Investment Update FX Update

Transcription

Investment Update FX Update
Wealth Management Newsletter • Desember 2011
Investment Update
• Local & Global Outlook
• End of Year Rebalancing :
Tentukan Saatnya Profit Taking atau Top Up
• Apakah asuransi anda sudah
memperhitungkan tingkat inflasi?
FX Update
• Analisa Valuta Asing
• FX Market: Diversifikasi investasi
dan Liquidity Preference
1 | Market Perspective | Desember 2011
Dear Nasabah yang terhormat,
Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2011, banyak hal yang terjadi selama tahun 2011 termasuk dengan pertumbuhan
ekonomi yang fluktuatif baik lokal maupun global. Hal ini tidak akan berbeda jauh dengan keadaan ekonomi tahun 2012. Untuk itu pada
edisi ini, kami akan memaparkan gambaran ekonomi di tahun 2012 serta tips perencanaan keuangan dari sisi investasi dan asuransi.
Pada segmen investasi, untuk meningkatkan hasil investasi, investor diberikan pilihan untuk melakukan rebalancing di mana strategi ini
bermanfaat memberi sinyal untuk melakukan profit taking atau melakukan top up/pembelian tambahan asset. Selain itu di bagian Forex,
Commonwealth Bank menyediakan fasilitas FX Leave Overnight Order yang dapat dimanfaatkan Nasabah untuk berinvestasi di pasar
valuta asing secara aktif di saat pasar di Indonesia tidak beroperasi.
Dari sisi Bancassurance, kami memperkenalkan fitur tambahan dari CommLink Premier yaitu Inflation Link, yang dapat membantu
Nasabah untuk memproteksi nilai riil uang pertanggungan terhadap dampak inflasi sehingga nasabah tidak perlu khawatir karena nilai riil
yang diperoleh Nasabah akan tetap memadai di masa depan.
Akhir kata, kami mengucapkan selamat menyambut Natal dan Tahun baru 2012. Semoga di tahun yang akan datang, kita akan lebih
bijak menyikapi perubahan ekonomi dan lebih sigap dengan strategi-strategi perencanaan keuangan.
Terima kasih telah menjadi Nasabah setia dan menjadi bagian dari Commonwealth Bank Indonesia
Salam Hangat,
Liliawati Gunawan
Executive Vice President, Head of Wealth management
Local Outlook
Pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk
beberapa kuartal ini dilaporkan stabil dan
bahkan melaju lebih baik dibandingkan
regional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia
diekspektasi akan sekitar 6% untuk tahun
2012 Indonesia cukup kuat untuk bertahan
untuk menghadapi kemungkinan penurunan
permintaan global serta harga komoditas.
Konsumsi domestik diekspektasi akan
tetap stabil dan menjadi tulang punggung
pertumbuhan ekonomi, sedangkan
pertumbuhan dari investasi diekspektasi
akan menyumbang porsi yang lebih besar
kedepannya, melihat kebijakan moneter
yang cukup longgar dari Bank Indonesia (BI).
Jika adanya penurunan permintaan ekspor,
dampaknya tidak akan terlalu signifikan
karena porsi ekspor terhadap GDP tidak
terlalu besar. Lalu, kebijakan fiskal dan
moneter juga diarahkan untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi kedepannya. Namun,
bursa Indonesia di tahun 2012 tetap rentan
terhadap fluktuasi karena ketidakstabilan di
global. Dalam menghadapi fluktuasi dalam
berinvestasi, Investor bisa mendiversifikasi
alokasi aset ke berbagai instrumen investasi
untuk menjaga agar kinerja portofolio lebih
terjaga dari fluktuasi. Investor juga bisa
mengalokasikan portfolio ke Reksa dana
Pendapatan Tetap atau pada sektor yang
lebih defensif seperti sektor konsumsi.
