i ISLAM DI DUNIA MELAYU
Transcription
i ISLAM DI DUNIA MELAYU
ISLAM DI DUNIA MELAYU: Keragaman Ekspresi dan Pertautan Tradisi Kumpulan Abstrak Makalah Pada International Conference on Islam in Malay Word Hotel Puri Khatulistiwa, Bandung 20-22 November 2011 Tim Editor Anton Athoillah Munir Bambang Qomaruzzaman Kerjasama Program Pascasarjana Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung dan Akademi Pengkajian Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur 2011 i KATA PENGANTAR DIREKTUR PROGRAM PASCASARJANA UIN SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG Realitas Islam di dunia Melayu (-Nusantara) adalah Islam yang memiliki keunikan tersendiri, karena itu dapat disebut memiliki wajahnya sendiri. Di samping berkembang di daerah yang jauh dari pusat ajaran Islam, Dunia Melayu juga – menurut beberapa ahli sejarah-- mendapatkan sebaran Islam pada saat Peradaban Islam mengalami saat-saat awal kemunduran. Lebih dari itu, masuknya Islam di Dunia Melayu berlangsung dengan cara damai, hampir tanpa ekspansi dari pasukan Daulah Islamiyah (seperti Umayah, Abasiyah di Timur Tengah, atau Mughal India). Semua fenomena sejarah tersebut menghadirkan corak Islam yang khas, yang berbeda dari pusat ajaran Islam (Timur Tengah). Corak Islam Dunia Melayu yang khas ini kadang-kadang dianggap sebagai ―penyimpangan‖ dari bentuk aslinya, atau kerap dianggap sebagai ―Islam Pinggiran‖. Penamaan ini disertai konotasi serba kurang dalam hal ketaatan, misalnya kurang taat ajaran karena lebih didominasi oleh kebudayaan local masingmasing, kurang menunjukkan ekspresi budaya keseharian sebagaimana dikembangkan di pusat ajaran (misalnya ketaatan terhadap aturan berpakaian), dan kurang dapat merealisasikan ajaran Islam dalam bentuk peradaban (misalnya dalam bentuk Negara) sebagaimana dalam peradaban Islam Timur Tengah. Kekhasan wajah Islam Melayu ini sayangnya selama beberapa dekade terabaikan, selalu dianggap sebagai catatan kaki dari Islam Timur Tengah. Atas dasar itulah, konferensi Internasional ini digelar oleh umat Islam di Dunia Melayu. Dunia Melayu yang dibayangkan adalah wilayah komunitas Muslim yang tersebar di pelbagai Negara Asia Tenggara dan sekitarnya (seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filiphina, Kamboja, Vietnam) dan yang terpengaruh oleh Islam Dunia Melayu (seperti Srilangka, Afrika Selatan). Untuk itulah, konferensi ini digagas dan menjadi benih yang akan menumbuhkan gairah studi akademik yang menjadikan fenomena Islam di Dunia Melayu sebagai kawasan baru penelitian ilmiah. Untu itu pula, kehadiran buku kumpulan abstraks ini menjadi penting sebagai dokumen awal yang akan memancing studi lebih lanjut dan lebih mendalam. Buku kumpulan abstrak Konferensi Islam Dunia Melayu ini adalah salah satu jejak dari ikhtiar bersama antara PPs UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan API University of Malaya dalam memulai ―Renaissance Islam‖ dari Dunia Melayu. Tentu saja, terima kasih sebesar-besarnya dihaturkan pada Direktur API University ii of Malaya seraya berharap bahwa kerjasama ini akan terus berlanjut dalam bidang yang lain. Selamat mengikuti Konferensi Internasional. Prof. Dr.H. Dadang Kahmad, M.Si Direktur Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung iii KATA PENGANTAR DIREKTUR AKADEMI PENGAJIAN ISLAM UNIVERSITI MALAYA MALAYSIA Dalam kesempatan yang amat mulia ini, saya ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada Editor yang bertungkus-lumus menyiapkan buku ini yang merupakan sebahagian dari Seminar Antarabangsa Islam di Dunia Melayu. Seminar dan buku ini adalah merupakan hasil daripada kerjasama Perjanjian Persefahaman (MoU) di antara Universiti Malay dan Universiti Islam Negeri (UIN) Bandung. Dalam buku ini, para penulis yang terdiri daripada pelbagai latarbelakang keilmuan telah berjaya mewujudkan situasi kontemporari Islam di Dunia Melayu, khususnya di Malaysia dan Indonesia. Penerbitan buku ini juga dapat dikatakan sebagai sebuah jaringan pintar di antara para sarjana di Indonesia dan Malaysia. Setakat ini, keupayaan untuk melihat konsep dan peranan Islam dalam konteks semasa telah banyak dilakukan oleh para sarjana berkenaan. Dengan demikian, buku ini akan memberi suatu warna baru mengenai keadaan semasa. Secara khususnya, para pensyarah dari Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya telah berusaha secara padu untuk memaparkan bagaimana bentuk pengajian Islam yang mereka terapkan dan kesannya terhadap pemikiran Islam di Malaysia. Seminar ini tentu sahaja memberi harapan yang amat maksima, manakala isu-isu berkenaan juga ditulis oleh para penyelidik sama ada dari Indonesia mahupun luar Indonesia. Oleh itu, saya merasakan buku ini dapat dijadikan sebagai satu rujukan semasa dan boleh diperbaharui mengikut perkembangan zaman. Saya juga ingin mengambil kesempatan untuk mengucapkan tahniah kepada kedua-dua penganjur seminar iaitu Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya, Malaysia dan Program Pascasarjana, Universiti Islam Negeri (UIN), Sunan Gunung Djati, Bandung, Indonesia, serta penerbit buku ini atas kejayaan melaksanakan seminar ini, seterusnya berjaya menerbitkan buku yang bermakna ini dalam waktu yang singkat. Ucapan terima kasih juga kami tujukan kepada para pensyarah di Akademi Pengajian Islam dan Program Pasca-Sarjana, Universiti Islam Negeri (UIN) Bandung yang telah berjaya dengan cemerlang dalam melaksanakan tugas mulia ini untuk jangka masa yang amat terhad. Harapan saya agar komitmen dan semangat yang tinggi ini dapat diteruskan bagi mengisi Memorandum Persefahaman (MoU) yang ditandatangani terdahulu di antara kedua-dua institusi serumpun ini. Kita juga berharap akan banyak lagi usaha dan upaya yang dilakukan oleh kedua-dua institusi pengajian tinggi ini dalam hal lain seperti pertukaran pelajar, pensyarah dan penyelidikan bersama. Ini kerana usaha ini akan menghasilkan kesan yang mendalam serta mendapat sokongan dari masyarakat terutama di kalangan golongan yang berpendidikan, yang amat iv mencintai ilmu pengetahuan serta yang sangat berminat untuk melakukan penyelidikan. Profesor Madya Dr. Ruzman bin Md. Noor Pengarah Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya Malaysia v Pengantar Editor WARNA-WARNI WAJAH ISLAM DI DUNIA MELAYU Buku ini merupakan kumpulan abstrak makalah yang disampaikan pada International Conference on ―Islam in the Malay World,‖ yang diselenggarakan atas kerjasama antara Program Pascasarjana UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan Akademi Pengajian Islam, Universitas Malaya, Kuala Lumpur, pada 20-21 November 2011 di Hotel Puri Khatulistiwa, Bandung. Sesuai dengan sesi yang ditawarkan dalam konferensi tersebut, abstrak yang ada ini kemudian dipilah ke dalam beberapa tema sebagai berikut. Pertama, ―Kelahiran Bentuk Islam dalam Pelbagai Bidang di Kawasan Dunia Melayu melalui Pendidikan Tinggi Islam,‖ membicarakan seluk beluk pendidikan tingkat tinggi di Malaysia dan Singapura. Isu utama yang diangkat dalam tema ini adalah masalah kurikulum dan hubungan sains dan agama. Ini bisa dimaklumi mengingat kurikulum memiliki peran penting dalam pendidikan Islam, khususnya di perguruan tinggi dan tidak selalu ajeg karena perubahan yang terjadi. Isu penting lainnya adalah hubungan sains dan agama, yang terus menjadi perdebatan di berbagai kalangan, terutama dengan munculnya upaya Islamisasi. Perdebatan muncul bukan sekadar apakah perguruan tinggi dengan kurikulumnya harus melahirkan ilmuan yang sekadar mengerti agama, atau ilmuan yang tetap memiliki iman, tetapi juga bagaimana sesungguhnya rangka bangun keilmuan Islam (epistemologi) itu sendiri, terutama dalam kaitannya dengan sains modern. Isu yang tak kalah menarik diangkat dalam tema ini, tentu saja, adalah pendidikan Islam di Singapura. Sebab, Singapura, seperti dimaklumi, merupakan negara dengan penduduk mayoritas non-Muslim. Karena itu, pendidikan Islam di negara itu akan memberi inspirasi yang besar bagi pendidikan Islam di negara-negara yang mayoritas penduduknya Muslim. Kedua, ―Tradisi Intelektual Islam Melayu,‖ yang mengangkat isu-isu penting, seperti akidah, kearifan lokal dan arsitektur Islam, serta studi kasus tentang Islam di Batam. Tokoh yang diangkat untuk membicarakan isu pertama adalah Syaikh Wan Ismail, yang diyakini telah berperan besar dalam mengajarkan Islam secara umum dan ilmu akidah secara khusus di wilayah Patani (Thailand Selatan) dan sekitarnya. Ia memiliki tanggung jawab besar bagi penyebaran akidah Sunni di wilayah tersebut, karena karya-karyanya telah menjadi buku ajar yang terus dikaji hingga sekarang. Dengan kata lain, akidah yang diajarkan Syaikh tidak bisa tidak mewarnai keagamaan di wilayah tersebut. Sementara itu, kedatangan Islam ke wilayah Melayu terbukti tidak serta merta menghapus seluruh tradisi lokal yang ada, tetapi hingga batas tertentu mengukuhkan tradisi itu sepanjang sejalan dengan prinsip-prinsip Islam, sedangkan yang tidak sesuai dihilangkan atau dihapus. Dalam bidang arsitektur, keberadaan menara masjid di samping menjadi simbol arsitektur Islam, juga memiliki signifikansi geografis, iklim dan lain sebagainya. Tentu saja perbedaan antara satu daerah dengan lainnya tak terhindarkan karena faktor-faktor tersebut. Hal itu terlihat, misalnya, antara menara Masjid Demak dan menara Masjid Kampung Hulu Melaka. Keduanya keluar dari tradisi arsitektur Arab dan lebih vi mengedepankan tradisi lokal. Semua itu, tak syak lagi, memperkaya ragam tradisi arsitektur Islam secara keseluruhan. Ketiga, ―Islam dalam Keragaman Budaya Melayu,‖ mendiskusikan berbagai isu menarik seputar kesenian Islam. Pembahasan diawali dengan penerapan ―teori takmilah‖ dalam seni visual, yang kini coba diaktifkan di Malaysia. Diyakini bahwa teori tersebut akan dapat diadopsi dalam seni visual Islam modern. Bidang kesenian lain yang tak kalah menariknya adalah seni ukir, yang mewarnai berbagai bangunan Islam seperti masjid, istana, rumah, perabotan dan lain sebagainya. Bersamaan dengan datangnya Islam di wilayah Melayu, seni ukir bukan semata-mata sebagai seni, tetapi memiliki dimensi keagamaan yang mendalam, di samping memiliki basis matematis yang kuat. Hal yang sama terjadi pada seni rupa, yang banyak mendasarkan diri pada keharmonisan yang bertumpu pada gabungan simetri dan matematika, seperti tercermin dalam seni rupa modern di Malaysia. Keempat, ―Lembaga Sosial-Intelektual dan Jaringan Islam di Melayu, ‖yang mendiskusikan berbagai lembaga yang memiliki peran penting bagi pengembangan Islam. Salah satunya adalah Lembaga Pusat Motivasi di Malaysia yang kini bermunculan. Diprediksi lembaga-lembaga ini akan memainkan peran penting bersamaan dengan upaya penciptaan generasi Muslim cemerlang. Lembaga lain yang menarik diangkat dalam bagian ini adalah lembaga pengelolaan zakat, yang terbukti membagikan dana zakat tidak hanya kepada fakir-miskin Muslim, tetapi juga kepada non-Muslim. Akan tetapi, hal itu hanya dimaksudkan sebagai upaya berdakwah. Isu lain yang diangkat adalah hubungan antara kelembagaan adat dan agama di Malaysia, khususnya di Negeri Sembilan. Dikemukakan bahwa adat dengan berbagai lembaganya di wilayah ini tetap dipertahankan selama hal itu tidak berlawanan dengan spirit Syariah. Sementara itu, lembaga perbankan Islam di Malaysia diangkat terutama karena perkembangannya yang sangat cepat dan kelebihannya di atas bank-bank Islam di negara-negara Islam lainnya. Karena itu, perbankan Islam di Malaysia sering dijadikan model dalam pembangunan bank Islam oleh negara-negara lain. Kelima, ―Islam, Multikulturalisme dan Pluralisme,‖ membicarakan tentang berbagai persoalan terkait dengan pluralisme, baik pluralisme agama, etnis dan lain sebagainya, yang tercermin di negara Malaysia dan Indonesia. Sebenarnya, pluralisme di satu sisi dapat menjadi daya kekuatan bagi suatu negara, akan tetapi ia juga menjadi prima causa bagi benturan antara masyarakat dalam negara tersebut. Terbukti, pluralisme agama sering menjadi pemicu konflik antarmasyarakat akibat pengelolaan pluralisme yang tidak memadai. Ini akan semakin mengemuka bersamaan dengan proses globalisasi yang cenderung mengikis nilai-nilai jati diri lokal sebuah masyarakat. Tidak heran jika kemudian pluralisme dipandang tidak sejalan dengan Islam dan melampaui batas akidah yang sederhana. Sementara itu, pluralitas etnik juga menjadi pemicu konflik antarmasyarakat berbeda suku, seperti sering terjadi baik di Malaysia maupun di Indonesia. Di Malaysia, misalnya, konflik antara etnis China dan India, di samping bumi putera, sebagai penduduk asli. Konflik-konflik inilah yang mendorong terbitnya koran Saudara, yang diterbitkan oleh kelompok reformis Melayu di Malaysia. Melalui koran ini, bumi putera didorong agar dapat bersaing dengan etnis lain, terutama mereka yang selama ini vii dikenal sebagai etnis asing. Terakhir, pembahasan dalam tema ini berkaitan dengan pernikahan antar-agama di Indonesia menurut Kompilasi Hukum Islam. Menurut kompilasi ini, nikah beda agama jelas dilarang berdasarkan argumen-argumen keagamaan. Akan tetapi, ditinjau dari perspektif HAM, pernikahan semacam itu sahsah saja, dan bahkan pelarangan seperti yang terkandung dalam KHI dapat dipandang bertentangan dengan prinsip HAM. Keenam, ―Wajah Baru Dunia Islam Melayu,‖ memaparkan transformasi definisi ―Melayu‖ seperti terjadi di Malaysia. Sejauh ini, yang disebut orang Melayu hanya berlandaskan pada keturunan dan adat istiadat Melayu dengan Islam sebagai agama yang dianutnya. Akan tetapi, definisi semacam itu mengalami persoalan, karena tidak sedikit mereka yang berketurunan Melayu terbukti tidak berbahasa Melayu, bahkan mulai meninggalkan adat istiadat yang selama ini diklaim sebagai Melayu. Di sini, satu-satunya kriteria yang tetap bertahan kokoh adalah Islam, yang terbukti efektif dijadikan sebagai asas penting untuk mengonstruksi jati diri Melayu. Isu lain yang diangkat dalam bagian ini adalah perkembangan Islam di Sabah, Malaysia. Sebagai agama mayoritas, Islam diharapkan dapat berperan besar selama agama ini dipahami secara multi-dimensional dan memberikan manfaat bagi masyarakat. Ketujuh, ―Demokrasi dan Masyarakat Islam,‖ menampilkan isu-isu peradilan dan konsep negara Islam. Dalam isu pertama, kasus yang diangkat adalah sistem peradilan Islam di Aceh. Salah satu keistimewaan provinsi ini adalah pemberian status otonomi khusus, termasuk dalam pelaksanaan syariat Islam. Mengingat sistem peradilan di sana masih berada di bawah Mahkamah Agung, sistem peradilan Islam seringkali memunculkan persoalan, seperti hukum rajam dan lain sebagainya. Isu lain yang diangkat dalam bagian ini adalah konsep negara Islam di Malaysia, yang diperdebatkan oleh dua partai terkemuka, UMNO dan PAS. Meskipun Islam telah diakui sebagai agama resmi negara, hal itu dipandang oleh PAS belum dapat memenuhi kriteria sebagai negara Islam. UMNO, sebaliknya, berpandangan bahwa negara Islam tidak harus dipahami secara formal. Yang lebih penting bagi partai ini adalah bagaimana kebijakan-kebijakan negara memiliki semangat Islam, meskipun tidak secara eksplisit disebut Islam. Terlepas dari perdebatan ini, penyelenggaraan pemerintahan di Kelantan justru didasarkan pada siyasah syar‘iyyah. Melalui pendekatan ini pemerintah dapat berhasil dalam berbagai kebijakannya. Kedelapan, ―Teks Islam di Dunia Melayu,‖ membicarakan berbagai isu keagamaan, terutama terkait dengan teologi Islam dan hadis. Salah seorang teolog penting yang diangkat dalam bagian ini adalah Syaikh Dau bin ‗Abdullah al-Fatani, yang menulis kitab Hidayat al-Muta‘allim wa ‘Umdat al-Mu‘allim. Pembahasan difokuskan pada sifat dua puluh yang menjadi tradisi kalam Sunni. Meskipun demikian, pengaruh teolog pembaharu, Muhammad ‗Abduh, juga sangat besar di Alam Melayu, terutama para tokoh-tokoh yang kemudian dikenal sebagai revivalis Muslim. Isu lain yang diangkat adalah kajian hadis di Malaysia. Seperti di tempattempat lain, minat Muslim terhadap hadis tak sebanyak peminat fikih dan akidah. Meskipun demikian, belakangan ini minat masyarakat untuk mengkaji hadis mengalami peningkatan besar, baik dalam masyarakat umum maupun para sarjana. viii Isu lain yang juga dibicarakan adalah konsep jati diri Melayu dan peran Islam. Dikatakan bahwa Islam sesungguhnya telah berakar dalam pemikiran dan jati diri Muslim Melayu. Meskipun demikian, unsur-unsur tradisi non-Islam, seperti animisme, belum dapat dihilangkan secara tuntas dalam kehidupan mereka bersamaan dengan kedatangan Islam. Kesembilan,―Filantropi Islam di Dunia Melayu,‖ mengangkat isu-isu tentang zakat, wakaf, sedekah dan sejenisnya. Kasus yang pertama dibicarakan adalah tentang pengelolaan zakat di Malaysia dan Brunei Darussalam. Meskipun ada persamaan antara keduanya, perbedaannya tidak dapat dihindarkan. Di antara persamaan itu meliputi peran raja, pendistribusian, dan lembaga yang ada di bawah kekuasaan raja. Sementara itu, pengelolaan zakat di Malaysia dikatakan mengalami perubahan besar bersamaan dengan semangat kebangkitan Islam. Bahkan saat ini, lembaga zakat kini menjadi media ekonomi yang sangat penting. Peningkatan dana yang terkumpul dari zakat ini juga didukung oleh sistem tanggung jawab perusahaan, yang wajib menyerahkan zakat kepada lembaga yang berhak menerimanya. Aspek filantropi lain yang diangkat adalah peran wakaf dalam pembangunan masyarakat Muslim, seperti tercermin di Penang, Malaysia. Peran itu diwujudkan dalam bentuk pembiayaan fasilitas, seperti bangunan kantor, masjid atau donasi tunai melalui berbagai lembaga masjid. Kesepuluh, ―Islam, Gender dan Trafickings,‖ membicarakan isu-isu perempuan di Dunia Melayu. Isu yang pertama diangkat adalah persoalan kedudukan perempuan di Negeri Kelantan, Malaysia. Di sini, pelaksanaan peran perempuan terus ditingkatkan dan menjadi perkembangan politik yang menarik. Terkait dengan isu tersebut adalah masalah ketentuan kifayah dan ma‘ruf dalam pemberian infak kepada isteri dan anak sebagaimana yang diputuskan dalam Mahkamah Syariah Malaysia. Dikatakan bahwa ketentuan tersebut sangat bergantung pada situasi masyarakat dan dilakukan berdasarkan taksiran. Kesebelas, ―Kajian Islam di Dunia Melayu,‖ memaparkan beberapa wacana keislaman mutakhir. Salah satunya adalah gagasan fiqh Malaysia. Yang demikian itu dikarenakan Malaysia memiliki realitas tersendiri, sehingga dibutuhkan fiqh khas negeri ini. Karena itu, fiqh Malaysia merupakan upaya membentuk kompendium hukum Islam yang tetap mengacu kepada syariat Islam, namun dalam konteks Malaysia. Isu lain yang diangkat adalah penolakan doktrin trinitas yang dianut agama Kristen. Penolakan ini didasarkan baik pada sumber-sumber sendiri, maupun nalar akal sehat. Isu lainnya adalah penerapan istihsan dalam pengadilan di Malaysia, yang ternyata dibolehkan bagi hakim untuk melakukannya. Terkait dengan peradilan syariah adalah masalah harta bersama antara suami dan isteri. Isu ini terus mengalami perkembangan bersamaan dengan perkembangan konsep harta itu sendiri. Isu terakhir yang dibicarakan adalah pemikiran ekonomi Islam di Melayu, yang melihat kekuatan dan kelemahannya. Terakhir, ―Transisi Islam di Dunia Melayu,‖ membicarakan perdebatan seputar pejuang komunis dan nasionalis di Indonesia dan Malaysia. Di samping itu, dalam bagian ini juga dibicarakan tentang pengajaran ekonomi Islam di Jurusan Sharia dan Ekonomi di Universiti Malaya. ix Dari berbagai topik tersebut terlihat bahwa Islam di Alam Melayu memiliki keragaman ekspresi yang berbeda satu dari lainnya, namun tetap dalam bingkai semangat keislaman. Meskipun makalah-makalah tersebut membicarakan Islam di Melayu, namun secara keseluruhan belum mewakili Alam Melayu sebagaimana arti sebenarnya kata tersebut. Sebab, sesungguhnya masih banyak kaum Muslim yang dapat digolongkan sebagai Melayu, tetapi belum dibicarakan di sini. Terlepas dari itu, cukuplah dikatakan bahwa makalah-makalah tersebut merepresentasikan sebagaian dari ekspresi Islam di Alam Melayu. Tim Editor Anton Athoillah Munir Bambang Qomaruzzaman x Kata Pengantar Direktur PPs UIN SGD Bandung .............................................. Kata Pengantar Direktur APIUM Malaysia .......................................................... Pengantar Editor ............................................................................................................. ii iv vi Daftar Isi.............................................................................................................................. xi Topik: Kelahiran Bentuk Islam dalam Pelbagai Bidang di Kawasan Dunia Melayu melalui Pendidikan Tinggi Islam ............................................... 