Seminar Nasional Perhorti 2015

Transcription

Seminar Nasional Perhorti 2015
Seminar Nasional Perhimpuan Hortikultura Indonesia (PERHORTI)
2015
PRESENTASI PARALEL ORAL
20 Oktober 2015
Ruang: Ballroom 1
Presentasi
Waktu
Paralel 11I- Tanaman
Sayur
Respirasi Karbon dan Analisis Nitrogen pada Tanah Pertanaman Sayuran
Kemangi (Omicum sanctum L). FahrizaJ Hazra, Andike Rahma Nanda,
dan Fachrurrazie
SY-21
08.45 - 09.00
Aplikasi Pupuk Daun untuk Meningkatkan Keragaan
Pot. Azmida Ana Shofiana dan Ketty Suketi
SY-22
09.00 - 09.15
Identifikasi Spesies lalat Buah yang Terperangkap
pad a Perangkap
Melaleuca 8racteata pada Tanaman Cabai Merah 8esar. Abdi Negara
SY-23
09.15-09.30
Pengaruh Aplikasi Ekstrak Daun lamtoro dan Pupuk Nitrogen terhadap
Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays l.
saccharata Sturt.). Darwin Pangaribuan, Sarno. dan Redman Kesema
Marajo N
SY-24
09.30 - 09.45
Konservasi Tanah pada
Teknologi
Implementasi
Sayuran Dataran Tinggi BerkeJanjutan. Ishak Juarsah
SY-25
09.45 - 10.00
Pemanfaatan 8erbagai Sumber Hara pada Peningkatan Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Kubis. Moch Dawam Maghfoer. Koesriharti, dan Titik
Islami
08.30 - 08.45
Moderator:
Cabai Hias dalam
lahan
Budidaya
SY-26
Juang Gema Kartika, SP, MSi
10.00-10.15
Coffee Break dan Sesi Poster
10.15-12.15
FGD: Roadmap Pengembangan Mutu Buah Nusantara
Moderator: Dr Darda Efendi, SP, MSi
12.15 -13.30
ISHOMA den Sesi Poster
Paralel Oral IV - Tanaman Buah
I
Identifikasi dan Pemetaan Daerah Sentra Produksi Tanaman Manggis
(Garcinia Mangostana) Aceh Utara, Provinsi Aceh. Ismadi. Rd Selvy
Handayani, dan Muhammad Rusdi
TB-01
Desain Pengelolaan Air untuk Optimalisasi Pengelolaan Air Tanaman
Buah-Buahan Di Kebun Percobaan TJekung Malaog Jawa Timur. Pop;
Rejekiningrum dan Haris Syahbuddin
TB-02
Penerapan Inovasi Teknologi Budidaya Sehat terhadap Keragaan dan
Pertumbuhan dan Produksi Jeruk Spesifik Lokasi Sumatera Barat.
Nirmala Friyanti Devy dan Hardiyanto
TB-03
14.15-14.30
Aplikasi Kalsium untuk Mengurangi Cemaran Getah Kuning pada Buah
Manggis. FN Handayani, Roedhy Poerwanto, dan Darda Hendi
T8-04
14.30 -14.45
Improvement of Shelf life of Seeded Pummelo Fruit by Waxing and
Wrapping Applications. Titistyas Gusti Aji. Siamet Susanto, Dewi Sukma,
dan Sintho Wahyuning Ardie --
T8-05
13.30 - 13.45
13.45 - 14.00
14.00 -14.15
14.45-15.00
Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci serta Suhu
Penyimpanan terhadap Peningkatan Kualitas Mangga (Mangifera indica TB-06
l.) c», Gedong. Afifah Taqiyyah dan Roedhy Poerwanto
15.00 -15.15
Pengaruh Bahan Pencuci dan Suhu Penyimpanan ternadap Kualitas dan
Umur Simpan Mangga (Mangifera Indica) cv. Arumanis dan Gedong.
Yunita R, Poerwanto R. dan Wiyono S
Moderator:
Prof Dr Ir Bambang
5 Purwoko,
TB-07
MSc
•
Savero Golden Flower, 19- 20 Oktober 2015
Seminar Nasional Perhimpuan Hortikultura Indonesia (PERHORTJ) 2015
PRESENTASI PARALEL ORAL
20 Oktober 2015
Ruang: Ballroom 2
Presentasi
Waktu
Paralel Oral III - Benih
08.30 - 08.45
08.45 - 09.00
09.00 - 09.15
09.15-09.30
Pengaruh Umur Panen dan Lama Penyimpanan
terhadap
ViabiJitas dan Vigor Benih Bawang Merah 'Lembah Palu'.
Muhammad Ansar, Bahrudin, dan Imam Wahyudi
BN-01
Efektivitas Berbagai Moda Transportasi dalam Mempertahankan
Viabilitas Benih Nangka Tulo Selama
Konservasi
dalam
Pengangkutan. Vanny MA Tiwow, Enny Adelina, dan Adrianton
BN-02
Inkompatibilitas, Keberhasilan Reproduksi, dan Viabilitas Benih
Adenium spp. Endah R Palupi, Dial Sugianto, dan Siamet Budiarto BN-03
Pemanfaatan Umbi Mikro untuk Produksi Umbi Mini pada
BN-04
Beberapa Varietas Kentang. Tri Handayani
09.30 - 09.45
Sterilisasi dan Induksi Tunas Eksplan Biji Manggis MeJaJui Kultur
BN-05
In Vitro. Andre Sparta dan Rahayu Triatminingsih
09.45 - 10.00
Potret dan Upaya Industrialisasi Perbenihan Jeruk di Kawasan
Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau. Supriyanto A dan A BN-06
Sugiyatno
Moderator:
10.00 -10.15
10.15 -12.15
12.15 -13.30
Dr Ir MR Suhartanto,
..
MSi
Coffee Break dan Sesi Poster
FGD: Krisan
MQderator: Dr Ir Budi Marwoto, MS. APU
ISHOMA dan Sesi Poster
ParalellV - Tanaman Buah
..-' .. -
•••
o¥
~
••
13.30 - 13.45
Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Lidah
Buaya (Aloe vera L.) terhadap Umur Simpan Buah Tomat I
(Lycopersicum esculentum Mill.). Sartika, Rita Hayati, dan Elly TI3-16
Kesumawati
13.45-14.00
Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya Callina pad a
Umur Petik dan Umur Tanaman Berbeda. Jamiludin Sugito, Ketty TB-17
Suketi, dan Winarso D. Widodo
14.00 -14.15
Perkernbanqan Buah Duku-(Lansium domesticum Corr.) Varietas
Rasuan dengan Penambahan Berbagai Zat Pengatur Tumbuh.
