Seminar Nasional Perhorti 2015
Transcription
Seminar Nasional Perhorti 2015
Seminar Nasional Perhimpuan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) 2015 PRESENTASI PARALEL ORAL 20 Oktober 2015 Ruang: Ballroom 1 Presentasi Waktu Paralel 11I- Tanaman Sayur Respirasi Karbon dan Analisis Nitrogen pada Tanah Pertanaman Sayuran Kemangi (Omicum sanctum L). FahrizaJ Hazra, Andike Rahma Nanda, dan Fachrurrazie SY-21 08.45 - 09.00 Aplikasi Pupuk Daun untuk Meningkatkan Keragaan Pot. Azmida Ana Shofiana dan Ketty Suketi SY-22 09.00 - 09.15 Identifikasi Spesies lalat Buah yang Terperangkap pad a Perangkap Melaleuca 8racteata pada Tanaman Cabai Merah 8esar. Abdi Negara SY-23 09.15-09.30 Pengaruh Aplikasi Ekstrak Daun lamtoro dan Pupuk Nitrogen terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Manis (Zea mays l. saccharata Sturt.). Darwin Pangaribuan, Sarno. dan Redman Kesema Marajo N SY-24 09.30 - 09.45 Konservasi Tanah pada Teknologi Implementasi Sayuran Dataran Tinggi BerkeJanjutan. Ishak Juarsah SY-25 09.45 - 10.00 Pemanfaatan 8erbagai Sumber Hara pada Peningkatan Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Kubis. Moch Dawam Maghfoer. Koesriharti, dan Titik Islami 08.30 - 08.45 Moderator: Cabai Hias dalam lahan Budidaya SY-26 Juang Gema Kartika, SP, MSi 10.00-10.15 Coffee Break dan Sesi Poster 10.15-12.15 FGD: Roadmap Pengembangan Mutu Buah Nusantara Moderator: Dr Darda Efendi, SP, MSi 12.15 -13.30 ISHOMA den Sesi Poster Paralel Oral IV - Tanaman Buah I Identifikasi dan Pemetaan Daerah Sentra Produksi Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana) Aceh Utara, Provinsi Aceh. Ismadi. Rd Selvy Handayani, dan Muhammad Rusdi TB-01 Desain Pengelolaan Air untuk Optimalisasi Pengelolaan Air Tanaman Buah-Buahan Di Kebun Percobaan TJekung Malaog Jawa Timur. Pop; Rejekiningrum dan Haris Syahbuddin TB-02 Penerapan Inovasi Teknologi Budidaya Sehat terhadap Keragaan dan Pertumbuhan dan Produksi Jeruk Spesifik Lokasi Sumatera Barat. Nirmala Friyanti Devy dan Hardiyanto TB-03 14.15-14.30 Aplikasi Kalsium untuk Mengurangi Cemaran Getah Kuning pada Buah Manggis. FN Handayani, Roedhy Poerwanto, dan Darda Hendi T8-04 14.30 -14.45 Improvement of Shelf life of Seeded Pummelo Fruit by Waxing and Wrapping Applications. Titistyas Gusti Aji. Siamet Susanto, Dewi Sukma, dan Sintho Wahyuning Ardie -- T8-05 13.30 - 13.45 13.45 - 14.00 14.00 -14.15 14.45-15.00 Pengaruh Penambahan Fungisida pada Bahan Pencuci serta Suhu Penyimpanan terhadap Peningkatan Kualitas Mangga (Mangifera indica TB-06 l.) c», Gedong. Afifah Taqiyyah dan Roedhy Poerwanto 15.00 -15.15 Pengaruh Bahan Pencuci dan Suhu Penyimpanan ternadap Kualitas dan Umur Simpan Mangga (Mangifera Indica) cv. Arumanis dan Gedong. Yunita R, Poerwanto R. dan Wiyono S Moderator: Prof Dr Ir Bambang 5 Purwoko, TB-07 MSc • Savero Golden Flower, 19- 20 Oktober 2015 Seminar Nasional Perhimpuan Hortikultura Indonesia (PERHORTJ) 2015 PRESENTASI PARALEL ORAL 20 Oktober 2015 Ruang: Ballroom 2 Presentasi Waktu Paralel Oral III - Benih 08.30 - 08.45 08.45 - 09.00 09.00 - 09.15 09.15-09.30 Pengaruh Umur Panen dan Lama Penyimpanan terhadap ViabiJitas dan Vigor Benih Bawang Merah 'Lembah Palu'. Muhammad Ansar, Bahrudin, dan Imam Wahyudi BN-01 Efektivitas Berbagai Moda Transportasi dalam Mempertahankan Viabilitas Benih Nangka Tulo Selama Konservasi dalam Pengangkutan. Vanny MA Tiwow, Enny Adelina, dan Adrianton BN-02 Inkompatibilitas, Keberhasilan Reproduksi, dan Viabilitas Benih Adenium spp. Endah R Palupi, Dial Sugianto, dan Siamet Budiarto BN-03 Pemanfaatan Umbi Mikro untuk Produksi Umbi Mini pada BN-04 Beberapa Varietas Kentang. Tri Handayani 09.30 - 09.45 Sterilisasi dan Induksi Tunas Eksplan Biji Manggis MeJaJui Kultur BN-05 In Vitro. Andre Sparta dan Rahayu Triatminingsih 09.45 - 10.00 Potret dan Upaya Industrialisasi Perbenihan Jeruk di Kawasan Bangkinang, Kabupaten Kampar, Riau. Supriyanto A dan A BN-06 Sugiyatno Moderator: 10.00 -10.15 10.15 -12.15 12.15 -13.30 Dr Ir MR Suhartanto, .. MSi Coffee Break dan Sesi Poster FGD: Krisan MQderator: Dr Ir Budi Marwoto, MS. APU ISHOMA dan Sesi Poster ParalellV - Tanaman Buah ..