1 SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH AL-JUNEID, SINGAPURA Dr. Muhammad Azhar Bin Zailaini, Ahmad Qadri bin Mohamed Sidek ..................... 1 KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI INSTITUSI PENGAJIAN TINGGI AWAM MALAYSIA: PENGALAMAN AKADEMI PENGAJIAN ISLAM, UNIVERSITI MALAYA (APIUM) Shamsiah Binti Mohamad, Saiful Akhyar Lubis, Muhammad Lukman bin Ibrahim, MohdAnuar Bin Mamat, Asyraf Isyraqi Bin Jamil ................................................ 1 PENGAJIAN TINGGI ISLAM DI AKADEMI PENGAJIAN ISLAM UNIVERSITI MALAYA: REALITI DAN PROSPEK MASA DEPAN Prof Madya Dr Mustaffa bin Abdullah, Dr Ahmad Kassar, Nor Zahiyan Hanafi ............................................................................................................... 1 KE ARAH MELAHIRKAN SAINTIS AGAMAWAN: PENGALAMAN DI AKADEMI PENGAJIAN ISLAM, UNIVERSITI MALAYA (APIUM) Noor Naemah Abdul Rahman, Wan Suhaimi Wan Abdullah, Madiha , Fatin Majdina dan Abdul Halim Ibrahim ...................................................................................................... KURIKULUM SAINS POLITIK ISLAM DI INSTITUSI PENGAJIAN TINGGI: PENGALAMAN DI AKADEMI PENGAJIAN ISLAM UNIVERSITI MALAYA 2 Dr. Bharuddin bin Che Pa ..................................................................................................... 2 Topik: Tradisi Intelektual Islam Melayu............................................................... 4 ISLAM DI NUSANTARA: KAJIAN KE ATAS PULAU BATAM BANDAR MADANI DI ALAM MELAYU Amin Maulana, Ahmad Dahlan, Dr. Mohd Roslan Haji Mohd Nor, Profesor. Dato' Dr Zulkifli Haji Mohd Yusoff ...................................................................... xi 4 )م5691( الشيخ واى إسواعيل بي واى عبد القادر وجهىده في هجال علن العقيدة اإلسالهيت د يجاْد يصطفٗ بٓجج. أ:ىٚ حقد................................................................................................... 4 ISLAM SEBAGAI PENYUMBANG KEARIFAN TEMPATAN DI ALAM MELAYU Prof. Madya Dr. Rahimin Affandi Abd. Rahim, Prof. Dato’ Dr. Othman Md. Yatim, Prof. Dato’ Zainal Abidin Borhan, Badriah Nordin ............................................................ WACANA DAN TEORI REKABENTUK MENARA MASJID DI NUSANTARA Azizul Azli Ahmad, Dr. Aizan Ali@Mat Zin ......................................................................... KAJIAN KOMPERATIF TERHADAP REKA BENTUK DAN RUANG DALAMAN MASJID INDONESIA DAN MALAYSIA PADA ABAD KE-18 5 5 Azizul Azli Ahmad, Syaimak Ismail ....................................................................................... 5 Topik: Islam dan Keragaman Budaya ....................................................................... 7 PENDEKATAN TEORI TAKMILAH DALAM SENI VISUAL DI MALAYSIA: SUATU PENGENALAN Ishak Bin Ramli, Rahmin Bin Amin, Professor Madya Hj. Ponirin Bin Amin ............................................................................... 7 RAGAM HIAS MOTIF ORGANIK DAN GEOMETRI DALAM HIASAN UKIRAN RUMAH TRADISIONAL MELAYU DI TERENGGANU Dr. Sabzali Musa Kahn , En.Mohd. Effendi Shamsuddin 7 PENJENAMAAN ISLAM DALAM KONTEKS KOMUNIKASI VISUAL PENGARUH DARI SENI ISLAM DI MALAYSIA Muhammad Fauzan Bin Abu Bakar, Dr. Ghazali Daimin .................................................. 8 STUDI TENTANG INTERNALISASI NILAI-NILAI SUFISTIK MELALUI MUSIKALISASI QASHIDAH BURDAH Fadlil Yani Ainusyamsi .......................................................................................................... 8 SIMETRI DINAMIK: MENCARI KEINDAHAN SENI RUPA MODEN ISLAM DI MALAYSIA DALAM GABUNGAN MATEMATIK DAN ESTETIK Prof. Dr. Dzul Haimi Mohd Zain, Alina Abdullah............................................................... 9 Topik: Lembaga Sosial-Intelektual dan Jaringan Islam di Dunia Melayu .................................................................................................................... 10 xii PUSAT MOTIVASI SEBAGAI PUSAT KECEMERLANGAN UMAT ISLAM: SATU KAJIAN PUSAT-PUSAT MOTIVASI DI LEMBAH KLANG, MALAYSIA Nur Shahidah Pa’ad, Prof. Dr. Ab Aziz Mohd Zin, Nurul Husna Mansor, Selamat Amir .......................................................................................................................... DANA ZAKAT DAN ASNAF PELBAGAI ETNIK NON-MUSLIM DI MALAYSIA Zahri Hamat............................................................................................................................ ADAT PERPATIH DAN HUKUM ISLAM DI NEGERI SEMBILAN, MALAYSIA: SUATU TINJAUAN SEJARAH 10 10 Nurul Shima Bt Taharuddin, Prof Madya Mohamad Khalil Amran ................................... 11 WAKAF SEBAGAI SUMBER EKONOMI SYARI’AH Dr. Mukhlisin Muzari, M.Ag ................................................................................................. 11 PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN ISLAM MALAYSIA SEBAGAI MODEL TRANSFORMASI PERBANKAN ISLAM DUNIA Mohammad Taqiuddin Mohamad, Prof. Dr. Joni Tamkin Borhan, Dr. Ahmad Azam Sulaiman@Mohamad, Dr. Asmak Ab Rahman, Azizi Che Seman, Dr. Patmawati Hj Ibrahim..................................................................................................... 12 Topik: Islam, Multikulturalisme, dan Pluralisme di Dunia Melayu .......... 13 CABARAN PLURALISME DAN PEMBANGUNAN JATI DIRI MASYARAKAT MELAYU ISLAM DI MALAYSIA Nurul Husna Mansor, Dr. Fakhrul Adabi Abdul Kadir, Nor Shahidah Paad, Selamat Amir .......................................................................................................................... MAYARAKAT MELAYU NUSANTARA: ANTARA KESEDERHANAAN PEGANGAN IKTIKAD DAN CABARAN PLURALISME AGAMA Dr. Mohd. Fauzi Hamat, Wan Adli Wan Ramli, Azmil Zainal Abidin ................................ INTERRELIGIOUS MARRIAGE IN THE KOMPILASI HUKUM ISLAM: A HUMAN RIGHT PERSPECTIVE 13 13 Dr. Widyawati......................................................................................................................... 14 Topik: Wajah Baru Dunia Islam Melayu ................................................................ 15 PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MELAYU Muhammad Syukri Salleh ...................................................................................................... xiii 15 PROSPEK ISLAM DI NEGERI SABAH: REALITI DAN CABARAN Selamat Bin Amir, Nurul Husna Binti Mansor, Nurul Shahidah Binti Paad, Prof. Dato’ Dr. Zulkifli Bin Yusoff........................................................................................ MELAYU DAN ISLAM: SATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF JATI DIRI 15 Nur Azah binti Razali, Prof. Madya Dr. Ahmad Nidzammuddin Sulaiman ....................... 16 MEMBINA GOLONGAN PAKAR PENGAJIAN ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORARI DALAM KONTEKS TAJDID ILMIAH : SATU PENGALAMAN AKADEMI PENGAJIAN ISLAM, UNIVERSITI MALAYA (1993-2011) Ishak Bin Hj. Suliaman, Ruzman Bin Md Noor, Mohd Yakub @ Zulkifli Bin Mohd Yusoff, Mustaffa Bin Abdullah dan Mohd Roslan Bin Mohd Nor ....................................... 16 PERANAN PESANTREN DALAM PEMBANGUNAN DESA (Kajian Kes di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia) Mohamad Mustari .................................................................................................................. 17 Topik: Demokrasi dan Masyarakat Muslim ........................................................ 18 SISTEM KEADILAN ISLAM DI NUSANTARA: PENGALAMAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM Dr. Siti Zubaidah Ismail, Mohd Zaidi Daud ........................................................................ KONSEP NEGARA ISLAM MALAYSIA: SATU STUDI PERBANDINGAN ANTARA PARTI MELAYU (UMNO) DAN PARTI ISLAM (PAS) Dr Mohd Alwee Yusoff, Prof Madya Dr Shukeri Mohamad ............................................... PENDEKATAN SIASAH SYAR‘IYYAH DALAM PENTADIRAN NEGARA DAN KESANNYA KEPADA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SATU KAJIAN KEPIMPINAN MENTERI BESAR KELANTAN, MALAYSIA (1990-2011) Mohamad Azrien Mohamed Adnan, Prof Madya Dr Shukeri Mohamad .......................... PENERTAAN POLITIK TUANKU TAREKAT SYATTARIYAH DALAM PARTAI NASIONALIS DI PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT Sadri Chaniago, Nidzam Sulaiman ....................................................................................... DEMOKRASI INDONESIA: PENGALAMAN NEGARA SEBAGAI NEGERI MUSLIM TERBESAR 18 18 19 20 Dr. Fauzan Ali Rasyid, M.Si.................................................................................................. 21 Topik: Teks Islam di Dunia Melayu ......................................................................... 23 xiv PERBAHASAN SIFAT DUA PULUH DALAM MUQADDIMAH MANUSKRIP HIDAYAH AL-MUTA’ALLIM WA ‘UMDAH AL-MU’ALLIM KARYA SHAYKH DAUD BIN ‘ABDULLAH AL-FATANI Ahmad Sharifuddin bin Mustapha, Profesor Madya Dr Abdul Karim Ali ......................... 23 PENGAJIAN AL-QURAN DI MALAYSIA: PERKEMBANGAN, CABARAN DAN MASA DEPAN Mohd Yakub@Zulkifli Hj Mohd Yusoff, Mustaffa Abdullah, Faisal Ahmad Shah, Monika @ Munirah Abd Razzak, Ahmad K. Kasar, Jilani Ben Touhami Meftah, Sedek Arifin............................................................................................................................. 23 PENGAJIAN HADITH DI MALAYSIA: CABARAN DAN MASA DEPAN Faisal Ahmad Shah, Fauzi Deraman, Ishak Suliaman, Thuraya Ahmad, Khadher Ahmad, Mohd Murshidi Mohd Noor ..................................................................... TASAWUR MELAYU: WARISAN PRA-ISLAM DAN ISLAM 24 Mohd Shukri Hanapi .............................................................................................................. 25 Topik: Filantropi Islam di Dunia Islam Melayu ................................................. 26 URUS TADBIR ZAKAT DI NEGARA MELAYU: PERBANDINGAN AMALAN DI MALAYSIA DAN BRUNEI DARUSALAM Zakaria bin Bahari ................................................................................................................. THE IMPACT OF ISLAMIC REASSERTION ON MALAYSIAN ZAKAT ADMINISTRATION 26 Mr. Suhaili bin Sarif, Dr. Nor`Azzah Kamri, Dr. Azian Madun ......................................... 26 IMPLEMENTASI HUKUM WAKAF DI INDONESIA Deden Effendi ......................................................................................................................... 27 Topik: Islam, Gender, dan Traficking ..................................................................... 29 DASAR WANITA DARI PERSPEKTIF ISLAM: SATU STUDI PELAKSANAAN & KESANNYA DI NEGERI KELANTAN, MALAYSIA Prof Madya Dr Shukeri Mohamad, Prof Dato’ Dr Mohd Yakub @ Zulkifli Mohd Yusoff ........................................................... PENENTUAN KADAR KIFAYAH DAN MAKRUF NAFKAH ANAK DAN ISTERI: RUJUKAN KHUSUS KEPADA KEPUTUSAN PENGHAKIMAN DI MAHKAMAH-MAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA Raihanah Azahari (PhD), Cik Bahiyah Ahmad.................................................................... xv 29 29 NEW ERA OF MUSLIM WOMEN IN MALAY WORLD: THE CONTESTED WOMEN'S ADVANCEMENT IN DECISION MAKING BODIES Erni Haryanti ......................................................................................................................... PERKEMBANGAN SEMASA DALAM PEMBAHAGIAN HARTA SEPENCARIAN: ANALISIS PENGHAKIMAN DI MAHKAMAH SYARIAH MALAYSIA. 30 Raihanah Abdullah dan Mohd NorHusairi Mat Hussin ..................................................... 31 Topik: Kajian Keislaman di Dunia Melayu ........................................................... 32 TRANSFORMASI HUKUM ISLAM KOTEMPORARI MELALUI GAGASAN FIQH MALAYSIA Dr. Saadan Man ..................................................................................................................... ANALISIS PENOLAKAN DOKTRIN NON-TRINITI DALAM AJARAN KRISTIAN; ANALISIS KAJIAN DI MALAYSIA Khadijah Mohd Hambali @ Khambali, Mahmud bin Ahmad............................................. SYARIAH COURTS IN MALAYSIA AND THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC JURISPRUDENCE: THE STUDY OF ISTIHSAN 32 32 Mohd. Hafiz Jamaludin, Prof. Dr. Ahmad Hidayat Buang ................................................. 33 PENANGGALAN ISLAM KEJAWEN : DIALOG ISLAM DAN BUDAYA JAWA Misno....................................................................................................................................... 34 Topik: Transmisi Islam di Dunia Melayu ..................................................................... 35 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEZAAN PENETAPAN FATWA DI MALAYSIA DAN SINGAPURA: PENELITIAN TERHADAP BEBERAPA FATWA TERPILIH MJFK MUIS Prof. Madya Datin Dr. Noor Naemah bt Abdul Rahman, Mohd Akram bin Dato‘ Dahaman@Dahlan ......................................................................... BALAI CERAP AL-BIRUNI DAN UNIT FALAK SYAR’IE, PEJABAT MUFTI NEGERI SABAH: PERANAN DAN SUMBANGANNYA DALAM BIDANG FALAK Ibnor Azli Ibrahim, Mohd. Jumat AbdulRazak, Susiknan Azhari ...................................... xvi 35 35 ISLAM DAN KOMUNISME DALAM ALAM MELAYU: KAJIAN MENGENAI PEJUANG KIRI DAN NASIONALIS DI INDONESIA DAN MALAYSIA SEBELUM MERDEKA Muhammad Harya Ramdhoni, Nidzam Sulaiman ................................................................ TOKOH-TOKOH DI BALIK GERAKAN DA'WAH PERSIS: DARI A. HASSAN HINGGA SHIDDIEQ AMIEN 36 M. Taufik Rahman .................................................................................................................. 36 Topik: Orientalisme, Oksidentalisme & Globalisasi ........................................ 37 ORIENTALISM DAN OCCIDENTALISM DALAM KAJIAN ISLAM: PENDEKATAN AKADEMI PENGAJIAN ISLAM, UNIVERSITI MALAYA, KUALA LUMPUR, MALAYSIA Prof. Madya Dr. Rahimin affandi abd. Rahim, Prof. Madya Dr. Ruzman Md Noor Prof. Madya Mohammad Kamil Ab Majid, Nor Hayati Bt Md Dahlal ................................ IMAGES OF THE WEST IN URBAN INDONESIA: MUSLIMS NEGOTIATING THE WESTERN PATH TO MODERNITY 37 Melanie V. Nertz, MA ......................................................................................................................... 37 MUTUAL RESPECT AND DIALOGUE IS A CHALLENGE FOR THE FUTURE OF DIVERSITY IN THE GLOBALIZATION DR. Suraiya IT ........................................................................................................................ 38 PENUTUP............................................................................................................................. DAFTAR PENULIS ............................................................................................................ LAMPIRAN-LAMPIRAN .................................................................................................. 39 41 45 xvii Paralel I (08.00 – 10.00) Ruang I Topik: Kelahiran Bentuk Islam dalam Pelbagai Bidang di Kawasan Dunia Melayu melalui Pendidikan Tinggi Islam Nama Pembentang Dr. Muhammad Azhar Bin Zailaini & Ahmad Qadri Bin Muhammad Sidek (API Univerity of Malaya, Kuala Lumpur) Judul Makalah Sejarah Dan Perkembangan Pendidikan Islam Dan Bahasa Arab Di Madrasah Al-Juneid, Singapura Shamsiah binti Mohamad, Saiful Akhyar Lubis, Muhammad Lukman bin Ibrahim, Mohd Anuar bin Mamat, Asyraf Isyraqi bin Jamil, & Nasharuddin Muhamad (API Univerity of Malaya, Kuala Lumpur) Kurikulum Pendidikan Tinggi Islam di Institusi Pengajian Tinggi Awam Malaysia: Pengalaman Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya (APIUM) Prof. Madya Dr. Mustaffa Bin Abdullah, Dr. Ahmad Kassar, & Nor Zahiyan Hanafi (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Pengajian Tinggi Islam Di Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya: Realiti Dan Prospek Masa Depan Noor Naemah Abdul Rahman, Wan Suhaimi Wan Abdullah, Madiha, Fatin Majdina, & Abdul Halim Ibrahim (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Kearah Melahirkan Saintis Agamawan: Pengalaman di Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya (APIUM) Dr. Bharuddin Bin Che Pa (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Kurikulum Sains Politik Islam Di Institusi Pengajian Tinggi: Pengalaman Di Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, MA (Pembanding) Dr. Izzuddin Mushthafa, MA xviii Topik: Kelahiran Bentuk Islam dalam Pelbagai Bidang di Kawasan Dunia Melayu melalui Pendidikan Tinggi Islam Dr. Muhammad Azhar Bin Zailaini, Ahmad Qadri bin Mohamed Sidek SEJARAH DAN PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM DAN BAHASA ARAB DI MADRASAH AL-JUNEID, SINGAPURA Kertas kerja ini bertujuan untuk menyingkap sejarah pendidikan Islam dan bahasa Arab di Singapura dengan secara khusus melihat perkembangan pendidikan di Madrasah Al-Junied. Ini kerana madrasah ini telah melahirkan ramai sekali para ulama, ilmuan dan juga pemimpin agama yang tersohor dan dikenali di Singapura dan rantau ini. Madrasah yang ditubuhkan pada tahun 1927 ini mempunyai beberapa asas penting pendidikan yang membolehkannya terus memainkan peranan penting dalam perkembangan Islam sehingga ke hari ini. Shamsiah Binti Mohamad, Saiful Akhyar Lubis, Muhammad Lukman bin Ibrahim, MohdAnuar Bin Mamat, Asyraf Isyraqi Bin Jami KURIKULUM PENDIDIKAN ISLAM DI INSTITUSI PENGAJIAN TINGGI AWAM MALAYSIA : PENGALAMAN AKADEMI PENGAJIAN ISLAM, UNIVERSITI MALAYA (APIUM) Kertas ini bertujuan untuk menjelaskan sejarah perkembangan kurikulum Pendidikan Islam di Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya (APIUM). Ia juga bertujuan untuk menjelaskan secara terperinci kerangka kurikulum Pendidikan Islam di bawah Malaysian Quality Framework yang mula dikuatkuasakan mulai sesi 2010/2011. Seterusnya kertas ini juga akan mengemukakan beberapa cadangan penambahbaikan kepada kurikulum