perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan
Transcription
perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan
PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TPS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : MUZALIFAH 106016200622 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 LEMBAR PENGESAHAN PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT DAN TPS SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh: Muzalifah NIM: 106016200622 Mengesahkan, Pembimbing I Pembimbing II Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd Tonih Feronika, M.Pd NIP. 19681228 200003 1 004 NIP. 19760107 200501 1 007 PROGRAN STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1432 H/2011 M LEMBAR PENGESAHAN Skripsi yang berjudul: “Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS”. Oleh Muzalifah, NIM 106016200622. Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan LULUS dalam ujian Munaqosah pada tanggal 7 Juni 2011 di hadapan Dewan Penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Kimia. Jakarta, 7 Juni 2011 Panitia Ujian Munaqosah Tanggal Tanda Tangan Ketua Jurusan Pendidikan IPA Baiq Hana Susanti, M.Sc NIP. 19700209 200003 2 001 Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Nengsih Juanengsih, M.Pd NIP. 19760309 200501 2 002 Penguji I Dedi Irwandi, M.Si NIP. 19710528 200003 1 002 Penguji II Burhanudin Milama, M.Pd NIP. 19770201 200801 1 001 Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta Prof. Dr. H. Dede Rosyada, MA NIP. 19571005 198703 1 003 SURAT KETERANGAN KARYA SENDIRI Saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Muzalifah Tempat/Tgl.Lahir : Jakarta/23 Desember 1989 Jurusan / Prodi : Pendidikan IPA / Pendidikan Kimia Judul Skripsi : Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS Dosen Pembimbing : 1. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd 2. Tonih Feronika, M.Pd dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya buat benar-benar hasil karya sendiri dan saya bertanggung jawab secara akademis atas apa yang saya tulis. Jakarta, Juni 2011 Mahasiswa Ybs, Muzalifah NIM. 106016200622 ABSTRAK Muzalifah, “Perbandingan Hasil Balajar Kimia Siswa Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS” Skripsi, Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan hasil belajar kimia siswa antara yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan tahun ajaran 2010/2011. Metode penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dan pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Sampel penelitian berjumlah 34 siswa kelas XI IPA 6 sebagai kelas eksperimen pertama dan 34 siswa kelas XI IPA 7 sebagai kelas eksperimen kedua. Instrumen penelitian yang digunakan adalah instrumen hasil belajar dan hasilnya diuji dengan menggunakan uji “t”. Dari hasil perhitungan uji t diperoleh nilai thitung sebesar 5,72 sedangkan nilai ttabel pada taraf signifikansi α = 0,05 sebesar 1,99 atau thitung > ttabel. Ini berarti Ho ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa Ha yang menyatakan terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS diterima. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan hasil belajar kimia siswa dibandingkan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Kata kunci: Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT, Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TPS, Hasil Belajar Kimia. i ABSTRACS Muzalifah, Comparative the Result of Students Chemistry Between Using Cooperative Learning Models Type NHT and TPS. Skripsi, Chemistry Eduvation Program, Natural Science Department, Faculty of Tarbiyah Teaching Syarif Hidayatullah Jakarta Islamic State University. This research aims to know comparison the result of students chemistry between using cooperative learning model type NHT and TPS. The research has conducted in SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, academic year 2010/2011. The research method used is a quasi experimental and sampling using a purposive sampling technique. Study sample amounted to 34 students a class XI IPA 6 as the first experimental class and 34 students a class XI IPA 7 as second experimental class. The instrument of research is instrument of learning achievement test, and result tested using t-test. The research shows the result from the calculation of “t” test (α = 0,05), obtained that score (5,74) > ttable (1,99). It’s means Ho refused. Finally, It can be concluded that Ha have a difference between the results of students chemistry is taught with cooperative learning type NHT and TPS acceptable. This suggests that the use of cooperative learning model type NHT can improve student learning outcomes in comparison with the chemical using a model of cooperative learning type TPS. Keyword: Cooperative Learning Model Type NHT, Cooperative Learning Model Type TPS, The Result of Student Chemistry ii KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, taufik, serta hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan karya ilmiah berupa skripsi dengan judul “Perbandingan Hasil balajar Kimia Siswa Antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS”. Skripsi ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana Strata I (S1) pada Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dengan segala daya dan upaya, penulis berusaha menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun, penulis tidak menutup diri untuk menerima kritik dan saran dari berbagai pihak demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini mungkin tidak terlaksana tanpa adanya bantuan, bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesarbesarnya kepada bapak/ibu: 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.A. selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Baiq Hana Susanti, M.Sc. selaku Ketua Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Nengsih Juanengsih, M.Pd. selaku Sekretaris Jurusan Pendidikan IPA Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 4. Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd, selaku pembimbing I yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Tonih Feronika, M.Pd, selaku pembimbing II yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini 6. Drs. H. Sujana, M.Pd. selaku Kepala SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. 7. Dewi Marhelly, S.Pd, selaku guru kimia SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. iii 8. Papa (Alm), Mama, kakak-kakakku Nur Hidayatullah dan Annisa Solehatun Fajariah, Faturrahman dan Dara Apridani Syaraswati, dan seluruh keluarga, yang telah melimpahkan kasih sayang, do’a dan dukungan kepada penulis. 9. Abdul Haris, atas limpahan kasih sayang, do’a, dukungan dan kebersamaan kita. 10. Eviana Ayu Nugroho, Siti Mutoharoh, Nur Cholifah, Noor Novianawati, Dede Fitroh, Riska Haryati, Isyfiyyati, Elmaya Oktaviani, dan Siti Maimunah atas do’a, motivasi, semangat dan dukungannya. 11. Teman-teman Program Studi Kimia angkatan 2006, atas segala kekompakan dan semangatnya selama menjalani masa perkuliahan. 12. Siswa-siswi kelas XI IPA 6 dan XI IPA 7 SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, atas kerjasama dalam pelaksanaan penelitian. 13. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang ikut terlibat selama penulis skripsi ini. Besar harapan penulis agar penulisan laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan untuk penulis khususnya. Pamulang, Juni 2011 Penulis iv DAFTAR ISI Halaman LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK ....................................................................................................... i KATA PENGANTAR ..................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................... v DAFTAR TABEL ........................................................................................... vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .............................................................. 1 B. Identifikasi Masalah ..................................................................... 7 C. Pembatasan Masalah .................................................................... 7 D. Perumusan Masalah ..................................................................... 8 E. Tujuan Penelitian ......................................................................... 8 F. Manfaat Penelitian ....................................................................... 8 BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis ......................................................................... 10 1. Pembelajaran Kooperatif ...................................................... 10 2. Pengertian NHT (Numbered Head Together) ...................... 24 3. Pengertian TPS (Think-Pair-Share) ..................................... 25 4. Hasil Belajar ......................................................................... 28 B. Hasil Penelitian yang Relevan ..................................................... 33 C. Kerangka Berpikir ....................................................................... 36 D. Pengajuan Hipotesis ..................................................................... 39 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................... 40 B. Metode Penelitian ........................................................................ 40 v C. Populasi dan Sampel .................................................................... 41 D. Variabel Penelitian ....................................................................... 42 E. Instrumen Penelitian .................................................................... 42 F. Teknik Pengumpulan Data .......................................................... 46 G. Teknis Analisis Data .................................................................... 47 1. Uji Normalitas ...................................................................... 47 2. Uji Homogenitas ................................................................... 48 3. Uji Hipotesis ......................................................................... 49 H. Hipotesis Statistik ........................................................................ 50 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data ......................................................... 51 1. Deskripsi Data ...................................................................... 51 2. Analisis Data ......................................................................... 52 B. Pembahasan ................................................................................. 55 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................. 60 B. Saran ............................................................................................ 60 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 63 LAMPIRAN vi DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Perbedaan Kelompok Belajar Kooperatifdengan Kelompok Belajar Tradisional ........................................................................... 11 Tabel 2.2. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ..................................... 19 Tabel 2.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dan Think-Pair-Share ........................................................ 27 Tabel 2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ..................................... 31 Tabel 3.1. Rancangan Penelitian ....................................................................... 40 Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen ........................................................................... 42 Tabel 4.1 Perhitungan Statistik Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama ...... 52 Tabel 4.2. Perhitungan Statistik Hasil Belajar Kelas Eksperimen Kedua ........ 52 Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama dan Kelas Eksperimen Kedua............................................................ 53 Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama dan Kelas Eksperimen Kedua ............................................. 54 Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotesis Data hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama dan Kelas Eksperimen Kedua ........................................................... 55 Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis ............................................ 56 vii DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir .......................................................... 34 viii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Kelas Eksperimen Pertama dan Eksperimen Kedua .............................................................. 66 Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa Kelas Eksperimen Pertama dan Eksperimen Kedua ..................................................................... 90 Lampiran 3 Kisi-kisi Instrumen .................................................................... 111 Lampiran 4 Hasil Uji Validitas, Uji Reliabilitas, Uji Tingkat Kesukaran, Dan Uji Daya Pembeda ............................................................. 126 Lampiran 5 Nilai Ulangan ............................................................................ 130 Lampiran 6 Distribusi Frekuensi Kelas Eksperimen Pertama Dan Eksperimen Kedua ............................................................. 131 Lampiran 7 Perhitungan Uji Normalitas Kelas Eksperimen Pertama dan Eksperimen Kedua .............................................................. 135 Lampiran 8 Perhitungan Uji Homogenitas ................................................... 137 Lampiran 9 Perhitungan Uji Hipotesis ......................................................... 138 ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memiliki peranan penting dalam pengembangan sumber daya manusia. Visi dan misi bangsa Indonesia tentang pendidikan ditetapkan secara sungguh-sungguh dan terlihat jelas dalam alinea keempat Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang antara lain menyebutkan “untuk membentuk suatu pemerintahan Negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia”. Pernyataan tersebut selanjutnya dijabarkan oleh pemerintah dalam Undang-Undang pasal 3 nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) yang berbunyi: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.1 Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang berintikan interaksi antara peserta didik dengan para pendidik serta berbagai sumber pendidikan.2 Pendidikan merupakan faktor penting dalam pembangunan Bangsa dan Negara. Oleh karena itu, dunia pendidikan dituntut untuk terus berkembang dan mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, agar tercipta generasi bangsa yang kompetitif dalam menghadapi dan memecahkan suatu masalah. 1 Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003, Pasal 3 tentang Dasar Fungsi dan Tujuan, h. 3. www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf. 2 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rosdakarya, 2008), h. 24. 1 2 Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kesuksesan suatu penyelengaraan pendidikan yaitu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan. Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran.3 Kegiatan pembelajaran pada dasarnya dilakukan adalah untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, proses pembelajaran harus mampu mewujudkan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Telah banyak dilakukan upaya agar proses pembelajaran di sekolahsekolah semakin membaik. Namun, dalam pelaksanaannya proses pembelajaran belum berjalan efektif, sehingga siswa belum mampu mengoptimalkan potensi diri mereka sesuai dengan kemampuannya masingmasing. Idealnya siswa dituntut untuk ikut terlibat langsung dalam proses pembelajaran dan mampu menemukan sendiri konsep dari suatu pelajaran. Namun, dalam prosesnya siswa belum banyak dilibatkan oleh guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, sehingga mereka belum mampu mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Jenjang pendidikan di Indonesia terdiri dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Pada jenjang pendidikan SMA terdapat mata pelajaran kimia. Ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa, dan bagaimana gejala-gejala alam, khususnya yang berkaitan dengan struktur dan sifat, dinamika dan energetika zat yang melibatkan keterampilan dan penalaran.4 Ilmu kimia termasuk pelajaran yang di anggap sulit, karena materimateri yang dipelajari bersifat abstrak dan terdapat perhitungan. Hal ini juga dapat di lihat dari hasil belajar siswa yang rendah, contohnya pada materi laju reaksi. Pada materi laju reaksi salah satu kompetensi dasar yang harus dicapai yaitu mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan 3 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 57. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA, Departemen Pendidikan Nasional, Jakarta, 2003, h. 7. 4 3 tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Untuk mencapai kompetensi dasar tersebut, siswa dituntut berpikir secara sistematis dan aktif dalam proses pembelajaran khususnya dalam melakukan percobaan. Jika dalam pembelajaran kimia hanya berpusat pada guru dan siswa hanya sekedar mendengarkan, mencatat dan menghafal maka hasil belajar kimia siswa tidak akan tercapai secara optimal. Sejalan dengan adanya reformasi pendidikan, serta ditambah dengan diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006, maka model pembelajaran yang berpusat pada guru dan mengabaikan aktivitas serta kretivitas siswa mulai dan harus ditinggalkan. Karena selain akan menciptakan suasana kelas yang monoton juga akan mengurangi kualitas lulusan yang memiliki keunggulan kompetitif dan keunggulan komparatif. Oleh karena itu, siswa diharapkan tidak menerima informasi dan pengetahuan dari guru secara pasif melainkan mengaktifkan kemampuan mereka atau menginstruksi kemampuan kognitif baru yang relevan untuk mencapai informasi tersebut. Selain itu, proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik, apabila seorang guru memiliki dua kompetensi utama, yaitu kompetensi penguasaan materi pembelajaran dan kompetensi metodologi pembelajaran.5 Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, guru hanya bertugas membantu siswa mencapai tujuan belajar. Artinya, guru lebih banyak berurusan dengan strategi daripada memberi informasi. Tugas guru mengelola kelas sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk menemukan sesuatu yang baru bagi anggota kelas (siswa). Pada masa sekarang siswa harus ikut dilibatkan dalam proses pembelajaran agar mereka dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki, dapat menemukan sendiri konsep suatu pelajaran, dan mereka terbentuk menjadi lulusan yang berkualitas yang aktif dan memiliki keunggulan kompetitif serta komparatif. Salah satu cara yang dapat dilakukan yaitu dengan menerapkan kegiatan belajar kelompok. Namun, dalam prosesnya kegiatan 5 belajar kelompok yang dilakukan hanya sekedar untuk Zulfiani, dkk, Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta), h. 91 4 menyelesaikan tugas saja sedangkan aktivitas, kerja sama dan tanggung jawab setiap anggotanya tidak secara optimal tercapai. Oleh karena itu, dibutuhkan usaha untuk meningkatkan pemahaman konsep kimia siswa dengan menambah variasi model pembelajaran berkelompok yang menarik atau menyenangkan, melibatkan siswa, meningkatkan aktivitas, kerja sama dan tanggung jawab siswa. Metode pembelajaran di kelas yang dapat menciptakan kondisi tersebut adalah dengan membuat kelompok-kelompok kecil yang diharapkan berdiskusi, bertanya dan bekerja sama dengan siswa lainnya mengenai suatu pelajaran serta dapat mempresentasikannya. Dengan bekerja kelompok dan saling mendukung antar anggota kelompok akan membuat semangat siswa bangkit serta membuat siswa lebih aktif dalam belajar. Dari gambaran tersebut, model pembelajaran yang sesuai dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif bukanlah gagasan baru dalam dunia pendidikan, tetapi sebelum masa belakangan ini, metode ini hanya digunakan oleh beberapa guru untuk tujuantujuan tertentu, seperti tugas-tugas atau laporan kelompok tertentu. Namun demikian, penelitian selama dua puluh tahun terakhir ini telah mengidentifikasi metode pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan secara efektif pada setiap tingkatan kelas dan untuk mengajarkan berbagai macam mata pelajaran.6 Pada pembelajaran kooperatif siswa percaya bahwa keberhasilan mereka akan tercapai jika setiap anggota kelompoknya berhasil. Ada berbagai jenis model pembelajaran kooperatif, diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TPS (Think Pair Share) dan NHT (Numbered Head Together). Pada tahun 1985, Frank Lyman mengembangkan sebuah tipe dari pembelajaran kooperatif yaitu Think Pair Share (TPS). TPS merupakan sebuah tipe pembelajaran kooperatif yang dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir untuk merespon dan untuk saling membantu. Siswa dituntut 6 Robert A. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 4 5 untuk memikirkan suatu permasalahan yang diberikan oleh guru secara individu, kemudian masing-masing saling siswa berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh dari hasil pemikiran mereka tersebut. Pasangan-pasangan tersebut kemudian berbagi hasil diskusi yang diperoleh dari satu pasangan ke pasangan lainnya sehingga seluruh kelas mengatahui hasilnya. Melalui tipe pembelajaran TPS, guru dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar dan mampu meningkatkan interaksi antara siswa dengan guru sehingga siswa mudah memahami pelajaran yang diterima dan berada dalam kegiatan yang tidak membosankan karena langsung aktif mengamati setiap proses yang terjadi. Pada tahun 1993, Spencer Kagan mengembangkan tipe pembelajaran kooperatif lainnya yaitu Numbered Head Together (NHT). NHT merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang dapat meningkatkan performance siswa, kepercayaan diri dan rasa tanggung jawab siswa. Dalam tahapannya, dibentuk kelompok-kelompok kecil dalam kelas yang terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen, baik prestasi akademik, jenis kelamin, ras ataupun etnis. Tiap siswa dalam kelompok diberi nomor, kemudian mereka diberi kesempatan untuk mendiskusikan sebuah permasalahan. Masing-masing anggota kelompok harus dipastikan mengetahui jawaban dari permasalahan tersebut, lalu guru memanggil salah satu nomor anggota dan anggota tersebutlah yang akan menjelaskan jawaban yang didapat ke seluruh kelas tanpa dibantu oleh anggota kelompok lainnya. Tipe pembelajaran NHT memberi dampak yang sangat kuat bagi peningkatan prestasi belajar siswa, karena dalam proses pembelajaran yang menggunakan NHT siswa menempati posisi sangat dominan dan terjadi kerjasama antar siswa dalam kelompok. Selain itu, NHT dapat membantu siswa untuk lebih kreatif dan bertanggungjawab terhadap diri mereka masingmasing. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS memberikan kesempatan kepada siswa untuk mendiskusikan masalah, 6 menentukan strategi pemecahannya, dan menghubungkan masalah-masalah lain yang telah dapat diselesaikan sebelumnya. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Betty Marini Turnip pada tahun 2007, bahwa terdapat peningkatan hasil belajar siswa sebesar 27,23% setelah perlakuan model pembelajaran kooperatif tipe TPS.7 Sama halnya dengan penelitian yang dilakukan oleh Djoko Dwi Kusumojanto pada tahun 2009, bahwa terdapat peningkatan hasil belajar dari 70,72% menjadi 90,90% ketuntasan belajar.8 Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan dengan yang menggunakan metode konvensional. Akan tetapi, belum ada penelitian yang membandingkan antara kedua pembelajaran kooperatif tersebut. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS memiliki perbedaan. Pada pembelajaran kooperatif tipe TPS siswa terlebih dahulu diberi kesempatan untuk berpikir secara individu, kemudian para siswa berdiskusi saling berbagi pengetahuan dan pemahaman yang mereka dapatkan saat berpikir secara individu ke seluruh kelas. Sedangkan, pada pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa terlebih dahulu diberi kesempatan untuk berdiskusi dengan kelompok yang telah ditentukan oleh guru, kemudian diakhir diskusi dilakukan presentasi. Pada bagian presentasi, masing-masing anggota kelompok dituntut untuk membagikan pengetahuan dan pemahaman yang mereka dapatkan selama berdiskusi akan tetapi anggota lainnya tidak boleh membantu anggota yang ditunjuk. Dari perbedaan model pembelajaran kooperatif tipe TPS dan NHT itulah yang mendorong penulis untuk membandingkan keduanya terhadap hasil belajar kimia siswa. Manakah diantara keduanya yang dapat meningkatkan hasil belajar yang lebih baik. 7 Betty Marini Turnip, Penerapan Model Pembelajaran Kooperatuf Think-Pair-Share Pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP, (Jurnal Pendidikan Mat & Sains, vol. 2(2), 2007), h. 92. 8 Djoko Dwi Kusumojanto, Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X APK di SMK Ardjuna 01 Malang, (Jurnal Penelitian Pendidikan, tahun 19, nomor 1, April 2009), h. 106. 7 Pada penelitian ini model pembelajaran kooperatif tipe NHT akan diterapkan dalam pengajaran di kelas eksperimen pertama, sedangkan tipe TPS akan diterapkan dalam pengajaran kelas kedua. Berdasarkan uraian yang telah diungkapkan di atas, penulis mencoba melakukan pengkajian ilmiah yang berdasarkan penelitian dengan judul: “Perbandingan Hasil Belajar Kimia Siswa antara yang Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS.” B. Identifikasi Masalah Dengan melihat masalah yang telah diuraikan di atas dapat diidentifikasi masalah-masalah seabagi berikut: 1. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada sekolah-sekolah belum berjalan efektif. 2. Ilmu kimia termasuk mata pelajaran yang di anggap sulit, hal ini di lihat dari hasil belajar kimia siswa yang rendah, contohnya pada pokok bahasan laju reaksi. 3. Pembelajaran di dalam kelas masih berpusat pada guru. 4. Penggunaan kegiatan kerja kelompok dalam proses pembelajaran belum optimal. C. Pembatasan Masalah Agar penelitian lebih terarah maka penulis membatasi masalah sebagai berikut: 1. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. 2. Materi pelajaran yang di teliti pada penelitian ini adalah pokok bahasan laju reaksi. 3. Pengaruhnya dilihat dari perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. 8 4. Adapun hasil belajar yang dimaksud adalah hasil belajar kimia siswa setelah proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaraan kooperatif tipe NHT pada kelas eksperimen pertama dan model pembelajaran kooperatif tipe TPS pada kelas eksperimen kedua dilihat dari aspek kognitifnya. D. Perumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah yang telah diajukan, maka adapun masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah: ”Bagaimana perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dengan yang menggunakan tipe TPS?” E. Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar kimia pokok bahasan laju reaksi antara siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan tipe TPS pada siswa kelas XI semester ganjil SMA Negeri 3 Tangerang Selatan. 2. Untuk mengetahui kedua model pembelajaran kooperatif tersebut yang memberikan hasil belajar yang lebih baik untuk pokok bahasan laju reaksi. F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberi kegunaan, antara lain: 1. Memberi informasi dan pertimbangan kepada guru mata pelajaran kimia tentang alternatif model pembelajaran dalam upaya peningkatan hasil belajar kimia siswa di SMA. 2. Menumbuhkan rasa semangat dan tanggungjawab kepada siswa dalam proses pembelajaran. 9 3. Meningkatkan ketertarikan siswa terhadap mata pelajaran kimia dengan menggunakan model pembelajaran yang lebih inovatif dan merangsang siswa untuk lebih memahami konsep-konsep kimia. BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR DAN PENGAJUAN HIPOTESIS A. Deskripsi Teoritis 1. Pembelajaran Kooperatif a. Pengertian Pembelajaran Kooperatif Kooperatif adalah sebuah kata yang memiliki arti bersifat kerja sama, bersedia membantu. Menurut Slavin, pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana sistem belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 4-6 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih bergairah dalam belajar.1 Anita Lie menyebutkan pembelajaran kooperatif dengan istilah pembelajaran gotong royong, yaitu sistem pembelajaran yang memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerjasama dengan siswa lain dalam tugas-tugas yang terstruktur. Lebih jauh dikatakan, pembelajaran kooperatif hanya berjalan jika sudah terbentuk suatu kelompok atau suatu tim yang didalamnya siswa bekerja secara terarah untuk mencapai tujuan yang sudah ditentukan dengan jumlah anggota kelompok pada yang umumnya terdiri dari 4-6 orang saja.2 Pembelajaran kooperatif merupakan strategi pengajaran yang baik di dalam kelompok kecil dengan siswa yang memiliki tingkat keahlian berbeda, menggunakan ragam aktivitas untuk meningkatkan pemahaman mereka pada sebuah subyek (mata pelajaran). Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dimana siswa 1 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 15. 2 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 16. . 10 11 belajar dalam kelompok kecil dengan kemampuan yang berbeda dan berasal dari ras, suku, serta jenis kelamin yang berbeda pula. Di dalam kelompok kecil tersebut siswa saling belajar dan bekerjasama untuk sampai pada pengalaman belajar yang optimal, baik pengalaman individu maupun pengalaman kelompok. Di dalam kelompok tersebut siswa dapat berdiskusi dan saling membantu untuk memahami suatu bahan pembelajaran, memeriksa dan memperbaiki jawaban teman, serta kegiatan lainnya dengan tujuan mencapai prestasi belajar tinggi. Aktivitas kerja dan belajar dalam kelompok kooperatif berbeda dengan kelompok belajar konvensional. Kelompok belajar konvensional adalah kelompok belajar yang sering diterapkan disekolah, seperti kelompok diskusi. Perbedaan tersebut dapat di lihat pada table 2.1. berikut:3 Tabel 2.1. Perbedaan kelompok Belajar Kooperatif dengan Kelompok Belajar Konvensional Kelompok Belajar Kooperatif Kelompok Belajar Konvensional Adanya saling ketergantungan positif, saling Guru sering membiarkan adanya membantu, dan saling memberikan motivasi siswa yang mendominasi kelompok sehingga ada interaksi promotif. atau menggantungkan diri pada kelompok. Adanya akuntabilitas individual yang mengukur Akuntabilitas individual sering penguasaan materi pelajaran tiap anggota diabaikan sehingga tugas-tugas sering kelompok, dan kelompok diberi umpan balik diborong oleh salah seorang anggota tentang hasil belajar para anggotanya sehingga kelompok, lainnya hanya dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan “mendompleng” keberhasilan bantuan dan siapa yang dapat memberikan “pemborong”. bantuan. Kelompok belajar heterogen, baik dalam Kelompok belajar biasanya homogen. kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, etnik, dan sebagainya sehingga dapat saling mengetahui siapa yang memerlukan bantuan dan siapa yang memberikan bantuan. Pimpinan kelompok dipilih secara demokratis Pemimpin kelompok ditentukan oleh atau bergilir untuk memberikan pengalaman guru atau kelompok dibiarkan untuk memimpin bagi para anggota kelompok. memilih pemimpinnya dengan cara masing-masing. 3 h. 58. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), 12 Keterampilan sosial yang diperlukan dalam kerja gotong royong seperti kepemimpinan, kemampuan berkomunikasi, mempercayai orang lain, dan mengelola konflik secara langsung diajarkan. Pada saat belajar kooperatif sedang berlangsung guru terus melakukan pemantauan melalui observasi dan melakukan intervensi jika terjadi masalah dalam kerja sama antar-anggota kelompok. Guru memerhatikan secara proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Keterampilan sosial sering tidak secara langsung diajarkan. Pemantauan melalaui observasi dan intervensi sering tidak dilakukan oleh guru pada saat belajar kelompok sedang berlangsung. Guru sering tidak memerhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok belajar. Penekanan tidak hanya pada penyelesaian tugas Penekanan sering hanya pada terapi juga hubungan interpersonal (hubungan penyelesaian tugas. antar pribadi yang saling menghargai) Belajar secara kooperatif dalam kelompok kecil membantu siswa dan anggota dalam tim untuk menyelesaikan tugas secara bersama-sama. Secara umum pembelajaran kooperatif terdiri dari lima karakteristik, yaitu:4 1) Siswa belajar bersama pada tugas-tugas umum atau aktivitas untuk menyelesaikan tugas atau aktivitas pembelajaran. 2) Siswa saling bergantung secara positif. Aktivitas diatur sehingga siswa membutuhkan siswa lain untuk mencapai hasil bersama. 3) Siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang terdiri dari 2 sampai 5 siswa. 4) Siswa menggunakan perilaku kooperatif, pro-sosial. 5) Setiap siswa secara mandiri bertanggungjawab untuk pekerjaan pembelajaran mereka. Pembelajaran kooperatif menekankan pada struktur-struktur yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan materi. 4 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 131. 13 Ada unsur yang perlu dipenuhi dalam pembelajaran kooperatif agar lebih menjamin siswa bekerja secara kooperatif. Unsur-unsur tersebut adalah sebagai berikut:5 1) Siswa dalam kelompok harus beranggapan bahwa mereka “sehidup sepenanggungan bersama”. 2) Siswa bertanggung jawab atas segala sesuatu di dalam kelompoknya, seperti milik mereka sendiri. 3) Siswa haruslah melihat bahwa semua anggota di dalam kelompoknya memiliki tujuan yang sama. 4) Siswa haruslah membagi tugas dan tanggung jawab yang sama diantara anggota kelompoknya. 5) Siswa akan dikenakan evaluasi atau diberikan hadiah/penghargaan yang juga akan dikenakan untuk semua anggota kelompok. 6) Siswa berbagi kepemimpinan dan mereka membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajar. 7) Siswa akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa ciri, sebagai berikut:6 1) Setiap anggota memiliki peran, 2) Terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, 3) Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, 4) Guru membantu mengembangkan keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok, 5) Guru hanya berinteraksi dengan kelompok saat diperlukan. Pembelajaran kooperatif sebagai pembelajaran kelompok akan membantu meningkatkan sikap positif terhadap materi laju reaksi. Esensi pembelajaran kooperatif adalah tanggung jawab individu 5 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h.6. Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 20. 6 14 sekaligus tanggung jawab kelompok, sehingga dalam diri siswa terbentuk sikap ketergantungan positif yang menjadikan kerja kelompok berjalan optimal. Keadaan ini mendorong siswa dalam kelompok belajar, bekerja dan bertanggung jawab dengan sungguhsungguh sampai selesainya tugas-tugas individu dan kelompok.7 Setiap model pembelajaran yang dikembangkan memiliki tujuan pembelajaran untuk dicapai. Johnson & Johnson (1994) menyatakan bahwa tujuan pokok belajar kooperatif adalah memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatkan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara berkelompok.8 Kemudian, model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran yang penting, yaitu:9 1) Hasil belajar akademik Dalam pembelajaran kooperatif selain banyak mencakup beragam tujuan sosial, juga mampu memperbaiki prestasi siswa atau tugas-tugas akademik lainnya. 2) Penerimaan terhadap perbedaan individu Tujuan lain model pembelajaran kooperatif adalah penerimaan secara luas dari orang-orang yang berbeda berdasarkan ras, budaya, kelas sosial, kemampuan, dan ketidakmampuannya. 3) Pengembangan keterampilan sosial Tujuan penting pembelajaran kooperatif lainnya adalah mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerja sama dan berkolaborasi. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat pada siswa (student ariented), terutama untuk 7 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 132. 8 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010) h. 67. 9 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h. 7. 15 mengatasi permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa yang tidak dapat bekerjasama dengan orang lain, siswa yang agresif dan tidak peduli pada yang lain. Model pembelajaran ini telah terbukti dipergunakan dalam berbagai mata pelajaran dan usia. Peningkatan belajar terjadi tidak bergantung pada usia siswa, mata pelajaran atau aktivitas belajar. Tugas-tugas belajar yang kompleks seperti pemecahan masalah, berpikir kritis, dan pembelajaran konseptual meningkat secara nyata pada saat digunakan strategi-strategi kooperatif. Siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif. Beberapa ahli berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif unggul dalam membantu siswa memahami konsep-konsep yang sulit. Di samping itu pembelajaran kooperatif dapat memberi keuntungan, baik pada siswa kelompok bawah maupun kelompok atas yang bekerja sama menyelesaikan tugas-tugas akademik. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan Student Teams Learning (STL) yang menekankan pada pencapaian ujian dan kesuksesan kelompok dalam menyelesaikan tugas kelompok dan dalam hal memahami suatu pelajaran. Dalam STL siswa tidak hanya bekerja menyelesaikan sesuatu tetapi juga mempelajari sesuatu secara kelompok. Pembelajaran kooperatif yang dikembangkan dari STL memiliki banyak bentuk, diantaranya: STAD (Student Teams Achievement Division), TGT (Team Games Tournament), TAI (Team Accelerated Instruction), CIRC (Cooperative Integrated Reading & Composition), Jigsaw, TPS Think-Pair-Share), NHT (Numbered Head Together).10 10 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 134. 16 STAD (Student Teams Achievement Division) merupakan metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana. Dalam metode ini, siswa di bagi dalam bentuk kelompok beranggotakan 4-5 orang yang berbeda jenis kelamin, etnis dan kemampuan. Di dalam kelompok siswa di beri kesempatan untuk melakukan kolaborasi dan elaborasi dengan teman sebaya dalam bentuk diskusi. TGT (Team Games Tournament) merupakan metode pembelajaran dimana siswa dibagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang yang heterogen berdasarkan jenis kelamin, agama, dan etnis, sehingga masing-masing anggota dapat di latih kecakapan sosialnya. Kelompok tersebut kemudian melakukan suatu turnamen yang dilaksanakan tiap pekan. Dalam turnamen tersebut siswa berkompetisi dengan anggota kelompok lain agar dapat menyumbangkan poin pada kelompok masing-masing. TAI (Team Accelerated Instruction) merupakan metode pembelajaran yang mengkombinasikan belajar kooperatif dengan belajar individu. Tiap anggota kelompok akan di beri soal-soal bertahap yang harus mereka kerjakan sendiri-sendiri dalam kelompoknya. Setelah itu, hasil kerja mereka diperiksa oleh anggota tim lain. Jika seorang siswa telah mampu mengerjakan soal dalam satu tahap, maka ia diperbolehkan untuk mengerjakan soal selanjutnya dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi. Namun jika ia belum mampu menjawab suatu soal, maka ia harus mengerjakan kembali soal yang tingkat kesulitannya sama sebelum ia melanjutkan ke soal yang lebih sulit. CIRC (Cooperative Integrated Reading and Composition) merupakan metode pembelajaran yang sejenis dengan TAI, namun hanya ditekankan pada pengajaran membaca, menulis dan tata bahasa. Aktivitas CIRC terdiri dari siswa mengikuti urutan instruksi guru, latihan tim, asesmen awal dan kuis. 17 Jigsaw adalah metode pembelajaran dimana siswa di bagi ke dalam kelompok yang beranggotakan 4-6 orang dengan kondisi siswa yang heterogen baik dari segi kemampuan maupun karakteristik lainnya. Materi pembelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks. Setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari bagian tertentu dari materi yang diberikan. Selanjutnya tiap anggota bergabung dengan anggota masing-masing untuk mendiskusikan dan saling mengajarkan satu sama lain. TPS (Think-Pair-Share) atau berpikir berpasangan berbagi telah dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dalam TPS guru mengajukan suatu pertanyaan dan meminta siswa untuk berpikir sendiri mencari jawaban. Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan jawaban. Kemudian pasangan-pasangan tersebut saling berbagi keseluruh kelas. NHT (Numbered Head Together) atau penomoran berpikir bersama atau lebih dikenal dengan kepala bernomor yang telah dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993). Dalam NHT siswa di bagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan tiap anggota kelompok di beri nomor. Siswa berdiskusi memecahkan sebuah masalah, kemudian guru memanggil salah satu nomor dari tiap kelompok dan masing-masing siswa dengan nomor tersebut menjawab tanpa bantuan dari anggota kelompok lainnya. Penghargaan kelompok (teams reward) diberikan kepada kelompok yang telah mencapai kriteria yang telah ditentukan. Penghargaan kelompok diharapkan sebagai penguatan yang dapat memotivasi anggota kelompok untuk belajar dan bekerja sebaik mungkin dalam memberikan konstribusi untuk kelompoknya agar menjadi kelompok yang tebaik. Dengan demikian tiap kelompok memiliki tujuan kelompok (group goal) yang merupakan sasaran yang harus dicapai semua anggota. 18 Sebagai individu setiap siswa harus bertanggung jawab untuk belajar, mengerjakan tugas dan memahami materi yang diberikan. Tujuan dan kesuksesan kelompok ditentukan oleh kesungguhan semua anggota kelompok dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai individu dan saling meyakinkan bahwa setiap individu dalam kelompok tersebut siap menghadapi tes perorangan. Kesempatan yang sama meraih keberhasilan (equal opportunities for success). Dalam suatu kelompok belajar kooperatif semua anggota mempunyai kesempatan yang sama untuk meraih keberhasilan dan mengkontribusikan nilai untuk pencapaian skor kelompok. b. Prinsip-prinsip Dasar Pembelajaran Kooperatif Roger dan David Johnson (dalam Anita Lie, 2007) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap sebagai pembelajaran kooperatif. Untuk mencapai hasil yang maksimal, terdapat 5 prinsip-prinsip dasar pembelajaran kooperatif, yaitu:11 1) Saling Ketergantungan Positif Anggota kelompok siswa harus mengatakan bahwa mereka memerlukan kerja sama untuk mencapai tujuan kelompok. 2) Tanggung Jawab Perseorangan Masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik atas tugas-tugas yang diberikan. 3) Tatap Muka Setiap kelompok diberikan kesempatan utnuk bertemu muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajaran untuk membentuk sinergi menguntungkansemua anggota. 4) Komunikasi Antaranggota 11 Anita Lie, Cooperative Learning, (Jakarta: Grasindo, 2007), h. 31. yang 19 Masing-masing kemampuan anggota mendengarkan kelompok dan harus mengutarakan memiliki pendapat, menanggapi suatu masalah dan mengembangkan ide-idenya untuk keberhasilan kelompok. 5) Evaluasi Proses Kelompok Siswa harus mengevaluasi efektifitas kelompok mereka saat bekerja kelompok. Kelompok perlu mempertahankan keberhasilannya dan mampu memperbaiki kekurangannya, hal ini akan menolong siswa untuk memecahkan masalah dan mengerti pentingnya keterampilan kooperatif. c. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Setiap model pembelajaran memiliki langkah-langkah utama yang harus dipenuhi. Terdapat 6 langkah utama atau tahapan dalam menggunakan pembelajaran kooperatif, yaitu:12 Tabel 2.1. Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Fase Tingkah Laku Guru Fase 1 Guru menyampaikan semua tujuan Menyampaikan tujuan dan pembelajaran yang ingin dicapai pada memotivasi siswa pelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase 2 Menyajikan informasi Fase 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompokkelompok belajar Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien. Fase 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. 12 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h. 10 20 Fase 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masingmasing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6 Memberikan Penghargaan Guru mencari cara untuk menghargai upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif ada 10 hal yang perlu diperhatikan agar dapat berjalan dengan sukses, yaitu:13 1) jangan pernah menggunakan tingkatan kelompok. 2) menginformasikan dan bekerja sama dengan orang tua, kepala sekolah, dan anggota masyarakat sebelum mengubah struktur kelas anda. 3) jangan memandang kemampuan sosial dari siswa, berhati-hati dalam mengelompokkan mereka. 4) jangan biarkan interaksi yang melebihi metodologi pimpinan anda. 5) bentuk kelompok untuk bekerja sama (melalui pembentukan tim dan pembentukan kelas) sebelum masuk ke dalam tugas akademik. 6) mulailah dengan sangat terstruktur dan tugas kooperatif singkat, lakukan perlahan untuk proyek-proyek yang tidak terstruktur dan panjang. 7) ketika anda siap untuk tugas akademis, mulailah dengan tugastugas yang berkapasitas baik walaupun tugas terendah. 8) jangan biarkan interaksi antar siswa tidak terstruktur hingga siswa memperoleh keterampilan untuk bekerja sama. 9) jangan mencoba menemukan sesuatu dengan terbalik: dimulai dengan terbukti, strategi interaksi sisw ayang terstruktur. 13 Kagan, Spencer. 1999. Cooperative Learning: Seventeen Pros and Seventeen Cons plus Ten Tips for Success. Kagan Online Magazine. Diakses dari http://www.kaganonline.com/KaganClub/ FreeArticles.html 21 10) buatlah kegiatan mudah untuk diri Anda dan siswa. Belajar satu strategi baru dengan baik sebelum mencoba strategi baru berikutnya. d. Manfaat Pembelajaran Kooperatif Terhadap Kemampuan Akademik Menurut hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif lebih unggul dalam meningkatkan hasil belajar. Siswa lebih memiliki kemungkinan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi selama dan setelah diskusi dalam kelompok kooperatif. Menurut hasil penelitian Linda Lundgreen menunjukkan bahwa manfaat pembelajaran kooperatif bagi siswa dengan hasil belajar yang rendah adalah sebagai berikut:14 1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. 2) Rasa harga diri menjadi lebih tinggi. 3) Memperbaiki sikap terhadap IPA dan sekolah. 4) Memperbaiki kehadiran. 5) Angka putus sekolah menjadi rendah. 6) Penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar. 7) Perilaku mengganggu menjadi lebih kecil. 8) Konflik antar pribadi berkurang. 9) Sikap apatis berkurang. 10) Pemahaman yang lebih mendalam. 11) Motivasi lebih besar. 12) Hasil belajar lebih tinggi. 13) Retensi lebih lama. 14) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi. Selain itu, pembelajaran kooperatif mendorong keaktifan dalam percakapan dan kerjasama pemecahan masalah di dalam kelas dan 14 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h. 18 22 lingkungan akademis. Ini juga memberi kuasa dan kebebasan kepada siswa untuk mengatur pembelajaran mereka sendiri.15 e. Keunggulan Pembelajaran Koopertaif Setiap model pembelajaran memiliki suatu keunggulan sari model pembelajaran yang lainnya. Menurut Jarolimek & Parker (1993) dalam Isjoni, mengatakan keunggulan pembelajaran kooperatif adalah: yang diperoleh dalam 16 1) Saling ketergantungan positif. 