Sulawesi Selatan Pangkajene Kepulauan. Selayar, Jeneponto. 21 Sulawesi Tenggara Buton, Kolaka Utara, Muna. Konawe Selatan, Bombana, Wakatobi. 22 Gorontalo 23 Sulawesi Barat Mamasa, Mamuju Utara, Majene. Pohuwato, Boalemo. Polewali Mandar, Mamuju. 24 Maluku Maluku Tengah. Seram Bagian Barat. Buru, Kepulauan Aru. Maluku Tenggara Barat, Seram Bagian Timur. 25 Maluku Utara Halmahera Barat, Kepulauan Sula, Halmahera Utara, Halmahera Tengah. 26 Papua Barat Rajaampat, Sorong Selatan. Teluk Bintuni, Teluk Wondama, Kaimana, Sorong. 27 Papua Puncak Jaya. Nabire, Biak Numfor, Merauke. Jayawijaya Mimika, Yapen. 27 Provinsi 16 Kabupaten 81 Kabupaten 29 Kabupaten 15 Kabupaten Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 22 4.5. Pemetaan Proporsi PUS Hamil Di bawah ini merupakan peta proporsi PUS Hamil, dalam peta tersebut dapat menunjukkan bahwa proporsi PUS Hamil menurut data MS 2011 memiliki range : 1, 5% 34,9% dengan angka nasional 7%. Kabupaten dengan proporsi PUS hamil jauh di atas persentase nasional (50%-100% antara nilai nasional dan nilai maksimal) yang merupakan prioritas penggarapan utama terdiri dari 11 kabupaten yang berada di 7 provinsi. Kabupaten dengan proporsi PUS hamil di atas persentase nasional ( 0%-50% antara nilai nasional dan nilai maksimal) yang merupakan prioritas penggarapan kedua terdiri dari 80 kabupaten yang berada 22 provinsi. Kabupaten dengan proporsi di bawah persentase nasional (0%-50% antara nilai nasional dan nilai minimal) yang merupakan prioritas penggarapan ketiga terdiri dari 32 kabupaten yang berada di 14 provinsi. Kabupaten dengan proporsi jauh di bawah persentase nasional (50%-100% antara nilai nasional dan nilai minimal) yang merupakan prioritas penggarapan keempat/ terakhir terdiri dari 18 kabupaten yang berada di 12 provinsi. Selain dapat dilihat di peta proporsi PUS hamil , nama – nama kabupaten dengan proporsi PUS Hamil dapat juga di lihat pada tabel 4.4. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 23 Tabel 4.4. NO PROVINSI Jauh Di Atas Persentase Nasional 1 NAD KABUPATEN Di Atas Persentase Nasional Di Bawah Persentase Nasional Gayolues, Aceh Besar,Aceh Barat, Timur, Aceh Bener Meriah, Nagan Raya, Aceh Aceh Barat Jaya. Di Bawah Persentase Nasional Daya, Simelue, Aceh Selatan, Aceh Singkil . 2 Sumatera Utara Tapanuli Tengah, Nias Selatan, Nias, Pakpakbharat. 3 4 Sumatera Barat Sumatera Selatan Dharmasraya, Musirawas. Sawahlunto Solok Selatan, Padang Pariaman, Sijunjung, Pesisir Selatan. Solok, Pasaman Barat. Ogan Komering Ilir, Banyuasin, Lahat. Kepulauan Mentawai. Ogan Komering Ulu Selatan, Ogan Ilir, Empat Lawang. 5 Bengkulu 6 Lampung 7 Bangka Belitung Kaur, Seluma, Lebong, Muko- Muko, Bengkulu Utara, Kepahiang. Way Kanan Lampung Barat. Lampung Utara, Pesawaran Bangka Selatan, Belitung Timur, Belitung. 8 Kepulauan Riau 9 Jawa Barat Sukabumi, Garut. 10 Jawa Timur Sampang, Bangkalan, Pamekasan. Situbondo, Bondowoso, Sumenep. 11 Banten Lebak. Pandeglang. 12 Nusa Tenggara Barat 13 Nusa Tenggara Timur Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Natuna. Sumbawa Barat, Sumbawa, Lombok Timur, Lombok Barat, Dompu, Lombok Tengah. Bima Sumba Barat, Sumba Timur, Belu, Lembata, Kupang, Alor, Sikka, Flores Timur. Manggarai Barat, Ngada, Timor Halaman 24 Manggarai, Rotendao, Ende. Tengah Utara, Timor Tengah Selatan. 