yang sedang berjalan sekarang ini. Bagi tujuan pengumpulan data, kaedah historis, dokumentasi dan temubual akan digunakan. Maklumat dan data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan kaedah analisis deskriptif dan perbandingan. Prof Madya Dr Mustaffa bin Abdullah, Dr Ahmad Kassar, Nor Zahiyan Hanafi PENGAJIAN TINGGI ISLAM DI AKADEMI PENGAJIAN ISLAM UNIVERSITI MALAYA: REALITI DAN PROSPEK MASA DEPAN Akademi Pengajian Islam dalam meniti usia kematangan telah melalui likuliku perjalanan yang panjang yang akhirnya menjelma sebuah institusi pendidikan Islam ternama di Malaysia. Ia berupaya meneroka dan memacu pelbagai bidang 1 pengajian Islam di peringkat Ijazah Dasar dan Ijazah Tinggi dengan sempurna. Penekanan kepada aspek ini adalah selari dengan misi Akademi Pengajian Islam untuk menjadi pusat pengajian tinggi Islam kontemporari cemerlang di negara dan serantau bergiat dalam penyelidikan, pengajaran dan perundingan.Bagi mencapai misi ini pelbagai usaha dan aktiviti dilakukan khususnya di Bahagian Ijazah Tinggi, antaranya menyediakan kurikulum yang komprehensif dan holistik supaya selari dengan keperluan pasaran. Penyediaan fasilitis dan prasarana serta ruang pembelajaran yang kondusif dengan peralatan moden, sumber tenaga akademik yang mahir dari dalam dan luar negara dalam pelbagai bidang, jaringan kerjasama dan perkongsian pintar dengan tenaga pakar dari luar negara bagi menjamin mutu dan kecemerlangan akademik. Aktiviti pengukuhan ini secara jelasnya melibatkan tadbir urus, kepimpinan, akademik, pengajaran dan pembelajaran serta aktiviti penyelidikan dan pembangunan serta pembangunan modal insan para pelajar. Beberapa aspek ini akan dibahaskan dalam makalah ini dalam kerangka untuk melihat realiti dan prospek masa depan pengajian tinggi Islam di Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya. Noor Naemah Abdul Rahman, Wan Suhaimi Wan Abdullah, Madiha , Fatin Majdina dan Abdul Halim Ibrahim KE ARAH MELAHIRKAN SAINTIS AGAMAWAN: PENGALAMAN DI AKADEMI PENGAJIAN ISLAM, UNIVERSITI MALAYA (APIUM) Program Sains Gunaan Dan Pengajian Islam di Akademi pengajian Islam Universiti Malaya dibentuk bagi mencapai objektif melahirkan golongan saintis agamawan.Kertas ini akan mengetengahkan pengalaman dan usaha yang dijalankan oleh Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya (APIUM) dalam menyediakan program integrasi Islam-Sains sebagai suatu platfom ke arah melahirkan saintisagamawan Islam di Malaysia. Ia memaparkan program yang sedang dijalankan serta perkembangannya, di samping masalah dan cabaran yang dihadapi dalam menjayakan program sedemikian. Bagi tujuan pengumpulan data, kaedah historis, dokumentasi dan temubual akan digunakan. Maklumat dan data yang diperolehi akan dianalisis menggunakan kaedah analisis deskriptif dan perbandingan. Dr. Bharuddin bin Che Pa KURIKULUM SAINS POLITIK ISLAM DI INSTITUSI PENGAJIAN TINGGI: PENGALAMAN DI AKADEMI PENGAJIAN ISLAM UNIVERSITI MALAYA Di peringkat awal ilmu siasah syar‗iyyah merupakan satu sub bidang dalam pengajian ilmu fiqh sahaja.Sebaliknya hari ini siasah syar`iyyah telah menjadi suatu disiplin ilmu yang wujud secara terpisah.Dalam kurikulum pendidikan hari ini ilmu siasah syar`iyyah lebih dikenali dengan istilah ilmu sains politik Islam atau Islamic political Sciences.Kertas kerja ini bertujuan untuk membincangkan perkembangan 2 kurikulum Sains Politik Islam yang terdapat di beberapa institusi pengajian tinggi di Malaysia dan Indonesia.Bidang Sains Politik Islam juga merupakan suatu bidang dalam pengajian Islam yang ditawarkan di APIUM sejak Akademi tersebut ditubuhkan sehinggalah hari ini. Oleh itu huraian kertas kerja ini akan dibuat berdasarkan pengalaman semakan kurikulum Sains Politik Islam yang dilakukan di Jabatan Siasah Syar‗iyyah Akademi Pengajian Islam pada tahun 2009 dan 2010. Kurikulum Sains Politik Islam yang diperkenalkan di Jabatan siasah syar`iyyah pada asasnya menyediakan dua bidang utama dalam Sains Politik Islam iaitu bidang politik dan pentadbiran. Kurikulum dalam bidang politik termasuklah perbincangan tentang; Pengantar sains politik, kaedah siasah syr‗iyyah, institusi politik Islam, perhubungan antarabangsa Islam, kepimpinan Islam, pemikiran politik Islam, etika ahli politik, Sejarah Politik Islam, Politik Islam Dan Masyarakat serta lain-lain. Manakala kurikulum dalam bidang pentadbiran pula merangkumi beberapa bidang seperti; Pentadbiran Islam, Pentadbiran Awam Perbandingan, Pengurusan Organisasi Islam, Pentadbiran Awam di Malaysia, Pentadbiran Sumber Manusia, Etika Dalam Pentadbiran Awam, Sistem Governan Islam, Etika Kerja Islam dan lain-lain. Aspek utama yang perlu ditekankan melalui semakan kurikulum siasah syar‗iyyah di APIUM ialah malaksanakan kurikulum tersebut secara berkesan sehingga dapat melahirkan para graduan yang berketerampilan, bermutu tinggi dan bersedia untuk bersaing dalam persekitaran sejagat yang kompetitif. 3 Paralel I (08.00 – 10.00) Ruang II (08.00 – 10.00) Topik: Tradisi Intelektual Islam Melayu Nama Pembentang Judul Makalah Prof. Dato‘ Dr. Zulkifli Bin Mohd Yusoff, Dr. Mohd. Roslan Haji Mohd. Nor, Amin Maulana & Ahmad Dahlan (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Islam di Nusantara: Kajian Ke Atas Pulau Batam Bandar Madani di Alam Melayu Pof. Dr. Mujahid M. Bahjat & M Sayidi Sali bin Shalih (API University of Malaya, Kuala Lumpur) الشيخ واى إسواعيل بي واى عبد القادر وجهىده )م5691( في هجال علن العقيدة اإلسالهيت Prof. Madya Dr. Rahimin Affandi Abd. Rahim (API University of Malaya, Kuala Lumpur), Prof. Dato‘ Dr. Othman Md. Yatim, Prof. Dato‘ Zainal Abidin Borhan (APM University of Malaya), & Badriah Nordin (CITU, Machang, Kelantan) Islam sebagai Penyumbang Kearifan Tempatan di Alam Melayu Dr. Aizan Ali @ Mat Zin (API University of Malaya, Kuala Lumpur) dan Azizul Azli Ahmad (Jabatan Seni Bina Dalaman, Fakulti Seni bina, Perancangan dan Ukur, UiTM Perak) Wacana Dan Menara Masjid Azizul Azli Ahmad (Jabatan Seni Bina Dalaman, Fakulti Seni bina, Perancangan dan Ukur, UiTM Perak) & Dr. Aizan Ali @ Mat Zin (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Kajian Komperatif terhadap Reka Bentuk dan Ruang Dalaman Masjid Indonesia dan Malaysia pada Abad Ke-18 Dr. H. Fisher Zulkarnain, MA (Pembanding) Dr. Munir, MA 4 Teori Rekabentuk Topik: Tradisi Intelektual Islam Melayu Amin Maulana, Ahmad Dahlan, Dr. Mohd Roslan Haji Mohd Nor, Profesor. Dato' Dr Zulkifli Haji Mohd Yusoff ISLAM DI NUSANTARA: KAJIAN KE ATAS PULAU BATAM BANDAR MADANI DI ALAM MELAYU Pulau Batam merupakan antara salah satu pulau yang berada di Alam Melayu, ianya berhampiran dengan Singapora dan Johor Malaysia. Pulau Batam juga merupakan antara salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Tak ada literatur yang dapat menjadi rujukan dari mana nama Batam itu diambil, yang pasti ialah Pulau Batam merupakan sebuah pulau besar dari 329 pulau yang ada di wilayah Kota Batam. Antara sumber yang dengan jelas menyebutkan nama Batam dan masih dapat dijumpai adalah Traktat London (1824). Penduduk asli Kota Batam diperkirakan adalah orang-orang Melayu yang dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut. Penduduk ini paling tidak telah menempati wilayah itu sejak zaman kerajaan Tumasik (sekarang Singapura) dipenghujung tahun 1300 atau awal abad ke-14. Pulau Batam juga merupakan antara pulau yang berada dalam kedudukan sangat hampir dengan Kerajaan Singapura dan Negeri Johor Darul Takzim, Malaysia. Penduduk Pulau Batam ianya dari berbagai suku di Indonesia dan majoriti beragama Islam dengan memiliki lebih dari 500 buah masjid tersebar di seluruh Pulau Batam dan sekitar. د يجاْد يصطفٗ بٓجج. أ:ىٚحقد بٍ صانحٙد٘ سانٛيأس الشيخ واى إسواعيل بي واى عبد القادر )م5691( وجهىده في هجال علن العقيدة اإلسالهيت تٛدة اإلساليٛ َشس عهى انعقٍٙ برنٕا جٕٓدْى فٚ انرَٙم بٍ ٔاٌ عبد انقادز أحد عهًاء فطاٛخ ٔاٌ إسًاعٛإٌ انش ّٕخٛم ٔشٛخ ٔاٌ إسًاعٛاة انشٛ ٔحٓدف اندزاست إنٗ يعسفت ح،ٕ عايتٚم انًالٛ أزخبٙ خاصت ٔفَٙ فطاٙسِ فٕٚٔحط .تٛدة اإلساليٛ يجال عهى انعقٙ كًا حٓدف ْرِ انٕزقت إنٗ يعسفت جٕٓدِ ف،ّٔحاليرحّ ٔآثازِ ٔيؤنفاح ًفاُٛ قد برل جٓدِ حص،ٍٚم بٍ ٔاٌ عبد انقادز يٍ انعهًاء انبازشٛخ ٔاٌ إسًاعٛٔيٍ خالل اندزاست َجد أٌ انش " يكاَتَٙ إلشازة عٕاو أْم انفطاَٙ "باكٕزة األيا: ّ ٔإٌ نسسانخ،ٕٚم انًالٛ أزخبٙسِ فٕٚدة ٔحطًٛاً نُشس عهى انعقٛٔحعه ،)ت (َظاو فُدٔقٚدٛت انخقهًٛٛ انًؤسساث انخعهٙدزسٌٕ فٚ ًٍٚا انطهبت انرٛ ٔال س،ِ ٔيا جأزَٙت ندٖ انًجخًع انفطاٛعان ٌ إ: ٔال َبانغ إذا قهُا،ٕ٘ٚ انعانى انًالٍٙ فًٛ ٔيا شانج يقسزاً ٔيسجعا ً يًٓاً عُد انًسه،دةٛ انعقٙ يٍ أْى يؤنفاحّ فْٙٔ ،ٕ عايتٚ خاصت ٔبالد انًالَٙ فطاٙت فُٛٚ َشس انعهٕو اندٙساً فٛم زحًّ هللا يًٍ أسٓى إسٓايا ً كبٛخ ٔاٌ إسًاعٛانش ساً يُٓى قد أقايٕا ٔفخحٕا ٔأسسٕا يؤسساثٛ ٔذنك ألٌ كث،ساً يٍ طالب انعهىٛت بًكت انًكسيت كثًٛٔخسّجج حهقخّ انعه خٍٛ بأٌ انشٕٛٚٚس يٍ انعهًاء انًالٛ كًا اعخسف كث،ٌ ٔيا جأزْا يٍ انبهدا، داز انسالوَٙ فطاٙت فًٛت ٔيساكص عهُٛٚد .عًٍٛ ندٖ انجٚسٕٛعا كبٚ ٔبٓرا انعهى َال اسًّ شٓسة ٔذ،ٍٚ عهى أصٕل اندٙساً فٛزحًّ هللا كاٌ عانًا ً كب :ٍ ًْاٚ يحٕزٙكٌٕ انبحث فٛٔس مٛخ ٔاٌ إسًاعٛاة انشٛ دزاست نح:األٔل دةٛ عهى انعقٙ دزاست نجٕٓدِ ف:خسٜا 4 Prof. Madya Dr. Rahimin Affandi Abd. Rahim, Prof. Dato‘ Dr. Othman Md. Yatim, Prof. Dato‘ Zainal Abidin Borhan, Badriah Nordin ISLAM SEBAGAI PENYUMBANG KEARIFAN TEMPATAN DI ALAM MELAYU Sebelum kedatangan Islam, masyrakat Melayu menganut fahaman animisme. Keadaan ini berubah selepas kedatangan Islam yang membawa konsep tauhid dengan menafikan kewujudan Tuhan yang banyak. Bermula dengan konsep keesaan Tuhan dan ibadat yang luas Islam telah berjaya menarik minat masyarakat tempatan. Sejak kedatangan Islam, kehidupan harian masyarakat Melayu dan adat istiadat tertentu yang didapati bertentangan dengan akidah ditinggalkan secara beransur-ansur. Kertas kerja ini akan membincangkan mengenai Islam dan kearifan tempatan di Alam. Atas dasar ini, kertas kerja ini akan memfokuskan beberapa perkara utama iaitu Pertama, pengenalan; Kedua, Konsep asas kearifan tempatan; Ketiga, Islam dan pengukuhan kearifan tempatan Melayu; Keempat, kesimpulan terhadap keseluruhan perbincangan. Azizul Azli Ahmad, Dr. Aizan Ali@Mat Zin, WACANA DAN TEORI REKABENTUK MENARA MASJID DI NUSANTARA Menara menjadi eleman penting dalam perkembangan senibina Islam hari ini.Terdapat tiga bentuk asas menara yang menjadi rujukan para arkitek dalam pembangunan menara masjid. Menara masjid juga sering kali dikaitkan dengan pengaruh Byzantine yang dikatakan lebih awal memiliki menara.Sebelum lahirnya kerajaan Byzantine masyarakat Mesopotamia lebih awal memiliki menara, Apakah kebudayaan menara dipinjam dari kerajaan Byzantine atau kerajaan sebelumnya?. Penulisan ini jugak merungkai peranan menara dan simbol menara pada senibina Islam.Menara dilihat masih signifikan pada masjid di Alam Nusantara kerana faktor geografi lokasi masjid, gunung-gunung, pohon-pohon yang rimbun dan kondisi iklim menjadi halangan kepada suar amuazin untuk sampai pada tempat yang jauh.Menara masih menjadi simbol penting kepada cirri senibina Islam di Nusantara padahari ini. Azizul Azli Ahmad, Syaimak Ismail KAJIAN KOMPERATIF TERHADAP REKA BENTUK DAN RUANG DALAMAN MASJID INDONESIA DAN MALAYSIA PADA ABAD KE-18 Masjid Nusantara memiliki klasifikasi tersendiri dalam pembentukan seni bina masjid dalam dunia Islam.Masjid Agung Demak merupakan masjid tertua di Alam Nusantara serta menjadi rujukan kepada pembangunan masjid pada Abad ke18 dan selepasnya. Hubungan persaudaraan yang wujud diantara masyarakat Indonesia dan Malaysia menjadikan teknologi pembinaan masjid dan rekabentuk 5 masjid memiliki persamaan.Penulisan ini bertujuan melakukan kajian komperatif terhadap perancangan ruang serta rekabentuk masjid antara masjid di Indonesia dan masjid di Malaysia.Kajian perbandingan ini melihat perbezaan dan persamaan yang terdapat pada Masjid Agung Demak dan Masjid Kampung Hulu Melaka. Walaupun berada pada ruang lingkup yang sama tetapi terdapat jurang perbezaan antara masjid yang dibangunkan di Indonesia dan di Malaysia. Perbezaan ini menjadi semakin luas apabila Negara Indonesia dan Malaysia mencapai kemerdekaan . Seni bina Islam Masjid Nusantara berjaya keluar dari kebudayaan Arab dan melahirkan seni dan gaya seni binanya tersendiri. Hal ini memperkayakan gaya seni bina Islam serta memperlihatkan akan toleransi dalam Islam yang begitu jelas lewat bahasa seni binanya. 6 Paralel I (08.00 – 10.00) Ruang III (08.00 – 10.00) Topik: Islam dalam Keragaman Budaya Nama Pembentang Prof. Madya Hj. Ponirin Bin Amin, Rahmin Bin Amin, & Ishak bin Ramli (Jabatan Seni Halus Fak. Seni Lukis UiTM, Kuala Lumpur) Judul Makalah Pendekatan Teori Takmilah Dalam Seni Visual Di Malaysia : Suatu Pengenalan Dr. Sabzali Musa Khan & En. Mohd. Effendi Shamsuddin (Pusat Kebudayaan Universiti Malaya Kuala Lumpur) Ragam Hias Motif Organik Dan Geometri Dalam Hiasan Ukiran Rumah Tradisional Melayu Di Terengganu Dr. Gazali Daimin & Muhammad Fauzan Bin Abu Bakar (Universiti Teknologi MARA, Shah Alam, Selangor) Penjenamaan Islam Dalam Konteks Komunikasi Visual Pengaruh Dari Seni Islam Di Malaysia Dr. H. Fadlil Yani, MA (UIN Sunan Gunung Djati, Bandung) Internalisasi Nilai-nilai Sufistik Melalui Musikalisasi Kasidah Burdah Prof. Dr. Dzul Haimi Mohd. Zain (Universiti Teknologi MARA, Shah Alam, Selangor) & Alina Abdullah (Universiti Pendidikan Sultan Idris, Tanjung Malim) SIMETRI DINAMIK: Mencari Keindahan Seni Rupa Moden Islam di Malaysia dalam gabungan Matematik dan Estetik Prof. Dr. H. Afif Muhammad, MA (Pembanding) Ali Nurdin, Ph.D 7 Topik: Islam dalam Keragaman Budaya Ishak Bin Ramli, Professor Madya Hj. Ponirin Bin Amin, Rahmin Bin Amin PENDEKATAN TEORI TAKMILAH DALAM SENI VISUAL DI MALAYSIA: SUATU PENGENALAN Lembaran kertas kerja ini adalah memperkenalkan ‗Teori Takmilah‘ yang digunapakai dalam kesusasteraan Islam di Malaysia.Ia merupakan suatu cadangan pendekatan dalam seni visual tempatan. Objektif utama perbincangan adalah berkisar tentang kaitan di antara kesusasteraan dan seni visual serta relevannya ‗teori takmilah‘ diaplikasikan dalam seni visual tempatan.Perbincangan ini masih diperingkat pengenalan dalam meneliti kesesuaian untuk kaedah penghasilan dan penilaian karya seni visual di Malaysia. Kertas kerja ini diharap dapat membuka lembaran baru dalam proses pembangunan seni visual di Malaysia. Dr. Sabzali Musa Kahn , En.Mohd. Effendi Shamsuddin RAGAM HIAS MOTIF ORGANIK DAN GEOMETRI DALAM HIASAN UKIRAN RUMAH TRADISIONAL MELAYU DI TERENGGANU Dunia Melayu mempunyai kesenian dan budaya tersendiri.Walaupun tamadun dirantau ini telahpun wujud sekian lama namun kesenian dan budaya Melayu tetap mempunyai identiti tersendiri.Seni ukir merupakan salah satu daripada hasil kraftangan tradisi Melayu yang hebat dari nilai keseniannya.Pada umumnya, seni ukir berkaitan secara langsung perkembangan seni warisan Malaysia dan sejarah seni bina seperti masjid, istana, rumah, wakaf, perabot dan lain-lain dengan menggunakan bahan kayu sebagai bahan asas utamanya.Ukiran lebih bersifat sebagai hiasan dan bertujuan untuk melengkapkan bentuk sesuatu binaan dan hiasan. Kedatangaan Islam dirantau ini terutama adanya pengaruh pegangan dan ajaran Islam. Maka ianya diterapkan dalam seni ukir masyarakat tempatan di Terengganu. Maka kita dapat melihat tranformasi ini wujud dengan ketara dalam ukiran Melayu terutama rumah-rumah Melayu di Terengganu.Kajian ini tertumpu pada aspek corak hiasan pada ukiran kayu di rumah-rumah tradisional Melayu terutama beberapa daerah di Terengganu. Pemilihan motif yang sesuai dan teknik penyusunan yang kreatif oleh pengukir dan tukang-tukang rumah telah menghasilkan pola atau ragam hias yang menarik pada ukiran kayu dan pengaruh islam didalamnya. Kajian ini juga menjurus kepada penyusunan motif khususnya motif geometri dan organik yang mempunyai unsur matematik di dalamnya dan telah melahirkan seni hiasan yang unik dan menarik. Ragam hias ukiran geometri dan organik yang dikaji juga mempunyai pertalian dengan transformasi dalam kiraan matematik bersesuaian dengan asas rekaan dalam islam yang mana mempunyai pertalian yang rapat dengan matematik. Hasil daripada kajian ini, mendapati pentingnya penggunaan unsur 7 matematik dalam penghasilan ragam hiasan dan motif geometri serta organik bagi menghasilkan ukiran pada rumah tradisional Melayu di Terengganu hubungan dengan falsafah Islam di dalamnya. Muhammad Fauzan Bin Abu Bakar, Dr. Ghazali Daimin PENJENAMAAN ISLAM DALAM KONTEKS KOMUNIKASI VISUAL PENGARUH DARI SENI ISLAM DI MALAYSIA Kertas kerja ini merupakan satu kajian mengenai penerapan ciri-ciri Islam secara visual yang diterapkan di dalam sistem penjenamaan Islam. Kajian ini merupakan satu langkah baru bagi memperkenalkan nilai-nilai islam dalam konteks visual dan menjadi teras kepada setiap rekaan penjenamaan di seluruh Masyarakat Islam. Tujuan utama perbincangan adalah untuk mengenalpasti hubungan seni islam dan juga sistem penjenamaan di Alam Melayu di mana ciri-ciri islam dapat diadaptasikan ke dalam jenama produk tempatan dan mampu bersaing ke peringkat antarabangsa dengan membawa pengaruh dan pendekatan Islam. Di dalam konteks komunikasi visual, setiap elemen dan prinsip seni dan rekaan mempunyai maksud dan falsafah mereka tersendiri dan dengan kajian ini, sistem penjenamaan dapat direka melalui satu tatacara yang khusus melalui falsafah Islam. Fadlil Yani Ainusyamsi STUDI TENTANG INTERNALISASI NILAI-NILAI SUFISTIK MELALUI MUSIKALISASI QASHIDAH BURDAH This research is using case study method with qualitative approach that describing and analyzing design, implementation, and support and also barrier factor in educating sufistic values through Qashidah Burdah (QB) to Moslem Student in Darussalam Islamic Boarding School Ciamis, West Java. The result of this research discovering something interesting points of views, as followed: (1) Description of sufistic values in QB about syauq, machabbah, tarku al-syahwat, muchâsabah alnafs, zuhud and Sufistic Personality of Prophet Muhammad saw, (2) Integrated aesthetic and integrated expression as the media what formed unity of element in QB musicality through the pop music kind 8 beat (melancholies), (3) Teacher explains the values sufistic and presents QB musicality so as the student could in a proactive manner personify these values, and (4) Influence the spirit‘s unrest of the students (the respondent) and help them so as they could feel ‗effication‘ scrutinized with the heart, concentration and respect as the solution to the alternative answer into their spirit‘s unrest. 8 Dzul Haimi Mohd Zain, Alina Abdullah SIMETRI DINAMIK: MENCARI KEINDAHAN SENI RUPA MODEN ISLAM DI MALAYSIA DALAM GABUNGAN MATEMATIK DAN ESTETIK Memang sudah diketahui umum bahawa simetri adalah prinsip harmoni yang paling penting dalam alam tabie, dan tiadalah keterlaluan jika dikatakan bahawa simetri, khususnya simetri dinamik, adalah prinsip asas yang telah sekian lama mendasari rencana bentuk karya seni terbaik yang pernah dihasilkan dalam sejarah seni. Makalah ini akan menumpukan pada unsur Simetri Dinamik yang telah dirumuskan secara sistematik oleh Jay Hambidge pada tahun 1920-an. Prinsip Simetri Dinamik yang digunakan ialah Puncakuasa Lima Segiempat Tepat. Unsurunsur Simetri Dinamik ini kemudiannya akan ditentuluarkan pada beberapa karya seni rupa moden Islam Malaysia sebagai usaha untuk menjelaskan tentang rencana bentuk asas yang mendasari komposisi karya-karya ini. Rencana bentuk komposisi karya-karya ini seharusnya berkait erat dengan substansi yang ingin ditampilkan oleh para seniman. Karya-karya yang dipilih adalah karya lukisan separa-abstrak, yang berlandaskan pada prinsip-prinsip Seni Islam. 