EnergiaPEP Edisi 10

Transcription

EnergiaPEP Edisi 10
EDISI TAHUN I VOL 10
JALAN PANJANG
PERTAMINA DRILLING WAY
Implementasi BPMS
2
TAHUN I VOLUME 10
pep.pertamina.com
D A R I
R E D A K S I
DRILLING
D
cover
: Aktivitas pengeboran PT Pertamina EP
Difoto oleh Tatan Agus RST.
ALAM industri migas, Fungsi Drilling tak
ubahnya sebagai gelandang ataupun midfielder
dalam permainan sepakbola. Seorang gelandang bukanlah kreator serangan ataupun
pentuntas serangan. Dia adalah penghubung
yang mengalirkan bola dari pemain belakang
ke pemain depan sekaligus penyeimbang permainan tim.
Begitu juga dengan Fungsi Drilling. Dia meneruskan rencana
tim subsurface (Fungsi Eksplorasi), mengebor lapisan demi
lapisan perut bumi, sehingga minyak bisa diangkat ke
permukaan untuk diproduksikan. Tanpa adanya kegiatan
pengeboran, keberadaan minyak bumi dan gas sebagai hasil
kajian tim subsurface tidak dapat dibuktikan dan diproduksikan
ke permukaan.
Posisinya memang sangat vital. Kegiatannya membutuhkan
Investasi yang tidak sedikit (high cost). Untuk sewa rig saja,
misalnya, per hari mencapai 30 ribu dollar. Belum lagi dari sisi
safety. Aktivitas drilling termasuk beresiko tinggi dari sisi
keselamatan (high risk ). Dua kasus terakhir menjadi contoh
paling sahih. Satu di luar negri yakni, kejadian di Teluk Mexico
yang hampir membangkrutkan BP. Satu lagi dari dalam negri,
yakni kasus Lapindo, tragedi memilukan yang sampai sekarang
belum berkesudahan.
Wajar belaka jika Direktorat Hulu PT Pertamina (Persero)
mau bersusah payah menyusun Pertamina Drilling Way yang
menjadi panduan seluruh anak perusahaan Pertamina dalam
melakukan pengeboran. Selama ini ada tiga perusahaan yang
melaksanakan aktivitas tersebut, yakni PHE, PGE, dan PEP.
Selama ini, pengeboran dilakukan mengikuti kebiasaan
masing-masing yang berbeda satu sama lain yang boleh jadi
belum sepenuhnya menerapkan best practices.
PDW tak otomatis menjamin kenaikan produksi. Ada
tidaknya minyak tergantung dari kondisi sub surface dan izin
Yang Maha Kuasa. PDW hanya memastikan pengeboran
berlangsung sesuai dengan rencana. Tak ada cerita di tengah
jalan rig rusak sehingga pengeboran molor atau pengeboran
terpaksa dihentikan karena didemo masyarakat. PDW mengatur
tak hanya persoalan teknis seperti rig juga persoalan non teknis,
seperti persoalan safety dan environment. Dengan pengeboran
sesuai rencana, tentunya tak ada lagi cerita pengeboran yang over
budget.
Pada edisi kali ini, kita mencoba mendedahkan persoalan
Pertamina Drilling Way dalam Laporan Utama. Seperti diniatkan
semula, majalah ini salah satunya ditujukan sebagai ajang
sharing. Untuk itu salah satu bagian dari Laporan Utama secara
khusus menyorot pengeboran di Bunyu yang berhasil melewati
penilaian Komite Drilling. Mudah-mudahan yang dilakukan di
Bunyu bisa menular pada yang lain. Selamat Membaca!
VOLUME 10
TAHUN I
3
S U R A T
P E M B A C A
KEBIJAKAN QUALITY, HEALTH, SAFETY, SECURITY & ENVIRONMENT
(Q H S S E)
2E\HNWLI
1LKLO,QVLGHQGDQUHVLNRNHDPDQDQ\DQJWHUNHORODVHUWDPXWX\DQJWHUSHUFD\DVHVXDLDVSHN4+66(
7XMXDQ
0HOLQGXQJLGDQPHQJDPDQNDQVHWLDSRUDQJDVVHWSHUXVDKDDQGDWDSHUXVDKDDQ\DQJEHUVLIDWUDKDVLDOLQJNXQJDQ
GDQNRPXQLWDVVHNLWDUGDULEDKD\D\DQJEHUKXEXQJDQGHQJDQNHJLDWDQ3HUWDPLQD(3GDQ0LWUD8VDKD3HQ\HGLD
%DUDQJGDQ-DVD
.RPLWPHQ
0DQDMHPHQGDQVHOXUXKSHNHUMDPHPEHULNDQSULRULWDVXWDPDWHUKDGDSDVSHN4+66(GHQJDQFDUD
3DWXK
0HPDWXKLSHUDWXUDQSHUXQGDQJDQGDQVWDQGDU4+66(
,QWHJUDVL
0HQJLQWHJUDVLNDQGDQPHQJLPSOHPHQWDVLNDQDVSHN4+66(GDODPVHWLDSNHJLDWDQRSHUDVLVHVXDLGHQJDQ
EHVWHQJLQHHULQJSUDFWLFHV
/DWLK
0HQLQJNDWNDQSHPDKDPDQGDQNRPSHWHQVLSHNHUMDPHODOXLVRVLDOLVDVLGDQSHODWLKDQ
,PSURYHPHQW
0HQLQJNDWNDQSHQHUDSDQDVSHN4+66(VHFDUDNRQVLVWHQNRPSUHKHQVLIGDQEHUNHVLQDPEXQJDQ
+DUPRQLV
0HQFLSWDNDQGDQPHPHOLKDUDKXEXQJDQKDUPRQLV\DQJEHUNHODQMXWDQGHQJDQVWDNHKROGHUGDQOLQJNXQJDQ
PHODOXLSHPHQXKDQNHSXDVDQSHODQJJDQGDQSHQJHPEDQJDQPDV\DUDNDW
3HQLODLDQ3HQJKDUJDDQ
0HQMDGLNDQNLQHUMD4+66(GDODPSHQLODLDQGDQSHQJKDUJDDQSHNHUMDGDQPLWUDNHUMD
'LUHNVLSHNHUMDPLWUDNHUMD3HUWDPLQD(3GDQ0LWUD8VDKD3HQ\HGLD%DUDQJGDQ-DVDEHUWDQJJXQJMDZDEXQWXN
PHODNVDQDNDQGDQPHQDDWLNHELMDNDQ4+66(GDQPHODNXNDQHYDOXDVLXQWXNSHUEDLNDQVHFDUDWHUXVPHQHUXV
-DNDUWD0DUHW
3UHVLGHQW'LUHFWRU
3UHVLGHQW'LUH
$G L K
$GULDQV\DK
Apresiasi Untuk CSR Pertamina EP
KEGIATAN Corporate Social Responsibility (CSR) sebenarnya bukan suatu yang asing di negara ini. Undang-Undang
No.40/2007 tentang Perseroan Terbatas dan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman
Modal dengan tegas mengamanatkan setiap perusahaan
untuk memperhatikan tanggung jawab sosial. Namun demikian buat saya apa yang dilakukan anak usaha BUMN
Migas, Pertamina EP sebagai bentuk kegiatan CSR patut
diapresiasi. Segala aspek diperhatikan mulai dari eko-
nomi, pendidikan, kesehatan dan lingkungan.
Ketika saya mengunjungi salah satu wilayah operasi
Pertamina EP di Jawa Barat. Ketika bertemu dengan masyarakat sekitar, saya mendapat cerita menarik tentang
apa yang mereka lakukan bersama Pertamina EP. Di bidang ekonomi, perusahaan ini memilih untuk fokus pada
upaya peningkatan kemampuan masyarakat mulai dari
ketrampilan sampai pada kemampuan finansial. Mereka
tidak hadir sebagai sinterklas yang memberi uang tetapi
sebagai mitra yang bekerja sama membangun masyarakat
menuju kemandirian secara ekonomi.
Kegiatan yang dipilih pun biasanya yang sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi masyarakat setempat. Sehingga
masyarakat pun merasa bahwa kegiatan tersebut benarbenar bermanfaat bagi masyarakat setempat. Tidak hanya
di bidang ekonomi, sektor pendidikan pun menjadi perhatian mulai dari pelatihan para guru dan bantuan perlengkapan sekolah. Sementara di bidang kesehatan salah satu
prioritas perusahaan yang saya lihat dan dengar dari masyarakat lebih mengarah pada membangun kesadaran masyarakat untuk hidup sehat. Perusahaan juga tidak mengabaikan bantuan pada sarana dan prasarana kesehatan.
Dan yang tidak kalah menarik, perusahaan juga menaruh perhatian pada pelestarian hutan dan hewan langka.
Ini terlihat dari kegiatan perseroan yang peduli pada pelestarian Beruang Madu di Kalimantan Timur dan Si Amang
di Jawa Barat.
Buat saya, kegiatan CSR Pertamina ini menawarkan
perspektif baru. CSR bukan lagi menjadi kegiatan charity
dan derma tetapi lebih fokus pada pemberdayaan dan peningkatan kapasitas masyarakat lokal. Diharapkan ketika
Pertamina EP mengakhiri kegiatannya di suatu tempat masyarakat sudah mandiri. Dan lagi dengan membuat
perencanaan selama lima tahun saya yakin CSR Pertamina
akan sampai pada visinya yakni menjadi lebih baik.
Diharapkan semangat ini pun menular pada perusahaan
migas dan perusahaan lainnya. Sehingga manfaat dari kegiatan CSR semakin dirasakan masyarakat.
Ahmad Bustomi
Cirebon.
Pemimpin Redaksi: Aji Prayudi (VP Legal Relations) Redaktur Pelaksana: Arya Dwi Paramita,
Panjie Galih Anoraga Redaksi: Hidayat Tantan, Tatan Agus RST, Sigit Widihardono, Humas Asset
1, Humas Asset 2, Humas Asset 3, Humas Asset 4, Humas Asset 5, Humas Pangkalan Susu,
Humas Rantau, Humas Lirik, Humas Jambi, Humas Adera, Humas Ramba, Humas Pendopo,
Humas Prabumulih, Humas Limau, Humas Tambun, Humas Jatibarang, Humas Subang, Humas
Cepu, Humas Tarakan, Humas Sangatta, Humas Sangasanga, Humas Tanjung, Humas Bunyu,
Humas Sorong.
Alamat Redaksi: Menara Standard Chartered, Lantai 21-29, Jl. Prof. Dr. Satrio No. 164 Jakarta
Selatan email: pep-redaksi@pertamina.com
Redaksi menerima kiriman artikel dan foto seputar kegiatan dunia migas dan hal yang berkaitan, maksimal 6.000 karakter. Kirim ke: pep-redaksi@pertamina.com
4
TAHUN I
VOLUME 10
D A F T A R
I S I
WAWANCARA:
Abadi Poernomo
JALAN PANJANG
PERTAMINA DRILLING WAY
6
Pertamina Drilling Way menjadi panduan pengeboran anak-anak
perusahaan di lingkungan Pertamina EP. Memastikan pengeboran tepat
sasaran, lebih murah dan lebih berkualitas. Bunyu menjadi pilot project di
lingkungan Pertamina EP.
TATA N A G U S R S T
TATA N A G U S R S T
KETUA ASOSIASI PANAS BUMI INDONESIA
24
ENERGI HARUS JADI
TOP OF BUSINESS
“Saya merasakan ada yang masih
belum pas dengan pengelolaan energi
yang cenderung parsial karena ego
sektoral yang besar.”
11 RIG WANGI DI BN34
14 BIAR TAK MOGOK DI JALAN
◆
Mencegah Bumi Makin Panas
18
◆
Inspirasi: Tertawan Mata Lensa
20
◆
Rana: Aksi Ribut Cs Pindahkan Rusa Jawa
28
◆
CSR: Dari Wisata Alam Sampai Srikandi Khayangan
36
◆
Lensa Peristiwa
40
32
39
Hello Osaka!
Konichiwa Kyoto!
DANIELLA 
PERUNTUNGAN
KOLUMBIA
JUHRI SELAMET
WISATA:
CDN.SALZBURG.COM
Pertamina Drilling Way (DW) merupakan strategi untuk menciptakan
pendekatan yang terstandar, best practice untuk drilling execution
end-to-end. Memastikan pengeboran sesuai rencana. Terbukti efektif
menurunkan NPT (non productive time).
Kick off Piala Dunia belum bergulir,
Kolumbia sudah jadi “juara”. Daniella
Ocoro, dara jelita dari negara tersebut
ditahbiskan sebagai Miss World
World Cup Brasil 2014.
VOLUME 10
TAHUN I
5
L A P O R A N
U T A M A
JALAN PANJANG
PERTAMINA
DRILLING WAY
6
TAHUN I VOLUME 10
Pertamina Drilling Way menjadi
panduan pengeboran anakanak perusahaan di lingkungan
Pertamina EP. Memastikan
pengeboran tepat sasaran, lebih
murah dan lebih berkualitas.
Dibentuk Komite Drilling
untuk melaksanakannya.
Bunyu menjadi pilot project di
lingkungan Pertamina EP.
TATA N AG U S R S T
K
ARIR profesionalnya sebagai tukang
insinyur minyak banyak dihabiskan di
atas rig. Lebih dari
dua puluh tahun, dia
mengebor perut bumi, mulai dari rawa-rawa Kalimantan sampai padang
gurun di Timur Tengah. Berbagai karakter lapisan bumi sudah dihapalnya
di luar kepala. “Keterampilan seorang
drilling engineer ditempa di lapangan,”
ujar Hendrazid.
Setelah menamatkan pendidikan
di teknik Perminyakan ITB, Pria kelahiran Medan 51 tahun lalu ini sempat
mampir sebagai reservoir engineer perusahan yang menjadi produsen minyak terbesar di Indonesia. Hendrazid
saat itu ditempatkan di ladang minyak Rumbai dan Minas, Riau. Tetapi
nasib kemudian menuntunnya menjadi seorang drilling engineer yang dianggapnya lebih memuaskan hasratnya. “Mungkin karena tugas akhir
saya tentang drilling. Jadi lebih tertarik ke situ,” ujarnya.
Dia memulai perjalanan sebagai
drilling engineer di perusahaan asal
Perancis yang mengoperasikan Blok
Mahakam. Dua tahun pertama bekerja di perusahaan multinasional
yang merupakan produsen gas terbesar di tanah air tersebut, Hendrazid
ditempa dengan berbagai kursus drilling, yang langsung dipraktekkannya
di atas rig. Seperti calon jenderal yang
harus merasakan “jaga monyet”, sebutan untuk tugas menjaga pos,
berdiri seharian dengan senapan di
pundak, Hendrazid juga harus mencicipi pekerjaan paling bawah di rig, “
Dua minggu pertama tugas saya bersih-bersih dan ngecat-ngecat,” ujar
Hendrazid.
Dari situ, dia pindah menjadi tukang angkat pipa untuk keperluan
drilling sampai akhirnya dipercaya
menjadi asisten driller dan seterusnya,
sampai akhirnya diakui sebagai drilling
engineer. Setelah merasa cukup “bertarung” di dalam negeri Hendrazid
berkelana di luar negri di Middle East
VOLUME 10
TAHUN I
7
TATA N A G U S R S T.
L A P O R A N
U T A M A
selama delapan tahun. Sebelum pulang
ke Indonesia pada 2012, dia sempat
bekerja di negri jiran Malaysia selama
setahun.
Hendrazid bersyukur akhirnya
bisa kembali ke tanah air, setidaknya
dia sekarang punya waktu untuk
meneruskan pendidikannya ke tingkat
lebih tinggi. Sebelumnya, karena kesibukannya menjalani berbagai aktivitas
operasi maupun management service
pengeboran di luar negeri, dia tak
punya waktu untuk kembali ke bangku
pendidikan. Ia kini tercatat sebagai mahasiswa S2 Universitas Trisakti. Pendidikannya ini mungkin bukan untuk
karirnya, tetapi untuk menggenapkan
angannya semasa kuliah menapak jenjang akademis tertinggi.
