Wealth Management Newsletter - Desember 2014

Transcription

Wealth Management Newsletter - Desember 2014
Market Perspective // 1
Wealth Management Newsletter - Desember 2014
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
2 // Market Perspective
GREETINGS
Nasabah terhormat,
Terima kasih atas kepercayaan Anda menjadi Nasabah setia
Commonwealth Bank.
Di penghujung di tahun 2014 ini, pasar global dikejutkan dengan
turunnya harga minyak dunia hingga ke level yang setara pada
akhir tahun 2009 setelah krisis di Amerika Serikat. Bagaimana
dampaknya terhadap ekonomi dan iklim investasi di Indonesia
akan diulas dalam edisi market perspective kali ini. Meskipun
berbagai sentimen negatif masih mempengaruhi pasar global
ke depan, namun kami menatap prospek ekonomi tahun 2015
dengan sangat positif.
Jika Anda membutuhkan informasi lebih lanjut mengenai
strategi dan rekomendasi produk-produk investasi, Anda dapat
menghubungi Relationship Manager kami di cabang terdekat.
Akhir kata, kami bersama segenap direksi Commonwealth Bank
ingin mengucapkan Selamat Hari Raya Natal dan Tahun Baru
2015.
Hormat kami,
Rian Kaslan
EVP, Head of Wealth Management and Business Strategy
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
Market Perspective // 1
global Outlook
Penurunan Harga Minyak Dunia
Sepanjang tahun 2014 harga minyak dunia terus mengalami
penurunan harga. Harga Minyak Brent Crude yang menjadi acuan
dunia turun -33 % YtD ke level US$66.5/barrel. Harga minyak WTI
untuk pengiriman Januari 2015 juga terlihat turun -28,05% dan
harga minyak OPEC turun paling tajam -36% YtD.
Apa yang menyebabkan penurunan
harga minyak dunia?
Demand atas minyak dunia masih belum menunjukkan pemulihan,
sejalan dengan perlambatan ekonomi di Eropa, Jepang, China
dan di berbagai belahan dunia lainnya. Hal ini juga terlihat dari
IMF yang kembali menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi
dunia pada Oktober 2014 lalu. Hanya AS yang menunjukkan
pemulihan pertumbuhan ekonomi, sedangkan negara lainnya
masih menghadapi resesi.
Year over Year
IMF World
Economic
Forecast
Sumber: Bloomberg
Keputusan OPEC ini terkait kepentingan
untuk menjaga dominasi share supply
minyak dunia, terhadap persaingan dari
meningkatnya suplai minyak dari negara
non OPEC, dalam hal ini AS. Pimpinan Saudi
Arabia menyatakan bahwa penurunan harga
minyak akan mengalami stabilisasi dengan
sendirinya.
Projections
Advanced Economies
United States
Euro Area
Germany
France
Italy
Spain
Japan
United Kingdom
Canada
Other Advanced Economies2
Emerging Market and
Developing Economies3
Commonwealth of Independent States
Russia
Excluding Russia
Emerging and Developing Asia
China
India4
Asena-55
Emerging and Developing Europe
Latin America and The Caribbean
Brazil
Mexico
Difference
from July 2014
WEO Update
Q3 over Q4
Projections
2012
2013 2014 2015
2014
2015
2013 2014 2015
3.4
1.2
2.3
-0.7
0.9
0.3
-2.4
-1.6
1.5
0.3
1.7
2.0
3.3
1.4
2.1
-0.4
0.5
0.3
-1.9
-1.2
1.5
1.7
2.0
2.3
3.3
1.8
2.2
0.8
1.4
0.4
-0.2
1.3
0.9
3.2
2.3
2.9
3.8
2.3
3.1
1.3
1.5
1.0
0.8
1.7
0.8
2.7
2.4
3.1
-0.1
0.0
0.5
-0.3
-0.5
-0.4
-0.5
0.1
-0.7
0.0
0.1
0.0
-0.2
-0.1
0.0
-0.2
-0.2
-0.5
-0.3
0.1
-0.2
0.0
0.1
-0.1
3.7
2.2
3.1
0.5
1.4
0.8
-0.9
-0.2
2.4
2.7
2.7
2.8
3.1
1.7
2.1
0.8
1.1
0.3
-0.1
2.0
0.6
3.5
2.2
2.6
3.8
2.4
3.0
1.6
1.9
1.3
1.3
1.5
0.5
2.2
2.4
4.0
5.1
4.7
4.4
5.0
-0.1
-0.2
5.1
4.5
5.0
3.4
3.4
3.6
6.7
7.7
4.7
6.2
1.4
2.9
1.0
4.0
2.2
1.3
4.2
6.6
7.7
5.0
5.2
2.8
2.7
2.5
1.1
0.8
0.2
2.0
6.5
7.4
5.6
4.7
2.7
1.3
0.3
2.4
1.6
0.5
4.0
6.6
7.1
6.4
5.4
2.9
2.2
1.4
3.5
-0.1
0.0
-0.4
0.1
0.0
0.2
0.1
0.0
-0.7
-1.0
0.0
-0.5
-0.5
-0.4
0.0
0.0
0.0
-0.2
0.0
-0.4
-0.6
0.1
2.1
1.9
...
6.7
7.7
6.1
4.7
3.6
2.1
2.2
0.6
-1.5
-0.8
...
6.6
7.5
5.8
5.1
2.8
0.8
0.0
3.5
1.5
0.9
...
6.3
6.8
6.5
5.0
4.4
2.2
1.8
3.3
Sumber : IMF World Economic Forecast
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
2 // Market Perspective
Namun disisi lain, produksi (suplai) minyak dunia semakin
bertambah, khususnya dari keberhasilan penemuan/teknologi shale
deposit di AS. Suplai minyak Amerika tumbuh 1.53 mb/day di 2014.
Ini merupakan pertumbuhan terbesar diantara seluruh Negara nonOPEC.