9 Paralel I (08.00 – 10.00) Ruang IV (08.00 – 10.00) Topik: Lembaga Sosial-Intelektual dan Jaringan Islam di Dunia Melayu Nama Pembentang Prof. Dr. Ab Aziz Mohd Zin, Nur Shahidah Pa'ad, Nurul Husna Mansor, & Selamat Amir (API University of Malaya) Judul Makalah Pusat Motivasi sebagai Pusat Keemerlangan Umat Islam: Satu Kajian Pusat-Pusat Motivasi di Lembah Klang, Malaysia Dr. Zahri Hamad (ISDEV, Universiti Sains Malaysia, Pulau Pinang) Dana Zakat Dan Asnaf Pelbagai Etnik Non-Muslim Di Malaysia Prof. Madya Mohammad Khalil Amran & Nurul Shima Bt Taharudin (Fakulti Seni Lukis dan Seni Reka, Universiti Teknologi, MARA, Shah Alam, Selangor) Adat Perpatih Dan Hukum Islam Di Negeri Sembilan, Malaysia : Suatu Tinjauan Sejarah Dr. Mukhlisin Muzari, M.Ag (IAIN Syekh Nur Djati, Cirebon) Wakaf Sebagai Sumber Ekonomi Syari'ah : Praktek Wakaf di Pondok Moderen Darussalam Gontor Indonesia Mohammad Taqiuddin Mohamad, Prof. Dr. Joni Tamkin Borhan, Dr. Ahmad Azzam Sulaiman@Mohamad, Dr. Asmak Ab Rahman, Azizi Che Seman, & Dr. Patmawati Hj. Ibrahim (Jabatan Syari'ah & Ekonomi, API University of Malaya, Kuala Lumpur) Perkembangan Sistem Perbankan Malaysia sebagai Model Transformasi Perbankan Islam Dunia Prof. Dr. H. Mudlor Effendi, M.Si (Pembanding) Dr. Abdul Syukur, MA 10 Topik: Lembaga Sosial-Intelektual dan Jaringan Islam di Dunia Melayu Prof. Dr. Ab Aziz Mohd Zin, Nur Shahidah Pa'ad, Nurul Husna Mansor, & Selamat Amir PUSAT MOTIVASI SEBAGAI PUSAT KECEMERLANGAN UMAT ISLAM: SATU KAJIAN PUSAT-PUSAT MOTIVASI DI LEMBAH KLANG, MALAYSIA Kecemerlangan individu muslim secara holistik merupakan suatu aspek yang sangat penting dalam merialisasikan matlamat Malaysia sebagai ‗baldatun toyyibatun wa rabbun ghafur‘. Namun usaha pembentukan generasi muslim cemerlang itu haruslah mempunyai suatu strategi mampan yang berintegratif secara berperingkat-peringkat dan berterusan. Pusat motivasi hari ini dilihat berpotensi untuk menjadi salah satu institusi yang berstrategi untuk mencapai matlamat tersebut.Ia semakin berkembang biak bagaikan cendawan yang tumbuh selepas hujan. Perkembangan pusat-pusat motivasi tersebut adalah seiring dengan kadar peningkatan terhadap permintaan perkhidmatan melalui program-programnya. Kini ia telah dilaksanakan secara meluas untuk golongan remaja, ibu bapa, kakitangan pekerja dan lain-lain entiti dalam masyarakat. Perkhidmatan yang disediakan melalui program pusat-pusat motivasi tersebut dikatakan dapat melahirkan individu muslim cemerlang melalui perlaksanaan modul-modulnya. Kertas kerja ini akan membincangkan tentang peranan yang dimainkan oleh pusat-pusat motivasi sebagai suatu institusi kecemerlangan individu muslim cemerlang. Zahri Hamat DANA ZAKAT DAN ASNAF PELBAGAI ETNIK NON-MUSLIM DI MALAYSIA Kertas kerja ini cuba membuat analisis secara deskriptif pengagihan dana zakat oleh institusi zakat kepada asnaf pelbagai etnik non-Muslim di Malaysia. Ia dimulai dengan meneroka amalan Rasulullah s.a.w dan khulafa‘ al-Rasyidin dalam pengagihan dana zakat kepada non-Muslim. Kemudian menganalisis terhadap prosedur dan amalan pengagihan dana zakat kepada non-Muslim diamalkan oleh institusi zakat di Malaysia. Dapatan analisis mempamerkan bahawa Rasulullah s.a.w mengagihkan dana zakat kepada kepada non-Muslim, namun amalan ini telah tidak lagi diteruskan oleh khulafa‘ al-Rasyidun khususnya khalifah Umar al-Khattab. Di Malaysia secara amnya prosedur membolehkan dana zakat diagihkan kepada golongan pelbagai etnik non-Muslim. Walau bagaimanapun, fatwa yang dikeluarkan hanya membenarkan dana zakat diagihkan kepada pelbagai etnik non-Muslim untuk tujuan dakwah sahaja. Namun akan dihujahkan bahawa berdasarkan kepada kepentingan semasa dan keadaan setempat, pengagihan dana zakat kepada pelbagai etnik nonMuslim di Malaysia sepatutnya dibenarkan. 10 Nurul Shima Bt Taharuddin , Prof Madya Mohamad Khalil Amran ADAT PERPATIH DAN HUKUM ISLAM DI NEGERI SEMBILAN, MALAYSIA: SUATU TINJAUAN SEJARAH Suatu kajian mengenai amalan budaya oleh penduduk di Negeri Sembilan yang mengamalkan Adat Perpatih, dimana setiap amalan yang dilakukan oleh masyarakat bersangkut paut dengan kehidupan dan amalan seharian. Antara penekanan utama kajian adalah membuat banding beza diantara adat dan agama islam dan menjawab soalan tentang sebab-sebab yang tertentu mengapa adat ditekankan kepada masyarakat. Sementara itu hukum atau undang-undang yang mempunyai kesan balasan dan denda sama seperti dalam islam yang menitik beratkan soal dosa dan pahala, dari segi adat yang menekankan perundangan yang ditadbir dan dilaksanakn oleh pemegang jawatan tertentu seperti ketua adat, bapak, lembaga, penghulu dan yang di Pertuan Besar. Lantaran perbezaan antara Islam dan sistem adat memang ada, namun apabila dilihat dalam konsep sosio-budaya Melayu telah berlakunya rationalisasi dimana hukum Islam iaitu hukum sya‘rak telah diberikan keutamaan dan keseimbangan dengan amalan adat selagi adat yang diamalkan tidak dilarang oleh hukum sya‘rak maka ia boleh dilakukan. Dr. Mukhlisin Muzari, M.Ag WAKAF SEBAGAI SUMBER EKONOMI SYARI’AH Implementasi Hukum Perwakafan Dan Kontribusinya Bagi Peningkatan Kesejahteraan Masyarakat (Studi Kasus di Pondok Modern Darussalam Gontor). Wakaf adalah suatu lembaga sosial Islam yang memiliki peranan penting dalam perkembangan masyarakat baik dalam bidang pendidikan dan dakwah maupun ekonomi dan sosial. Lembaga ini jika dibandingkan dengan zakat, infak dan sedekah memiliki kekuatan ekonomi yang kokoh karena dana yang ditransfer untuk mendukung berbagai proyek keagamaan dan sosial adalah keuntungan atau manfaatnya, sementara zakat, infak dan sedekah adalah assetnya sehingga bersifat konsumtif. Perwakafan di Indonesia faktanya lain, sebagian besar merupakan wakaf langsung (konsumtif) dan biaya operasionalnya diperoleh dari luar sehingga terkesan membebani masyarakat. Ada wakaf yang diperoleh dari masyarakat dan diberdayakan melalui unit-unit usaha produktif sehingga berkembang pesat dan memberikan kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat, yaitu wakaf Pondok Modern Darussalam (PMD) Gontor. Tujuan penelitian untuk mengungkap sumber-sumber wakaf PMD Gontor dan pemberdayaannya serta kontribusinya terhadap kesejahteraan masyarakat. Wakaf sebagai asset yang disumbangkan untuk kemanusiaan dalam jangka waktu yang relatif lama memiliki fungsi ritual dan sosial. Fungsi ritualnya sebagai implementasi iman seseorang dalam bentuk kesadaran beramal saleh yang dapat diharapkan menjadi investasi akhirat yang mengalir 11 terus-menerus, sedangkan fungsi sosialnya sebagai bentuk solidaritas yang dapat menjadi instrumen yang kontributif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat yang abadi (dana abadi). Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif-kualitatif, yaitu suatu metode yang digunakan untuk meneliti status kelompok manusia, suatu obyek, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik observasi dan wawancara. Data yang telah dikumpulkan mula-mula disusun kemudian dijelaskan dan dianalisis dengan menggunakan logika induktif, artinya silogisme dibangun berdasarkan data lapangan yang bersifat khusus dan bermuara pada kesimpulan-kesimpulan yang bersifat umum. Sebagai landasan teori dalam mengkaji permasalahan pemberdayaan wakaf menggunakan teori perubahan hukum Ibnu Qayim, teori stishlah, istihsan, dan ‘urf dengan mengutif ayat Al-Qur’an tentang perubahan yang dinamis dan inovatif, sedangkan pengkajian tentang kesejahteraan masyarakat menggunakan teori nilai Edward Sprenger dan teori Weber tentang etika protestan. Dari hasil penelitian diperoleh gambaran yang jelas mengenai pemberdayaan wakaf Pondok Modern Darussalam (PMD) Gontor melalui unitunit usaha produktif yang akhirnya dapat merekomendasikan para pengelola wakaf agar belajar dari Gontor dan pihak Badan Wakaf atau Yayasan Pemeliharaan dan Perluasan Wakaf Pondok Modern (YPPWPM) agar pemberdayaan wakaf dapat dikembangkan melalui lembaga-lembaga keuangan syari’ah sehingga berpotensi untuk mengembangkan ekonomi masyarakat. Mohammad Taqiuddin Mohamad, Prof. Dr. Joni Tamkin Borhan, Dr. Ahmad Azam Sulaiman@Mohamad, Dr. Asmak Ab Rahman, Azizi Che Seman, Dr. Patmawati Hj Ibrahim PERKEMBANGAN SISTEM PERBANKAN ISLAM MALAYSIA SEBAGAI MODELTRANSFORMASI PERBANKAN ISLAM DUNIA Sistem perbankan Islam di Malaysia telah melalui beberapa proses evolusi dan perkembangan sama ada dari sudut institusi, kawal selia, peraturan, pasaran dan hala tujunya. Hakikat ini telah membuatkan tokoh-tokoh perbankan Islam dunia mengakui bahawa perbankan Islam di Malaysia berkembang jauh lebih baik dan teratur berbanding negara-negara lain khususnya di kalangan negara Islam. Implikasinya, kebanyakan mereka menjadikan Malaysia sebagai model terbaik dalam membangunkan sistem perbankan Islam disebabkan oleh kedinamikan yang wujud.Justeru, kertas kerja ini disediakan untuk menilai usaha transformasi yang telah dilakukan serta pencapaiannya dalam usaha mentransformasikan sistem perbankan Islam dunia selaku alternatif terbaik kepada sistem konvensional. 12 Paralel II (10.15 -12.15) Ruang I (10.15 -12.15) Topik: Islam, Multikulturalisme, dan Pluralisme di Dunia Melayu Nama Pembentang Judul Makalah Dr. Fakhrul Adabi Abdul Kadir, Nurul Husna Mansor, Nor Shahidah Paad, dan Selamat Amir (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Cabaran Pluralisme Dan Pembangunan Jati Diri Masyarakat Melayu-Islam Di Malaysia Dr. Mohd. Fauzi Hamat, Wan Adli Wan Ramli, & Azmil Zainal Abidin (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Masyarakat Melayu Nusantara : Antara Kesederhanaan Pegangan Akidah dan Cabaran Pluralisme Agama Dr Widyawati, M.Ag (UIN Sunan Gunung Djati, Bandung) Interreligious Marriage in the Kompilasi Hukum Islam: A Human Right Perspective Prof. Dr. H. Muhibbin Syah, M.Ed (Pembanding) Dr. Asep Nursobah 13 Topik: Islam, Multikulturalisme, dan Pluralisme di Dunia Melayu Nurul Husna Mansor, Dr. Fakhrul Adabi Abdul Kadir, Nor Shahidah Paad, Selamat Amir CABARAN PLURALISME DAN PEMBANGUNAN JATI DIRI MASYARAKAT MELAYU ISLAM DI MALAYSIA Kewujudan masyarakat yang berbilang kaum, agama serta budaya di Malaysia telah menjadikan ia sebagai sebuah negara yang begitu unik dan istimewa. Sejarah telah membuktikan antara faktor penyumbang kepada lahirnya kemajmukan masyarakat adalah disebabkan berlakunya penghijrahan warga asing ke Tanah Melayu ketika negara berada di tangan penjajah suatu ketika dahulu. Meskipun Malaysia kini dihuni oleh masyarakat yang berbilang kaum, namun kemampuan rakyatnya dalam mengekalkan keharmonian, persefahaman dan hubungan yang baik di samping berkongsi kemakmuran negara secara aman dan toleransi setelah sekian lama sewajarnya dipuji. Penyatuan dan persamaan inilah sebenarnya yang cuba diperkenalkan oleh penjajah yang diistilahkan sebagai ‗pluralisme‘ sehingga mewujudkan sebuah masyarakat yang digelar ‗masyarakat pluralistik‘. Namun, di sebalik semua ini, terdapat cabaran-cabaran yang perlu difikirkan lantaran ‗pluralisme‘ dikhuatiri akan memberi pengaruh dalam kehidupan masyarakat, di tambah lagi dengan arus modenisasi dan ledakan globalisasi kini yang seolah-olah telah menghakis nilai-nilai serta jati diri mereka dalam menghayati cara hidup beragama. Justeru, kertas kerja ini akan mengupas secara sepintas lalu berhubung situasi masyarakat di Malaysia khususnya masyarakat Melayu-Islam dalam merentas gelombang pluralisme dan kepelbagaian budaya yang telah wujud, di samping menjelaskan usaha-usaha pelbagai pihak bagi memastikan pengekalan jati diri masyarakat Melayu agar terus berpegang teguh dengan nilai-nilai Islam namun pada masa yang sama masih meraikan kepelbagaian masyarakat lain dalam konteks negara Malaysia. Dr. Mohd. Fauzi Hamat , Wan Adli Wan Ramli Azmil Zainal Abidin MAYARAKAT MELAYU NUSANTARA: ANTARA KESEDERHANAAN PEGANGAN IKTIKAD DAN CABARAN PLURALISME AGAMA Kebelakangan ini, masyarakat Melayu-Muslim di Nusantara kelihatannya semakin menyedari kepelbagaian pemikiran sesama sendiri. Antara wajah terbaru yang timbul termasuk suatu golongan yang berpendirian liberal. Idea baru ini antara lain menganjurkan pengiktirafan kepelbagaian hatta dalam soal agama berikutan perihal kepelbagaian agama yang wujud di Alam Melayu. Walau bagaimanapun, faham pluralisme agama ini nampaknya tidak bersesuaian dengan tradisi tafsiran Islam yang dipegang oleh hampir keseluruhan ulama dan umat Melayu-Islam rantau ini. 13 Makalah ini meneliti secara mendalam konsepsi Islam, khususnya dalam mentafsirkan ayat al-Qur'an 3:19 dan 3:85, di kalangan penulis-penulis Muslim yang cenderung menerima idea pluralisme agama. Secara khusus, penulis-penulis ini mengambil makna literal kalimah islām, iaitu penyerahan diri, lalu dibentuk suatu konsep islam yang baru berdasarkan pemahaman semula perihal penyerahan diri yang abstrak dan umum. Dengan itu, pengertian Islam dibebaskan daripada takrif tepatnya yang diterima oleh semua Muslim sejak sekian lama. Daripada faham islam yang terbuka dan inklusif ini, dianjurkan bahawa semua golongan beragama adalah muslim yang masing-masing menyerah diri kepada tuhan, tanpa dibahaskan perihal penyerahan diri dan tuhan yang dimaksudkan. Berdasarkan kaedah tafsir yang sistematik dan diterima umum, makalah ini menilai pemahaman semula makna Islam dalam bentuk pluralis ini. Didapati tafsiran moden ini tidak mengambil kira asas bahasa Arab yang membentuk kalimah Islam atau al-islām dalam kedua-dua ayat al-Qur'an tersebut. Asas yang dimaksudkan adalah bentuk perkataan ini yang datang sebagai kata nama khas atau ma'rifah dan bukan dalam bentuk kata nama umum atau nakirah. Ini menunjukkan Islam yang dimaksudkan dalam kedua-dua ayat tersebut adalah suatu konsep yang definitif. Makalah ini selanjutnya menjelaskan pengertian Islam yang sempurna ini. Dalam keghairahan menyeru ke arah keharmonian hidup bersama di tengah-tengah kepelbagaian agama, makalah ini menganalisis kesesuaian masyarakat MelayuMuslim Nusantara terus berpegang dengan akidah Islam aliran pertengahan yang sentiasa menjadi kepercayaan umat Islam rantau ini. Kesimpulannya, makalah ini mendapati bahawa idea pluralisme agama melangkaui batas kesederhanaan akidah Islam. Berikutan itu, faham moden ini tidak dapat diterima sebagai sah berdasarkan tradisi Islam yang diwarisi. Dr. Widyawati INTERRELIGIOUS MARRIAGE IN THE KOMPILASI HUKUM ISLAM: A HUMAN RIGHT PERSPECTIVE One of the important rights human beings have is a freedom to marriage. However, this issue has become a heated debate among Muslims due to the fact that Islamic law forbids interreligious marriage, especially a Muslim female with a nonMuslim male. This is apparent in the Compilation of Islamic Law in Indonesia which serves as an explanation of Marriage Law of 1974. This article discusses the problem of interreligious marriage according to the compilation with human right perspective. From this perspective this article argues that this prohibition is contradictory to the universal human rights that maintain that every human being has a right to build a family regardless of religious consideration. 14 Paralel II Ruang II (10.15 -12.15) Topik: Wajah Baru Dunia Islam Melayu Nama Pembentang Judul Makalah Prof. Muhammad Syukri Salleh (ISDEV, University of Science) Pemikiran Ekonomi Islam Melayu Selamat Bin Amir, Nurul Husna Binti Mansor, Nurul Shahidah Binti Paad, Prof. Dato‘ Dr. Zulkifli Bin Mohd Yusoff (API University of Malaya) Prospek Islam Di Negeri Sabah: Realiti dan Cabaran Prof. Madya. Dr. Ahmad Nidzamuddin Sulaiman (Institute Kajian Etnik Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur) & Dr. Nur Azzah Binti Razali (Fakulti sain, Teknologi, & Pembangunan Insan, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, Kuala Lumpur) Melayu Dan Islam : Satu Analisis Dari Perspektif Jati Diri Dr. Mohamad Mustari (STMIK PERMATA INDONESIA, Bekasi, Jawa Barat) Pesantren dan Pembangunan Masyarakat Desa : Studi Kasus di Kabupaten Tasikmalaya Prof. Madya Dr. Ishak Hj. Sulaiman, Prof. Madya Dr. Ruzman Bin Md Noor, Prof. Dato‘ Dr. Zulkifli Bin Mohd Yusoff, Prof. Madya Dr. Mustaffa Bin Abdullah, & Dr. Mohd Roslan Bin Mohd Nor (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Membina Golongan Pakar Pengajian Islam dan Isu-Isu Kontemporari dalam Konteks Tajdid Ilmiah: Satu Pengalaman Akademi Pengajian Islam, University Malaya Prof. Dr. Ikyan Sibawaih, MA (Pembanding) Dr. Andewi Suhartini, M.Ag 15 Topik: Wajah Baru Dunia Islam Melayu Muhammad Syukri Salleh PEMIKIRAN EKONOMI ISLAM MELAYU Makalah ini mempunyai dua tujuan utama.Pertama, meneliti pemikiran ekonomi Islam kontemporari para intelektual Melayu; dan kedua, menganalisis pemikiran tersebut dalam konteks konstruk teoretikal ekonomi Islam.Intelektual Melayu di sini terhad kepada mereka di Malaysia dan Indonesia manakala ekonomi Islam terhad kepada ekonomi Islam kontemporari. Kedua-dua tujuan ini akan dicapai melalui kajian ke atas penulisan-penulisan ekonomi Islam yang dihasilkan oleh para intelektual terpilih di Malaysia dan Indonesia. Ia kemudian disusun melalui tiga bahagian. Bahagian pertama membincangkan tentang konstruk teoretikal ekonomi Islam kontemporari.Bahagian kedua pula membincangkan tentang corak pemikiran ekonomi Islam para intelektual Melayu Malaysia dan Indonesia.Akhir sekali, bahagian ketiga merumuskan perbincangan tersebut dengan menonjolkan kekuatan dan kelemahan pemikiran mereka ini serta mengemukakan cadangan-cadangan untuk menjitukannya. Selamat Bin Amir, Nurul Husna Binti Mansor, Nurul Shahidah Binti Paad, Prof. Dato‘ Dr. Zulkifli Bin Yusoff PROSPEK ISLAM DI NEGERI SABAH: REALITI DAN CABARAN Kedatangan Islam di Kepulauan Melayu telah mula bertapak sejak pada abad ke 11 Masihi lagi. .Anotasi ini wajar diutarakan apabila melihat penemuan batu nisan di Champa, Gresik Jawa dan di Kedah serta penemuan batu bersurat di Terengganu pada 1303 Masihi. Situasi ini memperlihatkan fenomena perkembangan Islam mula menyerap masuk di Tanah Semenanjung Malaysia lebih awal berbanding di Kepulauan Borneo yang mula menerima kehadiran Islam pada kurun ke-15 Masihi melalui al-Makhdum.Justeru argumentasi ini sedikit sebanyak mempengaruhi historis dan situasi perkembangan Islam di Borneo khasnya di Negeri Sabah dikalangan penduduk pribumi. Tidak hairanlah jika dikatakan emperikal perjuangan mendaulatkan agama Islam di Semenanjung Malaysia telah memberikan suntikan semangat kepada fundamentalis tempatan dalam menyemarakkan spiritual dakwah Islam di Sabah sehingga membawa kepada Islam sebagai agama rasmi Negeri Sabah. Justeru melalui telahan dan rincian analitis yang dilakukan, makalah ini akan menyoroti dan menyingkapi sejarah dan prospek perkembangan Islam khasnya di Negeri Sabah dengan melihat aspek perkembangan semasa, faktor-faktor perkembangan, institusi dan juga tokoh yang berperanan dalam usaha memperjuangkan Islam di Sabah serta realiti dan cabaran, yang mana pada hemah penulis wajar diketengahkan memandangkan nuansa Islam di Utara Kepulauan Borneo ini bersifat multi-dimensi dan mampu memberikan manfaat yang utilitarian terhadap pengamalan kesyumulan Islam di rantau Nusantara amnya. 