“PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI HANDPHONE
Transcription
“PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI HANDPHONE
“PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI HANDPHONE (HP) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN” Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh : Ahmad Fadilah 107011000818 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011 66PENGARUHPENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI HANDPHONE (HP) TERIIADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP NEGERI66 JAKARTA SELATAN' Skripsi Diajukan Kepada Fakultas IImu Tarbiyah Dan Keguruan Untuk Memenuhi Syarat-syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S. Pd. I) Oleh: Ahmad Fadilah NIM. 107011000818 Di bawah bimbinsan q, n Tanepii.MA NrP. 19720712199803I 004 JURUSAN PBNDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAII JAKARTA 20ll LEMBAR PENGESAIIAN Skripsi KOMUNIKASI yang berjudul PENGGTINAAN "PENGARUH HANDPHONE (HP) TERFIADAP AKTIVITAS ALAT BELAJAR SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN" diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakart4 dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada tanggal 28 November 2011 di hadapandewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperolehgelar Sl (S.Pd.I)dalam Bidang PendidikanAgama Islam. Jakart4 28 November 2011 Panitia Uj ian Munaqasyah Tanggal K-etuaPanitia (Ketua Jurusan/Prodi) t lzlr Bahrissalim.M.Ag NrP. 19680307199803| 002 Sekretaris(SekretarisJurusan/Prodi) Drs. SapiudinShidiq. M.Ag NIP. 196803282000021 001 Penguji I Drs. SapiudinShidiq. M.Ae NIP. 196803282000021 001 !?fn-24t4 uf 't',n-M4 1a-/nrt PengujiII Dr. Sururin. MA N I P . 1 9 7 1 0 3 1199 9 8 0 2 3A0l /rz ""(" Mengetahui, Pgs. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Nurlena Rifa'i" MA" Ph.D. NIP. 195914201986032 001 Tanda tangan LEMBAR PERNYATAAN Saya yang bertanda tangan di bawah ini: Nama Ahmad Fadilah NIM 10701 000818 Fak/Jur Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam Alamat Jl. Pejuanganmawar II RT.003/07No. 12aKebon Jeruk, JakartaBarat.11530. JudulSkripsi PengaruhPenggunaanAlat Komunikasi Handphone (HP) terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negei 66 Jakarta Selatan. DosenPembimbins Tanenji, MA Dengan ini sayamenyatakanbahwa: 1. Skripsi ini merupakankarya asli saya sendiri yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata Satu (S1) di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya, maka . saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jakarta,14 Oktober 201 1 Ahmad Fadilah ABSTRAK Nama NIM Fak/Jur Judul Skripsi : Ahmad Fadilah : 107011000818 : Ilmu Tarbiyah dan Keguruan / Pendidikan Agama Islam : “Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan” Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar dan pengaruh yang dimaksud di sini adalah pengaruh negatif dari penggunaan alat komunikasi handphone. Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Di samping itu Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Sering sekali dalam proses belajar tersebut terdapat hambatan untuk mencapai tujuan diinginkan. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Selain itu perkembangan teknologi informasi dan komunikasi memang mempunyai dampak yang positif bagi manusia tapi dapat juga berdampak negatif jika perkembangan teknologi informasi dan komunikasi saat ini tidak dipergunakan sebagai mana mestinya yaitu khususnya pada alat komunikasi handphone. Dalam penulisan skripsi ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan “metode statistik deskriptif analisis yaitu metode yang ditujukan untuk mendesrifsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik berupa alami maupun rekayasa manusia dengan sifat kajiannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi” dan ditunjang oleh data-data yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data dari objek yang diteliti. Adapun untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data diantaranya observasi, interview (wawancara) dan angket atau kuesioner. Dari perhitungan menggunakan rumusan korelasi product moment, secara operasional analisis data, ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda positif dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh yaitu sebesar 0,808. Kemudian pada taraf signifikan 5% diperoleh nilai “r” tabel sebesar 0,297, dan pada taraf signifikan 1% diperoleh nilai sebesar 0,361. ternyata rxy yang (besarnya = 0,808) adalah jauh lebih besar daripada “r” tabel (yang besarnya 0,297 dan 0,361). Karena rxy lebih besar dari “r” tabel, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Ini berarti terdapat korelasi positif yang kuat atau tinggi antara penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta selatan. iii KATA PENGANTAR ِحمَــــــــنِ الّرَحِيــــــــم ْ َِبسْــــــــمِ الّلَــــــــهِ الّر Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT. Tuhan semesta alam, berkat rahmat, taufik dan inayah-Nyalah, skripsi ini dapat terwujud. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpah pada Nabi kita Muhammad SAW, beserta keluarga sahabatnya dan kepada seluruh umat Islam selaku pengikutnya, semoga kita semua mendapatkan syafa’atnya di yaumil qiamat nanti. Skripsi ini merupakan penelitian yang diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I). Penulis persembahkan skripsi ini untuk kedua orang tua, Ayahanda H. Rohmat bin H. Sa’alih yang sudah dipanggil oleh Allah terlebih dahulu (ananda selalu berdoa semoga ayah ditempatkan oleh Allah disebaik-baik tempat (syurga) dan dikumpulkan bersama orang-orang yang sholeh, maafkan ananda belum bisa membalas semua jasa dan pengorbanan yang sudah ayah berikan kepada ananda) dan Hj. Sa’diyah binti H. Sainin Ibunda tercinta yang telah merawat dan mendidik dengan penuh kasih sayang secara tulus, mencintai tanpa mengharap balasan, do’a yang tak pernah terputus dipanjatkan, mencukupi moril dan materil kepada ananda sejak kecil sampai sekarang dan seterusnya (kasih sayang mereka tidak pernah terputus sepanjang hayat dan tak akan pernah terbalas dengan apapun). Ibu do’akan anak mu ini agar bisa menjadi anak yang sholeh, bermanfaat, sukses dunia dan akhirat yang akan dapat membahagiakan kalian. Penulis menyadari bahwa dalam proses penulisan skripsi ini banyak sekali kesulitan dan hambatan yang didapati baik dari segi moril maupun materil, namun berkat pertolongan ALLAH SWT dan kesungguhan, bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak akhirnya skripsi ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan rasa terimakasih yang teramat sangat kepada: iv 1. Prof. Dr. Dede Rosyada, M.Ag., dan Nurlena Rifa’i, MA, Ph.D., selaku pengganti dan penanggung jawab sementara Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Bahrissalim, M.Ag., Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam dan Drs. Sapiudin Shidiq, MA, selaku seketaris jurusan Pendidikan Agama Islam beserta seluruh staffnya. 3. Tanenji, MA, Dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan meluangkan waktunya dalam memberikan ilmu, bimbingan serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Dra. Hj. Elo al-Bugis, MA., Dosen penasehat akademik yang sudah memberikan saran dan nasehatnya. 5. Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah memberikan ilmunya kepada penulis, semoga Bapak dan Ibu Dosen selalu dalam rahmat dan lindungan Allah SWT. Sehingga ilmu yang telah diajarkan dapat bermanfaat. 6. Pimpinan beserta para staff Perpustakaan Utama, Perpustakaan Fakulatas Tarbiyah dan Keguruan, atas segala kemudahan yang diberikan kepada penulis untuk mendapatkan referensi yang mendukung penyelesaian skripsi ini. 7. Drs. Moh Khotim. M. Pd, Kepala SMP Negeri 66 Jakarta beserta guru dan staff karyawan serta siswa/i yang telah ikut berpartisipasi sehingga skripsi ini berjalan lancar dan dapat diselesaikan. 8. Kakak Syaiful Anwar, Siti Nurjanah, adikku Rifauzi Rahmat, Amelia Rosdiana, serta ponakan Muhammad Fathurrahman yang selalu mendorong dan memberi semangat penulis agar skripsi ini dapat segera diselesaikan. 9. Semua saudara, nyai, encang, encing, sepupu, diantaranya (Hj. Aisyah, Hj. Marfuah, H. Rojali, Hj. Suhana, Hj. Masanih, baba Utih, cing Adul, Bahrudin, Heru, Yunus), dan lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu. v 10. Sahabat-sahabati Mahasiswa UIN khususnya jurusan Pendidikan Agama Islam angkatan 2007 wabilkhusus “Che Laskar” Aziz, Ridwan, Azat, Kodry, Ozy, Aep, Ali, Dadang, Ardi, Sadid, Rahman, Ramadhan, Iful, Sayuti, Hamdi, Umet, Fauzan, Ulfah, Uyoh, Iil, Intan, Rara, (maaf yah tidak bisa disebutkan satu persatu, banyak banget intinya penulis bangga bisa besama kalian). 11. Sahabat-sahabati pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM Jurusan PAI) tahun 2010 – 2011, Arief Cholis, Fiqri, Yasir, Lutfi. 12. Sahabat-sahabati Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Sahabat Hamdillah (Thile), Ozi (Booy), Yudi, Deden, Adam, Junaedi, Dasir, Aziz, Rohim. 13. Sahabat-sahabati PPKT angkatan 2011 SMPN 66 (Nurisitiana, Cut Aja Armasafra, Dina Rabiasari, Fifi Nur Afiah, Nur Fauziah, Siti Novianti). 14. Terimakasih untuk Ustadz Dahlan S.Ag, Abdul Ghoni Jamal, S.Pd.I, Robi Zul Syafi’i, S.Pd.I, atas informasi dan sarannya pada penulis. 15. Seluruh sahabat alumni MTs dan MA Al-Hidayah Basmol angkatan 2007. 16. Seluruh sahabat Rombongan Mawar Pejuangan. 17. Seluruh sahabat karang taruna RT. 003/07 Kebon Jeruk. Akhirnya penulis berharap dan berdo’a semoga amal baik dari semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini mendapatkan balasan pahala dari rahmat Allah SWT. Demi kesempurnaan skripsi ini, penulis harapkan dari semua pihak kritik dan sarannya dan semoga apa yang telah ditulis dalam skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Amin ya Rabbal alamin. Jakarta, Oktober 2011 Penulis Ahmad Fadilah vi DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAH PENGUJI ...................................................................... i LEMBAR PERNYATAAN ................................................................................. ii ABSTRAK ........................................................................................................... iii KATA PENGANTAR ......................................................................................... iv DAFTAR ISI ....................................................................................................... vii DAFTAR TABEL ............................................................................................... ix DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xi BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................1 A. Latar Belakang ............................................................................1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................6 C. Pembatasan Masalah ...................................................................6 D. Perumusan Masalah ....................................................................7 E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ...................................................7 BAB II KAJIAN TEORITIS .....................................................................8 A. Alat Komunikasi Handphone (HP) ..........................................8 1. Sejarah Perkembangan Manusia Berkomunikasi ..............8 2. Pengertian Alat Komunikasi Handphone (HP) ...............10 3. Fungsi Alat Komunikasi Handphone (HP) .....................12 4. Macam-macam (Merek) Handphone (HP) .....................13 B. Aktivitas Belajar Siswa ..........................................................14 1. Macam-macam Aktivitas Manusia ..................................14 2. Pengertian Belajar ...........................................................20 3. Teori-teori Belajar ...........................................................25 4. Tujuan Belajar .................................................................29 5. Faktor yang Mempengaruhi Belajar ................................31 6. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar .................................38 C. Manfaat dan Dampak Alat Komunikasi Handphone ..............39 vii 1. Manfaat Handphone ..........................................................40 2. Dampak Handphone ..........................................................41 D. Penelitian Terdahulu yang Relevan ........................................45 E. Kerangka Berfikir dan Hipotesis ............................................46 BAB III METODOLOGI PENELITIAN ................................................48 A. Metode Penelitian ...................................................................48 B. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................48 C. Variabel Penelitian .................................................................49 D. Populasi dan Sampel ..............................................................49 E. Teknik Pengumpulan Data .....................................................50 F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data ....................................51 G. Instrument Penelitian ..............................................................55 BAB IV HASIL PENELITIAN ................................................................59 A. Gambaran Umum Sekolah .....................................................59 B. Deskripsi Data ........................................................................65 C. Analisis Data ..........................................................................88 D. Interpretasi Data .....................................................................92 BAB V PENUTUP ....................................................................................95 A. Kesimpulan .............................................................................95 B. Saran .......................................................................................96 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN viii DAFTAR TABEL Tabel 1 Skor item alternatif jawaban responden .........................................52 Tabel 2 Klasifikasi skor angket ..................................................................52 Tabel 3 Interpretasi “r” product moment ...................................................53 Tabel 4 Kisi-kisi instrument (angket) .........................................................55 Tabel 5 Pimpinan sekolah ..........................................................................61 Tabel 6 Pendidikan, status, jenis kelamin guru ..........................................62 Tabel 7 Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya ..............62 Tabel 8 Jumlah siswa tahun ajaran 2011-2012 ...........................................63 Tabel 9 Siswa yang mempunyai handphone ...............................................66 Tabel 10 Siswa memaksa orang tua untuk dibelikan handphone .................66 Tabel 11 Siswa membawa handphone ke sekolah .......................................67 Tabel 12 Siswa menelepon lebih dari Satu jam sehari ..................................68 Tabel 13 Siswa menghabiskan pulsa Rp 25.000,- dalam sebulan .................69 Tabel 14 Siswa menggunakan handphone untuk hal positif .........................69 Tabel 15 Siswa memberi kabar pada orang tua melalui handphone .............70 Tabel 16 Siswa menambah teman melalui handphone .................................71 Tabel 17 Siswa berbicara sopan di handphone .............................................71 Tabel 18 Siswa minta maaf melalui handphone ...........................................72 Tabel 19 Siswa melihat gambar/video porno di handphone .........................73 Tabel 20 Siswa membohongi teman melalui handphone..............................74 Tabel 21 Siswa merasa sombong mempunyai handphone ...........................74 Tabel 22 Siswa minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa ...............75 Tabel 23 Siswa mengancam seseorang melalui handphone .........................76 Tabel 24 Siswa menonaktifkan handphone saat di dalam kelas ...................77 Tabel 25 Siswa memainkan handphone saat pelajaran berlangsung ............78 Tabel 26 Siswa menyontek dengan mengunakan handphone .......................78 Tabel 27 Siswa bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung.....................................................................79 Tabel 28 Guru memainkan handphone saat mengajar ..................................80 ix Tabel 29 Guru mengajar dengan metode yang bervariasi .............................81 Tabel 30 Pihak sekolah mengadakan razia handphone .................................82 Tabel 31 Pihak sekolah mensosialisasikan dampak negatif handphone .......82 Tabel 32 Siswa malas belajar akibat bermain handphone ............................83 Tabel 33 Siswa lupa membuat PR akibat bermain handphone .....................84 Tabel 34 Siswa menelepon di atas pukul 21.00 WIB ...................................84 Tabel 35 Siswa belajar kelompok di rumah ..................................................85 Tabel 36 Siswa mengaktifkan handphone 24 jam ........................................86 Tabel 37 Orang tua mendampingi siswa saat belajar di rumah.....................86 Tabel 38 Orang tua menasehati tentang dampak negatif handphone............87 Tabel 39 Indeks korelasi antara pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar siswa SMP Negeri 66 Jakarta...................................................................88 x DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Insterumen angket Lampiran 2 Hasil nilai variabel “X” (penggunaan alat komunikasi handphone) Lampiran 3 Hasil nilai variabel “Y” (aktivitas belajar siswa) Lampiran 4 Berita wawancara 1 Lampiran 5 Berita wawancara 2 Lampiran 6 Tabel harga kritik “r” product moment Lampiran 7 Surat pengajuan proposal penelitian Lampiran 8 Surat bimbingan skripsi Lampiran 9 Surat izin penelitian Lampiran 10 Surat izin observasi Lampiran 11 Surat izin wawancara Lampiran 12 Surat keterangan penelitian xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Dalam hidup bermasyarakat, orang yang tidak pernah berkomunikasi dengan orang lain akan terisolasi dari masyarakatnya. Pengaruh terisolasi ini akan menimbulkan depresi mental yang pada akhirnya membawa orang kehilangan keseimbangan jiwa. Oleh sebab itu menurut Dr. Everett Kleinjan dari East West Center Hawaii, komunikasi sudah merupakan bagian kekal dari kehidupan manusia seperti halnya bernafas. Sepanjang manusia ingin hidup maka ia perlu berkomunikasi. Oleh karena itu banyak pakar menilai bahwa komunikasi adalah suatu kebutuhan yang sangat fundamental bagi seseorang dalam kehidupan bermasyarakat.1 Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia. Dewasa ini produk teknologi sudah menjadi kebutuhan sehari-hari dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Penggunaan televisi, telepon facsimile, celluler phone, dan internet sudah bukan menjadi hal yang aneh ataupun baru lagi, khususnya di kota-kota besar. 1 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2007), Cet.VI, h.1 1 2 Tidak dapat dipungkiri teknologi informasi dan komunikasi menjadi ujung tombak di era globalisasi yang kini melanda hampir di seluruh dunia. Kondisi ini menjadikan lahirnya suatu dunia baru yang sering disebut dengan dusun global di mana di dalamnya dihuni warga negara yang disebut warga jaringan. Hal yang sama dikemukakan oleh Ashadi Siregar sebagaimana dikutip oleh Didik M. Arief Mansur: Bahwa penggabungan komputer dengan telekomunikasi melahirkan suatu fenomena yang mengubah model konfigurasi komunikasi konvensional, dengan melahirkan suatu kenyataan dalam dimensi ketiga, jika dimensi pertama adalah kenyataan keras dalam kehidupan empiris (biasa disebut dengan hard reality), dimensi kedua merupakan kenyataan dalam kehidupan simbolik dan nilai-nilai yang dibentuk (dipadankan dengan istilah soft reality) dengan dimensi ketiga dikenal kenyataan maya (virtual reality) yang melahirkan suatu format masyarakat lainnya.2 Telekomunikasi terbagi menjadi atas dua unsur divisi utama yaitu: 1) Radio dan televisi yang terutama digunaka untuk siaran audio dan video, namun kini juga digunakan untuk mengkomunikasikan data komputer misalnya melaui sambungan satelit. 2) Jaringan telepon, semula ditujukan untuk komunikasi suara namun kini digunakan juga untuk mengirim data komputer, teks misalnya melalui telex dan citra dengan menggunakan misalnya facsimile.3 Handphone merupakan sebuah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar secara konvensional yang mudah dibawa dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon yang menggunakan kabel. Handphone telah menjadi peralatan komunikasi yang sangat penting dan mudah, baik piranti kerasnya (handware) berupa pesawat telepon maupun piranti lunak (software) berupa chip dan pulsa. Dengan cepatnya perkembangan teknologi komunikasi, telepon genggam (handphone) telah memilki berbagai fungsi selain untuk menerima telepon atau sms (pesan singkat), handphone juga bisa berfungsi sebagai alat 2 Didik M.Arief Mansur, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, (Bandung : PT Rapfika Aditama, 2005), Cet. 1, h. 121. 3 Sulistyo Basuki, Dasar-dasar Teknologi Informasi, (Jakarta: Universitas Terbuka.Depdikbud, 1998), Cet. 1, h. 3.5 3 memotret, merekam segala aktivitas, sebagai sarana informasi bahkan handphone tersebut bisa digunakan untuk menjelajahi dunia internet tergantung feature handphone tersebut. Sebagai alat komunikasi, handphone memberikan manfaat bagi penggunanya untuk melakukan komunikasi jarak jauh dan handphone tersebut juga bisa digunakan sebagai hiburan bagi sebagian orang yang memiliki handphone fungsi tambahan selain untuk komunikasi jarak jauh berupa alat untuk memotret, merekam, permainan, Mp3, mendengarkan radio, menonton televisi bahkan layanan internet. Namun di samping alat komunikasi handphone memberikan manfaat, handphone juga mempunyai aspek yang merugikan bagi kehidupan manusia. Apabila dicermati handphone bukan lagi alat komunikasi yang dimiliki oleh orang tua dan orang dewasa saja akan tetapi handphone tersebut sudah menjelajahi di kalangan anak-anak khususnya para pelajar. Tidak jarang dijumpai para siswa membawa handphone saat pergi ke sekolah dan sering juga dijumpai siswa ngobrol dan berbincang dengan menggunakan handphone sampai bermenit-menit bahkan sampai berjam-jam, salah satu sebabnya dikarenakan biaya menelpon cukup murah yang ditawarkan oleh operator telepon dan hal tersebut bisa saja akan mengganggu aktivitas belajar siswa. Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru menegaskan, bahwa “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan”.4 Margaret E. Bell Greadler dalam bukunya Belajar dan Membelajarkan, bahwa “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap”.5 4 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. XV, h. 87. 5 Margaret E. Bell Greadler, Belajar dan Membelajarkan (Terjemahan), (Jakarta: PT. RajaGrafinda Persada, 1994), Cet. II, h. 1 4 Oemar Hamalik, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, bahwa: “Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”.6 Aktivitas belajar adalah seluruh aktivitas siswa dalam proses belajar, mulai dari kegiatan fisik sampai kegiatan psikis. Kegiatan fisik berupa keterampilan-keterampilan dasar sedangkan kegiatan psikis berupa keterampilan berintegrasi. Keterampilan dasar yaitu mengobservasi, mengklasifikasi, memprediksi, mengukur, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar jika tidak ada aktivitas.7 Mengapa di dalam belajar diperlukan aktivitas hal tersebut dikarenakan prinsip dari belajar itu sendiri adalah berbuat. Tidak ada belajar kalau tidak ada aktivitas, mungkin itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar-mengajar. Di antara ciri-ciri kegiatan yaitu: Pertama, belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial. Kedua, perubahan itu pada dasarnya adalah didapatkannya kemampuan baru yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. Ketiga, Perbuatan itu terjadi karena adanya usaha (dengan sengaja). Dengan demikian ciri-ciri yang menunjukan bahwa seseorang melakukan kegiatan belajar dapat ditandai dengan adanya: a. Perubahan tingkah laku yang aktual atau potensial, yang berarti perubahan tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar itu nyata dapat dilihat seperti hasil belajar keterampilan motorik. b. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar bagi individu merupakan kemampuan baru dalam bidang kognitif, afektif atau psikomotorik. Adanya usaha atau aktivitas yang sengaja dilakukan oleh orang yang belajar dengan pengalaman (memperhatikan), mengamati, memikirkan, merasakan, menghayati dan sebagainya. atau dengan latihan.8 6 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2011), Cet. XI, h. 29. Ketut Juliantara, “Aktivitas Belajar”, www.Edukasi.Kompasiana.com, 27 November 2010. 8 Abd. Rachman Abror, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya, 1993), Cet. IV, h. 66-67. 7 5 Proses belajar adalah aktivitas diri yang melibatkan aspek-aspek “sosio psiko fisik” dalam upaya menuju tercapainya tujuan belajar, yakni terjadinya perubahan tingkah laku. Dalam proses belajar, biasanya melalui fase-fase tertentu. Gagne mengembangkan fase belajar menjadi delapan fase, yaitu: 1. Fase motivasi. 