-' .. - ••• o¥ ~ •• 13.30 - 13.45 Pengaruh Konsentrasi dan Lama Perendaman Ekstrak Lidah Buaya (Aloe vera L.) terhadap Umur Simpan Buah Tomat I (Lycopersicum esculentum Mill.). Sartika, Rita Hayati, dan Elly TI3-16 Kesumawati 13.45-14.00 Kriteria Kematangan Pascapanen Buah Pepaya Callina pad a Umur Petik dan Umur Tanaman Berbeda. Jamiludin Sugito, Ketty TB-17 Suketi, dan Winarso D. Widodo 14.00 -14.15 Perkernbanqan Buah Duku-(Lansium domesticum Corr.) Varietas Rasuan dengan Penambahan Berbagai Zat Pengatur Tumbuh. Susilawati, Lidwina Ninik S, dan Mery Hasmeda TB-18 The Effectiveness of Washing Materials and the Disease Control on The Quality of Mango Fruits cv. Gedong Gincu. Ahmad Sutopo, Roedhy Poerwanto, dan Suryo Wiyono TB-21 14.15 -14.30 14.30-14.45 14.45 - 15.00 15.00 -15.15 • Laju Multiplikasi Tunas Manggis Lokal Sumatr.a Barat (Garcinia mangostana L) pada Beberapa Komposisi Mecia Secara In Vitro. TB-31 Andre Sparta dan Rahayu Triatminingsih Inisiasi Kultur Endosperm Jambu Biji. Farihul Ihsan TB-32 Keragaman KeberhasiJan Penyambungan dari 5 Varietas Unggul yang Disambung dengan 1 Jenis Batang Bawah pada Tanaman Manggis (Garcinia Mangostana L.). Djoko Mulyono, M Jawal T6-35 Anwarudin Syah, dan Adhitya Marendra K Moderator: Dr Ir Ketty Suketi, MSi Savero Golden Flower, 19 - 20 Oktober 2015 Seminar Nasional Perhimpuan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) 2015 PRESENTASI PARALEL ORAL 20 Oktober 2015 Ruang: Ruang Diskusi 3 Presentasi Waktu Paralel Oral 11I- Tanaman Hias 08.30 - 08.45 The Collections of Limestone Begonia at Bogor Botanic Gardens. Sri Wahyuni, Wisnu Handoyo Ardi, dan Hartutiningsih M. Siregar TH-03 08.45 - 09.00 Usaha Peningkatan Produktivitas Gladiol (Gladiolus hybridus L.) Melalui Aplikasi Kombinasi Pupuk NPK dengan Pupuk Kandang Sapi, Kambing, dan Walet. Tri Dewi Andalasari, Putra Aryananda TH-07 RA, dan Diana Widyastuti 09.00 - 09.15 Koleksl, Karakterisasi dan Evaluasi Sumber Oaya Genetik Impatiens. Rudy Soehendi, Dewi Pramanik, Rika Meilasari, Eka Fibrianti, Suskandari Kartikaningrum, Budi Marwoto, dan Tomohiro TH-09 Kamogawa 09.15 - 09.30 Keberadaan Jenis-Jenis Anggrek di Beberapa Pulau Kecil Sekitar TH Pulau Batam. Yupi Isnaini, Sri Wahyuni, dan Rio Bernath Pardede -10 09.30 - 09.45 Pengaruh Media pada Perbanyakan Philodendron 'Super Atom' TH Secara In Vitro. Dewi Pramanik dan Herlina D -11 Moderator: Dr Dewi Sukma, SP, MSi 09.45 -10.15 Coffee Break dan Sesi Poster 10.15 -12.15 FGD: Pengeinbangan Sayuran Utama Indonesia Moderator: Prof Dr Ir Sobir, MSi ISHOMA dan Sesi Poster 12.15 -13.30 ParalellV - Tanaman Sayur 13.30 -13.451,nteraksi Jenis Biomulsa dan Jarak Tanam Kailan terhadap Produksi Tanaman Kailan (Brassica olerecee L. cv. Grup Kailan). SY-011 Gusti Reza Pus pita dan Juang Gema Kartika 13.45 - 14.00 Respon Beberapa Varietas Tomal (Lycopersicon escutentum MilL) terhadap Penanaman Kacang Hias (Arachis pintoi Krap. &.Greg.) SY 02 dalam Sistem Olah Tanah Minimum. Ferdhi Isnan Nuryana dan -Muhamad Achmad Chozin . 14.00 -14.15 Agronomy, Utilization and Economy of Indigenous Vegetables in West Java, Indonesia. Edi Santosa, Utami Prawati, Sobir, Yoko SY-03 Mine, dan Nubuo Sugiyama 14.15-14.30 Respon Tanaman Radish (Raphanus sativus L.) Kultivar Crimson v Giant terhadap Aplikasi Zeolit dan Kalium. Azlina Hayati Bakrie S I -04 r 4.30 - 14.45 14.45 - 15.00 15.00 - 15.15 Respon Pertumbuhan dan Hasil Kubis Bunga (Brassica o/eracea Var. Botrytis L.) terhadap Pemberian Pupuk Orpanik.Lldwina Ninik SY-05 S, Astuti Kurnianingsih, dan Agni Paramita L Respon Pertumbuhan dan IHasii Varietas/Galur Tanaman Mentimun (Cucumis Sativus L.) pada Beberapa Tingkat Salinitas. SY-06 Nurul ,Ajni, Koesriharti, Wiwin SOY, Adi Setiawan, dan Dahniar YP Aplikasi Biourin, Em4, Pupuk Organik dan Anorganik pada Bawang Merah (Allium asca/onicum L.) pada Musim Hujan dan Kondisi SY-07 Temaungi. Mudji Santosa, El Fitria, dan WSO yamika Moderator: Dr Ir Ni Made Armini Wiendi, MSc • Savero Golden Flhwer, 19 - 20 Oktober 2015 Seminar Nasional Perhimpuan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) 2015 PRESENTASI PARALEL ORAL 20 Oktober 2015 Ruang: Ruang Diskusi 4 Presentasi Waktu Paralel OralllJ - Tanaman Sayur 08.30 - 08.45 Efektivitas Herbisida Berbahan Aktif Sulfentrazone untuk Pengendalian Gulma pada Budidaya Tanaman Kubis. Owi Guntoro Dan Bayu Anggara SY-34 08.45 - 09.00 Analisis Residu Pestisida DOT dari Sentra Sayuran di Kota Batu, Malang. Wahyu Purbalisa, Anik Hidayah, dan Ukhwatul Muanisah SY-35 09.00 - 09.15 Pengendalian dengan Menggunakan Bahan Ekstrak Tanaman untuk Menginduksi Resistensi Tanaman Cabai Merah terhadap Virus Kuning Keriting. Neni Gunaeni dan Astri W Wulandari SY-36 Penerapan Teknologi Penangkaran Benih Kentang di Oesa Kramat Wangi, Kecamatan Cisurupan, Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sumamo Tedy, Siti Lia Mulijanti, Endjang Sujitno, dan Meksy Dianawati SY-37 09.30 - 09.45 Peningkatan Kinerja Asosiasi Penangkar Benih Kentang (APBK) Kabupaten Bimdung, Jawa Barat. Siti Lia Mulijanti dan Meksy Dianawati SY-38 09.45 -10.00 Identifikasi Residu Pestisida Golongan Organoklorin Berbahan Aktif Endosulfan pada Buah dan Sayuran di Kota Batu. Anik Hidayah, Wahyu Purbalisa, dan Ukhwatul Muanisah SY-39 09.15 - 09.30 Moderator: Dr Awang Maharijaya, SP, MSi 10.00 -10.15 Coffee Break dan Sesi Poster 10.15-12.15 FGD: Menggali Potensi Sayuran lokai Moderator: Dr Ir MR Suhartanto, MSi 12.15 -13.30 ISHOMA den Sesi Poster Paralel Oral IV - Tanaman Sayuran ~- 13.30 -13.45 Genetic Diversity of