15 Nur Azah binti Razali, Prof. Madya Dr. Ahmad Nidzammuddin Sulaiman MELAYU DAN ISLAM: SATU ANALISIS DARI PERSPEKTIF JATI DIRI Konsep Melayu seringkali didefinisi sebagai kelompok penduduk pribumi alam Nusantara. Walaupun memiliki pelbagai perbezaan rinci etnik ia tetap dianggap serumpun tanpa mengira agama, bahasa dan adat budaya. Bagaimanapun di Malaysia Perlembagaan Persekutuan Fasal 160 secara jelas mendefinisikan Melayu sebagai penduduk pribumi yang beragama Islam, bertutur dalam bahasa Melayu dan mengamalkan adat tradisi Melayu. Pengklasifikasian Melayu menurut perlembagaan ini adalah menurut pandangan pemerintah (authority defined menjadikannya amat mudah dicabar. Sudah banyak perbincangan akan konsep ini terutamanya apabila ia diikuti dengan pelbagai peruntukan keisimewaan pemerintahan berbanding kaum lain. Perdebatan konsep Melayu ini lebih banyak tertumpu kepada isu bahasa Melayu dan adat budaya Melayu yang semakin tidak digunakan.Apakah dengan ini mereka masih di anggap Melayu meskipun darah keturunannya Melayu.Perubahan masyarakat yang semakin dinamik kini telah menyaksikan transformasi berlaku di kalangan masyarakat Melayu kepada nilai yang semakin kurang nilai asli atau tradisinya sekaligus mencabar jati diri Melayu. Dalam banyak hal mereka sudah jauh menyimpang dari definisi menurut perlembagaan 1950-an dulu. Persoalan utama dengan itu akan cuba membincangkan kedudukan Islam sebagai agama rasmi persekutuan di Malaysia dan bagaimana ia diguna sebagai asas penting mendefinisi dan mengkonstruksi jati diri Melayu Melayu untuk terus bertahan di dalam dunia facebook dan twitter kini. Ishak Bin Hj. Suliaman, Ruzman Bin Md Noor, Mohd Yakub @ Zulkifli Bin Mohd Yusoff, Mustaffa Bin Abdullah dan Mohd Roslan Bin Mohd Nor MEMBINA GOLONGAN PAKAR PENGAJIAN ISLAM DAN ISU-ISU KONTEMPORARI DALAM KONTEKS TAJDID ILMIAH : SATU PENGALAMAN AKADEMI PENGAJIAN ISLAM, UNIVERSITI MALAYA (1993-2011) Di dalam tradisi Pengajian Islam di peringkat universiti, graduan Ijazah Doktor Falsafah boleh diiktiraf mempunyai kepakaran atau pengkhususan ilmu Pengajian Islam dan isu-isu kontemporari yang menjadi topik kajian utama tesis. Tradisi ini sebenarnya merupakan tradisi ulama silam yang berjaya membina pelapis generasi ulama sebagai pewaris ilmu. Justeru tajdid ilmiah di dalam membina golongan pakar Pengajian Islam merupakan satu tradisi ulama tersohor di dalam Islam. Sebagai satu kajian kes, pengalaman Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya di dalam membina golongan pakar Pengajian Islam yang berkaitan dengan isu-isu kontemporari di peringkat Ijazah Doktor Falsafah merupakan pengalaman tajdid ilmiah yang telah dimulakan pada tahun 1981 sehingga kini. Sehubungan dengan itu, kertas kerja ini mempunyai objektif untuk menilai aspek pembinaan golongan pakar Pengajian Islam dan isu-isu kontemporari di peringkat Ijazah Doktor 16 Falsafah berdasarkan pengalaman di Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya di dalam konteks tajdid ilmiah. Metodologi kualitatif di dalam bentuk bibliometrik melalui data-data graduasi Ijazah Doktor Falsafah di Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya telah diaplikasi di dalam kertas kerja ini. Rumusan utama daripada topik ini menunjukkan bahawa Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya selama 30 tahun penubuhannya yang bermula dari tahun 1981 sehingga 2011 telah membina-lahir 243 orang golongan pakar Pengajian Islam dan isu-isu kontemporari di peringkat Ijazah Doktor Falsafah yang telah melalui proses tajdid ilmiah bagi manfaat ummah dan agama Islam. Daripada jumlah (243 orang) tersebut, 215 (88.5%) terdiri daripada lelaki dan hanya 28 (11.5%) daripada perempuan. Dari aspek warganegara, graduan dari Malaysia berjumlah 127 orang (52%) dan negara-negara lain ialah 116 orang (48%). Mohamad Mustari PERANAN PESANTREN DALAM PEMBANGUNAN DESA (Kajian Kes di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat, Indonesia) Pesantren adalah institusi pendidikan Islam tradisional dan non-formal yang tertua di Indonesia. Institusi ini adalah fenomin yang unik Indonesia, tidak ditemukan di belahan dunia yang lain. Kebelakangan ini terdapat penilaian yang salah yang berkembang bahawa pesantren itu dikatakan sebagai lembaga yang melatih kelompok-kelompok teroris, mempromosikan fanatisme Islam, dan mendakwahkan budaya konservatif. Sehingga, sebagian pesantren pun kemudian mengubah paradigma mereka, iaitu, dari konservatisme ke progresivisme modern, sementara yang lain lebih memilih tetap tradisional. Tujuan kajian ini adalah untuk membuat analisis sistematis yang mendalam terhadap peran dan kontribusi pesantren dalam pembangunan wilayah pedesaan Jawa, terutama di Kabupaten Tasikmalaya yang jumlahnya sendiri mencapai 761 pesantren. Kajian ini menggunakan kaedah kajian kes berganda. Kes-kesnya terdiri dari tiga pesantren besar dan tiga pesantren kecil, semuanya berlokasi di Kabupaten Tasikmalaya. Pesantren-pesantren itu terdiri dari tiga kategori: tradisional, moden, dan kombinasi. Temubual, pengamatan, dan analisis dokumen digunakan untuk mengumpulkan data. Temubual tatap muka berdasarkan pada senarai standard yang dikembangkan untuk kajian ini. Dapatan kajian menunjukkan bahawa semua pesantren merangka sendiri dan melaksanakan rancangan pembangunan, sama ada untuk di dalam pesantren itu sendiri mahupun untuk pembangunan desa, yang menjadi persekitaran sosialnya, kerana kebanyakan pesantren sememangnya berada di perdesaan. 17 Paralel II Ruang III (10.15 -12.15) Topik: Demokrasi dan Masyarakat Muslim Nama Pembentang Judul Makalah Dr. Siti Zubaidah Ismail & Mohd Zaidi Daud (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Sistem Keadilan Islam Di Nusantara: Pengalaman Nanggore Aceh Darussalam Prof. Madya Dr. Sukeri Mohamad & Dr. Mohd. Alwee Yusoff (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Konsep Negara Islam Malaysia: Satu Studi Perbandingan Antara Parti Melayu (Umno) Dan Parti Islam (Pas) Prof. Madya Dr. Sukeri Muhamad & Mohamad Azrien Mohamed Adnan (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Pendekatan Siasah Syar`Iyyah Dalam Pentadiran Negara Dan Kesannya Kepada Kesejahteraan Masyarakat: Satu Study Kepimpinan Menteri Besar Kelantan, Malaysia(1990-2011) Sadri Chaniago, M.Soc.Sc & Nidzam Sulaiman, Ph.D (Univeriti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur) Penertaan Politik Tuanku Tarekat Saktariyah Dalam Parti Nasionalis pasca Order Reformasi di Padang Pariyaman Sumatera Barat Dr. Fauzan Ali Rasyid, M.Si (UIN SGD Bandung) Prof. Dr. H. Rachmat Syafe’i, MA (Pembanding) Dr. Deni Kamaluddin, M.Ag Demokrasi Indonesia : Pengalaman sebagai Negara Muslim Terbesar 18 Topik: Demokrasi dan Masyarakat Muslim Dr. Siti Zubaidah Ismail, Mohd Zaidi Daud SISTEM KEADILAN ISLAM DI NUSANTARA: PENGALAMAN NANGGROE ACEH DARUSSALAM Salah satu cabaran dalam proses pensyariatan undang-undang Islam di rantau Nusantara Melayu ini ialah kedudukan sesebuah negara bangsa yang mengandungi komposisi masyarakat pluralis. Seperti Malaysia, Indonesia juga berhadapan dengan cabaran heterogeneous dan ini amat ketara dalam sistem perundangan. Bila menyentuh tentang pelaksanaan Islam sebagai suatu sistem perundangan dalam kerangka local, Aceh adalah contoh terbaik kerana ia merupakan sebuah daerah di Indonesia yang memperolehi kuasa otonomi dalam melaksanakan undang-undang Islam. Penyerahan otonomi khusus kepada Aceh dan penggantian nama Provinsi Daerah Istimewa Aceh menjadi Provinsi NAD berdasarkan kepada Undang-undang Nomor 18 Tahun 2001. Adalah sesuatu yang menarik dalam melihat pelaksanaan perundangan Islam di Aceh memandangkan ianya telah diberikan kuasa mutlak dalam mengadakan dan melaksanakan syariat Islam secara keseluruhannya.Dalam konteks perlaksanaan syariat Islam secara kaffah, sistem pengadilan menerusi Peradilan Agama diwujudkan. Walaupun Aceh telah diberikan kuasa otonomi khusus namun Peradilan Agama masih merupakan sub-sistem peradilan di Indonesia dan terletak di bawah kerangka induk Mahkamah Agung Indonesia. Dalam konteks pelaksanaan syariat Islam atau lebih khususnya undangundang jenayah Islam, beberapa qanun tentang perlanggaran syariat digubal untuk maksud tersebut.Antaranya ialah Qanun No.7 Tahun 2002 (Aturan tentang perlaksanaan akidah, ibadah dan syiar), Qanun No. 11 Tahun 2003 (Khamr), Qanun No. 12 Tahun 2003 (Maisir) dan Qanun No. 14 Tahun 2003 (Khalwat). Pindaan terkini tentang pelaksanaan hukuman rejam juga telah menimbulkan kontroversi bukan sahaja di peringkat lokal, malah di peringkat antarabangsa. Terkait dengan operasi mahkamah syariah juga ialah dua lagi institusi kembarnya iaitu pihak penguatkuasa yang dikenali sebagai Wilayatul Hisbah dan pendakwaan (Kejaksaan). Kertas kerja ini akan mengupas sistem keadilan di Aceh dan menilai sejauhmanakah pelaksanaannya pada masa kini. Dr Mohd Alwee Yusoff, Prof Madya Dr Shukeri Mohamad KONSEP NEGARA ISLAM MALAYSIA: SATU STUDI PERBANDINGAN ANTARA PARTI MELAYU (UMNO) DAN PARTI ISLAM (PAS) Persoalan Negara Islam Malaysia telah menjadi polimik yang berpanjangan antara dua parti Melayu yang bersaing merebut kuasa pemerintahan Negara Malaysia. Bagi Parti Islam SeMalaysia (PAS), dasar Islam merupakan perkara yang wajib dilaksanakan oleh pemerintah. Sebab itu ia menjadi agenda perjuangan mereka. Namun begitu bagi Pertubuhan Melayu (UMNO) yang telah menerajui 18 kerajaan Malaysia selama lebih 50 tahun merasakan pendekatan keislaman secara longgar dan bebas (tidak melibatkan aspek perundangan secara menyeluruh) adalah lebih baik kerana dikira dapat mencapai hasrat kerajaan dalam bidang keislaman. Ketika pertembungan kedua parti politik itu berada di kemuncak, maka isu kedudukan Malaysia sebagai Negara Islam telah menjadi tajuk perdebatan yang sangat panas terutamanya setiap kali menjelangnya pilihanraya umum (PEMILU). Bagi mengukuhkan kedudukan masing-masing, maka kedua-dua belah pihak telah mengemukakan hujah masing-masing sehingga beberapa kali program debat terbuka antara UMNO dan PAS tentang Negara Islam dicadangkan. Namun begitu debat sebegitu tidak pernah menjadi kenyataan kerana pihak UMNO memilih pendekatan lain yang lebih selamat. Pertembungan politik seperti ini sepatutnya mendapat perhatian dari para ilmuan dan dikendalikan secara saksama melalui pentas ilmu yang betul. Oleh itu kertas ini akan menganalisis berbagai aspek yang membawa kepada perbezaan pandangan kedua-dua parti itu dalam menanggapi kedudukan Negara Malaysia sebagai Negara Islam. Perbincangan ini akan dapat menjelaskan asas penting yang mencetuskan polimik dan pertembungan tersebut, seterusnya menambahkan koleksi politik Islam semasa dalam masyarakat, terutamanya di Alam Melayu. Mohamad Azrien Mohamed Adnan, Prof Madya Dr Shukeri Mohamad PENDEKATAN SIASAH SYAR‘IYYAH DALAM PENTADIRAN NEGARA DAN KESANNYA KEPADA KESEJAHTERAAN MASYARAKAT: SATU KAJIAN KEPIMPINAN MENTERI BESAR KELANTAN, MALAYSIA (1990-2011) Rata-rata penganalisis Siasah Syar`iyyah menegaskan bahawa penggunaan Siasah Syar`iyyah dalam pentadbiran negara dapat menjamin kepentingan masyarakat dan mengukuhkan kedudukan Islam itu sendiri.Ini kerana pendekatan Siasah Syar`iyyah menggunakan kaedah syarak dalam menguruskan kepimpinan Negara dan semua polisi kerajaan. Dengan itu ia mampu melahirkan berbagai produk pentadbiran yang berjenama Islam dan mengutamakan kesejahteraan umat. Pendekatan seperti ini amat berbeza dengan cara pentadbiran sekular yang banyak menguntungkan golongan penguasa dan selalunya mudah menimbulkan konflik kepentingan antara pemimpin dengan rakyat sehingga berlakunya perpecahan, kebencian, penindasan, kezaliman, gejala rasuah, kemungkaran dan sebagainya. Bertolak dari peranan dan kepentingan Siasah Syar`iyyah di atas, kertas ini akan membicarakan bagaimana pendekatan Siasah Syar`iyyah telah dijalankan oleh Kerajaan Kelantan di bawah kepimpinan Menteri Besarnya Datuk Nik Aziz dan sejauhmana kesannya kepada masyarakat. Diharapkan kertas ini dapat menambahkan koleksi pengurusan politik dan pentadbiran Islam, terutamanya di Alam Melayu. 19 Sadri Chaniago, Nidzam Sulaiman PENERTAAN POLITIK TUANKU TAREKAT SYATTARIYAH DALAM PARTAI NASIONALIS DI PADANG PARIAMAN, SUMATERA BARAT The concept of political spectrum (politik aliran) as a clarification to partisanship in Indonesia, believes, there are strong relations among individual with a religious orientation to choose their political party. Moslem of santri tends to accompany Islamic party. Meanwhile, Moslem of abangan has a tendency to nationalist party (secular). Political participation of tuanku of Shatariyyah tarekat in political party at Padang Pariaman, West Sumatra, Indonesia, showing they are more inclined to choose nationalist party rather than Islamic party as political participation bases. This study classifies political participation form and identifies their tendencies to join the nationalist party. Thus, this study uses methodology of qualitative with field form of research. Primary data obtained through in-depth interview and observation. Research informant was tuanku of Shatariyyah tarekat, who became the official member of nationalist party at Padang Pariaman, triangulated with other informant. Informant selected through snow ball sampling. Secondary data obtained through research library. Nevertheless, this study finds the reason why tuanku of Shatariyyah tarekat more in favor of nationalist party as political participation bases, because a difference of ism among Islam modernist and Islam traditionalist, more safe and feel to be esteemed in nationalist party, pragmatic and opportunist in activities of politics. Their political participation had several function, pursuing need of economics, gratifying adjustment of social, pursuing special values, and fulfill need of subconscious and also certain psychology. Difference of ism among Islam tradisionalis with Islam modenis has influenced tuanku of Shatariyyah tarekat in determining political participation party bases. Their political participation shows a fading political spectrum in elite level of tarekat Shatariyyah in Padang Pariaman. They are more comprehending politics in rational perspective in pursuit of their social and economic, so that has come to rational pragmatic in political participation. This matter represent indication goes into effect of political desacralization amongst them, thus which become religion pragmatic human being in their political behavior. 20 Dr. Fauzan Ali Rasyid, M.Si DEMOKRASI INDONESIA: PENGALAMAN NEGARA SEBAGAI NEGERI MUSLIM TERBESAR Proses Demokratisasi Indonesia tidak bisa lepas dari peran Umat Islam. Islam dianut mayoritas penduduk Indonesia.Umat Islam Indonesia lebih mudah menerima Demokrasi, sebab semenjak awal Islam masuk ke Indonesia, lebih mengedepankan aspek Fiqh dan Tasawuf ketimbang politik, sehingga organisasi Islam berdiri senantiasa dilatarbelakangi dengan pemurnian agama (puritanisme). Demokrasi tidak dianggap sebagai pertentangan ideologis dan tidak bertentangan secara fiqh dan tasawuf. Mudahnya Umat Islam Indonesia menerima Demokrasi berbeda dengan negara-negara Islam di Timur Tengah, yang sulit menerima Demokrasi, mungkin disebabkan beberapa faktor antara lain: pertama, Demokrasi adalah faham Barat, dimana negara-negara Barat dianggap sebagai biang keladi kehancuran Khilafah Islamiyah. Kedua, ada gesekan peradaban antara Timur dan Barat. Ketiga, belum selesainya masalah Palestina dan Israel. Gerakan Palestina melahirkan solidaritas negara-negara Islam Timur Tengah, sedangkan Israel melahirkan solidaritas negaranegara Barat. Tiga bukti Sejarah Islam Politik Indonesia menolak Otoritarianisme dan Totaliarismen: Pertama, pada masa awal kemerdekaan (Orla), Gerakan Islam politik menolak monopartai konsep Soekarno dan pemilu pertama tahun 1955 pada masa PM Burhanuddin Harahap dari Masyumi. Kedua, berakhirnya rezim Soekarno dan awal Orde Baru. Terutama penolakan pada model Demokrasi Terpimpin. Dan ketiga, pada masa akhir rezim Soeharto dan awal reformasi. Jatuhnya Rejom Soeharto antara lain diprakarsai Amin Rais (Ketua PP Muhammdiyah) dan Gus Dur (Ketua PBNU) yang terkenal dengan pertemuan Ciganjur. Berdasar ketiga bukti sejarah tersebut membuktikan bahwa kelompok Islam atau gerakan politik Islam senantiasa menolak terciptanya sistem otoriter atau totaliter dan menghendaki terwujudnya demokratisasi di Indonesia. Walaupun demokrasi yang dibangun senantiasa juga tidak menjadikan partai-partai Islam diminati atau dikagumi oleh masyarakat bahkan partai Islam sampai sekarang semakin surut peminat dan tersisih dengan partai-partai nasionalis. Dengan demikian yang dibangun oleh Islam politik bukan tertuju pada kekuasaan mayoritas muslim tetapi lebih tertuju kepada terbentuknya sistem yang lebih demokratis. Problem demokrasi Indonesia, yang sekaligus menjadi PR bagi Islam Politik Indonesia, antara lain: (1) Problem Kepemimpinan Nasional. (2) Kegagalan Partai Politik dalam Rekruitmen Politik. (3) Demokrasi Belum Seiring Dengan Kesejahteraan Bangsa Beberapa agenda khusus bagi Partai-partai Politik Islam; pertama, mengembangkan paradigma politik dari isu politik yang senantiasa menjual ideologi Islam berbentuk memperjuangkan Piagam Jakarta/Syariat Islam, dikembangkan kepada aspek-aspek yang menyangkut kehidupan real masyarakat berupa program reformasi ekonomi dan supremasi hukum yang ditawarkan kepada masyarakat. Kedua, membangun demokrasi di internal partai. Kelemahan partai-partai Islam 21 senantiasa lebih mengedepankan sistem patrimonial, otoritas tradisional dan kepatuhan. Ketiga, beberapa agenda bangsa yang tetap perlu diperhatikan dan diprioritaskan dalam membangun Demokrasi Indonesia ke depan antara lain mengurangi jumlah rakyat miskin dan pengangguran, menciptakan iklim investasi yang kondusif, mengembangkan mikro ekonomi, membuka lapangan kerja yang seluas-luasnya, dan melakukan reformasi birokrasi yang komprehensif serta penguatan atas rule of law/supremasi hukum. 