Dengan pengalaman panjang di
bidang drilling, masuk akal jika
Direktur Hulu Pertamina M Husen
memilihnya sebagai anggota Komite
Drilling Pertamina, meski dia baru
dua tahun mengabdikan diri di BUMN
Energi tersebut. Dia menjabat sebagai
8
TAHUN I
VOLUME 10
Senior Drilling Engineering Specialist di
Pertamina EP, sejak November 2011
Komite Drilling Pertamina beranggotakan sepuluh orang dari berbagai anak perusahaan Pertamina. Dari
Pertamina EP, selain Hendrazid yang
juga masuk anggota Komite adalah
VP HSSE, Lelin Eprianto.
“Komite ini bertugas untuk mengawal Pertamina Drilling Way,” ujar
Hendrazid. Pertamina Drilling Way
adalah panduan uintuk semua anak
perusahaan yang melakukan pengeboran, Di bawah Pertamina ini ada
tiga anak perusahaan yang melakukan
aktivitas pengeboran, yakni Pertamina
Hulu Energi, Pertamina Geothermal,
dan Pertamina EP. Sebelum disusun
Pertamina Drilling Way, pengeboran
dilakukan berdasarkan kebiasaan
yang selama ini dijalankan yang belum
sempurna menjalankan best practices.
Terbukti, dengan molornya pengeboran dari jadwal yang sudah ditentukan. NPT (non productive time) pun
membengkak.
Telatnya bervariasi bisa satu bulan,
dua bulan atau bahkan ada pengeboran
yang baru selesai setelah tujuh bulan.
Telatnya pengeboran beimplikasi pada
budget. Setiap pengeboran bisa dipastikan over budget. Nilainya 10%-20% di
atas estimasi. Sewa rig itu sekarang ratarata 30 ribu dollar per hari. Kalau karena satu sebab pekerjaan delay, sewa
harus tetap dibayar, meskipun kerusakan itu karena persoalan rig yang notabene dimiliki pihak ketiga. “Penyewa
harus tetap bayar 80% dari nilai sewa,”
ujar Hendrazid.
Anggaran pun jebol. Pertamina
sempat mengalaminya pada 2012. Tak
hanya di PEP, juga di PHE dan PGE.
Untuk mengimbangi target produksi,
saat itu aktivitas pengeboran digenjot.
Saat itu, di PEP saja rig yang aktif bisa
sampai 30-an. Fungsi drilling pun pontang-panting. Seorang drilling engineer
bisa menjadi company man di beberapa
rig. Padahal, idealnya biar fokus satu
orang hanya menangani satu rig, kecuali kalau lokasinya berdekatan.
TATA N A G U S R S T
MERUMUSKAN DESAIN
SUMUR KHAS INDONESIA
P
ERTAMINA Drilling Way
dibuat untuk menyeragamkan pengeboran di anak-anak
perusahaan yang berbeda-beda, mengikujti kebiasaan masing-masing. Dalam skala yang lebih luas, yang
terjadi di Pertamina berlaku di dunia
migas Indonesia. Desain pengeboran
bergantung pada KKKS masing-masing. Semuanya mengklaim yang paling
benar karena mengacu best practices.
Direktorat Hulu pun cari akal
untuk mengatasinya. Akhirnya, diundanglah konsultan. Setelah melewati
berbagai workshop dan masukan dari
pakar-pakar drilling di berbagai anak
perusahaan di Pertamina, disusunlah
Pertamina Drilling Way yang dilaunching oleh Dirut Pertamina Karen
Agustiawan pada awal 2013. Sejak itulah sosialisasi tentang tatacara drilling
yang baik digencarkan, melalui berbagai macam workshop (lihat tulisan bagian 3). PDW memastikan pengeboran
sesuai sasaran, lebih cepat dan lebih
berkualitas.
Untuk mengawalnya dibentuk
Komite Drilling Pertamina pada pertengahan Juni 2013. “Komite ini, untuk
Hendrazid
Kondisi ini berimplikasi pada bujet
yang tidak seragam yang semuanya
harus diganti negara melalui mekanisme cost recovery. Untuk blok yang
sama, yang diajukan kontraktor bisa
berbeda, Yang paling ekstrem kejadian
di Blok Cepu, Exxon Mobil, misalnya
menghabiskan dana 20 juta dolar untuk
setiap pengeboran, sedangkan PPEJ 7
juga, dan Pertamina hanya menghabiskan 5 juta.
sementara hanya menilai,” ujar Lelin,
sejawat Hendrazit di Pertamina EP
yang sama-sama dipercaya sebagai
anggota Komite Drilling. Hasil Penilaian itu kemudian disampaikan ke
Direktur Hulu. Jika ada yang harus dibenahi, Direktur Hulu akan memanggil anak perusahaan terkait dan kontraktor (PDSI) untuk dilakukan pembenahan. “Direktur Hulu minta kita
semua masuk pada semua lokasi pengeboran,” Lelin menambahkan.
Komite ini lebih bersifat preventif.
Dia akan masuk pada tahap awal perencanaan pengeboran, bukan saat pengeboran sedang berlangsung. Jika dianggap belum memenuhi syarat, pengeboran ditunda dulu sampai mele-
“SKK Migas Belum mengatur desain Sumur di Indonesia seperti apa sehingga angka yang diajukan kontraktor
berbeda,” ujar Ketua Dewan Pakar
Drilling IATMI, Hendrazid.
Untuk menghindari kesimpangsiuran itu, harus segera dibakukan desain sumur Indonesia. “IATMI meminta
SKK Migas untuk segera membikin
aturan yang jelas tentang desain
sumur,” ujarnya. Di dunia ini, terkait
dengan hal tersebut, ada dua mazhab
yang menjadi kiblat perusahaan migas
dalam pengeboran, yakni mazhab
Amerika dan Eropa. Keduanya menitikberatkan pada masalah safety.
Tak sekadar meminta, IATMI bersedia berkeringat membantu merumuskan. Untuk keperluan itu, organisi
profesi ahli perminyakan itu menggelar beberapa kali workshop. “Kita kumpulkan pakar-pakar drilling dari KKKS,
Kita lepaskan baju perusahaan masingmasing demi Indonesi a ,” u j ar
Hendrazid. Berbagai hal dibicarakan
dan dikerucutkan menjadi usulan.
Misalnya, untuk kedalaman tertentu
kekuatan chasing yang dibutuhkan
berapa biar bisa menahan pressure dari
dalam sumur.
“Usulan dari IATMI sudah kita
kirim. Mudah-mudahan SKK Migas
segera memutuskan,” ujar Hendrazid.
Dengan desain sumur tersebut, tragedi
pengeboran, seperti kasus Lapindo
yang sampai sekarang belum terselesaikan tak terulang lagi di tempat lain.
wati passing grade yang ditetapkan
Komite.” “Minimal bisa mencapai 60
dari nilai ideal 100, pengeboran baru
dilaksanakan,” ujar Lelin.
Ke depan, tak menutup kemungkinan otoritas komite lebih besar lagi.
“Pak DH (sebutan untuk Direktur
Hulu-red), minta komite juga sebagai
auditor drilling,” ujarnya. Jika ada pengeboran bermasalah, harus dicari penyebabnya dan siapa yang bertanggung jawab. “Tapi karena keterbatasan
waktu, permintaan ini belum bisa kita
lakukan,” ujar Lelin. Anggota Komite
Drilling bersifat adhoc. Mereka tetap
harus melakukan tugas utamanya sebagai karyawan Pertamina sesuai dengan jabatannya masing-masing.
VOLUME 10
TAHUN I
9
ZAKY ARSY
L A P O R A N
U T A M A
Setelah dibentuk Juni 2013,
Komite Drilling menyusun matrik
untuk memudahkan impelementasi
Pertamina Drilling Way. “Tak semua
diambil, Kita pilih yang krusial,” ujar
Hendrazid. Dalam matrik itu, ada
sekitar 70 item yang akan dinilai
untuk dipenuhi sebelum melakukan
pengeboran.
Idealnya, semua pengeboran
harus melewati penilaian Komite
Drilling. Di Pertamina, jumlahnya
bisa ratusan tiap tahun. Tapi karena
personilnya masih terbatas, baru beberapa saja yang dimasuki. Untuk sementara, yang dipelototi adalah pengeboran yang berdampak signifikan
pada kenaikan produksi. Dari masingmasing anak perusahaan dipilih satu
proyek pengeboran.
Dari Pertamina EP, misalnya, dipi10
TAHUN I
VOLUME 10
lih Bunyu. Lapangan ini menargetkan
tambahan produksi sekitar 5000
BOPD. Sedangkan dari PHE adalah
Lapangan Tomori di Luwuk dan PGE
Lahendong “Setelah diinspeksi PHE
nilainya paling baik, sedangkan Bunyu
72. Itupun setelah inspeksi kedua.
Sedangkan PGE hanya 44,” kata
Hendrazid.
Yang menyebabkan Bunyu tertinggal dari PHE adalah sertifikasi
pihak ketiga terhadap rig yang dipakai. Dalam matriks yang disusun
Komite Drilling, rig yang digunakan
harus sudah disertifikasi lembaga independen. Bobotnya lumayan besar.
Tak mudah untuk mendapatkan sertifikasi tersebut. Di dunia ini hanya
empat lembaga yang bisa melakukannya masing-masing Modu-Spec, GL,
Velosi dan EOS. Dalam setiap peme-
riksaan, lembaga ini punya standard
tersendiri tak mau gegabah demi
menjaga kredibilitas mereka.
Tak perlu heran, jika rig yang dipakai di Indonesia, meski sudah mendapat SKPI dari Dirjen Migas sebagai
tanda bahwa rig layak digunakan, setelah jeroannya dibongkar banyak
yang harus diperbaiki. “Rig di PGE itu
sudah mengantongi SKPI tapi setelah
diinspeksi Modu-Spec. Ada sekitar
300 item yang harus diperbaiki,” ujar
Hendrazid.
Inspeksi itu, sesuai dengan ketentuan API (American Pretroleum
Institute) harus dilakukan secara
berkala. Atas dasar itulah, Hendrazid
berani mengatakan performa sebuah
rig ditentukan bukan dari umurnya.
Rig uzur bukan berarti tak bisa kinclong. “Tergantung perawatan. Kalau
rutin diinspeksi dan dirawat, maka
performance tetap bisa diandalkan,”
ujar Hendrazid yang juga menjabat sebagai Ketua Dewan Pakar Drilling
Ikatan Ahli Teknik Perminyakan
Indonesia (IATMI).
Secara kasatmata bisa dengan
mudah diterka rig yang terawat atau
yang tidak terawat. Jika cat bopal-bopal penuh karat, bisa dipastikan yang
punya mengabaikan maintenance,
lebih gemar membeli tapi malas
merawat. Hendrazid menceritakan
pengalamannya saat bekerja di perusahaan jasa kelas dunia. “Setiap selesai bekerja, langsung disemprot dan
dicat,” ujarnya. Floor juga selalu mengkilat sehingga kalau ada ceceran minyak, oli ataupun lumpur dengan
mudah bisa terlihat.
Ia yakin, Pertamina bisa mencapai
tingkat drilling excelence dengan
memenuhi semua panduan yang diikuti Pertamina Drilling Way. “Pasti
tidak gampang. Tapi kalau tidak dimulai sekarang kapan lagi,” ujar
Hendrazid. Ibarat sebuah perjalanan,
Pertamina Drilling Way baru start.
Untuk mencapai tujuan jalan yang
harus ditempuh masih panjang dan
berliku.
L A P O R A N
U T A M A
Peninjauan Komisi Drilling di lokasi BN-34.
RIG WANGI DI BN-34
Pengeboran di Bunyu berhasil
melewati passing grade Komite Drilling.
Bisa menjadi model pengeboran di
seluruh wilayah Pertamina EP dalam
menerapkan Pertamina Drilling Way.
R
IG bopal-bopal dengan
cat terkelupas di sana
sini? Floor rig belepotan lumpur dan ceceran minyak? Lupakan.
Lokasi pengeboran
dan rig pun bisa “wangi”. Tengoklah
Rig NUE/ di lokasi BN- Bunyu.
“Bersih banget. Ini paling Ok,” ujar
salah seorang teman yang sudah berkeliling di berbagai lokasi pengeboran
di Wilayah Kerja PEP.
Pengeboran di Bunyu menjadi
pilot project penerapan Pertamina
Drilling Way PDW) di Wilayah Kerja
PEP. Komite Drilling menetapkan tiga
lokasi. yang mewakili masing-masing
anak perusahaan. Selain Bunyu dari
PEP, ada Tomori PHE dan dan
Lahendong PGE. “Yang lolos passing
grade baru Bunyu dan Tomori,” ujar
Hendrazid, salah seorang anggota
Komite Drilling.
Bunyu mendapat nilai 72,27.
Komite Drilling menetapkan angka
60 sebagai batas minimal. Penilaian
ini didapat Bunyu pada kesempatan
kedua. Pada kesempatan pertama,
mereka mendapat nilai di bawah batas
minimal. Komite Drilling pertama kali
turun ke Bunyu pada tangggal 25 – 27
Maret 2014 saat pengeboran Lokasi
B-1307 Sumur BN-41. Saat itu. Ketika
itu Komite Drilling pulang dengan
tidak terlalu puas. Salah satu yang
yang jadi catatan adalah akses masuk
yang masih belum rapi dan pengelolaan limbah pengeboran yang masih
belum sempurna.
Catatan merah dari Komite
Drilling itu tak melunturkan semangat. Sebaliknya, jadi pemacu jajaran
tim Drilling KTI, Field Bunyu dan PT.
PDSI selaku penyedia jasa rig untuk
memperbaikinya. Saat ditanya butuh
berapa lama untuk menyempurnakan
kekurangan tersebut, mereka hanya
minta sebulan.
Benar saja, pada kunjungan
kedua, pada 7 Mei, Komisi Drilling
disuguhi kondisi berbeda. Dalam kunjungannya Komite Drilling yang di-
VOLUME 10
TAHUN I
11
pimpin oleh D. Priyo Wibowo dan
Djohardi Angga Kusumah selaku SVP
Upstream Strategi Planning & Operation
Evaluation Pertamina (Persero) tiba di
lokasi Sumur BN-34 ditemani oleh
Field Manager Bunyu Rizal Risnul
Wathan dan Drilling Manager Kawasan
Timur Indonesia (KTI) Aziz Muslim.
Dalam sambutannya, Djohardi
Angga Kusumah sangat antusias dengan kondisi lokasi pengeboran
Sumur BN-34 yang rapi, bersih dan
tertata sehingga dapat memberikan
keamanan dan kenyamanan seluruh
pekerja yang terlibat dalam pengeboran ini. Dengan kondisi ini, pengeboran sumur migas di Field Bunyu diharapkan dapat menjadi contoh dan
diterapkan pada kegiatan pengeboran
lainnya di seluruh Asset wilayah kerja
PT. Pertamina EP sesuai kaidah
Pertamina Drilling Way.
Bunyu dipilih menjadi pilot project PDW karena target yang ditetapkan lapangan ini sangat signifikan.
“Janji saya kepada Presdir utk mencapai 10.000 BOPD pada tahun 2014
ini,” ujar Field Manager Bunyu Rizal
Risnul Wathan Dengan tingkat produksi yang sekarang berada di kisaran 5.500-an BOPD target yang dicanangkan tersebut membutuhkan
effort luar biasa.
Angka produksi sebesar itu sebetulnya pernah dicapai Bunyu pada
1959, tetapi terus menyusut pada
dekade-dekade berikutnya sampai
pada 1.400-an BOPD. Bahkan sempat
menyentuh titik nadir 400 BOPD.
Bunyu pun ibarat kerakap di atas batu,
hidup segan mati tak mau. Sampai
akhirnya pada 2010, pengeboran
BN-18 berhasil meningkatkan produksi secara signifikan.
Di masa-masa awal, dibandingkan sumur di seantero Pertamina EP,
Bunyu tercatat sebagai sumur yang
paling banyak menyemburkan minyak
sekitar 5.000 BOPD. Dari sumbangan
produksi BN-18, Lapangan Bunyu
pada Mei 2012 sempat berproduksi
sampai 12. 137 BOPD.
