Investment Update FX Update
Transcription
Investment Update FX Update
Wealth Management Newsletter • Desember 2011 Investment Update • Local & Global Outlook • End of Year Rebalancing : Tentukan Saatnya Profit Taking atau Top Up • Apakah asuransi anda sudah memperhitungkan tingkat inflasi? FX Update • Analisa Valuta Asing • FX Market: Diversifikasi investasi dan Liquidity Preference 1 | Market Perspective | Desember 2011 Dear Nasabah yang terhormat, Tak terasa kita sudah berada di penghujung tahun 2011, banyak hal yang terjadi selama tahun 2011 termasuk dengan pertumbuhan ekonomi yang fluktuatif baik lokal maupun global. Hal ini tidak akan berbeda jauh dengan keadaan ekonomi tahun 2012. Untuk itu pada edisi ini, kami akan memaparkan gambaran ekonomi di tahun 2012 serta tips perencanaan keuangan dari sisi investasi dan asuransi. Pada segmen investasi, untuk meningkatkan hasil investasi, investor diberikan pilihan untuk melakukan rebalancing di mana strategi ini bermanfaat memberi sinyal untuk melakukan profit taking atau melakukan top up/pembelian tambahan asset. Selain itu di bagian Forex, Commonwealth Bank menyediakan fasilitas FX Leave Overnight Order yang dapat dimanfaatkan Nasabah untuk berinvestasi di pasar valuta asing secara aktif di saat pasar di Indonesia tidak beroperasi. Dari sisi Bancassurance, kami memperkenalkan fitur tambahan dari CommLink Premier yaitu Inflation Link, yang dapat membantu Nasabah untuk memproteksi nilai riil uang pertanggungan terhadap dampak inflasi sehingga nasabah tidak perlu khawatir karena nilai riil yang diperoleh Nasabah akan tetap memadai di masa depan. Akhir kata, kami mengucapkan selamat menyambut Natal dan Tahun baru 2012. Semoga di tahun yang akan datang, kita akan lebih bijak menyikapi perubahan ekonomi dan lebih sigap dengan strategi-strategi perencanaan keuangan. Terima kasih telah menjadi Nasabah setia dan menjadi bagian dari Commonwealth Bank Indonesia Salam Hangat, Liliawati Gunawan Executive Vice President, Head of Wealth management Local Outlook Pertumbuhan ekonomi Indonesia untuk beberapa kuartal ini dilaporkan stabil dan bahkan melaju lebih baik dibandingkan regional. Pertumbuhan ekonomi Indonesia diekspektasi akan sekitar 6% untuk tahun 2012 Indonesia cukup kuat untuk bertahan untuk menghadapi kemungkinan penurunan permintaan global serta harga komoditas. Konsumsi domestik diekspektasi akan tetap stabil dan menjadi tulang punggung pertumbuhan ekonomi, sedangkan pertumbuhan dari investasi diekspektasi akan menyumbang porsi yang lebih besar kedepannya, melihat kebijakan moneter yang cukup longgar dari Bank Indonesia (BI). Jika adanya penurunan permintaan ekspor, dampaknya tidak akan terlalu signifikan karena porsi ekspor terhadap GDP tidak terlalu besar. Lalu, kebijakan fiskal dan moneter juga diarahkan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kedepannya. Namun, bursa Indonesia di tahun 2012 tetap rentan terhadap fluktuasi karena ketidakstabilan di global. Dalam menghadapi fluktuasi dalam berinvestasi, Investor bisa mendiversifikasi alokasi aset ke berbagai instrumen investasi untuk menjaga agar kinerja portofolio lebih terjaga dari fluktuasi. Investor juga bisa mengalokasikan portfolio ke Reksa dana Pendapatan Tetap atau pada sektor yang lebih defensif seperti sektor konsumsi. Dewi Huta Djaja Research Analyst, Wealth Management Services Indonesia Selama krisis finansial global antara tahun 