Graph 5.10: OPEC and world oil supply
30
91
29
90
28
89
27
88
Keputusan OPEC ini terkait kepentingan untuk menjaga dominasi
share supply minyak dunia, terhadap persaingan dari meningkatnya
suplai minyak dari negara non OPEC, dalam hal ini AS. Pimpinan
Saudi Arabia menyatakan bahwa penurunan harga minyak akan
mengalami stabilisasi dengan sendirinya, dan beberapa negara
anggota OPEC terlihat dari awal belum menunjukkan intensinya
untuk memangkas volume produksi.
“…. hasil OPEC di akhir November 2014 menandakan
kita memasuki Era Baru Industri Minyak, di mana
Mekanisme Supply Demand Diserahkan Pada Pasar”
Aug 14
Sep 14
Oct 14
92
Mar 14
Apr 14
May 14
Jun 14
Jul 14
31
Aug 13
Sep 13
Oct 13
Nov 13
Dec 13
Jan 14
Feb 14
93
Mar 13
Apr 13
May 13
Jun 13
Jul 13
mb/d
32
Nov 12
Dec 12
Jan 13
Feb 13
mb/d
Hal ini semakin diperparah dengan hasil pertemuan OPEC
27 November 2014 lalu. Sebagai organisasi pengekspor minyak
terbesar di dunia dengan kontribusi 40% dari suplai minyak dunia,
OPEC memiliki pengaruh cukup kuat pada pergerakan harga minyak
dunia. OPEC memutuskan untuk menjaga level produksi kolektifnya
sebesar 30 Juta barrel perhari. Pelaku pasar memandang hal ini
sebagai Era baru di Harga Minyak, dimana mekanisme supply
demand diserahkan pada pasar sendiri, tidak lagi bergantung pada
OPEC dan Saudi Arabia.
World Supply (RHS)
OPEC crude production (LHS)
Sumber: Monthly Oil Market Report - November 2014
Graph 5.4: US quarterly production
Penurunan harga minyak,
artinya outlook inflasi dunia masih menurun
mb/d
15
14
Terlihat konsensus Bloomberg langsung menurunkan estimasi
inflasi 2014-2015.
13
12
11
Avg.
2014
10
1Q15
1Q15
1Q15
1Q15
4Q14
3Q14
2Q14
1Q14
1Q13
1Q13
1Q13
1Q13
4Q12
3Q12
2Q12
1Q12
9
Avg.
2015
----GDP----
Avg.
2014
Avg.
2015
--Inflation--
End
2014
--CB Rate--
--As of--
G-5 COUNTRIES
Ketidaksesuaian demand dan supply ini mengkibatkan harga minyak
dunia semakin turun. Penurunan ini hampir setara dengan level
normalisasi harga minyak dunia di tahun 2009, setelah mengalami
crash hingga mendorong harga minyak menyentuh US$38/barrel
akibat krisis ekonomi AS di tahun 2008.
United States
2.2%
3.0%
1.7%
1.8%
Previous Survey
2.2%
3.0%
1.7%
2.0%
Eurozone
0.8%
1.2%
0.5%
1.0%
Previous Survey
0.8%
1.3%
0.5%
1.1%
Japan
0.9%
1.0%
1.8%
1.8%
Previous Survey
1.0%
1.2%
2.8%
1.8%
1.25%
11/13/2014
10/09/2014
0.05%
11/17/2014
10/13/2014
270
11/06/2014
10/09/2014
Sumber : Bloomberg
Graph 4.1: Quarterly world oil demand growth
tb/d
2,000
Penurunan harga minyak dunia, artinya outlook inflasi juga turun.
Turunnya ekspektasi inflasi akan mendorong penurunan yield
obligasi dan otomatis kenaikan (rally) harga obligasi. Setelah
pertemuan OPEC, langsung terlihat penurunan yield US Treasury
tenor 10 tahun ke level 2,2% dari minggu sebelumnya dikisaran
2,35%.
1,500
1,000
500
0
-500
-1,000
1Q
2Q
3Q
4Q
2013
OECD
1Q
2Q
3Q
4Q
1Q
2Q
3Q
2014
2015
estimate
forecast
Non-OECD
Sumber: Monthly Oil Market Report – November 2014
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
Total World
4Q
Penurunan outlook inflasi ini tentunya membuat upaya yang sudah
dilakukan berbagai Bank Sentral dengan memompa stimulus,
menjadi kurang berarti. Dengan kata lain, ECB dan Bank of Japan
perlu meningkatkan program stimulus jika mereka masih berintensi
mencapai target inflasinya.
Dengan demikian, walaupun penurunan harga minyak dunia akan
mendorong penurunan harga komoditas terkait lainnya seperti batu
bara, metal dan harga saham perusahaan bidang energi di dunia.
Namun hal ini juga semakin mendorong spekulasi akan adanya
stimulus tambahan dari ECB dan Jepang. Hal inilah yang akan
menjadi support dalam pergerakan pasar modal di dunia.
Market Perspective // 3
Selanjutnya apa yang perlu kita amati
ke depannya?
Perkembangan Program Stimulus di Jepang,
Eropa dan China
Jepang
Data Inflasi Eurozone masih menurun 0,3% YoY. rendahnya inflasi
memunculkan harapan QE di Zone Eropa. Selanjutnya, pelaku
pasar kembali menunggu hasil pertemuan ECB dipertengahan
Desember 2014, yang akan membahas perpanjangan dan spekulasi
penambahan pinjaman likuiditas kepada perbankan di Eropa, yang
lebih dikenal dengan program TLRO.
Namun hal lain yang juga cukup mewarnai pergerakan pasar ke
depannya adalah risiko politik di Yunani. Pasar saham Yunani
mengalami koreksi -12,8% dalam 1 hari perdagangan 9 Desember
2014. Koreksi di pasar saham Yunani disebabkan risiko politik, atau
kekhawatiran atas hasil pemilu yang dapat dimenangkan pihak
oposisi. Hal ini kembali mendorong kekhawatiran investor atas
masalah penyelesaian hutang dan potensi hair cut secara paksa
bagi pemegang surat hutang yunani.