Susilawati, Lidwina Ninik S, dan Mery Hasmeda
TB-18
The Effectiveness of Washing Materials and the Disease Control
on The Quality of Mango Fruits cv. Gedong Gincu. Ahmad Sutopo,
Roedhy Poerwanto, dan Suryo Wiyono
TB-21
14.15 -14.30
14.30-14.45
14.45 - 15.00
15.00 -15.15
•
Laju Multiplikasi Tunas Manggis Lokal Sumatr.a Barat (Garcinia
mangostana L) pada Beberapa Komposisi Mecia Secara In Vitro. TB-31
Andre Sparta dan Rahayu Triatminingsih
Inisiasi Kultur Endosperm Jambu Biji. Farihul Ihsan
TB-32
Keragaman KeberhasiJan Penyambungan dari 5 Varietas Unggul
yang Disambung dengan 1 Jenis Batang Bawah pada Tanaman
Manggis (Garcinia Mangostana L.). Djoko Mulyono, M Jawal T6-35
Anwarudin Syah, dan Adhitya Marendra K
Moderator: Dr Ir Ketty Suketi, MSi
Savero Golden Flower, 19 - 20 Oktober 2015
Seminar Nasional Perhimpuan Hortikultura Indonesia (PERHORTI)
2015
PRESENTASI PARALEL ORAL
20 Oktober 2015
Ruang: Ruang Diskusi 3
Presentasi
Waktu
Paralel Oral 11I- Tanaman
Hias
08.30 - 08.45 The Collections of Limestone Begonia at Bogor Botanic Gardens.
Sri Wahyuni, Wisnu Handoyo Ardi, dan Hartutiningsih M. Siregar
TH-03
08.45 - 09.00 Usaha Peningkatan Produktivitas Gladiol (Gladiolus hybridus L.)
Melalui Aplikasi Kombinasi Pupuk NPK dengan Pupuk Kandang
Sapi, Kambing, dan Walet. Tri Dewi Andalasari, Putra Aryananda TH-07
RA, dan Diana Widyastuti
09.00 - 09.15 Koleksl, Karakterisasi
dan Evaluasi Sumber Oaya Genetik
Impatiens. Rudy Soehendi, Dewi Pramanik, Rika Meilasari, Eka
Fibrianti, Suskandari Kartikaningrum, Budi Marwoto, dan Tomohiro TH-09
Kamogawa
09.15 - 09.30 Keberadaan Jenis-Jenis Anggrek di Beberapa Pulau Kecil Sekitar TH
Pulau Batam. Yupi Isnaini, Sri Wahyuni, dan Rio Bernath Pardede
-10
09.30 - 09.45 Pengaruh Media pada Perbanyakan Philodendron 'Super Atom' TH
Secara In Vitro. Dewi Pramanik dan Herlina D
-11
Moderator: Dr Dewi Sukma, SP, MSi
09.45 -10.15
Coffee Break dan Sesi Poster
10.15 -12.15
FGD: Pengeinbangan Sayuran Utama Indonesia
Moderator: Prof Dr Ir Sobir, MSi
ISHOMA dan Sesi Poster
12.15 -13.30
ParalellV
- Tanaman Sayur
13.30 -13.451,nteraksi
Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap
Produksi Tanaman Kailan (Brassica olerecee L. cv. Grup Kailan). SY-011
Gusti Reza Pus pita dan Juang Gema Kartika
13.45 - 14.00
Respon Beberapa Varietas Tomal (Lycopersicon escutentum MilL)
terhadap Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. &.Greg.) SY 02
dalam Sistem Olah Tanah Minimum. Ferdhi Isnan Nuryana dan
-Muhamad Achmad Chozin
.
14.00 -14.15
Agronomy, Utilization and Economy of Indigenous Vegetables in
West Java, Indonesia. Edi Santosa, Utami Prawati, Sobir, Yoko SY-03
Mine, dan Nubuo Sugiyama
14.15-14.30
Respon Tanaman Radish (Raphanus sativus L.) Kultivar Crimson
v
Giant terhadap Aplikasi Zeolit dan Kalium. Azlina Hayati Bakrie
S I -04
r
4.30 - 14.45
14.45 - 15.00
15.00 - 15.15
Respon Pertumbuhan dan Hasil Kubis Bunga (Brassica o/eracea
Var. Botrytis L.) terhadap Pemberian Pupuk Orpanik.Lldwina Ninik SY-05
S, Astuti Kurnianingsih, dan Agni Paramita L
Respon Pertumbuhan dan IHasii
Varietas/Galur Tanaman
Mentimun (Cucumis Sativus L.) pada Beberapa Tingkat Salinitas. SY-06
Nurul ,Ajni, Koesriharti, Wiwin SOY, Adi Setiawan, dan Dahniar YP
Aplikasi Biourin, Em4, Pupuk Organik dan Anorganik pada Bawang
Merah (Allium asca/onicum L.) pada Musim Hujan dan Kondisi SY-07
Temaungi. Mudji Santosa, El Fitria, dan WSO yamika
Moderator:
Dr Ir Ni Made Armini Wiendi, MSc
•
Savero Golden Flhwer, 19 - 20 Oktober 2015
Seminar Nasional Perhimpuan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) 2015
PRESENTASI PARALEL ORAL
20 Oktober 2015
Ruang: Ruang Diskusi 4
Presentasi
Waktu
Paralel OralllJ - Tanaman Sayur
08.30 - 08.45
Efektivitas Herbisida Berbahan Aktif Sulfentrazone untuk Pengendalian
Gulma pada Budidaya Tanaman Kubis. Owi Guntoro Dan Bayu Anggara
SY-34
08.45 - 09.00
Analisis Residu Pestisida DOT dari Sentra Sayuran di Kota Batu, Malang.