Dewi Huta Djaja
Research Analyst, Wealth Management Services
Indonesia
Selama krisis finansial global antara tahun
2005-2008, Indonesia mencatat penurunan
pertumbuhan GDP terkecil dibandingkan
negara regional. Belajar dari pengalaman tahun
2007/2008, Indonesia mampu menghadapi
dengan baik penurunan permintaan maupun
harga komoditas Pertumbuhan ekonomi di
saat krisis masih tetap di level 4%. Stabilnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia karena
Indonesia merupakan ekonomi yang lebih
didukung oleh konsumsi domestik dan
investasi, dan tidak terlalu bergantung pada
perdagangan. Ratio ekspor terhadap
GDP masih rendah, bahkan lebih rendah
daripada disaat krisis finansial global
di tahun 2007/2008. Lalu, kedepannya
diekspektasi ekspor komoditas unggulan
Indonesia ,seperti harga batu bara,
minyak mentah dan kelapa sawit,
kemungkinan tidak akan mengalami
penurunan yang signifikan karena
merupakan kebutuhan pokok. Jika angka
ekspor kedepannya menurun, hal ini
karena penurunan permintaan ekspor
dari global.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
dipercaya bisa mencapai 6% di tahun
2012, karena dukungan dari BI yang pro
pertumbuhan. Indonesia dinilai mampu
mendorong pertumbuhan ekonominya
lewat kebijakan fiskal jika pertumbuhan
ekonomi menurun signifikan. Dengan
ratio defisit fiskal terhadap GDP sekitar
1% untuk tahun 2011 dan ratio hutang
terhadap GDP di level 31%, Indonesia
mempunyai posisi fiskal yang cukup
kuat. Menurut rancangan Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
2012, pemerintah akan menambah
penanaman modal sebesar 19% untuk
mendorong pertumbuhan investasi.
Ditambah lagi, penurunan BI Rate
menjadi 6% akan membantu kenaikan
konsumsi domestik. BI Rate diturunkan
karena prospek inflasi yang semakin
rendah dan diharapkan bisa membantu
mengurangi dampak prospek ekonomi
global yang diperkirakan terus melambat
dan fluktuatif. Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS) juga menurunkan tingkat
bunga simpanan menjadi 6,75%.
BI menyatakan jumlah cadangan
devisa sebesar 114 miliar dolar AS
hingga saat ini masih memadai untuk
mengatasi kemungkinan pelemahan
nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.
BI terus mengatasi gejolak nilai tukar
rupiah dengan melakukan stabilisasi
pasar keuangan, ikut membeli obligasi
pemerintah yang tadinya dimiliki
investor asing, dan mendorong sektor
riil bergerak. Dalam dua bulan terakhir,
investor asing jangka pendek menarik
kembali dananya yang sebelumnya diinvestasikan
di surat berharga negara (SBN), saham, dan
Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kepemilikan asing
di SBN turun dari sekitar 35% dari total SBN
menjadi hanya sekitar 31% karena pengurangan
likuiditas global.
Tingkat inflasi untuk bulan November cukup
terjaga di level 0,34% dari level 0,12% bulan
Oktober disumbangkan oleh harga emas yang
naik. Inflasi tahun kalender Januari-November
2011 mencapai 3,2%, sementara inflasi year on
year mencapai 4,15% , masih terjaga dibawah
target tahunan BI sekitar 5%. Dengan tingkat
inflasi yang cukup terkendali, BI mempunyai
ruang untuk mempertahankan atau bahkan
menurunkan BI Rate dari level saat ini.
Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia
diekspektasi masih akan tetap sehat kedepannya,
Investor tetap dihimbau untuk waspada karena
bursa Indonesia dinilai rentan terhadap tekanan
jual. Pertama, adanya kekhawatiran tentang
langkah BI yang cukup agresif menurunkan
tingkat suku bunga akhir-akhir ini. Jika tingkat
inflasi tiba-tiba mengalami kenaikan dan BI tidak
merespon dengan pengetatan, pelaku pasar
mungkin saja mengambil tindakan jual. Sejauh
ini, tingkat inflasi di tahun 2012 cukup aman
diproyeksi sekitar 5,5%, termasuk ekspektasi
harga bahan bakar akan dinaikkan. Lalu, porsi
asing pada obligasi pemerintah dan bursa masih
cukup besar walaupun arus masuk asing yang
dinilai spekulatif sudah banyak keluar dari bursa
di beberapa bulan lalu. Porsi asing yang masih
di Indonesia dinilai lebih jangka panjang. Lalu,
cadangan devisa per bulan November yang
mencapai 114 miliar dolar AS dinilai cukup
untuk menutupi total porsi asing di obligasi (25
miliar dolar AS) dan ekuitas (84 miliar dolar AS).
