(CSR) Bidang Lingkungan - Kementerian Lingkungan Hidup
Transcription
(CSR) Bidang Lingkungan - Kementerian Lingkungan Hidup
Model Corporate Social Responsibility Bidang Lingkungan i 149 hal revisi 29032014 Model Corporate Social Responsibility Bidang Lingkungan ISBN : 978-602-8358-69-9 TIM PENYUSUN Pelindung : Prof. Dr. Bathasar Kambuaya, MBA Menteri Negara Lingkungan Hidup Pembina : Ir. Ilyas Asaad, MP, MH Deputi Bidang Komunikasi Masyarakat Lingkungan dan Pemberdayaan Penanggung : Tri Bangun Laksono Jawab Asisten Deputi Peningkatan Peran Organisasi Kemasyarakatan Tim Teknis Ketua Anggota : Jo Kumala Dewi : Widodo Sambodo Wistinoviani Adnin Dadang Kusbiantoro Dian Andryanto Andryansyah Rachmawaty Putri Antono Haryoto Kusnoputranto Tim Penulis : iii Suyud W. Utomo Latipah Hendarti Hoetomo Ario Tranggono Chandra Wirman Nastiti Karliansyah Peter Chen Penyunting : Latipah Hendarti, Jo Kumala Dewi, Wistinoviani Adnin Kontributor : Tim Penyusun PT. Adaro Indonesia, PT. Astra Internasional Tbk, PT. Arutmin Indonesia, PT. Badak NGL, PT. Banyan Tree, PT. Bio Farma, PT. Bukit Asam, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk, PT. Cheil Jedang Indonesia, Chevron Geothermal Salak, Ltd., CIMB Niaga, Coca Cola Amatil Indonesia, PT. Energy Equity Epic Sengkang Pty, Ltd., PT. Epson Batam, PT. Holcim Indonesia, PT. Indonesia Power UBP Kamojang, PT. Indonesia Power UBP Bali, PT. Jababeka, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Letawa, PT. Medco E&P Indonesia, PT. Nippon Shokubai Indonesia, PT. Pertamina Asset 5 Field Tarakan, PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ, PT. Pupuk Kujang, PT. Pupuk Sriwidjaya, PT. Sebuku Iron Lateritic Ores, PT. Sukses Tani Nusa Subur, PT. Sumi Rubber Indonesia, PT. Tidar Kerinci Agung, PT. Total E&P Indonesia, PT. Unilever Indonesia Daftar Isi 223 MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP KATA SAMBUTAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP Corporate Social Responsibility (CSR) adalah wujud nyata dari penggiat pembangunan untuk mewujudkan keadilan bagi masyarakat dan lingkungan. Dunia usaha harus berkontribusi dalam memperbaiki kualitas lingkungan dengan melibatkan masyarakat untuk ikut berperan dalam pembangunan. Apresiasi kami sampaikan pada berbagai perusahaan yang telah melaksanakan CSR bidang lingkungan sehingga upaya perusahaan melibatkan masyarakat akan menjadi contoh bagi perusahaan lainnya dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan. Kata Sambutan iiiii iv v vi SELAYANG PANDANG vii viii SELAYANG PANDANG MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN DI INDONESIA Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Sosial Responsibility (CSR) merupakan komitmen perusahaan atau dunia usaha untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi yang berkelanjutan dengan menitikberatkan pada keseimbangan antara perhatian terhadap aspek ekonomi, sosial dan lingkungan. Prof. Emil Salim ahli lingkungan Indonesia menekankan bahwa CSR haruslah benar-benar menjadi cara berbisnis yang menyeimbangkan antara ketiga aspek yaitu sosial, ekonomi dan lingkungan. Dengan demikian, CSR menjadi proporsi kerja perusahaan terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan, bisnis suatu perusahaan bisa saja berhenti, namun pembangunan harus terus berlanjut untuk memenuhi kebutuhan generasi masa kini dan masa mendatang 1. Perusahaan memang tidak hanya dihadapkan pada tanggung jawab yang berpijak pada perolehan keuntungan atau laba perusahaan semata, namun harus memperhatikan tanggung jawab sosial dan lingkungannya. Dalam upaya menyeimbangkan tujuan ekonomi, sosial dan lingkungan tersebut, perusahaan memfokuskan perhatiannya kepada tiga hal yaitu (profit), masyarakat (people), dan lingkungan (planet). Perusahaan harus memiliki tingkat profitabilitas yang memadai sebab laba merupakan fondasi bagi perusahaan untuk dapat berkembang dalam mempertahankan eksistensinya. Dengan perolehan laba yang memadai, perusahaan membagi deviden kepada pemegang saham, memberi imbalan yang layak kepada karyawan, mengalokasikan sebagian laba yang diperoleh untuk pertumbuhan dan pengembangan usaha di masa depan, membayar pajak kepada pemerintah, dan memberikan multiplier effect yang diharapkan kepada masyarakat. Sementara itu dengan memperhatikan masyarakat, perusahaan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas hidup masyarakat khususnya masyarakat sekitar. Upaya yang dilakukan perusahaan untuk mendorong peningkatan kesejahteraan masyarakat umumnya sudah banyak dilakukan melalui kegiatan ComDev (Community Development) dan kewirausahaan lainnya. Selain itu yang terpenting adalah perusahaan memperhatikan kondisi lingkungan baik di dalam maupun di sekitarnya, upaya ini masih sedikit sekali yang bersifat voluntary (sukarela), bahkan untuk memenuhi kewajibanpun umumnya masih ada yang melanggar, misalkan saja ambang batas pencemar yang diperkenankan dibuang ke saluran pembuangan masih banyak yang melanggar. Peran perusahaan dalam pembangunan berkelanjutan melalui CSR tentunya harus meliputi ketiga aspek yang sosial, ekonomi dan lingkungan. Sebagai upaya mewujudkan harmonisasi antara perusahaan dengan lingkungan, sejak tahun 2011, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) telah mendorong CSR bidang lingkungan. CSR bidang lingkungan yang dikembangkan terdiri dari tujuh bidang kegiatan yaitu Produksi Bersih, Kantor Ramah Lingkungan (eco office), Pengelolaan Limbah dengan 3R (Reduce, Reuse, Recycle), Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi, Energi Terbaharukan, Adaptasi Perubahan Iklim dan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). 1 ://swa.co.id/headline/emil-salim-prinsip-green-company-harus-menyatu-dalam-pola-manajemenperusahaan Selayang Pandang iv Meskipun tujuh kegiatan CSR bidang lingkungan, belum banyak dipahami perusahaan karena selama ini kecenderungan perusahaan dalam penyelenggaraan CSR adalah mengatasi dampak sosial dan ekonomi, serta menyelaraskan program dengan prioritas pembangunan daerah dimana perusahaan beroperasi lebih pada dukungan infrastruktur serta program di luar pengelolaan dan perbaikan kualitas lingkungan. Proses penggalian yang dilakukan melalui serangkaian pertemuan dengan perusahaan khususnya yang telah mendapatkan proper biru, hijau dan emas dari Kementerian Lingkungan Hidup, ternyata cukup banyak praktik CSR bidang lingkungan yang telah dilakukan secara sistematis dan terintegrasi dalam bisnis perusahaan, meskipun beberapa belum menyadari bahwa kegiatan yang dilakukan adalah bagian dari CSR bidang lingkungan. Sebagai upaya untuk mendorong penerapan CSR bidang lingkungan, buku yang disusun dari pengalaman program-program CSR yang dilakukan perusahaan ini diterbitkan untuk menjadi bahan rujukan bagi pihak-pihak yang akan mengikuti jejak melakukan CSR bidang lingkungan di kemudian hari. Buku yang terdiri dari 7 bagian (bab) diurut berdasarkan bidang lingkungan yang diangkat dari perusahaan yang bersedia dan terpilih berdasarkan kriteria yang telah disepakati Tim Penyusun. Kriteria untuk menapis tulisan yang telah disepakati oleh Tim Penulis dan Tim Teknis KLH, sebagai berikut: 1) Perusahaan pelaksana CSR bidang lingkungan merupakan perusahaan yang sudah masuk dalam kategori Proper biru, hijau dan emas. Kriteria ini menjadi kriteria pertama dalam proses penapisan. 2) Program CSR bidang lingkungan harus merupakan program di antara 7 (tujuh) alternatif kegiatan sebagaimana dimaksud dalam Buku Pedoman maupun Buku Petunjuk Pelaksanaan CSR bidang lingkungan yang diterbitkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) pada tahun 2011 dan 2012. 3) Pelaksanaan program dilakukan secara Sistematis, Terintegrasi, dan Berkelanjutan a. Sistematis. Dalam melaksanakan program CSR bidang lingkungan perusahaan menerapkan metoda Plan-Do-Check-Action (PDCA) yang meliputi tahap Perencanaan (Plan), Penerapan (Do), Pemantauan dan Evaluasai (Check), dan Action. b. Terintegrasi. Aspek lingkungan hidup telah terintegrasi secara eksplisit maupun implisit di dalam Visi, Misi, Kebijakan, dan Strategi Perusahaan. c. Berkelanjutan. Kegiatan sudah dijalankan lebih dari satu tahun dan sudah terdapat manfaat/hasil nyata, atau kegiatan serta manfaatnya tetap berlanjut meskipun perusahaan sudah tidak terlibat lagi dalam program CSR bidang lingkungan atau bahkan perusahaan sudah tidak beroperasi. Disamping menggunakan metodologi PDCA, perusahaan dapat pula melaksanakan program dengan metoda lain sepanjang mengandung unsur Sistematis, Terintegrasi dan Berkelanjutan. 4) Terukur. Sebagai salah satu kriteria permodelan CSR bidang lingkungan, program harus terukur adanya indikator keberhasilan yang dapat diukur secara kuantitatif dan/atau kualitatif. Data kuantitatif ini dapat berupa ratio/perbandingan kuantitatif, data time series, atau pernyataan/testimoni pihak lain. Keberhasilan suatu program CSR bidang lingkungan dapat dinyatakan dalam ratio/perbandingan antara kondisi sebelum dan sesudah pelaksanaan program CSR bidang lingkungan. Beberapa contoh misalnya ratio: v Selayang Pandang pemakaian bahan baku terpakai per unit produksi dalam program Produksi Bersih. % penggunaan listrik per jam operasional dalam program Kantor Ramah Lingkungan. % penggunaan bahan bakar dalam program Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi. % volume sampah yang digunakan kembali (reuse), dikurangi (reduce), atau didaur ulang (recycle) dalam program Pengelolaan Sampah melalui 3R. % penggunaan energi terbarukan menggantikan energi fosil dalam program energi terbarukan. % Mengingat beragamnya kegiatan dalam suatu program CSR bidang lingkungan, maka unit satuan yang digunakan dalam mengukur juga beragam mengikuti satuan ukuran yang lazim digunakan, misalnya meter/m2/m3/ liter/ ton, dan sebagainya. % Data time seri. Data time series misalnya dapat berupa bukti pembayaran tagihan listrik yang menunjukkan penurunan besarnya tagihan listrik dibanding dengan tagihan sebelum dilaksanakannya program Kantor Ramah Lingkungan atau program Konservasi Energi dan Sumberdaya Alam. % Testimoni adalah pernyataan dari pihak yang telah merasakan manfaat (beneficiaries) dari suatu program CSR bidang lingkungan dengan disertai bukti/dokumentasi yang memadai. Sangat disarankan testimoni ini bukan berasal dari pihak perusahaan. 5) Kriteria Tambahan. Apabila jumlah naskah yang diterima KLH melebihi target yang ditentukan, maka disamping empat kriteria diatas, dilakukan penapisan berdasarkan : % Keunikan, yaitu bersifat unik, mempunyai ciri khas. % Innovatif, yaitu mengandung ide dan/atau cara baru dalam melakukan sesuatu. % Inspiratif, yaitu mampu memberikan inspirasi kepada pihak lain sehingga terdorong melaksanakan program CSR bidang lingkungan. % Terpublikasi, naskah telah didokumentasikan dan dipublikasikan secara luas lewat berbagai media. % Disamping lima kriteria tersebut di atas, Tim Penulis telah berusaha menyeimbangkan distribusi tulisan pada setiap program CSR bidang lingkungan, sehingga pengalaman yang tertuang dalam buku yang diterbitkan ini “terbagi” relatif merata pada 7 (tujuh) kegiatan CSR bidang lingkungan. Dari proses lokakarya dan pertemuan yang telah dilakukan, ternyata cukup banyak perusahaan yang menyampaikan minat dan menuliskan serta mengirimkan pengalaman program CSR yang telah dilakukan perusahaan masingmasing. Umumnya perusahaan banyak melakukan di bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi, kegiatan CSR ini memang sudah banyak dikenal sebagai salah satu upaya kontribusi perusahaan terhadap lingkungan. Kegiatan CSR lingkungan lain yaitu Energi Terbarukan dan Adaptasi Perubahan Iklim merupakan kegiatan yang belum banyak menjadi perhatian perusahaan, disadari bahwa isu perubahan iklim memang isu lingkungan yang relatif baru di Indonesia yang muncul di era akhir awal 2000-an, beberapa program CSR bidang lingkungan di kegiatan konservasi sumberdaya alam seperti konservasi mangrove melalui penanaman sebetulnya berpotensi untuk berkontribusi dalam upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim, penerapan kajian untuk menghitung penyerapan karbon oleh jenis tumbuhan yang ditanam sebagai upaya penghijauan perlu dilakukan ke Selayang Pandang vi depan. Demikian juga dengan isu energi baru dan terbarukan, ketergantungan akan energi fosil selama ini, sedikit menumpulkan inisiasi masyarakat Indonesia termasuk perusahaan untuk menggali lebih banyak potensi energi baru dan terbarukan yang sebetulnya sangat besar di Indonesia baik dari tumbuhan, sampah, maupun sumberdaya alam lain seperti air, angin, matahari, dan yang lainnya. Kegiatan 3R dan Produksi Bersih serta Kantor Ramah Lingkungan cukup menjadi perhatian perusahaan karena sebelumnya sudah menjadi bagian dari keseharian yang mencoba melakukan efisiensi dalam produksinya. Komposisi dari naskah program CSR yang terkumpul, disepakati ada 44 naskah yang menjadi contoh atau model CSR bidang lingkungan. Empat puluh empat model CSR bidang lingkungan yang terhimpun dalam buku ini disusun ke dalam tujuh bab yang dikelompokan berdasarkan bidang lingkungan, dengan rangkaian sebagai berikut: Bagian pertama buku ini, menampilkan CSR bidang lingkungan Produksi Bersih, yang diwakili oleh 7 (tujuh) perusahaan berlokasi di Batam, Banten, Jawa Barat, Jawa Timur dan Kalimantan Timur. Produksi bersih yang merupakan strategi pengelolaan yang bersifat pencegahan, terpadu dan diterapkan secara terus menerus dalam kegiatan produksi dari hulu sampai hilir, yang ditujukan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku atau sumberdaya alam dan mencegah pencemaran lingkungan serta mengurangi terjadinya limbah pada sumbernya. Kegiatan ini diharapkan dapat meminimalisir risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia dan kerusakan lingkungan. Dari tujuh perusahaan, empat diantaranya yaitu PT. Adaro Indonesia, PT. Bio Farma, PT. Epson Batam dan PT. Nippon Shokubai telah melakukan upaya mengolah air limbah dan air hujan yang selama ini belum termanfaatkan menjadi sumber air yang digunakan kembali untuk proses kegiatan lain di industri yang sesuai dengan standard yang diizinkan. Sebagian perusahaan, air yang dihasilkan ada yang didistribusikan ke masyarakat sekitar untuk memenuhi kebutuhan air bersih sesuai dengan syarat yang ditentukan. PT. Chandra Asih melakukan penghematan energi dan bahan baku, PT. Cheil Jedang Indonesia mengolah limbah cair menjadi pupuk cair dan pakan ikan serta menurunkan kadar COD. Sementara PT. Chevron Geothermal Gunung Salak telah mengolah limbah bor menjadi bahan batako ringan. Bagian kedua buku ini, menampilkan model pelaksanaan CSR yang dilakukan perusahaan dengan menerapkan Kantor Ramah Lingkungan (eco office), meskipun model CSR yang ditampilkan ini belum semuanya menerapkan kriteria yang tercantum dalam konsep kantor ramah lingkungan, namun empat perusahaan yang bersedia berkontribusi dan penulisan ini menunjukan beberapa upaya menuju ke arah penerapan kantor ramah lingkungan. Tiga dari empat tulisan yang ada dalam buku ini yaitu PT. Bio Farma, PT. Nippon Shokubai Indonesia dan PT. Pupuk Kujang telah menerapkan program kantor ramah lingkungan melalui penerapan hemat energi di seluruh aktivitas kantor dan produksi. sementara PT. Kaltim Prima Coal mengajak karyawan dan kontraktor perusahaan untuk menerapkan kantor ramah lingkungan melalui kegiatan kompetisi eco office. Di bagian ketiga buku, menampilkan model pelaksanaan CSR bidang lingkungan 3R (Reduce-Reuse-Recycle) yang dilakukan oleh tujuh perusahaan. Pelopor gerakan 3R di perusahaan selama ini adalah PT. Unilever yang memaparkan pengelolaan bank sampah melalui koperasi masyarakat. Lima perusahaan lainnya yaitu PT. Bukit Asam, PT. Kaltim Prima Coal, PT. Pertamina Ep Asset 5 Field Tarakan, PT. Pupuk Sriwidjaja dan PT. Sumi Rubber Indonesia mengolah sampah vii Selayang Pandang dari perusahaan dan perumahan karyawan serta masyarakat sekitar perusahaan dengan pembuatan pupuk organik dan daur ulang dengan pemberdayaan masyarakat. Dari 6 contoh tersebut memperlihatkan pengelolaan sampah dengan sistem 3R yang melibatkan masyarakat sebagai pengelola merupakan salah satu langkah yang selaras dengan upaya green job karena rata-rata kegiatan CSR ini sudah langsung dapat menyerap tenaga kerja. Sementara PT. Coca Cola Amatil Indonesia pelaksanaan 3R yang difokuskan pada membangun kemitraan dengan berbagai pihak untuk membersihkan tepi pantai. Di bidang Konservasi Sumberdaya Alam dan Energi, yang merupakan bagian keempat buku, menampilkan paling beragam model CSR yang dikembangkan perusahaan. Lima belas perusahaan berkontribusi dalam tulisan praktek CSR, empat diantaranya melakukan kegiatan CSR lingkungan dengan melakukan upaya konservasi melalui penanaman dan rehabilitasi kawasan mangrove diwakili oleh PT. Arutmin Indonesia dan PT. SILO di wilayah Kalimantan Selatan, PT. Letawa di Sulawesi Barat, dan PT. Total E&P Indonesia di Kalimantan Timur. Konservasi keanekaragaman hayati baik jenis maupun ekosistem juga menjadi banyak pilihan seperti dilakukan oleh PT. Astra International Tbk dengan mengembangkan kebun raya, PT. Bank CIMB Niaga dengan konservasi bambu, PT. Angsana Banyan Tree melakukan konservasi penyu hijau dan sisik, PT. Chevron Geothermal Salak Ltd. berupaya menyelamatkan koridor satwa termasuk Elang Jawa dan Owa Jawa, dan PT. Pupuk Kujang mengembangkan taman keanekaragaman hayati, serta PT. Sukses Tani Nusa Subur dan PT. Tidar Kerinci Agung menyisakan sebagian area Hak Guna Lahan (HGU) perkebunan mereka untuk dipertahankan dan dilindungi sebagai kawasan hutan konservasi. Sementara PT. Adaro Indonesia menghijaukan lahan kritis dengan menjadikannya kebun karet yang memberikan nilai ekonomi dan lingkungan bagi masyarakat, PT. Medco E&P Indonesia mendorong penerapan pertanian organik dengan sistem System of Rice Intensification (SRI). Dua perusahaan lainnya yaitu PT. Indonesia Power Unit Pembangkitan Bali dan PT. Badak NGL di Bontang, menfokuskan kegiatannya pada pemulihan ekosistem terumbu karang melalui transplantasi dan budidaya biota laut. Bagian selanjutnya buku ini, memaparkan kegiatan CSR perusahaan di bidang energi terbarukan, di bidang ini memang masih terbilang jarang di lakukan oleh perusahaan dan belum terlalu banyak inovasi yang dilakukan untuk menggali potensi energi baru dan terbarukan yang ada. Pengalaman dari tiga perusahaan yang berkontribusi cerita dalam buku ini adalah PT. Bukit Asam (Pesero), Tbk dan PT. Tidar Kerinci Agung yang memanfaatkan sumberdaya air untuk digunakan sebagai energi listrik dengan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). PT. Energy Equity Epic Sengkang Pty.Ltd. telah memperkenalkan panel surya kepada masyarakat yang belum mendapatkan akses listrik. Kegiatan adaptasi perubahan iklim yang dilakukan perusahaan rupanya memang belum terlalu banyak, dari hasil proses seleksi kegiatan yang dilakukan perusahaan, pada buku ini hanya ada tiga cerita yang dapat dijadikan model. PT. Holcim Indonesia di Cilacap melalui hutan kota yang dibangun di areal industrinya sejak tahun 1996 turut berkontribusi menjadi area serapan karbon, demikian juga dengan PT. Jababeka yang membangun kebun raya di di areal industrinya sejak tahun 2007. PT. Indonesia Power UBP Kamojang melalui program kampung bibit menghijaukan kembali area gunung kamojang sebagai salah upaya adaptasi perubahan iklim. Kegiatan terakhir dalam CSR lingkungan yang dikembangkan Kementerian Lingkungan Hidup adalah Pendidikan Lingkungan Hidup atau PLH, selama ini Selayang Pandang viii perusahaan banyak bergerak dibidang pendidikan umum, untuk program PLH bagaimana upaya perusahaan mengajak karyawannya, masyarakat sekitar, termasuk sekolah untuk agar memiliki kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan serta mengubah pola tindak mereka. Upaya ini sudah mulai dilakukan oleh perusahaan, dalam buku ini ada lima perusahaan yang bersedia berbagai cerita dan memenuhi kriteria, yaitu tiga perusahaan seperti PT. Adaro Indonesia, PT. Astra Internasional Tbk dan PT. Cheil Jedang Indonesia memaparkan kegiatan CSR mereka untuk mendorong sekolah dalam menerapkan PLH sebagai landasan untuk melaksanakan program Adiwiyata yaitu sekolah berbudaya dan peduli lingkungan. Melalui proses pendampingan perusahaan yang dilakukan dengan mitra pendampingnya baik dari Badan Lingkungan Hidup, LSM dan Dinas Pendidikan setempat berhasil membawa sekolah yang didampingi menuju sekolah Adiwiyata. Sementara PT. Chevron Geothernal Gunung Salak Ltd. untuk meningkatkan kepedulian lingkungan khususnya satwa raptor, bersama-sama dengan para pihak terkait membangun Pusat Suaka Elang salah satunya menjadi media pendidikan lingkungan bagi masyarakat. PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ bersama dengan masyarakat dan LSM mengembangkan hutan pendidikan iklim sebagai media PLH yang diawali dengan serangkaian pelatihan bagi para pendidik dan siswa sekolah. Buku Model CSR Bidang Lingkungan ini tentu bukan merupakan satu satunya contoh perusahaan yang telah menerapkan kegiatan CSR mereka di bidang lingkungan. Namun demikian, dengan membaca buku ini diharapkan menjadi inspirasi berbagai pihak untuk berbuat lebih baik dalam memperbaiki dan mengelola lingkungan. Tanpa peran serta dunia usaha dalam menjaga lingkungan maka lingkungan akan semakin rusak. Pengarusutamaan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dalam setiap kegiatan produksi dan di luar produksi diharapkan menjadi bagian yang terintegrasi dengan proses bisnis perusahaan. Jakarta, Desember 2013 Tim Penyunting dan Tim Penulis ix Selayang Pandang DAFTAR ISI xv xvi DAFTAR ISI TIM PENYUSUN ............................................................................................ KATA SAMBUTAN ........................................................................................ PETA LOKASI PERUSAHAAN ......................................................................... SELAYANG PANDANG: MODEL CSR BIDANG LINGKUNGAN ............................ DAFTAR ISI .................................................................................................. BAB I PRODUKSI BERSIH ....................................................................................... 1.1 PT. Adaro Indonesia Peningkatan Akses Air Bersih untuk Masyarakat 1.2 PT. Bio Farma (Persero) Penghematan Air di Perusahaan 1.3 PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk PT. Cheil Jedang IndonesiaJombang Hemat Energi dan Bahan Baku, Upaya Kurangi Emisi Pemanfaatan Sisa Produksi Asam Amino sebagai Pupuk Cair 1.5 1.6 Chevron Geothermal Salak, Ltd PT. Epson Batam Pemanfaatan Serpih Bor Mengolah Limbah Tinta, Atasi Pemborosan Air Tanah 1.7 PT. Nippon Shokubai Indonesia Minimalisasi Buangan Air Limbah Produksi 1.4 xv BAB II KANTOR RAMAH LINGKUNGAN .................................................................... 2.1 PT. Bio Farma (Persero) Satu Peluru, Dua Sasaran: Penerapan Kantor Ramah Lingkungan Melalui Program Penghematan Energi Listrik 2.2 PT. Kaltim Prima Coal Dari Kompetisi Lingkungan Menuju Kantor Ramah Lingkungan 37 39 43 2.3 PT. Nippon Shokubai Indonesia Go Green Office : Menuju Kantor Ramah Lingkungan 48 2.4 PT. Pupuk Kujang Perilaku Hemat Listrik, Menurunkan Beban Perusahaan dan Lingkungan 53 BAB III 3 R (REDUCE, REUSE, RECYCLE) .................................................................. 57 3.1 PT. Bukit Asam (Persero), Tbk Bokashi Berbasis Masyarakat 59 64 3.2 Coca Cola Amatil Indonesia Bali Beach Clean Up (CCAI) 3 .3 P T . K a ltim Prim a C oal G erak B ersem i 69 3.4 PT. Pertamina Ep Asset 5 Field Pengelolaan Sampah Skala 73 Tarakan Lingkungan dengan Sistem 3R 3.5 PT. Pupuk Sriwidjaja Pengolahan Sampah Perumahan Karyawan 79 Daftar Isi xi 3.6 PT. Sumi Rubber Indonesia, Perfect Zero Emission Melalui Gerakan 3R untuk Lingkungan Lebih Baik 83 3.7 PT. Unilever Indonesia Tbk., 3R Melalui Koperasi Bank Sampah 88 BAB IV KONSERVASI ENERGI DAN SUMBERDAYA ALAM .......................................... 4.1 PT. Adaro Indonesia Kebun Karet: Menyelamatkan Lahan Kritis dan Ekonomi Keluarga 93 95 4.2 PT. Arutmin Indonesia Rehabilitasi Pesisir Tanah Bumbu Kalimantan Selatan 100 4.3 4.4 PT. Astra International Tbk PT. Badak N G L 104 108 4.5 PT. Banyan tree Go Green with Astra Budidaya Kerapu dan K onservasi Terumbu Karang : Secercah Harapan Nelayan Teluk Bontang Menebar Tukik di Pantai Lagoi, Upaya Konservasi Penyu Hijau dan Sisik Di Kabupaten Bintan 4.6 PT. Chevron Geothermal Salak Tbk. Green Corridor Initiative: Ketika Habitat Satwa Menjadi Perhatian Para Pihak Di Lintasan Hijau Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak 117 4.7 PT. CIMB Niaga 123 4.8 PT. Indonesia Power UBP Bali 4.9 PT. Letaw a Lestarikan Bambu melalui Aksi Penanaman 10.000 Bambu Di Jawa Barat dan Bali Konservasi Terumbu Karang Di Pesisir Desa Pemaron Restorasi M angrove u ntuk Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Bumi Manakara 4.10 PT. Medco E&P Indonesia 138 4.11 PT. Pupuk Kujang Masyarakat Mandiri, Lingkungan Lestari berkat System of Rice Intensification (SRI) Taman Keanekaragaman Hayati di Tengah Harapan 4.12 PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) Sabuk Hijau Pulau Sebuku Penyangga Kehidupan 149 4.13 PT. Sukses Tani Nusa Subur Model Hutan Konservasi Di Perkebunan Sawit: Melindungi Hutan, Melestarikan Peradaban 154 4.14 PT. Tidar Kerinci Agung Hutan Konservasi Sumitro Djojojadikusumo (HKSD) 159 4.15 PT. Total E&P Indonesia Save Delta Mahakam Melalui Tanam Mangrove dan Kembangkan Tambak Tradisional 164 xii Daftar Isi 112 128 133 144 BAB V ENERGI TERBARUKAN ................................................................................. 5.1 PT. Bukit Asam (Pesero), Tbk. Teranglah Desaku : Pemanfaatan Air Untuk Energi Listrik di Desa Pelakat 169 171 5.2 PT. Energy Equity Epic Sengkang, Pty. Ltd. Pemanfaatan Tenaga Surya untuk Listrik Di Daerah Terpencil 176 5.3 PT. Tidar Kerinci Agung Tenaga Air Menerangi Nagari Talao 181 BAB VI ADAPTASI DAN MITIGASI PERUBAHAN IKLIM ............................................... 187 6.1 PT. Holcim Indonesia Menikmati Udara Bersih Hutan Kota 189 C ilacap 6.2 PT. Indonesia Power UBP Kamojang Kampung Bibit Kamojang, Inisiasi 193 Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim 6.3 PT. Jababeka Tbk Jababeka Botanic Garden : Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Perkotaan BAB VII PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP ................................................................ 7.1 PT. Adaro Indonesia Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah : Pendampingan SMPN 4 Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Menuju Sekolah Adiwiyata 7.2 PT. Astra International Tbk Kisah Sukses Mendampingi Sekolah Menuju Sekolah Adiwiyata Di Tanjung Priuk Jakarta 198 205 207 212 7.3 PT. Cheil Jedang Indonesia Menggapai Visi “Beyond Bio Renew The Earth” Melalui Pendidikan Lingkungan Hidup 216 7.4 PT. Chevron Geothermal Salak Tbk. Pendidikan Konsevasi Raptor Di Suaka Elang Elang 220 7.5 PT. Pertamina Hulu Energi ONWJ. Hutan Pendidikan Iklim, Blanakan, Subang sebagai Media Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) 226 PENUTUP ………………………………………………………………………………………….. KOSA KATA .................................................................................................. 231 225 Daftar Isi xiii xiv BAB I. PRODUK BERSIH PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN TABALONG DAN BALANGAN, KALIMANTAN SELATAN Peningkatan Akses Air Bersih untuk Masyarakat Masyarakat di delapan (8) desa yaitu Desa Dahai, Padang Panjang, Laburan, Cakung, Tamiyang, Dahur, Warukin dan Maburai di Kabupaten Tabalong dan Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan sudah tak khawatir lagi pada saat kemarau kekurangan air bersih. PT. Adaro Indonesia, Kalimantan Selatan, sejak tahun 2010 telah memproduksi air bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam dari pengolahan air yang dikelola dengan Water Treatment Plant (WTP) T-300 melalui dua tangki penampungan berkapasitas 450m3 dan 72m3. Kemarau Tak Lagi Terasa Berat Bagi Sebagian Masyarakat di Tabalong dan Balangan. Daerah ini dikenal memiliki cuaca yang cukup ekstrem dengan memiliki curah hujan tertinggi saat musim penghujan, hingga mencapai 2.400 mm-3.000 mm pertahun, sedangkan pada saat musim kemarau yang terjadi sebaliknya. Data BMKG menunjukkan suhu udara pada saat musim kemarau mencapai 32°C–35°C. Kondisi geografis dan cuaca menyebabkan kekeringan di musim kemarau sehingga menjadi ancaman serius bagi masyarakat di wilayah dua kabupaten tersebut. Volume air sumur berkurang, volume sungaipun berkurang drastis, sehingga menimbulkan kesulitan bagi masyarakat untuk mengakses air bersih. 1 Hasil survey Geolistrik 2 yang dilakukan Adaro terhadap wilayah-wilayah yang mengalami kekeringan menunjukkan bahwa kedalaman air tanah di wilayah tersebut bervariasi, dapat mencapai 20 m–80 m. Kedalaman air tanah di beberapa wilayah mencapai 175 m-250 m, misalnya di wilayah Warukin Kabupaten Tabalong. Alternatif sumur bor bukan merupakan pilihan mengingat biaya yang dikeluarkan cukup mahal, masyarakat tidak mampu membuat sumur bor meskipun dilakukan secara swadaya. Disisi lain, pipa Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) belum menjangkau pedesaan di wilayah kabupaten ini, sehingga sebagian besar menggantungkan sumber air mereka dari air sungai. Namun kualitas air sungai belum sesuai dengan standard air bersih yang ditetapkan pemerintah. Hal ini dikarenakan sungai dipakai untuk keperluan membuang sampah maupun jamban yang dapat mengancam kesehatan masyarakat. Tantangan yang dihadapi masyarakat mendorong Adaro Indonesia, salah satu anak perusahaan Adaro Energy yang bergerak di bidang pertambangan batubara, untuk memfasilitasi masyarakat agar dapat memiliki akses air bersih sekaligus meningkatkan partisipasi aktif masyarakat dalam mewujudkan akses air bersih tersebut. Setelah dilakukan proses pemetaan penilaian prioritas pembangunan, dapat dilihat bahwa fasilitas air bersih menjadi kebutuhan utama masyarakat di desa-desa yang berada di wilayah kerja (ring 1) PT. Adaro di Kabupaten Tabalong. 1 2 sumber : data survey PT. Jasa Air Bersih Indonesia Survey Geolistrik adalah survey untuk koordinat ƟƟk sumur bor dan kedalaman air tanah PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih 1 Gambar 1. Penilaian prioritas Kabupaten Tabalong Berdasarkan hasil pemetaan tersebut, Adaro Indonesia mengembangkan program “Peningkatan Akses Air Bersih” dengan tujuan, yaitu: 1) Memfasilitasi masyarakat termasuk masyarakat kurang mampu untuk memiliki akses air bersih 2) Meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat 3) Meningkatkan kepedulian terhadap lingkungan melalui pemanfaatan air tambang menjadi air bersih untuk dijadikan sumber air bersih bagi masyarakat desa 4) Mengubah paradigma di masyarakat bahwa air tambang aman dikonsumsi; 5) Meningkatkan pengetahuan, keahlian dan teknologi sebagai bekal kemandirian masyarakat 6) Meningkatkan peran aktif perusahaan dalam upaya pencapaian Millenium Development Goals (MDG’s) yang dicanangkan pemerintah 7) Menjadi mitra pemerintah daerah dalam membantu memenuhi kebutuhan masyarakat akan air bersih 8) Memberdayakan para kontraktor lokal dalam pengelolaan air bersih 1. Proses Olah Air Limbah Menjadi Air Bersih Berbekal pengalaman mengolah air limbah dari operasi penambangan seperti hauling road (jalur khusus angkut batubara), pengolahan batubara di Kelanis, Kalimantan Tengah yang menggunakan teknologi ramah lingkungan, air limbah diolah agar kualitasnya sesuai baku mutu yang ditetapkan pemerintah. Melalui sistem tersebut, air tambang dimanfaatkan kembali untuk mendukung operasional tambang seperti misalnya: perawatan crushing plant (mesin peremuk batubara) maupun penyiraman conveyor serta aplikasi prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) yang diterapkan di perusahaan dalam kegiatan operasionalnya, maka inisiasi program akses air bersih bagi masyarakat dikembangkan. Program diawali dengan pembangunan unit pengolahan air tambang menjadi air bersih atau yang diberi Water Treatment Plant (WTP) T-300 dilakukan dengan serangkaian uji coba sehingga air layak untuk dikonsumsi. Operasional WTP ini sejalan dengan UN Global Compact Principle 9: Business should encourage the development and diffusion of environmentally friendly technologies. Penggunaan bahan kimia dalam proses pengolahan air tidak banyak dosisnya dan telah memenuhi kriteria aman bagi lingkungan serta penggunaan dosis treatment sesuai dengan yang dibutuhkan. 2 PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih WTP T-300 yang dikembangkan Adaro sejak tahun 2010, mampu memproduksi air bersih sebesar 20 liter/detik atau 72 m3/jam, dengan 2 tangki penampungan hasil olahan berkapasitas 450 m3 dan 72 m3. Saat ini air telah dimanfaatkan oleh internal Adaro, mitra kerja, dan masyarakat di 8 desa di wilayah Adaro. 2. Manfaat Berbagi Air Bersih Komitmen Adaro untuk meningkatkan kesehatan masyarakat diwujudkan antara lain melalui peningkatan akses air bersih untuk masyarakat. Kondisi dan struktur tanah yang berbeda menyebabkan Adaro menempuh berbagai cara untuk menyalurkan air bersih ke masyarakat. Beberapa sarana pendistribusian air bersih yang dilakukan Adaro sejak tahun 1997 mulai dari: (1) Distribusi air bersih melalui trucking. Awalnya pendistribusian air bersih dilakukan melalui trucking di Kabupaten Tabalong dengan mengambil air dari Danau Marido dan Sungai Tabalong yang diperuntukkan bagi kegiatan rumah tangga dan fasilitas umum seperti sekolah, masjid atau mushalla, dan lainnya. Namun, saat ini lebih diprioritaskan rumah tangga. Pendistribusian ini dilakukan secara gratis. Seiring waktu sistem distribusi seperti ini dirasakan kurang efisien, oleh karena itu dikembangkan sistem distribusi air bersih yang lain. (2) Distribusi air bersih melalui sistem pipa. Untuk memberikan nilai tambah bagi lingkungan dan masyarakat, Adaro meningkatkan mutu air bersih agar layak konsumsi melalui WTP T-300. Pipanisasi yang dibangun Adaro sejak pertengahan 2010 dengan menghabiskan dana sebesar Rp. 5,4 milyar. Tujuan pipanisasi untuk distribusi air bersih dari perusahaan langsung ke rumah–rumah masyarakat dan membuktikan bahwa air tambang dapat dikonsumsi. Pipanisasi air WTP mendorong pemberdayaan masyarakat melalui berdirinya BAPEL AB (Badan Pengelola Air Bersih) yang merupakan cikal Badan Usaha Milik Desa (Bumdes). Anggota Bapel AB merupakan anggota masyarakat yang diberikan pelatihan dan pembinaan agar mampu mengelola pipanisasi layaknya perusahaan air minum skala desa. Bapel AB akan memungut iuran setiap bulan sesuai jumlah air bersih yang dipakai anggota masyarakat. Iuran ini akan dipergunakan untuk keperluan pembangunan desa. Dengan adanya BAPEL AB, masyarakat dapat mengelola distribusi air bersih secara mandiri dan ikut memberikan sumbangsih bagi pembangunan desa. Uji coba pelaksanaan BAPEL AB sudah dilaksanakan selama 3 bulan. Kedepan partisipasi aktif masyarakat dalam program ini akan lebih ditingkatkan lagi agar kemandirian masyarakat dapat tercipta. (3) Distribusi air WTP melalui trucking. Beberapa desa yang dinilai tidak memiliki potensi air tanah, dibangun sumur gali, sumur bor, atau yang belum mendapatkan jaringan pipa induk dari PDAM, diberikan pasokan air bersih yang berasal dari WTP T-300. Total pemenuhan kebutuhan air mencapai 182.844 liter di tahun 2012. Berikut data pasokan air bersih dari WTP-300 melalui pipa trucking secara rinci disajikan pada Tabel 1. PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih 3 Gambar 2. Jumlah masyarakat Tabalong yang mendapatkan air bersih tahun 2012. Gambar 3. Jumlah KK penerima fasilitas air bersih di Tabalong dan Balangan tahun 2012. Tabel 1. Supply air bersih dari WTP T-300 untuk masyarakat dan internal TAHUN KETERANGAN 2008 PASOKAN AIR (M3) 12.650 trucking Desa Dahai, Desa Padang Panjang (Padang Panjang and Laburan), PT. Adaro Indonesia (all offices and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), dan PT. SIS (office and camps) 2009 82.297 trucking and pipe Desa Dahai, Desa Padang Panjang (Padang Panjang and Laburan), PT. Adaro Indonesia (all offices and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), PT. SIS (office and camps), dan PT. Wasco (Office and camps) 2010 114.572 trucking and pipe Desa Dahai, Desa Padang Panjang, PT. Adaro Indonesia (all offices and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), dan PT. SIS (office and camps) 2011 257.509 trucking and pipe Desa Dahai, Desa Padang Panjang, Desa Cakung, Desa Tamiyang, Desa Dahur, Desa Tamiyang, Desa Warukin, SMPN 2 Maburai, SDN Manduin, PT. Adaro Indonesia (all offices, nursery, and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), PT. SIS (office and camps), PT. DKP, Brimob (office and camps), PT. RMI (office and camps), PT. RA (office and camps), dan Warukin Airport. 2012 4 182.844 DAERAH YANG DIPASOK trucking and pipe Desa Dahai, Desa Padang Panjang, Desa Cakung, Desa Tamiyang, Desa Dahur, Desa Warukin, SMPN 2 Maburai, SDN Manduin, PT. Adaro Indonesia (all offices, nursery, view point and camps), PT. PAMA (office and camps), PT. BUMA (office and camps), PT. SIS (office and camps), PT. DKP, Brimob (office and camps), PT. RMI (office and camps), PT. RA (office and camps), Warukin Airport, PT. WIKA (Office and camps), dan PT. United Tractor (office and camps). PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih Tabel 2. Desa sasaran Supply Trucking air bersih WTP-300 No Village Vendor 1 Bata RT. 3 BPM, CV Target Trucking per Day (ltr) 10.000 Jumlah KK* Supply Sumber Air 27 Daily WTP-300 2 Trans Laburan BPM, CV 30.000 170 Daily WTP-300 3 Tamiyang BPM, CV 20.000 168 Daily WTP-300 4 Simpang Wara (Warukin) 5 Dahur (Barimbun) BPM, CV 10.000 40 Daily WTP-300 BPM, CV 10.000 25 Daily WTP-300 6 Kasiau (KM 82)/Lok Batu 7 Padang Panjang BPM, CV 2.857 20 WTP-300 Pipanisasasi 769,5 660 Twice a week 10.000 Daily 83.626,5 1.110 WTP-300 8 Dahai Jumlah Supply per KK/hr 7.533.918.919 liter Supply per orang/hr 2.511.306.306 liter Berdasarkan pada tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata trucking per hari sebanyak 83.626,5 liter/hari dengan sasaran sebanyak 1.110 kepala keluarga (KK), sehingga setiap KK akan mendapatkan sekitar 75,3 liter. Jika asumsi setiap kepala keluarga terdiri dari 3 orang, maka setiap orang akan mendapatkan air bersih sebanyak 25,1 liter/hari. Hal ini telah melebihi dari standard konsumsi air bersih sesuai MDG’s per orang per hari sebanyak 20 liter. Untuk keberlanjutan program, pembentukan dan penguatan organisasi masyarakat BAPEL AB (Badan Pengelola Air Bersih) selain diperkuat melalui pelatihan juga didampingi diawal untuk dapat mengelola secara mandiri air bersih, serta monitoring dan evaluasi terhadap program. 3. Kunci Keberhasilan Program Gambar 4. Pemanfaatan air bersih PT. Adaro Indonesia di masyarakat PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih 5 Petikan pembelajaran yang didapat : (1) Kerjasama dan kolaborasi berbagai pihak merupakan salah satu kunci keberhasilan. Adaro bekerjasama dengan kontraktor lokal yang menyediakan sarana pengangkut air dan mendistribusikan air bersih dengan truk ke desadesa di lokasi yang ditentukan, antara lain CV. Balangan Putera Mandiri yang memasok air 77,857 liter/hari untuk Kabupaten Balangan dan CV. Lembah Annur, memasok 7.143 liter/hari untuk Kabupaten Tabalong. (2) Proses pemberdayaan masyarakat, melalui pelatihan dan pendampingan telah mendorong kepedulian dan kerjasama yang baik antara perusahaan dan masyarakat serta mendorong masyarakat untuk lebih peduli dengan air. (3) Monitoring dan evaluasi yang secara berkala, menjadi bagian penting dalam program. 6 PT. ADARO INDONESIA - Produksi Bersih PT. BIO FARMA, KABUPATEN BANDUNG, JAWA BARAT Penghematan Air di Perusahaan Program produksi bersih menjadi salah satu upaya Bio Farma untuk mengatasi persoalan kelangkaan sumber daya alam khususnya air yang dari tahun ke tahun semakin nyata. Inisiasi program penghematan air melalui pengelolaan air limbah dan efisiensi sumber daya air yang dilakukan secara konsisten sejak tahun 2008. Rangkaian kegiatan penelitian, pengembangan produk, penghematan air pada proses produksi dan fasilitas lainnya, serta instalasi pengolahan air limbah, telah berhasil menghemat air 24.932 m3/tahun pada tahun 2012. Persentase jumlah penghematan air terhadap jumlah pengambilan air PDAM dan air tanah meningkat setiap tahunnya yaitu 7,8% (2009), 7,8% (2010), 10,3% (2011), dan 14,0% (2012). Substitusi conventional mixed bed ke CEDI yang dimulai pada Januari 2013 hingga April 2013 berhasil mengurangi penggunaan air 94.680 liter menjadi hanya 1.400 liter saja, sebuah penghematan yang luar biasa. Kapasitas infiltrasi air di perusahaan juga meningkat karena adanya pembuatan lubang biopori. Lubang yang telah dibuat sebanyak 850 buah dengan luas total bidang resapan sebesar 2.735.725 cm2. Gambar 1. Lokasi Perusahaan Bio Farma dalam mempraktekkan industri bersih, bermula dari kekhawatiran terhadap dampak lingkungan yang disebabkan proses produksi perusahaan yang akan menggangu masyarakat sekitar. Sebagai salah satu perusahaan vaksin yang berdiri sejak tahun 1890 di Jl. Pasteur No. 28 Bandung, Jawa Barat, awalnya lokasi tersebut jauh dari pemukiman. Namun seiring waktu wilayah Pasteur menjadi salah satu area kota dengan jumlah penduduk yang terus berkembang. Perkembangan penduduk tentunya akan semakin membutuhkan air bersih, dan mengurangi pasokannya, mengingat sebagian besar wilayah resapan digunakan untuk pemukiman. Mempertimbangkan kondisi tersebut, Bio Farma berkomitmen untuk melakukan pengendalian pencemaran dan penghematan sumber daya alam termasuk sumber daya air sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan kepada masyarakat dan lingkungan. Seiring dengan keberhasilan dalam bisnis yang menghasilkan profit, Bio Farma memiliki cita-cita untuk mewujudkan industri hijau (green industry) yang efisien dan ramah lingkungan. Wujud green industry ini telah dibuktikan tidak hanya dengan kepatuhan terhadap peraturan perundangan khususnya di bidang lingkungan yang merupakan salah satu dari sembilan kebijakan perusahaan, namun perusahaan telah melangkah lebih jauh melalui penerapan standard kepatuhan melebihi kewajiban yang tertuang dalam peraturan perundangan (beyond compliance) dalam pengelolaan lingkungan. PT. BIO FARMA - Produksi Bersih 7 Upaya beyond compliance merupakan refleksi dari komitmen Bio Farma untuk mencapai environmental excellency dalam setiap tahap kegiatan operasional. Bio Farma percaya bahwa output produk bermutu tinggi dan ramah lingkungan yang menjadi andalan perusahaan hanya dapat terwujud melalui kegiatan produksi yang ramah lingkungan. Seluruh kegiatan produksi tersebut dapat dilakukan dengan menerapkan secara komprehensif dari mulai tahap perencanaan, implementasi, pemantauan, tinjauan dan perbaikan berkelanjutan. Efisien dan ramah lingkungan adalah sebuah nilai tambah (added value) dalam bersaing di pasar global. Kepuasan para pemangku kepentingan (stakeholder) menjadi target yang secara terus menerus ingin dicapai oleh Bio Farma. Bagi Bio Farma, stakeholder tidak hanya beberapa orang yang menggunakan produk Bio Farma, namun beberapa pihak yang berpengaruh dan terpengaruh oleh kegiatan operasional termasuk karyawan, konsumen, masyarakat sekitar, dan pemerintah. Praktek green industry menjadi salah satu bukti komitmen perusahaan untuk mencapai kepuasan bagi stakeholder. Secara internal, praktek green industry terwujud dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat aman bagi para karyawan dengan melakukan pencegahan kecelakaan dan penyakit akibat kerja. Sedangkan secara eksternal, kegiatan operasional yang ramah lingkungan wujud tanggung jawab dan kepatuhan Bio Farma terhadap peraturan perundangan dan persyaratan, bahkan melampauinya. 1. Minimalisasi dan Olah Air Limbah Dalam kegiatan operasional sehari-hari, Bio Farma senantiasa melakukan beberapa upaya pengendalian pencemaran baik pencemaran air, udara, limbah padat, maupun limbah B3. Perusahaan mengoperasikan beberapa fasilitas pengendalian pencemaran dan melaksanakan pemantauan hasil pengendalian pencemaran. Bio Farma tidak hanya melakukan langkah kuratif tapi juga langkah preventif, seperti penghematan energi dan sumber daya alam. Hal ini dilakukan dengan melaksanakan prinsip produksi bersih dan minimalisasi limbah dalam kegiatan operasional. Hal tersebut salah satu wujud nyata dari Bio Farma untuk menjadi sustainable green industry yang berdaya saing global. Prinsip produksi bersih adalah salah satu implementasi perbaikan berkesinambungan yang dilakukan perusahaan dalam rangka penghematan energi dan sumber daya alam. Hal ini bermanfaat dalam meningkatkan efisiensi dan mencapai keunggulan lingkungan yang lebih baik daripada standar pengelolaan lingkungan yang diwajibkan oleh regulasi. Sejalan dengan perubahan paradigma dari end-of-pipe treatment menjadi cleaner production, limbah tidak sekedar merupakan hasil samping produksi yang wajib diolah agar dapat dibuang dengan aman ke lingkungan namun dapat dikurangi sejak awal tahap proses produksi dan bahkan memiliki nilai guna karena dapat digunakan kembali dalam proses produksi. Salah satu implementasi CSR bidang lingkungan yang dilakukan Bio Farma adalah penerapan produksi bersih melalui program penghematan air. Penerapan produksi bersih ini disusun melalui konsep PDCA (Plan-Do-Check-Act). Program ini di inisiasi oleh Top Manajemen dan Tim Teknis Bio Farma yaitu Tim Energy Saving, Tim ISO dan Tim Proper serta proses penyusunan kajian dan rencana program dilakukan oleh Divisi Umum dan CSR. Perencanaan program ini disusun untuk program tahunan dan program jangka panjang 5 Tahun. Hasil Identifikasi aspek dan dampak penting dari tiap unit kerja dianalisis kemudian di buat klasifikasi dan prioritas program. Sasaran programnya adalah efisiensi penggunaan air agar dampak lanjutan pada lingkungan eksternal perusahaan tidak terganggu yaitu ketersediaan air untuk masyarakat. Indikator keberhasilan programnya adalah pengurangan jumlah pemakaian air baik pengambilan air melalui PDAM dan air tanah. 8 PT. BIO FARMA - Produksi Bersih Program penghematan air di Bio Farma dimulai sejak tahun 2008 dan terus berlanjut hingga saat ini. Penghematan air dilakukan dengan cara recovery air buangan menjadi air baku (raw water), daur pakai air pendingin pada otoklaf, penggantian proses dalam instalasi pengolahan air (water treatment plant) dan daur ulang (recycle) air bilasan akhir sehingga menghilangkan kebutuhan akan air bilasan. Berikut ini adalah hasil penghematan air per tahun yang telah berhasil dilakukan oleh Bio Farma melalui program penghematan air, seperti yang ditampilkan dalam Tabel 1. Tabel 1. Hasil Program Penghematan Air Program 1 2 3 4 5 6 Tahun Pelaksanaan Lokasi Daur ulang air reject Bagian Produksi Vaksin Reverse Osmosis (osmosis Tetanus balik) ke tangki air baku Bagian Produksi Vaksin Daur ulang air pendingin Tetanus (1 unit) pada otoklaf Bagian Produksi Vaksin Disteri (2 unit) Daur ulang air bilasan terakhir dari mesin Bagian Formulasi Pengisian pencuci vial dan ampul ke Vaksin & Pelarut tangki air baku Daur ulang air buangan mesin washing gilowy dan Bagian Produksi Vaksin condensate PSG ke tangki Campak raw water Daur ulang air buangan Bagian Produksi Vaksin mesin washing gilowy ke Polio tangki air baku Daur ulang air limbah Outlet IPAL dan saluran effluent IPAL dan air hujan drainase untuk menjadi air baku 2008 sekarang Hasil (m3/tahun) 576 2008 sekarang 2.880 2009 sekarang 4.320 2009 sekarang 3.888 2010 sekarang 2.592 2012 sekarang 7008 Recovery effluent olahan IPAL dan air dari saluran drainase dilakukan dengan teknologi ultrafiltrasi seperti yang ditampilkan dalam gambar berikut: Gambar 2. Proses dan Tempat Pengolahan Air Limbah PT. BIO FARMA - Produksi Bersih 9 Hasil beberapa program penghematan air yang telah dilakukan Bio Farma berupa daur pakai (reuse) dan daur ulang (recycle) air limbah ditampilkan dalam Gambar 3. Hasil Pencapaian Program Penghematan Air PT Bio Farma (Persero) Recycle air reject Reverse Osmosis ke tangki raw water 8000 Jumlah Penghematan AIr (m3) 7000 Reuse Cooling Water pada Otoklaf 2880 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 2009 2010 2011 2012 2013 (sampai Agustus) Recycle air bilasan terakhir dari mesin pencuci vial dan ampul ke tangki raw water Recycle air buangan mesin washing gilowy dan condensate PSG ke tangki raw water Recycle air buangan mesin washing gilowy ke tangki raw Gambar 3. Hasil Pencapaian Program Penghematan Air PT. Bio Farma Tahun 2013 program penghematan air telah dimulai dengan program baru dengan mengganti deionisasi pada Water Treatment Plant (WTP) dari resin based conventional mixed bed ke Continuous Electro De-Ionization (CEDI). Air hasil reverse osmosis diolah lebih lanjut untuk memperoleh air yang berkualitas standar air produksi. CEDI menyisihkan ion–ion yang masih tertinggal pada pengolahan reverse osmosis. Dengan CEDI, penggunaan air yang digunakan dalam WTP dapat ditekan secara sangat signifikan. Dengan conventional mixed bed, kebutuhan air per minggu adalah sebesar 11.835 liter/regenerasi yang dilakukan setiap 2 minggu atau setara dengan 284.040 liter/tahun. Dengan CEDI, penggunaan air hanya sebesar 350 liter/bulan atau setara 4200 liter/tahun. Penghematan air telah terbukti berhasil meningkatkan efisiensi kegiatan operasional Bio Farma dan hasil telaahan menunjukkan bahwa penghematan air dan penggunaan air hasil recycle tidak memiliki dampak buruk terhadap proses produksi dan kualitas output produksi. Menyadari hal tersebut, Bio Farma berkomitmen untuk melanjutkan dan mengembangkan program penghematan air yang ditampilkan dalam Tabel 2. Tabel 2. Pengembangan Program Penghematan Air No 1 2 3 4 5 Program Lokasi Recylce air Reject Reverse Osmosis Sirkulasi Cooling Water Otoklaf Reuse air buangan mesin washing Gedung Litbang dan Gedung IHU Gedung Baru Bagian HIB dan Pertusis Gedung Litbang dan Gedung IHU Bagian Formulasi, QC dan Pengemasan Bagian Polio, Campak dan Media Penggantian ke CEDI Deionisasi Penambahan Jumlah Lubang Biopori menjadi 900 buah Bio Farma Pasteur Realisasi 2013 2013 2013 2014 2015 2013 Bio Farma terus berkomitmen untuk mengurangi jumlah pengambilan air dari sumber air dan jumlah produksi air buangan sekaligus meningkatkan jumlah kapasitas air bersih yang tersimpan di akuifer lingkungan. Prinsip yang terus secara 10 PT. BIO FARMA - Produksi Bersih konsisten dipegang teguh oleh perusahaan adalah Bio Farma sebagai entitas bisnis yang ramah lingkungan dan bertanggung jawab, tidak mewariskan air mata melainkan mata air bagi generasi berikutnya. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Total penghematan air dari proses recycle dan reuse air meningkat dari 10.296 m3/tahun pada tahun 2009, 11.664 m3/tahun pada tahun 2010, 14.256 m3/tahun pada tahun 2011, menjadi 24.932 m3/tahun pada tahun 2012. Persentase jumlah penghematan air terhadap jumlah pengambilan air PDAM dan air tanah meningkat pada setiap tahun yaitu 7,8% (2009), 7,8% (2010), 10,3% (2011), dan 14,0% (2012) seperti yang tergambar dalam Gambar 4. Prosentase Penghematan Ai r terhadap Pengambi l an Ai r T… 7.8% 7.8% 2009 2010 10.3% 2011 Juml ah Penggunaan Ai r/Kegi atan (m3) PT Bi o Farma (Persero) 14.0% 2012 88.13 83.14 2009 2010 70.53 67.24 2011 2012 Gambar 4. Persentase Penghematan Air Substitusi conventional mixed bed ke CEDI berhasil menekan konsumsi air menjadi 2.100 liter per 6 bulan atau setara dengan 4.200 liter/tahun. Jika ditinjau dari titik awal penggunaan CEDI mulai Januari 2013 hingga April 2013 (4 bulan) maka dapat dihitung bahwa penggunaan air berhasil ditekan dari 94.680 liter menjadi hanya 1.400 liter hanya dalam 4 bulan. Dengan demikian, penghematan air yang berhasil dicapai dengan substitusi conventional mixed bed ke CEDI adalah sebesar 98,52 % dalam 4 bulan ini. Program penghematan air yang telah dilakukan di Bio Farma tidak hanya minimalisasi air limbah dan penghematan konsumsi air, tetapi juga mencakup peningkatan kapasitas infiltrasi air hujan. Hal tersebut dilakukan dengan pembuatan lubang biopori di lingkungan perusahaan dimana lubang biopori meningkatkan luas bidang resapan air sebesar 3.218,5 cm2 (biopori berdiameter 10 cm dan tinggi 100 cm). Program biopori telah diinisiasi pada tahun 2010 dan hingga saat ini jumlah lubang biopori terus meningkat mulai dari 250 lubang-850 lubang pada tahun 2012 sehingga luas bidang resapan menjadi 2.735.725 cm2. Proses efisiensi bahan baku air melalui pengolahaan limbah air, berhasil membawa perusahaan mendapatkan pengakuan dari berbagai kalangan. Keberhasilan ini tak luput dari komitmen pimpinan pertinggi perusahaan untuk melaksanakan kebijakan yang sudah dikeluarkan, seperti yang disampaikan : “Bio Farma berkomitmen untuk mewujudkan standar operasional bisnis yang ramah lingkungan dan melangkah lebih jauh dengan menerapkan standar beyond compliance dalam rangka mencapai standar kinerja yang efisien dengan tetap menjaga kualitas produk sehingga mampu berkompetisi di pasar internasional. Alhamdulillah pada tahun 2012 Bio Farma berhasil meraih penghargaan Indonesia Green Office Award (IGOA) 2012 dan pada tahun 2013, Bio Farma kembali terpilih menjadi The First Rank Indonesia Green Office Award dari Yayasan KEHATI dan Majalah SWA. Bio Farma dianggap telah berkomitmen dan mengimplementasikan seluruh aktivitas yang meliputi PT. BIO FARMA - Produksi Bersih 11 seluruh aspek kriteria green industry, sehingga tidak memberikan dampak yang negatif untuk lingkungan lokal maupun global dan terhadap komunitas ekonomi secara keseluruhan”. (Bandung, 24 September 2013; Drs. Iskandar, MM; Direktur Utama PT. Bio Farma). 12 PT. BIO FARMA - Produksi Bersih PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL TBK, CILEGON, BANTEN Hemat Energi dan Bahan Baku, Upaya Kurangi Emisi Sebagai salah satu perusahaan podusen petrokimia terintegrasi terbesar di Indonesia, PT. Chandra Asri Petrochemical Tbk. berupaya berkontribusi pada perbaikan lingkungan, salah satunya melalui efisiensi energi dan penghematan energi. Upaya yang dilakukan sejak 2007 cukup membuahkan hasil, dimana perusahaan dapat menekan emisi CO2 dari proses penghematan bahan bakar sampai tahun 2012 senilai 61.886,7 ton CO2 dan penurunan energi indeks sebesar 8,46%. Sementara bahan baku yang dapat dihemat sejak tahun 2007 sampai 2012 sebesar 6.606.425 US$ per tahun. PT. Chandra Asri Petrochemical (CAP) berlokasi di Ciwandan, Cilegon, Provinsi Banten, merupakan industri yang mengoperasikan naphtha cracker dan polypropylene untuk memproduksi Olefins (Ethylene, Propylene dan produk turunannya seperti Pygas dan Mixed C4), dengan kapasitas produksi seperti yang tersaji pada Tabel 1. Tabel 1. Kapasitas pabrik CAP No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. Produk Ethylene Propylene Pyrolysis Gasoline Crude C4 Polyethylene Polypropylene Kapasitas 600.000 ton/thn 320.000 ton/thn 280.000 ton/thn 220.000 ton/thn 336.000 ton/thn 480.000 ton/thn. Sebagai Perusahaan yang memiliki etika bisnis yang baik dan dapat diterima oleh berbagai kalangan, terutama masyarakat di sekitar pabrik, perusahaan telah berkomitmen untuk meningkatkan efisiensi energi, optimasi penggunaan bahan baku, mencegah dan meminimalkan pencemaran udara, tanah dan air, sebagai upaya untuk menjadi salah satu perusahaan ramah lingkungan. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, CAP mengembangkan program hemat energi dan bahan baku. Selama ini, produk-produk CAP telah menaati secara ketat standard kualitas internasional dan juga standard lingkungan yang berlaku. Seluruh produk bijih plastik Polyethylene dan Polypropylene dengan merek dagang Asrene dan Trilene sudah mendapatkan sertifikasi Halal dari Majelis Ulama Indonesia Pusat. CAP juga telah mengembangkan produk bijih plastik “ramah lingkungan” yang dipasarkan menggunakan merk Grene. Produk ini dibuat menggunakan bahan baku yang relatif lebih cepat dan mudah terurai oleh sinar UV dan panas. Produk plastik yang terbuat dari Asrene SF5008E yang terurai melalui proses fotodegradasi menggunakan ultraviolet. Ketika plastik telah menjadi limbah dan berada di luar ruangan, plastik SF5008E akan terkena radiasi ultraviolet matahari, oksigen, panas dan air untuk kemudian secara bertahap plastik SF5008E akan membusuk sampai seluruhnya hancur dalam waktu 2 tahun. PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih 13 Minggu 0 Minggu 14 Physical Disintegration (Outdoor testing) 1. Efisiensi Energi dan Bahan Baku Membantu Mengurangi Emisi CO2 Penggunaan energi merupakan faktor penting dalam pengendalian kelestarian lingkungan. Perusahaan menyadari penggunaan energi yang besar akan berpengaruh terhadap lingkungan terutama pemanasan global (global warming). Penggunaan energi secara efisien terus dilakukan dengan tujuan menurunkan konsumsi energi dan mengurangi emisi CO2. Tim manajemen efisiensi energi & konservasi air dibentuk untuk melaksanakan manajemen energi dan konservasi air. Dipimpin oleh Manufacturing Director dan dikoordinir oleh Departemen Manager yang memiliki sertifikat efisiensi energi dan latar belakang pendidikan yang sesuai. Rencana strategi efisiensi energi diterapkan melalui tujuan tahunan (key performance indicator) dari bagian ini. Audit energi dilakukan secara internal dan eksternal, dan dilaporkan ke manajemen setiap bulan. Benchmarking dilakukan dengan sesama anggota Regional Olefin Producer Technical Committee yaitu sesama penghasil produk ethylene di Asia Tenggara yaitu Thailand, Singapura, Malaysia dan Indonesia setiap tahun sekali. Kegiatan konservasi energi sejalan dengan program untuk menghasilkan jumlah produk yang sama dengan jumlah bahan baku yang lebih sedikit di Furnace, Ethylene plant, sebagai pengguna energi terbesar. Upaya yang dilakukan adalah: x Optimalisasi penggunaan bahan bakar gas. x Pemanfaatan exhaust gas dari Gas Turbine Generator (GTG) untuk mengurangi fuel. x Penyesuaian kondisi operasi furnace diantaranya Coil Outlet Temperature. x Mengurangi bahan baku Naphtha dengan penggunaan C3 LPG recycle. x Meningkatkan efisiensi menara distillasi (ethylene tower, propylene tower dan debutanizer C4 tower). x Mengganti insulasi panas (fire brick) Furnace. 14 PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih Efisiensi listrik dilakukan secara optimal di HDPE plant yaitu dengan mematikan sejumlah alat (Nitrogen compressor, blower etc) pada saat shutdown dan optimasi pelleter dengan pengaturan suction pressure melt pump. Keberhasilan program ini dapat dilihat berikut ini: Tabel. 2. Keberhasilan Efisiensi Listrik di HDPE Keterangan HDPE plant Penurunan konsumsi listrik 46.24 (kW.h/T prod) Penghematan biaya energi (US$) 532.397 Ton Emisi CO2 35.685 Program penghematan bahan baku berhasil melakukan penghematan sebesar 6,6Juta US$, lebih lengkapnya disampaikan pada tabel berikut ini: Tabel 3. Program Penghematan Bahan Baku Keterangan x Efisiensi Energi (selama 2007 – 2012) Penurunan energy index (%) Penghematan konsumsi bahan bakar (US$/tahun) Jumlah Emisi CO2/T dari proses penghematan bahan bakar (Ton CO2/tahun) x Mengurangi bahan baku Penghematan konsumsi bahan baku (US$/tahun) Penghematan energi sejumlah bahan baku yang tidak digunakan (6700 T) Furnace 8.46 2.805.583 61.886,7 6.606.425 67.139.388 MJoule/tahun = 0,7juta US$ = 12.964 T eCO2 Upaya untuk menghemat energi dan bahan baku salah satunya dilakukan dengan menggunakan exhaust gas turbine generator (Gambar 1.). Upaya tersebut telah berhasil menghemat biaya sekaligus mampu menurunkan beban pencemar ke lingkungan. Dari upaya penghematan energi saja telah dihemat sebesar USD 532.397 dan penurunan emisi CO2 sebanyak 35.685 ton pertahun. C Naptha 1.8 juta T/thnNapt h C Ethylene (C2) = 600.000 T/thn COT = 810 – 850 Propylene (C3) = 320.000 T/thn C C C C C C Crude C4 = 220.000 T/thn C C Pygas = 280.000 T/thnEthylene (C2) = 600.000 T/thn C C C Bahan Udara Ambient (N2 = 79% & O2 = 21%)Udara Gambar 1. Proses di Furnace PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih 15 PENGHEMATAN BAHAN BAKU DI FURNACE Energy Index (Energi/Naphta) 2.60 1.75 2.55 1.7 2.50 Standar = 1.65 Energy index (MMKcal/T Naphtha) T-Naptha/T produk (C2+C3+C4) 1.8 1.65 1.6 1.55 1.5 1.45 2.45 2.40 2.35 2.30 2.25 1.4 2004 2005 2006 2007 2008 2009 Tahun 2010 2011 2012 2007 2013 Grafik 1. Penghematan Konsumsi Bahan baku 2008 2009 Tahun 2010 2011 2012 Grafik 2. Rasio Energi terhadap Bahan Baku (Naphtha) Upaya penghematan dilakukan dengan menggunakan teknologi bersih untuk beberapa proses berikut : a. Recovery gas buang ethylene ke flare Dengan pemasangan BOG Compressor, sehingga gas ethylene dari tangki penyimpanan selama pabrik tidak beroperasi (setiap lima tahun sekali, pabrik dimatikan untuk perbaikan alat), yang biasanya dibuang ke cerobong pembakaran (flare), dengan pemasangan Boil Off Gas Compressor dijadikan fasa cair dan dikembalikan ke tangki penyimpanan. Hal ini berdampak pada pengurangan pencemaran udara dan juga penghematan sebesar 2.194 T Ethylene, 2,9 juta US$ dan setara dengan 21.309 T Emisi CO2 di tahun 2009 & 2011. Jumlah Ethylene recovery oleh BOG Compressor 200.000 180.000 Ethylene recovery 160.000 140.000 Ethylene (Ton) 120.000 100.000 80.000 60.000 40.000 20.000 2/5 2/6 2/7 2/8 2/9 2/10 2/11 2/12 2/13 2/14 2/15 2/16 2/17 2/18 2/19 2/20 2/21 2/22 2/23 2/24 2/25 2/26 2/27 2/28 3/1 3/2 3/3 3/4 3/5 3/6 3/7 3/8 3/9 3/10 3/11 3/12 3/13 3/14 3/15 3/16 3/17 3/18 3/19 3/20 3/21 10/6 10/7 10/8 0.000 2009 & 2011 Gambar 2. BOG Compressor dan Propylene Refrigerant Grafik 3. Jumlah Ethylene Recovery oleh BOG Compressor b. Recovery Raw C4 Selama Proses Pengapalan Salah satu aspek penting dari kegiatan operasional CAP adalah pembuangan gas buang ke flare, perusahaan berupaya memanfaatkan secara optimal gas buang ke flare dengan mengembalikan sisa gas di perpipaan setelah proses pengapalan kembali ke tangki Raw C4 atau ke proses Ethylene plant. Sejak 2009 hingga pertengahan 2013 berhasil mengembalikan Raw C4 sebanyak 3402 T, dan setara dengan 170.100 US$. Seperti ditunjukkan pada grafik berikut ini: 16 PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih Fugitive Emission e CO2 2007 2008 2009 2010 2011 2012 e CO2/T 10000 9000 8000 7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 Fugitive emission & Recovery (T) 1000 900 800 700 600 500 400 300 200 100 recovery 0 2013 Grafik 4. Recovery Raw C4 ke tangki/proses b. Recovery Gas Buang (Bleed Gas) Dari HDPE Plant Gas buang (bleed gas) dari HDPE plant disalurkan kembali ke Ethylene plant berkontribusi pada penurunan fugitive emission, sehingga jumlah emisi CO2 tidak dihasilkan lagi. Total recovery bleed gas 19.793 T, setara dengan 21,4 juta US$. 3,500 Recovery Bleed gas from HDPE to Ethylene Plant Bleed gas (T) 3,000 2,500 2,000 1,500 Bleed gas from HDPE 1,000 2007 2008 2010 Tahun 2009 2011 2012 Grafik 5. Recovery Bleed gas dari HDPE c. Recovery Propane Gas dari PP plant ke Ethylene plant Recovery propane gas PP plant kembali ke Ethylene untuk diolah kembali menjadi produk, dengan melakukan pemasangan perpipaan dari Polypropylene plant ke Ethylene plant.Kegiatan ini berkonstribusi juga pada penurunan fugitive emission, sehingga jumlah emisi CO2 tidak dihasilkan lagi. Total recovery gas propane 5.546 T, setara dengan 2,9 juta US$, 52.954 eq CO2/Ton. Efisiensi Listrik HDPE plant 470 460 kWh.h/T prod 450 440 430 420 410 400 2008 2009 2010 Tahun 2011 2012 Grafik 6. Efisiensi Listrik di HDPE plant PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih 17 2. Manfaat Perusahaan berupaya melakukan efisiensi energi, antara lain dengan optimasi bahan baku, recovery gas buang ethylene ke flare, recovery raw C4 selama proses pengapalan, recovery gas buang (bleed gas) dari HDPE plant, recovery propane gas dari polypropylene plant ke Ethylene plant, efisiensi listrik, yang berarti peningkatan efisiensi biaya, dan pada akhirnya menciptakan nilai tambah bagi pelanggan dan meningkatkan daya saing perusahaan. 3. Petikan Pembelajaran Keberhasilan perusahaan dalam efisiensi bahan baku dan energi tidak terlepas dari komitmen top manajemen untuk melaksanakan produksi bersih dan melakukan pengawasan terus menerus yang dituangkan dalam bentuk aturan tertulis. Kebijakan tersebut ditunjang oleh teknologi tepat guna yang dapat membantu meminimalisasi bahan baku dan sumber energi yang digunakan. Meskipun perusahaan menyadari keandalan alat, sebagai penunjang kelangsungan produksi yang berkesinambungan sangatlah penting untuk terus ditingkatkan, namun membutuhkan sumberdaya manusia yang bukan hanya handal tapi juga memiliki kedisiplinan untuk menghindari risiko. 