Ekonomi Jepang mengalami resesi lebih dalam dari yang
dibayangkan sebelumnya, terlihat dari business spending yang
mengalami penurunan ke level -0,4% QoQ, dibandingkan
sebelumnya -0,2% QoQ. Penurunan business spending ini dampak
lanjutan setelah kenaikan Pajak Penjualan April 2014 lalu.
Selain itu, laju ekonomi Jepang menunjukkan penurunan pada
QQ3/14 sebesar -1,9% (annualized), dibandingkan estimasi
konsensus sebesar -0,5%. Untuk mengatasi kondisi ini, Shinzo
Abe (PM Jepang) telah mengeluarkan stimulus dan menaikkan
target tahunan monetary base ke Yen 80 Triliun (US$724 Miliar)
dari sebelumnya Yen 60-70 Triliun. Selain itu Abe juga menunda
kenaikan pajak selama 18 bulan kedepan yang menjadi katalis
pendorong kenaikan pasar saham Jepang.
Selanjutnya, pada 14 Desember 2014 mendatang akan berlangsung
early election di Jepang, di mana Abe diestimasi kembali
mengungguli partai oposisinya yang terlihat relatif kurang siap
dibandingkan partai pengusung Abe. Pelaku pasar melihat outlook
stimulus di Jepang akan sangat bergantung pada pendukung suara
Abe.
China
Data ekonomi China masih menunjukkan perlambatan. Ekspor
China masih melambat atau tumbuh +4,7% YoY (vs sebelumnya
+11,6%). Sedangkan impor China kontraksi sebesar -6,7% YoY
(vs sebelumnya +4,6% YoY). Setiap data ekonomi di China yang
menunjukkan perlambatan, akan mendorong spekulasi pasar akan
penambahan stimulus.
Sebelumnya Bank sentral China sudah melakukan pemotongan
suku bunga kredit 12 bulan sebesar 40 bps menjadi 5,6% dan suku
bunga dana 12 bulan sebesar 25 bps menjadi 2,75%. Persyaratan
Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan juga dilonggarkan. Hal ini
diharapkan mendorong suplai kredit sekitar CNY 7 Triliun.
Akhirnya, pelaku pasar juga akan terus memantau
perkembangan Kebijakan The Fed
Eropa
Pada pertemuan ECB di awal Desember 14 lalu, Mario Draghi
(ECB) menyatakan kesiapannya mengucurkan stimulus pada awal
tahun depan, tanpa menyebut rentang waktu. Seberapa besar
stimulus yang dikucurkan, pelaku pasar berspekulasi hingga pada
level balance sheet yang setara tahun 2012 lalu atau Euro 3T Triliun
dalam 2 tahun ke depan. Artinya, tambahan Euro 1 Triliun hingga
akhir 2016.
Pelaku pasar kembali wait & see menjelang FOMC meeting yang
akan berlangsung minggu depan tanggal 16-17 Desember 2014.
Diharapkan tidak ada satu keputusan penting yang akan dirilis.
Namun pelaku pasar berspekulasi apakah FOMC akan mengubah
sinyal arah kebijakan The Fed Fund Rate ke depannya. Sejak Maret
2014, FOMC sudah memberikan arah akan menahan The Fund
Rate selama waktu tertentu setelah mengakhiri program pembelian
asetnya.
Namun dengan kondisi pasar tenaga kerja yang terus menunjukkan
perbaikan dan bahkan data penambahan jumlah non-farm payroll
di November 2014 yang sangat kuat, mencapai 321.000 di atas
estimasi pasar dan level Unemployment rate pada level terendah
5,8%, maka hal ini akan mendorong The Fed mengubah sinyal arah
kebijakan suku bunga pada pertemuan FOMC Desember 2014 ini.
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
4 // Market Perspective
ANALISA VALAS
Setelah AS memproduksi minyak mentah dunia, harga minyak mentah turun sebesar 28.22% dari $80 per barrel menjadi $58 per barrel.
Hal ini terjadi karena produksi yang berlebihan dari Negara-negara penghasil minyak yang tidak diiringi dengan daya beli pasar yang kuat.
Permintaan di pasar global tidak bertumbuh secepat produksi di pasar.
Rencana The Fed untuk menaikan suku bunga sudah semakin dekat seiring dengan perbaikan yang konsisten di pasar tenaga kerja AS.
Namun penurunan harga minyak dunia cenderung berdampak pada perlambatan peningkatan inflasi di AS. Data inflasi pun menunjukan angka
yang stabil dan relative masih kondusif dengan tingkat suku bunga saat ini. Diperkirakan, tidak diperlukan kenaikan suku bunga mendadak
untuk AS dikarenakan tingkat inflasi yang masih terjaga. Namun pada meeting FOMC mendatang diperkirakan kata-kata yang digunakan tidak
lagi mengindikasikan kenaikan suku bunga dalam jangka waktu yang lama, akan tetapi lebih ada penekanan pada perekonomian AS sudah
siap untuk melakukan pengetatan kebijakan.
Perubahan kebijakan akan menjadi tema utama pada tahun 2015 mendatang di pasar valas. Pasalnya USD akan mengalami pergerakan
dengan volatilitas yang tinggi dan cenderung memiliki pengaruh yang besar terhadap mata uang lainnya.
USD/IDR
pergerakan turun AUD terhadap mata uang
lainnya. Pada tanggal 12 Desember 2014,
Glenn Stevens, Gubernur RBA, mengatakan
bahwa AUD/USD akan lebih “nyaman” jika
diperdagangkan pada level 0.7500 daripada
level saat ini di 0.8500. Hal ini diperkirakan
akan membantu ekpor Australia dan
kembali memberikan sentiment positif pada
neraca perdagangan Australia. Turunnya
harga minyak dunia cenderung berpengaruh
pada turunnya inflasi di Australia dan
memperlebar selisih suku bunga dan inflasi.