2. Fase konsentrasi. 3. Fase mengolah. 4. Fase dimasukan dalam ingatan. 5. Fase menggali dari ingatan. 6. Fase generalisasi. 7. Fase memberikan prestasi. 8. Fase umpan balik (feedback).9 Karena betapa besarnya pengaruh aktivitas siswa terhadap kegiatan belajarnya demi mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan, dalam belajar tersebut siswa mengalami aktivitas belajar yang berkaitan erat dengan kegiatan yang mengarah pada proses belajar seperti bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Hal di atas bisa saja tercapai dengan kata lain siswa aktif dalam proses pembelajaran, akan tetapi dengan catatan siswa tersebut fokus dan konsentrasi dalam proses belajar maka kegiatan seperti siswa bertanya, mengajukan pendapat, mengerjakan tugas-tugas, dapat menjawab pertanyaan guru dan bisa bekerjasama dengan siswa lain, serta tanggung jawab terhadap tugas yang diberikan dapat berjalan dengan baik, akan tetapi terkadang hasilnya tidak seperti yang diharapkan. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut di antaranya adalah kreatifitas guru yang kurang, siswa tidak siap dalam menerima pelajaran, siswa tidak fokus dan konsentrasi dalam proses pelajaran. 9 36-37. Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 6 Kemampuan berkonsentrasi dalam belajar mutlak diperlukan. Kalau diperhatikan, keluhan tidak bisa konsentrasi merupakan keluhan yang paling umum dikalangan pelajar dan mahasiswa. Di dalam setiap langkah belajar, apakah itu di dalam kelas atau di rumah, apabila kita belajar sendiri, diperlukan konsentrasi yang tinggi. Dalam hal itu gangguana konsentrasi dapat dibagi menjadi dua kelompok yaitu gangguan dari dalam (internal) dan gangguan dari luar (eksternal).10 Sebab siswa tidak siap dalam menerima pelajaran, tidak fokus dan tidak konsentrasi dalam proses belajar dapat disebabkan siswa mengobrol atau becanda dengan temannya ketika guru sedang menjelasakan, dan bisa juga disebabkan karena siswa asyik memainkan handphone yang mereka miliki ketika guru sedang menjelaskan pelajaran. Dari latar belakang yang penulis uraikan di atas dan dari fenomena yang ada pada saat ini maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang ditulis dalam bentuk skripsi dengan judul: “PENGARUH PENGGUNAAN ALAT KOMUNIKASI HANDPHONE (HP) TERHADAP AKTIVITAS BELAJAR SISWA SMP NEGERI 66 JAKARTA SELATAN” B. Identifikasi Masalah a. Banyaknya siswa yang telah mempunyai handphone. b. Adanya dampak yang negatif dari penggunaan handphone. c. Adanya penyalahgunaan dalam menggunakan handphone. d. Kurangnya peranan orang tua dan guru dalam mengontrol penggunaan handphone bagi siswa. C. Pembatasan Masalah a. Penggunaan handphone dikalangan siswa. b. Aktivitas yang dimaksud adalah proses belajar siswa di rumah dan di sekolah. 10 Hasbullah Thabrany, Rahasia Sukses Belajar, (Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), Cet. II, h. 32. 7 c. Pengaruh yang dimaksud adalah pengaruh negatif dari penggunaan handphone terhadap proses belajar siswa. D. Perumusan Masalah Dari uraian identifikasi dan pembatasan masalah, maka dalam penelitian ini Penulis akan memfokuskan perumusan masalah pada: - Seberapa besar pengaruh penggunaan handphone terhadap aktivitas belajar siswa? Perumusan masalah Penulis fokuskan agar hasil dari penelitian ini benarbenar maksimal, sehingga dapat dijadikan rujukan untuk semua pihak. E. Tujuan Penelitian a. Untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah. b. Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh handphone terhadap aktivitas belajar siswa. F. Manfaat Penelitian a. Untuk menambah pengetahuan penulis dan memberi informasi kepada para pembaca tentang alat komunikasi handphone dan pengaruhnya dalam aktivitas belajar siswa. b. Sebagai informasi dan bahan acuan bagi orang tua dan guru agar memperhatikan siswa dalam mempergunakan handphone. c. Untuk melengkapi perpustakaan Fakultas yang disediakan sebagai bahan bacaan dan refrensi. BAB II KAJIAN TEORITIS A. Alat Komunikasi Handphone (HP) 1. Sejarah Perkembangan Manusia Berkomunikasi Sebagai mahluk sosial manusia senantiasa ingin berhubungan dengan manusia lainnya. Ia ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin mengetahui apa yang terjadi dalam dirinya. Rasa ingin tahu ini memaksa manusia perlu berkomunikasi. Proses komunikasi pada hakikatnya adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini dan lainlain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keragu-raguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, kegairahan, dan sebagainya yang muncul dari lubuk hati.1 Komunikasi sebagai suatu proses dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu proses primer dan proses sekunder. Proses Primer adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan seseorang kepada orang lain dengan menggunakan lambang (symbol) sebagai media. Lambang sebagai media primer dalam proses komunikasi adalah bahasa, isyarat, gambar, warna, dan lainnya yang secara langsung mampu menerjemahkan pikiran atau perasaan komunikator kepada komunikan. Sedangkan komunikasi 1 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, 2005), Cet. IX, h. 11 8 9 dalam proses sekunder, yaitu proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain dengan mengggunakan alat atau sarana sebagai media kedua setelah memakai lambang sebagai media pertama. Seorang komunikator menggunakan media kedua dalam melancarkan komunikasinya karena komunikan sebagai sasarannya berada di tempat yang relatif jauh atau jumlahnya yang banyak, media itu bisa melalui surat, telepon, teleks, surat kabar, majalah, radio, televisi, film, bahkan satelit dan masih banyak lagi media kedua yang sering digunakan dalam komunikasi.2 Bentuk paling umum dari komunikasi manusia adalah saat seseorang berbicara pada orang lain. Dalam hal ini elemen yang terpenting dalam komunikasi adalah pengirim dan penerima. Menurut Azies dan Alwasilah (1996) aktivitas manusia yang disebut komunikasi merupakan fenomena rumit dan terus-menerus berubah. Walaupun demikian, ada beberapa ciri yang dapat ditemui pada sebagian komunikasi. Menurutnya, bila dua orang atau lebih terlibat dalam suatu komunikasi, tentu mereka melakukan komunikasi karena beberapa alasan. 1. Mereka ingin mengatakan sesuatu. Maksudnya, dalam sebagian besar komunikasi, orang mempunyai pilihan apakah dia akan berbicara atau tidak. 2. Mereka mempunyai tujuan komunikatif. Pembicara mengatakan sesuatu karena menginginkan sesuatu terjadi akibat dari apa yang mereka katakan. 3. Mereka memilih kode dari bahasa yang dimiliki. Untuk mencapai tujuan komunikasinya, mereka dapat memilih kata-kata yang tepat untuk tujuan tersebut.3 Kapan manusia mulai mampu berkomunikasi dengan manusia lainnya, tidak ada data otentik yang dapat menerangkan tentang hal itu. Hanya saja diperkirakan bahwa kemampuan manusia untuk berkomunikasi dengan orang lain secara lisan adalah suatu peristiwa yang berlangsung secara mendadak. Everett M. Roger (1986) menilai peristiwa ini sebagai generasi pertama kecakapan manusia berkomunikasi sebelum mampu mengutarakan pikirannya secara tulisan. 2 Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi,… h. 11-16 Deni Darmawan, dkk, Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi, (Bandung: UPI PRSS, 2006), Cet. I, h. 19 3 10 Usaha-usaha manusia berkomunikasi lebih jauh, terlihat dalam berbagai bentuk kehidupan mereka di masa lalu. Pendirian tempat-tempat pemukiman di daerah aliran sungai dan tepi pantai, dipilih untuk memudahkan mereka dalam berkomunikasi dunia luar dengan memakai perahu, rakit dan sampan. Pemukulan gong di Romawi dan pembakaran api yang menggumpal asap di Cina adalah simbol-simbol komunikasi yang dilakukan oleh para serdadu di medan perang.4 Dari keterangan di atas menggambarkan bahwa hubungan atau kontak antarmanusia di masa-masa lampau umumnya sangat terbatas karena belum tersedianya alat komunikasi. Oleh karena itu, komunikasi jarak jauh tidak mungkin terjadi tanpa memakai alat atau teknologi. Upaya-upaya untuk menembus jarak komunikasi terus dilakukan oleh para pakar sains dan teknologi pada jamannya. Media penghantar gelombang suara menjadi salah satu tujuan utama dari pencarian sejumlah percobaan ilmiah. Dengan ditemukannya sistem telepon pada tahun 1876, maka timbul desakan untuk membuat peraturan mengenai hubungan telepon internasional. Inisiatif ini akhirnya mendorong diselenggarakannya suatu konfrensi yang berlangsung di Berlin, Jerman, pada tahun 1885, yang menghasilkan sejumlah peraturan mengenai hubungan telepon internasional.5 2. Pengertian Alat Komunikasi Handphone (HP) Untuk menjelaskan mengenai alat komunikasi handphone maka kita harus memahami terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan alat dan komunikasi, untuk menghindari penafsiran yang kurang tepat mengenai alat komunikasi handphone tersebut. 4 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, h. 4 Ali Zaki, Memanfaatkan Beragam Perangkat Teknologi Digital, (Jakarta Salemba Infotek, 2008), h. 102 5 11 Kata “alat” Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, adalah sesuatu yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu atau bisa juga disebut perkakas, perabotan yang dipakai untuk mencapai maksud”.6 Istilah komunikasi berpangkal pada perkataan latin. Comunis yang artinya membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antar dua orang atau lebih. Komunikasi juga dari akar kata bahasa latin Communico yang artinya membagi (Cherry dalam stuart. 1983). Sebuah definisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa: “Komunikasi adalah suatu proses transaksi yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antarsesama manusia, (2) melalui penukaran informasi, (3) menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain, serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku itu”. (Book, 1980) 7 Definisi-definisi yang dikemukakan di atas tentunya belum mewakili semua definisi komunikasi yang telah dibuat oleh banyak pakar, namun sedikit banyaknya kita telah dapat memperoleh gambaran bahwa komunikasi adalah bentuk interaksi manusia yang saling mempengaruhi satu sama lainnya, sengaja atau tidak sengaja. Tidak terbatas pada bentuk komunikasi menggunakan bahasa verbal, tetapi juga dalam hal ekspresi muka, lukisan, seni dan teknologi. Telepon genggam sering disebut handphone (HP) atau telepon selular (ponsel) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengan telepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa kemana-mana (portabel, mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon menggunakan kabel.8 Handphone tersebut, merupakan pengembangan teknologi telepon yang dari masa ke masa mengalami perkembangan, yang di mana perangkat handphone tersebut dapat digunakan sebagai perangkat mobile atau 6 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka, 2007), Edisi ke-III, Cet -IV, h. 27 7 Hafied Cangara, Pengantar Ilmu Komunikasi…, h. 19 8 A. Zambrana, “Pengertian Handphone”, www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23 Desember 2010. 12 berpindah-pindah sebagai sarana komunikasi, penyampaian informasi dari suatu pihak kepihak lainnya menjadi semakin efektif dan efesien. Jadi, dari pengertian di atas, alat komunikasi handphone dapat diartikan suatu barang atau benda yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan maupun tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan dari suatu pihak kepihak lainnya secara efektif dan efesien karena perangkatnya yang bisa dibawa kemana-mana dan dapat dipakai dimana saja. 3. Fungsi Alat Komunikasi Handphone (HP) Ponsel atau handphone kini merupakan sahabat wajib yang tidak bisa lepas dari diri masyarakat Indonesia. Berdasarkan paparan data Consumer Lab Ericsson, selain sebagai alat komunikasi, handphone memiliki fungsi lain. Dari riset ditahun 2009, terdapat lima fungsi handphone yang ada di masyarakat. Handphone yang dulunya hanya berfungsi sebagai alat komunikasi, kini pun telah berubah. Berikut persentase 5 fungsi handphone bagi masyarakat Indonesia:9 1. Sebagai alat Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga = 65% 2. Sebagai simbol kelas masyakarat = 44% 3. Sebagai penunjang bisnis = 49% 4. Sebagai pengubah batas sosial masyarakat = 36% 5. Sebagai alat penghilang stress = 36%. Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat Komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, sesuai dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan untuk memperluas jaringan, dan handphone tersebut juga bisa sebagai penghilang stress karena berbagai feature handphone yang beragam seperti kamera, permainan, Mp3, video, radio, televisi bahakan jaringan internet seperti yahoo, facebook, twitter, dan lain-lain. 9 Dewa Langit, “Fungsi Handphone bagi Masyarakat Indonesian”, www.Dewalangit.com, 23 Desember 2010. 