18 PT. CHANDRA ASRI PETROCHEMICAL - Produksi Bersih PT. CHEIL JEDANG INDONESIA, JOMBANG, JAWA TIMUR Pemanfaatan Sisa Produksi Asam Amino sebagai Pupuk Cair Limbah dari proses industri biofactory dengan produk utama IMP, GMP dan MSG PT. Cheil Jedang Indonesia (CJI) sejak tahun 2012 telah berhasil diolah menjadi pakan ikan Promate dan pupuk cair Bagitani. Melalui upaya pengolahan limbah sisa produksi tersebut telah menurunkan kadar COD perhari sebesar 33.125 Kg (82%) dari total 72.000 Kg COD per hari. Sebelumnya kadar COD yang dihasilkan dari retended GMP sebesar 5.625 Kg/hari dan PL MSG sebesar 27.500 Kg/hari namun berkat upaya tersebut kadar COD dari limbah tersebut berhasil diturunkan menjadi 0 Kg per hari. Upaya menurunkan kadar limbah COD dilandasi dengan visi perusahaan yaitu Beyond Bio, Renew The Earth yang berarti perusahaan yang selalu berupaya menciptakan semua produk dengan konsep produksi bersih dan berwawasan lingkungan. Dalam komitmennya untuk mewujudkan visi maka CJI telah melakukan kegiatan pemanfaatan sisa produksi asam amino sebagai produk samping pupuk cair Bagitani dan pakan ikan Promate di lokasi pabrik seluas ± 70 Ha dengan status Penanaman Modal Asing (PMA) Korea Selatan, yang berlokasi di Jl. Raya Brantas KM 3,5 Desa Jatigedong, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur. Kadar COD yang dihasilkan dari proses pembuatan produk meskipun masih di dalam batas peraturan lingkungan, namun perusahaan terus mengupayakan pengurangan limbah terutama limbah cair yang dapat membahayakan sumber air sekitar. Berdasarkan hasil kajian menunjukkan bahwa dari proses sisa produksi asam amino PL MSG dapat dibuat pupuk cair. 1. Mengurangi Kadar COD, Menjadi Pupuk Cair Pupuk cair adalah hasil samping proses asam amino (haspramin) yang merupakan pupuk organik sesuai dengan SNI 02-4958-2006. Pupuk cair Bagitani secara kualitas sudah mendapatkan sertifikasi SNI tanggal 16 Januari 2013 dengan nomor 02/S/SA/I.1/2013. dari Lembaga Sertifikasi Produk, Pusat Standarisasi Kementerian Perindustrian. Dalam prosesnya, sisa produksi asam amino berupa PL MSG merupakan sisa produksi yang berasal dari proses refinery (pemurnian), tahap kristalisasi. Larutan jenuh yang mengandung produk (campuran antara asam glutamate, media/tempat tumbuh bakteri, dan biomassa) didinginkan sampai suhu 20 dan pH 3.2 sehingga terbentuk kristal. Kristal yang bercampur larutan induk kemudian dipisahkan dalam separator. Kristal dialirkan ke tangki netralisasi dengan menambahkan NaOH sehingga membentuk Monosodium Glutamate (MSG) dalam bentuk cair. Larutan induk yang dihasilkan dipekatkan dalam evaporator sehingga membentuk PL MSG, yang kemudian dimanfaatkan sebagai bahan baku pupuk cair karena memiliki kandungan nitrogen yang cukup tinggi sekitar 4-5%. Haspramin terutama dibuat dari sisa produksi asam amino, terutama asam amino glutamate dengan bahan baku yaitu tetes tebu (cane molases). Haspramin dapat digunakan untuk menggantikan pupuk ammonium sulfat (ZA). Haspramin telah digunakan sebagai pupuk pada berbagai tanaman seperti tebu, padi, palawija, dan nanas. Dari hasil survei lapangan, dilaporkan bahwa Haspramin tidak mengganggu produksi pertanian dan harganya lebih murah daripada pupuk N lainnya seperti Urea dan ZA. Hasil Penelitian juga menunjukkan bahwa penggunaan Haspramin pada PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih 19 j g j p gg p p tanaman pangan padi dan jagung, serta tanaman perkebunan dengan takaran 25005000 l/ha dapat mensubstitusi kebutuhan N dan memberikan kenaikan hasil panen (Soeparmono et al., 1999; Sofyan et al., 1999). Unsur hara dalam Haspramin yang paling penting adalah unsur Nitrogen, karena penting untuk pertumbuhan tanaman. Nitrogen adalah mineral dalam pupuk yang diperlukan tanaman yang berfungsi untuk: 1) pembentukan atau pertumbuhan daun, batang, dan akar; 2) mempengaruhi warna daun menjadi hijau gelap; 3) membentuk protein, lemak, dan berbagai persenyawaan organik; 4) meningkatkan mutu tanaman penghasil daun-daunan; 5) meningkatkan perkembangbiakan mikroorganisme di dalam tanah. Gambar 1. Diagram Air Proses Produksi Pupuk Cair Reduce beban Limbah ke IPAL 82% Gambar 2. Gambaran Pengurangan Kadar COD di Perusahaan 20 PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Keberhasilan perusahaan dalam mengolah limbah menjadi pupuk cair bukan hanya bermanfaat bagi perusahaan dan lingkungan, namun juga pupuk yang dihasilkan perusahaan bermanfaat bagi masyarakat di empat desa yaitu Desa Manduro dan Sumberingin (Kec. Kecamatan Kabuh), Desa Katemas (Kec. Kudu) dan Desa Pulosari (Kec. Bareng). Melalui program kerjasama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jombang seperti tertuang dalam Surat Perjanjian Kerjasama CJI, Jombang Nomor : 01/CJI/GA ENV-CSR/V/2013 dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jombang Nomor : 522/353.A/415.32/2013 tentang pelaksanakan kegiatan Program CSR berupa Bantuan Pupuk Cair Bagitani untuk tanaman kehutanan pada hutan rakyat/hutan hak, dengan harapan dapat memotivasi kelompok tani/petani hutan dalam rangka meningkatkan tertib penata usahaan hasil hutan kayu secara lestari. Sejak bulan Mei 2013, pupuk cair Bagitani yang diproduksi telah dimanfaatkan untuk program penghijauan hutan rakyat seluas 500 Ha, dengan jumlah pupuk cair yang disumbangkan sebanyak 3.562 Kl. Tabel 1 berikut luasan hutan rakyat dan jumlah pupuk yang diberikan di empat desa. Tabel 1. Dukungan Pupuk Cair Bagitani yang Dialokasikan di Empat Desa untuk Pengembangan Hutan Rakyat Areal (Ha) Target Realisasi Target Kec. Kabuh - Ds. Manduro - Ds. Sumberingin 150 150 109,50 113,50 1.500 1.500 1.095 1.135 73,00 75,67 Kec. Kudu - Ds. Katemas 120 91,50 1.200 915 76,25 Kec. Bareng - Ds. Pulosari 80 41,70 800 417 52,13 500 356,2 5.000 3.562 71,24 No Kecamatan/Desa 1 2 3 JUMLAH Volume (Kl) % Realisasi Seiring dengan pengembangan program CSR CJI dalam bidang lingkungan dan sebagai bentuk kepedulian nyata terhadap kelestarian lingkungan dalam bentuk kegiatan hutan rakyat yang ada di Kabupaten Jombang, maka kegiatan pemupukan pada tanaman hutan seperti jati, sengon, mahoni dan lain-lain sangat dibutuhkan oleh kelompok tani hutan. Hal ini berdampak positif untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat hutan serta sekaligus meningkatkan kelestarian hutan yang sangat berguna dalam keseimbangan alam dan lingkungan. Dari data aplikasi tersebut diatas, maka dapat dilihat bahwa dari target areal hutan rakyat seluas 500 Ha terealisasi seluas 356,20 Ha (71,24%) atau dengan jumlah pohon (tanaman hutan) yang terpupuk sebanyak 427.440 pohon (356,20 Kl pupuk cair). PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih 21 Sosisalisasi CSR Bantuan Pupuk cair Bagitani di desa Menduro Simbolis pemupukan tanaman Jati oleh Kadishutbun Jombang Simbolis pemupukan tanaman Jati oleh GM PT. CJI Jombang Gambar 3. Sosialisasi Bantuan Pupuk Cair untuk Hutan Rakyat Keberhasilan perusahaan untuk mengurangi limbah cair dengan menggunakan teknologi telah berhasil memanfaatkan menjadi pupuk cair. Hal ini tidak terlepas dari komitmen pimpinan serta pemilihan teknologi yang digunakan. Pengembangan kerjasama dengan berbagai pihak merupakan langkah tepat dalam mendukung distribusi dan pemanfaatan tepat guna pupuk cair yang dihasilkan. Berdasarkan data yang ada, program ini terlihat sekuen dari program yang tadinya untuk produksi bersih ternyata mampu memberikan hasil ikutan yang optimal dengan tertanami lahan seluas 500 Ha sebagai Hutan Rakyat. Bapak Jamilun, Kepala Desa Menduro: ”Terimakasih kepada PT. CJI Jombang karena dengan program CSR bantuan pupuk cair ini sangat membantu masyarakat petani hutan rakyat khususnya beban biaya pupuk dan meningkatkan produktifitas pohon jati yaitu ukuran diameter batang pohon semakin besar dan pertumbuhan tanaman lebih cepat. Program seperti ini perlu dilakukan secara berkesinambungan karena program ini sangat bermanfaat bagi kami”. Petikan Pembelajaran Semua limbah (sisa produksi) pada dasarnya mempunyai potensi untuk dilakukan perubahan manfaat dan nilai ekonomis tergantung bagaimana kita memanfaatkannya. Kepedulian lingkungan merupakan tanggung jawab semua pihak termasuk pelaku industri. CJI membuktikan komitmennya sesuai dengan visi “Beyond Bio Renew The Earth” dengan melakukan penghijauan hutan yang merupakan sumber alam yang terpenting untuk menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan. 22 PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih CHEVRON GHEOTHERMAL SALAK LTD (CGS), KABUPATEN SUKABUMI DAN BOGOR, JAWA BARAT Pemanfaatan Serpih Bor Serpih bor yang dihasilkan dari pengeboran sumur uap panas bumi telah berhasil diolah menjadi konstruksi beton ringan, salah satunya oleh Chevron Geothermal Salak Ltd, di Kabupaten Sukabumi dan Bogor, Jawa Barat. Pemanfaatan dilakukan sejak tahun 2010 dengan Ijin Pemanfaatan Serpih Bor Keputusan Kementerian Lingkungan Hidup (Kep MENLH) No. 178/2010. Pada periode 2012-2013, limbah serpih bor yang sudah dimanfaatkan sebagai bahan batako sebanyak 3.940 m3. Pemanfaatan serpih bor merupakan upaya CGS untuk mengurangi limbah B3 dari pengeboran uap panas bumi khususnya yang berlokasi di kaki Gunung Salak, Jawa Barat. Sebagai perusahaan swasta non–pemerintah pertama yang turut serta dalam mengembangkan dan memanfaatkan panas bumi di Indonesia, CGS sebagai salah satu bagian dari Chevron terus berupaya melakukan kegiatan yang bertanggung jawab sosial dan selalu mematuhi hukum di wilayah setempat. Sebagai perusahaan yang memiliki visi "Menjadi perusahaan energi global yang diakui karena Karyawannya, Kemitraannya dan Kinerjanya”. CGS telah mengoperasikan sumur uap panas bumi sejak tahun 1994 dan Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) sejak tahun 1997 di Gunung Salak, Kabupaten Sukabumi dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menyadari bahwa penting untuk mengolah serpih bor yang jumlahnya terus bertambah dengan konsep pemberdayaan masyarakat. Program pemanfaatan serpih bor memiliki tujuan untuk memanfaatkan serpih bor yang berasal dari kegiatan pengeboran menjadi bahan konstruksi dengan memberdayakan masyarakat sebagai kontraktor yang terlibat dalam kegiatan ini, melalui program pelatihan pengembangan potensi bisnis lokal (Local Business Development). Selain itu, program juga bertujuan untuk mengembangkan potensi bisnis di lokasi sekitar perusahaan yaitu di Desa Kabandungan, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi; Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. 1. Batako dari Serpih Bor, Mengurangi Limbah, Menambah Pendapatan Masyarakat Program pengelolaan limbah B3 CGS dilaksanakan melalui kerjasama dengan Laboratorium Struktur dan Bahan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan ITB dan Puslitbang PU Cileunyi Bandung. Berdasarkan hasil uji laboratorium, serpih bor yang dihasilkan dapat dijadikan bahan pengganti agregat halus untuk kontruksi beton ringan (struktural dan non struktural) sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI). Proyek pemanfaatan serpih bor yang dijalankan sudah melalui proses Chevron Planning Development and Execution Project (CPDEP) yang meliputi tahap perencanaan, pelaksanaan, pemantauan dan kaji ulang secara berkesinambungan, atau secara umum disebut proses Plan-Do-Check-Act (PDCA). Pada tahap awal perencanaan, proyek ini melibatkan tim dari Operasi, Pemeliharaan, Enginering, Drilling dan K3LL untuk mencari solusi yang tepat. Tahap pelaksanaan PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih 23 pemanfaatan serpih bor didukung oleh tim dari Policy Government and Public Affairs (PGPA) dan Supply Chain Management (SCM). Intinya, CGS berupaya untuk melibatkan semua pihak yang berkepentingan yang dapat mendukung tercapainya sasaran program. Proses tersebut di dukung dengan perizinan dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mengolah limbah B3 melalui surat Keputusan Menteri Lingkungan Hidup (MENLH) dengan No. 178 tahun 2010. Setelah ijin ini dikeluarkan, proses selanjutnya adalah persiapan di tingkat masyarakat dan pelatihan, serta pemantauan. Masyarakat yang terlibat dalam pemanfaatan serpih bor selain didampingi dalam proses pengorganisasian oleh Tim Community Development perusahaan, juga didorong untuk membentuk tim usaha yang kemudian dalam pelaksanaan pengolahan serpih bor disebut kontraktor. Kontraktor yang terlibat dalam kegiatan pemanfaatan serpih bor ini diberi pembekalan ilmu mengenai karakteristik serpih bor, komposisi campuran bahan, prosedur K3, alat pelindung diri (APD), penanganan bahan kimia dan pengelolaan limbah. Program pelatihan pengembangan potensi bisnis perusahaan kecil dan program kemitraan usaha ini sudah berjalan sejak tahun 2008 dan berkesinambungan dengan visi menciptakan masyarakat lokal yang mandiri. Proses pembuatan batako dilakukan bersama dengan kelompok unit usaha masyarakat di desa-desa yang didampingi oleh perusahaan yaitu Desa Kabandungan dan Purwabakti. Pada periode 2012, CGS telah memanfaatkan sebanyak 3.940 m3 limbah serpih bor yang di buat batako oleh kelompok masyarakat. Batako yang dihasilkan dibeli oleh perusahaan untuk membuat bangunan, jalan, dan lainnya. Dalam hal pembuatan batako, kegiatan ini terintegrasi dengan program pengembangan masyarakat dan Local Business Development (LBD), dimana batako dari pemanfaatan serpih bor ini diproduksi oleh salah satu vendor hasil binaan LBD program. Vendor LBD tersebut telah memperoleh pelatihan terlebih dahulu dari supplier agar mampu menghasilkan produk yang memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan. Gambar 1. Pemanfaatan Serpih Bor di Chevron Geothermal Salak Ltd. 24 PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran CGS telah berhasil mengelola dan memanfaatkan serpih bor menjadi batako yang dimanfaatkan untuk dinding penahan tanah, saluran drainase, bangunan gedung tempat tinggal karyawan dan dimanfaatkan untuk pengerasan jalan. Dan menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat di dua desa di sekitar lokasi yaitu Desa Kabandungan dan Desa Purwabakti. Program ini juga sudah berhasil mengurangi limbah perusahaan, sekaligus dapat menambah pendapatan masyarakat dengan berhasil dimanfaatkan 3.940 m3 serpih di periode 2012-2013. Keberhasilan program tidak terlepas dari rangkaian persiapan program termasuk perizinan pengelolaan limbah B3 dari Kementerian Lingkungan Hidup yang ditandai dengan Keputusan MENLH 178/2010. Selain itu, pelibatan masyarakat menjadi kunci utama program, yang melahirkan keahlian dan dukungan untuk pengeloaan selanjutnya. PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - Produksi Bersih 25 PT. EPSON BATAM, KEPULAUAN RIAU Mengolah Limbah Tinta, Atasi Pemborosan Air Tanah Sejak tahun 2008, PT. EPSON Batam (EB) berupaya menerapkan penghematan air melalui pengolahan tinta sebagai upaya perusahaan mengatasi persoalan keterbatasan air bersih di Batam selain untuk mengatasi pencemaran. Dari pengolahan air tinta yang telah dilakukan selama periode 2008-Juni 2013, perusahaan mampu mengurangi buangan limbah tinta hingga 2.412.435 liter dan biaya hingga Rp. 7.852.475.925, serta pengurangan pemakaian air tanah 2.412.435 liter atau senilai Rp. 44.871.291. Penghematan tersebut digunakan juga untuk membantu mengatasi kesulitan air di masyarakat sekitar. Kebutuhan akan air cenderung semakin meningkat dari waktu ke waktu. Sama halnya di pulau Batam dimana sampai saat ini kebutuhan air mengandalkan sumber air danau untuk keperluan hidup masyarakat sehari-hari dan juga kebutuhan industri. Ketersediaan sumber daya air danau dikhawatirkan tidak akan mencukupi seiring bertambahnya jumlah penduduk serta jumlah pabrik industri yang beroperasi di pulau Batam. Berdasarkan data Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil kota Batam, diketahui jumlah penduduk kota Batam hingga Maret 2013 mencapai 1.249.650 jiwa. Oleh karena itu perlu adanya upaya dan partisipasi aktif dari semua pihak dalam menjaga keberadaan dan keberlangsungan sumber daya air yang ada di pulau tersebut. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan menghemat penggunaan air untuk kebutuhan sehari-hari serta melaksanakan program-program berbasis lingkungan terutama bagi pelaku industri. EPSON Batam (EB) sebagai salah satu perusahaan di bidang perakitan komponen elektronika, selalu berupaya menyelaraskan kegiatan industri dengan lingkungan sekitar. Perusahaan yang berdiri pada tahun 1991 dan tergabung dalam afiliasi Epson Singapore Group (SEPG) hingga saat ini menghasilkan produk berupa Scanner, IC module, Catridge Mold serta tinta cartridge. Seluruh kegiatan operasional dan produksi PT. EPSON Batam dilaksanakan di Kawasan Industrial Batamindo, Kepulauan Riau, kebutuhan perusahaan akan air dan listrik disediakan oleh pihak kawasan. Produksi cartridge dimulai sejak tahun 2005, dimana EB hanya merakit cartridge dengan tinta yang di-supply dari SEC. Tingginya tingkat produksi tinta cartridge membuat perusahaan melakukan ekspansi. Pada tahun 2009, EB mengembangkan produksi cartridge-nya dengan menambah satu section di dalam Departmen IK Produksi. Section tersebut bernama Ink Blending, Hal ini berarti EB akan mengolah dan memprodiksi tinta sendiri yang kemudian dirakit menjadi Ink Cartridge. Penambahan Kegiatan pengolahan tinta yang dilakukan sendiri oleh perusahaan akan memberikan manfaat yang besar bagi proses produksi ink cartridge, namun akan berbanding terbalik terhadap besar buangan limbah dan volume pemakaian air. Dalam proses pengolahan tinta ini perusahaan membutuhkan pasokan air bersih yang cukup banyak untuk proses pembuatan tinta, pencucian alat-alat dan wadah yang digunakan untuk mengolah tinta, proses pengecekan kualitas di laboratorium, dan lain sebagainya. Tingginya aktivitas tersebut sebanding dengan tingginya angka buangan limbah cair tinta yang dihasilkan. Berdasarkan data rekaman jumlah limbah B3 FFD Department, di ketahui bahwa perusahaan menghasilkan limbah tinta rata-rata sebanyak 53.000 liter setiap bulannya (Data 26 PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih pengolahan limbah IWWTP FFD Department). Tingginya angka buangan limbah tinta tersebut akan berimbas kepada tingginya biaya untuk pembuangan limbah ke pihak pengolah akhir. 1. Olah limbah Cair Atasi Pemborosan Air Dengan hanya mengandalkan satu sumber, yaitu air danau di kawasan industri Batamindo, tentunya akan menjadi kendala bila EB menambah section-nya. Berawal dari pertimbangan tingginya penggunaan air, pihak manajemen EB berupaya untuk mengurangi meningkatnya pemakaian air bersih serta menekan tingginya buangan limbah cair dengan cara mengolah buangan limbah cair tinta yang dihasilkan. Upaya tersebut diimplementasi dengan pengadaan mesin pengolah limbah tinta pada tahun 2008. Mesin dirancang dan dibangun menjadi suatu rangkaian sistem pengolah limbah tinta yang selanjutnya memisahkan limbah tinta dengan air. Limbah tinta yang dihasilkan membentuk lumpur tinta dan air yang telah dipisahkan akan diolah sehingga dapat digunakan kembali. Kehadiran mesin tersebut dapat memberi dua manfaat sekaligus bagi perusahaan, yaitu: penekanan jumlah buangan limbah tinta, dan penekanan pemakaian air bersih. Rangkaian sistem pengolah limbah cair tinta ini disebut dengan Ink Waste Water Treatment Plant (IWWTP). Prinsip dasar dari sistem pengolahan limbah cair tinta ini menggunakan prinsip penguapan (evaporasi). Seluruh proses pengolahannya melewati tiga tahapan. (1) Tahap pertama, semua limbah cair tinta hasil produksi dikumpulkan dan dialirkan ke dalam sebuah bak penampungan (underground tank). Bak penampung tersebut memiliki kapasitas untuk menampung limbah cair tinta hingga 4 m3. Limbah cair tinta tersebut berasal dari berbagai ruang produki seperti Ink Blending, IK Production, LFP Production, CISS Production, dan IK QA Lab. Setiap ruang produksi yang menghasilkan limbah cair tersebut akan dibuatkan tempat pencucian khusus limbah cair tinta, selanjutnya limbah cair tersebut akan ditampung di dalam bak penampungan sementara yang telah dilengkapi dengan pompa air. Pompa air dilengkapi dengan sensor tingkat volume, jika volume telah mencapai batas, secara otomatis limbah cair tersebut akan dialirkan ke underground tank. Setiap bak penampung tersebut akan memiliki pipa saluran masing-masing menuju underground tank yang telah dilengkapi dengan flowmeter, sehingga jumlah limbah yang dihasilkan setiap harinya dapat dikontrol dengan baik. Diketahui bahwa rata-rata limbah tinta yang dihasilkan mencapai 55.000 L setiap bulannya (Data Pengolahan IWWTP tahun 2008-2013). Dari underground tank limbah cair tinta akan dialirkan dan ditampung di tangki penampungan (sump tank). Sump tank memiliki kapasitas volume sebanyak 7,5 m3 dan dilengkapi dengan sensor volume maksimal, secara otomatis limbah cair tinta akan mengalir dari underground tank ke sump tank. (2) Tahap kedua adalah proses penguapan (evaporasi). Pada tahap ini limbah cair akan dipanaskan untuk memisahkan antara air dan endapan tintanya. Limbah cair tinta tersebut akan dipanaskan didalam boiler (ketel uap) yang dilengkapi dengan heat exchanger sebagai pengontrol suhu. Ketel uap ini dikondisikan pada suhu 20°C-35°C dengan tekanan 50 mBar. Uap air yang dihasilkan akan mengalir melewati kondensor sehingga mengembun membentuk air yang kemudian dialirkan ke aeration tank. Satu siklus penguapan membutuhkan waktu 106 jam, dimana 96 jam untuk proses penguapan serta pengisian (boiling & loading) dan 10 jam untuk proses pendinginan. PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih 27 (3) Tahap ketiga adalah proses aerasi yang bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah untuk memperoleh air yang bersih. Kadar oksigen yang cukup akan menurunkan konsentrasi zat organik yang terkandung didalam air limbah dan juga bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia yang terkandung dalam limbah tersebut serta dapat mengurangi bau. Uap air hasil proses penguapan limbah cair tinta dialirkan ke aeration tank. Disana terdapat alat digital untuk mengontrol kadar oksigen (D/O) dan pH, pH air tersebut dikontrol agar mendapatkan air yang pH nya netral (6-8). Air olahan yang diperoleh dari hasil pengolahan limbah cair tinta tersebut ditampung di dalam tangki penampungan akhir (Dillution Tank) dan dialirkan bak penampungan air yang kemudian dimanfaatkan untuk bilasan toilet. Sebelum air tersebut digunakan kembali, air tersebut diuji oleh badan yang sudah tersertifikasi dalam laboratorium untuk memastikan bahwa kandungan air tersebut aman untuk digunakan dan buangannya tidak mencemari lingkungan. Pengecekan tersebut dilaksanakan setiap 6 bulan sekali. Selain itu FFD Department juga melakukan control pH terhadap air tersebut setiap harinya. Pada saat proses penguapan limbah cair tinta, di dalam ruang uap dikondisikan suhu dan tekanannya sesuai dengan titik didih air. Sehingga akan menyisakan endapan lumpur tinta. Lumpur tinta tersebut dialirkan melalui keran dan ditampung di dalam drum-drum penampung limbah. Drum tersebut kemudian dikemas untuk dibuang ke pihak ketiga. Seluruh proses pengolahan limbah cair tinta tersebut tergambar dalam diagram alir proses pengolahan limbah tinta pada Gambar 1. Gambar 1. Diagram Alir Proses Pengolahan Limbah Tinta Berdasarkan data rekaman hasil pengolahan limbah cair tinta dari tahun 2008 hingga tahun 2013 (bulan Juni), mesin pengolah limbah ini telah mengolah limbah cair tinta sebanyak 2.578.018 L. Dari 2.578.018 L limbah cair tinta yang diolah menghasilkan air olahan sebanyak 2.412.435 L dan buangan limbah menjadi hanya 165.583 L. Sehingga diketahui bahwa efisiensi dari sistem pengolahan limbah cair tinta ini mampu menekan jumlah hasil limbah tinta hingga 93% setiap tahunnya (Data bulanan pengolahan IWWTP 2008-2013). Efek nyata yang dapat 28 PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih dirasakan oleh perusahaan dari tahun 2008 hingga Juni 2013 adalah perusahaan mampu mengurangi buangan limbah tinta hingga 2.412.435 L dan biaya hingga Rp. 7.852.475.925. Sebuah angka yang sangat besar mengingat biaya pembuangan limbah yang sangat tinggi dan juga mampu menurunkan beban pencemaran terhadap lingkungan. Efisiensi pengolahan limbah cair tinta terhadap buangan limbah tinta digambarkan pada Gambar 2. Selain mengurangi buangan limbah tinta, manfaat lain yang dirasakan oleh perusahaan adalah perusahaan mampu mengurangi pemakaian air bersih. Dari hasil pengolahan limbah cair tinta dari tahun 2008 hingga Juni 2013, perusahaan mampu mengurangi pemakaian air sebanyak 2.412.435 L atau senilai Rp. 44.871.291 (Data Bulanan Pengolahan Limbah tahun 2008-Juni 2013) Angka tersebut akan sangat berarti jika hasil penghematan air yang telah dilakukan perusahaan diperuntukkan untuk pemakaian air di masyarakat sekitar. Gambar 2. Grafik Efisiensi Pengolahan Limbah Tinta terhadap Buangan Limbah Tinta Disamping memberikan banyak manfaat terhadap perusahaan, mesin ini juga memiliki kelebihan dalam proses pengoperasiannya. Dalam setiap prosesnya mesin ini tidak membutuhkan perlakuan dan perhatian khusus sehingga tidak membutuhkan banyak tenaga kerja, selain itu mesin ini tidak membutuhkan pengawasan khusus dan terus menerus. Dengan perawatan dan pengecekan secara berkala terhadap mesin evaporator serta sensor level volume dalam ketel uap akan membuat mesin tetap terjaga dan mempertahankan kondisi mesin dalam jangka waktu yang lama. Penggunaan air olahan limbah cair tinta ini untuk bilasan toilet hingga saat ini tidak mengalami kendala yang berarti. Tidak ada keluhan dari para karyawan yang menggunakan toilet tersebut. Mereka tetap dapat menggunakan toilet tersebut dengan nyaman tanpa terganggu dengan penggunaan air olahan. Upaya penekanan jumlah buangan limbah dan pemakaian air bersih yang telah dilakukan merupakan salah satu bentuk kepedulian EB terhadap keberadaan dan keberlangsungan sumber daya air di pulau Batam. Selain pemanfaatan mesin PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih 29 IWWTP untuk kegiatan penghematan penggunaan air, perusahaan juga melakukan beberapa kegiatan lain diantaranya: perusahaan menerapkan pemakaian keran air sensor manusia (human sensor) di ruang-ruang produksi, mengganti keran air yang ada di tempat-tempat umum seperti mushola dengan keran spray dan mengatur debit airnya, untuk penggunaan flushing toilet, perusahaan menerapkan tanki air dengan tuas otomatis, di beberapa ruang produksi untuk membersihkan tangan dari debu tidak disediakan keran air melainkan menggunakan stikimat, sehingga air dapat dimanfaatkan secara hemat dan tepat. Penghematan sumber daya alam air melalui efisiensi merupakan tujuan jangka panjang perusahaan dalam upaya menjaga keberlangsungan sumber daya air. Seluruh program dilaksanakan dengan menggunakan metode Plan Do Check Act (PDCA). Pencapaian target yang telah diperoleh perusahaan di evaluasi per semester setiap tahunnya sehingga target yang akan ditetapkan di tahun berikutnya dapat meningkat. Kegiatan CSR lingkungan yang telah dilaksanakan oleh perusahaan, mendapat respon positif dari berbagai kalangan, baik dari instansi pemerintah, swasta serta masyarakat sekitar. Sebagai bentuk apresiasi Pemerintah Kota Batam memberikan penghargaan sebagai perusahaan pengelola lingkungan terbaik untuk kategori industri elektronik se kota Batam. Penghargaan ini diraih oleh EB selama empat tahun berturut-turut (2008-2012). Selain itu, perusahaan juga mendapatkan peringkat biru selama 3 tahun berturut-turut untuk program PROPER yang diadakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan telah berhasil memenuhi tingkat kepatuhan terhadap Undang-Undang Lingkungan Hidup yang berlaku. Pada tahun 2013, perusahaan juga memperoleh penghargaan sebagai pengelola lingkungan terbaik kategori industri elektronika dari Gubernur Kepulauan Riau. Sedangkan di tingkat afiliasi Epson, EB juga telah meraih penghargaan empat kali berturut-turut (20052008), dalam ajang penghargaan Environmental Management Award (EMA) yang diadakan oleh Epson pusat di Jepang. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Penggunaan mesin dengan teknologi yang baik serta pelibatan karyawan dalam menerapkan penghematan air serta penyadaran tentang penting nya menyelamatkan air di Batam menjadi salah satu faktor sukses keberhasilan program CSR Produksi Bersih dari EB. Bahkan para karyawan dari EB sendiri turut merasakan dampak yang ditimbulkan dari upaya pengelolaan limbah tinta dan penghematan air yang dilakukan perusahaan, (1) “Dulu seluruh limbah berbahaya hasil produksi langsung dikirim ke pihak ketiga. Biaya yang dibutuhkan untuk sekali pengangkutan sangat besar, apalagi dalam sebulan bisa mengirim 2-3 kali. Namun, setelah menggunakan mesin ini, kami sanggup mengurangi buangan limbahnya, serta biaya pengirimannya pun dapat kami kurangi sampai 95% dibanding sebelumnya. Sebuah pencapaian yang besar bagi perusahaan” (Novi ArdiFFD Department) (2) Dengan adanya mesin ini perusahaan bisa mengurangi jumlah pemakaian air bersih yang bersumber dari danau sehingga akan menambah jumlah cadangan air yang bisa digunakan oleh masyarakat Batam (Slamet Harijayadi – Karyawan Epson) (3) Program ini sangat bagus, selain bisa bermanfaat untuk perusahaan, juga bermanfaat untuk masyarakat Batam. Disamping itu kualitas air yang dihasilkan dari proses pengolahan ini tidak jauh berbeda dengan air bersih, 30 PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih sehingga karyawan merasa aman dan nyaman untuk menggunakannya. Diharapkan ke depannya bisa memenuhi seluruh kebutuhan domestik perusahaan sehingga perusahaan bisa mengurangi konsumsi air bersih (Ikhtiyar Wicaksono – Karyawan Epson). PT. EPSON BATAM - Produksi Bersih 31 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA, KECAMATAN CIWADEN CILEGON, BANTEN Minimalisasi Buangan Air Limbah Produksi Sejak tahun 2008, Nippon Shokubai Indonesia (NSI) telah mengembangkan beberapa teknologi untuk memproses limbah cair yang dihasilkan pada setiap tahapan produksinya. Minimalisasi buangan air limbah dilakukan pada proses absorbsi gas Acrylic Acid sebesar 1.628 m3/tahun, pada proses absorbsi gas HCl di kolom deodorisasi sebesar 8.688 m3/tahun dan proses backwash (pencucian balik) sebesar 3.009 m3/tahun. NSI merupakan perusahaan Petrokimia yang memproduksi Acrylic Acid Acrylic Ester & Super Absorbent Polymer, berlokasi di Kecamatan Ciwaden, Cilegon, Provinsi Banten. Komitmen perusahaan terhadap lingkungan tercantum dalam corporate philosophy “Techno Amenity” yang salah satunya dilaksanakan dalam bentuk upaya meminimalisasi air limbah yang dihasilkan dari proses produksi dan mengolahnya kembali menjadi air yang dapat digunakan dalam proses produksi berikutnya. 1. Tiga Proses Meminimalisasi Air Limbah a. Daur Ulang Air Proses sebagai Air Pengabsorbsi (Recycled Process Waste Water As Absorbing Water). Proses meminimalisasi limbah air dilakukan dengan menggunakan kolom absorbs yang berfungsi untuk mengabsorbsi gas Acrylic Acid hasil atau keluaran reaktor oksidasi. Proses tersebut menggunakan air sebagai media absorbsinya, komponen air absorbsi terdiri atas air hasil proses demineralisasi (polished water) dan air limbah hasil proses pemurnian. Di tahap proses pemurnian, air yang terkandung dalam cairan Acrylic Acid akan dipisahkan, dimana nantinya sebagian air limbah hasil pemurnian tersebut akan dipakai kembali sebagai air absorbsi. Persentase air limbah yang bisa di pakai ulang untuk proses absorbsi di kolom absorbsi dinaikkan sekitar 5% dari sebelumnya. Adanya program ini telah mengurangi jumlah air limbah kurang lebih sebesar 1.628 m3/tahun. Tabel 1. Kondisi Rasio Pengurangan Air Limbah Pada Kondisi Sebelum dan Sesudah Kondisi Aspek Satuan Sebelum Sesudah R/C rasio daur ulang % 57 63 Total air pengabsorbsi m3/jam 4.6 4.7 R/C rasio air pengabsorbsi m3/jam 2.6 3.0 Air yang diperlukan m3/jam 2.0 1.8 Reduksi m3/jam 0.2 m3/ tahun 1628 32 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih Gambar 1. Kolom Absorbs Gas Acrylic Acid b. Pengurangan Air Industri Di Tangki Deodorasi HCL (Industrial Water Reduction In Hcl Tank Deodorization) Tangki deodorasi HCL merupakan tangki penampungan HCl (Asam Klorida) dilengkapi dengan kolom deodorisasi. Kolom tersebut menggunakan air sebagai media untuk proses absorbsi gas HCl. Pada mulanya air sebanyak 1 m3/jam dipasok secara terus menerus pada kolom tersebut. Bagian ini ditujukan untuk mengurangi jumlah limbah air hasil proses absorbsi gas HCl di kolom deodorisasi. Tim produksi bekerjasama dengan tim dari Keselamatan dan Lingkungan melakukan identifikasi dan tes terhadap kolom absorbsi gas HCl. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada kondisi normal, emisi gas HCl ke atmosfer masih jauh dibawah nilai ambang batas. Dengan kata lain, air tersebut dapat digunakan hanya pada saat pengisian HCl dari lorry ke tangki penampungan sehingga tidak perlu menambah air secara kontinyu ke kolom absorbsi. Kegiatan yang telah dilakukan sejak tahun 2009 berhasil mengurangi jumlah limbah sebesar 8.688 m3/ tahun. Tabel 2. Pengurangan Konsumsi Air dari Proses Tangki Deodorisasi HCL Aspek Konsumsi Air satuan Rata-rata laju alir m3/jam Total m3/tahun Reduksi m3/tahun Kondisi sebelum sesudah 1 8700 12 8.688 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih 33 c. Peningkatan Waktu Kerja Dual Filter (Increasing Of Dual Filter Service) Sejak tahun 2010, perusahaan melakukan proses peningkatan teknologi dengan memaksimalkan kinerja Dual Filter unit dan mengurangi air limbah yang dihasilkan pada saat proses backwash (pencucian balik). Dual Filter adalah salah satu bagian dari unit pengolahan air yang berfungsi untuk menyaring (filtrasi) padatan tersuspensi yang terdapat pada air baku. Setelah beberapa kali beroperasi dalam kurun waktu tertentu, unit ini membutuhkan proses backwash untuk mengoptimalkan kembali kinerjanya. Satu kali proses backwash membutuhkan air dalam jumlah yang cukup banyak yang selanjutnya air tersebut akan dibuang sebagai limbah. Tim produksi telah melakukan identifikasi dan tes untuk mengurangi jumlah air limbah pada waktu proses backwash dengan jalan menambah waktu kerja unit dual filter dari 11 jam menjadi 15 jam. Kegiatan ini dapat mengurangi jumlah air limbah kurang lebih sebesar 3.009 m3/tahun. Tabel 3. Pengurangan Air Limbah dengan Dual Filter Aspek Service timer Frekuensi pencucian Pencucian total Konsumsi air Reduksi kondisi sebelum sesudah satuan Jam kali/hari kali/tahun m3/tahun m3/tahun Gambar 2. Dual Filter 11 2.0 161 11285 15 2.8 118 8276 3009 Gambar 3. Pembangkit Listrik Co Gen Selain itu, ada beberapa hal lain yang juga menjadi bahasan mengenai program pengurangan air limbah, diantaranya: (1) Mengurangi down time/shutdown proses produksi karena Emergency Shutdown. (2) Mengubah metode cleaning/ pencucian alat produksi. 34 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih Tim produksi telah melakukan beberapa perubahan mengenai metode pembersihan. Namun, air limbah yang dihasilkan tidak terlalu jauh berbeda dengan sebelumnya. Bahasan selanjutnya adalah bagaimana mengurangi frekuensi emergency shutdown. Pasokan listrik yang cenderung kurang stabil menyebabkan terjadinya plant emergency shutdown. Untuk itu, perusahaan telah berinvestasi membangun pembangkit listrik-Co-Gen (GTG- HRSG) plant sebagai upaya untuk mengatasi ketidakstabilan pasokan listrik sekaligus menyumbang tambahan supply steam ke area proses. Co-gen ini telah beroperasi sejak tahun 2008. Dengan adanya Co-Gen plant diharapkan kestabilan proses produksi akan terjaga dan sebagai dampak tidak langsungnya adalah mengurangi jumlah air limbah hasil pencucian. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Bagi perusahaan kepedulian terhadap limbah memberikan manfaat lain, yaitu ketersediaan air untuk produksi lebih terjaga, para karyawan mendapatkan informasi dan pengetahuan dengan dijalankannya sistem produksi bersih terutama penghematan air. Petikan pembelajaran yang didapat dari penerapan program ini antara lain: x Diperlukan sumberdaya manusia yang memiliki keahlian dan ketrampilan dalam mengoperasikan alat berteknologi tinggi. x Disiplin yang tinggi dari semua karyawan bukan hanya tim produksi namun juga tim lain x Monitoring yang dilakukan perusahaan membantu pelaksanaan program dengan lebih baik. PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Produksi Bersih 35 36 BAB II. KANTOR RAMAH LINGKUNGAN 37 38 PT. BIO FARMA (PERSERO), BANDUNG, JAWA BARAT Satu Peluru, Dua Sasaran: Penerapan Kantor Ramah Lingkungan Melalui Program Penghematan Energi Listrik Penerapan kantor ramah lingkungan di PT. Bio Farma yang berlokasi di Jl Pasteur Bandung, Jawa Barat ternyata mampu berkontribusi secara signifikan terhadap penghematan listrik perusahaan, pada tahun 2011 total penghematan sebesar 202,88 Mwh dan pada tahun Juni 2013 meningkat menjadi 205,99 Mwh. Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pencapaian penghematan energi, maka semakin tinggi pula jumlah emisi gas rumah kaca yang berhasil diminimalisasi oleh Bio Farma, yakni dari 147,09 ton CO 2 ekuivalen menjadi 149,34 ton CO 2 ekuivalen per bulan. Energi listrik dibutuhkan dalam kegiatan operasional industri manufaktur, termasuk Bio Farma yang merupakan Badan Usaha Milik Negara produsen vaksin dan antisera satu–satunya di Indonesia. Kebutuhan listrik digunakan untuk kegiatan utama yang menghasilkan produk dan kegiatan– kegiatan penunjang produksi seperti administrasi dll. Bio Farma menyadari bahwa penggunaan energi secara efisien adalah salah satu indikator baiknya kinerja kegiatan operasional perusahaan. Bio Farma berkomitmen untuk melaksanakan proram–program penghematan energi listrik, selain dalam rangka peningkatan efisiensi produksi, penghematan biaya listrik, juga sebagai bentuk tanggungjawab sosial perusahaan untuk berkontribusi dalam upaya mitigasi perubahan iklim. Program ini selaras dengan visi perusahaan “Menjadi Produsen Vaksin dan Anti Sera Kelas Dunia yang Berdaya Saing Global”, Bio Farma percaya bahwa sebagai pelaku bisnis yang produknya melayani kebutuhan kesehatan dunia di pasar internasional, harus memiliki perhatian terhadap dampak lingkungan dari kegiatan operasionalnya termasuk isu–isu lingkungan skala internasional di antaranya perubahan iklim. 1. Merancang Penghematan Energi Listrik Bio Farma menganut konsep green industry sehingga semua aspek kegiatan operasional perusahaan dirancang dan dilakukan agar menghasilkan dampak lingkungan seminimal mungkin. Standard pengelolaan lingkungan yang dianut oleh Bio Farma adalah beyond compliance, yang artinya Bio Farma tidak cukup hanya patuh terhadap persyaratan dan regulasi lingkungan, namun juga aktif melakukan program–program lingkungan untuk mencapai best practice pengelolaan lingkungan. Komitmen dari manajemen puncak yang berlaku bagi seluruh bagian perusahaan dituangkan dalam 9 Kebijakan Perusahaan yang salah satunya berbunyi “Penghematan Energi dan Sumber Daya Alam”. Dengan dasar kebijakan tersebut, disusunlah program penghematan energi dengan mengacu kepada siklus P (Plan), D (Do), C (Check), A (Act) sesuai dengan standar sistem manajemen lingkungan ISO 14001:2004. Perencanaan penghematan energi dilakukan secara jangka panjang. Hingga saat ini Bio Farma telah memiliki rencana penghematan energi hingga tahun 2015. Program penghematan energi dilaksanakan oleh suatu tim teknis yang dibentuk oleh Direksi yakni Team Energy Saving dengan Divisi Umum dan CSR, serta Divisi Teknik dan Pemeliharaaan sebagai penunjang program penghematan energi. Implementasi program penghematan energi dilaporkan oleh tim teknis kepada PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan 39 direksi untuk kemudian disusun program improvement program penghematan energi. berikutnya sebagai continual Kegiatan-kegiatan penghematan energi Bio Farma telah berhasil mencapai efisiensi penggunaan energi seperti yang ditunjukkan pada tabel berikut: Tabel 1. Kegiatan Penghematan Energi Listrik di PT. Bio Farma No Program Mwh/Bulan 1 Timer control AHU 176,64 2 Inverter pompa chiller gedung pengemasan 4,10 3 Inverter pompa chiller gedung PGPC 4,50 4 Inverter dan night mode LAFU 7,30 5 Refrigerant musicool 1,18 6 Lampu LED 0,31 7 Penerangan taman dengan solar cell 1,19 Program penghematan listrik tidak hanya berkontribusi pada penghematan energi, namun juga berkontribusi pada mitigasi perubahan iklim. Kegiatan pembangkitan listrik dilakukan dengan pembakaran bahan bakar fosil. Dengan demikian, keberhasilan penghematan listrik juga berkontribusi mengurangi emisi gas rumah kaca keatmosfer. Berdasarkan data faktor emisi bahwa emisi sebesar 0,725 ton CO 2 ekuivalen untuk setiap pembangkitan 1 Megawatt listrik di jaringan pembangkitan listrik Jawa-Madura-Bali1, maka minimalisasi emisi gas rumah kaca yang dicapai oleh Bio Farma per bulan dapat dikalkulasi dan hasilnya ditampilkan pada Tabel 2. berikut. Tabel 2. Penghitungan Pengurangan Emisi Karbon dari Kegiatan Penghematan Listrik No Program Ton CO 2 equivalent 1 Timer control AHU 2 Inverter pompa chiller gedung pengemasan 2,98 3 Inverter pompa chiller gedung PGPC 3,26 4 Inverter dan night mode LAFU 5,30 5 Refrigerant musicool 0,86 6 Lampu LED 0,22 7 Penerangan taman dengan solar cell 0,86 1 128,06 Anonim, 2012, Draft Petunjuk Teknis Penghitungan Emisi GRK di Sektor Industri, http://apki.net/wpcontent/uploads/2013/05/Draft-Petunjuk-Teknis-Penghitungan-Emisi-GRK-di-Sektor-industri.pdf diakses tanggal 22 September 2013 40 PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan Program penghematan listrik ditunjang pula dengan promosi kesadaran dan perilaku karyawan untuk mematikan alat–alat listrik seperti AC, komputer, lampu penerangan ruangan, dan lain–lain yang tidak diperlukan saat selesai bekerja. Selain itu, telah dipasang pula timer dispenser yang secara otomatis akan memutus aliran listrik ke dispenser air minum selama 8 jam di malam hari. Program penghematan listrik Bio Farma terus dikembangkan, baik penambahan jumlah alat pada program yang sama, maupun penambahan program–program baru. Hasilnya, pencapaian penghematan energi pun terus meningkat. Pada bulan Juni 2013, total penghematan listrik Bio Farma tercatat sebesar 205,99Mwh, naik dari sebesar 202,88 Mwh pada awal tahun 2011. Gambar 1. Grafik Pencapaian Efisiensi Energi Seiring dengan makin meningkatnya jumlah pencapaian penghematan energi, maka semakin tinggi pula jumlah emisi gas rumah kaca yang berhasil diminimalisasi oleh Bio Farma, yakni dari 147,09 ton CO 2 ekuivalen menjadi 149,34 ton CO 2 ekuivalen per bulan. Gambar 2. Grafik Minimalisasi Gas Rumah Kaca dari Penghematan Energi PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan 41 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Manfaat yang paling dirasakan dari penghematan listrik adalah perusahaan dapat mengurangi biaya pembayaran listrik sebesar kira-kira Rp 269.846.900. selain itu juga proses upaya penghematan yang melibatkan semua karyawan dalam pelaksanaannya mendorong disiplin karyawan, seperti mematikan listrik bila tidak diperlukan, sehingga menjadi kebiasaan. Keberhasilan program didukung kebijakan dari manajemen puncak yang dituangkan dalam 9 poin budaya perusahaan yang mengikat dan berlaku bagi seluruh bagian perusahaan, bahkan mengalokasikan anggaran untuk mendukung proses penghematan listrik tahun 2012 anggaran yang dialokasikan sebesar Rp. 1.756.750.000,00 sementara pada Tahun 2013, anggaran penghematan energi meningkat dua kali lipat menjadi sebesar Rp. 3.637.500.000,00. Proses audit energi secara eksternal menjadi kunci keberhasilan lainnya, mengingat perusahaan dapat merancang strategi untuk melakukan penghematan di setiap unit dengan mengacu pada audit energi. Audit yang dilakukan secara periodik setiap tiga tahunan memberi gambaran untuk memutuskan Act berikutnya yakni perencanaan penghematan energi jangka panjang, dalam rangka continual improvement. Pada akhirnya, Bio Farma percaya bahwa program penghematan energi sebenarnya adalah “Satu Peluru untuk Dua Sasaran”. Penghematan energi tidak hanya berkontribusi pada penghematan beban pembiayaan listrik tetapi juga minimalisasi emisi gas rumah kaca keatmosfer. Penghematan energi tidak hanya didasari pada satu poin kebijakan perusahaan yakni Penghematan Energi dan Sumber Daya Alam, namun juga merefleksikan poin lain kebijakan perusahaan yakni Pengendalian Pencemaran. Bio Farma sebagai perusahaan yang bertanggungjawab secara sosial dan lingkungan dan tanggap terhadap isu-isu lingkungan global tidak hanya secara aktif melakukan mitigasi perubahan iklim dengan meningkatkan sekuestrasi karbon melalui program penghijauan, namun di sisi lain juga terus berupaya untuk mengurangi emisi gas rumahkaca di atmosfer. Demikian adalah wujud komitmen Bio Farma sebagai perusahaan yang menuju World Class Company yang tidak hanya bertanggungjawab terhadap negara, lingkungan masyarakat lokal dan nasional, namun juga berpartisipasi aktif mencegah katastrofi perubahan iklim yang bersifat global. 42 PT. BIO FARMA - Kantor Ramah Lingkungan PT. KALTIM PRIMA COAL, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR Dari Kompetisi Lingkungan Menuju Kantor Ramah Lingkungan Penerapan program kompetisi green office (kantor ramah lingkungan) di Kaltim Prima Coal (KPC) di Sangatta dan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan telah berkontribusi menurunkan penggunaan energi listrik sebesar 2.320.106 kWh selama periode 2011-2013. KPC juga telah mengolah sampah domestik menjadi kompos sebesar 10 ton, memanfaatkan limbah toner sebesar 70% dari total penggunaan sebanyak 925,64 Kg, pemanfaatan kemasan makanan sebesar 41,27% dari total 25,921 pak selama periode enam bulan di tahun 2013. Sebagai perusahaan pertambangan yang dalam proses produksinya melibatkan unit kerja baik dibawah langsung perusahaan maupun para kontraktor, tahun 2013, tercatat memiliki sekitar 5.131 karyawan perusahaan dan 20.821 karyawan kontraktor. Sejak tahun 2004 perusahaan telah mengembangkan program “Kompetisi green office” dalam mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan serta mendorong terciptanya kantor yang ramah lingkungan. Program dilatarbelakangi pentingnya efisiensi sumber daya dan energi serta peningkatan kondisi lingkungan kerja yang sehat untuk para karyawan. Pertimbangan tersebut mendorong munculnya inisiatif kompetisi green-office (kantor ramah lingkungan) yang diselenggarakan oleh KPC. Kegiatan Kompetisi green office menjadi bagian kebijakan perusahaan dan ditandatangani langsung Presiden Direktur dan Chief Executive Officer pada tahun 2004. Dalam lingkup organisasi perusahaan, penanggung jawab kegiatan tersebut adalah Divisi Kesehatan, Keselamatan Kerja dan Lingkungan (K3L), Pembangunan Berkelanjutan dan Keamanan. Kompetisi kantor ramah lingkungan sekaligus menjadi bagian dari komitmen KPC terhadap pengelolaan lingkungan hidup, untuk mencapai misi perusahaan, yaitu memupuk budaya yang mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan lingkungan dalam segala tindakan. Di sisi yang lain, program kompetisi green office juga diharapkan dapat mendorong unit-unit kerja untuk berinovasi dalam pengelolaan lingkungan di area perkantoran yang ada, sehingga memberikan manfaat yang optimal bagi kelestarian lingkungan dan keekonomian perusahaan. Keteladanan perilaku ramah lingkungan ini diharapkan dapat terduplikasi di unit kerja yang lain di KPC dan Kontraktor sehingga dapat menjadi benchmark bagi perusahaan tambang lainnya di Indonesia. 1. Proses Kompetisi Green Office Proses penilaian lomba green office di KPC dilaksanakan dalam kurun waktu 5–6 minggu yang diawali dengan kegiatan sosialisasi kepada unit-unit kerja untuk menjelaskan kriteria lomba dan jadwal pelaksanaan. Penilaian kompetisi green office dilakukan dalam dua tahap oleh departemen lingkungan perusahaan: pertama, penilaian terhadap isian kuesioner yang telah diisi oleh unit-unit kantor. Peserta diberi waktu 2 (dua) minggu untuk proses pengisian kuesioner kompetisi ; tahap kedua yaitu verifikasi lapangan. Verifikasi lapangan dilakukan terhadap shortlist yang dihasilkan dari penilaian tahap pertama. Aspek-aspek yang dipertimbangkan dalam penilaian untuk memilih pemenang kompetisi green office antara lain: (1) Aspek pengelolaan sampah (pemilahan sampah, pengelolaan limbah kategori limbah B3, penerapan konsep reuse-reduce-recycle). (2) Aspek kebersihan dan kerapihan (kebersihan areal kerja, pengaturan areal kerja, dan kebersihan fasilitas pendukung). ( ) PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan 43 p g) (3) Aspek perilaku karyawan yang ramah lingkungan, seperti pemanfaatan dan penghematan listrik dan air. (4) Aspek keanekaragaman hayati, berupa kegiatan penghijauan pada masing-masing kantor, keanekaragaman jenis tanaman. (5) Aspek menerapkan program-program peduli lingkungan yang dicanangkan KPC, yaitu efisiensi energi (listrik). Kerangka waktu dan gambaran komposisi peserta kompetisi green office 2 -3 minggu verifikasi lapangan & penjurian 1 minggu Evaluasi Kuesioner & Hasil Verifikasi 2 minggu Sosialisasi Kritiea Penilaian & Kerangka Waktu Batas Akhir Penyampaian Kuesioner Batas Akhir Verifikasi Lapangan Penentuan Pemenang Pengumuman Pemenang Gambar 1. Kerangka Waktu Penilaian Program Green Office 30 20 10 0 Kontraktor KPC 2012 2013 Gambar 2. Komposisi Peserta Green Office Tahun 2011 kompetisi diikuti 9 peserta, tahun 2012 jumlah peserta meningkat menjadi 47 unit kerja dan 22 unit masuk seleksi berdasarkan penilaian kuesioner Sebanyak 11 unit kerja secara konsisten masuk dalam shortlist kandidat kompetisi selama dua tahun berturut-turut, meskipun secara jumlah peserta belum menunjukkan penambahan, namun hasil penilaian menunjukkan peningkatan nilai rata-rata yang cukup signifikan, seperti disajikan pada Tabel 1. Berikut. 44 PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan Tabel 1. Perbandingan Nilai Tahun 2011, 2012 dan 2013 No 1. 2. 3. 4. Deskripsi Tahun 2011 2012 2013 0 47 47 9 64.4 3 22 58,78 3 22 69,65 12 Jumlah kuesioner yang disebarkan Jumlah peserta kompetisi Rata-rata nilai Jumlah unit kerja dengan nilai di atas >70 Kriteria penilaian di susun oleh tim gabungan sementara tim penilai berasal dari tim lingkungan dan pimpinan. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Program kompetisi green office yang dikembangkan sejak tahun 2004, rupanya mulai menunjukkan keberhasilan serta manfaat yang dirasakan langsung oleh perusahaan, manfaat tersebut antara lain: a. Perubahan Perilaku Karyawan Di Kantor Karyawan perusahaan dan kontraktor sudah mulai terbiasa memilah sampah, mematikan lampu dan AC pada saat tidak diperlukan, ke luar ruangan dalam waktu lama, membawa tempat makan dan botol minum untuk mengurangi kemasan makanan, meminimalisir penggunaan kertas dan tinta dengan mencetak di dua sisi dan tidak dengan banyak huruf tebal, menanam jenis-jenis lokal di sekitar kantor, dll. Gambar 3 berikut menunjukkan kondisi ruangan kantor di PT. KPC kontraktor. 3.c. Turut Mengkampanyekan Program Penghemantan Energi 3.d. Pengurangan Sampah dari Kemasan Makanan Gambar 3. Perubahan Kondisi dan Perilaku di Unit Kerja/Kantor PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan 45 b. Penurunan Dan Pengolahan Limbah Selain kebersihan dan kerapihan, program green office ini juga telah meningkatkan jumlah pemanfaatan limbah. Secara detail pencapaian kinerja pengelolaan limbah tahun 2012 dan 2013 dapat dilihat pada Tabel 2. Penghitungan keekonomian dari kegiatan pemanfaatan tersebut secara khusus belum dilakukan dan akan menjadi wacana untuk tahap berikutnya. Tabel 2. Pencapaian Kinerja Pengelolaan Limbah Tahun 2012 dan 2013 No 1. Deskripsi Limbah Toner 2012 Dihasilkan Dimanfaatkan % 2. Limbah Domestik Dihasilkan Dimanfaatkan % 3. Substitusi Kemasan Makanan Dihasilkan Dimanfaatkan % 4. Optimalisasi sampah domestik untuk kompos 5 Ton per bulan s/d Juli 2013 Realisasi 1.828,03 Kg 821,03 Kg Realisasi 925,64 Kg 645,14 Kg 45% 70% 20.593,20 m3 150,40 m3 11.859,4 m3 73,5 m3 0,73% 0,62% 114.227 pak 62.815 pak 25.690 pak 25.921 pak 22,49% 41,27% - 10 ton Melalui program pengurangan limbah domestik, khususnya limbah kardus, perusahaan berhasil menyalurkan 15.040 kg dan 7.350 kg limbah kardus pada tahuan 2012 dan 2013 (sampai bulan Juli) kepada organisasi pemuda di Sangatta, yaitu RKPL (Remaja Kreatif Peduli Lingkungan). Limbah kardus ini dijual dengan harga Rp. 800/kg dan dari hasil penjualannya digunakan sebagai dana operasional untuk mengelola sampah di wilayah pemukiman di Sangatta, khususnya di wilayah Sangatta Utara. Dari penjualan di tahun 2012 dan 2013 (sampai bulan Juli), RKPL mendapatkan dana tambahan sebesar Rp. 12.032.000,- dan Rp. 5.880.000,-. c. Penghematan Energi Listrik Program green office ini juga turut mempercepat proses implementasi program hemat energi listrik yang dicanangkan oleh perusahan. Program penghematan listrik dalam rangka konservasi energi telah dimulai pada Triwulan II-2010 dengan tujuan untuk mengurangi pemakaian listrik yang tidak sesuai peruntukannya dan berlebihan. Program yang terkait dengan penghematan listrik di kantor adalah: pemasangan timer AC pada beberapa gedung kantor, secara bertahap mengganti lampu penerangan dengan lampu hemat energi, mengganti AC Window dengan AC Split, mengurangi jumlah lampu di areal parkir yang memiliki penerangan berlebihan, dan kampanye hemat energi listrik. Dari berbagai upaya penghematan listrik di kantor dan workshop, jumlah energi listrik yang dapat dihemat dari Q4 2011 – Q2 2013 mencapai 2.320.106 kWh. 46 PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan 1000000 500000 0 Q4 - Q1 Q2 - Q3 2011 2012 Q4 2012 2012 2012 Q1 2013 Q2 2013 Gambar 4. Penghematan kWh per Kuartal d. Petikan Pembelajaran Keberhasilan program kompetisi green office tidak terlepas dari keterlibatan dan kebijakan tertulis dari pimpinan perusahaan untuk pelaksanaan program. Strategi menarik yang digunakan yaitu berupa kompetisi meskipun insentif yang diberikan tidak mahal, namun pada saat acara pengumuman berhasil mendorong rasa memiliki unit dan menjadi kebanggaan bila berhasil masuk seleksi dan menjadi pemenang. Strategi ini secara perlahan dan tanpa terasa menjadi bagian keseharian karyawan, hal ini merupakan proses mendorong perubahan perilaku karyawan yang ramah lingkungan, seperti beberapa pernyataan mereka : “Menjadi pemenang Green Office adalah pengalaman pertama bagi Tim 3C. Awalnya hanya sekedar ingin jadi pemenang, tetapi ternyata manfaat yang dirasakan dengan berperilaku ramah lingkungan cukup besar. Tidak hanya kantor yang lebih rapi dan teratur, kantor juga menjadi asri dan indah dengan adanya beraneka ragam tanaman hias dan tanaman lain yang bermanfaat seperti lidah mertua yang berfungsi menghirup udara kotor sehingga udara tetap bersih dan segar. Jumlah sampah plastik sangat berkurang. Selain itu, penghematan kertas dan listrik juga semakin giat dilakukan. Green Office tidak hanya menciptakan keadaan kantor yang nyaman, bersih, dan indah tetapi juga menjadikan kami sebuah tim yang solid dalam menjaga dan mempertahankan predikat tersebut. Semua terlibat dalam hal ini termasuk CEO, COO, dan CFO. Bukti tim 3C berkomitmen terhadap implementasi Green Office (Meyanti Djoko – pemenang lomba green office)”. Melalui program green office kami melakukan pemanfaatan limbah/sampah seperti penggunaan jerry can bekas sebagai pot tanaman, membuang sampah pada tempatnya dan berdasarkan jenisnya dan memanfaatkan barang-barang bekas sebagai penghias taman dan kolam ikan. Selain itu karyawan selalu mematikan lampu di ruangan saat tidak di perlukan, tidak membuang sampah sembarangan dan merokok hanya di tempat-tempat yang sudah ditentukan (Prapanca Gunawan – pemenang lomba green office)”. PT. KALTIM PRIMA COAL - Kantor Ramah Lingkungan 47 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA, KABUPATEN CILEGON, BANTEN Go Green Office : Menuju Kantor Ramah Lingkungan Program untuk menciptakan kantor ramah lingkungan yang selaras dengan filosofi corporate yaitu “Techno Amenity” yang memiliki makna memberikan kemakmuran dan kenyamanan bagi setiap orang dan masyarakat dengan keunikan teknologi yang dilakukan oleh Nippon Shokubai Indonesia (NSI), Kabupaten Cilegon, Provinsi Banten telah menjadi salah satu bagian penting di perusahaan yang turut berkontribusi terhadap lingkungan dan karyawan perusahaan. Penanaman 1000 pohon di lingkungan perusahaan dan di sekolah SMPN 9 Ciwanden, Cilegon dirasakan memberikan kenyamanan bagi perusahaan dan juga masyarakat sekitar. Pengelolaan limbah sampah dengan sistem 3R salah satunya limbah kemasan dari perbaikan industri sebanyak 4,7 ton dengan label limbah berizin di kelola ke penampung dan sejak ke 2 tahun 2013 sebagian kecil diolah untuk tempat sampah dan pot tanaman hias. Penggunaan lampu LED dan program mematikan listrik selama satu jam per hari pada pukul 12.00-13.00 saat jam istirahat kecuali di tempat kantin dan ruang kontrol produksi diprakirakan telah menghemat penggunaan energi listrik sekitar 60% per hari. Sebagai salah satu perusahaan yang memiliki tingkat kepedulian yang tinggi terhadap lingkungan NSI, 8 kali berturut-turut memperoleh predikat peringkat Hijau PROPER (Program Penilaian Kinerja Perusahaan) dari Kementerian Negara Lingkungan Hidup. Dua Kali Platinum Award, diberikan oleh KN-RCI (Komite Responsible Care Indonesia), suatu asosiasi dimana anggotanya terdiri dari industri kimia. Tahun 2012, NSI juga memperoleh sertifikat Industri Hijau level lima dari Kementerian Perindustrian, penghargaan ini diberikan kepada industri yang telah menerapkan pola-pola penghematan sumber daya dan penggunaan bahan baku dan energi ramah lingkungan serta terbarukan. 1. Partisipasi Karyawan dalam Menciptakan Lingkungan yang Lebih Baik Pengembangan program untuk mendorong menciptakan lingkungan yang lebih baik di perusahaan, NSI meluncukan program “NSI Go Green Office” yang bertujuan untuk : (1) Menciptakan suasana kerja yang nyaman dan kondusif. (2) Meningkatkan kepedulian karyawan dan manajemen berkaitan dengan lingkungan kerja (3) Terciptanya perilaku individu yang perduli terhadap lingkungan (4) Meningkatkan hubungan sosial kemasyarakatan dibidang lingkungan Dalam mencapai tujuan tersebut perusahaan berupaya melibatkan karyawan secara aktif, berikut beberapa kegiatan yang sudah dilakukan perusahaan dalam upaya mendorong kantor ramah lingkungan dibawah program “NSI Go Green Office” : a. Green lighting – Penggunaan Lampu Ramah Lingkungan Penggunaan lampu ramah lingkungan, menggantikan lampu Neon TL dengan lampu LED (Light Emitting Diode), merupakan lampu hemat energi yang dapat menekan pemanasan global dan mengurangi emisi karbon dunia. Lampu ini 48 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan berasal dari bahan semi konduktor, jadi tidak diproduksi dari bahan karbon. Departement General Affairs selaku pelaksana program menargetkan 100 buah lampu LED terpasang di gedung perkantoran hingga akhir tahun 2013. Selama kurun waktu 17 tahun gedung perkantoran di NSI menggunakan Lampu Neon TL dimana setiap cover lamp, menggunakan 2 buah lampu dengan total daya 460 watt, sehingga dalam satu hari daya yang digunakan adalah sekitar 1104 watt. Penggunaan lampu LED dapat mengurangi sekitar 60% daya yang digunakan dimana 1 buah lampu LED memiliki daya 18 watt dengan asumsi daya yang digunakan setiap harinya adalah 432 watt. Sampai kurun waktu Juni 2013 sudah sekitar 50 Lampu LED terpasang 3 gedung perkantoran NSI. Gambar 1. Penggunaan Lampu LED b. Green Office Campaign – Mematikan Lampu di Area Perkantoran selama Jam Waktu Istirahat Berlangsung dan tentang Penggunaan Air Program ini dimulai sejak tahun 2012, sebagai salah satu bentuk kepedulian untuk mengurangi pemakaian energi listrik yang berimbas pula pada penurunan CO 2 di udara. Program ini berlangsung selama jam istirahat yaitu pukul 12:00– 13:00 siang. Semua lampu di gedung perkantoran harus dimatikan kecuali ruangan kontrol proses dan kantin. Kampanye sosialisasi program ini di laksanakan oleh Departemen Safety Environment dengan memasang stiker di area saklar lampu. Dari kegiatan ini diasumsikan bahwa dari total 3 gedung perkantoran yang ada di NSI yaitu Gedung Control Building, Gedung Admin Building dan Gedung Business Building, dengan mematikan lampu selama kurun waktu 1 jam dapat mengurangi sekitar 1,05 ton CO 2, yang teremisikan ke udara bebas. Gambar 2. Stiker Pengingat Program Hemat Listrik dan Grafik Reduksi CO2 melalui Hemat Listrik PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan 49 c. Penghematan Air Program penghematan air domestik dilakukan dengan cara memasang stiker di sekitar kran air sehingga dapat mengingatkan karyawan akan pentingnya menghemat air. Program ini berguna untuk mengurangi konsumsi air domestik sehingga tidak ada air yang dibuang secara percuma. Dengan program ini NSI secara tidak langsung ikut serta dalam efisiensi penggunaan air domestik yang semakin lama semakin mengalami krisis air domestik. Gambar 3. Informasi Sebagai Pengingat Hemat Air d. Pengelolaan Sampah Perkantoran NSI telah melakukan pemilahan sampah berdasarkan jenis dan sumber sampah yang dihasilkan, tujuan dari pemilahan sampah ini adalah untuk memudahkan pada saat pengelolaan akhir. NSI memiliki 5 Jenis tempat sampah yaitu ; 1.Tempat sampah untuk menampung limbah umum dengan label berwarna kuning, 2. Tempat sampah untuk menampung limbah plastik dengan label berwarna putih, 3. Tempat Sampah untuk menampung limbah logam, 4. Tempat untuk menampung limbah kertas, 5. Tempat sampah untuk menampung limbah kontaminasi. Setiap bulan diadakan inspeksi tempat sampah yang dilakukan oleh Departement Safety Environment yang bertujuan agar tempat sampah tetap terjaga kondisinya dengan baik. Setiap toilet di gedung perkantoran telah dilengkapi dengan bak sampah tertutup. Berikut ini adalah tabel hasil pengolahan sampah di NSI tahun 2012 dan semester 1 tahun 2013 menunjukan trend kenaikan untuk limbah umum dan limbah logam dari aktivitas perluasan pabrik baru. Gambar 4. Grafik Pengelolaan Limbah Padat Non B3 dan 5 Macam Tempat Sampah 50 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan Perluasan pabrik NSI mengakibatkan makin meningkatnya produksi limbah bekas kemasan yang dihasilkan, dapat dilihat pada grafik berikut sampai dengan semester 1 di tahun 2013, sudah lebih dari 4,7 ton limbah kemasan yang dihasilkan dan dibuang pengumpul limbah berizin. Dimulai pada semester ke 2 tahun 2013 ini, telah dilakukan penggunaan limbah bekas kemasan untuk pembuatan tempat sampah dan pot tanaman hias. Gambar 5. Grafik Limbah Kemasan dan Pot dari Limbah Kemasan e. Program Penghijauan (NSI Plantation Program) Program penghijauan ini telah dilakukan semenjak tahun 2007, dan menjadi program berkelanjutan dari Departemen General Affairs. Dimana sudah lebih dari 1000 tanaman dengan berbagai jenis seperti tanaman buah, tanaman obat, umbiumbian, yang ditanam di beberapa lokasi. Sekitar lokasi area Tempat Penyimpanan Sementara Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (TPS B3), area sekitar gudang penyimpanan bahan kimia, area tanki penyimpanan bahan baku dan produk, serta di sekitar area proses produksi. Proses pembibitan atau Nursery Plantation Project yang merupakan salah satu program andalan dari Departemen General Affairs yang telah dilakukan semenjak tahun 2009 mengambil lokasi di salah satu sudut area pembuangan air limbah domestik dari aktivitas perkantoran. Hasil dari Nursery Plantation Project dijadikan sebagai tanaman hias untuk perkantoran NSI, yang sebelumnya melakukan jasa sewa tanaman hias, maka semenjak tahun 2012 digunakan tanaman hasil dari Nursery Plantation Project. Selain itu hasil Nursery juga diberikan kepada sekolah yang diundang dalam acara NSI Community Open day yang diadakan setiap 1 tahun sekali bertempat di NSI. Gambar 6. Hijaunya Kondisi Pabrik dan Penyerahan Bibit Pohon Ke Sekolah PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan 51 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Karyawan merasakan manfaat dari program kantor ramah lingkungan yang dilaksanakan perusahaan dan merasa betah berada di lingkungan perusahaan. Selain itu dampak positif terhadap lingkungan sosial kemasyarakatan, yaitu ikut berperan serta membantu pemerintah setempat dalam hal ini Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Kebersihan Kota Cilegon melalui pengadaan infrastruktur tempat sampah dalam program adiwiyata dan adipura dari hasil penggunaan kembali limbah bekas kemasan untuk dijadikan tempat sampah. Sebagian pohon yang di tanam di area ring 1 SMPN 9 Ciwandan Cilegon, merupakan hasil dari NSI Nursery Plantation Project. Menurut salah satu pemangku kepentingan Ketua Rukun Tetangga (RT) Pengabuan Kelurahan Gunung Sugih, Bapak Rusnaidi menyatakan bahwa Program NSI Green Office juga memberikan kontribusi positif terhadap warga masyarakat khususnya di daerah sekitar Gunung Sugih. Pada saat mata memandang ke arah pabrik, dimana tata letak lokasi pabrik lebih rendah dari lokasi tempat tinggal kami, hijaunya pabrik memberikan kesan ketenangan dan kenyamanan. “Pada saat kami di undang ke dalam pabrik, suasana yang dirasa tidak seperti pabrik-pabrik pada umumnya, nuansa hijau dari pepohonan dan penataan yang apik pabrik memberikan kenyamanan sehingga kami merasa betah di dalam pabrik ( Bapak Rusnaidi Ketua RT Pangabuan).” Selain itu, tanaman herbal hasil Nursery Plantation Project berhasil dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar pabrik sebagai tanaman obat. Bapak Subli salah seorang kontraktor yang bekerja di NSI yang berdomisili di Pasir Sereh Kelurahan Gunung Sugih, sekitar 800 meter dari lokasi pabrik berhasil dimanfaatkan campuran Pecah Beling, Tempuyang dan Daun Kumis Kucing untuk membantu menghilangkan Kristal yang terdapat dalam kandung kemihnya. Gambar 7. Manfaat Program NSI Go Green Office Bagi Masyarakat Sekitar Keberhasilan NSI menjalankan program kantor ramah lingkungan tidak terlepas dari peran aktif karyawan dan juga kebijakan perusahaan yang diiringi komitmen. Program ini telah memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar, salah satunya ke Sekolah SMPN 9 Ciwanden serta masyarakat Pengabuan Kelurahan Gunung Sugih. Diharapkan ke depan upaya ini dapat lebih menyebar ke masyarakat yang lebih luas karena perbaikan lingkungan menjadi tanggungjawab bersama. 52 PT. NIPPON SHOKUBAI INDONESIA - Kantor Ramah Lingkungan PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK, JAWA BARAT Perilaku Hemat Listrik, Menurunkan Beban Perusahaan dan Lingkungan Kebiasaan untuk melakukan hemat listrik di perusahaan Pupuk Kujang, Cikampek, Jawa Barat sudah membuahkan hasil, jumlah penurunan konsumsi energi listrik selama periode tahun 2010-2012 tercatat sebesar 283.148 Kwh atau setara dengan pengurangan emisi CO 2 sebesar 195 ton. Pupuk Kujang yang memproduksi pupuk urea dalam proses produksinya, termasuk industri yang mengkonsumsi energi dalam jumlah yang besar. Pasokan energi terbesar diperoleh dari gas alam yang digunakan sebagai bahan baku proses produksi dan bahan bakar untuk menghasilkan steam dan listrik. Pupuk Kujang memiliki dua pembangkit listrik dengan bahan bakar gas/Gas Turbin Generator (GTG) yang menghasilkan listrik untuk keperluan proses produksi, perkantoran, penerangan, dan perumahan. Selain GTG, digunakan juga listrik dari PLN sebagai back-up apabila terjadi gangguan pada GTG. Dengan semakin menipisnya cadangan gas alam di Jawa Barat, mutlak diperlukan upaya-upaya konservasi energi salah satunya adalah konservasi energi listrik yang bertujuan untuk menurunkan tingkat konsumsi energi listrik. Dimulai pada tahun 2011, berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Biro Pengawasan Proses, Divisi Pemeliharaan Listrik, Biro Pelayanan Jasa, dan Biro K3 dan Lingkungan Hidup (K3LH), disusunlah program konservasi energi listrik yang dilakukan di lingkungan perusahaan. Program konservasi energi listrik ditujukan untuk mengurangi pemakaian listrik dari sumber gas yang berasal dari penggunaan listrik di gedung pusat administrasi (GPA) serta mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan dan AC serta mendorong perilaku hemat listrik bagi karyawan. 1. Menggalang Strategi Mewujudkan Hemat Listrik Program yang dikembangkan sejak tahun 2011 melalui berbagai divisi di Pupuk Kujang difokuskan pada beberapa kegiatan agar tercapai upaya penghematan namun tidak mengganggu proses produksi. Strategi awal untuk mengurangi penggunaan energi listrik dilakukan mulai dari proses penyadaran kepada para karyawan untuk melakukan gerakan hemat listrik dengan berbagai cara. Tabel 1 berikut merupakan ragam strategi dan capaian dari kegiatan yag telah dilakukan Pupuk Kujang untuk melakukan konservasi energi listrik dari gas. Tabel 1. Daftar Kegiatan Konservasi Energi Listrik No 1 Kegiatan Mematikan AC central di Gedung Pusat Administrasi (GPA) pada hari Jum'at pukul Tujuan Mengurangi pemakaian listrik di GPA Hasil Penghematan energi listrik setara 25.297 Kwh/bulan. PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan 53 16.00 sampai dengan hari Senin pukul 08.00 2 Penggantian lampu TL menjadi LED di switch gear 2002-K dan MCC 3-4. Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan Total penghematan energi listrik 1.236 kwh/bulan 3 Penggantian lampu pijar dengan lampu SL Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan Total penghematan energi listrik 16.598 kwh/bulan 4 Penggantian lampu taman PJU HPLN dengan lampu SL Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan Total penghematan energi listrik 4.423 kwh/bulan 5 Penggantian lampu PJU HPLN dengan lampu SL Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan Total penghematan energi listrik 5.377 kwh/bulan 6 Penggantian lampu PJU sebanyak 10 titik dengan solar cell Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan Total penghematan energi listrik 443 kwh/ bulan 7 Pemasangan solar cell di gudang laydown sebanyak 8 titik. Mengurangi konsumsi listrik untuk penerangan 8 Retrofit sistem kontrol AC central GPA dan penambahan MOV untuk pengaturan flow water chiller menuju air handling unit lantai I s/d IV 9 Penggantian ballast lampu TL dari ballast magnetik menjadi ballast elektronik. Mengurangi konsumsi energi listrik karena AC central yang awalnya dioperasikan dengan 2 kompressor sekarang dapat dioperasikan dengan 1 kompressor Mengurangi rugi daya listrik. Total penghematan energi listrik setara dengan 920 Kwh/bulan Total penghematan listrik setara dengan 45.014 kwh/bulan 10 Pemasangan stiker himbauan hemat listrik di lingkungan pabrik, perkantoran, dan perumahan. Membentuk kesadaran berperilaku ramah lingkungan - - Secara manajemen, kegiatan konservasi energi listrik secara langsung dikoordinasi oleh Divisi Pemeliharaan Listrik dan Biro Pelayanan Jasa, dimana secara periodik setiap 3 bulan, selalu diterbitkan laporan hasil pelaksanaan program konservasi energi listrik yang ditujukan kepada pimpinan perusahaan sehingga dapat dilakukan review terhadap program yang telah dilaksanakan. Dari program tersebut diperoleh hasil yang cukup baik dari sisi penghematan konsumsi energi listrik yang digunakan untuk penerangan di area perkantoran dimana secara bertahap terlihat penurunan konsumsi energi listrik sebagaimana grafik Gambar 1. 