Makalah Seminar Nasional Perhorti
Transcription
Makalah Seminar Nasional Perhorti
· SEMINAR NASIONAL PERHORTI 2012 « !Mem6angun SinerlJitas Sta~liolifer untu{!MeninofJzt{an (j)aya Saine (jlrotfu~J{orti~uftura 11 Surabaya, 13 - 14 November 2012 :".''''' 1 RESPONS PERTUMBUHAN DAN HASIL TUJUH VARIETAS (Capsicum annuum L.) TERHADAP PEMUPUKAN CABAl MERAH NPK .) Oleh: Moch. Oawam Maghfoer, Eko Widaryanto dan Rini Harfiah Sakti -) ABSTRAK Cabai merah merupakan komoditas sayuran yang mempunyai nilai jual cukup tinggi, namun rata-rata produksi per hektarnya di Indonesia masih rendah. Upaya peningkatan produksi cabai merah dapat dilakukan dengan penggunaan benih unggul. Oi pasaran telah banyak beredar benih unggul hibrida cabai merah, oleh karenanya diperlukan pengujian berbagai varietas cabai merah yang mempunyai adaptasi luas dan menghasilkan produksi tinggi. Disamping itu, untuk dapat menghasilkan hasil cabal tinggi, diperlukan pemupukan NPK dalam jumlah yang cukup. Tujuan penelitian ialah untuk mengetahui tingkat pertumbuhan dan hasil tujuh varietas cabai merah terhadap pemupukan NPK. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2009 di lahan sawah, Oesa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, .:!: 708 mdpl, pH tanah 5,3, rata-rata suhu minimum/maksimum 19,9 °C/26,32 °C. Rancangan yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi dengan tiga perlakuan dosis pupuk NPK 15-15-15 sebagai petak utama (300, 700, dan 1000 kg/ha), dan tujuh varietas cabai merah sebagai anak petak (Hot Beauty, Gada, Omega, Restu, Horison, Jet Set, dan TM 888). Hasil penelitian menunjukkan dosis pupuk NPK dan interaksinya dengan varietas cabai merah tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah pertumbuhan dan komponen hasil yang diamati. Perbedaan varietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun, luas daun, bobot kering tanaman, jumlah buah dan bobot buah. Varietas Omega dan Horison menghasilkan bobot buah yang tidak berbeda nyata (289,84 dan 282,72 g/tanaman), namun kedua varietas tersebut menghasilkan bobot buah lebih besar dibandingkan varietas lainnya. Kata kunci: cabai merah, pupuk NPK, varietas *) Makalah disampaikan pada Seminar Nasional PERHORTI 2012, UPN "Veteran" Jawa Timur 13-14 Nopember 2012 **) Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang 3 PENDAHULUAN Cabai merah (Capsicum annuum L.) ialah salah satu jenis sayuran komersial yang banyak dibudidayakan oleh petani. Hal tersebut karena cabai mempunyai nilai ekonomi yang tinggi. Kebutuhan cabai merah semakin meningkat dengan meningkatnya jumlah penduduk dan berkembangnya industri yang (Supartoto et al., 2002). Pemasaran membutuhkan cabai cabai dapat dilakukan merah sebagai bahan baku dalam bentuk segar, kering, bubuk sebagai bahan dasar industri dan dalam bentuk pasta cabai. Menurut Nawangsih et al. (2003) cabai berpotensi dikembangkan sebagai produk ekspor non migas. Produksi cabai merah di Indonesia masih rendah. Data BPS (2008) menyebutkan ratarata produksi cabai per hektar pada tahun 2003 sampai 2007 ialah 6,3 - 6,72 ton. Hal tersebut jauh dibawah potensi cabai yang dapat mencapai 18 ton/ha (Kusandarini, 1996). Menurut Mariono et al. (2006), pemerintah telah berusaha meningkatkan produksi cabai merah melalui sapta usaha tani yang meliputi syarat-syarat pengolahan tanah, penggunaan bibit unggul, pengairan, pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit dan teknologi pertanian. Pemilihan varietas cabai berperan penting dalam peningkatan