Wahyu Purbalisa, Anik Hidayah, dan Ukhwatul Muanisah
SY-35
09.00 - 09.15
Pengendalian dengan Menggunakan Bahan Ekstrak Tanaman untuk
Menginduksi Resistensi Tanaman Cabai Merah terhadap Virus Kuning
Keriting. Neni Gunaeni dan Astri W Wulandari
SY-36
Penerapan Teknologi Penangkaran Benih Kentang di Oesa Kramat
Wangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sumamo
Tedy, Siti Lia Mulijanti, Endjang Sujitno, dan Meksy Dianawati
SY-37
09.30 - 09.45
Peningkatan
Kinerja Asosiasi Penangkar
Benih Kentang (APBK)
Kabupaten Bimdung, Jawa Barat. Siti Lia Mulijanti dan Meksy Dianawati
SY-38
09.45 -10.00
Identifikasi Residu Pestisida Golongan Organoklorin Berbahan Aktif
Endosulfan pada Buah dan Sayuran di Kota Batu. Anik Hidayah, Wahyu
Purbalisa, dan Ukhwatul Muanisah
SY-39
09.15 - 09.30
Moderator:
Dr Awang Maharijaya,
SP, MSi
10.00 -10.15
Coffee Break dan Sesi Poster
10.15-12.15
FGD: Menggali Potensi Sayuran lokai
Moderator: Dr Ir MR Suhartanto, MSi
12.15 -13.30
ISHOMA den Sesi Poster
Paralel Oral IV - Tanaman Sayuran
~-
13.30 -13.45
Genetic Diversity of Bambara Groundnut (Vigna subterranea L VERDC)""
based on SSR Indicates Narrow Genetic base of Indonesian Lines. Zikril SY-OB
lIIahi, Ni Made Armini Wiendi, dan Sudarsono
13.45-
Aplikasi Sungkup Plastik dan Mulsa untuk Meningkatkan Adaptasi
Tanarnan Bawang Merah Varietas Lembah Palu pada Dataran Medium.
Bahrudin dan Muhammad Ansar
SY-09
Studi Morfologi, Pertumbuhan Tanaman, dan P.otensi Hasil Kacang
Bambara (Vigna subterranea L.) Aksesi Sumedang Warnatesta Ungu.
Sophia Fitriesa, Satriyas Ilyas, Abdul Qadir
SY-10
Perhitungan Kehilangan Air pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum
L) Berdasarkan Neraca Air Lahan. Sa/wati, / Handoko, R Hidayati, dan I
Las
SY-11
"i4.00
14.00 -14.15
14.15-14.30
14.30 - 14.45
14.45-15.00
15.00 -15.15
Pemanfaatan Bagase sebagai Subtrat dalam Budidaya Kailan (Brassica
oIeraceae var. Alboglabra) Secara Hidroponik. Endang Selia Muliawati,
. -._ ....
Pardono, dan M Rosydi Ramli
SY-12
I
Studi Berbagai Jenis Pupuk Kandang dan Limbah Organik pada Produksi
Benih Kentang (Solanum tuberosum L) G1 Asal Stek PJanlet. Meksy
Dianawati
SY-13
Pertumbuhan
Cabai Merah pada Tanah Terdampak dan Tidak
Terdampak Tsunami Akibat Perlakuan Pupuk Hayati Cair Teknologi
Nano. Muhammad Aqiel, Ismadi, Rd Selvy Handayani, dan Karlin
Agustina
SY-14
Moderator: Dr Edi Santosa, SP, MSi
Savaro Golden Flower, 19- 20 Oktober 2015
APPLIKASI BIOURIN, EM4, PUPUK ORGANIK DAN ANORGA
BAWANG MERAH (Allium asca/onicum l.) PADA MUSIM HUJAN D
TERNAUNGI
THE APPLICATION OF BIOURINE, EM4, ORGANIC AND ANORGANIC
FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD OF SHALLOT (Allium asca/onicum l.)
PLANTED IN WET SEASON AND SHADED CONDITION
Mudji Santosa, E.L. Fitria and WS.D.Yamika
Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya
JI. Veteran, Malang 65145 Jawa Tlrnur, Indonesia. Email: mudjisantosa@yahoo.com
ABSTRACT
Biourine is a liquid material (is made from 1
I urine and mixed with 5 kg faeces and 30 I
water) containing microbes, hormones,
enzymes and macro and micro elements
that are beneficial to plants. The purpose of
this research is to study the application of
biourine combined with inorganic and
organic fertilizer on the growth and yield of
shallot. Research was conducted in Batu,
East of Java in January-March 2015.
Randomized Block Design is used to set the
9 kinds of treatment (1. Applicaion 100%
inorganic fertilizer, 2. Organic fertilizer, 20
tons cow manure, 3. Combination 50%
inorganic fertilizer and 5 tons cow manure,
4. EM4 combined with treament 1, 5. EM4
EM4 combined with treament 2, 6. EM4
combined with treament 3; 7. Biourine
combined with treament 1; 8. Biourine
combined with treament 2; 9. Biourine
combined with treament 3). This experiment
was repeated 3 times. The result showed
that treatment number 8, obtained the best
growth i.e. in the plant heigths (34.4 cm),
number of leaves (38 leaves/hill) , the
number of seedlings (13 plants/hill), leaf
area (998.4 cm2/hill), leaf area index
(2.00),and the best yield such as fresh
weight of shallot bulbs (16.2 ton ha-1) and
the dry weight of of shallot bulbs (13.8 ton
ha-1), and the yield by biourine applicaton
increased shallot bulbs 58.69% of treatment
without biourine.
Keywords:
Onion, Biourine, EM4, Shade,
Rainy Season
PENDAHULUAN
Tanaman
bawang
merah
(Allium
asca/onicum
L)
merupakan tanaman
hortikultura yang dibutuhkan masyarakat
Indonesia sebagai bumbu masak rnakanan.
Badan Pusat Statistik (2014) menyebutkan
bahwa produksi bawang merah dart tahun
2009-2013 mengalami peningkatan sebesar
802.810 ton, 853.615 ton, 965.164 ton,
1.048.934 ton. Namun, sepanjang tahun
2013 impor bawang merah sebesar 73.864
ton dan dalam tiga bulan pertama tahun
2014 mencapai 85.730 ton. Hal ini
membuktikan bahwa kebutuhan bawang
merah
masih
tinggi
dibandingkan
ketersediaannya.
Salah satu cara untuk meningkatkan
produksi bawang merah ialah dengan
penggunaan
pupuk
organik
Kondisi
kesuburan tanah pada lahan penelitian
Perdana (2014) di Dusun Ngujung
menunjukkan kandungan N-total yang
cukup rendah yakni 0,05%, bahan organik
1,36% dan pH sebesar 5,1. Kondisi lahan
menunjukkan kandungan N-total yang
cukup renoan yakni 0,05%, bahan organik
1,36% dan pH sebesar 5,1. Kondisi lahan
seperti ini pertu tambahan nutrisi dan bahan
lain yang dapat memperbaiki kesuburannya
seperti biourin, EM4, PGPR, =oc dan
lainnya (Mudji Santosa.dkk., 2013).