14 Kalimantan Barat Sanggau, Sekadau, Sintang, Kapuas Bengkayang. Melawi, Ketapang. Hulu, Sambas, Landak. 15 Kalimantan Tengah Seruyan. 16 Kalimantan Selatan Baritokuala, Hulu Sungai Utara. 17 Kalimantan Timur 18 Sulawesi Utara 19 Sulawesi Tengah Malinau, Nunukan. Kutai Barat. Kepulauan Talaud. Morowali Kepualauan Sangihe. Poso, Tojounauna, Donggala, Toli- Parigi Moutong, Toli Kepulauan. Buol, Banggai Banggai. 20 Sulawesi Selatan Selayar, Pangkajene Kepualauan Jeneponto. 21 Sulawesi Tenggara Kolaka Utara, Bombana, Muna, Buton. Konawe Selatan. 22 Gorontalo Pohuwato, Boalemo. 23 Sulawesi Barat Wakatobi. Mamuju Utara Polewari Mandar, Mamuju, Majene, Mamasa. 24 Maluku Seram Bagian Timur. Buru, Maluku Tenggara Barat, Seram Bagian Barat, Maluku Tengah, Kepualauan Aru . 25 Maluku Utara Kep. Sula, Halmahera Tengah, Halmahera Barat, Halmahera Utara 26 Papua Barat 27 Papua Sorong Selatan, Rajaampat, Sorong, Teluk Wondama, Kaimana. Teluk Bintuni. Puncakjaya. Yapen, Mimika, Biak Jayawijaya. Numfor,Nabire, Merauke. Jumlah 27 Provinsi 11 Kabupaten Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) 80 Kabupaten 32 Kabupaten Halaman 25 18 Kabupaten BAB V PEMBAHASAN HASIL Keberhasilan program KB tentunya tidak pernah terlepas dari bagaimana cara dalam melakukan penggarapan program. Dalam tulisan ini telah dilakukan analisis deskriptif dengan menggunakan data Mini Suvei Tahun 2011 untuk mengetahui bagaimana persentase pencapaian program KB di tingkat kabupaten. Selanjutnya dilakukan pemetaan untuk memberikan gambaran pada pengelola program dalam menyusun strategi pelayanan khususnya di wilayah tertinggal, terpencil dan perbatasan (GALCILTAS). Pemetaan yang dilakukan terdiri dari : pemetaan kwadran unmetneed dan MOP, pemetaan proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB, pemetaan proporsi PUSMUTI KB non-MKJP, pemetaan proporsi PUS hamil. 5.1. Pemetaan kwadran unmet need & MOP Menurut grand desaign pembinaan kesertaan KB di wilayah dan sasaran khusus, dibuat karena alasan utama pada masih tingginya angka unmetneed KB dan masih rendahnya kesertaan para suami dalam ber-KB khususnya metode operasi pria (MOP). Kebutuhan pelayanan KB yang tidak terpenuhi (unmet need) didefinisikan sebagai persentase wanita kawin yang tidak ingin punya anak lagi atau ingin menjarangkan kelahiran berikutnya, tetapi tidak memakai alat/cara kontrasepsi. Sedangkan MOP atau juga dikenal dengan vasektomi merupakan prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas reproduksi pria dengan jalan melakukan oklukasi vasa deferensia sehingga alur transportasi sperma terhambat dan proses fertilisasi (penyatuan dengan ovum) tidak terjadi. Dengan melihat dua isu tersebut sehingga dirasa perlu dilakukan penggarapan unmet need dan MOP dengan melakukan pembuatan kwadran antara unmetneed dan MOP. Bila dilihat dari hasil pemetaan kwadran unmet need & MOP maka dapat terlihat bahwa terdapat beberapa kabupaten yang memerlukan prioritas penggarapan utama. Pada beberapa kabupaten tersebut, prioritas