2) Adanya pengakuan dalam merespon perbedaan individu. 3) Siswa dilibatkan dalam perencanaan dan pengelolaan kelas. 4) Suasana kelas yang rileks dan menyenangkan. 5) Terjalinnya hubungan yang hangat dan bersahabat antara siswa dengan guru. 6) Memiliki banyak kesempatan untuk mengekspresikan pengalaman emosi yang menyenangkan. Sedangkan menurut Roger dan David Johnson pembelajaran kooperatif memiliki keunggulan, diantaranya:17 1) Pembelajaran kooperatif lebih kuat menghasilkan pencapaian tujuan pembelajaran dibanding pola interaksi kompetitif dan individual. 2) Siswa lebih positif tentang sekolah, bidang mata pelajaran dan guru. 3) Siswa lebih positif tentang satu sama lain ketika belajar secara kooperatif. 15 Ghazi Ghaith. 2003. Effects of the Learning Together Model of Cooperative Learning on English as a Foreign Language Reading Achievement, Academic Self-Esteem, and Feelings of School Alienation. American University of Beirut. In Bilingual Research Journal, 27:3 Fall 2003. p. 452. http://www.informaworld.com/smpp/content.htm. 16 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 24. 17 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 136. 23 4) Siswa lebih efektif antarpribadi, lebih mampu menerima perspektif orang lain, dan memiliki keahlian interaksi yang lebih baik. Siswa yang sama-sama bekerja dalam kelompok akan menimbulkan persahabatan yang lebih akrab yang terbentuk pada kalangan siswa tersebut. Hal ini akan sangat berpengaruh pada tingkah laku atau kegiatan masing-masing secara individual. f. Kelemahan Pembelajaran Kooperatif Selain memiliki kelebihan, pembelajaran kooperatif juga mempunyai beberapa kelemahan. Ada hal yang harus diperhatikan agar pembelajaran kooperatif dapat menjadi metode pembelajaran yang efektif. Metode pembelajaran kooperatif memiliki berbagai perbedaan dengan metode pembelajaran alternatif, tetapi dapat dikategorisasikan menurut enam karakteristik prinsipil berikut ini, diantaranya tujuan kelompok, tanggung jawab individual, kesempatan sukses yang sama, kompetisi tim, spesialisasi tugas dan adaptasi terhadap kebutuhan kelompok.18 Menurut Isjoni kelemahan pembelajaran kooperatif bersumber pada dua faktor, yaitu factor dari dalam (intern) dan factor dari luar (ekstern). Factor dari dalam, yaitu:19 1) Guru harus mempersiapkan pembelajaran secara matang, disamping itu memerlukan lebih banyak tenaga, pemikiran dan waktu. 2) Agar proses pembelajaran berjalan dengan lancar maka dibutuhkan dukungan fasilitas, alat dan biaya yang cukup memadai. 3) Selama kegiatan diskusi kelompok berlangsung, ada kecenderungan topik permasalahan yang sedang dibahas meluas 18 Robert A. Slavin, Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, (Bandung: Nusa Media, 2010), h. 26 19 Isjoni, Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2007), h. 25. 24 sehingga banyak yang tidak sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. 4) Saat diskusi kelas, terkadang didominasi seseorang, hal ini mengakibatkan siswa yang lain menjadi pasif. Kelemahan pembelajaraan kooperatif yang lainnya, yaitu:20 1) Dalam kelompok dengan keahlian bercampur, seringkali siswa yang lebih kuat harus mengajar siswa yang lebih lemah dan mengerjakan sebagian besar tugas kelompok. 2) Waktu pada pembelajaran ini hanya cukup untuk fokus tugas pada tingkatan yang paling mendasar. 3) Strategi ini mungkin hanya mendukung pemikiran tingkat rendah dan mengabaikan strategi pemikiran kritis dan tingkat tinggi. 2. Pengertian NHT (Numbered Head Together) Numbered Head Together (NHT) pertama kali dikembangkan oleh Spencer Kagan (1993) untuk melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.21 Pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah suatu pendekatan pembelajaran yang lebih memungkinkan siswa untuk lebih aktif dan bertanggung jawab penuh untuk memahami materi pelajaran baik secara berkelompok maupun individual. NHT berfungsi mendorong keberhasilan kelompok karena semua anggota harus mengetahui jawaban dari kelompok mereka masing-masing dan karena saat siswa membantu anggota kelompoknya maka mereka membantu dirinya sendiri dan seluruh kelompok.22 20 Zulfiani, dkk., Strategi Pembelajaran Sains, (Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009), h. 136. 21 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Kencana, 2010), h. 82. 22 Geoge Jacob and Stephen Hall. Implementing Cooperative Learning. Regional Language Centre, Singapore. English Teaching Forum, October 1994. p. 2. www.singaporeedu.gov.sg/id/htm/index.htm. Diakses tanggal 24 Juli 2010. 25 strategi NHT mementingkan keterlibatan tingkat tinggi, karena siswa bekerja sama untuk mendapatkan jawaban dari pertanyaan dan mereka memastikan bahwa setiap anggota kelompok mengetahui jawabannya. Semua anggota menyadari bahwa mereka dapat dipilih untuk memberikan jawaban dari kelompok masing-masing, oleh karena itu mereka termotivasi untuk berpartisipasi dalam kelompok.23 Langkah-langkah yang digunakan dalam metode NHT (Numbered Head Together) pada pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut:24 a. Penomoran Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok di beri nomor antara 1 sampai 5. b. Mengajukan Pertanyaan Guru mengajukan sebuah pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi. Pertanyaan dapat amat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya. c. Berpikir Bersama Siswa menyatukan pendapatnya terhadapan jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. d. Menjawab Guru memanggil salah satu nomor tertentu, kemudian siswa yang nomornya sesuai mengacungkan tangannya dan mencoba untuk menjawab pertanyaan untuk seluruh kelas. 3. Pengertian TPS (Think Pair Share) Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share yang pertama kali dikembangkan oleh Frank Lyman di Universitas Maryland, merupakan jenis pembelajaran yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. TPS merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan 23 Hallie Kay Yopp, VocabularyInstruction for Academic Success, (USA: Shell Education, 2009), p. 26 24 Muslimin Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h. 28 26 pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan dan prosedur yang digunakan dalam TPS dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir unruk merespon dan saling membantu. TPS adalah latihan pembelajaran kooperatif sederhana. Instruktur (guru) akan menanyakan pertanyaan atau menimbulkan masalah. Siswa menghabiskan satu atau dua menit memikirkan jawaban atau solusi. Siswa kemudian berpasangan untuk mendiskusikan (berbagi) jawaban mereka. Instruktur mungkin akan meminta beberapa siswa untuk berbagi jawaban dengan seluruh kelas.25 Langkah-langkah dalam pelaksanaan metode TPS, yaitu:26 a. Berpikir (Thinking) Guru mengajukan suatu pertanyaan atau masalah yang dikaitkan dengan pelajaran, dan meminta siswa menggunakan waktu beberapa menit untuk berpikir sendiri jawaban atau masalah. b. Berpasangan (Pairing) Selanjutnya guru meminta siswa untuk berpasangan dan mendiskusikan apa yang telah mereka peroleh. Interaksi selama waktu yang disediakan dapat menyatukan jawaban jika suatu pertanyaan yang diajukan atau menyatukan gagasan apabila suatu masalah khusus yang diidentifikasi. c. Berbagi (Sharing) Pada langkah akhir, guru meminta pasangan-pasangan untuk berbagi dengan keseluruhan kelas yang telah mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk berkeliling ruangan dari pasangan dan melanjutkan sampai sekitar pasangan mendapat kesempatan untu melaporkan. 25 Elisa Carbone, Teaching Large Classes Tools and Strategies, (California: Sage Publication, 1998), p. 52. http://www.uk.sagepub.com/booksProdDesc.nav. Diakses tanggal 26 september 2010. 26 Trianto, Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2007), h. 61. 27 Dalam pelaksanaan langkah-langkah TPS ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:27 a. Berpikir, selama tahap ini berlangsung ada dua hal penting yang harus diperhatikan, yaitu: 1) siswa harus diberikan cukup waktu untuk berpikir dan kemudian mencatat pikiran mereka ke dalam buku catatan; 2) siswa harus benar-benar berpartisipasi dan tidak hanya menunggu untuk masuk ketahap berpasangan. Siswa tidak diijinkan untuk berpasangan pada tahap ini, oleh karena itu sewaktu-waktu gurur perlu memeriksa hasil kerja masing-masing siswa. b. Berpasangan, dalam tahap ini siswa dapat dipasangkan dengan berbagai cara dan harus dipasangkan berbeda setiap kalinya, yaitu: 1) siswa berpasangan setelah mereka menyelesaikan tugas masingmasing pada tahap sebelumnya; 2) berpasangan sesuai dengan daftar absensi kelas (siswa pertama dengan siswa kedua, siswa ketiga dengan ketiga, dan seterusnya); 3) siswa berpasangan dipilih secara acak. c. Berbagi, selama siswa berbagi keseluruh kelas, semua siswa yang ingin berbicara harus mendapatkan kesempatan dan tidak mengijinkan satu individu untuk memonopoli pembicaraan. Model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS memiliki beberapa perbedaan, yang disajikan pada tabel dibawah ini: Tabel 2.3. Perbedaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Head Together dan Think-Pair-Share Perbedaan Proses pembelajaran Aktivitas dalam pembelajaran Penilaian 27 Numbered Head Together Kerja kelompok → Individu Think-Pair-Share Individu → Kerja kelompok Mengandalkan kemampuan Mengandalkan individu atas kelompok kelompok saja kemampuan Penilaian kelompok dan individu Hanya penilaian kelompok Richard P. Wasowski, CliffsNotes on Nicholas Sparks’ The Notebook Teacher’s Guide, (USA: Wiley Publishing Inc, 2009), p. 33. 28 4. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Skinner berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.28 Menurut Gagne belajar adalah seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadikan kapabilitas baru. Timbulnya kapabilitas tersebut adalah dari (i) stimulasi yang berasal dari lingkungan, dan (ii) proses kognitif yang dilakukan oleh pelajar.29 Hintzman berpendapat learning is a change in organism due to experience which can affect the organism’s behavior. Artinya, belajar adalah suatu perubahan yang terjadi dalam diri organisme (manusia dan hewan) disebabkan oleh pengalaman yang dapat mempengaruhi tingkah laku organisme tersebut.30 Pupuh Fathurohman dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar menyatakan bahwa belajar pada hakikatnya adalah “perubahan” yang terjadi di dalam diri seseorang setelah melakukan aktivitas tertentu.31 Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu perubahan tingkah laku individu, di mana perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik, tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang lebih buruk, yang terjadi melalui latihan atau pengalaman. Tujuan belajar adalah sejumlah hasil belajar yang menunjukkan bahwa siswa telah melakukan perbuatan belajar, yang umumnya meliputi 28 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 9. Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h.10 30 Muhbbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 88. 31 Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 6. 29 29 pengetahuan, keterampilan dan sikap-sikap yang baru, yang diharapkan tercipta oleh siswa.32 Tujuan belajar terdiri dari tiga komponen, ialah:33 1) Tingkah laku terminal, adalah komponen tujuan belajar yang menentukan tingkah laku siswa setelah belajar. 2) Kondisi-kondisi tes, menentukan situasi di mana siswa dituntut untuk mempertunjukkan tingkah laku terminal. Kondisi-kondisi tersebut perlu disiapkan oleh guru, karena sering terjadi ulangan/ujian yang diberikan oleh guru tidak sesuai dengan materi pelajaran yang telah disampaikan sebelumnya. 3) Ukuran-ukuran perilaku, merupakan suatu pernyataan tentang ukuran yang digunakan untuk membuat pertimbangan mengenai perilaku siswa. suatu ukuran menentukan tingkat minimal perilaku yang dapat diterima sebagai bukti, bahwa siswa telah mencapai tujuan. Berdasarkan uraian diatas dapat digambarkan bagaimana proses belajar itu berlangsung. Pertanda seseorang telah belajar adalah dengan adanya perubahan tingkah laku dalam diri seseorang tersebut. Perubahan tingkah laku yang dimaksud terjadi akibat interaksi dengan lingkungannya bukan karena proses pertumbuhan fisik atau kedewasaan. Perubahan tersebut bersifat tahan lama dan tidak berlangsung sesaat saja. Keberhasilan pengajaran dapat dilihat dari segi hasil, proses belajar yang baik memungkinkan hasil belajar yang baik pula. Hasil belajar didapatkan dari proses evaluasi guru. Hasil belajar dapat berupa dampak pengajaran dan dampak pengiringan. Hasil belajar tampak sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa, yang dapat diamati dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan keterampilan.34 Bloom mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga ranah, yaitu ranah kognitif (cognitive domain), ranah 32 33 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 73 Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), h. 73- 74. 34 Oemar Hamalik, Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), h. 155. 30 afektif (affective domain), dan ranah psikomotor (psychomotor domain).35 Keterangan lebih lanjut adalah sebagai berikut: 1) Ranah kognitif, yaitu ranah yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek, antara lain: pengetahuan mengenal, pemahaman, aplikasi, analisi, sintesis, dan evaluasi. 2) Ranah afektif, yaitu ranah yang berkenaan dengan sikap dan terdiri dari dua aspek, yaitu: pandangan atau pendapat dan sikap atau nilai. 3) Ranah psikomotor, yaitu ranah yang berhubungan erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian-bagiannya. Dari ketiga ranah tersebut, ranah kognitiflah yang pada umumnya dinilai oleh para pendidik di sekolah. Ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan siswa dalam memahami atau menguasai materi pelajaran, dan proses penilaiannya pun relatif lebih mudah. Pada proses ranah kognitif yang terjadi dihasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut merupakan kapabilitas siswa. Kapabilitas siswa tersebut berupa:36 1) Informasi verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. 2) Keterampilan intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk berhubungan dengan lingkungan hidup serta mempresentasikan konsep dan lambang. 3) Strategi kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. 4) Keterampilan motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi, sehingga terwujud otomatosme gerak jasmani. 5) Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak obyek berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah efek kumulatif dari proses belajar berupa perkembangan tingkah laku 35 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), 36 Dimyati dan Mudjiono, Belajar dan Pembelajaran, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), h. 11 h. 117. 31 yang terjadi pada ranah kognitif, afektif, dan ranah psikomotor. Jadi, seseorang dikatakan berhasil dalam belajar apabila di dalam diri orang tersebut telah terjadi perubahan tingkah laku yang lebih baik dari sebelum ia mengalami proses belajar. Namun, hal terpenting dalam belajar adalah proses dari belajar tersebut bukan hasil yang akan diperoleh. Artinya, belajar harus diperoleh dengan usaha sendiri, adapun orang lain disekitar hanya sebagai perantara atau penunjang dalam kegiatan belajar, agar dalam belajar dapat berhasil dengan baik. b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi belajar siswa di sekolah. Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni:37 1) Faktor internal (faktor dari dalam siswa), yakni keadaan atau kondisi jasmani dan rohani siswa. 2) Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa. 3) Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran. Pada tabel 2.3. disajikan bagian-bagian dari ke tiga faktor yang mempengaruhi belajar:38 Tabel 2.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Ragam Faktor dan Unsur-unsurnya Internal Siswa Esternal Siswa Pendekatan 1. Aspek Fisiologis 1. Lingkungan Sosial 1. Pendekatan Tinggi - tonus jasmani - Keluarga - Speculative - mata dan telinga - Guru dan staf - Achieving - Masyarakat - Teman 2. Aspek Psikologis 2. Lingkungan 2. Pendekatan - Intelegensi Nonsosial Menengah 37 38 Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 144. Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rajawali Pers, 2009), h. 156 32 - Sikap Minat Bakat Motivasi - Rumah Sekolah Peralatan Alam - Analitical Deep 3. Pendekatan Rendah - Reproductive - Sureface Menurut Ngalim Purwanto berhasil atau tidaknya belajar dapat kita bedakan menjadi dua golongan, yaitu:39 1) Faktor yang ada pada diri organisme itu sendiri yang kita sebut faktor individual. Yang termaruk kedalam faktor individual antara lain faktor kematangan/pertumbuhan, kecerdasan, latihan, motivasi, dan faktor pribadi. 2) Faktor yang ada di luar individu yang kita sebut faktor sosial. Yang termasuk kedalam faktor sosial atara lain faktor keluarga/keadaan rumah tangga, guru dan cara mengajarnya, alat-alat yang dipergunakan alam mengajar, lingkungan dan kesempatan yang tersedia, dan motivasi sosial. Sedangkan menurut Pupuh Fathurrohman, faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan belajar, sebagai berikut:40 1) Tujuan Tujuan merupakan muara atau pangkal dari proses belajar mengajar. Oleh karena itu, tujuan menjadi pedoman arah dan sekaligus sebagai suasan yang akan dicapai dalam kegiatan belajar mengajar. 2) Guru Performance guru dalam mengajar banyak dipengaruhi berbagai faktor seperti tipe kepribadian, latar belakang pendidikan, pengalaman dan yang tak kalah pentingnya berkaitan dengan pandangan filosofis guru terhadap anak didik. 3) Peserta Didik 39 40 115. Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2010), h. 102 Pupuh Fathurrohman, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Refika Aditama, 2009), h. 33 Peserta didik dengan segala perbedaannya seperti motivasi, minat, bakat, perhatian, harapan, latar belakang sosio-kultural, tradisi keluarga, menyatu dalam sebuah system belajar dikelas. Perbedaanperbedaan inilah yang wajib dikelola, diorganisir guru, untuk mencapai proses pembelajaran yang optimal. Apabila guru tidak memiliki kecermatan dan keterampilan dalam mengelola perbedaan-perbedaan potensi peserta didik maka proses pembelajaran sulit mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. 4) Kegiatan pengajaran Pola umum kegiatan pengajaran adalah terjadinya interaksi antara guru dengan peserta didik dengan bahan sebagai perantaranya. Guru yang menciptakan lingkungan belajar yang baik maka kepentingan belajar anak didik terpenuhi. 5) Evaluasi Evaluasi memiliki cakupan bukan saja pada bahan ajar, tetapi pada keseluruhan proses belajar mengajar, bahkan pada alat dan bentuk evaluasi itu sendiri. Artinya, evaluasi yang dilakuakn sudah benarbenar mengevaluasi tujuan yang telah ditetapkan, bahan yang diajarkan dan proses yang dilakukan. Guru membuat perencanaan evaluasi secara sistematik dengan menggunakan alat evaluasi yang tepat. Alat evaluasi yang bisa digunakan antara lain: benar-salah (true-false), pilihan ganda (multiple choice), menjodohkan (matching), esai dan bentuk evaluasi bisa tertulis maupun lisan. Evaluasi yang valid (sahih) bukan saja memberikan informasi prestasi sisa dalam mencapai tujuan tetapi memberikan umpan balik terhadap proses pembelajaran secara keseluruhan. B. Hasil Penelitian yang Relevan Dibawah ini akan disajikan beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Hasil penelitian pendukung yang dimaksud yaitu hasil penelitian yang berhubungan dengan pembelajaran kooperatif tipe Numbered 34 Head Together (NHT) dan tipe Think Pair Share (TPS) terhadap hasil belajar siswa, antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Kadir Tiya dan Mustamin Anggo dengan judul “Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika Pokok Bahasan Statistika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kendari”, diketahui bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan penguasaan konsep matematika siswa pada pokok bahasan statistika dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hasil penenlitian ini menyarankan agar pihak sekolah dan guru mempertimbangkan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dalam pelajaran matematika, khususnya statistika dan guru senantiasa memperbaiki proses pembelajaran salah satunya menngunakan model pembelajaran koopertif tipe NHT.41 2. Penelitian yang dilakukan oleh Karen M Daniel dengan judul “Cooperative Learning Structures for English Foreign Language Classrooms”, diketahui bahwa stuktur pembelajaran kooperatif yang diperkenalkan oleh Spencer Kagan yaitu NHT mampu meningkatkan keaktifan siswa dalam berbahasa inggris dari 22% sampai 47% dalam setiap waktunya.42 3. Penelitian yang dilakukan oleh Larry Maheady et al dengan judul “The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth Graders”, diketahui bahwa penggunaan dua bentuk pembelajaran NHT pada kelas 6 dalam nilai kuis harian dan pretest-posttest kimia memberikan pengaruh yang baik. Dari penelitian menunjukkan bahwa 41 Kadir Tiya dan Mustamin Anggo, Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika Pokok Bahasan Statistika Dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 2 Kendari. 42 Karen M Daniels. 2005. Cooperative Learning Structures for English Foreign Language Classrooms. Faculty of Regional Development Studies Tokyo University. Japan: Journal of Tourism Studies. http://rdarc.rds.toyo.ac.jp/webdav/frds/public/kiyou/rtvol4/rt-v4143.pdf. 35 penambahan paket intensif dapat meningkatkan kinerja siswa selama melaksanakan pembelajaran NHT.43 4. Penelitian yang dilakukan oleh Ubaidillah dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Teknik Kepala Bernomor (Numbered Heads Together) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa”, diketahui bahwa metode pembelajaran kooperatif dengan teknik kepala bernomor (NHT) berpengaruh terhadap hasil belajar fisika siswa dapat dilihat dari hasil yang signifikan atau lebih baik terhadap peningkatan aspek pemahaman siswa.44 5. Penelitian yang dilakukan oleh Mardinawati dengan judul ”Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Pemahaman Konsep Hidrokarbon”, diketahui bahwa pemahaman konsep hidrokarbon dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT menunjukkan kelas eksperimen secara keseluruhan lebih tinggi dari kelas kontrol. Hal ini dibuktikan oleh data persentase dimana hasil belajar dan pemahaman konsep pada 10 indikator kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol.45 6. Penelitian yang dilakukan oleh Betty Marini Turnip dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP”, diketahui bahwa rata-rata pengetahuan awal kooperatif Think-Pair-Share yaitu 38,88 dan setelah perlakuan menjadi 66,11. Hasil belajar siswa pun mengalami peningkatan sebesar 27,23 %.46 43 Larry Maheady et al, The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth Graders. in Journal of Behavioral Education, Vol. 15, No. 1, March 2006. http://www.springerlink.com/content/a27463112kl32683/. 44 Ubaidillah. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) dengan Teknik Kepala Bernomor (NHT) Terhadap Hasil Belajar Fisika Siswa. Skripsi Program Studi Pendidikan Fisika, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 45 Mardinawati. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together Terhadap Pemahaman Konsep Hidrokarbon. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 46 Betty Marini Turnip. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Think-Pair-Share pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP. Jurnal Mat & Sains, Vol. 2(2), 2007. 