klik disini... - (BPTP) Banten
Transcription
klik disini... - (BPTP) Banten
I.PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang pemenuhannya menjadi hak asasi setiap rakyat Indonesia dalam mewujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas untuk melaksanakan pembangunan nasional. Oleh karena itu, pemenuhan kebutuhan pangan merupakan salah satu indikator utama bagi tercapainya keberhasilan pembangunan nasional. Hal ini sejalan dengan amanat Undang - Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan yang menyatakan bahwa pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Kerjasama Pemerintah dan masyarakat tersebut diharapkan mampu mewujudkan ketahanan pangan, yaitu suatu kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup (baik jumlah maupun mutunya), aman, merata, dan terjangkau (Santoso, 2011). Sasaran ketahanan pangan nasional adalah (1). mewujudkan menyediaan pangan tingkat nasional, regional, dan rumah tangga yang cukup, aman, dan terjangkau, (2). meningkatkan keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, (3). meningkatkan kemampuan masyarakat dalam mengatasi masalah kerawanan pangan. Selanjutnya sasaran ketahanan/kemandirian pangan, utama pembangunan pembangunan pertanian pertanian adalah berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan. Sedangkan sasaran umum produksi pangan adalah ketersediaan pangan dalam jumlah yang aman melalui sasaran produksi padi 2011 sebesar 70,6 juta ton GKG dan Surplus beras 10 juta ton 2014 dengan peningkatan produktivitas dan perluasa areal tanam serta lahan baru (eksistensifikasi). Salah satu upaya untuk mencapai pertanian berkelanjutan dan pengentasan kemiskinan Badan Litbang Pertanian melalui model atau konsep baru diseminasi teknologi yaitu program Spektrum Dimention Multi Channel (SDMC) dan implementasinya dalam bentuk model Kawasan Rumah Pangan Lestari dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan panngan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Gerakan pengembangan Kawasan Rumah Pangan lestari (KRPL) merupakan salah satu upaya dalam implementasi Program percepatan Penganekaragaman Pangan Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 1 menuju kecukupan dan kemandirian pangan rumah tangga tani serta menuju Pola Pangan Harapan (PPH) 95% pada tahun 2015 telah dimulai Badan Litbang Pertanian sejak awal bulan Februari 2011 (Sinartani, 2011). Untuk itu, suatu kawasan harus menentukan komoditas pilihan yang sesuai dan yang dapat dikembangkan secara komersial dan berkelanjutan yang akan didukung dengan kebun bibit. 1.2. Perumusan Masalah Pangan merupakan komoditas yang sangat strategis, karena pangan merupakan kebutuhan dasar manusia dan rakyat Indonesia. Pemerintah dan masyarakat secara bersama – sama harus mampu memenuhi kebutuhan pangan nasional, baik dalam jumlah maupun nilai gizinya, untuk memujudkan sumberdaya manusia yang berkualitas dalam melaksanakan pembangunan nasional didalam kerangka mengisi kemerdekaan yang telah 66 tahun kita peroleh dan sebagaimana diamanatkan oleh Undang - Undang nomor 7 tahun 1996 tentang pangan yang menyatakan bahwa pemerintah bersama masyarakat bertanggungjawab untuk mewujudkan ketahanan pangan. Pemerintah secara konsisten telah menetapkan kebijakan bahwa ketahanan pangan nasional merupakan salah satu prioritas pembangunan nasional. Sasaran strategis ketahanan pangan nasional adalah mewujudkan kemandirian pangan melalui peningkatan produksi dan produktivitas serta peningkatan kapasitas masyarakat dibidang pertanian, perikanan dan kehutanan. Pencapaian sasaran strategis tersebut dilakukan melalui upaya terpadu yang dikoordinasikan oleh Badan Ketahanan Pangan Nasional. Upaya terpadu ini sangat penting karena sampai dengan saat ini pemerintah belum mampu untuk memenuhi kebutuhan pangan nasional dari produksi dalam negeri, sehingga masih rentan terjadinya rawan pangan. Beberapa indikator kerentanan kerawanan tersebut antara lain : masih tingginya nilai impor pangan, semakin menurunya lahan pertanian yang produktif, rendahnya diversifikasi konsumsi pangan, serta rendahnya akses masyarakat terhadap pangan. Promosi dan sosialisasi konsumsi pangan non beras kepada masyarakat masih kurang sehingga masyarakat pada umumnya masih memandang rendah konsumsi pangan non beras, yang berakibat sumber pangan non beras tersebut kurang diminati masyarakat meskipun kandungan gizinya tidak kalah dengan beras. Kondisi ini Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 2 menyebabkan tingkat konsumsi beras sangat tinggi, yaitu mencapai 139,5 Kg/kapita/tahun dan menjadi beban yang sangat berat bagi pemerintah untuk mencukupinya. Untuk mengubah pola konsumsi masyarakat perlu ada kegiatan promosi dan sosialisasi yang berkelanjutan dari semua pihak yang bertujuan membangun persepsi masyarakat bahwa diversifikasi pangan tidak berpengaruh pada gizi masyarakat bangsa Indonesia. Bagaimana menyediakan pangan rumah tangga yang cukup, aman dan terjangkau Karena pangan merupakan faktor yang sangat strategis dan berkorelasi langsung terhadap stabilitas nasional, maka pemerintah mempunyai komitmen untuk menjamin tersedianya pangan masyarakat. Menurut Peraturan Pemerintah nomor 68 tahun 2002 tentang Ketahanan Pangan, ditegaskan bahwa pemenuhan kebutuhan pangan diutamakan dari produksi dalam negeri dengan mengoptimalkan semua potensi nasional terutama potensi pangan lokal (Santoso, 2011). Pemanfaatan potensi agroekosistem daerah perlu ditunjang dengan relevansi dan dan kapasitas teknologi yang tersedia (Lakitan, 2011). Komitmen Kementrian Pertanian dalam mendukung ketahanan pangan nasional pada hakekatnya dilaksanakan secara berkelanjutan. Hal ini tercermin dari sasaran produksi padi 2011 sebesar 70,6 juta ton GKG dan Surplus beras 10 juta ton 2014. Bagaimana memanfaatkan pekarangan sebagai alternatif sumber pangan keluarga dalam menuju kecukupan dan kemandirian pangan. Dalam hal ini diperlukan teknologi dalam mengelola sayuran baik di pekarangan dan di polibag, teknik mengelola tanamana pangan, hias, toga , teknik mengelola ternak. Melalui gerakan KRPL ini diharapkan dapat menekan biaya pengeluaran rumahtangga tani dengan cara memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Bagaimana meningkatkan keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat dengan memafaatkan pekarangan rumah masyarakat ? Dalam hal ini, masyarakat memanfaatkan pekarangan rumah dengan menanan tanaman sayuran, tanaman toga, tanaman pagar sesuai potensi sumberdaya wilayah dan budaya setempat. Disamping memanfaatkan tanaman, masyarakat diharapkan dapat memanfaatkan ternak unggas untuk penyediaan pangan dan peningkatan pendapatan. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 3 Bagaimana diversifikasi pangan dapat dilakukan dengan memanfaatkan sumber pangan lokal yang berpotensi dikembangkan dalam menunjang ketahanan pangan ? Potensi pangan lokal di wilayah Provinsi Banten dipengaruhi oleh agroekosistem Pemanfaatan potensi pangan wilayah dan budaya masyarakat setempat. lokal seperti umbi-umbian, hortikultura dan ternak unggas diharapkan dapat menunjang ketahanan pangan masyarakat dan pangan daerah. Bagaimana peran penyuluhan dalam mendukung ketahanan pangan ? Swasembada beras pada tahun 1984 dan 2008 belum menunjukan keberhasilan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional karena tidak diikuti oleh meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat. Pada saat ini, Indonesia masuk kedalam jebakan pangan (food entrapment), yaitu terjadinya sentralisasi terhadap beras sebagai sumber pangan. Seharusnya, pangan tidak hanya berhenti pada karbohidrat tetapi juga protein, lemak, vitamin dan mineral. Kenyataannya, rata-rata konsumsi beras masyarakat Indonesia meningkat menjadi 139,15 kg/kap/tahun pada kurun waktu tahun 2006-2009. Nilai ini berada di atas rata-rata konsumsi beras dunia sebesar 60 kg/kap/tahun. Selajutnya berdasarkan data SUSENAS, skor pola pangan harapan (PPH) tahun 2009 mencapai 75,7 (sasaran 2015 = 95) yang mengindikasikan bahwa keragaman pola konsumsi pangan masyarakat belum terwujud, dan konsumsi masyarakat masih didominasi oleh kelompok padi-padian. Peran dan dukungan penyuluhan sangat diperlukan dalam program swasembada pangan, pemanfatan keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat, penganekaragaman pangan berbasis sumberdaya lokal, peningkatan keamanan pangaan serta penurunan konsumsi beras minimal sebesar 1,5% per tahun (Suprapto, A, 2011). Implementasi dukungan penyuluhan dapat dilihat dari UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, perikanan dan Kehutan, pengawalan dan pendampingan penyuluh di sentra produksi padi, jagung dan kedelai serta penetapan kebijakan satu desa satu penyuluh. Teknologi pertanian dari Badan Litbang yang telah tersedia dalam pengembangan produksi komoditas pangan, hortikultura,dan ternak serta pengolahan hasil pertanian dapat menunjang pemanfaatan pekarangan rumah oleh masyarakat. Hasil pemanfaatan pekarangan rumah diharapkan dapat mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga dan peningkatan pendapatan yang pada pada akhirnya akan meningkatkan kesejateraan masyarakat. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 4 1.3. Tujuan 1. Memperoleh data dan informasi rumah tangga tentang tingkat pemanfaatan pekarangan. 2. Meningkatkan keterampilan keluarga dalam pemanfaatan lahan pekarangan melalui diseminasi teknik budidaya sayuran, tanaman obat, pangan lokal, buahbuahan, ternak dan ikan. 3. Memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga secara lestari dan berkesinambungan melalui pemanfaatan lahan pekarangan dan Kebun Bibit Inti/Desa. 1.4. Keluaran 1. Tersedianya informasi karakteristik rumah tangga tentang pemanfaatan pekarangan pada 1 lokasi 2. Meningkatnya keterampilan keluarga dalam pemanfaatan lahan pekarangan sebanyak 50 orang. 3. Tersedianya kebun bibit Inti/Desa dengan komoditas sayuran, tanaman obat, pangan lokal dan buah-buahan sebanyak 200-250 pot/polibag, ternak sebanyak 2 unit dan ikan sebanyak 1 unit. 1.5. Perkiraan Outcome 1. Terciptanya 1 (satu) Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) melalui peningkatan keterampilan keluarga dan masyarakat dalam pemanfaatan lahan pekarangan di perkotaan maupun pedesaan untuk budidaya tanaman pangan, buah, sayuran dan tanaman obat keluarga (toga), pemeliharaan ternak dan ikan, pengolahan hasil serta pengolahan limbah rumah tangga menjadi kompos. 1.6. Prakiraan Manfaat (Benefit) 1. Melalui pengelolaan pekarangan dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga sebesar 15-20 %. 2. Pelaksanaan pelatihan rumahtangga keluarga mampu meningkatkan keterampilan dan pengetahuan dalam mengelola tanaman sayuran, pangan lokal, Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 5 tanaman obat di pekarangan, bedengan lahan, pot/polibag serta mengelola ternak itik dan kolam ikan di lokasi utama dan percontohan M-KRPL. 1.7. Perkiraan Dampak (Impact) 1. Optimalisasi pemanfaatan lahan pekarangan melalui penggunaan inovasi pertanian oleh keluarga/rumahtangga sebesar 15-20 %. 