Wealth Management Newsletter - Oktober 2013

Transcription

Wealth Management Newsletter - Oktober 2013
Wealth Management Newsletter - Oktober 2013
1 | Market Perspective | Oktober 2013
Nasabah yang terhormat,
Tanpa terasa kita telah memasuki kuartal terakhir di tahun 2013 ini, dimana semua perencanaan dan target
finansial Anda akan kembali menjalani evaluasi berkaitan dengan tujuan finansial yang telah Anda rencanakan
untuk tahun 2013 ini.
Berbagai kejutan dari sisi ekonomi global dan domestik mewarnai pergerakan pasar di bulan September
kemarin. Di mana di luar dugaan investor, Bank Sentral Amerika Serikat memberikan sinyal untuk menunda
pengurangan dari program pembelian kembali aset obligasi pemerintah Amerika Serikat, sebuah program yang
dikenal dengan nama Quantitative Easing yang telah mengalirkan likuiditas dengan agresif dan mengakibatkan
kenaikan signifikan aset-aset investasi di negara maju dan berkembang dalam 3 tahun terakhir.
Fokus dan perhatian investor pada bulan ini masih akan tertuju pada konflik politik yang saat ini sedang terjadi
di Amerika Serikat untuk menentukan kenaikan batas kredit pemerintah, serta berbagai faktor dari ekonomi
domestik seperti tingkat inflasi, neraca perdagangan, transaksi berjalan, serta stabilitas nilai tukar. Berbagai
upaya telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik secara fiskal dan moneter, untuk menstimulasi
perekonomian domestik yang saat ini berada dalam fase konsolidasi.
Mengakhiri sambutan saya di bulan Oktober ini, saya percaya bahwa strategi perencanaan investasi yang
baik, mekanisme diversifikasi, melakukan identifikasi tujuan finansial yang jelas, serta menentukan horison
waktu investasi jangka panjang, akan sangat membantu Anda sekalian, nasabah setia Commonwealth Bank,
untuk melalui siklus yang fluktuatif yang sedang kita hadapi saat ini. Salam sukses untuk Anda dan keluarga.
Salam hangat,
Ian Whitehead
Director of Retail and Business Banking
GLOBAL OUTLOOK
S
elama bulan September, pergerakan bursa global banyak mengacu pada perkembangan di AS, diantaranya adalah pengunduran
diri Summers yang merupakan kandidat suksesor Bernanke yang selama ini merupakan sosok yang kerap menentang kebijakan
QE. Yellen yang merupakan tangan kanan Bernanke diekspektasi akan meneruskan kebijakan the Fed saat ini yang relatif longgar dan
pro pertumbuhan. Penundaan QE tapering yang diluar ekspektasi menyebabkan euphoria di pasar modal global, mulai dari penurunan
tingkat imbal hasil obligasi serta kenaikan bursa saham negara berkembang dengan ekspektasi akan adanya rotasi dana kembali dari
negara maju. Pasar kemudian juga dikejutkan oleh penghentian sementara operasional pemerintah AS yang menyebabkan beberapa
rilis data ekonomi penting yang menjadi acuan QE tapering menjadi tertunda. Dengan penutupan sementara operasional pemerintah
AS ini, spekulasi akan ditundanya QE tapering semakin kuat, terutama setelah beberapa anggota the Fed pun mengakui adanya
pertimbangan tentang kebijakan fiscal AS yang menjadi hambatan. Walaupun sebenarnya, dengan penundaan QE tapering tidak ada
hal fundamental yang berubah signifikan. Sektor manufaktur global masih memberikan gambaran bahwa tingkat pemulihan ekonomi
global masih belum stabil, sehingga semakin mendukung opini bahwa QE tapering belum tepat untuk dilakukan saat ini. Sampai akhir
tahun ini, masih banyak perkembangan politik dan ekonomi di AS yang akan mempengaruhi pergerakan bursa global serta memicu
volatilitas. Investor dihimbau mencermati perkembangan global dan menyeimbangkan portofolio agar siap untuk menghadapi fluktuasi
yang ditimbulkan akibat perubahan kebijakan moneter, politik, dan fiskal di AS.
Global manufacturing
Jepang
Data manufaktur global di bulan September masih cenderung bervariatif
dan menunjukkan kondisi pemulihan ekonomi global yang belum stabil.
Sektor manufaktur AS pada bulan September tumbuh pada level tertinggi
selama 2,5 tahun, tetapi pertumbuhan di sektor manufaktur China relatif
moderat, sementara pertumbuhan di Zona Eropa bervariatif.
Jepang akhirnya menetapkan untuk menaikkan pajak konsumsi dari
5% menjadi 8% efektif bulan April 2014 seperti yang direncanakan
sebelumnya. Untuk menghindari perlambatan konsumsi yang dapat
menekan pertumbuhan ekonomi, Jepang kemungkinan akan memberikan
paket stimulus senilai ¥5tn yang detailnya akan diumumkan di awal bulan
Desember nanti. Jepang juga merencanakan untuk menaikkan pajak
konsumsi ke level 10% pada bulan Oktober 2015 nanti. Hasil survey Kyodo
News melaporkan dukungan untuk PM Abe semakin meningkat dengan
mayoritas responden mendukung kenaikan pajak konsumsi.
AS Institute for Supply Management factory index naik dari 55,7 menjadi
56,2, menunjukkan pertumbuhan sektor manufaktur AS yang sehat.