Hal ini memberikan fleksibilitas tambahan
kepada RBA untuk melakukan pelonggaran
kebijakan atau memotong suku bunga AUD
dan mendukung pertumbuhan ekonomi
kedepannya.
IDR terus mengalami pelemahan pada
penghujung tahun 2014. Pada tanggal
15 Desember, IDR menyentuh titik terlemah
di level 12.698 dibandingkan dengan USD.
Level ini adalah level terlemah semenjak
tahun 1999. Pelemahan ini terjadi karena
penyesuaian nilai tukar dengan USD yang
terus menguat. Penguatan USD dikarenakan
oleh data-data indikator perekonomian
AS yang semakin baik. Perbaikan datadata AS ini membuktikan bahwa The Fed
siap untuk menaikan suku bunga USD.
Ditambah lagi harga minyak dunia yang
terus turun cenderung berdampak pada
turunnya nilai ekspor komoditas Indonesia
dan berpotensi memberikan tekanan pada
neraca perdagangan Indonesia.
Diperkirakan AUD/USD akan cenderung
bergerak dengan rentang 0.8350 – 0.8150
pada bulan Desember 2014
Dari domestik, kebutuhan akhir tahun untuk
perusahaan-perusahaan juga meningkat
guna menutup posisi neraca perusahaan
dan memenuhi peraturan pemerintah untuk
korporasi mengenai hedging-debt-loan yang
akan efektif pada awal tahun 2015
GBP/USD
Pergerakan GBP pada bulan Desember
ini diwarnai dengan mix nya data-data
ekonomi dari UK, salah satu data positif
terpenting yang dirilis UK pada awal bulan
Desember adalah data Services PMI, dari
data tersebut sektor utama di UK yaitu
sektor jasa mengalami peningkatan sebesar
58.6 dari data bulan sebelumnya di 56.2,
namun melambungnya ekspektasi pasar
terhambat oleh 2 data yang juga dirilis UK
yaitu kegiatan manufaktur dan konstruksi
UK yang buruk. Hal ini memupuskan
harapan pasar tentang kenaikan suku
bunga Inggris di waktu dekat
Diperkirakan GBP/USD akan cenderung
bergerak dalam rentang 1.5540 – 1.5770
pada bulan Desember 2014
USD/JPY
EUR/USD
Inflasi zona Eropa yang cenderung dalam
trend turun dan berpotensi memasuki
zona deflasi mewarnai perekonomian
Eropa pada bulan Desember. ECB kembali
menggelontorkan stimulus sebesar 129.8B
EUR dan menetapkan suku bunga tetap di
-0,20% guna meningkatkan inflasi. Namun
turunnya harga minyak mentah dunia
mengancam inflasi di Zona Eropa untuk
terus konsisten turun. Penurunan harga
minyak mentah ini berpotensi memicu
ECB untuk kembali mengintervensi pasar
dengan tambahan jumlah stimulus.
Diperkirakan nilai tukar Rupiah akan
cenderung melemah di rentang 12,600 –
12,850 selama bulan Desember ini
AUD/USD
Seiring penguatan USD di pasar global,
AUD pun tak luput dari depresiasi. AUD
melemah sebanyak 6,38% dari awal bulan
November hingga pertengahan Desember
atau dari level 0.8800 turun ke level 0.8215
terendah di pertengahan Desember.
Selain penguatan USD, turunnya harga
minyak mentah dunia dan komoditas
secara keseluruhan juga mempengaruhi
Diperkirakan EUR/USD akan cenderung
bergerak dalam rentang 1.2230 – 1.2550
pada bulan Desember 2014 dengan
kecenderungan turun.
Pelemahan JPY terus terlihat konsisten dari
awal bulan November hingga pertengahan
Desember. Dari awal November sampai
pertengahan
Desember
JPY
sudah
melemah sebanyak 10,43% dengan level
terendah terhadap USD di 121.46 pada
tanggal 5 Desember 2014. Pelemahan JPY
ini disebabkan terutama oleh stimulus yang
di gelontorkan oleh BOJ sebesar 1.2T JPY
dan penguatan USD secara keseluruhan di
pasar global.
DIperkirakan USD/JPY akan cenderung
bergerak dengan rentang 117.50 – 120.50
pada bulan December 2014 dengan
kecenderungan naik.
Recommendation
USD/IDR
EUR/USD
GBP/USDAUD/USD
USD/JPY
Expected buying level
12.550 - 12.600
1.2250 - 1.2300
1.5550 - 1.5600
0.8150 - 0.8180
117.00 - 117.50
Expected selling level
12.850 - 12.900
1.2480 - 1.2500 1.5750 - 1.5800
0.8350 - 0.8430 120.00 - 120.50
Long profit taking @
12.850 and above
1.2425 and above
1.5750 and above
0.8300 and above
120.00 and above
Short profit taking @
12.700 and below
1.2300 and below
1.5600 and below
0.8150 and below
119.50 and below
Long cut loss @
12.300 - 12.350
1.2125 - 1.2175
1.5475 - 1.5500
0.8000 - 0.8080
116.00 - 116.50
Short cut loss @
13.000 - 13.100
1.2575 - 1.2650
1.5875 - 1.5915
0.8525 - 0.8600
121.80 - 122.35
Entry Point
Profit Taking
Cut Loss
*Data di atas hanya bersifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
Market Perspective // 5
EQUITY MARKET REVIEW & OUTLOOK
Kenaikan BBM ini dilakukan tanpa banyak mengulur waktu.
Walaupun ada kelompok di Parlemen dan kalangan masyarakat
yang menolak dan memberikan opini negatif, namun kenaikan BBM
tetap dilakukan. Dari bahasan CommInsight edisi sebelumnya,
terlihat beberapa sinyal yang sudah dilakukan Pemerintah, yakni
dengan mulai mendistribusikan 4 kartu sakti sebagai bentuk upaya
mengurangi dampak yang dirasakan masyarakat kecil. Pasar
modal langsung bereaksi positif menyambut kenaikan BBM.