54 PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan Gambar 1. Konsumsi listrik untuk penerangan dan kantor selama tahun 2010-2012 Pupuk Kujang juga aktif dalam kegiatan Earth Hour yang merupakan salah satu kampanye penghematan listrik di lingkungan perusahaan. Kegiatan Earth hour dilakukan dengan mematikan lampu penerangan di lingkungan perumahan dan penerangan jalan umum selama satu jam pada pukul 20.30-21.30. Dari kegiatan Earth Hour ini diperoleh penghematan listrik sebesar 250 Kwh dan merupakan salah satu dasar program penggantian lampu penerangan jalan umum menjadi berbasis solar cell. Program konservasi energi listrik yang dilakukan oleh perusahaan juga berdampak pada pengurangan emisi CO 2 dimana berdasarkan standar USEPA, 1 Kwh listrik yang dihasilkan dari bahan bakar fosil akan menghasilkan emisi sebesar 0,00068956 ton CO 2 . Jumlah penurunan konsumsi energi listrik selama periode tahun 2010-2012 tercatat sebesar 283.148 Kwh atau setara dengan pengurangan emisi CO 2 sebesar 195 ton. Untuk keperluan program penghematan energi ini, kebutuhan pembiayaan investasi alat ataupun kegiatan modifikasi memang cukup mahal, namun perusahaan mulai menganggarkan melalui RKAP Biro Pelayanan Jasa, Divisi Pemeliharaan Listrik, dan Biro K3LH. Himbauan penghematan energi listrik yang dilakukan oleh perusahaan pada awalnya kurang mendapat dukungan dari karyawan sehingga hanya sedikit saja karyawan yang berpartisipasi. Namun seiring berjalannya waktu dan dengan sosialisasi terus menerus, partisipasi karyawan dalam kegiatan penghematan energi ini semakin bertambah. Dari kegiatan ini diharapkan di tahun mendatang PT. Pupuk Kujang dapat menerapkan Eco Office sebagai kelanjutan program konservasi energi listrik. Program hemat listrik di PT. Pupuk Kujang dapat berhasil berkat pelaksanaan program yang melibatkan seluruh karyawan selain pimpinan yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan. Tahapan proses penyadaran melalui informasi dan pertemuan langsung di tiap unit merupakan pendekatan yang efektif dalam proses ini. Dan yang terpenting, kebijakan perusahaan hemat listrik ditunjang dengan alokasi anggaran untuk mengganti peralatan menjadi lebih ramah lingkungan. PT. PUPUK KUJANG - Kantor Ramah Lingkungan 55 56 BAB III. 3 R (Reduce, Reuse, Recycle) 57 58 PT. BUKIT ASAM (PERSERO) TBK, SUMATERA BARAT Bokashi Berbasis Masyarakat Lima kelompok masyarakat di Desa Bukit Munggu Kecamatan Lawangkidul yang didampingi PT. Bukit Asam, telah berhasil memproduksi bokashi dari hasil memanfaatkan kotoran ternak dan sampah organik. Hasil produksi bokashi berkisar 30-50 ton perbulan, berkualitas bagus dipasok ke perusahan seharga Rp 1.200 per kg dan sebagian keluar perusahaan. Setiap bulan, pendapatan kelompok dari pupuk Bokashi berkisar Rp 36-60 juta/bulan setiap kelompok. Bukit Asam memerlukan Bokahsi secara rutin untuk dalam melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara intensif sebagai bahan pemulihan tanah, dengan kebutuhan kebutuhan pertahun sekitar 2.000 ton. Sebagai salah satu badan usaha milik Negara (BUMN) Bukit Asam selalu melaksanakan upaya pelestarian alam sesuai dengan visi perusahaan menjadi perusahan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Dalam upaya tersebut salah satunya adalah reklamasi lahan bekas tambang. Bukit Asam melalui Sentra Industri Bukit Asam (SIBA) bidang agrobinis melakukan pemberdayaan masyarakat sekitar perusahaan, dalam hal penyediaan bahan pupuk organik yang lebih dikenal Bokashi berbasis masyarakat. Dalam beberapa tahun terakhir ini, kompos telah dianggap sebagai jantung dari sistem pertanian organik (Hoitink & Keener, 1993). Dalam hal peningkatan daya dukung tanah komposisi jelas lebih unggul dari pupuk kimia sintetik. Masalahmasalah yang terkait dengan lamanya waktu pengomposan dan rendahnya mutu kompos yang dihasilkan dengan sistem tradisional telah dapat diatasi melalui penggunaan mikroba pembusuk (MOL) pada bahan baku kompos. Penggunanan mikroba yang tepat untuk jenis bahan organik mentah tertentu dapat memperpendek masa pematangan kompos dan menghasilkan kompos yang bernilai plus. Bokashi merupakan bahan kompos yang mempunyai keunggulan, karena dalam proses pembuatannya menggunakan mikroorganisme yang terpilih, salah satunya adalah EM4 atau MOL (micro organism local). Pada saat ini bokashi sangat digemari konsumen mengingat pupuk organik tersebut memiliki kelebihan yaitu dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah disamping sebagai unsur hara bagi tanaman, menghasilkan koloid-koloid organik bermuatan negatif yang mempunyai kompleks serapan dan kapasitas tukar kation yang tinggi. Bukit Asam dalam melakukan reklamasi lahan bekas tambang secara intensif menggunakan Bokashi sebagai bahan pemulihan tanah, dan kebutuhan pertahun sekitar 2.000 ton yang dipasok oleh masyarakat sekitar binaan CSR Bukit Asam, dimana sebelum tahun 2010 dipasok dari luar ring satu perusahaan bahkan dari Lampung. Sebagai salah satu upaya untuk mendorong pengembangan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat, perusahaan menggagas inisiasi pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk. Program ini bertujuan untuk : (1) Mendukung program pemerintah untuk meningkatkan taraf ekonomi masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat dengan pembuatan Bokashi (2) Memberdayakan potensi lokal dan memperluas pasar untuk perluasan kesempatan kerja bagi masyarakat sekitar Perusahaan PT. BUKIT ASAM - 3R 59 (3) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam mendukung rencana jangka panjang perusahaan dan pengembangan lokasi pasca tambang salah satunya pupuk organik untuk reklamasi. (4) Mengurangi beban sampah, menghemat lahan timbun, pemanfaatan bahan alami sebagai pupuk yang ramah lingkungan dan upaya preventive polusi udara akibat pembakaran sampah (CO2). (5) Mengurangi biaya landfill, menciptakan lapangan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat dan penyediaan bahan reklamasi secara lokal. 1. Memanfaatkan Potensi Lokal Mengubah Sampah Menjadi Bokashi Program dilaksanakan berdasarkan hasil kajian pemetaan sosial yang di lakukan perusahaan bersama masyarakat dan pihak ketiga. Berdasarkan hasil kajian serta peran masyarakat, dan pihak ketiga, salah satu potensi yang perlu segera dikembangkan salah satunya adalah pembuatan Bokashi sebagai sumber utama dalam penyokong kegiatan reklamasi pasca tambang. Dari hasil kajian bahwa selama ini sampah rumput, sampah kotoran ternak temasuk sampah sayuran di pasar belum dimanfaatkan dan merupakan potensi untuk bahan pupuk organik. Langkah selanjutnya dalam program adalah pengorganisasian masyarakat, dimana target utama adalah terbentuknya kelompok tani yang bersedia untuk mengembangkan program Bokashi. Dari proses ini terbentuk 13 kelompok, didampingi dan fasilitasi untuk mengikuti pelatihan pembuatan bokashi. Perusahaan mendatangkan ahli Bokashi dari Ganesha Bandung, yaitu Bapak Utju, dalam waktu enam bulan beliau melatih dan mendampingi kelompok. Dari 13 kelompok yang eksis, sampai saat ini secara 8 kelompok yang terus menerus melakukan pembuatan Bokashi dari berbagai bahan organik, dari sampah rumah tangga, potongan rumpuh, sampah pasar yang diolah menjadi Bokashi. Persiapan sarana dan prasarana yang didukung oleh perusahaan dengan komitmen dari kelompok. Alur pelaksanaan program Bokashi ini disusun berdasarkan mekanisme pelaksanaan program pemberdayaan yang disusun perusahaan (Gambar 1.). Gambar 1. Mekanisme Pelaksanaan Program Pemberdayaan Masyarakat 60 PT. BUKIT ASAM - 3R Proses pembuatan pupuk Bokashi mengikuti proses yang diajarkan oleh Bapak Utju seperti disajikan pada Gambar 2. Gambar 2. Alur Pembuatan Bokashi Sampai bulan Oktober 2013 telah terbentuk sentra industri dengan 13 kelompok pupuk bokashi yang merupakan bagian bidang agrobinis dari Sentra Industri Bukit Asam (SIBA), dimana 5 kelompok (1 kelompok 4-8 orang) yang berhasil memproduksi bokashi berkisar 30-50 ton per bulan, dengan kualitas yang bagus. Bokashi tersebut selanjutnya dibeli oleh perusahan seharga Rp 1.200,-/kg dan sebagian keluar perusahaan sehingga setiap kelompok mendapatkan pemasukan sebesar kurang lebih Rp. 36-60 juta/bulan. Salah satu kelompok yang berkembang yaitu Kelompok Pupuk Bokashi BA Trayama 1 Bedeng Kresek. Pupuk Bokashi oleh perusahaan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan reklamasi tambang. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Program pemberdayaan masyarakat pupuk organik dengan berbasis masyarakat memberi banyak manfaat bagi masyarakat pembuat pupuk Bokashi, maupun peternak sapi/kambing/alam karena limbah kotoran sekarang dibeli oleh pembuat Bokashi. Demikian juga dengan para pengumpul sampah di pasar, pemotong rumput yang awalnya hasil potong rumput sekarang dikumpulkan dan dibeli oleh pembuat Bokashi. PT. BUKIT ASAM - 3R 61 Bagi Bukit Asam, program pembuatan pupuk Bokashi memotong jalur pembelian pupuk organik yang diperlukan bagi reklamasi tambang. Sekarang seluruh kebutuhan pupuk organik terpenuhi langsung dari kelompok, dengan harga Rp. 1.200,-/Kg. Selain harga yang terjangkau, kualitas pupuk yang dihasilkan kelompok sangat bagus, dan yang terpenting ada pengurangan beban angkut yang selama ini harus membeli dari Lampung. Pengurangan beban angkut bukan saja menghemat dari sisi biaya, namun juga dapat mengurangi energi bahan bakar minyak dan emisi yang dihasilkan dari proses pengangkutan. Manfaat bagi setiap target program diuraikan dalam Tabel 1. Tabel 1. Manfaat Yang Dirasakan oleh Berbagai Pihak dari Program Bokashi Uraian Masyarakat peternak sapi/kambing ayam Masyarakat pengumpul sampah pasar/pemotong rumput Kelompok Masyarakat pembuat Bokashi Sebelum ada program Jarang dikumpulkan karena dijual harga murah Perusahaan Bukit Asam x Mendatangkan Bokashi dari luar daerah (Lampung, Palembang) sebanyak kurang lebih 1.000 ton per tahun x Kualitas & kuantitas tidak terpenuhi Pemerintah Banyak pengganguran Sampah selama ini hanya dibuang kadang dibakar (tidak ada nilainya) Dulu saya hanya kerja serabutan dengan pendapatan tidak menentu Sesudah ada program Sudah dipesan dan dikumpulkan karena dibutuhkan oleh pembuat Bokashi Dikumpulkan bahkan mencari karena kelompok siap membeli sampah yang terkumpul Sekarang dengan adanya membuat Bokashi pendapatan diterima secara rutin dari penjualan pupuk Bokashi x Sudah terpenuhi dari kelompok binaan perusahaan x Kualitas & kuantitas bokasi sangat bagus dan memenuhi standar yang dibutuhkan. x Kebutuhan 2011 1.500 ton dipenuhi oleh kelompok binaan perusahaan x Kebutuhan 2012 sebanyak 2.000 ton dipenuhi oleh kelompok binaan perusahaan Menciptakan pekerjaan baru, mengurangi penganguran sehingga menuju membantu target MDGs. Bagi kelompok pupuk Bokashi, manfaat adanya program pembuatan pupuk bokashi merupakan berkah seperti yang disampaikan oleh Ketua Kelompok BA_TRAYAMA I, Bapak Liabdan: “Dulu saya sebagai vokalis Bara band, kerja sering malam hari tidak menentu, dengan adanya program Bokashi, pembuatan pupuk organik oleh CSR Bukit Asam, saya dan kelompok saya BA Trayama membuat pupuk atas binaan Bukit Asam yang dilatih oleh Pak Utju serta ada pendampingan sekaligus dibantu tempat pembuatan Bokashi sangat membantu kelompok kami yang kerja tidak menentu, sekarang bisa lumayan hasilnya. Harapan, semoga hasil pupuk Bokashi saya bisa tetap bagus dan selain Bukit Asam, kedepan perusahaan lain atau kebutuhan pupuk masyarakat bisa terpenuhi dari hasil pupuk Bokashi saya….amin terima kasih CSR Bukit Asam”. 62 PT. BUKIT ASAM - 3R Untuk kelanjutan program, akan dilakukan pembinaan pembuatan pupuk organik ini menuju pupuk dengan model granule sehingga bisa dipasarkan ke petani sayuran maupun padi, dan ada satu kelompok yang telah mencoba hal tersebut. Gambar 3. Lokasi Kegiatan Kelompok Pupuk Bokashi PT. BUKIT ASAM - 3R 63 COCA COLA AMATIL INDONESIA (CCAI), JAKARTA Bali Beach Clean Up Keindahan pantai di Bali harus selalu dijaga kebersihan dan kenyamanananya, sejak tahun 2008, Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI) menginisiasi program pembersihan pantai setiap hari yang diawali di Pantai Kuta dengan Jarak bersih 3,8 Km yang diikuti pantai lainnya. Sampai 2012, Bali Beach Clean Up telah berkembang melibatkan 78 kru pembersih pantai, dan menginvestasikan 4 traktor, 3 truk sampah, dan lebih dari 300 tong sampah. Program ini juga telah menghasilkan program lain yaitu Kuta Beach Sea Turtle Conservation (KBSTC) yang bertujuan melestarikan populasi penyu di Pantai Kuta. Program ini juga berhasil menarik perusahaan lain untuk turut berpartisipasi membangun kemitraan untuk mendorong pengembangan upaya pelestarian pantai, antara lain PT. Garuda Indonesia dan Quiksilver Indonesia. Keindahan pantai-pantai di Bali memang telah menjadi daya tarik utama pulau ini yang menjadikannya ikon utama pariwisata di Indonesia. Sepanjang tahun 2012, sebanyak 2,9 juta wisatawan mancanegara mengunjungi Bali, memberikan kontribusi ekonomi baik secara lokal maupun nasional. Meski berdampak positif, kehadiran wisatawan juga menimbulkan dampak buruk bagi lingkungan di Bali. Salah satunya adalah timbunan sampah. Sebagai contoh, sampah yang berhasil dikumpulkan dari lima pantai di Kabupaten Badung mencapai 14 juta kilogram, setara dengan berat 325 pesawat jumbo jet. Timbunan sampah di pantai umumnya merupakan sampah sisa kemasan makanan minuman dan sisa barang bawaan pengunjung. Coca Cola Amatil Indonesia (CCAI), bekerja sama dengan Quiksilver Indonesia dan Garuda Indonesia melakukan upaya mendukung program pemerintah daerah Bali dalam mencapai “Bali yang Bersih dan Hijau”, melalui program Bali Beach Clean Up di Pantai Kuta, Pantai Legian, Pantai Seminyak, Pantai Jimbaran, dan Pantai Kedonganan. Program ini merupakan aksi membersihkan garis pantai sepanjang 9,7 km agar pantai senantiasa bersih dan nyaman bagi wisatawan. Pesisir merupakan ekosistem yang khas yang merupakan pertemuan ekosistem darat dan ekosistem laut. Secara alamiah pesisir menjadi tempat bagi hewan laut seperti penyu untuk meletakkan telur-telurnya di.pantai yang dapat memberikan manfaat sebagai sumber penghidupan bagi nelayan, sedangkan pantai dengan pemandangan eksotis menjadi potensi wisata pantai. Pantai-pantai di Pulau Bali memiliki daya tarik bagi wisatawan mancanegara dan domestik karena selain indah, juga didukung oleh fasilitas wisata penginapan, restoran, pusat belanja, hingga kegiatan budaya yang menjadikan pantai-pantai ini semakin menarik untuk dinikmati. Walau begitu, ekosistem ini juga memiliki tantangan tersendiri yaitu timbunan sampah yang ditinggalkan pengunjung. Timbunan sampah berserak di garis pantai sepanjang 9,7 km, tidak sepenuhnya terkelola, sehingga mengganggu pemandangan, kenyamanan, dan menimbulkan masalah kesehatan serta merusak habitat. Jenis sampah yang dibuang umumnya kemasan makanan minuman dari plastik, kertas, dan kaleng minuman ringan. Selain pengunjung, sampah juga datang dari laut terutama pada musim angin barat, termasuk sampah batang kayu dan lain-lainnya. 64 COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R Hal inilah yang menjadi salah satu tantangan bagi program yang dicanangkan Provinsi Bali yaitu ‘Bali yang Bersih dan Hijau’ karena tidak semua sampah dapat dikelola oleh dinas terkait. Mencermati tantangan ini, CCAI mengembangkan inisiatif Bali Beach Clean Up sebagai salah satu program unggulan dalam pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR) CCAI. Program ini dimulai sejak tahun 2008 di Pantai Kuta yang diperkaya dengan berbagai manfaat dan diperluas dengan mengikutsertakan lebih banyak Pemangku Kepentingan. CCAI memilih Bali sebagai tempat pelaksanaan program karena tingginya nilai pariwisata Bali di Indonesia. CCAI melakukan program Bali Beach Clean Up (BBCU) sebagai salah satu bentuk kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) perusahaan terhadap tantangan lingkungan yang terjadi di Pantai Wisata Bali. Tujuan BBCU adalah: (1) Mendatangkan perubahan yang signifikan sekaligus mendukung program pemerintah daerah untuk mewujudkan visi Bali yang Bersih dan Hijau. (2) Melindungi dan melestarikan alam Bali dengan menciptakan pantai yang bersih dari sampah sehingga memperkuat industri pariwisata di Indonesia (3) Memberdayakan pemangku kepentingan untuk bersama-sama memperoleh manfaat dari pantai yang bersih dengan menjalin kerjasama bersama masyarakat setempat yang lebih luas, dengan demikian menciptakan peluang kerja bagi masyarakat. (4) Memperbaiki kondisi lingkungan untuk mendukung kehidupan satwa dan fauna. Bali Beach Clean Up merupakan salah satu program dalam pilar CSR Lingkungan yang telah diinisiasi sejak 2008, dan setiap tahun dikembangkan oleh CCAI. BBCU merupakan sebuah program kolaborasi antara Quiksilver Indonesia dan CCAI dengan visi mencapai program berkelanjutan yang dapat memberdayakan masyarakat di area operasi kami. Dalam kemitraan ini, CCAI, Quiksilver dan Garuda Indonesia memberikan kontribusi yang sama dalam kinerja operasional kegiatan pembersihan pantai setiap hari. 1. Bebaskan Pantai dari Sampah Program Bali Beach Clean Up dilaksanakan secara rutin setiap hari, sepanjang 9,7 km garis pantai dengan melibatkan 74 anggota tim untuk membersihkan pantai di Kuta, Legian, Seminyak, Jimbaran dan Kedonganan. Tabel 1. menunjukan panjang garis pantai dan lokasi pembersihan sampah sejak tahun 2008. Tabel 1. Lokasi dan Panjang Garis Pantai tempat Dilaksanakan Bali Beach Clean Up, Periode 2008-2010 Tahun dimulai 2008 2009 2009 2010 2010 Lokasi Pantai Pantai Pantai Pantai Pantai Kuta Legian Seminyak Jimbaran Kedonganan Panjang garis pantai (km) 3.8 1 1.9 1.5 1.5 9.7 Jumlah kru 17 17 7 16 17 74 COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R 65 Dalam pelaksanaan program, CCAI melibatkan para pemangku kepentingan di Bali yang sangat penting berperan, yaitu : a. Pemerintah Daerah Bali, dukungan pemerintah dibutuhkan untuk kesuksesan program dan memberikan dorongan keterlibatan perangkat pemerintahan di tingkat lokal. Program Bali Beach Clean Up ini sejalan dengan program pemerintah daerah Bali yaitu ‘Bali yang Bersih dan Hijau’ b. Kepala Adat. Dalam program BBCU, Kepala Adat merupakan Pemangku Kepentingan yang memiliki arti penting agar kegiatan yang dilaksanakan dapat selaras dengan tata aturan yang berlaku. BBCU melibatkan semua Kepala Adat dari kelima pantai. c. Regu Penyelamat Pantai. Regu Penyelamat Pantai (lifeguards) bertanggung jawab atas keselamatan pengunjung pantai. Dalam program ini CCAI dan Quiksilver Indonesia memberikan apresiasi bagi Satuan Penjaga Pantai Badung Bali berupa sarana berkualitas tinggi untuk mendukung tugas mereka. a. Kru Pembersih Pantai. Kru Pembersih Pantai adalah anggota masyarakat sekitar yang dipekerjakan dalam BBCU, terdapat 74 orang kru pembersih pantai yang dipekerjakan sejak 2008. b. Yayasan Non Profit. Program ini bekerjasama dengan Rivers, Oceans, Lands and Ecology (R.O.L.E) Foundation untuk memberikan pelatihan kepada kru pembersih pantai yang tergabung dalam program BBCU. Selain ROLE Foundation, BBCU juga mengikutsertakan organisasi Kuta Beach Sea Turtle Society (KBSTS) dalam kegiatan pengembangan konservasi penyu di pantai Kuta. c. Kementerian Lingkungan Hidup. Untuk memperluas dan memperoleh dukungan yang lebih kuat, CCAI menyelenggarakan forum diskusi untuk solusi nyata yang berkelanjutan bagi permasalah lingkungan di Bali (2011). Forum ini dibuka oleh Menteri Lingkungan Hidup saat itu Ir. Dr. Ir. Gusti Muhammad Hatta dan Gubernur Bali Made Mangku Pastika. d. Pengunjung Pantai. Sebagai pemangku kepentingan utama yang perlu dididik dan dibiasakan untuk ikut serta melestarikan dan menjaga kebersihan pantai. Sejak tahun 2008, BBCU memulai kegiatan di satu lokasi yaitu Pantai Kuta dengan garis pantai sepanjang 3,8 km, secara bertahap diperluas hingga lima daerah pantai yang diikuti dengan kegiatan-kegiatan pengembangan kepentingan. BBCU merekrut anggota masyarakat lokal untuk dipekerjakan sebagai Kru Pembersih Pantai dengan wilayah kerja di masing-masing Pantai. Kru Pembersih Pantai tidak hanya ditugaskan untuk memungut dan mengumpulkan sampah di pantai, tetapi juga memperoleh pendidikan dan pengembangan keterampilan. Saat ini terdapat 74 Kru Pembersih Pantai dari masyarakat setempat yang memiliki motivasi dan semangat tinggi untuk menjalankan program BBCU. Program ini melibatkan ROLE Foundation untuk memberikan pelatihan khusus bagi Kru Pembersih Pantai.. Bentuk pelatihan yang diberikan meliputi pengelolaan sampah, pentingnya kehidupan yang berkelanjutan (Sustainable Living), keterampilan membaca, dan keterampilan teknis untuk melestarikan pantai. Hal ini dilakukan agar para kru pembersih pantai tidak hanya memungut sampah namun juga mengerti sepenuhnya tentang jenis dan nilai sampah yang mereka kumpulkan. Untuk mendukung kinerja Kru Pembersih Pantai, BBCU menyediakan sarana dan prasarana kerja yang sangat memadai. Peralatan yang diberikan adalah peralatan 66 COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R kerja bagi kru pembersih sampah meliputi 4 traktor dan 3 truk sampah yang dioperasikan setiap hari untuk mengumpulkan dan mentransportasikan sampah dari pantai ke tempat pembuangan akhir. Program BBCU juga menyediakan sarana tempat sampah di sepanjang 5 titik pantai.. Dengan tersedianya tempat sampah yang memadai dan dengan jumlah yang cukup, tidak ada lagi alasan bagi pengunjung maupun masyarakat untuk membuang sampah berceceran di pantai. Penyediaan tempat sampah dengan warna mencolok ini juga merupakan kampanye bagi pengunjung dan masyarakat untuk turut serta menjaga kebersihan. Dalam pelaksanaan program, BBCU juga menyediakan rangkaian kegiatan antara lain : (1) Kuta Beach Sea Turtle Conservation, dibentuk pada tahun 2010 sebagai upaya konservasi penyu laut. Tahun 2011, BBCU menyelenggarakan forum diskusi ‘Bali Clean and Green Multistakeholder Group’ yang mengumpulkan pemerintah lokal, nasional, LSM lokal dan internasional, tokoh masyarakat dan pemangku kepentingan untuk menyatukan sumberdaya dan tenaga dalam memberikan solusi nyata bagi tantangan keberlanjutan lingkungan di Bali. (2) ‘Bali’s Big Eco Weekend’ (BBEW) yang diselenggarakan pertama kali tahun 2011, merupakan festival lingkungan dengan tujuan meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan kepada masyaraka demi menjaga pariwisata di Bali agar senantiasa bersih. Dalam kegiatan BBEW, lebih dari 1.000 masyarakat turut berpartisipasi dalam aksi bersih yang mengumpulkan hingga 1,6 ton sampah dalam sehari. (3) BBEW kedua yang diselenggarakan pada 2012 mengundang partner baru dalam program BBCU yang memiliki visi sama untuk menjaga kelestarian Pulau Bali yaitu Garuda Indonesia. Garuda Indonesia menyumbangkan dua unit pembersih pantai Barber Surf Rake, sebuah mesin canggih yang disambungkan ke bagian belakang traktor untuk membersihkan pantai dengan lebih cepat dan maksimal, serta mampu memungut sampah kecil seperti puntung rokok. Bukan hanya kebersihan yang tercipta, pantai yang lebih bersih tidak hanya baik bagi wisatawan dan pengunjung wisata. BBCU juga menciptakan kondisi yang mendukung kehidupan satwa penyu laut. Kuta Beach Sea Turtle Society (KBSTS) dan masyarakat mencermati bahwa semakin banyak telur penyu yang menetas di wilayah pantaisejak dimulainya program BBCU ini. Karena itulah, CCAI mendukung upaya kolaboratif KBSTS bersama Desa Adat Kuta untuk melakukan kegiatan pelestarian penyu laut. CCAI dan Quiksilver Indonesia mendirikan fasilitas Penangkaran di Pantai Kuta dengan nama ‘Kuta Beach Sea Turtle Conservation’ (KBSTC) pada tahun 2010. KBSTC bertujuan melindungi penyu laut dan memastikan semua telur penyu yang menetas di konservasi dilepaskan ke habitat alami mereka. KBSTC juga menjadi wahana bagi masyarakat lokal dan wisatawan untuk memahami dan melindungi satwa liar di ekosistem pantai. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Program BBCU merupakan program yang mendorong terbukanya lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar dimana sebanyak 74 orang bekerja sebagai tim COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R 67 dari BBCU. Bagi lingkungan pantai dengan adanya program kebersihan pantai lebih terjaga dan proses edukasi bagi pengunjung minimal dengan mengingatkan membuang sampah pada tempatnya. Pelibatan para pihak pemangku kepentingan merupakan langkah yang tepat dalam pelaksanaan program, selain kombinasi kegiatan yang dikembangkan salah satunya adalah konservasi penyu. Program juga dilakukan secara berkelanjutan untuk menjaga kawasan pantai tetap bersih. 68 COCA COLA AMATIL INDONESIA - 3R PT. KALTIM PRIMA COAL, KABUPATEN KUTAI TIMUR, KALIMANTAN TIMUR Gerak Bersemi Gerakan Komunitas Bersih, Sehat, dan Mandiri atau Gerak Bersemi merupakan program yang diinisiasi oleh PT. Kaltim Prima Coal (KPC) di Kabupaten Sangatta, Kalimantan Timur sejak tahun 2007 melalui pengelolaan sampah. Volume kompos yang dihasilan melalui program ini sebanyak 401,5 ton atau setara dengan Rp. 521.950.000,- per tahun. Sebanyak 205 Rumah Tangga terlibat aktif dalam Gerak Bersemi. Program Gerak Bersemi digagas pada tahun 2007 melalui lokakarya yang melibatkan Departement Community Empowerment KPC, Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kutai Timur, dan PKK Kabupaten Kutai Timur yang mewakili komponen masyarakat. Pertemuan tersebut difasilitasi oleh Pusat Pemberdayaan Komunitas Perkotaan (Pusdakota) Universitas Surabaya (Ubaya). Program ini merupakan program pemberdayaan masyarakat untuk mendorong lahirnya eco-waste management model, eco-health community model, dan eco enterprise business model di Kota Sangatta, Kabupaten Kutai Timur. Gerak Bersemi menjadi bagian program corporate social responsibility (CSR) KPC yang mengkombinasikan aspek lingkungan, sosial, dan ekonomi dalam satu platform pemberdayaan masyarakat. Hal itu merupakan salah satu wujud komitmen KPC terhadap masyarakat di sekitar perusahaan dan upaya untuk mengimplementasikan pembangunan berkelanjutan. Gerak Bersemi merupakan perpaduan dari 5 program Utama CSR KPC yaitu (1) Pengembangan Agribisnis (2) Peningkatan Kesehatan Masyarakat (3) Pengembangan Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah (4) Pelestarian Alam dan Budaya, dan (5) Penguatan Kapasitas Kelembagaan Masyarakat dan Pemerintah. 1. Mendorong Masyarakarat Mengelola Sampah Implementasi Gerak Bersemi dimulai dengan melakukan Analisa Sosial Terpadu pada bulan Desember 2007 yang dilakukan di 2 kecamatan, Sengatta Utara dan Sengatta Selatan, terpilih 3 wilayah yang akan dijadikan model untuk implementasi Model Triple E (Eco-waste Management Model; Eco-Health Community Model; Eco-Enterprise Business Model) yaitu Gang Mushola, Margo Santoso dan Gunung Tehnik. Dalam implementasinya, KPC memfasilitasi pelatihan-pelatihan, pengembangan fasilitas atau sarana pendukung yang terkait, dan aktif mengkampanyekan perilaku peduli sampah, khususnya di Kota Sangatta. Kegiatan pelatihan dalam perogram Gerak Bersemi yang berkaitan langsung dengan pemanfaatan sampah, antara lain: (1) Pembuatan kompos dari sampah organik, serta kegunaannya dalam meningkatkan kesuburan tanah yang secara langsung memberikan hasil panen yang lebih sehat dan aman untuk dikonsumsi. (2) Pemanfaatan berbagai sampai non organik yang masih mempunyai nilai guna dan jual. (3) Pemanfaatan berbagai tanaman obat keluarga sebagai alternatif penanganan sederhana sebelum harus pergi ke dokter. Hal ini juga merupakan pelestarian berbagai kearifan lokal yang telah banyak dilupakan. PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R 69 G b 1 R P P Gambar 1. Rancangan Perencanaan Program Sejak tahun 2008, sudah ada 250 warga Kota Sangatta yang mendapatkan pelatihan dalam program Gerak Bersemi ini. Di samping mendapatkan pelatihan teknis mereka juga mendapatkan pelatihan kepemimpinan, yang diharapkan dapat menjadi agenagen penggerak di komunitasnya masing-masing. Untuk Mendukung Gerak Bersemi, sejumlah fasilitas pendukung dikembangkan antara lain: (1) Pusat Pelatihan Kompos (Composting Training Center atau CTC), tahun 2009, CTC dibangun sebagai fasilitas percontohan pengolahan sampah bagi komunitas. Pengelolaan CTC dilakukan oleh Remaja Kreatif Peduli Lingkungan (RKPL) dengan dukungan operasional dari KPC selama jangka waktu tertentu sampai siap untuk mandiri. Kegiatan utama di CTC meliputi pelatihan, pemilahan sampah organik dan non organik, serta pengomposan. Setiap bulannya, CTC bisa mengolah sekitar 2 ton sampah organik per bulan atau 24 ton per tahun, dan sekitar 700 kg/bulan atau 8,4 ton/tahun sampah non-organik yang digunakan untuk kegiatan reuse dan recycle. Pemasaran produk pupuk kompos CTC dilakukan oleh RKPL dan hasilnya sebagian untuk mendukung kegiatan operasional. (2) Bumi Pelatihan dan Percontohan Usaha Tani Konservasi (BPP UTK) Fasilitas ini merupakan sebuah sarana pelatihan dan percontohan usaha tani yang berwawasan lingkungan yang dimiliki oleh KPC sejak tahun 1996 yang kemudian pemanfaatannya diperkaya menjadi “rumah pengembangan karakter komunitas” dimana proses reproduksi pengembangan karakter dan kompetensi para agen gerakan dilengkapi dengan sarana prasarana pendukung pendidikan lingkungan didalam dan diluar kelas, modul pembelajaran serta tim fasilitator. Untuk memperluas keterlibatan warga Kota Sangatta dalam program Gerak Bersemi, dengan diiringi kegiatan kampanye untuk mendorong perilaku ramah lingkungan, dalam bentuk Lomba Kampung Bersemi. Dalam penyelenggaraanya lomba tersebut melibatkan pemerintah daerah dan LSM, setiap kampung yang ada di Kota Sangatta 70 PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R dapat menjadi peserta lomba. Penilaian dilakukan dalam beberapa tahap untuk mengukur komitmen dan kebersamaan komunitas dalam meningkatkan kebersihan, kesehatan dan keswadayaan melalui berbagai kegiatan. Penilaian dilakukan oleh tim juri yang terdiri dari berbagai pihak seperti LSM, media, akademisi, PMI, SKPD dan dinas terkait. Pada 2010, partisipan yang terlibat sebanyak 59 peserta, tahun 2011 sebanyak 52 peserta, dan di 2012 sebanyak 47 peserta. Walaupun jumlah pendaftar di 2012 lebih sedikit dibandingkan dua tahun sebelumnya, namun dari hasil penilaian, tingkat kesadaran dan kemandirian masyarakat lebih meningkat. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Sejak program ini digulirkan pada tahun 2007, hasil-hasil yang diperoleh (2008-2012) antara lain: (1) Volume kompos yang dihasilkan per tahun rata-rata sebanyak 401,5 ton, yang setara dengan Rp. 521.950.000,(2) Sebanyak 205 rumah tangga ikut berpartisipasi aktif dalam kegiatan Bank Sampah, secara ekonomi per bulan menghasilkan Rp. 2.150.000,(3) Sebanyak 3.500 anggota masyarakat terlibat dalam kegiatan Gerak Bersemi (Rumah Kompos, CTC, Haviera, Grebek RT dan lain-lain) (4) Saat ini ada 55 agen penggerak yang aktif berkontribusi melalui Proyek Gerak Bersemi (RKPL, FKPL, Pendamping RT dan Volunteer) Metoda kegiatan dan juga pelibatan keluarga dari para pegawai KPC menjadi salah satu pendukung program, bentuk kampanye, perlombaan menjadi penarik untuk berpartisipasi dalam program. Sementara pelibatan pihak pemuda dan pemerintahan setempat menjadi bagian penting dalam program. Bahkan program mendapatkan pengakuan dari pemerintah setempat seperti disampaikan oleh Kepala BLH, Bapak Didi Suryadi : “Saya mengapresiasi bentuk kerjasama yang telah terjalin selama ini dalam penanganan sampah di Kota Sangatta, peran KPC sangat penting dalam memotivasi masyarakat agar terlibat aktif dalam masalah sampah dan masalah lingkungan lainnya, sangat nyata dirasakan”. Dalam Tribun Kaltim, 11 Maret 2010. Asisten Deputi Kajian Kebijakan Wilayah dan Sektor, Kementerian Lingkungan Hidup RI Heri Waluyo mengatakan, CTC yang dibangun KPC memiliki manfaat yang tinggi. Tempat itu berdampak terhadap pengurangan timbunan sampah di TPA dan lebih penting lagi sebagai wadah belajar bagi warga dalam pengelolaan sampah. Karena itu Waluyo mengharapkan, apa yang dilakukan KPC bisa ditiru lembaga lain, karena semakin banyak rumah kompos akan semakin banyak pula sampah yang bisa dikelola. “Saya berharap, apa yang dilakukan KPC bisa ditiru oleh lembaga lain. Sebab ke depannya, kita ingin terus mendorong pengelolaan sampah melalui konsep 3R (Reduce, Reuse, Recycle)”, dalam Warta Prima, edisi Januari-April 2011 PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R 71 Gambar 2. Lomba Kampung dalam Gerak Bersemi Program Gerak Bersemi telah membuka kesempatan interaksi dan kolaborasi antara perusahaan, pemerintah daerah, dan LSM terkait upaya peduli terhadap sampah, antara lain: x Bersama dengan pemerintah dan masyarakat menyusun draft Rencana Strategis Pengelolaan Sampah mengacu kepada UU 18 tahun 2008 dan Peraturan Bupati Kutai Timur. x Pemerintah memberikan sejumlah stimulant berupa kendaraan Roda 3 untuk pengangkutan dan mesin composter. x Pondok Bekas (PONKAS) untuk menampung dan menjual barang-barang bekas yang masih layak pakai, sebagai bagian dari implementasi reuse. Pada tahun 2012, PONKAS juga dimanfaatkan sebagai pusat informasi kegiatan Gerak Bersemi dengan nama Pojok BERSEMI. Pengunjung bisa mendapatkan gambaran umum konsep, kemajuan dan berbagai pihak yang terlibat dalam program Gerak Bersemi. PONKAS juga bisa diakses melalui facebook, twitter dan BBM. x Beberapa Minimarket memberikan hadiah kecil kepada pelanggan yang membawa sendiri tas belanja, sehingga dapat mengurangi pemakaian tas plastik. x FKPL (Forum Komunitas Peduli Lingkungan) terus mensosialisasikan semangat 3R dalam berbagai kesempatan. x RKPL (Remaja Kreatif Peduli Lingkungan) dengan Bank Sampah memberikan pelayanan pengambilan pada 700 rumah. Kepada pelanggan yang bersedia memilah, untuk jenis sampah yang masih punya nilai ekonomi akan dicatat. Pada akhir bulan, nilai ekonomi yang tercatat dapat dipakai sebagai pembayar pelayanan yang telah diberikan. Kelebihan nilai tercatat dianggap sebagai tabungan. Jumlah sampah yang terlayani angkutannya rata-rata sekitar 22 ton/bulan. x Sejumlah kader yang sudah pernah menerima pelatihan terus melakukan kegiatannya secara individu maupun kelompok dan secara nyata turut berkontribusi dalam pengurangan sampah dengan memproduksi produk daur ulang yang mempunyai nilai ekonomi. Gerak Bersemi juga telah diakui oleh pemerintah Kabupaten Kutai Timur sebagai program yang dapat diaplikasikan di tempat lain. 72 PT. KALTIM PRIMA COAL - 3R PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN, KALIMANTAN TIMUR Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R Program Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R merupakan integrasi aktivitas pelestarian lingkungan dan usaha peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan pengelolaan sampah di dua kelurahan yaitu Kampung 1/Skip dan Kampung Enam Kecamatan Tarakan Timur, Tarakan, Provinsi Kalimantan Timur di dukung oleh PT. Pertamina EP Asset 5 Filed Tarakan sejak tahun 2010. Sebanyak 1.112 Kepala Keluarga terlibat aktif dalam program dari kedua desa tersebut, dan berhasil mengurangi timbunan sampah hampir 33% dari total awal sebanyak 294.46 ton. Program juga berhasil mengolah sampah organik 11.9 ton selama periode 2013, serta menyerap tenaga kerja sebanyak 14 orang. PT. Pertamina EP Asset 5 Field Tarakan (PEP Tarakan) adalah salah satu unit usaha PT. Pertamina EP yang bergerak di bidang eksplorasi dan eksploitasi migas di Wilayah Kerja Tarakan–Kalimantan Timur. PEP Tarakan mewujudkan kegiatan tanggung jawab sosial dan lingkungan berdasarkan visi program CSR PEP Tarakan yaitu mewujudkan komitmen perusahaan untuk memberikan nilai tambah bagi stakeholders yang bertumpu pada strategi pengembangan masyarakat yang inovatif, spesifik, berbasis potensi lokal dan kemitraan secara berkelanjutan untuk mencapai kemandirian dan kesejahteraan. Pengelolaan sampah di Kota Tarakan telah dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan, Pertamanan dan Pemakaman (DKPP) Kota Tarakan, termasuk pembinaan kepada empat Depo Kompos. Termasuk di dalamnya Depo Kompos yang dikelola oleh Kelompok Swadaya masyarakat (KSM) “NIBUNG” di kelurahan Kampung 1/Skip Kecamatan Tarakan Tengah dan KSM “Ramah lingkungan” di kelurahan Kampung Enam Kecamatan Tarakan Timur. PEP Tarakan berkeinginan agar kegiatan ini ditingkatkan nilai tambahnya dengan memperhatikan: t Pelayanan dan pengelolaan sampah belum menjangkau ke seluruh wilayah kota Tarakan mengingat kondisi permukiman yang jauh dan berkelompok serta keterbatasan peralatan dan personil. t Sampah yang dihasilkan Kota Tarakan mencapai 70 ton/hari dimana 54 persen diantaranya adalah sampah rumah tangga. Karakteristik sampah dari kegiatan domestik (rumah tangga) dan non domestik (pasar, pertokoan, industri) terdiri dari sampah organik (70%-80%), plastik (10%), kertas (8%), dan sisanya jenis lainnya (pecahan gelas/kaca, kain, dll), umumnya dibuang begitu saja (open dumping), buang bakar (dengan incinerator atau dibakar begitu saja), gali tutup (sanitary landfill). Masih terdapat kemungkinan untuk mengolah sampah menjadi produk daur ulang, cacahan plastik maupun kompos yang memiliki nilai ekonomi. t Sumberdaya manusia, dalam hal ini kaum wanita yang tergabung dalam kelompok ibu-ibu PKK yang belum optimal. Program yang dikembangkan bertujuan untuk: (1) Mendukung Kegiatan Pemerintah Kota Tarakan dalam pengelolaan sampah dan menciptakan lingkungan yang bersih. (2) Meminimalisasi timbunan sampah di tempat Pembuangan Akhir (TPA) di Kota Tarakan dengan memaksimalkan pengelolaan sampah di lingkungan. (3) Meningkatkan jumlah tenaga kerja terampil sehingga menciptakan lapangan kerja khususnya untuk perempuan, pada gilirannya meningkatkan pendapatan rumah tangga. PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R 73 1. Membangun Perencanaan Bersama untuk Mengolah Sampah Program Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R dilakukan berdasarkan pada kesepakatan perencanaan kerja yang disusun secara kolektif oleh seluruh anggota dan pelaku yang terlibat di dalam program, dibagi berdasarkan sub program dengan alur sebagai berikut: t Pembentukan Kelembagaan yang meliputi menyusun struktur organisasi, membangun kesepakatan, dll. t Perencanaan yang meliputi pemetaan lokasi, penentuan kelompok sasaran, alokasi dan sumber dana, target produksi. t Sosialisasi program yang dilakukan kepada para pemangku kepentingan termasuk pemerintah setempah, perusahaan, LSM dll. t Monitoring dan Evaluasi Selengkapnya tersaji pada Gambar 1. Gambar 1. Tahapan Program PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN: 1. Pembuatan Nota Kesepakatan kemitraan. 2. Pembentukan struktur kelembagaan & keanggotaan 3. Penentuan pihak-pihak yang terlibat (Instansi Pemerintahan, Perusahaan, LSM, Masy. Sekitar) PENYUSUNAN PERENCANAAN PROGRAM: 1. Alokasi & Sumber Pendanaan 2. Pemetaan Lokasi pengelolaan 3. Penentuan target pengelolaan 4. Penentuan target produksi EVALUASI PROGRAM : MONITORING PROGRAM : 1. Dilakukan untuk menguji kesesuaian antara target & realisasi pengelolaan 2. Pengawasan mutu produksi 3. Pengawasan kelembagaan SOSIALISASI PROGRAM (Instansi Pemerintahan, Perusahaan, LSM, Masy. Sekitar) PELAKSANAAN PROGRAM: 1. PelaƟhan dan pengembangan kapasitas 2. Penyediaan Sarana & prasarana Pengelolaan sampah 3. Mendapatkan standarisasi kompos yang dihasilkan 4. Melakukan proses produksi dan penjualan PEP Tarakan mendesain kegiatan ini dalam jangka panjang yaitu periode 2010-2015, jumlah dana yang dianggarkan untuk kegiatan ini di tahun 2013 adalah sebesar Rp. 161.000.000,-. Program Pengelolaan Sampah Skala lingkungan dengan Sistem 3R merupakan integrasi aktivitas pelestarian lingkungan dan usaha peningkatan pendapatan masyarakat sekitar kawasan pengelolaan sampah di dua kelurahan yaitu Kampung 1/Skip dan kampung 6 yang merupakan ring 1 perusahaan. Pemangku kepentingan yang juga menjadi sasaran program ini adalah: 74 PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R KSM Nibung dan KSMS Ramah Lingkungan pelaksanaan pemberdayaan perempuan Perempuan yang tergabung dalam kegiatan PKK sebagai pihak yang ikut berperan dalam meningkatkan parƟsipasi masyarakat dalam mengelola lingkungan Pemangku KepenƟngan di 2 Kelurahan (sasaran pengelolaan) Pihak-pihak terkait pelestarian dan kesejahteraan sasaran pelaksanaan pengelolaan sampah Anak Sekolah sasaran untuk meningkatkan kesadaran meningkatkan kualitas lingkungan sebagai generasi penerus Gambar 2. Para Pemangku Kepentingan Program Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan dengan Sistem 3R Tabel 1. Jumlah Anggota KSM Pengelola Sampah Per Periode Nama KSM KSM Nibung KSM Ramah Lingkungan Cakupan 8 dari 21 RT di Kampung 1 /Skip 13 dari 15 RT di Kampung Enam 2012 240 2013 282 650 830 Penyusunan Perencanaan Program dilakukan secara bersama-sama di antara pemangku kepentingan termasuk untuk menentukan peran masing-masing pemangku kepentingan serta target pencapaian produksi, terutama KSM Nibung dan KSM Ramah Lingkungan. Kegiatan ini diikuti dengan Sosialiasi kepada komponen instansi pemerintah, perusahaan, LSM, dan masyarakat sekitar untuk mempublikasikan rencana kegiatan sekaligus memperoleh dukungan dari masyarakat. Pelaksanaan Program dilakukan di Depo Kompos di KSM Nibung dan KSM Ramah Lingkungan di kedua desa sasaran. Program yang dilaksanakan meliputi pengangkutan dan pemilahan dan pemanfaatan sampah. Sampah organik dijadikan kompos, sampah anorganik dipilah untuk membuat pelet (cacahan plastik) dan bahan baku produk daur ulang. Proses pencacahan dilakukan di masing-masing Depo, sedangkan pembuatan produk daur ulang dilakukan di kelompok PKK yang dilibatkan dalam program ini. Para pelaku pengolahan sampah juga memperoleh pelatihan keterampilan yang dibutuhkan untuk menghasilkan produk yang baik. Sisa sampah yang tidak bisa dimanfaatkan (residu) dikirim ke TPA Aki Babu milik Kota Tarakan. Selain dilakukan di Depo, kegiatan ini juga dilaksanakan di skala rumah tangga seperti yang diinisiasi oleh anggota KSM Nibung, Ibu Wahidah–Kelurahan Kampung Satu, Ibu Wahidah memilah sampah berdasarkan jenisya, sampah organik dijadikan kompos dengan Takakura dan sampah plastik dijadikan souvenir daur ulang. Selain memperoleh manfaat ekonomis, Ibu Wahidah kini hanya membuang sampah seminggu sekali dari semula yang setiap hari, langkah ini kemudian diikuti oleh ibuibu PKK lainnya. PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R 75 Selama program ini berjalan, kegiatan monitoring dilakukan oleh pemangku kepentingan yang ditunjuk sesuai dengan rencana program. Monev telah dilakukan dengan melibatkan pemerintah lokal oleh Kasie Pemberdayaan Kelurahan, LSM oleh Institut Pemberdayaan Masyarakat, dan PEP Tarakan sendiri. Evaluasi akhir program ini direncanakan pada 2015 mendatang. Dengan berkurangnya volume sampah yang dibuang masyarakat, pencemaran lingkungan dapat dikurangi, sehingga kebersihan lingkungan dapat terjaga. Upaya yang baik ini mengantar Kota Tarakan memperoleh penghargaan Adipura pada 2012. 76 PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R 77 Nibung Ramah Lingkungan Nibung Ramah Lingkungan Timbulan Sampah (ton) Serapan Tenaga Kerja (orang) Nilai Ekonomi (Rp) *April 2013 1 2 2012 66,16 228,3 1 4 1 2013 2012 27,26* 99,5* 1 2013* Pilah 2 1 2012 15,13 17,5 2 1 2013* 6,1 5,8 Kompos (organik) 4 1 2012 2,3 4,8 4 1 2013* 0,978 1,7 Produk Daur Ulang (anorganik) TPA Aki Babu (sampah residu) 2012 2013* 48,73 20,18 206 92 Gambar 3. Data Hasil Pengelolaan Sampah Skala Lingkungan Dengan Sistem 3R Nibung 5.301.000 1.600.000 5.400.000 1.800.000 +Ramah Lingkungan data laporan diperoleh dari masing-masing KSM pada 3 Mei 2013 KSM Deskripsi Angkut Total Timbunan Sampah per tahun: 2012: 294,46 ton dari 890 KK, 0,9 kg/orang hari 2013*: 126,76 ton dari 1.112 KK, 0,3 kg/orang hari 2.Manfaat dan Petikan Pembelajaran Dampak Lingkungan, Pengelolaan Sampah Skala lingkungan dengan Sistem 3R di Kota Tarakan sesuai dengan mottonya sebagai Kota BAIS (Bersih, Aman, Indah dan Sejahtera), sehingga dapat menjadi investasi jangka panjang untuk keberlanjutan masyarakat kota Tarakan pada umumnya dengan diperolehnya lagi penghargaan Adipura tahun 2012. Program juga memberikan manfaat ekonomi dengan adanya penyerapan tenaga kerja yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat secara ekonomi dengan memanfaatkan potensi lokal yang tersedia. Jumlah tenaga kerja yang dapat diserap dalam pengelolaan sampah di kedua KSM sejumlah 14 orang serta peningkatan pendapatan ibu-ibu PKK dalam pengelolaan produk daur ulang sampah. Program juga sudah berhasil membiasakan masyarakat untuk mengembangkan dan budaya kolektik dan melembagakan kerja sama yang organisasional terencana, dilaksanakan dan diawasi secara bersama melalui lembaga-lembaga yang terbentuk berdasarkan desakan kebutuhan kolektif. Program berhasil dengan adanya kerjasama dengan berbagai pihak dan perencanaan yang disusun bersama-sama. Penghargaan Adipura menjadi pendorong bagi kelompok dan masyarakat untuk lebih bergiat dalam pelaksanaan program. 78 PT. PERTAMINA EP ASSET 5 FIELD TARAKAN - 3R PT. PUPUK SRIWIDJAJA, PALEMBANG, SUMATERA SELATAN Pengolahan Sampah Perumahan Karyawan Sebanyak 434 Kepala Keluarga, Kelurahan Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang telah mengolah sampah rumah tangga organik dengan total yang diolah adalah kurang lebih 0,7 ton per hari ditambah sampah rumput dan daun sebanyak 1,3 ton per hari. Kegiatan yang diinisiasi oleh PT. Pupuk Sriwidjaja Palembang ini, bukan hanya mengurangi jumlah sampah yang harus dikelola sebanyak 2 ton perhari, namun mengurangi biaya angkutan sebesar Rp. 564.000,per hari dan menciptakan lapangan pekerjaan bagi 15 orang warga. PT. Pupuk Sriwidjaja – Palembang (Pusri Palembang) adalah sebuah pabrik pupuk yang memproduksi pupuk urea di Sumatera Selatan. Untuk mendukung operasi perusahaan, Pusri Palembang menyediakan kompleks perumahan bagi karyawan. Kompleks Perumahan Pusri Palembang menyediakan rumah bagi 434 Kepala Keluarga di atas lahan 245 hektar di Kelurahan Sungai Selayur, Kecamatan Kalidoni, Kota Palembang, selain itu, di sini juga menyediakan sarana persekolahan, pasar, dan prasarana umum lainnya. Sampah rumah tangga dan sampah domestik dari Kantor dan Pabrik dulu dikelola secara konvensional dengan dikumpulkan oleh Dinas Kebersihan untuk kemudian dibuang ke Tempat Pembuangan Akhir Sampah Sukawinatan. Sejalan dengan perkembangan Kota dan Kompleks Industri ini, timbulan sampah rumah tangga ini semakin hari semakin menjadi perhatian, hal inilah yang menggerakkan Pusri Palembang untuk melakukan inisiatif pengelolaan sampah rumah tangga dari kegiatan operasi dan Kompleks Perumahan Pusri Palembang. Sampah adalah salah satu masalah perkotaan, timbulan sampah rumah tangga dari Kompleks Perumahan dan sampah domestik dari kantor dan lingkungan pabrik merupakan tantangan tersendiri sewaktu inisiatif ini akan dilakukan pada 2004. Berton-ton sampah yang ditimbulkan setiap hari hanya dikumpulkan dan dibuang, atau dibakar, tanpa ada pengolahan maupun upaya untuk mengurangi timbulan sampah tersebut. Jenis-jenis sampah yang ditimbulkan berupa sampah organik yaitu sampah rumput, daun, rumah tangga/dapur, sampah buah-buahan dan sampah organik lainnya. Sampah tidak saja menyebabkan terjadinya pencemaran lingkungan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) saja, tetapi juga menciptakan masalah kesehatan, tumpukan-tumpukan sampah di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Kantor, Pabrik, dan Pemukiman menjadi tempat berbiaknya lalat yang merupakan faktor penyakit. Sampah juga menjadi pemandangan yang tidak menyenangkan karena semakin hari timbulan sampah semakin bertambah. TPA yang menampung sampah dan sarana pengangkutan jumlahnya terbatas sehingga pengelolaan sampah tidak bias lagi menggunakan cara-cara konvensional. Menyadari bahwa dampak timbulan sampah kian serius dan terinspirasi oleh komitmen dalam Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Pusri Palembang untuk meminimalkan dan memanfaatkan limbah non B3 (sampah domestik bukanlah sampah bahan beracun dan berbahaya) serta semangat untuk menciptakan keharmonisan antara perusahaan dengan warga sekitar, maka Pusri Palembang PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R 79 memulai inisiatif untuk mengelola sampah domestik baik dari Kantor, Pabrik, dan Kompleks Perumahan Pusri Palembang pada tahun 2005. Inisiatif yang dilakukan adalah pengelolaan sampah organik menjadi kompos dengan pabrik pupuk organik Pusri. Inisiatif Pupuk Organik Pusri memiliki tujuan: (1)Menyempurnakan pengelolaan sampah di Komplek Pusri Palembang yang berwawasan lingkungan. (2)Memanfaatkan sampah organik (sampah rumput, daun, pertamanan dan dapur/rumah tangga). (3)Mengurangi tumpukan sampah pada tempat pembuangan sementara (TPS) dan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sehingga tidak terjadi perluasan lahan TPA. (4)Menghemat biaya angkutan sampah yang selama ini dibuang ke TPA dan dialihkan/diangkut ke tempat pengomposan (jaraknya lebih dekat). (5)Menghemat biaya pembelian pupuk kandang untuk taman dan Green Barrier. (6)Membantu menghindari tumpukan sampah khususnya di TPS yang terlantar sebagai pembiakan lalat yang menularkan penyakit. (7)Mengurangi pencemaran lingkungan, karena sampah yang dibuang/dibakar menjadi berkurang. (8)Penggunaan kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan kompos pada lahan pertanian berarti mencegah pencemaran karena berkurangnya kebutuhan pemakaian pupuk buatan dan obat-obatan yang berlebihan. (9)Membantu melestarikan sumber daya alami karena pemakaian kompos pada kebun/lahan akan menghemat kemampuan lahan kebun dalam menahan air, sehingga menghemat kandungan air. (10) Pengomposan juga berarti menghasilkan sumber daya baru dari sampah dan dalam jangka panjang kompos akan menjadi tanah. (11) Diharapkan Pusri Palembang dapat menjadi percontohan dalam hal pengelolaan sampah Unit Daur Ulang dan Produksi Kompos di Sumatera Selatan. 1. Mengolah Sampah Menjadi Pupuk Organik Pusri Palembang menginisiasi kegiatan ini dengan melakukan Peresmian Proyek Pabrik Pupuk Organik Pusri pada 14 April 2005, setelahnya Pusri Palembang membuat perencanaan Proyek yaitu: (1)Pembentukan Tim Proyek Pupuk Organik, sebagaimana dijelaskan dalam bagan berikut, penugasan ini ditetapkan secara formal melalui Penugasan Direktur Utama Surat No. 014/A00.UM/2005 tanggal 25 April 2005 (2)Perencanaan Pembangunan Proyek Pabrik Pupuk Organik dengan didasarkan pada Izin Prinsip Pelaksanaan Proyek oleh Direktur Teknik & Pengembangan dalam Surat No. 046/03010.LB/2005 (3)Penyediaan anggaran dengan Persetujuan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Proyek Pupuk Organik dalam Surat No.058/PKOR.03010/2005 tanggal 17 Mei 2005 (4)Keseluruhan anggaran yang dipergunakan untuk pembangunan pabrik pupuk ini adalah sebesar sebesar Rp. 2.968.018.307,- yang seluruhnya disediakan oleh Pusri Palembang. 80 PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R Tahapan pekerjaan yang dilakukan untuk Proyek Pupuk Organik Pusri adalah sebagai berikut: NO 1 2 3 4 5 TAHAPAN PROYEK Sosialisasi di Perumahan Komplek PT. Pusri Palembang Pekerjaan Sipil Procurement Instalasi Peralatan Pekerjaan Elektrikal 6 Commisioning, Start Up & Performance Test 7 Close Out Report JADWAL 15 Maret – 15 April 2005 7 Mei – 15 September 2005 1 Mei – 30 Agustus 2005 3 – 10 Desember 2005 25 Nopember – 16 Desember 2006 17 Desember 2005 – 17 Maret 2006 30 April 2006 Setelah Pabrik terbangun dan diserahterimakan, Pabrik Pupuk Organik mulai beroperasi untuk menerima dan mengolah sampak domestik dari Kompleks Perumahan, Kantor, dan Pabrik Pusri Palembang. Tenaga kerja yang dipekerjakan di Pabrik Pupuk Organik ini sebanyak 15 orang dididik dari penduduk sekitar. Proses pengolahan sampah yang dilakukan di Pabrik Pupuk Organik Pusri adalah: a. Bahan Baku sampah hasil pilahan dari rumah tangga diterima di area penerimaan bahan baku, kemudian dilakukan pemilahan lagi, karena proses pemilahan dari rumah tangga belum bersih, selanjutnya dimasukkan mesin pencacah dengan menggunakan belt conveyor-1. b. Bahan yang telah dicacah ukuran 2–4 cm diangkut dengan lorry masuk bak fermentasi dengan menambahkan larutan dekomposer sebanyak 1 liter/ton bahan, didiamkan selama 3–5 hari, dengan menjaga temperatur dengan cara dibalik dan penyemprotan larutan dekomposer. c. Bahan yang telah selesai proses fermentasi dapat dilihat dengan stabil temperatur yaitu sama dengan temperatur ruang, dalam bentuk gumpalan diangkut dengan lorry ke beltconveyor -2 untuk dikeringkan sampai kelembaban ± 25% untuk memudahkan dalam proses penggilingan di hammer mill. d. Produk dari hammer mill merupakan produk halus dan produk yang sedikit kasar sebagai produk curah dan produk yang harus dijadikan pupuk organik granul. e. Pembuatan pupuk organik granul dengan menggunakan Fan Granulator dengan putaran dan kemiringan tertentu, bahan pupuk halus ditambah zeolite dan larutan gula/tetes tebu untuk pengekat agar granul terjadi dengan baik. f. Pupuk Granul yang dihasilkan melalui belt conveyor -3 menuju unit pengering -2 untuk mengeringkan sampai kadar air tetap ± 25%, keluar belt conveyor -4 dan diayak untuk mendapatkan granul ukuran 2–4 cm, produk lain berupa serbuk hasil ayakan. g. Produk granul dan serbuk ditampung dalam hopper ayakan untuk dimasukkan dalam kemasan karung 50 kg untuk pupuk organik granul dan 30 kg untuk pupuk organik serbuk/curah. Karung dengan timbangan yang cukup disusun dengan maksimal 3 tumpukan. h. Produk organik baik dalam curah dan granul siap dipasarkan dengan diutamakan kebutuhan dalam komplek untuk penghijauan/taman dan memenuhi kebutuhan konsumen. Jumlah sampah rumah tangga (organik) yang diolah menjadi pupuk organik adalah ± 0,7 ton per hari dengan ditambah sampah rumput dan daun sebanyak 1,3 ton per hari akan dihasilkan pupuk organik 0,5 ton per hari. PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R 81 Gambar 1. Lokasi dan Hasil Produksi Pupuk Organik 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Keberadaan pabrik pupuk organik yang dikembangkan oleh Pusri dirasakan telah memberikan manfaat yaitu: a. Mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke TPA. Jumlah sampah rumah tangga (organik) yang diolah menjadi pupuk organik adalah ± 0,7 ton/hari dengan ditambah sampah rumput dan daun sebanyak 1,3 ton/hari berarti mengurangi jumlah sampah yang harus dikelola sebanyak 2 ton per hari. b. Mengurangi biaya pengangkutan sampah organik. c. Biaya pengangkutan sampah untuk 1 Rite @ 2 m3 (1 m3 = 250 kg sampah) adalah Rp. 70.500,-. Dengan adanya pengolahan sampah menjadi pupuk organik sebanyak 2 ton/hari, berarti dapat mengurangi biaya pengangkutan sebesar Rp. 564.000,-/hari. d. Memberikan peluang pekerjaan bagi masyarakat sekitar. Dengan adanya pabrik pupuk organik ini juga memberikan peluang kerja untuk masyarakat sekitar sebanyak 15 orang. e. Menyediakan pasokan pupuk untuk memelihara lingkungan. Kompos yang dihasilkan dipergunakan untuk pemupukan di Green Barrier Kompleks Pusri Palembang dan dipergunakan untuk kegiatan pertanian, dengan menggunakan kompos, penggunaan pupuk kimia dapat dikurangi dan membantu serapan air di lahan pertanian. f. Apresiasi, sebagai penghargaan atas upaya me-recycle sampah organik, Pusri Palembang mendapat penghargaan Kalpataru Kategori Perintis Lingkungan Provinsi Sumatera Selatan yang diberikan oleh Gubernur Sumatera Selatan pada saat Peringatan Hari Lingkungan Hidup Se-dunia Tingkat Provinsi Sumatera Selatan tahun 2006 di Teluk Gelam Kabupaten Ogan Komering Ilir. 82 PT. PUPUK SRIWIDJAJA - 3R PT. SUMI RUBBER INDONESIA, KABUPATEN CIKAMPEK, JAWA BARAT Perfect Zero Emission Melalui Gerakan 3R untuk Lingkungan Lebih Baik Sejak tahun 2007, upaya pengelolaan sampah dari perusahaan PT. Sumi Rubber Indonesia, dilakukan bukan hanya dengan penyadaran untuk melakukan upaya Reduce, Reuse dan Recycle, akan tetapi dikembangkan melalui kerjasama dengan pihak ketiga, yaitu CV. Karang Mukti yang berlokasi di Desa Kalihurip. Setiap bulan sebanyak 30 ton sampah dapat dikelola dan diolah, CV. Karang Muktipun berkembang dari awal hanya ada 3 pekerja saat memiliki 30 pekerja. Melalui program Perfect Zero Emission, Sumi Rubber Indonesia berupaya untuk meminimalkan sampah yang dibuang ke lahan urug (landfill) sekaligus memberdayakan masyarakat. Melalui pemilahan sampah yang sistematis dan komprehensif, perusahaan telah mampu memberdayakan masyarakat untuk memanfaatkan sampah sampai sebanyak 30 ton setiap bulannya. Secara formal, program dimulai pada tahun 2007 dan terus dilaksanakan dan ditingkatkan sampai saat ini. PT. Sumi Rubber Indonesia (SURINDO) berlokasi di Cikampek, Provinsi Jawa Barat. SURINDO telah memperoleh sertifikat Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001 pada tahun 2008. Perusahaan memproduksi berbagai jenis ban untuk kendaraan bermotor mulai dari ban untuk bus, truk, mobil, sampai ban motor. Terus berkembangnya perusahaan yang ditandai dengan meningkatnya kapasitas produksi menuntut perusahaan memperluas pabrik. Pada saat yang bersamaan, juga memerlukan penambahan mesin dan pekerja. Konsekuensi dari hal-hal tersebut adalah meningkatnya jumlah sampah yang ditimbulkan dari proses produksi dan non produksi. Persoalan terbesar masalah sampah di SURINDO adalah: t Belum tumbuhnya kesadaran dari seluruh karyawan tentang tertib membuang sampah pada tempat dan sesuai jenisnya. t Sampah yang dihasilkan belum memberikan nilai secara ekonomis kepada perusahaan maupun masyarakat di sekitar perusahaan. Kedua persoalan inilah yang akan diatasi dan menjadi awal perusahaan melakukan pengelolaan sampah dengan cara lebih baik. Gambar 1. Pembuangan Sampah di Kantor sebelum Adanya Program PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R 83 1. Pelaksanaan Pengelolaan Sampah Salah satu butir kebijakan perusahaan SURINDO adalah “Pelaksanaan 5S (Seiri, Seiton, Seiso, Seiketsu, Shitsuke) atau 5R (Ringkas, Rapi, Resik, Rawat, Rajin) sebagai dasar, Mari kita ciptakan lingkungan kerja yang aman dan nyaman di dalam pabrik“ maka dilakukanlah kegiatan pengelolaan sampah secara terpadu di seluruh area perusahaan. Upaya ini adalah untuk mewujudkan kebijakan perusahaan untuk menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat dan nyaman dapat terwujud. Kegiatan ini diberi nama “Perfect zero Emission“. Sasaran program “Perfect Zero Emission “ ini adalah para pemangku kepentingan yang relevan, terutama para karyawan yang berjumlah sekitar 3.500 orang. Kelompok karyawan ini menjadi sasaran utama karena merupakan mayoritas pihak yang akan berhubungan langsung dengan program tersebut. SURINDO menyadari bahwa berhasil atau tidaknya program ini sangat bergantung kepada semua karyawan yang berada di dalam perusahaan serta beberapa pihak luar yang secara langsung maupun tidak langsung berhubungan dengan perusahaan seperti para pemasok, tamu, maupun masyarakat di sekitar perusahaan. Tujuan dari program adalah meniadakan dampak dari emisi ataupun timbulan limbah sehingga betul-betul menjadi nol atau tidak ada sama sekali. Hasil lain yang akan dicapai adalah menciptakan lingkungan kerja yang bersih, sehat, dan nyaman. Disisi lain sampah atau emisi yang ditimbulkan dapat memberikan nilai ekonomi bagi perusahaan maupun bagi masyarakat di lingkungan sekitar perusahaan. Program Perfect Zero Emission dikembangkan dengan proses berikut (Gambar 2.) Gambar 2. Alur Program Perfect Zero Emission Target dari program adalah tumbuhnya kesadaran dari seluruh karyawan untuk mengelola sampah hingga tercipta kerja yang bersih, sehat dan nyaman, sampah terpilah dengan baik dan sampah yang dipilah masih memiliki nilai ekonomi. Pada proses pelaksanaan, di perusahaan sampah yang ada dipilah menjadi delapan bagian yaitu: kertas, plastik, besi dan kaleng, botol kaca dan gelas, sarung 84 PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R tangan dan majun, sampah daur-debu dan sapuan, puntung rokok, bahan berbahaya beracun (B3). Pemilahan secara komprehensif ini, salah satu tujuannya adalah untuk mengoptimalkan nilai ekonomis sampah yang ditimbulkan perusahaan. Sebagai perbandingan, sebelum adanya program, pemilahan sampah hanya dilakukan berdasarkan dua kategori, yaitu organik dan anorganik. Pemilahan sederhana ini dirasa belum mampu memberikan nilai tambah optimal terhadap pemanfaatan sampah. Untuk memfasilitasi pemilahan, perusahaan membuat sebuah sistem pengelolaan sampah yang komprehensif, yang mencakup: x 60 stasiun pemilahan (central station); x 12 stasiun tempat sampah untuk tempat umum (masing-masing 6 jenis tong sampah) x Kendaraan (motor roda tiga) pengumpul dan pengangkut sampah di perusahaan; x Stasiun penimbunan akhir di perusahaan. Penyediaan fasilitas tersebut disertai dengan sosialisasi dan pelatihan yang komprehensi yang mampu menjangkau seluruh karyawan dan orang yang berada di dalam perusahaan. Gambar 3. Tempah Sampah yang Disediakan Perusahaan Terbagi 6 Jenis Agar sampah yang telah dipilah dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar, SURINDO bekerjasama dengan pengelola sampah dari masyarakat sekitar. Perusahaan yang diajak bekerja sama adalah CV. Karang Mukti yang dimiliki penduduk desa sekitar, yaitu desa Kalihurip. Perusahaan ini mempekerjakan tenaga kerja dari desa setempat. Kerjasama ini telah diformalkan ke dalam sebuah kontrak kerjasama yang mengatur peran, hak, dan kewajiban dari masing-masing pihak. Pada kerja sama tersebut, SURINDO akan menyerahkan sampah perusahaan yang telah terpilah kepada CV. Karang Mukti. Perusahaan juga mendanai biaya transportasi sampah. Sementara CV. Karang Mukti akan memanfaatkan sampah yang telah terpilah tersebut untuk dijual ke pihak lain. Mitra perusahaan ini dilarang melakukan penimbunan sampah ke lahan urug (landfill). Sampai saat ini, kuantitas sampah yang telah dipilah akan dimanfaatkan oleh mitra perusahaan tersebut yang mencapai jumlah 30 ton setiap bulannya. PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R 85 Pelatihan juga telah diberikan kepada mitra perusahaan untuk dapat mengelola dan memanfaatkan sampah secara baik dan benar. Sebuah sistem audit juga disepakati bersama untuk memeriksa pengelolaan sampah secara berkala. Audit dilaksanakan secara berkala satu kali setahun, maksimum dua kali setahun. Aspek-aspek yang diperiksa dalam audit antara lain mencakup: x Aspek perizinan, x Penanganan sampah, x Kebersihan, dan x Pemenuhan persyaratan pada kontrak kerjasama. SURINDO berupaya untuk memastikan agar program “Perfect Zero Emission” dapat terus berjalan dan dapat terus ditingkatkan, untuk itu perusahaan telah menginternalisasi program tersebut ke dalam Sistem Manajemen Lingkungan ISO 14001. Wujudnya adalah tertuangnya program dalam kebijakan lingkungan perusahaan, formalisasi prosedur pengelolaan sampah ke dalam sistem manajemen lingkungan, dan adanya reward dan punishment terhadap kinerja pengelolaan sampah. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Program telah berhasil memberikan berbagai manfaat kepada perusahaan maupun kepada masyarakat sekitar, diantaranya adalah: x Kesadaran karyawan dengan membuang sampah sesuai tempat dan jenisnya telah meningkat. Kesadaran ini tidak terlepas dari sosialisasi yang intensif baik melalui berbagai pelatihan dalam skala besar maupun melalui berbagai briefing di masing-masing seksi kerja yang dilaksanakan secara terus menerus. x Termanfaatkannya 30 ton sampah setiap bulannya. Sebelum program dimulai, sampah yang ada diserahkan kepada penyedia jasa pengelolaan sampah yang bersifat komersial, dimana perusahaan tersebut masih menimbun sampah yang tidak dapat dimanfaatkan. Saat itu biaya yang dikeluarkan cukup besar dan tidak memberikan manfaat kepada masyarakat sekitar. x Terhindarnya sampah dari ditimbun pada lahan urug (landfill), hal ini telah sesuai dengan rencana jangka panjang perusahaan untuk meminimalkan dampak terhadap lingkungan sekitar. x Pemberdayaan mitra perusahaan. Pada saat program dimulai, jumlah karyawan di CV. Karang Mukti hanya berjumlah 3 orang, saat ini karyawan di perusahaan tersebut mencapai 30 orang, sebuah peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini sangat dirasakan oleh pemilik maupun karyawan seperti disampai berikut ini: “Dengan adanya sampah dari PT. Sumi Rubber Indonesia ini saya bisa membuka lapangan pekerjaan kepada penduduk sekitar yang rata-rata bekerja sebagai petani penggarap atau buruh tani”. (Bapak Anda Suhanda- Pemilik CV. Karang Mukti) “Saya senang bisa kerja disini, karena ada penghasilan tiap hari yang bisa saya peroleh. Tadinya saya cuma buruh tani yang tidak tentu pendapatan/penghasilannya. Ya lumayan bisa buat bantu-bantu dapur tetap ngebul, dan buat meringankan biaya sekolah anak-anak, biar mereka bisa lebih baiklah masa depannya dibanding saya". (Ibu Ano -Pekerja di CV. Karang Mukti) 86 PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R Keberhasilan program tidak terlepas dari upaya perusahaan untuk melakukan edukasi kepada karyawan meskipun pada tahap awal banyak karyawan yang belum memahami manfaat dari program “Perfect Zero Emission”. Sosialisasi secara terus-menerus disertai dengan berbagai pelatihan dan himbauan (poster, brosur, lomba, dan sejenisnya) dan diserta dengan sistem reward dan punishment telah mampu membangkitkan kesadaran seluruh karyawan. Program juga dapat dilaksanakan karena dukungan penuh dari manajemen puncak terhadap program, keterlibatan seluruh karyawan dan penyelenggaraan kegiatan peningkatan kepedulian yang inovatif, misalnya memasukkan progam kedalam event-event perusahaan seperti safety month, energy month, atau quality month. PT. SUMI RUBBER INDONESIA - 3R 87 PT. UNILEVER INDONESIA TBK, JAKARTA 3R Melalui Koperasi Bank Sampah Program Koperasi Bank Sampah yang dikembangkan oleh Unilever Indonesia sejak tahun 2001 telah berhasil mengelola sampah di 10 kota besar di Indonesia yaitu Surabaya, Jakarta, Bandung, DIY, Bali, Medan, Makasar, Manado, Balikpapan, dan Banjarmasin, dengan total reduksi sampah kering di tahun 2012 adalah 350 ton. Sedangkan total penjualan mencapai Rp 600.000.000,-. Tahun 2012, bank sampah sudah berjumlah 390 bank sampah, sementara yang sudah berubah menjadi unit bisnis berbentuk koperasi berjumlah 40 unit. Koperasi ini sudah mulai memberikan keuntungan bagi 20.000 KK yang menjadi anggota, sementara penerima manfaat program sebanyak 100.000 jiwa. Unilever Indonesia adalah perusahaan produk konsumen dan makan minuman yang telah beroperasi di Indonesia lebih dari 80 tahun dengan menyediakan 43 merek produk di Indonesia. Unilever Indonesia menyelenggarakan upaya tanggung jawab sosial dan lingkungan (CSR) melalui organisasi yang dibentuknya yaitu Yayasan Unilever Indonesia. Salah satu program unggulan CSR Unilever adalah 3R dengan Koperasi Sampah yang dimulai sejak 2001 di sepuluh kota besar di Indonesia, yaitu Surabaya, Jakarta, Bandung, DIY, Bali, Medan, Makasar, Manado, Balikpapan, dan Banjarmasin. Unilever Indonesia menjawab tantangan global dengan mencanangkan Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada 2010. Rencana ini merupakan sebuah rencana 10 tahun untuk menumbuhkan bisnis kami dengan cara membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, mengurangi dampak lingkungan dan meningkatkan taraf kehidupan. Upaya untuk menurunkan dampak lingkungan dilakukan salah satunya dengan inisiatif mengurangi sampah. Unilever mengelola timbulan sampah dari aktifitas pabrik dan sampah dari kemasan produk konsumen (post consumer packaging waste) dengan program ‘Koperasi Bank Sampah’ dan program ‘Trashion’, dalam bentuk edukasi dan pendampingan kepada masyarakat untuk mengelola sampah dengan prinsip 3R dalam program besar, Green and Clean. Unilever tidak saja mewujudkan tanggungjawab terhadap dampak kegiatan dan produknya tetapi juga melaksanakan kewajiban extended producer responsibility dengan melakukan upaya pengelolaan sampah bekas kemasan produk dengan meningkatkan nilai ekonomis dari sampah itu sendiri. Bank Sampah bukanlah hal yang sama sekali baru di Indonesia, namun untuk memastikan keberlanjutan inisiatif ini secara mandiri. Program bank sampah yang dilaksanakan Unilever Indonesia telah mengalami beberapa dinamika selama proses perkembangannya. Pada rentang tahun 2008-2010, program bank sampah menjadi bagian dari Program Green and Clean sebagai salah satu kriteria perlombaan pengelolaan lingkungan di tiap wilayah (RW). Mulai 2012, Unilever mendesain program ini secara holistik dengan melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan di mana masyarakat menjadi ujung tombaknya, terintegrasi dalam rantai pasokan mulai dari pengumpulan hingga penjualan kepada pengepul, dan membuat institusi formal di masyarakat berbentuk badan hukum koperasi, sehingga program ini dikelola oleh masyarakat dengan bertanggung jawab dan akuntabel. Selain memastikan kemandirian 88 PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R masyarakat, program Bank Sampah Unilever pengembangan keterampilan sumberdaya manusia. lebih difokuskan pada 1. Koperasi untuk Mengelola Sampah Koperasi Bank Sampah merupakan salah satu program untuk mengurangi dampak lingkungan dari kemasan bekas pakai produk Unilever di tingkat konsumen dengan semangat kolektif dan berkelanjutan. Misi dari program Koperasi Bank Sampah adalah menciptakan komunitas mandiri yang secara aktif berkontribusi dalam: (1) Mengurangi timbulan sampah domestik skala komunal, (2) Menciptakan lingkungan yang hijau dan bersih, (3) Meningkatkan sektor ekonomi berbasis masyarakat. Program Bank Sampah sendiri merupakan salah satu strategi untuk menciptakan kehidupan yang berkelanjutan melalui pengelolaan sampah domestik secara kolektif dengan prinsip Reduce-Reuse-Recycle (3R). Proses pengelolaan sampah yang dilakukan oleh Unilever diawali dengan perencanaan strategis yang sejalan dengan visi Unilever Indonesia yaitu: (1) bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik setiap hari (2) membantu orang-orang merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan yang baik bagi mereka dan bagi orang lain (3) menjadi sumber inspirasi orang-orang untuk melakukan hal kecil setiap hari yang dapat membuat perbedaan besar bagi dunia (4) mengembangkan cara baru dalam melakukan bisnis dengan tujuan membesarkan perusahaan kami dua kali lipat sambil mengurangi dampak lingkungan. Untuk mencapai visi Perusahaan, Unilever Indonesia menetapkan inisiatif strategis Unilever Sustainable Living Plan (USLP) pada 2010 dengan target pencapaian jangka panjang pada 2020. Tiga sasaran utama yang akan dicapai pada tahun 2020 adalah: (1) meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan, (2) mengurangi dampak lingkungan, dan (3) memasok 100% bahan baku pertanian secara berkelanjutan dan meningkatkan penghidupan karyawan ke rantai nilai bisnis Unilever Indonesia. Ketiga sasaran utama USLP dilaksanakan pada tujuh komitmen dengan target spesifik yang ditetapkan oleh Unilever Indonesia. Ketujuh target tersebut meliputi kinerja sosial, lingkungan dan ekonomi di sepanjang ke rantai nilai bisnis Unilever Indonesia – sejak dari pembelian bahan baku hingga penggunaan produk di rumah tangga. Selanjutnya pelaksanaan program dilakukan melalui beberapa tahapan yang mengacu pada prinsip strategis yang telah disusun, tahapan tersebut adalah: (1) Tahap pertama – Ujung tombak dari implementasi program bank sampah terletak pada fasilitator yang berasal dari masyarakat dan/atau mitra LSM yang akan melakukan pendampingan intensif pada masyarakat. Kolaborasi dengan beberapa pemangku kepentingan dengan fungsi yang berbeda-beda yaitu pemerintah, LSM, dan media masa dilakukan untuk mengembangkan potensi yang ada di masyarakat. Unilever Indonesia melakukan dua PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R 89 pendekatan untuk pelibatan Pemangku Kepentingan dalam program ini. Pendekatan pertama adalah sosialisasi program pada pemangku kepentingan dilanjutkan dengan sosialisasi ke masyarakat. (2) Tahap kedua – Unilever melakukan pengembangan masyarakat baik dari sisi technical skill dan capacity building dibangun dari training dan workshop. Edukasi masyarakat dimulai dari pemilahan sampah dari sumber dilanjutkan dengan prinsip reuse dan recycle dengan memanfaatkan kembali sampah bernilai ekonomis. Tenaga-tenaga terampil dari pelatihan mulai melakukan aktivitas Bank Sampah sesuai dengan perencanaan. Selama pelaksanaan sistem bank sampah, perlu dilakukan pertemuan lanjutan dengan tujuan memberikan penjelasan detail tentang standardisasi bank sampah, mekanisme kerja bank sampah, dan keuntungan sistem bank sampah. Forum ini juga dimanfaatkan untuk musyawarah penentuan struktur organisasi bank sampah, lokasi kantor dan penimbangan, koordinasi dengan pengepul/industri daur ulang hingga jadwal penyetoran sampah. Dengan pengembangan masyarakat secara intensif, program bank sampah juga memotivasi para ibu rumah tangga untuk mengaktifkan kegiatan recycle sampah plastik menjadi barang-barang bernilai ekonomi (tas, dompet, tikar, dll). Selama pelaksanaan ini Unilever melakukan pendampingan secara intensif, penyediaan aset modal, dan mengembangkan akses ke pasar dalam hal ini dapat berupa pengepul atau sektor industri daur ulang sehingga menjamin bahwa sistem yang terbangun berjalan secara berkelanjutan. Pendampingan intensif kepada masyarakat komunitas bank sampah dilakukan oleh mitra LSM dengan fokus pengembangan masyarakat dan pengembangan bank sampah baik dari segi bisnis, sosial, dan aspek pengelolaan lingkungan,. (3) Tahap ketiga – monitoring dan evaluasi berkelanjutan dilakukan melalui tahap pendampingan secara intensif oleh mitra LSM dan fasilitator demi keberhasilan program. Perkembangan bank sampah dari level terendah (white) menuju level tertinggi (platinum) akan dipantau dan dievaluasi termasuk konsolidasi antar pemangku kepentingan yang terlibat, demi menjamin keberlanjutan sistem. Visi Keberlanjutan Unilever Inisiatif Strategis Jangka Panjang Unilever Sustainable Living Plan Program CSR Trashion Koperasi Bank Sampah Pengelolaan Sampah Pabrik Gambar 1. Inisiatif Strategi Jangka Panjang Unilever Indonesia 90 PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R Pelaksanaan program bank sampah pertama kali dilakukan di Kota Surabaya, pada tahun 2001, melalui pelatihanan untuk membentuk agen perubahan. Awalnya di Surabaya hanya ada dua orang agen perubahan, seiring waktu tahun 2011, jumlah agen perubahan atau saat ini disebut penggerak atau kader telah mencapai 150.000 orang, mereka mendapat pelatihan kepemimpinan dan pengelolaan sampah. Tahun 2012, bank sampah sudah berhasil mereduksi sampah kering sebanyak 350 ton, dengan total penjualan mencapai Rp 600.000.000,-. Total dampingan bank sampah unilever sendiri berjumlah 390 bank sampah. Untuk memberikan keuntungan lebih pada nasabah, sistem bank sampah Unilever Indonesia dikembangkan menjadi unit bisnis yang berbentuk koperasi. Tahun 2012, bank sampah sudah berjumlah 390 bank sampah, sementara yang sudah berubah menjadi unit bisnis berbentuk koperasi berjumlah 40 unit. Koperasi ini sudah mulai memberikan keuntungan bagi 20.000 KK yang menjadi anggota, sementara penerima manfaat program sebanyak 100.000 jiwa. Untuk mengukur keberhasilan dan keberlanjutan program Koperasi Bank Sampah, pada 2012 Unilever Indonesia menetapkan Indikator Kinerja Utama (Key Performance Indikator) yang menjadi acuan untuk menentukan target program dan evaluasi keberhasilan program. KPI dari program bank sampah adalah: 1. Jumlah Nasabah 2. Berat Sampah 3. Durasi 4. Struktur Organisasi 5. Infrastruktur 6. Peralatan 7. Badan hukum, dan 8. Hubungan ke Pengepul Perpaduan dari berbagai KPI di masing-masing Koperasi Bank Sampah menjadi dasar untuk mengklasifikasikan Bank Sampah yang dibina, terdapat 5 level Bank Sampah berdasarkan klasifikasi ini. Dengan sistem klasifikasi berdasarkan KPI yang jelas, pelaksanaan program dapat terpantau dengan baik dan dapat dilakukan evaluasi keberhasilan program dalam pencapaian target per kuartal. Dengan penerapan sistem ini, program bank sampah berjalan dan berkembang lebih berkelanjutan. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Program Koperasi Bank Sampah yang dikembangkan oleh Unilever telah memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan, antara lain dengan berkurangnya sampah kering plastik yang dimanfaatkan, paling tidak 350 ton bisa direduksi pada tahun 2012. Program ini juga memberikan manfaat secara ekonomi, dari sampah yang dikumpulkan pada tahun 2012 mencapai total Rp. 600.000.000,-, yang terdistrubsi ke 20.000 KK sebagai anggota koperasi. Keberhasilan program Koperasi Bank Sampah juga ditunjukan dengan adanya penghargaan yang diterima perusahaan diantaranya AREA (Asian Responsible Entrepreneurship Award) untuk kategori Green Leadership Program dan STEVIE Awards untuk kategori Corporate Social Responsibility Program of The Year untuk Social Economic and Environment Innovation of Waste Bank. PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R 91 Bank Sampah yang dikembangkan oleh PT. Unilever Indonesia berhasil dikembangkan ditunjang oleh berbagai faktor, salah satunya adalah koperasi bank sampah yang dikembangkan ini memiliki keunikan (1) KPI (Key Performance Indicators). Pada program ini ditetapkan KPI (Key Performance Indicators) tertentu yang menjadi acuan dalam penentuan target dan keberhasilan sebuah bank sampah. KPI juga memberi kejelasan pada pemangku kepentingan dimana proses bisnis bank sampah harus ditingkatkan. (2) Sistem level Bank Sampah. Sistem Level yang ditetapkan berdasarkan pencapaian KPI pada bank sampah yang memacu pada peningkatan bank sampah secara berkesinambungan. Gambar 2. Beberapa Koperasi Bank Sampah Binaan Unilever Indonesia (3) Fokus pada Sumber Daya Manusia. Program ini memusatkan kekuatan inovasi dan sumber daya manusia. Berbeda dari bank sampah lain, program bank sampah Unilever berinvestasi pada pengembangan Sumber Daya Manusia, bukan hanya pada infrastruktur. (4) Pengembangan menjadi unit bisnis. Beberapa bank sampah dengan sistem yang sudah kuat berkembang menjadi sector bisnis berbasis masyarakat. Diantaranya berbentuk koperasi sembako, koperasi simpan pinjam, dll. Selain itu, perluasan area pelayanan merupakan salah bentuk inovasi program bank sampah, diantaranya integrasi bank sampah sebagai pelayanan pembayaran listrik. 92 PT. UNILEVER INDONESIA TBK - 3R BAB IV. Konversi Energi dan Sumberdaya Alam 89 90 PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN TABALONG, BALANGAN DAN BARITO TIMUR KALIMANTAN SELATAN Kebun Karet: Menyelamatkan Lahan Kritis dan Ekonomi Keluarga Sejak periode 1997/1998 sampai tahun 2012 sekitar 7.510 petani berpartisipasi aktif dalam menanggulangi lahan kritis dengan menanami karet, dengan luas lahan yang sudah ditanami 6.396,35 ha, dan tersebar di 121 desa di tiga kabupaten yaitu Kabupaten Tabalong, Balangan dan Baritu Timur, Provinsi Kalimantan Selatan. Program yang diinisiasi oleh PT. Adaro Indonesia untuk mengatasi persoalan lahan kritis dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar yang berada di lokasi kerja perusahaan. Keberhasilan program ini tidak terlepas dari kerjasama dengan Dinas Perkebunan di Kabupaten dan partisipasi aktif petani. Salah satu potensi terbesar di wilayah sekitar operasional PT. Adaro Indonesia di Kabupaten Tabalong, Balangan dan Barito Timur adalah perkebunan karet. Sayangnya di tahun 1990-an perkebunan karet milik masyarakat belum dikelola dengan baik. Umumnya tanaman karet yang ditanam bukan merupakan bibit unggul, saat itu, masyarakat belum memiliki informasi dan pengetahuan tentang bibit unggul. Bahkan umur tanaman karet yang ada di kebun masyarakat sudah melebihi batas produktif, dan masih banyak lahan kritis dan produktif belum dikelola dengan baik. Melihat kondisi tersebut, PT. Adaro Indonesia yang mulai beroperasi di wilayah tersebut, tergerak untuk mengangkat potensi kebun karet serta mencegah lebih meluasnya lahan kritis di wilayah Tabalong, Balangan dan Barito Timur. Program Community Development yang direncanakan untuk mengatasi persoalan lahan kritis, ternyata sejalan dengan program kerja Dinas Perkebunan setempat untuk mengatasi lahan kritis . Tahun 1997, perusahaan dan Dinas Perkebunan mulai mendata kebun-kebun tua, lahan kritis, lahan yang belum tertanami, serta petani yang menggarap lahan tersebut. Tahapan ini merupakan tahapan perencanaan program untuk revitalisasi lahan yang produktif dan kritis. Hasil perencanaan digabungkan dengan kajian sosial masyarakat sekitar, dan menjadi landasan PT. Adaro Indonesia untuk melaksanakan program kebun karet unggulan mengatasi kritis lahan dan lemahnya ekonomi. Awalnya tidak semua petani karet atau masyarakat langsung tertarik dan mau melakukan kerjasama tersebut. Tahun 1997 kegiatan diprioritaskan pada desadesa yang terletak dengan wilayah operasional PT. Adaro Indonesia, hal ini memudahkan proses untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat. 1. Membangun Kemitraan dengan Dinas Perkebunan Langkah kerjasama PT. Adaro Indonesia dengan Dinas Perkebunan Kabupaten, merupakan langkah strategis dalam mendorong perbaikan kondisi lahan dan kebun karet di 3 kabupaten, kerjasama yang saling melengkapi ini dituangkan dalam Kesepakatan Kerjasama (MOU-Memorandum of Understanding) PT. Adaro PT. ADARO INDONESIA - KSDA 95 Indonesia dan Dinas Perkebunan sejak tahun 1997. PT. Adaro sepakat menyediakan dukungan material, antara lain bertanggungjawab menyediakan bibit, herbisida, polybag, pupuk dan dana sosialisasi/penyuluhan pada tahun pertama, sementara Dinas Perkebunan Kabupaten bertanggung jawab mensosialisasikan program, melakukan inventarisasi lahan dan petani yang bersedia mengikuti program, melakukan pendampingan dan penyuluhan, memberikan pelatihan yang dibutuhkan, memberikan rekomendasi pada petani yang akan mengajukan bantuan bibit, serta mendampingi secara teknis di lapangan. Seiring dengan waktu, PT. Adaro Indonesia dibawah Tim ComDev (Community Development) dalam Nota Kesepakatan dengan Dinas Perkebunan berkomitmen untuk terus meningkatkan kapasitas petani, membangun komitmen dengan pihak terkait dan mengembangkan pemasaran hasil produksi. Komitmen program ini diwujudkan oleh perusahaan dengan mengalokasikan anggaran tahunan CSR untuk kegiatan tersebut. Secara teknis di lapangan, pada tahap awal tim PT. Adaro Indonesia dan Dinas Perkebunan, menfokuskan program bagi petani yang memiliki lahan kurang dari 1 ha atau minimal 8 borong (1 ha = 35 borong), memiliki kebun karet tua atau tidak berproduksi dan harus diremajakan, serta bersedia menyiapkan lahan pada batas waktu yang disepakati. Pengecekan kondisi lahan tidak hanya dilakukan di lapangan langsung, namun juga dengan para pihak berwenang terkait yaitu Dinas Kehutanan dan Badan Lingkungan Hidup setempat. Perlu diketahui bahwa penanganan lahan kritis saat itu pengelolaannya berada dibawah kewenangan Dinas Kehutanan, sehingga koordinasi sangat diperlukan terutama untuk mengolah lahan kritis menjadi perkebunan karet. Tahun 1997/1998, jumlah petani yang bersedia untuk terlibat dalam program masih sangat terbatas, hal ini disebabkan belum terbangun rasa percaya tentang keberhasilan program yang diusung. 2. Kebun Karet Unggul – Upaya dan Harapan Hari Esok Lebih Baik Dinas Perkebunan dan PT. Adaro terus melakukan upaya agar persoalan lahan kritis dan ekonomi keluarga warga di tiga kabupaten wilayah kerjanya, agar lebih meningkat kesejahteraan hidupnya. Serangkaian pelatihan tentang bertanam karet dengan bibit unggul RRIM dan PB260 dilakukan agar hasil kebun karet ke depan dapat menjadi andalan para petani. Pemakaian bibit RRIM dan PB260 dipromosikan karena memiliki keunggulan antara lain pohon karet lebih cepat disadap, menghasilkan getah sadapan yang lebih banyak. Sistem pendampingan yang diterapkan ke petani dalam pengelolaan lahan karet dengan bibit unggul terdiri dari dua macam : 1) Pola 1 Tahunan, bantuan yang diberikan kepada petani berupa bibit karet unggul, saprotan (herbisida, pupuk, hand sprayer, dll.) yang diberikan hanya pada tahun pertama. Pemeliharaan lanjutan kebun karet, diserahkan sepenuhnya kepada petani. Petani dapat melakukan swadaya murni ataupun mencari dukungan dana dari pihak lain, seperti modal bergulir dari pihak perbankan atau lainnya sesuai dengan kemampuan dan keputusan masing-masing petani. 2) Pola 5 Tahunan, bantuan yang disediakan bagi petani berupa pelatihan dan bibit karet pada tahun pertama. Tahun kedua sampai tahun kelima 96 PT. ADARO INDONESIA - KSDA bantuan berupa pembinaan/penyuluhan, pupuk dan herbisida. Saat tanaman karet memasuki masa sadap, petani akan mendapatkan bantuan berupa seluruh peralatan sadap (mangkok sadap, talang sadap, ember, pisau sadap dan juga alat penggilingan karet / hand mangel). Pilihan sistem tersebut diterapkan berdasarkan pertimbangan kondisi ekonomi dan juga lokasi lahan yang ada. Tabel 1, memperlihatkan luasan lahan di tiga kabupaten dengan sistem bantuan yang diterapkan. Tabel 1. Luasan Tanaman Karet Tahun 2012, Berdasarkan Sistem Bantuan yang Diterapkan Kabupaten Balangan Tabalong Barito Pola Tahun 1 (Ha) 2.777,57 2.304,38 631,35 Pola Tahun 2 (Ha) 351,01 332,00 0 3. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Sejak periode 1997/1998 sampai tahun 2012 sudah sekitar 7.510 petani berpartisipasi aktif dalam program, dengan luas lahan yang sudah ditanami 6.396,35 ha, tersebar di 121 desa di tiga kabupaten. Tabel 2 menunjukkan sebaran desa dan luasan lahan serta jumlah petani yang mengikuti program. Tabel 2. Jumlah Desa, Luasan Lahan dan Petani yang Mengikuti Program Kebun Karet Unggulan di Kabupaten Barito Timur, Tabalong, dan Balangan Kalimantan Selatan Tahun 2012. Kabupaten Barito Timur Tabalong Balangan Total Jumlah Desa 16 38 40 94 Luas Lahan Jumlah Petani 631,35 Ha 2.636,38 Ha 3.128,62 Ha 6.396,35 Ha 944 petani 3.112 petani 3.454 petani 7.510 petani Berdasarkan perhitungan yang dillakukan bersama petani, ternyata dengan menanami karet unggul dan melaksanakan program yang ditawarkan PT. Adaro Indonesia dan Dinas Perkebunan, penghasilan yang didapat per bulan meningkat menjadi 3 kali lipat. Apabila dilakukan perkalian penghasilan karet per ½ hektar dengan harga jual ratarata Rp. 9.000,00/kg maka penghasilan dengan karet lokal (sebelum mendapat program kebun karet unggul) sebesar Rp. 1.800.000,- dan setelah menjadi kebun karet unggul penghasilan per bulan menjadi Rp. 4.500.000,- (satu bulan 20 hari sadap). Keberhasilan program sudah mulai dirasakan oleh petani sebetulnya sejak tahun 2004, ketika tanaman karet sudah mulai dapat disadap. Hal ini juga ditunjukan dari mulai meningkatnya jumlah petani yang berpartisipasi dalam PT. ADARO INDONESIA - KSDA 97 program serta luasan lahan yang digarap. Gambar 1, menunjukkan kondisi tersebut. 8,000 7,000 6,000 5,000 Jlh. Desa 4,000 Jlh. Kelompok 3,000 Jlh. Peserta 2,000 Ha 1,000 2011 2010 2009 2008 2007 2004 2003 2002/2003 2002 2001/2002 2001 1999 1999/2000 1998/1999 1997/1998 - Gambar 1.Grafik Capaian Kegiatan Kebun Karet Unggul Secara rutin, PT. Adaro Indonesia melakukan pemantauan dan evaluasi program yang dilaksanakan oleh Tim ComDev bekerjasama dengan Dinas Perkebunan, proses ini dilakukan untuk melihat sejauh mana keberhasilan program, melalui pemantauan secara fisik kondisi kebun dan komitmen dari kelompok. Berdasarkan hasil evaluasi internal dilakukan perbaikan program tersebut secara terus-menerus. Misalkan evaluasi tahun 2012, menunjukan bahwa luas lahan riil per kepala keluarga (KK) rata-rata 23 borong, jarak tanam yang dipakai rata-rata 4 x 5, kondisi kebun 95% terawat dengan baik. Sudah hampir lima belas tahun program tersebut dilaksanakan, tentunya banyak pembelajaran dan keberhasilan serta kekurangan yang dirasakan. Dari sisi lingkungan, program memang cukup dirasakan telah mengatasi persoalan lahan kritis yang saat itu banyak terdapat di desa-desa dimana lokasi PT. Adaro Indonesia beroperasi, lahan yang juga kurang produktif dengan karet sudah lebih masak tebang, saat ini sudah terus diperbaharui. Dari sisi sosial, perusahaan merasakan sejak program berjalan dengan baik, tekanan masyarakat terhadap perusahaan berkurang. Program tersebut juga telah menciptakan lapangan kerja baru bagi 7.271 KK dari 331 kelompok tani. Citra perusahaan juga meningkat di masyarakat dan publik melalui program ini melalui liputan media. Di sisi masyarakat, lapangan pekerjaan baru seperti menyadap karet merupakan salah satu alternatif pekerjaan, sementara bagi yang memiliki lahan sudah merasakan hasil dari program tersebut yaitu meningkatnya pendapatan dari kebun karet sekitar 250% dari pendapatan sebelumnya. Peningkatan pendapatan sekaligus berdampak pada kesempatan untuk menyekolahkan anak, serta menumbukan usaha-usaha baru seperti pengolahan karet dll. Program ini juga telah berhasil mengentaskan kemiskinan 2.400 KK dari 7.271 KK yang ada di desa sekitar PT. Adaro Indonesia. 98 PT. ADARO INDONESIA - KSDA Selama program dilaksanakan, tentunya banyak faktor yang menjadi pendukung program. Pertama, yang paling dirasakan adalah terbangunnya kerjasama yang baik antara Dinas Perkebunan dan PT. Adaro Indonesia yang menjadi salah satu kunci keberhasilan program. Kedua, penerapan sistem pola tanam yang disesuaikan dengan kondisi lahan dan kondisi petani turut menjadi kunci keberhasilan program selain dari jenis bibit unggul yang digunakan. Ketiga, faktor yang tak kalah penting adalah kejelasan status lahan. Hal ini dikarenakan faktor tersebut menjadi faktor penentu program yang memerlukan proses koordinasi dengan berbagai pihak termasuk pihak Dinas Kehutanan. Keempat, pendampingan intensif dari PT. Adaro Indonesia dan Dinas Perkebunan membangun kepercayaan masyarakat terhadap komitmen perusahaan menjadi penentu keberhasilan program. Proses yang lama tidaklah penting, ketika proses tersebut membawa suatu perubahan yang berarti dan berdampak luas. PT. ADARO INDONESIA - KSDA 99 PT. ARUTMIN INDONESIA, KABUPATEN TANAH BUMBU DAN KOTA BARU, KALIMANTAN SELATAN Rehabilitasi Pesisir Tanah Bumbu Kalimantan Selatan Inisiasi menyelamatkan Pesisir Tanah Bumbu dilakukan oleh PT. Arutmin Indonesia sejak tahun 2006 untuk mengatasi kerusakan kawasan hutan mangrove di Pesisir Kalimantan Selatan. Sekitar 45 ha sudah ditanami mangrove sebanyak 124.000 bibit, melibatkan berbagai pihak termasuk 300 siswa sekolah. Untuk memenuhi kebutuhan bibit mangrove perusahaan juga telah mengembangkan pembibitan yang berlokasi di Pulau Burung, dengan melibatkan 67 KK. Perjalanan dari lokasi tambang Arutmin Batu Licin menuju Banjarmasin sangat memprihatinkan, sepanjang pesisir pantai tumbuhan tak lagi hijau seperti beberapa tahun silam. Gersang dan hawa semakin panas menjadi bagian pemandangan yang harus dinikmati selama perjalanan. Menurut data Balai Pengelolaan DAS Kalimantan Selatan tahun 2006, memang ekosistem pesisir Kalimantan Selatan termasuk di kawasan Kabupaten Tanah Bumbu sejak tahun 1990-an mengalami kerusakan yang cukup parah. Berdasarkan data tahun 2006 kawasan hutan Mangrove yang mengalami kerusakan berat seluas 4.697 ha (32%), rusak 9.593 ha (66%) dan hanya seluas 215 ha (1%) yang masih dalam kondisi baik. Kerusakan ekosistem mangrove umumya disebabkan oleh perubahan fungsi kawasan hutan mangrove menjadi areal tambak, serta pemanfaatan tanaman mangrove menjadi bahan bangunan tanpa adanya upaya penanaman kembali. Kondisi tersebut menggugah Arutmin melakukan tindakan nyata untuk menyelamatkan pesisir pantai Tanah Bumbu, meski areal tersebut bukan areal kerja Arutmin, namun inisiasi merehabilitasi kawasan pesisir telah dimulai tahun 2006. Secara bertahap dan berkesinambungan upaya rehabilitasi dan pencegahan abrasi terus dilakukan di sepanjang pantai Kusan Hilir, Sungai Loban, Pulau Burung dan juga Kecamatan Simpang Empat, Kabupaten Tanah Bumbu, Kal-sel. Komitmen dan Inisiasi kemudian diperkuat dengan Memorandum CEO Arutmin no 290/ AI/ VII/2008 untuk berkomitmen terhadap pelaksanaan CSR bagi masyarakat guna memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat. Dibawah naungan Divisi SHE dan Community Development Arutmin, inisiasi konservasi mangrove dikembangkan dalam satu program dengan nama Rehabilitasi Kawasan Pesisir dengan tujuan utama berpartisipasi aktif dalam upaya mencegah kerusakan pesisir dan meningkatkan kualitas lingkungan. Tujuan program secara rinci adalah: (1) Merehabilitasi kawasan hutan mangrove di Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. (2) Meningkatkan kesadaran masyarakat pentingnya kawasan mangrove di pesisir Kabupaten Tanah Bumbu (3) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam melestarikan ekosistem mangrove di Kabupaten Tanah Bumbu Masyarakat di pesisir pantai wilayah Kabupaten Tanah Bumbu dan karyawan perusahaan menjadi sasaran utama program ini. Serangkaian kegiatan dilakukan oleh Tim dari Arutmin untuk membuktikan komitmennya, dilandasi konsep logical framework analysis ditahap awal pemetaan sosial menjadi bagian terpenting untuk memetakan kondisi masyarakat dan interaksi terhadap lingkungan sekitar. Hasil pemetaan sosial semakin membuktikan kondisi mangrove di pesisir Tanah Bumbu terdegradasi sehingga upaya penyelamatan harus segera dilakukan. 100 PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA 2. Bertanam Mangrove Bersama Bertanam mangrove dilakukan Arutmin dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk penyediaan bibit tanaman mangrove, melalui serangkaian pelatihan, penyuluhan, dan belajar bersama dilakukan di berbagai tempat. Salah satu yang cukup konsisten dan memiliki komitmen tinggi adalah Kelompok Usaha Bersama yaitu kelompok pencinta mangrove yang mengembangkan demplot pembibitan di Pulau Burung. Pulau seluas 4 Km2 ini dihuni kurang lebih 67 KK. Awalnya, masyarakat secara rutin mengikuti pelatihan melalui penyuluhan dan belajar untuk melakukan pembibitan dan penanaman mangrove, sedikit demi sedikit, masyarakat dapat melakukan pembibitan secara mandiri. Setelah dilakukan pembibitan, bibit mangrove siap panen ini lalu didistribusikan ke lahan-lahan pesisir yang akan ditanami mangrove secara berkala dan pada waktu-waktu khusus, seperti misalnya dalam memperingati Hari Lingkungan Hidup. Pulau Burung inilah yang kemudian dikenal dengan Pusat Pembibitan Mangrove Pulau Burung. Gambar 1. Areal Penanaman Mangrove dan Pembibitan Mangrove di Pulau Burung Proses penanaman sendiri dilakukan dengan melibatkan banyak pihak termasuk sekolah, salah satu upaya yang dilakukan Arutmin adalah dengan mendorong penerapan nilai-nilai pelestarian lingkungan secara integrasi pada kurikulum di salah satu SD yang kebetulan di bangun dengan bantuan dari Arutmin yaitu SD Tunas Nelayan. Salah satu kegiatan penting di SD Tunas Nelayan adalah mengajak siswa dan guru untuk menanam mangrove di pesisir pantai, sekitar 300 orang siswa dan guru aktif melakukan penanaman dan turut melakukan pemeliharaan. Para guru mulai membiasakan muridnya sejak awal untuk menanam mangrove dan memberikan penjelasan tentang pentingnya mangrove bagi ekosistem pulau tersebut. Bukan hanya siswa SD, Arutmin juga melibatkan mahasiswa penerima beasiswa di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu secara rutin untuk melestarikan lingkungan termasuk menanam mangrove. Kegiatan pembinaan ini dilakukan melalui aktivitasaktivitas mahasiswa yang berkaitan langsung dengan lingkungan dan pendidikan karakter. Dengan adanya partisipasi pelajar dan mahasiswa, maka secara tidak langsung akan terbangun kesadaran secara mandiri untuk melestarikan lingkungan yang sangat penting bagi keberlanjutan program. Dalam proses pelaksanaaan program, Arutmin melakukan sinergi dengan berbagai organisasi seperti Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), pelajar dan mahasiswa, Dinas Kehutanan, Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Tanah Bumbu yang memiliki konsen dan komitmen yang sama dalam melestarikan kawasan pesisir. Berbagai kegiatan dilakukan dalam upaya melestarikan ekosistem mangrove antara lain advokasi, pembentukan kelompok pembibitan dan pencinta mangrove yang diberi nama Kelompok Usaha Bersama pada tahun 2006 yang merupakan restrukturisasi dari kelompok Swarga yang telah berdiri pada tahun 2005. PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA 101 Setiap tahunnya, Arutmin melakukan evaluasi internal dan eksternal terhadap implementasi pelaksanaan CSR, salah satunya adalah penanaman mangrove di Tanah Bumbu. Hasil evaluasi ini dijadikan dasar untuk melakukan intensifikasi maupun modifikasi pada program-program CSR yang dilakukan Arutmin sehingga mendapatkan hasil yang lebih optimal dan dapat memberikan lebih banyak dampak positif. Dari tahun 2006 sampai 2012, total bibit mangrove yang sudah ditanam mencapai 124.000 (Seratus dua puluh empat ribu) batang mangrove dari jenis Api-api (Avicennia sp) dan Bakau (Rhizophora sp.), dengan luasan lahan yang direhabilitasi mencapai kurang lebih 45 Ha. Gambar 2. berikut merupakan grafik penanaman mangrove pertahun oleh Arutmin. Sementara kelompok yang sudah dibina melalui program ini juga berkembang mencapai 40 orang, serta para pihak yang telah turut menanam mangrove bersama Arutmin mencapai lebih dari 1.000 orang. Upaya Arutmin dirasakan langsung oleh masyarakat, seperti disampaikan oleh Ibu Hermawati (Guru Honorer dan Ketua Kelompok Pencinta Mangrove): ”Lahan kritis di Pulau Burung yang ditanami mangrove di tahun 2010 kondisinya sekarang sudah membaik dan banyak diketemukan kepiting, ikan dan juga sarang burung. Saat ini kami kelompok masyarakat yang dibantu PT. Arutmin Indonesia, sedang mengembangkan pewarna kain dari mangrove untuk kain Sasirangan, Alhamdulillah kain Sasirangan dengan pewarna mangrove sudah digunakan untuk seragam SD di Pulau Burung dan dipesan oleh Ibu Bupati Tanah Bumbu.” 40000 30000 20000 10000 0 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Gambar 2. Grafik pertambahan penanaman mangrove tahun 2006-2012 Selain yang disampaikan oleh Ibu Hermawati, keberhasilan penanaman mangrove di lokasi rehabilitasi pesisir Tanah Bumbu juga sudah memperlihatkan hasil dan berdampak positif antara lain: (1) Abrasi pantai mulai berkurang; (2) Dengan berhasil dikuranginya dampak abrasi pantai, secara tidak langsung juga memberikan manfaat bagi masyarakat, misalnya terlindunginya jalan akses masyarakat dari kerusakan akibat abrasi sehingga mobilitas masyarakat dapat tetap terjaga; (3) Manfaat lainnya bagi masyarakat adalah timbulnya potensi ekonomi dengan mengembangkan produk-produk berbasis mangrove seperti misalnya bahan pewarna tekstil yang ramah lingkungan, sirup mangrove dan lain lain; (4) Tumbuh dan meningkatnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat pesisir terhadap pentingnya ekosistem mangrove bagi lingkungan dan juga kualitas hidup masyarakat; dan 102 PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA (5) Masyarakat mengenal Arutmin sebagai perusahaan yang punya perhatian khusus terhadap kelestarian ekosistem pesisir khususnya mangrove. Ketika Arutmin mengadakan kegiatan-kegiatan terkait program mangrove senantiasa disambut dan didukung dengan antusias oleh masyarakat dan pihak terkait lainnya y Salah satu plot lokasi penanaman Pusat pembibitan mangrove Arutmin di mangrove di pantai Pagatan, Tanah Pulau Burung Kab. Tanah Bumbu, Kalsel Bumbu Kalsel Gambar 3. Pusat Pembibitan Mangrove di Pulau Burung dan Lokasi Penanaman Untuk memastikan program berjalan dengan baik, Arutmin setiap tahun melakukan evaluasi internal dan eksternal secara rutin dan melakukan perbaikan program. 3. Pembelajaran Berdasarkan pengalaman program ini, perusahaan mendapatkan pelajaran bahwa pada dasarnya program-program CSR dapat disinergikan dan mendapatkan dukungan dari masyarakat secara langsung. Program rehabilitasi mangrove menjadi salah satu contoh adanya partisipasi aktif masyarakat dan masyarakat secara tidak langsung juga mendapatkan manfaat dengan semakin membaiknya kondisi lingkungan. Program rehabilitasi mangrove ternyata memiliki potensi meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar, meskipun belum dikaji lebih lanjut namun sudah mulai ada produk-produk dari mangrove yang bernilai ekonomi selain berfungsi lingkungan seperti mangrove untuk pewarna kain, juga mulai kembali banyak biota pesisir yang bernilai ekonomis seperti udang, kepiting yang menjadi sumber ekonomi masyarakat. PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA 103 PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK, JAKARTA Go Green with Astra Rangkaian penanaman pohon yang dilakukan PT. Astra Internasional Tbk untuk mendukung upaya penghijauan di Indonesia, turut menjaga keanekaragaman hayati dan mengatasi persoalan perubahan iklim. Sejak tahun 2008, Program Go Green with Astra tercatat sudah menanam 1.624.000 pohon di berbagai tempat di Indonesia. Salah satunya adalah di daerah Babakan Madang Sentul, Jawa Barat sedang di buat “Astra Bogor Eco-Edu Forest” yang dikembangkan di lahan seluas 500 hektar sebagai media hutan edukasi. Pohon adalah tumpuan bagi keberlangsungan hidup manusia dan mahluk lainnya, menyadari pentingnya pohon bagi kehidupan, Astra International pada tahun 2008 memulai inisiasi menanam pohon lewat program Sakasapo (Satu Karyawan, Satu Pohon) yang melibatkan 116.867 karyawan Astra International. Inisiasi tersebut adalah perwujudan komitmen perusahaan mendukung pembangunan berkelanjutan sebagai perusahaan yang bergerak dibidang otomotif, agrobisnis, alat berat dan pertambangan, infrastruktur, jasa keuangan dan teknologi informasi. Filosofi “Catur Dharma’” menjadi nilai penggerak dalam kegiatan perusahaan. Dalam pelaksanaan CSR dan EHS, Astra International mengacu kepada filosofi Dharma-1 yakni “Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa”. Filosofi tersebut menjadi pedoman dalam operasional bisnis sehari-hari. Hal ini tercermin dari penetapan salah satu visi perusahaan, yaitu pernyataan: “Menjadi perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan”. Dalam implementasinya, secara rutin setiap tahun Astra Internasional menyusun dan menetapkan kebijakan dan target pencapaian khusus, yang disampaikan melalui President Letter dan Kebijakan Korporat bidang Security, Environment & Social Responsibility (SESR) dan menjadi arahan dalam tahap pelaksaan LK3, CSR, dan Security. Kebijakan tersebut juga menjadi landasan dalam menetapkan Public Contribution Roadmap 2020 yang di dalamnya secara detail menjelaskan 4 Pilar Fokus Program CSR yaitu: Pilar Sosial Ekonomi / IGA (Income Generating Activity), Pilar Lingkungan, Pilar Pendidikan, dan Pilar Kesehatan. Kegiatan penanaman pohon atau “Go Green with Astra” merupakan salah satu bentuk Public Contribution Roadmap yang termasuk dalam Pilar Lingkungan dengan tujuan konservasi sumber daya air dan air tanah, keanekaragaman hayati, sekaligus miniatur hutan yang berfungsi sebagai media edukasi yang dapat meningkatkan wawasan dan pemahaman tentang hutan tropis di Indonesia. Program dilaksanakan sejalan dengan program pemerintah “Penanaman Satu Miliar Pohon” (One Billion Indonesia Trees-OBIT) yang digagas oleh Kementerian Kehutanan dengan menanam di lokasi-lokasi di PT. Astra. Harapannya, dengan dilaksanakan program penanaman pohon ini, Astra turut mendukung pencapaian salah satu aspek dalam ‘Tujuan Pembangunan Milenium’ (Millenium Development Goals-MDG’s) yaitu menjamin daya dukung lingkungan hidup. Menanam pohon juga akan memberikan manfaat untuk penyerapan karbon yang dapat mengurangi risiko perubahan iklim yang diakibatkan dari emisi gas rumah kaca. Ini juga menjadi salah satu wujud nyata komitmen Astra dalam mendukung program pemerintah untuk menurunkan emisi karbon sebanyak 26% pada 2020. 104 PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA 1. Taman Astra Paru-paru Kota Kita Tahun 2009, Astra membangun taman terbuka hijau untuk paru-paru kota dan area terbuka umum di Jl. Yos Sudarso (Perempatan Coca-Cola-ITC Cempaka Mas), Jakarta Utara, yang disebut dengan Taman Astra-Yos Sudarso). Taman ini resmi dibuka pada pertengahan tahun 2010. Ditahun yang sama, Astra menetapkan tujuan jangka panjang “Astra 2020”, yaitu “Perusahaan dengan pengelolaan yang terbaik di sisi ekonomi; dihormati dan dicintai oleh seluruh pemangku kepentingan karena menjunjung “Good Corporate Governance”. Untuk mencapai cita-cita itu, Astra merumuskan “Strategic Triple Roadmap”, yakni Portfolio Roadmap, People Roadmap, dan Public Contribution Roadmap. Catur Dharma dan Strategic Triple Roadmap adalah komitmen dasar bagi seluruh entitas dalam lingkup bisnis Astra dalam upaya keberlanjutan bisnis Astra. Rangkaian kegiatan penanaman mulai gencar dilakukan di 2010, penanaman Mangrove di seluruh wilayah Indonesia berkerja sama dengan instansi daerah. Total wilayah (per Desember 2011) adalah 10 wilayah termasuk Makasar, Samarinda, Semarang, Bali dan Jakarta. Tahun berikutnya, Astra menggelar program Go Green at Ciliwung Jakarta dimana lebih 200 karyawan bersama beberapa tokoh masyarakat turut berpartisipasi menanam 500 pohon. Dalam memperingati 55 tahun PT. Astra International Tbk, program “550.000 Pohon untuk Lingkungan” diselenggarakan pada tahun 2012. Penanaman pohon pada program ini dilakukan di seluruh Indonesia di sekitar instalasi Grup Astra. Jenis bibit pohon yang ditanam di antaranya pohon langka khas daerah, memiliki daya serap CO 2 baik, pohon berkayu bukan palem, tanaman hias, paku-pakuan. Untuk program ini Astra bekerja sama dengan Kementerian Kehutanan, Perum Perhutani, Pemerintah Daerah serta instansi-instansi lain yang terkait. Sepanjang tahun 2012, Grup Astra secara bertahap melakukan penanaman pohon di seluruh wilayah Indonesia. Realisasi program yang dicapai antara lain: (1) Penanaman pohon di hutan Wanagama Universitas Gadjah Mada, Gunung Kidul, Yogyakarta sebanyak 110.000 pohon. (2) Penanaman pohon di Gunung Halimun, Sukabumi sebanyak 55.000 pohon; (3) Penanaman pohon di lima kota tempat pelaksanaan program “Jelajahi Dunia Astra” yaitu Jakarta mencapai 55.000 pohon, Medan sebanyak 15.000 pohon, Balikpapan sebanyak 15.000 pohon, Makassar sebanyak 15.000 pohon dan Surabaya sebanyak 15.000 pohon. (4) Penanaman pohon Mangrove di Sulawesi Barat mencapai 140.000 pohon. (5) Penanaman pohon Mangrove di Muara Tawar, Marunda sebanyak 78.300 pohon. (6) Penanaman pohon di hutan kota Witana Harja, kota Tangerang Selatan sebanyak 10.000 pohon terdiri 9.900 pohon pelindung dan 100 pohon yaitu pohon Sawo Kecik, Jamblang, Buah Nona, Gandaria, Lobi-lobi, Rukem, Rambutan Rapiah, Srikaya, Kweni dan Mengkudu. (7) Penanaman pohon di bumi perkemahan Cikundul, Sukabumi sebanyak 1.100 pohon. (8) Adopsi 1.000 pohon (@Rp108.000) melanjutkan adopsi tahun 2011 sebanyak yang sama di Sarongge, Jawa Barat. Hingga akhir tahun 2012, tercatat lebih dari 1.600.000 pohon berbagai jenis telah ditanam oleh Astra. PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA 105 Di tahun 2013 ini, Program lanjutan dari Go Green with Astra adalah pembuatan: “Astra Bogor Eco-Edu Forest”. Ini adalah program Astra di tahun 2013 yaitu menanami pohon di sebuah area seluas 500 hektar di Babakan Madang, Sentul, Jawa Barat. Lahan tersebut akan ditanam 100 hektar terlebih dahulu dan sebagai arahan rekomendasi dari Perum Perhutani dimana program ini dapat memaksimalkan potensi kawasan Hutan Lindung. Kegiatan penanaman antara lain lubang tanam, pemupukan, angkut bibit, penanaman pohon pokok dan pohon pengisi. Tanggal 24 Januari 2013, penanaman pohon telah mencapai 32.18% (24.400 pohon dari target 75.850 pohon). Fasilitas penunjang seperti area rekreasi (jogging track, cycling routes), area konservasi alam, dan area pendidikan lingkungan hidup (sekolah dan LSM), berada dalam tahap pembangunan dan selesai pada bulan Oktober 2013. Area penanaman dibagi menjadi enam blok dan setiap blok akan ditanami sesuai dengan jenis pohon seperti bagan berikut : Pohon Pokok Pohon Pengisi Blok 1 Damar Blok 2 Puspa Blok 3 Pinus Blok 4 Pinus Blok 5 Rasamala Blok 6 Puspa Rasamala Rasamala Mahoni Khaya Puspa Khaya Untuk mendukung program ini, Astra menyerahkan bantuan satu unit mobil operasional kepada Bina Pengelola Daerah Aliran Sungai (BPDAS) Citarum Ciliwung. Bantuan juga diberikan untuk pengembangan Kebun Bibit Rakyat (KBR) bagi Kelompok Tani Arayan Santoso yang merupakan binaan Dharma Wanita Kementerian Kehutanan dengan Astra. Program ini merupakan pembinaan masyarakat desa hutan di area Babakan Madang, Sentul dengan bentuk sosialisasi cara menanam, pembibitan dan perawatan tanaman yang baik. 2. Keberhasilan kegiatan Sebagai apresiasi atas upaya yang telah dilakukan, Astra memperoleh Penghargaan Penanaman Satu Miliar Pohon pada Bulan Menanam Nasional tahun 2012 tanggal 28 November 2012. Penghargaan ini diberikan langsung oleh Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan kepada Direktur Astra International Angky Tisnadisastra, disaksikan langsung oleh Presiden Republik Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono. Penghargaan terkini yang diberikan kepada Astra International adalah Indonesia Green Award 2013 kategori Pelestari Hutan oleh La Tofi School, Menteri Kehutanan Indonesia, Menteri Perindustrian. Keberhasilan program ini turut disampaikan oleh para pihak yang bekerjasama dan merasakan manfaat langsung, menurut Kepala Biro RUPHR Kantor Pusat Departemen Perhutani mengutarakan bahwa Astra Bogor Eco-Eduforest merupakan pembangunan infrastruktur yang strategis dan berdampak positif terhadap pemantapan kawasan. Pada acara penanaman Astra Bogor Eco Edu Forest yang diresmikan oleh Menteri Kehutanan Zulfkifli Hasan, 18 Juli 2012. Beliau juga menyampaikan rencana agar kawasan yang memiliki total luas 3.000 hektar ini dapat dikembangkan menjadi taman nasional di masa mendatang. Selain menjadi kawasan hutan, Eco Edu Forest juga diharapkan untuk dapat membantu sosial ekonomi masyarakat 106 PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA melalui pelibatan masyarakat untuk memanfaatkan kawasan yang ditanam untuk pertanian tumpang sari, sehingga masyarakat juga turut merawat kawasan hutan ini. Zulkifli Hasan juga mengutarakan pendapatnya bahwa peran Astra International sangat besar dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Beliau juga yakin bahwa Astra International masih bisa memberi sumbangsih yang lebih besar bagi kelestarian lingkungan alam terutama penghijauan alam. Beliau berharap perusahaan yang memiliki enam lini bisnis ini menjadi andalan dalam menerapkan program-program kepedulian hidup. 3. Petikan Pembelajaran Seiring pelaksanaan program, banyak sekali pelajaran yang dapat dipetik baik oleh Astra sendiri dan juga pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Perbedaan prosedur, sistem kerja dan cara kerja pihak lain merupakan salah satu yang menjadi pelajaran berharga bagi Astra. Terkadang ada beberapa hal yang tidak dapat Astra ikuti, dikarenakan prosedur Astra tidak memperbolehkannya. Walau di beberapa hal lainnya, Astra lebih flexible dalam menyiasati dan mencari solusi untuk pemecahan masalah. Selain itu, pelajaran lainnya yang juga sangat berharga adalah dalam menjalin hubungan dengan masyarakat sekitar yang berlatar belakang pendidikan, ekonomi, bermata pencaharian, budaya dan kebiasaannya juga berbeda. Astra harus dapat flexibel, menyesuaikan diri akan tetapi harus tetap dapat membawa dirinya berada di jalur yang sesuai prosedur. Ditambah lagi beradaptasi dengan aparat pemerintah setempat, bahkan berhubungan dengan vendor/subkontraktor sebagai mitra Astra dalam melaksanakan program di lapangan. Terkait dengan pemilihan mitra, dalam hal ini Astra tetap berpegang teguh pada prinsip bahwa program–program yang dilakukan oleh Astra harus tetap mendukung program pemerintah. Oleh karena itu, Astra berupaya agar dapat bermitra dengan pemerintah ketika proses pemilihan lokasi dan pemilihan mitra kerja. Pengetahuan mengenai tumbuh-tumbuhan beserta proses perawatannya juga menjadi pengetahuan yang cukup menarik untuk dipelajari. PT. ARUTMIN INDONESIA - Rehabilitasi Mangrove - KSDA 107 PT. BADAK NGL, KOTA BONTANG, KALIMANTAN TIMUR Budidaya Kerapu dan Konservasi Terumbu Karang : Secercah Harapan Nelayan Teluk Bontang Mengubah kebiasaan mencari ikan dengan sistem eksploitatif tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, namun Kelompok Nelayan Kedo-kedo berhasil melakukannya berkat dukungan dan pendampingan PT. Badak. Keberhasilan mengubah kebiasaan tersebut dibarengi dengan upaya ekonomi yaitu budidaya ikan kerapu dan penanaman bioreeftek sejak tahun 2012. Dengan mengkombinasikan dua kegiatan tersebut, anggota kelompok nelayan sudah berhasil menanam terumbu karang beton dan bioreeftek masing-masing sebanyak 600 unit, sementara budidaya ikan kerapu, ikan putih dan kakap merah sebanyak 1000 bibit. Meskipun baru akan panen di tahun 2014, ikan kerapu sudah menunjukkan potensi keberhasilan, sementara sambil menunggu Ikan Kerapu, kelompok ini mendapatkan penghasilan dari kegiatan penanaman bioreeftek yang telah dilakukan tiga kali di tahun 2013 membantu penghasilan kelompok nelayan dari omset penjualan bioreeftek sebesar Rp. 138.125.000,- atau rata-rata Rp. 3.069.444,-/orang per sekali penanaman. 1. Laut Bontang Kuala yang Mulai Rapuh Sekelompok nelayan sedang menyiapkan drum plastik di sekitar pantai di Kelurahan Bontang Kuala, Kecamatan Bontang Utara, Bontang, Kalimantan Timur, drum tersebut merupakan salah satu media untuk budidaya ikan kerapu. Ikan kerapu menurut para nelayan saat ini sudah jarang keberadaannya. Pengalaman menjadi nelayan selama 20 tahun lebih, mengalir dari cerita Pak Mahmuddin, menurutnya mencari ikan saat ini semakin jauh meninggalkan pantai. Bukan hanya mengakibatkan tangkapan ikan semakin sedikit namun juga menambah biaya bahan bakar perahu yang kian hari kian mahal. Sebelum tahun 2008, para nelayan dengan mudah mendapatkan ikan, termasuk ikan kerapu, tetapi cara menangkap ikan yang terlalu eksploitatif terlambat disadari oleh para nelayan. Kebiasaan menggunakan bahan peledak untuk mencari ikan merupakan keseharian mereka, penghasilan sekitar 10-15 juta rupiah per tangkapan, begitu mudah didapat dengan sistem penangkapan menggunakan bom. Sayangnya, sejak 2008 tangkapan ikan mulai berkurang serta banyak dari nelayan menjadi korban bahan peledak yang digunakan untuk mencari ikan tersebut. Pak Mahmuddin terpaksa harus kehilangan beberapa jarinya. Kondisi tersebut mulai membuka kesadaran dari para nelayan melalui pembentukan Kelompok Budidaya Ikan Kedo-Kedo Sunu Abadi yang berupaya mencari solusi mengatasi permasalahan sekaligus memperbaiki lingkungan laut Bontang, seperti yang diungkapkan oleh salah satu dari nelayan : “Kami yang dulu merusak biota laut dalam memenuhi kebutuhan hidup keluarga mencari ikan, baru sadar setelah lebih 20 tahun mencari ikan di laut sekarang ini sulit karena sudah sangat rusaknya biota laut Kota Bontang diakibatkan terjadinya penyempitan dan pengurangan kualitas ekosistem yang mempunyai nilai konservasi karena perbuatan kami sendiri” 108 PT. BADAK NGL - KSDA Membangkitkan kesadaran dan memulai inisiasi baru tidaklah mudah bagi Kelompok Budidaya Ikan Kedo-Kedo Sunu Abadi di Bontang. Perjalanan panjang dimulai ketika kelompok ini mencari mitra yang dapat membantu mereka memulai inisiasi budidaya ikan, ternyata hal yang tidak mudah karena secara administrasi umumnya untuk bermitra dan mendapatkan bantuan diperlukan prosedur administrasi antara lain Surat Keterangan Domisili Kelompok yang baru diperoleh pada tanggal 8 Juli 2011. Dengan dikeluarkannya Surat Keterangan Domisili oleh Kelurahan Bontang Kuala Nomor : 470/23/Kel-BK serta disahkan AD/ART notaris Noorsamsir.SH dan tanggal 18 Juli 2011 kelompok pembudidaya ikan kedo-kedo sunu abadi telah terdaftar di Badan Kesatuan Bangsa, Politik dan Perlindungan Masyarakat Pemerintah Kota Bontang Nomor : 200/429/B-KLMS pada tanggal 18 Juli 2011. Sekitar akhir November 2011, Kelompok Kedo-Kedo Sunu Abadi mendapatkan pembinaan pengembangan usaha kelompok dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya Nomor : 5954/DPB/PB-340-D3/XI/2011serta pelatihan/magang dari Balai Besar Pengembangan Budidaya Laut Lampung Nomor : 232.3/BBPBL/TU.212/XII/2011tanggal 7 Desember 2011. Mengingat besarnya biaya yang harus dikeluarkan terutama untuk transportasi dari Bontang menuju Lampung, hampir menyurutkan niat beberapa anggota kelompok, namun dengan tekad yang kuat, mereka mencoba melakukan penggalangan dana untuk memenuhi biaya pelatihan. Tiga orang anggota kelompok yakni Mahmuddin, Talib dan M.H.Arief mengikuti pelatihan selama 3 minggu di Lampung. Pengetahuan, keahlian dan jaringan yang diperoleh selama pelatihan menjadi bekal menerapkan upaya budidaya ikan dan memperbaiki kondisi terumbu karang yang rusak parah di sekitar Kuala Bontang, dimana mereka bermukim. Budidaya ikan kerapu, merupakan jenis usaha yang cukup menjanjikan, termasuk pangsa pasarnya, namun untuk membudidayakan ikan kerapu, diperlukan modal yang cukup besar. Untuk 1 unit keramba jaring apung (KJA) dengan ukuran 8 meter x 8 meter membutuhkan biaya sekitar Rp.150.000.000,-. Untuk satu unit keramba jaring apung (KJA) sanggup menampung 1.200 ekor ikan kerapu. Modal Rp.150.000.000,- tersebut belum termasuk drum plastik untuk ponton, jaring serta kayu. Untuk kebutuhan pakan ikan dalam satu bulan bisa menghabiskan biaya sekitar Rp.4.000.000,- berupa pelet namun juga bisa diberikan ikan ruca atau ikan sisa hasil tangkapan nelayan. Ikan kerapu memasuki usia panen ketika sudah berumur 9 (sembilan) bulan dengan berat berkisar 6 hingga 7 ons/ekor. Sedangkan harga jual ikan jenis kerapu macan berkisar Rp. 250.000/kg sampai dengan Rp. 350.000/kg tergantung kualitas ikan kerapu tersebut. Ada tiga jenis ikan kerapu yang umumnya dibudidayakan antara lain Ikan Kerapu Macan (Epinephelus fuscogutattus), Sunu atau Sunuk (coral trout) dengan nama Latin Plectrocopomus leopardus yang sering ditemukan di perairan berkarang, serta ikan kerapu bebek (Chromile PT. es altivelis). Jenis-jenis ikan tersebut yang berpotensi dikembangkan di Teluk Bontang. Kendala modal yang cukup besar untuk memulai budidaya kerapu menjadi tantangan bagi kelompok nelayan, namun rupanya selalu ada jalan ketika niat baik kelompok nelayan untuk memperbaiki lingkungan pesisir dan mencari penghidupan yang berkelanjutan. Gayung bersambut dengan adanya upaya dari PT. Badak salah satu perusahaan gas yang beroperasi di Bontang Kalimantan Timur sejak tahun 1977 ini yang beberapa tahun terakhir memusatkan program CSR untuk memperbaiki ekosistem pesisir Teluk Bontang. Selain melakukan budidaya mangrove karyawan PT. Badak juga memiliki kelompok selam yang memiliki keprihatinan terhadap kerusakan terumbu karang serta nelayan di Teluk Bontang. PT. Badak yang merupakan perusahan gas yang memiliki kepedulian PT. BADAK NGL - KSDA 109 terhadap lingkungan dan dibuktikan dengan terlebih dahulu menjaga kualitas lingkungan di dalam area perusahaan, hal ini dibuktikan dengan mendapatkan penghargaan Proper Emas dari Kementerian Lingkungan Hidup, tiga kali berturutturut sejak tahun 2011, 2012, 2013. 2. Mengurai Asa melalui Budidaya Kerapu Dalam mengembangkan program di Teluk Bontang, terkait dengan penyelamatan terumbu karang melalui usaha budidaya ikan kerapu, PT. Badak rupanya sudah memiliki program perencanaan dengan konsep PDCA-Plan Do Check Act. Program Konservasi Kawasan Laut Melalui Budidaya Ikan Kerapu dirancang dalam kurun waktu lima (5) tahun. Program tersebut ditujukan untuk: 1) Mengurangi jumlah kerusakan ekosistem laut akibat penggunaan bahan peledak oleh nelayan 2) Menciptakan lapangan kerja bagi mantan nelayan pengguna bahan peledak. 3) Meningkatkan pendapatan rumah tangga kelompok kedo – kedo. Kelompok utama program ini adalah para nelayan, dan masyarakat sekitar serta pemerintah terkait yang diharapkan dapat berpartisipasi aktif dalam program. Periode waktu yang dialokasikan adalah 2012-2016 dengan anggaran pada tahun 2012 ebesar Rp. 299.298.100. Kegiatan dari program ini bukan hanya mengembangkan budidaya Ikan Kerapu, namun melakukan perbaikan terumbu karang yang rusak. Untuk mendorong pengembangan pelaksanaan program PT. Badak dan kelompok nelayan telah menjalin kerjasama dengan berbagai pihak, khususnya dengan Dinas Perikanan Kota Bontang, Kementrian Kelautan dan Pesisir, Fakultas Perikanan IPB untuk menimba pengetahuan dan keahlian serta konsultasi teknis terkait budidaya ikan kerapu dan perbaikan terumbu karang. Upaya memperbaiki kondisi terumbu karang dilakukan dengan memasang media dari batok/sabut kelapa di tengah laut yang rusak terumbu karangnya agar mulai tumbuh kembali. Dalam budidaya Ikan Kerapu, selain dukungan untuk pelatihan di Lampung, perusahaan memberikan bantuan sarana dan prasaran berupa keramba apung yang dilengkapi dengan rumah jaga serta memfasilitasi proses pengembangan program. Di akhir tahun 2012 PT. Badak memberikan bantuan 1.000 bibit ikan kerapu yang saat ini masih dalam tahap penggemukan dan akan dipanen pada bulan Februari 2014. Program ini diharapkan dapat memberikan keuntungan yang signifikan bagi kelompok nelayan Kedo-Kedo Sunu Abadi dan menjadi contoh serta motivasi kelompok nelayan lain agar tertarik untuk ikut serta menjadi bagian dari program ini. Perkembangan kenaikan berat ikan sangat signifikan karena kondisi perairan Bontang cocok dengan persyaratan yang diperlukan oleh ikan jenis ini. Selain kegiatan penggemukan ikan kerapu, sebagai bentuk tanggungjawab para nelayan atas pengrusakan perairan laut yang pernah mereka lakukan sebelumnya saat menjadi nelayan pengebom, kelompok ini juga berinisiatif melakukan kegiatan rehabilitasi kawasan laut. Dengan bentuk pembuatan dan transplantasi Terumbu Karang buatan baik yang terbuat dari bahan solid (beton) bahkan dari bahan organik yang ramah lingkungan yang disebut bioreeftek dengan menggunakan bahan batok kelapa yang tersedia di beberapa kawasan pesisir Kota Bontang. Kegiatan ini menjadi salah satu alternatif aktivitas untuk mendapatkan tambahan pemasukan selama proses penggemukan ikan kerapu berlangsung. 110 PT. BADAK NGL - KSDA Kegiatan penanaman bioreeftek telah dilakukan tiga kali di tahun 2013 dengan jumlah bioreeftek dan terumbu karang beton yang dibuat masing-masing 600 unit. Sampai tahun 2013, baru sebanyak 425 buah yang ditanam di laut. Dari hasil kegiatan penanaman ini, kelompok nelayan mendapatkan omset penjualan bioreeftek sebesar Rp.138.125.000,- dan para nelayan rata-rata mendapatkan pemasukan sebesar Rp. 3.069.444,- per-orang di setiap kegiatan penanaman. Kegiatan penanaman tersebut merupakan gerakan yang sedang digalakkan oleh PT. Badak sebagai dukungan terhadap program pemerintah dalam merehabilitasi terumbu karang di perairan Bontang. PT. Badak juga berperan aktif mengajak perusahaan-perusahaan yang ada di Kota Bontang untuk turut serta melakukan kegiatan penanaman biroeeftek. Meskipun upaya penanam terumbu beton dan bioreeftek berjalan baik, namun sejauh ini para nelayan dan perusahaan kesulitan mendapatkan sumber data yang valid mengenai keberadaan terumbu karang yang memang memerlukan rehabilitasi. Hal ini berakibat pada kurang akuratnya tindakan yang akan di lakukan terkait dengan kegiatan transplantasi terumbu karang, maupun pelepasan terumbu karang buatan agar tepat sasaran dan bermanfaat bagi kelangsungan ekosistem yang bermukim diareal terumbu karang tersebut. Tak semua nelayan turut berpartisipasi dalam penanaman terumbu karang, masih ada yang belum muncul kesadaran akan pentingnya melestarikan terumbu karang di perairan Kota Bontang, sehingga upaya-upaya transplantasi maupun pelepasan terumbu karang buatan tidak bisa dilakukan dengan optimal. Namun kelompok Kedo-Kedo Sunu dan PT. Badak terus berupaya untuk melakukan yang terbaik, baik melalui riset yang dilakukan bersama pihak lain untuk mendukung data terumbu karang, maupun kampanye penyelamatan terumbu karang ke berbagai pihak. Meskipun belum genap dua tahun kerjasama dengan PT. Badak, program kerjasama kelompok nelayan telah memberikan harapan baru, bukan hanya dengan adanya sumber penghasilan namun juga harapan bagi masa depan anak cucu mereka untuk kembali menikmati terumbu karang yang sehat untuk menciptakan ekosistem yang baik di sekitar terumbu karang tersebut. Program konservasi kawasan laut dapat berjalan berkat motivasi kuat yang dimiliki oleh kelompok nelayan untuk memperbaiki diri. PT. Badak turut bangga atas perubahan perilaku yang didapatkan oleh kelompok penerima program setelah menjadi mitra binaan PT. Badak. Nelayan yang dulunya menjadi pelaku pengrusakaan ekosistem laut, kini justru aktif dalam mempelopori berbagai kegiatan pelestarian kawasan laut di wilayah Bontang. FOTO KEGIATAN Kegiatan Budidaya Kerapu Dan Konservasi Terumbu Karang Oleh PT. Badak NGL PT. BADAK NGL - KSDA 111 PT. BANYAN TREE, KABUPATEN BINTAN, KEPULAUAN RIAU Menebar Tukik di Pantai Lagoi, Upaya Konservasi Penyu Hijau dan Sisik Di Kabupaten Bintan Sebanyak 1.359 tukik atau anak penyu dari jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmocheylis imbricata) yang merupakan jenis yang dilindungi, berhasil dilepaskan di pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan sejak 2008 sampai 3 Oktober 2013. Kegiatan pelepasan tukik merupakan kegiatan rutin PT. Angsana dan Banyan Tree sebagai upaya mendukung konservasi keanekaragaman hayati di kawasan Bintan. 1. Pantai Bintan Kawasan Wisata dan Konservasi Barisan pepohonan kelapa yang berada di tepi pantai, udara bersih, deburan ombak mengalun menentramkan hati melingkupi kawasan Pantai Lagoi, salah satu tempat wisata kebanggaan Provinsi Kepulauan Riau, yang terletak di Kabupaten Bintan. Pantai Lagoi, Bintan ternyata bukan hanya menyimpan keindahan, namun juga menyimpan kekayaan hayati yang luar biasa, salah satu kekayaan hayati tersebut adalah jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dan penyu sisik (Eretmocheylis imbricata) yang hidup di perairan Bintan. Kedua jenis penyu tersebut merupakan jenis hewan yang termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-undang nasional maupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan oleh jumlahnya makin sedikit. Penyu sisik dan penyu hijau (Chelonia mydas) diklasifikasikan sebagai satwa yang terancam punah oleh The World Conservation Union (IUCN. Selain penyu, di Pantai Lagoi juga menyimpan kekayaan hayati lainnya, yang dilindungi undangundang baik secara nasional atau pun internasional, seperti Pelanduk (Tragulus napu), Kerka (Presbitys sp.), Kantung Semar (Nepenthes sp.), dan juga pohon Meranti (Shorea sp.). Pantai-pantai di Pulau Bintan merupakan rumah bertelur bagi penyu-penyu tersebut, Arief Pratomo dkk (2010) mencatat ada sekitar 357 sarang penyu yang terdiri atas 320 sarang penyu hijau dan 37 sarang penyu sisik di Kabupaten Bintan pada saat dilakukan pengamatan dan penelusuran penyu di tahun 2010. Data tersebut menunjukkan meski sarang cukup banyak ditemukan, namun menurut hasil penelitian kondisi tersebut cukup rentan bagi keberlanjutan hidup penyu di wilayah tersebut. Ancaman utama adalah ketidaktahuan mengenai status keterlindungan penyu. Masyarakat umumnya memanfaatkan penyu di alam dengan mengambil dan memperdagangkan telur, daging dan cangkang/karapas penyu. Ancaman lain datang seiring dengan pesatnya kegiatan industri yang memerlukan pengembangan pantai, sedimentasi perairan akibat pertambangan bauksit serta kegiatan manusia lainnya yang secara langsung dan tak langsung semakin berdampak negatif baik terhadap habitat peneluran maupun habitat pakan penyu (Dony Apdillah, dkk. 2010). 2. Si Imut Penyu Hijau dan Sisik yang Menggugah Angsana dan Banyan Tree Bintan Resort Angsana dan Banyan Tree Bintan merupakan salah satu resort yang berada di lokasi Laguna Bintan, luasnya sekitar 240 ha. Lebih dari 60% wilayahnya merupakan area terbuka, hutan dataran rendah dan pantainya menghadap Laut China selatan. Perusahaan ini rupanya menyadari betul bahwa tanpa keindahan dan kekayaan alam 112 BANYAN TREE - KSDA p y y p y yang terpelihara dan terjaga, kawasan resort tidaklah terlalu menarik pengunjung. Disamping tetap memenuhi kewajiban lingkungan yang disyaratkan, perusahaan melalui program CSR berupaya menjaga dan melestarikan lingkungan sekitar, salah satunya adalah melalui “Program Konservasi Penyu Hijau (Chelonia mydas) dan Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata)”. Rupanya bentuk tubuh dan daur hidup yang unik dari satwa yang termasuk kelas reptilia ini terlihat “imut” saat masih kecil, dan untuk dapat mencapai usia dewasa, 20 tahun–30 tahun, penyu harus berjuang keras menghadapi banyak tantangan yang begitu besar di lautan lepas. Berbagai sumber ilmiah menyebutkan bahwa, hanya 1 dari 100 tukik (1%) yang bisa selamat bertahan hidup untuk mencapai usia dewasa. Untuk melindungi si Imut ini, Banyan Tree dan Angsana Bintan tak segan-segan mengawali upaya perlindungannya dengan membangun media konservasi dan belajar yang diberi nama Conservation Lab Banyan Tree Bintan pada tahun 2007. Pendirian Conservation Lab Banyan Tree Bintan merupakan salah satu strategi untuk memperkuat CSR perusahaan yang berlandaskan tiga pilar yaitu efesiensi energi, pelestarian alam, dan pemberdayaan masyarakat. Fasilitas yang dibangun dan dikembangkan di Lab tersebut terdiri dari perlengkapan untuk penetasan telur penyu dan persiapan sebelum anak penyu (tukik) dilepas ke pantai, serta fasilitas untuk kegiatan penelitian dan pendidikan konservasi bagi pelajar, masyarakat, karyarwan, staf pemerintah, mahasiswa serta para tamu hotel. Kegiatan yang dianggap berhasil di Lab tentunya kegiatan utama konservasi penyu. Satu tahun setelah pembangunan Conservation Lab, tahun 2008 tim CSR mulai melakukan upaya konservasi penyu secara sederhana, yaitu dengan melindungi telurtelur penyu yang ada di pantai sekitar hotel, serta dari para nelayan yang biasa mengambil telur penyu untuk dimakan atau dijual ke pasar. Seiring berjalannya waktu, telur-telur penyu yang berhasil didapat ini, kemudian dipindahkan kedalam tempat penetasan (hatchery) yang berlokasi tidak jauh dari tempat asal telur penyu, di pantai Tanjung Said Angsana, Lagoi. Relokasi telur penyu ke dalam tempat penetasan (hatchery) semi alamiah dimaksudkan untuk melindungi telur-telur tersebut dari para nelayan pengumpul telur dari wilayah lain dan satwa pemakan telur penyu seperti biawak (Varanus salvator) dan babi liar (Sus vittatus). Setelah aman dalam tempat penetasan (hatchery), telur-telur tersebut perlu waktu 50–70 hari untuk menetas. Tukik akan dilepaskan dengan segera, setelah 3-4 hari hari telur menetas, agar insting liarnya masih terjaga saat berenang di lautan lepas. Sebanyak 1.359 tukik berhasil dilepaskan di pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan sejak 2008 sampai 3 Oktober 2013. Umumnya kegiatan pelepasan tukik dihadiri peserta 50–150 orang, baik tamu hotel, masyarakat sekitar, pemerintah, karyawan, dan media. Konservasi penyu tentunya tidak hanya dilakukan dengan pelepasan Tukik, namun juga upaya penyadaran masyarakat nelayan Kampung Baru, Lagoi untuk lebih peduli pada pelestarian penyu dengan tidak mengkonsumsi telur penyu dan tidak menjualnya ke pasar. Tentunya upaya tersebut tidak akan berhasil bila tidak diiringi alternatif ekonomi. Keberhasilan yang cukup signifikan dari program CSR Banyan Tree dan Angsana adalah terbangunnya saling percaya dan membangun solusi bersama melalui penandatangan surat perjanjian kerja sama yang ditandatangani pada 10 Agustus 2010. Salah satu butir kesepahaman yang tertuang dalam perjanjian kerjasama tersebut adalah masyarakat nelayan Kampung Baru, Lagoi, bersepakat untuk tidak lagi menjual telur penyu ke pasar. Mereka akan menitipkan telur yang ditemukan di pantai ke Conservation Lab Banyan Tree untuk direlokasi dalam tempat penetasan. Saat pelepasan, masyarakat juga dapat menyaksikannya BANYAN TREE - KSDA 113 bersama-sama dengan tamu hotel. Sebagai kompensasi CSR perusahaan memberi sumbangan berupa solar minimal 100 liter perbulan, serta 50 liter untuk setiap penemuan sarang penyu. Solar digunakan sebagai bahan bakar generator untuk kebutuhan listrik desa. “Anak-anak sekarang berkesempatan melihat langsung tukik dilepas kelautan. Mudah-mudahan generasi mendatang bisa terus melihat satwa yang menjadi kebanggaan pulau Bintan ini. Kedepan saya mengharapkan akan ada pelatihan khusus dari Banyan Tree agar penanganan telur penyu bisa dilakukan lebih baik”.( Sabri, tokoh nelayan Kampung Baru, Lagoi 3 Oktober 2013). Conservation Lab Banyan Tree Bintan, selain menjadi media untuk pemeliharaan Tukik, tempat ini kerap dijadikan tempat untuk diskusi konservasi sekaligus menjadi tempat pelatihan bagi karyawan maupun peneliti, LSM, pelajar dan mahasiswa serta masyarakat sekitar. Pelatihan karyawan hotel ditujukan untuk meningkatkan pengetahuan dan membangkitkan kesadaran karyawan tentang pentingnya konservasi kawasan termasuk pengelolaan lingkungan sekitar. Sementara bagi tamu hotel, Conservation Lab merupakan complementary dari Perusahaan dalam upaya meningkatkan kesadaran para tamu tentang pentingnya konservasi alam, khususnya penyu. Kegiatan tamu hotel lainnya berupa Nature Walk, Bird Watching, Tree Track, Coral Safari, dll yang ditujukan untuk mengenal lebih dekat kekayaan dan keindahan alam Pantai Lagoi. Selain tamu hotel, Conservation Lab juga memfasilitasi pelajar dan mahasiswa untuk mendapatkan pendidikan konservasi penyu. Kegiatan yang dilakukan secara terus menerus sejak tahun 2007 melibatkan sekitar 250 siswa SD-SMA setiap tahunnya. Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh Angsana dan Banyan Tree namun bekerjasama dengan Bintan Resort Cakrawala (BRC). Fasilitas lainnya yang disediakan adalah membantu mahasiswa untuk melakukan penelitian baik di Conservation lab maupun di sekitar kawasan Pantai Lagoi, salah satunya terkait dengan skripsi S1 tentang “Tingkat Keberhasilan Penetasan Telur Penyu Pulau Wie Tambelan Di Pantai Angsana dan Banyan Tree Bintan” oleh mahasiswa Universitas Raja Ali Haji (UMRAH). Kegiatan rutin lainnya yang dilakukan di Conservation Lab adalah menyebarluaskan d kmedia yang k k dilakukan secara kregular, d bl k d l kpemutaran k l l film pendek bl k berbagai presentasi, dan dialog interaktif melalui radio. Upaya konservasi tidak hanya dilakukan melalui media cetak, Banyan Tree dan Angsana Bintan bahkan telah menjadikan penyu sebagai satwa paling dibanggakan dengan membuat miniatur penyu untuk souvenir, mainan kecil, boneka besar penyu, serta kaos bergambar penyu. Secara manajemen pengelolaan program CSR untuk konservasi penyu melibatkan tiga staf perusahaan di bagian Conservation Lab dan tertuang dalam kebijakan perusahaan yang ditetapkan dalam policy dan prosedur sejak 2007. Dalam melakukan kegiatannya, Conservation lab bekerjasama dengan berbagai pihak seperti resort lain yaitu Bintan Resort Cakrawala (BRC) Lagoi sebagai salah satu pengelola kawasan wisata Lagoi, Kelompok Nelayan Kampung Baru-Lagoi, Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bintan, dan Universitas Maritim Raja Ali Haji (UMRAH). Dalam menggunakan fasilitas di Lab umumnya para pihak yang telah bekerjasama tidak dikenakan biaya apapun, hanya yang terpenting memelihara fasilitas yang ada. 114 BANYAN TREE - KSDA Keberhasilan program CSR Banyan Tree dan Angsana Bintan dalam Konservasi Penyu dirasakan bukan hanya oleh masyarakat yang ada di Lagoi, namun juga pemerintah, dengan dilibatkannya dalam penentuan dan pembentukan Konservasi Laut Daerah (KKLD) untuk program konservasi laut yang lebih luas oleh Dinas Kelautan dan Perikanan setempat, yang tertuang dalam Peraturan Bupati Bintan No. 25 tahun 2010. Tahun 2013 Conservation Lab Banyan Tree Bintan juga diminta kerjasamanya oleh Departemen Kelautan dan Perikanan untuk upaya konservasi mencakup wilayah lebih luas yaitu Pulau Bintan dan Pulau Tambelan. Dari sisi perusahaan sendiri untuk terus meningkatkan kualitas layanan dan pemenuhan aturan-aturan standar pengelolaan lingkungan, sejak tahun 2010 Banyan Tree dan Angsana Bintan telah bergabung dengan program Earth Check yang didukung oleh EC3 (Evaluate Communicate Evolve) global dan STCRC (Sustainable Tourism Cooperative Research Centre). Status bronze level sudah dicapai dalam empat tahun berturut-turut. Tahun 2013, sudah masuk pada proses sertifikasi untuk mendapatkan silver level. Selain itu, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia telah memberikan penghargaan Green Hotel Award tingkat nasional untuk Angsana–Banyan Tree periode 2011–2013. Angsana kembali mendapatkan Asean Green Hotel Award untuk periode 2012–2014. 