2005-2008, Indonesia mencatat penurunan pertumbuhan GDP terkecil dibandingkan negara regional. Belajar dari pengalaman tahun 2007/2008, Indonesia mampu menghadapi dengan baik penurunan permintaan maupun harga komoditas Pertumbuhan ekonomi di saat krisis masih tetap di level 4%. Stabilnya pertumbuhan ekonomi Indonesia karena Indonesia merupakan ekonomi yang lebih didukung oleh konsumsi domestik dan investasi, dan tidak terlalu bergantung pada perdagangan. Ratio ekspor terhadap GDP masih rendah, bahkan lebih rendah daripada disaat krisis finansial global di tahun 2007/2008. Lalu, kedepannya diekspektasi ekspor komoditas unggulan Indonesia ,seperti harga batu bara, minyak mentah dan kelapa sawit, kemungkinan tidak akan mengalami penurunan yang signifikan karena merupakan kebutuhan pokok. Jika angka ekspor kedepannya menurun, hal ini karena penurunan permintaan ekspor dari global. Pertumbuhan ekonomi Indonesia dipercaya bisa mencapai 6% di tahun 2012, karena dukungan dari BI yang pro pertumbuhan. Indonesia dinilai mampu mendorong pertumbuhan ekonominya lewat kebijakan fiskal jika pertumbuhan ekonomi menurun signifikan. Dengan ratio defisit fiskal terhadap GDP sekitar 1% untuk tahun 2011 dan ratio hutang terhadap GDP di level 31%, Indonesia mempunyai posisi fiskal yang cukup kuat. Menurut rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2012, pemerintah akan menambah penanaman modal sebesar 19% untuk mendorong pertumbuhan investasi. Ditambah lagi, penurunan BI Rate menjadi 6% akan membantu kenaikan konsumsi domestik. BI Rate diturunkan karena prospek inflasi yang semakin rendah dan diharapkan bisa membantu mengurangi dampak prospek ekonomi global yang diperkirakan terus melambat dan fluktuatif. Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) juga menurunkan tingkat bunga simpanan menjadi 6,75%. BI menyatakan jumlah cadangan devisa sebesar 114 miliar dolar AS hingga saat ini masih memadai untuk mengatasi kemungkinan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS. BI terus mengatasi gejolak nilai tukar rupiah dengan melakukan stabilisasi pasar keuangan, ikut membeli obligasi pemerintah yang tadinya dimiliki investor asing, dan mendorong sektor riil bergerak. Dalam dua bulan terakhir, investor asing jangka pendek menarik kembali dananya yang sebelumnya diinvestasikan di surat berharga negara (SBN), saham, dan Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Kepemilikan asing di SBN turun dari sekitar 35% dari total SBN menjadi hanya sekitar 31% karena pengurangan likuiditas global. Tingkat inflasi untuk bulan November cukup terjaga di level 0,34% dari level 0,12% bulan Oktober disumbangkan oleh harga emas yang naik. Inflasi tahun kalender Januari-November 2011 mencapai 3,2%, sementara inflasi year on year mencapai 4,15% , masih terjaga dibawah target tahunan BI sekitar 5%. Dengan tingkat inflasi yang cukup terkendali, BI mempunyai ruang untuk mempertahankan atau bahkan menurunkan BI Rate dari level saat ini. Walaupun pertumbuhan ekonomi Indonesia diekspektasi masih akan tetap sehat kedepannya, Investor tetap dihimbau untuk waspada karena bursa Indonesia dinilai rentan terhadap tekanan jual. Pertama, adanya kekhawatiran tentang langkah BI yang cukup agresif menurunkan tingkat suku bunga akhir-akhir ini. Jika tingkat inflasi tiba-tiba mengalami kenaikan dan BI tidak merespon dengan pengetatan, pelaku pasar mungkin saja mengambil tindakan jual. Sejauh ini, tingkat