36 7. Penelitian yang dilakukan oleh Suhar dkk dengan judul “Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I-B SMPN 5 Kendari Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share”, diketahui bahwa prestasi belajar matematika siswa I-B SMPN 5 Kendari dapat ditingkatkan melalui model kooperatif tipe Think-Pair-Share. Dari siklus I ke siklus II terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 8,8%. Dari siklus II ke siklus III terjadi peningkatan sebesar 20,6%.47 8. Penelitian yang dilakukan oleh Vera Afnia dengan judul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share dalam Konsep Hidrokarbon”, diketahui bahwa penelitian ini mencapai criteria yang menjadi batasan indikator keberhasilan penelitian yag ditunjukkan oleh peningkatan nilai rata-rata hasil belajar kimia sebesar 9,03 angka dari 66,01 pada siklus I menjadi 75,03 pada siklus II.48 9. Penelitian yang dilakukan oleh Muslimin dengan judul “Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa”, diketahui bahwa Ha yang menunjukkan ada pengaruh antara pembelajaran kooperatif teknik TPS tehadap hasil belajar biologi siswa diterima atau direstui. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan pembelajaran kooperatif teknik TPS membawa pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar biologi siswa.49 C. Kerangka Berpikir Belajar merupakan unsur yang sangat penting dalam setiap penyelenggaraan pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau tidaknya pencapaian tujuan pendidikan itu tergantung pada proses belajar yang dialami 47 Suhar dkk, Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I-B SMPN 5 Kendari Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share, 2006. 48 Vera Afnia. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa dengan Metode Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share dalam Konsep Hidrokarbon. Skripsi Program Studi Pendidikan Kimia, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 49 Muslimin. Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Teknik Think-Pair-Share Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 37 siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan rumah atau keluarganya. Kegagalan proses belajar akan memberikan pengaruh yang besar terhadap kegagalan keseluruhan sistem pendidikan. Proses pembelajaran harus diarahkan kepada bagaimana siswa dapat belajar seefektif dan seoptimal mungkin dalam rangka mewujudkan perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan pendidikan. Menciptakan kondisi belajar yang efektif bagi siswa sangat bergantung kepada metode pengajaran, karena metode menunjukkan cara bagaimana mengelola kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan siswa dapat belajar sebaik mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pembelajaran yang efektif akan melatih siswa untuk memahami konsep suatu pelajaran dengan kemampuannya sendiri dan dapat menimbulkan semangat belajar, sehingga siswa mampu mendapatkan hasil belajar yang baik. Hasil belajar didapatkan dari proses evaluasi guru. Proses pembelajaran yang dapat membuat siswa lebih aktif salah satunya kerja kelompok. Namun, kerja kelompok yang dilakukan di sekolah hanya sekedar bekerja sama untuk mendapatkan jawaban dari tugas yang diberikan, tanpa memikirkan apakah masing-masing anggota kelompok memahami materi dari tugas yang diberikan tersebut. Model pembelajaran yang menggunakan kerja kelompok dalam prosesnya dan membuat semua anggota kelompok aktif berperan aktif serta dapat memahami materi yang diberikan adalah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang berorientasikan pada kerja kelompok. Dengan pembagian kelompok tersebut siswa harus bekerja sama dan bertanggung jawab atas kewajibannya di dalam kelompok. Model pembelajaran kooperatif diantaranya adalah tipe NHT (Numbered Head Together) dan TPS (Think Pair Share). Metode pembelajaran NHT dan TPS merupakan alternatif pengajaran yang akan memberikan suasana baru dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan belajar mengajar yang di rancang dalam bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk saling bekerja sama, saling membantu dalam memahami materi pelajaran dan memecahkan masalah, dan bertanggung jawab atas kewajiban di 38 dalam kelompok. Sehingga proses belajar yang berlangsung akan lebih efektif dan hasil belajar pun akan lebih baik. Pada penelitian yang akan dilakukan, pokok bahasan pada mata pelajaran kimia yang akan diajarkan menggunakan metode NHT dan TPS adalah laju reaksi. 1. 2. 3. 4. Proses pembelajaran yang dilaksanakan belum berjalan efektif. Ilmu kimia termasuk mata pelajaran yang di anggap sulit, hal ini di lihat dari hasil belajar kimia siswa yang rendah, contohnya pada pokok bahasan laju reaksi. Pembelajaran di dalam kelas masih berpusat pada guru. Penggunaan kerja kelompok dalam proses belajar mengajar belum optimal. diatasi dengan menerapkan Model Pembelajaran Kooperatif diantaranya Numbered Head Together (NHT) Think-Pair-Share (TPS) Langkah-langkah: 1. Penomoran 2. Mengajukan pertanyaan 3. Berpikir bersama 4. Menjawab Langkah-langkah: 1. Berpikir 2. Berpasangan 3. Berbagi diperoleh perbandingan Hasil Belajar Gambar 2.1. Bagan Kerangka Berpikir 39 D. Pengajuan Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir di atas dapat di tarik suatu kesimpulan dan sekaligus diputuskan untuk dijadikan hipotesis penelitian yang dirumuskan sebagai berikut: Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS. Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS. BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang berlokasi di Jl. Benda Timur XI Komp. Pamulang Permai 2. Adapun waktu yang digunakan untuk pelaksanaan penenitian ini adalah pada tanggal 1 – 20 November 2010. B. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen (eksperimen semu). Dalam penelitian kuasi eksperimen, tidak dilakukan randomisasi untuk memasukan subjek ke dalam kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, melainkan menggunakan kelompok subjek yang sudah ada sebelumnya. Penelitian ini di bagi dalam dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe NHT, dan kelas kontrol yaitu kelas yang diberikan perlakuan pembelajaran kooperatif tipe TPS. Adapun rancangan penelitian yang penulis gunakan adalah only posttest control group design1 yang dapat digambarkan sebagai berikut: Tabel 3.1. Rancangan Penelitian Kelas Perlakuan Tes akhir (treatment) (P) E1 X1 O1 (P) E2 X2 O2 Keterangan: E1 = Kelas eksperimen pertama 1 Nurul Zuriah, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. (Jakarta: Bumi Aksara, 2007), h. 66. 40 41 E2 = Kelas eksperimen kedua Y1 = Perlakuan pada kelas eksperimen (NHT) Y2 = Perlakuan pada kelas kontrol (TPS) O1 = Tes akhir pada kelas eksperimben O2 = Tes akhir pada kelas kontrol P = Pemilihan kelas secara purposive C. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi diartikan jumlah dari keseluruhan objek yang karakteristiknya hendak di duga. Populasi ini dibedakan antara populasi secara umum dengan populasi target. Populasi target adalah populasi yang menjadi sasaran keberlakuan kesimpulan penelitian kita.2 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMAN 3 Kota Tangerang Selatan. Sedangkan populasi umum pada penelitian ini adalah siswa kelas XI SMAN 3 Kota Tangerang Selatan yang terdaftar pada SMA tersebut pada semester ganjil (I) tahun ajaran 2010/2011. 2. Sampel Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati. Menurut Sugiyono, sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tertentu.3 Teknik pengambilan sampel yang dipakai yaitu purposive sampling atau sampel bertujuan. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu.4 Dalam penelitian ini, sampel berasal dari kelas XI dan akan di pilih sebanyak dua kelas yang akan menjadi kelas kontrol dan kelas 2 Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Rasdakarya, 2008), h. 250. Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 85. 4 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka, 1993), h. 183. 3 42 eksperimen. Kelas XI-IPA 6 di pilih sebagai kelas eksperimen dan kelas XI-IPA 7 sebagai kelas kontrol. Pemilihan kelas dilakukan berdasarkan pengamatan terhadap kesetaraan kemampuan rata-rata nilai kimia dari kedua kelas tersebut. D. Variabel Penelitian 1. Variabel independen (bebas) : Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT dan TPS 2. Variabel dependen (terikat) : Hasil belajar kimia siswa E. Instrumen Penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes untuk mengukur hasil belajar kimia khususnya materilaju reaksi. Tes hasil belajar yaitu tes yang yang digunakan untuk mengukur sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diberikan antara kelas eksperimen dan kontrol. Tes yang digunakan adalah tes tertulis dalam bentuk pilihan ganda yang terdiri dari 28 soal untuk tes pokok bahasan laju reaksi. Tabel 3.2. Kisi-kisi Instrumen Indikator Menjelaskan kemolaran larutan Menjelaskan pengertian laju reaksi Menentukan nilai laju reaksi Menjelaskan faktorfaktor yang mempengaruhi laju reaksi Jenjang Kognitif C2 C3 C1 1 6 C4 Jumlah 2, 3, 4 4 5, 7, 8 4 12 9, 11, 27 21, 22, 26, 28 14, 15, 16, 17, 18, 25 13 4 10, 19, 20, 23, 24, Jumlah Sebelum tes dilakukan, tes tersebut harus terlebih dahulu memenuhi persyaratan seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono bahwa “instrumen yang 16 28 43 valid dan reliabel merupakan syarat mutlak untuk mendapatkan hasil penelitian yang valid dan reliabel”.5 1. Uji Validitas Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid berarti memiliki validitas rendah. Dalam penelitian ini, validitas tes dapat ditentukan dengan menggunakan rumus:6 Keterangan: γpbi = koefisien korelasi point biserial Mp = skor rata-rata hitung yang dijawab benar oleh peserta tes Mt = skor rata-rata total yang dicapai oleh seluruh peserta tes SDt = standar deviasi p = proporsi siswa yang menjawab benar terhadap butir soal q = proporsi siswa yang menjawab salah terhadap butir soal (q = 1- p) 2. Uji Reliabilitas Realiabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut 5 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 122. 6 79. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 44 dapat memberikan hasil yang tetap, karena reliabilitas adalah ketetapan atau keajegan alat untuk mengukur sejauh mana suatu alat dapat memberikan gambaran yang benar-benar dapat dipercaya untuk mengetahui kemampuan seseorang. Untuk mengetahui besarnya koefisien reliabilitas tes bentuk pilihan ganda maka digunakan rumus K-R 20 sebagai berikut:7 dengan Keterangan: rii = reliabilitas tes secara keseluruhan n = banyaknya item S = standar deviasi p = proporsi subyek yang menjawab benar q = proporsi subyek yang menjawab salah ∑pq = jumlah hasil perkalian antara p dan q Adapun kriteria pengujiannya: rii = 0,91 – 1,00 : Sangat tinggi rii = 0,71 – 0,90 : Tinggi rii = 0,41 – 0,70 : Cukup rii = 0,21 – 0,40 : Rendah rii = < 0,20 : Sangat rendah 7 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, (Jakarta: Rineka, 1993),h. 100. 45 3. Taraf Kesukaran Bilangan yang menunjukan sukar atau tidaknya suatu soal disebut indeks kesukaran. Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Rumus yang digunakan untuk menentukan kesukaran adalah sebagai berikut:8 Keterangan: P = Indeks Kesukaran B = Jumlah siswa yang menjawab benar JS = Jumlah seluruh siswa peserta tes Klasifikasi tingkat kesukaran: 0,00 – 0,30 = Sukar 0,30 – 0,70 = Sedang 0,70 – 1,00 = Mudah 4. Daya Pembeda Analisis daya pembeda digunakan untuk mengetahui kemampuan butir soal dalam membedakan kelompok siswa antara kelompok siswa yang pandai dengan kelompok siswa yang kurang pandai.9 Cara menghitung daya pembeda adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut:10 8 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 208. 9 Ahmad Sofyan dkk, Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2006), h. 104. 10 Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), h. 213. 46 Keterangan: J = jumlah peserta tes JB = banyak peserta kelompok atas JA = banyak peserta kelompok bawah BA = banyak peserta kelompok atsa yang menjawab soal itu dengan benar BB = banyak peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar PA = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar PB = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar Klasifikasi harga daya pembeda:11 0,00 – 0,20 = Jelek 0,21 – 0,40 = Cukup 0,41 – 0,70 = Baik 0,71 – 1,00 = Baik sekali Negatif = Semuanya tidak baik (soal bernilai daya pembeda negatif sebaiknya tidak digunakan) F. Teknik Pengumpulan Data Pada pelaksanaannya peneliti terlibat langsung dalam mengumpulkan data, mengolah serta menarik kesimpulan dari data yang di peroleh. Pada tahap awal dalam kelas eksperimen, peneliti melakukan sebuah percobaan tentang laju reaksi yang akan menimbulkan pertanyaan dari siswa, kemudian dilaksanakan pembelajaran kooperatif metode NHT (Numbered Head Together). Pada kelas kontrol, peneliti melakukan percobaan yang sama, kemudian dilaksanakan pembelajaran kooperatif metode TPS (Think Pair Share). Setelah materi diberikan, kemudian peneliti memberikan tes objektif kepada siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berupa soal kimia pada 11 h. 218. Suharsimi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara,2009), 47 pokok bahasan laju reaksi. Tes objektif yang diberikan ditinjau dari aspek kognitifnya dan berada pada rentang C1 – C4. G. Teknik Analisis Data Untuk penganalisaan data dalam penelitian ini digunakan uji statistik dengan menggunakan uji-t. Tetapi sebelumnya ddilakukan uji normalitas dan uji homogenitas sebagai syarat dapat dilaksanakannya analisis data. 1. Uji Normalitas Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berdistribusi normal atau tidak. Uji kenormalan yang digunakan adalah uji Lilliefors. Langkah-langkah untuk mengadakan uji Lilliefors adalah:12 a) Pengamatan x1, x2, .... xn dijadikan bilangan baku z1, z2, .... zn dengan menggunakan rumus (x dan s masing- masing merupakan rata-rata dan simpangan baku sampel) b) Untuk tiap bilangan baku ini dan menggunakan daftar distribusi normal baku, kemudian dihitung peluang F(zi) = P(z ≤ zi). c) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2, .... zn yang lebih kecil atau sama dengan zi. Jika proporsi ini dinyatakan oleh S(zi), maka d) Hitung selisih F(zi) – S(zi) kemudian tentukan harga mutlaknya. e) Ambil harga yang paling besar di antara harga-harga mutlak selisih tersebut. Sebutlah harga terbesar ini Lo Untuk menerima atau menolak hipotesis nol, kita bandingkan Lo ini dengan nilai kritis L. Kriterianya adalah: tolak hipotesis nol bahwa populasi berdistribusi normal jika Lo yang diperoleh dari 12 Sudjana, Metoda Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), h. 466. 48 data pengamatan melebihi L dari daftar. Dalam hal lainnya hipotesis nol diterima. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data homogen (sama) atau tidak. Populasi-populasi dengan varians yang sama besar dinamakan populasi dengan varians homogeny. Dalam hal lainnya populasi varians yang heterogen. Uji homogenitas dilakukan menggunakan uji Fisher dengan rumus:13 Keterangan: F = uji Fisher Tolak Ho hanya jika F ≥ F1/2α(v1,v2), dengan F1/2α(v1,v2) didapat daftar distribusi F dengan peluang 1/2α, sedangkan derajat kebebasan v1 dan v2 masing-masing sesuai dk pembilang dan penyebut. Melalui hipotesis statistik yang dirumuskan sebagai berikut: Keterangan : = Varians kelompok satu, yaitu kelompok skor dari hasil belajar kelompok eksperimen = Varians kelompok dua, yaitu kelompok skor dari hasil belajar kelompok kontrol Ho = Kedua varians homogen H1 = Kedua varians tidak homogen 13 Sudjana, Metoda Statistika (Bandung: Tarsito), h. 250. 49 Adapun kriteria pengujiannya adalah: 1. Jika F hitung ≤ F tabel, maka kedua data memiliki varians yang homogen. 2. Tolak Ho, jika harga F hitung ≤ F tabel 3. Terima Ho, jika harga F hitung > F tabel Untuk taraf signifikan α = 0,05 dan derajat kebebasan penyebut dk1 = n1 – 1, dan derajat kebebasan pembilang dk2 = n2 – 1. 3. Uji Hipotesis Setelah dilakukan uji normalitas dan uji homogenitas, maka untuk menguji data yang diperoleh digunakan rumus t-test. Uji hipotesis ini digunakan untuk mengetahui adanya perbandingan hasil belajar kimia siswa yang diajarkan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan siswa yang tidak diajarakan dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe TPS. Rumus t-tes yang digunakan untuk pengujian, yaitu:14 Keterangan: = Nilai rata-rata kelompok eksperimen = Nilai rata-rata kelompok kontrol n1 = Jumlah sampel pada kelompok eksperimen n2 = Jumlah sampel pada kelompok kontrol = Varian kelompok eksperimen = Varian kelompok kontrol Berikut ini pedoman penggunaannya: 14 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2008), h. 196. 50 a) Bila jumlah anggota sampel n1 = n2, dan varians homogen (α12 = α22). Untuk melihat harga t tabel digunakan (derajat kebebasan) dk = n1 + n2 – 2. b) Bila n1 ≠ n2, varians homogen (α12 = α22). Untuk dk = n1 + n2 – 2. c) Bila n1 = n2, varians tidak homogen (α12 ≠ α22), dengan dk = n1 – 1 atau n2 – 1. Jadi dk bukan n1 + n2 – 2. Dengan sebuah ketentuan: Jika t hitung < t tabel, maka terima Ho, Jika t hitung > t tabel, maka tolak Ho. H. Hipotesis Statistik Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Ho : μ1 = μ2 Ha : μ1 ≠ μ2 Keterangan: Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS. Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS. μ1 : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif NHT. μ2 : Rata-rata hasil belajar kimia siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi dan Analisis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini diambil dari hasil tes. Tes yang diberikan merupakan aspek kognitif dengan menggunakan instrumen berupa tes pilihan berganda sebanyak 28 soal yang diberikan setelah pembelajaran (posttest). Data yang diperoleh meliputi data skor hasil belajar dari 68 siswa yang terdiri dari 34 siswa kelas eksperimen dan 34 siswa kelas kontrol. Posttest bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pengaruh model pembelajaran kooperatif terhadap hasil belajar kimia siswa pada pokok bahasan laju reaksi. 1. Deskripsi Data Data yang didapat dalam penelitian ini terbagi menjadi dua bagian. Data pertama didapat dari hasil belajar kelas eksperimen pertama yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Data yang kedua didapat dari hasil belajar kelas eksperimen kedua yaitu kelas yang diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. a. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dilakukan perhitungan statistik terhadap hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen pertama yang disajikan dalam lampiran 7. Data perhitungan statistik hasil belajar kelas eksperimen pertama dapat dilihat pada tabel berikut: 51 52 Tabel 4.1. Perhitungan Statistik Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama No. 1 2 3 4 5 Statistik Rata-rata Median Modus SD S2 Nilai 76,26 75,82 75,5 5,74 32,91 b. Deskripsi Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Kedua Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan, maka dilakukan perhitungan statistik terhadap hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen kedua yang disajikan dalam lampiran 7. Data perhitungan statistik hasil belajar kelas eksperimen pertama dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.2. Perhitungan Statistik Hasil Belajar Kelas Eksperimen Kedua No. 1 2 3 4 5 Statistik Rata-rata Median Modus SD S2 Nilai 69,12 68,67 67,38 4,46 19,93 2. Analisis Data a. Pengujian Persyaratan Analisis Data Sebelum dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t untuk melihat adanya perbedaan dari perlakuan yang diberikan, maka perlu dilakukan uji persyaratan analisis terlebih dahulu terhadap data hasil penelitian. Beberapa uji persyaratan yang harus dipenuhi adalah: 53 1) Uji Normalitas Setelah dilakukan pengolahan data hasil belajar kelas eksperimen dan kelas kontrol, maka dilanjutkan dengan pengujian normalitas. Pengujian normalitas ini digunakan untuk mengetahui bahwa sebaran data yang masing-masing kelas tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi normal. Pengujian normalitas dilakukan dengan menggunakan uji Liliefors. Adapun kriteria penerimaan bahwa suatu data berdistribusi normal atau tidak dengan rumusan sebagai berikut: - Jika Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel), maka data berdistribusi normal - Jika Lo (Lhitung) > Lt (Ltabel), maka data tidak berdistribusi normal Data diukur pada taraf signifikansi dan tingkat kepercayaan tertentu. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan uji normalitas, yaitu: Tabel 4.3. Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama dan Kelas Eksperimen Kedua No. Statistik 1 2 3 4 5 Jumlah Sampel (N) Rata-rata (Mean) Standar Deviasi (S) Lhitung Ltabel Kelas eksperimen pertama 34 76,26 5,74 0,1277 0,152 Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel) Kelas eksperimen kedua 34 69,12 4,46 0,1508 0,152 Lo (Lhitung) < Lt (Ltabel) Berdistribusi normal Berdistribusi normal Kesimpulan Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan (α) = 0,05. Dari tabel diatas diketahui bahwa Ltabel untuk kedua kelas sebesar 0,152. Pada kelas eksperimen didapat hasil Lhitung sebesar 0,1277 menunjukkan bahwa data kelas eksperimen pertama berdistribusi normal, karena memenuhi criteria Lhitung < Ltabel (0,1277 < 0,152). 54 Sedangkan hasil Lhitung untuk kelas kontrol sebesar 0,1508 menunjukkan bahwa data kelas eksperimen kedua berdistribusi normal, karena memenuhi kriteria Lhitung < Ltabel (0,1508 < 0,152). Hasil perhitungan uji normalitas kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam lampiran 8. 2) Uji Homogenitas Setelah kedua sampel penelitian dinyatakan berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas dengan uji perbedaan varians dengan menggunakan Uji Fisher. Pengujian homogenitas dilakukan dengan maksud untuk mengetahui apakah sebaran data masing-masing kelas tidak menyimpang dari ciri-ciri data yang berdistribusi homogen. Kriteria pengujian yang dilakukan pada tingkat kepercayaan tertentu. Sampel akan dinyatakan homogen apabila fhitung < ftabel. Berikut ini adalah hasil dari perhitungan uji homogenitas, yaitu: Tabel 4.4. Hasil Uji Homogenitas Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama dan Kelas Eksperimen Kedua No. 1 2 3 4 Statistik 2 S eksperimen S2kontrol Fhitung Ftabel Kesinpulan Nilai 32,91 19,93 1,65 1,77 Varians kedua kelompok homogen Pengujian dilakukan pada taraf kepercayaan 95 %. Dari tabel diatas didapatkan hasil ftabel sebesar 1,77, sedangkan hasil fhitung sebesar 1,65. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa kedua kelas berasal dari populasi yang homogen, karena fhitung< ftabel. Hasil perhitungan uji homogenitas kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua disajikan dalam lampiran 9. 