Sedangkan China Flash HSBC PMI mencatat kenaikan 50,1 menjadi 51,2
di bulan September. Official Purchasing Managers’ Index (PMI) China
untuk Non Manufacturing Sector naik ke 55,4 di bulan September. Dari
Zona Eropa data menunjukkan bahwa ekonomi wilayah tersebut sudah
keluar dari resesi di kuartal 2. Ekonomi kedua terbesar yaitu Perancis
melaporkan peningkatan aktifitas untuk pertama kalinya dalam 19 bulan.
Markit’s Eurozone preliminary PMI meningkat dari 51,5 ke 52,1 di bulan
September.
Bank of Jepang masih terus melakukan pembelian obligasi bulanan
sebesar ¥7 triliun ($70 miliar) mulai bulan April sampai dua tahun ke depan.
Tambahan likuiditas ini diekspektasi dapat membantu menyeimbangkan
likuiditas yang terkuras dari negara berkembang di Asia jika QE tapering
pemerintah AS dimulai akhir tahun ini.
2 | Market Perspective | Oktober 2013
LOCAL OUTLOOK
S
etelah the Fed memberikan indikasi akan adanya QE tapering pada tanggal 20 Mei lalu yang memicu rotasi dana investasi dari negara
berkembang menuju negara maju, the Fed kembali mengejutkan investor dengan menunda QE tapering yang memberikan dampak
positif bagi IHSG, harga SUN dan nilai tukar rupiah. Aliran dana asing yang keluar dari pasar modal domestik telah relatif melambat
namun belum kembali positif, dikarenakan investor asing masih menunggu membaiknya indikator ekonomi domestik di bulan September.
Laporan tingkat inflasi bulan September yang sudah menurun ke level 8,4% serta neraca perdagangan yang positif memberikan harapan
defisit transaksi berjalan yang akan dilaporkan di akhir bulan Oktober juga akan menurun. Paket kebijakan pemerintah bulan Agustus
lalu dinilai cukup sukses membantu menurunkan permintaan impor, sehingga pemerintah juga berencana memberikan paket kebijakan
tambahan untuk mengantisipasi dampak dari penghentian sementara aktivitas pemerintah AS. Pemerintah juga meningkatkan GWM (Giro
Wajib Minimum) sekunder perbankan mulai bulan Oktober ini untuk mendorong kepemilikan perbankan pada SBN yang akan berdampak
positif pada stabilitas harga SUN. Investor harus menyadari bahwa QE tapering hanya ditunda, bukan dibatalkan. Kenaikan bursa saham
serta harga obligasi Indon maupun FR dari level terendah memberikan kesempatan langka bagi investor untuk melakukan rebalancing
portofolio agar lebih seimbang dalam menghadapi QE tapering yang masih diekspektasi akan dimulai akhir tahun ini.
IHSG, Rupiah dan SUN
Selama bulan September, IHSG meningkat 2,89% dari level 4195,089
menjadi 4316,176 dengan rentang pergerakan yang cukup lebar antara
4050,864 dan 4670,733. Terlihat bahwa sejak bulan Mei, aliran dana asing
yang keluar dari bursa saham cukup agresif dan baru menurun signifikan
sejak pelaku pasar ditenangkan dengan penundaan QE tapering.
USD/IDR masih terus melemah dari level 11184 ke level 11406 walaupun
sempat menguat ke level 10847 pada saat penundaan QE tapering
diumumkan. Sedangkan harga obligasi FR tenor 10 tahun mengalami
penurunan sebanyak 2%, lebih signifikan dari penurunan harga FR tenor
20 tahun sebanyak 0,79% sedangkan harga FR tenor 30 tahun sebaliknya
naik 3.5%, sepanjang bulan September.
Surplus neraca perdagangan
karena penurunan permintaan impor migas
Neraca perdagangan berhasil membaik dari rekor defisit bulan Juli yang
mencapai -$2,3milyar menjadi $132 juta di bulan Agustus. Perbaikan
neraca perdagangan terutama karena berkurangnya impor (-5,7% vs
+6,5% di bulan Juli) sedangkan ekspor masih terus menyusut (-6,3%
vs -6,2% di bulan Juli). Pertumbuhan ekonomi yang lebih lambat serta
pelemahan rupiah menekan permintaan impor. Kenaikan harga BBM
bersubsidi sebanyak +44% berhasil menekan permintaan impor minyak
dan mengurangi defisit perdagangan migas. Tetapi, perlu diwaspadai
penurunan impor barang modal (-27% YoY, Juli: -12,6% YoY) yang
disebabkan menurunkan aktivitas investasi.
Dengan perbaikan pada neraca perdagangan, defisit transaksi berjalan
diekspektasi juga akan menyusut, yang kemudian diharapkan dapat
membantu kembalinya tingkat keyakinan investor pada Indonesia.
Aliran dana asing
Sejak bulan Mei di mana rencana QE tapering diumumkan, outflow yang
deras dari negara berkembang berdampak negatif untuk pasar finansial
negara-negara yang mempunyai current account defisit lebar seperti
Indonesia dan India. Dengan ditundanya keputusan QE tapering, arus
dana asing yang keluar dari bursa saham menjadi lebih perlahan. Arus
keluar dana investasi asing di bulan September hanya mencapai USD
26,7 juta. Sedangkan kepemilikan asing selama bulan September pada
SBN sebaliknya meningkat IDR10 triliun menjadi IDR294,14 triliun atau
31,1%. Tingkat imbal hasil yang relatif tinggi telah cukup menarik bagi
investor asing. Lalu, dari semua lelang SUN yang digelar selama 2 bulan
terakhir, penyerapan yang dilakukan investor juga melampaui target
yang diinginkan oleh pemerintah.