12
TAHUN I
VOLUME 10
ZAKY ARSY
L A P O R A N
U T A M A
Berkaca pada keberhasilan tersebut, bukan hal mustahil jika Bunyu
bisa kembali menaikkan produksi
sebesar 10.000 BOPD seperti ditargetkan Presdir. Kenaikan itu tentunya
akan membantu Asset 5 secara keseluruhan yang ditargetkan bisa berproduksi seebesar 22.600 BOPD
untuk mencapai 22.600 BOPD untuk
mencapai Produksi Pertamina EP secara keseluruhan 128.000 BOPD.
Dengan target yang lumayan
besar tersebut, Bunyu mendapat perhatian khusus dari Direktorat Hulu.
Direktur Hulu M. Husen secara khusus sempat meminta kontraktor menyediakan terbaik seperti yang dipakai mengebor di Blok Cepu. Di sana
PDSI mengoperasikan rig DS #9 dari
jenis skidding rig berkekuatan 1500
HP. Rig yang dibuat selama lima belas
bulan di CET Batam ini terbilang pa-
pengeboran pada intermediate section
sampai seterusnya. Sementara kalau
pengeboran konvensional, satu
sumur diselesaikan terlebih dahulu
sebelum beralih ke sumur
berikutnya.
Seperti disebutkan Direktur
Utama PDSI, Farid Rudiono, kelebihan batch operation, tidak perlu pergantian lumpur tiap pergantian bagian.
Begitupun juga dengan handling tool
dan mata bornya tak perlu diganti sehingga waktu pengeboran lebih cepat.
Biaya yang dibutuhkan juga lebih
hemat. Dengan rig konvensio nal,
untuk merebahkan butuh waktu dua
hari dan untuk menaikkan kembali
butuh waktu empat hari. Kalau ada
enam sumur yang dibor dalam satu
areal cluster seperti di Bunyu untuk
merubuhkan dan mendirikan rig bisa
memakan waktu 36 hari. Masuk akal
jika Direktur Hulu ngotot ingin diterapkan batch operation untuk pengeboran di cluster Bunyu. Sayang, karena
ada mis komunikasi dengan kontraktor, rig yang fleksibel seperti dipakai
I S T I M E WA
ling canggih di Indonesia. Rig yang dibangun melalui penerapan alih
teknologi dengan beberapa perusahaan internasional seperti Lee C
Moore, Lee Tourneau dan NOV ini
mampu mengebor hingga kedalaman
6.000 meter.
Keunggulan rig ini tidah usah direbahkan (lay down) ataupun dibongkar (rig down) ketika hendak dipindah
ke sumur berikutnya dalam saru area
pengeboran. Rig ini dilengkap perangkat mekanis yang menyebabkan dia
bisa bergerak ke depan ke belakang,
ke kiri dan ke kanan sehingga bisa
berpindah cepat dari satu titik pengeboran ke titik pengeboran lainnya.
Dengan kemampuan tersebut memungkinkan dilakukan pengeboran
dengan teknik batch operation, yaitu
mengebor sumur secara bersamaan
bagian per bagian.
Misalnya, kalau mau mengebor
lebih dari satu sumur, bisa diawali
dari top hole section terlebih dahulu,
setelah selesai semua kembali ke
sumur pertama untuk meneruskan
Suasana dock house yang bersih di rig N80UE/22
di Blok Cepu tak tersedia. Akhirnya.
memakai rig konvensional. Meski begitu, rig ini ternyata mampu memenuhi passing grade Komite Drilling.
Dari dulu, Bunyu, pulau kecil di
sebelah timur laut Tarakan sudah
lama mewangi sebagai penghasil
migas. Potensi minyak di sana pertama kali ditemukan Perusahaan
B el and a Battafsche Petroleum
Maatchappij (BPM) pada 1896.
Eksplorasi mulai dilaksanakan pada
1901 dengan melakukan pengeboran
beberapa sumur, kini dikenal dengan
sumur B-001 sampai B-016. Para pencari migas dari seantero jagat didatangkan. Salah satunya adalah
Wolfgang Leopold, eksplorasionis dari
Swiss. Dia lah yang memimpin pencarian migas. Eksplorasi itu menemukan cadang yang besar di Bunyu pada
1923-1924, seperti ditulis buku
“Memories from Borneo”, karangan
Andreas Isler, dosen di Universitas
Zurich.
Sejak penemuan itu, Bunyu jadi
pulau internasional. Yang datang ke
situ dari berbagai suku bangsa di
dunia. Pada periode 1922-1937, BPM
mulai memproduksi pada sumur
B-107. Saat perang dunie berkecamuk perusahaan berhenti beroperasi. Tapi bumi Bunyu tetap disedot.
Jepang yang sempat menguasai Asia
Pasifik memompanya untuk keprluan
perang. Setelah era kemerdekaan,
BPM kembali pada 1957. Produksi
Bunyu saat itu langsung meroket
10.000 BOPD
Sampai 1961, pengelolaan beralih
dari BPM ke Nederlandsche Indische
Aardolie Maatschappj bekerja sama
dengan Permindo. Pada periode inilah, Bunyu memasuki masa keemasan
dengan produksi 10.510, terbesar sepanjang sejarah Bunyu. Pada 19931994, ladang minyak bumi dioperasikan oleh PT Ustraindo, Produksi anjlok sampai 2.000 BOPD. Pada 1994,
Pertamina mengambil alih pengelolaan lapangan tersebut sampai kini.
VOLUME 10
TAHUN I
13
I S T I M E WA
L A P O R A N
U T A M A
Rig N80UE/22 di lokasi BN-34 Bunyu.
BIAR TAK MOGOK DI
Pertamina Drilling Way (DW)
merupakan strategi untuk
menciptakan pendekatan yang
terstandar, best practice untuk drilling
execution end-to-end. Memastikan
pengeboran sesuai rencana. Terbukti
efektif menurunkan NPT (non
productive time).
14
TAHUN I
VOLUME 10
V
P HSSE Lelin
Epr ianto mengaso siasikan rig dengan sebuah mobil.
Sebelum mudik,
untuk sampai ke tujuan, pemilik akan memasukkannya ke bengkel, diperiksa mulai ban
sampai tune up mesin. Tanpa pemeriksaan, mobil itu mungkin masih
bisa jalan. Tapi bisa saja di Tegal
bikin lubang” ujar Lelin. Jika ngebornya
bermasalah tentunya akan mempengaruhi produksi. “Sebelum adanya PDW,
data kinerja rig masih belum memuaskan. NPT (non productive time) agak
tinggi,” Lelin menambahkan.
PDW mer u pakan strate g i
Pertamina untuk
menciptakan pendekatan yang terstandar, best practice untuk drilling
execution end-toend. Pe d o m a n
praktis ini akan dilaksanakan di semua anak perusahaan Pertamina
yang melakukan
aktivitas pengeboran, yakni PEP,
PHE dan PGE.
PDW merupakan
solusi atas permasalahan drilling
yang paling kritikal di Pertamina,
disusun bersama
lebih dari 100
orang dari seluruh
Pertamina. Pengetahuan dan pengalaman mereka
dikompilasi best
practice dari dalam
dan luar Pertamina.
Pertamina Drilling Way mengatur
bagaimana suatu safety behaviour
monitoring dilakukan. Salah satunya
dengan penerapan safety card practices
di lokasi pengeboran. Sedangkan
dalam perencanaan dan desain, diatur
perencanaan yang baik dimulai dari
pemenuhan pre drilling data package
yang komprehensif, tata waktu yang
cukup untuk membuat drilling program dan peer review, sehingga drilling
program yang dibuat telah memenuhi
aspek kaidah teknis dan biaya yang
optimum, juga telah memenuhi aspek
keselamatan operasional.
Untuk memastikan pelaksanaan
non operasional yang baik sesuai dengan rencana perlu adanya dukungan
kinerja yang baik dari services company. Untuk itu, PDW juga mengatur
bahwa harus mencakup elemen-elemen kritikal seperti scope and works
dan contract terms yang lebih detail,
vendor selection
dan technical evaluation yang robust,
acceptance criteria
yang lebih detail
dan penggunaan
independent inspector. Selain itu
diatur juga hal-hal
yang dibutuhkan
untuk meningkatkan kinerja service
company seperti
penggunaan performance evaluation form dan SQM
sehingga akan didapatkan services
company yang berkinerja baik.
Sedangkan
dalam aspek pelaksanaan non
operasional diatur
koordinasi antarfungsi di perusahaan dalam hal
persiapan lokasi,
penggunaan tracking tool untuk memonitor kesiapan lokasi, material,
jasa, dan sebagainya sebelum pengeboran. Dalam pelaksanaan operasi pengeboran dijabarkan juga mengenai
detail prosedur penanganan masalah
utama dalam pengeboran seperti hilang sirkulasi dan pipa terjepit.
Tidak lupa dibahas juga perihal
performance monitoring untuk mengetahui kinerja, permasalahan yang timbul selama operasi dan bagaimana
solusi yang terbaik yang diperlukan.
Monitoring kinerja ini dilakukan secara mingguan dan bulanan dengan
menggunakan war room dashboard.
Monitoring kinerja mencakup para-
Dengan adanya
penerapan PDW,
diharapkan
kegiatan
pengeboran
terjamin
kualitasnya
sehingga kinerja
pengeboran di
Pertamina akan
lebih meningkat,
sumur terjamin
keamanannya
dan sasaran
produksi dari
pengeboran
tercapai.
JALAN
sudah mogok, padahal tujuannya ke
Surabaya. “Tentunya lebih confidence
mobil dicek dulu daripada di tengah
jalan bermasalah,” ujar Lelin.
Perasaan “lebih confidence” itulah
yang ingin dibangun oleh Pertamina
Drilling Way, panduan pengeboran
untuk seluruh anak perusahaan di
bawah Direktorat Hulu. “Pertamina
Drilling Way sangat penting karena
kunci produksi di Pertamina itu ngebor,
VOLUME 10
TAHUN I
15
meter HSSE operations, biaya, kinerja
sumur (NPT) dan juga kinerja vendor.
Dengan adanya penerapan PDW,
diharapkan kegiatan pengeboran terjamin kualitasnya sehingga kinerja
pengeboran di Pertamina akan lebih
meningkat, sumur terjamin keamanannya dan sasaran produksi dari
pengeboran tercapai.
Untuk mensosialisasikannya berbagai workshop terus digelar. Salah
satunya pada Selasa (22/4) diadakan
di Ceria Room Shangrila Hotel
Jakarta, Dalam kesempatan itu, VP
Drilling PT Pertamina EP yang saat itu
dijabat Bambang Widjanarko menyebutkan Pertamina EP mencoba menerapkan PDW sejak Desember 2012.
“Sejauh ini beberapa elemen PDW
telah diimplementasikan, ada juga
yang sedang berjalan, namun ada beberapa yang belum diimplementasikan,” terang Bambang.
Praktis baru Field Bunyu yang
menerapkan PDW dengan mencoba
memenuhi matrik yang disusun
Komite Drilling yang juga bertindak
sebagai assesor. Komite yang dibentuk
Direktur Hulu untuk mengawal pelaksanaan PDW ini boleh dibilang saklek,
tak ada kompromi. Pada penilaian
pertama, Bunyu masih di bawah layak,
hanya 54. Salah satunya, jalan akses
ke pengeboran diangap masih belum
layak.
Tanpa bermaksud membela,
Bambang menyebutkan bahwa selama
ini, pengeboran selalu dihadapkan dengan tuntutan untuk segera produksi,
meski infrastruktur belum sepenuhnya sempurna. “Semuanya sudah siap
sementara kondisi jalan belum excellent. Saya akan mengambil keputusan,
jika dari safety aman, pengeboran
jalan,” terang Bambang. Perbaikan,
menurut Bambang bisa dilakukan
sambil jalan “Anda bisa lihat, hari ini
diberi nilai 54 dan kemudian ketika besoknya jalan diperbaiki maka nilainya
langsung melejit di atas 70,” tandas
Bambang. Menurut Bambang mungkin lapangan offshore akan lebih bagus
16
TAHUN I
VOLUME 10
WA H Y U S .
L A P O R A N
U T A M A
Lelin Eprianto.
karena kesalahan kecil saja akan berimplikasi luar biasa. Untuk mengambil
risiko akan sangat hati-hati. “Sementara di darat kita masih berpikir punya
pilihan lain,” Bambang menambahkan.
“Kontraktor
yang akan
ikut harus
mempunyai
riwayat
maintetenance
rig. Seperti
mobil harus ada
buku service.”
Pemahaman yang lebih baik pada
PDW menjadi penting apalagi bagi
Pertamina EP dalam sisa tahun ini
akan ada pekerjaan rumah maha berat
yang harus ditunaikan. Salah satunya
jumlah pengeboran yang akan lebih banyak dibanding triwulan sebelumnya.
“Kesuksesan drilling diperlukan untuk
membantu Pertamina EP mencapai
target produksi 2014,” jelas Bambang.
Tahun ini Pertamina EP dibebani
target oleh korporat sebesar 128.000
BOPD. PDW memang tak menjamin
secara otomatis produksi akan naik.
Untuk produksi, masih tergantung
kondisi sub surfacenya. Tapi setidaknya
dengan PDW, NPT bisa dikurangi. Tak
ada lagi pengeboran yang tertunda karena rig “mogok” di tengah jalan. Di
Beberapa pengeboran sudah terbukti
terbukti NPT bisa turun sehingga anggaran bisa dihemat.
Menurut Bambang, PDW hadir
untuk memastikan pengeboran sesuai
dengan rencana. Setiap proses harus
dijamin dan berjalan secara bersamasama. Jika dulu mindsetnya, ngebor
dulu masalah belakangan. Dengan
PDW, setiap resiko yang mungkin
timbul diidentifikasi.
Setelah PDW diluncurkan pada
Desember 2012, menurut Bambang,
telah ada perubahan yang dilakukan
pada perencanaan pengeboran di lingkungan Pertamina EP, seperti memasukan KPI Vendor, bagaimana memilih vendor yang bermitra, menentukan batasan legal dalam proses kontraktual. Ia menyebutkan tak mudah
melaksanakan PDW, apalagi di tengah
kalau semua bersifat emergency berarti ada yang salah.
Bambang menilai penerapan
PDW sebagai sebuah proses. Kondisi
tak serta merta ideal. Meski begitu,
dengan terus digencarkannya PDW,
Fungsi pengeboran sudah mulai
aware. Terbukti dengan NPT yang se-
TATA N A G U S R S T
tuntutan harus menaikkan produksi.
“Akhirnya, kita berlindung pada kata
darurat,” ujar Bambang
PDW mungkin tidak bisa menghilangkan sesuatu yang bersifat darurat.
PDW hanya bisa meminimalkan
risiko. “Yang namanya darurat tetap
bisa dikerjakan sebagai darurat tetapi
MENGHINDARI
PERUT BUNCIT DI RIG
T
terhadap semua pegawai di atas rig.
Mereka diamati pola makannya selama
2x24 jam. Hasilnya mencengangkan.
“Mereka gemuk karena banyak mengkonsumsi mie instan,” ujar Lelin.
Mereka mengkonsumsi mie instan
bukan berarti tak ada makanan di atas
rig. Menunya pun beragam dengan
tingkat gizi terjaga. Persoalannya
kerap saat mereka pulang untuk
makan, makanan sudah dingin. Selera
pun melayang. Akhirnya mereka teriak
minta dibikinkan mie instan versi
Untuk menjawab pertanyaan terse- jumbo plus dua telor. “Ini tidak sehat.
but, Fungsi HSSE bekerjasama dengan Kita akan cari cara untuk memperbailembaga independen melakukan survey kinya,” ujarnya.
A K hanya menung g u
Pertamina EP juga melakukan upaya penyempurnaan
kualitas pengeboran untuk
hal-hal yang belum diatur PDW. Salah
satunya, membenahi aspek kesehatan
pekerja. “Saya heran mengapa para pekerja di atas rig cenderung bertambah
gemuk,” ujar VP HSSE Lelin Eprianto.