13 4. Macam-macam (Merek) Handphone Data merek handphone yang penulis dapat dari internet yaitu kategori HP baru yang tersedia di Mall Roxy pusat penjualan handphone, antara lain yaitu:10 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 10 Apple Asia fone B-World Blackberry Blueberry Cross D-One GE HT MOBILE Huawei Haider I-Phone IMO Ivio K-Touch LG MICXON Motorola Mitto Nexian Nokia Philips Redberry Samsung Sony Ericsson Sky Bee Sunberry SPC Startech Taxco Ti Phone Titan Venera ZTE Roxyhp, “Merek Hp Baru”, www.Roxyhp.com, 23 April 2011. 14 B. Aktivitas Belajar Siswa 1. Macam-macam aktivitas manusia Dalam menjalankan hidupnya manusia tidak luput dari yang namanya aktivitas, secara sadar ataupun tidak aktivitas merupakan hal yang sangat penting, karena tidak ada seorangpun yang hidup tanpa melakukan aktivitas. Apalagi dalam dunia pendidikan seorang siswa yang menuntut ilmu dengan cara belajar maka siswa tersebut harus melakukan aktivitas, tidak ada belajar tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu di sini penulis akan menyebutkan beberapa aktivitas kejiwaan manusia yang berhubungan erat dengan pendidikan, di antaranya, yaitu: a. Pengamatan Pengamatan merupakan fungsi sensoris yang memungkinkan seseorang menangkap stimuli dari dunia nyata sebagai bahan yang teramati. Pengamatan sebagai suatu fungsi primer dari pada jiwa dan menjadi awal aktivitas intelektual. Obyek pengamatan memiliki sifat-sifat keinginan, kesendirian, lokalitet dan bermateri. Subyek dapat mengadakan orientasi tehadap suatu obyek, karena obyek itu dapat ditangkap dengan tidak tergantung kepada adanya saja, namun dapat dipelajari secara langsung.11 Dalam dunia pendidikan pengamatan merupakan salah satu aktivitas yang sangat penting. Seorang siswa dalam kegiatan belajar mengajar harus melakukan pengamatan baik itu ketika guru sedang menjelaskan pelajaran, berdiskusi dengan teman atau ketika sedang mencari jalan keluar dalam suatu permasalahan yang dihadapinya. b. Tanggapan Tanggapan biasa didefinisikan sebagai bayangan yang menjadi kesan yang dihasilkan dari pengamatan. Kesan tersebut menjadi “isi” kesadaran yang dapat dikembangkan dalam hubungannya dengan konteks pengalaman waktu sekarang serta antisipasi keadaan untuk masa yang akan datang. Dengan uraian ini maka ada macam tanggapan, yaitu: 11 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), Cet. V, h. 18 15 1) Tanggapan masa lampau yang sering disebut sebagai tanggapan ingatan. 2) Tanggapan masa sekarang yang dapat disebut sebagai tanggapan imaginatif. 3) Tangggapan masa mendatang yang dapat disebut sebagai tangggapan intisipasif. Tanggapan yang lemah akan secara statis diam, sedangkan tanggapan yang kuat lebih besar kecenderungannya untuk muncul kembali ke alam kesadaran. Kemunculan tanggapan ke alam kesadaran itu menungggu adanya perangsang yang relevan atau dapat bersatu dengan tanggapan yang bersangkutan. 12 Oleh karena begitu pentingnya peranan tanggapan bagi tingkah laku, maka pendidikan hendaknya mampu mengembangkan dan mengontrol tanggapan-tanggapan yang ada pada anak didik, sehinggga dengan demikian akan berkembang secara kondisi motivasi bagi perbuatan belajar anak didik. c. Fantasi Fantasi adalah aktivitas imajiner untuk membentuk tanggapantanggapan baru dengan pertolongan tangggapan-tangggapan lama yang telah ada, dan tanggapan yang baru itu tidak harus sama atau sesuai dengan benda-benda yang ada. Dengan demikian imajiner itu melampaui dunia nyata. Kegunaan fantasi antara lain: 1) Dengan fantasi, orang dapat memahami dan mengerti sesama manusia serta dapat menghargai kultur orang lain. 2) Orang dapat keluar dari ruang dan waktu, sehingga seseorang dapat memahami hal-hal yang ada dan terjadi di tempat lain dan di waktu yang lain, contohnya dalam mempelajari ilmu dunia dan sejarah 12 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 25 16 3) Fantasi dapat melepaskan diri dari kesukaran dan permasalahan serta melupakan kegagalan atau kesan-kesan buruk. 4) Fantasi dapat membantu seseorang dalam mencari keseimbangan hidup batin. 5) Fantasi memungkinkan seseorang untuk dapat membuat perencanaan untuk dilakukan di masa mendatang.13 d. Ingatan Daya jiwa itu adalah ingatan. Ingatan ialah suatu daya jiwa kita yang dapat menerima, menyimpan dan mereproduksi kembali pengertian-pengertian dan tanggapan. Ingatan dipengaruhi oleh: 1) sifat perorangan, 2) keadaan di luar jiwa kita, 3) keadaan jiwa kita, 4) umur kita.14 Dalam kenyataanya, ingatan tidak hanya pasif saja dalam arti hanya menerima dan menyampaikan, tetapi juga menimbulkan dan mencari kembali informasi-informasi yang telah lama masuk dalam kesadaran jiwa kita secara aktif, sehingga kita mampu mengatakan, menceritakan dan mendudukan kembali sebagaimana adanya. Mengingat berarti menyerap atau meletakan pengetahuan dengan jalan pencaman secara aktif. Fungsi ingatan itu sendiri meliputi tiga aktivitas, yakni: 1) Mencamkan, yaitu menangkap atau menerima kesan-kesan. 2) Menyimpan kesan-kesan. 3) Mereproduksi kesan-kesan. Sifat-sifat dari pada ingatan yang baik adalah: cepat, setia, kuat, luas, dan siap. Ingatan dikatakan cepat, apabila dalam mencamkan kesan-kesan tidak mengalami kesulitan. Ingatan dikatakan setia, apabila kesan yang dicamkan itu tersimpan dengan baik dan stabil. Ingatan dikatan kuat, apabila kesan-kesan yang tersimpan bertahan lama. Ingatan dikatakan luas, apabila kesan-kesan yang tersimpan sangat bervariasi dan banyak jumlahnya. Ingatan dikatakan siap, apabila kesan-kesan yang tersimpan sewaktu-waktu mudah direproduksikan ke alam kesadaran.15 13 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 26 Agus Sujanto, Psikologi Umum, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2004), Cet. XII, h. 41 15 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 28 14 17 Hubungannya dalam pendidikan proses penerimaan kesan-kesan atau materi pelajaran oleh siswa akan lebih kuat, apabila: 1) Kesan yang diterima dibantu dengan penyuaraan. 2) Pikiran subyek (siswa) lebih terkosentrasi pada kesan yang disampaikan. 3) Teknik belajar yang dipakai oleh subyek adalah efektif. 4) Subyek menggunakan titian ingatan. 5) Struktur bahan dari kesan-kesan yang disampaikan adalah jelas. e. Pikiran Pikiran dapat diartikan sebagai kondisi letak hubungan antar bagian pengetahuan yang telah ada dalam diri yang dikontrol oleh akal. Jadi di sini akal adalah sebagai kekuatan yang sangat mengendalikan pikiran. Berpikir berarti meletakan hubungan antar bagian pengetahuan yang diperoleh manusia.16 Proses atau jalannya berpikir itu pada pokoknya ada tiga langkah, yakni: 1) Pembentukan pengertian: pengertian logis dibentuk melalui tiga tingkatan yaitu: pertama, menganalisis ciri-ciri dari sejumlah objek yang sejenis objek tersebut kita perhatikan unsurnya satu demi satu. misalnya mau membentuk pengertian manusia. Kedua, membandingkan ciri-ciri tersebut untuk dikemukakan ciri-ciri mana yang sama, mana yang tidak sama, mana yang selalu ada, mana yang tidak selalu ada. Ketiga, mengabstaksikan, yaitu menyisihkan, membuang ciri-ciri yang tidak hakiki menangkap ciri-ciri yang hakiki. 2) Pembentukan pendapat: meletakan hubungan antara dua buah pengertian atau lebih. Pendapat yang dinyatakan dalam bahasa disebut kalimat, yang terdiri dari pokok kalimat atau subjek dan sebutan atau predikat. 16 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 31 18 3) Penarik kesimpulan atau pembentukan keputusan: keputusan adalah hasil perbuatan akal untuk membentuk pendapat baru berdasarkan pendapat-pendapat yang telah ada.17 Setiap keputusan yang kita ambil merupakan hasil pekerjaan akal melalui pikiran, dan setiap keputusan akan mengarahkan dan mengendalikan tingkah laku, dengan demikian akal/pikiran dapat dikatakan sangat menentukan di dalam perbuatan tingkah laku manusia, oleh karena itu dapat dikatakan bahwa berpikir manusia sebenarnya merupakan proses yang dinamis. Dinamis berpikir itu dimungkinkan oleh pengalaman yang luas, perbendaharaan bahasa yang kaya yang didukung oleh pendidikan yang baik dan ketajaman dalam berpikir. Maka sebaiknya pendidik memberikan bimbingan yang sebaik-baiknya bagi perkembangan akal pikiran anak didik. Demikianlah penulis telah uraikan mengenai macam-macam aktivitas pokok jiwa manusia, yang meliputi mengamati, menanggap, fantasi, mengingat, dan berfikir, sedangkan fungsifungsi lainya seperti: perhatian, perasaan, dan kemauan adalah tidak termasuk aktivitas jiwa, melainkan sebagai cara atau kekuatan yang menunjang aktivitas-aktivitas jiwa manusia. f. Perhatian Kata “perhatian” tidaklah selalu digunakan dalam arti yang sama contohnya pertama, dia sedang memperhatikan contoh yang diberikan oleh gurunya maka perhatian dapat diartikan pemusatan tenaga psikis tertentu kepada suatu objek, atau contoh kedua, dengan penuh perhatian dia mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru yang baru itu, maka perhatian adalah banyak atau sedikitnya kesadaran yang menyertai suatu aktivitas yang dilakukan. Hal tersebut tergantung pada kalimatnya. 17 Sumadi Suryabrata, Psikolgi Pendidikan, (Jakarta: PT.RajaGrafindo Persada, 2008), h. 55 19 Dalam hal perhatian atas dasar intensitasnya yaitu banyak sedikitnya kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas, maka dibedakan menjadi 2 macam: 1) Perhatian intensif, dan 2) Perhatian tidak intensif Makin banyak kesadaran yang menyertai sesuatu aktivitas berarti makin intensiflah perhatianya. Dalam hal ini telah banyak dilakukan penyelidikan-penyelidikan oleh para ahli yang hasilnya memberi kesimpulan: bahwa tidak mengkin melakukan dua kegiatan aktivitas yang kedua-duanya disertai oleh perhatian yang intensif. Selain itu ternyata makin intensif perhatian yang menyertai sesuatu aktivitas akan makin sukseslah aktivitas itu.18 g. Perasaan Perasaan adalah suasana psikis yang mengambil bagian pribadi dalam situasi, dengan jalan membuka diri terhadap sesuatu hal yang berbeda dengan keadaan atau nilai dalam diri. Perasaan pada umumnya bersangkutan dengan fungsi mengenal artinya perasaan dapat timbul karena mengamati, menganggap, membayangkan, mengingat atau memikirkan sesuatu. Perasaan pada anak didik dapat diwujudkan dalam bentuk ekspresi. Ekspresi adalah pernyataan emosi atau perasaan yang dapat diamati oleh orang lain, misalnya tersenyum, tertawa, menangis, murung, tunduk kepala, mengelus dada, cemberut dan sebagainya.19 Perasaan banyak mendasari dan juga mendorong tingkah laku manusia. Suasana jiwa anak didik sangat mempengaruhi kegairahan dalam belajarnya. Agar belajar anak tersebut dapat berlangsung secara efektif pendidikan hendaknya menciptakan situasi yang dapat mendorong perasaan-perasaan seperti perasaan jasmaniah misalnya rasa sehat, rasa segar maupun perasaan rohaniah seperti senang, 18 19 Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan,…. h. 13 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 37-39 20 puas, maka hal tersebut dapat menambah kegairahan peserta didik untuk melakukan aktivitas belajar. h. Kemauan Kemauan itu bukan keinginan. Orang yang ingin belum tentu mau, dan sebaliknya orang yang mau belum tentu ingin. Menurut Augustine, kemauan kemauan merupakan pengendali dari keinginan. Kemauan tidak selamanya bebas. Kemauan dapat bekeja, baik secara paksaan maupun dalam bentuk pilihan sendiri. Kemauan yang bebas adalah kemauan yang sesuai dengan keinginan diri sendiri, sedangkan kemauan yang terikat adalah kemauan yang ditimbulkan oleh kondisi kebutuhan yang terbatasi oleh norma sosial ataupun kondisi lingkungan.20 2. Pengertian Belajar Belajar memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Manusia terlahir sebagai mahluk yang lemah yang tidak mampu berbuat apa-apa serta tidak mengetahui apa-apa. Akan tetapi melalui proses belajar dalam fase perkembangannya, manusia bisa menguasai skill (kemahiran/keterampilan) maupun pengetahuan. Sesungguhnya kemampuan untuk belajar dan melakukan berbagai upaya uji coba, termasuk kemampuan adaptasi terhadap aneka situasi yang dimiliki manusia maupun hewan. Kemampuan adaptasi inilah yang membantu kedua mahluk tersebut bisa hidup dan berada di muka bumi. Manusia tidak hanya mempelajari bahasa, ilmu pengetahuan, profesi, maupun keahlian tertentu saja. Sesungguhnya dia juga mempelajari berbagai macam tradisi, etika, moral dan kepribadian. Oleh karena itu, belajar memiliki peranan penting dalam kehidupan manusia. Urgensi proses belajar telah ditegaskan semenjak diturunkanya ayat pertama dalam al-Qur‟an al-Karim. Ayat tersebut erat kaitanya dengan masalah baca-tulis dan belajar. Allah SWT berfirman: “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang maha pemurah, yang mengajar (manusia) dengan 20 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 40 21 perantara kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” (Q.S. al-Alaq 1-5).21 Banyak orang yang beranggapan, bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah mencari ilmu atau menuntut ilmu. Ada lagi yang secara lebih khusus mengartikan belajar adalah menyerap pengetahuan. Ini berarti, bahwa orang mesti mengumpulkan fakta-fakta sebanyakbanyaknya. Jika konsep ini dipakai orang, maka pada orang itu mesti dipertanyakan, apakah dengan belajar semacam itu orang menjadi tumbuh dan berkembang?, Orang yang belajar dengan memakai konsep ini menjadikan dirinya botol kosong yang perlu dituangi air. Apabila air itu dituangkan sebanyak-banyaknya ke dalam botol kosong, dan dapat dibanyangkan, betapa banyaknya yang dapat masuk dan dari sebanyak yang masuk itu tentunya sesuai daya tampung botolnya?.22 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, belajar memiliki tiga arti yang sangat berkaitan: pertama, belajar berarti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, kedua, belajar berarti berlatih dan, ketiga, belajar berarti berubah tingkah laku yang disebabkan oleh pengalaman.23 Dalam pandangan Agama penulis belum menemukan secara rinci dan operasional mengenai proses belajar, proses kerja sistem memori (akal), dan proses dikuasainya pengetahuan dan keterampilan oleh manusia. Namun Islam, dalam hal penekananya terhadap signifikasi kongnitif (akal) dan sensori (indera-indera) sebagai alat-alat penting untuk belajar, sangat jelas kata-kata kunci seperti ya’qilun, yatafakkarun, yubshirun, yasma’un, dan sebagainya yang terdapat dalam al-Quran, hal tersebut merupakan bukti betapa pentingnya pengaruh ranah/cipta dan karsa manusia dalam belajar dan meraih ilmu pengatahuan. 