Bursa juga rentan akan aksi jual jika pemerintah
mengecewakan investor yang menunggu
perkembangan reformasi struktural.
Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi
Indonesia dan ekspektasi inflasi kedepannya
dinilai menarik di tahun 2012 walaupun risiko
bursa serta pasar obligasi Indonesia berfluktuasi
tetap ada dalam jangka pendek ini. Jika Bursa
atau Pasar obligasi terkoreksi karena aksi global
risk aversion, investor jangka panjang bisa melihat
kesempatan koreksi ini sebagai kesempatan
membeli di harga lebih rendah.
2 | Market Perspective | Desember 2011
Global Outlook
P
ada tahun 2011, terlihat adanya perbedaan laju pertumbuhan
ekonomi antara negara-negara maju dan berkembang, dan
perbedaan ini diekspektasi akan semakin nyata di tahun 2012
mendatang. Ekonomi global sejauh ini sepertinya bisa menerima
resesi ringan Uni Eropa. Tapi jika kondisi eropa lebih memburuk
maka pertumbuhan ekonomi dunia juga akan merasakan
dampaknya. Pertumbuhan ekonomi global untuk 2011 diekspektasi
sekitar 3,7% dan 3,5% di tahun 2012. Ekonomi negara maju
diekspektasi akan tumbuh perlahan sedangkan ekonomi negara
berkembang akan lebih bertahan. Sistem finansial sepertinya masih
dalam kondisi yang rentan dan kemungkinan Quantitative Easing (QE) akan
dibutuhkan oleh ekonomi negara maju, sedangkan negara berkembang masih
mempunyai ruang untuk kebijakan moneter seperti penurunan suku bunga.
Pergerakan pasar saham global dibulan mendatang diekspektasi masih akan
berfluktuasi. Melihat kondisi negara maju yang masih memerangi berbagai
tantangan ekonomi, investor bisa mengalokasikan portofolio ke negara
berkembang seperti Indonesia, Cina dan India, yang mengandalkan konsumsi
domestik sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonominya.
Dewi Huta Djaja
Research Analyst, Wealth Management Services
AS - Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal ketiga
direvisi turun ke 2% dari estimasi awal 2,5%,
tapi masih merupakan performa terbaik kuartal
di tahun ini. Revisi turun karena perusahaan
mengurangi persediaan dan tidak banyak
investasi. Sebaliknya, belanja konsumen naik
2,3%, lebih rendah dari catatan semula di
2,4%. Untuk pertumbuhan di kuartal empat,
pertumbuhan AS masih diekspektasi sekitar
2% qoq.
Defisit perdagangan AS tak terduga menyusut
di September ke $44,92 miliar dari $45,61
miliar di bulan Agustus, walaupun masih
ada pertumbuhan ekspor dan impor. Defisit
perdagangan barang dan jasa internasional AS
secara keseluruhan turun 4% menjadi $43,11
miliar dari $44,92 miliar di bulan sebelumnya.
Pertumbuhan impor yang lebih perlahan pada
kuartal ketiga karena perusahaan mengurangi
persediaannya terutama yang dibeli lewat
impor.
Untuk tahun 2012, pertumbuhan GDP AS
diekspektasi akan tumbuh 1,5%, setelah
diekspektasi tumbuh 1,7% di tahun 2011.
Ketidakpastian terbesar yang menghadapi
laju pertumbuhan AS perubahan terhadap
kebijakan fiskal. Kemungkinan besar, anggaran
pemerintah tidak akan diketatkan ditahun 2012
karena akan ada pemilu di akhir tahun, mungkin
lebih di 2013. Tingkat inflasi juga diekspektasi
bisa menurun sampai level 2% untuk tahun
2012. Pada pertemuan the Fed di bulan
Jan 2012 nanti, the Fed kemungkinan besar
akan memaparkan lebih detail objektif dan
kebijakan-kebijakan yang akan diambil lebih
lanjut terutama menyangkut inflasi dan tingkat
pengangguran.