inflasi di tahun 2012 cukup aman diproyeksi sekitar 5,5%, termasuk ekspektasi harga bahan bakar akan dinaikkan. Lalu, porsi asing pada obligasi pemerintah dan bursa masih cukup besar walaupun arus masuk asing yang dinilai spekulatif sudah banyak keluar dari bursa di beberapa bulan lalu. Porsi asing yang masih di Indonesia dinilai lebih jangka panjang. Lalu, cadangan devisa per bulan November yang mencapai 114 miliar dolar AS dinilai cukup untuk menutupi total porsi asing di obligasi (25 miliar dolar AS) dan ekuitas (84 miliar dolar AS). Bursa juga rentan akan aksi jual jika pemerintah mengecewakan investor yang menunggu perkembangan reformasi struktural. Secara keseluruhan, pertumbuhan ekonomi Indonesia dan ekspektasi inflasi kedepannya dinilai menarik di tahun 2012 walaupun risiko bursa serta pasar obligasi Indonesia berfluktuasi tetap ada dalam jangka pendek ini. Jika Bursa atau Pasar obligasi terkoreksi karena aksi global risk aversion, investor jangka panjang bisa melihat kesempatan koreksi ini sebagai kesempatan membeli di harga lebih rendah. 2 | Market Perspective | Desember 2011 Global Outlook P ada tahun 2011, terlihat adanya perbedaan laju pertumbuhan ekonomi antara negara-negara maju dan berkembang, dan perbedaan ini diekspektasi akan semakin nyata di tahun 2012 mendatang. Ekonomi global sejauh ini sepertinya bisa menerima resesi ringan Uni Eropa. Tapi jika kondisi eropa lebih memburuk maka pertumbuhan ekonomi dunia juga akan merasakan dampaknya. Pertumbuhan ekonomi global untuk 2011 diekspektasi sekitar 3,7% dan 3,5% di tahun 2012. Ekonomi negara maju diekspektasi akan tumbuh perlahan sedangkan ekonomi negara berkembang akan lebih bertahan. Sistem finansial sepertinya masih dalam kondisi yang rentan dan kemungkinan Quantitative Easing (QE) akan dibutuhkan oleh ekonomi negara maju, sedangkan negara berkembang masih mempunyai ruang untuk kebijakan moneter seperti penurunan suku bunga. Pergerakan pasar saham global dibulan mendatang diekspektasi masih akan berfluktuasi. Melihat kondisi negara maju yang masih memerangi berbagai tantangan ekonomi, investor bisa mengalokasikan portofolio ke negara berkembang seperti Indonesia, Cina dan India, yang mengandalkan konsumsi domestik sebagai faktor pendorong pertumbuhan ekonominya. Dewi Huta Djaja Research Analyst, Wealth Management Services AS - Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal ketiga direvisi turun ke 2% dari estimasi awal 2,5%, tapi masih merupakan performa terbaik kuartal di tahun ini. Revisi turun karena perusahaan mengurangi persediaan dan tidak banyak investasi. Sebaliknya, belanja konsumen naik 2,3%, lebih rendah dari catatan semula di 2,4%. Untuk pertumbuhan di kuartal empat, pertumbuhan AS masih diekspektasi sekitar 2% qoq. Defisit perdagangan AS tak terduga menyusut di September ke $44,92 miliar dari $45,61 miliar di bulan Agustus, walaupun masih ada pertumbuhan ekspor dan impor. Defisit perdagangan barang dan jasa internasional AS secara keseluruhan turun 4% menjadi $43,11 miliar dari $44,92 miliar di bulan sebelumnya. Pertumbuhan impor yang lebih perlahan pada kuartal ketiga karena perusahaan mengurangi persediaannya terutama yang dibeli lewat impor. Untuk tahun 2012, pertumbuhan GDP AS diekspektasi akan tumbuh 1,5%, setelah diekspektasi tumbuh 1,7% di tahun 2011. Ketidakpastian terbesar yang menghadapi laju pertumbuhan AS perubahan terhadap kebijakan fiskal. Kemungkinan