21 Fadilah Suralaga, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Jakarta: UIN Jakarta Press, 2005), Cet. I, h. 59 22 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 103 23 Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia,… h. 17 22 Berikut kutipan firman Allah SWT dan Hadits Nabi SAW, baik secara eksplisit maupun implisit mewajibkan orang untuk belajar agar memperoleh ilmu pengetahuan. Allah SWT berfirman dalam surat al-Zumar ayat 9: ِن إِوَمَب يَتَذَّكَ ُز أُوّلُىا ْاألَّلْبَبة َ ن وَاّلَذِيهَ الَيَعْلَمُى َ ه يَعْلَمُى َ ل يَسْتَىِي اّلَذِي ْ … َه. “….Katakanlah: adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?, sesungguhnya, orang-orang yang berakallah yang mampu menerima pelajaran” (az-Zumar: 9).24 Dalam riwayat Ibnu „Ashim dan Thabrani, Rasulullah SAW bersabda: “Wahai sekalian manusia, belajarlah! Karena pengetahuan hanya didapat melalui belajar….” (Qardhawi, 1989).25 Islam memandang umat manusia sebagai mahluk yang dilahirkan dalam keadaan kosong, tidak berilmu pengetahuan. Akan tetapi, Tuhan memberi potensi yang bersifat jasmaniah dan rohaniah untuk belajar dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk kemaslahatan umat manusia sendiri. Potensi-potensi tersebut terdapat dalam organ-organ fisio-psikis manusia yang berfungsi sebagai alat untuk melakukan kegiatan belajar. Seperti, 1) Indera penglihatan (mata), alat fisik yang berguna untuk menerima informasi visual, 2) Indera pendengaran (telinga), alat fisik untuk menerima informasi verbal, dan 3) Akal, yang merupakan potensi kejiwaan manusia berupa psikis yang kompleks untuk menyerap, mengolah, menyimpan dan memproduksi kembali item-item informasi dan pengetahuan (ranah kognitif).26 Dalam surat An-Nahl ayat 78 Allah berfirman: ل ّلَكُ ُم اّلسَمْ َع َ ن أُّمَهَبتِكُمْ الَتَعْلَمُىنَ شَيْئًب وَجَ َع ِ هلل أَخْزَجَكُم ّمِه بُطُى ُ وَا َوَ ْاألَبْصَب َر وَ ْاألَفْئِدَ َة ّلَعَلَكُ ْم تَشْكُزُون 24 R.H.A. Soenarjo, Dkk., Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: Departemen Agama RI,1971), h.747 25 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung:PT. Remaja Rosda Karya, 2010), Cet. XV, h. 99 26 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,…. h. 99 23 “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan, dan af-idah (hati/daya nalar) agar kamu bersyukur” (An-Nahl : 78).27 Untuk menjelaskan pengertian belajar, terdapat banyak definisi, oleh karena itu penulis akan menyebutkan beberapa definisi belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru Menegaskan, bahwa “Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap jenis dan jenjang pendidikan.28 Wasty Soemanto dalam Psikologi Pendidikan, menurut James O. Wittaker, “Belajar dapat didefinisikan sebagai proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman”.29 Margaret E. Bell Greadler dalam bukunya Belajar dan Membelajarkan, bahwa “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap”.30 E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja dalam bukunya Pengantar Psikologi mengemukakan, bahwa “Belajar adalah suatu proses usaha atau interaksi yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalamanpengalaman”.31 Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, mendefinisikan, bahwa “Belajar adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, 27 R.H.A. Soenarjo, Dkk., Al-Qur’an dan Terjemah,… h. 413 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 87 29 Wasty Soemanto, psikologi pendidikan…, h. 104 30 Margaret E. Bell Greadler, Belajar dan Membelajarkan (Terjemahan), (Jakarta: PT. RajaGrafinda Persada, 1994), Cet. II, h. 1 31 E. Usman Effendi dan Juhaya S. Praja, Pengantar Psikologi, (Jakarta: PT. Angkasa Bandung, 1989), h. 103 28 24 mencangkup perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan dan sebagainya”.32 Oemar Hamalik, dalam bukunya Proses Belajar Mengajar, menyatakan “Belajar adalah suatu proses, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan”.33 Hoeni Nasution, dalam bukunya Psikologi Pendidikan, menyatakan bahwa “Belajar adalah merupakan aktivitas yang menghasilan perubahan dan kemampuan baru pada diri individu yang belajar baik yang aktual maupun potensial dalam waktu yang relatif lama”.34 Fadilah Suralaga, Dkk, dalam bukunya Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, mendefinisikan “Belajar adalah merupakan tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil dari pengalaman dan interaksi dengan di lingkungan yang melibatkan proses kognitif”.35 Bersandar dari definisi-definisi di atas, belajar merupakan proses dasar dari perkembangan hidup manusia. Dengan belajar, manusia melakukan perbuatan-perbuatan kualitatif individu sehingga tingkah lakunya berkembang. Semua aktivitas dan prestasi hidup manusia tidak lain adalah dari belajar. Kita pun hidup dan bekerja serta melakukan suatu perbuatan menurut apa yang kita telah pelajari dari pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kogntif. Akan tetapi belajar itu bukan sekedar pengalaman. Belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil, maka belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggara jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu sangat tergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun di lingkungan 32 Ahmad Mudzakir dan Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.34 33 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2011), Cet. XI, h. 29 34 Hoeni Nasution, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 1997), h. 13 35 Fadilah Suralaga, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam,… h. 63 25 rumah atau keluarganya sendiri. Karena itulah belajar berlangsung secara aktif dan integratif dengan menggunakan berbagai bentuk perbuatan untuk mencapai suatu tujuan. 3. Teori-teori Belajar Secara pragmatis, teori belajar dapat dipahami sebagai prinsip umum atau kumpulan prinsip yang saling berhubungan dan merupakan penjelasan atas fakta dan penemuan yang berkaitan dengan peristiwa belajar. Untuk lebih memperjelas pengertian tentang pentingnya belajar, prinsip-prinsip belajar dan bagaimana proses belajar itu terjadi berikut ini penulis akan mengemukakan beberapa teori belajar. Di antara sekian banyak teori yang berdasarkan eksperimen ada tida macam yang sangat menonjol, yakni: 1) Teori Behaviorisme Teori ini disebut behaviorisme karena sangat menekankan pada prilaku atau tingkah laku yang dapat diamati. Koneksionisme, merupakan teori yang pertama dari rumpun behaviorisme. Menurut teori ini tingkah laku manusia tidak lain dari suatu hubungan antara perangsang-jawaban atau stimulus-respons. pembentukan hubungan stimulus-respons Belajar adalah sebanyak-banyaknya. Siapa yang menguasai hubungan stimulus-respons sebanyakbanyaknya ialah orang pandai atau berhasil dalam belajar. Pembentukan hubungan ulangan-ulangan. stimulus-respons dilakukan melalui 36 Dengan kata lain mereka berpendapat, bahwa tingkah laku manusia dikendalikan oleh ganjaran atau penguatan dari lingkungan. Dengan demikian, tingkah laku belajar terdapat jalinan yang kuat dan erat antara reaksi-reaksi behavioral dengan stimulusinya. Oleh 36 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. V, h. 168 26 karena itu guru-guru yang menganut pandangan ini berpendapat, bahwa tingkah laku murid-murid merupakan reaksi-reaksi terhadap lingkungan mereka pada masa lalu dan sekarang, dan bahwa setiap tingkah laku adalah merupakan hasil belajar. Tokoh yang sangat terkenal dari teori ini adalah Thorndike. Teori belajar Thorndike disebut “connectionism” karena belajar merupakan proses pembentukan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon. Teori ini sering pula disebut trial-and error learning individu yang belajar melakukan kegiatan melalui proses trial-anderror dalam rangka memilih respons yang tepat bagi stimulus tertentu. Thorndike mengemukakan tiga prinsip atau hukum dalam belajar. Pertama, law of readinees, belajar akan berhasil jika reaksi terhadap stimulis didukung oleh kesiapan untuk melakukan perbuatan tersebut. Kedua, law of exercise, belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan dipraktekan. Praktek perlu disertai dengan reward. Ketiga, law of effect, belajar akan bersemangat apabila mengetahui dan mendapatkan hasil yang baik dan sebaliknya apabila mendapatkan sesuatau yang mengganggu maka kekuatan hubungan menjadi berkurang.37 Kemudian teori pengkondisian “conditioning” merupakan perkembangan lebih lanjut dari koneksionisme. Teori ini dilatarbelakangi oleh percobaan Pavlov dengan keluarnya air liur. Air liur akan keluar apabila anjing melihat atau mencium bau makanan. Dalam percobaannya Pavlov membunyikan bel sebelum memperlihatkan makanan pada anjing. Setelah diulang berkali-kali ternyata air liur tetap keluar apabila bel berbunyi meskipun makanannya tidak ada. Penelitian ini menyimpulkan bahwa prilaku individu dapat dikondisikan. Belajar merupakan suatu upaya untuk 37 Wasty Soemanto, psikologi pendidikan…, h. 123-124 27 mengkondisikan pembentukan suatu prilaku atau respons terhadap sesuatu. Pengembangan lebih lanjut dari teori koneksionisme, ialah teori penguatan “reinforcement”. Kalau pada pengkondisian yang diberi kondisi adalah perangsangnya, maka pada teori penguatan yang dikuatkan adalah responsnya. Seorang siswa belajar dengan giat dan dia dapat menjawab semua pertanyaan dalam ujian. Guru memberikan penghargaan pada siswa tersebut dengan nilai tinggi, pujian atau hadiah. Dengan pemberian hadian itu maka siswa tersebut akan lebih rajin lagi untuk belajar. Jadi suatu respons diperkuat dengan penghargaan atau hadiah. Teori penguatan disebut juga “operant conditioning” dan tokoh utama dari teori ini adalah Skiner.38 Dalam pengajaran operant conditioning menjamin responsrespons terhadap stimuli. Apabila murid tidak menunjukan reaksireaksi terhadap stimuli, guru tidak mungkin dapat membimbing tingkah lakunya ke arah tujuan behavior. Guru berperan penting di dalam kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar ke arah tercapainya tujuan yang telah dirumuskan. 