Eropa - Krisis utang Eropa yang masih
berlanjut menyebabkan banyak ketidakpastian
bagi investor. Pemerintah Unieropa harus
mencari solusi dan meyakinkan pelaku pasar,
lembaga pemeringkat dan institusi seperti
International Monetary Fund, European Central
Bank bahwa mereka sudah mengambil
langkah yang diperlukan untuk mengstabilisasi
serta menyelesaikan masalah-masalah yang
dihadapi. Prospek pertumbuhan ekonomi
dalam jangka pendek masih lemah karena
Indeks Global
Indeks US Dow Jones
US S&P
Europe FTSE Eurofirst 300
Harga
30 November 2011
31 Oktober 2011
Perubahan (%)
12.045,68
11.955,01
0,76
1.246,96
1.253,30
-0,51
982,02
996,01
-1,40
IHSG Indonesia
3.715,08
3.790,85
-2,00
MSCI World
1.184,60
1.217,30
-2,69
Australia S&P/ASX 200
4.119,80
4.298,10
-4,15
China Shanghai 2.333,41
2.468,25
-5,46
Japan Nikkei
8.434,61
8.988,39
-6,16
Minyak Mentah
Emas
99,79
93,24
7,02
1.715,72
1.743,75
-1.61
kemungkinan tingkat manufaktur di Uni Eropa
masih terus menurun. Tingkat produksi industri
juga masih terus turun. Proyeksi pertumbuhan
GDP kuartal empat untuk Unieropa mendekati
0,4%, sedangkan untuk kuartal satu 2012
diekspektasi akan lebih rendah lagi. Jerman
dan Perancis kemungkinan akan mencatat
pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari
pertumbuhan Uni Eropa, sedangkan untuk
negara eropa yang lebih kecil diekspektasi
lebih lemah. Italia misalnya diekspektasi
bisa kontraksi 1%, sedangkan Portugal bisa
kontraksi 4,7%.
Cina - Surplus perdagangan Cina dibawah
ekspektasi dan kemungkinan masih bisa
menurun dengan ekspektasi pertumbuhan
ekonomi Cina di kuartal empat akan lebih
lambat. Pertumbuhan ekonomi Cina sedang
melamban, dengan permintaan ekspor yang
menurun karena permintaan yang lebih lemah.
Juga karena, kebijakan moneter dalam negeri
selama ini yang diperlukan untuk menekan
inflasi. Pertumbuhan ekonomi Cina untuk tahun
2011 diekspektasi akan sekitar 9,2%, dan
melamban ke 8,5% di tahun 2012 dan 2013.
Pemerintah Cina sudah mulai melonggarkan
beberapa kebijakan moneter setelah tingkat
inflasi menurun untuk membantu emiten
mendapatkan kredit. Tingkat inflasi untuk
tahun 2011 sekitar 5,5% dan inflasi tahun 2012
sekitar 3,6%.
Australia - Dibandingkan performa banyak
negara lain, angka prediksi pertumbuhan
tahun 2012 untuk Australia cukup sehat
dan berada pada 3%.Tapi angka ini masih
membawa dampak dari tingkat pertumbuhan
yang tinggi pada pertengahan-akhir tahun
2011. Proses pembangunan kembali akibat
banjir di Queensland di awal 2011, mendorong
pertumbuhan untuk kuartal dua ke atas 1,1%
qoq dan kemungkinan akan memberikan
dampak yang sama untuk kuartal tiga.
Penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar
untuk Australia masih berasal dari investasi
di sektor komoditas, yang tumbuh signifikan
sesuai dengan rencana menambah kapasitas
produksi. Kondisi ketenagakerjaan dan tingkat
pertumbuhan gaji di Australia cukup baik, tapi
tingkat keyakinan konsumen masih tertekan
karena kondisi finansial dan moneter global
yang tidak menentu. Sebaliknya, tingkat belanja
cukup bertahan, menandakan posisi finansial
konsumen yang cukup kuat. Saat ini, faktor
ketidakpastian terhadap ekonomi Australia
datang dari eksternal,seperti ekonomi AS yang
masih lemah, Eropa yang menunju stagnan
serta pertumbuhan Cina yang diekspektasi
akan lebih melamban di semester pertama
2012. Permintaan global yang menurun
diekspektasi akan menekan pendapatan ekspor
Australia serta menekan harga komoditas.
3 | Market Perspective | Desember 2011
End of Year
Rebalancing :
Tentukan Saatnya
Profit Taking atau
Top Up
Rheza Karyanto
Investments Unit Head, Product and Marketing
A
nda mungkin sering mendengar kata rebalancing. Dalam kamus
investasi, rebalancing adalah tindakan menyesuaikan kembali
portofolio investasi ke alokasi awalnya. Bagi beberapa investor
hal ini terdengar seperti teori belaka namun tanpa kita sadari
rebalancing memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan hasil
investasi Anda sesuai dengan tingkat risiko yang diinginkan.
Dalam berinvestasi, seorang investor umumnya akan menentukan
tujuannya terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan dan jangka waktu.
Setelah mengerti profil risikonya, investor kemudian membuat portofolio
investasi, misalnya 60% investasi di Reksa Dana (“RD”) Pendapatan
Tetap untuk kebutuhan jangka menengah dan 40% di RD Saham untuk
kebutuhan jangka panjang.
Seiring dengan perjalanan waktu beberapa instrumen dalam portofolio
investasi mungkin mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan
dengan instrumen lainnya sehingga mengubah komposisi aset awalnya.
Sebagai contoh, tahun ini RD Pendapatan Tetap mengalami kenaikan
sehingga porsinya naik menjadi 70% dari total portofolio sementara porsi
RD Saham turun menjadi 30%. Tujuan rebalancing adalah mengembalikan
komposisi aset ini sesuai strategi awalnya. Dalam hal ini investor bisa
menjual sebagian dari RD Pendapatan Tetap-nya dan mengalihkan
investasinya ke RD Saham yang porsinya mengalami penurunan, atau
menambah investasi di RD Saham sehingga komposisi portofolio kembali
ke 60% di RD Pendapatan Tetap dan 40% di RD Saham.
Dalam prakteknya, mengurangi porsi aset yang berkinerja baik memang
tidak mudah dilakukan. Namun hal ini merupakan langkah yang bijak
karena dengan demikian investor akan menerapkan prinsip terpenting
dalam berinvestasi yaitu Buy Low, Sell High. Dengan pertimbangan
diatas dan mencermati tetap rendahnya suku bunga deposito, maka
pilihan untuk melakukan top up pada RD Saham merupakan pilihan yang
cerdas bagi investor jangka panjang.
Mencermati tetap rendahnya suku bunga
deposito, maka pilihan untuk melakukan top up
pada RD Saham merupakan pilihan yang cerdas
bagi investor jangka panjang.
Jadi apa manfaat rebalancing bagi investor?
1. Memberi sinyal untuk melakukan profit taking pada salah satu aset
ketika terjadi kenaikan positif yang signifikan. Dengan demikian
investor akan disiplin melakukan diversifikasi dengan membatasi
penempatan yang berlebihan pada suatu aset tertentu.
2. Memberi sinyal untuk melakukan top up/pembelian tambahan ketika
porsi salah satu aset berkurang atau mengalami penurunan
signifikan. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan komposisi aset
sesuai strategi portfolio awal, sekaligus kesempatan berinvestasi di
harga rendah.
Kapan sebaiknya rebalancing dilakukan?
Rebalancing dianjurkan untuk dilakukan setiap 6 bulan atau setahun
sekali karena selain portofolio investasi, profil risiko dan kebutuhan
likuiditas seorang investor juga dapat berubah sehingga perlu di
evaluasi kembali.