produksi cabai. Menurut Witono et al. (1992) kebutuhan terhadap benih unggul cukup mendesak mengingat tingginya variabilitas hasil per satuan luas antar sentra maupun antar petani. Penggunaan benih harus memperhatikan tingkat kemumian tumbuh tanaman. serta varietas yang sesuai dengan kondisi lingkungan Faktor lingkungan dalam hal ini meliputi jenis tanah, suhu, intensitas penyinaran, angin, kelembaban, curah hujan dan lain-lain. Menurut Welsh (1981), lingkungan tumbuh merupakan pembentuk akhir suatu organisme. varietas perlu mempertimbangkan Oleh karenanya dalam memilih faktor-faktor sebagai sebagai berikut, mampu berproduksi dalam waktu lama (umur panen panjang), resisten terhadap curah hujan tinggi, serangan hama penyakit tertentu serta mampu berproduksi tinggi pada kondisi lingkungan dimana faktor yang paling minimum berperan sebagai pembatas. Sifat-sifat suatu varietas tidak selalu tetap, tetapi telah mengalami perubahan, sehingga varietas yang unggul pada satu waktu dan tempat tertentu dapat berbeda di waktu dan tempat yang lain (Harjadi, 1999). Beberapa varietas cabai mempunyai daya adaptasi yang cukup luas terhadap lingkungannya. Produktivitas yang tinggi diperoleh pada lingkungan yang sesuai (Suwandi, 1986). Ketersediaan unsur hara yang dapat diserap oleh tanaman faktor yang mempengaruhi merupakan salah satu tingkat produksi tanaman. Menurut Cahyono (1994) pemupukan merupakan salah satu kunci untuk meningkatkan mencapai tingkat efisiensi setinggi-tingginya, produksi tanaman cabai merah. Untuk anjuran pemupukan harus mengacu tiga hal, yaitu 1) kebutuhan tanaman akan unsur hara untuk menghasilkan dalam jumlah tertentu, 2) tingkat ketersediaan unsur hara dalam tanah atau kemampuan dan 3) tingkat efisiensi serapan masing-masing tanah menyediakan hara, hara yang diperlukan melalui pupuk. Untuk tanaman semusim seperti cabai merah, analisis tanah untuk mengetahui status hara dalam 4 tanah sangat penting dilakukan untuk menentukan anjuran pemupukan yang tepat (Suyamto, 1993 da/am Mariono et a/., 2006). Aplikasi pupuk majemuk dapat meningkatkan cabaL Menurut Rosliani (1997), penggunaan untuk tanaman sayuran efisiensi pemupukan pada tanaman pupuk NPK dalam bentuk pupuk majemuk sangat baik atau lebih efisien dibandingkan penggunaan pupuk tunggal. Hal tersebut karena 1) pupuk majemuk bersifat slow release sehingga ketersediaan unsur hara bagi tanaman lebih terjaga, 2) mempunyai kandungan unsur hara yang telah lengkap (nitrogen, fosfor dan kalium) sehingga tidak perlu menyediakan atau mencampurkan berbagai pupuk tunggal, 3) aplikasi pupuk majemuk dapat menghemat ongkos pengangkutan dan tenaga kerja. Untuk dapat rnelakukan pertumbuhan maka tanaman cabai memerlukan tanaman eabai besar mempunyai dan berproduksi secara hasil yang tinggi unsur hara dalam jumlah yang eukup. Setiap varietas keperluan unsur hara yang berbeda agar dapat tumbuh maksirnal. penelitian untuk mengetahui yang baik dan memperoleh Oleh karena hal tersebut diatas, perlu varietas cabai merah yang dapat menghasilkan tertinggi dan dosls pupuk majemuk yang dapat meningkatkan dilakukan produktivitas hasil eabai merah. BAHAN DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juli 2009 di lahan sawah, Desa Mojorejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu, ± 708 mdpl, pH tanah 5,3, rata-rata suhu minimum 19,9 C dan rata-rata suhu maksimum 26,32oC. 0 Rancangan yang digunakan ialah Rancangan Petak Terbagi dengan tiga perlakuan dosis pupuk NPK 15-15-15 sebagai petak utama (300,700, dan 1000 kg/ha), dan tujuh varietas cabai merah sebagai anak petak (Hot Beauty, Gada, Omega, Restu, Horison, Jet Set, dan TM 888). Bibit tanaman eabai besar ditanam pada bedengan ukuran 3,5 m x 1,2 m, jarak antar bedengan 50 em. Jarak tanam yang dipergunakan ialah 60 em x 50 em. Pemupukan NPK diberikan dengan cara ditugal pada jarak sekitar 20 em dari tanaman. Aplikasi pupuk NPK diberikan sebanyak 2 kali, yakni pada umur 7 hst dan 45 hst dengan dosis masing-masing 1/2 dari dosis perlakuan. Pemeliharaan meliputi penyiangan secara manual, penyiwilan, dan pemberian air. Peneegahan terhadap hama dan penyakit dilakukan secara intensif menggunakan Curaeron 500 EC, Decis 2,5 EC, Hostathion 40 EC, Dithane M-45, Antracol 70 WP dan Agrept 20 WP dengan dosis sesuai dengan konsentrasi anjuran dan interval penyemprotan 1 minggu sekali. Peubah yang diamati meliputi jumlah daun, luas daun, bobot kering tanaman, jumlah buah dan bobot buah. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F 5% yang dilanjutkan dengan uji BNT 5%. 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Pertumbuhan tanaman Hasil penelitian cabai merah menunjukkan majemuk dengan varietas majemuk tidak berpengaruh bobot kering tanaman terjadi sinkronisasi tidak terjadi interaksi nyata antara dosis pupuk NPK cabai merah. Aplikasi pupuk NPK majemuk tidak pupuk NPK nyata pada jumlah dan luas daun tanaman eabai besar serta eabai besar (Tabel 1, 2 dan 3). Hal tersebut diduga karena tidak unsur hara dengan kebutuhan tanaman. Proses pelepasan pad a pupuk majemuk bersifat s/owrelease, sehingga penyediaan bertahap. Ketidak sesuaian antara saat pelepasan tanaman akan unsur hara dapat menghambat awal pertumbuhannya besar, sedangkan tanaman cabai besar membutuhkan pupuk tanaman sa at kebutuhan eabai besar. Pada unsur N dalam jumlah yang diduga pada saat tersebut unsur N yang tersedia masih dalam jumlah sedikit sehingga proses pembentukan aplikasi unsur hara terjadi secara un sur hara dengan pertumbuhan unsur hara NPK majemuk daun menjadi terhambat. Hal tersebut mengakibatkan pad a berbagai dosis tidak berpengaruh nyata pada pertumbuhan tanaman cabai besar. Menurut Tisdale et al. (1985 dalam Suwandi, 2009), tingkat ketersediaan unsur hara bagi tanaman tergantung pad a banyak faktor, antara lain status hara dalam tanah dengan keragaman jenis dan sifatnya, ketersediaan air (irigasi), jenis tanaman yang diusahakan dan pola pemupukan sebelumnya. Tabel 1. Jumlah daun tanaman eabai besar pad a umur 56 dan 84 hst pada berbagai dosis pupuk NPK dan varietas Rata-rata jumlah daun ( helai) Perlakuan Dosis pupuk NPK (P) P1 (300 kglha) P2 (700 kg/ha) P3 (1000 kglha) BNT5% 56 hst 84 hst 153,48 156,46 165,69 217,54 230,25 248,10 tn tn Varietas Cabai besar (V) V1 (Hot beauty) V2 (Gada) V3 (Omega) V4 (Restu) V5 (Horison) V6 (Jet Set) V7 (TM 888) 159,72 152,14 188,03 146,61 180,47 151,47 155,36 BNT5% 25,05 239,14 179,05 281,02 163,08 286,14 202,76 243,69 ab a e a be a a be a e a e ab be 53,21 Keterangan: Angka yang didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% tn : tidak nyata Faktor Hngkungan berperan pada tingkat efisisensi penyerapan hara oleh tanaman. Selain tidak terjadi sinkronisasi unsur hara, curah hujan tingggi pada saat penelitian 6 mengakibatkan unsur N banyak mengalami leaching (Lampiran 2). Hal tersebut mengakibatkan ketersediaan unsur hara dan penyerapan unsur hara menjadi tidak optimal. Meskipun proses pelepasan unsur N pada pupuk majemuk bersifat slow release, akan