2) Teori Kognitif Para ahli aliran kognitif, mereka berpendapat bahwa tingkah laku seseorang senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi di mana tingkah laku itu terjadi. Dalam situasi belajar seseorang terlibat langsung dalam situasi itu dan memperoleh “insight” untuk pemecahan masalah. Jadi teori ini berpendapat bahwa tingkah laku seseorang lebih bergantung kepada insight terhadap hubungan-hubungan yang ada di dalam suatu situasi. Teori ini mulai berkembang dengan lahirnya teori belajar “Gestalt”. Dan peletak dasar teori Gestalt adalah Max Wertheimer 38 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,… h. 168-169 28 yang meneliti tentang pengamatan dan problem solving. Kaum Gestalt berpendapat bahwa pengalaman itu berstruktur yang terbentuk dalam suatu keseluruhan. Orang yang belajar, mengamati stimulus dalam keseluruhan yang terorganisir, bukan dalam bagian pisah. Suatu konsep yang penting dalam teori ini adalah tentang insight yaitu pengamatan atau pemahaman mendadak terhadap hubungan-hubungan antar bagian-bagian di dalam suatu situasi permasalahan.39 Bertolak dari teori Gestalt, Kurt Lewis mengembangkan suatu teori belajar “congnitive field” dengan menaruh perhatian kepada kepribadian dan psikologis sosial. Lewis memandang masing-masing individu sebagai berada di dalam suatu medan kekuatan yang bersifat psikologis. Medan kekuatan psikologis di mana individu beraksi disebut life space. Menurut Lewis belajar berlangsung sebagai akibat dari perubahan dari struktur kognitif. Perubahan struktur kognitif itu adalah hasil dari dua macam kekuatan, satu dari struktur medan kognisi itu sendiri, yang lainya dari kebutuhan dan motivasi internal individu. Oleh karena itu Lewin memberikan peranan yang lebih penting pada motivasi dari reward.40 Kemudian Jerome Bruner dengan merupakan salah satu instruksional “discovery learning” kognitif yang sangat berpengaruh. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh manusia, dan dengan sendirinya memberi hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk memecahkan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna (Dahar, 1988: 125).41 39 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 128 Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan,… h. 129 41 Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Jakarta: Prenada Media Group, 2010), Cet. III, h. 38 40 29 3) Teori Humanistik Bagi penganut teori ini, proses belajar harus berhulu dan bermuara pada manusia itu sendiri. Meskipun teori ini sangat menekankan pentingnya “isi” dari proses belajar, dalam kenyatan teori ini banyak berbicara tentang pendidikan dan proses belajar dalam bentuknya yang paling ideal. Dalam praktik, teori ini antara lain terwujud dalam pendekatan yang diusulkan oleh Ausubel (1968) yang disebut “belajar bermakna” atau meaningful lerning. Teori ini juga terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Bloom.42 Dari ketiga teori belajar di atas, ternyata memang terdapat perbedaan, akan tetapi dari perbedaan tersebut terdapat persamaan karena teori-teori tersebut sangat terkait dengan proses belajar. Di antara persamaan teori tersebut yaitu: 1. Dalam kegiatan belajar, motivasi merupakan faktor yang penting. 2. Halangan dan kesulitan pasti ada dalam proses belajar. 3. Dalam menghadapi kesulitan, sering terdapat kemungkinan respons yang bermacam-macam. 4. Setiap seseorang yang belajar pasti melakukan aktivitas. 4. Tujuan Belajar Menurut Winarno Surachman, tujuan belajar di sekolah itu ditunjukan untuk mencapai: a. Pengumpulan pengetahuan b. Penanaman konsep dan kecakapan atau keterampilan c. Pembentukan sikap dan perbuatan Tujuan belajar dalam dunia pendidikan sekarang ini lebih dikenal dengan tujuan pendidikan menurut Taksonowi Bloom yaitu tujuan belajar 42 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), Cet. IV, h. 13 30 siswa diarahkan untuk mencapai ketiga tanah antara lain: kognitif, psikomotorik, dan afektif. Tujuan belajar kognitif untuk memperoleh fakta atau ingatan, pemahaman, aplikasi dan kematangan berpikir analisis, sistematis dan evaluasi. Tujuan belajar afektif untuk memperoleh sikap, apresiasi, karakteristik, dan tujuan psikomotorik untuk memperoleh keterampilan fisik yang berkaitan dengan keterampilan gerak maupun keterampilan ekspresi verbal dan non verbal.43 Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukan apa yang mungkin dapat dikuasai (dipelajari) oleh siswa yang menjadi tujuan dari pendidikan, yaitu: a. Kognitif Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu: 1) Pengetahuan (mengingat, menghafal) 2) Pemahaman (menginterpretasikan) 3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecahkan suatu masalah) 4) Analisis (menjabarkan suatu konsep) 5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh) 6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode) b. Psikomotor Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu: 1) Peniruan (meniru gerak) 2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) 3) Ketepatan (menggunakan gerak dengan benar) 4) Perangkaian (melakukan beberapa gerak sekaligus) 5) Naturalisasi (menggunakan gerak secara wajar) c. Afektif Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu: 1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan sesuatu) 2) Merespons (aktif berpartisipasi) 3) Penghargaan (menerima nilai-nilai) 4) Pengorganisasian (menggabung-hubungkan nilai-nilai yang dipercayai) 5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola hidup).44 43 44 Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), Cet ke II, h. 58-59 Hamzah B. Uno, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran,… h. 14 31 Berhubungan dengan keterampilan Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, dalam bukunya Psikologi Pendidikan bahwa “Keterampilan ialah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan otot-otot yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti menulis, mengetik, olah raga, dan sebagainya”.45 Proses belajar adalah aktivitas diri yang melibatkan aspek-aspek “sosio psiko fisik” dalam upaya menuju tercapainya tujuan belajar, yakni terjadinya perubahan tingkah laku. Cronbach (1954 h.49-50), mengemukakan adanya tujuh unsur utama dalam proses belajar, yaitu: tujuan, kesiapan, situasi, interpretasi (melihat hubungan di antara komponen-komponen situasi belajar, melihat makna dari hubungan tersebut dan menghubungkan dengan kemungkinan pencapaian tujuan), respons, konsekuensi (keberhasilan atau kegagalan dalan belajar), dan reaksi terhadap kegagalan.46 5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar Secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam, antara lain: A. Faktor Internal Siswa Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri, meliputi dua aspek, yakni: fisikologis (bersifat jasmani) dan psikologis (bersifat rohaniah). 1. Aspek Fisiologis kondisi umum dan tonus (tegangan otot) yang menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, yang dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ-organ khusus siswa, seperti tingkat kesehatan indera pendengaran dan indera penglihatan, juga sangat 45 46 Ahmad Mudzakir, Joko Sutrisno, Psikologi Pendidikan,… h.58 Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan,… h. 157 32 mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap informasi dan pengetahuan, khususnya yang disajikan di kelas. Daya pendengaran dalam penglihatan siswa yang rendah, umpamanya, akan menyulitkan sensory register dalam menyerap item-item informasi yang bersifat echoic dan econic (gema dan citra). Akibat selanjutnya adalah terlambatnya proses informasi yang dilakukan oleh system memori siswa tersebut.47 2. Aspek Psikologis Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas keberhasilan belajar siswa, namun faktor umumnya yang dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: a. Intelegensi Siswa Intelegensi kemampuan pada psikofisik umumnya untuk dapat mereaksi diartikan sebagai rangsangan atau penyesuaian diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat (Reber, 1988). Jadi intelegensi sebenarnya bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam hubungannya dengan intelegensi manusia lebih menonjol daripada peran organ-organ lainya, lantaran otak merupakan “menara pengontrol” hampir seluruh aktivitas manusia. Oleh karena itu tingkat kecerdasan atau intelegensi (IQ) siswa tidak dapat diragukan lagi, merupakan salah satu yang sangat menentukan tingkat keberhasilan siswa.48 b. Sikap Siswa Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon (response 47 48 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 130 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 131 33 tendency) dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Dalam hal sikap siswa yang menimbulkan reaksi positif atau negatif tidak dapat dipungkiri merupakan hasil dari perhatian yang dilakukan oleh siswa dalam proses belajar. Maka Perhatian merupakan faktor penting dalam usaha belajar siswa, untuk dapat menjamin belajar yang baik, siswa harus ada perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, apabila pelajaran itu tidak menarik baginya, maka timbullah rasa bosan, malas dan belajarnya harus dikejar-kejar, sehingga prestasi mereka akan menurun dan yang akhirnya akan berdampak pada sikap siswa.49 c. Bakat Siswa Bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang (Chaplin, 1972; Reber, 1988). Dengan demikian setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi mencapai prestasi sampai ke tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara umum bakat itu mirip dengan intelegensi.50 Karena bakat tersebut akan dapat mempengaruhi tinggirendahnya prestasi belajar siswa di bidang studi tertentu. Maka alangkah bijaksanannya orangtua yang tidak melakukan pemaksaan kehendak kepada anaknya. d. Minat Siswa Secara sederhana minat (interest) berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Dalam 49 50 hal ini minat merupakan Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 132 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 133 yang dapat 34 mempengaruhi kualitas pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu.51 Hal tersebut dapat diumpamakan seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap pelajaran Pendidikan Agama Islam akan memusatkan perhatiannya lebih banyak dari pada siswa yang lain. Kemudian karena pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang memungkinkan siswa tersebut untuk belajar lebih giat, dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. e. Motivasi Siswa Pengertian dasar motivasi ialah keadaan internal organisme baik manusia ataupun hewan yang mendorong untuk berbuat sesuatu. Dalam pengertian ini, motivasi berarti pemasok daya (energizer) untuk bertingkah laku secara terarah (Gleitman, 1986; Reber, 1988). Motivasi dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: 1. Motivasi intristik yaitu hal atau keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang mendorongnya melakukan belajar. Di antara motivasi intristik siswa adalah persaan menyayangi materi dan kebutuhannya terhadap materi tersebut, misalnya untuk kehidupan masa depan siswa yang bersangkutan. 2. Motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Contohnya, mendapat pujian, hadian, peraturan/tata tertib sekolah, suri tauladan orangtua atau guru, dan masih banyak lagi contoh dari motivasi ekstrinsik.52 51 52 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 133 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 134 35 B. Faktor Eksternal Siswa Faktor ini terdiri dari dua macam, seperti halnya faktor internal siswa, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. 1. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staff administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar siswa. Selanjutnya, yang dimaksud dengan lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga temanteman sepermainan di sekitar tempat tinggal siswa. Di antara lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar siswa ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik pengelolahan keluarga, ketegangan keluarga dan demografi keluarga (letak rumah), semuanya dapat memberikan dampak baik atau buruk terhadap kegiatan belajar dan hasil yang akan dicapai oleh siswa.53 2. Lingkungan Nonsosial Faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca dan waktu yang digunakan siswa. Beberapa contoh yang kita bisa ambil yang berhubungan dengan faktor lingkungan nonsosial, seperti: kondisi gedung sekolah yang tidak memadai, fasilitas tidak lengkap, ruang kelas yang kusam dan kotor, di antara faktor yang bisa mempengaruhi siswa dalam proses belajar.54 Contoh lain seperti waktu yang digunakan siswa untuk belajar, secara umum memang waktu belajar yang digunakan siswa bukan merupakan penyebab hasil belajar yang mutlak akan tetapi tidak dapat dipungkiri waktu yang dipergunakan siswa untuk belajar juga 53 54 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 135 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 135 36 merupakan hal yang dapat mempengaruhi proses belajar dan hasil belajar siswa, karena setiap siswa memiliki perbedaan waktu yang disenangi dan kesiapan untuk belajar. Maka kesiapan sistem memori siswa dalam menyerap, mengolah, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siswa itulah dapat menyebabkan proses dan hasil belajar siswa. C. Faktor Pendekatan Belajar Pendekatan belajar adalah segala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektivitas dan efisiensi proses pembelajaran tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa untuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu (Lawson, 1991).55 Di antara pendekatan belajar yang dianggap dapat mewakili yang klasik dan modern ialah: 1. Pendekatan Hukum Jost Hukum Jost (Jost‟s Law) adalah siswa yang lebih sering mempraktekan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni. Selanjutnya asumsi hukum Jost itu maka belajar dengan kiat 5 x 3 adalah lebih baik daripada 3 x 5 walaupun hasil perkalian keduanya sama tetapi dalam hal ini mempunyai makna yang berbeda. Maksudnya, dalam mempelajari suatu bidang studi, dengan alokasi waktu 3 jam perhari selama 5 hari akan lebih efektif dari pada dengan alokasi waktu 5 jam perhari selama 3 hari. 2. Pendekatan Ballard & Clanchy Menurut Ballard & Clanchy (1990), pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Ada dua macam siswa yang menyikapi ilmu pengetahuan yaitu: 1) Sikap melestarikan materi yang sudah ada (conserving); dan 55 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 136 37 2) Siswa memperluas materi (extending). Siswa yang bersikap conserving pada umumnya menggunakan belajar reproduktif (bersifat menghasilkan kembali fakta dan informasi) sedangkan siswa yang bersikap extending, biasanya menggunakan pendekatan belajar : analitis (berdasarkan pemilahan interpretasi fakta dan informasi). Bahkan di antara siswa yang bersikap extending cukup banyak yang menggunakan pendekatan yang lebih ideal yaitu pendekatan spekulatif (berdasarkan pemikiran mendalam) 3. Pendekatan Biggs Menurut hasil penelitian Biggs (1991), pendekatan belajar siswa dapat dikelompokan ke dalam prototipe (bentuk dasar), yaitu: 1) Pendekatan surface (bersifat lahiriah) Misalnya, siswa mau belajar karena dorongan dari luar (ekstintik) antara lain takut tidak lulus, ingin dapat hadiah. Oleh karena itu cara belajarnya santai, asal hafal dan tidak mementingkan pemahaman yang mendalam. 