Jokowi dalam Forum APEC 2014
20.0
5,500
15.0
10.0
5,150
14.6
14.5
5,000
11.5
9.5
7.8
4,274
5.3
4.3
5.0
4,000
(5.3)
(1.3)
Nov-14
Oct-14
Sep-14
Aug-14
Jul-14
Jun-14
May-14
Apr-14
(5.0)
4,500
2.7
Mar14
Sekembalinya dari lawatan di luar negeri dan tanpa membutuhkan
waktu yang cukup panjang, pada tanggal 17 November 2014 malam
Pemerintah Jokowi-JK akhirnya menaikkan harga bahan bakar
bersubsidi sebesar Rp2000/liter. Bensin menjadi Rp8.500/liter dan
Solar menjadi Rp7.500/liter. Hal ini menunjukkan keseriusan dan
keberanian Pemerintah dalam men-deliver agenda reformasi.
IHSG & Arus dana asing di portofolio saham (Rp Triliun)
Feb-14
Pada pertemuan APEC di Beijing, Jokowi menyampaikan
pesan yang sangat jelas dan sederhana. Untuk mempercepat
pembangunan ekonomi, maka Pemerintah akan mendorong
investasi. Foreign Direct Investment (FDI) menjadi faktor penting
untuk mencapai pembangunan ekonomi di atas 7%. Selain itu
kondisi politik dalam negeri juga relatif stabil, di mana nuansa
perdamaian akhirnya terlihat di DPR, setelah lebih dari 1 bulan, 2
kubu Koalisi di DPR berdebat.
Tingkat keyakinan investor asing semakin tinggi melihat keberanian
dan keseriusan Pemerintah Jokowi. Terlihat dari kembali masuknya
aliran dana dari investor asing. Sebelumnya 3 bulan terturut-turut
selama Agustus ke Oktober 2014, mencatatkan Net Sell akumulasi
senilai –Rp 1.9 Triliun. Namun di bulan November 2014 langsung
mengalami Net Buy sebesar Rp5.3 Triliun.
Jan-14
Selanjutnya mulai tanggal 11 hingga 19 November 2014, IHSG
masuk pada area perdagangan positif hingga mencapai level 5.128.
Hanya dalam 9 hari, IHSG berbalik dari level di bawah 5000 dan
berhasil kembali menembus level di atas 5.100. Penguatan IHSG
didorong sentimen positif dari forum APEC di mana pidato Jokowi
berhasil membuat investor asing semakin yakin untuk berinvestasi
di Indonesia.
Antrian menjelang kenaikan harga BBM
Dec-13
Selama bulan November 2014, IHSG mengalami kenaikan positif
sebesar +1,19% ke level 5.150. Awalnya, pergerakan IHSG
cenderung mengalami penurunan hingga menyentuh level di
bawah 5000 pada 10 November 2014. Hal ini lebih disebabkan
faktor domestik yakni: ketidakpastian rencana kenaikan BBM yang
membuat investor wait & see, data pertumbuhan ekonomi QQ3’14
yang terlihat melambat dan rilis laporan keuangan emiten QQ3’14
dibawah estimasi konsensus. Walaupun pada saat itu, pasar
global relatif mengalami kenaikan karena didorong optimisme pada
rencana stimulus Jepang dan European Central Bank (ECB).
(7.4)
(10.0)
Foreign Flow (Rp Tn)
Net Buy (+) & Net Sell (-)
3,500
(3.2)
3,000
IHSG
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Pergerakan IHSG selama November 2014
5,200
5,150
5,150
5,100
5,128
5,090
5,050
5,000
Selain reaksi positif di pasar saham, dengan tingginya inflow dana
dari investor asing maka mata uang Rupiah langsung menguat
dari level Rp12.200-an menjadi Rp12.100/USD. Begitu pula
dengan yield SUN tenor 10 tahun juga terlihat turun ke level 7,9%.
Ekspektasi inflasi dari kenaikan BBM hanya berkisar 7,3-7,5%
sehingga masih ada cushion yang cukup dari level yield SUN yang
tinggi.
4,965
4,950
4,900
28-Nov-14
26-Nov-14
24-Nov-14
22-Nov-14
20-Nov-14
18-Nov-14
16-Nov-14
14-Nov-14
12-Nov-14
10-Nov-14
8-Nov-14
6-Nov-14
4-Nov-14
2-Nov-14
31-Oct-14
4,850
“Kenaikan harga BBM, menunjukkan
keseriusan dan keberanian Pemerintah
dalam men-deliver agenda reformasi. Tingkat
keyakinan investor asing semakin tinggi dan
pasar langsung bereaksi positif.”
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
6 // Market Perspective
Bagaimana dengan pergerakan saham secara sektoral?
Hampir seluruh sektor saham mengalami penguatan. Sektor yang
mengalami penguatan tertinggi adalah Property & Construction
(+6,8%), khususnya didorong kenaikan saham-saham konstruksi
yang mendapat sentimen positif dari kenaikan harga BBM.
Dengan kenaikan harga BBM ini diharapkan Pemerintah semakin
meningkatkan investasi di pembangunan infrastruktur.
Selanjutnya, penguatan juga terjadi di sektor Agri (+6.28%), yang
lebih disebabkan rebound harga CPO dan kemudian disusul
penguatan di sektor Aneka Industri (+3,93%), Consumer (+2,52%),
Financial (+1,49%) dan Basic Industry (+0,67%). Namun masih
terdapat saham-saham yang mengalami pelemahan, yakni saham
di sektor Trade & Services (-3,0%), Mining (-0,95%) dan Infrastruktur
(-0,61%). Pelemahan ini lebih disebabkan faktor spesifik yang
terkait dengan sektor tersebut. Misalnya saja, sentimen penurunan
harga minyak dunia dan pelemahan ekonomi China yang masih
mempengaruhi sentimen harga komoditas batu bara.
Penurunan harga saham di sektor Trade & Services, disebabkan
koreksi dari saham-saham media MNCN, EMTK yang pemiliknya
terkait dengan pihak yang kalah dalam Pemilu 2014 lalu. Sedangkan
di sektor Infrastruktur, penurunan saham didorong koreksi di saham
TRAM, INDY (terkait usaha perkapalan).