Dinamika pasar investasi membuat tingkat fluktuasi menjadi tinggi dan
menambah kekuatiran bagi investor. Rebalancing adalah salah satu
strategi agar investor dapat tetap disiplin dalam mengambil keputusan
terbaik untuk mencapai target investasinya pada tingkat risiko yang
bisa diterima.
Apakah asuransi Anda
sudah memperhitungkan
tingkat inflasi?
Bancassurance Team
N
ilai Waktu Uang (Time Value of Money) adalah risiko yang harus
juga dipertimbangkan dalam perencanaan keuangan. Faktor
Inflasi menyebabkan nilai riil uang menurun dan kehilangan daya
belinya. Harga barang dan jasa pada umumnya akan naik terusmenerus, sementara nilai uang tetap, sehingga daya beli akan
menurun. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), dalam 10
tahun terakhir ini laju inflasi tahunan rata-rata adalah 8,52%. Hal ini
menyebabkan uang Rp1 miliar akan mengalami penurunan nilai riil
setidaknya 8% x Rp1 miliar atau Rp80 juta setiap tahunnya.
Berikut contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari :
Harga per kg
1996
Gula Pasir
Rp1.700
2011
Rp11.700
Kenaikan selama
12 tahun (+/- )
Rp10.000
Kenaikan
per tahun (+/- )
588%
17%
Lihat ilustrasi di bawah ini, betapa inflasi dapat membuat nilai uang
pertanggungan sebesar Rp1 miliar saat ini (tahun 2011) hanya akan
setara dengan Rp263 juta dalam 15 tahun.
Asumsi
Nilai Awal
Inflasi 8% p.a
Nilai Akhir Riil
Tahun
pertama
(2011)
Tahun
ketiga
(2014)
Tahun
kelima
(2016)
Tahun
kesepuluh
(2021)
Tahun
kelimabelas
(2026)
1.000.000.000 778.688.000 659.081.523 434.388.454 286.297.404
80.000.000
62.295.040
52.726.522
34.751.076 22.903.792
920.000.000 716.392.960 606.355.001 399.637.378 263.393.612
CommLink Premier membantu Nasabah
memproteksi nilai riil uang pertanggungan
terhadap dampak inflasi, dengan
menambahkan fitur Inflation Link,uang
pertanggungan dan premi Nasabah
meningkat secara otomatis setiap tahun
sesuai dengan tingkat inflasi.
Bagaimana apabila ada solusi yang dapat menjaga nilai Uang
Pertanggungan dari dampak inflasi?
Saat ini tersedia suatu fitur tambahan pada produk CommLink
Premier yang membantu Nasabah untuk memproteksi nilai riil uang
pertanggungan terhadap dampak inflasi. Dengan menambahkan fitur
Inflation Link, maka uang pertanggungan dan premi Nasabah meningkat
secara otomatis setiap tahun sesuai dengan tingkat inflasi.
Fasilitas Inflation Link ini memiliki beberapa pilihan: 50%, 100%, 150%
dan 200% dari nilai inflasi yang digunakan. Tingkat inflasi tersebut akan
dihitung berdasarkan persentase Indeks Harga Konsumen (IHK) tahunan
ya ng dikeluarkan BPS pada bulan Oktober tahun sebelumnya. Kenaikan
uang pertanggungan dan premi tersebut akan mulai efektif pada saat
ulang tahun polis berikutnya.
Dengan fasilitas Inflation Link, nasabah tidak perlu kuatir akan
menurunnya nilai riil uang pertanggungan akibat inflasi, di mana nilai riil
uang pertanggungan yang akan diperoleh nasabah (atau ahli warisnya)
akan tetap memadai untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa
depan.
Untuk informasi tambahan seputar pengajuan fasilitas Inflation Link,
nasabah dapat menghubungi Relationship Manager (RM) PTBC atau
Customer Relations Officer (CRO) PTCL atau melalui layanan COMMCenter PTCL melalui telepon 500-525.