2) Pendekatan deep (mendalam) Siswa yang menggunakan pendekatan deep biasanya mempelajari materi karena dia memang tertarik dan merasa membutuhkannya (intrinsik). Oleh karena itu, gaya belajarnya serius dan berusaha memahami materi secara mendalam serta memikirkan cara mengaplikasikannya. 3) Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi) Siswa yang menggunakan pendekatan achieving pada umumnya dilandasi oleh motif ekstrintik yang berciri khusus yang disebut ego-enhancement yaitu ambisi pribadi yang besar dalam meningkatkan prestasi keakuan dirinya dengan cara meraih indeks prestasi setinggi-tingginya. Gaya belajar siswa 38 ini lebih serius daripada pendekatan-pendekatan lainnya. siswa-siswa yang memakai 56 6. Jenis-Jenis Aktivitas dalam Belajar Sekolah adalah salah satu pusat kegiatan belajar. Dengan demikian sekolah merupakan arena untuk mengembangkan aktivitas, banyak jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah. Aktivitas siswa tidak cukup hanya mendengarkan dan mencatat seperti lazimnya yang terdapat di sekolah-sekolah tradisional. Paul B. Diedrich membuat kegiatankegiatan atau aktivitas jasmani dan rohani yang dilakukan siswa di sekolah, meliputi: 1) Visual activities seperti membaca, memperhatikan, gambar, demonstrasi, percobaan, dan sebagainya. 2) Oral activities seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi, dan sebagainya. 3) Listening activities seperti mendengarkan uraian, percakapan diskusi, musik, pidato, ceramah, dan sebagainya. 4) Writing activities seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket, menyalin, dan sebagainya. 5) Drawing activities seperti menggambar, membuat grafik, peta, patron, dan sebagainya. 6) Moro activities seperti melakukan percobaan, membuat konstruksi, model, mereparasi, bermain, berkebun, berternak, dan lain sebagainya. 7) Mental activities, seperti menangkap, mengingat, memecahkan soal, menganalisis, melihat hubungan, mengambil keputusan, dan sebagainya. 8) Emotional activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, berani, tenang, gugup, dan sebagainya. 56 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru,… h. 125-127 39 Tentu saja kegiatan-kegiatan tersebut saling berhubungan satu sama lainnya. Dalam suatu kegiatan motoris terkandung kegiatan mental dan disertai oleh perasaan tertentu. 57 Dari berbagai uraian di atas maka dapat dipastikan bahwa peranan aktivitas siswa seperti mengamati, menanggap, melakukan fantasi, mengingat, dan berfikir, adalah kegiatan yang sangat penting dalam proses belajar, karena proses belajar merupakan kegiatan yang aktif dari subyek untuk memperoleh sesuatu yang baru dan perubahan keseluruhan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman-pengalaman, dan belajar adalah suatu proses dan bukan suatu hasil. Perlu ditambahkan yang dimaksud aktivitas belajar adalah aktivitas yang bersifat fisik maupun mental. Dalam kegiatan belajar kedua aktivitas tersebut itu harus selalu terkait. Sebagai contoh seseorang sedang belajar dengan membaca, secara fisik kelihatan orang tersebut sedang membaca suatu buku, tapi mungkin pikiran atau sikap mentalnya tidak setuju pada buku yang dibaca. Ini menunjukkan tidak ada keserasian antara aktivitas fisik dengan aktivitas mental. Kalau sudah demikian, maka belajar tidak akan optimal. Begitu juga sebaliknya kalau yang aktif hanya mentalnya saja, juga kurang bermanfaat. Jadi, jelas bahwa aktivitas itu sangat diperlukan dalam belajar, tidak ada kegiatan tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu hasil belajar seseorang tergantung pada apa yang telah diketahui si subyek belajar, dan tujuan, adalah motivasi yang mempengaruhi proses interaksi dengan bahan yang sedang dipelajari berupa aktivitas dalam belajar. 7. Manfaat dan Dampak Alat Komunikasi Handphone (HP) Perkembangan teknologi yang begitu pesat pada saat ini tidak bisa dipungkiri lagi, berbagai penemuan baru muncul tiap harinya. Kita bisa menemukan model maupun feature handphone yang baru yang selalu 57 Zakiah Dradjat, Dkk, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995), Cet. 1, h. 138 40 dipromosikan, mulai dari kelas bawah sampai atas, dan saat ini yang lagi tren yaitu handphone blackberry. Pada prinsipnya teknologi ini berkembang untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan manusia agar dalam kehidupannya dapat lebih mudah berkomunikasi ataupun melakukan sesuatu, tapi apakah tujuan ini benar-benar tercapai dalam kehidupan kita?. Oleh dari itu di sini penulis akan mengemukakan manfaat dan dampak dari penggunaan alat komunikasi handphone. 1. Manfaat Handphone 1. Untuk mempermudah berkomunikasi Handphone adalah alat komunikasi, baik jarak dekat maupun jarak jauh dan merupakan alat komunikasi lisan atau tulisan yang dapat menyimpan pesan dan sangat praktis untuk dipergunakan sebagai alat komunikasi karena bisa dibawa kemana saja. Sebab itulah handphone sangat berguna untuk alat komunikasi jarak jauh yang semakin efektif dan efisien. selain perangkatnya yang bisa dibawa ke mana-mana dan dapat dipakai di mana saja.58 2. Untuk meningkatkan jalinan sosial Di samping sebagai alat komunikasi handphone tersebut dapat berfungsi untuk meningkatkan jalinan sosial karena dengan handphone seseorang bisa tetap berkomunikasi dengan saudara yang berada jauh, agar selalu menjaga tali silaturahmi dan kerap kali handphone ini juga digunakan untuk menambaha teman dengan orang lain. 3. Untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi Karena alat komunikasi handphone merupakan salah satu buah hasil dari kemajuan teknologi saat ini, maka handphone tersebut dapat dijadikan salah satu sarana untuk menambah pengetahuan siswa tentang kemajuan teknologi sehingga siswa tidak dikatakan menutup 58 Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar, www.edukasi.kompasiana.com, Jakarta, 23 Desember 2011 41 mata akan kemajuan di era globalisasi saat ini, jika kita amati saat ini feature handphone sangatlah lengkap sampai jaringan internet pun sudah dapat diakses dari handphone. Hal tersebut dapat digunakan siswa untuk mengetahui apa yang ada di sekeliling mereka dengan catatan handphone itu digunakan dengan bijaksana.59 4. Sebagai alat penghilang stress Salah satu manfaat tambahan dari handphone yaitu sebagai alat penghilang stess. Seperti yang telah diungkapkan sebelumnya bahwa hendphone saat ini sudah memliki feature yang sangat lengkap seperti Mp3, video, kamera, permainan, televisi, radio, dan layanan internet. Sehingga feature tersebut dapat dijadikan seseorang untuk menghilangkan stress. Mungkin masih banyak lagi manfaat yang dapat diambil dari kemajuan alat komunikasi handphone saat ini, tapi sekali lagi penulis mengatakan bahwa manfaat handphone di atas dapat diperoleh apabila handphone tersebut dapat digunakan dengan bijaksana sesuai dengan kebutuhan dan fungsinya. 2. Dampak Handphone Memang jelas manfaat handphone terbesar yaitu sebagai alat komunikasi agar tetap terhubung dengan teman ataupun keluarga, yaitu sesuai dengan fungsi awalnya, dan selain fungsi di atas handphone tersebut bisa bermanfaat untuk menambah pengetahuan tentang kemajuan teknologi dan untuk memperluas jaringan. Di samping handphone mempunyai manfaat bagi penggunanya, handphone tersebut juga mempunyai dampak negatif, di antara dampak negatifnya secara umum yaitu: 1. Membuat siswa malas belajar Anak-anak yang sudah kecanduan handphone, maka setiap saatnya hanya bermain handphone dan handphone. Merka tidak lagi 59 Uswatun, Dampak positif dan negatif HP bagi Pelajar,… Jakarta, 23 Desember 2011 42 berpikir pada hal yang lain. Bagi mereka handphone merupakan teman setia yang setiap ke mana-mana selalu dibawa, rasanya tidak lengkap tanpa handphone di genggamannya. Pada saat belajar di rumah siswa mendampingi buku dengan handphone. Pada awalnya mendengarkan musik atau Mp3 untuk menciptakan suasana belajar yang nyaman akan tetapi ketika bunyi telepon atau sms (short messege service) maka buku itu ditinggalkan siswa berpaling ke handphone. Mereka malas belajar dan lebih senang teleponan (talking-talking) dan smsan. keberadaan handphone memanng sangat penting bagi kehidupan di jaman era globalisasi seperti sekarang ini. Tapi jika ternyata handphone disalahgunakan maka akan berdampak negatif. Seperti handphone yang semesti belum diberikan kepada siswa tetap sudah diberikan kalau, memang jika siswa bisa memanfaatkan sesuai fungsinya maka itu sangat baik tapi tidak sedikit siswa yang menyalahgunakan handphone dari fungsinya dan pada akhirnya handphone tersebut dapat mengganggu proses belajar dan menurunkan prestasi belajar siswa. 2. Menggangu konsentasi belajar siswa Konsentrasi adalah tingkat perhatian kita terhadap sesuatu, dalam konteks belajar berarti tingkat perhatian siswa terpusat terhadap segala penjelasan atau bimbingan yang diberikan guru. Seharusnya ketika seorang guru sedang memberikan materi pelajaran seluruh perhatian siswa harus terfokus kepada penjelasan guru tersebut. Akan tetapi sering sekali handphone yang mereka punya menjadi salah satu penyebab konsentrasi siswa menurun, bagaimana tidak ketika seorang guru sedang menjelaskan pelajaran siswa lebih asyik memainkan handphone seperti smsan dengan temannya, main games, bahkan update status di jejaring sosial facebook dan lain sebagainya. Akibat dari itu semua saat evaluasi atau ulangan siswa tidak bisa menajawab 43 soal akhirnya mendapat nilai yang buruk, dan hal itulah yang menyebabkan proses belajar gagal.60 3. Melupakan tugas dan kewajiban Handphone sebenarnya sangatlah bermanfaat jika dipergunakan sebagaiman mestinya. Tetapi yang terjadi khususnya para pelajar menyalahgunakan handphone tersebut untuk keperluan lain. Anakanak terlalu asyik bermain handphone dengan feature handphone yang semakin canggih selain untuk menelepon dan sms, handphone tersebut sudah ada feature permainan (games), Mp3, video, kamera, radio, televisi bahkan jaringan internet. Tidak sedikit siswa melupakan tugas dan kewajiabannya akibat bermain handphone. Mereka tidak lagi memperhatikan tugas dan kewajibannya sebab disibukkan oleh handphone yang mereka punya. Akibatnya siswa tidak menguasai materi belajarnya dan tidak sedikit siswa yang lupa mengerjakan tugas dari guru karena sibuk memainkan handphone. dengan bermain handphone saat pelajaran berlangsung atau tidak mengerjakan PR, itu berarti siswa telah mengabaikan dan melupakan tugas dan kewajibannya. Hal itu tentunya tidak boleh terjadi oleh karena itu di sini memerlukan peranan dan perhatian dari guru dan orang tua. 4. Mengganggu perkembangan anak Dengan perkembangan alat komunikasi handphone maka tercipta feature canggih yang tersedia di handphone seperti yang telah disebutkan sebelumnya akan mengganggu siswa dalam menerima pelajaran di sekolah, tidak jarang mereka disibukkan dengan menerima panggilan, sms, misscall dari teman mereka bahkan dari keluarga mereka sendiri, lebih