tetapi karena bahan organik organik dalam tanah yang dipergunakan penelitian rendah (Lampiran 1) mengakibatkan tidak semua unsur hara dapat dimanfaatkan tanaman. Kondisi tersebut mengakibatkan tanah tidak dapat menahan kehilangan unsur hara akibat curah hujan yang tinggi. Ketersediaan bahan organik tanah dalam jumlah yang cukup diperlukan untuk mengikat unsur hara sehingga tidak mudah mengalami penguapan atau pencucian. Tabel 2. Luas daun tanaman cabai besar pada umur 56 dan 84 hst pada berbagai dosis pupuk NPK dan varietas 1 Rata-rata luas daun (em2.tan- ) Perlakuan Dosis pupuk NPK (P) P1 (300 kg/ha) P2 (700 kg/ha) P3 (1000 kglha) 56 hst 84 hst 621,92 657,32 729,51 1131,21 1220,33 1267,73 BNT5% tn tn Varietas Cabai besar (V) V1 (Hot beauty) V2 (Gada) V3 (Omega) V4 (Restu) V5 (Horison) V6 (Jet Set) V7 (TM 888) 684,85 648,14 876,14 601,10 840,47 636,17 698.52 BNT5% 167,88 ab a e a be a ab 1284,25 be 913,16 a 1522,26 e 950,76 a 1522,26 e 1138,75 ab 1094.08 ab 205,24 Keterangan: Angka yang didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% tn: tidak nyata Tabel 1 dan 2 menunjukkan bahwa aplikasi pupuk NPK pada berbagai dosis tidak berpengaruh nyata jumlah dan luas daun tanaman cabai merah. Hal tersebut karena unsur hara yang diserap tanaman tidak maksimal karena faktor lingkungan yang kurang mendukung pertumbuhan tanaman. Kekurangan unsur hara pada tanaman sering termanifestasikan daun (Delvian, 2006). Upaya meningkatkan pada ketersediaan unsur hara dengan aplikasi pupuk majemuk tidak dapat meningkatkan jumlah dan luas daun, karena rendahnya efisiensi serapan unsur hara oleh tanaman. Menurut Setyorini dan Ladiyani (2008), efisiensi pemupukan N dan K tergolong rendah, yaitu berkisar antara 3040%, sedangkan efisiensi pemupukan P oleh tanaman juga rendah, berkisar 15-20% ( Hilman dan Suwandi, 1989). Hasil penelitian jumlah daun menunjukkan lingkungan menunjukkan dan luas daun varietas yang bahwa varietas lebih tinggi terse but mampu kurang menguntungkan Omega dan Horison menghasilkan dibandingkan beradaptasi lainnya. Hal tersebut lebih baik, meskipun pada kondisi dibandingkan varietas varietas lainnya. Kemampuan 7 adaptasi terse but berkaitan dengan stabilitas genotipe dan disebabkan oleh adanya genotipe dan lingkungan. Tanaman yang mempunyai jumlah daun dan luas daun lebih besar memungkinkan peningkatan efisiensi fotosintesis, karena bertambahnya alam daun. Semakin luas daun mengakibatkan lebih banyak sehingga dapat menghasilkan kemampuan kandungan khlorofil menyerap unsur hara menjadi bobot kering lebih tinggi dibandingkan lainnya (Tabel 3). Varietas Omega juga meiliki ketahanan terhadap varietas layu bakteri sehingga mampu tumbuh baik meskipun pada awal penelitian terjadi eurah hujan tinggi yang dapat mengakibatkan tanaman tomat terkena layu bakteri. Varietas Hot beauty, Gada, Restu dan Jet Set menghasilkan lebih rendah dibandingkan varietas Horison dan Omega. Ketiga varietas terse but memiliki jumlah daun, luas daun dan bobot kering lebih rendah. tersebut memiliki susunan pada lingkungan yang genotipe Hal tersebut diduga karena varietas yang lebih stabil sehingga berbeda. Rendahnya daya mengakibatkan kemampuan tanaman untuk membentuk pembentukan bahan pertumbuhan tanaman merupakan lingkungannya, sehingga respons pertumbuhan, kering akibatnya pertumbuhan tanaman juga menjadi perpaduan terhadap pembentukan lebih jumlah adaptasi terhadap lingkungan daun menjadi terhambat sehingga sedikit. antara lingkungan tidak mudah beradaptasi Menurut