22 Paralel II Ruang IV (10.15 -12.15) Topik: Teks Islam di Dunia Melayu Nama Pembentang Judul Makalah Prof. Madya Dr. Abdul Karim Ali & Ahmad Sharifuddin Bin Mustapha (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Perbahasan Sifat Dua Puluh Dalam Muqaddimah Manuskrip Hidayah AlMuta’allim Wa ‘Umdah Al-Mu’allim Karya Shaykh Daud Bin ‗Abdullah AlFatani Prof. Madya Dr. Mustaffa Bin Abdullah, Prof. Dato‘ Dr. Zulkifli Haji Mohd Yusoff, Dr. Faisal Ahmad Shah, Dr. Munirah Abd Razzak, Dr. Jilani Ben Touhami Meftah, Sedek Arifin (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Pengajian Al-Quran Di Malaysia: Perkembangan, Cabaran Dan Masa Depan Faisal Ahmad Syah, Fauzi Deraman, Ishak Sulaeman, Thuraya Ahmad, Khadher Ahmad, & Mohd Murshidi Mohd Noor (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Pengajian Hadith Di Malaysia: Cabaran Dan Masa Depan Mohd Shukri Hanapi (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Tasawur Melayu: Warisan Pra-Islam Dan Islam Prof. Dr. H. T. Fuad Wahab (Pembanding) Tolib Rohmatillah, MA 23 Topik: Teks Islam di Dunia Melayu Ahmad Sharifuddin bin Mustapha, Profesor Madya Dr Abdul Karim Ali PERBAHASAN SIFAT DUA PULUH DALAM MUQADDIMAH MANUSKRIP HIDAYAH AL-MUTA’ALLIM WA ‘UMDAH AL-MU’ALLIM KARYA SHAYKH DAUD BIN ‘ABDULLAH AL-FATANI Selepas wafatnya Rasululllah sallAllahu ‘alayhi wa sallam, tugas menyampaikan ajaran Islam diteruskan oleh para sahabat baginda. Seterusnya ia berpindah pula kepada para tabi’in dan kemudiannya tabi’al- tabi’in. Setelah berabad-abad masa berlalu, agama Islam telah tersebar luas di muka bumi dan lahir pula ulama-ulama di tempat ia disebarkan. Alam Melayu turut melahirkan ulama-ulama yang alim lagi faqih dalam bidang agama Islam termasuk fiqh, tauhid, akhlak, tasawuf dan sebagainya. Ulama-ulama tersebut melahirkan penulisan-penulisan yang bermutu sebagai warisan yang berharga kepada umat Islam. Terdapat banyak manuskrip-manuskrip yang mengandungi tulisantulisan mereka masih tersimpan, dimana ia merupakan salah satu medium penyebaran Islam di Alam Melayu. Shaykh Dawud bin ‗Abdullah al-Fatani merupakan antara pengarang yang terkenal dan prolifik di Alam Melayu selain daripada Shaykh Nur al-Din al-Raniri, Shaykh Arshad al-Banjari dan lain-lain. Kertas kerja ini akan membincangkan tentang perbahasan sifat dua puluh dalam muqaddimah kitab beliau yang terkenal iaitu Hidayah alMuta’allim Wa ‘Umdah al-Mu’allimi. Mohd Yakub@Zulkifli Hj Mohd Yusoff, Mustaffa Abdullah Faisal Ahmad Shah, Monika @ Munirah Abd Razzak, Ahmad K. Kasar, Jilani Ben Touhami Meftah, Sedek Arifin PENGAJIAN AL-QURAN DI MALAYSIA: PERKEMBANGAN, CABARAN DAN MASA DEPAN Artikel ini membincangkan mengenai perkembangan pengajian al-Quran di Malaysia yang memfokuskan kepada aspek pengajaran, penulisan dan penyelidikan. Pengajian al-Quran di Malaysia telah melalui proses dan peringkat kematangan sehingga mencapai kedudukannya pada hari ini. Penubuhan Pusat Penyelidikan alQuran di Universiti Malaya membuktikan pengiktirafan bidang al-Quran di Malaysia. Objektif kajian ini adalah untuk menelusuri perkembangan pengajian alQuran di Malaysia dengan memfokuskan kepada aspek pengajaran, penulisan dan penyelidikan. Kajian juga turut membincangkan cabaran-cabaran yang dihadapi dalam memantapkan pengajian al-Quran di Malaysia seterusnya strategi yang 23 dirangka bagi mencapai hala tuju yang ditetapkan. Kajian ini menggunakan metode dokumentasi dengan rujukan kepada koleksi buku, disertasi dan tesis yang pernah dihasilkan mengenai pengajian al-Quran di Malaysia. Kajian juga melibatkan metode historis yang diaplikasikan ketika membincangkan mengenai periodeperiode perkembangan pengajian al-Quran di Malaysia. Hasil Kajian berjaya membuktikan kepesatan pengajian al-Quran di Malaysia melalui peningkatan penghasilan jenis-jenis karya dalam bidang al-Quran, kepelbagaian program dan aktiviti yang dijalankan bagi menarik minat masyarakat kepada bidang al-Quran. Penglibatan institusi formal dan tidak formal dalam merangka program dan aktiviti berkaitan al-Quran merupakan salah satu faktor yang meningkatkan kesedaran dan minat masyarakat Islam di Malaysia terhadap pengajian al-Quran. Faisal Ahmad Shah, Fauzi Deraman, Ishak Suliaman, Thuraya Ahmad, Khadher Ahmad, Mohd Murshidi Mohd Noor PENGAJIAN HADITH DI MALAYSIA: CABARAN DAN MASA DEPAN Artikel ini akan membincangkan mengenai pengajian hadith di Malaysia bermula daripada kurun ke 20 sehinggalah pada hari ini yang menyaksikan minat dan kesedaran yang tinggi dalam kalangan masyarakat terhadap pengajian hadith. Umum mengetahui pengajian hadith di nusantara tidak berkembang sebagaimana bidang fiqh, akidah dan tasawuf. Karya-karya yang dihasilkan dalam bidang hadith juga tidak banyak sekaligus tidak menggambarkan kedudukannya sebagai sumber kedua selepas al-Quran. Namun pada masa kini, kecenderungan masyarakat kepada pengajian hadith semakin meningkat dan membanggakan. Objektif kajian ini adalah untuk menelusuri perkembangan pengajian hadith di Malaysia melalui jenis dan bentuk karya hadith yang pernah dihasilkan seterusnya peranan institusi pengajian tinggi awam di Malaysia dalam memantapkan pengajian hadith. Kajian juga turut membincangkan permasalahan dan cabaran masa kini yang dihadapi oleh pengajian hadith terutamanya melalui pelbagai aliran pemikiran yang meresapi dalam pemikiran masyarakat. Kajian ini menggunakan metode dokumentasi dan historis dengan rujukan kepada buku, disertasi dan tesis yang pernah dihasilkan mengenai pengajian hadith di Malaysia. Dapatan kajian mendapati pengajian hadith di masjid, surau dan institusi awam di Malaysia bertambah baik melalui kepelbagaian karya hadith yang diajar dan dipelajari. Kajian-kajian di peringkat sarjana dan PhD dalam bidang hadith juga banyak memfokuskan kepada tajuk-tajuk kontemporari dan tematik yang menyentuh dan berkaitan dengan isu-isu masyarakat. Mohd Shukri Hanapi TASAWUR MELAYU: WARISAN PRA-ISLAM DAN ISLAM Kertas kerja ini bertujuan mengkaji tasawur yang mencorakkan kehidupan masyarakat Melayu sebelum dan selepas kedatangan Islam. Berbezanya kehidupan masyarakat Melayu sebelum dan selepas kedatangan Islam ini kerana berbezanya 24 tasawur yang mencorakkan kehidupan mereka pada ketika itu. Persoalannya, apakah evolusi tasawur masyarakat Melayu itu? Kertas kerja ini akan menjawab persoalan ini dengan memfokuskan perbincangan kepada dua perkara utama. Pertama ialah mengenal pasti tasawur Melayu sebelum dan selepas kedatangan Islam. Kedua ialah merumuskan tasawur masyarakat Melayu kontemporari yang merupakan warisan dari zaman pra-Islam dan Islam. Kajian ini merupakan kajian perpustakaan. Semua maklumat berkaitan akan dianalisis menggunakan kaedah analisis kandungan. Akhirnya kertas kerja ini merumuskan bahawa tasawur Melayu telah melalui beberapa peringkat evolusi. Secara umumnya Islam sememangnya telah berakar umbi dalam pemikiran serta pembentukan tasawur masyarakat Melayu. Namun, unsur-unsur tradisi seperti kepercayaan animisme belum berjaya dikikis sepenuhnya dalam kehidupan mereka. 25 Paralel III (13.00 – 15.00) Ruang I (13.00 – 15.00) Topik: Filantropi Islam di Dunia Islam Melayu Nama Pembentang Dr. Zakaria Bin Bahari (ISDEV, University of Sains Malaysia, Pulau Pinang) Judul Makalah Urus Tadbir Zakat Di Negara Melayu: Perbandingan Amalan Di Malaysia Dan Brunei Darusalam Mr. Suhaili bin Sarif, Dr. Nor`Azzah Kamri, Dr. Azian Madun (API University of Malaya, Kuala Lumpur) The Impact Of Islamic Reassertion On Malaysian Zakat Administration Dr. Deden Effendi, M.Ag (UIN Sunan Gunung Djati, Bandung) Implementasi Undangundang Wakaf di Indonesia Prof. Dr. H. Endang Soetari Ad, M.Si (Pembanding) Rudy Heryana, Ph.D 27 Topik: Filantropi Islam di Dunia Islam Melayu Zakaria bin Bahari URUS TADBIR ZAKAT DI NEGARA MELAYU: PERBANDINGAN AMALAN DI MALAYSIA DAN BRUNEI DARUSALAM Kertas kerja ini mengandungi dua tujuan utama. Pertama, ia berhasrat mengenal pasti bentuk urus tadbir zakat yang diamalkan di dua buah Melayu, iaitu Malaysia dan Brunei Darussalam. Kedua, ia berhasrat membandingkan amalan urus tadbir zakat di antara kedua-dua negara Melayu tersebut. Ketiga, ia berhasrat merumuskan suatu bentuk urustadbir zakat yang berkesan bagi kedua-dua buah negara Melayu ini. Malaysia dan Brunei Darussalam dianggap sebagai negara Melayu kerana majoriti penduduknya berketurunan Melayu, mengamalkan budaya Melayu, mengiktiraf Bahasa Melayu sebagai bahasa rasmi negara, dan mengamalkan sistem beraja dan adat istiadat Melayu. Walau bagaimanapun, urus tadbir zakat di kedua-dua negara ini tidak semestinya sama. Ia mungkin mempunyai kekuatan dan permasalahan urus tadbir yang tersendiri. Kertas kerja ini akan mengenalpasti, menganalisis dan merumuskan persoalan-persoalan ini secara perbandingan berdasarkan kajian perpustakaan dan temubual bersemuka dengan responden yang terdiri daripada pegawai-pegawai zakat di kedua-dua negara ini yang dipilih melalui persampelan bertujuan. Ia akan menonjolkan tiga persamaan dan tiga perbezaan. Persamaan tersebut ialah kekuasaan Raja ke atas urus tadbir zakat, kumpulan sasaran sama ada pembayar atau penerima zakat adalah berbangsa Melayu, kecuali mualaf dan organisasi tadbir zakat terletak di bawah kekuasaan pemerintah. Perbezaannya pula terdapat dalam bidang kuasa dan peranan Raja dalam urus tadbir zakat, struktur organisasi urus tadbir zakat dan bilangan kumpulan berkepentingan (stakeholders). Mr. Suhaili bin Sarif, Dr. Nor`Azzah Kamri, Dr. Azian Madun THE IMPACT OF ISLAMIC REASSERTION ON MALAYSIAN ZAKAT ADMINISTRATION The development and advancement of zakat institution in Malaysia has been through time influenced by the changing social, political and economic situation of the country. One of the important phenomenon which shaped the institution is the process of Islamic revivalism from the early 1970s which resulted the zakat has been one of the institutions which government keened to enhance. Another factor merits to be considered is the introduction of New Economic Policy as a mechanism to empower Malay Muslims enabling them to compete economically with other wealthier races, especially Chinese and Indian. Within the spirit of the policy together with the direct influenced by the emerging factors resulted from the revivalism phenomenon, government introduced modernization of zakat institution through what has been popularly known as corporatization. In the light of broader 26 perspective of the aforementioned interrelated factors and the shifts of religious phenomenon, this article discusses the brief development of zakat in Malaysia which reflects the gradual change of the institution against the backdrop of Islamic reawakening and other socio political change in the nation. As we shall see throughout the discussion, the zakat institution, apart from its fundamental role as religious duty, has been through time transformed to be one of the national economic tools. Deden Effendi IMPLEMENTASI HUKUM WAKAF DI INDONESIA Wakaf (waqf) merupakan salah satu institusi sosial dalam komunitas Muslim. Secara kelembagaan, ia berupa norma-norma yang berfungsi mengontrol perilaku individu sebagai anggota masyarakat dalam memenuhi kebutuhan komunitas Muslim secara keseluruhan, baik dalam urusan keagamaan, sosial, ekonomi, atau politik. Ketentuan-ketentuan yang berhubungan dengan wakaf merupakan bagian integral dari ketentuan-ketentuan. Ketentuan-ketentuan tentang wakaf merupakan bagian integral dari syarī’ah. Al-Qur’an tidak memberikan rujukan khusus tentang wakaf, dan sunnah hanya menempatkannya dalam katagori anjuran, sehingga parameter hukum implementasinya dikembangkan selama berabad-abad oleh para ahli hukum Muslim (fuqahā`). Fleksibilitas norma wakaf telah menjadikannya yang sangat responsif dalam mengatasi persoalan keagamaan, ekonomi, sosial, dan politik yang dihadapi komunitas Muslim. Fakta sejarah membuktikan bahwa wakaf telah melahirkan ―masyarakat madani‖ (civil society); sektor ketiga yang relatif otonom dan tidak bergantung pada sektor publik atau sektor swasta, tetapi bekerjasama secara sinergis dalam memajukan peradaban Islam. Wakaf menunjukkan dinamika. Selama satu abad, dari abad ke-19 hingga abad ke-20, institusi wakaf mengalami kemunduran. Kondisi ini tidak hanya disebabkan oleh kolonialisasi, tetapi juga nasionalisasi. Sebagian besar negara Muslim, termasuk Indonesia, memperoleh kemerdekaan (politik) setelah Perang Dunia II. Sekalipun berpenduduk mayoritas Islam, namun tidak menjadikan Islam sebagai agama resmi. Sebagai negara-bangsa, pelaksanaan negara didasarkan pada faham negara-hukum (the rule of law) dan negara-kesejahteraan (welfare state). Hingga pertengahan abad ke-20, karena berbagai faktor, janji supremasi hukum dan kesejahteraan belum dapat diimplementasikan secara penuh. Pada paruh terakhir abad ke-20, sejalan dengan akhir Perang Dingin, faham Islamisme semakin kuat. Jika paruh pertama abad ke-20 difahami sebagai era ―nasionalisasi Islam‖, maka paruh akhir dianggap sebagai ―islamisasi bangsa‖. Dalam konteks sosial politik ini, legislasi atas institusi wakaf dilakukan. Dengan latar belakang itu, maka masalah disertasi ini adalah masalah legislasi dan implementasi hukum perwakafan di Indonesia. Masalah tersebut tidak dapat difahami hanya dengan perspektif legal 27 positivism atau kajian sosiologis dan historis semata, tetapi membutuhkan perspektif yang menjelaskan ragam hubungan normative order dalam komunitas Muslim, termasuk antar dan inter legal order dan social order. Dalam perspektif sociolegal theory, dikenal konsep living law, lawyer’s law, dan state law. Sejarah menunjukkan bahwa perkembangan wakaf terjadi dalam ranah ―hukum yang hidup‖, bukan pada ranah ―hukum-negara‖. Dengan cara ini, wakaf telah melahirkan masyarakat-sipil. Dengan demikian, legislasi wakaf dalam bentuk perundang-undangan dapat dipandang sebagai legislasi yang ―terburu-buru‖. Keberadaannya lebih banyak didorong oleh tuntutan politik daripada dukungan kesadaran sosial akan makna wakaf bagi kemajuan bangsa. Kategori-hukum dalam teori fiqh menempatkan hukum perwakafan pada kategori sunnah, sehingga terletak pada entitas moral, bukan legal, sehingga tidak membutuhkan ―unsur paksaan‖ yang menjadi otoritas negara. Oleh sebab itu, penanganan sengketa wakaf menjadi kasus yang sangat langka. Kalaupun legislasi harus dilakukan, maka legislasi bukan pada primer rule (substanstive law), melainkan pada secondary rule (procedural law). Dalam arti ini, maka legislasi lebih ditujukan pada pengelolaan wakaf, bukan substansi wakaf. Kalaupun Undang-undang Nomor 41 Tahun 2006 tentang Wakaf di-―tafsir‖kan sebagai undang-undang pengelolaan wakaf, maka implementasinya harus memenuhi beberapa faktor kritis dalam penegakan hukum. Selain mengelaborasi beberapa persoalan fiqh, juga produk hukumnya harus memenuhi syarat: sistematika perangkat hukum, kewibawaan penegak hukum, kesadaran hukum masyarakat, serta struktur birokrasi penegakan undang-undang pengelolaan wakaf. Tanpa prakondisiprakondisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa legislasi hukum perwakafan yang lebih menekankan pola top-down, tanpa pertumbuhan kesadaran masyarakat yang lebih bottom up, sulit dijadikan sebagai sarana untuk melakukan akselerasi pembanguan ekonomi umat. Konsekuensi logisnya adalah kesulitan implementasi hukum perwakafan tadi. 28 Paralel III Ruang II (13.00 – 15.00) Topik: Islam, Gender, dan Traficking Nama Pembentang Judul Makalah Prof. Dato' Dr. Zulkifli Mohd. Yusoff & Prof. Madya Dr. Shukeri Mohamad (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Dasar Wanita Dari Perspektif Islam: Satu Studi Pelaksanaan & Kesannya Di Negeri Kelantan, Malaysia Prof. Madya Dr. Raihanah Azahari & Cik Bahiah Ahmad (University of Malaya, Kuala Lumpur) Penentuan Kadar Kifayah Dan Makruf Nafkah Anak dan Isteri: Rujukan Khusus Kepada Keputusan Penghakiman Di Mahkamah-Mahkamah Syariah di Malaysia Erni Heryanti, Ph.D (UIN Sunan Gunung Djati, Bandung) New Era of Muslim Woman in Malay World : The Contested Women‘s Advancement in Decission Making Bodies Prof. Madya Dr. Raihanah Abdullah & Mohd Nor Husairi Mat Hussin (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Perkembangan Semasa dalam Pembahagian Harta Sepencarian: Analisis Penghakiman di Mahkamah Syariah Malaysia Prof. Dr. H. Asep Saeful Muhtadi, MA (Pembanding) Dr. Aan Hasanah, MA 29 Topik: Islam, Gender, dan Traficking Prof Madya Dr Shukeri Mohamad Prof Dato‘ Dr Mohd Yakub @ Zulkifli Mohd Yusoff DASAR WANITA DARI PERSPEKTIF ISLAM: SATU STUDI PELAKSANAAN & KESANNYA DI NEGERI KELANTAN, MALAYSIA Kedudukan dan peranan wanita telah diakui dengan jelas oleh Islam melalui keterangan al-Quran dan al-Sunnah, di mana Islam menolak sebarang bentuk penindasan atau ekploitasi ke atas wanita.Bertolak dari situ, kedudukan dan peranan wanita telah dijadikan agenda pokok dalam pentadbiran Kerajaan Kelantan, Malaysia sejak tahun 1990 di bawah kepimimpinan Ulama.Melalui dasar/polisi wanita, pihak kerajaan telah melaksanakan berbagai pembaharuan dan pendekatan keislaman bagi menjaga kepentingan wanita dan melindungi kesucian mereka. Pada masa yang sama kerajaan juga telah meningkatkan peranan wanita mengikut keperluan semasa berpandukan skima Islam. Ternyata bahawa pendekatan keislaman dalam pelaksanaan dasar wanita ini merupakan satu dimensi baru dalam pentadbiran moden yang tidak dilakukan oleh Kerajaan Malaysia sendiri. Ia menjadi satu perkembangan politik dan pentadbiran yang menarik apabila kedudukan wanita dan penjagaannya dijadikan agenda kerajaan. Persoalannya bagaimana pendekatan yang diambil oleh kerajaan Kelantan untuk menjayakan agenda besar dan berat itu serta sejauhmana kesannya terhadap masyarakat, terutama golongan wanita sendiri? Inilah persoalan pokok yang akan dibicarakan dalam kajian ini. Ia sudah tentu dapat menambahkan koleksi pengajian politik dan kemasyarakatan bagi faedah pembangunan Umat Islam, terutamanya di Alam Melayu. Raihanah Azahari (PhD), Cik Bahiyah Ahmad PENENTUAN KADAR KIFAYAH DAN MAKRUF NAFKAH ANAK DAN ISTERI: RUJUKAN KHUSUS KEPADA KEPUTUSAN PENGHAKIMAN DI MAHKAMAHMAHKAMAH SYARIAH DI MALAYSIA Ketika Hindun isteri Abu Sufyan mengadu kepada Nabi (s.a.w) tentang suaminya yang bakhil sehingga tidak memberikan kepadanya dan anaknya nafkah, Nabi (s.a.w) bersabda, yang bermaksud: “Ambillah apa-apa yang mencukupi (kifayah) buatmu dan anak-anakmu dengan cara yang baik (makruf).Berdasarkan hadith ini, Jumhur ulama berpendapat bahawa jika suami gagal atau enggan untuk memberikan nafkah, isteri berhak mengambil apa yang cukup untuk dirinya dan juga anak-anaknya secara kifayah (cukup) dan ma’ruf (baik) walau pun tanpa pengetahuan suami. Walau bagaimana pun apa yang cukup dan ma’ruf tidak dibincangkan dan diputuskan oleh para fuqaha‘ dengan jelas. Tidak dinyatakan berapakah kadar atau ukuran kifayah dan ma'ruf tersebut. Ini kerana kecukupan dan kema‘rufan kadar nafkah isteri dan anak sangat bergantung kepada amalan masyarakat zaman tersebut. Peruntukan undang-undang keluarga Islam di Malaysia 29 mengenai penaksiran nafkah isteri dan anak pula menjelaskan, bahawa mahkamah perlu mengasaskan penaksirannya terutama sekali atas kemampuan (suami) dan keperluan pihak-pihak itu (isteri dan anak-anak). Peruntukan ini juga terlalu umum dan tidak menjelaskan apakah yang dimaksudkan dengan kemampuan suami dan keperluan pihak-pihak iaitu isteri dan anak. Hakim dalam membuat keputusan atas tuntutan nafkah isteri dan anak, menimbang pelbagai faktor mengikut budi bicaranya sendiri untuk menetapkan kadar nafkah isteri dan anak. Ini seringkali membezakan antara satu kes dengan kes yang lain seiring bertambahnya pengalaman dalam pengamatan hakim tersebut. Kertas ini bertujuan meneliti kes-kes penghakiman berkaitan nafkah oleh hakim-hakim di Mahkamah-mahkamah Syariah di Malaysia. Ia secara jelasnya cuba mengenalpasti apakah aspek yang menjadi pertimbangan hakim untuk menentukan kadar nafkah isteri dan anak supaya menepati maksud kifayah dan makruf. Erni Haryanti NEW ERA OF MUSLIM WOMEN IN MALAY WORLD: THE CONTESTED WOMEN'S ADVANCEMENT IN DECISION MAKING BODIES Malay world has been experiencing the conflicting and converging international influences of rapid islamization and globalization in many significant aspects of the countries. One of the issues is that advancement of women‘s life to achieve gender equality and the growing visible Islamic movement which in turn should unavoidably create different phenomena of Muslim women ideas, attitudes and practices compared to other Muslim world. This paper explores myriad aspects of women‘s empowerment transforming specifically into politics in the nuances of an affirmative action a world agenda triggered by series of international conference on women. Since the Malay world consisting Muslim majority countries the exploration begins from the existence of state machinery and its agenda of women‘s advancement, the tendency of Muslim women practice their Islamic beliefs and its variances, and the last is that the way Muslim women perceive the so-called women‘s quota and the impacts of its advancement for women. Through finding similarities and differences between at least two Muslim majority countries (i.e. Indonesia and Malaysia), the support toward Muslim women‘s empowerment in decision making bodies is similarly strong, in its implementation is simply a little difference, but in term of discourses Indonesia has much flourished ideas and closer to the ideas of international agenda. However, in the overall Malay world would significantly show its openness, tolerance and positive adaptation toward international influences of carrying both Islamic and non-Islamic ideas in the framework of its own Islamic cultural perspectives. 