Apa yang mempengaruhi pergerakan pasar selanjutnya?
Pemerintah Jokowi sudah berhasil melalui tes pertama dalam
pemilihan kabinet dan tes kedua merealisasikan salah satu agenda
reformasi di bidang energi yakni pengendalian subsidi BBM.
Message yang disampaikan Pemerintah sangat straightforward dan
berhasil menyakinkan Investor asing terhadap potensi Indonesia.
Kami melihat “Image” ini sangat positif dan perlu di-maintain dalam
forum-forum internasional yang dihadiri Pemerintah selanjutnya.
Selanjutnya beberapa hal yang perlu diamati pelaku pasar:
1. Bagaimana langkah Pemerintah dalam mengalokasikan dana
penghematan dari subsidi BBM (pengeluaran konsumsi)
ke pengeluaran produktif (anggaran pemerintah yang pro growth)
Kenaikan harga BBM bersubsidi di November 2014 lalu berpotensi
menurunkan subsidi sebesar Rp94 Triliun, terendah dalam
sejarah. Ditambah dengan penurunan harga minyak dunia, yang
membuat Indonesia Crude Price (ICP) turun ke US$80/barrel,
jauh di bawah asumsi budget Pemerintah 2015 sebesar
US$105/barrel. Sehingga Pemerintah memperoleh tambahan
saving anggaran sebesar Rp50 Triliun selama 2015 atau total
menjadi Rp140 Triliun. Nilainya cukup signifikan dibandingkan
alokasi anggaran subsidi sebelumnya Rp276 Triliun untuk
tahun 2015 mendatang.
Estimasi pengeluaran (belanja) modal Pemerintah diprediksi
mencapai Rp227 Triliun (vs Rp157 Triliun di APBN 2015), lebih
tinggi dari alokasi subsidi BBM Rp132 Triliun (vs Rp276 Triliun di
APBN 2015). Dengan demikian, alokasi revisi anggaran 2015 yang
akan diajukan Pemerintah di Januari 2015 menjadi hal yang perlu
diperhatikan.
Selain itu, news mengenai bagaimana pendistribusian bantuan kepada
masyarakat miskin dan bagaimana implementasi pembangunan
infastruktur juga dapat mewarnai pergerakan pasar. Apalagi
beberapa bottleneck masih perlu dihadapi, misalnya bagaimana
proses reformasi birokrasi dapat berjalan untuk mempercepat
realisasi anggaran, proses akuisisi tanah, dan lain-lain.
“Intinya, pembangunan infrastruktur tidak
semudah dan seindah dalam hitungan kertas
semata”
2. Penurunan harga minyak dunia, sangat positif bagi Indonesia
Dengan penurunan harga minyak dunia yang mendorong ICP
turun ke US$80/barrel, selisih antara harga BBM bersubsidi
dan harga non subsidi semakin menyempit ke level terendah,
atau sekitar Rp300/liter. Selisih ini akan mengurangi praktik
penyelundupan minyak.
Penurunan harga minyak dunia ini juga mendorong perbaikan
Current Account Deficit (CAD), yang diestimasi kurang dari
-3% terhadap PDB di akhir 2014, relatif lebih baik dibandingkan
estimasi sebelumnya -3,1% dan periode 2013 sebesar -3,4%
terhadap PDB. Menurut Faisal Basri, setiap penurunan harga
minyak dunia US$1/barrel diestimasi akan mengurangi CAD
sebesar US$170 juta. Dengan demikian, penurunan harga
minyak ini diprediksi akan memberikan kontribusi pada
penurunan CAD sebesar US$10 Miliar di tahun 2015 atau
sekitar -2% terhadap PDB.
Penurunan harga minyak juga secara langsung dapat
memperbaiki figur anggaran Pemerintah. Tabel di bawah ini
memperlihatkan estimasi defisit anggaran pada berbagai figur
harga minyak.
Fleksibilitas Fiskal yang lebih besar
Savings on
Oil price, govt subsidy,
US$/bbl Rptn
Remark
105
51 Assuming 30% gap between market/subsidized price, the stress level is US$110/bbl
100
Menteri Keuangan sempat menyebutkan sebagian saving
anggaran tersebut sekitar Rp70 Triliun akan dialokasikan pada
pembangunan infrastruktur. Sedangkan sisanya, akan
digunakan untuk kebutuhan sosial dan penghematan untuk
mencapai target defisit anggaran 2,2% terhadap PDB.
Jokowi’s insfrastructure Projects for 2015-2019
Magnitude
New Dam
New irrigation
Rehabilitation of irrigation
New roads
New toll roads
Roads fix
New airports
Airport cargo
New sea ports
Railways development
30 dams
1 mn ha
3 mn ha
2,650 km
1,000 km
46,770 km
15 airports
6 location
24 ports
3,258 km
Sumber: Bisnis Indonesia
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
95
75 No pressure to increase prices
99 No pressure to increase prices
90
122 Current assumption used by the government in increasing fuel prices by Rp2k/L
85
146 Budget deficit would fall to 0.9% of GDP
80
170 Budget deficit would fall to 0.7% of GDP
75
194 Budget deficit would fall to 0.5% of GDP
70
217 Budget deficit would fall to 0.3% of GDP
65
241 Budget may become balanced
60
265 Budget may turn to a surplus
Sumber: CIMB, 2015 Indonesia State Budget
Selanjutnya, momentum ini dapat digunakan Pemerintah untuk
mulai memperkenalkan skema subsidi tetap. Walaupun harga
minyak dunia kembali naik, namun figur anggaran Pemerintah tidak
lagi terpengaruh. Bila asumsi pertumbuhan normal dari konsumsi
BBM hanya sekitar 7% maka kenaikan alokasi subsidi hanya
Rp6-7 Triliun pertahun, jauh lebih rendah dibandingkan rata-rata
kenaikan tiap tahunnya sebesar Rp42 Triliun selama 2010 – 2013.