4 | Market Perspective | Desember 2011
FX Update
Analisa
Valuta Asing
Mika Martumpal
Senior Market Analyst, Treasury Department
GBP
Kondisi ekonomi yang masih sangat lemah
adalah alasan di belakang rencana bank sentral
untuk kembali membeli obligasi pemerintah
dan swasta untuk menurunkan tingkat imbal
hasil dengan tujuan menyediakan dana murah
untuk investasi. Namun efek negatif program
pembelian obligasi adalah naiknya suplai uang
yang berpotensi meningkatkan inflasi. Saat
ini dengan inflasi di atas 5% dan tingkat suku
bunga mendekati nol, maka GBP di jangka
panjang akan cenderung lemah.
JPY
Penguatan JPY telah mengakibatkan turunnya
nilai ekspor Jepang dan merupakan ancaman
bagi pertumbuhan ekonomi Jepang. Tingkat
suku bunga yang mendekati nol, neraca
perdagangan yang cenderung menjadi defisit
dan tingkat utang yang besar seharusnya
mengurangi daya tarik JPY. Tapi JPY masih
diuntungkan oleh terus turunnya tingkat harga
di dalam negeri.
NZD
SGD
USD
USD masih akan diminati investor saat persepsi
risiko meningkat, karena status USD sebagai
safe haven currency. Investor yang membeli
USD biasanya menginvestasikan dananya di
obligasi pemerintah Amerika Serikat. Dengan
tingkat suku bunga yang mendekati nol untuk
suku bunga jangka pendek dan kurang lebih
2% untuk 10 tahun, maka USD lebih tepat
untuk investasi jangka pendek.
Perekonomian Singapura yang mengandalkan
perdagangan internasional dan jasa sangat
bergantung pada kesehatan perekonomian
negara-negara seperti AS dan Cina. Dengan
kondisi yang tidak menguntungkan di AS
dan melambatnya perekonomian Cina
menyebabkan SGD melemah terhadap USD.
Turunnya tingkat inflasi juga mengurangi
kecenderungan Monetary Authority of
Singapore untuk mempertahankan nilai SGD
terlalu kuat.
AUD
IDR
EUR
EUR saat ini berpeluang melemah akibat
masalah defisit dan utang pemerintah
beberapa negara anggota yang sangat besar
sehingga dapat menyebabkan gagal bayar.
Walaupun telah dilakukan banyak bantuan dari
Uni Eropa, IMF dan ECB untuk menanggulangi
masalah utang tapi tanpa adanya perbaikan
struktural di Uni Eropa maka EUR akan
terus berfluktuatif karena aksi jual beli oleh
spekulator. Pengurangan defisit dan utang
mutlak dilakukan oleh Uni Eropa, karena saat
ini tingkat kepercayaan investor semakin tipis.
Turunnya surplus perdagangan, naiknya
tingkat pengangguran dan melambatnya inflasi
adalah tiga faktor penggerak domestik untuk
NZD. Turunnya surplus perdagangan dan
naiknya tingkat pengangguran adalah faktor
yang bersifat negatif sedangkan turunnya
inflasi adalah faktor positif. Dengan tingkat
suku bunga yang masih rendah, maka kecil
kemungkinan bank sentral menurunkan suku
bunga dengan agresif. Dengan turunnya inflasi
dan suku bunga yang relatif stabil maka nilai
NZD secara relatif menjadi lebih menarik.
IDR cenderung melemah terhadap USD akibat
aksi jual di pasar obligasi pemerintah yang
dilakukan oleh investor asing.Turunnya nilai
Rupiah, rendahnya harga obligasi pemerintah
seharusnya menjadi peluang investasi
yang sangat baik karena pada dasarnya
perekonomian domestik masih bertumbuh
kuat. Inflasi yang cenderung turun dan tingkat
suku bunga IDR yang masih menarik dan
tingginya belanja konsumen dan investasi
adalah faktor-faktor utama di balik peluang
menguatnya IDR di jangka waktu menengah
dan panjang.