besar, anggaran pemerintah tidak akan diketatkan ditahun 2012 karena akan ada pemilu di akhir tahun, mungkin lebih di 2013. Tingkat inflasi juga diekspektasi bisa menurun sampai level 2% untuk tahun 2012. Pada pertemuan the Fed di bulan Jan 2012 nanti, the Fed kemungkinan besar akan memaparkan lebih detail objektif dan kebijakan-kebijakan yang akan diambil lebih lanjut terutama menyangkut inflasi dan tingkat pengangguran. Eropa - Krisis utang Eropa yang masih berlanjut menyebabkan banyak ketidakpastian bagi investor. Pemerintah Unieropa harus mencari solusi dan meyakinkan pelaku pasar, lembaga pemeringkat dan institusi seperti International Monetary Fund, European Central Bank bahwa mereka sudah mengambil langkah yang diperlukan untuk mengstabilisasi serta menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi. Prospek pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek masih lemah karena Indeks Global Indeks US Dow Jones US S&P Europe FTSE Eurofirst 300 Harga 30 November 2011 31 Oktober 2011 Perubahan (%) 12.045,68 11.955,01 0,76 1.246,96 1.253,30 -0,51 982,02 996,01 -1,40 IHSG Indonesia 3.715,08 3.790,85 -2,00 MSCI World 1.184,60 1.217,30 -2,69 Australia S&P/ASX 200 4.119,80 4.298,10 -4,15 China Shanghai 2.333,41 2.468,25 -5,46 Japan Nikkei 8.434,61 8.988,39 -6,16 Minyak Mentah Emas 99,79 93,24 7,02 1.715,72 1.743,75 -1.61 kemungkinan tingkat manufaktur di Uni Eropa masih terus menurun. Tingkat produksi industri juga masih terus turun. Proyeksi pertumbuhan GDP kuartal empat untuk Unieropa mendekati 0,4%, sedangkan untuk kuartal satu 2012 diekspektasi akan lebih rendah lagi. Jerman dan Perancis kemungkinan akan mencatat pertumbuhan ekonomi yang lebih baik dari pertumbuhan Uni Eropa, sedangkan untuk negara eropa yang lebih kecil diekspektasi lebih lemah. Italia misalnya diekspektasi bisa kontraksi 1%, sedangkan Portugal bisa kontraksi 4,7%. Cina - Surplus perdagangan Cina dibawah ekspektasi dan kemungkinan masih bisa menurun dengan ekspektasi pertumbuhan ekonomi Cina di kuartal empat akan lebih lambat. Pertumbuhan ekonomi Cina sedang melamban, dengan permintaan ekspor yang menurun karena permintaan yang lebih lemah. Juga karena, kebijakan moneter dalam negeri selama ini yang diperlukan untuk menekan inflasi. Pertumbuhan ekonomi Cina untuk tahun 2011 diekspektasi akan sekitar 9,2%, dan melamban ke 8,5% di tahun 2012 dan 2013. Pemerintah Cina sudah mulai melonggarkan beberapa kebijakan moneter setelah tingkat inflasi menurun untuk membantu emiten mendapatkan kredit. Tingkat inflasi untuk tahun 2011 sekitar 5,5% dan inflasi tahun 2012 sekitar 3,6%. Australia - Dibandingkan performa banyak negara lain, angka prediksi pertumbuhan tahun 2012 untuk Australia cukup sehat dan berada pada 3%.Tapi angka ini masih membawa dampak dari tingkat pertumbuhan yang tinggi pada pertengahan-akhir tahun 2011. Proses pembangunan kembali akibat banjir di Queensland di awal 2011, mendorong pertumbuhan untuk kuartal dua ke atas 1,1% qoq dan kemungkinan akan memberikan dampak yang sama untuk kuartal tiga. Penyumbang pertumbuhan ekonomi terbesar untuk Australia masih berasal dari investasi di sektor komoditas, yang tumbuh signifikan sesuai dengan rencana menambah kapasitas produksi. Kondisi ketenagakerjaan dan tingkat pertumbuhan gaji di Australia cukup baik, tapi tingkat keyakinan konsumen masih tertekan karena kondisi finansial dan moneter global yang tidak menentu. Sebaliknya, tingkat belanja cukup bertahan, menandakan posisi finansial konsumen yang cukup kuat. Saat ini, faktor ketidakpastian terhadap ekonomi Australia datang dari eksternal,seperti ekonomi AS yang masih lemah, Eropa yang menunju stagnan serta pertumbuhan Cina yang diekspektasi akan lebih melamban di semester pertama 2012. Permintaan global yang menurun diekspektasi akan menekan pendapatan ekspor Australia serta menekan harga komoditas. 