Pemanfaatan
biourin
memiliki
kandungan unsur hara makro dan mikro
yang merupakan sumber daya lokal hampir
dikenal seluruh masyarakat kita tetapi
belum banyak dimanfaatkan. Pada hal
banyak hasil2 pertanian yang lebih baik dan
lebih tinggi nasll panen akhir yang diperoleh(Mudji Santosa, dkk, 2013).
EM4 merupakan salah satu larutan
biologi tanah, mempereepat dekomposisi
bahan organik karena mengandung bakteri
asam laktat yang dapat memfermentasikan
bahan organik yang tersedia dan dapat
diserap langsung oleh perakaran tanaman.
Penggunaan EM4 dapat meningkatkan
produksi
tanaman
dan
mengatur
keseimbangan
mikroorganisme
tanah
(Rahmah et aI., 2013).
Oleh karena penelitian ini dilakukan
untuk mempelajari pengaruh pemberian
biourin yang dikombinasikan dengan pupuk
anorganik dan kompos kotoran sapi pada
pertumbuhan dan hasil bawang merah.
BAHANDANMETODEPENEUTIAN
Penelitian dilaksanakan pada bulan
Januari 2015 sampai dengan bulan Maret
2015 di Dusun Ngujung, Desa Pandanrejo,
Kota Batu. Alat yang digunakan ialah
sprayer, penggaris, timbangan analitik,
kalkulator, meteran, kamera digital, amplop
eoklat, oven dan papan label. Bahan yang
digunakan
ialah bibit bawang merah
varietas Filipina, pupuk kandang, urin dan
kotoran sapi, EM4 (10 ml EM4 + 1 I air),
kompos kotoran sapi, barnbu, paranet,
pupuk anorganik, SP36 (36% P20S), KCI
(60% K20), dan ZA (21%N), air, fungisida
Antraeol (Propineb 70%) dan pestisida
kimia.
Raneangan
pereobaan
ialah
Raneangan Aeak Kelompok terdiri dari 9
maeam perlakuan (P) : kombinasi antara
formula biourin, EM4 dan maeam pupuk.
Maeam pupuk yang dimaksud ialah pupuk
anorganik (ZA, SP36 dan KCI) dan pupuk
organik (kompos kotoran sapi) dimana
rekomendasi pupuk anorganik dosis 100%
(100 kg N ha' (ZA) + 50 kg P205 ha'
(SP36) + 70 kg K20 ha' (KCI) setara
dengan ZA 476 kg ha', SP36 140 kg ha'
dan KCI 120 kg ha') dan 100% dosis
kompos kotoran sapi (20 ton ha").
Kombinasi
perlakuan
diulang
3 kali
sehingga didapatkan 27 satuan pereobaan.
Kombinasi perlakuan tersebut ialah 100%
dosis ahorganik (PO), 50% dosis kompos
kotoran sapi (P1), 50% dosis anorganik +
25% dosis kompos kotoran sapi (P2), EM4
+ 100% dosis anorganik (P3), EM4 + 50%
dosis kompos kotoran sapi (P4), EM4 +50%
dosis anorganik + 25% dosis kompos
kotoran sapi (P5), biourin + 100% dosis
anorganik (P6), biourin + 50% dosis kompos
kotoran sapi (P7) dan pemberian biourin
dan 50% dosis anorganik + 25 % dosis
kompos kotoran sapi (P8).
Pengamatan terdiri atas parameter
pertumbuhan (umur 14, 28, 42 dan 56 HST)
yaitu luas daun (crn''), panjang tanaman
(em), jumlah daun (helai rurnpun"), dan
jumlah anakan (rumpun"), bobot umbi
basah dan bobot umbi kering (g rurnpun').
Pengamatan panen meliputi jumlah umbi
panen, bobot umbi basah dan bobot umbi
kering
matahari
(ton
na')
Analisa
pertumbuhan tanaman meliputi indeks luas
daun (lLD) dan indeks hasil panen (IP).
Pengamatan lingkungan meliputi suhu,
kelembaban udara, intensitas matahari dan
eurah hujan. Data yang diperoleh dianalisis
menggunakan analisis ragam (uji F dengan
taraf kesalahan 5%) untuk mengetahui
adanya pengaruh dari perlakuan yang
diberikan. Apabila terdapat hasil yang
berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji
lanjutan Beda Nyata Terkeeil (BNT) dengan
taraf kesalahan 5%.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Tinggi Tanaman
Hasil analisa ragam rerata tinggi
tanaman pada umur 14 dan 28 HST
menunjukkan hasil berbeda nyata namun
pada umur 42 dan 56 HST menunjukkan
hasil yang tidak berbeda nyata (TabeI1).
Perlakuan P4 (EM4 + 50% kompos
kotoran sapi) memiliki tinggi tanaman lebih
rendah jika dibandingkan dengan perlakuan
P7 (biourin dan 50% kompos kotoran sapi).
Tinggi tanaman
bawang merah dari
perlakuan tersebut memiliki nilai rata-rata
28 em. Perlakuan EM4 yang memiliki nilai
tinggi tanaman tertinggi ialah perlakuan P5
(EM4 + 50% anorganik + 25% kompos
kotoran sapi).
Tanaman
tertinggi
pada
awal
pertumbuhan
yang bertambah seeara
konstan ialah perlakuan P8 (Biourin + 50%
dosis pupuk anorganik + 25% dosis kompos
kotoran sapi). Perlakuan P8 ini memberikan
hasil yang lebih baik jika dibandingkan
dengan perlakuan P2 (50% dosis pupuk
anorganik + 25% dosis kompos kotoran
3
mulai mengering dan mati
dilakukan panen lebih awal.
sehingga
Jumlah Daun
Hasil analisis ragam pada jumlah
daun tanaman bawang merah menunjukkan
bahwa mengalami peningkatan pada umur
14, 28 dan 42 HST. Namun pada umur 56
HST mengalami penurunan. Hasil rata-rata
jumlah daun tertinggi ditunjukkan oleh
perlakuan P8 ((Biourin + 50% dosis pupuk
anorganik+25% dosis kompos kotoran sapi)
dengan nilai rata-rata 38 helai rurnpun'
pada 56 HST. Perlakuan ini mampu
memberikan
hasil nyata pada umur
pengamatan 14 dan 28 HST (Tabel 1). Hal
tersebut
mampu
membuktikan
bahwa
biourin sapi mampu meningkatkan jumlah
daun tanaman bawang merah.