Kondisi ini jika dibiarkan tentunya akan berpengaruh pada kinerja.
Kegemukan cenderung menyebabkan
seseorang menjadi malas.
makin berkurang. Beberapa pengeboran bisa diselesaikan di bawah anggaran yang sudah ditetapkan. Karena
anggarannya bisa hemat, Pertamina
EP bisa menambah lagi 10 pengeboran pada 2014 dari rencana semula
yang hanya 80 pengeboran.
Modul PDW terus menerus disempurnakan. Salah satunya seperti
dikatakan Lelin adalah, penyempurnaan tender rig. “Kontraktor yang
akan ikut harus mempunyai riwayat
maintetenance rig. Seperti mobil harus
ada buku service,” ujar Lelin. Tentu tak
sembarangan. Maintenance itu harus
dilakukan lembaga-lembaga kredibel
yang di dunia ini jumlahnya tak
banyak.
Yang diakui reputasinya bisa dihitung dengan jari. Lelin menyadari penambahan ini akan berimplikasi pada
biaya. Untuk inspeksi rig, ongkos yang
harus dikeluarkan sekitar 50.000 dollar. Tapi jumlah ini tak seberapa jika dibandingkan dengan sewa yang harus
dibayar. Tiap hari sewa rig sekitar
30.000 ribu dollar. Jadi ongkos maintenance itu hanya senilai dua hari sewa
rig. “Dengan rig yang maintenancenya
terjaga, pengeboran akan lebih tepat
waktu,” Lelin menambahkan.
Jika ini diberlakukan, vendor-vendor tentunya harus bersiap-siap.
“Orang Indonesia itu paling bisa membeli, tapi malas merawat,” ujar Lelin. Ia
lalu megutip istilah dari disiplin HSSE,
yakni broken window, untuk menyebut
kondisi yang membiarkan sebuah kerusakan kecil sehingga memantik kerusakan yang lebih besar.
Ia mencontohkan, sebuah kereta
api yang kacanya pecah akan memancing orang untuk melemparinya jika
tidak segera diperbaiki. “Kalau langsung diperbaiki, orang jadi segan,”
ujarnya. Begitu juga dengan rig yang
tak akan bopal dan berkarat jika setiap yang terkelupas langsung dicat
ulang. Setiap cuku cadang yang bermasalah langsung diganti biar performa tetap kinclong, meski sudah berumur.
VOLUME 10
TAHUN I
17
H
S
S
E
MENCEGAH BUMI MAKIN PANAS
“
P
ANAS sekali ya hari ini!” Sering sekali kita
mendengar pernyataan tersebut terlontar dari orang-orang di sekitar kita ataupun daridiri kita sendiri. Tidak salah, data-data yang ada memang menunjukkan
planet bumi terus mengalami peningkatan
suhu yang mengkhawatirkan dari tahun ke tahun. Selain
makin panasnya cuaca, kita tentu juga menyadar imakin
banyaknya bencana alam dan fenomena-fenomena alam
yang cenderung semakin tidak terkendali belakangan ini,
mulai dari banjir, putting beliung, semburan gas, hingga
curah hujan yang tidak menentu dari tahun ke tahun.
Semua ini adalah tanda-tanda alam yang menunjukkan
bahwa planet bumi sedang mengalami proses kerusakan
yang menuju pada kehancuran. Hal ini terkait langsung
dengan isu global yang belakangan ini marak dibicarakan
oleh masyarakatdunia yaitu Global Warming (Pemanasan
Global). Apakahpemanasan global itu? Secarasingkat pemanasan global adalah peningkatan suhu rata-rata permukaan bumi. Pertanyaannya adalah mengapa suhu permukaan bumi bisameningkat?
Apa Penyebab Pemanasan Global ?
Penelitian yang telah dilakukan para ahli selama beberapa dekade terakhir ini menunjukkan bahwa ternyata
makin panasnya planet bumi terkait
langsung dengan gas-gas rumahkaca
yang dihasilkan oleh aktifitas manusia.
Khusus untuk mengawasi sebab dan
dampak yang dihasilkan oleh pemanasan global, Perserikatan Bangsa
Bangsa (PBB) membentuk sebuah kelompok peneliti yang disebut dengan
International Panel on Climate Change (IPCC).
Setiap beberapa tahunsekali, ribuan ahli dan penelitipeneliti terbaikdunia yang tergabungdalam IPCC mengadakan pertemuan untuk mendiskusikan penemuan-penemuan terbaru yang berhubungan dengan pemanasan
global, dan membuat kesimpulan dari laporan dan penemuan- penemuan baru yang berhasil dikumpulkan, kemudian membuat persetujuan untuk solusi dari masalah
tersebut. Salah satu hal pertama yang mereka temukan
bahwa beberapa jenis gas rumah kaca bertanggungjawab
langsung terhadap pemanasan yang kita alami, dan manusialah contributor terbesar dari terciptanya gas-gas
rumah kaca tersebut. Kebanyakan dari gas rumah kaca
ini dihasilkan oleh peternakan, pembakaran bahan bakar
fosil pada kendaraan bermotor, pabrik-pabrik modern,
peternakan, serta pembangkit tenaga listrik.
18
TAHUN I
VOLUME 10
Apa Penyebab Utama Pemanasan Global ?
DalamlaporanPBB (FAO) yang berjudul Livestock’s
Long Shadow: Enviromental Issues and Options
(dirilisbulan November 2006), PBB mencatat bahwa
industri peternakan adalah penghasil emisi gas rumah
kaca terbesar (18%), jumlah ini lebih banyak dari gabungan emisi gas rumah kaca seluruh transportasi di seluruh dunia (13%). Emisi gas rumah kaca industri peternakan meliputi 9% karbon dioksida (CO2), 37% gas
metana (CH4 dengan efek pemanasan 72 kali lebih kuat
dari CO2), 65% nitrogen oksida (NO efek pemanasan 296
kali lebih kuat dariCO2), serta 64% amonia (NH3) penyebab hujan asam.
Peternakan menyita 30% dari seluruh permukaan
tanah kering di bumi dan 33% dari area tanah yang subur
dijadikan ladang untuk menanam pakan ternak, peternakan
juga penyebab dari 80% penggundulan hutan Amazon.
Apaitu Gas Rumah Kaca?
Atmosfer bumi terdiri dari bermacam-macam gas
denganfungsi yang berbeda-beda. Kelompok gas yang
menjaga suhu permukaan bumi agar tetap hangat dikenal
dengan istilah “gas rumah kaca”. Disebut gas rumah kaca
karena sistem kerja gas-gas tersebut di atmosfer bumi
mirip dengan cara kerja rumah kaca yang berfungsi menahan panas matahari di dalamnya agar suhu di dalam
rumah kaca tetap hangat, dengan begitu tanaman di
dalamnya pun akan dapat tumbuh dengan baik karena
memiliki panas matahari yang cukup.
Planet kita pada dasarnya membutuhkan gas-gas tersebut untuk menjaga kehidupan di dalamnya. Tanpa keberadaan gas rumah kaca, bumi akan menjadi terlalu dingin
untuk ditinggali karena tidak adanya lapisan yang mengisolasi panasmatahari. Sebagai perbandingan, planet mars yang
memiliki lapisan atmosfer tipis dan tidak memiliki efek
rumah kaca memiliki temperatur rata-rata -32°Celcius.
Kontributor terbesar pemanasan global saat ini adalah Karbondioksida (CO2), metana (CH4) yang dihasilkan
agrikultur dan peternakan (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari
pupuk, dan gas-gas yang digunakan untuk kulkas dan
pendingin ruangan (CFC). Rusaknya hutan-hutan yang
seharusnya berfungsi sebagai penyimpanCO2 juga makin
memperparah keadaan ini karena pohon-pohon yang
mati akan melepaskan CO2 yang tersimpan di dalam jaringannya ke atmosfer. Setiap gas rumah kaca memiliki
efek pemanasan global yang berbeda-beda, beberapa gas
menghasilkan efek pemanasan lebih parah dari CO2.
Sebagai contoh, sebuah molekul metana menghasilkan
efek pemanasan 23 kali dari molekul CO2, molekul NO
bahkan menghasilkan efek pemanasan sampai 300 kali
dari molekul CO2. Gas-gas lain seperti chlorofluorocarbons (CFC) ada yang menghasilkan efek pemanasan
hingga ribuan kali dari CO2 tetapi untungnya pemakaian
CFC telah dilarang di banyak negara karena CFC telah
lama diketahui sebagai penyebab rusaknya lapisan ozon.
Bagaimana Cara Mengatasi Pemanasan Global?
Masalah global ini tidak akan dapatdiselesaikan jika
hanya terus berharap pada pemerintah. Masyarakat harus
berperan serta untuk mengurangi sekaligus memperlambat terjadinya pemanasan global. Ada banyak cara yang
dapat kita lakukan untuk mengurangi dampak pemanasan global, seperti :
1. HematPemakaianListrik
Beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menghemat pemakaian listrik seperti: mematikan lampu dan
listrik ketika sedang tidak digunakan, menggunakan
lampu hemat energi, matikan pemanas nasi selama beberapa jam untuk mengurangi penggunaan listrik, jangan sering memasukkan makanan panas langsung ke-
dalam lemari es, serta jangan sering-sering membuka
pintu lemari es terlalu lama.
2. Hemat Pemakaian Air
Matikan kran air jika tidak digunakan, pakailah air
secukupnya.
3. Reduce (Mengurangi/Menghemat)
Belilah barang-barang mebel atau peralatandapur yang
benar-benar dibutuhkan, kurangi makanan cepat saji,
kurangi penggunaan pestisida, hindari membeli
produk dari hewan/tumbuhan langka, kurangi produksi limbah rumah tangga, dll.
4. Reuse (Menggunakan Kembali)
Gunakan kembali kantong plastik untuk membawa belanjaan, membawa tas kertas sendiri dari rumah saat
berbelanja, belilah produk-produk yang bisa diisi ulang,
gunakan koran atau kertas bekas untuk membungkus
barang, dll.
5. Recycle (Mendaur Ulang)
Mulailah gunakan bahan yang cukup ramah bagi lingkungan, gunakan botol-botol bekas untuk keperluan
lain, misaljadi vas bunga, kreasikan barang bekas menjadi barang yang memiliki nilai jual, pisahkan sampah
organik dan anorganik, buatlah pupuk kompos dari
limbah dapur dan daun/ranting pohon yang berterbaran di sekitar rumah, dll.
6. Usahakan lakukan penghijauan/reboisasi
Salah satu cara termudah adalah dengan menanam
pohon pelindung di sekitar rumah atau membuat
taman di sekitar rumah agar rumah jadi tampak hijau.
7. Kurangi menggunakan kendaraan pribadi
Jika memungkinkan untuk naik angkutan umum, lebih
baik mulai dibiasakan untuk melakukannya. Selain
menghemat bahan bakar, juga dapat mengurangi jumlah polusi udara yang dihasilkan dari kendaraan bermotor yang telah menyebabkan semakin seringnya terjadi
hujan asam yang merusak lingkungan.
8. Membangun rumah dengan fentilasi yang cukup
Rumah merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, dengan rumah kita bisa hidup dengan tenang dan
damai. Saat membangun rumah harap perhatikan ventilasi dan tata cahaya yang tepat. Saat siang hari pula desainlah rumah anda agar bisa terang tanpa harus menghidupkan lampu dan desain pula agar sejuk tanpa harus
menghidupkan AC atau kipas angin.
Masih banyak cara lain yang dapat dilakukan untuk
mencegah dan mengurangi dampak pemanasan global yang
terus mengancam kehidupan makhluk hidup di dunia ini.
Setiap hal kecil yang dilakukan untuk mengatasi pemanasan
global tentunya akan semakin membuat hidup dan kehidupan anak cucu kita di masa mendatang menjadi lebih baik
dan tidak terpuruk karena ulah yang kita lakukan di masa
lampau. Mari kita atasi pemanasan global bersama-sama!
VOLUME 10
TAHUN I
19
I N S P I R A S I
TERTAWAN
MATA LENSA
Demi kamera, Yulianus Firmansyah Ladung meninggalkan pekerjaannya
di Microsoft. Dari hanya sekadar hobi, omzetnya kini ratusan juta
bahkan lebih. Mengasah nurani dengan street photography (fotografi
jalanan). Menempatkan pertemanan di atas segalanya.
S
Tak aneh jika Microsoft termasuk
13 perusahaan yang terus masuk
dalam daftar 100 perusahaan terbaik
untuk bekerja versi majalah Fortune
sejak indeks tersebut diluncurkan
1998. Bahkan, Microsoft juga didapuk
jadi nomor satu dalam hal ‘Great Place
to Work Institute’s World’s Best
Multinational Workspace List’. Sarjanasarjana Teknologi Informasi merasa
ada yang kurang jika CV-nya belum
mencantumkan pernah bekerja di
Microsoft.
Toh semua kenyamanan dan kemewahan identitas itu tak berlaku bagi
Yulianus Firmansyah Ladung. “Setiap
bangun dari tidur saya selalu merasa
WA H Y U S .
IAPA tak kenal Microsoft
yang didirikan inovator
dan penderma sejati, Bill
Gates yang mewangi ke
seantero jagat? Tak sekadar nama perusahaan, dia
adalah simbol era modern yang menyatukan dunia menjadi tanpa batas.
Sejak awal berdiri perusahaan ini menempatkan kreativitas sebagai energi
utama untuk melaju. Microsoft tak
pernah menggunakan hal-hal formal,
seperti absensi karyawan untuk mendapatkan hasil maksimal. Karyawan
bebas untuk bekerja darimana saja,
Masuk kantor bercelana pendek pun
OK saja selama hasilnya ada.
Ladung sedang memotret di salah satu lapangan migas milik Pertamina EP.
20
TAHUN I
VOLUME 10
ada yang kurang,” ujarnya. Bukan urusan penghasilan. Di Microsoft, pria
tinggi besar ini sudah menduduki posisi penting. Gaji sebagai seorang
manajer lebih dari cukup untuk membiayai hidupnya. “Apalagi saya masih
belum berkeluarga,” ujar pria yang
akrab dipanggil Ladung tersebut.
Bukan juga karena bosan dengan
rutinitas, Perusahan sudah membangun sistem agar karyawan tidak terperangkap dengan kebosanan.
Misalnya, pindah pada bagian lain.
Jam kerja pun dibikin fleksibel. Jika
karyawan perusahaan lain tiap pagi
sudah bersungut-sungut karena harus
berjibaku dengan kemacetan, karyawan Microsofoft bisa mengatur jam
kerja. Secara resmi, perusahaan mengeluarkan kebijakan Office Out-ofOffice atau Office OOF.
Karyawan didorong untuk tidak
hadir di kantor untuk bekerja namun
tetap aktif mengerjakan pekerjaan seperti biasanya dari berbagi lokasi yang
tersebar di seluruh Jakarta. Dengan
memanfaatkan perangkat lunak kolaborasi dan platform produktivitas besutan Microsoft, semua staf Microsoft
Indonesia tetap dapat saling terhubung dan bekerja dari tempat lain seperti kafe, kantor klien, pameran bahkan di dalam kendaraan.
Jadi apa yang masih kurang?
Ladung terdiam sejenak. “Passion saya
sudah sejak lama tidak di situ lagi, tapi
ada di bidang lain,” ujar Ladung dalam
F OTO - F OTO : I S T I M E WA
Ladung (tengah) dan jepretan saat hunting street photography.
sebuah perbincangan santai dengan
ENERGIA di sebuah kedai kopi di kawasan Sudirman. Darah Dayak yang
mengucur di tubuhnya menuntunnya
untuk mengikuti kata hatinya tanpa
harus dicari rasionalisasinya. Ladung
yang dilekatkan di belakang namanya
adalah identitasnya sebagai seorang
putra dari suku Dayak Bahau Busang
yang ada di Kalimantan Timur, tersebar sepanjang hulu dan anak sungai
Mahakam) dan Kalimantan Tengah.