3 | Market Perspective | Desember 2011 End of Year Rebalancing : Tentukan Saatnya Profit Taking atau Top Up Rheza Karyanto Investments Unit Head, Product and Marketing A nda mungkin sering mendengar kata rebalancing. Dalam kamus investasi, rebalancing adalah tindakan menyesuaikan kembali portofolio investasi ke alokasi awalnya. Bagi beberapa investor hal ini terdengar seperti teori belaka namun tanpa kita sadari rebalancing memiliki banyak manfaat untuk meningkatkan hasil investasi Anda sesuai dengan tingkat risiko yang diinginkan. Dalam berinvestasi, seorang investor umumnya akan menentukan tujuannya terlebih dahulu berdasarkan kebutuhan dan jangka waktu. Setelah mengerti profil risikonya, investor kemudian membuat portofolio investasi, misalnya 60% investasi di Reksa Dana (“RD”) Pendapatan Tetap untuk kebutuhan jangka menengah dan 40% di RD Saham untuk kebutuhan jangka panjang. Seiring dengan perjalanan waktu beberapa instrumen dalam portofolio investasi mungkin mengalami pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan instrumen lainnya sehingga mengubah komposisi aset awalnya. Sebagai contoh, tahun ini RD Pendapatan Tetap mengalami kenaikan sehingga porsinya naik menjadi 70% dari total portofolio sementara porsi RD Saham turun menjadi 30%. Tujuan rebalancing adalah mengembalikan komposisi aset ini sesuai strategi awalnya. Dalam hal ini investor bisa menjual sebagian dari RD Pendapatan Tetap-nya dan mengalihkan investasinya ke RD Saham yang porsinya mengalami penurunan, atau menambah investasi di RD Saham sehingga komposisi portofolio kembali ke 60% di RD Pendapatan Tetap dan 40% di RD Saham. Dalam prakteknya, mengurangi porsi aset yang berkinerja baik memang tidak mudah dilakukan. Namun hal ini merupakan langkah yang bijak karena dengan demikian investor akan menerapkan prinsip terpenting dalam berinvestasi yaitu Buy Low, Sell High. Dengan pertimbangan diatas dan mencermati tetap rendahnya suku bunga deposito, maka pilihan untuk melakukan top up pada RD Saham merupakan pilihan yang cerdas bagi investor jangka panjang. Mencermati tetap rendahnya suku bunga deposito, maka pilihan untuk melakukan top up pada RD Saham merupakan pilihan yang cerdas bagi investor jangka panjang. Jadi apa manfaat rebalancing bagi investor? 1. Memberi sinyal untuk melakukan profit taking pada salah satu aset ketika terjadi kenaikan positif yang signifikan. Dengan demikian investor akan disiplin melakukan diversifikasi dengan membatasi penempatan yang berlebihan pada suatu aset tertentu. 