Oaun merupakan satu dari struktur
utama tanaman yang memiliki fungsi
melaksanakan proses fotosintesis. Semakin
banyak jumlah daun maka tempat fotosintat
bertambah sehingga hasil fotosintat akan
meningkat. Hasil fotosintat disalurkan ke
organ vegetatif tanaman untuk memacu
pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai
dengan pernyataan Mudji Santosa, dkk.,
(2013) ; Murdianingtyas, dkk., (2014), yang
menyatakan
bahwa
fotosintesis
akan
menghasilkan asimilat yang digunakan
untuk pertumbuhan dan perkembangan
tanaman.
Luas Daun dan Indeks Luas Daun
Pada
tumbuhan,
organ
utama
berlangsungnya fotosintesis ialah daun.
Pleh karena itu pengukuran luas daun
berperan penting dalam proses fotosintesis
dan sering digunakan dalam analisis
pertumbuhan tanaman.
Sedangkan pengukuran Indeks Luas
Oaun dilakukan untuk mengetahui seberapa
besar luas tajuk yang menutupi luasan
tanah oleh tanaman dan seberapa besar
sinar matahari yang dapat diserap oleh
tanaman.
Berdasarkan hasil analisis ragam
menunjukkan bahwa pengamatan luas daun
dan indeks luas daun pada semua umur
pengamatan tidak mengalami perbedaan
yang nyata.
Luas daun tanaman bawang merah
mengalami peningkatan pada umur 14, 28
dan 42 HST. Namun pada 56 HST
mengalami penurunan. Nilai rata-rata luas
daun tertinggi ialah pada perlakuan P8
dengan nilai 1072,76 pada 42 HST (Tabel
2). Hasil luas daun yang ditunjukkan
parameter pengamatan indeks luas daun
dengan nilai 1,68 sampai 2,15 pada umur
42 HST (Tabel 4). Perlakuan dengan
menggunakan
biourin
memberikan
pengaruh yang sama jika dibandingkan
dengan perlakuan EM4 dan pupuk organik
maupun anorganik tanpa kombinasi. Oari
nilai
yang
didapatkan
tersebut,
membuktikan bahwa perlakuan biourin sapi
EM4 dan dosis pupuk anorganik dan dosis
kompos kotoran sapi memberikan nilai ILO
sama jika dibandingkan dengan perlakuan
yang lain.
Jumlah Anakan
Hasil analisis ragam pada parameter
pengamatan jumlah anakan menunjukkan
bahwa
masing-masing
perlakuan
memberikan pengaruh yang nyata pada
semua
umur
pengamatan.
Perlakuan
dengan
menggunakan
biourin
sapi
memberikan pengaruh yang lebih baik jika
dibandigkan
dengan
aplikasi
EM4.
Perlakuan P8 menunjukkan hasil yang lebih
baik jika dibandingkan dengan perlakuan
P5. Perlakuan P8 mampu memberikan nilai
rata-rata sebesar 12 anakan rumpun',
sedangkan untuk perlakuan P1, P3, P4, P5
dan P6 hanya memberikan nilai rata-rata 10
anakan
rurnpun".
Perlakuan
P8 ini
menunjukkan peningkatan jumlah anakan
20 % (Tabel 3).
Tabel1 Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Bawang Merah Pada Berbagai Umur
Perlakuan
14
PO
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
BNT5%
KK(%)
19,0
17,7
19,5
19,8
19,7
ab
a
b
b
b
20,0 b
19,5 b
19,8 b
22,Oe
1,61
4,74
Tinggi Tanaman (cm)
Jumlah Daun (helai rumpun-')
Umur Pengamatan (HST)
56
42
28
42
28
56
14
25,3 ab
24,8 a
29,0 cd
28,4 bed
26,9 abe
27,3 abe
26,5 abe
29,7 cd
31,1 d
3,53
7,37
29,3
30,0
30,1
30,1
28,2
30,4
27,9
31,7
33,3
tn
9,51
28,5
29,2
29,1
30,2
28,1
30,1
27,4
30,5
33,1
tn
8,11
17
20
18
17
26
24
20
23
21
a
abc
ab
a
d
cd
abe
bed
abed
5,45
15,31
25 ab
26 ab
26 ab
24 a
32 e
32 e
27 abe
30 be
29 abe
5,26
10,88
35
34
33
33
37
40
34
38
36
tn
10,89
31
32
32
33
34
35
31
36
35
tn
10,22
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pad a kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pad a taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien
Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pup uk. PO : pupuk anorganik (NPK)
dosis 100% (100 kg N ha·1 (ZA) + 50 kg P205 ha·1 (SP36) + 70 kg K20 ha·1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran
sapi(PKS) 20 tonlha ; P2: Pupuk PKS 2.5 tonlha kombinasi pupuk NPK 50%, P3 : EM4 + POb; P4: EM4 +
P1 ; P5 : EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2).
Tabel 2 Rerata Luas Daun dan Indeks Luas Daun Bawang Merah Pada Berbagai Umur
Perlakuan
14
PO
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
BNT5%
KK(%)
132,29
211,40
143,31
148,76
243,73
206,93
199,36
210,72
210,34
tn
13,16
Luas Daun (cm2)
Indeks Luas Daun
Umur Pengamatan (HST)
28
42
56
14
28
42
456,99
499,21
500,99
336,37
542,36
632,24
537,59
584,24
665,53
tn
10,97
841,45
773,74
832,09
787,70
807,97
896,92
842,14
876,02
1072,76
tn
12,92
610,72
544,68
654,43
552,28
565,54
641,11
587,53
712,42
932,29
tn
11,42
0,26
0,42
0,29
0,30
0,49
0,41
0,40
0,42
0,42
0,91
1,00
1,00
0,67
1,08
1,26
1,08
1,17
1,33
1,68
1,55
1,66
1,58
1,62
1,79
1,68
1,75
2,15
56
1,12
1,11
1,24
1,09
1,12
1,31
1,16
1,22
1,84
tn
tn
tn
tn
5,42
7,32
10,13
9,82
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien
Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pupuk. PO : pupuk anorganik (NPK)
dosis 100% (100 kg N ha·1 (ZA) + 50 kg P205 ha·1 (SP36) + 70 kg K20 ha·1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran
sapi(PKS) 20 ton/ha ; P2 : Pupuk PKS 2.5 ton/ha kombinasi pupuk NPK 50%, P3: EM4 + POb; P4 : EM4 +
P1 ; P5 : EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2).