Banyak yang tak paham saat di
penghujung 2013 Ladung mengirimkan surat pengunduran diri dari perusahaan yang banyak diimpikan orang
tersebut. “Ini kedua kalinya saya meninggalkan wilayah comfort zone,”
Ladung menegaskan. Yang pertama dilakukannya saat mengundurkan diri
sebagai karyawan salah satu kontraktor migas multi nasional, Weatherford.
Dia bekerja di perusahaan itu setelah
menamatkan pendidikannya di
Sekolah Tinggi Informatika dan
Komputer Indonesia Malang, Jawa
Timur. “Saya merasa asosial,” ujarnya.
Hidupnya banyak di atas rig, baik
off shore maupun on shore. Dia menjelajah, tak hanya seluruh WK perminyakan di Indonesia, tapi juga di belahan dunia lain. Hidup dijalankan nyaris
serba mekanis, termasuk dengan pergaulan sehari-hari. “Saya hapal wajah,
tak pernah hapal nama,” ujarnya.
Sering kalau bertemu, dia menyapa
bukan dengan namanya tapi berdasar-
kan ingatan dengan tempat bekerja.”
Kita sepertinya pernah ketemu di rig ..
di lokasi perusahaan..,” begitu selalu.
Pada awal-awal, pengalaman bekerja diatas rig, diayun-ayun ombak
memuaskannya, menjejakan kaki ditempat-tempat yang belum pernah dikunjunginya. Ladung seolah menemukan dunia yang diimpikannya
sejak kecil. Masa kecil Ladung banyak
dihabiskan di ladang-ladang minyak
sesuai dengan penugasan ayahnya
yang bekerja di Pertamina. Setiap kali
menatap rig yang menjulang ke angkasa, Ladung kecil berdecak kagum.
Toh lama kelamaan, hidup di atas
rig yang semuanya serba “prosedural”
itu membosankannya. Lelaki kelahiran Balikpapan, 9 Januari 1977 itu
merasa pekerjaan sudah merampok
hal yang paling esensial dari hidupnya, yakni kehidupan sosial dimana
Ladung lebih banyak menghabiskan
waktu di lokasi pengeboran daripada
berkumpul bersama dengan keluarga
atau kawan. “Dalam satu tahun, paling satu bulan saya berada di rumah,”
Ladung menegaskan.
Ia pun kemudian memutuskan
untuk berhenti saat itu. Banyak yang
kaget dengan keputusannya. Maklum,
dunia migas dengan segala keglamourannya dipersepsikan sebagai dunia
yang bergelimang kemewahan. Bekerja
di perusahaan migas adalah impian
dan harapan banyak orang. Yang keluar
dari situ dianggap sebagai orang aneh.
Meski banyak yang menyarankan
untuk membatalkan keputusannya,
Ladung tak beringsut. Dia pun kemudian berkelana di beberapa perusahaan
IT, misalnya. Bahkan sempat juga mencicipi bekerja di Perbankan. Comfort
zone-nya didapat saat bekerja di Microsoft yang akhirnya ditinggalkannya.
Banyak yang bertanya, dia akan
hidup dengan dengan apa setelah berhenti? Apakah bidang baru yang dijalaninya bisa menggantikan penghasilan sebelumnya. “Banyak yang bilang saya gila ketika menyebutkan
akan melanjutkan hidup dengan kamera,” kata Ladung. Untuk sekadar
hidup mungkin bisa, tapi memberikan penghasilan layak seperti yang
diterimanya sebelumnya, banyak yang
sangsi. Dalam benak kebanyakan
orang, fotografi adalah hobi, bukan
ladang mencari penghidupan.
Ladung terus melangkah dengan
keputusannya. Bekerja dengan passionnya. “Rezeki itu sudah ada yang mengatur,” begitu dia selalu membisiki dirinya agar terus berjalan, meski onak
duri menghadang. Ladung tahu persis
keputusan itu membutuhkan kerja
keras. “Banyak orang yang bisa moto.
Saya harus cari cara agar saya berbeda,”
ujar Ladung. Ia pun akhirnya mengibarkan bendera Ideam Aeternam
Photography yang mengkhususkan
pada fotografi industri dan korporat.
Pilihan yang jeli.Di Indonesia belum
banyak yang menekuni fotografi indus-
VOLUME 10
TAHUN I
21
I S T I M E WA
I N S P I R A S I
Hasil jepretan Ladung yang mengkhususkan pada fotografi industri dan korporat.
tri. Jumlahnya masih bisa dihitung dengan jari. Selain kompetensi teknis,
fotografi industri mensyaratkan pemahaman terhadap industri. Misalnya,
untuk industrii migas, ada pengetahuan dasar yang harus dimiliki fotografer terutama yang menyangkut
safety. Misalnya objek apa yang diizinkan memakai flash, jenis kamera
seperti apa yang dapat dipergunakan
apabila akan mengambil gambar diatas
rig-floor, dll. Di sinilah Ladung yang
sempat bekerja di migas mempunyai
nilai plus. “Emosi pekerja di rig pun
harus jadi perhatian,” ujarnya.
Banyak yang mengganggap menjadi seorang fotografer itu hanya cukup
paham mengenai fotografi itu sendiri,
padahal misalnya ketika memutuskan
untuk menjadi seorang fotografer industrial, pemahaman mengenai industry yang digeluti juga wajib dimiliki.
Oleh sebab itulah, Ladung tetap mempertahankan komunikasi dan jaringan
22
TAHUN I
VOLUME 10
sosialnya dalam wadah organisasi seperti SPE (Society of Petroleum Engineer), IPA (Indonesia Petroleum Association), atau organisasi seperti AOP
(Association Of Photographer, UK).
Ladung saklek dengan pilihannya
untuk berada di garis fotografi industri. Di luar itu, misalnya untuk wedding dibayar berapapun dia tidak akan
mengerjakannya. “Kalaupun motret
wedding karena diminta bantuan oleh
teman. Dan itu gratis,” ujar Ladung
yang menempatkan pertemanan di
atas segala-galanya ( lihat box: Jangan
makan periuk nasi orang).
Pilihan hidup dengan kamera tak
serta merta. Ladung menjepret sejak
usia remaja, Dia tak pernah berhenti.
Kamera seolah menjadi pasangan setianya, Ke mana pun pergi, selalu dia
bawa. “Saya gak pernah belajar formal
ataupun kursus. Saya otodidak.” ujar
Ladung. Saat masih sebagai “orang gajian”, dia suka menyempatkan menger-
jakan orderan foto. Honornya tak seberapa. Ladung ingat honor pertama
dari memotret diterimanya pada 2006
sebesar Rp 1,5 juta. Saat itu, dia diminta sebuah warung martabak kubang
milik salah seorang kawannya di
Balikpapan.
KIni honornya sudah berlipatlipat. Kliennya juga perusahaan-perusahaan berkelas, Sebut saja, misalnya,
Citibank, Coca-Cola, FIFA, Liebherr,
Mandala Airlines, Microsoft, biro iklan
Ogilvy Today & Mather, Sumberdaya
Sewatama, Yahoo!, bahkan Pertamina
juga. Yang terakhir adalah project video
clip Coca-Cola Song untuk Piala Dunia
2014 Brazil yang akan ditayangkan di
Myanmar dan Brazil.
Seorang teman yang juga fotografer menyebutkan Ladung sebagai
fotografer miliarder. Omzetnya per
tahun miliaran. Betulkah? Ladung hanya tertawa. “Yang pasti orang-orang
yang dulu menyebut saya gila waktu
I S T I M E WA
keluar dari Microsoft salah,” ujarnya.
Ladung mengaku setiap tahun paling
banyak hanya menerima maksimum
sepuluh pesanan pekerjaan fotografi.
Jadi silakan hitung, berapa tarif
Ladung sekali motret.
Sama dengan pelaku bisnis yang
lain, Ladung sangat serius dengan bisnisnya. Untuk mendapatkan hasil yang
maksimal, setiap kali pemotretan
Ladung selalu menyertakan sejumlah
kru plus peralatan terbaru. Tergantung
dari jenis penugasan. Tidak jarang tim
yang terlibat dalam pekerjaan yang
Ladung tangani terdiri dari minimal 6
sampai dengan 10 orang yang terdiri
dari antara lain seorang atau beberapa
orang produser, lighting engineer, lighting assistant, production assistant, second shooter. Lantas untuk pekerjaan
yang membutuhkan keterlibatan model, maka Ladung menyerahkan halhal yang terkait soal penampilan kepada fashion-stylist/pengarah gaya, makeup artist, hair-stylist, yang bertugas
mengurusi pakaian, rambut, dan, gaya.
Setelah foto dihasilkan, dan bila dianggap perlu maka akan dilibatkan pula
seorang atau bahkan beberapa orang
digital artist, yang bertugas melakukan
post-production editing terhadap foto
sesuai kebutuhan.
“Dengan kompetensi kru seperti
itu, foto yang dihasilkan dapat maksimal dan sesuai dengan kebutuhan dan
kehendak pelanggan. Serta segala pertanyaan yang berasal dari pelanggan
terkait harga dapat terjawab dengan
sendirinya,” kata Ladung.
JANGAN MAKAN PERIUK NASI ORANG
M
EMOR INYA ber putar
ke kejadian setahun lalu,
tepatnya pada  April
. Telepon genggamnya berdering. Khabar duka datang:
ayahnya di Kalimantan meninggal
dunia. “Besoknya saya harus motret
salah satu maskapai penerbangan,”
ujarnya. Dia tak bisa membatalkan karena pemotretan di bandara butuh
waktu, perlu izin khusus tak bisa sembarangan. Padahal kliennya butuh
cepat, skedulnya ketat. Di sisi lain, ia
juga tak mungkin kalau tidak pulang,
melihat ayahnya terakhir kali. “Malammalam saya meminta teman menggantikan,” ujar Ladung. Si teman tanpa
bertanya ini itu, langsung mengiyakan.
Semua itu bisa terjadi karena “pertemanan” yang tak melulu mengukur sesuatu dengan materi.
Ladung senantiasa menjaga perkawanan, baik dengan yang baru maupun yang sudah lama dikenalnya. Ia
sadar di atas langit masih ada langit.
Kaki tak selalu bisa berdiri tegak. Suatu
saat mungkin tersungkur dan membutuhkan bantuan orang lain. “Jangan
pernah makan periuk nasi orang” ujar
Ladung saat ditanya kiatnya menjaga
perkawanan. Dalam sebuah pitching,
meski sudah dinyatakan sebagai
pemenang, dia sering menyerahkannya
pada yang lain kalau dianggapnya sedang membutuhkan
Bagi Ladung, uang bukan segalagalanya, Ia tahu persis, pada satu titik
uang bisa menjebaknya menjadi rakus.
Untuk itulah sejak awal ia melatih dirinya untuk berani menolak pekerjaan jika
dianggap yang dilakukannya sudah
cukup. “Dalam setahun paling banyak
saya hanya menerima lima order s/d
maksimum 10,” ujarnya. Sisa waktunya,
digunakan untuk melakukan street
street photography atau fotografi jalanan.
Dia berburu objek, kebanyakan kaum
marjinal di sudut-sudut ibukota. “Biar
nurani saya tetap menyala,” ujar Ladung
Toh, godaan kerap datang. Pernah
hasil berburunya ditawar orang hampir
seratus juta untuk sebuah foto yang sangat humanis. Di gambar, Seorang ibu
dengan mengendong anaknya berdiri
mematung di jalur bus way, di depannya
antreaan mobil berpuluh meter. Sebuah
realitas kehidupan di ibukota. Tawaran
itu ditampiknya. “Ini wilayah yang berbeda. Saya mencari duitnya biar di fotografi industri saja,” ujar Ladung.
Ia masih tak puas dengan semua
pencapaiannya. Ladung masih ingin
terus berlari dan merenda mimpi. “Saya
ingin menulis buku, bisa pameran foto
sendiri. Khususnya fotografi mengenai
industri migas di Indonesia berikut dengan kehidupan sosial, keragaman budaya, potensi pariwisata dan ekonomi
kreatif yang terdapat disekitar daerah
operasi migas,” ujarnya. Dengan buku,
jejaknya akan tercatat, tak hilang karena terbatasnya ingatan.
VOLUME 10
TAHUN I
23
W A W A N C A R A
Abadi Poernomo
KETUA ASOSIASI PANAS BUMI INDONESIA
TATA N AG U S R S T
ENERGI
HARUS JADI
TOP OF BUSINESS
24
TAHUN I VOLUME 10
“Kondisi energi kita sudah lampu kuning.
Produksi minyak yang sampai sekarang
masih menjadi sumber utama energi
produksinya terus menyusut sampai 800
ribu-an sementara konsumsi naik terus. Saya
merasakan ada yang masih belum pas dengan
pengelolaan energi yang cenderung parsial
karena ego sektoral yang besar.” Abadi Poernomo
D
ENGAN nada lirih,
seperti sedang berbisik pada dirinya
sendiri, pria yang
berusia hampir
genap  tahun ini
mengingatkan tentang kuasa rakyat.
“Saya dipilih rakyat. Kalau tak berbuat apa-apa sama denga mengkhianati mereka,” ujarnya. Kalimat
itu terus dirapalnya dalam berbagai
kesempatan, dijadikan penyemangat untuk bisa berbuat sesuatu.
Karena tanggung jawab itulah, dia
tak mau leha-leha, tak pernah absen setiap rapat dan senantiasa memberikan
masukan yang konstruktif. Tensi kesibukannya pun berlipat. “Setelah pensiun, saya malah lebih sibuk,” ujarnya.
Pria itu adalah Abadi Poernomo,
mantan Presiden Direktur
Pertamina Geothermal Energy.
Sejak muda, pria kelahiran
Malang ini memang meletakkan tanggung jawab pada kasta teratas. Dia
melecut dirinya dengan menekuni
olahraga ekstrem terjun payung. Dia
baru berhenti setelah kakinya patah
dalam sebuah insiden penerjunan.
Abadi bersama dengan istrinya
pada masanya sempat tercatat sebagai salah satu penerjun andalan Aves,
klub terjun payung asal Bandung
yang banyak menelorkan atlet nasional. Setelah gulung parasut, Abadi
menekuni olahraga ekstrem yang lain:
menembak. Seperti juga terjun payung, olahraga ini menuntut konsentrasi dan kedisplinan tingkat tinggi.
Jika sekarang bicara tentang
pentingnya suara rakyat, bukan karena baru terplih sebagai anggota
legislatif. Abadi tak begitu tertarik
dengan politik yang disebutnya sebagai dunia yang butuh bakat khusus.
“Sebagai anggota DEN (Dewan Energi
Nasional), saya dipilih DPR yang merupakan wakil rakyat,” ujar Abadi.
Bersama delapan tokoh lainnya,
Abadi dipilih menjadi anggota lembaga yang bertangung jawab mengawal ketersediaan energi di Indonesia,
kini dan masa yang akan datang.
Kenapa Anda tertarik masuk
DEN ?
Kondisi energi kita sudah lampu
kuning. Produksi minyak yang sampai sekarang masih menjadi sumber
utama energi produksinya terus menyusut sampai 800 ribu-an sementara
konsumsi naik terus. Saya merasakan
ada yang masih belum pas dengan
pengelolaan energi yang cenderung
parsial karena ego sektoral yang
besar. DEN, sesuai dengan amanat
UU bisa menjembatani seluruh fungsi
dalam mengatasi kondisi kritis. Ini
menjadi tantangan buat saya untuk
memberikan masukan-masukan positif kepada pemerintah. Tak sekedar
kritik, juga memberikan solusinya
Biar kondisi energi yang sudah
lampu kuning tidak menjadi lampu
merah, apa yang harus dilakukan?
Sekarang ini energi masih diletakkan di level bawah. Padahal seharusnya diletakkan sebagai top of business.
Paradigma berpikirnya harus energi,
energi, dan energi. Sekarang ini banyak kebijakan yang tidak match.
Misalnnya, kebijakan low cost green car.