Grafik IHSG vs Aliran dana investasi asing
sejak pengumuman QE tapering
300
5200
Aliran dana asing keluar
Aliran dana asing masuk
IHSG
200
5000
200
4800
0
-22.645
4600
BI rate
Sejak bulan Juni, BI sudah meningkatkan suku bunga BI rate secara
kumulatif sebanyak +150bps. BI juga berencana menyesuaikan ketentuan mengenai GWM Sekunder dan GWM-LDR (Loan to Deposit Ratio)
untuk menyerap likuiditas yang berlebih dan menjaga risiko inflasi.
GWM Sekunder adalah cadangan minimum yang wajib dikelola oleh Bank
dalam bentuk SBI (Sertifikat Bank Indonesia), SDBI (Sertifikat Deposito
Bank Indonesia), SBN (Surat Berharga Negara) dan/atau Excess Reserve,
yang besarnya ditetapkan sebesar persentase tertentu dari DPK. GWM
sekunder rencananya akan dinaikkan menjadi 3% per 1 Oktober, 3,5%
per 1 November dan 4% per 2 Desember, yang dampaknya akan
meningkatkan kepemilikan perbankan pada SBN serta membantu
menjaga kestabilan harganya.
Dengan tingkat inflasi yang sudah menurun serta neraca perdagangan
yang sudah berbalik positif, tekanan terhadap BI untuk lebih mengetatkan
kebijakan moneter sudah lebih ringan. Sampai akhir tahun, BI kemungkinan
masih dapat menaikkan suku bunga sebanyak +25bps ke level 7,5% dan
FASBI di level 5,75% untuk menekan dampak inflasi sekunder.
-100
4403.969
-200
4200
-300
-400
4000
May 31
Jun 14
Jun 28
Jul 15
2013
Jul 31 Aug 15
Aug 30
Sep 16
Sep 30
Sumber: Bloomberg
Deflasi karena penurunan harga makanan
Indonesia melaporkan deflasi di level -0,35% di bulan September dikarenakan penurunan harga makanan (-2,9%) dan transportasi (-0,8%). Secara
YoY, headline inflasi menurun dari +8,8% di bulan Agustus menjadi +8,4%
di bulan September. Inflasi Inti sebaliknya meningkat dari +4,5% menjadi
+4,7% di bulan September. Kebijakan pemerintah untuk melonggarkan
impor bahan makanan cukup membantu.
Paket kebijakan tahap dua
Pemerintah Indonesia berencana memberikan paket kebijakan
ekonomi di bulan Oktober tahapan kedua setelah kebijakan pertama
yang dikeluarkan bulan Agustus. Wakil Menteri Keuangan Bambang
Brodjonegoro mengatakan reformasi struktural akan berlanjut dan paket
kebijakan yang dikeluarkan akan merespon dampak dari penghentian
sementara pemerintah AS.
Pada Paket Kebijakan yang pertama, pemerintah mempercepat proyek
infrastruktur, mendorong investasi dengan memberikan insentif pajak,
menurunkan permintaan impor dengan mengenakan pajak impor pada
barang mewah (termasuk mobil) serta melonggarkan kuota ekspor
tambang dan mineral.
3 | Market Perspective | Oktober 2013
ANALISA VALAS
S
etelah dibatalkannya pengurangan program QE di AS pada September lalu, major currency cenderung menguat terhadap USD,
pasalnya para pelaku pasar berpendapat bahwa likuiditas USD akan masih tetap besar dan high yielding asset masih menjadi target
pengalokasian dana. Namun perlu diperhatikan, penguatan pasar tenaga kerja di AS dan pertumbuhan inflasi di AS yang baik bisa jadi
kembali memicu pengurangan QE sebelum akhir tahun 2013. Masalah batas hutang di AS juga menjadi salah satu perhatian para pelaku
pasar dalam membuat keputusan investasi.
Pada bulan Oktober 2013, diperkirakan volatilias akan tetap tinggi seiring dengan keputusan AS yang harus diambil dalam menangani
masalah batas hutangnya. Berita-berita di AS, termasuk berita mengenai pasar tenaga kerja dan inflasi di AS, akan menjadi sorotan
utama para pelaku pasar.
EUR/USD
Sentimen positif juga masih mewarnai perekonomian di Eropa, khususnya
Jerman dan Perancis. Data-data indikator pertumbuhan ekonomi dari
segi manufaktur juga dirilis meningkat pada bulan September 2013.
Diprediksikan EUR/USD masih akan cenderung menguat terbatas
dengan risiko perubahan kebijakan di AS. Diperkirakan EUR/USD akan
bergerak dalam rentang 1,3380 – 1,3750.
USD/IDR
GBP/USD
Deflasi pada bulan September sebesar 0,35% dan surplus neraca
perdagangan sebesar US$132 mn, Berdampak pada penguatan IDR
di awal Oktober 2013. Diperkirakan dengan membaiknya fundamental
Indonesia dan terjaganya stabilitas inflasi serta membaiknya neraca
perdagangan Indonesia, cadangan devisa pun berpotensi meningkat.
Faktor eksternal terbesar yang berpotensi mempengaruhi pergerakan
USD/IDR adalah wacana mengenai pengurangan QE di AS. Diprediksikan
USD/IDR akan cenderung turun terbatas dengan rentang harga 11,200 –
11,750 pada bulan Oktober 2013.