5
Tabel 3 Rerata Jumlah Anakan Tanaman Bawang Merah Pada Berbagai Umur
Jumlah Anakan (rumpun-')
Umur Pengamatan (HST)
Perlakuan
28
42
56
14
PO
4a
4a
4a
4a
4a
3a
4a
4a
6b
1,37
13,89
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
BNT5%
KK(%)
8 be
6a
7 ab
6a
7 ab
6a
6a
8 be
9e
1,03
8,63
10 e
9b
9b
8a
9b
8a
8a
10 e
12 d
0,96
6,12
10 b
9a
10 b
9a
9a
9a
9a
10 b
12 e
1,00
8,42
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien
Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pupuk. PO : pupuk anorganik (NPK)
dosis 100% (100 kg N ha-1 (ZA) + 50 kg P205 ha-1 (SP36) + 70 kg K20 ha-1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran
sapi(PKS) 20 ton/ha ; P2 : Pupuk PKS 2.5 ton/ha kombinasi pupuk NPK 50%, P3 : EM4 + POb; P4: EM4 +
P1 ; P5: EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2).
Tabel4.
Rerata Bobot Umbi dan Jumlah Umbi Tanaman Bawang Merah Pada Berbagai Umur
Perlakuan
Bobot basah
umbi urnbi' (g)
PO
1.5
P1
2.5
1.5
P2
P3
P4
1.6
2.3
P5
2.2
P6
2.1
P7
P8
2.2
2.2
BNT5%
tn
KK(%)
13,16
Perlakuan
PO
2,2b
P1
3.5 be
1.3 a
3,0 be
3,1 be
3,2 be
2.7 b
3,0 be
3,6 e
1,31
11,11
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
BNT5%
KK(%)
Bobot basah
Bobot kerinp
umbi rurnpun' (g)
umbi rumpun (g)
Umur Pengamatan 42 HST
8.1 a
2.9 b
11.7b
3.7e
8.5 a
1.4 a
8.1a
1.9 a
14.5 e
3.6 be
13.4 be
3.1 be
11.5 be
2.8 b
15.5 ed
3.1 be
20.5 e
6.7 d
1.8
0.77
11.81
27.2
Umur Pengamatan 56 HST
20,2 ab
29,3 b
11,4a
24.3 b
25,6 b
25,0 b
26,2 b
25,7 b
42,3 e
11,39
13,46
3,6 ab
5,1 b
1,4a
2,7ab
4,8 b
3,4 ab
4,2 ab
3,5 ab
6,2 e
3,85
16,54
Jumlah umbi
rumpun'
6.13 ab
5.47 a
6.56 ab
5.50 a
5..89 a
6.43 ab
5.95 a
7.30 b
9.98 e
1.2
19.03
7,5 ab
7,6 ab
6,8 a
7,8 ab
7,6 ab
7,9 ab
8,4 b
8,4 b
10,8 e
1,44
12,38
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien
Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pupuk. PO : pupuk anorganik (NPK)
dosis 100% (100 kg N ha-1 (ZA) + 50 kg P205 ha-1 (SP36) + 70 kg K20 ha-1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran
sapi(PKS) 20 ton/ha ; P2: Pupuk PKS 2.5 ton/ha kombinasi pupuk NPK 50%, P3: EM4 + POb; P4: EM4 +
P1 ; P5: EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2).
Bobot
Umbi dan Jumlah Umbi pada
umur 42 dan 56 hst
Berdasarkan hasil analisis ragam,
dari
semua
parameter
pengamatan
mengenai bobot umbi dan jumlah umbi
menunjukkan
bahwa
perlakuan
P8
memberikan hasi yang lebih baik jika
dibandingkan
dengan
perlakuan
yang
lainnya.
Bobot
umbi
bawang
merah
menunjukkan hasil yang berbeda pada
setiap perlakuan baik pada bobot umbi
basah rurnpun', bobot umbi urnbi' maupun
bobot umbi kering rumpun'. Pengamatan
bobot umbi basah rurnpun' menunjukkan
hasil yang berbeda nyata pada umur 42 dan
56 HST dengan nilai paling besar pada
perlakuan P8 mencapai 20,5 9 rumpun'
dan 42,3 9 rurnpun'. Hal serupa juga terjadi
pada pengamatan bobot umbi kering yang
menunjukkan bahwa perlakuan P8 mampu
meberikan hasil terbaik pada umur 42 HST
sebesar 4,7 9 rumpun' dan pada umur 56
HST sebesar 6,2 9 rumpun' (Tabel 4).
Biourin
sapi
mampu
memicu
pertumbuhan vegetatif tanaman karena
memiliki kandungan hormon tumbuhan.
Menurut penelitian Mirna et al. (2013),
penyemprotan biourin sapi yang telah
difermentasikan pada tunas bibit stum mata
tidur mampu membrikan hasil positif pada
variabel tinggi tunas, diameter tunas dan
bobot
kering
dibandingkan
dengan
perlakuan tanpa pemberian biourin. Hal ini
juga
didukung
oleh
hasil
penelitian
Setiyowati et al. (2010) yang menyatakan
bahwa pemberian pupuk organik cair dapat
meningkatkan jumlah umbi Walaupun pada
kondisi hujan pemberian biourin bisa tidak
berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil
bawang
merah
(Mudji
Santosa dan
Suryanto, 2014)
Pemberian
pupuk
organik
cair
dengan unsur hara lengkap akan memacu
fotosintesis dan hasilnya yang berupa
karbohidrat akan ditransport dari daun ke
bagian meristem setelah melalui respirasi
yang menghasilkan ATP di titik tumbuh dan
memacu pembelahan sel-sel primordial.
Semakin banyak anakan maka jumlah umbi
juga
semakin
banyak (Owidjoseputro,
1988).
Tabel 5 Rerata Jumlah Umbi Panen, Bobot Basah Umbi, Indeks Panen dan Bobot Kering
Matahari Umbi (63 HST) Pada Tanaman Bawang Merah
Perlakuan
PO
P1
P2
P3
P4
P5
P6
P7
P8
BNT5%
KK(%)
Jumlah Umbi
Rurnpun"
Bobot basah
umbi (g/umbi)
Indeks
Panen
Bobot
Basah Umbi
ton/ha
Bobot
Kering Umbi
ton/ha
10,7be
9,8 ab
7,8 a
9,2 ab
9,6 ab
9,8 ab
11,7 be
11,8 be
12,9 e
2,49
13,46
5,6 ab
4,8 a
5,6 ab
5,0 ab
5,4 ab
6,2 b
6,0 b
6,2 b
8,1 e
1,91
18,42
0,82 b
0,83 b
0,61 a
0,62 a
0,81 b
0,80 b
0,84 b
0,80 b
0,81 b
0,18
14,21
9,4 ab
8,1 a
7,6 a
8,6 ab
9,3 ab
10,6 ab
12,5 be
12,9 be
15,2 e
4,29
12,72
7,2 abe
6,3 a
5,6 a
6,4 ab
8,1 abe
9,1 abe
10,2 e
9,8 be
12,7 d
3,41
11,27
Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata
berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien
Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pup uk. PO : pupuk anorganik (NPK)
dosis 100% (100 kg N ha-1 (ZA) + 50 kg P205 ha-1 (SP36) + 70 kg K20 ha-1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran
sapi(PKS) 20 tonlha ; P2 : Pupuk PKS 2.5 tonlha kombinasi pupuk NPK 50%, P3 : EM4 + POb; P4 : EM4 +
P1 ; P5 : EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2).