2. Tambahan pendapatan dan pemehuhan kebutuhan konsumsi serta penghematan pengeluaran keluarga/rumahtangga sebesar 15-20 %. II. TINJAUAN PUSTAKA Konsep dan batasan Rumah Pangan Lestari adalah rumah yang memanfaatkan pekarangan secara intensif melalui pengelolaan sumberdaya alam lokal secara bijaksana, yang menjamin kesinambungan persediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas, nilai dan penganekaragaman, dimana Model Kawasan Rumah Pangan lestari (Model KRPL) diwujudkan dalam satu dusun (kampung) yang dilengkapi dengan fasilitas umum dengan pengembangan komoditas pilihan secara komersial serta penyedian bibit untuk keberlanjutan (Kementrian Pertanian, 2011). Pemanfaatan lahan pekarangan ditujukan untuk memperoleh manfaat yang sebesarbesarnya melalui pengelolaan lahan pekarangan secara intensif dengan tata letak sesuai pemilihan komoditas. Pennelompokkan lahan pekarangan dibedakan atas pekarangan perkotaan dan pedesaan, masing-masing memiliki spesifikasi baik menetapkan komoditas yang akan ditanam, besarnya skala usaha pekarangan maupun cara menata tanaman ternak. Persoalan dalam proses produksi pangan segar dan olahan juga mempunyai banyak dimensi, mulai dari persoalan penyusutan luas lahan produksi akibat konversi penggunaannya untuk usaha non-pertanian pangan sampai pada petani yang tidak termotivasi untuk meningkatkan produktivitas lahannya karena tidak berkorelasi positif dengan peningkatan pendapatannya. Spektrum persoalan ini tak semuanya berada dalam koridor teknologi. Namun demikian, kompleksitas persoalan pangan tak boleh menyurutkan optimisme untuk meningkatkan peran dan kontribusi teknologi terhadap upaya pemenuhan kebutuhan pangan untuk seluruh rumah tangga Indonesia. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 6 Jutaan keluarga petani kecil produsen pangan menjadi penopang utama kebutuhan pangan 230 juta penduduk Indonesia hingga sekarang. Mereka mengelola sumberdaya lokal dengan mengkombinasikan budi daya tanaman pangan dan tanaman perdagangan serta ternak. Pola yang ini dikembangkan dari generasi ke generasi ini terbukti berhasil memenuhi kebutuhan pangan sendiri dan pendapatan keluarga, juga menjaga kelestarian lingkungan. Sekitar 25 juta rumah tangga petani Indonesia setiap tahunnya memproduksi pangan, meliputi padi, jagung, kedelai, ubi kayu, dan ubi jalar dengan nilai sekitar Rp 258,2 triliun (Kompas, 2010). Swasembada beras pada tahun 1984 dan 2008 belum menunjukan keberhasilan dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional karena tidak diikuti oleh meningkatnya keragaman produksi dan konsumsi pangan masyarakat. Pada saat ini, Indonesia masuk kedalam jebakan pangan (food entrapment), yaitu terjadinya sentralisasi terhadap beras sebagai sumber pangan. Seharusnya, pangan tidak hanya berhenti pada karbohidrat tetapi juga protein, lemak, vitamin dan mineral. Kondisi tersebut dapat terlihat dari semakin meningkatnya kebutuhan beras bagi masyarakat Indonesia. Pada tahun 1960-an, konsumsi beras per kapita rakyat Indonesia sekitar 130 kg/tahun. Namun, rata-rata konsumsi beras masyarakat Indonesia meningkat menjadi 139,15 kg/kap/tahun pada kurun waktu tahun 2006-2009. Nilai ini berada di atas rata-rata konsumsi beras dunia sebesar 60 kg/kap/tahun. Berdasarkan data SUSENAS, skor pola pangan harapan (PPH) tahun 2009 mencapai 75,7 (sasaran 2015 = 95) yang mengindikasikan bahwa keragaman pola konsumsi pangan masyarakat belum terwujud, dan konsumsi masyarakat masih didominasi oleh kelompok padi-padian (Berita Pertanian Online, Jum’at 17 September 2010). Produk pangan dari hutan pada umumnya berupa pangan non – beras. Produk pangan dari hutan tersebut belum banyak dimanfaaatkan oleh masyarakat, karena pola konsumsi yang masih mengandalkan beras. Dengan jumlah penduduk yang semakin bertambah serta persaingan pemanfaatan sumberdaya lahan yang semakin ketat, maka dominasi beras dalam peta konsumsi penduduk ini semakin memberatkan beban pemerintah dalam memenuhi kecukupan pangan masyarakat. Pemasyarakan diversifikasi pangan merupakan faktor yang sangat penting agar ketergantungan pada beras dapat dikurangi dengan meningkatkan kontribusi penyediaan pangan non beras. Pola konsumsi yang buruk sangat terkait erat dengan akses masyarakat dalam memperoleh sumber pangan akibat kemiskinan. Kenyataan Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 7 lapangan menunjukan bahwa banyak penduduk miskin yang mengalami rawan pangan. Untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat dapat diawali dari pemanfaatan lahan pekarangan, dimana pekarangan dapat dikelola oleh keluarga dalam menghasilkan bahan pangan seperti umbian, sayuran, buah-buahan, bahan tanman rempah dan obat ternak unggas sehingga diperoleh manfaat terpenuhinya kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, penghematan pengeluaran dan tambahan pendapatan (Kementrian Pertanian, 2011). Untuk menjamin keberlanjutan usaha pemanfaatan pekarangan maka ketersedian bibit perlu diperhatikan dengan membangun kebun Bibit Desa (KBD). Keberlanjutan pengembangan rumah pangan lestari dapat diwujudkan melalui pengaturan pola dan rotasi tanaman rumah pakan lestari sehingga dapat memenuhi pola pangan harapan dan memberikan kontribusi pendpatan keluarga. Pengembangan Kawasan Rumah Pangan Lestari di Kayen, Pacitan Jawa Timur memberikan dampak kepada Kepala Keluarga (KK) dimana setiap KK mampu menekan belanja pengeluaran kebutuhan rumahtangganya Rp. 125.000-Rp.445.000 per bulan dan Pola Pangan Harapan (PPH)nya naik dari 73.5% menjadi 87,5% (Sinar Tani , 2011). III. METODA PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Kegiatan Sasaran yang ingin dicapai dari Model KRPL ini adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial, dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Ruang lingkup kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari meliputi : (1) Konsinyasi, (2) Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok sasaran (3) Koordinasi dengan Dinas Terkait di Kabupaten/Kota untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, 4) memilih pendamping yang menguasai teknik perberdayaan masyrakat sesuai criteria yang telah ditentukan, 4) sosialisasi, menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan dan membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan kepada kelompok sasaran dan pemuka masyarakat serta petugas instansi terkait (5) penguatan Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 8 Kelembagaan Kelompok, (6). Perencanaan kegiatan, terutama rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan (7). Pelatihan (8) pelaksanaan kegiatan , (9) Temu lapang (10). Monitoring dan evaluasi, (11) pelaporan. 