Perekonomian Inggris masih menunjukan pertumbuhan selama bulan
September 2013. Pasar tenaga kerja di Inggris pun menunjukan adanya
pertumbuhan yg positif ditandai dengan turunnya angka pengangguran
di Inggris dari 7,8% ke 7,7% pada bulan September lalu. Pertumbuhan
juga terasa di sektor perumahan Inggris ditandai dengan naiknya harga
perumahan. Diperkirakan GBP/USD cenderung bergerak naik sesuai
dengan pola bullishnya, dengan rentang harga 1,6000 – 1,6475 pada
bulan Oktober 2013.
USD/JPY
AUD/USD
Terus membaiknya indeks manufaktur di China dan data – data ekonomi
di Australia berpotensi memberikan AUD daya tarik kembali di pasar
valas. Rendahnya nilai tukar AUD/USD berpotensi memberikan sentiment
positif untuk sektor ekspor Australia, khususnya komoditas. Diperkirakan
AUD/USD akan bergerak naik terbatas dengan rentang harga 0,9280 –
0,9535 pada bulan Oktober 2013. Risiko perubahan kebijakan di AS
mengenai stimulus masih akan sangat mempengaruhi pergerakan AUD/
USD kedepannya.
Pelemahan JPY terhadap mata uang lainnya cukup membantu
mempersempit defisit neraca perdagangan Jepang. Namun pelemahan
JPY tersebut masih belum bisa membuat neraca perdagangan Jepang
kembali menjadi surplus. Penanganan yang intensif dari pemerintah
Jepang bersama sama dengan BOJ akan cenderung mengarah ke
pelemahan JPY dalam rangka terus memperbaiki neraca perdaganannya.
Diperkirakan USD/JPY akan bergerak dalam rentang 97,50 – 100,00
pada bulan Oktober 2013, dengan kecenderungan naik (JPY melemah
terhadap USD).
Recommendation
USD/IDR
EUR/USD
GBP/USD
AUD/USD
Expected buying level
11.200 - 11.300
1.3400 - 1.3425
1.6000 - 1.6080
0.9120 - 0.9180
97.50 - 98.00
Expected selling level
12.000 - 12.100
1.3750 - 1.3800 1.6745 - 1.6525
0.9480 - 0.9530 101.50 - 102.00
Long profit taking @
11.650 and above
1.3600 and above
1.6250 and above
0.9400 and above
100.00 and above
Short profit taking @
11.300 and below
1.3500 and below
1.6200 and below
0.9200 and below
99.00 and below Long cut loss @
10.500 - 10.600
1.3250 - 1.3300
1.5875 - 1.5925
0.9000 - 0.9050
96.50 - 97.00
Short cut loss @
12.300 - 12.500
1.3875 - 1.3925
1.6625 - 1.6675
1.9625 - 1.9700
102.50 - 103.00
Rekomendasi entry level
Profit Taking
Cut Loss
*Data di atas hanya besifat indikatif dan dapat berubah sewaktu-waktu tergantung kondisi pasar.
USD/JPY
4 | Market Perspective | Oktober 2013
COMMINSIGHT
EQUITY MARKET REVIEW SEPTEMBER 2013
Bersikap rasional. Perilaku yang sangat sulit dilakukan apabila seseorang melibatkan terlalu banyak emosi, perasaan, dan perilaku
subyektif lainnya dalam pengambilan sebuah keputusan, terlebih sebuah keputusan investasi. Melihat kondisi pasar modal di bulan
September 2013, kita dapat melihat bahwa betapa faktor psikologis memainkan peran penting dalam pergerakan pasar saham global.
Investor seolah terjebak dalam euforia pada tanggal 19 September 2013 kemarin, pasca ditundanya program pengurangan stimulus QE
oleh bank sentral AS, yang menjadi faktor utama penurunan pasar saham global semenjak bulan Juni 2013.
IHSG mengalami kenaikan 4,6% pada tanggal tersebut. Namun kemudian, realita berbicara bahwa persoalan pada ekonomi global
dan domestik tidak hanya terletak pada dikuranginya program stimulus QE, namun masih ada tekanan inflasi domestik yang relatif
masih tinggi, defisit neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang masih belum menunjukkan peningkatan signifikan, perlambatan
pertumbuhan ekonomi domestik, serta beberapa permasalahan ekonomi global seperti penentuan batas kredit pemerintah Amerika
Serikat serta kondisi kas pemerintah AS yang hampir habis untuk sekedar membiayai operasional pemerintah AS. Secara psikologis,
investor kembali memasuki fase kekhawatiran, setelah baru saja mengalami euforia, sebuah situasi yang sangat fluktuatif dalam jangka
waktu yang sangat pendek.
2013
Jan
Feb
Mar
Apr
May
Jun
Jul
Aug
Sep
JCI Performance (%)
Foreign Net Buy / Sell (USD million)
3.17
7.68
3.03
1.88
0.69
-4.93
-4.33
-9.01
YTD 2013
2.89 -0.01%
587.25 1160.77 189.01 74.23 -31.54 -2034.81 -253.11 -521.13 -26.76 -856.1
Sumber: Bloomberg, as of 1 October 2013
Secara keseluruhan IHSG mencetak kinerja positif 2,89% di bulan
September, yang merupakan kinerja bulanan positif pertama semenjak
bulan Juni. Tekanan jual investor asing juga relatif melambat di bulan
September, dengan transaksi jual bersih sebesar USD26,76 juta, yang
merupakan transaksi jual bersih terendah semenjak bulan Mei. Indikasi
positif juga mulai terlihat dari membaiknya figur inflasi di bulan September
2013, sebagaimana terlihat pada grafik di bawah ini.