Bambara Groundnut (Vigna subterranea L VERDC)"" based on SSR Indicates Narrow Genetic base of Indonesian Lines. Zikril SY-OB lIIahi, Ni Made Armini Wiendi, dan Sudarsono 13.45- Aplikasi Sungkup Plastik dan Mulsa untuk Meningkatkan Adaptasi Tanarnan Bawang Merah Varietas Lembah Palu pada Dataran Medium. Bahrudin dan Muhammad Ansar SY-09 Studi Morfologi, Pertumbuhan Tanaman, dan P.otensi Hasil Kacang Bambara (Vigna subterranea L.) Aksesi Sumedang Warnatesta Ungu. Sophia Fitriesa, Satriyas Ilyas, Abdul Qadir SY-10 Perhitungan Kehilangan Air pada Tanaman Kentang (Solanum tuberosum L) Berdasarkan Neraca Air Lahan. Sa/wati, / Handoko, R Hidayati, dan I Las SY-11 "i4.00 14.00 -14.15 14.15-14.30 14.30 - 14.45 14.45-15.00 15.00 -15.15 Pemanfaatan Bagase sebagai Subtrat dalam Budidaya Kailan (Brassica oIeraceae var. Alboglabra) Secara Hidroponik. Endang Selia Muliawati, . -._ .... Pardono, dan M Rosydi Ramli SY-12 I Studi Berbagai Jenis Pupuk Kandang dan Limbah Organik pada Produksi Benih Kentang (Solanum tuberosum L) G1 Asal Stek PJanlet. Meksy Dianawati SY-13 Pertumbuhan Cabai Merah pada Tanah Terdampak dan Tidak Terdampak Tsunami Akibat Perlakuan Pupuk Hayati Cair Teknologi Nano. Muhammad Aqiel, Ismadi, Rd Selvy Handayani, dan Karlin Agustina SY-14 Moderator: Dr Edi Santosa, SP, MSi Savaro Golden Flower, 19- 20 Oktober 2015 APPLIKASI BIOURIN, EM4, PUPUK ORGANIK DAN ANORGA BAWANG MERAH (Allium asca/onicum l.) PADA MUSIM HUJAN D TERNAUNGI THE APPLICATION OF BIOURINE, EM4, ORGANIC AND ANORGANIC FERTILIZER ON GROWTH AND YIELD OF SHALLOT (Allium asca/onicum l.) PLANTED IN WET SEASON AND SHADED CONDITION Mudji Santosa, E.L. Fitria and WS.D.Yamika Jurusan Budidaya Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Brawijaya JI. Veteran, Malang 65145 Jawa Tlrnur, Indonesia. Email: mudjisantosa@yahoo.com ABSTRACT Biourine is a liquid material (is made from 1 I urine and mixed with 5 kg faeces and 30 I water) containing microbes, hormones, enzymes and macro and micro elements that are beneficial to plants. The purpose of this research is to study the application of biourine combined with inorganic and organic fertilizer on the growth and yield of shallot. Research was conducted in Batu, East of Java in January-March 2015. Randomized Block Design is used to set the 9 kinds of treatment (1. Applicaion 100% inorganic fertilizer, 2. Organic fertilizer, 20 tons cow manure, 3. Combination 50% inorganic fertilizer and 5 tons cow manure, 4. EM4 combined with treament 1, 5. EM4 EM4 combined with treament 2, 6. EM4 combined with treament 3; 7. Biourine combined with treament 1; 8. Biourine combined with treament 2; 9. Biourine combined with treament 3). This experiment was repeated 3 times. The result showed that treatment number 8, obtained the best growth i.e. in the plant heigths (34.4 cm), number of leaves (38 leaves/hill) , the number of seedlings (13 plants/hill), leaf area (998.4 cm2/hill), leaf area index (2.00),and the best yield such as fresh weight of shallot bulbs (16.2 ton ha-1) and the dry weight of of shallot bulbs (13.8 ton ha-1), and the yield by biourine applicaton increased shallot bulbs 58.69% of treatment without biourine. Keywords: Onion, Biourine, EM4, Shade, Rainy Season PENDAHULUAN Tanaman bawang merah (Allium asca/onicum L) merupakan tanaman hortikultura yang dibutuhkan masyarakat Indonesia sebagai bumbu masak rnakanan. Badan Pusat Statistik (2014) menyebutkan bahwa produksi bawang merah dart tahun 2009-2013 mengalami peningkatan sebesar 802.810 ton, 853.615 ton, 965.164 ton, 1.048.934 ton. Namun, sepanjang tahun 2013 impor bawang merah sebesar 73.864 ton dan dalam tiga bulan pertama tahun 2014 mencapai 85.730 ton. Hal ini membuktikan bahwa kebutuhan bawang merah masih tinggi dibandingkan ketersediaannya. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi bawang merah ialah dengan penggunaan pupuk organik Kondisi kesuburan tanah pada lahan penelitian Perdana (2014) di Dusun Ngujung menunjukkan kandungan N-total yang cukup rendah yakni 0,05%, bahan organik 1,36% dan pH sebesar 5,1. Kondisi lahan menunjukkan kandungan N-total yang cukup renoan yakni 0,05%, bahan organik 1,36% dan pH sebesar 5,1. Kondisi lahan seperti ini pertu tambahan nutrisi dan bahan lain yang dapat memperbaiki kesuburannya seperti biourin, EM4, PGPR, =oc dan lainnya (Mudji Santosa.dkk., 2013). Pemanfaatan biourin memiliki kandungan unsur hara makro dan mikro yang merupakan sumber daya lokal hampir dikenal seluruh masyarakat kita tetapi belum banyak dimanfaatkan. Pada hal banyak hasil2 pertanian yang lebih baik dan lebih tinggi nasll panen akhir yang diperoleh(Mudji Santosa, dkk, 2013). EM4 merupakan salah satu larutan biologi tanah, mempereepat dekomposisi bahan organik karena mengandung bakteri asam laktat yang dapat memfermentasikan bahan organik yang tersedia dan dapat