Dari persepsi perindustrian menambah lapangan kerja, tapi tidak dihitung
dampaknya pada energi. Sudah diberi
intensif pajak, tetap makan BBM
subsidi. Sekarang Pertamina diminta
menggantikan mulut selang. Kenapa
tidak dipikirkan dari awal. Lagipula,
jika betul green car tidak mungkin low
cost karena ini menyangkut teknologi.
Subsidi adalah persoalan
laten yang tak pernah selesai.
Tiap tahun angkanya terus membengkak. Solusi apa yang Anda
tawarkan?
Subsidi harus dikurangi bertahap.
Dari yang 300 triliun yang dibayarkan
untuk subsidi, sebagian besar, misalnya 200 triliun dialihkan untuk
membangunan infrastrtktur, misalnya
mass rapid transportation. Rakyat
pasti happy, semua lapisan bisa menikmati. Sekarang subsidi BBM hanya
dinikmati golongan tertentu.
Biar tidak ribut setiap tahun,
yang harus dilakukan pemerintah
adalah mematok subsidi, berapa
subsidi yang diberikan tiap liter.
Kalau sudah dipatok tinggal diatur
volumenya berapa. Dengan harga
yang dipatok, tidak akan terpengaruh harga minyak. Angkanya akan
tetap seperti direncanakan semula
Banyak yang beranggapan
DEN itu seperti macan ompong ?
Sifat pengawasan DEN tidak seperti DPR, Kita hanya memberikan
rekomendasi. Jika ada kebijakan
Energi yang salah, kita tunjukkan,
berikut dengan usulan perbaikannya. Tapi harus kita akui bahwa itu
memang belum optimal dilakukan.
Saya dan teman-teman mencoba
membangun suasana baru. Kita coba
benahi apa yang masih kurang, baik
di dalam maupun yang diluar .
Apa yang krusial yang
harus dibenahi?
Keanggotaan DEN itu terbagi
menjadi AUP yang terdiri atas tujuh
VOLUME 10
TAHUN I
25
W A W A N C A R A
menteri, dan AUPK yang dipilih
DPR. AUP ini karena kesibukannya
dalam rapat kerap hanya diwakili
eselon I, Tapi arena bukan AUP, mereka tak bisa membuat keputusan.
Karena kesebukan kita bisa memahami jika para eseon I tak langsung
melaporkan dinamika yang terjadi
di DEN sehingga keputusan tak
cepat dieksekusi. Agar lebih efektif
tentunya harus dipikirkan mekanisme yang paling baik seperti apa.
Itu, para pemangku kepentingan
panas bumi mempercayainya untuk
menjabat sebagai Ketua Umum
Asosiasi Panas Bumi Indonesia
Sesuai Dengan Kebijakan
Energi Nasional (KEN) pada 2025
Panas Bumi harus terbangun
sekitar 9. 500 MW. Menurut Anda,
apakah target ini bisa dipenuhi ?
KEN itu sudah disetujui DPR
sehingga harus dilaksanakan. Kita
lihat target tinggal 11 tahun lagi. Kita
akan bongkar lagi, dalam pengertian
kenapa dulu teman-teman menargetkan angka-angka tersebut pasti
ada rasionalisasi, disertai langkahlangkah bagaimana mencapainya.
Khusus panas bumi, saya pesimistis
Indonesia. Jangan tanya ke bule.
Kalau mereka pasti akan jawab sesuai
teori ini-itu yang bisa dikembangkan
ya 28 ribu MW. Padahal, kita orang lapangan punya hitungan yang berbeda.
Banyak orang beranggapan pengembangan panas bumi
di Indonesia tertinggal dari negara lain, termasuk Filipina?
Sama dengan Malaysia, Filipina
itu belajar ngebor dari Indonesia
(baca Pertamina –red). Kalau di sana
perkembangannya lebih cepat ka***
rena disana tak ada alternatif sumber
DARI Pertamina, Abadi sebenarenergi lain. Mau tak mau mereka
nya sudah pensiun empat tahun lalu.
harus fokus pada pengembangan
Abadi mulai masuk pada 1983, setepanas bumi. Sementara kita masih
lah selama lima tahun mengabdikan
punya minyak, gas, batubara dan yang
dirinya sebagai PNS di Kementrian
lainnya. Jadi di kita mungkin ada yang
Perindustrian, yang saat itu masih
masih berpikir pakai aja yang sudah
bernama Departemen Perindustrian.
jelas daripada mengembangkan sumBekerja di Departemen Perindusber energi baru. Tapi paradigma ini
trian sebetulnya sesuai dengan latar
harus diubah. Harus terus menerus
belakang pendidikannya di Jurusan
dibangun kesadaran bahwa kita
Teknik Matalurgi, ITB, Abadi bekerja
sudah tak kaya minyak lagi. Kasihan
di Balai Besar Metal dan Logam. Dia
anak cucu kita nanti tak kebagian.
pindah ke Pertamina yang diangMinyak habis, sementara sumber
gapnya menjanjikan masa depan
energi lain tak sempat dikembangkan
lebih baik. “Saat itu yang membuTapi bukan berati perkemtuhkan tenaga metalurgis adalah
bangan panas bumi stagnan kan?
Pertamina Geothermal, ” ujar Abadi.
Ada yang polsitif dari panas
Pertamina betul-betul menyiapbumi, Pemerintah (ESDM) sekan dirinya untuk menjadi seorang
lalu open mendengar masukan dari
geothermalis. Untuk meningkatkan
akan tercapai, Tapi saya apresiasi
Asosiasi. Kolaborasi ini yang penting.
kemampuannya, dia disekolahkan
yang sudah dikerjakan teman-teman Selama bisa koordinasi, progrees
di Auckland, Selandia baru, khusus
anggota DEN periode sebelumnya,
pasti akan dicapai. Kita usulkan
untuk mendalami panas bumi. Di
Visi itu harus setinggi langit.
berbagai hal mulai dari soal tarif
Dunia ini, tak banyak Perguruan
Menurut Anda, dengan
sampai regulasi. Kita sampaikan
Tinggi yang khusus menawarkan studi segala problema yang dihabeberapa hal dari UU yang perlu
panas bumi, Hanya ada di dua tempat. dapi Panas Bumi, berapa yang
direvisi karena tak mungkin diekSelain di Auckland juga di Eslandia.
bisa dibangun pada 2025?
sekusi. Misalnya, soal geothermal
Kedua negara tersebut, terutama
Yang realistis, menurut saya seki- fund yang tadinya ditujukan untuk
Eslandia memang paling terdepan
tar 6.500 sampai 7.000 MW. Sekarang mempercepat pengembangan panas
dalam memanfaatkan Panas Bumi.
ini banyak yang salah kaprah soal
bumi. Meski butuh, pengusaha tak
Dengan ditunjang pendidikan
panas bumi. Orang selalu menyebutada yang berani mengambil kaplus pengalaman panjang di lanyebut angka 28 ribu MW panas bumi rena di situ dipersyaratkan proven
pangan, Abadi sangat paham sisik
yang bisa dihasilkan di Indonesia.
reserve. Padahal, ngebor tiga sumur,
melik panas bumi. Dia bisa menguPadahal itu baru angka potensi, belum misalnya belum tentu dapat uap.
raikan dengan sangat detail problem- cadangan. Saya kira yang sudah bisa
Kalau di Migas untuk pengeprobloem yang dihadapi dalam
disebut cadangan sekitar 16.000.
boran greenfield, sukses rasionya
pengembangan energi Panas Bumi
Itupun tak semua dikembangkan.
sekitar 30%. Bagaimana untuk
di tanah air. Dengan jejak panjang
Silakan tanya ke ahli-ahli panas bumi panas bumi ?
Saya kira yang
sudah bisa
disebut cadangan
sekitar 16.000.
Itupun tak semua
dikembangkan.
Silakan tanya ke
ahli-ahli panas bumi
Indonesia. Jangan
tanya ke bule.
26
TAHUN I
VOLUME 10
TATA N A G U S R S T.
Abadi Poernomo (Kiri) bersama Direktur Utama Pertamina Karen Agustiawan
saat meninjau Kamojang.
Geotehrmal sama sekitar 33 %.
Cuma di kita, kerap yang dijadikan
referensi itu Kamojang, sehingga
sukses rasio untuk penentuan tarif
sekitar 55%. Padahal, Kamojang
itu the best field in the world. Di
Indonesia sulit mendapat lapangan
dengan kualitas seperti itu. Begitu
kita turunkan, mengikuti best practices, sukses ratio 30 %, PLN gak
mau karena otomatis harga akan
naik. Pencarian uap panas bumi
tak sesederhana yang dipikirkan
orang. Banyak yang beranggap-
an begitu ada air panas dan ada
uap mengepul, panas bumi bisa
dikembangkan. Padahal belum
tentu. Yang kita ingin kan itu adalah
temperatur uap di atas 220 derajar
celcius sehingga terangkat ke atas.
Kurang dari itu tak bisa diangkat.
Soal tarif panas bumi yang
kerap menjadi ganjalan antara
PLN dan Perusahaan. Akar masalahnya sebenarnya dimana ?
PLN sebagai persero harus tunduk pada UU BUMN dan UU PT.
Di situ disebutkan setiap persero
harus menghasilkan laba. Kalau
suatu produk dibeli di atas harga
jual. PLN akan disalahkan dan akan
menjadi subjek pemeriksaan KPK
dan BPK. Karena ini PSO, setiap kenaikan pembelian di atas harga jual,
PLN tak bisa memutuskan sendiri.
Dia harus mengemis ke Kementrian
Keuangan. Di lain pihak Kementrian
Keuangan tidak mau dan menyuruh
PLN untuk menekan harga lagi,
Sementara perusahaan tetap minta
return yang tinggi karena panas bumi
membuthkan karena investasinya
besar dengan resiko tinggi. Kalau ada
satu perusahaan ngebor satu sumur
sudah dapat 40 MW, ya untungnya dia. Tapi tak bisa digeneralisasi
untuk semua lapangan begitu
Kamojang sepertinya sering dijadikan benchmark untuk
penentuan tarif panas bumi ?
Teman-teman di ESDM dan
PLN sebetulnya sudah sepaham.
Pengembangan panas bumi tak
bisa mengacu ke Kamojang karena
karakteristiknya berbeda. Cuma
Kementrian Keuangan yang masih
berbeda pendapat. Ketika PLN
mengemis untuk meminta persetujuan untuk pembelian listrik
di atas harga jual, mereka langsung
teriak kemahalan dan menunjuk
Kamojang sebagai perbandingan
Solusi yang Anda tawarkan apa ?
APBN harus mencantumkan subsidi untuk EBT, Sekarang ini subsidi
itu hanya didefinisikan untuk subsidi
BBM dan subsidi listrik. Tak perlu
anmggraan baru. Cukup diambil
dari subsidi BBM dan subsidi listrik.
Dengann dicantumkan subsidi untuk
EBT, PLN tak harus lagi mengemis
lagi karena pos anggarannya sudah
ada. Kita juga mengusulkan soal
PSO itu di atur badan layan umum
(BLU), tidak seperi sekarang. Di
satu sisi PLN dan P:ertamina itu
berstatus PT yang harus mengejar
laba, di sisi lain juga harua menjalankan penujgasan PSO.
VOLUME 10
TAHUN I
27
R
A
N
A
Aksi Ribut Cs Pindahkan Rusa
Teks dan Foto: Tatan Agus RST.
S
AAT Ribut bertepuk tangan, puluhan rusa itu muncul dari balik semak-semak dan membuntuti lelaki
tua dengan karung dipunggung, dia berbagi gigitan
singkong dengan rusa-rusa itu.
Tepukan itu pertanda jam makan, sudah sekitar limabelas tahun Ribut (56) di wana wisata Maliran, Blitar, Jawa
Timur ini merawat rusa jawa, dari jumlah 23 ekor hingga
kini 70 ekor.
28
TAHUN I VOLUME 10
Hari itu Ribut punya misi menangkap 6 ekor untuk dipindahkan ke kandang baru di Parengan, Malo, buah kerjasama
konservasi Aset 4 Pertamina EP dengan Perhutani Parengan
di Malo. Dengan dibantu Kemad, Jumani, dan Trianto, empat
sekawan ini menyiapkan teknis penangkapannya.
Mereka memilih penangkapan secara konvensional, teknis ini dianggap paling tepat, karena tanpa menggunakan
pembiusan, tetapi lewat pendekatan para pawangnya.
Jawa
VOLUME 10 TAHUN I
29
R
30
A
N
A
TAHUN I VOLUME 10
VOLUME 10 TAHUN I
31
W I S A T A
A
HELLO
OSAKA!
KONICHIWA
KYOTO!
“From the splendour of a Kyoto geisha
dance to the spare beauty of a Zen rock
garden, Japan has the power to enthrall
even the most jaded traveller.” –
Chris Rowthorn, Lonely Planet Writer.
Teks & foto: Juhri Selamet
32
TAHUN I
VOLUME 10
WAL  lalu,
saya memasukkan Jepang dalam
list negera pertama
yang akan saya kunjungi di tahun .
Negara ini menyusup ke memori
saya sejak kecil, selain Belanda. Dua
negara yang dihadirkan buku sejarah sebagai penjajah. Seiring dengan
waktu, “saudara tua” menampilkan
wajahnya yang lain: keperkasaan ekonomi, eksotisme sakura, kepahlawanan samurai seperti direkam dengan
sangat bagus oleh novel Musashi
ataupun film The Last Samurai yang
dibintangi Tom Cruise, cita rasa
kuliner tinggi seperti sushi dan
sashimi yang menari-nari di lidah,
sampai kartun Manga dengan mata
besarnya yang menjadi idola anak
muda. Semuanya menggoda saya, negeri itu terasa menjadi sangat dekat.
Ah, ingin betul saya membaui negeri yang oleh orang-orang tua dulu
suka dibahsakan sebagai Jepun itu.
Saya browsing dan membooking
tiket pesawat, saya mencari akomodasi yang saya anggap strategis,
saya mempelajari ‘how to get there!”
ke semua tempat wisata yang ingin
saya kunjungi di Jepang. Minggu
ke-2 April, sedikit pamer di media
social Path yang berisi banyak rekan
kerja saja, saya Path, “Hello Osaka!”.
Saya di Kansai, menikmati kopi
pagi, dan hey, ini April adalah bulan
terbaik jika ingin melihat bunga
Sakura bermekaran di Jepang.
Berada di kota terbesar ke-3 di
Jepang; Osaka membuat saya sedikit
berdebar-debar. Berpikir, oh kenapa
saya tidak membaca manga yang ada
setting kota Osaka atau oh kenapa
saya tidak menonton film yang dilatari
Osaka. Tetapi semua debaran menjadi
dramatis ketika saya naik Kareta,
ISTANA OSAKA
OSAKA Castle atau Istana Osaka
dikelilingi oleh sungai dan taman.
melintasi lapangan-lapangan baseball, Dari gerbang masuk, pengunjung
melihatpohon-pohon Sakura di Osaka. dimanjakan dengan pohon-pohon
Semua terasa familiar. Saya adalah ge- cantik dan bunga-bunga sakura
nerasi yang besarbersama manga, saya yang berumpal-gumpal. Masyarakat
seperti mengunjungi tempat-tempat
ber-hanami di bawah-bawah pohon
yang saya mimpikan dimasa kecil dulu. Bunga Sakura ini, memanggang daOsaka, Kyoto, Tokyo dan Nagoya ging, meminum sake, bernyanyi.
adalah 4 kota target saya selama di
Osaka-Jo, dulunya dimanJepang. Dan saya punya waktu 9 hari faatkan sebagai istana sekalidengan target tidur maksimal 6 jam
gus benteng dari zaman Azuchi
per hari. Pertualangan saya di Jepang Momoyama hingga zaman Edo.
akan menguras lemak di perut saya
Padatahun 1496, pendetabudhayyang selama ini duduk di depan com- ang bernama Rennyo membangun
puter. Nah, traveling itu menyehatkan rumah kediaman pendeta di lokasi
bukan? Tidak perlu diet, jika ingin
yang bernama Osaka (tanjakan
kurus, traveling saja. Bawa peta, ikuti besar). Pendeta Rennyo yang memtransportasi umum, kemudian lengpunyai banyak pengikut kemudian
kapi jalan kaki. Dan ya, Budayajepang memperluas rumah kediamannya
yang teratur, hidup sehat, rajin
menjadi kuil besar bernama Osaka
berolah raga patut di acungi jempol.