Market Perspective // 7
“Penghematan subsidi BBM dan penurunan
harga minyak dunia, memberikan dampak sangat
positif pada penurunan Current Account Deficit”
3. Dampak pada daya beli masyarakat dan profitabilitas
perusahaan
Kenaikan harga BBM ini tentunya berpotensi menggerus daya
beli masyarakat. Bank Indonesia memprediksi inflasi mencapai
7,5 – 8,1% di akhir Desember 2014. Pemerintah selain melakukan
distribusi kartu kesehatan, pendidikan dan dana sosial lainnya,
juga berinisiatif mendorong kenaikan upah minimal rata-rata
sebesar 13%.
Diharapkan
dengan
bantuan
Pemerintah
dan
kenaikan upah minimal ini, setidaknya dapat mengurangi
dampak sosial dari kenaikan BBM. Dengan demikian, kami
tidak melihat dampak material pada pertumbuhan omset
perusahaan di sektor konsumsi.
Sedangkan bagi sektor manufaktur dan logistik, yang relatif
sudah menggunakan BBM non subsidi, malah mendapatkan
dampak positif dari penurunan harga minyak dunia. Marjin
tambahan juga diperoleh dari penurunan harga listrik. Dengan
penerapan skema floating pada Tarif Dasar Listrik (TDL) yang
berubah tiap bulannya menyesuaikan pergerakan nilai tukar,
harga minyak dan inflasi.
Sektor Manufaktur
Biaya listrik dan energi lainnya meliputi 20-30% dari biaya manufaktur
Dampak secara keseluruhan akan berbeda-beda tergantung
kondisi spesifik yang mempengaruhi earning perusahaan. Namun
peningkatan marjin ini menjadi terbatas bila perusahaan sangat
terpengaruh kenaikan Upah Minimal dan pelemahan Rupiah.
Sektor airlines
Pergerakan harga minyak dunia sangat mempengaruhi profitabilitas
usaha. Biaya bahan bakar (avtur) meliputi sekitar 50% terhadap total
biaya operasional
The next destination:
Agenda Pemerintah yang Pro-Growth
Fleksibilitas dari postur anggaran Pemerintah yang lebih sehat,
kini tidak lagi sekedar suatu wacana. Kalo selama beberapa bulan
sebelumnya, penghematan subsidi BBM hanya menjadi anganangan semu, sekarang amunisi tersebut sudah ada di depan mata.
Tinggal bagaimana langkah nyata Pemerintah merealisasikan
alokasi anggaran tersebut.
Perbaikan makro ekonomi juga sudah terlihat dari perbaikan CAD
di kuartal 3/tahun 2014, ditambah inflasi relatif yang terkendali.
Tinggal bagaimana pergerakan Rupiah ke depannya. Tren
penguatan Dollar Index atau pelemahan mata uang partner dagang
utama AS, juga ternyata memberikan sentimen pada pelemahan
Rupiah. Kami melihat level pelemahan Rupiah ini pada range yang
menarik bagi investor asing.
Dengan melihat perlambatan ekonomi yang sudah terjadi di
kuartal 3/2014, di mana ekonomi hanya tumbuh 5,01% YoY dan
indeks aktivitas produksi (Purchasing Manufacture Index) yang
juga melambat. Hal ini menjadi faktor urgensi yang mendorong
Pemerintah untuk segera melakukan langkah mendorong laju
perekonomian. Kami berharap kebijakan dalam alokasi anggaran
Pemerintah yang pro-growth, selain akan mendorong peningkatan
di sektor-sektor yang terkait kesejahteraan rakyat seperti kesehatan,
pendidikan, juga meningkatkan investasi di sektor infrastruktur.
Dengan demikian, pertumbuhan ekonomi diestimasi naik ke level
5,3% di 2015, dari sebelumnya 5,1% di 2014.
Selanjutnya bila berbagai pembangunan sudah direalisasikan
Pemerintah dengan baik, maka tidak menutup kemungkinan laju
pertumbuhan ekonomi menembus level di atas 7%. Artinya, range
upside kenaikan IHSG juga berpotensi menembus level di atas 6.000,
dengan support dari pertumbuhan laba usaha dikisaran 15-20%.
“Hal inilah yang mendorong kami terus menjaga alokasi aset investasi pada Reksadana Saham. Latar
belakang Pemerintah yang berani mengimplementasikan agenda reformasinya, perubahan postur
anggaran yang lebih sehat, dan agenda Pemerintah yang mendukung “Pro-Growth” melalui berbagai
pembangunan infrastruktur”
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
8 // Market Perspective
BOND MARKET REVIEW & OUTLOOK
Selain itu ditambah dengan pelemahan Rupiah sebesar 1% selama
November 2014 maka total keuntungan berinvestasi dalam USD
rata-rata mencapai 13,3% secara YtD. Hal ini membuat obligasi
Indonesia melampaui kinerja obligasi di kawasan Asia lainnya,
diikuti India.
Yield Curve Obligasi Pemerintah Indonesia Rupiah
Sumber: Bloomberg
Adapun untuk obligasi dalam mata uang non Rupiah (INDON),
juga mengalami kenaikan rata-rata berkisar 1,4% - 2%. Kenaikan
tertinggi khususnya pada INDON19 (tenor 5 tahun) yang mengalami
kenaikan tertinggi 3%, disusul INDON 35 dan 38.
Kenaikan harga obligasi ini ditengah potensi kenaikan inflasi dari
kebijakan Pemerintah untuk menaikkan harga BBM bersubsidi
pada pertengahan November 2014 lalu. Kenaikan harga BBM
rupanya mampu men-trigger keyakinan investor asing terhadap
potensi peningkatan credit outlook dan pertumbuhan ekonomi
Indonesia.
Investor asing mendominasi pembelian obligasi, dengan net buy
sekitar Rp21.3 Triliun selama November 2014. Kepemilikan asing
meningkat menjadi Rp481.2 Triliun di akhir November 2014. Hal
ini menjadikan level kepemilikan asing terus mengalami kenaikan
mencapai 39,4% terhadap total obligasi Pemerintah.