diserap langsung oleh perakaran tanaman. Penggunaan EM4 dapat meningkatkan produksi tanaman dan mengatur keseimbangan mikroorganisme tanah (Rahmah et aI., 2013). Oleh karena penelitian ini dilakukan untuk mempelajari pengaruh pemberian biourin yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dan kompos kotoran sapi pada pertumbuhan dan hasil bawang merah. BAHANDANMETODEPENEUTIAN Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2015 sampai dengan bulan Maret 2015 di Dusun Ngujung, Desa Pandanrejo, Kota Batu. Alat yang digunakan ialah sprayer, penggaris, timbangan analitik, kalkulator, meteran, kamera digital, amplop eoklat, oven dan papan label. Bahan yang digunakan ialah bibit bawang merah varietas Filipina, pupuk kandang, urin dan kotoran sapi, EM4 (10 ml EM4 + 1 I air), kompos kotoran sapi, barnbu, paranet, pupuk anorganik, SP36 (36% P20S), KCI (60% K20), dan ZA (21%N), air, fungisida Antraeol (Propineb 70%) dan pestisida kimia. Raneangan pereobaan ialah Raneangan Aeak Kelompok terdiri dari 9 maeam perlakuan (P) : kombinasi antara formula biourin, EM4 dan maeam pupuk. Maeam pupuk yang dimaksud ialah pupuk anorganik (ZA, SP36 dan KCI) dan pupuk organik (kompos kotoran sapi) dimana rekomendasi pupuk anorganik dosis 100% (100 kg N ha' (ZA) + 50 kg P205 ha' (SP36) + 70 kg K20 ha' (KCI) setara dengan ZA 476 kg ha', SP36 140 kg ha' dan KCI 120 kg ha') dan 100% dosis kompos kotoran sapi (20 ton ha"). Kombinasi perlakuan diulang 3 kali sehingga didapatkan 27 satuan pereobaan. Kombinasi perlakuan tersebut ialah 100% dosis ahorganik (PO), 50% dosis kompos kotoran sapi (P1), 50% dosis anorganik + 25% dosis kompos kotoran sapi (P2), EM4 + 100% dosis anorganik (P3), EM4 + 50% dosis kompos kotoran sapi (P4), EM4 +50% dosis anorganik + 25% dosis kompos kotoran sapi (P5), biourin + 100% dosis anorganik (P6), biourin + 50% dosis kompos kotoran sapi (P7) dan pemberian biourin dan 50% dosis anorganik + 25 % dosis kompos kotoran sapi (P8). Pengamatan terdiri atas parameter pertumbuhan (umur 14, 28, 42 dan 56 HST) yaitu luas daun (crn''), panjang tanaman (em), jumlah daun (helai rurnpun"), dan jumlah anakan (rumpun"), bobot umbi basah dan bobot umbi kering (g rurnpun'). Pengamatan panen meliputi jumlah umbi panen, bobot umbi basah dan bobot umbi kering matahari (ton na') Analisa pertumbuhan tanaman meliputi indeks luas daun (lLD) dan indeks hasil panen (IP). Pengamatan lingkungan meliputi suhu, kelembaban udara, intensitas matahari dan eurah hujan. Data yang diperoleh dianalisis menggunakan analisis ragam (uji F dengan taraf kesalahan 5%) untuk mengetahui adanya pengaruh dari perlakuan yang diberikan. Apabila terdapat hasil yang berbeda nyata, dilanjutkan dengan uji lanjutan Beda Nyata Terkeeil (BNT) dengan taraf kesalahan 5%. HASIL DAN PEMBAHASAN Tinggi Tanaman Hasil analisa ragam rerata tinggi tanaman pada umur 14 dan 28 HST menunjukkan hasil berbeda nyata namun pada umur 42 dan 56 HST menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata (TabeI1). Perlakuan P4 (EM4 + 50% kompos kotoran sapi) memiliki tinggi tanaman lebih rendah jika dibandingkan dengan perlakuan P7 (biourin dan 50% kompos kotoran sapi). Tinggi tanaman bawang merah dari perlakuan tersebut memiliki nilai rata-rata 28 em. Perlakuan EM4 yang memiliki nilai tinggi tanaman tertinggi ialah perlakuan P5 (EM4 + 50% anorganik + 25% kompos kotoran sapi). Tanaman tertinggi pada awal pertumbuhan yang bertambah seeara konstan ialah perlakuan P8 (Biourin + 50% dosis pupuk anorganik + 25% dosis kompos kotoran sapi). Perlakuan P8 ini memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan P2 (50% dosis pupuk anorganik + 25% dosis kompos kotoran 3 mulai mengering dan mati dilakukan panen lebih awal. sehingga Jumlah Daun Hasil analisis ragam pada jumlah daun tanaman bawang merah menunjukkan bahwa mengalami peningkatan pada umur 14, 28 dan 42 HST. Namun pada umur 56 HST mengalami penurunan. Hasil rata-rata jumlah daun tertinggi ditunjukkan oleh perlakuan P8 ((Biourin + 50% dosis pupuk anorganik+25% dosis kompos kotoran sapi) dengan nilai rata-rata 38 helai rurnpun' pada 56 HST. Perlakuan ini mampu memberikan hasil nyata pada umur pengamatan 14 dan 28 HST (Tabel 1). Hal tersebut mampu membuktikan bahwa biourin sapi mampu meningkatkan jumlah daun tanaman bawang merah. Oaun merupakan satu dari struktur utama tanaman yang memiliki fungsi melaksanakan proses fotosintesis. Semakin banyak jumlah daun maka tempat fotosintat bertambah sehingga hasil fotosintat akan meningkat. Hasil fotosintat disalurkan ke organ vegetatif tanaman untuk memacu pertumbuhan tanaman. Hal ini sesuai dengan pernyataan Mudji Santosa, dkk., (2013) ; Murdianingtyas, dkk., (2014), yang menyatakan bahwa fotosintesis akan menghasilkan asimilat yang digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Luas Daun dan Indeks Luas