3. Belajar Konservasi Penyu dari Banyan Tree dan Angsana Bintan Selama hampir enam tahun program CSR konservasi penyu dilaksanakan oleh perusahaan, semakin terlihat bahwa pentingnya merangkul berbagai pihak dalam pelaksanaan program, seperti yang dicontohkan dalam program konservasi penyu di Pantai Lagoi, dimana pihak masyarakat termasuk kelompok masyarakat, pemerintah setempat, sekolah, perguruan tinggi adalah kunci yang mendorong keberhasilan program. Selain itu diawal perusahan melakukan proses kajian lingkungan dan sosial yang menghasilkan analisa cukup tajam terkait ancaman terhadap kekayaan alam di lokasi termasuk penyu, hal ini menjadi salah satu modal utama dalam merumuskan program dengan rangkaian kegiatannya. Salah satu yang menjadi kunci suksesnya adalah adanya upaya membangun kesepakatan dengan masyakarat nelayan yang memiliki ketergantungan pada telur penyu sebagai salah satu sumber penghidupan mereka. Dengan memberikan alternatif penggantian berupa bahan bakar untuk penerangan merupakan satu contoh kesepakatan yang menghasilkan win-win solution, meskipun perlu dilakukan lagi pengembangan dan alternatif lain seperti membangun panel surya untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil sebagai bahan baku penerangan di masyarakat atau yang lainnya. Upaya memadukan ragam kegiatan konservasi yang tidak hanya melindungi jenis penyu saja, tapi juga melakukan proses pendidikan konservasi, publikasi dan penelitian dengan sarana Conservation Lab sebagai pusat pembelajaran merupakan strategi program yang turut mempercepat proses penyadaran masyarakat dan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak. Proses evaluasi dan monitoring untuk perbaikan program juga menjadi kunci berjalannya program secara berkelanjutan selain komitmen dari pimpinan perusahaan tentunya. Upaya konservasi penyu di Lagoi ke depan diharapkan dapat menjadi salah satu upaya gerakan bersama di Kabupaten Bintan dan menjadi contoh bagi kegiatan konservasi lainnya di Indonesia. BANYAN TREE - KSDA 115 FOTO KEGIATAN Pelepasan Tukik secara resmi di Dua anak tamu hotel Fasilitas Conservation Angsana dan Banyan Tree sedang mengamati tukik Lab yang didirikan pada Bintan pada 12 September 2013 yang sedang bergerak 25 September 2007 menuju lautan lepas pada 12 September 2013. Pendidikan konservasi sumber daya alam untuk para siswa sekolah Bintan Utara di Conservation Lab 116 BANYAN TREE - KSDA Perwakilan siswa dari beberapa sekolah dasar Bintan Utara sebelum mengikuti pelatihan konservasi di Conservation Lab Beberapa institusi dan para peneliti dalam dan luar negri yang pernah melakukan kegiatan dan kerja sama dengan Conservation Lab. PT. CHEVRON GEOTHERMAL SALAK LTD., KABUPATEN BOGOR DAN SUKABUMI, JAWA BARAT Green Corridor Initiative: Ketika Habitat Satwa Menjadi Perhatian Para Pihak Di Lintasan Hijau Di Taman Nasional Gunung Halimun Salak Inisiatif Lintasan Hijau atau Green Corridor Initiative, merupakan upaya dari PT. Chevron Geothermal Salak Ltd salah satunya untuk memperbaiki fungsi ekologis hutan koridor satwa khususnya jenis Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis commata), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Spizateus bartelsi), dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas) di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak. Upaya restorasi dengan menanam bibit pohon lokal dilakukan sejak tahun 2011, hampir 40,000 bibit di lahan seluas 80 ha atau 16% dari target program keseluruhan. Program sudah mulai dirasakan oleh masyarakat sekitar, hampir 58 warga yang bermukim di sekitar kawasan ini mendapatkan manfaat berupa pelatihan dan pelaksanaan peningkatan pertanian organik dan agroforestry. 1. Selimut Kabut Kekayaan Hayati Halimun Halimun yang berarti kabut bagi masyarakat Sunda merupakan kawasan yang penuh dengan kehidupan yang menarik, kawasan ini dikenal baik oleh para peneliti maupun masyarakat sebagai kawasan yang menyimpan ragam kekayaan alam Indonesia di bagian barat Pulau Jawa. Pemerintah Indonesia pada tahun 1992 melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 282/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992 menetapkan kawasan ini menjadi kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun seluas 40,000. Ha dan diperluas menjadi 113,357 Ha melalui SK 175/Kpts-II/2003 pada tahun 2003. (Latipah Hendarti, 2007). Sebagai kawasan Taman Nasional, kawasan ini memiliki keunikan khusus yaitu menjadi tempat hidup atau habitat bagi beberapa jenis satwa endemik dan langka yaitu jenis Owa Jawa (Hylobates moloch), Surili (Presbytis commata), Lutung Jawa (Trachypithecus auratus), Elang Jawa (Spizateus bartelsi), dan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas). Tidak hanya kekayaan hayati yang tersimpan di kawasan Halimun Salak, namun juga sumberdaya alam lainnya seperti sumber air, mineral, emas, termasuk gas bumi, di satu sisi populasi masyarakat yang mendiami kawasan ini juga dari tahun ke tahun meningkat, ada 250,000 jiwa jumlah penduduk (M. Taufik Wahab, 2010). Kompleksitas kawasan Halimun Salak menjadi tantangan bagi para pihak dalam pengelolaan kawasan konservasi ini. Menurut data dari Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) tahun 2009, sekitar 30% dari luasan taman nasional ini merupakan lahan kritis. Lahan kritis yang semakin bertambah terutama di wilayah penting koridor yaitu areal memanjang dari Barat ke arah Timur yang menghubungkan Gunung Halimun dengan Gunung Salak, yang berfungsi sebagai penghubung dua ekosistem terutama tempat terjadinya aliran genetik dalam pelestarian keanekaragaman hayati maupun CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA 117 fungsinya sebagai sistem penyangga kehidupan (Rinaldi et al. 2008 dalam M. Taufik Wahab, 2010). Sebagai salah satu perusahaan swasta non–pemerintah yang turut serta dalam mengembangkan panas bumi di Indonesia, salah satunya beroperasi di lereng Selatan kompleks pegunungan Salak sejak tahun 1980, Chevron Geothermal Salak, memiliki tanggungjawab untuk tetap menjaga dan mempertahankan kawasan Halimun Salak sesuai dengan fungsinya, karena Chevron juga peduli dengan masyarakat yang tinggal di kawasan ini. Tahun 2011, sebagai bukti komitmen Chevron Geothermal Salak terhadap kawasan Halimun Salak, bersama dengan TNGHS dan LSM serta mitra lainnya yang sudah sejak lama peduli dan berkomitmen dalam konservasi di TNGHS, meluncurkan program Prakarsa Lintasan Hijau Halimun-Salak atau dikenal dengan Green Corridor Initiative. 2. Lintasan Hijau sebagai Angin Segar Bagi Lahan Kritis dan Keberlanjutan Flora –Fauna Halimun Salak Sejak tahun 2002, Chevron Geothermal Salak sudah aktif menjaga kualitas sumberdaya alam yang ada di Kawasan Halimun Salak, melalui kerjasama dengan berbagai pihak seperti JICA, PEKA Indonesia, Wildlife Trust melakukan kegiatan pemberdayaan masyarakat yang mendukung konservasi secara berkelanjutan termasuk bagaimana hubungan manusia dan lingkungan di wilayah Halimun-Salak. Beberapa lembaga seperti BCI dan PEKA Indonesia malah bahkan sebelumnya sudah berhasil mendorong masyarakat meningkatkan ekonomi lokal sekaligus menjaga kawasan Halimun Salak agar tetap lestari, melalui pemberdayaan masyarakat dan kegiatan penyadaran. Salah satu keberhasilan mereka adalah terbentuknya kelompok masyarakat dan Jaringan Masyarakat Koridor (Jamaskor). Sementara, gagasan lintasan hijau Halimun-Salak diawali sejak tahun 2009, melalui serangkaian kegiatan dan penelitian yang dilakukan oleh para mitra TNGHS dan tahun 2011 Program Lintasan Hijau Halimun Salak (Green Corrdior Initiative (GCI) diluncurkan di Jawa Barat, Indonesia. Program ini bertujuan untuk: (1) Meningkatkan dan melibatkan partisipasi masyarakat dalam pendidikan lingkungan dan perbaikan fungsi ekologi hutan koridor untuk penghidupan berkelanjutan. (2) Memperbaiki fungsi ekologis hutan koridor melalui program restorasi didaerah seluas 500 hektar sebagai habitat Owa Jawa, Macan Jawa dan Elang Jawa. (3) Meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah sekitar operasi Chevron Geothermal Salak, terutama yang berada di dekat lintasan koridor Taman Nasional Gunung Halimun-Salak melalui program pemberdayaan ekonomi yang mendukung konservasi. Mengingat kawasan Halimun-Salak merupakan kawasan yang luas, program fokus pada ; (1) Masyarakat dan Kelompok Tani di kampung Garehong kecamatan Pamijahan (Bogor). 118 CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA (2) Masyarakat Kelompok Tani di kampung Cisarua desa Cipeuteuy kecamatan (3) Kabandungan (Sukabumi). (4) Stakeholder yang terkait dalam pelestarian lingkungan, pendidikan lingkungan dan usaha peningkatan pemberdayaan masyarakat di wilayah Halimun – Salak. (5) Target restorasi adalah zona kritis seluas 500 Ha dengan durasi waktu lima tahun dan target masyarakat yang terlibat adalah 250 KK. Pelaksanaan program Lintasan Hijau diperkuat dengan kesepakatan kerjasama (MoU) antara Chevron Geothermal Salak. dengan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (BTNGHS) yang ditandatangani pada tanggal 16 Juli 2013 mendasari penyusunan rencana teknik restorasi. Tabel 1, merupakan perencanaan kegiatan dan target selama program berjalan dalam kurun waktu lima tahun periode 2010-2016. Dalam pelaksanaan kegiatan, Chevron menggandeng Yayasan KEHATI dan kelompok tani Jamaskor untuk melakukan pemetaan lokasi penanaman periode pertama yaitu tahun 2012-2013 sekaligus mengidentifikasi jenis-jenis tanaman keras yang menjadi pakan Owa Jawa. Langkah berikutnya adalah melakukan kegiatan sosialisasi atas pentingnya lintasan hijau, kampanye, dan pendidikan lingkungan terkait restorasi serta pemberdayaan masyarakat. Bersama dengan Yayasan KEHATI, Chevron mengkomunikasikan program kepada dua kelompok tani di Kampung Cisarua, Desa Cipeuteuy, Kecamatan Kabandungan, Kabupaten Sukabumi dan Kampung Gaherong, Desa Purwabakti, Kecamatan Pamijahan, Kabupaten Bogor. Proses sosialisasi membutuhkan waktu dan pendekatan untuk membangun kepercayaan dari masyarakat. Setelah terbangun saling percaya dan atas kepentingan yang sama dalam menyelamatkan kawasan Halimun, dimana masyarakat juga akan mendapatkan dampak positif dari kegiatan restorasi, kegiatan dilanjutkan dengan persiapan lahan penanaman seluas 80 Ha dan areal pembibitan. Tabel 1. Perencanaan Kegiatan Periode 2010-2016 Kegiatan Target Pertahun 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 Konservasi BerbasiskanMasyarakat Proyek 2 Ha Percontohan Penanaman (Ha/Tahun) Publikasi Penerima Manfaat (orang) Luas Lahan (Ha/ tahun) 10 40 55 60 55 40 1 3 5 5 5 5 50 100 155 210 250 80 110 120 110 80 CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA 119 Peningkatan Kelompok Tani Pembentukan 3 (kelompok/ tahun) 5 10 16 21 25 Lokakarya & FGD Pameran, site visit & sosial media Sosialisasi Lokakarya & FGD Lokakarya Lokakarya & FGD & FGD Pameran, site visit & sosial media Lokakarya & FGD Pameran, site visit & sosial media Lokakarya & FGD Pameran, site visit & sosial media Lokakarya & Pelatihan Pelatihan dan Pendampi ngan Pelatihan dan Pendampi ngan Pelatihan dan Pendampi ngan Pembangu nan Pusat Pembelajar an Pusat Pusat Pembelajar Pembelajar an an Penguatan Organisasi Kelompok Masyara kat (KSM) Pendirian Koperasi Operasiona l Koperasi Penguatan Koperasi Pengemba ngan Koperasi Kemandi rian Koperasi Internal Internal & Eksternal Internal & Eksternal Internal & Eksternal Internal & Eksternal Pertanian Organik Pertanian Terpadu Pertanian Terpadu Pertanian Terpadu Pertanian Terpadu dan Tanaman Obat Monitoring & Evaluasi Peningkatan Tambahan Pendapatan Peternakan Kambing Adanya kelompok petani/masyarakat yang sudah diorganisir oleh kawan-kawan LSM yang selama ini fokus di Halimun khususnya PEKA dan BCI yang bekerja dan belajar bersama masyarakat di Desa Cipeteuy dan Purwabakti mempermudah proses pengorganisasian di tingkat masyarakat, terlebih dengan adanya Jaringan Masyarakat Koridor maka proses saling membangun kepercayaan dengan masyarakat menjadi lebih mudah dan cepat. Untuk mendukung proses program ini memerlukan juga aktivitas penunjang antara lain; (1) Penyediaan data dasar (baseline data) yang mendukung kegiatan restorasi dan pemberdayaan masyarakat, melalui Yayasan KEHATI program ditingkat lapangan dilakukan oleh LSM Rimbawan Muda Indonesia (RMI) dan Biodiversity Conservation Indonesia (BCI) (2) Ditingkat penelitian kelembagaan dilakukan bekerjasama dengan Laboratorium Kehutanan IPB (3) Pemetaan partisipatif langsung dilaksanakan oleh dua kelompok tani di Kampung Cisarua dan Kampung Garehong. (4) Rangkaian pertemuan dengan para pemangku kepentingan dalam upaya menyusun rencana pemberdayaan masyarakat untuk memperkuat Jaringan Masyarakat Koridor (Jarmaskor), salah satu yang sudah dilakukan adalah memperkuat Koperasi Jarmaskor dengan fokus kegiatan pertanian terpadu diantaranya penggemukan, pembibitan, pengelolaan kandang, pengelolaan kompos serta pemupukan dan pertanian. 120 CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA Proses penanaman mulai dilakukan pertengahan 2012 di areal kritis yang sudah ditentukan bersama dengan BTNGHS, sejumlah 40,000 pohon ditanam, pemeliharaan, penyulaman dilakukan dengan kerjasama masyarakat. Langkah selanjutnya, mulai November 2012 Chevron mendukung patroli partisipatif bersama TNGHS dan masyarakat PAMSwakarsa. Sejak 2010 sampai akhir 2012, program telah membawa titik terang baik ditingkat ekosistem halimun, masyarakat maupun perusahaan, apa yang direncanakan sudah mulai membuahkan hasil, hal ini dapat dilihat dari target yang terpenuhi dalam program, yaitu : Tingkat tumbuh bibit dipersemaian mencapai 80% yaitu 40,000 bibit Jumlah bibit yang ditanam mencapai 40,000 bibit pohon di areal kritis seluas 80 Ha. Program secara langsung telah dirasakan oleh sekitar 58 warga yang bermukim di Kampung Cisarua dan Garehong Pelatihan peningkatan kapasitas masyarakat telah dilakukan dan dirasakan mampu meningkatkan keahliaan masyarakat, bahkan modul pelatihan dapat juga digunakan oleh masyarakat lain, temasuk modul pendirian koperasi; modul operasional koperasi; modul pertanian terpadu dan modul pendidikan lingkungan. Publikasi media yang mengakui bahwa Lintas Hijau di Halimun Salak merupakan program yang memberikan harapan bagi masyarakat dan perbaikan pengelolaan ekosistem di Halimun-Salak. Selama 2012 sekitar 13 media cetak dan online serta televisi telah meliput program Lintas Hijau ini. Publikasi dan sosialisasi juga dilakukan di tingkat nasional dan internasional melalui partisipasi dalam pameran nasional serta satu pameran internasional (IUCN,Korea). Keberhasilan lain yang dapat menjadi contoh baik adalah membangun jaringan sosial media Greenweb Indonesia yang mendorong prakarsa hijau di Indonesia, kegiatan dapat diakses di : http://www.green.web.id/pageitem/GreenCorridor. Keberhasilan program tidak dapat terlepas dari kemitraan dengan berbagai pihak, terutama dengan BTNGHS dan LSM yang sudah mememiliki pengalaman pendampingan dan berkegiatan di Halimun Salak. Peran serta dan inisiatif masyarakat yang sudah terorganisir merupakan kunci keberhasilan program, dukungan dana yang disediakan hampir 1 milyar rupiah per tahun adalah bukti komitmen untuk keberlanjutan program. Perencanaan yang terstruktur dimana tahapan perencanaan jelas tersusun menjadi bagian penting pelaksanaan dan dengan mudah dipantau keberhasilan dan kekurangan program baik oleh pihak perusahaan, mitra, masyarakat maupun pihak lain. Foto Kegiatan Penandatanganan Kerjasasama Chevron dan Yayasan Kehati Diskusi Chevron dan Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA 121 Pembibitan Pohon yang akan ditanam Pelatihan dan Lokarya Penguatan Masyarakat 122 CHEVRON - Lintas Hijau Halimun Salak - KSDA Penanaman Bibit Pohon di Areal Kritis Menteri Lingkungan mendengarkan Kepala TamanNasional Halimun Salak tentang GCI PT. BANK CIMB NIAGA TBK, JAKARTA Lestarikan Bambu melalui Aksi Penanaman 10.000 Bambu Di Jawa Barat dan Bali Bambu menjadi perhatian PT. Bank CIMB Niaga Tbk. Karena memiliki banyak manfaat dari berbagai aspek baik sosial budaya, ekonomi dan lingkungan. Sejak tahun 2011, melalui kerjasama berbagai pihak baik lembaga penelitian, LSM, kelompok masyarakat di Jawa Barat dan Bali, CIMB Niaga telah menanam 10,000 bambu sebagai bagian dari upaya konservasi. 1. Bambu Dalam Keseharian Masyarakat Indonesia Bambu bagi sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya masyarakat Bali dan Sunda merupakan tumbuhan yang tak dapat dipisahkan dalam keseharian mereka. Sepanjang hidup, masyarakat Indonesia sangat tergantung pada pemanfaatan bambu untuk berbagai keperluan hidup seperti keperluan upacara adat (pernikahan, kematian, sunatan, alat pemotong tali pusar, alat bantu anak untuk belajar berjalan) dan sebagai bahan untuk membuat mainan anak-anak yaitu layang-layang, engrang dan lain sebagainya. Bagi masyarakat Bali, bambu menjadi bagian dari hampir setiap upacara keagamaan, bahkan masyarakat Bali memiliki filosofi yang sangat mendalam tentang bambu terutama bagi penganut agama Hindu. Semasa kecil bambu tumbuh tegak, saat tua semakin merunduk yang diartikan salah satunya adalah menjaga sopan santun (Ida Bagus Ketut Arinase, 2010). Dalam keseharian masyarakat Bali juga memanfaatkan bambu untuk usaha seperti industri meubel yang sudah terkenal ke manca negara, perkakas lain dan juga rumah termasuk atap bambu atau sirap bambu, di salah satu Desa Adat Penglipuran bahkan atap sirap bambu dapat bertahan lebih dari duapuluh tahun, sementara gedek bambu dikenal dengan corak yang khasnya 1. Sementara masyarakat Jawa Barat, banyak memanfaatkan bambu untuk keseharian dari mulai peralatan kerajinan rumah tangga seperti boboko (tempat nasi), tampah/nyiru, aseupan untuk mengukus nasi dan mencetak tumpeng, tudung saji, keranjang, pengki untuk meniriskan gorengan atau mengambil sampah, dll. Selain itu di masyarakat Sunda memanfaatkan bambu untuk alat musik dari mulai Angklung, Dogdog Lojor dan Seruling. Secara Botanis bambu tergolong famili Gramineae (rumput), termasuk jenis tumbuhan yang mudah menyesuaikan diri dengan kondisi tanah dan cuaca yang ada, serta dapat tumbuh pada ketinggian sampai dengan 3.800 m di atas permukaan laut dan menyebar hampir diseluruh pelosok nusantara. Bahkan diprakirakan ada sekitar 154 jenis bambu, tersebar di seluruh wilayah nusantara dari total 1.250 jenis bambu yang ada dengan penyebaran di Jawa sekitar 56 jenis, 44 jenis di Bali, 31 jenis di Papua, 25 jenis di Sulawesi, 23 jenis di Kalimantan, 17 jenis dan 14 jenis di Maluku, sementara jenis bambu yang paling sering digunakan oleh masyarakat Indonesia adalah bambu Tali, bambu, Andong, bambu Petung, bambu Tabah dan bambu Hitam. 1 Catatan La pah Hendar , saat ga minggu nggal di Desa Adat Penglipuran. CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA 123 Keistimewaan lainnya bambu juga dapat tumbuh dengan cepat, dipanen pada usia 3-5 tahun, dengan akar rimpang yang sangat kuat, tumbuhan bambu mampu mengikat air tanah dengan baik dibandingkan dengan pepohonan yang hanya menyerap 35%-40% air, bambu dapat menyerap air hujan hingga 90 % (Herawari Kumbang, 2010). Menurut Prof. Dr. Elizabeth Widjaya ahli bambu Indonesia dan Sudharto P Hadi, bambu merupakan salah satu solusi dalam persoalan lingkungan global, dimana akar rimpang bambu mampu mengingat tanah sehingga dapat mencegah erosi, sementara daun bambu merupakan penghasil oksigen yang tinggi sekaligus menyerap CO2. #*$&$" Bertambahnya jumlah penduduk, alih fungsi lahan dan industrialisasi, tentunya menggeser sebagian besar hutan termasuk termasuk hutan bambu yang selama ini tersebar di pelosok pedesaan di Indonesia telah berubah menjadi wilayah pemukiman atau lainnya. Sementara disatu sisi kebutuhan bambu terus meningkat, untuk industri seperti sumpit, rebung, dan bahan dasar industri kerajinan bambu, bahan konstruksi bangunan rumah dan untuk peralatan musik. Bukan hanya pasokan untuk kebutuhan industri, namun keragaman jenis bambu juga mengalami ancaman yang cukup serius, alih fungsi lahan dan penyadartahuan pada generasi muda tentang pentingnya bambu menjadi salah satu faktor penyebabnya. Berbagai inisiasi tentunya sudah banyak dilakukan oleh berbagai pihak baik oleh para peneliti, pengrajin, pemerintah dan pengusaha, LSM, dll. Termasuk salah satunya adalah CIMB Niaga yang sejak tahun 2011 memiliki perhatian khusus terhadap bambu. &*"** #**$)*!$*&$(,'!)$$!*$$ Bagi CIMB Niaga, tantangan umat manusia yang harus dihadapi adalah keselarasan dan keharmonisan hidup berdampingan dengan alam lingkungan sekitarnya, merupakan wujud salah satu pilar CIMB Niaga Peduli, khususnya peduli lingkungan yang dilaksanakan melalui salah satu program yang dirancang secara sistematis dan bertahap dimana salah satunya adalah melakukan kegiatan yang dikenal dengan nama “'!$ $# #* ", + ')$ "- Kegiatan tersebut, mulai dijalankan pada tahun 2011, saat itu CIMB Niaga mendukung Gerakan Masyarakat Bambu Pertiwi yang diprakarsai Kementerian Lingkungan Hidup (KLH), Yayasan Kehati, Saung Angklung Mang Udjo, dan Komunitas Cinta Bambu, yang diluncurkan akhir November 2011, sebagai komitmen CIMB Niaga untuk berpartisipasi pada upaya pelestarian lingkungan. Gerakan Tanam 10,000 Bambu ditujukan untuk mendorong peningkatan pemahaman pentingnya bambu dan peningkatan kapasitas masyarakat khsusunya petani dan pengrajin bambu agar dapat mengoptimalkan pemanfaatkan bambu sebagai sumber daya hayati yang bernilai ekonomis tinggi. Dalam pelaksanaan kegiatan, CIMB Niaga membangun kemitraan dengan berbagai pihak, dibawah Divisi Hubungan Masyarakat ( ) yang diberi tanggung jawab oleh perusahaan untuk menjadi motor penggerak kegiatan 124 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA Secara internal, i CIIMB Niaga mengajak 60 karyawa an untuk b berpartisipa asi langsun ng pada ak ksi penanam man bambu u yang dila aksanakan pada tang ggal 24 Nov vember 201 12 di daera ah Tabana an, Bali melalui m aks si CIMB Niaga N Employee Volu unteer. Has sil penanam man bambu kemudia an dikelola a oleh masy yarakat se ekitar mela alui program m Commun nity Develo opment an nd Empowe erment, dim mana CIM MB Niaga memberika m an pelatiha an pemanfa faatan bam mbu sekaliigus penda ampingan kepada 60 warga di d wilayah Jawa Barrat dan Bali. B Melalu ui pembek kalan ini, CIMB C Niag ga berhara ap masyara akat teredu ukasi denga an baik ten ntang peng golahan dan n pemanfaa atan bamb bu sehingga a menghas silkan nilaii ekonomis s baik digu unakan un ntuk olaha an makana an seperti rebung di daerah Bali atau u untuk keraj ajinan angk klung di daerah d Jaw wa Barat, dimana d CIM MB Niaga be ekerja sama dengan Yayasan Y Sa aung Udjo. untuk Ge Secara finansial komitmen k erakan Tan nam Sepulluh Ribu Pohon jug ga diwujud dkan denga an dukung gan anggarran/pendan naan sebes sar Rp 750 0,000,000 ,(tujuh ra atus lima puluh p juta) yang dituju ukan khus sus penana aman. G Gambar 2. Kegiatan P Penanaman n 10,000 Ba ambu 2.a. Pe enanaman b bambu oleh h Karyawan n CIMB Nia aga melaluii Aktivitas CIMB C Niaga a Employe er Voluntee er. 2b. Ibu L. Wulan W Tum mbelaka – Compliance, C ,Corporate Affairs & Legal Dire ectorberbincang bersa ama Prof. D Dr. Balthasa ar Kambua aya, MBA – Menteri Lingkun ngan Hidup p dan MS. Sembiring – Director Executive Y Yayasan KE EHATI pad da Seremoni Gerakan G Ma asyarakat Bambu B Perrtiwi. 4. Mew wujudkan Masyarakat M t yang Man ndiri dan Berdaya B saing Tinggii Setelah berlangs sungnya kegiatan penanam man tentunya, proses yang y pentin ng lainnya a adalah proses pendam mpingan dan n monitorin ng, Kegiata an penanam man dan pen ndampinga an secara intensif melalui m sa alah satu lem mbaga yaitu u Yayasan KEHATI, K ru upanya sud dah mulai dirasakan oleh masyarakat, m , khususn nya kelompo ok perempu uan. Di Desa a Padangan n, rupanya sudah mu ulai dirasak kan Ketua Kelompok Perempu oleh kelompok, k uan Padanga an menyata akan : CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA 125 “ Sebagai ketua kolompok tani wanita di desa Padangan, saya merasa sangat terbantu terutama bagi ibu-ibu yang awalnya tidak memiliki pekerjaan hingga mampu memiliki ketrampilan dan penghasilan sendiri. Kami mendapat pengalaman dalam mengolah bambu terutama rebungnya, yang pada awalnya, bambu hanya kami jual dalam bentuk batangan. rebung yang kami olah juga dapat kami kemas untuk dijual di supermarket-supermarket hingga ke hotel-hotel di Bali. Dengan mengetahui cara membuat packaging rebung yang baik kami berharap rebung yang kami hasilkan mampu bertahan dalam jangka waktu yang cukup panjang. Semoga kedepan CIMB Niaga terus memberikan bantuannya untuk dapat menyokong perkembangan kami, baik bantuan untuk mesin-mesin maupun dalam bentuk yang lain, sehingga kami dapat mengekspor hasil rebung kami”. Dari perhitungan yang dilakukan, dengan melihat percepatan tumbuh bambu, maka diprakirakan panen dapat dilakukan setiap 3 tahun dengan target luasan setiap satu hektar yang telah ditanami sekitar 500 batang bambu, maka panen pertama akan terjadi dilakukan setelah umur 3 atau 5 tahun, selanjutnya setiap tahun akan dilakukan dua kali panen. Sementara di awal-awal juga dapat mulai dilakukan panen rebung, dimana perhitungan dari kelompok menunjukkan setiap lima hektar lahan yang sudah ditanami bambu dapat menghasilkan 1,5 ton rebung. Untuk setiap satu hektar lahan akan menghasilkan 15.000 rebung dengan harga jual Rp 2.500/per rebung. Sehingga total penjualan panen rebung dalam setahun untuk setiap 1 hektar luas tanam akan mencapai Rp 37.500.000,-. Nilai tersebut tentunya dapat membantu peningkatan pendapatan kelompok sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar. Selain nilai ekonomis, tentunya nilai lingkungan yang dapat langsung dirasakan oleh masyarakat adalah meningkatkan serapan air hujan diwilayah tersebut, berkurangnya erosi, serta kesejukan dan tentunya dengan semakin rimbunnya rumpun bambu maka kekayaan hayati lainnya seperti hewan dari jenis burung khususnya akan semakin meningkat. Gerakan tanam bambu, tentunya juga turut meningkatkan keahlian masyarakat dalam budidaya tanaman bambu, sehingga ke depan kelompok yang sudah mengikuti pelatihan diharapkan dapat membantu kelompok lain yang memerlukan. Keberhasilan program Gerakan Tanam 10,000 Bambu tentunya memerlukan proses pendampingan dan monitoring dalam jangka panjang, sehingga kerjasama dengan pemerintah setempat seperti Dinas Pertanian, kelompok merupakan kunci dari berlanjutnya program ini. 126 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA peduli lingkungan. CIMB Niaga menjalin kemitraan salah satunya adalah yayasan Kehati yang memiliki fokus sama dalam konservasi bambu. Rangkaian kegiatan dilakukan dari mulai survey awal penentuan lokasi; dan sosialisasi tanaman bambu; pelaksanaan penanamanan di Jawa Barat dan Bali; pelatihan petani dan pengrajin untuk penanganan pasca panen, pendampingan pasca pelatihan dan proses evaluasi; serta evaluasi dan monitoring. Hal ini selaras dengan budaya pelaksanaan program CSR CIMB Niaga yang senantiasa menitikberatkan pada yaitu melakukan persiapan dari awal hingga akhir pelaksanaan program yang kemudian dilanjutkan dengan proses pendampingan dan sehingga kebermanfaatan dan keberlanjutannya bagi CIMB Niaga dan khususnya kepada masyarakat. Gambar 1. Alur pelaksanaan program dengan sistem . Dalam rangkaian kegiatan tanam bambu, kegiatan penanaman di Bali, mulai dilakukan di Tabanan dan Gianyar, sekitar 4,000 pohon. Di Gianyar, pemerintah Gianyar dalam gerakan ini menyediakan lahan seluas 500 Ha untuk ditanami. Proses penanaman yang dilakukan di di Tabanan dan Gianyar dilakukan pada bulan Januari 2013, selain bekerjasama dengan Pemda Tabanan, Dinas Pertanian Tabanan, sekitar 50 -100 anggota Koperasi Kelompok Wanita Tunas Bambu dan akedemisi dari Universitas Udayana. Sementara di Jawa Barat proses penanaman melibatkan pemerintahan daerah dari Kabupaten Bandung, Kabupaten Tasikmalaya dan Kabupaten Majalengka yang masing-masing telah ditanam sekitar 1.500 bambu, dengan total penanaman di Jawa Barat sebanyak 6.000 pohon bambu. Proses penanaman selain dengan Yayasan Kehati, CIMB Niaga juga bekerjasama dengan Yayasan Wanadri, Kelompok Tani Desa Mandala Mekar Tasikmalaya dan Majalengka, serta ayasan Saung Udjo. ! #' Alur Penanaman Sepuluh Ribu Bambu CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA 127 PT. INDONESIA POWER UNIT BISNIS PEMBANGKITAN BALI, DENPASAR, BALI Konservasi Terumbu Karang Di Pesisir Desa Pemaron PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali melakukan upaya penanaman terumbu karang atau transpalantasi, untuk memperbaiki kondisi terumbu karang yang mengalami kerusakan di pantai Desa Pemaron. Upaya yang dilakukan sejak tahun 2010, dilakukan dengan memfasilitasi kelompok nelayan mengikuti pelatihan transplantasi terumbu karang dan penanaman serta upaya penyadaran bahwa keberadan terumbu karang dapat mendatangkan kembali ikan-ikan yang selama ini terus berkurang. Sejak 2010, kelompok nelayan sebanyak 36 orang telah menanam stek terumbu karang dengan jenis Pocilophora sp, Montiphora sp, Hypnophora rigida, sebanyak 4.000 stek yang dibagi dalam empat tahapan. Selama tiga tahun ditanami, kini hampir 30 jenis biota laut sudah mulai banyak kembali Pantai Pemaron. 1. Pemaron, Rumah Kehidupan Darat dan Laut yang Terancam Bali dengan segala potensi dan perkembangannya, membawa dinamika tersendiri bagi pembangunannya yang menyertai. Tidak hanya dengan “jualan” pariwisata dan pertumbuhan ekonomi yang mampu mengantarkan Bali berada dalam posisi dan kondisi seperti sekarang, namun kandungan potensi alam juga tidak kalah potensial untuk dikaji. Salah satunya adalah potensi keragaman hayati laut Bali khususnya Terumbu karang. Terumbu karang merupakan ekosistem dan habitat berbagai biota laut untuk tumbuh dan berkembang biak dalam siklus kehidupan. Dari segi ekologis terumbu karang memegang peranan sangat penting untuk suatu kawasan pesisir dan laut. Terumbu karang juga berfungsi sebagai tempat perlindungan dan berkembang biak bagi larva dan juvenile ikan atau biota laut serta sebagai tanda atau zona pergerakan spesies. Terumbu karang juga memberikan nilai sangat penting dalam melindungi daerah pesisir dan laut dari tekanan arus, pasang surut air laut, gelombang, dan dapat juga meminimalisasi abrasi serta bencana alam tsunami. Keindahan alam bawah laut dengan berbagai keanekaragaman ekosistem terumbu karang dapat memberi nilai lebih bagi pelaku usaha pariwisata, seperti wisata diving dan snorkeling. Kekayaan ekosistem terumbu karang juga merupakan penghasil ikan atau biota laut yang dapat memberikan nilai ekonomis bagi para nelayan untuk menyandarkan kehidupan dan masa depan. PLTGU Pemaron berlokasi di Desa Pemaron, Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Desa ini berada dibagian Barat Kota Singaraja yang merupakan jalur transportasi antar Kabupaten. PLTG Pemaron merupakan proyek relokasi, rekondisi dari PLTG Unit 4 dan 5 Priok ke Pemaron Bali dan dilanjutkan dengan tahap combine Cycle. Saat ini sepanjang jalan Pemaron sudah dipenuhi oleh prasarana/sarana ekonomi seperti warung, restoran, ruko, Hotel, stasiun pengisian bahan bakar 128 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA dan permukiman penduduk. Luas wilayah Desa Pemaron adalah 146 Ha, dengan jumlah penduduk 3.783 jiwa yang tergabung menjadi 1.097 KK. Bagaimana kehidupan masyarakat nelayan pesisir jika lokasi mencari nafkah terganggu oleh aktivitas lain, sedangkan lokasi menangkap ikan tidak bisa berfungsi dengan baik akibat rusaknya tempat kehidupan biota laut. Demikian juga dengan Kelompok Nelayan Pesisir Segara Gunung, Desa Pemaron yang selama ini hidup dari menangkap ikan konsumsi, ikan hias dan jasa pariwisata untuk melihat Lumba–lumba, menjadi terganggu dengan keberadaan dermaga dan rencana air laut sebagai pendingin PLTGU Pemaron. Untuk memulihkan dan menciptakan mata pencaharian bagi masyarakat pesisir di Desa Pemaron salah satunya dapat dilakukan dengan menjaga kelestarian terumbu karang Pantai Pemaron. PT. Indonesia Power Unit Bisnis Pembangkitan Bali melalui program CSR, sejak tahun 2010 mendorong upaya pelestarian habitat terumbu karang pantai Pemaron sebagai salah satu cara membantu masyarakat pesisir dalam mendukung keberlangsungan kehidupan yang lebih baik, melalui berbagai kegiatan baik pemulihan terumbu karang, peningkatan kapasitas untuk menjadi pramuwisata dengan obyek pelestarian terumbu karang buatan serta pengembangan ecotourism laut. 2. Transpalansi Terumbu Karang Sejak tahun 2010, PT. Indonesia UBP Bali melalui program CSR mulai fokus di Desa Pameron dengan tujuan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat melalui upaya pelestarian sumber daya alam secara optimal guna menekan biaya hidup sehari-hari, melalui strategi membangun dan berbagi semangat kebersamaan dalam kelompok dan jaringan antar kelompok. Bentuk kegiatan yang dilakukan terdiri dari penguatan manajemen kelompok, melalui pendampingan yang intensif serta lebih terbuka dalam pemanfaatan teknologi budidaya bidang kelautan. Sebelum proses pendampingan masyarakat, perusahaan dibawah unit CSR perusahaan melakukan tahap-tahap sebagai berikut : (1) Penilaian awal bertujuan untuk mengetahui komitmen dan kesungguhan masyarakat Desa Pemaron khususnya Kelompok Nelayan Segara Gunung untuk mendukung program konservasi terumbu karang. Proses assessment yang dilaksanakan di bulan November 2010 ini melibatkan Kelompok Nelayan, Kelompok Wanita Tani, Masyarakat Pesisir, Pelaku Usaha di sekitar Pantai Pemaron, dan Aparatur Pemerintah Desa. Metoda assesment dilakukan dengan pengisian blanko kuesioner dan wawancara. Kuesioner diberikan kepada semua anggota kelompok nelayan untuk mengetahui kesungguhan dan komitmen mereka dalam menjalankan program konservasi terumbu karang. Sedangkan wawancara dilakukan kepada Aparatur Pemerintah Desa dan tokoh masyarakat untuk mengetahui dukungan dalam program konservasi terumbu karang. CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA 129 Gambar 1. Diskusi Awal Bersama Masyarakat Nelayan Pameron Antusias dari semua masyarakat nelayan dan kesanggupan untuk mendukung program konservasi terumbu karang ditunjukan dengan komitmen dari Kabupaten Buleleng yang siap mendukung dan mempublikasikan Kawasan Konservasi Terumbu Karang di Pameron, membentuk Badan Usaha Milik Desa dalam pengelolaannya, serta komitmen untuk mensosialisasikan upaya pelestarian ke media dan masyarakat lainnya. (2) Studi Banding, dilaksanakan pada bulan Desember 2010 ke Pulau Serangan, Denpasar untuk melihat langsung proses yang dilakukan di Serangan dalam upaya konservasi terumbu karang dan transplantasi. Dengan diskusi dan melihat langsung upaya yang dilakukan kelompok nelayan di Serangan, telah memotivasi kelompok nelayan dan masyakat di Pameron. (3) Pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan keahlian kelompok dilakukan sejak Desember 2010, antara lain pelatihan transplantasi terumbu karang yang diikuti oleh sekitar 36 peserta. Beberapa materi pelatihan yang diberikan oleh berbagai pihak dari pemerintah terkait, LSM, dan praktisi meliputi : konservasi kelautan, pengenalan Terumbu karang, konsep konservasi Terumbu karang, pembuatan transplantasi terumbu karang (media, cara membuat, praktek langsung). Tindak lanjut dari pelatihanpelatihan tersebut adalah kegiatan langsung di lapangan. Selain itu juga dilakukan pelatihan menyelam untuk memudahkan proses monitoring terumbu karang. Gambar 2. Pelatihan Transpalasi 130 CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA (4) Penanaman terumbu karang dilakukan sejak Maret 2011, melalui penyediaan induk terumbu karang untuk bibit dari perusahaan yang sudah memiliki legalitas penangkaran cites karang sesuai undang-undang yang berlaku, serta langkah-langkah yang sudah diberikan dalam pelatihan. Jenis-jenis terumbu karang yang ditanam adalah Pocilophora sp, Montiphora sp, Hypnophora rigida, dll. Penanaman dilakukan secara bertahap, sampai periode 2013 sudah empat tahap penanaman dengan jumlah stek lebih dari 4,000 stek. Gambar 3. Penyediaan Induk Terumbu Karang (5) Pemeliharaan dan Pengawasan, pemeliharaan Terumbu karang di pantai pesisir Desa Pemaron dilaksanakan setiap minggu pada bulan pertama, pemeliharaan bulan kedua sampai pemeliharaan bulan ke enam setelah penanaman terumbu karang. Untuk bibit yang baru taman memerlukan perawatan rutin dalam tiga bulan. Gambar 4. Pemeliharaan dan Pengawasan Terumbu Karang dari Proses Transplantasi Pertumbuhan terumbu karang yang ditransplantasi sejak Maret 2011 telah menunjukkan perkembangan, hampir 80% tumbuh kurang lebih satu cm per bulan. Dalam kurun waktu sembilan bulan karang hasil perkawinan alam sudah banyak tumbuh di media beton, ini menandakan pertumbuhan Terumbu karang di pesisir Pantai Pemaron sangat baik, hanya saja media untuk tumbuhnya terbatas maka dari itu sangatlah tepat dibuatkan Terumbu Karang CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA 131 Buatan (TKB) apabila pengembangan pembuatan media tanam untuk kedepan perlu diteruskan. Kegagalan kurang lebih 20% diakibatkan beberapa hal : Masih adanya masyarakat membuang sampah plastik atau kain bekas ke kali yang bermuara ke laut, dimakan binatang laut seperti mahkota berduri, ikan odang odang dll., terumbu karang patah tersangkut tali pancing. 3. Manfaat dan Pembelajaran Program (1) Setelah kurang lebih 3 tahun program berjalan, selain tingkat hidup (2) (3) (4) (5) (6) 132 terumbu karang yang ditanam cukup berhasil yaitu berkisar 80% tingkat hidupnya, masyarakat juga mulai merasakan dan melihat kembalinya dan berkembangnya biota laut yang selama ini hidup di terumbu karang, hampir 30 jenis biota laut kembali ke lokasi tersebut. Kelompok Nelayan Segara Gunung mulai menyadari pentingnya pelestarian lingkungan melalui konservasi Terumbu karang, yang ditunjukan dengan upaya monitoring oleh kelompok khususnya anggota yang sudah memiliki sertifikat menyelam. Kemampuan nelayan dalam membuat Terumbu Karang Buatan (TBK) sudah meningkat yang ditunjukan dengan pembuatan TBK sendiri. Mulai ada pendapatan kelompok, melalui keahliaan membuat TBK, sehingga biaya dikembalikan ke kelompok. Program juga melibatkan kelompok perempuan yang juga memiliki kontribusi terhadap perbaikan terumbu karang. Keberhasilan dari program Konservasi Terumbu Karang di Pameron, tidak terlepas dari beberapa faktor penting yaitu ; adanya perencanaan yang matang dari tim CSR PT Indonesia Power UPB Bali, proses yang dibangun secara partisipatif diawal melalui penilaian awal dan keterlibatan para pihak menimbulkan rasa memiliki dalam program karena kepentingan bersama dan untuk masa mendatang yang lebih baik, Kerjasama antara unit ComDev dan CSR di perusahaan turut mempercepat proses terlaksananya program melalui penyiapan bersama di masyarakat. CIMB NIAGA - Konservasi Bambu - KSDA PT. LETAWA, KABUPATEN MAMUJU, SULAWESI BARAT Astra Mangrove Conservation-ACM “Restorasi Mangrove untuk Pelestarian Keanekaragaman Hayati di Bumi Manakarra” Pantai Mamuju telah kembali ditanami mangrove sebanyak 147.147 bibit sejak tahun 2011, dan kembali terlihat 32 jenis burung di lokasi penanaman mangrove (Tanjung Bakau). Berkat upaya program Astra Mangrove Conservation (ACM) yang diinisiasi oleh PT. Letawa bersama dengan masyarakat melakukan penanaman mangrove di sepanjang Pantai Mamuju yang dilaksanakan sejak tahun 2011. Kawasan mangrove di bagian Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat merupakan kawasan yang secara geografis menjadi bagian dari Kawasan Wallacea yaitu merupakan salah satu kawasan yang dijadikan tempat tujuan bagi spesies burung migran dari daerah Palaeartik (Utara) maupun Australo-Papua (Selatan) disaat musim dingin di daerahnya (Utara dan Selatan daerah Tropis). Tercatat 194 spesies burung migran memanfaatkan kawasan ini sebagai tempat mencari pakan dan berbiak serta untuk menghabiskan musim dingin (Coates et al. 2000). Kawasan ini harus dipertahankan, melihat kondisi ini PT. Letawa yang mendapatkan izin HGU perkebunan sawit di Desa Makmur Jaya, Kecamatan Tikke Raya-Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara, Provinsi Sulawesi Barat dengan luas 10.297 Ha. Perusahaan memiliki inisiasi melakukan restorasi hutan mangrove di sekitar areal ijin usahanya, sebagai bentuk manifestasi kesungguhan perusahaan untuk mewujudkan tata kelola kebun sawit berkelanjutan. Langkah ini seiring dengan kondisi lingkungan (habitat) yang dibutuhkan spesies burung migran di Kawasan Wallacea. Ekosistem mangrove/bakau merupakan ekosistem langka yang saat ini banyak mengalami kerusakan, sehingga kehilangan fungsinya sebagai rumah bagi banyak spesies serta daya dukungnya dalam melindungi pantai dari abrasi. Sejalan dengan misi perusahaan yaitu “Menjadi panutan dan berkontribusi pada pembangunan dan kesejahteraan bangsa”, komitmen ini diwujudan dengan pengembangan program CSR dengan berpegang pada pirinsip : Berbasis kebutuhan, spesifik, berorientasi pada kemandirian dan partisipatif. Program AMC ini dilakukan oleh PT. Letawa dengan tim pelaksana adalah Tim SHE (Environment); Community Development; Research & Development ; tim konservasi dan koordinasi seluruh departemen di PT. Letawa. Komitmen perusahaan juga di tunjukan dengan alokasi anggaran program yang meliputi anggaran pembelian bibit sebesar Rp. 30.322.500,-, tanam mangrove : Rp. 38.302.000,- dan perawatan rutin sebesar Rp. 54.000.000,-. 1. Road Map Astra Mangrove Conservation Dibawah Tim CSR PT Letawa, program di mulai dengan menyusun roadmap program Astra Mangrove Conservation yang disusun pada tahun 2009, dengan tujuan untuk : (1) Melakukan pengkayaan mangrove di areal konservasi PT. Letawa. (2) Mengidentifikasi spesies burung yang ada di areal AMC PT. Letawa terutama b PT LETAWA – KSDA 133 (3) Mengetahui status keanekaragaman hayati terkini di areal AMC PT. Letawa. (4) Menjadikan kegiatan AMC sebagai tempat wisata dan media pendidikan tentang mangrove (role model) bagi masyarakat dan siswa di Kabupaten Mamuju Utara, Sulawesi Barat. (5) Melakukan upaya-upaya pencegahan terhadap pembalakan mangrove di area AMC PT. Letawa. (6) Mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan penanaman dan perlindungan manggrove. Tahap awal yaitu tahun 2009 dilakukan uji coba penanaman mangrove dengan sistem propagul dan bibit untuk melihat prosentasi tumbuh dan jenis penanaman yang tepat. Tahun 2010 pelaksanaan penanaman dengan target di Muara Jengeng dan Pantai Tanjung Bakau dengan target tanam 660.000 mangrove. Tahun 20112012 pemeliharaan dengan pengayaan 147.000 mangrove dan pemantauan keanekaragaman hayati di lokasi tanam, tahun 2013-2016 adalah fase dimana proses pengembangan lokasi tanam menjadi media pendidikan, ekowisata dan konservasi keanekaragaman hayati, tahun 2016 lokasi diharapkan menjadi model contoh pusat edukasi dan konservasi mangrove di Sulawesi Barat. Melalui tahapan yang sesuai dengan roadmap, dalam proses pelaksanaannya perusahaan bekerjasama dengan masyarakat di Kecamatan Tikke Raya, siswa sekolah, aparat pemerintah dan TNI. Proses bekerjasama dengan masyarakat dalam menanam mangrove dimulai pada tahun 2009 melalui proses penilaian awal. Selengkapnya ringkasan tahapan roadmap dijabarkan pada Gambar 1. dan perencanaan lima tahunan yang disajikan pada Tabel 1. Gambar 1. Road Map Program AMC PT Letawa 134 PT LETAWA – KSDA Tabel 1. Rencana 5 Tahun Kedepan AMC Menuju Pusat Konservasi dan Ekowisaran Mangrove Sulawesi Barat. Program penanaman mangrove yang dilakukan sejak tahun 2010, mengalami kendala besarnya terjangan ombak di sepanjang Pantai Mamuju telah merusak bibit-bibit muda mangrove yang telah ditanam bersama masyarakat. Namun masyarakat dan PT. Letawa masih semangat untuk mencoba membuat kembali program penghijauan di areal pesisir Pantai Tanjung Bakau dan pesisir Muara Pantai Jenggeng. Awal tahun 2010 Tim PT. Letawa melakukan survei dan studi banding tentang mangrove ke tongke-tongke (desa-desa), salah satu daerah konservasi bakau di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 27 – 31 Maret 2010 dan dipandu oleh bapak Sainuddin (penerima kalpataru pada Tahun 2005) selaku ketua kelompok pelestarian Sumber Daya Alam Aku Cinta Indonesia (KPSDA-ACI). Di tahun 2010 ini muncullah nama program yaitu “Konservasi Bakau di Perairan Mamuju Utara” yang kemudian lebih populer dengan sebutan Astra Mangrove Conservation (AMC). Untuk mendorong semangat masyarakat serta memperkuat kapasitas masyarakat dengan belajar dari Pak Sainuddin, perusahaan meminta bapak Sainuddin menjadi tenaga teknis dan narasumber bagi penanaman khususnya dalam hal pembibitan antara lain pemilihan bibit bakau dan teknik penanaman. Keberadaan bapak Sainuddin mendorong masyarakat lebih bersemangat dan belajar banyak tentang teknik menanam mangrove. Metoda penyuluhan dan praktek langsung dilakukan kepada tim dari PT. Letawa kepada kelompok masyarakat di Muara Jono tentang budidaya bakau. Seri lokakarya (workshop) dilakukan di tingkat internal perusahaan dan juga di masyarakat di Kabupaten Mamuju, seperti lokakarya tentang pengelolaan dan pemanfaatan mangrove dengan mengundang nara sumber lain MIC (Mangrove Information Center) Bali. Rangkaian kegiatan lain yang dilakukan sebanyak 66.000 bibit mangrove ditanam di pesisir Pantai Jenggeng dan Tanjung Bakau, Mamuju Utara dengan harapan PT LETAWA – KSDA 135 bahwa pengembangan mangrove ini dapat menjaga keutuhan keanekaragaman hayati tumbuhan mangrove dan terbentuknya sebuah ekosistem hutan mangrove. Upaya penyadaran dan peningkatan kepedulian tentang pentingnya hutan mangrove juga dilakukan melalui kegiatan peringatan Hari Lingkungan Hidup yang berlangsung pada tanggal 5 Juni 2010, dipusatkan di Pelabuhan Tanjung Bakau, Kecamatan Pasangkayu, Kabupaten Mamuju Utara. Kegiatan peringatan hari lingkungan melibatkan berbagai pihak yaitu tokoh masyarakat, sekolah, kepala desa, aparat kepolisian, TNI, aparat pemerintah daerah seperti Badan Lingkungan Hidup dan seluruh karyawan anak perusahaan Astra Agro Lestari Tbk yang ada di wilayah Sulawesi Barat yang berjumlah lebih dari 1000 peserta. Pameran mangrove menjelaskan detail semua informasi tentang mangrove, mulai mengenal asal-usul, fungsi, jenis-jenis mangrove dan buahnya, fauna mangrove, makanan olahan yang berasal dari buah mangrove (seperti sirup, selai, kue, keripik). Produk hasil olahan lainnya seperti sabun, batik mangrove, arang merupakan upaya memperkenalkan mangrove kepada masyarakat luas, serta pembagian buku-buku bacaan dan komik yang bertema mangrove sebagai kenangkenangan yang disediakan panita. Acara peringatan Hari Lingkungan yang dilakukan di tahun 2010 rupanya telah mendorong banyak pihak untuk terlibat dalam program, bahkan masyarakat bersedia untuk ikut menanam lagi mangrove tahun berikutnya. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Selama hampir lima tahun, program AMC sudah mulai dirasakan oleh masyarakat, seperti disampaikan oleh Fajar (Ketua Kelompok Tani/Nelayan Muara Jono Tikke) dan Fitri (Petambak) dari Desa Jengeng “Tanaman bakau atau mangrove membawa berkah bagi kami, abrasi pantai berkurang, jumlah ikan di sekitar pantai yang ada bakaunya pun meningkat”. Sementara bagi karyawan PT Letawa, menyatakan: ”Tanaman bakau di pesisir pantai dan tanggul, telah mengundang ikan dan kepiting, ini membuat masyarakat menyadari perlunya menanam bakau di pinggir tanggul tambak ikan mereka”. Keberhasilan lainnya ditunjukan dengan : (1) Jumlah mangrove yang telah ditanam dan tumbuh dengan baik sejumlah 147.147 bibit (2) Meningkatnya keanekaragaman jenis burung di lokasi penanaman mangrove (Tanjung Bakau) mencapai 32 Jenis (3) Berkurangnya abrasi pantai, yang ditunjukan dengan berkurangnya tanah sekitar yang tidak lagi tergerus ombak (4) Terjalin hubungan harmonis dengan masyarakat sekitar dengan tetap terpeliharanya kondisi pesisir pantai ataupun mangrove yang ada atau jenis flora dan fauna yang dimanfaatkan hasilnya. Dari program CSR yang telah dilakukan melalui program AMC, beberapa penghargaan yang terkait dengan keberhasilan program antara lain. (1) Piagam Penghargaan dari Kepala Desa Jengeng Raya, Terkait Program Penghijauan Mangrove Letawa tahun 2011 (2) Penghargaan dari Dinas Kehutanan Kab. Matra, terkait Program Penghijauan Mangrove Letawa Tahun 2011 136 PT LETAWA – KSDA (3) Penghargaan Penyelamat Lingkungan dari Gubernur Sulawesi Barat-Tahun 2011 (4) Penghargaan dari BLH Kabupaten Matra, terkait Program Konservasi (5) (6) (7) (8) Mangrove untuk Kelestarian Keanekaragaman Hayati tahun 2012 Penghargaan Partisipasi Hari Menanam Pohon Indonesia dan Bulan menanam Nasional dari Gubernur Sulawesi Barat – Tahun 2012 Penghargaan Program Kepedulian Lingkungan Konservasi Mangrove di Pesisir Pantai Matra dari Wakil Gubernur Sulawesi Barat – Tahun 2012 Penghargaan Pengelolaan Lingkungan dan PROPER Hijau dari Gubernur Sulawesi Barat - Tahun 2012 Meraih Predikat PROPER HIJAU dari Kementrian Lingkungan Hidup tahun 2011 & 2012 Beberapa petikan pembelajaran dari program adalah: (1) Keberhasilan program tidak terlepas dari kerja tim di perusahaan yang menggabungkan tim HSE, Comdev, kerjasama dengan berbagai pihak yang saling menunjang termasuk dengan dinas-dinas terkait seperti Pendidikan, Lingkungan, dll. serta masyarakat adalah kunci dari keberhasilan program. (2) Roadmap yang dirancang perusahan dari awal program dan disetujui pimpinan merupakan bagian penting dari unsur keberhasilan dan keberlanjutan program karena ada panduan untuk melaksanakan program. (3) Keputusan untuk melibatkan ahli mangrove lokal seperti bapak Sainuddin merupakan strategi program yang turut berkontribusi terhadap keberhasilan program, masyarakat umumnya lebih mudah belajar dari masyarakat lain yang sudah berhasil. PT LETAWA – KSDA 137 PT. MEDCO E&P INDONESIA, KABUPATEN MUARA ENIM, SUMATERA SELATAN Masyarakat Mandiri, Lingkungan Lestari Berkat System of Rice Intensification (SRI) Penerapan System of Rice Intensification (SRI) Desa Embawang, Kabupaten Muara Enim berhasil menurunkan biaya produksi dengan tidak perlu membeli pupuk dan pestisida kimia lagi, bahkan produksi panen meningkat dari 0,5 ton-2 ton/ hektar menjadi hampir tiga kali lipatnya yaitu 6,04 ton/hektar. Program yang dikembangkan oleh PT. Medco E&P Indonesia di Kabupaten Muara Enim ini telah berhasil menggugah kesadaran para petani bahwa bertani dengan sistem SRI bukan hanya meningkatkan produksi dan menurunkan biaya tapi juga menjaga kondisi kesuburan tanah. Kegembiraan para petani di Desa Embawang, Kecamatan Tanjung Agung, Kabupaten Muara Enim Sumatera Selatan tak terkira ketika panen padi awal Maret 2011 menumbuhkan kembali harapan para petani akan kemakmuran mendatang. Kegembiraan para petani bukan hanya di Desa Embawang yang juga mengalami hasil panen raya. Rupanya, keberhasilan panen raya tersebut, tak dapat dilepaskan dari keberhasilan para petani menerapkan satu sistem pertanian yang dikenal dengan SRI atau System of Rice Intensification organik. Sistem pertanian SRI merupakan teknik budidaya tanaman padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air dan unsur hara, yang sudah terbukti berhasil meningkatkan produktivitas padi sebesar 50% bahkan dibeberapa tempat mencapai lebih dari 100% (Mutakin, 2007). Dari manakah masyarakat Desa Embawang mengenal metoda SRI, rupanya sejak tahun 2007 MEDCO E&P telah mendampingi masyarakat desa di sekitar operasionalnya, melalui program CSR nya MEDCO E&P memfokuskan salah satu kegiatannya pada bidang pertanian. Penurunan tingkat kesuburan tanah atau lahan di Kabupaten Muara Enim menjadi perhatian perusahaan ini. Gejala-gejala penurunan kesuburan tanah terlihat di Kabupaten Muara Enim yang ditunjukan oleh tanah menjadi cepat kering, retak-retak bila kurang air dan lengket bila di olah, kondisi ini semakin buruk karena petani menggunakan pupuk anorganik/kimia secara terus-menerus serta penggunaan pestisida untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan. Perilaku usaha tani lebih tertuju pada cara memupuk tanaman, bukan cara memupuk tanah agar tanah menjadi subur, sehingga dapat menyediakan sekaligus memberikan banyak nutrisi pada tanaman menjadi keseharian dari sistem pertanian saat ini. Dampak dari penurunan kualitas lahan adalah menurunkan produktivitas hasil pertanian dan pendapatan petani, sehingga dikhawatirkan dengan kondisi ekonomi masyarakat yang memburuk akan berdampak pada kondisi sosial yang tentunya dapat mempengaruhi kondisi di sekitar operasional perusahaan. Mencermati kondisi tersebut, MEDCO E&P tergerak untuk mencari solusi jangka panjang untuk mendorong perbaikan sistem pertanian sekaligus mendorong perbaikan kondisi lingkungan sekitar di desa-desa operasional perusahaan. Melalui penelitian serta kajian sistem pertanian organik, sejak 2008 MEDCO E&P mulai memperkenalkan SRI kepada kelompok tani. 138 PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA 1. SRI Metoda Optimal Atasi Penurunan Produksi Padi Komitmen MEDCO E&P Indonesia untuk terus berinovasi dan menjalankan program pengembangan ekonomi lokal baru yang ramah lingkungan mulai dilaksanakan sejak tahun 2008. Program CSR yang dikembangkan bertujuan : x Meningkatkan produksi pertanian dan pendapatan petani x Menghasilkan pangan berkualitas tinggi untuk meningkatkan kesehatan x Melindungi dan melestarikan keragaman hayati x Meningkatkan produktivitas dan kekuatan pangan di daerah Program diawali dengan rangkaian pelatihan dan pendampingan intensif kepada kelompok tani di Desa Embawang Kabupaten Muara Enim. Tahapan pelatihan untuk SRI dilakukan sebagai berikut: (1) Survei Lokasi. Dilakukan perusahaan bersama dengan perwakilan petani untuk mengetahui tingkat keparahan lahan yang diakibatkan oleh penggunaan bahan-bahan kimia, jumlah produksi yang diperoleh dari petani, pertumbuhan padi dan melihat kondisi nyata di lapangan. Gambar 1. Survey Lokasi (2) Musyawarah Warga dan Sosialisasi Program. Melalui diskusi dengan masyarakat sekaligus untuk motivasi dan mengajak kelompok petani untuk untuk mengubah pertanian yang menggunakan kimiawi menjadi pertanian dengan metode SRI Organik yang ramah lingkungan. Gambar 2. Musyawarah Warga dan Sosialisasi SRI PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA 139 (3) Pembelajaran SRI Organik. Proses ini merupakan bagian dari pembelajaran bagi kelompok petani dengan melakukan analisis kondisi tanah dan membandingkan dengan metode SRI Organik, sehingga masyarakat dan lingkungan menjadi guru bagi mereka sendiri. Gambar 3. Pelatihan SRI (4) Perbaikan Ekosistem Tanah dan Mengelola Akar Tanaman. Tahap berikut ini merupakan proses implementasi untuk memperbaiki kondisi lahan salah satunya mengembalikan kondisi tanah seperti awal melalui berbagai upaya seperti pengapuran lahan bagi lahan yang terlalu asam serta pengomposan. Gambar 4. Perbaikan Lahan dengan Menebarkan Kompos, Pengapuran (5) Pembuatan Kompos. Kegiatan ini merupakan upaya untuk menyediakan bahan bagi perbaikan lahan, salah satunya kompos dijadikan sebagai bahan dasar pembuatan Mikro Organisme Lokal (MOL). Gambar 5. Praktek Pembuatan Kompos (6) Pendampingan dan Monitoring terdiri dari pelaksanaan SRI di lokasi masing-masing petani dari penanaman hingga panen. 140 PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA mulai penyiapan lahan, persemaian, Gambar 6. Monitoring dan Pendampingan Rangkain proses diatas tidak hanya di lakukan di Kabupaten Muara Enim namun juga di 7 Kabupaten lain di 3 provinsi tersebar di area kerja MEDCO E&P di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Tabel 1 merupakan data tahun 2011 yang menunjukkan luasan dan jumlah petani yang terlibat dalam pelaksanaan metoda SRI, serta frekuensi panen padi. Tabel 1. Luasan dan Jumlah Petani yang Menerapkan Pola SRI No Provinsi/Kabupaten I 1 2 II 1 2 3 III 1 2 RIAU Indragiri Hulu Pelalawan SUMATERA SELATAN Musi Rawas Muara Enim Banyuasin KALIMANTAN TIMUR Tarakan Nunukan Luasan Jumlah Jumlah (Ha) Petani Panen 31.5 4.5 113 8 2 1 40 32 23.3 38 80 23 4 1 2 3.25 12 20 30 2 1 Proses yang dilakukan oleh MEDCO E&P dalam mendampingi para petani dilakukan oleh tim CSR perusahaan secara intensif dengan tahapan proses di atas, serta diterapkan monitoring untuk memantau keberhasilannya. Keberhasilan penerapan panen padi dengan metoda SRI tidak hanya di Kabupaten Muara Enim, namun juga di Nunukan, keunggulan dirasakan langsung oleh petani SRI organik di Desa Binusan, Kecamatan Nunukan, bahkan panen pertama dihadiri oleh Wakil Bupati Kabupaten Nunukan pada tanggal 4 Desember 2011. Pengalaman langsung dari petani dari Desa Binusan menyatakan “Meskipun agak menyulitkan, tapi hasilnya rumpun padi SRI organik jumlah malai 50-an, konvensional hanya 13 malai. Masalah bibit pun lahan saya setengah hektar, dulu siapkan bibit 8 kaleng, per kaleng 12 kilo. Semenjak SRI bibitnya hanya 3 kilo. Bahkan tidak habis semua ditanam” (Kahar kepada harian Radar Tarakan). Di Kabupaten Musirawas, keberhasilan metoda SRI juga dirasakan oleh para petani binaan MEDCO E&P, panen yang dihadiri oleh Menteri Pertanian Republik Indonesia pada tahun 2011. PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA 141 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Seperti disampaikan diawal, keberhasilan program SRI organik, rupanya dilirik oleh Pemerintah Daerah di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, dengan mengalokasikan APBD sebesar Rp 1.7 Milyar. Sementara di Kabupaten Indragiri Hulu, Riau Pemerintah Daerah setempat mengucurkan dana sebesar Rp 5,4 Milyar. Dana tersebut digunakan untuk : x Paket Pengembangan SRI Organik bagi 8 kelompok tani di Muara Enim dan 11 Kelompok di Indragiri Hulu dengan luas lahan masing-masing kelompok 20 hektar. x Kandang sapi x 2 buah hand tractor x Rumah Kompos (35 ekorsapi, kendaraan roda 2 dan alat pengolah bahan organik) x Rice Milling Unit (RMU) x Bangunan Lumbung Pangan x Jaringan Irigasi Desa (Jides) Para petani selain merasakan hasil panen meningkat, ternyata ada keuntungan lain yang diperoleh petani, antara lain: x Mengurangi penggunaan air. x Meningkatkan pendapatan petani dengan menurunkan biaya produksi (tidak perlu membeli pupuk dan pestisida anorganik) dan meningkatkan produksi (dari 0,5 - 2 ton/ hektar menjadi 6,04 ton/ hektar). x Penggunaan pupuk organik dan pestisida alami juga mampu menjaga organisme dalam tanah yang mampu memulihkan kondisi fisik dan kimia tanah. x Mengurangi produksi CO dan CO2 yang dihasilkan dari proses pembakaran batang padi kering (jerami), karena jerami tersebut dijadikan kompos. Gambar 7. Panen Raya Di Embawang Dalam proses pelaksanaan program, perusahaan juga tak lepas dari kendala dan tantangan, antara lain : (1) Program juga menghadapi tantangan, dengan sistem padi organik SRI ini, para petani tidak menggunakan pupuk maupun pemberantas hama kimia. Mereka mengandalkan kompos, sejenis nutrisi tanaman organik yang disebut MOL (mikro-organisme lokal), dan kerja keras. Untuk setiap hektar sawah, dibutuhkan tujuh ton pupuk kompos yang didapat dengan mengolah kotoran hewan dan sampah organik. (2) Para petani memang harus bekerja lebih keras. Dengan pupuk kimia, sistem pemupukan cukup ringkas. Namun dengan pupuk kompos, para petani harus mau bersusah payah mengumpulkan kotoran hewan, mencacah sampah organik, dan membawanya tujuh ton pupuk kompos 142 PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA ke sawah. Kesulitan utama muncul karena mereka kesulitan memperoleh kotoran hewan sehingga harus membeli dari desa tetangga. Di Desa Embawang sendiri, tak banyak penduduk memiliki ternak. (3) Selain itu, para petani juga harus telaten membuat MOL yang dihasilkan dari fermentasi alami bahan-bahan organik seperti bonggol pisang, rebung, sisa nasi, maupun sampah daun-daunan. Selain itu, sawah sistem SRI pun harus lebih sering disiangi dari gulma. (4) Kendala lain yang dihadapi adalah terbatasnya saluran air irigasi teknis untuk mengatasi air pada musim kering; membangun minat dan pemahaman pelaku usaha tani; adanya anggapan petani bahwa pertanian organik identik dengan pertanian primitif/subsisten tidak menggunakan teknologi; terbatasnya sarana produksi pertanian dan membangun pasar serta kemitraan dalam memasarkan produk yang mulai meningkat hasilnya. Untuk meminimalisir kendala-kendala tersebut, Medco E&P Indonesia melaksanakan Training of Trainers pada para petani binaan pelaku SRI Organik. Program ini bertujuan untuk meningkatkan peran petani sebagai fasilitator sehingga dapat mentransfer ilmunya kepada masyarakat sekitar sehingga menambah luasan lahan. PT. MEDCO E&P INDONESIA – KSDA 143 PT. PUPUK KUJANG, CIKAMPEK, JAWA BARAT Taman Keanekaragaman Hayati Di Tengah Harapan Hampir 27% atau 510 ha dari areal PT. Pupuk Kujang, tetap dipertahankan sejak tahun 1975 sebagai area hutan dengan didominasi jati dan kayu putih. Dengan upaya perusahaan sampai saat ini jenis pohon yang ada di areal ini sudah bertambah menjadi 63 jenis, bahkan jenis satwapun bertambah menjadi 56 jenis. Dari 56 jenis hewan yang telah teridentifikasi, ditemukan ada beberapa hewan yang dilindungi antara lain rusa (dilindungi berdasarkan undang-undang RI) dan monyet ekor panjang (dilindungi berdasarkan status CITES). Pada tahun 2011 Pemerintah Jawa Barat, mencanangkan kawasan hutan Pupuk Kujang menjadi kawasan Taman Keanekaragaman Hayati. 1. Mempertahankan Hutan Di Areal Industri Lingkungan industri yang hijau, ternyata turut berkontribusi terhadap motivasi karyawan bekerja, hal ini dibuktikan oleh Pupuk Kujang, yang beroperasi di kawasan industri Cikampek, salah satu kawasan industri di Jawa Barat. Pupuk Kujang yang bergerak di industri pupuk, khususnya pupuk urea ini merupakan perusahaan BUMN yang telah beroperasi sejak tahun 1975 ini memiliki kawasan hutan di areal industrinya. Areal industri seluas 510 Ha ini, hampir 27% arealnya tetap dipertahankan sebagai area hutan dengan jati dan kayu putih mendominasi ekosistem ini. Pupuk Kujang menyadari bahwa dalam pelaksanaan proses produksi pembuatan pupuk urea juga berdampak pada lingkungan. Oleh karena itu untuk menjaga dan mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang ada, berbagai usaha dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif aktifitas perusahaan terhadap lingkungan. Diharapkan dengan menyisakan 27% dari areal industri untuk kawasan hutan, dapat membantu berkontribusi untuk menjaga kualitas lingkungan termasuk udara dan tanah serta meredam kebisingan, mengingat industri yang berlokasi di Desa Dawuan Barat, Kecamatan Cikampek ini memproduksi 1.140 ton urea/tahun dan NPK granular sebesar 100,00 ton/tahun. Tahun 1975, pada saat Pupuk Kujang akan memulai beroperasi di Desa Dawuan, Kecamatan Cikampek, di areal yang sudah dialokasikan untuk industri ini masih didominasi oleh hutan jati. Salah satu kegiatan yang dilakukan untuk mempertahankan kualitas lingkungan hidup yang ada di sekitar perusahaan adalah dengan senatiasa menjaga dan memelihara hutan yang berada di sekitar kegiatan operasi pabrik. Sebelumnya hutan yang ada merupakan hutan homogen yang hanya terdiri dari pohon jati. Seiring waktu, kawasan seluas 140 Ha selama lebih dari 30 tahun, secara alamiah hutan menjadi hutan alam sehingga menjadikan habitat yang nyaman bagi binatang-binatang hutan dan diharapkan siklus kehidupan berjalan dengan baik. Hutan tersebut tidak hanya berfungsi sebagai penghijauan, hutan juga merupakan salah satu sarana untuk meredam kebisingan dan mengurangi emisi CO 2 yang timbul akibat proses produksi pabrik. Selain itu, hutan yang terjaga kelestariannya juga merupakan sarana konservasi sumber daya air karena hutan mampu menyimpan air hujan sehingga dapat memunculkan mata air yang dapat dimanfaatkan untuk 144 PT. PUPUK KUJANG – KSDA kepentingan manusia. Di dalam hutan Pupuk Kujang terdapat mata air yang senantiasa mengalir yang oleh masyarakat sekitar diberi nama mata air Kahuripan. Mata air ini dinamakan Kahuripan karena senantiasa mengalirkan air yang bersih dan segar meskipun di musim kemarau dan dipercaya oleh masyarakat sebagai air yang menyehatkan. Terdapat pula sebuah sungai kecil yang mengalir ke kolam tadah hujan. Dalam rangka mempertahankan kelestarian hutan yang ada di area perusahaan, secara rutin dilakukan penanaman pohon untuk memperkaya jenis-jenis pohon yang ada di hutan. Kegiatan penanaman pohon ini melibatkan karyawan dari tingkat Direksi sampai pelaksana serta melibatkan pula masyarakat sekitar yaitu dari perwakilan masyarakat dan siswa-siswi SD/SMP Pupuk Kujang. Kegiatan pemeliharaan hutan dilaksanakan di bawah koordinasi Biro Umum dan Biro Keselamatan, Kesehatan Kerja, dan Lingkungan Hidup (K3LH). Tugas Biro Umum adalah menyediakan sumber daya manusia dan melaksanakan pekerjaan pemeliharaan secara rutin sedangkan tugas Biro K3LH adalah membuat evaluasi kondisi hutan serta rekomendasi pemeliharaannya dan melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pemeliharaan hutan bekerja sama dengan Biro Umum. Biro K3LH juga memberikan rekomendasi jenis tanaman yang akan ditanam serta jenis burung atau ikan yang akan dilepas di hutan ataupun kolam tadah hujan. Perusahaan setiap tahun mengalokasikan dana untuk pemeliharaan hutan, penanaman pohon, penebaran bibit ikan, maupun pelepasan burung melalui RKAP Biro K3LH. Besarnya anggaran pemeliharaan hutan disesuaikan dengan rencana kerja tahunan. Melihat potensi hutan yang masih terpelihara dan menjadi alternatif wisata masyarakat sekitar, terbersit satu cita-cita untuk menjadikan hutan Pupuk Kujang sebagai Taman Keanekaragaman Hayati (Taman Kehati). Adapun luas lahan hutan yang dikembangkan menjadi taman kehati adalah 40 Ha. Pembuatan taman kehati ini antara lain bertujuan : 1. Sebagai bentuk pelaksanaan komitmen perusahaan terhadap perlindungan keanekaragaman hayati yang berada di kawasan Pupuk Kujang sebagaimana tercantum dalam kebijakan perusahaan. 2. Menjaga kelestarian hutan dan mempertahankan kualitas lingkungan hidupnya sehingga ekosistem dapat dipertahankan. 3. Mendukung pencapaian PROPER Hijau dan Emas. 4. Menjadi media pendidikan lingkungan hidup bagi karyawan maupun masyarakat sekitar perusahaan yang merupakan bagian dari CSR bidang lingkungan. 5. Menjadi sumber genetik tumbuhan dan tanaman lokal Jawa Barat sehingga dapat mendorong kegiatan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan. 6. Sebagai sarana ekowisata yang mendukung program pembinaan wilayah terpadu. Dengan adanya cita-cita Taman Kehati ini, kegiatan pemeliharaan hutan tidak hanya berorientasi pada kegiatan penanaman dan pemeliharaan tanaman semata. Ketentuan-ketentuan pembangunan Taman Kehati juga harus dipenuhi sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No 03 tahun 2012 tentang Taman Keanekaragaman Hayati. PT. PUPUK KUJANG – KSDA 145 Target jangka pendek pengembangan Taman Kehati Pupuk Kujang adalah penyelesaian identifikasi flora dan fauna, pembuatan name tag untuk jenis tanaman yang telah teridentifikasi, dan pengkayaan jenis tanaman di hutan Pupuk Kujang dengan target minimal 20 tanaman endemik lokal pada tahun 2012. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Dari hasil identifikasi awal di hutan Pupuk Kujang yang dilakukan secara mandiri telah ditemukan sebanyak 63 jenis tanaman dan 56 jenis hewan. Diantara 63 jenis tanaman yang telah teridentifikasi tersebut, ada 19 jenis tanaman yang merupakan tanaman lokal Jawa Barat. Sedangkan dari 56 jenis hewan yang telah teridentifikasi, ditemukan ada beberapa hewan yang dilindungi antara lain rusa (dilindungi berdasarkan undang-undang RI) dan monyet ekor panjang (dilindungi berdasarkan status CITES). Pada awalnya rusa yang ada di Pupuk Kujang sebanyak 2 ekor/sepasang yang merupakan hibah dari Istana Bogor. Rusa ini kemudian dipelihara dan dikembangbiakkan hingga sekarang berjumlah 78 ekor. Tabel 1. Daftar tanaman lokal Jawa Barat yang ditemukan di hutan Pupuk Kujang No 1 2 3 4 5 6 7 Nama lokal Glodogan rumah Glodogan tiang Kecapi Kosambi Gandaria Kahaya Anyang-anyang 8 9 10 11 12 13 14 15 Dadap cangkring Jamuju Ki hujan Bisoro Bungur Jeunjing Nyamplung Kepundung 16 17 18 19 Jamblang Kendal Damar Bintaro Nama latin Polyaltea longifolia Polyalthia longifolia Sandoricum koetjape Schleichera oleosa Bouea macrophylla Elaeocarpus grandiflorus J.Sm Erythrina lithosperma Podocarpus imbricatus Samanea caman (F. hispida) Lagerstroemia Paraserianthes falcataria Calophyllum insularum Baccaurea racemosa Muell. Arg Syzygium cumini Cordia Bantamensis Agathis dammara Cerbera Odollam Gaerth Status Lokal Lokal Lokal Lokal, langka Lokal, langka Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal, langka Lokal Lokal Lokal Lokal Lokal Dari sejumlah tanaman yang telah teridentifikasi, sebagian telah diberi name tag untuk memperkenalkan jenis tanaman kepada masyarakat, menginventarisir, dan monitoring kondisi tanaman tersebut secara kontinyu. Kegiatan identifikasi jenis flora dan fauna yang ada di hutan Pupuk Kujang masih berlanjut dan ditargetkan selesai pada awal 2014. 146 PT. PUPUK KUJANG – KSDA Gambar 1. Kondisi Taman Keanekaragaman Hayati di Perusahaan Pupuk Kujang Selain tanaman lokal dan beberapa hewan dilindungi, ditemukan pula tiga jenis burung migran diantaranya elang bondol yang beberapa kali terlihat di area hutan Pupuk Kujang. Ekosistem yang terbentuk di dalam hutan Pupuk Kujang telah menarik kedatangan hewan dan burung untuk tinggal dan berkembang biak di dalamnya. Selain melakukan kegiatan identifikasi flora dan fauna yang ada di hutan Pupuk Kujang, kegiatan penanaman pohon masih dilakukan secara rutin setiap tahun. Selama tahun 2011-2012 telah ditanam sebanyak 4.928 pohon yang tersebar di area hutan Pupuk Kujang. Penebaran bibit ikan dan pelepasan burung juga masih rutin dilakukan oleh Pupuk Kujang. Setiap tahunnya ditanam 150.000 bibit ikan di kolam tadah hujan dan 100 ekor burung yang dilepas di hutan Pupuk Kujang. Jenis ikan yang ditanam antara lain ikan grasscap. Sedangkan burung yang biasa dilepas adalah burung cucak kutilang dan burung tekukur. Kelestarian hutan Pupuk Kujang telah menarik minat BPLHD Provinsi Jawa Barat untuk berkunjung dan menyaksikan hutan Pupuk Kujang. Dari kunjungan tersebut, kegiatan pengembangan taman kehati ini mendapat dukungan penuh dari BPLHD Propinsi Jawa Barat yang pada akhirnya mengusulkan hutan Pupuk Kujang sebagai salah satu taman kehati propinsi Jawa Barat. Berdasarkan daftar yang dibuat oleh BPLHD Jawa Barat, setidaknya ada 89 jenis tanaman endemik lokal Jawa Barat yang dapat dikembangbiakkan di taman kehati tentunya dengan mempertimbangkan kecocokan tanah dan iklim tempat taman kehati tersebut dibangun. Usulan tersebut ditindaklanjuti oleh BPLH Kabupaten Karawang yang juga telah mengunjungi hutan Pupuk Kujang dan melakukan verifikasi persyaratan teknis agar dapat menjadi Taman Kehati dan dikukuhkan dengan pembuatan Surat Keputusan Bupati Karawang. Komitmen pengembangan Taman Kehati ini bukan berarti tanpa halangan. Lokasi hutan yang luas dan dekat dengan perkampungan warga menjadikan ancaman tersendiri karena kesadaran masyarakat yang masih rendah terhadap arti penting hutan sehingga masyarakat masih dengan mudah mengambil kayu dari dalam hutan. Dalam hal ini pendidikan lingkungan hidup bagi masyarakat PT. PUPUK KUJANG – KSDA 147 mutlak diperlukan agar masyarakat juga berperan dalam pemeliharaan hutan. Pendidikan lingkungan untuk masyarakat diawali dengan pembentukan Tim Peduli Lingkungan Ciparage Green yang beranggotakan masyarakat Desa Dawuan di bawah pembinaan Biro Komunikasi. Keterbatasan sumber daya manusia yang memegang fungsi monitoring juga merupakan hambatan karena dengan luas hutan yang ada diperlukan sumber daya manusia yang cukup banyak sehingga monitoring kondisi hutan dapat dilakukan secara menyeluruh. Namun kondisi tersebut tidak mengurangi semangat Pupuk Kujang dalam mewujudkan cita-citanya membuat taman kehati. Dari pengembangan taman kehati tersebut selanjutnya akan dijadikan sarana pendidikan lingkungan hidup untuk karyawan, keluarga karyawan, dan masyarakat sekitar. DOKUMENTASI Kondisi Taman Kehati PT. Pupuk Kujang 148 PT. PUPUK KUJANG – KSDA PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES, KECAMATAN PULAU SEBUKU, KABUPATEN KOTABARU, PROVINSI KALIMANTAN SELATAN Sabuk Hijau Pulau Sebuku Penyangga Kehidupan Program Kolaborasi PT. Sebuku Iron Lateritic Ores (PT. SILO) bersama dengan Dinas Kehutanan dan Balai Konservasi Sumberdaya Alam bersama-sama melakukan upaya perlindungan Cagar Alam Selat Sebuku. Salah satu upaya yang dilakukan adalah restorasi hutan mangrove, dari tahun 2010 lahan seluas 90 ha telah ditanami mangrove sebanyak 187.500 bibit yang meliputi area Sungai Sekoci, Tanjung Mangkok,Seblimbingan dan Tanjung Nusantara.Selain penanaman mangrove upaya perlindungan satwa seperti Bekantan dilakukan di kawasan seluas 80 ha. Untuk meningkatkan ekonomi masyarakat program yang dilakukan PT. SILOyaitubudidaya kepiting cangkang lunak dimana sudah berhasil panen sebanyak 104 kg atau 416 ekor yang dikelola oleh satu kelompok tani. 1. Sekilas Cagar Alam Selat Sebuku Cagar Alam Selat Sebuku (CASS) seluas kurang lebih 8.949,48 Ha merupakan salah satu tipe ekosistem Hutan Mangrove yang masih tersisa di Provinsi Kalimantan Selatan, yang mempunyai fungsi sebagai penyambung darat dan laut, peredam gejala-gejala alam yang ditimbulkan oleh perairan seperti abrasi, intrusi air laut, gelombang besar dan badai serta merupakan habitat biota laut yang merupakan sumber penghidupan masyarakat sekitar. Sedangkan secara ekologis berfungsi sebagai daerah perawatan (nursery ground), daerah mencari makan (feeding ground), daerah pemijahan (spawning ground). Bermacam-macam biota perairan baik yang hidup di perairan pantai maupun lepas pantai, sehingga kawasan ini perlu dipertahankan dan patut mendapat perhatian yang serius dari berbagai pihak. Krisis moneter tahun 1980-an membuat produk perikanan melesat drastis hingga membuat masyarakat membuka tambak seluas-luasnya untuk meningkatkan produksi secara fantastis hingga merambah dan merusak hutan mangrove yang ada dan tidak terkecuali CASS juga menerima dampak gejolak ekonomi tersebut. Akibat kerusakan hutan mangrove tersebut sangat berdampak pada kerusakan fungsi ekologis CASS dan juga terganggunya penyangga kehidupan masyarakat sekitar. Berdasarkan penelitian di beberapa bagian Pulau Sebuku tidak lagi terdapat mangrove disebabkan adanya bekas tambak yang menghalangi lalulintas pasang surut air laut, menyebabkan kondisi tanah kering dan tidak ada lagi mangrove yang tumbuh selain tidak ada permudaaan karena dari air pasang yang diharapkan dapat membawa biji alami terhalang (Hendra Ambo Basiang dan Eko Priyanto, 2010). Kerusakan hutan mangrove di Sebuku menjadi perhatian dari PT. SILO salah satu perusahaan pertambangan bijih besi, yang secara administratif terletak di wilayah Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Terlebih lagi, Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP) PT. SILO berbatasan langsung dengan Cagar Alam Selat Sebuku terutama daerah penyangga.Kondisi tersebut telah menggugah hati pimpinan perusahaan untuk memperbaiki kondisi CASS. Hal ini, selaras dengan visi perusahaan yaitu memenuhi good mining practice, yang diterjemahkan dalam suatu kebijakan lingkungan serta CSR perusahaan berupa Program SILO Go Green, salah satu programnya adalah Kolaborasi Pengeloaan CASS. Program Kolaborasi Pengelolaan CASS ditujukan untuk memperbaiki kondisi CASS yang telah rusak agar dapat kembali berfungsi sebagai penyangga kehidupan baik secara ekologis maupun ekonomi bagi masyarakat, melalui pengelolaan yang terpadu dan berkelanjutan. 2. Rangkul Berbagai Pihak Rawat Mangrove Sebuku Gagasan untuk turut melestarikan mangrove di kawasan Sebuku, tentunya diawali dengan komunikasi melalui pihak pengelola kawasan Cagar Alam, dalam hal ini Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Kabupaten Kota Baru, sekaligus membangun pemahaman bersama tentang upaya pengelolaan, termasuk perlindungan dan pengamanan kawasan CASS. Proses ini tentunya memerlukan pendekatan membangun saling percaya, rupanya niat baik dari pihak perusahaan mendapat tanggapan baik dari PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA 149 pemerintah setempat yang mengelola kawasan CASS, dan di tahun 2008, tercapailah Nota Kesepakatan Kolaborasi Pengelolaan CASS antara Balai Konservasi Sumberdaya Alam Provinsi Kalimantan Selatan, Dinas Kehutanan Kabupaten Kotabaru dan PT. Sebuku Iron Lateritic Ores. Nota bernomor SKB.2133/IV-K.23/2008, No. : 522/543/TGHK/2008 dan Nomor : 047/SILO/Dir EFT/X/2008 tanggal 15 Oktober 2008. Selanjutnya ditindaklanjuti dengan perjanjian kerjasama pada tanggal 20 Desember 2008 yang diketahui oleh Bapak Ir. Darori, MM., selaku Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA), Kementerian Kehutanan RI yang membina pelaksanaan teknis kolaborasi tersebut. Dalam pelaksanaannya, program ini dikembangkan dengan bekerjasama dengan berbagai pihak termasuk kecamatan, desa, kelompok masyarakat di lokasi sekitar perusahaan, kelompok mahasiswa, dan perguruan tinggi. Model kolaborasi pengelolaan CASS dikembangkan melalui beberapa pendekatan yang holistik.Diawali dengan perencanaan bersama termasuk di dalamnya proses inventarisasi dan identifikasi daerah kritis di wilayah CASS, terutama yang berada di daerah penyangga yang selanjutnya dituangkan dalam Rencana Pengelolaan Lima Tahun dan setiap tahunnya dibuat RKL (Rencana Kerja Lima Tahun) dan RKT (Rencana Kerja Tahunan). Dalam perencanaan yang dibangun bersama tersebut rangkaian kegiatan disusun dengan titik masuk pemberdayaan masyarakat sebagai kunci untuk mendukung peningkatan pengelolaan kawasan CASS sebagai kawasan pengawetan keanekaragaman hayati, peningkatan kegiatan pengamanan kawasan dan penyuluhan serta pendidikan dan pelatihan keterampilankepada masyarakat. Pemberdayaan masyarakat menjadi kunci masuk, dengan harapan ketika masyarakat lebih kritis dalam menghadapi persoalan lingkungan dan mencari solusi yang strategis, dengan menyeimbangkan kebutuhan ekonomi, sosial dan lingkungan, maka perllindungan dan pengawetan sumberdaya hayati yang ada di CASS. PT. SILO menyadari bahwa pemberdayaan masyarakat sangat penting bagi masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan hutan dan kawasan cagar alam, program pemberdayaan masyarakat yang dijalankan tentunya bertujuan meningkatkan ekonomi masyarakat. Upaya pemberdayaan masyarakat yang akandilakukan dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat antara lain melalui kegiatan bimbingan dan penyuluhan serta praktek dalam prioritas kegiatan yang memberikan dampak secara nyata dan signifikan dalam peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat. Sebuah ungkapan “ketika cagar alam dikelola, masyarakat sekitar cagar alam juga harus menjadi terberdayakan secara sosial dan ekonomi”. Agar program lebih fokus dan terukur dengan jelas,target program dirumuskan dengan jelas sesuai dengan hasil kajian pemetaan sosial yang dilakukan oleh perusahan dengan menggandeng perguruan tinggi UNLAM. Kelompok sasaran yang ditentukan dalam program Kolaborasi Pengelolaan CASS adalah kelompok masyarakat nelayan yang hidup dibawah tingkat kesejahteraan dan umumnya masih secara tradisional dalam menangkap ikan maupun pengelolaan pasca panen. Mereka perlu didampingi untuk meningkatkan keterampilan dan diversifikasi baik dalam budidaya maupun produk olahan yang diharapkan dapat membantu peningkatan ekonomi sekaligus tidak melakukan penangkapan berlebihan sehingga harus masuk ke wilayah cagar alam. Dengan pertimbangan tersebut,empat desa dipilih sebagai desa target yaitu Desa Sungai Bali, Desa Ujung, Desa Rampa dan Desa Sarakaman yang berbatasan langsung dengan Kawasan Cagar Alam, dan secara umum masyarakat di Kecamatan Pulau Sebuku, Kabupaten Kotabaru. 3. Restorasi Mangrove Seperti umumnya program koservasi, program yang digagas PT. SILO, tentunya juga secara fisik melakukan upaya perbaikan di lokasi CASS yang dilakukan secara paralel dengan kegiatan lainnya.Melalui kegiatan restorasi mangrove yang dilakukan sejak tahun 2010 berada di area Sungai Sekoci seluas 25 Ha dengan jumlah tanaman 187.500bibit mangrove. Tahun 2011 kegiatan penanaman dilakukan di area Sungai Sekoci selain 25 Ha juga ditambah 16 Ha dan 9 Ha di area Tanjung Mangkok. Pada tahun 2012 penanaman mangrove dilakukan di area Seblimbingan seluas 25 Ha, dan tahun 2013 di Tanjung Nusantara seluas 25 Ha. Selain penanaman mangrove, upaya pemulihan keanekaragaman hayati di CASS juga dilakukan dengan perlindungan Bekantan di hutan mangrove dengan menjaga kawasan seluas 23 Ha di Tanjung Nusantara, tahun 2012 ditambah menjadi 50 Ha, dan tahun 2013 diperluas lagi menjadi 80 Ha. Selain menanami lahan yang kritis dengan mangrove 5KL]RSKRUD 0XFURQDWD dan %UXJXLHUD 6H[DQJXOD, di kawasan perusahan juga dilakukan budidaya anggrek lokal, penangkaran rusa sambar, serta transpalantasi terumbu karang. 150 PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA Tabel 1. Kegiatan Perlindungan Keanekaragaman Hayati di Kawasan CASS No Kegiatan PerlindunganKeanekaraga man Hayati Tahun Program 2009 1 . Penangkaran Rusa Sambar (Konservasi Eksitu) 2 . Penanaman Mangrove (Restorasi bekas tambak) - 3 . Budidaya Anggrek Lokal (Konservasi Eksitu) - 4 . Perlindungan Bekantan dan Habitatnya di hutan mangrove perusahaan (Konservasi Insitu) 5 . Transpalantasi Terumbu Karang 2010 2011 6 ekor 9 ekor 12 ekor (Induk : 2 jantang dan 4 betina) 2012 2013 15 ekor 23 ekor 25 ha 25 ha 25 ha (Area (Area (Area Sunga Sungai Seblimbing i Sekoci an) Sekoc 16 ha & i) Area Tj. Mangkok 9 ha) 25 ha * (Area Tj. Nusantara) - 7 spesies 21 spesies 27 spesies - - 23 ha 50 ha (Area Tj. (Penambah Nusanta an Area di ra) Tj. Nusantara) 80 ha (Penambahan Area di Tj. Nusantara) - - - - 400 fragmen karang * Kegiatan restorasi kawasan CASS tidak dapat dilepaskan dari keterlibatan masyarakat di sekitar kawasan, salah satunya adalah Pak Nanang yang diminta oleh Dinas Kehutanan Kotabaru untuk terlibat dalam kegiatan konservasi CASS, karena keahlian beliau dalam menanam mangrove dengan tingkat tumbuh maksimal. Proses penanaman mangrove di kawasan CASS dilakukan dengan mengikutsertakan anggota masyarakat lainnya. Berkat keahlian dari Pak Nanang, program restorasi yang dilakukan sejak 2010 sudah mulai memperlihatkan hasil, salah satunya adalah prosentase tumbuh mangrove yang ditanam memiliki tingkat tumbuh diatas 70%.Berdasarkan penelitian bahwa bila prosentase tumbuh mangrove diatas 70% maka pertumbuhan mangrove dianggap baik.Selain itu bertambahnya luasan areal mangrove di kawasan terutama di wilayah yang selama ini cukup kritis. Selain Pak Nanang, Pak Sudirman atau biasa dipanggil Pak Sudi yang tinggal di Desa Tanjung Mangkok, Kecamatan Pulau Sebuku, beliau memiliki lahan seluas 5 hektar yang sebagian ditumbuhi pohon mangrove. Maret tahun 2012, Pak Sudi, bersama tim CSR mulai terlibat dalam diskusi bagaimana ikut serta dalam konservasi hutan mangrove di Pulau Sebuku. Dari rangkaian diskusi yang dilakukan disadari bahwa masalah utama konservasi hutan mangrove memerlukan program yang mampu memutus mata rantai masalah yaitu menghentikan penurunan jumlah hutan mangrove, mengembalikan lahan yang terus mengalami bukaan dan peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya hutan mangrove. Pertanyaan yang selalu muncul di kalangan masyarakat adalah “jika kami dilarang memanfaatkan kawasan hutan mangrove, lalu kami makan apa”. Pertanyaan tersebut menjadi tantangan bagi tim CSR PT. SILO, dan setelah musyawarah dengan kelompok komunitas yang dipimpin Pak Sudi, salah satu alternatif solusi adalah pemanfaatan lahan 5 hektar miliki Pak Sudi. Agar memberikan ZLQZLQ VROXWLRQ, bulan Juli 2012, Tim CSR PT. SILO mengundang konsultan dari Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat untuk (Unlam)melakukan studi kelayakan lahan dan program, salinitas air serta keberadaan tumbuhan bakaunya. Bersamaan dengan studi ada kunjungan lapang dari Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan, salah satu solusi yang ditawarkan yaitu merehabilitasi lahan bekas tambak untuk memulihkan fungsi hutan mangrove dalam menjaga ekosistem pantai. Bulan Agustus 2012, Tim konsultan Unlam menetapkan pilihan lahan bakas tambak udang milik Pak Sudi dinilai layak untuk PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA 151 dijadikan tempat model budidaya kepiting cangkang lunak dengan tumpang sari ikan Bandeng (VLOYRILVKHU\). Keberadaan kelompok dipersiapkan pula untuk mendukung dan sebagai motor penggerak program. Agustus - Desember 2012 dilakukan tahapan konstruksi dan Januari 2013 dilakukan penebaran benih perdana sebanyak 73,5 kg atau 751 ekor kepiting dalam FUHER[ untuk dibudidayakan menjadi kepiting soka. Di Bulan Februari-April 2013 jumlah bibit menjadi 492 kg atau 3.244 ekor, telah terjadi proses PROWLQJ atau panen sebanyak 104 kg atau 416 ekor. Dengan harga jual lokal berkisar Rp 60.000/kg, maka Pak Sudi telah mendapatkan nilai penjualan Rp 60.000/kg x 104 kg = Rp 6.240.000,- Pak Sudi bersama kelompoknya masih memproyeksikan unit usaha budidaya kepiting soka sampai bulan Agustus 2013 sebanyak 900 kg atau 6300 ekor. Pada tahapan berikutnya Pak Sudi dan kelompoknya terus mengembangkan program ini menjadi unit usaha ekonomi mandiri. Program konservasi dengan kondisi tingkat kerusakan yang tinggi sebelumnya serta ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya alam secara langsungdi wilayah CASS tentunya memerlukan multi kegiatan dalam berkolaborasi menjaga kawasan. Selain sisi ekonomi, maka upaya pengamanan juga perlu dilakukan terhadap lokasi yang masih alami, oleh karena itu salah satu kegiatan dalam model kolaborasi kawasan CASS adalah pengamanan melalui patroli bersamamelalui tim patroli terdiri dari PT. SILO, Dinas Kehutanan dan masyarakat. Kegiatan penguatan ekonomi melalui peningkatan keahlian masyarakat memberikan manfaat khususnya untuk model pengelolaan di sekitar kawasan.Keberhasilan yang dirasakan langsung adalah berkurangnya penduduk yang melalukan penebangan hutan dikawasan ini, meski secara data kuantitatif belum dilakukan penghitungan, namun observasi awal sudah memperlihatkan kawasan yang ada tidak terjadi penebangan lagi. Tingkat kebakaran semak dan hutan juga tidak sering terjadi lagi di musim kemarau, serta kebakaran kecil dapat diatasi dengan cepat berkat patroli bersama.Tambahan pendapatan dari budidaya kepiting cangkang lunak di luar kawasan, sudah mulai dirasakan menjadi alternatif sumber penghasilan masyarakat. 4. Petikan Pembalajaran dari CASS Program kolaborasi konservasi CASS yang diinisiasi oleh PT.SILO dengan mengintegrasikan berbagai kegiatan pemberdayaan termasuk penguatan ekonomi sebagai kegiatan tak terpisahkan menjadi salah satu kunci keberhasilan program ini.Rasa saling percaya yang terbangun dari berbagai pihak turut mendorong keberhasilan pelaksanaan program kolaborasi yang didukung oleh para pimpinan masing-masing pihak menjadi pendorong keberlanjutan program. Pelibatan masyarakat sejak awal, turut menjadi kunci keberhasilan program, terutama melalui upaya alternatif ekonomi di luar kawasan seperti yang dilakukan oleh Kelompok Pak Sudi di Tanjung Mangkok. KekompakkanTim CSR PT. SILO turut mendukung keberhasilan program, pembagian peran dan juga adanya keahlian dari staf yang memahami konsep program CSR lingkungan, serta dukungan dari pimpinan PT. SILO yang bersedia turun langsung ke lapangan menjadi pendorong keberhasilan program. Hal ini ditunjukkan dari kegiatan di lapangan antara tim penguatan ekonomi dan tim lingkungan yang bekerjasama dalam setiap kegiatan. 152 PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA Dokumentasi Gambar 1. Budidaya Taman PT. SILO Gambar 2. Restorasi Mangrove Gambar 3. Penangkaran Rusa dan Silvofishery Kepiting Cangkang Lunak PT. SEBUKU IRON LATERITIC ORES – KSDA 153 PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR, KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA, KALIMANTAN TIMUR Model Hutan Konservasi Di Perkebunan Sawit: Melindungi Hutan, Melestarikan Peradaban Hampir 2.017,85 hektar atau 25% dari lahan Hak Guna Usaha (HGU) perkebunan kelapa sawit Sukses Tani Nusa Subur (STNS) di Desa Labangka, Kecamatan Babulu, Kabupaten Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, dialokasikan perusahaan untuk mengembangkan dan melestarikan ekosistem hutan sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Meskipun upaya mempertahankan dan mengalokasikan lahan tersebut diluar kewajiban perusahaan, namun STNS menyadari bahwa areal HGU tersebut adalah rumah bagi hampir 12 jenis satwa langka dan satwa terancam punah yang terdaftar dalam daftar merah IUCN, yaitu Owa-owa atau Kelempiau (Hylobates muelleri), Kucing Hutan Kepala Datar (Prionailurus planiceps), Gibbon Kalimantan (Hylobates agilis), Bekantan (Nasalis larvatus), Trenggiling (Manis javanica), Beruk (Macaca nemestrina), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Tikus Akar(Niviventer cremoriventer), Babi Hutan (Sus barbatus), Ular Kobra (Ophiophagus hannah), Punai Besar (Treron capellei), Burung Paruh Kait (Setornis criniger). Jenis flora yang ditemukan dan dipelihara serta dilindungi oleh STNS adalah jenis tumbuhan langka yaitu Edelweiss jawa (Leptoptilos javanica), Kruing Gajah (Dipterocarpus cornutus) dan Meranti Mengarawan (Hopea mengarawan) yang tergolong jenis kritis menurut IUCN Redlist CR serta 152 flora lainnya. Sebagai upaya tetap menjaga kelestarian ekosistem beserta fungsinya STNS adalah salah satu anak perusahaan PT. Astra Agro Lestari Tbk yang bergerak di bidang – perkebunan kelapa sawit, berlokasi di Desa Labangka, Kecamatan Babulu Kabupaten Penajam Paser Utara Provinsi Kalimantan Timur dengan luas Hak Guna Usaha (HGU) 7,936.93 ha, telah mengalokasikan areal konservasi hutan seluas 2.017,85 ha atau 25% dari luas HGU yang diberikan oleh negara. Melalui program “Melindungi Hutan, Melestarikan Peradaban” dibawah Divisi Conservation Management yang dibentuk khusus dengan tanggungjawab menangani konservasi sumber daya alam dan membina mayarakat sekitar untuk peduli pentingnya pelestarian lingkungan. Perusahaan berupaya menjaga 25% dari kawasan HGU yang diberikan untuk mengembangkan dan melestarikan ekosistem hutan sebagai rumah bagi keanekaragaman hayati jenis flora dan fauna. Dalam melaksanakan program Divisi Conservation Management bekerjasama dengan Departemen Community Development, SHE (Safety Health Environment) dan departemen lainnya yang ada di STNS. 1. Pengembangan Model Konservasi Hutan di Perkebunan Sawit Program yang dikembangkan sejak tahun 2009, fokus dengan prinsip konservasi yaitu: perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari menghasilkan hutan yang lestari dengan keseimbangan ekosistem. Model konservasi hutan yang dikembangkan di perkebunan STNS dirancang dengan : (1) Membuat status kualitas hutan dan keanekaragaman hayati (2) Perencanaan tata ruang (3) Pengembangan infrastruktur pendukung (4) Pengelolaan spesies (5) Pendidikan konservasi dan ekowisata 154 PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA Gambar 1. Rancangan Alur Model Konservasi Hutan Di Perkebunan PT. STN Kegiatan awal program dimulai dengan survei potensi ekosistem hutan dilanjutkan dengan persiapan pendukung pengelolaan hutan konservasi meliputi pengadaan kamera monitoring untuk memantau satwa yang ada di kawasan hutan konservasi STNS. Program juga dirancang untuk menyiapkan media pembelajaran sehingga dibangun rambu-rambu agar pengunjung tidak melewati batas yang dapat mengganggu kenyamanan satwa, Sementara ruang untuk display keanekaragaman hayati juga dibangun dilengkapi dengan informasi berupa leaflet sebagai salah satu media pendidikan, anggaran yang dialokasikan untuk persiapan dan pemeliharaan tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Alokasi Anggaran Pembangunan Model Hutan Konservasi PT. STN No Kegiatan 1 Sarana Pendukung (Kamera, GIS, Perlengkapan Survey 2 Biaya Pengelolaan (Monitoring, pengamanan, pelaporan) 3 Pembangunan showcase biodiversity conservation 4 Pembuatan rambu-rambu, leaflet , poster konservasi 5 Pembibitan Tanaman Endemik Nilai Rp 35.000.000 Rp 15.000.000 per tahun Rp 80.000.000 Rp 33.000.000 Rp 15.000.000 PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA 155 Selanjutnya STNS juga mengembangkan enam program untuk hutan konservasi ini, yaitu: (1) Invenventarisasi potensi kawasan. Dilakukan dengan cara delineasi areal hutan dan pemantapan hutan konservasi, dan atlas keanekaragaman hayati. (2) Pembinaan habitat dan populasinya. Kegiatan berupa penghijauan “One Man Five Tree” dengan realisasi s/d 2012 sebanyak 4021 pohon, serta pembibitan tanaman endemi (Ulin, gaharu, kapur dan meranti. (3) Perlindungan dan pengamanan kawasan. Berupa delineasi kawasan dan pemasangan rambu-rambu konservasi. (4) Penelitian. Ditujukan untuk memonitoring perkembangan satwa yang ada di hutan konservasi. Kegiatan penelian dilakukan secara internal dan juga bekerjasama dengan IPB (Institut Pertanian Bogor), salah satu teknik yang dilakukan untuk memonitoring satwa adalah dengan pemasangan kamera. (5) Pendidikan konservasi. Pendidikan konservasi dilakukan kepada anak sekolah, karyawan dan masyarakat sekitar dengan cara : mengikuti acara Penajaman Fair 2013, Silaturahim dan sosialisasi ke masyarakat dan karyawan, kegiatan penghijauan, melukis tempat sampah, Pembuatan infrastruktur dan pusat informasi sebagai penunjang kegiatan pendidikan konservasi dan ekowisata (Pembuatan pintu masuk hutan pendidikan, pembuatan jalan setapak, pembuatan saung pusat informasi dll.) Ada sekitar 2 sekolah yang sudah mengikuti kegiatan ini dengan hampir 200 siswa. (6) Pemanfaatan kawasan berbasis konservasi berupa pemanfaatan ekosistem karst, riparian dan hutan sebagai wilayah tangkapan air pemanfaatan goa oleh fauna yang ada seperti wallet Dari hasil survey dan monitoring yang dilakukan terdapat ragam kekayaan ekosistem paling tidak ada tiga yaitu, hutan hujan tropis dataran rendah, ekosistem karst dan riparian. Terdapat 154 jenis flora, diantaranya terdapat 2 jenis kritis (IUCN Redlist CR) yaitu : Kruing Gajah (Dipterocarpus cornutus) dan Meranti Mengaran (Hopea mengarawan). Jenis satwa yang terancam punah dan langka yaitu Owa-owa atau Kelempiau (Hylobates muelleri), Kucing Hutan Kepala Datar (Prionailurus planiceps), Gibbon Kalimantan (Hylobates agilis), Bekantan (Nasalis larvatus), Trenggiling (Manis javanica), Beruk (Macaca nemestrina), Beruang Madu (Helarctos malayanus), Rusa Sambar (Cervus unicolor), Tikus Akar(Niviventer cremoriventer), Babi Hutan (Sus barbatus), Ular Kobra (Ophiophagus hannah), Punai Besar (Treron capellei), Burung Paruh Kait (Setornis criniger). Tabel 2. berikut adalah kondisi flora dan fauna dari mamalia, burung, reptil dan ampibi, yang terdata serta statusnya menurut IUCN yaitu salah satu badan konservasi internasional. 156 PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA Tabel 2. Keragaman Hayati Flora dan Fauna dan Status nya menurut CITES, IUCN Program juga melakukan pemantauan secara berkala, dan hasilnya menunjukan jumlah spesies yang terus meningkat yang mengindikasikan bahwa hutan yang dilestarikan dapat menjadi rumah bagi banyak spesies. Gambar 1. hasil monitoring yang memperlihatkan penambahan populasi jenis burung, mamalia dan juga pohon di hutan konservasi. Gambar 2. Populasi Rangkong di PT. STN dibandingkan lokasi lainnya (individu/km2) Gambar 2. Gambaran Penambahan Populasi Burung, Mamalia dan Pohon Berdasarkan Hasil Monitoring Di Hutan Konservasi PT. STN. Selain peningkatan jumlah jenis satwa dan pohon, hutan konservasi STNS menjadi media edukasi yang dimana masyarakat luas sudah mencoba melihat dan memprakteknya di wilayah sekitar. Berikut adalah beberapa pihak luar yang sudah melakukan kunjungan ke showcase biodiversity conservation STNS : a. Media Visit (Agrofarm, Agro Asia, Majalah Tropis, TV One) : 1213/Nov/2011, Balikpapan TV. b. Wakil Bupati Panajam Paser Utara : 17 Februari 2012 c. Jardin Treasury : 3 Juli 2012 d. Wildlife Photography Balikpapan : Juli 2012 e. Dinas Perkebunan PPU : 18 Oktober 2012 f. Siswa SMAN 4 PPU : 23 Maret 2013 PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA 157 Tabel 3. Jenis Rangkong yang ada di hutan konservasi PT. STN 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Model Hutan Konservasi yang dikembangkan di perkebunan kelapa sawit memang merupakan satu model yang diperlukan untuk tetap menjaga keanekaragaman hayati setempat baik dalam bentuk ekosistem, jenis maupun genetik. Upaya STNS untuk mengembangkan Hutan Konservasi di kawasan perkebunan sawit meskipun diliputi kekhawatiran benturan aturan dengan peruntukan lahan yaitu dengan ijin HGU maka bila ada kawasan hutan di perkebunan harus dikelola dibawah Dinas Kehutanan setempat. Namun upaya ini tetap dilakukan mengingat pentingnya menjaga keanekaragaman hayati yang menyimpan 12 jenis satwa langka dan terancam punah, serta satu jenis flora terancam punah dan 2 jenis flora langka lainnya. Hutan konservasi juga dapat bermanfaat untuk mencegah dampak erosi sehingga membantu mempertahankan kesuburan tanah; mencegah kerusakan sumber air dengan mempertahankan catchment area. Manfaat dengan adanya model hutan konservasi sudah mulai dirasakan oleh karyawan maupun masyarakat setempat, sering terlihat ragam jenis burung termasuk burung paruh kait yang mulai melintas di perkebunan menuju kawasan hutan tersebut. Manfaat edukasi juga sudah mulai dirasakan oleh siswa dari sekolah menengah atas yang telah menggunakan hutan konservasi sebagai media belajar. Sebanyak kurang lebih 50 siswa mulai dikenalkan kekayaan hayati flora dan fauna yang ada di lokasi. Dengan adanya hutan konservasi juga menjalin hubungan yang lebih baik antara perusahaan dan masyarakat sekitar dengan tetap terpeliharanya situs budaya atau jenis pohon yang dikeramatkan /dimanfaatkan hasilnya oleh masyarakat. Program Hutan Konservasi di perkebunan sawit dapat terlaksana dan berjalan baik dengan dukungan dari kebijakan pimpinan yang peduli dengan isu lingkungan. Kemitraan dengan perguruan tinggi penting dilakukan untuk mengisi kekurangan perusahaan dibidang keanekaragaman hayati, termasuk memonitoring dan memasang kamera pemantau. Pelibatan siswa dan juga masyarakat setempat dalam memperkenalkan ekosistem hutan menjadi salah satu model yang menumbuhkan kesadaran pentingnya ekosistem hutan merupakan salah satu bagian penting dari program ini ke depan. 158 PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA PT. TIDAR KERINCI AGUNG, KABUPATEN SOLOK, DAN KABUPATEN DHARMASRAYA, SUMATERA BARAT DAN KABUPATEN BUNGO, JAMBI Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKSD) Sembilan persen (9%) atau seluas 2,400 hektar dari luas Hak Guna Usaha (HGU) Tidar Kerinci Agung (TKA) yang berbatasan langsung dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dialokasikan untuk hutan konservasi. Kawasan hutan konservasi dengan nama Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo (HKDS) ditujukan untuk studi dan penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdaya alam temasuk tumbuhan dan satwa. Salah satu satwa yang dilindungi adalah Harimau Sumatera. Proses menjadikan hutan konservasi tidaklah mudah, melalui beberapa tahapan baik intenal maupun eksternal. Secara internal melalui Surat Keputusan Direktur Utama yang ditindaklanjuti oleh General Manager Tidar Kerinci Agung melalui pelaksanaan konkrit di lapangan serta berupa penyampaian perihal pendirian Kawasan Hutan Konservasi seluas ± 1.100 ha di Kabupaten Dharmasraya dan ± 1.300 ha di Kabupaten Solok Selatan kepada Gubernur Provinsi Sumatera Barat, tertanggal 26 Agustus 2008 dengan surat No. : 621/GMTKA/VIII/2008. Keberhasilan mewujudkan kawasan konservasi ini adalah pada tahun 2012, di kawasan HKDS dijadikan Pusat Rehabilitas Satwa Di Sumatera Barat sebagai upaya penyelamatan dan perlindungan satwa liar, terutama Harimau Sumatera dan satwa jenis asli Sumatera lainnya melalui penandatanganan perjanjian kerjasama dengan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Sumatera Barat, Bapak Sahdin Zunaidi sebagai Kepala BKSDA Sumbar dan Hashim Djojohadikusumo, Dirut TKA. Sebagai perusahaan yang bergerak di bidang perkebunan sawit, TKA yang mulai dibuka pada tahun 1986 dan penanaman pertama tahun 1987, menyadari pentingnya areal konservasi ekosistem hutan yang harus dipertahankan meskipun areal tersebut sudah diberikan ijin perkebunan dengan adanya Hak Guna Usaha (HGU). HGU seluas 28.029 ha, hingga tahun 2006, areal yang baru ditanami perusahaan baru mencapai +/- 17.000 ha, dimana areal kebun yang berada dalam satu hamparan terletak di Kabupaten Dharmasraya (80 %) dan Kabupaten Solok Selatan (10 %) Provinsi Sumatera Barat dan Kabupaten Bungo (10%) Provinsi Jambi. Pada bagian selatan kebun berbatasan langsung dengan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Sisa areal yang belum dibuka inilah yang berbatasan langsung dengan TNKS. Di dalam areal ini terdapat 4 hulu sungai yang mengaliri kebun ke arah Utara, yakni Sungai Jujuhan, Sungai Asam, Sungai Suir & Sungai Kemarau. Sampai di dalam kebun yang telah tertanam, sungai ini memiliki cabang anak sungai sebanyak 5 sungai. Selain itu didalam kawasan ini terdapat satwa yang dilindungi seperti harimau sumatra, beruang, tapir, rusa, trenggiling, dan lain-lain serta berbagai jenis flora, salah satunya Raflesia arnoldi. Salah satu cabang sungai yang mengalir didalam perkebunan, yakni sungai Mangun (cabang dari Sungai Asam) merupakan sumber air proses Pabrik Pengolahan Kelapa Sawit. Mengingat begitu pentingnya berbagai sumber yang terdapat dalam kawasan areal tersebut, serta untuk menjaga Taman Nasional Kerinci Seblat, maka pemilik perusahaan melalui menajemen di lapangan memutuskan untuk tidak PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA 159 melanjutkan pembukaan kebun dan menjadikan sisa areal sebagai kawasan konservasi. 1. Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKDS) Ide awal berdirinya Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo bermula dari kunjungan Direktur Utama di areal TKA, pada Juli 2008. Pada kunjungan tersebut, pemiliki perusahaan Bapak Hashim S. Djojohadikusumo mempunyai pemikiran untuk menjadikan sisa areal seluas ± 2.400 ha dijadikan sebagai areal konservasi. Diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Utama Tidar Kerinci Agung dengan Nomor : K-01/DIRUT/TKA/HK/VIII/08 ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 2008, areal seluas 2.400 hektar didalam HGU Tidar Kerinci Agung No. : 4/HGU/1986 menjadi Kawasan Hutan Konservasi untuk pengembangan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Kawasan hutan konservasi yang diberi nama “Kawasan Hutan Konservasi Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo (HKSD)”, dipergunakan khusus untuk studi dan penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdaya alam dan tanaman serta semua binatang yang hidup didalam habitat HKDS. Untuk menjaga kawasan HKSD dibentuk Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Penjaga Hutan dengan Surat Tugas No. 033/KOMUT/TKA/IX/2008 tertanggal 12 September 2008. Tim ini dipimpin seorang koordinator yang secara keseluruhan beranggotakan 25 orang. Surat Tugas tersebut pada tahun 2010 diperkuat dengan Surat Keputusan Direktur Utama TKA No. 089/DIRUT/TKA/I/2010 yang berupa Pengangkatan karyawan Satuan Tugas Penjaga Kawasan Hutan Konservasi “Prof. Soemitro Djojohadikusumo” dengan dipimpin seorang Koordinator dibantu seorang wakil dengan total anggota sebanyak 27 orang. Beberapa kegiatan pokok Satgas PH adalah : (1) Menjaga dan melindungi kawasan hutan konservasi beserta flora dan fauna yang ada di dalamnya. (2) Melakukan sosialisasi keberadaan hutan konservasi kepada masyarakat serta pemerhati lingkungan. (3) Koordinasi pengamanan dengan instansi terkait. Dari tahun 2008–2012 biaya operasional Satgas mencapai Rp. 1.997.389.985. Selain itu terdapat juga Bidang Konservasi dan Pemeliharaan dengan 10 orang tenaga kerja yang bertugas : (1) Pembibitan tanaman hutan dan buah-buahan (2) Melakukan penanaman di areal Hutan Konservasi (3) Perawatan tanaman yang telah ada di areal konservasi (4) Mengamati dan memelihara Fauna yang ada Untuk pengamatan fauna yang ada, dipasang 2 (dua) camera trap sejak pertengahan tahun 2012 dan Februari 2013 sebanyak 4 (empat) unit tambahan. Dari pemasangan camera trap ini, pada November 2012 terekam 2 (dua) ekor harimau dan pada Januari 2013, ditempat yang berbeda terekam kembali pergerakan Harimau Sumatera. Selain Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), juga terekam Beruang (Helarctosmalayanus), Rusa (Cervus spp), Siamang (Hylobatidae), Landak (Hystrixbrachyura), Trenggiling (Manis javanica), Kijang (Muntiacusmuntjak), Tapir (Tapirusindicus), Kancil (Tragulus spp), Harimau 160 PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA melanjutkan pembukaan kebun dan menjadikan sisa areal sebagai kawasan konservasi. 1. Hutan Konservasi Sumitro Djojohadikusumo (HKDS) Ide awal berdirinya Hutan Konservasi Soemitro Djojohadikusumo bermula dari kunjungan Direktur Utama di areal TKA, pada Juli 2008. Pada kunjungan tersebut, pemiliki perusahaan Bapak Hashim S. Djojohadikusumo mempunyai pemikiran untuk menjadikan sisa areal seluas ± 2.400 ha dijadikan sebagai areal konservasi. Diawali dengan dikeluarkannya Surat Keputusan Direktur Utama Tidar Kerinci Agung dengan Nomor : K-01/DIRUT/TKA/HK/VIII/08 ditetapkan di Jakarta, pada tanggal 17 Agustus 2008, areal seluas 2.400 hektar didalam HGU Tidar Kerinci Agung No. : 4/HGU/1986 menjadi Kawasan Hutan Konservasi untuk pengembangan dan pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Kawasan hutan konservasi yang diberi nama “Kawasan Hutan Konservasi Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo (HKSD)”, dipergunakan khusus untuk studi dan penelitian, pengembangan, pemeliharaan sumberdaya alam dan tanaman serta semua binatang yang hidup didalam habitat HKDS. Untuk menjaga kawasan HKSD dibentuk Satuan Tugas Khusus (Satgassus) Penjaga Hutan dengan Surat Tugas No. 033/KOMUT/TKA/IX/2008 tertanggal 12 September 2008. Tim ini dipimpin seorang koordinator yang secara keseluruhan beranggotakan 25 orang. Surat Tugas tersebut pada tahun 2010 diperkuat dengan Surat Keputusan Direktur Utama TKA No. 089/DIRUT/TKA/I/2010 yang berupa Pengangkatan karyawan Satuan Tugas Penjaga Kawasan Hutan Konservasi “Prof. Soemitro Djojohadikusumo” dengan dipimpin seorang Koordinator dibantu seorang wakil dengan total anggota sebanyak 27 orang. Beberapa kegiatan pokok Satgas PH adalah : (1) Menjaga dan melindungi kawasan hutan konservasi beserta flora dan fauna yang ada di dalamnya. (2) Melakukan sosialisasi keberadaan hutan konservasi kepada masyarakat serta pemerhati lingkungan. (3) Koordinasi pengamanan dengan instansi terkait. Dari tahun 2008–2012 biaya operasional Satgas mencapai Rp. 1.997.389.985. Selain itu terdapat juga Bidang Konservasi dan Pemeliharaan dengan 10 orang tenaga kerja yang bertugas : (1) Pembibitan tanaman hutan dan buah-buahan (2) Melakukan penanaman di areal Hutan Konservasi (3) Perawatan tanaman yang telah ada di areal konservasi (4) Mengamati dan memelihara Fauna yang ada Untuk pengamatan fauna yang ada, dipasang 2 (dua) camera trap sejak pertengahan tahun 2012 dan Februari 2013 sebanyak 4 (empat) unit tambahan. Dari pemasangan camera trap ini, pada November 2012 terekam 2 (dua) ekor harimau dan pada Januari 2013, ditempat yang berbeda terekam kembali pergerakan Harimau Sumatera. Selain Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), juga terekam Beruang (Helarctosmalayanus), Rusa (Cervus spp), Siamang (Hylobatidae), Landak (Hystrixbrachyura), Trenggiling (Manis javanica), Kijang (Muntiacusmuntjak), Tapir (Tapirusindicus), Kancil (Tragulus spp), Harimau PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA 161 Selain itu bagian konservasi flora ini juga telah menyerahkan bantuan bibit tanaman hutan dan buah-buahan kepada masyarakat Nagari Talao Sungai Kunyit, Kabupaten Solok Selatan, Nagari Lubuk Besar & Alahan Nan Tigo, Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten Dharmasraya dengan total bibit yang telah diserahkan mencapai 65.386 batang bibit dengan jenis yang sama seperti yang ditanam di kawasan HKSD. Gambar 3. Bunga Ralesia yang Mekar Tahun 2012 di HKSD Gambar 4. Jenis Meranti yang masih Ditemui Di HKSD Tahun 2012, dengan tertangkapnya Harimau Sumatera dan juga jenis lain yang dilindungi, demikian juga tumbuhan yang terancam punah masih terdapat di kawasan HKSD. Hal ini mendorong pemilik dan jajaran pengambil keputusan untuk mengembangkan HKSD sebagai salah satu Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera. Pembangunan Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera menelan biaya 7 milyar rupiah yang akan dilengkapi fasiltas lengkap dan petugas terlatih dengan 2 orang Dokter Hewan. Biaya operasional Pusat Rehabilitasi Satwa Harimau Sumatera ini diperkirakan mencapai Rp. 6 Milyar per tahun. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Manfaat bagi masyarakat sekitar untuk kegiatan ini memang tidak dapat dirasakan langsung. Secara nasional kawasan HKSD turut menjadi salah bagian pendukung dari Taman Nasional Kerinci Seblat yang merupakan salah satu pusat keanekaragaman hayati ekosistem di Pulau Sumatera. HKSD turut melestarikan keberadaan Harimau Sumatera yang saat ini keberadaanya terancam, demikian juga dengan jenis satwa lain dan juga flora termasuk Raflesia Arnoldi (Bunga Bangkai) dan Meranti. 162 PT. SUKSES TANI NUSA SUBUR – KSDA Usaha keras dan komitmen yang kuat dari Pemilik, Jajaran Manajemen TKA serta para pelaksana yang telah ditunjuk dalam mengelola kawasan HKSD telah memberikan hasil yang memuaskan berupa Piagam Penghargaan Sebagai Pelaku Usaha Peduli Pembangunan Kehutanan dalam Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam Wana Lestari tahun 2010 dari Menteri Kehutanan, Zulkifli Hasan dengan Surat Keputusan No. SK 608/MENHUT – IX /2010 tertanggal 28 Oktober 2010. Selain menerima Piagam, juga Plakat dan Lencana Emas Wana Lestari dan satusatunya perusahaan yang bergerak di bidang usaha Perkebunan dan Pengolahan Kelapa Sawit di Tingkat Nasional. Sebelumnya PT. TKA juga memperoleh Piagam Penghargaan dari Gubernur Sumatera Barat, Marlis Rahman atas prestasi Pemenang I Kategori Dunia Usaha dalam rangka Lomba Penghijauan dan Konservasi Alam, Tingkat Provinsi Sumatera Barat tahun 2010, dengan nomor 552-203-2010 tertanggal 7 Juni 2010. PT. TIDAR KERINCI AGUNG – KSDA 163 PT. TOTAL EP INDONESIA, KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA, KALIMANTAN TIMUR Save Delta Mahakam Melalui Tanam Mangrove dan Kembangkan Tambak Tradisional Kerusakan hutan mangrove di kawasan Delta Mahakam, Kabupaten Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur sangat parah, mencapai 85% dari areal seluas 108.125 hektar, yang disebabkan oleh aktivitas manusia terutama pembukaan tambak. Kondisi tersebut menggugah inisiasi Total EP Indonesia, Kalimantan Timur untuk menyelamatkan Delta Mahakam sekaligus mendorong penghidupan masyarakat sekitar yang lebih baik dengan menanam mangrove hampir 12 juta bibit sejak tahun 2000. Untuk mendorong perekonomian masyarakat dan meningkatkan perbaikan kualitas lingkungan kawasan Delta Mahakam, Total EP telah membantu memberikan pelatihan para petani tambak untuk membudidayakan udang salah satunya udang windu dan menanam mangrove di sela-sela areal pertambakannya. Pelatihan tersebut menunjukkan hasil panen udang di tambak meningkat 10 kali lipat dan mulai ditemukan kembali biota-biota pesisir seperti kepiting bakau, udang. Rupanya mangrove yang ditanam menjadi perkembangbiakan dan rumah bagi ragam biota Delta Mahakam. Delta Mahakam terletak di bagian hilir dari Sungai Mahakam yang membentuk area setengah lingkaran layaknya sebuah kipas. Walaupun letaknya yang berada di Kabupaten Kutai Kartanegara, sebenarnya ada 2 kota yang secara geografis lebih dekat ke Delta Mahakam, yaitu Samarinda (25 km) dan Balikpapan (115 km). Kawasan ini sejak tahun 2000 mengalami kerusakan sangat parah yang disebabkan pembukaan tambak. Masyarakat di Delta Mahakam hampir sebagian besar bermata pencaharian sebagai nelayan, baik itu nelayan budidaya (udang atau kepiting) atau sebagai nelayan tangkap. Hasil industri perikanan ini memenuhi tidak hanya pasar domestik, tapi juga pasar mancanegara dengan komoditi Udang Windu nya yang sangat terkenal. Di dalam menjalankan mata pencahariannya, masyarakat mengandalkan jasa para punggawa untuk pembiayaannya. Punggawa yang memberikan modal kemudian mendapatkan prioritas sebagai pembeli hasil dengan harga yang mereka tentukan. Pembiayaan seperti ini tidak memberikan hasil yang maksimal bagi para nelayan. Cara budidaya “nelayan budidaya” di Delta Mahakam dilakukan secara konvensional dengan melakukan pembukaan lahan mangrove secara besarbesaran. Tata cara yang hanya didasarkan pada kebiasaan dan penggunaan bahan kimia yang secara jumlah maupun jenis mengakibatkan penurunan jumlah produksi. Pembukaan lahan mangrove secara besar-besaran ini juga mengakibatkan menurunnya daya dukung lingkungan karena berkurangnya ekosistem alamiah sebagai tempat perkembangbiakkan udang maupun ikan. Total EP sebagai bagian dari salah satu perusahaan energi terbesar dunia, menyadari ada kontribusi kerusakan hutan mangrove di Delta Mahakam, terutama pada saat pemasangan pipa-pipa kilang, yang terpaksa harus menebang pohon-pohon mangrove. Selain untuk memenuhi kewajiban perusahaan, memulihkan areal yang sudah digunakan, perusahaan juga terus melakukan upaya perbaikan lingkungan melalui program CSR di kawasan ini dengan nama 164 PT. TOTAL EP INDONESIA – KSDA Save Delta Mahakam. Salah satu program di bawah Save Delta Mahakam adalah penanaman kembali mangrove dan pengembangan tambak dengan sistem silvofisheries yaitu menggabungkan atau tumpang sari tanaman hutan dengan perikanan dalam hal ini hutan mangrove dan tambak ikan. Hal ini sejalan dengan visi dan misi perusahaan yang dituangkan dalam Acuan Sosial – “Societal Directive”. Societal Directive ini mengarahkan seluruh anak perusahaan dimanapun beroperasi untuk melakukan komunikasi, mendengarkan, berdialog dan berkonsultasi dengan para pemangku kepentingan pada setiap tahapan pendekatan Sosial. 1. Tanam Mangrove Sepanjang Delta Mahakam Program penanaman mangrove di Delta Mahakam diawali dengan studi sosial dan lingkungan yang mengacu pada hasil studi Analisa Dampak Lingkungan (AMDAL) serta Rencana Kelola Pemantauan Lingkungan (RKPL). Studi yang lebih fokus pada analisa para pihak (Stakeholder Analysis) yang ditindaklanjuti dengan komunikasi dan dialog dengan para pemangku kepentingan di lokasi pelaksanaan program, kegiatan ini dikenal dengan Stakeholder Relationship Management (SRM) – Manajemen Hubungan Pemangku Kepentingan. Unsur pemerintah juga menjadi bagian yang penting sebagai pemangku kepentingan yang diajak berdiskusi dalam program sehingga terbina komunikasi dengan para pihak untuk melaksanakan program. Gambar 1. Delta Mahakam Selanjutnya disusun Rencana Aksi yang sudah diidentifikasi sebelumnya melalui studi sosial dan lingkungan. Setelah melalui serangkaian tahapan-tahapan ini, disusunlah tujuan, sasaran dan indikator dari Program Save Delta Mahakam sebagai berikut : PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA 165 Tabel 1. Rancangan Rencana Aksi Program Save Delta Mahakam PROGRAM Tujuan Utama Sub-Program Sasaran Program Penerima manfaat Indikator SAVE DELTA MAHAKAM Pemberdayaan masyarakat Delta Mahakam dalam kegiatan ekonomi perikanan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Penanaman Produksi Perikanan Listrik Tenaga Mangrove Surya. Rehabilitasi Produksi perikanan Pemanfaatan energi ekosistem mangrove tambak ramah matahari untuk lingkungan dengan pemenuhan konservasi mangrove kebutuhan energi listrik Nelayan budidaya di Nelayan budidaya di Nelayan budidaya di desa Sepatin, Muara desa Sepatin, Muara desa Muara Pantuan Pantuan, Tani Baru Pantuan dan Tani dan Tani Baru. dan Muara Pegah Baru. Jumlah bibit Jumlah petambak Jumlah unit mangrove. terlatih. terpasang. Luasan area tambak Kelancaran kredit ramah lingkungan. usaha. Program Save Delta Mahakam ini dilaksanakan dengan kerjasama berbagai tim internal Total EP Indonesia. Berbagai tim ini diperkuat oleh karyawan-karyawan yang memiliki kompetensi dalam bidangnya masing-masing. Tim Studi Sosial, terdiri dari satu orang Kepala Tim dan 4 orang anggota tim yang bekerja untuk melakukan analisa dampak sosial dan identifikasi awal rencana aksi program yang disesuaikan dengan hasil analisa dampak tersebut. Tim Hubungan Pemangku Kepentingan, terdiri dari satu orang Kepala dan tim lapangan yang melakukan dialog-dialog konstruktif bersama dengan unsur pemangku kepentingan dari masyarakat dan unsur pemerintahan untuk mematangkan rencana aksi yang diusulkan oleh Tim Studi Sosial. Tim Pelaksana Program, terdiri dari satu orang Kepala dan 2 orang anggota tim yang bekerja untuk melaksanakan program dengan menjalin kerjasama dengan pihak-pihak lain dan penyiapan pengadaan barang dan jasa yang diperlukan untuk terlaksananya program ini. Tim ini juga melakukan monitoring terhadap hasil pelaksanaan program secara periodik. Kerjasama dan koordinasi yang baik antara berbagai tim ini mendukung terlaksananya program agar tercapainya tujuan kemanfaatan yang berkelanjutan bagi masyarakat. Koordinasi dan hubungan kerjasama antar berbagai tim ini dituangkan dalam dokumen Alur Pelaksanaan Kerja Business Process Flow. Program penanaman mangrove yang menjadi bagian dari Program Save Delta Mahakam ini telah dilaksanakan sejak tahun 2000 dengan melibatkan berbagai pihak terutama masyarakat di desa-desa di Delta Mahakam, seperti Desa Sepatin, Muara Pantuan, Tani Baru dan Muara Pegah. Program diawali dengan proses peningkatan penyadaran masyarakat tentang pentingnya mangrove dan kegiatan unit usaha untuk pembibitan mangrove. Tahapan program secara lengkap meliputi : Identifikasi lokasi penanaman, terdiri dari lokasi didalam wilayah yang ada didalam pengelolaan Total EP Indonesia dan wilayah yang masih berada dalam wilayah pengelolaan masyarakat. 166 PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA Pengadaan bibit mangrove dilakukan melalui sistem pengadaan yang berlaku standard untuk operasional migas di Indonesia dengan memperhatikan tingkat komponen lokal (local content). Pembuatan kerjasama administratif dengan pihak-pihak yang akan melakukan penanaman. Penyulaman yaitu penanaman kembali untuk bibit yang gagal tumbuh pada saat monitoring selama 6 bulan setelah penanaman. Selama kurun waktu hampir 12 tahun jumlah tanaman mangrove yang telah di tanam sebanyak hampir 12 juta bibit, dan saat ini sebagain besar sudah tumbuh subur melindungi Delta Mahakam. Pelaksanaan penanaman baik yang dilaksanakan bersama-sama secara ceremonial dengan melibatkan banyak pihak termasuk pemerintah setempat dan pimpinan pemerintah setempat yaitu Gubernur Kalimantan Timur, dan Bupati Kutai Kartanegara, juga penanaman yang langsung dilakukan oleh masyarakat secara rutin bersama-sama karyawan PT. Total E & P. Kegiatan yang terintegrasi dengan penanaman mangrove adalah pertambakan udang, yang dilakukan sejak tahun 2007 meliputi kegiatan : a. Identifikasi nelayan budidaya yang menjadi penerima manfaat dengan mengutamakan nelayan yang berada didekat lokasi operasional migas khususnya di empat desa yaitu Desa Sepatin, Muara Pantuan, Tani Baru dan Muara Pegah b. Pelatihan pertambakan ramah lingkungan di tingkat Kabupaten sampai dengan tingkat kelompok-kelompok nelayan yang mulai dilakukan sejak tahun 2007 dan dikembangkan lagi pada tahun 2012 sejumlah pelatihan telah dilakukan pada tahun 2012 melibatkan 740 petani/nelayan dan pada tahun 2013 melibatkan 340 petani tambak. c. Studi banding pengelolaan perikanan budidaya yang ramah lingkungan ke Sidoarjo yang merupakan Kelompok budidaya terbaik tingkat nasional. d. Pembuatan tambak-tambak percontohan dengan bekerjasama dengan pihakpihak yang berperanan penting dalam sistem perikanan di Delta Mahakam, seperti : Punggawa-punggawa, pemilik usaha pembenihan. Tahun 2013 percontohan tambak dibuat di lahan seluas 14 hektar. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan dan pencapaian sasaran dilaksanaan secara periodik pada masing-masing sub-program dengan berbagai metodologi dan melibatkan banyak pihak. Untuk program penanaman mangrove dievaluasi dengan melakukan pengumpulan data lapangan berupa jumlah penanaman bibit, lokasi dan jenis mangrove yang ditanam. Data-data penanaman dijadikan sebagai data awal yang kemudian menjadi dasar evaluasi dengan menggunakan survey udara dan survey satelit yang didukung oleh Pusat Penelitian TOTAL di Perancis (Biodiversity Study 2011-2013). Hasil evaluasi dipergunakan sebagai acuan dalam perbaikan program penanaman di tahun 2013 dengan penambahan jumlah spesies/jenis mangrove yang ditanam. Sampai tahun 2013 menunjukkan keberhasilan penanaman yang dilakukan sejak tahun 2000, lebih dari 70% mangrove yang ditanam tumbuh di Delta Mahakam. Evaluasi tambak ikan dievaluasi ketika telah berakhirnya tahapan aktivitas studi banding Banding. Evaluasi dilakukan dengan metode Focus Group Discussion di akhir aktivitas. Hasil evaluasi dipergunakan sebagai acuan dalam kelanjutan program di tahun 2013 dengan pembuatan tambak-tambak percontohan bagi kelompok-kelompok nelayan di Delta Mahakam. PT. TOTAL EP INDONESIA - KSDA 167 Gambar 2. Evaluasi Hasil Studi Banding Tambak Ikan dan Perencanaan Pelaksanaan 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Upaya penyelamatan kerusakan Delta Mahakam di wilayah kabupaten Kutai Kartanegara, Kaltim, berangsur-angsur mulai berhasil. Setidaknya, kepedulian K3S (Kontraktor Kontrak Kerja Sama) Migas, Total EP Indonesia yang menanam satu juta mangrove per tahun sejak tahun 2000, telah menghijaukan sekitar 24 persen dari 85 persen (91.906) hektar total luas kerusakan Delta Mahakam yang mencapai 108.125 hektar. Keberhasilan pemananaman ini sudah mulai dirasakan oleh masyarakat sekitar terutama para nelayan, antara lain: x Tanaman mangrove yang sudah tumbuh, mengembalikan biota hutan mangrove seperti udang, kepiting, ikan kembali lagi di Delta Mahakam, sehingga nelayan lebih mudah mendapatkan ikan x Delta Mahakam yang selama ini panas dan gersang, sekarang sudah mulai terlihat hijau dan teduh. Bahkan udara pun dirasakan lebih sejuk. x Sementara untuk tambak tradisional, petani tambak sudah mulai merasakan hasil tambak mereka dengan sistem yang diperoleh dari studi banding di Sidoarjo Jawa Timur, tambak merekapun mulai ditanami mangrove di beberapa titik untuk mengurangi panas dan membantu pembiakan beberapa jenis biota laut terutama udang. Program yang dikembangkan dengan sistem pendekatan para pemangku kepentingan dirasakan cukup efektif dan berdampak positif bukan hanya bagi masyarakat namun juga bagi lingkungan. Bahkah program Save Delta Mahakam, telah mendorong pemerintah setempat dalam hal ini provinsi untuk mengembangkan areal hutan mangrove yang telah dihijaukan kembali menjadi Pusat Informasi Mangrove dengan rencana alokasi lahan 16 hektar. 168 PT. TOTAL EP INDONESIA – KSDA BAB V. ENERGI TERBARUKAN 169 170 PT. BUKIT ASAM (PESERO), TBK, KABUPATEN MUARA ENIM SUMATERA SELATAN Teranglah Desaku : Pemanfaatan Air Untuk Energi Listrik di Desa Pelakat Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) yang menghasilkan listrik 35 kilo watt merupakan dukungan dari PT. Bukit Asam (BA). Listrik yang dihasilkan telah membantu menerangi 124 Kepala Keluarga di tiga dusun, Desa Pelakat, Kecamatan Semende Darat Ulu, Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan, sejak tahun 2011. Pembangunan PLTMH juga telah mengurangi beban penggunaan bahan bakar minyak tanah yang selama ini digunakan untuk penerangan dari sebulan Rp 70.000,- per Kepala Keluarga (KK), sekarang hanya membayar iuran pengelolaan dan pemeliharaan sebesar Rp 12.000,- per bulan. Berarti bahan bakar minyak yang dihemat adalah sekitar 5 liter per bulan per KK. Pada malam hari, suasana Desa Pelakat Kecamatan Semende Darat Ulu Kabupaten Muara Enim sangat sunyi dan senyap. Penerangan berupa lampu minyak sudah menjadi sahabat sejati masyarakat dalam melaksanakan kegiatan, seperti pengajian, anak-anak, belajar dan lain-lain. Desa yang dihuni oleh 124 Kepala Keluarga ini merupakan salah satu desa penghasil beras dan kopi, namun sayangnya sebelum 2011, penduduk di desa Pelakat belum memiliki penerangan. Sementara di satu sisi, sumber air di kawasan ini cukup melimpah. Melihat potensi ini, mendorong BA yang bergerak di bidang pertambangan dan berlokasi di Kecamatan Semende Darat Ulu, tergerak untuk mendukung program pemerintah Kabupaten Muara Enim dalam pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). Melalui Nota Kesepahaman PT. Bukit Asam dengan Bupati Kabupaten Muara Enim bulan Desember tahun 2011 dalam kegiatan Musrenbang, didalamnya termasuk perencanaan pembangunan PLTMH, salah satunya untuk Desa Pelakat. Kesepatakan ini sejalan dengan visi perusahaan yaitu menjadi perusahaan energi kelas dunia yang peduli lingkungan. Pembangunan PLTMH tersebut juga merupakan implementasi nyata rencana strategis CSR Tahun 2011-2015 dalam program Teranglah Desaku. Gambar 1. Kondisi Desa Pelekat, Kec. Semende Darat Ulu, Kab. Muara Enim PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan 171 1. Menuju Cahaya Terang dengan Mikro Hidro Program Teranglah Desaku merupakan program jangka panjang yang dikembangkan Bukit Asam dengan tujuan : (1) menurunkan biaya pengeluaran rumah tangga sehingga meningkatan kesejahteraan masyarakat karena telah mengkonversi penggunaan bahan bakar minyak tanah ke energi mikro hidro. (2) meningkatan produktifitas dan kualitas masyarakat untuk berkarya dengan aktivitas malam hari. (3) meningkatan pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan energi listrik terbarukan sebagai program tindak lanjut pembangunan PLTMH dalam bidang ekonomi, kualitas pendidikan, kesehatan serta keagamaan. Dalam pelaksanaan pembangunan PLTMH ini, unit CSR Bukit Asam, bekerja sama dengan salah satu mitra perusahaan yaitu Al-Azhar Peduli Ummat yang bertugas sebagai pendamping langsung di lapangan. Pelaksanaan program dititikberatkan bukan hanya dalam hal pembangunan fisik PLTMH saja, namun mendorong partisipasi aktif masyarakat agar tumbuh rasa memiliki dan ikut bertanggung jawab untuk kesuksesan dan kelancaran program. Tim ahli pembangunan PLTMH yang diminta oleh Bukit Asam, berperan sebagai fasilitator atau pendamping dan pelaksana inti adalah masyarakat sendiri. Alur dari perencanaan program yang disusun disajikan pada Gambar 2. berikut: Gambar 2. Skema Perencanaan Program Kegiatan pembangunan PLTMH, diawali dengan proses sosialisasi dan pengorganisasian masyarakat, dilakukan melalui musyawarah di Kantor Desa Pelakat yang dihadiri oleh seluruh masyarakat, aparat desa, serta tokoh masyarakat. Dalam musyawarah tersebut disepakati berbagai aturan dan kelompok kerja yang terdiri dari 18 – 20 KK per kelompok. Gambar 3. Kegiatan Musyawarah 172 PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan Proses berikutnya adalah penyiapan lahan dan pengumpulan material berupa pasir, batukali, kerikil, dll. PLTMH dibangun di lahan seluas 300 M2 . Kerja gotong royong dilakukan berdasarkan kesepakatan kelompok kerja yang telah direncanakan. Gambar 4. Pembangunan Bak Penenang, Pipa Penstock, Rumah Turbin dan Generator Kerja gotong royong dilakukan selain untuk menyediakan material juga untuk membangun bak penenang yang berukuran 1,8 x 2 x 7 meter. Bak tersebut berfungsi sebagai penampungan air dan menstabilkan volume air serta penyaring kotoran sebelum diterjunkan melalui pipa penstock ke mesin turbin. Pipa penstock memiliki ukuran diameter 20 inchi dengan panjang 184 meter. Gambar 5. Pemasangan Jaringan Utama, Perumahan, Fasilitas Umum dan Pelatihan Dasar Listrik serta Prinsip Kerja PLTMH Pembangunan tersebut dilakukan kurang lebih selama1 bulan, sedangkan untuk pembangunan rumah turbin yang berukuran 3 x 3 meter dan kelengkapannya dilakukan kurang lebih selama 1 bulan. Pemasangan jaringan listrik sepanjang kurang lebih 1 Km yang telah dilakukan adalah sebagai berikut: Jumlah Daya saat ini : 35 KW Jumlah Rumah : 124 Unit @ 250 watt Fasilitas Umum : a. SekolahSD : 450 watt b. Sekolah SMP : 450 watt c. Rumah Ibadah : 450 watt d. Kantor Kades : 450 watt e. Saung Ilmu : ± 3.900 watt f. Rumah Kopi : ± 3.900 watt Pengelolaan dan pemeliharaan listrik di Desa Pelakat dilakukan oleh masyarakat melalui Koperasi Harapan Bersama yang dibentuk berdasarkan musyawarah mufakat seluruh masyarakat dengan tujuan untuk mengelola dan memelihara PLTMH. Koperasi yang diketuai oleh Bapak Kurung Ikhlas tersebut dibentuk pada tanggal 24 Desember 2012 berdasarkan Surat Keputusan Kepala Desa Pelakat. PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan 173 Anggota koperasi adalah seluruh warga masyarakat penerima manfaat PLTMH dan wajib membayar iuran Rp. 12.000,- per bulan (sebelumnya masyarakat mengeluarkan ± Rp. 70.000,- per bulan untuk minyak tanah guna penerangan). Uniknya, bila ada masyarakat yang tidak mempunyai dana tunai maka iuran tersebut diganti dengan 1 liter kopi hasil panen. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Keberadaan listrik sangat membantu masyarakat di Desa Pelakat, antara lain mengkonversi biaya pembelian bahan bakar minyak dari Rp 70.000,- per bulan menjadi iuran listrik Rp 12.000 per bulan atau mengkonversi energi bahan bakar minyak tanah hampir 5 liter per bulan per KK. Hal ini mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak. PLTMH juga membantu masyarakat dalam mengembangkan pengolahan kopi masyarakat, karena malam hari masyarakat masih dapat bekerja mengolah kopi. PLTMH sangat membantu untuk kegiatan pengajian, musyawarah, belajar komputer, menonton televisi, dan seluruh kegiatan yang selama ini mustahil dan hanya mimpi untuk dilaksanakan. Saat ini dengan senyum ceria mereka siap menyongsong masa depan terutama generasi penerus untuk ikut berpartisipasi dalam membangun Indonesia yang tercinta. Gambar 6. Suasana Desa Pelakat di Malam Hari Setelah Ada Listrik, Kopi Bukit Asam yang Diproduksi Masyarakat Menurut Kepala Desa Pelakat, keberadaan PLTMH juga menjadi pendorong untuk pengembangan desa seperti yang diungkapkan berikut: “Setelah listrik ini terbangun, saya akan bangun desa ini dengan membuat koperasi sebagai wadah pemeliharaan pembangkit listrik dan meningkatkan kualitas kopi dengan membangun industri kopi rumahan yang bersumber dari energi listrik yang tersedia ”. Gambar 7. Kepala Desa Pelakat Pembelajaran yang didapat dari Program Teranglah Desaku antara lain: a. Kerjasama berbagai pihak dalam mewujudkan satu gagasan sangat penting, seperti dalam program ini adanya kerjasama dengan Al Azhar, kelompok masyarakat serta pemerintah desa 174 PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan b. Partisipasi masyarakat adalah kunci keberhasilan program, tanpa adanya partisipasi masyarakat bukan hanya mempercepat pelaksanaan program namun juga mendorong keberlanjutan program ke depan. c. Komitmen dan perencanaan program dari perusahaan yang mendukung penyediaan listrik di Desa Pelakat turut menunjang keberhasilan program. d. Adanya koperasi yang mengelola dan memelihara PLTMH merupakan salah satu kunci yang mendorong keberlanjutan program Teranglah Desaku. Sebagai tindaklanjut dari program Teranglah Desaku, Bukit Asam telah mempersiapkan program Saung Ilmu yang akan menjadi pusat pembelajaran dari pengembangan masyarakat di Desa Pelakat menjadi Desa Gemilang. PT. TOTAL EP INDONESIA - Energi Terbarukan 175 PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG PTY. LTD. KABUPATEN WAJO, SULAWESI SELATAN Pemanfaatan Tenaga Surya untuk Listrik di Daerah Terpencil Anak-anak di Dusun Loae Desa Mamminasae dan Desa Alausalo Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Provinsi Sulawesi Selatan sudah mulai bisa membaca dan belajar meski malam hari, setelah adanya penerangan listrik dari tenaga surya. Meskipun baru 57 rumah tangga yang dapat diterangi dengan total daya 2,85 Kwp, paling tidak upaya program CSR dari Energi Equity Epic (EEES) yang dilakukan sejak tahun 2011 ini, menjadi pendorong bagi pemerintah Kabupaten Wajo untuk mengembangkan hal serupa bagi wilayah terpencil yang belum dapat di sentuh oleh PT. PLN. Lokasi EEES melakukan kegiatan operasi eksploitasi gas alam di Desa Poleonro, Kecamatan Gilireng, Kabupaten Wajo, Sulawesi Selatan merupakan lokasi yang jauh dari jangkauan (terpencil), termasuk desa sekitarnya yaitu Desa Mamminasae dan Alausalo. Berdasarkan informasi PLN, kedua desa tersebut belum memungkinkan untuk pemasangan listrik karena sangat terpencil, jarak yang jauh, dan jumlah rumah tangga sedikit (hanya 29 rumah dan 34 rumah). Kondisi ini menjadi tantangan bagi pemangku kepentingan untuk menyediakan listrik bagi desa-desa tersebut, termasuk EEES. Kedua desa tersebut dan juga desa lain di Kecamatan Gilireng merupakan desa terpencil dengan rumah-rumah penduduk yang lokasinya saling berjauhan. Mata pencaharian penduduk umumnya adalah petani dan peladang dengan pendapatan yang tidak seberapa. Sementara anak-anak usia sekolah umumnya di malam hari tidak ada kegiatan, kegiatan belajar terbatas pada siang hari. Mempertimbangkan kondisi tersebut, EEES mengembangkan program CSR yang sejalan dengan visi perusahaan, yaitu tercapainya kemandirian dan kesejahteraan masyarakat dalam kerangka pembangunan berkelanjutan. Misi perusahaan yaitu mengusahakan sektor hulu minyak dan gas dengan efisien, sehat dan berwawasan lingkungan, serta memberikan nilai tambah bagi pembangunan daerah, dengan mengedepankan kemandirian dan kesejahteraan masyarakat. Mengacu pada visi dan misi perusahaan dan juga sejalan dengan program BP MIGAS saat itu (kini SKK Migas) yaitu “Green & Bright”, salah satunya dalam bentuk program penyediaan penerangan bagi desa-desa terdekat perusahaan. 1. Pemanfaatan Energi Surya untuk Penerangan Selain mendapatkan informasi dari PLN tentang ketidakterjangkauan penyediaan listrik bagi desa-desa di sekitar PT. EEES, perusahaan juga menerima proposal masyarakat dimana salah satunya adalah dari Dusun Loae, Desa Mamminasae Kecamatan Gilireng untuk bantuan penerangan listrik. 