Inflasi September mengalami penurunan ke level 8,4% (YoY),
bahkan secara bulanan mengalami deflasi 0,35%,
yang diakibatkan oleh penurunan inflasi bahan pangan
ke level 12,84%
8.40%
IDCPIY
Indonesia CPI YoY
IDCPIY Index
10/31/2008
1D
3D
For Sep
Badan Pusat Statistik Indonesia
96) Actions
1M
10/01/2013
6M YTD
Last Price
IDCPIY
IDCPF00Y Index- on 9/30/13
IDIFCRIY Index
Survey --
Next Release 01 Nov 11:10
1Y
8.40
12.84
4.72
97) Edit
5Y
Max
98) Feedback
namun memiliki pendapatan dalam mata uang IDR, yang tentunya akan
mengalihkan kenaikan biaya produksi pada kenaikan harga barang jadi.
Salah satu berita yang disambut positif oleh investor adalah surplus yang
dialami oleh neraca perdagangan domestik di bulan Agustus pada level
USD132 juta, setelah pada bulan sebelumnya mencapai defisit terburuk
dalam 5 tahun terakhir pada level USD2,3 miliar. Namun setelah melihat
komponen di dalam neraca perdagangan tersebut, baik ekspor maupun
impor masih mengalami pertumbuhan negatif (YoY) di bulan tersebut,
masing-masing sebesar 6,3% dan 5,7%. Dari sisi positif, investor dapat
melihat bahwa surplus dalam neraca perdagangan akan memberikan
imbas positif bagi defisit transaksi berjalan pemerintah, yang akan
dilaporkan akhir bulan ini untuk periode Q3 2013. Namun di sisi lain,
perlambatan impor barang modal adalah akibat dari mulai melambatnya
investasi asing ke sektor riil, yang dikhawatirkan merupakan imbas dari
mulai melambatnya konsumsi domestik.
$132M
IDBALTOL
Indonesia Trade Balance
IDBALTOL Index
10/31/2010
1D
3D
1M
For Aug
Last Price
High on 12/31/10
Average
Low on 07/31/13
Survey --
Next Release 01 Nov 11:10
Badan Pusat Statistik Indonesia
95) Save As
10/02/2013
Last Price
6M YTD
1Y
5Y
96) Actions
Max
97) Edit
11)Compare
98) Table
Mov.Avgs
Daily
Line Chart
IDR
No Lower Chart
Security/Study
Event
4000
132.40
3683.20
784.33
-2329.10
3000
2000
G111 - headline vs food cpi
Local CCY
11)Compare
Security/Study
Event
Daily
1000
20.00
-.39
-2.28
+.24
132.40
18.00
16.00
-1000
14.00
12.84
12.00
10.00
8.40
8.00
6.00
7.72
4.00
-2000
Dec 31
2010
Mar 31
Jun 30
2011
Sep 30
Dec 31
Mar 31
Jun 30
2012
Sep 30
Dec 31
Mar 31
Jun 30
2013
Aug 31
Sumber: Bloomberg, as of 1 October 2013
2.00
Dec 31
2008
Jun 30
2009
Dec 31
Jun 30
2010
Dec 31 Mar 31
2011
Dec 31 Mar 31
2012
Sep 30 Mar 31
Jun 30
2013
Sumber: Bloomberg, as of 1 October 2013
Meski demikian, ancaman inflasi belum sepenuhnya usai, dikarenakan
secara siklus, dampak kenaikan harga BBM dapat menyebabkan second
round impact of inflation terhadap sektor lainnya, di mana hal ini mulai
terlihat dari inflasi inti (tidak memasukkan inflasi bahan pangan dan BBM
sebagai komponen perhitungannya) yang mengalami kenaikan 20 bps
ke level 4,72%. Di mana hal ini didorong oleh inflasi sandang (pakaian)
yang mencapai level tertingginya semenjak bulan Agustus 2011. Dampak
pelemahan rupiah juga masih memberikan ancaman terhadap kenaikan
inflasi, meskipun saat ini nilai tukar rupiah relatif lebih stabil dibandingkan
bulan-bulan sebelumnya, level nilai tukar rupiah saat ini 22% lebih tinggi
dibandingkan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap USD selama 3 tahun
terakhir (9315), yang tentunya berdampak negatif pada industri yang
melakukan impor bahan baku dengan menggunakan mata uang USD
Tentunya kombinasi hal-hal tersebut berpotensi memperlambat
pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif agresif selama 1 dekade
terakhir, sebagaimana yang telah diestimasi oleh mayoritas analis
untuk tahun 2014 ke depan. Namun apakah hal-hal tersebut di atas
akan membawa Indonesia pada satu fase krisis yang baru seperti yang
pernah dialami Indonesia pada tahun 1998? Permasalahan fundamental
domestik saat ini tidak mencapai level krisis yang dialami pada tahun
1998. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah saat ini lebih
preventif dan antisipatif untuk memitigasi potensi-potensi risiko yang
akan terjadi.
Investor akan melihat dengan jelas bahwa pada saat ini, ekonomi
Indonesia memiliki ketahanan yang jauh lebih baik secara fundamental
dibandingkan tahun 1998. Sistem perbankan, rasio tingkat hutang
terhadap pertumbuhan ekonomi, serta tingkat cadangan devisa yang
dimiliki pemerintah saat ini telah berada pada level yang jauh lebih baik
dibandingkan tahun 1998 untuk menghindari potensi krisis yang lebih
fatal.