30 Raihanah Abdullah dan Mohd NorHusairi Mat Hussin PERKEMBANGAN SEMASA DALAM PEMBAHAGIAN HARTA SEPENCARIAN: ANALISIS PENGHAKIMAN DI MAHKAMAH SYARIAH MALAYSIA Harta Sepencarian merupakan warisan adat Melayu Nusantara yang dinamik bagi memelihara hak-hak wanita. Keunikan amalan pembahagian harta sepencarian ini telah diberikan pengiktirafan undang-undang dalam menjamin hak pihak-pihak yang bertikai khususnya dalam soal pembahagian harta perkahwinan. Undangundang dan amalan pembahagian harta sepencarian telah mengalami transformasi yang cukup baik di Malaysia. Bermula daripada ketiadaan peruntukan undangundang, sehinggalah kepada kepelbagaian bentuk penyelesaian dan penghakiman terhadap kes tuntutan harta sepencarian seperti tuntutan semasa permohonan poligami oleh suami, penyelesaian melalui kaedah sulh dan sebagainya. Selain daripada itu, perkembangan kehartaan di Malaysia yang dipengaruhi oleh perubahan sosial masyarakat telah memberikan dimensi yang berbeza kepada Mahka-mah dalam penghakiman dan perintah pembahagian harta sepencarian di Mahkamah Syariah. Harta-harta yang menjadi pertikaian kini bukan sahaja meliputi harta dalam pengertian tradisional seperti rumah, perkakas rumah dan hartanah sahaja, tetapi ianya meliputi harta dalam bentuk kontemporari seperti saham syarikat, KWSP, SOCSO, insurans, tanah rancangan seperti FELDA dan FELCRA, dan sebagainya yang menimbulkan isu-isu kehartaan yang lebih kompleks. Perkembangan jenis kehartaan ini tentunya memberi kesan dan cabaran terhadap penghakiman para hakim di Mahkamah Syariah dalam memerintahkan pembahagian terhadap hartaharta ini seterusnya meletakkan satu tanda aras terhadap perkembangan pembahagian harta sepencarian di Malaysia. Justeru kertas kerja ini akan meneliti perkembangan semasa dalam pembahagian harta sepencarian dengan menganalisis penghakiman terhadap kes-kes harta-harta sepencarian di Mahkamah Syariah Malaysia. 31 Paralel III Ruang III (13.00 – 15.00) Topik: Kajian Keislaman di Dunia Melayu Nama Pembentang Dr. Saadan Bin Man (Jabatan Fiqh & Usul API University of Malaya, Kuala Lumpur) Judul Makalah Transformasi Hukum Islam Kotemporari Melalui Gagasan Fiqh Malaysia Dr. Mahmud Ahmad, Prof. Madya Dr. Khadijah Mohd Hambali @ Khambali, Prof. Madya Dr. Mohd Fauzi Hamat, Prof. Madya Dr. Che Zarrina Sa‘ari, Prof. Madya Dr. Wan Suhaimi Wan Abdullah, Dr. Faizuri Abdul Latip, Dr. Wan Adli & Dr. Azmil Zainal Abidin (API, University of Malaya, Kuala Lumpur) Analisis Penolakan Doktrin NonTriniti Dalam Ajaran Kristian; Analisis Kajian Di Malaysia Prof. Dr. Ahmad Hidayat Buang & Mohd. Hafiz Jamaludin (Jabatan Syariah & Undang-Undang, API University of Malaya, Kuala Lumpur) Syariah Courts In Malaysia And The Development Of Islamic Jurisprudence: The Study Of Istihsan Misno (Universitas Islam Negeri Sunan Gung Djati Bandung) Penanggalan Islam Kejawen : Dialog Islam dan Budaya Jawa Dr. Nurrohman, MA (Pembanding) Dr. H. Dindin Jamaluddin, M.Ag 32 Topik: Kajian Keislaman di Dunia Melayu Dr. Saadan Man TRANSFORMASI HUKUM ISLAM KOTEMPORARI MELALUI GAGASAN FIQH MALAYSIA Syariat Islam adalah bersumberkan wahyu Allah yang muqaddas dan bersifat dinamis. Bagaimanapun ia tidak bersifat rigid dan jumud, malah ia boleh menerima perubahan berdasarkan kepada faktor keadaan dan keperluan semasa dengan tidak mengubah prinsip-prinsip asasnya. Hukum fiqh semestinya sentiasa berubah kerana ia merupakan tafsiran dan interaksi manusia terhadap wahyu Allah dan ianya sentiasa berbeza mengikut darjah kefahaman dan intelektualisme seseorang mujtahid di samping pengaruh faktor persekitaran yang juga berbeza. Ini terbukti di sepanjang sejarah pembinaan hukum Islam itu sendiri yang menyaksikan perbezaan aliran pemikiran hukum dalam kalangan para Sahabat, Tabi`in, zaman pembinaan mazhab sehinggalah ke zaman mutakhir ini. Konsep fiqh Islam zaman silam yang disesuaikan dengan keadaan tempatan yang berbeza yang dikenali dengan pelbagai nama seperti fiqh Hijaz, fiqh Iraq, Mesir, Kufah, Hind dan seumpamanya membuktikan teori ini. Dalam konteks Malaysia pada hari ini yang mempunyai realiti sosio-budaya, politik, ekonomi dan persekitaran yang tersendiri ini, gagasan fiqh Malaysia telah diperkenalkan. Fiqh Malaysia adalah sebuah idea dan visi untuk membentuk kompendium hukum Islam berasaskan penyesuaian syariat Islam dengan realiti dan lokaliti masyarakat Malaysia. Berasaskan kepada latarbelakang ini, kertas kerja ini bakal menganalisis isu ini dengan memokuskan perkembangan transformasi hukum Islam semasa di Malaysia dalam kerangka gagasan fiqh Malaysia.Ia akan membicarakan secara detail tentang konsep transformasi hukum Islam, bagaimana ia diadaptasi dalam konteks gagasan fiqh Malaysia dan cabaran-cabaran dalam memanifestasikannya dalam konteks semasa Malaysia. Khadijah Mohd Hambali @ Khambali, Mahmud bin Ahmad ANALISIS PENOLAKAN DOKTRIN NON-TRINITI DALAM AJARAN KRISTIAN; ANALISIS KAJIAN DI MALAYSIA Kertas kerja ini membincangkan doktrin ketuhanan agama Kristian yang tidak menurut arus perdana kepercayaan umum masyarakat Kristian.Kewujudan golongan dan gereja-gereja yang tidak percaya kepada doktrin Triniti telah memberikan tamparan kepada golongan Kristian yang berdoktrinkan Triniti untuk mengakui bahawa terdapatnya kepincangan dalam doktrin Triniti yang selama ini menjadi asas kepercayaan agama Kristian.Kajian ini mendapati penentangan terhadap doktrin Triniti telah pun bermula sejak dari Nabi Isa AS memulakan dakwahnya kepada bangsa Bani Israel.Penolakan yang tidak berkesudahan terhadap doktrin Triniti oleh penganut Kristian dapat dilihat dengan wujudnya terlalu banyak 32 aliran dan gereja-gereja Kristian yang berdoktrinkan non-Triniti sehingga hari ini. Kepercayaaan yang mengatakan bahawa doktrin Triniti adalah tranformasi rekaan yang dilakukan oleh Paul dan bukan diambil daripada ajaran Nabi Isa AS telah mendorong kepada kesinambungan ‗hidupnya‘ gereja-gereja Kristian kontemporari yang menentang doktrin Triniti khususnya, di Malaysia. Kertas kerja ini akan mengemukakan beberapa perbincangan penting terutamanya yang dikemukakan oleh kumpulan Kristian yang menolak doktrin Triniti yang dikenali sebagai Jehovah’s Witnesses. Pertikaian isu ketuhanan agama Kristian yang dikemukakan oleh golongan ini dan gereja non-Triniti menjadi asas utama di dalam agama Kristian samada berlakunya penerimaan atau penolakan autoriti Al-Kitab (Bible).Pelbagai tanggapan terhadap kepercayaan sebenar ‗ketuhanan‘ agama Kristian timbul apabila Al-Kitab (Bible) dikaji secara tuntas oleh golongan dan gereja non-Triniti. Disusuli dengan hujah-hujah penolakan doktrin Triniti oleh setiap aliran dan gereja, kertas ini akan juga mengupas beberapa kenyataan-kenyataan utama doktrin ‗ketuhanan‘ Al-Kitab (Bible) samada daripada Perjanjian Lama atau Perjanjian Baru. Secara keseluruhannya, penolakan doktrin Triniti adalah berasaskan kepada dua elemen utama; iaitu asas penolakan yang dinyatakan secara jelas oleh Al-Kitab (Bible) dan kepercayaan yang sukar difahami apatah diterima akal. Mohd. Hafiz Jamaludin, Prof. Dr. Ahmad Hidayat Buang SYARIAH COURTS IN MALAYSIA AND THE DEVELOPMENT OF ISLAMIC JURISPRUDENCE: THE STUDY OF ISTIHSAN Malaysia is among the countries which have very close relations with Shafi'i madhhab in term of Islamic Law. This can be seen from the provisions of Syariah Law in Malaysia where the opinion of the Shafi'i madhhab is preferred than other madhhabs. However, the current situations and issues cause that the other opinions from the other madhhabs are also used and practiced in order to provide the best solutions. This is also true in respect on the use of sources of Islamic law, such as Istihsan, Istislah and Qawl Sahabi which are rejected by the Shafi'i madhhab. Therefore, this study attempts to analyze the development of Islamic law, particularly in the application of the concept of Istihsan in the Syariah Courts in Malaysia. This study has examined a number of cases reported in the Jurnal Hukum issued by the Syariah Judiciary Department of Malaysia (JKSM). The result of this study found that in several cases, the judges have applied indirectly the concept of Istihsan in their judgment. It is also found that it is actually the provisions of the law that allows the Shariah judges to indirectly apply this concept. 33 Misno PENANGGALAN ISLAM KEJAWEN : DIALOG ISLAM DAN BUDAYA JAWA Agama Islam telah memasuki wilayah Indonesia sejak abad ke VII M. Hal ini seperti disebutkan pada catatan perjalanan Al-Mas‘udi, yang menyatakan bahwa pada tahun 675 M, terdapat utusan dari raja Arab Muslim yang berkunjung ke Kalingga. Pada tahun 648 diterangkan telah ada koloni Arab Muslim di pantai timur Sumatera. Selain itu T.W. Arnold dalam buku The Preching of Islam a History of The Propagation of The Moslem Faith, menjelaskan bahwa Islam datang dari Arab ke Indonesia pada tahun 1 Hijriyah atau pada Abad Ke-VII M. Pendapat ke dua menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia adalah pada abad Ke- XI M. Hal ini didasarkan pada penemuan makam panjang di daerah Leran Manyar, Gresik, yaitu makam Fatimah Binti Maimoon dan rombongannya. Pada makam itu terdapat prasasti huruf Arab Riq’ah yang berangka tahun 475 H (1082 M). Sementara pendapat terakhir menyebutkan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad KeXIII M. Pendapat ini didasarkan pada klaim beberapa sarjana Barat seperti R.A Kern, C. Snouck Hurgronje dan Schrieke, mereka berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Pendapat terakhir inilah yang banyak dijadikan acuan dan referensi resmi. Terlepas dari banyaknya pendapat mengenai kapan masuknya Islam ke Indonesia, semua sejarawan sepakat bahwa ketika Islam masuk ke Indonesia, masyarakat Indonesia telah memiliki budaya dan adat-istiadat sendiri. Kebudayaan ini telah mereka anut sejak zaman dahulu kala, sehingga ia telah berurat-akar dalam setiap sendi kehidupan sehari-hari. Bahkan kebudayaan Indonesia telah ada sebelum datangnya agama Hindu dan Budha di persada ini. Adanya keyakinan dan kepercayaan Animisme, Dinamisme dan Totemisme adalah salah satu bukti bahwa masyarakat Indonesia telah memiliki kebudayaan yang telah diwariskan dari generasi ke generasi. Berbagai keyakinan dan kepercayaan yang menjadi pedoman bagi masyarakat Indonesia faktanya sangat beraneka ragam (plural) pada setiap wilayah. Hal ini dikarenakan Indonesia. 34 Paralel III Ruang IV (13.00 – 15.00) Topik: Transmisi Islam di Dunia Melayu Nama Pembentang Prof. Madya Datin Dr. Noor Naemah Binti Abdul Rahman, Mohd Akram Bin Dato' Dahaman, @ Dahlan (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Judul Makalah Faktor yang Mempengaruhi Perbezaan Penetapan Fatwa di Malaysia dan Singapura: Penelitian Terhadap Beberapa Fatwa Terpilih MJFK dan MUIS Ibnor Azli Ibrahim, Mohd Jumat Abdul Razak, & Susiknan Azhari (University Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur) Balai Cerap Al-Biruni Negeri Sabah dan Unit Falak Syar'ie, Pejabat Mufti Negeri Sabah : Peranan dan Sumbangannya dalam Bidang Falak Muhammad Harya Ramdhoni (Universiti Kebangsaan Malaysia & Universitas Lampung), dan Nidzam Sulaiman (Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur) Islam dan Komunisme dalam Alam Melayu : Kajian Mengenai Pejuang Kiri dan Nasionalis di Indonesia dan Malaysia sebelum Merdeka M. Taufik Rahman Ph.D (UIN Sunan Gunung Djati, Bandung) Tokoh Dibalik Gerakan Dakwah Persis: dari A. Hassan hingga Sidik Amin Prof. Dr. H. Tajul Arifin, MA (Pembanding) Dr. H. A. Hasan Ridwan, M.Ag 35 Topik: Transmisi Islam di Dunia Melayu Prof. Madya Datin Dr. Noor Naemah bt Abdul Rahman Mohd Akram bin Dato‘ Dahaman@Dahlan FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERBEZAAN PENETAPAN FATWA DI MALAYSIA DAN SINGAPURA: PENELITIAN TERHADAP BEBERAPA FATWA TERPILIH MJFK MUIS Fatwa adalah pandangan hukum syarak berasaskan realiti kehidupan malaysia yang berbeza. Hasilnya kedapatan fatwa-fatwa yang berbeza bagi permasalahan yang sama kewujudan fatwa yang berbeza adalah didorong oleh faktor-faktor perbezaan yang wujud melingkungi kehidupan masyarakat. Terdapat beberapa fatwa yang ditetapkan oleh MJFK dan MUIS berbeza dari sudut keputusannya walaupun bersangkutan dengan permasalahan yang sama. Perkara ini berlaku disebabkan oleh realiti kehidupan masyarakat Islam dikedua negara adalah berbeza melibatkan beberapa aspek iaitu ekonomi, politik, demografi dan perundangan. Malaysia adalah sebuah negara membangun manakala Singapura ialah negara maju.Malaysia didominasi oleh pemimpin Islam manakala Singapura pula didonminasi oleh pemimpin non-Muslim.Malaysia ialah negara minoriti dan Islam sebagai agama bagi Malaysia berbeza dengan Singapura yang tidak mempunyai sebarang agama rasmi negara.Melalui penelitian terhadap beberapa fatwa tersebut, didapati bahawa perbezaan ini telah menjadi faktor yang jelas diambilkira seterusnya menyebabkan perbezaan pada penetapan fatwa di antara Malaysia dan Singapura. Ibnor Azli Ibrahim, Mohd. Jumat Abdul Razak, Susiknan Azhari BALAI CERAP AL-BIRUNI DAN UNIT FALAK SYAR’IE, PEJABAT MUFTI NEGERI SABAH: PERANAN DAN SUMBANGANNYA DALAM BIDANG FALAK Kertas ini bertajuk: Balai Cerao Al-Biruni Negeri Sabah dan Unit Falak Syar‘ie, Pejabat Mufti Negeri Sabah: Peranan Dan Sumbangannya. Perkembangan ilmu falak di dunia khasnya di Malaysia mengundang kepada keperluas asas kelancaran aktiviti falak tersebut iaitu balai cerap termasuk tenaga mahir yang mampu mentadbir urus balai cerap tersebut. Negeri Sabah tidak terkecuali dalam perkembangan ini sehingga tertubuhnya Unit Falak Syar‘ie. Pejabat Mufti Negeri Sabah seterusnya penubuhan sebuah balai cerap dikenali sebagai Balai Cerap AlBiruni Negeri Sabah. Kajian ini bertujuan untuk memperjelaskan peranan dan sumbangan Unit Falak Syar‘ie, Pejabat Mufti Negeri Sabah dan Balai Cerap AlBiruni Negeri Sabah serta memperjelas hubungankat peranan dan sumbangan tersebut dengan keperluan umat Islam khususnya dalam ibadah. Metod yang digunakan untuk menjayakan kajian ini ialah metod kepustakaan. Ia disokong 35 dengan pengumpulan data dari Jabatan Mufti Negeri Sabah dan lawatan ke Balai Cerap Al-Biruni sendiri. Hasil kajian mendapati bahawa ilmu falak berkembang di Negeri Sabah dengan adanya pihak yang dipertanggungjawabkan, iaitu Unit Falak Syar‘ie. Pejabat Mufti Negeri Sabah dan Balai Cerap Al-Biruni Negeri Sabah. Kebanyakan aktiviti falak dilaksanakan di balai cerap dan dengan itu ia telah memberi sumbangan yang bermanfaat demi kemaslahatan umat Islam keseluruhannya. Muhammad Harya Ramdhoni, Nidzam Sulaiman ISLAM DAN KOMUNISME DALAM ALAM MELAYU: KAJIAN MENGENAI PEJUANG KIRI DAN NASIONALIS DI INDONESIA DAN MALAYSIA SEBELUM MERDEKA Persoalan kedudukan pejuang kemerdekaan yang beraliran nasionalis atau komunis bergema di Malaysia akhir-akhir ini meskipun perdebatan ini sudah lama berlangsung di Indonesia. Pertanyaan kembali muncul apakah pejuang kiri yang radikal di alam Melayu ini sebenarnya nasionalis atau komunis terutamanya pejuang dalam Parti Komunis Indonesia (PKI) dan Parti Komunis Malaya (PKM). Bagi kaum komunis bagaimana kedudukan Islam dalam pegangan mereka memandangkan banyak aliran komunisme tidak cenderung kepada agama. Apakah mereka berpegang kukuh kepada ideologi perjuangan dan sanggup menolak agama atau apakah masih wujud pegangan Islamnya di samping memperjuangkan aliran kiri mereka. Tuduhan bahawa mereka ini atheis atau tidak beragama begitu banyak dilontar kepada mereka tanpa melihat secara mendalam akan sebenarnya pegangan kumpulan ini. Kertas ini akan membincangkan kedudukan ini dengan melihat kembali dasar perjuangan kaum komunis dan kiri nasionalis Indonesia dan Malaysia; ucapan atau kata-kata pemimpin kedua-dua kumpulan di kedua-dua bangsa tersebut, amalan, tulisan serta analisis terhadap kehidupan mereka. M. Taufik Rahman TOKOH-TOKOH DI BALIK GERAKAN DA'WAH PERSIS: DARI A. HASSAN HINGGA SHIDDIEQ AMIEN Tulisan ini memfokuskan pada pandangan sosiologi atas tokoh-tokoh sekaligus ulama Persis (Persatuan Islam) di Indonesia. Metode yang dipergunakan dalam tulisan ini ialah bersifat biografis dan sosiologis. Apa yang didiskusikan terutama adalah peran-peran ulama sebagai elit keagamaan dan kebudayaan dalam usaha mereka untuk membimbing umat Islam dalam konteks masa dan tempat mereka hidup. Tulisan ini diakhiri dengan penguraian beberapa figur ulama Persis yang menonjol, yaitu A. Hassan, M. Natsir, KHM. Isa Anshary, KHE. Abdurrahman, KHA. Latief Muchtar, dan KH. Shiddieq Amien. 