penggarapan utama terlebih dahulu dilakukan pada kwadran pertama yaitu: NAD : Naganraya, Aceh Barat Daya, Aceh Besar , Aceh Singkil, Simeulue, Aceh Barat. Sumut : Nias, Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Pakpak Bharat. Sumbar : Padang Pariaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Solok. Jabar : Sukabumi. Jatim : Bangkalan. NTB : Lombok Timur, Sumbawa. NTT : Ngada, Alor, Manggarai, Timor Tengah Utara, Ende, Sumba Timur, Sumba Barat, Rotendao, Kupang, Sikka. Kalbar : Bengkayang, Sanggau. Kaltim : Nunukan, Kutai Barat. Sulteng : Banggai Kepulauan, Parigi Mautong, Morowali, Toli-toli, Donggala. Sulsel : Pangkajene Kepulauan, Jeneponto. Sultra Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 26 : Wakatobi , Bombana , Buton, Kolaka Utara. Sulbar : Mamuju Utara, Mamuju, Polewarimandar. Maluku : Maluku Tenggara Barat, Maluku tengah, Buru, Seram Bagian Timur. Malut : Halmahera Utara. Papua Barat: Teluk Bintuni, Rajaampat, Kaimana, Sorong. Papua: Yapen, Nabire, Mimika, Merauke, Biak Numfor, Puncakjaya, Jayawijaya. Akan tetapi jika hanya ingin melakukan penggarapan unmet need nya saja maka dapat dilakukan prioritas penggarapan di kwadran I,II dan III , karena ketiga kwadran ini angka unmetneednya di atas angka nasional menurut Mini Survei 2011 (unmet need > 8,6 persen). 5.2. Pemetaan proporsi PUSMUPAR tidak ber-KB Penggarapan program KB pada pasangan usia subur yang masih muda dengan paritas rendah (PUSMUPAR) sangat penting sekali untuk dilakukan. Mengingat waktu subur mereka yang masih panjang, selain itu mereka yang masih punya anak yang masih sedikit berkecendrungan menginginkan anak lagi. Dalam tulisan ini kategori PUSMUPAR yang ditetapkan berkaitan dengan umur potensial reproduksi wanita, khususnya pada kelompok umur < 35 tahun yang telah mempunyai satu atau dua anak. Pengkategorian kelompok PUSMUPAR tersebut dimaksudkan sebagai sasaran yang potensial untuk program KB, dimana kelompok ini merupakan kelompok usia muda sehingga memerlukan intervensi yang tepat yaitu agar mereka terlindungi dari kejadian kehamilan dengan cara menerima dan mempraktekkan KB. Bila di lihat dari hasil pemetaan maka terlihat bahwa kabupaten yang merupakan wilayah prioritas utama dalam penggarapannya adalah : NTT : Ende, Flores Timur. Sultra : Wakatobi, dan Papua: Jayawijaya. 5.3. Pemetaan proporsi PUSMUTI KB non-MKJP Pemakaian alat/cara kontrasepsi yang dilakukan oleh seseorang terkadang tergolong tidak dilakukan secara rasional, selain itu pula masih banyak pasangan usia subur yang belum mengetahui alat/cara kontrasepsi secara menyeluruh. Dengan kurang rasionalnya pemilihan kontrasepsi dan pengetahuan yang masih rendah mengakibatkan alat/cara kontrasepsi yang bersifat jangka panjang (MKJP) kurang diminati. Sasaran penerima manfaat dari adanya MKJP ini sebaiknya dapat dilakukan pada PUS muda. Secara khusus dalam tulisan ini dilakukan pada pasangan usia subur muda dengan paritas tinggi. Mengapa pada PUS muda dengan paritas tinggi? Karena biasanya ibu muda masih mencoba-coba alat/cara kontrasepsi yang sifatnya jangka pendek. Sehingga segmen yang lebih tepat diprioritaskan pada ibu dengan jumlah anak lebih dari dua. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 27 Jika di lihat dari hasil pemetaan proporsi PUSMUTI KB non –MKJP maka Kabupaten dengan proporsi Jauh di atas persentase nasional yang merupakan prioritas penggarapan utama terdiri dari 16 kabupaten yang berada 10 provinsi yaitu: NAD: Aceh Selatan, Aceh Jaya. Sumut: Nias. Sumbar: Pasaman Barat. NTT: Belu, Alor. Sulteng: Buol. Sulsel : Pangkajene Kepulauan. Sultra: Buton, Kolaka Utara, Muna. Sulbar: Mamasa, Mamuju Utara, Majene. Maluku: Maluku Tengah. Papua : Puncak Jaya. 5.4. Pemetaan proporsi PUS hamil. Proporsi PUS Hamil pada suatu wilayah/ kabupaten sangat penting untuk dicermati. Proporsi PUS hamil dengan persentase yang besar memiliki beberapa indikasi jika suatu wilayah tersebut apakah program KB tidak berjalan atau juga banyak pasangan yang banyak menginginkan anak atau mungkin budaya masyarakat yang tidak menyetujui pembatasan jumlah anak. Dengan persentase PUS Hamil yang tinggi memiliki potensi/ peluang bagi program sebagai peserta KB baru (PB) dan dapat diarahakan pada iud post plasenta. Program insersi IUD pascaplasenta adalah program dimana pasien mendapat insersi IUD pasca placenta lahir, program tersebut sudah lama tidak dikembangkan lagi. Tekhnik ini cukup aman, maka tekhnologi ini perlu ditawarkan, dan pasien hendaknya mendapat konseling sebelum persalinan. Pemasangan IUD dapat dilakukan pada pasca persalinan spontan dan pasca seksio sesarea. Adanya cara yang relatif baru yaitu insersi IUD pasca plasenta mungkin mempunyai harapan dan kesempatan bagi banyak ibu yang tidak ingin hamil lagi. Dilihat dari hasil pemetaan bahwa Kabupaten dengan proporsi Jauh di atas persentase nasional yang merupakan prioritas penggarapan utama terdiri dari 11 kabupaten yang berada di 7 provinsi yaitu: Sumsel: Musirawas. Kaltim: Malinau, Nunukan. Sulteng: Morowali. Sulbar: Mamuju Utara. Maluku: Seram Bagian Timur. Papua Barat: Sorong Selatan, Rajaampat, Sorong, Teluk Bintuni. Papua: Puncakjaya. Pemetaan yang dilakukan pada tulisan ini memang dimaksudkan untuk memberikan gambaran kabupaten mana yang penggarapannya dilakukan secara prioritas. Namun demikian, kegiatan intervensi tersebut tidak hanya di lakukan pada kabupaten prioritas, tetapi secara simultan kegiatan tersebut juga dilakukan pada kabupaten kelompok segmen lain meskipun berbeda intensitas dalam hal penggarapannya. Kabupaten yang merupakan sasaran prioritas akan mendapatkan intensitas kegiatan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kabupaten yang bukan merupakan kabupaten prioritas. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 28 BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1. KESIMPULAN 1. Terdapat 62 kabupaten yang berada di 17 provinsi yang masuk ke dalam kwadran 1 dengan unmetneed tertinggi dan MOP terendah dan merupakan wilayah utama/prioritas penggarapan program yaitu: NAD : Naganraya, Aceh Barat Daya, Aceh Besar , Aceh Singkil, Simeulue, Aceh Barat. Sumut : Nias, Nias Selatan, Tapanuli Tengah, Pakpak Bharat. Sumbar : Padang Pariaman, Pasaman Barat, Pesisir Selatan, Solok. Jabar : Sukabumi. Jatim : Bangkalan. NTB : Lombok Timur, Sumbawa. NTT : Ngada, Alor, Manggarai, Timor Tengah Utara, Ende, Sumba Timur, Sumba Barat, Rotendao, Kupang, Sikka. Kalbar : Bengkayang, Sanggau. Kaltim : Nunukan, Kutai Barat. Sulteng : Banggai Kepulauan, Parigi Mautong, Morowali, Toli-toli, Donggala. Sulsel : Pangkajene Kepulauan, Jeneponto. Sultra : Wakatobi , Bombana , Buton, Kolaka Utara. Sulbar : Mamuju Utara, Mamuju, Polewarimandar. Maluku : Maluku Tenggara Barat, Maluku tengah, Buru, Seram Bagian Timur. Malut : Halmahera Utara. Papua Barat: Teluk Bintuni, Rajaampat, Kaimana, Sorong. Papua: Yapen, Nabire, Mimika, Merauke, Biak Numfor, Puncakjaya, Jayawijaya. 2. Terdapat 4 kabupaten yang berada di 3 provinsi yang masuk ke dalam persentase tertinggi pusmupar tidak ber-KB dan merupakan wilayah utama/prioritas penggarapan program yaitu: NTT : Ende, Flores Timur. Sultra : Wakatobi, dan Papua: Jayawijaya. 3. Terdapat 16 kabupaten yang berada di 10 provinsi yang masuk ke dalam persentase tertinggi pusmuti KB Non MKJP dan merupakan wilayah utama/prioritas penggarapan program yaitu: NAD: Aceh Selatan, Aceh Jaya. Sumut: Nias. Sumbar: Pasaman Barat. NTT: Belu, Alor. Sulteng: Buol. Sulsel : Pangkajene Kepulauan. Sultra: Buton, Kolaka Utara, Muna. Sulbar: Mamasa, Mamuju Utara, Majene. Maluku: Maluku Tengah. Papua : Puncak Jaya. 4. Terdapat 11 kabupaten yang berada di 7 provinsi yang masuk ke dalam persentase tertinggi PUS hamil dan merupakan wilayah utama/prioritas penggarapan program yaitu: Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 29 Sumsel: Musirawas. Kaltim: Malinau, Nunukan. Sulteng: Morowali. Sulbar: Mamuju Utara. Maluku: Seram Bagian Timur. Papua Barat: Sorong Selatan, Rajaampat, Sorong, Teluk Bintuni. Papua: Puncakjaya. 6.2. REKOMENDASI 1. Perlunya fokus penggarapan di 62 kabupaten yang masuk ke dalam kwadran I dengan unmetneed tertinggi dan MOP terendah, dengan adanya pembagian ini sehingga diperlukan strategi penggarapan berupa peta kerja. Selain pembuatan peta kerja, perlu dicermati pula faktor-faktor utama penyebab tingginya unmet need dan faktor penghambat rendahnya capaian MOP di wilayah tersebut, sehingga nantinya dapat mempermudah dalam melakukan intervensi penggarapan. 2. Perlunya fokus penggarapan di 4 kabupaten dengan persentase PUSMUPAR tidak ber-KB jauh di atas persentase nasional. 3. Perlunya fokus pengarapan di 16 kabupaten dengan persentase PUSMUTI KB Non MKJP jauh di atas persentase nasional. Kelompok ini merupakan PUS muda dengan paritas tinggi yang sangat potensial untuk diarahkan ke KB MKJP. 4. Perlunya pencermatan di 11 kabupaten dengan persentase PUS hamil jauh di atas persentase nasional, kelompok ini merupakan kelompok yang nantinya potensi menjadi Peserta KB Baru dan dapat diarahkan ke MKJP seperti IUD-Pasca Plasenta. 5. Kegiatan intervensi tidak hanya di lakukan pada kabupaten prioritas, tetapi secara simultan kegiatan tersebut juga dilakukan pada kabupaten kelompok segmen lain meskipun berbeda intensitas dalam hal penggarapannya. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 30 DAFTAR PUSTAKA 1. -----. 2011. Grand Design Pembinaan Kesertaan KB di Wilayah dan Sasaran Khusus. Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 2. -----. 