5 | Market Perspective | Oktober 2013
Pertumbuhan investasi langsung ke sektor riil di Indonesia
relatif agresif selama 2 tahun terakhir, yang mendorong total
investasi domestik terhadap total pertumbuhan ekonomi
indonesia bahkan lebih baik dibandingkan Brazil, Russia,
India, dan Korea selatan sebagai sesama kolega negara
berkembang. berdasarkan survey The Economist, indonesia
adalah destinasi favorit investor nomor 3 setelah China
dan India di Asia pada tahun 2013, di mana 53,5% dari
koresponden menyatakan berkeinginan untuk meningkatkan
investasi di indonesia
Pertumbuhan ekonomi indonesia jauh lebih stabil
dibandingkan pertumbuhan ekonomi negara-negara ASEAN,
BRIC, dan G20, meskipun telah melambat saat ini
G-20s, Q2 2013 GDP Growth (%, YoY)
8
6
4
2
0
-2
-4
7.5
5.8
4.4 4.4 3.28
3
2.7
2.6
2.3
2
1.6 1.5
a
ia
a
a
A
a
in
zil na
sia ey
ia
ab ali
ric US
re
Ch one Turk Ind Bra nti i Ar str Ko . Af
d
d
S
ge
Au S.
In
Ar Sau
1.5 1.2 0.9 0.5
0.3 -0.5 -2.1
o
n
a
ny
UK exic apa nad ma nce
r
a
J
M
Ca Ge Fr
EU
ly
Ita
Sumber: Bloomberg
Direct Investment (US$ billion)
Foreign
12.00
Comparison with BRICS and Asean members (GDP Growth, % YoY)
Domestic
2011 growth:
20.5%
2012 growth:
24.6%
14
2013 growth:
30.1%
12
10
3.06
2.94
2.80
2.31
2.19
2.67
2.11
1.56
6.00
2.11
8.00
8
3.68
10.00
4
2
0
Q1
Q2
4.00
Q3
Q4
Q1
Q2
7.41
7.28
6.31
9.29
6.24
5.73
5.13
5.16
2.00
4.78
4.40
2010
Q3
Q4
Q1
Q2
2011
Brazil
Russia
Q3
Q4
Q1
2012
India
Q2
2013
China
Indonesia
Sumber: WEO, Bloomberg
0.00
1Q
Total: 2Q
2011
3Q
4Q
1Q
2Q
US$27.9 bn
2012
3Q
4Q
1Q
US$34.8 bn
2Q
2013
25
US$21.4 bn
20
Sumber : BKPM
Note: IDR/US exchange rate of 9.000; USD values for convenience only
15
10
Total Investment (%GDP)
Indonesia
India
5
Brazil
Russia
China
South Korea
0
Indonesia
55.00
2012 Q1
50.00
Malaysia
2012 Q2
Phillipines
2012 Q3
2012 Q4
Singapore
2013 Q1
Thailand
2013 Q2
Sumber: Bloomberg
47.05
45.00
40.00
35.57
35.15
35.00
30.00
27.35
26.24
25.00
20.00
18.52
15.00
2012
2013
Estimate
2011
2010
2009
2008
2007
2006
2005
2004
2003
2002
2001
2000
10.00
Perbedaan krisis ekonomi domestik 1998 dengan saat ini
Indicators
1998
Now
GDP Growth
-13.10%
5.8% (Q2 2013)
Debt to GDP Ratio
56.40%
31.3% (Q2 2013)
FX Reserves
USD 33.8 billion
USD 93 billion (Aug 2013)
NPL Ratio (Bank)
>30%
<4%
Inflation (YoY)
77.63%
8.4% (Sep 2013)
Dollar debt denominated
High
Small
Political situation
No confidence
Stable
Current Account Balance
Surplus : USD 744 million
Deficit : USD 9.8 billion
Foreign Direct Investment
USD 576 million
USD 19.8 Billion (2012)
Sumber : IMF, World Economic Outlook Database - April 2013
The Economist: Indonesia is the #3 investment destination in Asia in 2013
Increase their level of investment
Still in the market, but will not invest more
Reduce their investment
Have no plans to invest
China
73.8
0.7
20.6
India
54.1
32
Indonesia
53.5
27.1
Malaysia
43.0
Thailand
38.6
5.0
13.9
0.8
2.2
18.6
38.5
16.3
Sumber : Bloomberg, Worldbank
Berdasarkan analisa situasi ekonomi makro di atas, melambatnya
pertumbuhan ekonomi dalam jangka pendek adalah suatu hal yang
tidak dapat dihindari, dengan 4 faktor penyebab utama yaitu tingginya
defisit transaksi berjalan, pelemahan rupiah, tingginya inflasi, serta belum
bertumbuhnya aktivitas transaksi perdagangan (ekspor-impor).
2.4
33.9
Vietnam
37.7
Singapore
34.8
South Korea
28.9
46.1
Phillipines
28.1
45.5
Australia
27.0
Japan
26.2
Hong Kong
21.4
Taiwan
15.2
25.2
3.3
32.8
26.2
0.7
53.9
3.1
10.6
21.9
0.8
25.6
5.6
47.6
19.8
3.1
Sumber : Bloomberg, Worldbank
55.4
58.8
51.2
15.4
1.5
3.2
30.4
18.3
Namun hal ini cenderung dapat dimitigasi mengingat stabilnya
pertumbuhan ekonomi Indonesia selama beberapa tahun terakhir
dibandingkan negara lainnya, yang terus menarik investasi asing dan
domestik secara berkala dan dapat meningkatkan devisa pemerintah,
untuk melakukan mitigasi terhadap ancaman krisis yang lebih fatal.