Keputusan Reserve Bank of Australia (RBA)
untuk menurunkan tingkat suku bunga sebesar
50bps ke 4,25% adalah akibat kecenderungan
inflasi yang turun dan ancaman melemahnya
perekonomian global. Dengan tingkat inflasi
tahunan di sekitar 3-3,5% dan harga komoditas
yang lebih rendah maka masih terbuka
kemungkinan turunnya suku bunga RBA, hanya
saja dengan tingkat pengangguran yang rendah
maka penurunan suku bunga akan terbatas.
Turunnya tingkat suku bunga RBA tidak otomatis
menyebabkan AUD lemah karena dengan inflasi
yang juga turun maka real interest rate AUD
tetap positif.
Dengan tingginya fluktuasi pasar, maka disarankan untuk strategy FX adalah jangka
pendek dan terus memonitor perkembangan pasar.
Bila pasar saham dan komoditas dunia terus turun sebaiknya kita membeli USD atau JPY
dan menjual mata uang yang lain. JPY tidak terlalu direkomendasikan karena adanya
faktor intervensi yang sulit untuk diperkirakan. Hal yang sebaliknya dilakukan jika pasar
saham dan komoditas dunia naik.
Kondisi saat ini di mana mata uang seperti AUD, EUR dan IDR sedang rebound terhadap
USD. Namun secara teknikal USD sudah murah dan kondisi Eropa yang bisa berubah
setiap saat, maka lebih tepat untuk take profit di mata uang major dan mata uang
commodity dan kembali ke USD.
Strategi
Forex Trading
Keunggulan dari memegang USD saat ini hanyalah harapan bahwa harga saham,
komoditas dan mata uang dengan suku bunga tinggi terus turun terhadap USD sehingga
bisa dibeli dengan harga murah. Investor tidak bisa mengandalkan bunga USD karena
nilainya hampir sama dengan nol.
5 | Market Perspective | Desember 2011
FX Market : Diversifikasi investasi dan Liquidity Preference
Indratno - Head of Treasury Sales
F
OREX (Foreign Exchange) atau yang lebih dikenal dengan Valas (Valuta Asing) merupakan suatu jenis instrumen yang
memperdagangkan mata uang (currency) suatu negara terhadap mata uang (currency) negara lainnya. Dengan rata-rata
volume harian diatas US$5 triliun di tahun 2010. Pasar Forex 40 kali lebih besar daripada semua gabungan pasar saham dan karena
itu di sebut pasar paling liquid di dunia. Artinya dengan volume perdagangan sebesar itu, pasar ini sifatnya sangat cair (liquid),
dan pergerakan perdagangan tidak dapat dipegang hanya beberapa pihak yang memiliki modal besar. Pergerakan mata uang ini
sepenuhnya bergantung pada pasar. Pasar Forex adalah pasar yang buka selama 24 jam secara berkesinambungan.
Dengan liquid-nya pasar valuta asing, nasabah bisa kapan saja masuk dan keluar dari investasi ini terutama jika ada keperluan mendadak.
Nasabah juga bisa dengan mudah beralih investasi dari mata uang yang satu ke mata uang negara lain yang cenderung lebih menguat.
Penempatan suatu investasi selalu terkait dengan suatu mata uang, yang mana akan selalu menghadapi risiko fluktuasi dari kurs mata
uang satu dengan mata uang lainnya. Pemilihan mata uang dengan bijaksana akan mengurangi risiko tersebut bahkan bisa menjadi suatu
keuntungan.
Untuk memanfaatkan kesempatan untuk berinvestasi di pasar valas global secara aktif, Bank Commonwealth menyediakan fasilitas
FX Leave Overnight Order di mana nasabah bisa membeli/menjual mata uang di saat market di Indonesia tidak beroperasi.
Nasabah bisa memanfaatkan fluktuasi di pasar global untuk mendapatkan harga terbaik untuk membeli/menjual valuta asing.
Untuk lebih jelasnya dari fasilitas ini bisa menghubungi cabang terdekat.
DISCLAIMER
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan
hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan
sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan
orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat
dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi,
dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan
investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan
atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini
dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan
perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini.
Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material
yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk
kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak
perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan
ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari
perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat
melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten
dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call
Centre kami di 5000 30 atau email kami di customercare@commbank.co.id.
commbank.co.id