7
Jumlah dan Bobot Umbi Panen (63 hst)
Hasil analisis ragam pada parameter
pengamatan jumlah dan bobot umbi panen
menunjukkan adanya perbedaan yang
nyata pada semua parameter pengamatan.
Jumlah umbi tertinggi terdapat pada
perlakuan P8 sebanyak 12,9 umbi rurnpun'.
Sedangkan pada pengamatan bobot basah
umbi, nilai tertinggi terdapat pada perlakuan
P8 dengan nilai sebesar 8,1 g/umbi.
Pengamatan bobot umbi basah, nilai
terendah pada perlakuan P2 dengan nilai
sebesar 4,8 g/umbi.
Pada pengamatan
bobot kering, nilai tertinggi terdapat pada
perlakuan P8 sebesar 12,7 ton/ha dan pada
pengamatan
bobot
kering
terendah
terdapat pada perlakuan P2 sebesar 5,6
ton/ha (Tabel 5).
Parameter pengamatan bobot umbi
basah dan bobot kering matahari umbi
panen dilakukan untuk mengetahui produksi
umbi bawang merah setelah diberi tiap-tiap
perlakuan. Berdasarkan hasil analisis
ragam hasil produksi bawang merah
menunjukkan hasil yang berbeda nyata
pada bobot umbi panen maupun bobot umbi
kering matahari umbi panen.Perlakuan
dengan
menggunakan
biourin
yang
dikombinasikan dengan pupuk organik dan
anorganik dan mampu memberikan hasil
yang lebih baik jika dibandingkan dengan
perlakuan yang menggunakan kombinasi
EM4 dan pupuk tanpa kombinasi maupun
pupuk yang dikombinasikan.
Pemberian EM4 sebagai kombinasi
pupuk belum dapat memberikan hasil yang
optimal pada parameter hasil tanaman
bawang merah. Hal ini bisa disebabkan
karena jenis mikroba yang ada dalam EM4
lebih berfungsi sebagai bioaktivator dan
decomposer. Hal ini didukung penelitian
Purnawanto (2004) yang menyatakan
bahwa pemberian EM4 tidak berpengaruh
nyata pada bobot umbi bawang merah.
Selanjutnya, diartikan bahwa EM4 hanya
berperan sebagai stimulator atau bahan
pembenah tanah bagi proses pengomposan
bahan organik.
Indeks Panen
Parameter pengamatan indeks panen
pada tanaman bawang merah digunakan
untuk menunjukkan perbandingan distribusi
asimilat antara biomassa ekonomi dengan
biomassa
kesluruhan.
Indeks panen
tanaman bawang merah memberikan hasil
yang berbeda nyata pada semua umur
pengamatan.
Hasil analisis ragam menunjukkan
bahwa indeks panen tertinggi terdapat pada
perlakuan P1 yakni sebesar 0,83 yang
berbeda nyata jika dibandingkan dengan
perlakuan lainnya. Sedangkan untuk hasil
indeks panen terendah terdapat pada
perlakuan
P2.
Perlakuan
P2 tidak
memberikan hasil yang baik. Hal ini
ditunjukkan oleh nilai rerata indeks panen
yang merupakan nilai paling rendah yakni
0,61 (Tabel 5).
Penambahan biourin sapi dan EM4
menyebabkan semakin banyak mikroba
yang ada di dalam tanah. Aktivitas mikroba
membutuhkan unsur K sebagai katalisator
(Yulhasmir, 2009). Kalium tersebut akan
diikat dan disimpan dalam sel oleh mikroba.
Kalium tersebut tersedia kembali apabila
terjadi penguraian kembali. Selain itu unsur
K merupakan unsur hara yang mudah
tercuci (Hidayat et al., 2010).
Biourin sapi dan EM4 berpotensi
sebagai bahan pembenah tanah karena
pada dasarnya biourin merupakan bahan
organik yang memiliki fungsi lebih besar
dalam memperbaiki kesuburan tanah. EM4
yang diaplikasikan memberikan pengaruh
yang baik bagi sifat fisika tanah. Rajiman et
al. (2008) menyatakan bahwa pembenah
tanah baik berupa mikroba dan bahan
organic dapat membantu proses agregasi.
Bahan tersebut dapat menyatukan
butir-butir menjadi agregat mikro yang
selanjutnya membentuk agregat yang lebih
besar. Proses agregasi butiran tanah dapat
dipercepat dengan adanya unsure Ca yang
terdapat pada EM4.
Pada saat penelitian dilakukan
pengukuran suhu dibawah naungan dan
dihasilkan suhu berkisar antara 23-26°C.
Sedangkan tanpa naungan nilai yang
dihasilkan berkisar antara 24-2rC. Menurut
Damud et al. (2011) bawang merah dapat
tumbuh optimal pada suhu 25-32°C dan
suhu rata-rata tahunan 30°C. berdasarkan
keadaan tersebut, dapat dilihat bahwa suhu
saat
penelitian
kurang
mendukung
pertumbuhan tanaman bawang merah
walaupun umbi bawang merah masih
terbentuk pada suhu 22°C (Sumarni et aI.,
2012).
Pemasangan naungan paranet 50%
dilakukan karena saat penelitian masuk ke
dalam musim hujan. Pemasangan naungan
paranet bertujuan untuk mengurangi curah
hujan
yang
tinggi
sehingga
dapat
mempertahankan hasil produksi bawang
merah. Tanaman yang tumbuh pada tempat
yang lebih terlindung mempunyai titik
kompensasi hasil asimilasi yang lebih
rendah dibandingkan dengan tanaman yang
tumbuh pada tempat yang lebih banyak
menerima cahaya matahari. Pengurangan
klorofil pada tanaman tersebut sejalan
dengan pengurangan asimilat fotosintesis,
ditunjukkan dengan menurunnya kadar
bahan kering (Watanabe et aI., 1993).
Rendahnya produksi ini, disebabkan
peranan
cahaya dalam
metabolisme
tanaman
terhambat,
sehingga
dapat
menurunkan
biomassa.