176 PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan Gambar 1. Kondisi Desa Mamminasae dan Desa Alausalo Langkah awal yang dilakukan perusahaaan adalah melakukan studi awal bantuan penerangan listrik yang akan diberikan kepada masyarakat setempat dengan bentuk pengadaan genset berbahan bakar minyak, namun terdapat kendala dari beberapa hal menjadi pertimbangan yaitu: (1) Biaya akan lebih mahal baik penggunaan bahan bakar, biaya operasional, biaya pemasangan, biaya pemeliharaan dll. (2) Emisi genset kurang ramah lingkungan karena menimbulkan gas rumah kaca. (3) Kondisi jarak antar rumah yang cukup berjauhan, sehingga sulit menetapkan lokasi dan distribusi. (4) SDM untuk melakukan pemeliharaan dan organisasi manajemen operasional tidak tersedia mengingat masyarakat setempat memiliki latar belakang pendidikan yang minim dan mata pencahariannya adalah pembajak sawah/kebun. (5) Kondisi ekonomi masyarakat yang kurang mampu, jika kemudian harus menanggung biaya-biaya pengadaan listrik. Berdasarkan pertimbangan di atas, EEES memilih alternatif pengadaan listrik dengan menggunakan sel surya atau pembangkit listrik tenaga surya. Listrik tenaga surya lebih fleksibel untuk dipasang di lokasi yang berjauhan dan tentunya lebih ramah lingkungan. Berikut Tabel 1. adalah perbandingan antara pengadaan listrik dengan sel surya dan genset BBM hasil dari kajian yang dilakukan. Tabel 1. Perbandingan Pengadaan Listrik dengan Tenaga Surya dan Genset BBM Sel Surya Menggunakan bahan bakar terbarukan (tenaga surya) Genset BBM sumber Menggunakan solar, untuk minimal 6 liter per hari (pemakaian 12 jam/hari). Diperlukan minimal 4 genset untuk men-supply listrik untuk jumlah unit yang telah terpasang. Paket yang dipasang menggunakan Umumnya menggunakan lampu pijar : lampu LED dengan daya tahan 50.000 – 500 – 1.000 jam = 0,11 – 0,22 thn, lampu neon : 5.000 – 10.000 jam = 1-2 100.000 jam (10 – 20 thn) thn. PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan 177 Untuk pemeliharan cukup mudah, hanya dengan sering membersihkan panel surya, tanpa biaya dan limbah yang timbul. Untuk pemeliharaan dibutuhkan penggantian oli mesin 2 ltr/bln, filter oli 1x/bln, filter solar 1x/bln, saringan udara 1x/6bln. Tidak ada emisi gas ke udara saat Menimbulkan emisi gas buang berupa operasi CO, SO2, NO2, NOx dll Lebih ramah lingkungan Kurang ramah lingkungan Lebih mudah dibangun dalam skala Memerlukan infrastruktur jaringan kecil misalnya untuk skala rumah kabel dan fasilitas pendukung lainnya tangga/ penduduk pelosok Tidak memerlukan tenaga operator Diperlukan tenaga operator yang harus khusus yang harus bersiaga setiap bersiaga setiap saat untuk mengontrol waktu dan mengoperasikan pembangkit Tidak ada biaya rutin kecuali Biaya rutin cukup besar penggantian bola lampu sekitar 10-20 tahun. Selanjutnya pemerintah desa menyiapkan proposal dilengkapi data-data warga dan jumlah rumah yang akan mendapatkan listrik. Pihak perusahaan memproses pengadaan dan pemasangan listrik tenaga surya sebanyak 29 unit (sesuai data dari pemerintah desa) untuk dipasang di rumah-rumah yang membutuhkan. Pemasangan listrik tenaga surya di rumah-rumah ini diikuti dengan kegiatan sosialisasi cara perawatan dan pemeliharaan sel surya sehingga dapat dimanfaatkan secara optimal. Program ini sukses diterima masyarakat Dusun Loae pada tahun 2011 dan kemudian direplikasi di Desa Alausalo pada 2012. Listrik yang berasal dari energi terbarukan ini dinilai baik oleh warga maupun pemerintah setempat. Sebagai bentuk apresiasi dari Pemerintah Kabupaten Wajo, Wakil Bupati berkesempatan meninjau lokasi pemasangan sel surya didampingi perwakilan dari BP MIGAS pada tanggal 22 Februari 2012. Penggunaan listrik tenaga surya ini pada umumnya adalah untuk keperluan penerangan dalam rumah dan menghidupkan peralatan listrik lain berdaya kecil. Kini dusun-dusun di Gilireng tidak lagi kelam di waktu malam dan anak-anak usia sekolah tetap bisa belajar dengan lampu LED yang terpasang di rumahnya. Hingga Desember 2012, telah terdapat 57 rumah tangga yang memiliki penerangan. Alokasi dana yang dikeluarkan perusahaan untuk penerangan ini memang tidak banyak, secara rinci disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Rincian Dana Pengadaan Listrik Tenaga Surya di Dua Desa Tahun 2011 Jumlah Pengadaan 25 unit Rp. 197.200.000,- 2012 32 unit Rp. 229.600.000,- 178 Dana Lokasi Dusun Lowae Desa Mamminasae Kec. Gilireng Desa Alausalo Kec. Gilireng PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan Gambar 2. Panel Energi Listrik Tenaga Surya 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Program listrik tenaga surya di Desa Dusun Loae dan Dusun Alausalo di Kecamatan Gilireng kini sudah dapat menikmati listrik dengan daya masingmasing 1,25 kWp yang dihasilkan dari 25 unit tenaga surya untuk 25 rumah tangga, di Dusun Loae, Dea Mamminasae. Di Desa Alausalo sebanyak 32 unit dengan daya 1,60 kWp untuk 32 rumah tangga. Masyarakat mendapatkan manfaat berupa; (1) Peningkatan kualitas sosial masyarakat, warga dapat melakukan aktivitas (2) (3) (4) (5) di malam hari seperti makan malam bersama dan aktivitas sosial dengan tetangga, acara-acara sosial lainnya yang dulunya hanya dapat menggunakan penerangan terbatas dengan lampu minyak, kini diselenggarakan lebih baik dengan lampu listrik. Menunjang peningkatan pendidikan. Penerangan yang baik di malam hari dapat menunjang anak-anak untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah dengan lebih panjang dan lebih baik. Menunjang kebutuhan telekomunikasi. Listrik tenaga surya dapat dipakai untuk mengisi daya telepon seluler sehingga warga dapat menikmati komunikasi nirkabel dengan baik. Akses komunikasi juga dapat membantu warga mengakses informasi harga komoditas ataupun melakukan urusan bisnis dengan pihak luar. Menunjang efisiensi energi dan waktu. Dengan tersedianya akses komunikasi maka urusan-urusan warga dapat dilakukan lebih mudah dengan telepon seluler, tidak harus menempuh jarak yang jauh dengan transportasi yang sangat terbatas. Menunjang peningkatan ekonomi. Dengan penerangan yang cukup warga dapat melakukan kegiatan ekonomi di malam hari seperti mengurus ternak, mengolah hasil pertanian, kerajinan rumah tangga dan sebagainya. Berikut apa yang dirasakan oleh masyarakat dengan adanya penerangan listrik dengan tenaga surya. x “Kami sudah tidak perlu lagi minyak tanah yang sudah semakin langka – tinggal tekan tombol saja lampu di rumah sudah menyala, lampu tenaga surya dari Energy Equity sangat membantu kami”. (Abdullah – Warga Dusun Lowae) PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan 179 x x x x “Kami tidak lagi memakai lampu minyak tanah, Senang rasanya melihat anak-anak sudah bisa belajar dengan nyaman di malam hari”.(Bungawati Warga Ds Mamminasae) “Listrik solar cell ini adalah anugerah bagi kami, bayangkan berapa banyak uang yang harus kami bayar untuk pemasangan listrik PLN, sekarang kami bisa mendapatkan penerangan gratis tanpa biaya bulanan.”(Anwar – Warga Dusul Lowae) “Alhamdulillah, kami sudah tidak perlu ke kampung hanya untuk mengisi ulang batterai handphone, sekarang komunikasi lebih nyaman dan lancer”. (Hamzah – Warga Mamminasae) “Sejak jaman nenek moyang, kami belum pernah menikmati fasilitas listrik, saya sepertinya tidak percaya kalau warga bisa menikmati penerangan listrik di dusun Lowae ini.” (Ir. Mattuppuang – Kades Mamminasae) Pembelajaran yang didapatkan dari program yang dikembangkan adalah dalam mengembangkan program CSR penting sekali untuk memperhatikan kebutuhan masyarakat, memperhatikan keterjangkauan dan tentunya untuk menentukan program yang tepat dan bermanfaat bagi masyarakat dan lingkungan dengan melakukan kajian awal. Pelatihan untuk perawatan dan juga penyampaian informasi menjadi salah satu kegiatan yang penting agar membiasakan masyarakat merawat dan melakukan perbaikan untuk panel surya yang diberikan. 180 PT. ENERGY EQUITY EPIC SENGKANG – Energi Terbarukan PT. TIDAR KERINCI AGUNG, KABUPATEN SOLOK SELATAN, SUMATERA BARAT Tenaga Air Menerangi Nagari Talao Saluran air yang berasal dari Sungai Jujuhan sepanjang kurang lebih 4 km dan lebar sekitar 1 meter serta kedalaman 1-1,5 m di Jorong Talao yang dibuat Tidar Kerinci Agung pada tahun 1989, mulai dimanfaatkan sebagai Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) pada tahun 2009. Dengan dukungan dari Tidar Kerinci Agung (TKA) berupa peralatan dan masyarakat dalam bentuk tenaga dan sebagian dana maka PLTHM pertama telah menghasilkan daya sebesar 50 kilo watt yang mampu menerangi 110 unit rumah, dengan jadwal beroperasi dari jam 15.00 sore hingga jam 07.00 pagi hari berikutnya. PLTMH kedua yang dibangun pada tahun 2011, dapat menerangi 70 rumah di Sei Keruh dengan kapasitas 40 kilo watt. Program pemanfaatan tenaga air untuk listrik ini juga telah mendorong masyarakat untuk berkontribusi. Pemanfaatan sumberdaya air yang baik dapat bermanfaat bukan hanya sebagai sumber air sehari-hari, namun juga sumber penerangan. TKA, sebagai salah satu perusahaan yang bergerak dalam bidang perkebunan kelapa sawit, menyadari pentingnya sumberdaya air bagi keberlanjutan kehidupan baik bagi perusahaan maupun masyarakat sekitar. Perusahaan yang berlokasi di Kecamatan Sangir Balai Janggo, Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat, dengan luas HGU 28.029 hektar, merupakan areal HGU yang dilalui 4 sungai besar, yakni Jujuhan, Asam, Suir dan Kemarau serta 5 sungai kecil yang bermuara ke empat sungai besar tersebut yakni, Mangun, Sako Kiri, Sako Kanan, Kemarau Hitam dan Kemarau Putih. Hulu sungai-sungai tersebut berasal dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) dan Kawasan Hutan Konservasi Prof. Sumitro Djojohadikusumo (HKSD). Gambar 1. Areal PT. TKA dilembah jajaran Bukit Barisan (kiri) & Gn.Kerinci (kanan) Salah satu desa yang dekat areal TKA adalah Nagari Talao. Nagari ini terletak sebelah Barat areal perusahaan dengan jarak 3 km dari pusat kebun TKA, Sei Talang, yang dilalui oleh salah satu sungai yang berhulu di Kawasan HKSD TKA, yakni Sungai Jujuhan dengan 2 cabang anak sungai kecil, yakni Sungai Sako Kiri dan Sako Kanan. Nagari Talao Sei Kunyit, terdiri atas beberapa Jorong (setingkat dusun), yakni Jorong Sei Talang, Sungai Keruh, Talao, dan Sungai Jerinjing. Jumlah penduduk Nagari ini sebanyak 5.013 jiwa dengan 1.166 KK (Data Nagari per Juni 2013) yang selengkapnya ditampilkan pada Tabel 1. PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan 181 Tabel 1. Data Jumlah Penduduk Nagari Talao tahun 2013 No. Jorong Jumlah (jiwa) 1. Sei Talang 1.553 2. Talao 557 3. Sungai Keruh 1.349 4. Sungai Jerinjing 1.554 Total Nagari Talao Sei Kunyit 5.013 Sumber : Wali Nagari Talao Sei Kunyit KK 333 142 197 494 1.166 Penduduk yang tergolong usia kerja dalam warga Jorong Sei Talang 90% merupakan staf/karyawan/pekerja yang bekerja di TKA, sisanya wiraswasta yang berusaha di Pasar Sei Talang (Los yang dibangun perusahaan). Sedangkan penduduk 3 jorong lainnya 90% bekerja sebagai petani di kebun sendiri, kebun plasma kelapa sawit serta pada kebun karet dan kulit manis. Sepuluh persen (10%) merupakan masyarakat yang berusaha di bidang wiraswasta seperti warung barang kebutuhan sehari-hari, bengkel, tukang kayu dan batu, sopir, dan lainlain. Tahun 2009, masyarakat di Nagari Talao Sei Kunyit, masih belum banyak memiliki penerangan listrik, sekitar 95% rumah penduduk tidak memiliki prasarana penerangan listrik. Nagari Talao memang termasuk salah satu desa terpencil menurut kriteria pemerintah, penerangan listrik menjadi salah satu hal yang penting, selama ini baru warga yang mampu membeli genset untuk penerangan. TKA sendiri pada awalnya memberikan bantuan genset dan solar sebanyak 400 liter per bulan. Baru pada pertengahan 2009, tercetus gagasan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH) karena adanya sumberdaya alam berupa air yang berlimpah semenjak perusahaan membuat saluran air non permanen sepanjang ± 4 km pada tahun 1989 yang pada awalnya berfungsi untuk mengairi sawah penduduk. 2. Sumberdaya Air Sebagai Sumber Energi Listrik Pada tahun 1989 TKA membuatkan untuk masyarakat saluran air non permanen dengan cara membendung air Sungai Jujuhan dan membelokkannya sebagian ke arah pintu masuk saluran. Panjang saluran menuju pemukiman warga di Jorong Talao ± 4 km dengan lebar saluran 0,8 m - 1 m dengan kedalaman 1 m-1,5 m. Pada awalnya tujuan dari pembuatan saluran air ini adalah untuk membantu masyarakat agar dapat bertanam padi sawah dua kali musim tanam per tahun, dengan bera (istirahat tanam padi) selama 4 bulan yang dimanfaatkan untuk bertanam palawija. Masyarakat juga memanfaatkan sumber air yang dialirkan tersebut untuk kebutuhan mandi dan mencuci. Gambar 2. Pintu masuk air (kiri) dan saluran air menuju desa (kanan) 182 PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan Menurut data Stasiun Meteorologi, curah hujan yang turun selama enam tahun terakhir, periode 2007-2012 menunjukan rata-rata 3.922 mm/tahun atau 327 mm/bulan, dengan rata-rata jumlah hari hujan 151 hari hujan/tahun atau ratarata 13 hari hujan per bulan. Tabel 2, menyajikan data curah hujan di lokasi sekitar TKA, berdasarkan hasil pengamatan di lima titik lokasi pengamatan dengan menggunakan alat pengamatan curah hujan (Ombrometer) dipasang di lokasi HGU. Khusus pada 1 lokasi dilengkapi dengan alat pengamatan Suhu Udara, Kelembaban Udara, Lama Penyinaran, dan Evaporasi. Tabel 2 menunjukkan curah hujan di kawasan TKA yang berpotensi landasan untuk membangun pembangkit listrik tenaga air. Tabel 2. Curah Hujan Kawasan PT. TKA tahun 2007-2012 Deskripsi Curah Hujan (mm) Hari Hujan 2007 4.357 194 2008 3.551 163 Tahun 2009 2010 3.385 3.977 139 166 2011 4.341 127 2012 3.922 119 Rerata 3.922 151 Gambar 3. Kondisi air Sungai Jujuhan Pada Saat Musim Hujan November 2012 Dengan mempertimbangkan faktor ketersediaan air, kebutuhan masyarakat akan listrik, biaya yang harus dikeluarkan maka disepakati untuk membuat pembangkit listrik tenaga mikro hidro dengan tahapan persiapan sebagai berikut: Diskusi dengan masyarakat, dilakukan untuk menyusun kesepakatan terkait persiapan pembangunan termasuk didalamnya adalah biaya, serta pemeliharaan ke selanjutnya. Akhirnya disepakati bahwa perusahaan akan memberikan modal alat mikrohidro, sementara masyarakat menyumbang tenaga. Pembangungan PLTMH 1 yang direncanakan tahap awal untuk menerangi perumahan masyarakat di Jorong Talao yang berjumlah 142 KK. Proses pembangunan yang membutuhkan waktu hampir satu tahun awal tahun 2010 PLTMH 1 mulai berfungsi. Pembangunan tersebut menghabiskan dana sebesar 250 juta rupiah dimana 200 juta rupiah berasal dari perusahaan dan 50 juta rupiah dari dana nagari dan masyarakat. PLTMH 1 memiliki output 50 kilowatt yang mampu menerangi 110 unit rumah yang beroperasi dari jam 15.00 sore hingga jam 07.00 pagi keesokan harinya. Pemadaman dari jam 07.00 pagi hingga jam 15.00 bertujuan untuk memberi waktu istirahat kepada dinamo dan turbin agar tidak terlalu panas (over heating). Peran perusahaan selain dari membangun unit juga membantu pemasangan jaringan induk dan jaringan menuju rumah-rumah penduduk yang dikomandoi teknisi listrik perusahaan beserta warga masyarakat. Untuk tiang beton Nagari PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan 183 dibantu sebanyak 40 batang oleh perusahaan tetangga lainnya yakni PT. KSI (Willmar Group). Setelah unit berfungsi, pengelolaan sepenuhnya diserahkan kepada masyarakat, perusahaan hanya bersifat memantau dan membantu masalah teknis jika terjadi kerusakan. Untuk dana operasional pengelola listrik selanjutnya, Nagari memungut iuran berkisar Rp. 50.000–100.000/bulan/unit rumah, tergantung perkiraan besar pemakaian. Perkiraan dilakukan dengan cara menghitung jumlah titik lampu dan jenis alat elektronik yang dipakai, misal seperti televisi dan kulkas, mengingat meteran listrik yang belum ada. Iuran a. b. c. yang dipungut atas kesepakatan bersama internal Nagari digunakan untuk : Biaya pemeliharaan ringan saluran air Biaya pemeliharaan jaringan cabang menuju rumah jika ada kerusakan Biaya operator PLTMH 2 orang, Bendahara, Administrasi & Kepala Teknisi yang semuanya merupakan warga masyarakat setempat. d. Pembelian meteran listrik secara bertahap Gambar 4. Saluran permanen menuju bak penampung (kiri) dan bak penampung (kanan) Setelah PLTMH 1 beroperasi hampir 1,5 tahun, pertengahan tahun 2011, PLTMH ini ditinjau oleh tim pemerintah terutama dari Kantor Dinas ESDM Kabupaten Solok Selatan. Dari tinjauan tersebut, tim ahli dari Dinas ESDM menilai bahwa debit air yang ada masih memadai untuk dibuat satu saluran lagi sebagai penggerak turbin yang akan memutar dinamo penghasil energi listrik. Atas analisis lapangan tim dari Dinas ESDM serta adanya dana PNPM untuk Nagari Talao sebesar Rp. 300 juta, akhir tahun 2011 dimulai pembangunan PLTMH 2 dengan membuat saluran output ke-2 disamping output pertama. Ditambah bantuan TKA senilai Rp. 200 juta rupiah, proyek yang bernilai total Rp. 500 juta rupiah dapat selesai dalam waktu 6 bulan sehingga diawal tahun 2012 PLTMH 2 ini telah beroperasi dengan output energi sebesar 40 kilowatt yang menerangi 70 rumah di Jorong Sei Keruh. 184 PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan Gambar 5. Saluran Output 1 (kanan) Output 2 (kiri) diameter 18 inch Gambar 6. Turbin & Dinamo PLTMH 1 (kiri) PLTMH 2 (kanan) Turbin dan dinamo PLTMH 2 ini merupakan tipe yang lebih bagus dari yang pertama. Unit ini dilengkapi radiator cooler, sehingga unit bisa beroperasi selama 24 jam nonstop, sehingga kegiatan usaha di Jorong Sungai Keruh dapat berlangsung disiang hari. Disini terdapat usaha bengkel, perabot, warung-warung yang memiliki lemari pendingin dan alat-alat listrik lainnya. Selain itu seluruh rumah pelanggan sudah dipasangi meteran listrik. Gambar 7. Rumah Warga Permanen & Non Permanen yang telah dialiri listrik dengan meteran PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan 185 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Adanya listrik dengan tenaga mikrohidro memberikan banyak manfaat bagi masyarakat, antara lain anak-anak sekolah sudah dapat belajar di malam hari dan sudah dapat menonton tayangan televisi sebagai sumber berita, hiburan, pendidikan dan lain sebagainya. Program yang dilaksanakan yang pada awalnya lebih untuk mendukung pertanian masyarakat melalui penyediaan sumberdaya air yang berkecukupan bagi masyarakat dengan menjaga kawasan hulu sungai, ternyata menjadi sebuah program yang saling terkait. Keberhasilan perusahaan mengembangkan program berdasarkan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan menjaga lingkungan menjadi bagian pembelajaran yang penting bagi pengembangan program CSR lingkungan. Keterlibatan masyarakat dan pemerintahan desa atau nagari dalam perencanaan dan pelaksanaan program menjadi bagian penting untuk mendorong keberlanjutan program yang ditunjukan dari kontribusi masyarakat pada saat pembangunan, dan sistem pengelolaan listrik yang dilakukan oleh nagari dengan adanya iuran bulanan. 186 PT. TIDAR KERINCI AGUNG – Energi Terbarukan BAB VI. PERUBAHAN IKLIM 187 188 PT. HOLCIM INDONESIA PABRIK CILACAP, JAWA TENGAH Menikmati Udara Bersih Hutan Kota Cilacap Hutan Kota yang dibangun PT. Holcim Indonesia di Cilacap seluas 46 hektar telah memberikan kontribusi positif sebagai salah satu fungsi hutan yaitu menyerap karbon dioksida (CO2) di udara. Berdasarkan perhitungan, pada tahun 2013 dengan jumlah pohon sebanyak 39.932 pohon, diprakirakan dapat menyerap 66.267 ton CO2, jumlah ini naik 30 % dari tahun 2012 yang hanya menyerap 50,521 ton CO2. Upaya ini merupakan bagian dari mengatasi perubahan iklim yang dilakukan oleh perusahaan, sekaligus mendukung program pemerintah Indonesia. 1. Satu Karyawan Satu Pohon Angin berhembus pelan menyusuri area yang tampak asri dan teduh, ribuan dedaunan bergoyang mengikuti irama hembusan angin, udara begitu terasa sejuk, sejauh mata memandang terlihat hamparan hijau berbagai pohon yang tumbuh subur, seakan mereka menyapa selamat datang di Hutan Kota yang terawat dan bermanfaat. Pemandangan ini akan dirasakan oleh siapa saja saat mereka memasuki pabrik Holcim Indonesia Cilacap. Keteduhan dan asrinya lingkungan pabrik Holcim Indonesia bukan datang secara tiba- tiba. Perjalanan untuk mencapai ini ditempuh dengan penuh kesungguhan dan komitmen yang tinggi dari semua pihak yakni manajemen, karyawan, kontraktor dan para stakeholders lain. Budaya cinta lingkungan terus ditanamkan dan dipupuk agar semakin tumbuh dan berkembang yang pada akhirnya semua akan menikmatinya sebagai sebuah perilaku yang membudaya. Lingkungan adalah sahabat semua dan Hutan Kota Holcim Indonesia bagian dari kita untuk di jaga kelestariannya. Awal inisiasi adanya Hutan Kota dimulai sejak pabrik Holcim Indonesia dalam tahap pembangunan pada tahun 1996-1999. Saat itu, manajemen bersama seluruh karyawan bahu-membahu merealisasikan sebuah impian hijau, menjadikan sebagian lahan yang tidak dipakai untuk proyek pabrik menjadi lahan terbuka hijau yang nantinya akan memberikan manfaat bagi alam dan lingkungannya. Berangkat dari impian hijau, tercetuslah ide kreatif, sebuah gerakan menanam pohon “Satu Karyawan Tanam Satu Pohon“ gerakan ini telah memberi magnet yang kuat, dengan kesadaran yang tinggi, semua karyawan terlibat aktif untuk membawa dan menanam pohon di area yang sudah disediakan. Satu hal yang mengagumkan, begitu kuatnya semangat menanam mendorong karyawan melakukan tanam pohon lebih dari yang diharuskan, mereka menanam lebih dari satu pohon. Waktu terus berjalan, bibit pohon yang ditanam terus berkembang dan tumbuh alami, asupan pupuk dan siraman air membesarkan mereka dengan sempurna. Rimbun dedaunan terus menutupi setiap jengkal tanah dimana mereka tumbuh, tumbuh dan terus tumbuh menjadi besar. Dari sinilah cikal bakal Hutan Kota Holcim Indonesia. “Terimakasih atas peran serta PT.Holcim Indonesia Pabrik Cilacap dalam mendukung penyediaan hutan kota jenis privat, sebagai bagian ruang terbuka hijau kawasan perkotaan yang merupakan salah satu tanggung jawab perusahaan dalam rangka mempertahankan kinerja pengelolaan lingkungan hidup serta meningkatkan kualitas lingkungan kota Cilacap yang sehat, bersih hijau dan teduh”, ( Adjar Mugiono, Kepala Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Cilacap) HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI 189 Ungkapan Kepala BLH tidaklah berlebihan, namun penuh makna yang sangat dalam. Pemeliharaan untuk kelestariannya adalah amanat yang harus dipenuhi, dan memastikan Hutan Kota ini tetap lestari serta memberikan makna bagi perbaikan lingkungan adalah tanggungjawab yang harus diemban oleh Holcim Indonesia. Untuk lebih fokus dalam mengemban tanggungjawab ini, Hutan Kota menjadi bagian dari tanggung jawab Departemen Technical, Environment & Quality Management System Section, dengan dukungan karyawan yang sesuai keahliannya, berbagai perubahan kearah yang lebih baik telah menunjukan hasil yang menggembirakan. Bentuk tanggungjawab untuk menjaga kelestariannya terus diupayakan seiring dengan pentingnya arti sebuah hutan bagi kehidupan. Salah satu upaya yang terus dibina adalah menjadikan Hutan Kota ini sebagai Hutan Kota yang ideal dengan memenuhi berbagai parameter. Holcim bekerjasama untuk merancang ulang (re design) Hutan Kota sudah dilakukan, untuk ini Holcim Indonesia bekerjasama dengan Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) Kementerian Kehutanan. Hasil dari kerjasama akan menghasilkan Hutan Kota yang lebih ramah lingkungan dan memberikan manfaat positif bagi lingkungan sekitarnya seperti adanya arena jogging track untuk kegiatan olah raga, jalan setapak yang bisa dilalui saat masuk hutan, adanya informasi terbuka bagi masyarakat tentang aneka tumbuhan yang ada. Lebih dari itu, Hutan Kota ini dirancang memiliki keanekaragaman hayati dengan menanam berbagai jenis pohon langka. Upaya lain untuk terus memperbaiki Hutan Kota adalah dengan memperkaya hutan dengan berbagai jenis tumbuhan. Saat ini ada 53 jenis pohon dan akan terus ditambah dengan berbagai jenis. Dari tahun ke tahun jumlah pohon terus mengalami penambahan. Tabel 1. Jumlah Pohon yang Ada di Hutan Kota Holcim dan Kemampuan Serapan Karbon Dioksida Tahun Jumlah Pohon Penyerapan CO2 /Tahun 2010 24.256 11.494 2011 27.586 39.462 2012 39.812 50.521 2013 56.164 66.046 Luas Hutan Kota mencapai 46 hektar atau 39% dari total luas area pabrik yang mencapai 118,5 hektar, hutan ini telah memberikan kontribusi positif sebagai salah satu fungsi hutan yaitu menyerap CO2 di udara. Berdasarkan perhitungan, pada tahun 2013 dengan jumlah pohon sebanyak 39.932, Hutan Kota Holcim Indonesia telah menyerap 66.267 ton CO2, jumlah ini naik 30 % dari tahun 2012 yang hanya menyerap 50.521 ton CO2. Jumlah CO2 yang diserap adalah berdasarkan perhitungan jumlah pohon yang ada dan perkalian dari daya serap masing-masing pohon berdasarkan tabel yang telah teruji. Sebagai contoh Pohon Trembesi (Samanea saman) memiliki daya serap CO2 sebesar 28.448 kg CO2/pohon/tahun, Beringin (Ficus benyamina) 536 kg CO2/pohon/tahun dan Mahoni (Swettiana mahagoni), 296 kg CO2/pohon/tahun. 190 HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI Gambar 1. Grafik Jumlah Pohon dan Penyerapan CO2/tahun di Hutan Kota Holcim Belum cukup untuk mengatakan Hutan Kota ini termasuk kategori terbaik meskipun sudah meraih penghargaan Hutan Kota Terbaik Tingkat Jawa Tengah tahun 2011, Juara III Tingkat Nasional tahun 2012 serta Juara 1 One Billion Indonesian Trees (OBIT) Tingkat Provinsi Jawa Tengah dan mewakili Jawa Tengah untuk OBIT Tingkat Nasional 2013. Selain fungsi pendidikan, keberadaan Hutan Kota telah memberikan manfaat lain yakni mendukung terciptanya lingkungan yang sesuai untuk pengembangan program keanekaragaman hayati (Biodiversity) dan konservasi dalam bentuk budidaya lebah madu. Pada tahun 2013, Holcim Indonesia membudidayakan lebah madu jenis Malivera, tahap pertama awal tahun ditempatkan 5 sarang dan terus dikembangkan menjadi 8 sarang. Jenis lebah madu Malivera ini sangat potensial dan bernilai ekonomis, dalam waktu 4-6 bulan masing masing sarang sudah bisa diambil madunya. Keberadaan dan populasi lebah terus berkembang dan tidak mengalami penurunan populasi, hal ini menunjukan bahwa lingkungan disekitarnya sangat mendukung. Hal ini juga mengindikasikan bahwa lingkungan disekitar operasional pabrik ramah lingkungan dengan kata lain bahwa Lebah merupakan salah satu indikator hidup (Bioindicator) yang di gunakan oleh Holcim Indonesia untuk mengukur salah satu kinerja lingkungan. Pengembangan atau budidaya Lebah Madu disekitar pabrik telah menjadi contoh sukses kelola lingkungan, keberadaan Hutan Kota dan banyaknya bunga dari tanaman buah disekitar pabrik yang menjadi sumber makanan Lebah turut mendukung berkembangnya populasi Lebah. Selain Lebah Madu, ada pula Rusa Timor (Cervus timorensis) yang menjadi bioindicator lainnya yang ada di Holcim Indonesia, mereka berkembang biak secara alami, hal ini ditandai dengan bertambahnya populasi Rusa Timor menjadi 17 ekor dimana awalnya hanya 12 ekor. Keberhasilan ini merupakan salah satu indikasi bahwa area pabrik merupakan area yang ramah lingkungan. Lebih dari sekedar Hutan Kota, keberadaan Hutan Kota Holcim Indonesia yang berjarak kurang lebih 5 kilometer dari pusat pemerintahan (Kabupaten) dan berada di lokasi yang padat pemukiman, tidaklah berlebihan kalau dikatakan Hutan Kota Holcim Indonesia adalah paru–paru Cilacap, dari pohon di Hutan Kota ini, ribuan ton oksigen dari sebuah proses alami fotosintesis dilepas ke udara bebas dan memberi kehidupan bagi ekosistem di sekitarnya, termasuk manusia. HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI 191 Keberhasilan pengembangan hutan kota di Cilacap, dikembangkan di wilayah lainnya, diantaranya melakukan kerjasama proyek pengembangan Hutan Kota antara Holcim Indonesia dan Kementerian Kehutanan melalui Balai Penelitian Teknologi Agroforestry (BPTA) di Cigarendeng Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat. Salah satu bentuk kerjasama yaitu melakukan pengkayaan Hutan Kota dengan 3.000 tanaman langka. Tanaman langka yang sedang dikembangkan diantaranya Meranti Kalimantan, Meranti Sulawesi dan Meranti Maluku. Pengayaan ini akan menjadikan Hutan Kota ini sebagai Pusat Penelitian Tanaman Langka atau Holcim Educational Forest bagi masyarakat luas. Masyarakat bisa memanfaatkan Hutan Kota ini untuk keperluan penelitian atau observasi, ini bagian dari CSR Holcim Indonesia dalam membantu dunia pendidikan khususnya mereka yang berkecimpung dengan dunia tumbuhan (Flora) dan kehutanan. Sebagai contoh, Meranti Kalimantan adalah pohon yang sangat istimewa dikarenakan pohon ini sudah sangat sulit di temukan di daerah asalnya, di Kalimantan. Kedepan diharapkan para pemerhati atau peneliti yang akan belajar tentang Meranti Kalimantan tidak perlu ke Kalimantan, mereka cukup datang ke Hutan Kota Holcim Indonesia. 192 HOLCIM - Hutan Kota Cilacap - PI PT. INDONESIA POWER UBP KAMOJANG, KABUPATEN BANDUNG JAWA BARAT Kampung Bibit Kamojang, Inisiasi Adaptasi dan Mitigasi Perubahan Iklim Sebanyak 35.000 bibit pohon telah ditanam di lahan seluas 10 Ha di lokasi Gunung Kamojang untuk menjaga fungsi kawasan hutan sebagai penyimpan cadangan air, pencegah erosi, penjaga keanekaragaman hayati, dan sekaligus penyerap karbon dioksida. Bagi PT. Indonesia Power UBP Kamojang, Kabupaten Bandung, Jawa Barat, menanam pohon untuk menghijaukan areal hutan Kamojang merupakan bagian penting untuk mengatasi masalah perubahan iklim. Bahkan untuk mendukung kegiatan penghijauan kawasan, perusahaan mendampingi masyarakat untuk membentuk kelompok tani yaitu Kelompok Tani Bina Karya Mandiri dengan salah satu kegiatannya adalah pembibitan pohon. Sampai tahun 2013, kelompok tani ini sudah mengembangkan bibit pohon lokal seperti Puspa (Schima walicii), Manglid (Magnolia blumei), Kibeureum (Saurauia cauliflora), Kihejo, Huru (Machilus sp.) dan Kayu Manis (Cinnamomum zaylanicum) sebanyak 70.000 bibit dan mampu menyerap 16 tenaga kerja dari kelompok tani. 1. Mimpi Bersama Masyarakat atasi Perubahan Iklim Kehidupan masyarakat di Kampung Kamojang, Jawa Barat mulai kembali bersemi ketika tunas-tunas hijau bibit pohon yang dikembangkan sudah berubah menjadi pohon. Upaya warga masyarakat Kampung Kamojang yang didukung program CSR PT. Indonesia Power UBP Kamojang, sejak tahun 2011 rupanya sudah mulai memperlihatkan hasil. Sebagai salah Badan Usaha Milik Negara, perusahaan yang beroperasi di Unit PLTP Kamojang-Darajat dan Unit PLTP Gunung Salak, mengusahakan energi panas bumi dengan kapasitas pembangkitan total sebesar 375 MW, produksi tersebut bila dihitung menghasilkan emisi rata-rata 90 gr-100 gr. CO 2 /KWh dibandingkan sumber energi lainnya memang cukup kecil. Namun perusahaan menyadari usaha sumber panas bumi di sekitar hutan menyebabkan berkurangnya area hijau pada hutan sehingga berpotensi mengurangi kapasitas penyerapan Gas Rumah Kaca (GRK) di atmosfer. Sebagai langkah mengatasi hal ini, UBP Kamojang dibawah menfokuskan upaya konservasi kawasan hutan sebagai kawasan penyerap emisi, salah satu program yang dikembangkan adalah Kampung Bibit. Inisiasi ini sejalan dengan visi perusahaan yaitu, “menjadi perusahaan publik dengan kinerja kelas dunia dan bersahabat dengan lingkungan”. Kampung Bibit adalah program mengatasi isu perubahan iklim yang terjadi melaui program pemberdayaan masyarakat yang difokuskan pada usaha penyediaan dan pengelolaan bibit pohon untuk penghijauan, berlokasi di Desa Laksana, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Program ditujukan untuk: (1) Mendukung kegiatan pemerintah dalam mengatasi dampak pemanasan global, melalui penghijauan di hulu Citarum (Hutan Kamojang). (2) Mengembalikan fungsi hutan lindung Kamojang, melalui pembibitan dan penghijauan pohon endemik. (3) Mendukung kegiatan penghijauan di wilayah lainnya. (4) Melakukan pendampingan masyarakat sebagai upaya menjaga zona perlindungan hutan. INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI 193 (5) Melakukan pemberdayaan masyarakat desa di sekitar hutan berkaitan dengan peningkatan kesejahteraan dan lingkungan. Kegiatan yang dimulai dengan penilaian awal oleh tim perusahaan untuk mengetahui kondisi sosial masyarakat dilanjutkan dengan proses pembentukan kelompok tani dari ring 1 perusahaan, yang terbentuk pada tanggal 7 Juli 2011 dengan nama Kelompok Tani Bina Karya Mandiri. Kelompok terdiri dari para petani di Kampung Kamojang, dengan total anggota 66 petani, yang diketuai oleh Bapak Ade Juhana, secara kelembagaan selain disusun aturan juga disusun para pengurus yang terdiri dari Ketua, dan koordinator untuk pembibitan, peralatan, lapangan dan pemasaran. Kelompok tani memulai pembuatan kebun bibit di lahan seluas 1 Ha dengan jenisjenis endemik antara lan ; Puspa (Schima walicii), Manglid (Magnolia blumei), Kibeureum (Saurauia cauliflora), Kihejo, Huru (Machilus sp.) dan Kayu Manis (Cinnamomum zaylanicum). Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya untuk menghijaukan dan menjaga kawasan sumber air Desa Laksana agar tetap terjaga sebagai bagian dari upaya adaptasi perubahan iklim di kawasan ini sekaligus berfungsi untuk melestarikan kekayaan hayati jenis pohon juga menjadi kawasan penyerap emisi. Penyediaan kebun bibit sarana dan prasarana mendapatkan bantuan dari perusahaan. Kemampuan petani dalam membibitkan jenis-jenis endemik pohon yang digunakan untuk penghijauan tidak terlepas dari proses penguatan kapasitas dan keahlian yang dilakukan oleh perusahaan, serangkaian pelatihan mulai dari penyemaian, pemeliharaan sampai penanaman telah dilakukan, seperti pelatihan penyemaian model mikrodas yang didampingi oleh DPKLTS. Pada tahap awal tepatnya periode 2012, sebanyak 30.000 benih di semaikan di lokasi pembibitan dengan beragam jenis. Periode berikutnya tahun 2013 benih yang dikembangkan menjadi 40.000 bibit dan mulai dilakukan sertifikasi bibit pohon oleh BPTH. Kebun bibit yang dikembangkan, digunakan untuk melakukan penghijauan di areal hulu Sungai Citarum dan sekitarnya tepatnya di Kawasan Gunung Kamojang yang merupakan kawasan dibawah pengelolaan Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) dan Perhutani. Wilayah Hutan Kamojang yang telah dihijaukan sampai dengan Tahun 2013 adalah seluas 10 Ha dengan target awal yaitu 5 Ha, dengan total bibit yang ditanam adalah 35,000 bibit pohon. Pada tahun 2012 sebanyak 28.000 bibit dan tahun 2013 hanya 7.000 bibit pohon karena musim kemarau pada saat penanaman. Kebun bibit dan penghijuaan bukan hanya sekedar untuk mengatasi dampak perubahan iklim, namun juga untuk meningkatkan alternatif pendapatan masyarakat yang berada di lokasi perusahaan. Kebun bibit telah berhasil meningkatkan pendapatan kelompok tani, Gambar 1., menunjukkan perkembangan pendapatan kelompok tani yang terlihat meningkat di tahun 2012 pada bulan sejak program dikembangkan. Penjualan bibit yang dikembangkan di kebun bibit, merupakan sumber pendapatan karena dijual untuk penghijauan. Semula bibit memang di jual ke perusahaan PT. Indonesia Power UBP Kamojang, namun juga permintaan dari pihak lain sudah mulai berdatangan. 194 INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI Pendapatan Kelompok Selama Tahun 2012 Rp 12.500.000 Rp 8.792.000 Rp 354.000 Rp 564.000 Rp 425.000 April Mei Juni Nopember Desembet Gambar 1. Gambaran Pendapatan Kelompok Sejak Kebun Bibit Dimulai Tahun 2012 Keberhasilan masyarakat dalam mengembangkan pembibitan pohon untuk penghijauan membawa dampak positif terhadap pendapatan masyarakat. Dari bibit yang ditanam mereka mendapatkan tambahan pendapatan, tidak heran kemudian masyarakat mendengungkan kembali slogan lama yang kerap di sampaikan orang tua mereka dulu yaitu “Leweung hejo, masyarakat ngejo” (Hutan hijau, masyarakat makan, bila hutan hijau maka masyarakat pasti dapat memenuhi kebutuhan hidupnya). Dari program yang dilaksanakan selama 3 tahun, masyarakat merasakan manfaat lainnya, yaitu : x Peningkatan pengetahuan tentang penanaman pohon dan jenis pohon endemik di sekitar mereka. x Peningkatan kesadaran dan munculnya kepedulian masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan sekitar demi kelangsungan kehidupan anak cucu bangsa. x Gotong royong diantara masyarakat lebih aktif lagi sejak program dilaksanakan, sehingga rasa kekeluargaan semakin terjaga. x Munculnya kelompok tani Bina Tani Mekar Abadi pada tahun 2013 yang termotivasi dari Kelompok Tani Bina Karya Mandri. x Terciptanya lapangan kerja bagi masyarakat, dengan pengembangan kebun bibit sampai dapat menyerap tenaga kerja sebanyak 16 orang (pengelola kebun bibit). Monitoring dan Evaluasi perusahaan dilakukan setiap setahun sekali untuk menguji kesesuaian antara target & realisasi pengelolaan, ditingkat kelompok untuk melakukan pengawasan mutu produksi benih serta kelembagaan kelompok. 2. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Kampung bibit yang dikembangkan dari program CSR PT Indonesia Power UBP Kamojang, merupakan salah satu contoh dari upaya mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, terutama untuk mempertahankan kondisi kawasan resapan air sekaligus hulu Sungai Citarum. Kebun Bibit yang dikembangkan masyarakat telah menjadi sumber bibit bagi penghijauan kawasan Kamojang, sekaligus menjadi contoh dalam mitigasi antara lain : x Dengan keberadaan kebun bibit yang dekat dengan lokasi kawasan untuk penghijauan maka energi yang digunakan untuk pengangkutan bibit dapat dihemat, sekaligus mengurangi emisi dari proses pengangkutan. INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI 195 x x Penghijauan yang dilakukan merupakan upaya mitigasi perubahan iklim dengan meningkatkan daya serap karbon oleh pohon yang ditanam. Keberadaan kebun bibit dan penghijauan menjadi salah satu pendukung konservasi bagi flora dan fauna endemik yang ada di lokasi Kamojang yang selama ini mulai berkurang dan hilang karena kegiatan manusia (pembangunan, pengembangan areal operasi panas bumi PT. Indonesia Power UBP Kamojang, dll). Program CSR Kampung Bibit untuk Adaptasi Perubahan Iklim cukup berhasil dalam pelaksanaannya, karena di dukung oleh beberapa faktor : (1) Komitmen dari perusahaan, khususnya UBP Kamojang. (2) Model kegiatan yang dikembangkan dengan melibatkan kelompok tani yang turut meningkatkan pendapatan kelompok merupakan kunci keberhasilan. Menggabungkan faktor lingkungan dan ekonomi dalam program biasanya cukup sulit untuk diterapkan, namun dengan kebun bibit jangka waktu untuk meningkatkan pendapatan rupanya tidak memerlukan waktu cukup lama. (3) Kerjasama dengan pihak lain, seperti Perhutani dan BKSDA untuk lokasi penanaman merupakan menjadi bentuk kolaborasi untuk menjaga kawasan hutan sumber air di lokasi kegiatan. (4) Pembentaukan kelompok dan pelatihan yang dilakukan secara terencana berhasil mendorong motivasi dan kemandirian kelompok, seperti diungkapkan oleh Ketua Kelompok Tani Bina Karya Mandiri, Ade Juhana: “Pada awalnya masyarakat di sekitar Kamojang tidak banyak memahami tentang pentingnya penanaman pohon endemik guna pelestarian lingkungan, sejak bekerjasama dengan UBP Kamojang, kami mendapatkan banyak manfaat terutama dari Kebun Bibit yang dikembangkan untuk penghijauan hutan bukan hanya membuat hutan hijau tapi juga ada pendapatan.” Dokumentasi Foto 1. Kegiatan Persemaian Bibit Kelompok Tani Bina Karya Mandiri 196 INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI a. Kegiatan Persemaian Kelompok Tani Bina Karya Mandiri dengan Masyarakat b. Kegiatan Penanaman Pohon Bersama Masyarakat Sebanyak 7.000 Pohon di Area Kamojang INDONESI POWER UBP KAMOJANG - Kampung Bibit - PI 197 PT. JABABEKA TBK, CIKAMPEK, JAWA BARAT Jababeka Botanic Garden Upaya Adaptasi Perubahan Iklim Perkotaan Pengembangan Kebun Raya (Botanic Garden) seluas 70 Ha di areal kawasan industri dengan 5.600 Ha, merupakan salah satu upaya untuk mengatasi perubahan iklim. Hampir 163 jenis tumbuhan yang ditanam diantaranya adalah pohon yang diharapkan mampu menyerap karbon dioksida, dengan usia pohon 6 tahun lebih dari jenis-jenis antara lain asam jawa (Tamarindus indica), randu agung (Bombax malabarica) trembesi (Samanea saman) karet anting (Ficus elastica), turi (Sesbania Gandiflora) yang ditanam sejak 2007, diprakirakan dengan total 125.372 pohon mampu menyerap karbon dioksida sebesar 129.404 per tahun. 1. Program Botanic Garden PT. Jababeka Tbk. merupakan perusahaan pengembangan kawasan industri swasta pertama di Indonesia dengan kualitas pelayanan yang terbaik. Berlokasi di Cikarang-Kabupaten Bekasi, di wilayah timur Kota Jakarta, tepatnya di gerbang tol keluar Cikarang Barat km.31 ruas jalan tol Jakarta-Cikampek. Kawasan Industri Jababeka dikembangkan secara bertahap seluas 5.600 Ha. Selanjutnya akan dibuka gerbang tol km. 27 dan km. 34 sebagai akses langsung menuju Jababeka. Dengan Visi : “Menjadi pengembang kota terbaik yang ramah lingkungan dan terpercaya”, dan Misi : "Terpercaya, profesional dan selalu berjuang melampaui harapan", pada awalnya PT. Jababeka hanya mengembangkan kawasan industri,tetapi seiring dengan pesatnya perkembangan industri di kawasan timur Kota Jakarta, maka PT. Jababeka merasa perlu membangun sarana-sarana pendukung lingkungan industri, diantaranya adalah : perumahan, sarana olah raga/entertainment, area komersial/bisnis, tempat pendidikan, tempat rekreasi/hotel, perkantoran, dan pusat niaga yang disediakan untuk memberikan pelayanan terbaik bagi dunia industri yang tumbuh dengan harmonis di dalam Kota Jababeka yang asri. Botanic Garden sebagai upaya adaptasi terhadap perubahan iklim, paru-paru kota, edukasi lingkungan, wisata dan perlindungan keanekaragaman hayati. Perencanaan adaptasi terhadap perubahan iklim di Jababeka pada awalnya didasarkan atas hasil identifikasi data dan informasi rona lingkungan awal yang menggambarkan keanekaragaman hayati pada saat kawasan Jababeka akan dikembangkan. Jababeka pada masa lampau merupakan suatu wilayah hunian yang berdiri diatas hamparan lahan yang berupa lahan pertanian tadah hujan, sawah, rawa dan pertanian dengan irigasi teknis. Dari hasil pengukuran terdapat keanekaragaman jenis vegetasi sebanyak 2.082, maka dapat dikategorikan Jababeka memiliki keanekarakaman jenis vegetasi rendah. Jababeka yang dikembangkan sebagai pelopor kawasan industri, kawasan perumahan dan didukung sarana perkotaan modern maka perlu didukung oleh kondisi lingkungan yang nyaman dan terjaga baik. Adanya perubahan iklim juga mendorong Jababeka untuk beradaptasi dengan perubahan yang ada. Untuk itu dalam beradaptasi dengan perubahan iklim, Jababeka melakukan pengelolaan keanekaragaman hayati yang dimaksudkan untuk mendukung fungsi perkotaan yaitu terjaganya keseimbangan ekosistem industri, perumahan dan sarana 198 JABABEKA - Botanic Garden - PI pendukung lainnya. Oleh karena itu kebijakan perlindungan keanekaragaman hayati di Jababeka pada dasarnya bertujuan untuk : 1) Pengelolaan lingkungan hijau untuk meningkatkan adaptasi perubahan iklim dan peningkatan keanekaragaman hayati. 2) Menyelamatkan dan melindungi keanekaragaman hayati yang masih dapat ditemui di dalam ekosistem setelah terjadi alih fungsi lahan. (SAVE). 3) Memperkaya keanekaragaman hayati secara signifikan sebagai cadangan plasma nutfah (DEVELOPE). 4) Memanfaatkan keanekaragaman hayati sebagai sarana pendidikan, penelitian, cadangan pangan dan energi alternatif (USE). Untuk mencapai tujuan meningkatkan adaptasi perubahan iklim melalui pengelolaan keanekaragaman hayati terpadu di Jababeka telah ditetapkan sasaran dan rencana kerja secara rinci baik jangka pendek (1-2 tahun) maupun jangka panjang (5-10 tahun). Masyarakat yang menjadi sasaran dari program ini adalah masyarakat di dalam dan diluar kawasan. Masyarakat di dalam adalah tenanttenant industri dan perumahan sedangkan masyarakat diluar kawasan industri adalah pihak-pihak yang ada diluar kawasan tetapi memiliki kepentingan terhadap kawasan yang hijau. Selain itu untuk memperkaya pengetahuan dalam mengimplementasikan pengelolaan kanekaragaman hayati, Jababeka melakukan kemitraan untuk saling tukar informasi, diskusi bersama (FGD), dan bantuan lainnya dengan 11 mitra kerjasama dari berbagai lembaga atau asosiasi diantaranya : Taman Burung Taman Mini Indonesia Indah, The Indonesian Bonsay Society, President University Botanist Club, Kebun Raya Bogor, Graha Asri Bird Club, Kampoeng Djamu Marta Tilaar, Asbindo, Yayasan Kehati, dan Trubus (majalah). 2. Penyerapan Emisi CO 2 Jababeka Botanic Garden tidak dapat dipisahkan dengan Jababeka, karena apabila kita bicara Jababeka Botanic Garden maka yang dimaksud adalah seluruh Kawasan Jababeka yang terdiri dari berbagai macam spesies tanaman yang terdapat didalamnya. Pencapaian program yang sudah dapat direalisasikan dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 tercatat bahwa sebaran populasi pohon sudah mencapai 125.372 pohon. Pohon utama yang tumbuh di ekosistem awal yakni ekosistem pekarangan/kebun hanya tercatat 18 spesies. Pengkayaan spesies pohon yang dapat tumbuh subur di Jababeka telah mencapai kurang lebih 163 spesies. Tabel 1. Prakiraan Serapan Karbon dari Pohon yang Ditanam Botanic Garden di Jababeka Jumlah Pohon di Jababeka %RWDQLF*DUGHQ dan Penyerapan CO 2 /tahun Jumlah Pohon Penyerapan CO 2 /thn 2007 2008 2009 2010 2011 2012 105.409 106.704 109.311 110.772 123.949 125.372 76.688 80.627 104.234 112.492 113.208 129.404 JABABEKA - Botanic Garden - PI 199 140,000 120,000 100,000 80,000 60,000 40,000 20,000 0 Jumlah Pohon di Jababeka Botanic Garden dan Penyerapan CO2/tahun Jumlah Pohon Penyerapan CO2/tahun 2007 2008 2009 2010 2011 2012 Gambar 1. Grafik Serapan CO2 dari Pohon yang Ditanam di Botanic Garden Jababeka 3. Monitoring dan Evaluasi Implementasi dan realisasi adaptasi perubahan iklim dari tahun 2007 sampai dengan tahun 2012 adalah sebagai berikut: 3HUWDPD, melakukan adaptasi perubahan iklim dengan penyelamatan keanekaragaman hayati sebagai lingkup konservasi in-situ yaitu penyelamatan pohon-pohon tua yang merupakan vegetasi asli, yang tersisa dan berhasil diselamatkan. Ada empat jenis pohon yang menjadi “pohon terindah” di Jababeka yaitu : asam jawa (Tamarindus indica) terdistribusi di 10 lokasi, randu agung (Bombax malabarica) merupakan maskot pohon Kota Jababeka, trembesi (Samanea saman) pohon ini menghiasi landmark boulevard Jababeka, dan karet anting (Ficus elastica). .HGXD melakukan adaptasi perubahan iklim dengan memperkaya keanekaragaman hayati yang merupakan lingkup konservasi ex–situ (diluar kawasan aslinya) yaitu pengembangan botanic garden sekitar 70 Ha. Botanic Garden Jababeka mulai dibuka pada hari Kamis, 8 Maret 2007, Menteri Negara Lingkungan Hidup, Ir. Rachmat Witoelar didaulat untuk menanam pohon salam (Syzygium polyantum). Setelah itu diikuti oleh Mantan Duta Besar Singapura, Edward Lee menanam kayu manis (Cinamomun burnamii), dan Presdir Jababeka, S.D. Darmono menanam sawo kecik (Manikara kauki). Rektor Presiden University, Prof.Dr. Muliawati G. Siswanto menanam pohon kola (Cola nitida). Itulah awal dibukanya Jababeka Botanic Gardens yang saat ini di area tersebut telah berhasil dihijaukan 30 Ha. Jababeka Botanic Garden disiapkan Jababeka sebagai paru-paru kota yang juga memiliki fungsi penyelamatan, pengembangan keanekaragaman hayati dan penyeimbang ekosistem mupun sosiosistem. Sampai Tahun 2013 Jababeka Botanic Garden berisi banyak spesies flora fauna baik itu asli maupun spesies tambahan yang bertujuan untuk memperkaya ekosistem botanic garden. Fungsi penyeimbang sosiosistem karena botanic garden memberi kemanfaatan sosial budaya bagi masyarakat luas. Pencapaian kinerja Jababeka Botanic Garden memperoleh pengakuan CSR Award Nasional bidang Lingkungan oleh Menteri Sosial pada tahun 2009. Koleksi tanaman di botanic garden dapat diklasifikasikan : 1) Pohon spritual (bodi, kurma, cemara aucaria, tin, sintok, dll); 2) Pohon Langka (baobab, gaharu, 200 JABABEKA - Botanic Garden - PI menteng, gandaria, jamblang kraton, kepel, dll); 3 ) Pohon Habitat (bintaro, beringin, bambu, jarak, salam, dll); 4) Pohon buah yaitu mangga, jeruk, kecapi, matoa, sukun, dll); 5) Pohon industri yaitu : jati, sengon, kapuk, merbau, meranti merah, kedaung, dll); dan 6) Tanaman Hias (flamboyan, akasia golden, tiara payung, dadap merah, dll). Kekayaan vegetasi di botanic garden baik pohon, semak, rumput, badan air, telah menciptakan mata rantai makanan yang sempurna. Saat ini dapat dijumpai lebih 75 spesies burung (ket : hasil survei tim Taman Burung TMII Th. 2010) di botanic garden. Sangat kaya dibandingkan sebelum kawasan Jababeka dibangun, hasil identifikasi rona awal tercatat tidak lebih dari 11 spesies. Bahkan peneliti dari taman burung TMII menyatakan secara hipotetik, sebagian burung-burung di Kepulauan Seribu Jakarta ada yang bermigrasi ke Jababeka Botanic Garden. Saat ini pun telah dilakukan pertanian organik dengan membuat demplot 5000 m2 di dalam botanic garden. Sumber daya manusia yang mengelola diambil dari pemuda putus sekolah dan dilatih di Karang Widya Foundation Cianjur selama 4 bulan. Dengan adanya pertanian organik ini tanaman koleksi Jababeka Botanic Garden telah bertambah, yaitu jenis tanaman komoditi organik yang membawa manfaat ekonomis seperti pakchoi, caisim, kacang kapri, jagung muda, bayam merah, ikan patin, apotek hidup dan lainnya yang sesuai dengan kondisi di botanic garden. Upaya yang dilakukan untuk adaptasi terhadap perubahan iklim dalam organic farm adalah melalui upaya penggunaan mulsa plastik, penggunaan bibit unggul dan penggunaan greenhouse. Penggunaan mulsa plastik diharapkan mampu mengurangi penguapan air dan mengurangi penyiraman. Nursery Jababeka yang berlokasi di area Jababeka Botanical Garden mulai beroperasi pada akhir tahun 2011 dan merupakan nursery yang dikelola langsung oleh Jababeka. Tanaman yang ada di nursery ini berasal dari tanaman yang ada di Kawasan Jababeka dengan metode perbanyakan semai biji, stek dan cangkok. Nursery ini menempati lahan seluas 4.5 ha selain berfungsi sebagai bank tanaman untuk keperluan upgrade maupun pembuatan landscape di kawasan (Industri, perumahan dan golf), juga berfungsi sebagai pusat penyelamatan dan pemberdayaan keanekaragaman hayati. Nusery Jababeka adalah salah satu upaya mitigasi terhadap perubahan iklim karena dengan nursery, perbanyakan pohon dapat dilakukan dengan cepat dan efisien yang diharapkan kedepannya dapat mengurangi efek rumah kaca. Untuk melaksanakan dan menangani pengelolaan keanekaragaman hayati maka didukung tim lintas departemen di Jababeka dalam organisasi matrix yang terdiri dari departemen perencanaan (prodev), estate management (pemeliharaan dan regulasi), customer service (hubungan ke tenant/pelanggan) dan community development/corporate social responsibility (hubungan dengan pemerintah pusat/daerah serta masyarakat di dalam dan diluar kawasan). Partisipasi stakeholders juga terlibat aktif memberikan masukan dan melakukan kerja bersama dalam program-program keanekaragaman hayati. .HWLJD dalam rangka adaptasi terhadap perubahan iklim yang memanfaatkan keanekaragaman hayati sebagai sarana pendidikan, penelitian, cadangan pangan dan energi alternatif (Use Program). Potensi keanekaragaman hayati di botanic garden ternyata mampu mendorong sekolah-sekolah, perguruan tinggi, lembaga penelitian, kelompok sosial, para pencinta tanaman baik lingkup lokal, regional, dan nasional untuk berkunjung, belajar, saling diskusi, maupun penelitian yang bermanfaat. Botanic garden juga menjadi pusat untuk menebarkan semangat dan JJABABEKA - Botanic Garden - PI 201 memberi inspirasi untuk melibatkan partisipasi stakeholders (pelaku industri, pebisnis, warga perumahan, warga sekitar, pemerintahan, pelajar dan mahasiswa). Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah kunjungan dari berbagai sekolah untuk mengenal bercocok tanam organik, gerakan mencintai tanaman sejak usia dini bersama Kak Seto, penggalakan biopori bersama Prof. Kamir dari IPB. Keberhasilan Jababeka dalam melakukan adaptasi perubahan iklim melalui pengembangan keanekaragaman hayati juga tidak terlepas dari partisipasi masyarakat. Salah satunya adalah Komunitas Pecinta Burung yang ada di Wilayah Jababeka dan sekitarnya. Berdasarkan data yang didapat, ada sekitar 85 orang pecinta burung dan 4 buah penangkaran burung yang bernaung dibawah organisasi pecinta burung “Jababeka Bird Club” (Jababeka BC). Bahkan dari hasil sharing dan tukar pendapat, Jababeka Botanic Garden dan Jababeka BC telah menghasilkan sebuah panduan dan tata cara menangkar burung love bird. Partisipasi stakeholders juga berperan penting dalam pengelolaan keanekaragaman hayati seperti terlihat dalam peran stakeholders dalam ikut serta mengembangkan botanic garden. Keterlibatan stakeholders diyakini menjadi unsur paling penting untuk pengelolaan keanekaragaman hayati yang berkelanjutan. Partisipasi masyarakat bukan untuk menanam pohon, tetapi lebih “menanam orang” agar tiap individu berkesadaran untuk mengenali, mencintai, dan menanam pohon serta mengajak orang lain untuk melakukan hal yang sama. Agak sulit untuk membuat masyarakat berpartisipasi aktif peduli terhadap lingkungannya, maka upaya yang dilakukan untuk membangun partisipasi masyarakat adalah mengadakan lomba lingkungan (antar warga) pada tahun 2009 dengan tema “Lingkunganku Sehat dan Nyaman”, Tahun 2010 dengan tema “Biopori Menyelamatkan Lingkunganku”. Keterlibatan partisipasi aktif masyarakat, jejaring sosial, komunitas blogger Indonesia, maupun media cetak dan elektronik juga memuat dalam publikasi online tentang Jababeka Botanic Garden. Terakhir dapat dilihat dalam berita, Komunitas Amprokan Blogger Indonesia melepas ratusan burung merpati, tekukur, gelatik di Jababeka Botanic Gardens pada Hari Minggu 18 September 2011. Testimoni dari seorang blogger mengenai keindahan dan kenyamanan berada di botanic garden ada di Gowes Pagi di Jababeka Botanical Garden -Oktober 24, 2012 1,d an testimoni mengenai kesejukan di Botanic Garden 2. Pada tahun 2012, sebagai upaya untuk mengurangi pemanasan global, CSR Jababeka bekerja sama dengan Allianz menanam pohon trembesi di dalam botanic garden dan fasos-fasum di dalam lingkungan Jababeka. Sangat sulit menciptakan lingkungan hijau seperti yang ada saat ini. Akan tetapi Jababeka yang peduli terhadap lingkungan berhasil membentuk lingkungan ini menjadi lebih hijau dengan memberikan lebih banyak ruang hijau dan mengajak masyarakat berpatisipasi aktif dalam menciptakan, merawat dan memanfaatkan area Botanic Garden. Dampak positif yang dirasakan oleh perusahaan setelah melakukan kegiatan CSR lingkungan ini adalah adanya lingkungan perusahaan yang hijau sehingga mendorong peningkatan nilai investasi properti baik industri maupun perumahan, dimana saat ini kepedulian masyarakat global terhadap kebutuhan akan lingkungan hijau sudah tinggi. 1 Sumber bisa dilihat di: https://hapesurya.wordpress.com/2012/10/24/gowes-pagi-di-jababeka-botanical-garden/ Sumber bisa dilihat di: http://amriltg.wordpress.com/2011/11/14/meniti-kesejukan-pagi-di-botanical-gardenkota-jababeka/ 2 202 JABABEKA - Botanic Garden - PI DOKUMENTASI Koridor pohon turi di Jababeka Botanic Jogging track di Jababeka Botanic Garden Garden Garden Jababeka Botanic Garden Botanic Garden Penanaman pohon Jababeka bersama Allianz Pelepasan Merpati di Jababeka Belajar bercocok tanam organik JABABEKA - Botanic Garden - PI 203 204 BAB VII. PENDIDIKAN LINGKUNGAN HIDUP 205 PT. ADARO INDONESIA, KABUPATEN BALANGAN, KALIMANTAN SELATAN Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah : Pendampingan SMPN 4 Paringin, Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan, Menuju Sekolah Adiwiyata Sekolah menjadi bagian penting dalam mengubah pola pikir dan pola tindak atau perilaku siswa terhadap lingkungan sekitar dan global. PT. Adaro Indonesia dan Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Balangan sejak tahun 2010 mendampingi sekolah SMPN 4 Paringin di Kabupaten Balangan, Kalimantan Selatan untuk menerapkan sekolah berbudaya dan peduli lingkungan dengan serangkaian kegiatan termasuk diskusi bulanan tentang lingkungan yang diikuti guru dan siswa, kegiatan berkebun, dll. Penerapan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan dibuktikan dengan mendapatkan penghargaan Adiwiyata yaitu penghargaan bagi sekolah yang sudah memenuhi kriteria berbudaya dan peduli lingkungan yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH). Kriteria tersebut antara lain adanya perubahan prilaku dari seluruh elemen sekolah baik siswa, guru, komite, petugas administrasi, kantin, penjaga sekolah serta masyarakat di sekitar sekolah dalam mengelola lingkungan antara lain mengelola sampah, kebun dan kantin sekolah, dll. Keberhasilan SMPN 4 Paringin telah menginspirasi sekolah lain dan Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan mendorong sekolah lain untuk menajdi sekolah Adiwiyata. 1. Pelibatan Sekolah dalam Program CSR Lingkungan Perusahaan Sumberdaya manusia memegang peranan penting dalam mendorong perbaikan lingkungan. Upaya yang dilakukan oleh Adaro menjadikan sekolah sebagai salah satu kelompok sasaran program CSR memang cukup strategis. Mengingat saat ini di Kabupaten Tabalong dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk, maka sekolah menjadi salah satu lembaga yang penting dalam mencetak sumberdaya manusia yang lebih berkualitas dan memiliki kepedulian lingkungan. Tahun 2010 jumlah penduduk kabupaten Balangan berjumlah sekitar 102.192 jiwa, dengan jumlah anak sekolah mencapai 20.831 murid atau 20% dari jumlah penduduk. Hal ini menjadi potensi penting daerah bagi masa mendatang. Selaras dengan visi, misi, dan komitmen perusahaan yang mengintegrasikan aspek lingkungan hidup dalam kebijakan dan kegiatan perusahaan, memperkuat peran sekolah di bidang lingkungan dilakukan dengan mendorong sekolah mengikuti program Sekolah Adiwiyata. Program Sekolah Adiwiyata merupakan program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) yang dikembangkan oleh Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bekerja sama dengan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak tahun 2006. Program ini berupaya mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup melalui serangkaian kurikulum yang diajarkan di sekolah. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah dapat ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan hidup yang layak dan berupaya menghindari dampak lingkungan hidup negatif. Melalui program ini, para peserta didik di tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), dan Sekolah Menengah Atas (SMA) diharapkan dapat memahami pentingnya aspek lingkungan hidup dalam kehidupan mereka sehari-hari. Dengan memahami pentingnya arti lingkungan hidup, diharapkan dapat menjadi bekal bagi anak didik untuk dapat PT. ADARO INDONESIA - PLH 207 lebih berperan dalam melindungi dan mengelola lingkungan hidup pada saat mereka kelak terjun ke masyarakat. Program CSR yang dikembangkan Adaro untuk meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang lebih peduli lingkungan adalah dengan mendukung munculnya sekolah-sekolah yang memiliki kepedulian dan berbudaya lingkungan, bersama dengan Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan setempat. Perusahaan memulai program rintisan mendampingi sekolah SMPN 4 Tabalong pada tahun 2010 yang menjadi cikal bakal Sekolah Adiwiyata pertama di Kabupaten Balangan. 2. Proses Pendampingan Sebagai bagian dari program CSR Adaro Indonesia, program pendampingan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan tidak terlepas dari proses Plan-Do-ActCheck (PDCA) yang meliputi perencanaan, sosialisasi, dan monitoring dan evaluasi. (1) Perencanaan, pada tahap awal program Unit CSR, Adaro, bersama dengan Pemerintah Kabupaten Tabalong, Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan, melakukan proses perencanaan bersama. Salah satu keputusan penting yang diambil dalam proses perencanaan ini adalah menentukan sekolah yang akan didampingi. Kedekatan lokasi sekolah dengan perusahaan dan kesiapan sekolah menjadi landasan keputusan untuk memilih SMPN 4 Paringin menjadi sekolah contoh yang akan didampingi periode tahun 2010-2011. Perusahaan berkomitmen untuk membiayai pelaksanaan program Adiwiyata untuk tahun ajaran tersebut. (2) Pelaksanaan, tahap penting dalam pelaksanaan program adalah melakukan sosialisasi agar sekolah mengetahui dan memahami program Adiwiyata. Dengan difasilitasi Adaro Indonesia, kegiatan sosialisasi ini dilakukan kepada warga sekolah, guru, karyawan dan siswa. Rangkaian kegiatan penguatan sekolah dalam rangka menjalankan program Adiwiayata dilakukan melalui serangkaian lokakarya, seminar, dan ceramah dengan menghadirkan narasumber yang kompeten di bidangnya. Seri lokakarya mengupas tentang : a. Integrasi pendidikan lingkungan hidup dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). b. Pengelolaan lingkungan hidup; c. Ceramah bulanan yang meliputi materi tentang: x Cara bercocok tanam, berkebun, dan pemupukan tanaman oleh Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Tabalong dilaksanakan 2 kali. x Perilaku Hidup Bersih dan Sehat oleh Puskesmas Paringin dan Paringin Selatan dilakukan selama periode 2010-2012 sebanyak 2 kali. x Kebersihan dilihat dari Perspektif Agama Islam oleh Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tabalong dilakukan 1 kali. x Narkoba dan Bahayanya oleh Badan Narkoba Kabupaten Tabalong dilakukan 1 kali. Isu penting lain terkait dengan isu lokal adalah tentang sumberdaya alam sekitar, dalam rangkaian pertemuan dengan pihak sekolah, Adaro tak lupa memberikan informasi dan wawasan mengenai kegiatannya, dampak kegiatannya terhadap lingkungan, serta kegiatan pengelolaan lingkungan yang telah dilakukan. Guru-guru dan siswa juga diberi kesempatan untuk 208 PT. ADARO INDONESIA - PLH melihat langsung kegiatan operasional perusahaan di lokasi penambangan (mine visit). Kesempatan semacam ini dapat menjadi media komunikasi yang sehat dan terbuka antara perusahaan dan masyarakat sehingga dapat meminimalisasi persepsi negatif diantara kedua pihak. (3) Monitoring dan Evaluasi. Pelaksanaan monitoring dan evaluasi (Monev) program dilakukan secara berkala setiap triwulan. Seluruh kegiatan ditelaah oleh pengelola program di sekolah untuk melihat sejauh mana rencana kegiatan yang dibuat dapat terlaksana. Di samping itu, kegiatan konsultasi dilakukan dengan meminta saran dan pendapat dari para pemangku kepentingan sekolah dan pihak-pihak terkait. Sebagai bentuk akuntabilitas dari para pelaksana program, setiap triwulan seluruh kegiatan program dilaporkan secara tertulis, disertai dengan dokumentasi berupa foto, catatan kegiatan, dan rincian penggunaan dana bantuan. Laporan ini disampaikan kepada Bupati Balangan, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan, Kepala Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Tabalong, Ketua Komite Sekolah, dan CSR Department Head Adaro. Berdasarkan laporan tersebut, kemudian dilakukan evaluasi terhadap sasaran yang telah, belum, atau tidak tercapai, kendala yang ditemui, upaya /solusi yang dilakukan dan langkah penyempurnaan jika diperlukan. 2. SMPN 4 Paringin Menuju Sekolah Adiwiyata Di Provinsi Kalimantan Selatan Rupanya program CSR PT. Adaro untuk melibatkan sekolah, mulai terlihat nyata ketika sekolah yang didukung dan didampingi melalui program CSR selama 20102011 menunjukkan perubahan yang terukur menurut penilaian progam Adiwiyata, antara lain : (1) Kebijakan, sudah memperlihatkan adanya visi dan misi yang memiliki perspektif lingkungan seperti tercantum dalam visi sekolah yang direvisi yaitu: “Menjadi sekolah yang terpercaya di masyarakat untuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar, dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup dalam menghadapi era globalisasi” dan Misi yaitu : x Menyiapkan generasi unggul yang memiliki potensi di bidang Imtaq dan IPTEK x Membentuk sumber daya manusia yang kreatif dan lnovatif yang sesuai dengan perkembangan zaman x Membekali peserta didik memiliki kesadaran, kepedulian, dan berbudaya lingkungan x Membekali peserta didik memiliki kemampuan mulai dari sarana dan prasarana yang sudah mencerminkan adanya pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Masih dari kebijakan, untuk keberlanjutan program Adiwiyata, sekolah juga sudah mengalokasikan anggaran untuk kegiatan program Adiwiyata dalam Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sementara (RAPBS) Kabupaten Balangan. (2) Kurikulum Berbasis Lingkungan. Penerapan kurikulum berbasis lingkungan yaitu dengan mengintegrasikan PLH dalam beberapa mata PT. ADARO INDONESIA - PLH 209 pelajaran tertentu serta mendukung guru/pendidik untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman tentang kondisi lingkungan sekitar dan persoalannya serta kontribusi seluruh elemen sekolah dalam pengelolaannya. Hal ini dicontohkan dengan mulai munculnya kesadaran dari seluruh anggota sekolah (siswa, guru, staf sekolah,orang tua), serta adanya perubahan perilaku siswa yang cukup nyata. Salah satunya adalah siswa, guru dan seluruh sekolah mulai mengurangi sampah, menempatkan sampah pada tempat yang disediakan baik organik dan anorganik. Dengan termuatnya PLH dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) SMPN 4 Paringin siswa mulai memanfaatkan sampah plastik kayu dan kertas untuk dijadikan bahan seni kriya. (3) Sarana dan Prasarana. Penerapan program lingkungan di sekolah juga turut membawa perubahan dalam pengelolaan sarana dan prasarana sekolah, menjadi lebih hijau dengan ragam tanaman yang ditanam dan dipelihara bersama siswa, serta menjadi media pembelajaran siswa. Pemasangan listrik tenaga surya (solar cell), tersedianya fasilitas sanitasi untuk menunjang kesehatan dan kebersihan sekolah melalui pemisahan sampah organik dan anorganik, tersedianya Tempat Pengelolaan Sampah (TPS) dan tersedianya kantin yang bersih dan sehat. (4) Kegiatan Partisipatif, salah satu kegiatan partisipatif yang berhasil dikembangkan sekolah adalah dilakukannya Aksi Jumat Bersih, dimana sekolah melakukan aksi membersihkan lingkungan sekitar bersama-sama. Kegiatan ini bukan hanya membuat bersih lingkungan sekolah, melainkan juga mendekatkan sekolah dengan lingkungan sekitar. Perubahan yang terjadi di sekolah tersebut, telah membawa sekolah mendapatkan penghargaan Adiwiyata pada tahun 2011, bahkan menjadi sekolah Adiwiyata terbaik di Kalimantan Selatan. Keberhasilan program CSR Adaro melalui kerjasama dengan BLH dan Dinas Pendidikan menghasilkan model sekolah peduli dan berbudaya lingkungan pertama di Kabupaten Balangan. Keberhasilan dari program tidak hanya dirasakan oleh sekolah tapi juga oleh berbagai pihak, antara lain: (1) Bagi masyarakat: x melalui “Kegiatan Berbasis Partisipatif” seperti “Aksi Jumat Bersih”, masyarakat dapat menikmati lingkungan yang lebih bersih yang pada akhirnya akan meningkatkan kesehatan bagi masyarakat pada umumnya. (2) Bagi internal PT. Adaro Indonesia: x berkurangnya potensi konflik dengan masyarakat sekitar berkaitan dengan kegiatan perusahaan, antara lain disebabkan oleh adanya forum komunikasi antara perusahaan dan masyarakat yang dapat meningkatkan saling pengertian di antara kedua pihak. x meningkatnya persepsi positif dari masyarakat terhadap perusahaan karena sudah memperhatikan aspek lingkungan yang berkaitan erat dengan kebersihan dan kesehatan. Pada akhirnya dengan meningkatnya kesehatan bagi masyarakat sekitar yang sebagian bekerja di perusahaan, maka akan mengurangi tingkat absensi pekerja yang selanjutnya dapat meningkatkan produktifitas perusahaan. x meningkatnya profil perusahaan sebagai perusahaan yang telah melaksanakan Corporate Social Responsibility khususnya di bidang lingkungan hidup. 210 PT. ADARO INDONESIA - PLH Selain itu keberhasilan sekolah SMPN 4 Paringin rupanya menjadi acuan bagi Dinas Pendidikan Kabupaten Balangan dalam mengembangkan model sekolah peduli dan berbudaya lingkungan, bahkan Kepala Dinas Pendidikan Balangan, Bapak Edy Yulianto dalam salah satu pernyataannya di media online (Metro7 news), menyampaikan bahwa : “Keberhasilan dan prestasi yang telah diperoleh SMPN 4 Paringin hendaknya menjadi motivasi bagi sekolah lain. Dalam program yang telah di susun juga termasuk peningkatan motivasi guru dan murid untuk lebih tertarik serta ikut serta menerapkan Adiwiyata dilingkungan sekolah mereka,” (Edy Yulianto, Kepala Dinas Pendidikan Balangan dalam Metro7 Online 13 Desember 2013). 