Honganji (Ishiyama Honganji).
VOLUME 10
TAHUN I
33
L AT I T U D E S . N U
W I S A T A
Di zaman Sengoku (tahun 1583),
Oda Nobunaga membangun istana di
lokasi yang menempati reruntuhan
kuil Osaka Honganji. Pada waktu
itu, benteng utama (Honmaru) yang
dibangundaribatu-batubesar diselesaikan dalam waktu satu setengah
tahun. Istana ini kemudian dinamakan Istana Osaka. Pada abad ke-17,
pemukiman pendudukyang berlokasi
di sekitar Istana Osaka berkembang
34
TAHUN I
VOLUME 10
menjadi sebuah kota, yang kemudian
menjadi semakin luas hingga dijadikan sebuah prefektur di abad ke-19.
Jika ingin masuk kedalam istana
Osaka ini pengunjung membayar 500
yens. Ada banyak yang bisa di ekplorasi
dari lantai terbawah hingga puncak
istans yang pengunjung dapat melihat
kota Osaka dari atas. Nah jika lapar, di
halaman istana ada kios-kios penjual
makanan khas jepang seperti mie
ramen. Dan juga, adatoko souvenir
sampai tempat untuk memanah.
Selesai mengunjungi Istana Osaka,
saya bergegas naik kereta menuju Kyoto.
Dengan jarak tempuh kurang lebih 1
jam dari pusat kota Osaka, saya sampaike Kyoto Central Station. Inilah kota
terfavorit saya di Jepang, saya langsung
jatuh hati dengan budaya tradisonal
Jepang yang masih sangat kental di
Kota ini. Kyoto memiliki bunga-bunga
sakura yang menawan, kuil-kuil tua
yang megah, Meiko anggun di Gion.
Sulit untuk menahan hasrat saya untuk
tinggal lebih lama di Kyoto dan menyusuri setiap jengkal kota antic ini.
Pilihan saya sangatlah tepat dengan menginap di area Gion, saya
mempatrikan Gionadalahtempat
central budaya di Kyoto. Nah di Kyoto,
kita tidak bisa mengandalkan subway.
Ilmu sakti yang harus dikuasai untuk
menaklukkan Kyoto adalah route BUS.
Dengan Kyoto Bus Maps saya mendatangi destinasi menarik di Kyoto,
dari Kuil Fushimi hingga Ginkaku-ji.
Fushimi Inari Taisha adalah kuil
Shinto yang berada di Fushimi-ku,
Kyoto, Jepang. Kuil ini merupakan kuil
pusat bagi sekitar 40. 000 kuil Inari
yang memuliakan Inari. Kuil utama
(honden) terletak di kaki Gunung
Inari, dan tanah milik kuil mencakup
gunung yang tingginya 233 meter.
Di kuil ini dimuliakan Ukanomitama
bersama pendampingnya, Satahiko
no Ōkami, Ōmiyanome no ōkami,
Tanaka no ōkami, dan Shi no ōkami.
Inari dipercaya sebagai dewa pertanian,
sehingga kuil ini dipercaya membawa
berkah bagi panen palawija, kesukesan
dalam perdagangan bisnis, dan keselamatan di bidang transportasi.
Terowongan torii berwarna orange
yang panjang menuju puncak gunungini sangat terkenal di Fushimi, pernah
menjadi setting film terkenal garapan
Rob Marshall “Memoirs of a Geisha”.
Saya tidak puas dengan traveling
saya yang singkat di Jepang. Saya punya
daftarpanjangtempat di Jepang yang
belum sempat saya kunjungi. Saya memiliki niat dan keyakinan kuat bahwa
di masa mendatang saya akan kembali
berkunjung keJepang. Sayayakin, hubungan baik Indonesia dan Jepang
berbuah manis, daribanyaknyapenerbangandaritanah air menuju Jepang
dengan berbagai tingkatan harga yang
manapelancong bisa menyesuaikan
dengan kantong masing-masing sampai harapan besar saya, WNI bebas
VISA Jepang. Pada tempat-tempat
yang saya kunjungi itu, saya tak
ingin mengucapkan sayonara.
VOLUME 10
TAHUN I
35
C
S
R
Kelompok C-73, kelompok binaaan CSR Pertamina EP Field Tambun.
DARI WISATA ALAM SAMPAI
SRIKANDI KHAYANGAN
E
KONOM dan peraih nobel Jeffrey Sach
sempat mengingatkan tentang jebakan
SDA. Negara-negara yang kekeyaan
SDA-nya melimpahm menurut dia kerap
terlena dan malas sehingga masyarakatnya kerap lebih miskin dibandingkan negara yang tidak mempunyai SDA. Pernyataan Jeffrey
Sach ini dikuatkan dengan penelitian Acemoglu dkk
yang diungkap dalam buku Why Nation Fail, “Negara
yang institusi politik-ekonominya bersifat inklusif cenderung berpotensi untuk menjadi negara kaya.
Sementara negara yang institusi politik-ekonominya bersifat ekstraktif, cenderung tinggal menunggu
waktu untuk terseret kedalam jurang kemiskinan,
instabilitas politik dan menjadi negara gagal”
Bom waktu seperti itu disadari betul oleh manajemen Pertamina EP. Untuk itulah, di setiap wilayah
operasi didesain program-program pemberdayaan masyarakat berkelanjutan. Harapannya, jika minyak sudah
kering, masyarakat punya alternatif sumber penghasilan
36
TAHUN I
VOLUME 10
baru. Berikut kami tampilkan program CSR di Tiga
Lapangan Minyak yang dikelola PT Pertamina EP:
MELIRIK WISATA ALAM LIRIK
PERNAH dengan Derendan? Ini adalah buah asli
Bengkalis, Riau. Bentuknya mirip duku atau langsat.
Tapi kulitnya lebih tipis dan liat. Rasanya pun lebih
manis. Buahnya kerap digayuti semut saking manisnya.
Jika Puan dan Tuan ingin melihatnya, silakan mampir
ke Kawasan CSR Pertamina Terpadu-Program PPMP
Field Lirik yang baru diresmikan pertengahan Juni 2014.
Lokasinya mudah di jangkau, terletak di pinggir jalan lintas Timur Sumatera.
Selain buah langka, kawasan ini dilebati ribuan pohon
berdaun rimbun seperti trembesi, sungkai. Mahoni, dll.
Tak syak lagi kawasan ini menjadi salah satu andalan untuk
membentengi penipisan lapisan ozon. Di lokasi ini juga
pada 2015, menurut Field manager Lirik Heru Irianto akan
ditangkarkan satwa langka.
BANDENG MADE IN TAMBUN
LIMA perempuan setengah baya ini punya base camp, seperti layaknya remaja. Halaman belakang rumah Mat Nio
menjadi tempat rendezvous, Tapi bukan untuk bergosip.
Meski diselingi canda tawa, tangan mereka sigap membersihkan ikan bandeng, kemudian memasukkannya ke
mesin giling.
Mereka adalah Ibu Mat Nio, Ibu Sawitem, Ibu Uryati,
Ibu Sarmi, Ibu Rumsinah, dan Ibu Mat Nio, pengelola kelompok home industry Bandeng C73 yang memproduksi
makanan olahan berbahan dasar bandeng. Dalam sebulan,
150 kg ikan bandeng segar mereka olah menjadi produk
makanan unggulan mereka yakni sate bandeng, presto
dan sarden bandeng.
Sebelumnya, mereka adalah ibu rumah tangga biasa
yang beraktivitas seperti perempuan pada umumnya di
Dusun Cisoma, Desa Tambaksari, Kabupaten Karawang
yang mengisi hari-hari dengan mengasuh anak, memasak dan mengurus rumah. Hingga pada tahun 2011, PT
Pertamina EP menggerakkan mereka untuk meningkatkan kapabilitas diri dengan melakukan pembinaan kepada
masyarakat rentan seperti perempuan agar bisa produktif
menghasilkan pundi-pundi rupiah untuk menambah pendapatan keluarga.
Pertamina EP menyadari, sebagai perusahaan yang
menjalankan usaha di bidang eksplorasi, eksploitasi serta
produksi minyak bumi dan gas alam dalam memenuhi
D O K . P E R TA M I N A E P
Kawasan CSR ini didesain menjadi kawasan terpadu.
Selain wisata alam juga menjadi tempat pelatihan perikanan
karamba untuk 17 Desa se-Kecamatan Lirik, dengan jumlah
anggota 34 orang, olah raga dan perdagangan. Untuk perdagangan menjual produk-produk binaan CSR Pertamina
dan penjualan produk masyarakat umum lainnya.
Tempat Wisata alam ini juga dijadikan sebagai tempat
edukasi mencintai lingkungan untuk masyarakat mulai
dari tingkat TK, SD, SMA, dan masyarakat umum lainnya. Dengan demikian seluruh masyarakat akan langsung
merasakan di wisata alam tersebut apabila kita dapat
merawat lingkungan, maka udara yang kita rasakan sangat
sejuk dan bersih seperti di lokasi wisata alam tersebut.
Untuk memperkenalkan lingkungan bagi anak-anak
usia dini yaitu tingkat TK (taman kanak-kanak), maka di
kawasan wisata alam ini juga tersedia berbagai macam
permainan anak-anak, sehingga anak-anak usia dini diberikan pemahaman terhadap lingkungan diimbangi dengan
bermain.
Diwilayah sekitar wisata alam terdapat galeri CSR
Pertamina Lirik. (Masih dalam satu kawasan CSR pertamina Terpadu-Program PPMP), Galeri tersebut akan
menampilkan proses operasi perusahaan dan hasil-hasil
produk CSR Pertamina.
hajat hidup orang banyak, rentan bersinggungan dengan
isu sosial dan lingkungan. Oleh karena itu, PT Pertamina
EP memiliki komitmen tinggi dalam menjaga keharmonisan antara kepentingan perusahaan dengan keseimbangan
ekosistem dan masyarakat. Salah satunya melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), dimana PT.
Pertamina EP Asset 3 khususnya Tambun Field secara
berkelanjutan turut mendorong peningkatan kesejahteraan
masyarakat di wilayah operasi ring I, seperti yang telah dilakukan di Dusun Cisoma.
Dusun Cisoma merupakan desa yang mayoritas
penduduknya masih berada di bawah garis kemiskinan.
Pendapatan masyarakat sekitar berasal dari hasil buruh
tani, hasil tambak, berdagang, dan jasa pengupasan
udang, dengan nominal berkisar Rp 300. 000 hingga Rp 1.
000. 000 per bulan, dan itu pun tidak pasti. Kebanyakan
masyarakat tidak memiliki keterampilan berusaha, modal
yang terbatas dan pendidikan yang rendah.
Padahal jika dilihat dari sisi geografis, Desa Tambaksari
merupakan desa yang menyimpan potensi besar sebagai
penghasil bandeng serta udang terbesar. Akan tetapi, prospek cerah di bisnis perikanan ini hanya dikuasai oleh pemilik
modal yang kuat, sedangkan masyarakat lokal menjadi termarginalkan. Dengan adanya kesenjangan ini, PT Pertamina
EP Tambun Field tergerak untuk mengembangkan perekonomian masyarakat lokal, terutama masyarakat yang tinggal
berdekatan dengan wilayah operasi perusahaan.
Pengembangan masyarakat itu didesain berkelanjutan. Tahap awal ialah pembangunan infrastruktur dan
pengetahuan sumber daya manusia melalui pelatihan serta
pembentukan kelompok usaha olahan makanan untuk
memupuk anggota binaan menjadi solid. Diikuti dengan
peningkatan produktifitas dan kualitas serta kemampuan
entepreneurship dan inovasi produk. Ke depannya, akan
dibentuk Kelompok Usaha Bersama (KUB) sebagai sentra
olahan ikan bandeng. Tak hanya berhenti disitu, pada
tahun 2015 mendatang PT Pertamina EP Tambun Field
akan menyusun strategi lanjutan yakni melalui pembentukan koperasi untuk memenuhi kebutuhan kelompok
hingga titik kulminasinya ialah terbentuknya kemandirian
masyarakat. (pramantiputri)
VOLUME 10
TAHUN I
37
C
S
R
Menunggu
Srikandi
Khayangan di
Media Sosial
“Jumlah anggota sudah bertambah, dari yang semula 20
menjadi 30 orang, Ibu Rumah Tangga dan siswa lulusan
SMAmenjadianggota Kami, pengembangan usaha dan
berbagi ilmu adalah mimpi Kami”, ujar Ratna, Ketua
Kelompok Srikandi Khayangan.
Cita – cita mulia lain dariKelompokSrikandi Khayangan
ini adalah memperkenalkan sulam pita payetagar menjadi
produk unggulan khas daerah khususnya untuk Sumatera
Utara, salah satu upaya yang telah ditempuh adalah mengikuti
kegiatan Pekan Raya Lingkungan Hidup tahun2012 di
Universitas Sumatera Utara dan Pameran Internal Perusahaan
tahun 2013.
“Walau motif sulam pita dan payet di Indonesia
beragam, tapi motif Melayu cukup digemari di pameran ini,
ada beberapa permintaan selama pameran berlangsung.”
ERIUHAN tawa dan canda para Srikandi
Saat ini Srikandi Khayangan masih terus dikuatkan baik
di Pusat Pemberdayaan Masyarakat
secara kemampuan, keterampilan, hingga keorganisasian.
Pertamina (PPMP) Pangkalan Susu
Inovasi yang dikembangkan oleh kelompok Srikandi
menjadi pengisi waktu di sore hari itu
Khayangan antara lain pemanfaatan pakaian bekas dan kain
Tampak beberapa remaja dengan serius
perca menjadi suatu produk yang memiliki nilai. Limbah
memperhatikan para Ibu di sampingkonveksi yang berasal dari para penjahit di Pangkalan Susu
nya memasang pita payet dan aksesoris ke atas kain
mereka kumpulkan untuk kemudian dimanfaatkan sesuai
yang akan disulap menjadi sarung bantal, sesekali berproduk yang akan mereka hasilkan, seperti tas, bros, kalung,
tanya ini dan itu sambil mengangguk tanda mengerti.
Sekolompok wanita umur 20 – 40 tahun ini adalah salah dan lain sebagainya.
“Kami sadar bahwa barang bekas pun memiliki nilai jika
satu kelompok binaan PT Pertamina EP Pangkalan Susu
bisa dimanfaatkan dengan baik, walau hasilnya belum
dengan sebutan Srikandi Khayangan. Pada awalnya
maksimal tapi Kami masih terus berkreasi agar
Perusahaan bekerjasama dengan Yayasan Srikandi Medan
mendapatkan hasil yang maksimal, upaya Kami terus
mengadakan Pelatihan Pemanfaatan Limbah Konveksi,
berkembang untuk menjadi lebih baik”.
Sulam Pita, dan Payet pada 20 Juni 2012, kegiatan ini
Sulam pita dan payet memang belum terdengar popular
menjaring 16 peserta yang memiliki latar belakang sebagai
di kalangan masyarakat, upaya mereka tidak berhenti
penjahit di Kelurahan Bukit Jengkol, Kecamatan Pangkalan
sampai di sini saja.
Susu.
“Kami ingin Ibu Negara bisa pakai produk sulam pita
“Kami memilih peserta yang berprofesi sebagai penjahit
agar mereka lebih mudah menangkap materi yang diberikan Melayu buatan kami, bukan hanya batik saja tapi Sulam
Melayu, Kami juga berencana mendaftarkan diri ke Dinas
selama seminggu penuh, serta mampu merekrut tenaga
Koperasi sebagai UKM di Pangkalan Susu”, ujar Maulida,
lainnya menjadi bagian dari pengembangan program”, ujar
salah satu anggota Srikandi Khayangan.
Victorio, Staff CSR.