Daun Pada tumbuhan, organ utama berlangsungnya fotosintesis ialah daun. Pleh karena itu pengukuran luas daun berperan penting dalam proses fotosintesis dan sering digunakan dalam analisis pertumbuhan tanaman. Sedangkan pengukuran Indeks Luas Oaun dilakukan untuk mengetahui seberapa besar luas tajuk yang menutupi luasan tanah oleh tanaman dan seberapa besar sinar matahari yang dapat diserap oleh tanaman. Berdasarkan hasil analisis ragam menunjukkan bahwa pengamatan luas daun dan indeks luas daun pada semua umur pengamatan tidak mengalami perbedaan yang nyata. Luas daun tanaman bawang merah mengalami peningkatan pada umur 14, 28 dan 42 HST. Namun pada 56 HST mengalami penurunan. Nilai rata-rata luas daun tertinggi ialah pada perlakuan P8 dengan nilai 1072,76 pada 42 HST (Tabel 2). Hasil luas daun yang ditunjukkan parameter pengamatan indeks luas daun dengan nilai 1,68 sampai 2,15 pada umur 42 HST (Tabel 4). Perlakuan dengan menggunakan biourin memberikan pengaruh yang sama jika dibandingkan dengan perlakuan EM4 dan pupuk organik maupun anorganik tanpa kombinasi. Oari nilai yang didapatkan tersebut, membuktikan bahwa perlakuan biourin sapi EM4 dan dosis pupuk anorganik dan dosis kompos kotoran sapi memberikan nilai ILO sama jika dibandingkan dengan perlakuan yang lain. Jumlah Anakan Hasil analisis ragam pada parameter pengamatan jumlah anakan menunjukkan bahwa masing-masing perlakuan memberikan pengaruh yang nyata pada semua umur pengamatan. Perlakuan dengan menggunakan biourin sapi memberikan pengaruh yang lebih baik jika dibandigkan dengan aplikasi EM4. Perlakuan P8 menunjukkan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan P5. Perlakuan P8 mampu memberikan nilai rata-rata sebesar 12 anakan rumpun', sedangkan untuk perlakuan P1, P3, P4, P5 dan P6 hanya memberikan nilai rata-rata 10 anakan rurnpun". Perlakuan P8 ini menunjukkan peningkatan jumlah anakan 20 % (Tabel 3). Tabel1 Rerata Tinggi Tanaman dan Jumlah Daun Bawang Merah Pada Berbagai Umur Perlakuan 14 PO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 BNT5% KK(%) 19,0 17,7 19,5 19,8 19,7 ab a b b b 20,0 b 19,5 b 19,8 b 22,Oe 1,61 4,74 Tinggi Tanaman (cm) Jumlah Daun (helai rumpun-') Umur Pengamatan (HST) 56 42 28 42 28 56 14 25,3 ab 24,8 a 29,0 cd 28,4 bed 26,9 abe 27,3 abe 26,5 abe 29,7 cd 31,1 d 3,53 7,37 29,3 30,0 30,1 30,1 28,2 30,4 27,9 31,7 33,3 tn 9,51 28,5 29,2 29,1 30,2 28,1 30,1 27,4 30,5 33,1 tn 8,11 17 20 18 17 26 24 20 23 21 a abc ab a d cd abe bed abed 5,45 15,31 25 ab 26 ab 26 ab 24 a 32 e 32 e 27 abe 30 be 29 abe 5,26 10,88 35 34 33 33 37 40 34 38 36 tn 10,89 31 32 32 33 34 35 31 36 35 tn 10,22 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pad a kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pad a taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pup uk. PO : pupuk anorganik (NPK) dosis 100% (100 kg N ha·1 (ZA) + 50 kg P205 ha·1 (SP36) + 70 kg K20 ha·1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran sapi(PKS) 20 tonlha ; P2: Pupuk PKS 2.5 tonlha kombinasi pupuk NPK 50%, P3 : EM4 + POb; P4: EM4 + P1 ; P5 : EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2). Tabel 2 Rerata Luas Daun dan Indeks Luas Daun Bawang Merah Pada Berbagai Umur Perlakuan 14 PO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 BNT5% KK(%) 132,29 211,40 143,31 148,76 243,73 206,93 199,36 210,72 210,34 tn 13,16 Luas Daun (cm2) Indeks Luas Daun Umur Pengamatan (HST) 28 42 56 14 28 42 456,99 499,21 500,99 336,37 542,36 632,24 537,59 584,24 665,53 tn 10,97 841,45 773,74 832,09 787,70 807,97 896,92 842,14 876,02 1072,76 tn 12,92 610,72 544,68 654,43 552,28 565,54 641,11 587,53 712,42 932,29 tn 11,42 0,26 0,42 0,29 0,30 0,49 0,41 0,40 0,42 0,42 0,91 1,00 1,00 0,67 1,08 1,26 1,08 1,17 1,33 1,68 1,55 1,66 1,58 1,62 1,79 1,68 1,75 2,15 56 1,12 1,11 1,24 1,09 1,12 1,31 1,16 1,22 1,84 tn tn tn tn 5,42 7,32 10,13 9,82 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pupuk. PO : pupuk anorganik (NPK) dosis 100% (100 kg N ha·1 (ZA) + 50 kg P205 ha·1 (SP36) + 70 kg K20 ha·1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran sapi(PKS) 20 ton/ha ; P2 : Pupuk PKS 2.5 ton/ha kombinasi pupuk NPK 50%, P3: EM4 + POb; P4 : EM4 + P1 ; P5 : EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2). 