susunan Apoendi (1991), genetis dengan yang rendah dapat menurunkan dan luas daun serta berat kering menjadi terhambat. Tabel 3. Bobot kering tanaman cabai besar pada umur 56 dan 84 hst pada berbagai dosis pupuk NPK dan varietas Rata-rata bobot kering tanaman (g) Perlakuan Oosis pupuk NPK (P) P1 (300 kg/ha) P2 (700 kg/ha) P3 (1000 kglha) BNT5% 56 hst 84 hst 23,69 26,04 26,10 41,69 42,91 43,70 tn tn Varietas Cabai besar (V) V1 (Hot beauty) V2 (Gada) V3 (Omega) V4 (Restu) V5 (Horison) V6 (Jet Set) V7 (TM 888) 26,43 22,03 39,98 14,72 28,58 21,05 24,12 BNT5% 5,21 Keterangan : Angka yang didampingi pada taraf 5%. tn: tidak nyata e be e a d b be 47,24 39,03 49,97 36,05 46,31 40,26 40,51 be ab e a be ab ab 8,60 huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 8 Varietas Omega dan Horison menghasilkan bobot kering tanaman lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Hal terse but karena varietas tersebut mempunyai sifat dapat beradaptasi luas sehingga mampu membentuk jumlah daun lebih banyak sehingga mampu menghasilkan bobot kering lebih tinggi. Jumlah daun yang lebih banyak membuat cahaya matahari yang tertangkap pada proses fotosintesis lebih banyak sehingga meningkatkan bobot kering tanaman. Menurut Apoendi (1991), sitat yang dimiliki varietas yang mempunyai adaptasi luas ialah kemampuan untuk meningkatkan fotosintesis akan meningkatkan biomassa tanaman. Hasil tanaman cabai merah Aplikasi pupuk NPK majemuk pada berbagai costs tidak berpengaruh nyata pada jumlah buah dan bobot buah per tanaman. Hal tersebut diduga karena pH tanah yang asam di lokasi penelitian mengakibatkan tidak semua dimanfaatkan semua oleh tanaman. unsur fosfor yang ada pada pupuk NPK dapat Pada pH tanah yang rendah, P akan diikat oleh Fe dan AI yang mengakibatkan P menjadi tidak tersedia bagi tanaman. Kondisi tersebut mengakibatkan terganggunya penyeran unsur hara lainnya oleh tanaman, termasuk unsur N dan K (Foth, 1994). Menurut Soepardi (1979 da/am Sutapraqa dan Sumami, 1996) unsur fosfor yang terserap sedikit oleh tanaman mengakibatkan proses metabolisme dalam tanaman terganggu serta perakaran terbatas sehingga produksi buah menurun. Bahan organik yang rendah pada tanah dapat menjadi salah satu penyebab peningkatan dosis pupuk NPK majemuk tidak meningkatkan hasil cabai merah. Pada tanah dengan kandungan bahan organik tanah yang rendah mengakibatkan tidak efisiennya aplikasi pupuk NPK majemuk, karena unsur hara banyak yang hilang akibat tercuci dan menguap. Pada Tabel 4 dapat diketahui bahwa Varietas Omega dan Horison menghasilkan jumlah buah lebih tinggi, sebaliknya varietas Gada, Restu dan Jet Set menghasilkan jumlah buah terendah. Varietas Omega, Horison, Hot Beauty dan TM 888 menghasilkan buah per tanaman lebih tinggi dibandingkan varietas bobot lainnya, dengan hasil berturut-turut 289,84 g, 282,72 g, 255,88 9 dan 252,44 g. Varietas Omega dan Horison menghasilkan jumlah buah dan bobot buah per tanaman lebih tinggi dibandingkan varietas lainnya. Produktivitas tanaman yang tinggi dipengaruhi oleh pertumbuhan tanaman yang baik. Varietas Omega dan Horison dapat beradaptasi dengan baik pada lingkungan sehingga pertumbuhan tanamannya menjadi lebih baik dan pada akhimya mampu menghasilkan jumlah buah dan bobot buah per tanaman lebih tinggi. Hal tersebut karena potensi genetiknya mampu menghasilkan produksi lebih tinggi tanpa banyak dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang kurang mendukung. Meskipun demikian, menurut deskripsi varietas tersebut, pada kondisi lingkungan yang mendukung kedua varietas tersebut mampu menghasilkan produksi yang lebih tinggi lagi. Selain mempunyai potensi mampu menghasilkan produksi lebih tinggi, varietas harison juga tahan terhadap serangan layu bakteri. 