2. Memberi sinyal untuk melakukan top up/pembelian tambahan ketika porsi salah satu aset berkurang atau mengalami penurunan signifikan. Hal ini dilakukan untuk mempertahankan komposisi aset sesuai strategi portfolio awal, sekaligus kesempatan berinvestasi di harga rendah. Kapan sebaiknya rebalancing dilakukan? Rebalancing dianjurkan untuk dilakukan setiap 6 bulan atau setahun sekali karena selain portofolio investasi, profil risiko dan kebutuhan likuiditas seorang investor juga dapat berubah sehingga perlu di evaluasi kembali. Dinamika pasar investasi membuat tingkat fluktuasi menjadi tinggi dan menambah kekuatiran bagi investor. Rebalancing adalah salah satu strategi agar investor dapat tetap disiplin dalam mengambil keputusan terbaik untuk mencapai target investasinya pada tingkat risiko yang bisa diterima. Apakah asuransi Anda sudah memperhitungkan tingkat inflasi? Bancassurance Team N ilai Waktu Uang (Time Value of Money) adalah risiko yang harus juga dipertimbangkan dalam perencanaan keuangan. Faktor Inflasi menyebabkan nilai riil uang menurun dan kehilangan daya belinya. Harga barang dan jasa pada umumnya akan naik terusmenerus, sementara nilai uang tetap, sehingga daya beli akan menurun. Berdasarkan data Biro Pusat Statistik (BPS), dalam 10 tahun terakhir ini laju inflasi tahunan rata-rata adalah 8,52%. Hal ini menyebabkan uang Rp1 miliar akan mengalami penurunan nilai riil setidaknya 8% x Rp1 miliar atau Rp80 juta setiap tahunnya. Berikut contoh yang nyata dalam kehidupan sehari-hari : Harga per kg 1996 Gula Pasir Rp1.700 2011 Rp11.700 Kenaikan selama 12 tahun (+/- ) Rp10.000 Kenaikan per tahun (+/- ) 588% 17% Lihat ilustrasi di bawah ini, betapa inflasi dapat membuat nilai uang pertanggungan sebesar Rp1 miliar saat ini (tahun 2011) hanya akan setara dengan Rp263 juta dalam 15 tahun. Asumsi Nilai Awal Inflasi 8% p.a Nilai Akhir Riil Tahun pertama (2011) Tahun ketiga (2014) Tahun kelima (2016) Tahun kesepuluh (2021) Tahun kelimabelas (2026) 1.000.000.000 778.688.000 659.081.523 434.388.454 286.297.404 80.000.000 62.295.040 52.726.522 34.751.076 22.903.792 920.000.000 716.392.960 606.355.001 399.637.378 263.393.612 CommLink Premier membantu Nasabah memproteksi nilai riil uang pertanggungan terhadap dampak inflasi, dengan menambahkan fitur Inflation Link,uang pertanggungan dan premi Nasabah meningkat secara otomatis setiap tahun sesuai dengan tingkat inflasi. Bagaimana apabila ada solusi yang dapat menjaga nilai Uang Pertanggungan dari dampak inflasi? Saat ini tersedia suatu fitur tambahan pada produk CommLink Premier yang membantu Nasabah untuk memproteksi nilai riil uang pertanggungan terhadap dampak inflasi. Dengan menambahkan fitur Inflation Link, maka uang pertanggungan dan premi Nasabah meningkat secara otomatis setiap tahun sesuai dengan tingkat inflasi. Fasilitas Inflation Link ini memiliki beberapa pilihan: 50%, 100%, 150% dan 200% dari nilai inflasi yang digunakan. Tingkat inflasi tersebut akan dihitung berdasarkan persentase Indeks Harga Konsumen (IHK) tahunan ya ng dikeluarkan BPS pada bulan Oktober tahun sebelumnya. Kenaikan uang pertanggungan dan premi tersebut akan mulai efektif pada saat ulang tahun polis berikutnya. Dengan fasilitas Inflation Link, nasabah tidak perlu kuatir akan menurunnya nilai riil uang pertanggungan akibat inflasi, di mana nilai riil uang pertanggungan yang akan diperoleh nasabah (atau ahli warisnya) akan tetap memadai untuk memenuhi kebutuhan keluarga di masa depan. Untuk informasi tambahan seputar pengajuan fasilitas Inflation Link, nasabah dapat menghubungi Relationship Manager (RM) PTBC atau Customer Relations Officer (CRO) PTCL atau melalui layanan COMMCenter PTCL melalui telepon 500-525. 