2011. Peta Kerja. Direktorat Bina Kesertaan KB Jalur Wilayah dan Sasaran Khusus, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 3. -----. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi Edisi 2. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta. 4. ----. 2011. Pemantauan Pasangan Usia Subur Melalui Mini Survei Indonesia Tahun 2011. Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. Puslitbang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera. Jakarta. 5. Affandi , B; Samil, RS, Hanafiah MJ. , October 12-13, 1985. Some Indonesian Experiences with IUD. Presented at the first National Conference on IUD. New Delhi India. 6. Affandi,B. 1990. Pengalaman dengan AKDR MLCu 250. 7. Endah Winarni dan Sri Wahyuni. 2009. Karakteristik PUSMUPAR Menurut Provinsi dan Kabupaten (Analisa Lanjut) . Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Jakarta. 8. Flourisa Juliaan. 2009. Unmet Need dan Kebutuhan Pelayanan KB di Indonesia (Analisa Lanjut). Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Jakarta. 9. Oktriyanto dan Endah Winarni . 2010. Penentuan Wilayah Prioritas Penggarapan Pusmupar Unmetneed KB (Analisa Lanjut) . Puslitbang KB dan Kesehatan Reproduksi, Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). Jakarta. Wilayah Tertinggal, Terpencil dan Perbatasan (GALCILTAS) Halaman 31 LAMPIRAN : PROPINSI NAD SUMATERA UTARA SUMATERA BARAT SUMATERA SELATAN BENGKULU LAMPUNG BANGKA BELITUNG KEPULAUAN RIAU JAWA BARAT DAFTAR KABUPATEN DAERAH TERTINGGAL NO KABUPATEN 1 SIMEULUE* 2 ACEH SINGKIL 3 ACEH SELATAN 4 ACEH TIMUR 5 ACEH BARAT 6 ACEH BESAR 7 ACEH BARAT DAYA 8 GAYO LUES 9 NAGAN RAYA 10 ACEH JAYA 11 BENER MERIAH 12 PIDIE JAYA 13 NIAS* 14 TAPANULI TENGAH 15 NIAS SELATAN* 16 PAKPAK BHARAT 17 NIAS BARAT 18 NIAS UTARA 19 KEPULAUAN MENTAWAI* 20 PESISIR SELATAN 21 SOLOK 22 SIJUNJUNG 23 PADANG PARIAMAN 24 SOLOK SELATAN 25 DHARMAS RAYA 26 PASAMAN BARAT 27 OGAN KOMERING ILIR 28 LAHAT 29 MUSI RAWAS 30 BANYU ASIN 31 OKU SELATAN 32 OGAN ILIR 33 EMPAT LAWANG 34 KAUR 35 SELUMA 36 MUKOMUKO 37 LEBONG 38 KEPAHIANG 39 BENGKULU TENGAH 40 BENGKULU UTARA/ P. ENGGANO* 41 LAMPUNG BARAT 42 LAMPUNG UTARA 43 WAY KANAN 44 PESAWARAN 45 BANGKA SELATAN* 46 BELITUNG * 47 BELITUNG TIMUR* 48 NATUNA* 49 KEPULAUAN ANAMBAS * 50 SUKABUMI 51 GARUT UNMET NEED 15,3 24,7 6,5 8 9,4 10,6 17 0,6 11,5 7,1 3,6 8,7 11,3 22,4 17,8 27,5 14,7 9,5 6,9 10,5 9,9 8,6 14,8 3,5 6,5 10,1 4,5 3,1 4,1 5 4,7 8,2 4,2 2,1 3,1 1,8 0,8 3,4 7,8 2,6 3 4,2 2 2,8 4,4 2,1 4,8 16,4 5,7 10,1 7,5 MOP 0 0 0 0,3 0,18 0 0 0 0 0 0,37 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,79 0,77 0 0,25 0,27 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,22 0 0 0 0,52 0 0,33 0 0 0 0,79 0 0 0,27 PUSMUPAR TIDAK BER-KB 8,71 12,88 6,25 7,52 13,61 11,59 9,65 2,67 7,46 8,44 4,82 9,35 8,32 8,74 7,88 9,00 10,86 11,56 11,40 5,30 8,57 10,31 10,17 3,94 8,09 9,20 6,79 5,88 4,21 3,09 4,54 8,78 8,94 5,04 2,58 3,36 9,09 4,75 8,88 5,75 4,23 4,34 3,69 7,17 4,60 7,36 8,45 6,70 10,79 6,81 5,52 PUSMUTI NON MKJP 11,49 11,23 15,04 12,39 4,78 7,87 8,32 8,02 7,85 14,29 11,13 10,69 17,83 7,09 8,16 4,50 16,29 16,95 6,56 7,95 8,18 10,02 9,02 11,03 5,78 13,16 5,80 7,22 8,42 5,85 5,63 