Menurunnya
produksi juga diakibatkan oleh intensitas
cahaya yang diterima tanaman rendah
sehingga jumlah cahaya yang diterima oleh
setiap luasan permukaan daun dalam waktu
tertentu rendah (Ritchie, 2010).
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian tentang
pengaruh biourin, EM4 dan pupuk organik
dan anorganik terhadap pertumbuhan dan
hasil bawang merah (Allium ascalonicum L)
yang ditanam pada musim hujan dan pada
kondisi
ternaungi,
dapat
disimpulkan
bahwa:
1. Penambahan biourin dan EM4 yang
dikombinasikan dengan pupuk anorganik
dan kompos kotoran sapi memberikan hasil
yang lebih baik dibanding tanpa bahan
tambahan tersebut.
2. Perlakuan menggunakan biourin (1
I urin sapi + 5 kg kotoran padat sapi + 30 I
air) dengan 50% dosis pupuk anorganik (50
kg ZA ha-1, 25 kg KCI ha" dan 35 kg SP36
ha') dan 25% dosis kompos kotoran sapi (5
ton ha') memberikan hasil terbaik pada
bawang merah (12,7 ton ha').
3. Pada
musim
penghujan
menyebabkan
pengurangan
intensitas
radiasi, terjadinya pencucian unsur hara,
kerusakan daun tanaman, serangan hama
dan
penyakit
yang
menyebabkan
rendahnya hasil bawang rnerah.
4. Penggunaan
naungan
paranet
belum menunjukkan hasil yang diharapkan
karena hasil bawang merah masih rendah
dan waktu panen yang relative masih
pendek (63 hst).
DAFTAR PUSTAKA
8adan
Pusat Statistik. 2014. Produksi
Cabai Besar, Cabai Rawit dan
Bawang Merah Tahun 2013, Badan
Pusat Statistik Republik Indonesia.
Jakarta. Diakses pada 17 Desember
2014.
Damud, T. Supriyadi dan Mahananto.
2011 Pengaruh substitusi pupuk
organik terhadap pupuk anorganik
pada pertumbuhan dan hasil bawang
merah (Allium ascalonicum
L). J.
Agrineca. 11 (2): 214-221.
Dwidjoseputro,
D.
1988.
Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia.
Jakarta
Hidayat, F., U. Sugiarti dan K. A.
Chandra. 2010. Pengaruh bokashi
limbah padat agar-agar dan pupuk
anorganik terhadap pertumbuhan dan
produksi tanaman bawang merah
(Allium
ascalonicum
L) Varietas
Philiphina. J. Agrika. 4 (1): 21-29.
Mirna, N., E.F.H, Salim dan Z.F. Gani.
2013.
Pengaruh
Biourine Sapi
Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet
(Hevea brasiliensis
Mull. Arg) Asal
Stum
Mata
Tidur.
J.
Agroekoteknologi.
2 (1): 27-32.
Murdianingtyas, P. Didik dan Nikardi, G.
2014. Pengaruh Pengurangan Daun
Terhadap Pertumbuhan dan Hasil
Dua Varietas Paprika (Capsicum
annum var. Grossum) Hidroponik. J.
Vegetalika. 1 (3): 1-11.
Mudji Santosa, M.D.Maghfour
dan S.
Fajriani.
2013.
Pengaruh
pemupukan dan pemberian biourin
pada tanaman bawang merah di
sawah petani Ngujung, Batu, Jatim.
Naskah jurnal, Penelitian LPPM UB.
Mudji Santosa dan A.Suryanto. 2014.
Pengaruh
pemupukan
dan
pemberian biourin pada tanaman
9
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Bawang Merah (Allium asca/onicum
L.). Skripsi.
Fakultas
Pertanian.
Universitas Brawijaya. Malang.
Purnawanto,
A.M.
2004.
Studi
Penggunaan Limbah Media Tanam
Jamur Tiram dan Pemberian EM4
Pada Budidaya Bawang Merah.
Skripsi.
Fakultas
Pertanian.
Universitas
MUhammadiyah.
Purwokerto.
Rahmah, A., R. Sipayung dan T.
Simanungkalit. 2013. Pertumbuhan
dan Produksi Bawang Merah dengan
Pemberian Pupuk Kandang Ayam
dan EM4. J. Agroekotekn%gi. 1 (4):
952-963.
Rajiman,
P.Yudono
dan
E.
SUlistyaningsih.
2008. Pengaruh
pembenah tanah terhadap sifat fisika
tanah dan hasil bawang merah pada
lahan pasir Pantai Bugel Kabupaten
Kulon Progo. J. Agrinima/. 12 (1): 6777.
Ritchie,R.J. 2010. Modelling Photosynthetic
Photon Flux Density and Maximum
Potential
Gross
Photosynthesis.
Faculty
of
Technology
and
Environment. J. Photosynthetica. 48
(4): 596-609.
Setiyowati, S. Haryanti dan Hastuti. R.B.
2010.
Pengaruh
Perbedaan
Konsentrasi Pupuk Organik Cair
Terhadap Produksi Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.). J. Bioma. 12
(2): 44-48.
Sumarni, N., R, Rosliani dan Suwandi.
2012. Optimasi jarak tanam dan dosis
pupuk NPK untuk produksi bawang
merah dari benih umbi mini di dataran
tinggi. J. Hortikultura. 22 (2): 147-154.
Watanabe, N., C. Fujii, M. Shirota, and Y.
Furuta.
1993.
Changes
in
chlorophyll, thylakoid proteins and
photosynthetic adaptation to sun and
shade environments in diploid and
tetraploid Oryza punctata Kotschy
and diploid Oryza eichingeri Peter. J.
Plant Physiology and Biochemistry.
31 (4):469-474.
Widyantara, W dan N.S. Vasa. 2013. Iklim
Sangat Berpengaruh Terhadap Risiko
Produksi Usahatani Bawang Merah
(Allium ascalonicum L.). E-Jurnal
Agribisnis dan Agrowisata. 2 (1): 3237.
Yulhasmir. 2009. Konsentrasi EM4 dan
Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Jagung
Dengan Sistem Tanpa Olah Tanah. J.
Agronobis. 1 (1): 1-11
-,
t
•
I••
SERTIFIKAT
Diberikan kepada :
Sebagai
Dr. Ir. Mudji Santosa, MS
Pemakalah
dalam kegiatan Seminar Nasional
Perhirnpunan Hortlkultura Indonesia (PERHORTI) 2015
yang diselenggarakan di Boqer pada tanggal19 - 20 Oktober 2015
Bogor, 20 Oktober 2015
Ketua Panitia