Terlebih lagi, apabila investor memperhatikan grafik di bawah, secara
valuasi, rasio P/E IHSG telah berada diluar 5 indeks saham termahal
di Asia (pada level 14,9x) namun yang paling menarik adalah, tetap
menawarkan profitabilitas yang tinggi dengan Return on Equity yang
paling menarik dibandingkan negara Asia lainnya.
6 | Market Perspective | Oktober 2013
Valuasi dan profitabilitas IHSG saat ini relatif menarik
dibandingkan negara Asia lainnya
25
21
20.6
20
18.45
17.88
17.6
16.82
15
15
13
14
18
17
15.67
16
14.9
14
13.61
12
10
10
11.14
10.7
9
7
5
0
Japan
Phillipine Australia Taiwan Malaysia
Trailing P/E ratio (x)
India
Indonesia Thailand Singapore China Hong Kong
Index’s ROE (2013 estimates -%)
Sumber: Bloomberg, 25 September 2013
OUR PRODUCT RECOMMENDATION
Indikator risiko makro global 0,5590
(rata-rata 10 tahun terakhir : 0,4230)
09/30/2013
09/30/2003
1D 3D 1M 6M YTD
Bid Price
High on 09/22/11
Average
Low on 01/11/10
Bid Price Li
1Y 5Y Max
11)Compare
Mov.Avgs
No Lower Chart
Daily
Security/Study
USD
Event
0.5590
0.9940
0.4349
0.0110
1.0000
0.8000
0.6000
0.5590
0.4000
0.2000
0.0000
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
2011
2012
2013
Sumber: : Bloomberg, 2 October 2013
Selera risiko investor global terhadap aset berisiko telah relatif membaik
di bulan September 2013, dibandingkan 2 bulan sebelumnya, meskipun
berdasarkan indeks risiko makro di atas masih berada di atas level ratarata 10 tahun terakhir, yang mengindikasikan investor masih belum
menunjukkan agresivitas yang tinggi dalam memburu aset-aset berisiko
terutama saham dan obligasi negara berkembang. Apabila memilah sektor
demi sektor pada IHSG, kami dapat menyimpulkan bahwa: Kami masih
mewaspadai sektor konsumer dikarenakan valuasi yang relatif tinggi serta
imbas negatif dari pelemahan rupiah yang berdampak negatif terhadap
pendapatan emiten sektor tersebut (dikarenakan mayoritas bahan baku
emiten diimpor dan memiliki beban hutang dalam USD). Kenaikan biaya
produksi akibat naiknya upah minimum domestik, tarif dasar listrik, juga
dapat mempengaruhi pendapatan emiten sektor konsumer. Demikian
pula kami cenderung mewaspadai sektor perbankan dikarenakan
naiknya biaya modal akibat suku bunga acuan dan mulai melambatnya
pertumbuhan kredit, terkecuali pada bank-bank besar yang memiliki
banyak pendanaan murah, atau bank-bank yang memiliki margin profit
tinggi dikarenakan secara spesifik membidik sektor mikro dan usaha
kecil. Kami tetap positif terhadap sektor infrastruktur, dikarenakan tema
defensif, terutama pada sektor telekomunikasi yang memiliki kinerja
relatif stabil, serta beberapa emiten infrastruktur umum yang sejalan
dengan strategi pemerintah jangka panjang untuk meningkatkan kualitas
infrastruktur.
Sektor properti dan industri dasar, pertumbuhannya telah relatif moderat,
dikarenakan kenaikan suku bunga pinjaman dapat mempengaruhi
penjualan dalam jangka pendek. Demikian juga faktor valuasi pada
sektor ini yang relatif tinggi. Namun beberapa emiten industri dasar,
terutama semen, tentunya masih menjadi favorit bagi manajer investasi
dikarenakan tingkat permintaan yang relatif stabil serta konsumsi semen
per kapita yang relatif masih rendah dibandingkan negara maju dan
berkembang lainnya. Investasi pada obligasi pemerintah berdenominasi
IDR lebih disarankan dibandingkan investasi pada obligasi berdenominasi
USD saat ini. Namun diversifikasi pada durasi obligasi tetap disarankan
mengingat potensi second round impact of inflation dari kenaikan harga
BBM bersubsidi dan bahan pangan dapat memicu kembali kenaikan
suku bunga sebesar 25 bps hingga akhir tahun 2013 ini.