5 Tabel 3 Rerata Jumlah Anakan Tanaman Bawang Merah Pada Berbagai Umur Jumlah Anakan (rumpun-') Umur Pengamatan (HST) Perlakuan 28 42 56 14 PO 4a 4a 4a 4a 4a 3a 4a 4a 6b 1,37 13,89 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 BNT5% KK(%) 8 be 6a 7 ab 6a 7 ab 6a 6a 8 be 9e 1,03 8,63 10 e 9b 9b 8a 9b 8a 8a 10 e 12 d 0,96 6,12 10 b 9a 10 b 9a 9a 9a 9a 10 b 12 e 1,00 8,42 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pupuk. PO : pupuk anorganik (NPK) dosis 100% (100 kg N ha-1 (ZA) + 50 kg P205 ha-1 (SP36) + 70 kg K20 ha-1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran sapi(PKS) 20 ton/ha ; P2 : Pupuk PKS 2.5 ton/ha kombinasi pupuk NPK 50%, P3 : EM4 + POb; P4: EM4 + P1 ; P5: EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2). Tabel4. Rerata Bobot Umbi dan Jumlah Umbi Tanaman Bawang Merah Pada Berbagai Umur Perlakuan Bobot basah umbi urnbi' (g) PO 1.5 P1 2.5 1.5 P2 P3 P4 1.6 2.3 P5 2.2 P6 2.1 P7 P8 2.2 2.2 BNT5% tn KK(%) 13,16 Perlakuan PO 2,2b P1 3.5 be 1.3 a 3,0 be 3,1 be 3,2 be 2.7 b 3,0 be 3,6 e 1,31 11,11 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 BNT5% KK(%) Bobot basah Bobot kerinp umbi rurnpun' (g) umbi rumpun (g) Umur Pengamatan 42 HST 8.1 a 2.9 b 11.7b 3.7e 8.5 a 1.4 a 8.1a 1.9 a 14.5 e 3.6 be 13.4 be 3.1 be 11.5 be 2.8 b 15.5 ed 3.1 be 20.5 e 6.7 d 1.8 0.77 11.81 27.2 Umur Pengamatan 56 HST 20,2 ab 29,3 b 11,4a 24.3 b 25,6 b 25,0 b 26,2 b 25,7 b 42,3 e 11,39 13,46 3,6 ab 5,1 b 1,4a 2,7ab 4,8 b 3,4 ab 4,2 ab 3,5 ab 6,2 e 3,85 16,54 Jumlah umbi rumpun' 6.13 ab 5.47 a 6.56 ab 5.50 a 5..89 a 6.43 ab 5.95 a 7.30 b 9.98 e 1.2 19.03 7,5 ab 7,6 ab 6,8 a 7,8 ab 7,6 ab 7,9 ab 8,4 b 8,4 b 10,8 e 1,44 12,38 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pupuk. PO : pupuk anorganik (NPK) dosis 100% (100 kg N ha-1 (ZA) + 50 kg P205 ha-1 (SP36) + 70 kg K20 ha-1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran sapi(PKS) 20 ton/ha ; P2: Pupuk PKS 2.5 ton/ha kombinasi pupuk NPK 50%, P3: EM4 + POb; P4: EM4 + P1 ; P5: EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2). Bobot Umbi dan Jumlah Umbi pada umur 42 dan 56 hst Berdasarkan hasil analisis ragam, dari semua parameter pengamatan mengenai bobot umbi dan jumlah umbi menunjukkan bahwa perlakuan P8 memberikan hasi yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan yang lainnya. Bobot umbi bawang merah menunjukkan hasil yang berbeda pada setiap perlakuan baik pada bobot umbi basah rurnpun', bobot umbi urnbi' maupun bobot umbi kering rumpun'. Pengamatan bobot umbi basah rurnpun' menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada umur 42 dan 56 HST dengan nilai paling besar pada perlakuan P8 mencapai 20,5 9 rumpun' dan 42,3 9 rurnpun'. Hal serupa juga terjadi pada pengamatan bobot umbi kering yang menunjukkan bahwa perlakuan P8 mampu meberikan hasil terbaik pada umur 42 HST sebesar 4,7 9 rumpun' dan pada umur 56 HST sebesar 6,2 9 rumpun' (Tabel 4). Biourin sapi mampu memicu pertumbuhan vegetatif tanaman karena memiliki kandungan hormon tumbuhan. Menurut penelitian Mirna et al. (2013), penyemprotan biourin sapi yang telah difermentasikan pada tunas bibit stum mata tidur mampu membrikan hasil positif pada variabel tinggi tunas, diameter tunas dan bobot kering dibandingkan dengan perlakuan tanpa pemberian biourin. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Setiyowati et al. (2010) yang menyatakan bahwa pemberian pupuk organik cair dapat meningkatkan jumlah umbi Walaupun pada kondisi hujan pemberian biourin bisa tidak berpengaruh pada pertumbuhan dan hasil bawang merah (Mudji Santosa dan Suryanto, 2014) Pemberian pupuk organik cair dengan unsur hara lengkap akan memacu fotosintesis dan hasilnya yang berupa karbohidrat akan ditransport dari daun ke bagian meristem setelah melalui respirasi yang menghasilkan ATP di titik tumbuh dan memacu pembelahan sel-sel primordial. Semakin banyak anakan maka jumlah umbi juga semakin banyak (Owidjoseputro, 1988). Tabel 5 Rerata Jumlah Umbi Panen, Bobot Basah Umbi, Indeks Panen dan Bobot Kering Matahari Umbi (63 HST) Pada Tanaman Bawang Merah Perlakuan PO P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 BNT5% KK(%) Jumlah Umbi Rurnpun" Bobot basah umbi (g/umbi) Indeks Panen Bobot Basah Umbi ton/ha Bobot Kering Umbi ton/ha 10,7be 9,8 ab 7,8 a 9,2 ab 9,6 ab 9,8 ab 11,7 be 11,8 be 12,9 e 2,49 13,46 5,6 ab 4,8 a 5,6 ab 5,0 ab 5,4 ab 6,2 b 6,0 b 6,2 b 8,1 e 1,91 18,42 0,82 b 0,83 b 0,61 a 0,62 a 0,81 b 0,80 b 0,84 b 0,80 b 0,81 b 0,18 14,21 9,4 ab 8,1 a 7,6 a 8,6 ab 9,3 ab 10,6 ab 12,5 be 12,9 be 15,2 e 4,29 12,72 7,2 abe 6,3 a 5,6 a 6,4 ab 8,1 abe 9,1 abe 10,2 e 9,8 be 12,7 d 3,41 11,27 Keterangan : Bilangan yang didampingi huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNT pada taraf 5%, tn = tidak berbeda nyata, HST = Hari Setelah Tanam, KK = Koefisien Keragaman. (P): kombinasi antara formula biourin, EM4 dan macam pup uk. PO : pupuk anorganik (NPK) dosis 100% (100 kg N ha-1 (ZA) + 50 kg P205 ha-1 (SP36) + 70 kg K20 ha-1 ; P1: pupuk ,kompos kotoran sapi(PKS) 20 tonlha ; P2 : Pupuk PKS 2.5 tonlha kombinasi pupuk NPK 50%, P3 : EM4 + POb; P4 : EM4 + P1 ; P5 : EM4 + P2 ; P6 (Biourin + PO); P7 (Biourin + P1) ; P8 (Biourin + P2). 