36 Plenary II (15.30 – 17.30) Ruang Utama Topik: Orientalisme, Oksidentalisme & Globalisasi Nama Pembentang Judul Makalah Prof. Madya Dr. Rahimin Affandi Abd. Rahim Prof. Madya Dr. Ruzman Md Noor Prof. Madya Mohammad Kamil Ab Majid Nor Hayati Bt Md Dahlal (API University of Malaya, Kuala Lumpur) Orientalism Dan Occidentalism Dalam Kajian Islam: Pendekatan Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia Dr. Melanie V. Netz (Albert-LudwigUniversity, Germany) Images of the West in Urban Indonesia: Muslims Negotiating the Western Path to Modernity Dr. Suraiya IT Mutual Respect and Dialogue is a Challenge for The Future of Diversity in The Globalization Gustiana Isya Marjani, Ph.D (UIN Sunan Gunung Djati Bandung, Indonesia) 37 Topik: Orientalisme, Oksidentalisme & Globalisasi Prof. Madya Dr. Rahimin Affandi Abd. Rahim Prof. Madya Dr. Ruzman Md Noor Prof. Madya Mohammad Kamil Ab Majid Nor Hayati Bt Md Dahlal ORIENTALISM DAN OCCIDENTALISM DALAM KAJIAN ISLAM: PENDEKATAN AKADEMI PENGAJIAN ISLAM, UNIVERSITI MALAYA, KUALA LUMPUR, MALAYSIA Paper ini membahas bahawa penubuhan pusat kajian Occidentalisme Islam merupakan suatu keperluan mendesak pada masa sekarang. Hal ini ditegaskan berdasarkan realiti terlalu banyak manafaatnya yang bakal diperolehi oleh ummah Islam semasa. Memandangkan disiplin ini telah menjadi medium utama untuk mengkaji dan menjawab segala kekeliruan yang ditimbulkan oleh genre orientalism barat, momentum popularitinya telah mula disedari kalangan academia sedunia, khususnya oleh intelektual Islam..Ianya dapat dijadikan sebagai platform untuk mempelajari kekuatan dan kelemahan kognitif yang dimiliki oleh masyarakat barat.Berhadapan dengan persoalan ini, APIUM memang mempunyai pendekatan yang tersendiri terhadap genre orientalism dan Occidentalism. Setakat yang telah diperincikan dalam kajian ini, ternyata sekali pendekatan APIUM ini bersifat responsive, selektif dan proaktif. Ketiga-tiga sifat ini seperti mana dinyatakan oleh pemikir Islam semasa, merupakan sifat intelektual yang sangat diperlukan bagi mengisi keperluan pengisian keilmuan ummah Islam. Hanya dengan ilmu sahaja semua permasalahan ummah Islam dapat diselesaikan serta bakal meraih keberkatan dan keredaan Allah. Melanie V. Nertz, MA IMAGES OF THE WEST IN URBAN INDONESIA: MUSLIMS NEGOTIATING THE WESTERN PATH TO MODERNITY Since the 9/11 terrorist attacks in the USA, media coverage constantly reproduces the longstanding dichotomy between Islam and the West and leaves no doubt about Muslim hatred of the West. In this context, Indonesia has attracted international attention due to the Bali bombings in 2002, making the country part of the so-called ‗axis of evil‘ overnight. Yet, even though a social development in the direction of conservative interpretations of Islam can be observed, the picture that has emerged is incomplete and equating Indonesia exclusively with Islamic terrorism is unjustified. To look beyond this public perception, this paper explores the multiple ways in which Muslim Indonesians in Makassar, South Sulawesi and Yogyakarta, Central 37 Java perceive, interpret and evaluate the West at present and what significance current imaginations of and attitudes towards the West have for their daily life. An intensified process of globalisation that Muslim Indonesians in the mentioned cities associate in the first place with inflows from the West has brought ‗Self‘ and ‗Other‘ in closer and more frequent contact and is accompanied by negotiations on the West as a frame of reference for modernity. It is argued that, notwithstanding considerable variations, Muslim Indonesians uphold ambivalent images of the West such as good education, highly developed technologies, strong economy, moral decadence and loss of religious belief. They differentiate between positive and negative aspects of Western societies in comparison with and opposition to their own that is either criticized or considered superior – giving a hint to the intersections of ideas of ´Self´ and ´Other´ or ´Own´ and ´Foreign´. With ambiguous perceptions of the ´Other´, the West (rather different ´Wests´) is examined as one of many frames of reference by which modernity is negotiated and put into practice. DR. Suraiya IT MUTUAL RESPECT AND DIALOGUE IS A CHALLENGE FOR THE FUTURE OF DIVERSITY IN THE GLOBALIZATION Southeast Asia is a geographically expansive and populous region characterized by fascinating social, cultural variation, and religious diversity. The majority of the countries in the region, particularly Indonesia and Malaysia are home to dozens of different ethnic groups, many with millions of adherents to Christianity, Buddhism, Hinduism, and Confucianism. There are as well as hundreds of ethnicities and cultures. Indonesia and Malaysia has remained a bastion of pluralism both by law and in practice Today the world is directed towards globalization of the overall human life, which is enabled by the fast communication among people, and by the devices for that purpose. However, it is difficultly realized and established because the obstacles on its way are not yet to be removed. In any case, people be forced to surmount the human egoism, the greed and the need of unreasonable utilization of the goods given by the nature This article tries to analyze what should we expect in the century we are living. In view of the fact that also issues of terrorism, liberalism and modernism have come to dominate popular discourse on Islam, the recognition of religious diversity and need for interfaith dialogue have become important topics today. The present world situation has led to the sharp rise in religious violence, it is therefore imperative that Indonesia and Malaysia as multi-religious and multi ethnic nations play a leading role advances the goal of modernity. Mutual Respect and Dialogue is a challenge in the globalization. 38 PENUTUP Islam tidak pernah tunggal, ia selalu muncul dalam banyak wajah. Sama seperti halnya tidak ada satu Amerika, Eropa ataupun Barat, begitupula tidak ada satu pun penjelasan pas yang melukiskan berbagai kelompok maupun orang dengan nilai dan arti yang sama. Juga tidak ada lokasi tunggal ataupun budaya seragam yang identik dengan Islam. Dengan demikian, tidak ada Islam yang monolitik. Kultur budaya menjadi salah satu penyebab munculnya keragaman wajah Islam ini, tak terkecuali ketika Islam terhubung dengan kultur Melayu.. Sayangnya selama ini Islam selalu diwacanakan memiliki identitas tunggal, apalagi setelah peristiwa WTC, identitas Islam sebagai agama kekerasan semakin mengental. Bruce Lawrence pada Shattering The myth: Islam beyond Violence (2000) mengemukakan bahwa muasal wacana itu berasal dari persepsi public (Barat) terhadap Islam. Menurut persepsi ini, Islam berasal dari Timur tengah ―Arab‖ dan mengabaikan Islam lain. Serentak dengan pengidentikan Islam dengan Arab ini muncullah penonjolan wajah puritanisme dan militansi ortodoks. Sejak tahun 1990-an, kemudian pada saat berakhirnya Perang Dingin, kemudian diperkuat pasca meledaknya WTC, Islam dianggap sebagai lawan yang militant, yang tak mau mengalah dan keras. Taufik Abdullah pernah menggambarkan ragam wajah Islam di dunia Melayu dalam ungkapan, ―Ada tiga Islam: Islam Populer yang diteliti para antropolog, terutama sebagai penonyon dengan rasa ingin tahu; Islam public seperti dikenal oleh para ahli ilmu politik, wartawan, serta para pembuat kebijakan, utamanya sebagai oposan: serta Islam akademis yang disukai para orientalis, baik sebagai sejarahwan seni, ahli bahasa, ataupun para ilmuwan agama, yang mempelajari artefak-artefak yang dihargai sebagai serikat profesi mereka. Di Indonesia kami berusaha menawarkan ketiga-tiganya kepada para pendatang luar.‖ Pada buku kumpulan abstrak Konferensi Internasional ini gambaran mengenai keragaman Islam ini sebagian telah tergambarkan. Secara umum dapat dikemukakan bahwa Islam di Dunia Melayu bukan ―sekadar‖ agama, Islam juga lebih dari ―sekedar‖ politik keagamaan. Islam bisa juga merupakan semacam sumber simbolis atau pandangan-dunia yang menawarkan akomodasi terhadap pandangandunia lainnya, dan bukannya konfrontasi. Islam sebagai agama, Islam sebagai politik, Islam sebagai pandangan-dunia adalah wajah Islam yang menyediakan berkah-beragam. Keragaman wajah Islam itu secara seluruh dimiliki Dunia Melayu dengan gaya yang khas. Misalnya dapat dikemukakan bahwa Islam di Dunia Melayu berkembang lebih sebagai ―kebenaran‖ daripada sebagai ―identitas‖. Orientasi yang menjadikan Islam sebagai suatu ―kebenaran‖ ini terlihat dari sejumlah kajian – sebagaimana tergambar pada sejumlah abstrak—yang mencoba menemukan ―kebenaran‖ dari keislaman yang telah melebur dalam budaya keseharian Dunia Melayu. Dari studi atas ―kebenaran-keislaman‖ Dunia Melayu itu, sejumlah kajian menyajikan kekhasan wajah Islam di Dunia Melayu dalam identitas yang agak tersamar, tidak verbal seperti wajah Islam di dunia Timur Tengah, misalnya. Islam sebagai ―identitas‖ seperti dalam bentuk peradaban, bentuk negara, pakaian, dan 39 sejenisnya, tentu saja dimiliki oleh Islam di Dunia Melayu. Namun keseluruhannya muncul atau dimunculkan melalui ―perkawinannya‖ dengan kekhasan cara-pandang Dunia Melayu. Konferensi Islam Dunia Melayu, berdasarkan kumpulan abstrak, pada beberapa hal berhasil memunculkan kekhasan Islam di Dunia Melayu itu. Namun, tentu saja, tiak seluruhnya, karena ada banyak aspek yang belum terungkap secara baik dan mendalam. Untuk itu, kehadiran buku ini dapat dianggap sebagai langkah awal dari penciptaan jaringan ulama dan Sarjana Muslim baru. Jaringan cendekiawan yang mulai menjadikan fenomena keislaman di daeahnya sebagai fenomena berharga bagi kajian Islam mainstream. Jaringan ini kemudian dapat diharapkan menjadi titik awal bagi Renaissance Islam dari Dunia Melayu. Buku ini memang hanya menyajikan abstrak dari sejumlah paper ilmiah yang disajikan pada Konferensi Internasional ICON-IMAD. Sementara paper ilmiah yang telah disajikan setelah didiskusikan melalui konferensi ini akan diperbaiki oleh masing-masing penyaji untuk kemudian disajikan dalam bentuk jurnal. Jurnal tersebut akan segera diterbitkan sebagai bagian dari kerjasama antara PPs UIN Sunan Gunung Djati Bandung dan API University of Malaya. Di samping itu juga akan diterbitkan proseeding dari kegiatan konferensi Internasional ini mudahmudahan akan juga diterbitkan. Seluruh kekurangan dari buku kumpulan abstrak ini mudah-mudahan dapat menjadi peta sederhana bagi kesuksesan seluruh kegiatan ICON-IMAD. 40 DAFTAR PENULIS Prof. Dr. Ab Aziz Mohd Zin, API University of Malaya Prof. Dr. Ahmad Hidayat Buang, Jabatan Syariah dan Undang-Undang, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Prof. Dr. Dzul Haimi Mohd. Zain, Universiti Teknologi Mara, Shah Alam Selangor Prof. Dr. Joni Tamkin Borhan, Jabatan Syariah dan Ekonomi, Akademi Pengajian Islam, UM Prof. Dr. Mujahid M. Bahjat, API University of Malaya, Kuala Lumpur Prof. Dato’ Dr. Othman Md. Yatim, Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya Prof. Dato’ Dr. Zulkifli Bin Mohd Yusoff, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya Kuala Lumpur Prof. Dato’ Zainal Abidin Borhan, Akademi Pengajian Melayu, Universiti Malaya Prof. Dato' Dr. Mohd. Yakub, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya Kuala Lumpur Prof. Madya Datin Dr. Noor Naemah Binti Abdul Rahman, API University of Malaya, Kuala Lumpur Prof. Madya Dr. Abdul Karim Ali, API University of Malaya, Kuala Lumpur Prof. Madya Dr. Ahmad Nidzamuddin Sulaiman, Institut Kajian Etnik Universiti Kebangsaan Malaysia Prof. Madya Dr. Khadijah Mohd Hambali @ Khambali, University of Malaya, Kuala Lumpur Prof. Madya Dr. Mohd Fauzi Hamat, JAPI-APIUM Prof. Madya Dr. Mustaffa Bin Abdullah, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya Prof. Madya Dr. Rahimin Affandi Abd. Rahim, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya Prof. Madya Dr. Ruzman Bin Md Noor, API University of Malaya, Kuala Lumpur) Prof. Madya Dr. Shukeri Muhamad, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya Nilam Puri Prof. Madya Dr. Wan Suhaimi Wan Abdullah, API University of Malaya, Kuala Lumpur Prof. Madya Hj. Ponirin Bin Amin, Jabatan Seni Halus, Fakulti Seni Lukis & Seni Reka Universiti Teknologi MARA (UiTM) Prof. Madya Mohammad Khalil Amran, Fakulti Seni Lukis dan Seni Reka, Universiti Teknologi, MARA, Shah Alam, Selangor Prof. Ahmed Ibrahim Abushouk, Professor of History and Civilization, International Islamic University Malaysia Prof. Muhammad Syukri Salleh, Pusat Kajian Pengurusan Pembangunan Islam (ISDEV) Universiti Sains Malaysia Erni Heryanti, Ph.D, UIN SGD Bandung - Indonesia M. Taufik Rahman Ph.D, UIN Sunan Gunung Djati, Bandung 41 Mohamed Feisal bin Mohamed Hasan, Ph.D, Pusat Kajian Tasawuf Asia Tenggara, Singapura Nidzam Sulaiman, Ph.D, Univeriti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur Dr. H. Fadlil Yani, MA, Universitas Islam Negeri Bandung Dr. Azmil Zainal Abidin, JAPI-APIUM Dr. Ahmad Azzam Sulamian@Mohamad, Jabatan Syariah dan Ekonomi, Akademi Pengajian Islam, UM Dr. Ahmad Kassar, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya Dr. Aizan Ali @ Mat Zin, Jabatan Sejarah dan Tamadun Islam, API University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Azian Madun, Department of Shariah and Management Academy of Islamic Studies University of Malaya Dr. Bharuddin Bin Che Pa, API University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Deden Effendi, M.Ag, Universitas Islam Negeri Bandung Dr. Fakhrul Adabi Abdul Kadir, API University of Malaya Dr. Fauzan Ali Rasyid, M.Si, Universitas Islam Negeri Bandung Dr. Faizuri Abdul Latip, API, University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Gazali Daimin, Fakulti Senilukis dan SenirekaUniversiti Teknologi MARA Dr. Ibnor Azli Ibrahim, University Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur Dr. Jilani Ben Touhami Meftah, API University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Mahmud Ahmad, University of Malaya, Kuala Lumpur Melanie V. Nertz, MA, Dept. of Cultural and Social Anthropology Albert Ludwig University, Freiburg, Germany. Dr. Mohamad Mustari, STMIK Permata Indonesia, Bekasi, Jawa Barat Dr. Mohd. Alwee Yusoff, API University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Mohd. Haji Mohd. Nor, API University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Mohd. Roslan Bin Mohd Nor, API University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Muhammad Azhar Bin Zailaini, Fakulti Pendidikan, Universiti Malaya. Dr. Mukhlisin Muzari, M.Ag, IAIN Syekh Nur Djati, Cirebon Dr. Munirah Abd Razzak, API University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Nor`Azzah Kamri, Department of Shariah and Management Academy of Islamic Studies University of Malaya Dr. Nur Azzah Binti Razali, Fakulti sain, Teknologi, & Pembangunan Insan, Universiti Tun Hussein Onn Malaysia, Kuala Lumpur Dr. Patmawati Hj Ibrahim, Jabatan Syariah dan Ekonomi, Akademi Pengajian Islam, UM Dr. Raihanah Azahari, API University of Malaya, Kuala Lumpur Dr. Sa'adan Bin Man, Akademi Pengajian Islam Universiti Malaya Lembah Pantai Dr. Sabzali Musa Khan, Universiti Malaya, Kuala Lumpur Dr. Siti Zubaidah Ismail, Pensyarah Kanan merangkap Ketua Jabatan Syariah dan Undang-Undang, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya Dr. Suraiya IT, Executive Director for Islamic Studies and Interfaith Dialogue (IISIDAceh) Dr. Wan Adli Wan Ramli, JAPI-APIUM 42 Dr. Wan Suhana Bt. Wan Sulong, Department of History and Civilization, Kulliyyah of Islamic Revealed Knowledge and Human Sciences, International Islamic University Malaysia. Dr. Widyawati, M.Ag, Faculty of Sharia and Law, Sunan Gunung Djati State Islamic University Dr. Zakaria Bin Bahari, Pensyarah Kanan di Pusat Kajian Pengurusan Pembangunan Islam (ISDEV) dan di Bahagian Ekonomi, Pusat Pengajian Sains Kemasyarakatan, Universiti Sains Malaysia. Dr. Zahri Hamat, Pusat Kajian Pengurusan Pembangunan Islam (ISDEV) Pusat Pengajian Sains Kemasyarakatan, Universiti Sains Malaysia Abdurrahman Misno BP, MEI, Universitas Islam Negeri Sunan Gung Djati Bandung Sadri Chaniago, M.Soc.Sc, Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur Abdul Halim Ibrahim, API University of Malaya, Kuala Lumpur Ahmad Dahlan, API University of Malaya, Kuala Lumpur Ahmad Sharifuddin Bin Mustapha, API University of Malaya, Kuala Lumpur Ahmad Qadri Bin Muhammad Sidek, Fakulti Pendidikan, Universiti Malaya. Alina Abdullah, Universiti Pendidikan Sultan Idris, Tanjung Malim Amin Maulana, API University of Malaya, Kuala Lumpur Asmak Ab Rahman, University of Malaya, Kuala Lumpur Asyraf Isyraqi bin Jamil, API University of Malaya, Kuala Lumpur Aziz Che Seman, Jabatan Syariah dan Ekonomi, Akademi Pengajian Islam, UM Azizul Azli Ahmad, API University of Malaya, Kuala Lumpur Badriah Nordin, CITU, Machang, Kelantan. Cik Bahiah Ahmad, Jabatan Fiqh Dan Usul, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya En. Mohd. Effendi Shamsuddin, Universiti Malaya, Kuala Lumpur Faisal Ahmad Syah, API University of Malaya, Kuala Lumpur Fatin Majdina, API University of Malaya, Kuala Lumpur Fauzi Deraman, API University of Malaya, Kuala Lumpur Farhana Mohamad Suhaimi, University of Malaya, Kuala Lumpur Ishak bin Ramli, Jabatan Seni Halus, Fakulti Seni Lukis & Seni RekaUniversiti Teknologi MARA (UiTM) Ishak Sulaeman, API University of Malaya, Kuala Lumpur Khadher Ahmad, API University of Malaya, Kuala Lumpur M. Sayidi Sali bin Shalih, API University of Malaya, Kuala Lumpur Mr. Suhaili bin Sarif, Department of Shariah and Management Academy of Islamic Studies University of Malaya Madiha, API University of Malaya, Kuala Lumpur Mahmud bin Ahmad, University of Malaya, Kuala Lumpur Mohd. Hafiz Jamaludin, Jabatan Syariah dan Undang-Undang, Akademi Pengajian Islam,Universiti Malaya, Kuala Lumpur, Malaysia. Mohd Zaidi Daud, Felo SLAB/calon PhD, Jabatan Syariah dan Undang-Undang, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya. Mohd Jumat Abdul Razak, University Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur 43 Mohd Anuar bin Mamat, API University of Malaya, Kuala Lumpur Mohd Nor Husairi Mat Hussin, API University of Malaya, Kuala Lumpur Mohd Shukri Hanapi, Pusat Kajian Pengurusan Pembangunan Islam (ISDEV) Pusat Pengajian Sains Kemasyarakatan Universiti Sains Malaysia Mohd Akram Bin Dato' Dahaman, API University of Malaya, Kuala Lumpur Mohd Murshidi Mohd Noor, API University of Malaya, Kuala Lumpur Mohamad Azrien Mohamed Adnan, API University of Malaya, Kuala Lumpur Mohammad Taqiuddin Mohamad, Jabatan Syariah dan Ekonomi, Akademi Pengajian Islam, UM Muhammad Fauzan Bin Abu Bakar, Fakulti Senilukis dan Senirek, Universiti Teknologi MARA Muhammad Harya Ramdhoni, Universiti Kebangsaan Malaysia dan Universitas Lampung Muhammad Lukman bin Ibrahim, API University of Malaya, Kuala Lumpur Nasharuddin Muhamad, API Univerity of Malaya, Kuala Lumpur Nidzam Sulaiman, Universiti Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur Nor Zahiyan Hanafi, Akademi Pengajian Islam, Universiti Malaya Nur Shahidah Binti Pa'ad, API University of Malaya Nurul Husna Mansor, API University of Malaya Nurul Shima Bt Taharudin, Fakulti Seni Lukis dan Seni Reka, Universiti Teknologi, MARA, Shah Alam, Selangor Rahmin Bin Amin, Jabatan Seni Halus Fakulti Seni Lukis & Seni Reka Universiti Teknologi MARA (UiTM) Raihanah Abdullah, University of Malaya, Kuala Lumpur Saiful Akhyar Lubis, API University of Malaya, Kuala Lumpur Sedek Arifin, API University of Malaya, Kuala Lumpur Syaimak Ismail, API University of Malaya, Kuala Lumpur Selamat Amir, API University of Malaya Shamsiah binti Mohamad, API University of Malaya, Kuala Lumpur Susiknan Azhari, University Kebangsaan Malaysia, Kuala Lumpur Thuraya Ahmad, API University of Malaya, Kuala Lumpur 44 LAMPIRAN-LAMPIRAN 45 46 47 48 49 50