55 Berdasarkan hasil pengujian persyaratan analisis terhadap data dari kedua kelas diatas, maka pengujian hipotesis dapat dilakukan. Pengujian hipotesis akan dilakukan dengan menggunakan uji-t. b. Pengujian Hipotesis Penelitian Setelah dilakukan uji persyaratan, maka selanjutnya dilakukan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t. Pengujian dilakukan untuk mengetahui adanya perbedaan antara skor tes akhir (posttest) kelas eksperimen pertama dengan skor tes akhir kelas eksperimen kedua. Hipotesis yang diajukan adalah: Ho : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan pembelajaran koopertaif tipe NHT dan TPS. Ha : Terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS. Pengujian hipotesis tersebut akan diuji dengan menggunakan rumus uji-t dengan kriteria pengujian sebagai berikut: jika harga thitung < ttabel pada tingkat kepercayaan 0,05 maka Ho diterima, sedangkan jika thitung > ttabel pada tingkat kepercayaan 0,05 maka Ha diterima. Berikut ini adalah data hasil uji hipotesis, yaitu: Tabel 4.5. Hasil Uji Hipotesis Data Hasil Belajar Kelas Eksperimen Pertama dan Kelas Eksperimen Kedua No. Statistik 1 2 3 4 5 Jumlah Sampel (N) Rata-rata (Mean) Varians (S2) thitung ttabel Kelas Eksperimen Kelas Eksperimen Pertama Kedua 34 34 76,26 69,12 32,91 19,93 5,724 1,99 Dari data hasil perhitungan, didapatkan thitung sebesar 5,724 dan ttabel sebesar 1,99. Berdasarkan hasil tersebut diketahui bahwa thitung 56 ternyata memenuhi kriteria pengujian, yaitu thitung > ttabel. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Hal tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara rata-rata skor hasil belajar kelas yang diberikan pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS. Hasil perhitungan uji hipotesis kelas eksperimen pertama dan kelas eksperimen kedua disajikan dalam lampiran 10. B. Pembahasan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMAN 3 Kota Tangerang Selatan, diperoleh perhitungan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA 6 (kelas eksperimen pertama) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sebesar 76,26 dan rata-rata hasil belajar kelas XI IPA 7 (kelas eksperimen kedua) dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TPS sebesar 69,12. Setelah dilakukan pengolahan data secara statistik yaitu dengan melakukan uji prasyarat yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas. Kemudian dilakukan uji hipotesis dengan menggunakan uji-t dan diperoleh hasil thitung sebesar 5,724, sedangkan nilai ttabel sebesar 1,99. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan hasil belajar kimia siswa yang signifikan antara yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS pada pokok bahasan laju reaksi. Data hasil perhitungan pengujian hipotesis (uji-t), sebagai berikut: Tabel 4.6. Hasil Perhitungan Pengujian Hipotesis Kelas Eksperimen Pertama Eksperimen Kedua N Mean 34 76,26 34 69,12 thitung ttabel Keputusan 5,724 1,99 Ho ditolak 57 Berdasarkan pengujian hipotesis yang telah dilakukan, dapat dikatakan bahwa penerapan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe NHT yang diterapkan pada kelas eksperimen pertama pada konsep laju reaksi dapat memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan penerapan pembelajaran dengan model kooperatif tipe TPS yang diterapkan pada kelas eksperimen kedua, sehingga dapat dikatakan bahwa perbedaan hasil belajar yang signifikan dari kedua kelas tersebut merupakan efek dari perlakuan yang telah dilakukan. Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT memberikan hasil yang lebih baik dibandingkan pembelajaran kooperatif tipe TPS. Hal ini terjadi karena dalam model pembelajaran kooperatif tipe NHT melibatkan lebih banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut.1 NHT mengajarkan siswa untuk bekerja sama, bertanggung jawab terhadap kelompok dan terhadap diri sendiri, sehingga siswa lebih termotivasi untuk belajar dan aktif dalam proses pembelajaran. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen pertama dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe NHT siswa dikelompokkan dalam beberapa kelompok kecil dengan diberikan penomoran pada masingmasing anggota kelompok, melakukan praktikum dan pemanfaatan LKS. Dengan kata lain, proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT sangat mengoptimalkan partisipasi siswa, sehingga siswa lebih memahami materi pelajaran dan hasil belajar yang diperoleh pun akan meningkat. Pada tahap awal guru memberikan LKS kepada siswa. LKS ini disusun secara sistematik agar dapat membantu siswa memahami konsep secara mandiri dan melatih kemampuan berpikir siswa serta menambah pemahaman serta penguasaan siswa terhadap suatu materi. Dalam LKS tersebut tidak hanya berisi latihan soal, melainkan terdapat beberapa tahapan praktikum mengenai materi laju reaksi yang harus dilakukan oleh siswa. Siswa 1 Muslim Ibrahim, Pembelajaran Kooperatif, (Surabaya: University Press, 2000), h.6. 58 melaksanakan praktikum sesuai dengan tahapan yang telah diberikan dan mendiskusikan hasil dari praktikum tersebut serta menjawab pertanyaanpertanyaan yang terdapat didalam LKS bersama dengan anggota kelompok masing-masing. Tahap selanjutnya adalah guru mengajukan pertanyaan yang terdapat didalam LKS. Pada tahap ini guru memanggil nomor anggota kelompok sesuai dengan nomor yang telah ditentukan diawal pertemuan, kemudian siswa tersebut menjawab secara individu dan tidak boleh dibantu oleh anggota lainnya. Dalam hal ini siswa dituntut untuk mengingat kembali apa yang telah mereka pelajari bersama dengan kelompok masing-masing. Dalam pelaksanaan proses pembelajaran kelas eksperimen kedua dengan menerapkan pembelajaran kooperatif tipe TPS yang meliputi pengajaran oleh guru berupa demonstrasi dan siswa dituntut untuk berpikir secara individu mengenai materi pembelajaran yang akan diberikan sebelum mereka berbagi dengan siswa lainnya untuk mengerjakan LKS. Pada tahap awal guru mendemonstrasikan materi mengenai laju reaksi, sedangkan masing-masing siswa mencatat dan memahami hasil dari demonstrasi tersebut. Pada tahap selanjutnya diberikan LKS dan siswa saling berpasangpasangan untuk berdiskusi dan mengerjakan LKS tersebut. Setelah berhasil menjawab pertanyaan yang terdapat di LKS, siswa saling berbagi dengan siswa yang lainnya dan mendiskusikan hasil dari jawaban mereka. Pada proses ini siswa menyamakan pengetahuan yang mereka dapatkan dari hasil diskusi berpasangan. Masing-masing siswa dapat saling berbagi dan mengoreksi pemahaman mereka terhadap materi laju reaksi. Dengan tahap-tahap yang telah dilakukan dalam proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS siswa dilatih untuk aktif berpikir, berdiskusi dan aktif dalam mengungkapkan ide yang mereka miliki. Sedangkan guru hanya membimbing dan mengontrol jalannya proses belajar agar berjalan lancar. Selain itu, pada pembelajaran kooperatif siswa dirangsang berperan aktif untuk menciptakan situasi belajar yang kondusif agar siswa termotivasi untuk menemukan pengetahuan dan 59 memahami dengan baik materi pelajaran yang diberikan sehingga mendapatkan hasil belajar yang maksimal. Pada proses pembelajaran kooperatif tipe NHT tahap berdiskusi, hampir seluruh kelompok melakukan diskusi dengan baik. Hal ini terjadi karena masing-masing siswa memiliki rasa tanggung jawab yang penuh terhadap diri sendiri. Pada proses pembelajaran kooperatif tipe TPS tahap saling berpasangan dan berbagi, hanya beberapa siswa yang melakukan diskusi, sedangkan siswa yang lain cenderung melakukan keributan dan mengobrol. Hal ini terjadi karena masing-masing siswa merasa telah memahami materi yang diajarkan sehingga mereka tidak termotivasi untuk saling berbagi dengan siswa yang lainnya. dan kelompoknya. Pada pembelajaran NHT guru mengajukan pertanyaan dari LKS kepada siswa dan meminta siswa untuk menjawab dengan memanggil nomor yang telah ditentukan. Pemanggilan nomor ini dilakukan secara acak dan pada saat menjawab siswa tersebut cara tidak dibantu oleh anggota kelompok lainnya, sehingga masing-masing siswa memiliki rasa tanggung jawab karena sewaktu-waktu nomor mereka akan dipanggil. Adanya tahap pemanggilan nomor secara acak ini membuat proses diskusi kelompok tidak membosankan, karena siswa akan mendapat tantangan pada saat nomor-nomor yang akan menjawab pertanyaan disebutkan secara bergantian oleh guru. Selain itu, tahap ini juga memberikan dampak yang positif terhadap keaktifan dan keterlibatan siswa dalam diskusi kelompok, serta membuat siswa semakin termotivasi untuk belajar. Sedangkan dalam pembelajaran TPS, pada saat guru mengajukan pertanyaan, siswa hanya menjawab dari hasil jawaban LKS yang mereka kerjakan dan siswa lainnya pun boleh membantu siswa tersebut. Hal ini membuat siswa kurang memiliki rasa tanggung jawab karena mereka beranggapan teman yang lain dapat membantunya saat mereka mengalami kesulitan pada saat menjawab pertanyaan. Proses pembelajaran NHT yang terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa untuk berdiskusi bersama kelompok kemudian diakhir diskusi dilakukan presentasi oleh masing-masing anggota kelompok tanpa bantuan 60 dari anggota lainnya memberikan pengaruh yang lebih baik terhadap pemahaman dan hasil belajar siswa dibandingkan dengan proses pembelajaran TPS yang terlebih dahulu memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir secara individu baru kemudian mereka saling berbagi dan berdiskusi dengan siswa lainnya. Hal ini terjadi karena pada proses pembelajaran NHT siswa dituntut untuk memiliki rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap kelompok dan diri sendiri. Sehingga, hasil belajar kimia siswa kelas eksperimen pertama yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar kelas eksperimen kedua yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian perbandingan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS yang dilakukan di kelas XI IPA 6 (eksperimen pertama) dan kelas XI IPA 7 (eksperimen kedua) SMA Negeri 3 Kota Tangerang Selatan, diperoleh data dari perhitungan statistik uji hipotesis dengan menggunakan uji-t didapatkan hasil thitung sebesar 5,724, sedangkan nilai ttabel sebesar 1,99. Berdasarkan data tersebut dapat dinyatakan bahwa hasil thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa Ho ditolak. Dari data yang telah disajikan, hasil belajar kelas eksperimen pertama yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT lebih tinggi dibandingkan kelas eksperimen kedua yang menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TPS. Hal ini menunjukkan bahwa kerja kelompok yang dilaksanakan dalam tipe NHT lebih banyak memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling membagikan ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat, sehingga siswa akan lebih memahami materi pelajaran yang diberikan. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan signifikan pada hasil belajar kimia siswa antara yang diberikan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS. B. Saran Pada kesempatan ini, penulis ingin memberikan sedikit saran demi keberhasilan proses belajar mengajar di sekolah, khususnya pada mata pelajaran kimia: 1. Guru harus memperhatikan dan membimbing siswa dalam pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe NHT dan TPS agar hambatanhambatan yang sering muncul dalam proses pembelajaran dapat terpantau. 61 62 2. Gunakan model belajar yang lebih inovatif agar siswa tertarik dan termotivasi untuk belajar, sehingga hasil belajar yang diperoleh baik. DAFTAR PUSTAKA A Slavin, Robert. 2010. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik, Bandung: Nusa Media. Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka. Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-dasar Evaluasi pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Carbone, Elisa. 1998. Teaching Large Classes Tools and Strategies. California: Sage Publication. http://www.uk.sagepub.com/booksProdDesc.nav. Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran, Jakarta: Rineka Cipta. Dwi Kusumojanto, Djoko. 2009. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model Pembelajaran Numbered Head Together (NHT) untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa pada Mata Diklat Manajemen Perkantoran Kelas X APK di SMK Ardjuna 01 Malang, Jurnal Penelitian Pendidikan, tahun 19, nomor 1, April 2009. Fathurrohman, Pupuh. 2009, Strategi Belajar Mengajar, Bandung: Refika Aditama,. Ghaith, Ghazi. 2003. Effects of the Learning Together Model of Cooperative Learning on English as a Foreign Language Reading Achievement, Academic Self-Esteem, and Feelings of School Alienation. American University of Beirut. http://www.informaworld.com/smpp/content.htm. Bilingual Research Journal, 27:3 Fall 2003. Hamalik, Oemar. 1995. Kurikulum Pembelajaran, Jakarta: Bumi Aksara. Hamalik, Oemar. 2005. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem, Jakarta: Bumi Aksara. Ibrahim, Muslimin. 2001. Pembelajaran Kooperatif, Pusat Sains dan Matematika Sekolah Program Pasca Sarjana UNESA, Surabaya: University Press. Isjoni. 2007. Cooperative Learning Mengembangkan Kemampuan Belajar Kelompok. Bandung: Alfabeta. Jacobs, Geoge and Stephen Hall. 1994. Implementing Cooperative Learning. Regional Language Centre, Singapore. English Teaching Forum, October 1994. Diakses dari www.singaporeedu.gov.sg/id/htm/index.htm. 63 64 Lie, Anita. 2007. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta: Grasindo. Kagan, Spencer. 1999. Cooperative Learning: Seventeen Pros and Seventeen Cons plus Ten Tips for Success. Kagan Online Magazine. Diakses dari http://www.kaganonline.com/KaganClub/FreeArticles.html Kay Yopp, Hallie. 2009. VocabularyInstruction for Academic Success. USA: Shell Education. M Daniels, Karen. 2005. Cooperative Learning Structures for English Foreign Language Classrooms. Faculty of Regional Development Studies Tokyo University. Japan: Journal of Tourism Studies. Maheady, Larry et al. 2006. The Effects of Numbered Heads Together with and Without an Incentive Package on the Science Test Performance of a Diverse Group of Sixth Graders. Journal of Behavioral Education, Vol. 15, No. 1, March 2006. Marini Turnip, Betty. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatuf ThinkPair-Share Pada Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa SMP, Jurnal Pendidikan Mat & Sains, vol. 2(2). P. Wasowski, Richard. 2009. CliffsNotes on Nicholas Sparks’ The Notebook Teacher’s Guide, USA: Wiley Publishing Inc. Purwanto, Ngalim, 2007, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Sofyan, Ahmad dkk. 2006. Evaluasi Pembelajaran IPA Berbasis Kompetensi, Jakarta: UIN Jakarta Press. Standar Kompetensi Mata Pelajaran Kimia SMA dan MA. 2003. Departemen Pendidikan Nasional. Sudjana. 2005. Metoda Statistika, Bandung: Tarsito. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta. Suhar dkk. Meningkatkan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas I-B SMPN 5 Kendari Melalui Model Kooperatif Tipe Think-Pair-Share, 2006. Syah, Muhibbin. 2004. Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Syah, Muhibbin, 2010, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosdakarya. 65 Syaodih, Nana. 2008. Metode Penenlitian Pendidikan, Bandung: Rosdakarya. Tiya, Kadir dan Mustamin Anggo, Meningkatkan Penguasaan Konsep Matematika Pokok Bahasan Statistika Dengan Model Pembelajaran. Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Kencana. Trianto. 2007. Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka. Undang-undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Diakses dari www.inherentdikti.net/files/sisdiknas.pdf. Zulfiani, dkk., 2009, Strategi Pembelajaran Sains, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta. Zuriah, Nurul, 2007, Metodologi Penelitian Sosial dan Pendidikan Teori-Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. 66 LAMPIRAN 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Pertemuan : SMAN Negeri 3 Tangerang Selatan : Kimia : XI/1 : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) :1 A. Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar : 3.1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. C. Indikator : 1. Menentukan kemolaran larutan 2. Menjelaskan pengertian laju reaksi 3. Menentukan nilai laju reaksi 4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menentukan kemolaran larutan. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi. 3. Siswa dapat menentukan nilai laju reaksi. 4. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. E. Materi Pembelajaran : Laju Reaksi Laju Reaksi Berdasarkan Kemolaran Konsentrasi Faktor yang mempengaruhi Luas Permukaan Suhu mempengaruhi Tetapan Laju Reaksi Katalis 67 F. Metode Pembelajaran : 1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together 2. Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum G. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah : Kegiatan Awal - Aktivitas Guru Guru mengkondisikan kelas Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. - Guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang laju reaksi dengan memberikan contoh perbandingan waktu antara terjadinya proses besi berkarat dengan proses ledakan bom. - Guru menjelaskan setting model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Inti Penomoran - Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. - Guru meminta setiap anggota mengingat nomor yang telah diberikan. Mengajukan Pertanyaan - Guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok NHT yang berisi langkah-langkah untuk melakukan praktikum tentang kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi. - Guru menginstruksikan tiap kelompok NHT untuk mempersiapkan bahan dan alat untuk praktikum. - Guru menginstruksikan siswa untuk melakukan praktikum Aktivitas Siswa Siswa mengkondisikan diri Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru . Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai proses besi berkarat dan proses ledakan bom. Siswa memberikan perbedaan yang terjadi antara proses besi berkarat dan proses ledakan bom. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang setting model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Waktu 15 menit 70 menit Siswa mendengarkan pembagian kelompok oleh guru. Siswa mengelompokkan diri sesuai dengan pembagian kelompok yang diberikan. Setiap anggota kelompok harus mengingat nomor yang telah diberikan. Siswa mempersiapkan alat dan bahan untuk praktikum tentang kemolaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, seperti: Na2S2O3 HCl NaCl Aquades Gelas kimia 100 mL Gelas ukur Labu ukur 50 mL 68 - tentang kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi. Guru membantu siswa melakukan praktikum. - - - Spatula Kertas putih ukuran 15 x 15 cm Stopwatch Siswa melakukan praktikum tentang kemolaran Siswa melakukan praktikum tentang pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Masing-masing kelompok NHT mempelajari pertanyaan mengenai kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi. Guru memberikan pertanyaan berupa lembar kerja siswa yang meliputi materi hasil dari praktikum kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi kepada masing-masing kelompok NHT. Berpikir Bersama - Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok NHT untuk berdiskusi dan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang meliputi hasil dari praktikum kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi yang terdapat di dalam lembar kerja siswa. - Guru memberikan instruksi kepada kelompok NHT agar memastikan setiap anggotanya mengerti dengan materi yang diberikan dan mampu menjawab pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja siswa. Menjawab Guru memanggil salah satu nomor dan mempersilahkan siswa dengan nomor tersebut pada masing-masing kelompok NHT mempresentasikan jawaban lembar kerja siswa yang telah diperoleh untuk seluruh kelas. Siswa berdiskusi dan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan mengenai hasil praktikum kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi yang terdapat di dalam lembar kerja siswa. Anggota kelompok pada masing-masing kelompok NHT yang nomornya dipanggil diminta untuk mempresentasikan jawaban lembar kerja siswa yang telah diperoleh, sedangkan yang lain memperhatikan dan mengoreksi 69 jawaban yang diberikan. Akhir - - Guru menginstruksikan kepada anggota kelompok NHT yang lain untuk tidak membantu anggota yang nomornya dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang telah diberikan. Guru menginstruksikan kelompok NHT untuk mempelajari pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi untuk pertemuan berikutnya. H. Penilaian 1. Jenis tagihan 2. Bentuk instrument Siswa memberikan kesimpulan kepada seluruh kelas: 1. Molaritas (kemolaran) adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. 2. Pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi adalah semakin banyak konsentrasi yang terlibat dalam sebuah reaksi kimia maka semakin cepat laju reaksinya. Siswa memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru. : Latihan soal : Tes tertulis berbentuk uraian I. Sumber Belajar 1. Buku Kimia Kelas XI Semester I 2. LKS J. Media Pembelajaran : Papan Tulis, Spidol, Alat dan bahan praktikum: - Na2S2O3 - gelas kimia 100 mL - HCl - gelas ukur - NaCl - labu ukur 50 mL - Aquades - spatula - Stopwatch - Kertas putih ukuran 15 x 15 cm 5 menit 70 Pamulang, November 2010 Guru Mata Pelajaran Peneliti Dewi Marhelly, S.Pd Muzalifah 71 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Pertemuan : SMAN Negeri 3 Tangerang Selatan : Kimia : XI/1 : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit) :2 A. Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar : 3.1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. C. Indikator : 1. Menentukan kemolaran larutan 2. Menjelaskan pengertian laju reaksi 3. Menentukan nilai laju reaksi 4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menentukan kemolaran larutan. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi. 3. Siswa dapat menentukan nilai laju reaksi. 4. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. E. Materi Pembelajaran : Laju Reaksi Laju Reaksi Berdasarkan Kemolaran Konsentrasi Faktor yang mempengaruhi Luas Permukaan Suhu mempengaruhi Tetapan Laju Reaksi Katalis 72 F. Motode Pembelajaran : 1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together 2. Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum G. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah : Kegiatan Awal - Aktivitas Guru Guru mengkondisikan kelas Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. - Guru menjelaskan setting model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Inti Penomoran - Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. - Guru meminta setiap anggota mengingat nomor yang telah diberikan. Mengajukan Pertanyaan - Guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok NHT yang berisi langkah-langkah untuk melakukan praktikum tentang pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi. - Guru menginstruksikan tiap kelompok NHT untuk mempersiapkan bahan dan alat untuk praktikum. - Guru menginstruksikan siswa untuk melakukan praktikum tentang pengaruh faktor suhu dan katalis konsentrasi terhadap laju reaksi. - Guru membantu siswa melakukan praktikum. - Aktivitas Siswa Siswa mengkondisikan diri Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru . Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang setting model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Waktu 15 menit 115 menit Siswa mendengarkan pembagian kelompok oleh guru. Siswa mengelompokkan diri sesuai dengan pembagian kelompok yang diberikan. Setiap anggota kelompok harus mengingat nomor yang telah diberikan. Siswa mempersiapkan alat dan bahan untuk praktikum tentang kemolaran dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi, seperti: Logam seng Es batu HCl Abu rokok Gula Gelas kimia 100 mL Thermometer Penangas air Alas logam Korek api Stopwatch Siswa melakukan praktikum tentang pengaruh faktor suhu terhadap laju reaksi. Siswa melakukan praktikum tentang pengaruh faktor katalis terhadap laju reaksi 73 - - Guru memberikan pertanyaan berupa lembar kerja siswa yang meliputi materi hasil dari praktikum pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi kepada masing-masing kelompok NHT. Berpikir Bersama - Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok NHT untuk berdiskusi dan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang meliputi hasil dari praktikum pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi yang terdapat di dalam lembar kerja siswa. - Guru memberikan instruksi kepada kelompok NHT agar memastikan setiap anggotanya mengerti dengan materi yang diberikan dan mampu menjawab pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja siswa. Menjawab Guru memanggil salah satu nomor dan mempersilahkan siswa dengan nomor tersebut pada masing-masing kelompok NHT mempresentasikan jawaban lembar kerja siswa yang telah diperoleh untuk seluruh kelas. - Akhir - Masing-masing kelompok NHT mempelajari pertanyaan mengenai pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi. Guru menginstruksikan kepada anggota kelompok NHT yang lain untuk tidak membantu anggota yang nomornya dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang telah diberikan. Siswa berdiskusi dan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan mengenai hasil praktikum pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi yang terdapat di dalam lembar kerja siswa. Anggota kelompok pada masing-masing kelompok NHT yang nomornya dipanggil diminta untuk mempresentasikan jawaban lembar kerja siswa yang telah diperoleh, sedangkan yang lain memperhatikan dan mengoreksi jawaban yang diberikan. Siswa memberikan kesimpulan kepada seluruh kelas: 1. Pengaruh faktor suhu terhadap laju reaksi adalah semakin tinggi suhu pada 5 menit 74 suatu reaksi kimia maka semakin cepat laju reaksinya. 2. Pengaruh faktor katalis terhadap laju reaksi adalah katalis mampu mempercepat laju reaksi suatu reaksi kimia dan dalam hasil reaksi katalis terbentuk kembali. - Guru menginstruksikan kelompok NHT untuk mempelajari pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi untuk pertemuan berikutnya. H. Penilaian 1. Jenis tagihan 2. Bentuk instrument : Latihan soal : Tes tertulis berbentuk uraian I. Sumber Belajar 1. Buku Kimia Kelas XI Semester I 2. LKS J. Media Pembelajaran : Papan Tulis, Spidol Alat dan bahan praktikum: - Logam seng - Es batu - HCl - Abu rokok - Gula - Gelas kimia 100 mL - Thermometer - Penangas air - Alas logam - Korek api - Stopwatch 75 Pamulang, November 2010 Guru Mata Pelajaran Peneliti Dewi Marhelly, S.Pd Muzalifah 76 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Pertemuan : SMAN Negeri 3 Tangerang Selatan : Kimia : XI/1 : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) :3 A. Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar : 3.1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. C. Indikator : 1. Menentukan kemolaran larutan 2. Menjelaskan pengertian laju reaksi 3. Menentukan nilai laju reaksi 4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menentukan kemolaran larutan. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi. 3. Siswa dapat menentukan nilai laju reaksi. 4. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. E. Materi Pembelajaran : Laju Reaksi Laju Reaksi Berdasarkan Kemolaran Konsentrasi Faktor yang mempengaruhi Luas Permukaan Suhu mempengaruhi Tetapan Laju Reaksi Katalis 77 F. Motode Pembelajaran : 1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together 2. Metode : Diskusi, tanya jawab, praktikum G. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah : Kegiatan Awal - Aktivitas Guru Guru mengkondisikan kelas Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. - Guru menjelaskan setting model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Inti Penomoran - Guru membagi siswa ke dalam kelompok beranggota 3-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. - Guru meminta setiap anggota mengingat nomor yang telah diberikan. Mengajukan Pertanyaan - Guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing kelompok NHT yang berisi langkah-langkah untuk melakukan praktikum tentang pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi. - Guru menginstruksikan tiap kelompok NHT untuk mempersiapkan bahan dan alat untuk praktikum. - - Guru menginstruksikan siswa untuk melakukan praktikum tentang pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi. Guru membantu siswa melakukan praktikum. - Aktivitas Siswa Siswa mengkondisikan diri Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru . Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang setting model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together. Waktu 15 menit 40 menit Siswa mendengarkan pembagian kelompok oleh guru. Siswa mengelompokkan diri sesuai dengan pembagian kelompok yang diberikan. Setiap anggota kelompok harus mengingat nomor yang telah diberikan. Siswa mempersiapkan alat dan bahan untuk praktikum tentang pengaruh faktor luas permukaan laju reaksi, seperti: Garam balok Garam halus Garam Kristal Aquades Gelas kimia 100 mL spatula Stopwatch Siswa melakukan praktikum tentang pengaruh faktor suhu terhadap laju reaksi. Siswa melakukan praktikum tentang pengaruh faktor katalis terhadap laju reaksi Masing-masing kelompok NHT mempelajari pertanyaan mengenai pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi. 78 - Guru memberikan pertanyaan berupa lembar kerja siswa yang meliputi materi hasil dari praktikum pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi kepada masing-masing kelompok NHT. Berpikir Bersama - Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing kelompok NHT untuk berdiskusi dan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan yang meliputi hasil dari praktikum pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi yang terdapat di dalam lembar kerja siswa. - Guru memberikan instruksi kepada kelompok NHT agar memastikan setiap anggotanya mengerti dengan materi yang diberikan dan mampu menjawab pertanyaan yang terdapat dalam lembar kerja siswa. Menjawab Guru memanggil salah satu nomor dan mempersilahkan siswa dengan nomor tersebut pada masing-masing kelompok NHT mempresentasikan jawaban lembar kerja siswa yang telah diperoleh untuk seluruh kelas. - Akhir - - Guru menginstruksikan kepada anggota kelompok NHT yang lain untuk tidak membantu anggota yang nomornya dipanggil untuk mempresentasikan jawaban. Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang telah diberikan mengenai pengaruh faktor kuas permukaan terhadap laju rekasi. Guru meminta siswa untuk - Siswa berdiskusi dan berpikir bersama untuk menjawab pertanyaan mengenai hasil praktikum pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi yang terdapat di dalam lembar kerja siswa. Anggota kelompok pada masing-masing kelompok NHT yang nomornya dipanggil diminta untuk mempresentasikan jawaban lembar kerja siswa yang telah diperoleh, sedangkan yang lain memperhatikan dan mengoreksi jawaban yang diberikan. Siswa memberikan kesimpulan kepada seluruh kelas: Pengaruh faktor luas permukaan laju reaksi adalah semakin luas permukaan zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia maka semakin cepat laju reaksinya. Siswa memberikan kesimpulan 35 menit 79 memberikan kesimpulan mengenai materi kemolaran, laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju rekasi yang telah diberikan sebelumnya. kepada seluruh kelas: 1. Molaritas (kemolaran) adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. 2. Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis. H. Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal 2. Bentuk instrument : Tes tertulis berbentuk uraian I. Sumber Belajar 1. Buku Kimia Kelas XI Semester I 2. Lembar LKS J. Media Pembelajaran : Papan Tulis, Spidol Alat dan bahan praktikum: - Garam balok - gelas kimia 100 mL - Garam halus - saptula - Garam Kristal - Stopwatch - Aquades Pamulang, November 2010 Guru Mata Pelajaran Peneliti Dewi Marhelly, S.Pd Muzalifah 80 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Pertemuan : SMAN Negeri 3 Tangerang Selatan : Kimia : XI/1 : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) :1 A. Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar : 3.1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. C. Indikator : 1. Menentukan kemolaran larutan 2. Menjelaskan pengertian laju reaksi 3. Menentukan nilai laju reaksi 4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menentukan kemolaran larutan. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi. 3. Siswa dapat menentukan nilai laju reaksi. 4. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. E. Materi Pembelajaran : Laju Reaksi Laju Reaksi Berdasarkan Kemolaran Konsentrasi Faktor yang mempengaruhi Luas Permukaan Suhu mempengaruhi Tetapan Laju Reaksi Katalis 81 F. Metode Pembelajaran : 1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share 2. Metode : Diskusi, tanya jawab, demonstrasi G. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah : Kegiatan Awal - Aktivitas Guru Guru mengkondisikan kelas Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. - Guru memberikan apersepsi kepada siswa tentang laju reaksi dengan memberikan contoh perbandingan waktu antara terjadinya proses besi berkarat dan proses ledakan bom. Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. - Inti Berpikir - Guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing siswa yang berisi langkah-langkah demonstrasi dan pertanyaan mengenai kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi. - Guru melakukan demonstrasi pembuatan larutan untuk menentukan molaritas. - Guru melakukan demonstrasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. - Guru meminta siswa mencatat hasil pengamatan dari demonstrasi yang telah dilakukan dan menjawab pertanyaan pada lembar kerja siswa. Aktivitas Siswa Waktu Siswa mengkondisikan diri 15 menit Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru . Siswa memperhatikan penjelasan guru mengenai proses besi berkarat dan proses ledakan bom. Siswa memberikan perbedaan yang terjadi antara proses besi berkarat dan proses ledakan bom. Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. 70 menit Siswa memperhatikan demonstrasi pembuatan larutan untuk menentukan molaritas. Siswa memperhatikan demonstrasi pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi. Siswa mencatat hasil demonstrasi yang dilakukan dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja siswa secara individu. Berpasangan - Guru meminta siswa berpasang- - Siswa berpasang-pasangan pasangan dengan siswa lainnya, dengan siswa lainnya (teman kemudian mereka saling sebangku) dan saling berdiskusi tentang jawaban dari mendiskusikan jawaban yang pertanyaan dari soal-soal telah mereka peroleh masing- 82 mengenai hasil pengamatan demonstrasi yang terdapat dalam lembar kerja siswa. Berbagi Guru meminta masing-masing pasangan untuk berbagi satu sama lain tentang jawaban hasil diskusi mereka mengenai materi kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi. - Akhir - Guru mengendalikan suasana kelas agar diskusi yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan. - Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang telah diberikan. - Guru menginstruksikan siswa untuk mempelajari pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi untuk pertemuan berikutnya. H. Penilaian 1. Jenis tagihan 2. Bentuk instrument masing. Masing-masing pasangan saling berbagi tentang hasil diskusi mereka mengenai materi kemolaran dan pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi ke seluruh kelas. Siswa memberikan kesimpulan 5 menit kepada seluruh kelas: 1. Molaritas (kemolaran) adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. 2. Pengaruh faktor konsentrasi terhadap laju reaksi adalah semakin banyak konsentrasi yang terlibat dalam sebuah reaksi kimia maka semakin cepat laju reaksinya. Siswa memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru. : Latihan soal : Tes tertulis berbentuk uraian I. Sumber Belajar 1. Buku Kimia Kelas XI Semester I 2. Lembar LKS J. Media Pembelajaran : Papan Tulis, Spidol, Alat dan bahan demonstrasi: - Na2S2O3 - gelas kimia 100 mL - HCl - gelas ukur 83 - - NaCl - labu ukur 50 mL Aquades - spatula Stopwatch Kertas putih ukuran 15 x 15 cm Pamulang, November 2010 Guru Mata Pelajaran Peneliti Dewi Marhelly, S.Pd Muzalifah 84 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Pertemuan : SMAN Negeri 3 Tangerang Selatan : Kimia : XI/1 : 3 jam pelajaran (3 x 45 menit) :2 A. Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar : 3.1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. C. Indikator : 1. Menentukan kemolaran larutan 2. Menjelaskan pengertian laju reaksi 3. Menentukan nilai laju reaksi 4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menentukan kemolaran larutan. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi. 3. Siswa dapat menentukan nilai laju reaksi. 4. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. E. Materi Pembelajaran : Laju Reaksi Laju Reaksi Berdasarkan Kemolaran Konsentrasi Faktor yang mempengaruhi Luas Permukaan Suhu mempengaruhi Tetapan Laju Reaksi Katalis 85 F. Motode Pembelajaran : 1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share 2. Metode : Diskusi, tanya jawab, demonstrasi G. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah : Kegiatan Awal - Aktivitas Guru Guru mengkondisikan kelas Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. - Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Inti Berpikir - Guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing siswa yang berisi langkah-langkah demonstrasi dan pertanyaan mengenai pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi. - Guru melakukan demonstrasi pengaruh faktor suhu terhadap laju reaksi - Guru melakukan demonstrasi pengaruh faktor katalis terhadap laju reaksi. - Guru meminta siswa mencatat hasil pengamatan dari demonstrasi yang telah dilakukan dan menjawab pertanyaan pada lembar kerja siswa. Aktivitas Siswa Waktu Siswa mengkondisikan diri 15 menit Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru . Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. 115 Siswa memperhatikan menit demonstrasi pengaruh faktor suhu terhadap laju reaksi. Siswa memperhatikan demonstrasi pengaruh faktor katalis terhadap laju reaksi. Siswa mencatat hasil demonstrasi yang dilakukan dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja siswa secara individu. Berpasangan - Guru meminta siswa berpasang- - Siswa berpasang-pasangan pasangan dengan siswa lainnya, dengan siswa lainnya (teman kemudian mereka saling sebangku) dan saling berdiskusi tentang jawaban mendiskusikan jawaban yang pertanyaan dari soal-soal telah mereka peroleh masingmengenai hasil pengamatan masing. demonstrasi yang terdapat dalam lembar kerja siswa. 86 Berbagi Guru meminta masing-masing pasangan untuk berbagi satu sama lain tentang jawaban hasil diskusi mereka mengenai materi pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi. - Akhir - Guru mengendalikan suasana kelas agar diskusi yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan. - Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang telah diberikan. - Guru menginstruksikan siswa untuk mempelajari pengaruh faktor luas permukan terhadap laju reaksi untuk pertemuan berikutnya. Masing-masing pasangan saling berbagi tentang hasil diskusi mereka mengenai materi pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi ke seluruh kelas. Siswa memberikan kesimpulan 5 menit kepada seluruh kelas: 1. Pengaruh faktor suhu terhadap laju reaksi adalah semakin tinggi suhu pada suatu reaksi kimia maka semakin cepat laju reaksinya. 2. Pengaruh faktor katalis terhadap laju reaksi adalah katalis mampu mempercepat laju reaksi suatu reaksi kimia dan dalam hasil reaksi katalis terbentuk kembali. Siswa memperhatikan instruksi yang diberikan oleh guru. H. Penilaian 1. Jenis tagihan : Latihan soal 2. Bentuk instrument : Tes tertulis berbentuk uraian I. Sumber Belajar 1. Buku Kimia Kelas XII Semester I 2. Lembar LKS J. Media Pembelajaran : Papan Tulis, Spidol Alat dan bahan demonstrasi: - Logam seng Es batu HCl Abu rokok Gula Gelas kimia 100 mL - termometer - penangas air - alas logam - korek api - Stopwatch 87 Pamulang, Guru Mata Pelajaran Dewi Marhelly, S.Pd November 2010 Peneliti Muzalifah 88 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Alokasi Waktu Pertemuan : SMAN Negeri 3 Tangerang Selatan : Kimia : XI/1 : 2 jam pelajaran (2 x 45 menit) :3 A. Standar Kompetensi : 3. Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. B. Kompetensi Dasar : 3.1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. C. Indikator : 1. Menentukan kemolaran larutan 2. Menjelaskan pengertian laju reaksi 3. Menentukan nilai laju reaksi 4. Menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi D. Tujuan Pembelajaran : 1. Siswa dapat menentukan kemolaran larutan. 2. Siswa dapat menjelaskan pengertian laju reaksi. 3. Siswa dapat menentukan nilai laju reaksi. 4. Siswa dapat menjelaskan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi laju reaksi. E. Materi Pembelajaran : Laju Reaksi Laju Reaksi Berdasarkan Kemolaran Konsentrasi Faktor yang mempengaruhi Luas Permukaan Suhu mempengaruhi Tetapan Laju Reaksi Katalis 89 F. Motode Pembelajaran : 1. Model : Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share 2. Metode : Diskusi, tanya jawab, demonstrasi G. Kegiatan Pembelajaran Langkah-langkah : Kegiatan Awal - Aktivitas Guru Guru mengkondisikan kelas Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. - Guru menjelaskan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. Inti Berpikir - Guru memberikan lembar kerja siswa kepada masing-masing siswa yang berisi langkah-langkah demonstrasi dan pertanyaan mengenai pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi. - Guru melakukan demonstrasi pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi. - Guru meminta siswa mencatat hasil pengamatan dari demonstrasi yang telah dilakukan dan menjawab pertanyaan pada lembar kerja siswa. Aktivitas Siswa Waktu Siswa mengkondisikan diri 15 menit Siswa memperhatikan tujuan pembelajaran yang disampaikan oleh guru . Siswa memperhatikan penjelasan guru tentang langkah-langkah model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share. 40 menit Siswa memperhatikan demonstrasi pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju reaksi. Siswa mencatat hasil demonstrasi yang dilakukan dan menjawab pertanyaan yang terdapat pada lembar kerja siswa secara individu. Berpasangan - Guru meminta siswa berpasang- - Siswa berpasang-pasangan pasangan dengan siswa lainnya, dengan siswa lainnya (teman kemudian mereka saling sebangku) dan saling berdiskusi tentang jawaban mendiskusikan jawaban yang pertanyaan dari soal-soal telah mereka peroleh masingmengenai hasil pengamatan masing. demonstrasi yang terdapat dalam lembar kerja siswa. Berbagi - Guru meminta masing-masing pasangan untuk berbagi satu sama lain tentang jawaban hasil diskusi mereka mengenai materi pengaruh faktor luas permukaan Masing-masing pasangan saling berbagi tentang hasil diskusi mereka mengenai materi pengaruh faktor luas permukaan terhadap laju 90 terhadap laju reaksi. Akhir - Guru mengendalikan suasana kelas agar diskusi yang dilakukan mencapai tujuan yang diinginkan. - Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan dari materi yang telah diberikan. - Guru meminta siswa untuk memberikan kesimpulan mengenai materi kemolaran, laju reaksi dan faktor-faktor yang mempengaruhi laju rekasi yang telah diberikan sebelumnya. H. Penilaian 1. Jenis tagihan 2. Bentuk instrument reaksi ke seluruh kelas. Siswa memberikan kesimpulan 35 menit kepada seluruh kelas: Pengaruh faktor luas permukaan laju reaksi adalah semakin luas permukaan zat yang terlibat dalam suatu reaksi kimia maka semakin cepat laju reaksinya. Siswa memberikan kesimpulan kepada seluruh kelas: 1. Molaritas (kemolaran) adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. 2. Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. 3. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi adalah konsentrasi, suhu, luas permukaan dan katalis. : Latihan soal : Tes tertulis berbentuk uraian I. Sumber Belajar 1. Buku Kimia Kelas XI Semester I 2. Lembar LKS J. Media Pembelajaran : Papan Tulis, Spidol Alat dan bahan demonstrasi: - Garam balok - gelas kimia 100 mL - Garam halus - saptula - Garam Kristal - Stopwatch - Aquades 91 Pamulang, November 2010 Guru Mata Pelajaran Peneliti Dewi Marhelly, S.Pd Muzalifah 92 LAMPIRAN 2 LEMBAR KERJA SISWA Kelompok Nama : : 1. 2. 3. 4. 5. Materi : Laju Reaksi Tujuan : 1. Menentukan kemolaran dari suatu larutan 2. Mendefinisikan pengertian laju reaksi 3. Menentukan nilai laju reaksi 4. Menyelidiki pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi 5. Menyelidiki pengaruh suhu terhadap laju reaksi 6. Menyelidiki pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi 7. Menyelidiki pengaruh katalis terhadap laju reaksi Dasar Teori A. Molaritas Molaritas (kemolaran) adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas (M) sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi volume (v) larutan. Namun, jika zat terlarut dinyatakan dalam satuan gram, dan volume larutan dinyatakan dalam mL atau cm3, kemolaran dapat dinyatakan sebagai berikut. atau Keterangan: M = kemolaran (M) m = massa zat terlarut (gram) Mr = massa molekul relatif zat terlarut V = volume larutan (mL atau cm3) Untuk memperoleh kemolaran yang lebih kecil perlu dilakukan pengenceran sehingga volume larutan menjadi besar. Rumus pengenceran sebagai berikut. Keterangan: V1 = volume larutan sebelum diencerkan M1 = kemolaran larutan sebelum diencerkan V2 = volume larutan setelah diencerkan M2 = kemolaran setelah diencerkan Namun, jika akan mencampurkan larutan yang sama tetapi memiliki konsentrasi yang berbeda agar di peroleh konsentrasi yang baru, perhitungannya sebagai berikut. 92 93 V1M 1 V2 M 2 ... Vn M n M campuran B. Pengertian Laju Reaksi V1 V2 ... Vn Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju reaksi. Apakah laju reaksi itu? Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut. Konsentrasi Hasil reaksi (C + D) Pereaksi (A + B) Waktu Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama akan semakin bertambah. N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g) Pada reaksi diatas dapat dinyatakan: - Laju penambahan konsentrasi NH3 - Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2 Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu. Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik) 93 94 Kegiatan I A. Molaritas larutan Untuk menentukan molaritas dari suatu larutan, lakukan percobaan berikut: Alat dan Bahan 1. Gelas kimia 100 mL 2. Spatula 3. 5 gram NaCl (Ar: Na=23, Cl=35,5) 4. aquades Langkah Kerja 1. Siapkan satu buah gelas kimia. 2. Masukkan 100 mL aquades ke dalam gelas kimia. 3. Masukkan 5 gram NaCl, aduk hingga larut. 4. Hitung molaritas dari larutan NaCl tersebut. B. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Jika natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan asam klorida (HCl) direaksika, akan dihasilkan natrium klorida (NaCl). Dalam percobaan ini Anda dapat menyelidiki pengaruh perubahan konsentrasi Na2S2O3 terhadap laju reaksi antara Na2S2O3 dan HCl. Alat dan Bahan 1. Gelas kimia 100 mL 2. Gelas ukur 3. Labu ukur 50 mL 4. Kertas putih ukuran 15 x 15 cm yang diberi tanda “X” hitam 5. Stopwatch 6. Larutan HCl 2 M 7. Larutan Na2S2O3 1 M Langkah kerja 1. Encerkan larutan Na2S2O3 1 M menjadi Na2S2O3 0,50 M; 0,10 M; 0,05 M; masingmasing 50 mL. 2. Siapkan 5 buah gelas kimia yang telah diberi label no. 1, 2, 3, dan 4. 3. Masukkan 5 mL HCl 2 M ke dalam gelas kimia nomor 1. 4. Simpan gelas kimia di atas kertas putih bertanda “X”. 5. Tambahkan 25 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia. 6. Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan Na2S2O3 sampai tanda “X” tidak terlihat lagi. 7. Ulangi langkah 1-5 dengan konsentrasi Na2S2O3: 0,10 M; 0,50 M; 1 M 94 95 Tabel Pengamatan M Na2S2O3 V Na2S2O3 sebelum yang dipipet pengenceran ... mL 1M ... mL 1M ... mL 1M Gelas 1 2 3 4 [HCl] 2M 2M 2M 2M [Na2S2O3] 0,05 M 0,10 M 0,50 M 1M V Na2S2O3 setelah pengenceran 50 mL 50 mL 50 mL Waktu (s) .... .... .... .... M Na2S2O3 setelah pengenceran 0,50 M 0,10 M 0,05 M Laju Reaksi (s-1) .... .... .... .... C. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi, lakukan percobaan berikut: Alat dan bahan 1. Gelas kimia 100 mL 2. Termometer 3. Penangas air 4. Es batu 5. Stopwatch 6. Logam seng 7. Larutan HCl 1 M Langkah kerja 1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah yang telah di beri label 1, 2, dan 3. 2. Tuangkan sekitar 50 mL HCl 1 M ke dalam setiap gelas kimia. 3. Simpan gelas 1 di atas es batu selama 15 menit, ukurlah suhunya. 4. Simpan gelas 2 pada suhu kamar. 5. Panaskan gelas 3 pada penengas air. Ukur sampai suhu konstan. 6. Masukkan ke dalam gelas, logam seng dalam berat yang sama (misal 1 gram). 7. Catat hasil pengamatan hingga semua logam seng bereaksi. Tabel Pengamatan Gelas Waktu (s) 1 .... 2 .... 3 .... Laju reaksi (s-1) .... .... .... D. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi Untuk mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi, lakukan percobaan berikut: Alat dan Bahan 1. Gelas kimia 95 96 2. 3. 4. 5. 6. 7. Spatula Stopwatch garam balok garam halus garam kristal aquades Langkah kerja 1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah dan diberi label 1, 2 dan 3. 2. Tuangkan sekitar 100 mL air ke dalam setiap gelas kimia. 3. Masukkan sekitar 3 gram garam halus ke dalam gelas kimia 1. 4. Masukkan sekitar 3 gram garam kristal ke dalam gelas kimia 2. 5. Masukkan sekitar 3 gram garam balok ke dalam gelas kimia 3. 6. Catat hasil pengamatan hingga garam pada masing-masing gelas larut. Tabel Pengamatan Gelas Bentuk Garam 1 Garam halus 2 Garam kristal 3 Garam balok Waktu (s) E. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Untuk mengetahui pengaruh katalis terhadap laju reaksi, lakukan percobaan berikut: (Percobaan I) (Percobaan II) Alat dan Bahan 1. Alas logam 2. Korek api 3. abu rokok 4. gula Langkah kerja 1. Siapkan alas yang terbuat dari logam. 2. Letakkan satu sendok gula diatas alas logam, lalu bakar. 3. Letakkan abu rokok di salah satu sisi gula, lalu bakar. 4. Catat hasil pengamatan, apa yang akan terjadi pada gula. Tabel Pengamatan Bahan yang digunakan Percobaan I Percobaan II Pengamatan 96 97 Kegiatan II A. Molaritas Contoh Soal 1. Jika 2 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam air hingga 250 mL, tentukan kemolaran larutan tersebut. Pembahasan: Diket : m = 2 g V = 250 mL Dit :M? Jawab : Cara I Cara II = 0,2 mol L-1 = 0,2 M 2. Untuk mengubah 10 mL larutan H2SO4 8 M menjadi larutan H2SO4 5 M, berapakah air yang dibutuhkan? Pembahasan: Diket : M1 = 8 M V1 = 10 mL M2 = 5 M Dit : V2 ? Jawab : Volume air yang ditambahkan = V2 – V1 = 16 mL – 10 mL = 6 mL 3. Jika Anda mencampurkan 150 mL larutan NaCl 0,2 M dan 250 mL larutan NaCl 0,6 M, berapakah kemolaran setelah dicampurkan? Pembahasan: Diket : M1 = 0,2 M V1 = 150 mL 97 98 M2 = 0,6 M V2 = 250 mL Dit : Mcampuran ? Jawab : Jadi, kemolaran larutan NaCl setelah dicampurkan adalah 0,45 M. Soal 1. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, 15 gram garam (NaCl) dilarutkan dalam 100 mL air. Berapakah kemolaran larutan garam? Pembahasan: Diket : m = 15 gram V = 100 mL Dit :M? Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 2. Sebanyak 0,75 mol H2SO4 dilarutkan dalam air sampai dengan volume 3 L. Berapakah kemolaran larutan H2SO4? Pembahasan: Diket : n = 0,75 mol V=3L Dit :M? Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 3. Sebanyak 28 kg KOH (Mr = 56) dilarutkan dalam air sampai dengan volume 800 L. Berapakah kemolaran larutan KOH? Pembahasan: Diket : .................. .................. Dit : .................. Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 99 ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 4. 100 mL larutan HNO3 6 M diencerkan hingga volume menjadi 400 mL, berapakah kemolaran HNO3 setelah diencerkan? Pembahasan: ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 5. Tentukan kemolaran campuran jika 50 mL larutan NaOH 0,6 M dicampurkan dengan 450 mL larutan NaOH 0,2 M. Pembahasan: ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ B. Pengertian Laju Reaksi Contoh Soal Dalam suatu praktikum kimia, seorang siswa memasukkan 8 gram zat A (Ar A = 65) ke dalam tabung reaksi yang berisi 200 mL larutan HCl 2 M. Setelah reaksi berlangsung selama 2 menit, zat A masih tersisa sebanyak 1,5 gram. Berapakah laju pengurangan zat A? Pembahasan: Diket : Massa A mula-mula = 8 gram Massa A akhir = 1,5 gram t = 2 menit = 120 detik V = 200 mL Ar A = 65 Dit : vA ? Jawab : - Massa A yang bereaksi = Massa A akhir – Massa A mula-mula = 1,5 g – 8 g = -6,5 g (tanda (-) hanya menunjukkan pengurangan konsentrasi) - Mol A : - - Konsentrasi A yang bereaksi : 100 - Laju reaksi : Jadi, laju pengurangan zat A adalah 4,2 × 10-3 Ms-1 Soal 1. Pada suatu reaksi kimia C + D → E + F, sebanyak 15 gram zat C (Ar C = 50) dimasukkan kedalam tabung yang berisi 400 mL larutan D 4 M. Setelah reaksi berlangsung selama 3 menit, zat C yang tersisa sebanyak 5 gram. Berapakah laju reaksi pengurangan zat C? Pembahasan: Diket : Massa C mula-mula = 15 gram Massa C akhir = 5 gram t = 3 menit = 180 detik V = 400 mL Dit : vC ? Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 2. Pada suatu reaksi kimia A → B, konsentrasi A mula-mula adalah 12 M. Setelah reaksi berlangsung selama 4 menit konsentrasi menjadi 8 M. Berapakah laju reaksi zat A? Pembahasan: Diket : [A] mula-mula = 12 M [A] akhir = 8 M t = 4 menit Dit : vA ? Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 101 C. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 1. Faktor Konsentrasi Data Hasil Pengamatan M Na2S2O3 V Na2S2O3 sebelum yang dipipet pengenceran ... mL 1M ... mL 1M ... mL 1M Gelas 1 2 3 4 [HCl] 2M 2M 2M 2M [Na2S2O3] 0,05 M 0,10 M 0,50 M 1M V Na2S2O3 setelah pengenceran 50 mL 50 mL 50 mL M Na2S2O3 setelah pengenceran 0,50 M 0,10 M 0,05 M Waktu (s) .... .... .... .... Laju Reaksi (s-1) .... .... .... .... Pertanyaan: 1. Gelas manakah yang lebih cepat menghilangkan tanda “X”? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Faktor Suhu Data Hasil Pengamatan Gelas Waktu (s) 1 .... 2 .... 3 .... Laju reaksi (s-1) .... .... .... Pertanyaan: 1. Gelas manakah yang lebih cepat membuat logam seng bereaksi? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 102 3. Faktor Luas Permukaan Data Hasil Pengamatan Gelas Bentuk Garam 1 2 3 Waktu (s) Pertanyaan: 1. Manakah garam yang memiliki luas permukaan yang paling besar? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi kimia? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 4. Faktor Katalis Data Hasil Pengamatan Bahan yang digunakan Pengamatan Percobaan I Percobaan II Pertanyaan: 1. Apa fungsi penambahan abu rokok pada gula? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi kimia? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... Kesimpulan: Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, jelaskan kembali apa yang dimaksud dengan molaritas, laju reaksi serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi! ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... 103 LEMBAR KERJA SISWA Nama Kelas : : Materi : Laju Reaksi Tujuan : 1. Menentukan kemolaran dari suatu larutan 2. Mendefinisikan pengertian laju reaksi 3. Menentukan nilai laju reaksi 4. Menyelidiki pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi 5. Menyelidiki pengaruh suhu terhadap laju reaksi 6. Menyelidiki pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi 7. Menyelidiki pengaruh katalis terhadap laju reaksi Dasar Teori A. Molaritas Molaritas (kemolaran) adalah satuan konsentrasi larutan yang menyatakan banyaknya mol zat terlarut dalam 1 liter larutan. Molaritas (M) sama dengan jumlah mol (n) zat terlarut dibagi volume (v) larutan. Namun, jika zat terlarut dinyatakan dalam satuan gram, dan volume larutan dinyatakan dalam mL atau cm3, kemolaran dapat dinyatakan sebagai berikut. atau Keterangan: M = kemolaran (M) m = massa zat terlarut (gram) Mr = massa molekul relatif zat terlarut V = volume larutan (mL atau cm3) Untuk memperoleh kemolaran yang lebih kecil perlu dilakukan pengenceran sehingga volume larutan menjadi besar. Rumus pengenceran sebagai berikut. Keterangan: V1 = volume larutan sebelum diencerkan M1 = kemolaran larutan sebelum diencerkan V2 = volume larutan setelah diencerkan M2 = kemolaran setelah diencerkan Namun, jika akan mencampurkan larutan yang sama tetapi memiliki konsentrasi yang berbeda agar di peroleh konsentrasi yang baru, perhitungannya sebagai berikut. M campuran B. Pengertian Laju Reaksi V1M 1 V2 M 2 ... Vn M n V1 V2 ... Vn Suatu reaksi kimia ada yang berlangsung cepat, ada pula yang berlangsung lambat. Ledakan bom berlangsung cepat, sedangkan proses besi berkarat berlangsung 104 lambat. Cepat lambatnya suatu reaksi kimia dinyatakan sebagai laju reaksi. Apakah laju reaksi itu? Laju reaksi menyatakan laju perubahan konsentrasi zat yang terlibat dalam reaksi setiap satuan waktu. Perhatikan grafik berikut. Konsentrasi Hasil reaksi (C + D) Pereaksi (A + B) Waktu Grafik hubungan antara perubahan konsentrasi dan waktu Pada grafik di atas menunjukkan bahwa konsentrasi pereaksi dalam suatu reaksi kimia semakin lama semakin berkurang, sedangkan hasil reaksi semakin lama akan semakin bertambah. N2(g) + 3 H2(g) 2 NH3(g) Pada reaksi diatas dapat dinyatakan: - Laju penambahan konsentrasi NH3 - Laju pengurangan konsentrasi N2 dan H2 Dengan demikian, laju reaksi dapat dinyatakan sebagai pengurangan konsentrasi pereaksi per satuan waktu, atau penambahan konsentrasi hasil reaksi per satuan waktu. Laju reaksi memiliki satuan Ms-1 (M = molar dan s = sekon = detik) 105 Kegiatan I A. Molaritas larutan Untuk menentukan molaritas dari suatu larutan, perhatikan percobaan berikut: Alat dan Bahan - Gelas kimia 100 mL - Spatula - 5 gram NaCl (Ar: Na=23, Cl=35,5) - aquades Langkah Kerja 1. Siapkan satu buah gelas kimia. 2. Masukkan 100 mL aquades ke dalam gelas kimia. 3. Masukkan 5 gram NaCl, aduk hingga larut. 4. Hitung molaritas dari larutan NaCl tersebut. B. Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi Jika natrium tiosulfat (Na2S2O3) dan asam klorida (HCl) direaksika, akan dihasilkan natrium klorida (NaCl). Dalam percobaan ini Anda dapat menyelidiki pengaruh perubahan konsentrasi Na2S2O3 terhadap laju reaksi antara Na2S2O3 dan HCl. Alat dan Bahan 1. Gelas kimia 100 mL 2. Gelas ukur 3. Labu ukur 50 mL 4. Kertas putih ukuran 15 x 15 cm yang diberi tanda “X” hitam 5. Stopwatch 6. Larutan HCl 2 M 7. Larutan Na2S2O3 1 M Langkah kerja 1. Encerkan larutan Na2S2O3 1 M menjadi Na2S2O3 0,50 M; 0,10 M; 0,05 M; masingmasing 50 mL. 2. Siapkan 5 buah gelas kimia yang telah diberi label no. 1, 2, 3, dan 4. 3. Masukkan 5 mL HCl 2 M ke dalam gelas kimia nomor 1. 4. Simpan gelas kimia di atas kertas putih bertanda “X”. 5. Tambahkan 25 mL larutan Na2S2O3 0,05 M ke dalam gelas kimia. 6. Catat waktu yang diperlukan sejak penambahan Na2S2O3 sampai tanda “X” tidak terlihat lagi. 7. Ulangi langkah 1-5 dengan konsentrasi Na2S2O3: 0,10 M; 0,50 M; 1 M 106 Tabel Pengamatan M Na2S2O3 V Na2S2O3 sebelum yang dipipet pengenceran ... mL 1M ... mL 1M ... mL 1M Gelas 1 2 3 4 [HCl] 2M 2M 2M 2M [Na2S2O3] 0,05 M 0,10 M 0,50 M 1M V Na2S2O3 setelah pengenceran 50 mL 50 mL 50 mL Waktu (s) .... .... .... .... M Na2S2O3 setelah pengenceran 0,50 M 0,10 M 0,05 M Laju Reaksi (s-1) .... .... .... .... C. Pengaruh suhu terhadap laju reaksi Untuk mengetahui pengaruh suhu terhadap laju reaksi, perhatikan percobaan berikut: Alat dan bahan 1. Gelas kimia 100 mL 2. Termometer 3. Penangas air 4. Es batu 5. Stopwatch 6. Logam seng 7. Larutan HCl 1 M Langkah kerja 1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah yang telah di beri label 1, 2, dan 3. 2. Tuangkan sekitar 50 mL HCl 1 M ke dalam setiap gelas kimia. 3. Simpan gelas 1 di atas es batu selama 15 menit, ukurlah suhunya. 4. Simpan gelas 2 pada suhu kamar. 5. Panaskan gelas 3 pada penengas air. Ukur sampai suhu konstan. 6. Masukkan ke dalam gelas, logam seng dalam berat yang sama (misal 1 gram). 7. Catat hasil pengamatan hingga semua logam seng bereaksi. Tabel Pengamatan Gelas Waktu (s) 1 .... 2 .... 3 .... Laju reaksi (s-1) .... .... .... D. Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi Untuk mengetahui pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi, perhatikan percobaan berikut: Alat dan Bahan 1. Gelas kimia 2. Spatula 107 3. 4. 5. 6. 7. Stopwatch garam balok garam halus garam kristal aquades Langkah kerja 1. Siapkan gelas kimia sebanyak tiga buah dan diberi label 1, 2 dan 3. 2. Tuangkan sekitar 100 mL air ke dalam setiap gelas kimia. 3. Masukkan sekitar 3 gram garam halus ke dalam gelas kimia 1. 4. Masukkan sekitar 3 gram garam kristal ke dalam gelas kimia 2. 5. Masukkan sekitar 3 gram garam balok ke dalam gelas kimia 3. 6. Catat hasil pengamatan hingga garam pada masing-masing gelas larut. Tabel Pengamatan Gelas Bentuk Garam 1 Garam halus 2 Garam kristal 3 Garam balok Waktu (s) E. Pengaruh katalis terhadap laju reaksi Untuk mengetahui pengaruh katalis terhadap laju reaksi, perhatikan percobaan berikut: (Percobaan I) (Percobaan II) Alat dan Bahan 1. Alas logam 2. Korek api 3. abu rokok 4. gula Langkah kerja 1. Siapkan alas yang terbuat dari logam. 2. Letakkan satu sendok gula diatas alas logam, lalu bakar. 3. Letakkan abu rokok di salah satu sisi gula, lalu bakar. 4. Catat hasil pengamatan, apa yang akan terjadi pada gula. Tabel Pengamatan Bahan yang digunakan Percobaan I Percobaan II Pengamatan 108 Kegiatan II A. Molaritas Contoh Soal 1. Jika 2 gram NaOH (Mr = 40) dilarutkan dalam air hingga 250 mL, tentukan kemolaran larutan tersebut. Pembahasan: Diket : m = 2 g V = 250 mL Dit :M? Jawab : Cara I Cara II = 0,2 mol L-1 = 0,2 M 2. Untuk mengubah 10 mL larutan H2SO4 8 M menjadi larutan H2SO4 5 M, berapakah air yang dibutuhkan? Pembahasan: Diket : M1 = 8 M V1 = 10 mL M2 = 5 M Dit : V2 ? Jawab : Volume air yang ditambahkan = V2 – V1 = 16 mL – 10 mL = 6 mL 3. Jika Anda mencampurkan 150 mL larutan NaCl 0,2 M dan 250 mL larutan NaCl 0,6 M, berapakah kemolaran setelah dicampurkan? Pembahasan: Diket : M1 = 0,2 M V1 = 150 mL M2 = 0,6 M 109 V2 = 250 mL Dit : Mcampuran ? Jawab : Jadi, kemolaran larutan NaCl setelah dicampurkan adalah 0,45 M. Soal 1. Berdasarkan percobaan yang dilakukan, 15 gram garam (NaCl) dilarutkan dalam 100 mL air. Berapakah kemolaran larutan garam? Pembahasan: Diket : m = 15 gram V = 100 mL Dit :M? Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 2. Sebanyak 0,75 mol H2SO4 dilarutkan dalam air sampai dengan volume 3 L. Berapakah kemolaran larutan H2SO4? Pembahasan: Diket : n = 0,75 mol V=3L Dit :M? Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 3. Sebanyak 28 kg KOH (Mr = 56) dilarutkan dalam air sampai dengan volume 800 L. Berapakah kemolaran larutan KOH? Pembahasan: Diket : .................. .................. Dit : .................. Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 110 ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 4. 100 mL larutan HNO3 6 M diencerkan hingga volume menjadi 400 mL, berapakah kemolaran HNO3 setelah diencerkan? Pembahasan: ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 5. Tentukan kemolaran campuran jika 50 mL larutan NaOH 0,6 M dicampurkan dengan 450 mL larutan NaOH 0,2 M. Pembahasan: ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ B. Pengertian Laju Reaksi Contoh Soal Dalam suatu praktikum kimia, seorang siswa memasukkan 8 gram zat A (Ar A = 65) ke dalam tabung reaksi yang berisi 200 mL larutan HCl 2 M. Setelah reaksi berlangsung selama 2 menit, zat A masih tersisa sebanyak 1,5 gram. Berapakah laju pengurangan zat A? Pembahasan: Diket : Massa A mula-mula = 8 gram Massa A akhir = 1,5 gram t = 2 menit = 120 detik V = 200 mL Ar A = 65 Dit : vA ? Jawab : - Massa A yang bereaksi = Massa A akhir – Massa A mula-mula = 1,5 g – 8 g = -6,5 g (tanda (-) hanya menunjukkan pengurangan konsentrasi) - Mol A : - - Konsentrasi A yang bereaksi : 111 - Laju reaksi : Jadi, laju pengurangan zat A adalah 4,2 × 10-3 Ms-1 Soal 1. Pada suatu reaksi kimia C + D → E + F, sebanyak 15 gram zat C (Ar C = 50) dimasukkan kedalam tabung yang berisi 400 mL larutan D 4 M. Setelah reaksi berlangsung selama 3 menit, zat C yang tersisa sebanyak 5 gram. Berapakah laju reaksi pengurangan zat C? Pembahasan: Diket : Massa C mula-mula = 15 gram Massa C akhir = 5 gram t = 3 menit = 180 detik V = 400 mL Dit : vC ? Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 2. Pada suatu reaksi kimia A → B, konsentrasi A mula-mula adalah 12 M. Setelah reaksi berlangsung selama 4 menit konsentrasi menjadi 8 M. Berapakah laju reaksi zat A? Pembahasan: Diket : [A] mula-mula = 12 M [A] akhir = 8 M t = 4 menit Dit : vA ? Jawab : ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ ................................................................................................................................................ 112 C. Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi 1. Faktor Konsentrasi Data Hasil Pengamatan M Na2S2O3 V Na2S2O3 sebelum yang dipipet pengenceran ... mL 1M ... mL 1M ... mL 1M Gelas 1 2 3 4 [HCl] 2M 2M 2M 2M [Na2S2O3] 0,05 M 0,10 M 0,50 M 1M V Na2S2O3 setelah pengenceran 50 mL 50 mL 50 mL M Na2S2O3 setelah pengenceran 0,50 M 0,10 M 0,05 M Waktu (s) .... .... .... .... Laju Reaksi (s-1) .... .... .... .... Pertanyaan: 1. Gelas manakah yang lebih cepat menghilangkan tanda “X”? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Faktor Suhu Data Hasil Pengamatan Gelas Waktu (s) 1 .... 2 .... 3 .... Laju reaksi (s-1) .... .... .... Pertanyaan: 1. Gelas manakah yang lebih cepat membuat logam seng bereaksi? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh suhu terhadap laju reaksi? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 113 3. Faktor Luas Permukaan Data Hasil Pengamatan Gelas Bentuk Garam 1 2 3 Waktu (s) Pertanyaan: 1. Manakah garam yang memiliki luas permukaan yang paling besar? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Berdasarkan data hasil pengamatan, bagaimana pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi kimia? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 4. Faktor Katalis Data Hasil Pengamatan Bahan yang digunakan Pengamatan Percobaan I Percobaan II Pertanyaan: 1. Apa fungsi penambahan abu rokok pada gula? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... 2. Bagaimana pengaruh katalis terhadap laju reaksi kimia? .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... .......................................................................................................................................... Kesimpulan: Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, jelaskan kembali apa yang dimaksud dengan molaritas, laju reaksi serta faktor-faktor apa saja yang dapat mempengaruhi laju reaksi! ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ...................................................................................................................................................... ................................................................................................................................................... 114 LAMPIRAN 3 KISI-KISI INSTRUMEN PENELITIAN Jenis Sekolah Mata Pelajaran Jumlah Soal Bentuk Soal Standar Kompetensi Kompetensi Dasar No. : SMA : Kimia : 60 soal (terbagi menjadi 2 bagian) : Pilihan Ganda : Memahami kinetika reaksi, kesetimbangan kimia, dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, serta penerannya dalam kehidupan sehari-hari dan industri. : 3.1. Mendeskripsikan pengertian laju reaksi dengan melakukan percobaan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi. Indikator Indikator Soal Menentukan konsentrasi suatu larutan Siswa dapat mendefinisikan pengertian molaritas 1. Siswa dapat menentukan rumus umum molaritas 2. Soal Definisi dari molaritas adalah... A. Jumlah mol zat yang terlarut dalam 1 L larutan B. Jumlah mol zat pelarut dalam 1 L larutan C. Campuran homogen antara dua komponen zat atau lebih D. Besarnya perubahan jumlah pereaksi dan hasil reaksi per satuan waktu E. Perubahan jarak awal dan jarak akhir per satuan waktu Rumus untuk mencari molaritas adalah... A. molaritas = massa/massa molekul relatif B. molaritas = mol/liter larutan C. molaritas = mol/massa larutan D. molaritas = massa molekul relatif/mol E. molaritas = mol/22,4 Aspek Kognitif Jawaban C1 A C1 B* 115 3. 4. 5. 6. 7. Siswa dapat menghitung Konsentrasi larutan yang mengandung 3 gram pupuk urea (CO(NH2)2), konsentrasi larutan dalam 200 mL larutan adalah .... (Ar : C = 12, O = 16, H = 1, N = 14) A. 0,125 M D. 0,5 M B. 0,25 M E. 1 M C. 0,375 M Siswa dapat menghitung Ke dalam aluminium sulfat, Al2(SO4)3, sebanyak 3,42 gram ditambahkan konsentrasi larutan air sehingga volume larutan berjumlah 2 L. Jika diketahui Ar : Al = 27; S = 32; O = 16, kemolaran larutan yang terbentuk adalah .... A. 0,5 M D. 0,01 M B. 0,1 M E. 0,005 M C. 0,05 M Siswa dapat Manakah diantara larutan berikut yang mempunyai kemolaran terbesar? mengidentifikasi larutan A. 1 gram NaOH dalam 1 liter larutan yang mempunyai B. 0,01 mol CO(NH2)2 (urea) dalam 100 ml larutan konsentrasi paling besar C. 10 mL larutan HCl 0,1M dicampur dengan 100 mL air D. 100 mL larutan NaOH 0,1M dicampur dengan 100 NaOH 0,01M E. 100 mL larutan NaCl 0,01M diuapkan hingga menjadi 40 mL Siswa dapat menghitung Sebanyak 16,4 gram Ca(NO3)2 dilarutkan dalam air hingga volumenya konsentrasi larutan menjadi 250 mL. Jika diketahui Ar: Ca = 40, N = 14, dan O = 16, konsentrasi larutan tersebut adalah .... A. 0,04 M D. 0,4 M B. 0,1 M E. 4 M C. 0,3 M Siswa dapat menghitung Kemolaran larutan yang dibuat dengan melarutkan 16 gram NaOH dalam konsentrasi larutan air hingga diperoleh 500 mL larutan adalah….. A. 0,04 M D. 0,8 M B. 0,1 M E. 0,5 M C. 0,3 M C2 B C2 E C2 B C2 D* C2 D* 116 8. Siswa dapat menghitung 100 mL larutan HNO3 6 M diencerkan hingga volume menjadi 400 mL, konsentrasi larutan kemolaran larutan HNO3 setelah diencerkan adalah ..... seletah pengenceran A. 1,0 M D. 3,0 M B. 1,2 M E. 2,0 M C. 1,5 M Siswa dapat menghitung Ke dalam labu ukur yang berisi larutan 200 mL H2SO4 0,2 M diencerkan konsentrasi larutan dengan airhingga volume menjadi 800 mL. Kemolaran larutan setelah seletah pengenceran penambahan air adalah .... A. 0,01 M D. 0,04 M B. 0,02 M E. 0,05 M C. 0,03 M C2 C C2 E 10. Siswa dapat menghitung Untuk mengubah 8 mL larutan H2SO4 10 M menjadi larutan H2SO4 8 M, volume yang dibutuhkan diperlukan air sebanyak .... untuk pengenceran jika A. 1 mL D. 4 mL konsentrasinya diketahui B. 2 mL E. 5 mL C. 3 mL C3 B* 11. Siswa dapat menghitung Massa asam oksalat (C2H2O2.2H2O) yang diperlukan untuk membuat 100 massa zat yang mL larutan asam oksalat 0,1 M adalah .... dibutuhkan untuk (Ar : C = 12, H = 1, O = 16) membuat larutan jika A. 1,26 gram D. 12,60 gram konsentrasinya diketahui B. 3,15 gram E. 31,50 gram C. 6,30 gram C2 A 12. siswa dapat menghitung Larutan 750 mL NaOH 0,2 M mengandung NaOH (Mr = 40) sebanyak .... massa zat yang A. 2 gram D. 8 gram terkandung didalam B. 3 gram E. 12 gram suatu larutan. C. 6 gram C2 C C1 C 9. 