7 Jumlah dan Bobot Umbi Panen (63 hst) Hasil analisis ragam pada parameter pengamatan jumlah dan bobot umbi panen menunjukkan adanya perbedaan yang nyata pada semua parameter pengamatan. Jumlah umbi tertinggi terdapat pada perlakuan P8 sebanyak 12,9 umbi rurnpun'. Sedangkan pada pengamatan bobot basah umbi, nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P8 dengan nilai sebesar 8,1 g/umbi. Pengamatan bobot umbi basah, nilai terendah pada perlakuan P2 dengan nilai sebesar 4,8 g/umbi. Pada pengamatan bobot kering, nilai tertinggi terdapat pada perlakuan P8 sebesar 12,7 ton/ha dan pada pengamatan bobot kering terendah terdapat pada perlakuan P2 sebesar 5,6 ton/ha (Tabel 5). Parameter pengamatan bobot umbi basah dan bobot kering matahari umbi panen dilakukan untuk mengetahui produksi umbi bawang merah setelah diberi tiap-tiap perlakuan. Berdasarkan hasil analisis ragam hasil produksi bawang merah menunjukkan hasil yang berbeda nyata pada bobot umbi panen maupun bobot umbi kering matahari umbi panen.Perlakuan dengan menggunakan biourin yang dikombinasikan dengan pupuk organik dan anorganik dan mampu memberikan hasil yang lebih baik jika dibandingkan dengan perlakuan yang menggunakan kombinasi EM4 dan pupuk tanpa kombinasi maupun pupuk yang dikombinasikan. Pemberian EM4 sebagai kombinasi pupuk belum dapat memberikan hasil yang optimal pada parameter hasil tanaman bawang merah. Hal ini bisa disebabkan karena jenis mikroba yang ada dalam EM4 lebih berfungsi sebagai bioaktivator dan decomposer. Hal ini didukung penelitian Purnawanto (2004) yang menyatakan bahwa pemberian EM4 tidak berpengaruh nyata pada bobot umbi bawang merah. Selanjutnya, diartikan bahwa EM4 hanya berperan sebagai stimulator atau bahan pembenah tanah bagi proses pengomposan bahan organik. Indeks Panen Parameter pengamatan indeks panen pada tanaman bawang merah digunakan untuk menunjukkan perbandingan distribusi asimilat antara biomassa ekonomi dengan biomassa kesluruhan. Indeks panen tanaman bawang merah memberikan hasil yang berbeda nyata pada semua umur pengamatan. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa indeks panen tertinggi terdapat pada perlakuan P1 yakni sebesar 0,83 yang berbeda nyata jika dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Sedangkan untuk hasil indeks panen terendah terdapat pada perlakuan P2. Perlakuan P2 tidak memberikan hasil yang baik. Hal ini ditunjukkan oleh nilai rerata indeks panen yang merupakan nilai paling rendah yakni 0,61 (Tabel 5). Penambahan biourin sapi dan EM4 menyebabkan semakin banyak mikroba yang ada di dalam tanah. Aktivitas mikroba membutuhkan unsur K sebagai katalisator (Yulhasmir, 2009). Kalium tersebut akan diikat dan disimpan dalam sel oleh mikroba. Kalium tersebut tersedia kembali apabila terjadi penguraian kembali. Selain itu unsur K merupakan unsur hara yang mudah tercuci (Hidayat et al., 2010). Biourin sapi dan EM4 berpotensi sebagai bahan pembenah tanah karena pada dasarnya biourin merupakan bahan organik yang memiliki fungsi lebih besar dalam memperbaiki kesuburan tanah. EM4 yang diaplikasikan memberikan pengaruh yang baik bagi sifat fisika tanah. Rajiman et al. (2008) menyatakan bahwa pembenah tanah baik berupa mikroba dan bahan organic dapat membantu proses agregasi. Bahan tersebut dapat menyatukan butir-butir menjadi agregat mikro yang selanjutnya membentuk agregat yang lebih besar. Proses agregasi butiran tanah dapat dipercepat dengan adanya unsure Ca yang terdapat pada EM4. Pada saat penelitian dilakukan pengukuran suhu dibawah naungan dan dihasilkan suhu berkisar antara 23-26°C. Sedangkan tanpa naungan nilai yang dihasilkan berkisar antara 24-2rC. Menurut Damud et al. (2011) bawang merah dapat tumbuh optimal pada suhu 25-32°C dan suhu rata-rata tahunan 30°C. berdasarkan keadaan tersebut, dapat dilihat bahwa suhu saat penelitian kurang mendukung pertumbuhan tanaman bawang merah walaupun umbi bawang merah masih terbentuk pada suhu 22°C (Sumarni et aI., 2012). Pemasangan naungan paranet 50% dilakukan karena saat penelitian masuk ke dalam musim hujan. Pemasangan naungan paranet bertujuan untuk mengurangi curah hujan yang tinggi sehingga dapat mempertahankan hasil produksi bawang merah. Tanaman yang tumbuh pada tempat yang lebih terlindung mempunyai titik kompensasi hasil asimilasi yang lebih rendah dibandingkan dengan tanaman yang tumbuh pada tempat yang lebih banyak menerima cahaya matahari. Pengurangan klorofil pada tanaman tersebut sejalan dengan pengurangan asimilat fotosintesis, ditunjukkan dengan menurunnya kadar bahan kering (Watanabe et aI., 1993). Rendahnya produksi ini, disebabkan peranan cahaya dalam metabolisme tanaman terhambat, sehingga dapat menurunkan biomassa. Menurunnya produksi juga diakibatkan oleh intensitas cahaya yang diterima tanaman rendah sehingga jumlah cahaya yang diterima oleh setiap luasan permukaan daun dalam waktu tertentu rendah (Ritchie, 2010). KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh biourin, EM4 dan pupuk organik dan anorganik terhadap pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum L) yang ditanam pada musim hujan dan pada kondisi ternaungi, dapat disimpulkan bahwa: 1. Penambahan biourin dan EM4 yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik dan kompos kotoran sapi memberikan hasil yang lebih baik dibanding tanpa bahan tambahan tersebut. 