4 | Market Perspective | Desember 2011 FX Update Analisa Valuta Asing Mika Martumpal Senior Market Analyst, Treasury Department GBP Kondisi ekonomi yang masih sangat lemah adalah alasan di belakang rencana bank sentral untuk kembali membeli obligasi pemerintah dan swasta untuk menurunkan tingkat imbal hasil dengan tujuan menyediakan dana murah untuk investasi. Namun efek negatif program pembelian obligasi adalah naiknya suplai uang yang berpotensi meningkatkan inflasi. Saat ini dengan inflasi di atas 5% dan tingkat suku bunga mendekati nol, maka GBP di jangka panjang akan cenderung lemah. JPY Penguatan JPY telah mengakibatkan turunnya nilai ekspor Jepang dan merupakan ancaman bagi pertumbuhan ekonomi Jepang. Tingkat suku bunga yang mendekati nol, neraca perdagangan yang cenderung menjadi defisit dan tingkat utang yang besar seharusnya mengurangi daya tarik JPY. Tapi JPY masih diuntungkan oleh terus turunnya tingkat harga di dalam negeri. NZD SGD USD USD masih akan diminati investor saat persepsi risiko meningkat, karena status USD sebagai safe haven currency. Investor yang membeli USD biasanya menginvestasikan dananya di obligasi pemerintah Amerika Serikat. Dengan tingkat suku bunga yang mendekati nol untuk suku bunga jangka pendek dan kurang lebih 2% untuk 10 tahun, maka USD lebih tepat untuk investasi jangka pendek. Perekonomian Singapura yang mengandalkan perdagangan internasional dan jasa sangat bergantung pada kesehatan perekonomian negara-negara seperti AS dan Cina. Dengan kondisi yang tidak menguntungkan di AS dan melambatnya perekonomian Cina menyebabkan SGD melemah terhadap USD. Turunnya tingkat inflasi juga mengurangi kecenderungan Monetary Authority of Singapore untuk mempertahankan nilai SGD terlalu kuat. AUD IDR EUR EUR saat ini berpeluang melemah akibat masalah defisit dan utang pemerintah beberapa negara anggota yang sangat besar sehingga dapat menyebabkan gagal bayar. Walaupun telah dilakukan banyak bantuan dari Uni Eropa, IMF dan ECB untuk menanggulangi masalah utang tapi tanpa adanya perbaikan struktural di Uni Eropa maka EUR akan terus berfluktuatif karena aksi jual beli oleh spekulator. Pengurangan defisit dan utang mutlak dilakukan oleh Uni Eropa, karena saat ini tingkat kepercayaan investor semakin tipis. Turunnya surplus perdagangan, naiknya tingkat pengangguran dan melambatnya inflasi adalah tiga faktor penggerak domestik untuk NZD. Turunnya surplus perdagangan dan naiknya tingkat pengangguran adalah faktor yang bersifat negatif sedangkan turunnya inflasi adalah faktor positif. Dengan tingkat suku bunga yang masih rendah, maka kecil kemungkinan bank sentral menurunkan suku bunga dengan agresif. Dengan turunnya inflasi dan suku bunga yang relatif stabil maka nilai NZD secara relatif menjadi lebih menarik. IDR cenderung melemah terhadap USD akibat aksi jual di pasar obligasi pemerintah yang dilakukan oleh investor asing.Turunnya nilai Rupiah, rendahnya harga obligasi pemerintah seharusnya menjadi peluang investasi yang sangat baik karena pada dasarnya perekonomian domestik masih bertumbuh kuat. Inflasi yang cenderung turun dan tingkat suku bunga IDR yang masih menarik dan tingginya belanja konsumen dan investasi adalah faktor-faktor utama di balik peluang menguatnya IDR di jangka waktu menengah dan panjang. Keputusan Reserve Bank of Australia (RBA) untuk menurunkan tingkat suku bunga sebesar 50bps ke 4,25% adalah akibat kecenderungan inflasi yang turun dan ancaman melemahnya perekonomian global. Dengan tingkat inflasi tahunan di sekitar 3-3,5% dan harga komoditas yang lebih rendah maka masih terbuka kemungkinan turunnya suku bunga RBA, hanya