13. Menjelaskan Siswa dapat menjelaskan Laju reaksi adalah…. pengertian laju pengertian laju reaksi A. cepatnya suatu reaksi berlangsung reaksi B. perubahan jenis zat yang bereaksi per satuan waktu C. besarnya perubahan konsentrasi zat-zat pereaksi/produk per satuan waktu D. macam-macam kecepatan laju E. suatu reaksi kimia 117 dapat Laju reaksi 2A + 2B → 3C + D pada setiap saat dapat dinyatakan sebagai ungkapan .... A. Penambahan konsentrasi A tiap satuan waktu B. Penmabahan konsentrasi B tiap satuan waktu C. Penambahan konsentrasi C tiap satuan waktu D. Penambahan konsentrasi Adan B tiap satuan waktu E. Penambahan konsentrasi B dan C tiap satuan waktu Siswa dapat Laju reaksi 4NH3(g) + 5O2(g) → 4NO(g) + 6H2O(g) dapat dinyatakan sebagai menyebutkan ungkapan .... laju reaksi A. Laju bertambahnya konsentrasi NH3 dalam satu satuan waktu B. Laju berkurangnya konsentrasi H2O dalam satu satuan waktu C. Laju bertambahnya konsentrasi O2 dalam satu satuan waktu D. Laju berkurangnya tekanan sistem dalam satu satuan waktu E. Laju bertambahnya konsentrasi NO dalam satu satuan waktu Siswa dapat Kalsium karbonat larut dalam asam klorida membentuk gas karbon menyebutkan ungkapan dioksida menurut persamaan laju reaksi CaCO3(s) + 2HCl(aq) → CaCl2(aq) + H2O(l) + CO2(g) Cara praktis menentukan laju reaksi ini adalah .... A. Laju berkurangnya kristal CaCO3 B. Laju berkurangnya konsentrasi HCl C. Laju terbentuknya CaCl2 D. Laju pembentukan CO2 E. Laju pembentukan air Siswa dapat menentukan . Pernyataan yang benar tentang laju reaksi adalah... pernyataan yang benar A. Berubahnya jumlah zat pereaksi tentang laju reaksi. B. Berubahnya jumlah zat hasil reaksi Siswa menyebutkan laju reaksi 14. 15. 16. 17. C. Bertambahnya zat reaktan tiap satuan waktu D. Berkurangnya zat hasil tiap satuan waktu E. Berkurangnya zat reaktan atau bertambahnya zat hasil tiap satuan waktu C2 C C2 E* C2 D C1 E* 118 Menentukan nilai laju reaksi 18. 19. 20. Siswa dapat menghitung Pada reaksi A menjadi B diketahui bahwa konsentrasi A mula-mula 10 M besarnya nilai laju reaksi. setelah 2 detik menjadi 2 M. Tentukan laju reaksinya... A. 2 M/s D. 4 M/s B. 3 M/s E. 5 M/s C. 4 M/s Siswa dapat menghitung Pada reaksi A menjadi B diketahui bahwa konsentrasi A mula-mula besarnya nilai laju reaksi. 8 M setelah 2 detik menjadi 4 M. Tentukan laju reaksinya... A. 2 M/s D. 4 M/s B. 3 M/s E. 5 M/s C. 4 M/s Siswa dapat menghitung Pada percobaan serbuk besi yang dibubuhkan pada larutan HCl besarnya nilai laju reaksi terjadi reaksi sebagai berikut... berdasarkan data Fe + 2 HCl FeCl2 + H2 percobaan Perubahan diamati selama 10 menit ditinjau dari pengukuran banyaknya sisa Fe dan hasil gas H2 yang diperoleh, diperoleh sebagai berikut... Zat Permulaan Selang Akhir waktu Reaktan Fe 10 g 10 menit 4,4 g Telah bereaksi sebanyak 5,6 g Produk H2 0 10 menit 2,24 L Terbentuk 2,24 L H2 Berapakah laju reaksi penguraian dari Fe... A. 0,000165 D. 0,00168 B. 0,000166 E. 0,00169 C. 0,000167 C3 D* C3 A C4 C 119 21. 22. 23. 24. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Siswa dapat menentukan Tindakan berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali .... tindakan yang tidak akan A. Pada suhu tetap ditambah suatu katalis memperbesar laju reaksi. B. Suhu dinaikkan C. Pada suhu tetap tekanan diperbesar D. Pada suhu tetap volume diperbesar E. Pada volume tetap ditambahkan zat pereaksi lebih banyak Siswa dapat Kenaikan suhu akan mempercepat laju reaksi, karena kenaikan suhu akan menyimpulkan pengaruh .... suhu terhadap laju reaksi A. Menaikkan energi pengaktifan zat yang bereaksi B. Memperbesar konsentrasi zat yang bereaksi C. Memperbesar energi kinetik molekul pereaksi D. Memperbesar tekanan E. Memperbesar luas permukaan Siswa dapat Data hasil percobaan untuk reaksi A + B → hasil menyimpulkan pengaruh Percobaan Massa/bentuk Konsentrasi Waktu Suhu faktor luas permukaan zat A B (s) (oC) -1 terhadap laju reaksi (mol L ) 1 5 gram serbuk 0,1 2 25 2 5 gram larutan 0,1 3 25 3 5 gram padat 0,1 5 25 4 5 gram larutan 0,2 1,5 25 5 5 gram larutan 0,1 1,5 35 Pada percobaan 1 dan 3, laju reaksi dipengaruhi oleh faktor .... A. Konsentrasi D. suhu B. Luas permukaan E. Katalis C. Sifat-sifat Siswa dapat Ranting pohon lebih banyak digunakan dalam pembuatan api unggun, menyimpulkan pengaruh dibandingkan dengan menggunakan kayu gelondongan. Hal ini faktor luas permukaan menunjukkan bahwa… terhadap laju reaksi A. makin kecil ukuran partikel, makin besar jumlah luas permukaan sentuhan, makin cepat reaksi berlangsung. B. makin kecil ukuran partikel, makin kecil jumlah luas permukaan sentuhan, makin cepat reaksi berlangsung. C. makin kecil ukuran partikel, makin lambat reaksi berlangsung. C1 E C1 C* C3 B* C4 A* 120 25. Siswa dapat menyimpulkan pengaruh katalis terhadap laju reaksi Siswa dapat menyimpulkan pengaruh katalis terhadap laju reaksi 26. Siswa dapat mengidentifikasi faktorfaktor laju reaksi dalam data percobaan 27. D. makin kecil ukuran partikel, makin kecil jumlah luas permukaan sentuhan, makin lambat reaksi berlangsung. E. Luas permukaan sentuhan berbanding terbalik. Manakah yang termasuk fungsi dari katalis.... A. menaikkan energi kinetik molekul pereaksi B. menurunkan energi aktivasi dari seluruh reaksi C. meningkatkan frekuensi tumbukan antarpartikel yang bereaksi D. mengubah jalanya reaksi sehingga energi aktivasinya turun E. menaikkan energi aktivasi dan energi kinetik molekul yang bereaksi. Berbagai pernyataan mengenai peran katalis dalam proses reaksi adalah sebagai berikut: 1) mengubah mekanisme dan hasil reaksi 2) tidak ikut bereaksi dalam proses reaksi 3) ikut bereaksi tetapi dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi 4) ikut bereaksi dan tidak dapat diperoleh kembali pada akhir reaksi 5) menurunkan energi pengaktifan Pernyataan yang benar adalah…. A. 1, 3, dan 4 D. 2 dan 5 B. 1, 3, dan 5 E. 3 dan 5 C. 1, 4, dan 5 Di antara pasangan pereaksi berikut, yang diharapkan bereaksi paling cepat adalah… A. 20 mL HCl 0,2 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M pada 30oC B. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M pada 30oC + 10 mL air pada 30oC C. 20 mL HCl 0,1 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M pada 40oC D. 20 mL HCl 0,2 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M pada 40oC E. 20 mL HCl 0,2 M + 20 mL Na2S2O3 0,1 M pada 30oC+ 10 mL air pada 40oC C1 D* C4 E C4 D 121 Siswa dapat menyimpulkan pengaruh katalis terhadap laju reaksi 28. Siswa dapat Natrium akan beraksi hebat dengan air pada suhu kamar sedangkan besi menyimpulkan pengaruh tidak. Hal ini memperlihatkan bahwa laju reaksi bergantung pada... suhu terhadap laju reaksi A. Suhu D. Luas permukaan sentuh B. Katalisator E. Keadaan pereaksi C. Jenis pereaksi Siswa dapat Logam mangnesium dalam bentuk serbuk lebih cepat bereaksi dengan menyimpulkan pengaruh HCl, dibandingkan dalam bentuk padatan. Faktor yang menyebabkan luas permukaan terhadap perbedaan tersebut adalah... laju reaksi A. Konsentrasi D. Katalis B. Suhu E. Entalpi C. Luas permukaan 29. 30. No. Indikator Menentukan konsentrasi suatu larutan 31. 32. Proses penguraian KClO3 murni pada suhu 25oC sangat sukar terjadi meskipun dilakukan dengan cara pemanasan, bahkan sampai mencair dan mendidih. Tetapi bila dicampur dengan sedikit serbuk MnO2 penguraian berlangsung lebih cepat. Hal ini menunjukkan bahwa laju reaksi dipengaruhi…. A. Suhu D. Katalis B. Konsentrasi E. Jumlah partikel zat C. Luas permukaan Indikator Soal Soal Siswa dapat menghitung Natrium hidroksida (NaOH) merupakan satu diantara beberapa zat kimia konsentrasi larutan. yang digunakan untuk membuat sabun, detergen, dan kertas. Jika 2 gram NaOH (Mr=40) dilarutkan dalam air hingga 250 mL. Maka kemolaran larutan tersebut….. A. 0,2 M D. 0,5 M B. 0,3 M E. 1 M C. 0,4 M Siswa dapat Manakah diantara larutan berikut yang mempunyai kemolaran terbesar? A. 1 gram NaOH dalam 1 liter larutan mengidentifikasi B. 0,01 mol urea dalam 100 ml larutan larutan yang C4 D C2 A C4 C Aspek Kognitif Jawaban C2 C2 A B 122 mempunyai konsentrasi paling besar Siswa dapat menghitung konsentrasi larutan setelah pengenceran 33. Siswa dapat menghitung massa zat yang dibutuhkan jika konsentrasinya diketahui 34. 35. 36. 37. 38. 39. Menjelaskan pengertian laju reaksi C. 10 mL larutan HCl 0,1M dicampur dengan 100 mL air D. 100 mL larutan NaOH 0,1M dicampur dengan 100 NaOH 0,01M E. 100 mL larutan NaCl 0,01M diuapkan hingga menjadi 40 mL Jika 100 mL larutan HNO3 0,5 M diencerkan hingga volume 250 mL, maka kemolaran larutan yang baru adalah…. A. 0,5 M D. 0,3M B. 0,4 M E. 0,1 M C. 0,2 M Untuk membuat 500mL larutan KOH 0,2M diperlukan kristal KOH murni sebanyak…(Mr KOH = 56) A. 56 g D. 7 g B. 28 g E. 5,6 g C. 14 g Siswa dapat menghitung Kemolaran asam nitrat pekat 63% dengan masa jenis 1,3 kg L-1 adalah… konsentrasi larutan. A. 6,3 mol L-1 D. 13 mol L-1 -1 B. 6,5 mol L E. 63 mol L-1 -1 C. 10 mol L Siswa dapat menghitung Sebanyak 150 mL larutan NaCl 0,2M dan 250mL larutan NaCl 0,6 M, konsentrasi larutan berapakah kemolaran NaCl setelah dicampurkan? setelah dicampurkan. A. 0,35 M C. 0,25 M E. 0,55 M B. 0,45 M D. 0,15 M Siswa dapat menghitung Jika 100 mL larutan CH3COOH 0,5 M diencerkan hingga volume 500 mL, konsentrasi larutan maka kemolaran larutan yang baru adalah…. setelah pengenceran A. 0,5 M C. 0,3M E. 0,1 M B. 0,4 M D. 0,2 M Siswa dapat menghitung Untuk mengubah 100 mL larutan H2SO4 0,5M menjadi 0,2 M diperlukan volume yang dibutuhkan air sebanyak…. untuk mengencerkan A. 100 mL C. 200 mL E. 500 mL larutan. B. 150 mL D. 250 mL Siswa dapat menyebutkan Laju reaksi 2P + 3Q2 → 2PQ3 dapat dinyatakan sebagai... ungkapan laju reaksi A. Penambahan konsentrasi P tiap satuan waktu B. Penambahan konsentrasi Q tiap satuan waktu C. Penambahan konsentrasi PQ3 tiap satuan waktu D. Penambahan konsentrasi P dan Q2 tiap satuan waktu C2 C C2 E C3 D C2 B C2 E C2 B C2 C* 123 E. Penambahan konsentrasi P, Q2, dan PQ3 tiap satuan waktu 40. Menentukan nilai laju reaksi 41. 42. 43. 44. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi Siswa dapat menyebutkan Laju reaksi mA + nB →pC + qD dapat dinyatakan sebagai… ungkapan laju reaksi A. Laju pengurangan B= m/n x laju berkurangnya A B. Laju pertambahan D= q/m x laju berkurangnya B C. Laju pertambahan C= p/m x laju berkurangnya A D. Laju pengurangan A= n/m x laju berkurangnya A E. Laju pertambahan C= laju pengurangan A Siswa dapat menghitung Pada suatu reaksi kimia C + D → E + F, sebanyak 15 gram zat C (Ar C = besarnya nilai laju reaksi. 50) dimasukkan kedalam tabung yang berisi 400 mL larutan D 4 M. Setelah reaksi berlangsung selama 3 menit, zat C yang tersisa sebanyak 5 gram. Berapakah laju reaksi pengurangan zat C? A. 0,0016 M/s D. 0,0044 M/s B. 0,0028 M/s E. 0,0056 M/s C. 0,0032 m/s Siswa dapat menghitung Pada suatu reaksi kimia A → B, konsentrasi A mula-mula adalah 12 M. besarnya nilai laju reaksi. Setelah reaksi berlangsung selama 4 menit konsentrasi menjadi 8 M. Berapakah laju reaksi zat A? A. 0,167 M/s D. 0,467 M/s B. 0,267 M/s D. 0,567 M/s C. 0,367 M/s Siswa dapat Diantara pernyataan berikut yang tidak benar adalah… mengidentifikasi A. katalis mempercepat laju reaksi pernyataan yang tidak B. semakin besar energi pengaktifan, semakin cepat reaksi benar tentang faktorberlangsung faktor yang C. semakin besar konsentrasi pereaksi, semakin besar frekunsi mempengaruhi laju tumbukan. reaksi. D. Kenaikan suhu akan memperbesar energi kinetik molekul pereaksi E. Laju reaksi ditentukan oleh tahap reaksi yang berlangsung paling lambat. Siswa dapat menyebutkan Faktor berikut akan memperbesar laju reaksi, kecuali... faktor yang dapat A. pada suhu tetap ditambahkan suatu katalisator mempercepat laju reaksi B. suhu dinaikkan C. pada suhu tetap tekanan diperbesar D. pada suhu tetap volume diperbesar C2 C C3 B C3 A* C2 E E* C1 124 E. pada volume tetap ditambakan zat pereaksi lebih banyak 45. 46. 47. 48. Siswa dapat Faktor-faktor berikut yang tidak dapat mempercepat laju reaksi adalah... mengidentifikasi A. Konsentrasi awal zat pereaksi pernyataan yang tidak B. Suhu benar C. Luas permukaan sentuhan D. Katalisator E. Jumlah zat pereaksi Siswa dapat 5 kali percobaan, hasil reaksi antara seng (Zn) dengan larutan asam mengidentifikasi faktor- klorida adalah sebagai berikut: faktor laju reaksi dalam Percobaan Massa dan bentuk HCl percobaan seng 1 5 gram, kepingan 2M 2 5 gram, butiran 2M 3 5 gram, serbuk 3M 4 5 gram, serbuk 4M 5 5gram, kepingan 4M Reaksi yang berlangsung paling cepat adalah pada nomor…. A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E.5 Siswa dapat Memperbesar luas permukaan zat dapat dilakukan dengan cara menyimpulkan pengaruh memperluas zat tersebut. Hal ini disebabkan.... luas permukaan terhadap A. Makin luas permukaan, makin besar laju reaksinya dan makin laju reaksi kecil kemungkinan untuk bertumbukan. B. Makin luas permukaan, makin kecil laju reaksinya dan makin kecil kemungkinan untuk bertumbukan. C. Makin luas permukaan, makin besar laju reaksinya dan makin besar kemungkinan untuk bertumbukan. D. Tumbukan tidak berpengaruh terhadap luas permukaan. E. Luas permukaan tidak mempengaruhi laju reaksi Siswa dapat Diketahui kondisi zat yang bereaksi sebagai berikut: mengidentifikasi faktori) Serbuk seng + HCl 0,1 M faktor laju reaksi dalam ii) Lempeng seng + HCl 0,1 M percobaan iii) Serbuk seng + HCl 0,5 M iv) Butiran seng + HCl 0,5 M v) Lempeng seng + HCl 0,5 M C1 E* C2 D* C2 C* C2 C* 125 Dari kondisi tersebut, reaksi yang paling cepat adalah.... A. 1 B. 2 C. 3 D.4 E. 5 Siswa dapat Diketahui grafik dari data reaksi: menyimpulkan grafik Na2S2O3(aq) + HCl (aq) NaCl (aq) + H2O(aq) + SO2 (g) + S (s) hasil percobaan terhadap Sebagai berikut: laju reaksi 49. 50. 51. T (suhu) Grafik di atas menunjukkan bahwa…. A. suhu tidak mempengaruhi laju reaksi B. semakin tinggi suhu, reaksi berlangsnug lambat C. semakin rendah suhu, reaksi berlangsung cepat D. semakin tinggi suhu pada saat reaksi maka laju reaksi semakin lambat E. semakin tinggi suhu pada saat reaksi maka laju reaksi semakin cepat Siswa dapat Data dari hasil percobaan, untuk reaksi A + B hasil mengidentifikasi faktor- Perco- Massa zat A Konsentrasi Waktu Suhu faktor laju reaksi dalam baan (mol. L-1) (detik) (oC) percobaan 1 5 gram serbuk 0,1 2 25 2 5 gram larutan 0,1 3 25 3 5gram padatan 0,1 5 25 4 5 gram padatan 0,2 5 30 5 5 gram serbuk 0,2 3 30 Percobaan yang berlangsung paling cepat adalah pada nomor…. A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E.5 Siswa dapat Data hasil percobaan untuk reaksi 5 gram CaCO3 dengan larutan HCl menyimpulkan pengaruh adalah sebgai berikut: luas permukaan terhadap CaCO3(s) + 2HCl (aq) CO2 (g) + CaCl2 (aq) + H2O (aq) laju reaksi berdasarkan No Bentuk zat HCl Waktu Suhu (oC) data percobaan (detik) C2 E* C2 E* C2 B 126 1. 2. 3. Siswa dapat menyimpulkan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi 52. Siswa dapat mengidentifikasi faktorfaktor laju reaksi dalam percobaan 53. 54. Siswa dapat menyimpulkan grafik hasil percobaan terhadap laju reaksi Serbuk Serbuk bongkahan 0,1 0,1 0,1 2 4 8 40 30 30 Dari tabel berikut, laju reaksi dipengaruhi oleh…. A. konsentrasi D. katalis B. suhu E. jumlah partikel C. luas permukaan Suatu reaksi pada umumnya akan menjadi lebih cepat berlangsung apabila konsentrasi pereaksinya semakin besar. Penjelasan yang paling tepat dari fakta tersebut adalah…. A. semakin besar konsentrasi pereaksi, semakin besar pula energi aktivasinya B. tumbukan antar partikel akan menghansilkan energi yang paling besar bila konsentrasi pereaksi meningkat C. bertambahnya konsentrasi pereaksi akan menyebabkan orde reaksi bertambah D. semakin besar konsentrasi, peluang terjadinya tumbukan yang menghasilkan reaksi juga besar E. semakin besar konsentrasi akan menyebabkan suhu reaksi juga semakin tinggi Data percobaan reaksi besi dan larutan asam klorida. No. Fe (0,2 gram) [HCl] M 1 Serbuk 4 2 Serbuk 2 3 Serbuk 3 4 Keping 2 5 Keping 1 Dari data diatas, reaksi yang berlangsung paling cepat adalah percobaan nomor... A. 1 B. 2 C. 3 D. 4 E. 5 Dari hasil percobaan diperoleh reaksi tahap lambat gas X dengan gas Y yaitu: X (g) + 2Y (g) XY2 (g) Grafik hubungan laju reaksi dengan konsentrasi X adalah… C4 D* C2 A C2 B* 127 A. D. . v v [X] B. [X] E. v v [X] [X] C. v 55. 56. [X] Logam Zn bereaksi dengan larutan HCl membebaskan gas hidrogen. Percobaan dilakukan 5 kali digunakan seng yang sama ukuran serta jumlah/ beratnya. Jika HCl yang dilakukan selalu sama volumenya tetapi berbeda kemolarannya, ternyata kecepatan reaksi yang paling besar diketemukan pada percobaan dengan kemolaran HCl... A. 0,1 M D. 1,5 M B. 0,2 M E. 2,0 M C. 1,0 M Siswa dapat Kandungan O2 di udara terbuka hanya 20%. Jika serabut besi dibakar di menyimpulkan pengaruh udara terbuka, akan dihasilkan nyala merah sedikit demi sedikit. Ketika konsentrasi terhadap laju serabut besi yang memerah dimasukkan ke dalam labu erlenmeyer berisi reaksi oksigen murni, serabut besi akan terbakar dengan hebat. Hal ini menunjukkan bahwa.... A. Konsentrasi O2 di udara terbuka lebih pekat sehingga serabut besi tidak mudah terbakar B. Konsentrasi O2 di dalam erlenmeyer lebih pekat sehingga serabut Siswa dapat menyimpulkan pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi C4 E C4 B* 128 57. 58. 59. Siswa dapat menyimpulkan pengaruh katalis terhadap laju reaksi Siswa dapat menyimpulkan pengaruh katalis Siswa dapat menyimpulkan pengaruh katalis Siswa dapat menyimpulkan pengaruh katalis 60. besi lebih cepat terbakar C. Konsentrasi O2 di udara terbuka lebih sedikit sehingga serabut besi lebih cepat terbakar D. Suhu di udara terbuka lebih tinggi dibandingkan suhu di dalam erlenmeyer sehingga serabut besi tidak mudah terbakar E. Suhu di udara terbuka lebih rendah dibandingkan suhu di dalam erlenmeyer sehingga serabut besi tidak mudah terbakar Katalis yang memperlambat laju reaksi disebut... A. katalis positif D. inhibitor B. katalis homogen E. Enzim C. katalis heterogen Katalis yang tidak ikut bereaksi, hanya sebagai media reaksi saja disebut... A. katalis positif B. katalis homogen C. katalis heterogen D. katalis pasif E. katalis aktif Pernyataan tidak benar mengenai sifat-sifat katalis adalah…. A. pada suhu tinggi katalis dapat rusak B. katalis tidak mengalami perubahan kimia secara tepat C. wujud katalis harus sama dengan wujud pereaksi D. katalis menurunkan energi aktivasi E. katalis diperoleh kembali pada akhir reaksi Pada proses pembuatan roti, ragi ditambahkan pada proses pengembangan roti. Ragi menghasilkan enzim zimase yang akan membantu glukosa pada adonan roti mengurai menjadi etil alkohol dan karbon dioksida. Karbon dioksida lah yang berfungsi mengembangkan adonan roti. Dari proses di atas yang berfungsi sebagai katalis adalah.... A. Enzim zimase B. Glukosa C. Etil alkohol D. Karbon dioksida E. etanol C1 D C1 D* C2 C C4 A* 129 LAMPIRAN 6 DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN PERTAMA (POSTTEST) A. Banyak Data 67 73 77 83 67 73 77 83 67 73 77 87 70 73 80 90 B. Nilai terbesar : 90 Nilai terkecil : 67 Rentang kelas (R) : 23 70 77 80 70 77 80 73 77 80 73 77 80 73 77 80 C. Banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (34) = 6,054 D. Panjang kelas E. Tabel distribusi frekuensi No. 1 2 3 4 5 6 Interval 67 – 70 71 – 74 75 – 78 79 – 82 83 – 86 87 – 90 Jumlah fi 6 8 9 6 3 2 34 xi 68,5 72,5 76,5 80,5 84,5 88,5 Xi2 4692,25 5256,25 5852,25 6480,25 7140.25 7832,25 Fi.xi 411 580 688,5 483 253,5 177 2593 Fi.xi2 28153,5 42050 52670,25 38881,5 21420,75 15664,5 198840,5 73 77 83 130 131 DISTRIBUSI FREKUENSI KELAS EKSPERIMEN KEDUA (POSTTEST) A. Banyak data 60 67 70 77 60 67 70 77 60 67 73 77 63 67 73 77 B. Nilai terbesar : 77 Nilai terkecil : 60 Rentang kelas (R) : 17 63 67 73 63 67 73 63 70 73 67 70 73 67 70 73 C. Banyak kelas (K) K = 1 + 3,3 log n = 1 + 3,3 log (34) = 6,054 D. Panjang kelas E. Tabel Distribusi Frekuensi No. 1 2 3 4 5 6 Interval 60 – 62 63 – 65 66 – 68 69 – 71 72 – 74 75 - 77 Jumlah fi 3 4 9 6 8 4 34 xi 61 64 67 70 73 76 Xi2 3721 4096 4489 4900 5329 5776 Fi.xi 183 256 603 420 584 304 2350 Fi.xi2 11163 16384 40401 29400 42632 23104 163084 67 70 73 132 133 LAMPIRAN 7 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN PERTAMA No. Xi 1 67 2 70 3 73 4 77 5 80 6 83 7 87 8 90 Jumlah f 3 3 8 9 6 3 1 1 34 Zn 3 6 14 23 29 32 33 34 Zi -1,61 -1,09 -0,57 0,13 0,65 1,17 1,87 2,39 Zt 0,4463 0,3621 0,2157 0,0596 0,2422 0,3790 0,4693 0,4936 Fz 0,0537 0,1379 0,2843 0,5596 0,7422 0,879 0,9693 0,9936 Sz 0,088 0,176 0,412 0,676 0,853 0,941 0,971 1 |Fz – Sz| 0,0343 0,0381 0,1277 0,1164 0,1108 0,062 0,0017 0,0064 (untuk n > 30) Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab (0,1277 < 0,152), makadapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Perhitungan Zi didapatkan dari rumus , salah satu contoh perhitungannnya yaitu: Nilai Fz di dapat dari : 0,5 + Zt (untuk nilai Zi positif) : 0,5 – Zt (untuk nilai Zi negatif) 134 PERHITUNGAN UJI NORMALITAS POSTTEST KELAS EKSPERIMEN KEDUA No. xi 1 60 2 63 3 67 4 70 5 73 6 77 Jumlah f 3 4 9 6 8 4 34 Zn 3 7 16 22 30 34 Zi -2,04 -1,37 -0,47 0,19 0,87 1,77 Zt 0,4793 0,4147 0,1808 0,0754 0,3078 0,4616 Fz 0,0207 0,0853 0,3192 0,5754 0,8078 0,9616 Sz 0,088 0,206 0,470 0,647 0,882 1 |Fz – Sz| 0,0673 0,1207 0,1508 0,0716 0,0742 0,0384 (untuk n > 30) Dari uji normalitas dengan uji Lielifors menunjukkan bahwa Lhit < Ltab (0,1508 < 0,152), makadapat disimpulkan bahwa data berdistribusi normal. Perhitungan Zi didapatkan dari rumus , salah satu contoh perhitungannnya yaitu: Nilai Fz di dapat dari : 0,5 + Zt (untuk nilai Zi positif) : 0,5 – Zt (untuk nilai Zi negatif) 135 LAMPIRAN 8 PERHITUNGAN UJI HOMOGENITAS 1. Varians kelas XI IPA 6 (eksperimen pertama) 2. Varians kelas XI IPA 7 (eksperimen kedua) Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ftab df pembilang : 34 – 1 = 33 df penyebut : 34 – 1 = 33 F(30,34) = 1,80 F(32,40) = 1,76 Berdasarkan rumus diatas didapatkan hasil F hitung ≤ F tabel dengan taraf signifikansi α = 0,05 yaitu 1,65 ≤ 1,77 maka dapat disimpulkan bahwa data homogen. 136 LAMPIRAN 9 PERHITUNGAN UJI HIPOTESIS UJI-t Uji-t dapat di hitung dengan cara : Ho = µ Ha ≠ µ df = n1 + n2 - 2 = 34 + 34 – 2 = 66 Dilakukan interpolarisasi untuk mendapatkan ttab : t(60,95%) = 2,00 t(120,95%) = 1,980 Selisih antara ttab(60) dengan df adalah 6, jadi t untuk df 66 adalah: 137 Berdasarkan uji-t posttest menunjukkan bahwa thit > ttab (5,724 > 1,99) dengan df = 66 (melalui interpolasi), pada derajat signifikansi 95%. Maka dapat disimpulkan bahwa kedua kelas berbeda nyata (Ho ditolak dan Ha diterima). 138 Lampiran 5 NILAI ULANGAN LAJU REAKSI KELAS XI IPA 6 (EKSPERIMEN) No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Nama AMALIA WIDIASTUTI DIMAS HADI KUSUMA DINA FAUZIA DITA ASRTRI R. ELYA DAMAYANTI FALDHY HAZRIAN FENNY DELIYANTI HANA FATASIA HIKARI AZIZAH H.P. ILFI WULANDARI IMAM ZULFIR R. INDAH WIDYASARI INDIPHA YALAMAYOSA KARTIKA THEODORA LARASSUCI WULANDARI LOLITA MAYANGSARI LUTHFI SURYA RAMADAN M. REZA RUSMAN MADA RAHARJO MARGARETHA AMANDA MEILIA PUSPITA SARI META BUDIALIS MIRANTI APRI HILDA MIRINDHA ZHEICILYA MUHAMAD ADNAN K. MUHAMMAD ICHSAN NADIA ULFAH NOVITA DEWI A. NOVITADAYANTI RANDY EKA PRANA REGINA BASARIAH P. RYAN NANDA WHENDY S. ATHIRAH ZAHRA SERVIE RIZKY UTAMI KELAS XI IPA 7 (KONTROL) Nilai No. 67 73 77 67 70 87 73 77 70 80 83 80 73 83 67 77 77 77 90 77 77 73 80 77 83 73 80 80 70 73 77 73 80 73 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 Nama AJI PANUNGGAL FASYA FEBRIANI MELISA ANDRIANI MOH. FAISAL MUHAMMAD BANI PRATAMA MUHAMMAD LUTHFI AZIZ NOVAL HUDIYA NURMALA DAMAYANTI NYOMAN R.S AJENG PUTRI AMELIA PUTRI MAHARANNI PUTU LEONALDY PRANATA RAHDIANOV FIKRI RENO WILANDA RIFQY MAULANA RINA FEBRIANI RISKA ARDIANA RIZKA DIANA IRFIN RIZKY HARRY SETIAWAN RIZQI KOESOEMA ATMAJA SARAH FEBRIYANTI SINDI MULYA KUNTAMANIK SITI RIZKA AMALIA SRI DEWI FATIMAH THERRY BILALESA FOHAN TIERA ALTA MEILANI TIFFANY DEANIDIA TRI SURYA MAHARANI TRISNA TARMIZI ULFIYANI HILMYYATUNNISA WINDA SINTAWATI YOHANES YUDHA BAKTI PERMANA YURINO SUBIYANTO Nilai 67 73 77 60 70 67 70 77 73 67 67 70 70 67 70 60 60 73 77 77 67 73 67 63 73 63 63 70 63 67 73 73 73 67