Portfolio IDR October 2013
Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
BNP Paribas Pesona Syariah
Manulife Dana Saham
Schroder Dana Istimewa
40%
Growth Portfolio
BNP Paribas Infrastruktur Plus Manulife Link Dana Ekuitas SMC
10%
Fixed Income Medium to Long duration
First State Indonesia Bond Fund
FR68 / FR65 / FR58
30%
Fixed Income Short duration
Danareksa Melati Platinum Rupiah
Schroder Dana Andalan 2
FR66 / 63
20%
Portfolio USD October 2013
Konsep Portofolio
Pilihan Reksa Dana
Alokasi pada portofolio
Core Portfolio
Panin SRC Moderate Fund
50%
Fixed Income Long duration
Indon 35/42/43
10%
Fixed Income Medium duration Indon 21/22/23
40%
New! Top First State Fund to Pick
Per tanggal 30 September 2013
Standar Deviasi (1Y)
First State Dividend Yield Fund
21.64
Sharpe Ratio (1Y)
-0.24
Kinerja 1 tahun terakhir
-1.2%
IHSG
20.64
-0.20
1.34%
7 | Market Perspective | Oktober 2013
DISCLAIMER
Kecuali dinyatakan lain, semua data bersumber dari berita media massa, dan tidak diterbitkan oleh PT Bank Commonwealth (PTBC). PTBC harus dijamin untuk dibebaskan dari tanggung jawab, termasuk tetapi tidak terbatas
pada penuntutan hukum oleh pihak ketiga. PTBC beserta direkturnya, karyawannya dan perwakilannya dalam Lampiran ini selanjutnya bersama-sama disebut sebagai “Grup” “Laporan ini diterbitkan semata-mata untuk tujuan
informasi dan tidak boleh ditafsirkan sebagai suatu ajakan atau penawaran untuk membeli efek atau instrumen keuangan. Laporan ini telah disusun tanpa mempertimbangkan tujuan, situasi keuangan dan kapasitas untuk menanggung kerugian, pengetahuan, pengalaman atau kebutuhan orang-orang tertentu yang mungkin menerima laporan ini. Tidak ada anggota dari Grup yang melakukan atau harus melakukan penilaian kelayakan atau penyesuaian
laporan untuk penerima laporan ini yang karenanya tidak mendapatkan manfaat dari perlindungan peraturan dalam hal ini. Laporan ini bukan nasihat atau petunjuk. Semua penerima laporan ini harus, sebelum bertindak atas dasar
informasi dalam laporan ini, mempertimbangkan kewajaran/kelayakan dan kesesuaian informasi, dengan memperhatikan tujuan-tujuan mereka sendiri, situasi keuangan dan kebutuhan, dan, jika perlu mencari profesional yang
tepat, memperhatikan kondisi valuta asing atau nasihat keuangan tentang isi laporan ini sebelum membuat keputusan investasi. Kami percaya bahwa informasi dalam laporan ini adalah benar dan setiap pendapat, kesimpulan
atau rekomendasi yang cukup telah diadakan atau dibuat, berdasarkan informasi yang tersedia pada saat kompilasi, tetapi tidak ada pernyataan atau jaminan, baik tersurat maupun tersirat, yang dibuat atau disediakan untuk
akurasi, kehandalan atau kelengkapan setiap pernyataan yang dibuat dalam laporan ini. Setiap pendapat, kesimpulan atau rekomendasi yang ditetapkan dalam laporan ini dapat berubah sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan
dan mungkin berbeda atau bertentangan dengan, kesimpulan pendapat atau rekomendasi yang diungkapkan oleh Grup di tempat lain. Kami tidak berkewajiban untuk, dan tidak,memberitahukan perkembangan terkini atau terus
mengikuti informasi terkini yang terdapat dalam laporan ini. Grup tidak menerima tanggung jawab untuk setiap kerugian atau kerusakan yang timbul akibat dari penggunaan seluruh atau setiap bagian dari laporan ini. Setiap
penilaian, proyeksi dan prakiraan yang terkandung dalam laporan ini didasarkan pada sejumlah asumsi dan perkiraan dan tunduk pada kontinjensi dan ketidakpastian. Asumsi dan perkiraan yang berbeda dapat mengakibatkan
hasil material yang berbeda pula. Grup tidak mewakili atau menjamin bahwa salah satu proyeksi penilaian atau prakiraan, atau salah satu dasar asumsi atau perkiraan, akan dipenuhi. Kinerja masa lalu bukan merupakan indikator
yang dapat diandalkan untuk kinerja masa depan Grup tidak menjamin kinerja dari produk investasi atau pembayaran kembali modal dengan produk yang didistribusikan oleh PTBC. Investasi dalam produk ini bukan merupakan
simpanan atau kewajiban lainnya dari Grup atau anak perusahaannya dan setiap jenis produk investasi memiliki risiko investasi termasuk hilangnya pendapatan dan modal yang diinvestasikan. Contoh yang digunakan dalam
komunikasi ini hanya untuk ilustrasi. Semua materi yang disajikan dalam laporan ini, kecuali bila ditentukan lain, berada di bawah hak cipta Grup. Tak satu pun dari materi, maupun isinya, maupun salinannya, dapat diubah
dengan cara apapun, ditransmisikan ke, disalin atau didistribusikan kepada pihak lain, tanpa izin tertulis dari perusahaan terkait yang menjadi bagian dalam Grup. Grup, berikut agennya, asosiasinya dan kliennya memiliki atau
telah memiliki posisi panjang atau pendek pada efek atau instrumen keuangan lainnya yang disebut di sini, dan dapat setiap saat melakukan pembelian dan/atau penjualan terhadap kepentingan atau surat berharga dalam
kapasitasnya sebagai prinsipal atau agen, termasuk menjual atau membeli dari klien atas dasar pokok dan dapat terlibat dalam transaksi yang tidak konsisten dengan laporan ini. Silahkan melihat website kami di www.commbank.co.id untuk informasi lebih lanjut. Jika Anda ingin berbicara dengan seseorang mengenai instrumen keuangan yang dijelaskan dalam laporan ini, silakan hubungi kami hubungi Call Centre kami di 5000 30 atau email kami
di customercare@commbank.co.id.
www.commbank.co.id
facebook.com/CommbankID
twitter.com/Commbank_ID