3.2. Waktu dan Lokasi Pengkajian Pelaksanaan kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan lestari diadakan di Kabupaten Serang dengan 2 (dua) lokasi kegiatan yaitu Kebun Percobaan Singamerta, Kecamatan Ciruas dan Desa Kramat Watu, Kecamatan Kramat Watu. Pemilihan komoditas disesuaikan berdasarkan agroekosistem setempat. Kegiatan pengkajian dimulai pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2011. 3.3. Bahan dan Alat Bahan vertikultur (rak, media tanam dll), bahan tanaman bedengan, benih/bibit tanaman toga, sayuran,buah dan pangan local serta tanaman pagar, pupuk, bahan kandang (bamboo, waring dll), ternak unggas dan perikanan. 3.4. Metode Pelaksanaan Prosedur pelaksanaan yang akan digunakan dalam kegiatan kawasan rumah pangan lestari, mengacu pada pedoman umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (MKRPL). Tahapan-tahapan yang akan dilaksanakan dalam MKRPL, yaitu : 1. Tahap Persiapan. Kegiatan yang akan dilakukan dalam tahap ini, adalah : (a) Pengumpulan informasi awal tentang potensi sumberdaya dan kelompok sasaran, (b) Pertemuan dengan dinas terkait untuk mencari kesepakatan dalam penentuan calon kelompok sasaran dan lokasi, (c) Kooordinasi dengan Dinas Pertanian dan Dinas Terkait lainnya di Kabupaten, (d) Memilih pendamping yang menguasai teknik pemberdayaan masyarakat sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan. 2. Tahapan Pembentukan Kelompok: Kelompok sasaran adalah rumahtangga atau kelompok rumahtangga dalam satu Rukun Tetangga, Rukun Warga atau satu dusun/kampung. Pendekatan pembentukan kelompok adalah partisifatif dengan melibatkan kelompok sasaran, tokoh masyrakat dan perangkat desa. Kelompok dibentuk dari, oleh, dan untuk kepentingan para anggota kelompok itu sendiri. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 9 3. Sosialisasi: Kegiatan sosialisasi dilakukan terhadap kelompok sasaran, pemuka masyarakat dan petugas pelaksana terkait maksud dan tujuan kegiatan serta membuat kesepakatan awal untuk rencana tindak lanjut yang akan dilakukan. 4. Survey baseline data tentang sosiobiofisik dan profil rumahtangga/KK di wilayah desa lokasi KRPL. Identifikasi stratifikasi rumahtangga atau pengelompokkan tipe lahan rumahtangga kepada : a). Kelompok lahan pekarangan sempit (tanpa halaman), b). pekarangan sempit (< 120 m2), c). pekarangan sedang (120-400m2) dan d). pekarangan luas (> 400 m2). 5. Penguatan Kelembagaan Kelompok, dilakukan untuk meningkatkan kemampuan kelompok dalam memperoleh dan memanfaatkan informasi serta dapat bekerjasama (gotong royong). 6. Perencanaan Kegiatan: adalah melakukan perencanaan/rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran dan obat keluarga dan ternak serta penyusunan rencana kerja oleh kelompok. 7. Pelatihan : Jenis pelatihan yang dilakukan diantaranya: teknik budidaya tanaman pangan, buah dan sayuran, toga, teknik budidaya ikan dan ternak, pengolahan hasil dan pemasaran serta teknologi pengelolaan limbah rumah tangga. Jenis pelatihan lainnya adalah tentang penguatan kelembagaan. 8. Pelaksanaan : Pelaksanaan kegiatan dilakukan oleh kelompok dengan pengawalan teknologi oleh peneliti dan pendampingan antara lain oleh Penyuluh. 3.3.1. Pelaksanaan kegiatan M-KRPL “Model Kawasan Rumah Pangan Lestari” yang dibangun dari Rumah Pangan Lestari (RPL) prinsipnya pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan. Tujuannya untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, peningkatan pendapatan serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemanfaatan lahan pekarangan untuk pengembangan pangan rumah tangga merupakan salah satu alternatif untuk mewujudkan kemandirian pangan rumah tangga. Kegiatan KRPL akan dilaksanakan di 2 (dua) Lokasi, yaitu di Kebun Percobaan Singamerta, Kecamatan Ciruas dan di desa Kramat Watu, Kecamatan Kramat Watu, Kabupaten Serang. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 10 Sesuai dengan tujuan KRPL tersebut, maka kegiatan dan program utama yang akan dilaksanakan, diantaranya : 1. Lahan Bedengan, kegiatan yang dilakukan diantaranya : Pembuatan bedengan Menyiapkan media tanam dan pemupukan (pupuk kandang, kompos, pupuk anorganik dan pestisida). Menyediakan ajir untuk tanaman, benih, bibit sayuran dan pangan lokal 2. Kegiatan peternakan, kegiatan yang dapat dilakukan, diantaranya : Fasillitasi perbaikan dan pembuatan sarana kandang itik Penyediaan ternak itik Pemanfaatan kotoran ternak sebagai pupuk organik dengan menggunakan dekomposer 3. Kegiatan perikanan, kegiatan yang dilakukan, diantaranya : Pembuatan kolam ikan Penyediaan benih ikan (lele dan nila). 4. Kebun Bibit Desa dan Kebun Bibit Inti Untuk mendukung peningkatan kemandirian pangan dan keberlanjutan produksi sayuran, pangan lokal, tanaman obat keluarga, dan buah-buahan, perlu adanya kebun bibit. Kebun Bibit dimaksudkan untuk menyediakan bibit/benih tanaman yang akan dikembangkan dilahan pekarangan masyarakat secara lestari (berkesinambungan). Keberadaan kebun bibit ini dapat memenuhi kebutuhan bibit kelompok/luar kelompok, mengatasi kesulitan bibit tanaman, dapat menambah pendapatan keluarga. Pembangunan Kebut Bibit Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI) terutama untuk tanaman sayuran, umbi-umbian dan toga. Kebun Bibit Inti dapat berada di BPTP, sedangkan Kebun Bibit Desa berada dilingkungan kawasan. Kegiatan yang dilaksanakan di KBD dan KBI, diantaranya : a. Memfasilitasi bangunan kebun bibit. b. Menyiapkan media tanaman dan pemupukan untuk tanaman. c. Bibit tanaman diperbanyak dengan polibag, pot atau lahan. d. Menyediakan benih dan bibit tanaman, yaitu tanaman sayuran, tanaman obat keluarga, pangan lokal, buah-buahan serta tanaman pagar. 5. Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia Untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia pelaksana KRPL, maka perlu adanya kegiatan pelatihan-pelatihan, workshop, magang, dan study banding. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 11 Pelaksana kegiatan yaitu peneliti, penyuluh, teknisi, staf BPTP, petugas/penyuluh dilokasi MKRPL, kooperator anggota rumah tangga/Kepala keluarga/ibu rumah tangga/PKK. Pelatihan-pelatihan yang dapat diberikan, diantaranya : a. Pelatihan dengan materi mengelola tanaman sayuran di rak vertikulture/pot polibag/bedengan. b. Pelatihan menyediakan media tanam, benih/bibit sayuran, tanaman obat keluarga, dan pangan local. c. Pelatihan pembuatan kompos dari limbah pertanian d. Penumbuhan kelompok tani dalam pengelolaan KBD. 3.3.2. Pemanfaatan lahan Pekarangan Pemanfaatan pekarangan dengan sayuran dapat dipilih model budidaya vertikulur baik gantung atau tempel dan pada pot/polibag dengan komoditas pilihan sayuran, pangan lokal dan tanaman toga. Untuk model budidaya kandang dapat dipilih ternak unggas sedangkan untuk model bedengan dan model surjan dapat dipilih komoditas sayuran/buah/umbi/kacang-kacangan. Pemilihan komoditas disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi lahan pekarangan yang akan dimanfaatkan. Pola penataan pekarangan MKRPL mengikuti tingkat strata berdasarkan luasan lahan. Untuk tanaman sayuran dapat dipilih : sawi, kangkung, bayam, kemangi, kacang panjang, saledri, kemangi, selada dll. Untuk tanaman obat keluarga (Toga) dapat dipilih jahe, kencur, antanan, sambiloto, kunyit dll. Untuk Umbi-umbian dan kacang-kacangan dapat dipilh adalah ubi kayu, tales dan ubi jalar. Tanaman pagar yang dapat dipilih adalah mangkokan, kedondong, singkong yang dapat digunakan untuk lalapan dan pangan local. Tanaman pagar gamal dapat dimanfaatkan sebagai pagar hidup dan pakan ternak yang disukai oleh ternak ruminansia kecil seperti kambing dan domba. Sedangkan ternak yang dapat dimanfaatkan adalah itik dengan tujuan menghasilkan telur dan daging. 3.3.3. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari adalah penataan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, maupun ternak (ikan/unggas/domba). Berdasarkan prinsip tersebut maka dilakukan pengelompokkan lahan pekarangan. Kelompok lahan pekarangan dapat dibagi menjadi pekarangan sempit (tanpa halaman), pekarangan sempit (< 120 m2), pekarangan sedang (120Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 12 400m2) dan pekarangan luas (> 400 m2). Pengelompokan lahan pekarangan selanjutnya dilakukan pola penataan pekarangan mengikuti strata berdasarkan luasan lahan (Tabel 1). Tabel 1. Pola Penataan Pekarangan Mengikuti Strata Berdasarkan Luasan Lahan (BBP2TP, 2011) Strata Pola Penataan Komoditas I (teras) 1. Vertikultur tegak 2. Vertikultur bertingkat 3. 10 pot tanah Sayuran petik (pakcoi, selada bokor, selada hijau, bayam hijau, bayam merah, kucai, kangkung, seledri, sutra sayuran (cabe, tomat, kenikir). Tanaman obat keluarga II (pekarangan sempit) 1 Mini fountain 1 vertikultur melingkar Berbagai jenis sayuran, ikan dan tanaman obat keluarga III (pekarangan sedang) 1 Mini fountain 1 vertikultur bertingkat 1 kandang unggas bedengan Sayuran, tanaman obat keluarga, umbi-umbian, ikan, unggas, dan tanaman buah-buahan IV (pekarangan luas) Kolam, kandang unggas, Sayuran, toga, umbi-umbian, ikan, bedengan polibag unggas dan tanaman buah Kebun Bibit Kelompok Desa Persemaian bedengan, Sayuran, toga, umbi-umbian, ikan, persemaian vertikultur unggas dan tanaman buah dan persemaian di nampan bertingkat Setelah lahan pekarangan rumahtangga/kelompok ditentukan maka dilakukan perencanaan rancang bangun pemanfaatan lahan pekarangan dengan menanam berbagai tanaman pangan, sayuran, obat keluarga dan ternak serrta pengelolaan limbah rumahtangga. Dari rancang bangun pemanfaatan lahan ini akan diperoleh model KRPL di setiap lokasi/Kabupaten/ kota sesuai dengan potensi sumberdaya dan agroekosistem wilayah setempat. 3.3.4. Pengumpulan Data Data bersumber dari data sekunder dan data primer. Data sekunder diawali dengan pengumpulan rujukan yang relevan, pengumpulandata dari instnasi BPS, Dinas Pertanian Provinsi/Kabupaten/Kota, Badan Ketahanan Pangan Provinsi/Kabupaten, Kecamatan. Data primer bersumber dari petugas di Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, Gapoktan/Poktan dan rumahtangga/kepala keluarga/KK. Jumlah rumahtangga/KK per RT/RK di wilayah desa/kabupaten lokasi KRPL terpilih akan ditentukan bersama-sama dengan pihak yang terkait. Untuk pengumpulan data identifikasi rumahtangga/KK di Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 13 lokasi KRPL dilakukan dengan wawancara secara perorangan dan focus group discussion (FGD) dengan kuisioner terstruktur. IV. HASIL dan PEMBAHASAN 4.1. Lokasi Kegiatan Kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di Provinsi Banten berada di 3 (tiga) lokasi. Lokasi M-KRPL yang utama di Desa Kramatwatu, Kec. Kramatwatu, Kab. Serang. Untuk percontohan berada di lingkungan sekitar kantor BPTP Banten. Dilokasi ini juga dibangun Kebun Bibit Inti (KBI) yang nantinya akan mensuplai benih di Kebun Bibit Desa (KBD). Selain itu juga dilaksanakan dilokasi Kampung Ternak Domba Terpadu di Kelurahan Juhut, Kec. Karang Tanjung, Kab. Pandeglang. 4.2. Sinergi program antara BPTP Banten dengan program pemerintah daerah dan pemangku kepentingan yang lain Pertemuan koordinasi, sosialisasi dan sinkronisasi kegiatan telah dilakukan oleh BPTP Banten. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi sinergitas program kegiatan yang ada di Pemda (Distanak, BKPD, dan instansi lainnya). Kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan dengan : 1) Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan (BKPP) Kab. Serang dan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kec. Kramatwatu, Kab. Serang Koordinasi dan sinkronisasi dengan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Kab. Serang. Pertemuan dihadiri oleh Ir. H. Budi Prihasto (Kepala BKPP Kab. Serang) dan Ir. Mewa Ariani, MS (Kepala BPTP), Kepala BPP Kramat Watu Bp. Hopid dan staf BPTP, staf BKPP Kab. Serang dan PPL di BPP Kec. Kramatwatu. Pertemuan membahas rencana kegiatan Rumah Pangan Lestari yang telah dicanangkan oleh Presiden SBY yang ditindak lanjuti oleh Kementerian Pertanian melalui Program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Dalam pertemuan membahas rencana kegiatan seperti MKRPL yang dilaksanakan BKPP th. 2011, sedangkan dari BPTP merencanakan mencari lokasi dengan persyaratan lokasi strategis, masyarakatnya kooperatif, partisipatif dan inovatif. Diharapkan dengan kegiatan MKRPL yang telah jadi dapat direplikasi oleh masyarakat dan pemerintah daerah, sehingga tujuan MKRPL untuk meningkatkan kemandirian pangan dan kesejahteraan masyarakat meningkat akan tercapai. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 14 Berdasarkan hasil pertemuan koordinasi dan sosialisasi tersebut ditetapkan lokasi MKRPL berada di perumahan Griya Anggrek RW 04 RT 04 Desa Kramatwatu, Kec. Kramat Watu, Kab. Serang. Pelaksanaan kegiatan MKRPL telah mendapat dukungan dari Pemerintah daerah. Bentuk dukungan tersebut diimplementasikan dengan pelaksana pendamping lapangan. Gb 1. Koordinasi dan sinkronisasi kegiatan di kantor BPP Kramat Watu antara Ir. Budi Prihasto (Kepala BKPP Kab. Serang) dan Ir. Mewa Ariani, MS (Kepala BPTP Banten) 2) Gb 2. Pertemuan antara BKPP, BPTP, BPP serta ketua RT dan warga Perum Griya Anggrek. Sosialisasi ke Pemerintah Daerah Prov. Banten Kegiatan sosialisasi MKRPL telah dilakukan ke Pemerintah Daerah Prov. Banten, yaitu pada saat kegiatan “Diseminasi Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi” yang dilaksanakan oleh BPTP Banten. Sosialisasi M-KRPL dilaksanakan dengan kegiatan penyerahan benih/bibit sayuran secara simbolis oleh Wakil Gubernur Provinsi Banten Bp. Muhammad Masduki kepada kepala BKPP Kab. Serang, PPL Kec. Kramatwatu serta Ketua dan anggota MKRPL Desa. Kramatwatu. Kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepalakepala SKPD intansi terkait bidang Pertanian. Gb 3. Wakil Gubernur Prov. Banten menyerahkan bibit sayuran secara simbolis kepada Perwakilan kelompok M-KRPL Desa Kramatwatu Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten Gb 4. Kepala BPTP Banten memberikan penjelasan M-KRPL ke Wakil Gubernur Prov. Banten dan Kepala-Kepala SKPD instansi terkait 15 3) Sosialisasi ke Instansi dan Perumahan Griya Anggrek Berdasarkan hasil koordinasi dan kunjungan lapangan yang dilaksanakan bersama-sama dengan BKPP Kab. Serang dan BPP Kec. Kramatwatu ditetapkan lokasi kegiatan di Perumahan Griya Anggrek RW 04 RT 04 sebagai Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Tipe perkotaan. Selanjutnya dilakukan kegiatan sosialisasi MKRPL di perumahan Griya Anggrek, yang dihadiri oleh Kepala BKPD Prov. Banten, Kepala BPTP Banten, Bappeda Prov. Banten, Distanak Kab. Serang, Kecamatan Kramatwatu, Kepala Desa Kramatwatu, Ketua RW 04, Ketua RT 04, pengurus RT dan warga setempat. Hasil sosialisasi menunjukkan respon yang baik dan kooperatif dari warga, sehingga kegiatan MKRPL dapat dilaksanakan di lokasi tersebut. Gb 5. Sosialisasi kegiatan ke warga Perum Griya Anggrek RW 04 RT 04 Desa Kramatwatu Gb 6. Sosialisasi dan pertemuan pelaksanaan kegiatan M-KRPL ke instansi terkait 4.3. Pendampingan Implementasi kegiatan M-KRPL 1). Identifikasi Rumah Tangga Tahap kegiatan selanjutnya dalam MKRPL adalah identifikasi rumah tangga dan kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi stratifikasi rumahtangga atau pengelompokkan tipe lahan rumahtangga kepada : a). Kelompok lahan pekarangan sempit (tanpa halaman), b). pekarangan sempit (< 120 m2), c). pekarangan sedang (120-400 m2) dan d). pekarangan luas (> 400 m2). Kegiatan dilaksanakan melalui wawancara dan pengisian kuesioner rumah tangga terhadap 50 responden. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa, dilokasi kegiatan terdapat variasi lahan pekarangan yang berada di depan, samping dan belakang rumah. Namun sebagian besar tergolong tipe lahan pekarangan sempit (< 120 m2) dan pekarangan sedang (120 – 400 m2). Umumnya setiap rumah mempunyai pohon mangga (arum manis, Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 16 manalagi), dan sebagian besar pekarangan ditanami dengan tanaman hias diantaranya euphorbia, anthurium, dll. Selain itu terdapat kolam-kolam air dan lahan kosong yang belum dimanfaatkan dan sebagian kecil ada ditanami cabe. Kegiatan pengumpulan identifikasi rumah tangga sampai pada tahap kegiatan entry data. Gambar 7 dan 8. Kegiatan wawancara dan pengisian kuesioner identifikasi rumah tangga 2). Pembentukan Kelompok Untuk mendukung pengembangan kegiatan MKRPL di lokasi kegiatan, maka perlu dibentuk suatu kelembagaan yang terpadu. Tahap awal adalah pembentukan kelompok sebagai dasar untuk penumbuhan kegiatan agribisnis. Terdapat 5 (lima) dasa yang ada di RT.04 perumahan Griya Anggrek, yaitu ; Anggrek I, Anggrek II, Anggrek III, Anggrek IV dan Anggrek Raya. Selanjutnya dibentuk Kelompok Wanita Nuju Rahayu dengan susunan organisasi, yaitu : Ketua Sekretaris Bendahara Ketua Kelompok - Anggrek Raya - Anggrek 1 - Anggrek 2 - Anggrek 3 - Anggrek 4 Anggota Kelompok - Anggrek Raya : : : : : : : : : : : - Anggrek 1 - Anggrek 2 : : - Anggrek 3 - Anggrek 4 : : Eriani Ningsih Mimin Mintarsih Yayah Sri W Rita Wiwik Lilis Sunayati Upik, H. Sukimarta, Hj. Ati, Rumiati, Nani Suryati,Tati, Nur Aeni, Epon R, Hj. Eni R, Sunaiyah, Hj. Ida N Nurhaeti, Ernawati, Wadisi, Istiyanah, Sulasmi Sofiatun, Agustina, Sri W, Hartini, Umiyanah,Supatmi, Halimah, Roudatus S, Irmawati Paini, Hj. Kori K, Siti Robiah, Anggun Ida R, Ratu M,Yayah R, Hj.Nani, Narwati, Hj. E Siti R, Maria S, Neti A, Yani N, Mimi R, Lisa H, Umi K, Siti H Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 17 3) Peningkatan Kualitas Sumberdaya Manusia Tahapan kegiatan selanjutnya setelah pembentukan kelembagaan adalah penguatan kelembagaan kelompok. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan kelompok dalam memperoleh dan memanfaatkan informasi serta dapat bekerjasama (gotong royong) dalam pelaksanaan MKRPL. Kegiatan peningkatan kemampuan sumberdaya manusia yang telah dilaksanakan adalah berupa pelatihan, study banding dan workshop, yang diikuti oleh Tim KRPL di BPTP Banten, petugas dan Kelompok di Desa Kramat Watu. Kegiatan tersebut adalah : a) Study Banding Kegiatan study banding oleh anggota kelompok Desa Kramat watu ke BPTP Banten dan berkunjung ke kebun Balitro dan BBP2TP pada acara pameran Pekan Pertanian Spesifik Lokasi di Bogor. Untuk Tim BPTP Banten melakukan study banding ke BPTP DKI Jakarta yang telah melaksanakan kegiatan RPL dan Situ Cipule Kab. Karawang Jawa Barat, tempat kunjungan ibu Presiden. Diharapkan dengan kegiatan study banding akan meningkatkan informasi dan tempat pembelajaran bagi kelompok untuk dapat diterapkan sendiri di kelompoknya. Gb 9 dan 10. Tim KRPL berada di kebun bibit desa Situ Cipule Kab. Karawang, Jawa Barat dan KWT Perum Griya Anggrek RT 04 melakukan study banding ke Balitro dan BBP2TP di Bogor b) Workshop Kegiatan workshop diadakan oleh Balai Besar Pengembangan dan Pengkajian Teknologi Pertanian (BBP2TP) Bogor, yang di ikuti oleh Tim BPTP Banten. Dalam kegiatan tersebut dijelaskan mengenai pelaksanaan MKRPL di seluruh BPTP dengan Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 18 mencontoh kegiatan yang telah ada di Pacitan, Jawa Timur. Selain itu juga harus melakukan sinergi dengan instansi terkait di Provinsi, organisasi-organisasi dan sinergi dengan kegiatan di Kementerian lainnya. c) Pelatihan Kegiatan pelatihan diadakan di BPTP Banten dan dilokasi kegiatan MKRPL yang diikuti oleh seluruh Tim di BPTP Banten dan warga kelompok Perum Griya Anggrek RW 04 RT 04. Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan adalah : Pelatihan persiapan media tanam (tanah dan pupuk) serta penyemaian benih/bibit sayuran di tray/rak vertikulture/pot polibag/dan bedengan, dengan narasumber Tim BPTP Banten dan PPL Kec. Kramatwatu. Pelatihan pelaksanaan kegiatan MKRPL dengan materi “Budidaya Tanaman di Pekarangan mendukung KRPL” dengan narasumber BPTP DKI (Dr. Yudi Sastro dan Muhammad Nur, Amd) Gb 11 dan 12. Pelatihan persiapan media tanam dan penanaman sayuran di rak vertikultur/ pot/polybag di Desa Kramatwatu 4.4. Kebun Bibit Inti/Desa Untuk mendukung peningkatan kemandirian pangan dan keberlanjutan produksi sayuran, pangan lokal, tanaman obat keluarga, dan buah-buahan, perlu adanya kebun bibit. Kebun Bibit dimaksudkan untuk menyediakan bibit/benih tanaman yang akan dikembangkan dilahan pekarangan masyarakat secara lestari (berkesinambungan). Keberadaan kebun bibit ini dapat memenuhi kebutuhan bibit kelompok/luar kelompok, mengatasi kesulitan bibit tanaman, dapat menambah pendapatan keluarga. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 19 Pembangunan Kebut Bibit Desa (KBD) dan Kebun Bibit Inti (KBI) terutama untuk tanaman sayuran, umbi-umbian dan toga. Kebun Bibit Inti dapat berada di BPTP, sedangkan Kebun Bibit Desa berada dilingkungan kawasan. Kegiatan yang dilaksanakan di KBI adalah menyediakan benih dan bibit tanaman, yaitu tanaman sayuran, tanaman obat keluarga, pangan lokal, buah-buahan serta tanaman pagar dan KBD saat ini pada tahap menyediakan benih/bibit sayuran untuk kelompok. Gb 13 dan 14. Inisiasi Kebun Bibit Inti (KBI) di BPTP Banten dengan komoditas sayuran, tanaman obat dan buah-buahan. Gb 15 dan 16. Kepala BPTP Banten dan Kepala BKPD Prov. Banten memberikan arahan untuk kegiatan Inisiasi Kebun Bibit Desa (KBD) di Perum Griya Anggrek RW 04 RT 04 Desa Kramat Watu Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 20 4.5. Model Kawasan Rumah Pangan Lestari (M-KRPL) Prinsip Kawasan Rumah Pangan Lestari adalah penataan pekarangan dengan berbagai jenis tanaman pangan, sayuran, buah-buahan, maupun ternak (ikan/unggas/domba). Pada saat ini kegiatan M-KRPL telah diterapkan di Desa Kramatwatu, Kec. Kramatwatu, Kab. Serang dan di Desa Juhut, Kecamatan Karang Tanjung, Kab. Pandeglang. Kegiatan yang telah dilakukan terkait dengan komoditas tanaman adalah : a. Desa Kramat Watu Pada saat ini di Desa Kramatwatu dengan tipe lahan perkotaan terdapat 3 (tiga) paket kegiatan, yaitu : 1. Strata I (teras) : 1 rak vertikulture, pot/polybag dengan tanaman sayuran kangkung, bayam, caisim dan bawang merah. 2. Strata II (pekarangan sempit) : 1 rak vertikulture, pot/polybag dan bedengan lahan kecil dengan tanaman kangkung, bayam, caisim, bawang merah, cabe dan tomat. 3. Strata III (pekarangan sedang) : - 1 rak vertikulture, pot/polybag dan bedengan lahan sedang dengan tanaman sayuran kangkung, bayam, caisim, bawang merah, cabe, dan kolam ikan lele - lahan bedengan dengan komoditas tumpangsari kacang tanah dan jagung, serta bedengan kacang panjang. Gambar 17. Pemanfaatan Lahan Pekarangan di Desa Kramatwatu Strata I (teras) 1 rak vertikulture, pot/polybag sayuran Strata II (pekarangan sedang) 1 rak vertikulture, pot/polybag dan bedengan lahan kecil tanaman sayuran Strata III (pekarangan sedang) : 1 rak vertikulture, pot/polybag dan bedengan lahan tanaman sayuran dan tanaman hias, serta kolam ikan lele Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 21 Strata III (pekarangan sedang) : lahan bedengan kacang panjang dan tumpangsari jagung dan kacang tanah b. BPTP Banten Pada saat ini di sekitar lingkungan kantor BPTP Banten baik yang disekitar kantor dan di Kebun Percobaan Singamerta terdapat 4 (empat) paket kegiatan, yaitu : 1. Strata I (teras) : rak vertikulture, pot/polybag dengan tanaman sayuran kangkung, bayam, caisim, bawang merah, selada, cabe, seledri, kucai, tanaman hias (sedap malam) dan tanaman obat-obatan (kencur, sambiloto, daun dewa, dll). 