3. Petikan Pembelajaran Keberhasilan program tidak terlepas dari upaya merangkul pihak terkait dalam pelaksanaan program, yaitu Dinas Pendidikan dan Badan Lingkungan Hidup Daerah. Selain pelaksanaan di lapangan, Adaro melakukan pendekatan pada pengambil keputusan, dalam hal ini DPRD untuk mendorong adanya keberlanjutan program di sekolah, mengingat jumlah sekolah yang ada di Kabupaten Balangan sekitar 274 sekolah (Sekolah Dasar sampai Menengah Atas/Kejuruan). Tentunya, untuk menjadikan semua sekolah berbudaya dan peduli lingkungan akan membutuhkan dukungan pembiyaan yang besar, dan tidak semua dapat diakomodir oleh perusahaan. Strategi melibatkan pengambil keputusan untuk mengalokasikan anggaran penerapan pendidikan lingkungan hidup melakui sekolah Adiwiyata dalam RAPBS dan disetujui DPRD menjadi kunci keberlanjutan program ini. Dengan dialokasikannya anggaran untuk pelaksanaan program Adiwiyata dalam RAPBS Kabupaten Tabalong, hal ini menunjukkan bahwa pihak legislatif yaitu DPRD telah menyadari arti pentingnya lingkungan hidup. Pengalokasian anggaran ini dapat menjadi indikator akan keberlanjutan (sustainability) dan kemandirian program ini jika kelak Adaro tidak lagi memberikan bantuan kepada pelaksanaan program Adiwiyata. PT. ADARO INDONESIA - PLH 211 PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK, JAKARTA Kisah Sukses Mendampingi Sekolah Menuju Sekolah Adiwiyata Di Tanjung Priuk Jakarta Motivasi dan upaya sekolah khususnya SD Sungai Bambu 05 dan 06 menjadikan sekolah peduli lingkungan mendorong PT. Astra Internasional Tbk untuk mendukung sekolah tersebut dalam mewujudkannya. SDN Sungai Bambu 5 pada tahun 2013 telah masuk dalam kategori Sekolah Adiwiyata Nasional dan bermaksud mencapai kategori Adiwiyata Mandiri. Perubahan yang signifikan dengan penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) sebagai dasar program Adiwiyata, dapat dilihat dari berkembangnya keragaman tanaman obat sekolah menjadi 85 jenis, beberapa mata pelajaran sudah mengintegrasikan isu lingkungan. Siswa, guru dan seluruh elemen sekolah sudah mulai membuang sampah pada tempatnya, bahkan siswa sudah melakukan daur ulang berbagai limbah baik anorganik seperti plastik maupun organik. Sekolah SDN Sungai Bambu 5 juga telah menularkan program ini kepada 15 sekolah lainnya yang ada di sekitar sekolah untuk menerapkan program Adiwiyata. 1. Sekolah sebagai Pendukung Perbaikan Lingkungan Dukungan pendidikan untuk sekolah yang berada di Kelurahan Sungai Bambu, Warakas, Papanggo dan Kebon Bawang, atau dikenal dengan areal CSR Ring 1 perusahaan, sudah menjadi prioritas perusahaan. Motivasi dan upaya sekolah khususnya SD Sungai Bambu 05 dan 06 menjadikan sekolah peduli lingkungan mendorong perusahaan untuk lebih mendukung sekolah tersebut. Meski diawal, perusahaan kurang memahami model sekolah Adiwiyata yang dikembangkan, namun dari penjelasan dan juga kegiatan di sekolah menjadi dasar untuk mendukung upaya sekolah menjadi sekolah peduli lingkungan yang mampu bersaing dalam hal mutu pendidikan dengan sekolah lain. Dukungan untuk meningkatkan kepedulian sekolah terhadap lingkungan sejalan dengan visi perusahaan yaitu “menjadi perusahaan yang memiliki tanggung jawab sosial dan lingkungan serta bisnis yang berkelanjutan” yang diwujudkan dalam Catur Dharma Astra yang pertama yaitu : “Menjadi milik yang bermanfaat bagi bangsa dan Negara” dan sejalan pula dengan program pemerintah dalam Tujuan Pembangunan Milenium (Millennium Development Goals) di bidang Pendidikan Dasar. Visi dan Catur Darma Astra itulah yang kemudian melahirkan kebijakan Astra untuk memberi perhatian dan bantuan kepada pengembangan pendidikan, dan menjadi landasan pula bagi pelaksanaan kegiatan Corporate Social Responsibility (CSR) dan Environment, Health, and Safety (EHS). Program dilakukan sebagai upaya peningkatan pendidikan anak bangsa agar tumbuh cerdas, mandiri, berkarakter baik, serta memiliki kepedulian untuk turut serta membangun Indonesia. Kebijakan di bidang pendidikan lebih lanjut di dalam Public Contribution Road Map Astra 2020 yang telah ditetapkan sesuai dengan kebijakan dari President Letter dan Security, Environment & Social Responsibility (SESR) Corporate Policy, memuat target keberlanjutan dan pencapaian Sekolah Hijau (Adiwiyata) selama periode tahun 2009 sampai 2020. Selanjutnya program mengembangkan Sekolah Hijau oleh Astra terus dilakukan. 212 PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH 2. Berproses Bersama Perbaiki Lingkungan Di Jakarta Utara, perusahaan Astra bertetangga dengan kelurahan sekitar seperti Sungai Bambu, Warakas, Papanggo dan Kebon Bawang, atau dikenal dengan CSR Ring 1. Sejak tahun 2009, SDN 05/06 Sungai Bambu telah menunjukkan komitmen dan motivasi untuk menjadi sekolah yang mempunyai ciri berwawasan lingkungan sehingga mampu bersaing dalam hal mutu pendidikan dengan sekolah lain. Komitmen ini disambut baik oleh perusahaan melalui dukungan kegiatan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendorong sekolah Hijau dengan terlibat dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup yang sehat serta tidak melakukan kegiatan yang dapat menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan, meningkatkan kualitas mutu pendidikan, serta meningkatkan pengetahuan sekolah tentang lingkungan. Bagi perusahaan program ditujukan untuk menekan potensi dampak negatif dari kegiatan bisnis perusahaan terhadap lingkungan hidup sehingga dapat menunjang upaya peningkatan social protection. Program dikembangkan melalui tiga tahapan yaitu: (1) Tahap Pengembangan Pendidikan, (2) Tahap Konsolidasi, dan (3) Rencana Keberlanjutan. Dalam tahapan pelaksanaan tersebut Astra bekerjasama dengan berbagai pihak yaitu Semut Merah dan Lembaga ARA (Arief Rachman Associate) untuk kerjasama mengembangkan Sekolah Hijau di SDN 05/ 06 Sungai Bambu. Sedangkan di SD Percontohan Meulaboh diselenggarakan dengan Lembaga ARA (Arief Rachman Associate). Proses pendampingan sekolah melalui pihak ketiga, dilakukan dalam rancangan perencanaan bersama dimana ada target yang harus dicapai yaitu sekolah yang didampingi diharapkan mendapatkan penghargaan Adiwiyata dari Pemerintah baik tingkat Kota/Kabupaten, Nasional dan Mandiri. Rangkaian kegiatan yang dilakukan bekerjasama dengan Semut Merah dan Lembaga ARA di Jakarta Utara dilakukan melalui pengembangan Brainware, Software, dan Hardware. (1) Pengembangan Brainware: a. Pelatihan dan workshop sesuai dengan Program Kerja, salah satunya dengan di fasilitasi lembaga ARA telah dilakukan pelatihan peningkatan kapasitas guru melalui penataran guru untuk peningkatan mutu pendidikan dan peningkatan nilai akreditasi SDN 05 (pagi) dan SDN 06 (siang). Serta pelatihan untuk membuat perencanaan. b. Kesadaran (Awareness) seputar lingkungan hidup pada guru dan siswa, salah satunya melalui pengelolaan dan pengolahan sampah salah satunya dengan daur ulang kertas, serta pengelolaan sampah cair dan padat. Siswa dan guru juga diperkenalkan dengan pembuatan lubang biopori untuk konservasi air. c. Pemilihan siswa duta lingkungan & kesehatan setiap tahun masingmasing satu siswa perempuan dan satu siswa laki-laki. (2) Pengembangan Software : a. Penyusunan kurikulum berbasis lingkungan. Kegiatan dilakukan secara terencana, bekerjasama dengan Semut Merah, melalui rangkaian kegiatan baik dilakukan langsung di sekolah maupun pelatihan di perusahaan. Salah satu penyusunan kurikulum berbasis lingkungan dilakukan dengan mengundang 15 (lima belas) sekolah lain yang berdekatan dengan SDN 05/06 Sungai Bambu, sehingga mulai penyebaran upaya perbaikan lingkungan kepada sekolah lain, disamping PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH 213 memperkuat sekolah SDN 05/06 Sungai Bambu. Narasumber/pemateri yang dari berbagai kalangan mulai dari praktisi PLH, pengambil kebijakan dan Dinas Pendidikan. Salah satu kurikulum berbasis lingkungan yang disusun adalah mengintegrasikan isu lingkungan dalam mata pelajaran IPS dan dikaitkan dengan pembentukan karakter peduli lingkungan yang cukup berhasil dilaksanakan di sekolah dampingan. b. Pengembangan ekstrakurikuler berbasis lingkungan c. Implementasi Kurikulum & Ekstrakurikuler berbasis lingkungan (3) Pengembangan Hardware : a. Penghijauan. Kegiatan ini salah satunya dengan tanaman obat, ada sekitar 84 jenis tanaman obat keluarga yang telah di tanam di sekolah. b. Perbaikan sarana UKS c. Perbaikan sarana sanitasi sekolah, termasuk pengelolaan limbah air dari keran yang digunakan untuk menyiram tanaman d. Perbaikan sarana ruang guru Dalam waktu 4 (empat) tahun sejak tahun 2009, siswa SDN 05 dan SDN 06 Sungai Bambu memahami nilai kebersihan dengan baik. Contoh aksi kepedulian mereka yakni mengingatkan kepada warga sekolah untuk tidak membuang sampah pada tempatnya. Nilai tersebut juga terbawa kedalam kehidupan seharihari dalam keluarga seperti memberitahu orang tua mereka untuk tidak membuang puntung rokok sembarangan. Tidak hanya kepedulian mereka, kompetensi pendidikan juga meningkat secara drastis. nilai ujian semakin membaik berkat bantuan Astra melalui kerjasama dengan Lembaga Semut Merah dan Lembaga ARA. Kompetensi guru juga meningkat hasil pelatihan oleh Lembaga ARA dimana guru dapat membuat rencana pembelajaran yang baik dengan program yang terukur. Agar guru termotivasi, pihak sekolah memberikan reward atas prestasi yang baik kepada siswa maupun guru, bukan dalam bentuk materiil, tetapi dengan pengumuman ke seluruh pihak sekolah. Capaian hasil sementara dari program adalah SDN 05 Sungai Bambu telah mendapatkan penghargaan Adiwiyata Nasional pada tahun 2012, dan saat ini sedang mempersiapkan untuk menuju sekolah Adiwiyata Mandiri. Disamping itu nilai Akreditasi guru di sekolah SDN 05/06 juga meningkat dalam proses akreditasi. Sementara di Aceh, sejak tahun 2005, Astra International, memiliki program CSR untuk merehabilitasi dan rekonstruski bangunan sekolah di Meulaboh, yaitu SD Percontohan Meulaboh, tahun 2009 SD Percontohan ini telah berhasil menjadi menjadi Sekolah Standar Nasional (SSN), dan tahun 2012 telah menjadi sekolah Adiwiyata Nasional. Pencapaian tersebut telah melampaui target yang sebelumnya direncanakan diraih pada akhir tahun 2016. Pencapaian penting lainnya adalah komitmen sekolah peserta program Adiwiyata baik dari siswa maupun guru untuk terus mengembangkan program Sekolah Adiwiyata. Dalam pelaksanaan program Astra juga melakukan sinergi dengan Grup Astra yang berada di wilayah Jakarta Utara, diantaranya : PT Astra International Tbk (AI), AI – Toyota Sales Operation (TSO), AI – Daihatsu Sales Operation (DSO), AI – BMW dan Peugeot Sales Operation(BPSO), PT Gaya Motor , PT Astra Daihatsu Motor (ADM), AI – Isuzu Sales Operation (ISO), PT Astra Honda Motor (AHM), PT Toyota Astra Motor (TAM), PT Toyota Motor Manufacturing Indonesia (TMMIN), PT 214 PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH Denso Indonesia, PT GS Battery, PT Tjahja Sakti Motor dan PT Astra Multi Trucks Indonesia, total dukungan dana yang dialokasikan untuk mendorong sekolah hijau sebesar Rp 1.5 miliar. Alokasi ini diharapkan dapat mendukung sekolah-sekolah, minimal 15 sekolah lain yang menjadi lingkar belajar sekolah SDN 05/06 Sungai Bambu dan juga di Meulaboh, Aceh. Upaya mendorong keberlanjutan program juga dilakukan melalui kerjasama dengan Pemerintah Daerah Aceh melalui penyediaan anggaran untuk mendorong peningkatan standar sekolah. Komitmen keberlanjutan program Adiwiyata SDN 05 Sungai Bambu juga tercermin dalam tekad pihak sekolah untuk berupaya mencapai penghargaan Adiwiyata Mandiri. Untuk mencapai itu, SDN 05 Sungai Bambu harus memiliki 15 (lima belas) sekolah imbas Adiwiyata diantaranya kepada SDN 04 Tanjung Priok yang telah melakukan studi banding ke SDN 05 Sungai Bambu. 3. Keberhasilan dan Petikan Pembelajaran Program CSR melalui Pengembangan Sekolah Hijau Astra, telah mendorong sekolah untuk melakukan tiga hal yaitu mengubah pengelolaan lingkungan sekolah menjadi lebih baik melalui perubahan pengelolaan sampah, pengelolaan air, kantin sekolah yang lebih sehat, serta perubahan perilaku seluruh elemen sekolah yang berdampak positif bagi masyarakat sekitar. Upaya untuk mengajak masyarakat sekitar tidak membuang sampah ke sungai yang dilakukan SDN 05/06 Sungai Bambu merupakan satu gerakan lingkungan. Kerjasama Astra Internasional dengan berbagai pihak yang memiliki keahlian di bidangnya seperti dengan Lembaga ARA merupakan satu langkah yang tepat menyerahkan pada ahlinya dalam bidang pendidikan, sementara kerjasama dengan PEMDA setempat menjadi langkah untuk mendorong keberlanjutan program. Proses pendampingan yang dilakukan dengan tiga langkah (Brainware, Software dan Hardware) menjadi model yang dapat dicontoh, karena sudah memberikan motivasi kepada sekolah. Seperti diutarakan Kepala Sekolah SDN 05 Sungai Bambu, Bapak Sutanto yang melihat pendidikan bukan hanya dari sisi mutu, namun juga mengangkat kepedulian lingkungan sekolah termasuk siswanya akan menjadi cara untuk lebih dari sekedar meningkatkan mutu sekolah, namun juga menanamkan nilai-nilai kepedulian lingkungan mulai dari air bersih, penghijauan, mengolah sampah yang bagian dari pendidikan karakter. Konsistensi dan kerja sama dengan para pihak terkait agar program dapat terlaksana secara optimal dan keberlanjutan, juga menjadi salah satu keberhasilan dari pelaksanaan program yang dilakukan secara bertahap, serta monitoring oleh pihak perusahaan juga menjadi salah satu kunci keberhasilan program. Insentif berupa penghargaan turut memotivasi semua pihak untuk melakukan kegiatan dengan baik. PT. ASTRA INTERNATIONAL TBK - PLH 215 PT. CHEIL JEDANG INDONESIA, KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR Menggapai Visi Beyond Bio Renew the Earth melalui Pendidikan Lingkungan Hidup Di Sekolah Program CSR PT. Cheil Jedang Indonesia, Jombang di Jawa Timur, memiliki inisiatif untuk mendukung pendidikan yang dapat meningkatkan wawasan, pemahaman dan cara pandang terhadap lingkungan bagi siswa-siswi baik ditingkat sekolah dasar maupun menengah atas, sekaligus meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan, sehingga mereka dapat ikut serta secara aktif menjaga kelestarian lingkungan hidup. Pendampingan intensif melalui pelatihan dan penyediaan fasilitas seperti tempat sampah sebanyak 100 unit untuk sepuluh sekolah, program menanam sebanyak 500.000 bibit bersama sekitar 3.016 siwa sekolah di sekitar lingkungan Kecamatan Ploso berhasil mendorong dua sekolah yaitu SMPN 2 Ploso dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Jati Gedong Ploso meraih penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional pada tahun 2012. 1. Potret Lingkungan Saat ini, siapapun sepakat bahwa tingkat kerusakan lingkungan hidup semakin tinggi namun sebaliknya, tingkat kesadaran masyarakat masih rendah tidak terkecuali kurangnya pemahaman dan kepedulian siswa sekolah tentang pelestarian lingkungan. Di sekeliling kita tidaklah sulit menemui lingkungan sekolah yang kotor, tandus, dan gersang. Banjirpun sering melanda wilayah kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang dalam 2-3 tahun terakhir ini. Bila sejak usia dini generasi muda penerus tidak memahami dan memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan sekitar, bisa dibayangkan bagaimana kerusakan termasuk pencemaran lingkungan yang timbul di masa yang akan datang. PT. Cheil Jedang Indonesia-Jombang (CJI) memiliki Visi “Beyond Bio Renew The Earth” diterjemahkan menjadi visi perusahaan untuk berproses dan mempunyai produk yang ramah lingkungan. Sebagai konsekuensinya, perusahaan terus berupaya menjadi perusahaan berkelas dunia dan terpercaya dengan menciptakan gaya hidup yang sehat, bahagia, nyaman, dan ramah lingkungan. Bertolak dari Visi tersebut, penting bagi perusahaan untuk melaksanakan tanggung jawab sosial, yang dilakukan melalui berbagai pilihan program, salah satunya adalah program Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). PLH dipilih sebagai wahana untuk mewujudkan visi perusahaan, dengan mempertimbangkan bahwa konsepsi PLH adalah “upaya mengubah perilaku dan sikap yang dilakukan oleh berbagai pihak atau elemen masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan kesadaran masyarakat tentang nilai-nilai lingkungan dan isu permasalahan lingkungan, yang pada akhirnya dapat menggerakkan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pelestarian dan keselamatan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan yang akan datang.” 2. Merajut Kepedulian Generasi Muda akan Lingkungan dari Tingkat Sekolah Lokasi perusahaan tidak jauh dari lingkungan sekitar dimana sekolah menjadi perhatian perusahaan dalam mengembangkan program CSR untuk mendukung pendidikan yang dapat meningkatkan wawasan, pemahaman dan cara pandang siswa-siswi baik ditingkat SD/MI, SMP/MTs, SMA/MAN/SMKA terhadap 216 PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH lingkungan. Sekaligus meningkatkan kepedulian mereka terhadap lingkungan, sehingga mereka dapat ikut serta secara aktif menjaga kelestarian lingkungan hidup. Tahap awal program Desa Ploso dan Desa Pagertanjung, Kecamatan Ploso, Kabupaten Jombang, Jawa Timur diawali dengan melakukan penelitian dan observasi lingkungan di sekolah-sekolah yang dilakukan oleh Tim CSR selama kurang lebih 3 bulan. Hasil penelitian tersebut menunjukkan kurangnya kesadaran siswa tentang pentingnya menjaga kelestarian lingkungan khususnya di area sekolah mereka yang ditunjukkan oleh banyak sampah di sekitar lokasi sekolah, di sungai-sungai yang mengalir sekitar sekolah. Setelah melakukan prioritas isu, yang ditemui dan menjadi masalah utama salah satunya adalah sampah. Tim CSR selanjutnya menyusun langkah-langkah mendorong peningkatan kesadaran siswa untuk melakukan penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) di 10 (sepuluh) sekolah dengan jumlah total siswa 3016 siswa. Kegiatan PLH yang dikembangkan di sekolah melalui kegiatan langsung dengan siswa dan pelatihan baik dengan siswa maupun dengan guru serta bentuk perlombaan lingkungan, diuraikan sebagai berikut: (1) Pendidikan tentang cara pemilahan sampah sesuai prinsip 3R, Untuk kegiatan pemilahan sampah dengan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) dilakukan dengan mendampingi sekolah melalui kegiatan: x Pilah sampah (organik dan anorganik) di lingkungan sekolah, dilakukan di 10 (sepuluh) sekolah. x Penyediaan tempat sampah di sekolah dengan bantuan dari perusahaan sebanyak 10 unit per sekolah. x Penyediaan masing-masing dua unit komposter untuk setiap sekolah, untuk mengolah sampah organik. Gambar 1. Pemberian Komposter ke Sekolah untuk mengolah sampah organik (2) Pelatihan peningkatan kapasitas siswa dan guru. Pelatihan bagi siswa dan guru tentang cara menggunakan komposter pemanfaatan pupuk kompos dari sampah organik, salah satunya dengan menggunakan cairan EM4 untuk mempercepat proses pembuatan pupuk kompos. Pelatihan bertujuan agar sampah yang selama ini banyak terdapat di sekolah dapat diolah dan dimanfaatkan PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH 217 Gambar 2. Kegiatan Pelatihan Guru dan Siswa (3) Penghijauan di lingkungan sekitar sekolah. Penghijauan di lingkungan sekitar sekolah dilakukan melalui kegiatan penyediaan bibit dan penanaman bibit tanaman sengon, trembesi dan mahoni bersama siswa sekolah di sekitar lokasi di Desa Ploso dan Desa Pagertanjung dengan total sebanyak 50.000 bibit. Gambar 3. Kegiatan Penanaman Bibit Pohon di Sekolah (4) Lomba dan Penghargaan. Perusahaan juga memfasilitasi lomba bagi sekolah tingkat SD/MI ,SMP/MTs, dan SMA/MA/SMK tentang pemilahan sampah dan pembuatan pupuk kompos, juga memberikan penghargaan kepada sekolah yang telah berhasil membuat lingkungan menjadi lebih baik antara lain telah menghijaukan area masing-masing, dan menciptakan lingkungan yang bersih, hijau, dan asri yang merupakan lomba tahunan bagi sekolah. Selama kurun waktu hampir dua tahun (2010-2012), program CSR melalui PLH sudah mulai memperlihatkan keberhasilan, dimana dari 10 sekolah yang mengikuti pembinaan dua diantaranya yaitu SMPN 2 Ploso dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) Ploso meraih penghargaan sekolah Adiwiyata Nasional. Dengan diraihnya penghargaan Adiwiyata menjadi salah satu indikator adanya perubahan baik dari perilaku siswa maupun sekolah dalam pengelolaan lingkungan yang lebih baik, dan sekolah lebih termotivasi untuk melakukan perbaikan pengelolaan lingkungan serta menjadi contoh bagi sekolah lain. Perubahan lain yang terjadi adalah siswa mulai memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan. Hal ini ditunjukan dengan sikap menjaga lingkungan sekolah yang saat ini menjadi lebih bersih dan bebas sampah, dan pengolahan sampah dengan konsep 3R menjadi bagian kegiatan sekolah. Sekolah menjadi 218 PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH lebih hijau dan teduh dengan pepohonan yang dirawat dengan baik oleh siswa dan guru serta petugas sekolah, seperti disampaikan oleh Kepala Sekolah Kepala Sekolah MI Jatigedong, Suharno, yang menyampaikan rasa terima kasih kepada CJI atas kegiatan yang dilakukan kepada para siswa terkait pendidikan lingkungan. “Hal ini bisa dirasakan dengan semakin meningkatnya kesadaran semua siswa di sekolah kami untuk menjaga kelestarian lingkungan mulai dari hal yang sederhana seperti: membuang sampah pada tempatnya, memilah sampah, membuat pupuk kompos dari sampah organik yang banyak terdapat di area sekolah serta melakukan penghijauan di taman sekolah. Sehingga suasana belajar mengajar menjadi lebih nyaman.” (Suharno, Kepala Sekolah MI Jatigedong) Dampak lain dari kegiatan adalah masyarakat di sekitar lingkungan perusahaan sudah mulai lebih perhatian terhadap lingkungan sekitar, antara lain ditunjukkan dengan perilaku memelihara tanaman yang ditanam bersama siswa. Beberapa sekolah lain juga mulai tertarik untuk melakukan hal yang sama. Bagi perusahaan dampak positif ini dapat memudahkan pelaksanaan program sesuai dengan rencana yang telah disusun untuk mendukung keberlanjutan program. 3. Petikan Pembelajaran (1) PLH menjadi sangat penting untuk menjadi bagian dalam program CSR perusahaan karena dapat membantu mengubah pola pikir/mind set masyarakat khususnya generasi muda tentang pelestarian lingkungan. Kerjasama dan kepercayaan diawal dari sekolah yang dibangun mulai dari kajian lingkungan turut menjadi kunci keberhasilan program pelaksanaan PLH di 10 (sepuluh) sekolah yang didampingi. (2) Proses kajian awal untuk menentukan isu lingkungan yang akan ditangani menjadi kunci dalam pelaksanaan program . (3) Visi, misi, kebijakan, rencana, dan program perusahaan yang memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam menjalankan usahanya merupakan dasar bagi perusahaan dalam menjalankan CSR bidang lingkungan yang sistemik, terintegrasi dan berkelanjutan. Komitmen yang dimulai dari pucuk pimpinan perusahaan, penanggung jawab, sampai pada tingkat pelaksana di lapangan merupakan kunci yang mengantarkan keberhasilan, yang bermanfaat tidak saja untuk lingkungan hidup tetapi juga untuk pertumbuhan ekonomi dan kepentingan sosial. (4) Dalam banyak contoh, penerima manfaat program CSR tidak saja bagi eksternal perusahaan khususnya masyarakat sekitar, tetapi juga bagi internal perusahaan dalam bentuk pengakuan masyarakat dan mitra usaha atas kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Pihak internal atau karyawan perusahaan dalam menjalankan kegiatan perusahaan akan lebih memperhatikan aspek lingkungan hidup. (5) Manfaat lain dari pelaksanaan kegiatan CSR bidang lingkungan ini adalah terwujudnya forum komunikasi antara perusahaan dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya. Melalui komunikasi yang baik dapat terjamin keterbukaan sehingga mengurangi pendapat negatif dari masingmasing pihak, sekaligus merupakan safety net dalam interaksi perusahaan dengan masyarakat sekitar. (6) Dalam pengembangan program, kerjasama dengan Badan Lingkungan Hidup (BLH) di Jombang dan juga instansi lain perlu dilakukan. PT. CHEIL JEDANG INDONESIA - PLH 219 PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK, KABUPATEN SUKABUMI DAN BOGOR, JAWA BARAT Pendidikan Konsevasi Raptor di Suaka Elang, Provinsi Jawa Barat dan Riau Pendidikan untuk mengenalkan satwa langka seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi), Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) sangat penting dilakukan sejak usia dini dan juga kepada masyarakat umum, mengingat satwa tersebut merupakan salah satu indikator kunci bagi suatu ekosistem yang berpengaruh terhadap kehidupan manusia. Pusat Pendidikan Konservasi Raptor Suaka Elang yang dibangun dan diinisiasi oleh Chevron bukan hanya telah menyelamatkan jenis satwa elang, namun juga menjadi media Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) bagi siswa sekolah maupun masyarakat umum. Di lokasi Suaka Elang di Cijeruk, Bogor, Jawa Barat, serangkaian pelatihan pendidikan lingkungan hidup dilakukan untuk anak muda sebagai fasilitator lingkungan dan juga penerapan PLH dengan topik Konservasi Elang menjadi bagian kegiatan rutin sejak tahun 2010. Selama 3 tahun (periode 2010-2012), minimal ada 18 sekolah dengan total siswa 900 siswa yang secara rutin mengikuti program pendidikan lingkungan hidup, jumlah ini belum termasuk pengunjung dan sekolah yang datang langsung ke Suaka Elang di Cijeruk untuk mengikuti kegiatan PLH. 1. Bermitra untuk Konservasi Raptor Kawasan-kawasan dimana Chevron beroperasi baik di Jawa Barat maupun di Riau, merupakan kawasan yang kaya keanekaragaman hayati baik jenis maupun ekosistem. Salah satu keanekaragaman hayati jenis yang sekaligus berfungsi sebagai penyeimbang ekosistem adalah burung pemangsa atau raptor, karena posisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan. Indonesia memiliki sekitar 75 jenis raptor. Jumlah yang luar biasa, mengingat raptor yang menghuni benua Asia sekitar 90 jenis. Sekitar 15 raptor Indonesia termasuk jenis endemik, bahkan beberapa jenis adalah endemik pulau, seperti Elang Jawa (Nisaetus bartelsi) merupakan jenis endemik Jawa Barat, dimana Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) merupakan salah satu habitat jenis ini. Sementara jenis Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus) merupakan jenis raptor ditemukan di daerah Riau, sebagai pintu gerbang jalur migrasi raptor Asia menuju dan/atau keluar kawasan Indonesia. Keberadaan raptor tersebut tentunya harus selalu dijaga demi keberlangsungan dan kestabilan ekosistem, yang diwujudkan salah satunya dengan kawasan konservasi seperti Taman Nasional. Upaya spesifik perlu dilakukan mengingat saat ini tingkat kerusakan sumberdaya alam di Indonesia dan di berbagai belahan bumi semakin meningkat, yang disebabkan kurang informasi, pengetahuan dan kesadaran untuk menjaga lingkungan sekitar termasuk raptor. Kondisi tersebut, mendorong Chevron yang selama ini sudah memiliki kepedulian terhadap lingkungan, berinisiatif merangkul sejumlah lembaga yang mempunyai kesamaan Visi dan Misi tentang lingkungan hidup. Pada tahun 2008 dibentuklah Lembaga Suaka Elang yang merupakan sebuah lembaga yang mendukung konservasi dan restorasi habitat raptor yang terancam punah, salah satunya melalui kegiatan penyadaran masyarakat melalui pendidikan lingkungan. 220 PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH Suaka Elang dibangun dengan model kemitraan yang terdiri dari Pemerintah (Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak, Balai Besar Konservasi dan Sumber Daya Alam Jawa Barat, Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, LIPI dan PusLitBangHut Konservasi Alam), LSM (International Animal Rescue, Raptor Indonesia, Raptor Conservation Society, PILI-Green Network, PPS Cikananga dan mata ELANG, serta swasta yaitu Chevron Geotermal Gunung Salak) dan Kelompok Swadaya Masyarakat sebagai bentuk pelaksanaan kerjasama kolaborasi sebagaimana yang diamanatkan pemerintah dalam Permenhut P.19/MenhutII/2006, yang saling menguntungkan untuk pelestarian habitat dan konservasi spesies serta organisasi-organisasi yang terlibat, dan diresmikan pada tanggal 25 November 2008. Pengelolaannya dilakukan secara kolaboratif dengan melibatkan peran masyarakat. Suaka Elang berlokasi di Kampung Loji kawasan TNGHS Jawa Barat dan di Riau berlokasi di hutan adat Buluh Cina, Kecamatan Siak Hulu, Kabupaten Kampar, Riau. Kawasan tersebut masing-masing ditetapkan sebagai tempat rehabilitasi dan pendidikan lingkungan berbasis raptor serta lokasi pelepasliaran raptor atau yang dikenal Pendidikan Konservasi Raptor, selanjutnya menjadi salah satu program andalan CSR Chevron. 2. Meningkatkan Kesadaran dan Kepedulian dengan Penerapan Pendidikan Lingkungan Hidup di lokasi Suaka Elang Proses membangun Suaka Elang yang melibatkan berbagai pihak tentunya memerlukan komitmen dari setiap lembaga yang terlibat termasuk Chevron. Komitmen dilandasi dengan kebijakan berupa Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 390/KPTS -II/2003 serta Nota Kesepahaman Kemitraan Suaka Elang tahun 2007, dimana Suaka Elang merupakan salah satu bentuk usaha menjaga dan melindungi keanekaragaman hayati yang ada. Tujuannya untuk memperkenalkan masyarakat kepada alam dan meningkatkan kesadaran akan nilai penting sumber daya alam yang beragam dalam sebuah ekosistem kehidupan. Pengembangan Suaka elang ini juga merupakan sebuah cara dalam menyebarluaskan informasi tentang usaha pelestarian dan perlindungan raptor pada suatu kawasan yang dilindungi atau kawasan-kawasan yang perlu dilindungi dengan menggunakan pendekatan pendidikan lingkungan dan wisata terbatas yang terintegrasi. Pendidikan lingkungan di Suaka Elang merupakan proses pembelajaran yang langsung dan berbasis pengalaman sehingga diharapkan dapat : x mendukung kepedulian dan perhatian terhadap ekonomi, sosial dan keterkaitannya terhadap lingkungan ekologis x belajar dan mendapatkan pengetahuan, nilai, perilaku, komitmen, dan kemampuan yang diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas lingkungan hidup x mendorong sikap hidup positif baik dari tingkat individu, kelompok, dan masyarakat secara keseluruhan terhadap lingkungan sekitarnya. Pada tahap persiapan, dilakukan kegiatan Assessment & Study melalui forum workshop dan Focused Group Discussion (FGD) dengan para pemangku kepentingan yang terdiri dari masyarakat, lembaga non-pemerintah, dan berbagai unit kerja pemerintah. Dari hasil workshop dan FGD tersebut, dapat dirancang bentuk kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan program. Setelah terbentuk kelembagaan yang akan menangani pelaksanaan program, disusunlah perencanaan program yang meliputi : alokasi & sumber pendanaan, pemetaan lokasi pengelolaan, dan penentuan target pengelolaan. PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH 221 Pada tahun 2010, untuk wilayah Jawa Barat, mulai dibangun fasilitas permanen antara lain: 1. Visitor Center (Pusat Pengunjung) seluas 70 m2, dukungan dari TNGHS 2. Kandang-kandang raptor sebanyak 4 unit, dukungan dari Chevron 3. Jembatan Gantung sepanjang kurang lebih 75 m, dukungan PT. Antam Agar semua pihak yang berkepentingan mengetahui tentang program Suaka Elang, Tim melakukan sosialisasi program dimulai dengan internal perusahaan, instansi pemerintah, LSM, masyarakat sekitar lokasi kegiatan program, dan media massa. Khusus kegiatan sosialisasi dilaksanakan secara masif pada tahun 2010-2012 melalui serangkaian kegiatan berupa: (1) Pelatihan kader konservasi 30 untuk lebih mengoptimalkan wahana pendidikan lingkungan di Suaka Elang, dibutuhkan peningkatan kapasitas generasi muda dalam kaitannya dengan usaha konservasi raptor dan habitatnya. Pada bulan Juni sampai bulan Juli 2010, Suaka Elang mengadakan pelatihan kader konservasi dengan peserta yang terdiri dari pelajar, mahasiswa dan masyarakat umum. Kegiatan ini terlaksana atas dukungan dari Chevron dan Subdit Bina Cinta Alam, Direktorat Pemanfaatan Jasa Lingkungan dan Wisata Alam. (2) Lokakarya pada tahun 2011 dengan topik “Mengenai Migrasi Raptor Indonesia”. (3) Pelatihan pada tahun 2011 berupa “Indonesian Bird Banding Scheme” dan pada tahun 2011-20121 dilaksanakan “Training of the Trainers untuk Kader”. (4) Penyelenggaraan event pada tahun 2011 bertajuk “Rehabilitasi Elang” dan launching buku “Garuda” dan pada tahun 2012 dilaksanakan lagi “Rehabilitasi Elang”. (5) Pemutaran film dokumenter berjudul “Pelepasan Elang”, pada tahun 2011. (6) Grand Launching Suaka Elang pada Desember 2012 dan pemasangan board sign oleh PSE pada Mei 2012. (7) Pameran & Konferensi pada tahun 2011 dengan topik “Festival Migrasi Raptor di Malaysia” dan pada tahun 2012 diselenggarakan Pameran IUCN di Korea. (8) Kegiatan Program Suaka Elang Goes to Campuss yang dilaksanakan pada tahun 2012 di kampus-kampus Jakarta, Bogor, Bandung, Daerah Istimewa Yogyakarta, dan Jawa Timur. Setelah semua persiapan tersebut dianggap cukup, dilaksanakanlah program Suaka Elang dalam rentang waktu 3 (tiga) tahun yaitu dari tahun 2010-2012 yang meliputi kegiatan penguatan kelembagaan, pendidikan lingkungan, dan pelepasliaran elang. Kegiatan penguatan kelembagaan untuk Pendidikan Suaka Elang dilakukan melalui pertemuan tahunan dan studi banding lokal ke Taman Rekreasi Edukasi dan ke Korea. Pelaksanaan program terdiri dari Penguatan Kelembagaan, Pelepasliaran elang dan Pendidikan Lingkungan. (1) Penguatan Kelembagaan. Dilakukan melalui serangkaian forum pertemuan Program Suaka Elang yang diikuti oleh pihak-pihak yang terlibat yang secara formal dilakukan setiap tahun. (2) Pelepasliaran elang. Dilaksanakan setelah program Suaka Elang berjalan setahun. Pada tahun 2011 program Suaka Elang telah melepasliarkan 3 (tiga) ekor elang antara lain jenis Ular Bido yang dilakukan oleh Gubernur Jawa Barat dan 4 (empat) ekor Elang Brontok di Hutan Adat Buluh Cina, Riau pada tahun 2012. 222 PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH (3) Pendidikan Lingkungan. Kegiatan Pendidikan Lingkungan terdiri dari school visit dan pengembangan modul untuk sekolah dasar. School visit, dilakukan mulai tahun 2010 sosialisasi ke Dinas Pendidikan dan sekolah setempat. Pada tahun 2011 dan 2012 dilakukan School Visit masing-masing sebanyak 18 kali dalam kegiatan yang diberi nama Suaka Elang Goes to Elementary School/SEGC) yang melibatkan lebih dari 50 siswa/kegiatan. Dalam kesempatan tersebut, Tim SEGC menjelaskan kepada para siswa antara lain mengenai fungsi ekosistem, pentingnya pelestarian lingkungan khususnya pelestarian keberadaan raptor dan fungsinya sebagai penjaga keseimbangan ekosistem di TNGHS. Pengembangan modul pendidikan lingkungan dimulai pada tahun 2010 dengan melakukan inisiasi penyusunan modul/kurikulum pada tahun 2011 dilanjutkan dengan pelaksanaan pendidikan lingkungan mengenai raptor kepada murid sekolah dasar. Sementara itu untuk program konservasi, pada tahun 2011 dan 2012 dilaksanakan Konservasi Elang& fasilitas rekreasional. Program tersebut berisi tentang pentingnya konservasi dan bagaimana konservasi tersebut dilakukan terutama konservasi elang dan pengembangan fasilitas rekreasional yang sekaligus juga merupakan forum pendidikan lingkungan hidup. Untuk dapat menilai apakah pelaksanaan program telah sesuai dengan perencanaan awal, maka dilakukan Monitoring dan Evaluasi terhadap program dan kegiatan pelepasliaran elang. Pembahasan hasil monitoring dilakukan secara berkala antara lain melalui rapat tahunan sekaligus melakukan evaluasi terhadap jalannya program dan kegiatan. Dari hasil evaluasi terungkap beberapa keberhasilan dan hambatan yang dialami selama pelaksanaan program dan sekaligus diidentifikasi alternatif jalan keluar dari hambatan yang ditemui. Hasil evaluasi inilah yang kemudian dijadikan bahan untuk melakukan koreksi dan menyempurnakan program. Kegiatan pendidikan lingkungan yang terus menerus dilakukan di Suaka Elang, mulai membuahkan hasil. Selama ini upaya gencar dilakukan oleh Suaka Elang melalui ragam media cetak dan online (Leaflet, booklet, website, dan lainnya), mendorong masyarakat luas tertarik untuk turut mempelajari dan melindungi raptor. Hal ini dibuktikan dengan mulai seringnya sekolah, universitas datang ke PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH 223 Suaka Elang untuk belajar mengenal raptor dan lingkungan sekitar. Dimuatnya Suaka Elang di berbagai media juga menjadi salah satu sisi keberhasilan program, dikenalnya Chevron oleh masyarakat sekitar sebagai salah satu perusahaan yang peduli alam sekitar, termasuk liputan media seperti yang diberitakan Riau Post pada 15 Juli 2012 dimana Manajer PGPA Chevron Pacific Indonesia, Imamul Ashuri yang menjadi Koordinator Pelepasliaran Elang menyampaikan pernyataan yang pro lingkungan bahwa : “komitmen perusahaan dalam menjaga lingkungan tak sebatas elang. Pihaknya bahkan menggambarkan bahwa saat ini, perusahaanlah yang tinggal di hutan, jadi bukan satwa yang harus menghindar, namun manusia” Sebagai salah pusat perlindungan raptor, sejak didirikan, Suaka Elang sudah berhasil melakukan penangkaran dan pelepasliaran 7 (tujuh) ekor elang yang terdiri dari 3 (tiga) ekor Elang Jawa, satu ekor Elang Alap Jambul, dan 3 (tiga) ekor Elang Ular Bido. Selain itu terdapat 12 (dua belas) ekor elang di tempat rehabilitasi Suaka Elang, dimana 2 diantaranya adalah Elang Brontok (Nisaetus cirrhatus).dan satu telah dilepaskan di Riau. Keberhasilan lain yang dapat dilihat adalah dari sisi kemitraan sudah mulai terlihat sejak tahun 2010, perusahaan yang bergabung bukan hanya Chevron namun juga PT. Antam yang beroperasi di kawasan TNGHS. Gambar diagram berikut menunjukkan sumber pendanaan Suaka Elang pada tahun 2010. Dimana Chevron berkontribusi sekitar 53%. Yayasan Bina Usaha Lingkungan 26% Other 1% Chevron 53% MBZ Species Conservation Bina Cinta 14% Alam Aneka IAR 2% Tambang Indonesia 1% 3% Gambar 1. Sumber Pendanaan Suaka Elang Periode 2010 (Sumber: Laporan Tahunan Suaka Elang) 3. Manfaat dan Petikan Pembelajaran Program ini bermanfaat baik terhadap lingkungan hidup, khususnya ekosistem di kawasan TNGHS dan di Hutan Adat Buluh Cina, Riau dengan terjaganya keseimbangan jumlah dan kondisi jenis raptor di lokasi tersebut. Melalui program pendidikan konservasi raptor maupun habitatnya, manfaat terhadap lingkungan hidup adalah berkurangnya ancaman terhadap ekosistem sejalan dengan makin 224 PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH bertambahnya populasi raptor yang berfungsi sebagai pemangsa puncak dalam piramida makanan, sekaligus sebagai penjaga keseimbangan ekosistem. Dengan pemilihan kawasan TNGHS dan Hutan Buluh Cina, Riau sebagai tempat untuk pelepasliaran raptor, diharapkan dapat memberikan rumah baru dan daerah sebaran yang alami bagi spesies Elang Jawa dan Elang Brontok. Masyarakat sekitar lokasi program dapat lebih memahami pentingnya konservasi dan penjagaan terhadap ekosistem hutan. Bagi masyarakat di sekitar Hutan Adat Buluh Cina yang telah turun temurun mengelola hutan secara otonom, program ini tidak saja menambah pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang kekayaan ekosistem hutan Riau yang menjadi rumah bagi berbagai jenis satwa termasuk elang, tetapi juga dapat memanfaatkan kawasan hutan dan keragaman satwa yang dimilikinya sebagai potensi wisata edukasi berbasiskan lingkungan. Bagi perusahaan, melalui program ini Chevron memperoleh pengakuan sebagai suatu perusahaan yang mempunyai komitmen menjaga kelestarian lingkungan dan menjaga fauna jenis raptor yang terancam punah (endanger species). Komitmen tersebut diwujudkan dalam kebijakan maupun operasionalisasi perusahaan yang berkaitan dengan penanganan permasalahan lingkungan. Secara tidak langsung, hal ini merupakan pengakuan terhadap nilai etika yang dianut Chevron dalam melakukan kegiatan operasinya yang disebut sebagai the Chevron way, dimana salah satunya adalah melindungi lingkungan, termasuk keanekaragaman hayati di sekitar lokasi Chevron beroperasi. Foto/Dokumentasi Program PT. CHEVRON GEOTHERMAL GUNUNG SALAK TBK - PLH 225 PT. PERTAMINA HULU ENERGI ONWJ, SUBANG, JAWA BARAT Hutan Pendidikan Iklim, Blanakan, Subang sebagai Media Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) Proses penyadaran dan perubahan perilaku harus ditanamkan sejak dini dengan alam sebagai medianya. Pembuatan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan yang diinisiasi masyarakat Kecamatan Blanakan dan Pertamina Hulu Energi ONWJ (PHE ONWJ) menjadi media yang tepat untuk pembelajaran Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH). Meskipun secara fisik hutan masih dalam tahap penanaman, serangkaian kegiatan PLH sudah dilakukan melalui program 2 kali seri pelatihan PLH bagi guru yang melibatkan 15 sekolah tingkatan sekolah dasar sampai menengah atas yang diikuti sekitar 50 guru dan kepala sekolah. Sejak tahun 2013 sekolah sedikit demi sedikit mempraktekkan penerapan PLH melalui praktek pembutan lubang biopori sekitar 30 lubang, 3 sekolah membuat kebun sekolah, penanaman pohon bersama di hutan pendidikan sebanyak 1.500 bibit pohon di areal seluas 2.5 ha. Penerapan PLH pada saat kemah pramuka melibatkan 300 pramuka siaga, penggalang dan penegak melalui kegiatan pengenalan sampah organik dan anorganik, monitoring sungai Cilamaya dengan indikator biologi, indentifikasi tumbuhan, praktek daur ulang sampah plastik dan kampanye memilah sampah dengan menggambar tong sampah. 1. Mengurai Kondisi Lingkungan Kecamatan Blanakan Hamparan padi hijau meliuk tertiup angin pagi menjadi panorama yang menemani kemunculan matahari pagi di Blanakan, yang memiliki luas 7.839,37 Ha, terletak di Kabupaten Subang, Jawa Barat. Kawasan ini menjadi salah satu kecamatan yang memiliki ragam kekayaan alam hayati yang cukup kaya, ekosistem mangrove, pesisir, sungai Cilamaya, termasuk ekosistem buatan berupa sawah dan kebun turut melengkapi kekayaan tersebut. Sayangnya sebagai salah satu penghasil beras, ikan, dan juga sabuk hijau pantai utara dengan hutan mangrovenya ini, mulai banyak mengalami penurunan kualitas lingkungan, menurut hasil pengamatan dan identifikasi bersama masyarakat 1 yang paling dirasakan adalah kualitas air sungai Cilamaya mengalami penurunan dari mulai warna, bau, dan banjir rob mulai meluas ke wilayah yang selama ini cukup aman. Endapan di muara semakin meluas sehingga sungai sulit dilalui kapal nelayan, sawah-sawah sering terkena hama, dan tanah sawah semakin keras. Kebun campuran mulai berkurang baik dari luasan maupun keragaman jenisnya, anak-anak sudah tidak banyak mengenal flora maupun fauna yang menjadi sumber penopang kehidupan sebagian besar masyarakat Blanakan. Ragam jenis ikan dan biota laut sudah kurang dikenali lagi oleh anak-anak dan remaja, keanekaragaman jenis mangga yang banyak terdapat di Blanakan kurang dikenali generasi muda. Sebagian besar kondisi penurunan kualitas lingkungan tersebut ditimbulkan oleh dua hal yaitu kurangnya kesadaran dan kepedulian serta adanya dampak perubahan iklim yang memang sudah mulai dirasakan di banyak tempat di Indonesia termasuk Blanakan. Kondisi yang paling dirasakan oleh masyarakat pada Januari 2012, hampir 150 ha sawah siap tanam terendam banjir penyebabnya tidak hanya tingginya curah hujan, namun sejumlah saluran yang melintasi persawahan di wilayah tersebut dangkal dan menyempit di daerah hilir. 1 Hasil diskusi kelompok Pelatihan PLH bagi Guru April 2013 di Kec. Blanakan yang diselenggarakan oleh PHE ONWJ dan Detara Foundation dan observasi lingkungan 226 PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH Gagasan hutan pendidikan yang kemudian dikembangkan menjadi hutan pendidikan iklim adalah upaya untuk mengatasi persoalan lingkungan melalui pendidikan dengan mengembangkan media pembelajaran lingkungan khsusunya terkait isu perubahan iklim di lahan seluas kurang lebih 2,5 hektar. PHE ONWJ merupakan salah satu Kontraktor Kontrak Kerja Sama MIGAS di Indonesia dengan salah satu wilayah operasi di Cilamaya Girang Kabupaten Subang, Jawa Barat. Sebagai salah satu perusahaan yang memiliki tema besar dalam pelaksanaan CSR lingkungan yaitu “Melangkah dalam Keselarasan menuju Keberlanjutan (Journey in Harmony toward Sustainability)” yang diturunkan dalam empat bidang program yaitu program ekonomi, pendidikan, lingkungan dan kesehatan dengan target utama masyarakat wilayah pesisir, sejak tahun 2009 telah berupaya mendorong munculnya media berupa hutan pendidikan iklim di Blanakan. Meskipun secara fisik areal seluas 2.5 Ha belum dapat dikategorikan sebagai hutan, mengingat vegetasi yang ada masih dalam status pancang dan tiang, namun upaya menjadikan media pendidikan lingkungan sudah dirintis sejak awal dengan melibatkan masyarakat termasuk sekolah-sekolah di Kecamatan Blanakan. 2. Hutan Pendidikan Iklim Blanakan – Inisiasi Mewujudkan Media Pendidikan Perubahan Iklim bagi Masyarakat Prakarsa Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, digagas oleh para tokoh dan kelompok masyarakat yang peduli terhadap lingkungan terutama kerusakan kawasan hutan mangrove, pencemaran sungai dan muara Cilamaya, serta harapan adanya media edukasi bagi generasi muda. Gagasan ini sejalan dengan rencana perusahaan dalam pengembangan masyarakat di bidang lingkungan, agar inisiasi dapat diwujudkan, PHE ONWJ berinisiasi merangkul para tokoh dan kelompok masyarakat dalam sebuah wadah yaitu Komite Pembangunan Masyarakat (KPM). KPM disepakati beranggotakan relawan yang terdiri dari berbagai unsur, mulai dari tokoh masyarakat, Pengurus Koperasi, LSM, Pemerintah daerah (kecamatan-desa) dan anggota DRRD. KPM sampai saat ini berperan aktif dalam menjembatani program yang ada di masyarakat, pemerintah setempat dan perusahaan. Ditingkat PHE ONWJ sendiri, penanganan kegiatan di masyarakat terkait lingkungan dan pengembangan masyarakat dilaksanakan dibawah divisi CSR dan HSE. Dalam upaya mewujudkan gagasan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, KPM berinisiatif menyediakan areal berupa lahan 2.5 Ha sebagai media percontohan, lahan tersebut adalah areal dibawah pengelolaan Perum Perhutani salah satu perusahan BUMN yang mengelola hutan produksi. Melalui Kesepakatan KPM dengan Perhutani, pada tahun 2010, lahan seluas 2.5 Ha dijadikan kawasan hutan pendidikan. Sebelumnya lahan seluas 2.5 Ha tersebut merupakan lahan Perhutani yang digarap oleh warga, untuk tujuan hutan pendidikan, lahan tersebut dibebaskan melalui proses ganti rugi dengan penggarap yang diketahui Perhutani. Dana penggantian lahan garapan berasal dari dana iuran masyarakat yang dikumpulkan melalui Komite. Setelah pembebasan lahan, kelompok mulai menanami areal dengan beberapa jenis pohon Setelah kesepakatan tercapai, kegiatan program dilapangan diawali dengan penanaman pohon sebanyak 1.500 pohon yang melibatkan pihak kecamatan, DPRD, sekolah dan tokoh masyarakat, organisasi kepemudaan yang ada di Kecamatan Blanakan. Selain persiapan fisik di areal seluas 2.5 Ha, perusahaan menyadari bahwa perlu adanya perubahan pola pikir dan peningkatan kesadaran masyarakat agar kondisi lingkungan di Blanakan mengalami perbaikan dan peningkatan kualitas. Hal ini tidak bisa berjalan dalam waktu cepat namun membutuhkan proses, menyadari hal tersebut perusahan bermitra dengan salah satu LSM lingkungan, mengembangkan konsep Hutan Pendidikan Iklim melalui kegiatan Pendidikan Lingkungan Hidup PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH 227 (PLH). Konsep desain hutan pendidikan iklim yang akan menjadi media belajar dirancang dengan menerapkan sistem-sistem pengelolaan hutan yang dibutuhkan untuk media pembelajaran perubahan iklim terkait dengan pembelajaran mitigasi dan adaptasi perubahan iklim yang berbasis konteks lokal, salah satunya sistem tumpangsari, pertanian organik, pembibitan mangrove, serta pengembangan fasilitas pendukung ramah lingkungan, tempat pertemuan, area kemah lingkungan, tanaman obat, dll. Gambar 1. Merupakan desain Hutan Pendidikan Iklim Blanakan. Dalam upaya peningkatan kesadaran serta kepedulian masyarakat terhadap perbaikan dan pengelolaan lingkungan sekitar, pendekatan kelompok strategis yaitu sekolah dari mulai tingkatan Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah (SD/MI), SMP/MTs, SMA/SMK/MA dan kelompok Pramuka menjadi kelompok utama. Serangkain kegiatan untuk mendukung penerapan PLH di sekolah dilakukan melalui rangkaian seri lokakarya dan pelatihan (lokalatih) PLH bagi guru/pendidik yang difasilitasi oleh LSM Lingkungan dan penerapan PLH bagi pramuka dan sekolah. Gambar 1. Desain Hutan Pendidikan Iklim Blanakan dan Kondisi Pertumbuhan Pohon Rangkaian seri lokalatih dan kegiatan PLH yang dilakukan yaitu: (1) Seri Lokalatih Guru/Pendidik dalam Menerapkan PLH di Blanakan : “Hutan Pendidikan Iklim Blanakan : Menjawab Tantangan Masa Depan bagi Generasi Sekarang dan Mendatang”, seri pertama dilaksanakan pada 29-30 April 2013 bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, kesadaran guru/pendidik tentang persoalan lingkungan, mengenal konsep PLH, meningkatkan pengetahuan tentang keanekaragaman hayati, serta metoda pendekatan ke alam melalui permainan alam dan interpretasi lingkungan. Seri lokalatih pertama diikuti oleh 50 peserta yang terdiri dari 11 perempuan dan 39 lakilaki, dari 11 sekolah tingkat dasar (SD/MI), 1 SMP/MTs, 3 SMA/MA/SMK dan Kwartir Cabang (Kwarcab), wakil Komite Masyarakat di Kecamatan Blanakan, Kabupaten Subang. Lokalatih difasilitasi oleh Tim LSM Lingkungan. Para peserta sangat puas dengan adanya pelatihan,hasil evaluasi pelatihan menunjukan peserta menyatakan pelatihan sangat bagus (sebanyak 64% dan sisanya menyatakan bagus 36%). Gambar 2. Proses Seri Lokalatih Pertama tentang Konsep PLH, Penggalian Isu Lingkungan Lokal 228 PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH (2) Seri Lokalatih Kedua dilaksanakan pada tanggal 13-14 September 2013, dengan jumlah peserta adalah empat puluh (40) orang terdiri dari 11 (sebelas) peserta perempuan dan 29 (dua puluh sembilan). Dengan materi : (a) Garisgaris Besar Isi Materi PLH; (b) Teknik Komunikasi dan Fasilitasi; (c) Praktek Biodiversity: Indikator Biologi sebagai Pemantau Lingkungan; (d) Perubahan Iklim; (e) Agen Perubahan dalam Pengelolaan Lingkungan; (f) Pengelolaan Sampah dengan 3R dan Bank Sampah; (g) Perencanaan dan Kelembagaan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan. Gambar 3. Praktek untuk Garis-garis Besar Materi PLH (3) Pendampingan ke sekolah, selama tahun 2013 dilakukan pendampingan ke sepuluh sekolah pada bulan September 2013 dan baru dilaksanakan satu kali, terutama untuk menindaklanjuti lokalatih yaitu kegiatan lingkungan di sekolah, salah satunya adalah penerapan perbaikan pengelolaan sarana dan prasana antara lain tempat sampah dan pemilahan sampah, penghijauan di sekolah, pembuatan TOS-Tanaman Obat Sekolah. (4) Pembuatan Lubang Biopori untuk meningkatkan area resapan air di sekolah dan sekitarnya. Sampai akhir 2013, sekitar 30 lubang biopori sudah dibuat. Gambar 4. Praktek pembuatan lubang resapan biopori (5) Pemberian materi lingkungan kepada peserta Kemah Gema Pramuka Blanakan yang diselenggarakan di areal Hutan Pendidikan Iklim Blanakan pada tanggal 2-3 Oktober 2013, sekitar 300 pramuka Siaga-Penggalang dan Penegak difasilitasi materi lingkungan dengan mengacu pada materi Saka Kalpataru atau Saka Lingkungan yang dikembangkan oleh Kementrian Lingkungan Hidup (KLH), materi tersebut antara lain Krida 3R dan Krida Konservasi Keanekaragaman Hayati. Untuk Krida Keanekaragaman Hayati, peserta difasilitasi melakukan kegiatan pemantauan sungai Cilamaya melalui cara biological monitoring (biomonitoring) pemantauan kualitas air dengan melihat indikator makro invertebrata, dan mengidentifikasi jenis-jenis tumbuhan yang saat ini ada di lokasi Hutan Pendidikan Iklim Blanakan dan sekitarnya. Sementara Krida 3R diisi dengan kegiatan pengenalan jenis sampah dan cara mengolah sampah plastik melalui kerajinan daur ulang plastik kemasan menjadi barang yang bermanfaat. PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH 229 Gambar 5. Penerapan PLH dalam Kemah Pramuka 3. Keberhasilan dan Petikan Pembelajaran Program Program CSR lingkungan melalui Hutan Pendidikan Iklim Blanakan, meskipun masih dalam proses, namun dalam proses penerapan PLH sudah mulai memperlihatkan perkembangan terutama inisiasi para peserta lokalatih yang mulai menyebarkan kepedulian lingkungan, antara lain di sekolah sudah mulai terjadi pengurangan penggunaan plastik kemasan meski masih terbatas dikalangan guru dengan membawa botol minum, sampah plastik tidak terlalu berserakan. Rangkaian lokalatih dan kegiatan PLH yang dikembangkan di Kec. Blanakan juga mendapat apresiasi dari Dinas Pendidikan Kecamatan dan seluruh sekolah, umumnya mereka membutuhkan pendampingan dari PHE ONWJ untuk menerapkan peduli lingkungan, dan meminta proses lokalatih dilakukan lagi untuk sekolah-sekolah yang dalam seri pertama dan kedua belum mengikuti. Berikut pernyataan dari sekolah (Kepala Sekolah, Guru): “Perbanyak pelatihan seperti ini dengan merata karena masih banyak saudara kita yang belum sadar manfaat lingkungan sekitar” (Sakim, SMPN 2 Blanakan Kebutuhan untuk kegiatan PLH di sekolah juga disampaikan antara lain: “PHE ONWJ dan LSM Lingkungan diharapkan lebih banyak lagi memberikan motivasi dan kunjungan ke sekolah agar anak dan pendidik lain dapat memahami dan melakukan aksi bersama untuk lingkungan” (Wakim Hamzah, Guru SDN Wanajaya) Sementara penggunaan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan sebagai media pendidikan sudah dimulai dengan digunakan sebagai lokasi penanaman sekolah dan kegiatan pramuka sekecamatan Blanakan, meski dalam kegiatan pramuka masih sangat kurang perspektif lingkungan, namun upaya untuk menanami lokasi dengan bibit pohon menjadi salah satu upaya yang harus terus dilakukan. Keberadaan Hutan Pendidikan Iklim betul-betul menjadi kebutuhan masyarakat dan terlihat dari upaya masyarakat untuk segera mewujudkannya dengan dibentuknya “Forum Komunikasi Hutan Pendidikan Iklim Blanakan(FKHPIB) ditingkat masyarakat”. Proses kemitraan perusahaan dengan masyarakat dan sekolah yang terbangun dengan landasan kepercayaan menjadi kunci keberhasilan program. Untuk membangun Hutan Pendidikan Perubahan Iklim Blanakan, secara fisik mungkin mudah diwujudkan oleh perusahaan, namun perusahaan yang memilih berproses bersama untuk mendorong rasa kepemilikan bersama di masyarakat Blanakan, serta proses merubah pola pikir dan tindak masyarakat untuk peduli lingkungan sehingga menjadi aset untuk pengelolaan Hutan Pendidikan Iklim Blanakan ke depan terutama aset sumberdaya manusia. 230 PHE ONWJ – Hutan Pendidikan Iklim - PLH PENUTUP 231 200 PENUTUP Peran dunia usaha dalam perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup secara nyata telah ditunjukkan dalam pemodelan pelaksanaan tujuh kegiatan Corporate Social Responsibility bidang lingkungan yang dilakukan oleh 32 perusahaan yang terangkum dalam 44 cerita dalam buku ini. Berdasarkan 44 cerita program CSR bidang lingkungan, terlihat visi, misi, kebijakan, rencana, dan program perusahaan yang memperhatikan aspek lingkungan dalam menjalankan usahanya merupakan dasar bagi perusahaan untuk menjalankan CSR bidang lingkungan yang sistemik, terintegrasi dan berkelanjutan. Komitmen yang dimulai dari pucuk pimpinan perusahaan, penanggung jawab, sampai tingkat pelaksana di lapangan merupakan kunci yang mengantarkan keberhasilan suatu program yang bermanfaat tidak saja untuk lingkungan hidup tetapi juga untuk pertumbuhan ekonomi dan kepentingan sosial. Empat puluh empat (44) model CSR bidang lingkungan yang dilakukan perusahaan menunjukkan bahwa penerima manfaat tidak saja bagi eksternal perusahaan khususnya masyarakat sekitar, yang umumnya perusahaan menyebutnya masyarakat, tetapi juga bagi internal perusahaan dalam bentuk pengakuan masyarakat dan mitra usaha atas kepedulian perusahaan terhadap lingkungan. Pihak internal seperti staf, kontraktor perusahaan dan lainnya dalam menjalankan kegiatan perusahaan akan lebih memperhatikan aspek lingkungan hidup. Manfaat lain dari pelaksanaan CSR bidang lingkungan yang sistemik, terintegrasi dan berkelanjutan adalah dapat mewujudkan forum komunikasi antar perusahaan dengan masyarakat dan para pemangku kepentingan lainnya. Melalui komunikasi yang baik dapat terjamin keterbukaan sehingga dapat mengurangi pendapat negatif dari masing-masing pihak. Kondisi ini dapat merupakan safety net dalam interaksi perusahaan dengan berbagai pihak terutama masyarakat sekitar. Empat puluh empat (44) cerita model CSR bidang lingkungan yang dipublikasikan ini memang belum sepenuhnya sempurna, namun dapat dijadikan contoh dalam mendorong dunia usaha lainnya untuk semakin memperhatikan aspek lingkungan hidup dalam melaksanakan CSR-nya. Diharapkan pula terdapat dampak positif, semakin banyak kalangan dunia usaha yang lebih peduli terhadap lingkungan hidup dan berupaya untuk melakukan aksi nyata bagi perbaikan dan pemeliharaannya. Mengingat masih banyak perusahaan yang juga ingin berpartisipasi menerapkan CSR bidang lingkungan, namun keterbatasan pemahaman serta pengalaman dalam melaksanakannya menjadi kendala bagi perusahaan. Oleh karenanya selain buku yang telah diterbitkan ini, perusahaan juga berharap adanya peran aktif dari Kementerian Lingkungan Hidup untuk mendampingi perusahaan. Proses pendampingan diharapkan dilakukan mulai dari proses penyiapan sampai evaluasi pelaksanaan CSR bidang lingkungan sesuai dengan tugas dan fungsi KLH dalam program perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup khususnya yang berkaitan dengan kegiatan dunia usaha. Daftar Isi 223 224 Daftar Isi KOSAKATA A Adaptasi perubahan iklim : Merupakan proses penyesuaian apapun yang terjadi secara alamiah di dalam ekosistem atau dalam sistem manusia sebagai reaksi terhadap perubahan iklim, baik dengan meminimalkan tingkat perusakan maupun mengembangkan peluang-peluang yang menguntungkan sebagai reaksi terhadap iklim yang sedang berubah atau bencana yang akan terjadi yang terkait dengan perubahanperubahan lingkungan. Aerobik atau areob : Adalah organisme yang melakukan metabolisme dengan bantuan oksigen. Aerob, dalam proses dikenal sebagai respirasi sel, menggunakan oksigen untuk mengoksidasi substrat (sebagai contoh gula dan lemak) untuk memperoleh energi. Anaerob : Adalah setiap organisme yang memerlukan oksigen untuk tumbuh Bank Sampah : Adalah tempat pemilahan dan pengumpulan sampah yang dapat didaur ulang dan/ atau diguna ulang yang memiliki nilai HNRQRPLGHÀQLVLPHQXUXW3HUDWXUDQ0HQWHUL Lingkungan Hidup No. 13/2012 tentang 3HGRPDQ3HODNVDQDDQReduce, Reuse, Recycle 0HODOXL%DQN6DPSDK3DVDO Berwawasan lingkungan : Upaya sadar dan berencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana yang terencana dan berkesinambungan untuk meningkatkan mutu hidup. Biodiversity : Keanekaragaman hayati Bokashi : Metode pengomposan yang dapat menggunakan starter aerobik maupun anaerobik untuk mengkomposkan bahan organik, yang biasanya berupa campuran molasses, air, starter mikroorganisme, dan sekam padi. Kompos yang sudah jadi dapat digunakan sebagian untuk proses pengomposan berikutnya, sehingga proses ini GDSDWGLXODQJGHQJDQFDUD\DQJOHELKHÀVLHQ Starter yang digunakan amat bervariasi, dapat diinokulasikan dari material sederhana seperti kotoran hewan, jamur, spora jamur, cacing, ragi, acar, sake, miso, natto, anggur, bahkan bir, sepanjang material tersebut mengandung organisme yang mampu melakukan proses pengomposan. tidak B Daftar Isi 225 Botanic garden : Kebun raya atau kebun botani adalah suatu lahan yang ditanami berbagai jenis tumbuhanyang ditujukan untuk keperluan koleksi, penelitian, dan konservasi exsitu (di luar habitat) dan dapat berfungsi sebagai sarana wisata dan pendidikan bagi pengunjung C Cleaner production 7LQGDNDQ HÀVLHQVL SHPDNDLDQ EDKDQ EDNX air dan energi, dan pencegahan pencemaran, dengan sasaran peningkatan produktivitas dan minimisasi timbulan limbah Community development 3HQJHPEDQJDQSHPEHUGD\DDQPDV\DUDNDW Corporate social responsibility 7DQJJXQJ-DZDE6RVLDO3HUXVDKDDQ Cover lamp : Lampu penutup : Suatu bagian lanskap yang ditunjukkan oleh suatu batas yang tertutup pada suatu peta tanah yang menentukan suatu areal tertentu, suatu bentuk tertentu, dan suatu lokasi tertentu dari satu atau lebih komponen tanah ditambah inklusi, dan atau areal sis. D Delineasi E (FRRIÀFH 3HUNDQWRUDQ \DQJ PHQHUDSNDQ PDQDMHPHQ mutu lingkungan yang sesuai dengan standar internasional Ekosistem : Suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya Emisi : Emisi adalah zat, energi dan/atau komponen lain yang dihasilkan dari suatu kegiatan yang masuk dan/atau dimasukkannya ke dalam udara ambien yang mempunyai dan/ atau tidak mempunyai potensi sebagai unsur pencemar. Energi terbarukan : Energi yang berasal dari proses alam yang berkelanjutan, seperti tenaga surya, tenaga angin, arus air proses biologi, dan panas bumi Environment, Health, and Safety : (YDOXDVL 226 Daftar Isi Lingkungan, Kesehatan,dan Keamanan 3HQLODLDQVHFDUDVLVWHPLNXQWXNPHQHQWXNDQ atau menilai kegunaan, keefektifan sesuatu yang didasarkan pada kriteria tertentu dari program. Evaluasi harus memiliki tujuan yang jelas, sesuai dengan tujuan yang ditetapkan dalam program F )RWRVLQWHVLV 3URVHVSHPEHQWXNDQNDUERKLGUDWGDULNDUERQ dioksida (CO2) dan air (H2O) dengan bantuan sinar matahari. G Greenhouse : Sebuah rumah yang dinding dan atapnya dibuat dari kaca atau plastik digunakan untuk pengembangbiakkan tumbuhan Green house effect : Efek Gas Rumah Kacadisebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbon dioksida (CO2) dan gas-gas lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan bakar minyak, batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan tumbuhantumbuhan dan laut untuk menyerapnya. Green lighting 3HQJKHPDWDQ NRQVXPVL GD\D OLVWULN GDQ atau penggunaan zat berbahaya sehubungan dengan perubahan cuaca (climate change). H HGU : Hak Guna Usaha adalah hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh Negara, dalam jangka waktu paling lama 25 atau 35 tahun , yang bila diperlukan masih dapat diperpanjang lagi 25 tahun, guna usaha pertanian, perkebunan, perikanan atau peternakan, dengan luas paling sedikit 5 ha +LGURORJLV 3HQJHWDKXDQ WHQWDQJ VHOXN EHOXN VLIDW DLU pemanfatannya, serta pengendaliannya. Hutan Kota : Hutan kota merupakan salah satu ekosistem buatan memiliki manfaat dan fungsi penting diwilayah perkotaan. Hutan kota merupakan komunitas tumbuh-tumbuhan berupa pohon dan asosiasinya yang tumbuh di lahan kota atau sekitar kota, berbentuk jalur, menyebar atau bergerombol (menumpuk) dengan struktur meniru (menyerupai) hutan alam, membentuk habitat yang memungkinkan kehidupan bagi satwa dan menimbulkan lingkungan sehat, nyaman, dan estetis Hutan lindung : Hutan lindung adalah kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok sebagai perlindungan sistem penyangga kehidupan untuk mengatur tata air, mencegah banjir, mengendalikan erosi, mencegah intrusi air laut, dan memelihara kesuburan tanah Daftar Isi 227 I ,QVSHNVL 3HPHULNVDDQ VHFDUD ODQJVXQJ pelaksanaan peraturan, tugas, dsb. ,QYHQWDULVDVL 3HQFDWDWDQDWDXSHQJXPSXODQGDWD WHQWDQJ K Keanekaragaman hayati : Adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan keanekaan bentuk kehidupan di bumi, interaksi antara berbagai mahluk hidup serta antara mereka dengan lingkungannya. Keanekaan sistem pengetahuan dan kebudayaan masyarakat terkait erat dengan keanekaragaman hayati, dengan demikian keanekaragaman hayati mencakup semua bentuk kehidupan di bumi, mulai dari mahluk sederhana seperti jamur, bakteri, hingga mahluk yang mampu berpikir seperti manusia, mulai dari satu tegakan pohon di pekarangan rumah hingga ribuan tegakan pohon yang membentuk sistem jejaring kehidupan yang rumit dalam sebuah HNRVLVWHP,%6$3 Klimatologis : Ilmu yang mempelajari iklim, dan merupakan sebuah cabang dari ilmu atmosfer. Konservasi : 3HOHVWDULDQ DWDX SHUOLQGXQJDQ 0HQXUXW Undang-undang No. 5/1990 Konservasi adalah pengelolaan sumber daya alam hayati yang pemanfaatannya dilakukan secara bijaksana untuk menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas keanekaragaman dan nilainya. Lahan kritis : Merupakan suatu lahan yang kondisi tanahnya telah mengalami atau dalam proses NHUXVDNDQ ÀVLN NLPLD DWDX ELRORJL \DQJ akhirnya membahayakan fungsi hidrologi, orologi, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan sosial ekonomi di sekitar daerah pengaruhnya Landmark boulevard 3HQDQGDMDODQ Lubang Biopori : Metode resapan air yang ditujukan untuk mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya resap air pada tanah : Sumber pendapatan penduduk berupa pekerjaan yang dilakukan secara rutin untuk memenuhi kebutuhan. L M Mata pencaharian 228 Daftar Isi Mitigasi Perubahan Iklim : Sebuah intervensi antropogenik untuk menurunkan tekanan antropogenik terhadap sistem iklim, termasuk didalamnya strategi untuk mengurangi sumber-sumber penghasil gas-gas rumah kaca dan meningkatkan penyerapan karbon. Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan, seperti dari sisi sosial, ekonomi, politik, dan teknologi yang semuanya dapat mendukung penurunan emisi yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Monitoring : Suatu proses pemantauan untuk mendapatkan informasi tentang pelaksanaan manajemen Open dumping : Teknik open dumping adalah cara pembuangan sampah yang sederhana, yaitu sampah dihamparkan disuatu lokasi dan dibiarkan terbuka begitu saja Organic farm : Pertanian Organik Parsial : Berhubungan atau merupakan bagian dr keseluruhan Paru-paru kota : Ruang terbuka hijau di tengah-tengah kota yang berfungsi menjadi penyerap karbondioksida dan menyerap pencemar udara lainnya Partisipasi : Pengambilan bagian atau pengikutsertaan Penangkaran : O P (tempat aslinya), dengan campur tangan (budidaya) manusia R Recycle : Daur ulang Reduce : Pengurangan/memperkecil Rehabilitasi lahan : Merupakan suatu usaha memperbaiki, memulihkan kembali dan meningkatkan kondisi lahan yang rusak agar dapat berfungsi secara optimal baik sebagai unsur produksi, media pengatur tata air, maupun sebagai unsur perlindungan alam dan lingkungannya Rekonstruksi : Pengembalian seperti semula Relokasi : Pemindahan suatu tempat menuju tempat yang baru. Reservoir : Tempat/daerah/wadah yang memiliki kemampuan untuk menampung air. Daftar Isi 229 Reuse : Digunakan kembali : Sampah dikumpulkan dan ditimbun dilahan yang sebelumnya telah dilapisi oleh plastik kemudian ditambahkan tanah lempung lalu sampah dimasukan kemudian dipadatkan dan yang terakhir adalalah pada permukaan atas sampah ditaburi tanah tiap harinya 6\VWHPRI5LFH,QWHQVLÀFDWLRQ65, : Teknik budidaya padi yang mampu meningkatkan produktivitas padi dengan cara mengubah pengelolaan tanaman, tanah, air, dan unsur hara. S 6DQLWDU\ODQGÀOO Sekuestrasi 3HQ\LWDDQ pemencilan Sekolah Adiwiyata : Sekolah peduli dan berbudaya lingkungan Sinergi : Berkomitmen untuk membangun dan memastikan hubungan kerjasama internal yang produktif serta kemitraan yang harmonis dengan para pemangku kepentingan untuk menghasilkan karya yang bermanfaat. Sosiosistem : Lingkungan yang di dalamnya manusia berinteraksi dengan sesamanya baik berdasarkan polahubungan struktural maupun fungsional Spesies Endemik : Spesies endemik adalah jenis makhluk hidup, baik tumbuhan maupun hewan, yang hanya GLWHPXNDQ GL VDWX ORNDVL JHRJUDÀV WHUWHQWX saja 6WDNHKROGHUV 3HPDQJNXNHSHQWLQJDQ Suaka Alam : SHUDPSDVDQ SHQJDVLQJDQ Adalah perlindungan suatu kawasan berupa kekayaan alam dan isinya, meliputi pemeliharaan, penelitian, pendidikan, wisata, rehabilitasi kawasan, dan pengamanan segala aset yang berada dalam kawasan perlindungan. T Takakura (Keranjang Takakura) : 230 Daftar Isi Merupakan proses pengomposan aeraob di mana udara dibutuhkan sebagai asupan penting dalam proses pertumbuhan mikroorganisme yang menguraikan sampah menjadi kompos. Media yang dibutuhkan dalam proses pengomposan yaitu dengan menggunakan keranjang berlubang, diisi dengan bahan-bahan yang dapat memberikan NHQ\DPDQDQ EDJL PLNURRUJDQLVPH 3URVHV pengomposan metode ini dilakukan dengan cara memasukkan sampah organik idealnya sampah organik tercacah ke dalam keranjang setiap harinya dan kemudian dilakukan kontrol suhu dengan cara pengadukan dan penyiraman air. 7HQDQW 3HQ\HZDEHVDU Terumbu karang : Merupakan ekosistem khas yang terdapat di wilayah pesisir daerah tropis. Terumbu karang adalah struktur di dasar laut berupa HQGDSDQ NDOVLXP NDUERQDW &D&2ȕ \DQJ dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak bertulang belakang \DQJ WHUPDVXN GDODP 3K\OXP &RHOHQWHUDWD (hewan berongga) atau Cnidaria yang dapat PHQJHOXDUNDQ&D&2ȕ-LND&D&2ȕWHUNHQDDLU laut maka akan membentuk endapan kapur Testimoni : Adalah beberapa pendapat, usulan, masukan dari orang per orang yang sifatnya mendukung, pembenaran, menambah nilai suatu produk tertentu (hasil karya, terbitan buku, produk pasar, dll) yang dituangkan dalam bentuk tulisan yg tidak terlalu panjang, namun tepat sasaran. Diharapkan dari testimoni beberapa orang tersebut produk atau program menjadi lebih bernilai Tukik : Bayi penyu W Water consumption 3HQJJXQDDQDLU Daftar Isi 231 224 Daftar Isi