5,56 7,45 6,53 6,01 6,73 6,49 7,12 7,35 5,36 5,92 7,98 5,23 9,12 7,55 10,22 5,63 5,12 4,91 5,69 8,20 PUS HAMIL 9,2 8,1 8,5 17,6 12,2 13,8 10,9 19,2 6,4 5,1 6,6 9,9 18,2 20,6 18,7 8,7 17,4 16,7 3,9 9,6 6,1 10,1 6,7 6,8 11,5 5,6 13,4 4,6 24,8 13,0 11,0 10,2 7,8 14,6 14,4 9,1 12,0 7,7 5,6 8,5 4,4 3,9 12,3 2,1 3,4 2,7 2,8 15,6 6,8 4,7 4,4 PROPINSI JAWA TIMUR BANTEN NUSA TENGGARA BARAT NUSA TENGGARA TIMUR KALIMANTAN BARAT KALIMANTAN TENGAH KALIMANTAN SELATAN KALIMANTAN TIMUR SULAWESI UTARA NO KABUPATEN 52 BONDOWOSO 53 SITUBONDO 54 BANGKALAN* 55 SAMPANG* 56 PAMEKASAN* 57 SUMENEP* 58 PANDEGLANG 59 LEBAK 60 LOMBOK BARAT 61 LOMBOK TENGAH 62 LOMBOK TIMUR 63 SUMBAWA* 64 DOMPU 65 BIMA 66 SUMBAWA BARAT 67 LOMBOK UTARA 68 SUMBA BARAT* 69 SUMBA TIMUR* 70 KUPANG 71 TIMOR TENGAH SELATAN 72 TIMOR TENGAH UTARA 73 BELU 74 ALOR 75 LEMBATA 76 FLORES TIMUR* 77 SIKKA 78 ENDE 79 NGADA 80 MANGGARAI 81 ROTE NDAO 82 MANGGARAI BARAT 86 SUMBA BARAT DAYA* 87 SUMBA TENGAH* 83 NAGEKEO 84 MANGGARAI TIMUR 85 SABU RAIJUA* 88 KAYONG UTARA 89 SAMBAS 90 BENGKAYANG 91 LANDAK 92 SANGGAU 93 KETAPANG 94 SINTANG 95 KAPUAS HULU 96 SEKADAU 97 MELAWI 98 SERUYAN* 99 BARITO KUALA 100 HULU SUNGAI UTARA 101 KUTAI BARAT 102 MALINAU 103 NUNUKAN 104 KEPULAUAN SANGIHE* 105 KEPULAUAN TALAUD* 106 KEPULAUAN SITARO* UNMET NEED 2,3 7,5 14,2 7,2 5,2 4,9 7,5 6,4 7,9 8,8 22,8 10,5 2,9 7 3,1 3,1 16,5 8,8 10,3 2,7 11,5 5,7 13,4 25,1 29 21,8 34,1 8,9 12,6 11,9 6 17,1 14,8 31,6 6,6 12,2 0,9 7,5 9,8 2,6 10,7 5,6 5,9 4,5 8 4,1 6 4,8 2,6 8,7 4,2 22,2 7,7 2,8 2,6 MOP 0,6 0,16 0 0 0 0 0 0 0 0,43 0 0 0 0 0 0 0 0,17 0 2,37 0 0,14 0 0,33 0,34 0 0 0 0 0 0 0 0 0,83 0 0 0 0 0 0 0 0 0,15 0 0 0 0 0 0,28 0 0 0 0 1,12 0 PUSMUPAR TIDAK BER-KB 7,63 5,42 12,71 8,31 5,23 15,78 6,28 6,24 7,86 9,43 15,57 10,42 5,36 10,96 15,25 7,60 13,51 6,91 7,19 4,52 7,34 7,84 6,94 12,24 18,16 15,77 19,27 8,32 15,51 11,11 12,03 7,44 12,58 10,78 1,47 12,90 3,11 7,49 11,26 3,61 3,44 6,89 10,04 2,95 14,87 8,39 5,02 4,07 5,78 11,56 13,26 11,62 6,25 4,86 3,51 PUSMUTI NON MKJP 2,09 2,30 9,36 7,08 6,82 1,57 9,84 9,36 9,99 7,00 4,98 7,59 9,05 7,09 5,49 5,29 8,32 10,28 10,70 11,20 12,78 17,40 13,22 10,92 6,56 4,78 4,95 9,51 9,56 9,05 10,15 4,65 6,92 6,64 8,61 16,30 6,23 7,49 8,72 12,03 4,01 10,34 11,43 7,12 3,72 5,04 3,25 5,13 10,19 1,97 2,49 10,28 5,00 3,37 1,76 PUS HAMIL 2,8 3,3 5,2 5,3 5,1 1,5 3,9 6,7 6,2 8,2 6,3 8,7 8,5 5,4 10,4 13,1 15,9 12,9 9,9 4,9 5,0 11,6 8,6 6,5 8,2 8,5 3,7 5,1 5,9 5,6 5,5 11,7 11,1 6,2 13,0 10,2 12,4 11,1 5,9 8,0 12,9 3,4 12,8 11,6 12,9 4,0 7,1 8,5 8,0 17,5 34,9 24,1 1,7 8,1 2,8 PROPINSI SULAWESI TENGAH SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGGARA GORONTALO SULAWESI BARAT MALUKU MALUKU UTARA PAPUA BARAT NO KABUPATEN 107 BANGGAI KEPULAUAN* 108 BANGGAI 109 MOROWALI 110 POSO 111 DONGGALA 112 TOLI-TOLI 113 BUOL 114 PARIGI MOUTONG 115 TOJO UNA-UNA 116 SIGI 117 SELAYAR* 118 JENEPONTO 119 PANGKAJENE KEPULAUAN* 120 TORAJA UTARA 121 BUTON* 122 MUNA* 123 KONAWE 124 KONAWE SELATAN 125 BOMBANA 126 WAKATOBI* 127 KOLAKA UTARA 128 BUTON UTARA* 129 KONAWE UTARA 130 BOALEMO 131 POHUWATO 132 GORONTALO UTARA 133 MAJENE 134 POLEWALI MANDAR 135 MAMASA 136 MAMUJU 137 MAMUJU UTARA 138 BURU SELATAN* 