9 Tabel 4. Jumlah dan bobot buah per tanaman pad a berbagai dosis pupuk NPK dan varietas Perlakuan Bobot buah (g.tan-1) Jumlah buah Oosis pupuk NPK (P) P1 (300 kg/ha) P2 (700 kg/ha) P3 (1000 kg/ha) BNT5% 32,74 33,13 33,39 223,80 258,57 260,27 tn tn Varietas Cabai besar (V) V1 (Hot beauty) V2 (Gada) V3 (Omega) V4 (Restu) V5 (Horison) V6 (Jet Set) V7 (TM 888) 35,03 28,78 37,31 27,39 35,94 23,83 43,33 BNT5% 6,39 234,84 220,52 289,84 196,58 282,72 255,88 252,44 b ab cd a c a d ab ab c a c be be 41,67 Keterangan: Angka yang didampingi huruf yang sama tidak berbeda nyata pada uji BNT 5% tn : tidak nyata Varietas Gada, Restu dan Jet Set menghasilkan jumlah buah dan bobot per tanaman lebih rendah dari potensi yang seharusnya. Varietas tersebut tidak mampu beradaptasi pada kondisi lingkungan yang kurang mendukung. Kondisi lingkungan pada saat penelitian tidak mendukung varietas tersebut berkembang sesuai dengan genotipe yang dimiliki, karena curah hujan yang tinggi di fase pembentukan bunga dan buah mengkibatkan pembentukan bunga dan buah menjadi terhambat. Curah hujan tinggi juga membuat tanaman banyak terserang penyakit dan nutrisi sehingga buah banyak terserang penyakit dan rontok. Hal tersebut mengakibatkan buah yang dapat dipanen menjadi lebih sedikit dan bobot buah per tanaman menjadi lebih rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Tidak terjadi interaksi nyata antara aplikasi pupuk NPK majemuk dengan berbagai dosis pada berbagai varietas cabai merah. 2. Aplikasi pupuk NPK majemuk pada berbagai dosis tidak berpengaruh nyata pad a pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah. 3. Varietas Omega dan Horison menghasilkan bobot buah per tanaman lebih tinggi dengan hasil masing-masing sebesar 289,84 g/tanaman dan 282,72 gr/tanaman. Saran 1. Agar pemupukan NPK mjemuk lebih efektif, maka dianjurkan pada tanah yang masam diberi tambahan dolomit untuk menaikkan pH, penambahan bahan organik ke dalam tanah dan pemasangan mulsa agar tidak mudah terjadi leaching atau penguapan unsur hara. Aplikasi 10 pupuk NPK majemuk sebelum atau bersamaan dengan penanaman cabai merah agar unsur dapat tersedia bagi tanaman pada saat membutuhkan unsur hara. 2. Pemilihan varietas harus disesuaikan dengan ketinggian tempat, lingkungan dan musim tanam cabai merah. DAFTAR PUSTAKA Abdolzadeh, A, K. Shima, H. Lambers and K. Chiba. 2008. Change in Uptake, Transport and Accumulation of Ions in Nerium oleander (rosbebay) as Affected by Different Nitrogen Sources and Salinity. Ann. Bot. 102 (5) : 735-746. Aphoendi, M. 1991. Pengantar Agronomi. Erlangga. Jakarta. 437 halo BPS. 2008. Badan Pusat Statistik dan Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura. Jakarta. Cahyono, B. 1994. Usaha Tani Cabai Merah. Aneka. Bandung. 98 halo Delvian. 2006. Faktor Penting bagi Pertumbuhan Pohon dalam Pengembangan Hutan Tanaman Industri. Jurusan Kehutanan. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. 21 halo Foth, H.D. 1994. Dasar-dasar IImu Tanah. Erlangga. Jakarta. p. 547-548. Kusandriani, Y. 1996. Monograf No.2. Tanaman Sayuran. Bandung. Mariono, Pembentukan hibrida cabai. Balai Penelitian E. Suprapti dan S.K.D. Tyas. 2006. Pengaruh Macam Varietas dan Dosis Pupul Organik Padat terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.). Skripsi. Fakultas Pertanian UTP Surakarta. Nawangsih, A.A, H. P. Imdad dan A Wahyudi. 