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
500
9,793
9,069
9,404
400
11,361
8,996
404
300
271
223
196
200
324
481
447
9,000
5,000
3,000
Jun-14
1,000
Sep-14
Mar-14
Dec-14
Jun-13
Sep-13
Mar-13
Dec-12
Jun-12
Rp / USD
Sep-12
Mar-12
Dec-11
Jun-11
Sep-11
Mar-11
Dec-10
Kepemilikan Asing (Rp Tn)
Jun-10
0
11,000
7,000
361
108
100
Sep-10
Memasuki November 2014, pengumuman kenaikan harga BBM
bersubsidi rupanya semakin mendorong rally harga Surat Utang
Negara (SUN) sekitar 1,5 – 2,2%, terutama pada seri benchmark
(tenor 15 dan 20 tahun). Kenaikan harga obligasi ini ditandai dengan
penurunan yield, misalnya untuk tenor 10 tahun dari 8,04% di akhir
Oktober 2014 turun menjadi 7,7% di akhir November 2014.
12,206 13,000
12,171
600
Mar-10
Harga obligasi menunjukkan peningkatan selama November 2014,
melanjutkan rally dari bulan Oktober 2014. Pada bulan Oktober
2014, rally harga obligasi lebih disebabkan faktor global dari
penurunan yield US Treasury yang cukup signifikan dari level 2,6%
menjadi 2,1% didorong kekhawatiran atas perlambatan ekonomi
global setelah IMF menurunkan outlook ekonomi dunia dan
meredanya risiko politik dalam negeri serta berkurangnya tekanan
suplai penerbitan obligasi Pemerintah.
Kepemilikan Asing Terus Meningkat
Dec-09
Harga obligasi mengalami kenaikan, ditengah kenaikan
inflasi dari meningkatnya harga BBM bersubsidi
(1,000)
Sumber: Bloomberg, diolah Commonwealth Bank
Outlook Ke depan
Setelah mengalami rally selama 2 bulan ini, kami melihat sudah
saatnya melakukan rebalancing ke posisi netral, khususnya
bagi Nasabah dengan jangka waktu investasi yang pendek. Hal
ini mengingat terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan
investor:
•
Tingkat inflasi November 2014 memang cukup terkendali, yakni
sebesar 1,5% MoM dan 6,23% YoY. Selain itu, Bank Indonesia
juga telah meningkatkan suku bunga acuan sebesar 25 bps
menjadi 7,75%. Langkah ini diambil BI untuk menjaga inflation
expectation.
Namun, dampak dari kenaikan BBM di pertengahan November
2014 lalu, diprediksi masih akan mempengaruhi tingkat inflasi
Desember 2014. Bank Indonesia juga baru meningkatkan
proyeksi inflasi di akhir tahun 2014 menjadi 7,5 – 8,1% YoY,
sebelum normalisasi di bulan berikutnya. Artinya, risiko inflasi
masih menghadang di depan mata dan nampaknya investor
belum mem-price in kenaikan inflasi ini
•
Tekanan suplai kembali meningkat mulai awal tahun 2015.
Strategi frontloading dalam penerbitan obligasi Pemerintah
nampaknya akan kembali dijalankan Pemerintah. Memang
kita mendapatkan penghematan yang cukup besar dari
kenaikan harga BBM. Namun Pemerintah sudah merencanakan
50% dari saving dana subsidi BBM akan digunakan untuk
memompa pembangunan infrastruktur dan fasilitas sosial
lainnya.
Dengan demikian pada revisi anggaran yang akan diajukan
Pemerintah pada Januari 2015, diperkirakan defisit anggaran
turun dari 2,2% menjadi 1,8% terhadap PDB. Dengan
penerbitan obligasi Pemerintah sebesar Rp226 Triliun (net)
atau Rp380.4 Triliun (gross). Nilai ini relatif turun dibandingkan
penerbitan Rp277.1 Triliun (net) pada APBN 2015 sebelumnya
dan Rp265 Triliun (net) dari anggaran 2014.
Sedangkan bagi Nasabah dengan jangka waktu investasi lebih
panjang, maka setiap ada penurunan/koreksi harga, dapat
memanfaatkan peluang tersebut untuk masuk secara bertahap.
Hal ini dilandasi dengan perbaikan makro ekonomi dan fleksibilitas
postur anggaran pemerintah yang dapat mendorong credit outlook
yang positif maka potensi upside kenaikan harga obligasi masih
terbuka luas. Walaupun Rupiah nampaknya melemah pada awal
Desember 2014 ke level Rp12.300-an/USD, namun pelemahan ini
sejalan dengan pelemahan mata uang di negara lain dan merupakan
level yang menarik bagi investor asing untuk masuk ke Indonesia.
Market Perspective // 9
Disclaimers
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank
Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak
terbatas pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya
dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata
untuk tujuan informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek
atau instrumen keuangan.. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan
kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang
mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian
kelayakan atau penyesuaian laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat
dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini
harus, sebelum bertindak atas dasar informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan
kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan,
dan, jika perlu mencari profesional yang tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan
tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan
ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat,
berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat
maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan
yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan
ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan,
kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban
untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus mengikuti informasi terkini yang terdapat
dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul
akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap penilaian, proyeksi dan prakiraan yang
terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan
ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan hasil material yang berbeda pula.
Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar
asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator yang dapat diandalkan
untuk kinerja masa depan. Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal
dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan simpanan atau
kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki resiko investasi
termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam komunikasi ini
hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di
bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah dengan cara
apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan
terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau telah
memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan
dapat setiap saat melakukan pembelian dan / atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam
kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan
dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.
commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen
keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 021 15000 300
atau email kami di customercare@commbank.co.id.
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014
10 // Market Perspective
PT. Bank Commonwealth adalah Bank yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan.
Wealth Management Newsletter // Edisi Desember 2014