2. Strata II (pekarangan sempit), terdiri dari : - rak vertikulture, pot/polybag dan bedengan lahan kecil dengan tanaman kangkung, bayam, caisim, bawang merah, cabe dan tomat. - 1 rak vertikulture, pot/polybag dengan tanaman kangkung, bayam, caisim, bawang merah, cabe, selada, tomat dan kolam ikan lele. 3. Strata III (pekarangan sedang) : lahan bedengan dengan komoditas sayuran caisim, kangkung, bayam, kacang panjang, dan timun. 4. Strata IV (pekarangan luas) : rak vertikulture, pot/polybag dan bedengan lahan sedang dengan tanaman sayuran kangkung, bayam, caisim, bawang merah, cabe, tanaman hias (sedap malam), kolam ikan nila, ternak itik, domba/kambing dan pembuatan kompos Gambar 18. Pemanfaatan Lahan di BPTP Banten Strata I (teras) : rak vertikulture, pot/polybag dengan tanaman sayuran kangkung, bayam, caisim, bawang merah, selada, cabe, seledri, kucai, tanaman hias (sedap malam) dan tanaman obat-obatan (kencur, sambiloto, daun dewa, dll) Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 22 Strata II (Pekarangan sedang) 1 rak vertikulture, pot/polybag dengan tanaman kangkung, bayam, caisim, cabe, selada, tomat, terong dan kolam ikan lele Strata IV(pekarangan luas) : rak vertikulture, pot/polybag dan bedengan lahan sedang dengan tanaman sayuran kangkung, bayam, caisim, bawang merah, cabe, tanaman hias (sedap malam), kolam ikan nila, ternak itik, ternak domba dan pembuatan kompos Strata III (pekarangan sedang) : lahan bedengan dengan komoditas sayuran caisim, kangkung, bayam, kacang panjang, dan timun Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 23 c. Kelurahan Juhut Pada tahun 2011 BPTP mempunyai kegiatan program Model pengembangan pertanian perdesaan melalui inovasi (M-P3MI) salah satunya berada di Kelurahan Juhut, Kec. Karang Tanjung, Kab. Pandeglang. Salah satu target yang ingin dicapai dari program MP3MI di wilayah ini al : meningkatkan perluasan produksi sayuran dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Umumnya petani di Kelurahan Juhut lahan sayuran berada jauh dari pemukiman, sedangkan kegiatan beternak domba berada di sekitar pemukiman. Oleh karena itu di laksanakan inisiasi M-KRPL di Kelurahan Juhut, dengan tipe pemanfaatan lahan pekarangan perdesaan. Diharapkan kegiatan ini dapat meningkatkan pendapatan dan mempersingkatkan waktu dan jarak tempuh dalam bertanam sayuran. Pada saat ini di Kelurahan Kramatwatu dengan tipe lahan perdesaan terdapat 3 (tiga) paket kegiatan, yaitu : 1. Strata I (teras) : rak vertikulture, pot/polybag dengan tanaman sayuran kangkung, caisim, daun bawang, seledri dan kembang kol. 2. Strata II (pekarangan sempit) : rak vertikulture, pot/polybag dengan tanaman sayuran kangkung, caisim, daun bawang, seledri, kembang kol dan kandang domba. 3. Strata III (pekarangan sedang) : - pot/polybag dengan tanaman sayuran kembang kol, kandang domba, dan inisiasi tempat kompos domba. - lahan bedengan dengan komoditas pangan lokal (talas beneng). Gambar 19. Pemanfaatan lahan pekarangan di Kelurahan Juhut Strata I (teras) : rak vertikulture, pot/polybag dengan tanaman sayuran kangkung, caisim, daun bawang, seledri dan kembang kol Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten Strata III (teras) : pot/polybag dengan tanaman kembang kol, kandang domba, tempat kompos 24 Gb. Strata III : lahan bedengan dengan komoditas pangan lokal (talas beneng) Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten Gb. Kepala BPTP Banten menyerahkan bibit secara simbolis untuk inisiasi M-KRPL di Desa Juhut 25 IV. KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Terdapat 3 (tiga) paket kegiatan Model Kawasan Rumah Pangan Lestari yang telah telah diterapkan yaitu Desa Kramatwatu, Kab. Serang dan telah diinisiasi di Kelurahan Juhut, Kab. Pandeglang serta ada 4 (empat) paket kegiatan di sekitar kantor BPTP Banten. 2. Pada akhir tahun 2011 telah berkembang Kebun Bibit Inti/Desa sehingga dapat menyediakan berbagai macam komoditas tanaman (sayuran, tanaman obat, buahbuahan, dan pangan lokal) yang siap digunakan oleh stakeholder baik instansi terkait dan warga disekitarnya. SARAN Perlu adanya kegiatan sosialisasi dan sinkronisasi kegiatan ke pemerintah daerah, kementerian/Lembaga lainnya, lembaga dan organisasi-organisasi lainnya. Kegiatan ini dapat mempercepat keberhasilan kegiatan MKRPL. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 26 DAFTAR PUSTAKA Anonimous. 2008a. Teknologi Budidaya Itik. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan litbang Pertanian. 16 halaman. Anonimous. 2008b. Teknologi Budidaya cabai Merah. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan litbang Pertanian. 24 halaman. Kementrian Pertanian 2011. Pedoman Umum Model Kawasan Rumah Pangan Lestari. Kementrian Pertanian. 42 halaman. Lakitan, B. 2011. Sinas Ketahanan Pangan untuk Kesejahteraan Rakyat. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXXI. Hotel Peninsula Jakarta, 29 September 2011. 20 halaman. Santoso, H. 2011. Peran Sektor Kehutanan Dalam Mendukung Akses Pangan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXXI. Hotel Peninsula Jakarta, 29 September 2011. 20 halaman. Suprapto, A. 2011. Peran Penyuluhan dalam mendukung Ketahanan Pangan. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXXI. Hotel Peninsula Jakarta, 29 September 2011. 20 halaman. Laporan Akhir M-KRPL TA. 2011 BPTP Banten 27