2003. Cabai Hot Beauty. Penebar Swadaya. Jakarta. 128 halo Harjadi, S.S. 1999. Pengantar Agronomi. Gramedia. Jakarta. 187 halo Hilman, Y dan Suwandi. 1989. Penetapan P tersedia pada Tanah AndosoL BulLPeneL 15(1): 72-78. Rosliani, R 1997. Pengaruh Pemupukan dengan Pupuk Majemuk Makro Berbentuk Tablet terhadap Pertumbuhan dan Hasil Cabai Merah. J. Hort. 7 (3) : 773-780. Setyorini, D dan RW. Ladiyani. 2008. Cara Cepat Menguji Status Hara dan Kemangkusan Tanah. www.Litbang.Deptan.go.id. (Diakses 8 Januari 2009). Supartoto, Suranta, K. Marsandi, Hartati dan H. Supandi. 2002. Komparasi Manfaat Kompos Limbah Kota dan Pupuk Kandang serta Berbagai Dosis Pupuk Anorganik terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Cabai Merah (Capsicum annuum L.). J. Agrin. 5 (11 b) : 23-31. Suwandi. 1986. Budidaya Tanaman Sayuran Dataran Rendah. II. Lombok merah. Hasil dan Kumpulan Makalah Kursus Singkat Tanaman Sayuran Tropis Dataran Rendah. Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Malang. Suwandi. 2009. Menakar Kebutuhan Budidaya Sayuran Berkelanjutan. Hara Tanaman dalam Pengembangan Inovasi Pengembangan Inovasi Pertanian. 2(2): 133-147. Welsh, J. R 1981. Fundamentals of Plant Genetics and Breeding. John Wiley and Sons. Inc. Canada. Witono, A, Suwandi, Budijaya dan E.S. Rustam. 1992. Evaluasi Awal Budidaya Tomat Dataran RendahlTinggi. Bul. Penel. 21 (3): 20-38. 11 Lampiran 1. Hasil analisis tanah di lokasi penelitian sebelum penelitian Nilai Keterangan . - H20 5,30 Masam - KCI1 N 4,80 Masam C organik (%) 1,22 Rendah N total (%) 0,14 Rendah C/N 9,00 Rendah BO (%) 2,12 Maeam analisis Terhadap kering oven 105°C pH 1:1 P Bray (mg kg-1) 21,76 Sedang 0,41 Sedang 1 Dalam NH40Ae 1 N pH = 7 (emol kg- ) K Keterangan: Hasil analisis tanah (Laboratorium Tanah FP Universitas Brawijaya Malang, 2(09) Lampiran2. Rata-rata curah hujan bulanan, suhu minimum dan suhu maksimum selama penelitian Bulan Curah hujan (mm) Suhu minimum (0C) Suhu maksimum (0C) Februari 255 20,4 22,8 Maret 535 20 27 April 362 20,8 27,7 Mei 142 20,4 26,8 Juni 61 19 26,8 Juli o 18,82 26,8 Sumber: Data eurah hujan (Dinas Sumber Daya Air dan Energi Kota Batu, 2009) Data suhu (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Karangploso, 2009) '---II n ! ~i-------'-----' --ji I I I I I \ I Diberikan kepada : ?IfAd, 'OatJ.JaHt I Atas peran sertanya dalam Seminar Nasional Perhorti 2012 Sebagai : Pemakalah Surabaya, 13 - 14 November 2012 , Prof.D Ir.Roedhy Poerwanto, M.Sc. stien, M.P. ii' L.,.-J PANITIA SEMINAR NASIONAL PERHORTI 2012 FAKULTAS PERTANIAN UPN "VETERAN" JATIM . SURABAVA, 13-14 NOVEMBER 2012 SURAT KETERANGAN Panitia Seminar Nasional PERHORTI2012 menerangkan bahwa : Nama : Dr.lr. Moch. Dawam Maghfoer, MS. Instansi : Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya Malang Telah melakukan presentasi oral pada acara tersebut dengan : Judul : Respons Pertumbuhan dan Hasil Tujuh Varietas Cabai Merah (Capsicum annuum L.) Terhadap Pemupukan NPK Waktu : Rabu, 14 November 2012 Demikian Surat Keterangan ini untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya. Surabaya, 14 November 2012
Similar documents
Agrivita Volume 29 No.3 Oktober 2007 ISSN
2.5 mS cm-1 ke 4 mS tanaman yang lebih panjang daripada perlakuan peningkatan EC yang lainnya. Waktu peningkatan EC tidak memberikan pengaruh yang nyata terhadap peubah panjang tanaman pada semua u...
More information