saja dengan tingkat pengangguran yang rendah maka penurunan suku bunga akan terbatas. Turunnya tingkat suku bunga RBA tidak otomatis menyebabkan AUD lemah karena dengan inflasi yang juga turun maka real interest rate AUD tetap positif. Dengan tingginya fluktuasi pasar, maka disarankan untuk strategy FX adalah jangka pendek dan terus memonitor perkembangan pasar. Bila pasar saham dan komoditas dunia terus turun sebaiknya kita membeli USD atau JPY dan menjual mata uang yang lain. JPY tidak terlalu direkomendasikan karena adanya faktor intervensi yang sulit untuk diperkirakan. Hal yang sebaliknya dilakukan jika pasar saham dan komoditas dunia naik. Kondisi saat ini di mana mata uang seperti AUD, EUR dan IDR sedang rebound terhadap USD. Namun secara teknikal USD sudah murah dan kondisi Eropa yang bisa berubah setiap saat, maka lebih tepat untuk take profit di mata uang major dan mata uang commodity dan kembali ke USD. Strategi Forex Trading Keunggulan dari memegang USD saat ini hanyalah harapan bahwa harga saham, komoditas dan mata uang dengan suku bunga tinggi terus turun terhadap USD sehingga bisa dibeli dengan harga murah. Investor tidak bisa mengandalkan bunga USD karena nilainya hampir sama dengan nol. 5 | Market Perspective | Desember 2011 FX Market : Diversifikasi investasi dan Liquidity Preference Indratno - Head of Treasury Sales F OREX (Foreign Exchange) atau yang lebih dikenal dengan Valas (Valuta Asing) merupakan suatu jenis instrumen yang memperdagangkan mata uang (currency) suatu negara terhadap mata uang (currency) negara lainnya. Dengan rata-rata volume harian diatas US$5 triliun di tahun 2010. Pasar Forex 40 kali lebih besar daripada semua gabungan pasar saham dan karena itu di sebut pasar paling liquid di dunia. Artinya dengan volume perdagangan sebesar itu, pasar ini sifatnya sangat cair (liquid), dan pergerakan perdagangan tidak dapat dipegang hanya beberapa pihak yang memiliki modal besar. Pergerakan mata uang ini sepenuhnya bergantung pada pasar. Pasar Forex adalah pasar yang buka selama 24 jam secara berkesinambungan. Dengan liquid-nya pasar valuta asing, nasabah bisa kapan saja masuk dan keluar dari investasi ini terutama jika ada keperluan mendadak. Nasabah juga bisa dengan mudah beralih investasi dari mata uang yang satu ke mata uang negara lain yang cenderung lebih menguat. Penempatan suatu investasi selalu terkait dengan suatu mata uang, yang mana akan selalu menghadapi risiko fluktuasi dari kurs mata uang satu dengan mata uang lainnya. Pemilihan mata uang dengan bijaksana akan mengurangi risiko tersebut bahkan bisa menjadi suatu keuntungan. Untuk memanfaatkan kesempatan untuk berinvestasi di pasar valas global secara aktif, Bank Commonwealth menyediakan fasilitas FX Leave Overnight Order di mana nasabah bisa membeli/menjual mata uang di saat market di Indonesia tidak beroperasi. Nasabah bisa memanfaatkan fluktuasi di pasar global untuk mendapatkan harga terbaik untuk membeli/menjual valuta asing. Untuk lebih jelasnya dari fasilitas ini bisa menghubungi cabang terdekat. DISCLAIMER Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami di customercare@commbank.co.id. commbank.co.id
Similar documents
Cashflow - Commonwealth Bank
2. Mencatat pengingat piutang dan utang / Record reminder of receivables and payables ............... 9 3. Melihat detil pengingat / View reminder details .............................................
More information