139 MALUKU BARAT DAYA* 140 MALUKU TENGGARA BARAT* 141 MALUKU TENGAH* 142 BURU 143 KEPULAUAN ARU* 144 SERAM BAGIAN BARAT 145 SERAM BAGIAN TIMUR* 146 MOROTAI* 147 HALMAHERA BARAT 148 HALMAHERA TENGAH* 149 KEPULAUAN SULA* 150 HALMAHERA SELATAN 151 HALMAHERA UTARA 152 HALMAHERA TIMUR 153 KAIMANA 154 TELUK WONDAMA 155 TELUK BINTUNI 156 SORONG SELATAN 157 SORONG 158 RAJA AMPAT* 159 MAYBRAT 160 TAMBRAU UNMET NEED 46,4 2,9 15,7 6,7 13,9 14,2 2,4 9,2 4,1 5,4 4,8 10 9,6 27 11,5 20,9 4 8,8 36,9 31,1 15,2 6,4 6,5 4,5 24,9 7,8 15,9 8,4 14,6 13,3 10,3 29,5 26,4 9 14,2 4,8 5,7 13,9 2,4 4,7 6,2 16,9 22,3 21,5 32,2 31,7 8,1 23,7 19,1 22 20,9 MOP 0 0 0 0 0,25 0 0 0,17 0 0 0 0 0 0 0 0,33 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0,27 0 0 0 0 0,36 0 0 0,69 0 0 0 0 0 0 PUSMUPAR TIDAK BER-KB 6,56 5,79 8,00 4,66 5,80 10,47 5,32 8,04 6,38 5,52 8,37 11,49 9,36 13,05 15,74 9,27 6,50 12,41 16,81 6,90 6,59 7,79 5,76 1,67 7,78 6,58 10,19 8,08 7,97 2,67 14,26 14,17 14,59 2,42 14,51 0,25 8,41 0,41 0,47 3,88 6,46 3,56 6,63 11,70 10,99 11,24 3,22 9,23 8,97 12,19 18,74 PUSMUTI NON MKJP 8,41 8,20 4,13 9,57 11,34 9,49 19,52 11,72 9,00 9,41 12,09 9,19 14,03 11,32 19,46 14,89 12,16 9,49 7,96 15,83 12,09 6,82 7,00 7,15 4,10 13,59 7,91 18,65 7,71 18,02 1,78 1,93 2,81 13,55 5,18 3,94 9,77 2,46 11,76 11,26 7,89 10,68 9,41 2,23 2,75 2,98 4,83 1,11 5,98 7,11 6,09 PUS HAMIL 6,1 3,6 30,9 13,0 7,9 7,3 6,2 6,7 9,2 3,1 13,4 5,3 7,3 7,4 5,1 11,0 1,6 14,0 8,3 17,9 6,4 16,3 3,7 5,8 7,8 11,5 15,5 9,0 13,5 22,4 20,7 21,6 10,2 8,6 14,8 7,1 9,8 24,1 1,8 10,5 14,4 18,6 9,4 8,5 18,6 21,3 34,9 21,8 24,3 22,2 19,9 PROPINSI NO KABUPATEN UNMET NEED MOP PUSMUPAR TIDAK BER-KB PUSMUTI NON MKJP 15,5 0 7,96 7,18 41,6 0 25,60 4,52 163 NABIRE* 15,5 0 9,74 10,96 164 YAPEN WAROPEN* 25 0 11,42 1,34 165 BIAK NUMFOR* 20,9 0 14,29 7,52 166 PANIAI 167 PUNCAK JAYA 12,4 0 14,36 3,85 168 MIMIKA 20,8 0 3,35 8,78 169 BOVEN DIGOEL 170 MAPPI 171 ASMAT 172 YAHUKIMO 173 PEGUNUNGAN BINTANG PAPUA 174 TOLIKARA 175 SARMI 176 KEEROM 177 WAROPEN 178 SUPIORI 179 DEIYAI 180 DOGIYAI 181 INTAN JAYA 182 LANNY JAYA 183 MAMBERAMO RAYA 184 MAMBERAMO TENGAH 185 NDUGA 186 PUNCAK 187 YALIMO NASIONAL 8,6 0,3 7,95 6,08 Sumber : 183 Kabupaten merupakan data dari Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) 4 Kabupaten (Belitung, Belitung Timur, Bengkulu Utara & Sumenep) merupakan data tambahan dari DITJALSUS 161 MERAUKE 162 JAYAWIJAYA KETERANGAN : * 45 Kabupaten yang sudah dilakukan penggarapan program secara khusus dan penambahan dana khusus Kabupaten tidak tersedia di MS 2011 Kabupaten tidak tersedia di peta dasar (format. Shp) Kabupaten tidak tersedia di MS 2011 & Kabupaten tidak tersedia di peta dasar (format. Shp) Jadi, terdapat 141 kabupaten yang dapat dianalisis / terpetakan dan terdapat 46 kabupaten yang tidak dapat dianalisis/terpetakan PUS HAMIL 12,8 2,6 7,4 18,0 14,4 29,06 15,06 7,0 16 81 29 15 141
Similar documents
Rasio Kemampuan Ketersediaan Alat Kontrasepsi dan
fertilitas lainnya selain pemakaian kontrasepsi. Perhitungan perkiraan permintaan masyarakat menjadi KB tahun 2012 PA/PUS merupakan merupakan bagian (tahun ketiga) PPM-KB RPJM 2010-2014, PPM-KB tah...
More information