Kelompok Srikandi Khayangan paham, bahwa perlu
Dua tahun perjalanan kelompok ini bukanlah tanpa
hambatan, bukan hal mudah untuk dapat memperkenalkan usaha yang keras untuk memasarkan produk buatan tangan
sulam payet khas Melayu ini, semangat para Srikandi untuk terampil mereka, walau masih sebatas pemasaran door to
terus berinovasi menciptakan kreasi baru terus bertumbuh, door, produk mereka mulai di kenal oleh masyarakat
kesulitan hasil pemasaran dan modal menjadi hambatan lain Pangkalan Susu. “Tunggu produk kami hadir di media sosial,
ya,” tutup Maulida.
berkembangnya usaha ini.
K
38
TAHUN I
VOLUME 10
A P A
&
S I A P A
Daniela
PERUNTUNGAN
KOLUMBIA
M . J E T S E T. CO M . CO
K
ICK off Piala Dunia
belum bergulir,
Kolumbia sudah
jadi “juara”. Daniela
Ocoro, dara jelita
dari negara tersebut ditahbiskan sebagai Miss World
World Cup Brasil . Seperti
Piala-piala dunia sebelumnya, untuk
menyambut perhelatan akbar tersebut digelar kontes kecantikan yang
diikuti oleh perwakilan negara-negara yang ikut dalam perhelatan
empat tahun-an tersebut. Tahun ini
kontes dilangsungkan di Jerman.
Daniela, 25 tahun
menyingkirkan 31 orang wanita
cantik yang jadi pesaingnya. Berada
di tempat kedua adalah wakil
Amerika Serikat, Felicia Kitchings.
Sementara Laritza Parrag dari Ekuador
menempati peringkat ketiga. Selain
cantik, Daniela juga pintar.
Pengetahuannya tentang sepakbola
juga di atas rata-rata peserta lain.
Tanpa bermaksud jumawa,
Daniela mengaku senang bisa
mengalahkan para pesaingnya di
ajang tersebut. Ia pun berharap
negaranya bisa meraih hal serupa
dengan apa yang telah ia raih saat
ini.
“Saya amat bangga
dengan gelar ini, dan saya
yakin Kolombia akan
menjadi juara dunia,”
ungkap Daniela yang
tercatat sebagai
mahasiswa di salah satu
Perguruan Tinggi di
negaranya dengan
bidang studi yang serius:
arsitektur, dengan
kekhususan pada desain
bangunan ramah lingkungan.
Bagi Kolumbia, Daniela Ocoro
adalah peruntungan kedua. Yang
pertama saat dilakukan
pengundian pembagian grup.
Kolumbia masuk grup C yang
relatif ringan dibandingkan grop
lain. Meski mewakili empat
benua, yang tergabung dalam
grup ini adalah negara-negara
yang tak punya “darah biru”
piala dunia, kolumbia yang
mewakili Amerika Selatan akan
bersaing dengan Yunani dari
Eropa, Pantai Gading dari Afrika
dan Jepang dari Asia. Banyak
pengamat memprediksi
Kolumbia akan lolos dari fase
grup. Akankah peruntungan lain
bakal menghampir Kolumbia?
VOLUME 10
TAHUN I
39
L E N S A
A S E T
PERTAMINA EP Asset 1 Field Ramba gelar syukuran tajak sumur Mangunjaya AA-10 di desa Beruge
Kecamatan Babat Toman (21/05). Acara tersebut dihadiri unsur pemerintah ,tokoh masyarakat dan masyarakat
di desa Beruge. “Field Ramba menargetkan pada tahun
2014 ini dapat mencapai 7.119 Bopd dan tajak sumur ini
adalah salah satu upaya dalam mempercepat pencapaian
itu” ungkap Safril Syarif selaku Asman WO/WS.
Penajakan yang rencananya berlangsung selama 16 hari
tersebut ,menggunakan Rig PDSI Nt-45 berkekuatan 550
HP. “ Untuk kegiatan rencananya 10 hari untuk pengeboran
dan sisanya untuk tes produksi, dengan target yang diharapkan mencapai 60-70 Bopd “ ujar Yoyok Sukaryo selaku
Company Man usai kegiatan syukuran dan penyerahan santunan bagi siswa kurang mampu di lokasi MJ AA-10.
Sementara itu, Field Manager Ramba Bustanul Fikri
melalui Asman Legal & Relation Yuniawan H menjelaskan
bahwa direncanakan akan ada tiga pengeboran dalam
tahun 2014 ini. “ Untuk tahun ini, setelah sumur MJ
AA10 akan berlanjut ke sumur MJ AA-3 dan sumur BN
AA-16 di wilayah Bentayan. Kita harapkan dukungan dan
doanya dari segenap masyarakat agar target pengeboran
dapat tercapai “ pungkasnya
Ramba merupakan lapangan alih kelola yang kembali
bersinar. Pertamina EP mengambil alih dari. TAC-P Elnusa
Tristar Ramba Ltd pada tanggal 16 Oktober 2010. Saat
itu produksinya hanya 3.313 bopd. Setelah ditangani
Pertamina EP, produksinya melonjak lebih dari seratus
persen, mencapai angka 7.000-an
General ManagerAsset 1, Irwansyah menyebutkan
bahwa kinerja Field Ramba, sangat mempengaruhi kinerja Asset. Saat ini Produksi Asset 1 secara keseluruhan
baru mencapai 97 persen. “Ini lampu kuning bagi Asset
1, “ ujarnya. Ia meminta setiap Field, terutama Field
Ramba diminta terus memacu peningkatan jumlah produksinya. “Mari kita membuat komitmen untuk terus
bekerja keras, cerdas dan ikhlas, terutama dari segi produksi, banyak yang perlu kita lakukan.”
Menurut Irwansyah, untuk hasil yang lebih, diperlukan pula usaha yang lebih, “jika kawan-kawan di Lapangan
memerlukan sesuatu, jangan ragu-ragu untuk meminta
bantuan ke Asset 1, “ ungkapnya. Ia mengatakan tugas
tugas Assset untuk memberikan support bagi rekan-rekan
di Field dalam menyelesaikan permasalahan. “ Fokus
rekan-rekan di lapangan adalah pada peningkatan kinerja
40
TAHUN I
VOLUME 10
D O K . P E R TA M I N A E P
BOR DI SINI
BOR DI SANA
Siap-siap mengebor sumur Benggala 02.
produksi” ujar Irwansyah
Masih di wilayah kerja Asset 1, pengeboran juga dilakukan Field Pangkalan Susu dengan pengeboran sumur
Benggala-02 di Desa Tanjung Jati, Kabupaten Langkat.
Pengeboran diawali dengan pelaksanaan tajak sumur,
Kamis (9/5).
Pangkalan Susu Field Manager, Dirasani Thaib
menjelaskan secara singkat tentang kegiatan pengeboran
yang dimulai dengan pemasangan casing, tubing dan pemakaian pahat bor. Kegiatan pengeboran akan berlangsung selama 122 hari dengan melibatkan 150 pekerja bor
dengan kedalaman 3.100 meter.
“Kami meminta doa dan dukungan agar kegiatan ini
dapat berlangsung dengan aman dan lancar, serta mendapatkan hasil yang menggembirakan.” ungkapnya.
Harapannya, pengeboran ini tentu dapat menambah cadangan minyak nasional yang diperkirakan habis sekitar sepuluh sampai 12 tahun mendatang, oleh sebab itu upaya pencarian cadangan minyak terus dilakukan, melalui survey seismik
sepanjang 1.000 km di Kabupaten Langkat yang menghasilkan rencana pengeboran baru di Kecamatan Besitang dan
Benggala-03 di Desa Mancang, Kecamatan Selesai.
“Pengeboran ini akan selalu mengedapankan aspek keselamatan dan lingkungan, tak lupa ucapan terimakasih untuk
Bupati Langkat dan jajarannya telah bekerjasama dalam
pengurusan Perizinan dan dukungan lain sehingga pengeboran Benggala 02 dapat berjalan.” Katanya ketika ditanya
D O K . P E R TA M I N A E P
Rantau Field Manager Agus Amperianto bersama Bupati Aceh Tamiang memberikan santunan kepada anak yatim sebagai salah
satu bentuk rasa syukur atas penajakan Sumur R-165TW.
tentang aspek keselamatan di daerah operasi.
Turut hadir dalam acara tersebut, Wakil Bupati
Langkat H. Drs Sulistianto beserta Pimpinan Satuan Kerja
Perangkat Daerah (SKPD), Muspida Langkat, Muspika
Kecamatan Binjai dan Kecamatan Selesai, jajaran tim
Managemen PT Pertamina EP serta masyarakat sekitar.
Dalam sambutannya, Wakil Bupati Langkat Drs.
H. Sulistianto, MSi. menyampaikan ucapan dari Bupati
Langkat yang merasa bangga dengan keseriusan insan
perminyakan atas upaya menambah pasokan produksi
migas di Kabupaten Langkat.
“Harapan kami semua, Langkat dapat kembali pada
zaman keemasan industri perminyakan Indonesia, melalui
keberhasilan tersebut diharapkan dana bagi hasil migas
dapat terus meningkat guna mengatasi defisit APDB
Langkat sebesar 120Milyar yang diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Langkat dan sebagai pendapatan daerah.”
Kegiatan eksplorasi dan produksi memang tidak lepas
dari peran aktif dan dukungan pemerintah setempat
maupun masyarakat sekitar daerah operasi Perusahaan.
Kegiatan yang dilaksanakan ini merupakan bagian dari
kepedulian terhadap masyarakat serta ungkapan syukur
atas dimulainya pengeboran baru yang diharapkan memberikan hasil untuk mengatasi krisis gas di Sumatera Utara.
Selain Ramba dan Pangkalan Susu, yang juga agresif
melakukan pengeboran adalah Field Rantau. Terakhir,
dilakukan penajakan Sumur R-165TW dilaksanakan di
Lokasi R-165TW Desa Alur Ccucur, Kecamatan Rantau,
Kabupaten Aceh Tamiang, sekitar 9 km arah Timur kota
Kuala Simpang, dan kegiatan tersebut merupakan penajakan RK (Rencana Kerja) tahun 2014 (5/5).
Lokasi R-165TW ini ditajak dengan menggunakan Rig.
Skytop milik PDSI (Pertamina Drilling Service Indonesia)
berkapasitas 450 HP hingga mencapai kedalaman akhir 834
mTVD (meter True Vertical Deep) dari lantai bor, dengan
jangka waktu pelaksanaan selama 27 hari kerja operasi.
Tujuan dari pengeboran ini adalah sebagai sumur
injektor (water flood) EOR Struktur Rantau khususnya
pada lapisan Z.600, kemudian Sumur R-165TW ini nantinya menjadi sumur P – 444.
Rantau Field Manager Agus Amperianto dalam
sambutannya mengharapkan dukungan dari pemerintah Daerah, seluruh lapisan masyarakat Kampung Alur
Cucur, Alur Manis dan Kebun Rantau yang berada dilingkungan operasional R-165TW untuk dapat bersama-sama mendo’akan dan mendukung terlaksananya kegiatan
pengeboran ini berjalan baik, dengan tetap memperhatikan keselamatan operasi dan lingkungan.
Kegiatan pengeboran R-165TW ini merupakan salah
satu upaya PERTAMINA EP untuk terus meningkatkan produksi secara organik dengan sejumlah inovasi,
sehingga dukungan dari para pemangku kepentingan diperlukan sebagai bentuk kerjasama simetris yang menguntungkan bangsa Indonesia ke depan, pungkas Agus
Amperianto mengakhiri sambutannya.
Bupati Aceh Tamiang Hamdan Sati dalam sambutannya mengatakan Pemerintah daerah Kabupaten
Aceh Tamiang sangat mendukung kegiatan operasi PT
Pertamina EP Field Rantau dalam upaya mencari Migas
untuk penambahan Devisa bagi Negara yang juga berdampak terhadap pendapatan daerah khususnya dalam
pembangunan Kabupaten Aceh Tamiang.
Pada kesempatan tersebut, dalam konteks kepedulian sosial kepada masyarakat dilingkungan PERTAMINA
EP memberikankan santunan kepada 150 orang anak
yatim piatu dan kaum dhuafa yang berdomisili di sekitar
lokasi Pengeboran R-165TW yang diserahkan langsung
oleh Field Manager Rantau Agus Amperianto bersama
Bupati Kabupaten Aceh Tamiang Hamdan Sati ST di
dampingi Muspida/Muspika dan Tim Manajemen. Selain
itu, diserahkan juga dua ekor sapi untuk disembelih dan
dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang berada
disekitar lokasi tajak.
VOLUME 10
TAHUN I
41
L E N S A
A S E T
MENGEMBALIKAN RUSA
JAWA KE HUTAN JATI
KESATUAN Pemangku Hutan ( KPH) Parengan, di Desa
Malo, Bojonegoro, Jawa Timur sejak Kamis 7 Mei lalu
lebih semarak dengan kehadiran enam ekor rusa jawa,
yang terdiri atas dua jantan dan empat betina. Hewanhewan itu lincah berlarian di kandang seluas 0,4 hektar
tersebut. Bagi warga sekitar ini menjadi pemandangan
unik. “Dulu masih banyak berkeliaran di sekitar hutan
jati. Sekarang sudah gak ada,” ujar Kepala KPH Parengan
Daniel Budi Cahyono.
Enam rusa Jawa yang dikenal dengan istilah Cervus
timorensis baru dipindahkan dari Wana Wisata Maliran,
Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Tempat ini sejak 1999
khusus menangkarkan Rusa Jawa untuk menyelamatkan
dari kepunahan.
Lembaga konservasi dunia (IUCN) memasukkan
status Rusa Jawa dalam kategori rentan punah atau vulnerable. Pemerintah kemudian memasukkannya sebagai
satwa yang dilindungi. Kendati tersebar hampir di seluruh Indonesia, Rusa Jawa diyakini asli Pulau Jawa dan
Bali. Tapi di kedua pulau itu, populasinya tertekan.
Menurut data hingga Maret 2014, di sana kini hidup
32 pejantan dan 38 betina. Populasi pertama berasal
dari kawasan hutan PT Perhutani di Sumber Pucung,
Malang, yang dipindahkan ke Maliran. Rusa tangkaran
dari Maliran ini telah dikirim ke sejumlah daerah seperti
Bogor, Jawa Barat, ataupun Banyuwangi, Jawa Timur.
Karena statusnya yang rentan punah itu, bekerja42
TAHUN I
VOLUME 10
sama dengan Perum Perhutani, PT Pertamina EP mencoba mengembangbiakannya. “Semula saya pikir melestarikan jenis monyet di kawasan hutan, yang ternyata
populasinya masih cukup banyak.” ujar Field Manager
Cepu Wresniwiro. Pilihan akhirnya jatuh ke Rusa Jawa.
“Selain populasinya, habitat alaminya juga ternyata tinggal sedikit,” Wiro menabahkan.
Tentu tak sekadar pengembangbiakan. Sebelum memindahkan enam rusa tersebut, para pakar dari Fakultas
Kehutanan Universitas Gadjah Mada meneliti kelayakan
habitat bagi penangkaran rusa jawa. Baik sumber pakan,
air, perlindungan dan keamanan satwa.
“Kita ingin dari jumlah yang sedikit akan berkembang menjadi banyak, bukan sebaliknya,” ujar Wiro ihwal
perlunya kajian bagi tempat penangkaran itu. Dari tiga
lokasi yang diusulkan, kandang penangkaran akhirnya
dipilih yang berada di samping kantor Bagian Kesatuan
Pemangkuan Hutan Malo, KPH Parengan. Berada dekat
kantor tentunya memudahkan pengawasan dan pemonitoran populasi rusa.
Di kandang baru tersebut terdapat 12 jenis vegetasi
tumbuhan bawah yang bisa menjadi sumber pakan bagi
Rusa Jawa. Untuk menambah makanan, di dalam kandang juga ditanami lamtoro dan rumput gajah. Jika sudah
berkembang biak, kelak Rusa Jawa akan dilepasliarkan di
sekitar hutan jati Bojonegoro biar masyarakat bisa bercengkrama lagi dengan hewan ini seperti dulu.
Safety
is
Everybody’s
Business
pep.pertamina.com