2. Perlakuan menggunakan biourin (1 I urin sapi + 5 kg kotoran padat sapi + 30 I air) dengan 50% dosis pupuk anorganik (50 kg ZA ha-1, 25 kg KCI ha" dan 35 kg SP36 ha') dan 25% dosis kompos kotoran sapi (5 ton ha') memberikan hasil terbaik pada bawang merah (12,7 ton ha'). 3. Pada musim penghujan menyebabkan pengurangan intensitas radiasi, terjadinya pencucian unsur hara, kerusakan daun tanaman, serangan hama dan penyakit yang menyebabkan rendahnya hasil bawang rnerah. 4. Penggunaan naungan paranet belum menunjukkan hasil yang diharapkan karena hasil bawang merah masih rendah dan waktu panen yang relative masih pendek (63 hst). DAFTAR PUSTAKA 8adan Pusat Statistik. 2014. Produksi Cabai Besar, Cabai Rawit dan Bawang Merah Tahun 2013, Badan Pusat Statistik Republik Indonesia. Jakarta. Diakses pada 17 Desember 2014. Damud, T. Supriyadi dan Mahananto. 2011 Pengaruh substitusi pupuk organik terhadap pupuk anorganik pada pertumbuhan dan hasil bawang merah (Allium ascalonicum L). J. Agrineca. 11 (2): 214-221. Dwidjoseputro, D. 1988. Pengantar Fisiologi Tumbuhan. PT Gramedia. Jakarta Hidayat, F., U. Sugiarti dan K. A. Chandra. 2010. Pengaruh bokashi limbah padat agar-agar dan pupuk anorganik terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawang merah (Allium ascalonicum L) Varietas Philiphina. J. Agrika. 4 (1): 21-29. Mirna, N., E.F.H, Salim dan Z.F. Gani. 2013. Pengaruh Biourine Sapi Terhadap Pertumbuhan Bibit Karet (Hevea brasiliensis Mull. Arg) Asal Stum Mata Tidur. J. Agroekoteknologi. 2 (1): 27-32. Murdianingtyas, P. Didik dan Nikardi, G. 2014. Pengaruh Pengurangan Daun Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Dua Varietas Paprika (Capsicum annum var. Grossum) Hidroponik. J. Vegetalika. 1 (3): 1-11. Mudji Santosa, M.D.Maghfour dan S. Fajriani. 2013. Pengaruh pemupukan dan pemberian biourin pada tanaman bawang merah di sawah petani Ngujung, Batu, Jatim. Naskah jurnal, Penelitian LPPM UB. Mudji Santosa dan A.Suryanto. 2014. Pengaruh pemupukan dan pemberian biourin pada tanaman 9 Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Bawang Merah (Allium asca/onicum L.). Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Brawijaya. Malang. Purnawanto, A.M. 2004. Studi Penggunaan Limbah Media Tanam Jamur Tiram dan Pemberian EM4 Pada Budidaya Bawang Merah. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas MUhammadiyah. Purwokerto. Rahmah, A., R. Sipayung dan T. Simanungkalit. 2013. Pertumbuhan dan Produksi Bawang Merah dengan Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan EM4. J. Agroekotekn%gi. 1 (4): 952-963. Rajiman, P.Yudono dan E. SUlistyaningsih. 2008. Pengaruh pembenah tanah terhadap sifat fisika tanah dan hasil bawang merah pada lahan pasir Pantai Bugel Kabupaten Kulon Progo. J. Agrinima/. 12 (1): 6777. Ritchie,R.J. 2010. Modelling Photosynthetic Photon Flux Density and Maximum Potential Gross Photosynthesis. Faculty of Technology and Environment. J. Photosynthetica. 48 (4): 596-609. Setiyowati, S. Haryanti dan Hastuti. R.B. 2010. Pengaruh Perbedaan Konsentrasi Pupuk Organik Cair Terhadap Produksi Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). J. Bioma. 12 (2): 44-48. Sumarni, N., R, Rosliani dan Suwandi. 2012. Optimasi jarak tanam dan dosis pupuk NPK untuk produksi bawang merah dari benih umbi mini di dataran tinggi. J. Hortikultura. 22 (2): 147-154. Watanabe, N., C. Fujii, M. Shirota, and Y. Furuta. 1993. Changes in chlorophyll, thylakoid proteins and photosynthetic adaptation to sun and shade environments in diploid and tetraploid Oryza punctata Kotschy and diploid Oryza eichingeri Peter. J. Plant Physiology and Biochemistry. 31 (4):469-474. Widyantara, W dan N.S. Vasa. 2013. Iklim Sangat Berpengaruh Terhadap Risiko Produksi Usahatani Bawang Merah (Allium ascalonicum L.). E-Jurnal Agribisnis dan Agrowisata. 2 (1): 3237. Yulhasmir. 2009. Konsentrasi EM4 dan Jarak Tanam Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Tanaman Jagung Dengan Sistem Tanpa Olah Tanah. J. Agronobis. 1 (1): 1-11 -, t • I•• SERTIFIKAT Diberikan kepada : Sebagai Dr. Ir. Mudji Santosa, MS Pemakalah dalam kegiatan Seminar Nasional Perhirnpunan Hortlkultura Indonesia (PERHORTI) 2015 yang diselenggarakan di Boqer pada tanggal19 - 20 Oktober 2015 Bogor, 20 Oktober 2015 Ketua Panitia
Similar documents
Bab - Hortikultura - Kementerian Pertanian
dari produksi nasional (Ditjen Hortikultura 2012). Penurunan produksi umumnya terkait dengan perubahan iklim yang berdampak pada peningkatan serangan hama dan penyakit tanaman serta penurunan luas ...
More information