parah lagi ada yang menggunakan handphone untuk mencontek (curang) dalam ulangan, bermain game saat guru menjelaskan pelajaran di samping itu karena saat ini 60 Bunga Kehidupan, Pengaruh Handphone terhadap Pelajar, www.bbawor.blogspot.com, Jakarta, 23 Desember 2010 44 handphone sudah dilengkapi dengan layanan internet tidak jarang ditemui siswa yang asyik bermain faceboo/twitter saat pelajar berlangsung dan sebagainya. Kalau hal tersebut dibiarkan maka generasi yang kita harapkan akan menjadi rusak dan perkembangan teknologi yang kita banggakan kehadirannya dapat berdampak buruk untuk perkembangan dan masa depan anak.61 5. Sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan perilaku Jika tidak ada kontrol dari guru dan orang tua. Alat komunikasi handphone bisa digunakan untuk menyebarkan gambar-gambar yang mengandung unsur porno dan sebagainya yang sama sekali tidak layak dilihat seorang pelajar dan pada akhirnya sangat berpotensi mempengaruhi sikap dan prilaku.62 6. Pemborosan Dengan mempunyai alat komunikasi handphone, maka pengeluaran kita akan bertambah, apalagi kalau handphone hanya digunakan untuk hal-hal yang tidak bermanfaat maka hanya akan menjadi pemborosan. Dengan anggaran orang tua yang serba minim para siswa memaksa orang tuanya untuk dapat dibelikan handphone. Belum lagi para pelajar setelah itu harus meminta uang kepada orang tua untuk membeli pulsa setiap bulan bahkan setiap hari. Jika siswa tidak mempunyai buku maka mereka beralasan dengan tidak punya uang, tetapi dibalik itu kalau untuk urusan membeli pulsa tidak ada kata : “ tidak punya uang”63 61 Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,… Jakarta, 23 Desember 2011 Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,… Jakarta, 23 Desember 2011 63 Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi Pelajar,… Jakarta, 23 Desember 2011 62 45 C. Penelitian Terdahulu yang Relevan Dalam penelitian yang penulis akan teliti ini, ada penelitia yang relevan sebagai bahan acuana penulis antara lain yaitu penelitian yang berjudul “Pengaruh Menonton Televisi Terhadap Aktivitas Belajar Siswa (Studi Kasus di SMPN 235 Jakarta)” penelitian tersebut dilakukan oleh Sarip Zaenudin, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2007. Dalam penelitian tersebut terdapat hubungan negatif yang signifikan antara mononton televisi terhadap aktivitas belajar siswa, sehingga aktivitas belajar mereka tidak tertib dan membuat pekerjaan mereka menjadi terlalaikan. Ini berarti tayangan televisi cukup berpengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Hal tersebut dibuktikan karena adanya ketergantungan siswa terhadap menonton televisi. Kemudian penelitian tentang pengaruh alat komunikasi handphone dalam bidang pendidikan, dengan judul “Pengaruh Budaya Penggunaan Alat Komunikasi Handphone Terhadap Akhlak Siswa Di SMK Al-Hidayah Cinere” Penelitian tersebut dilakukan oleh Pailin, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, pada tahun 2010. Penelitian tersebut terdapat pengaruh yang positif antara variabel X yaitu budaya penggunaan handphone dengan variabel Y yaitu akhlak siswa dengan kategori cukup atau sedang, sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa alat komunikasi handphone berpengaruh terhadap akhlak siswa. Dari penelitian terdahulu tersebut, Penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) Terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan”. Penulis memfokuskan penelitian ini pada pengaruh alat komunikasi handphone pada aktivitas belajar siswa atau bisa juga diartikan pada proses belajar siswa, baik itu proses belajar di sekolah maupun di rumah. 46 D. Kerangka Berfikir Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi sudah sedemikian cepat sehingga tanpa kita sadari sudah mempengaruhi setiap aspek kehidupan manusia, dan dewasa ini produk teknologi sudah menjadi kebutuhan seharihari dalam menjalankan aktivitas kehidupan. Penggunaan televisi, telepon fax, celluler phone, dan internet sudah bukan menjadi hal yang aneh ataupun baru lagi, khususnya di kota-kota besar. Alat komunikasi handphone merupakan salah satu barang atau benda yang dipakai sebagai sarana komunikasi baik itu berupa, lisan maupun tulisan, untuk penyampaian informasi atau pesan dari suatu pihak kepihak lainnya secara efektif dan efesien karena perangkatnya yang bisa dibawa kemana-mana dan dapat dipakai di mana saja. Dalam alat komunikasi handphone tersebut memang terdapat manfaat bagi kehidupan manusia antara lain: untuk berkomunikasi jarak jauh dengan keluarga, saudara atau teman. Akan tetapi dibalik manfaat tersebut mungkin terdapat dampak negatif dalam kehidupan manusia khususnya bagi para pelajar, hal tersebut dikarenakan handphone bukan saja barang yang dimiliki oleh orang dewasa tetapi handphone tersebut sudah menjelajah para pelajar. Dengan kondisi seperti itu maka banyak merugikan bagi para pelajar contohnya dalam aktivitas belajar siswa. Bisa saja para pelajar asyik memainkan handphone yang mereka miliki pada saat guru sedang menjelaskan materi pelajaran dan bisa juga siswa melupakan tugas sekolah karena asyik memainkan handphone, baik itu berupa menelepon, sms, memutar Mp3, mendengarkan radio, menontong televisi, bahkan internetan seperti yahoo, facebook, twitter, dan sebagainya. Dalam kegiatan belajar sangatlah berkaitan dengan yang namanya aktivitas, tidak ada suatu pekerjaan tanpa adanya aktivitas. Oleh karena itu aktivitas sangat diperlukan dalam proses belajar baik itu di sekolah maupun di rumah. Dari aktivitas yang dilakukan seorang itulah yang merupakan salah satu diantara yang mempengaruhi hasil dan prestasi belajar siswa. 47 Karena penggunaan handphone di kalangan siswa dapat mempengaruhi terhadap aktivitas belajar siswa yang berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Maka sangat diperlukan perhatian dan pengawasan dari orang tua di rumah maupun guru di sekolah, untuk mengawasi para siswa dalam menggunakan alat komunikasi handphone tersebut, agar tidak terjadi dampak negatif yang tidak diinginkan. E. Hipotesis Penelitian Hipotesis diajukan untuk membuktikan benar atau tidaknya dugaan penulis mengenai adanya pengaruh negatif handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Menurut Sumadi Suryabrata dalam bukunya Metodologi Penelitian menjelaskan bahwa: “Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara teoritis dianggap paling tinggi tingkat kebenarannya”.64 Jadi, hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara, karena dugaan itu bisa benar, bisa juga salah, oleh karena itu perlu diteliti. Jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Hipotesis nol, disingkat (Ho) Ho : Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa. 2. Hipotesis kerja atau disebut dengan Hipotesis alternatif (Ha) Ha : Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Maka penulis mengajukan hipotesis penelitian bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Dengan kata lain menerima hipotesis alternatif (Ha) dan menolak hipotesis nol (Ho). 64 Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, ( Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 1995), Cet. IX, h. 69 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan penelitian kuantitatif yakni penyelidikan tentang masalah kemasyarakatan atau kemanusiaan yang didasarkan pada pengujian suatu teori yang tersusun atas variabel-variabel, diukur dengan bilangan-bilangan dan dianalisis dengan prosedur statistik. Bertujuan menentukan apakah generalisasi-generalisasi prediktif dari teori tertentu yang diselidiki terbukti kebenarannya (Creswell, 1994). Adapun dalam penulisan penelitian ini menggunakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan “metode statistik deskriptif analisis yaitu metode yang ditujukan untuk mendesrifsikan atau menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik berupa alami maupun rekayasa manusia dengan sifat kajiannya menggunakan ukuran, jumlah atau frekuensi”.1 Dan yang ditunjang oleh datadata yang diperoleh melalui penelitian lapangan (field research) yaitu mengumpulkan data dari objek yang diteliti. B. Tempat dan Waktu Penelitian Adapun penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 66 Jakarta, yang berlokasi di Jl. Masjid An-Nur, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, yang dilaksanakan pada bulan Mei - Oktober 2011 1 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, 2006), Cet. II, h.72 48 49 C. Variabel Penelitian Menurut Anas Sudijono, dalam bukunya Pengantar Statistik Pendidikan, mengartikan “kata variabel berasal dari bahasa Inggris variable dengan arti “ubahan”, “faktor tak tetap”, atau “gejala yang dapat diubahubah”.2 Suharsimi Arikunto dalam bukunya Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktik, menegaskan bahwa: “Variabel adalah objek penelitian, atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian”.3 Dalam penelitaian ini terdapat dua variabel antara lain yaitu: 1. Variabel penggunaan alat komunikasi handphone yang merupakan variabel X sebagai variabel bebas. 2. Variabel aktivitas belajar siswa merupakan variabel Y sebagai variabel terikat. D. Populasi dan Sampel Yang dimaksud dengan populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian yang terdiri dari manusia, benda, hewan, tumbuh-tumbuhan, peristiwa sebagai sumber data yang menilai karakteristik tertentu dalam sebuah penelitian”.4 Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh siswa yang ada di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan yang berjumlah 516 siswa yang terdiri dari 14 kelas, antara lain yaitu kelas VII ada 5 kelas berjumlah 176 siswa, kelas VIII ada 5 kelas berjumlah 189 siswa, dan kelas IX ada 4 kelas berjumlah 151 siswa. Untuk menyederhanakan proses pengumpulan data dan pengolahan data, maka penulis mengambil teknik sampling. Sampling (pengambilan sampel) menurut Nana Syaodih Sukmadinata merupakan suatu proses pemilihan dan penentuan jenis sampel dalam perhitungan besarnya sampel yang akan 2 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), h. 36 3 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), Cet. Ke X, h. 161 4 Herman Wasito, Pengantar Metodologi Penelitian, (Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992), h. 49 50 menjadi subyek atau obyek penelitian.5 Jadi disini sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Penulis mengambil sampel sebanyak 55 siswa dari seluruh jumlah populasi. Pengambilan sampel penelitian ini berdasarkan pendapat Suharsimi Arikunto, yaitu: “Apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlah subyeknya lebih besar, dapat diambil 10-15%, atau 20-25%, atau lebih”.6 Penulis memilih kelas VIII untuk dijadikan sampel penelitian yang nantinya akan diberikan kuesioner atau angket. Dalam pemilihan sampel penulis menggunakan metode random sampling yaitu cara pengambilan sampel secara acak adalah pemilihan ukuran sampel dari suatu populasi di mana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang sama untuk menjadi sampel. E. Teknik Pengumpulan Data Untuk memperoleh data yang diperlukan maka penulis menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi, secara umum dapat diartikan cara menghimpun bahan-bahan keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dengan pencatatan secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang di jadikan sasaran pengamatan.7 Dalam hal ini penulis mengamati kondisi umum sekolah SMP Negeri 66 Jakarta Selatan. b. Interview (wawancara) yaitu suatu cara yang digunakan untuk mendapatkan jawaban dari responden dengan jalan bertanya sepihak dan dari jawaban yang diberikan responden kepada pewawancara untuk dijadikan informasi melalui pedoman wawancara.8 Wawancara dilakukan kepada siswa, guru dan kepala sekolah di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan. 5 6 7 76 8 Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan,… h. 252 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,… h. 107 Anas Sudjiono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2006), h. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,… h. 198 51 c. Angket atau kuesioner yaitu sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi dan hal-hal yang ia ketahui. Kuesioner dapat juga diartikan suatu daftar yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai suatu masalah atau bidang yang akan diteliti.9 Penyebaran angket diberikan pada sampel yang telah ditentukan yaitu siswa kelas VIII yang telah dipilih secara acak (random sampling). F. Teknik Pengolahan dan Analisis Data a. Teknik Pengolahan Data Data yang telah terkumpul diolah terlebih dahulu melalui langkah-langkah sebagai berikut: 1. Editing / memeriksa Hal ini dilakukan setelah semua data yang telah terkumpul melalui cara angket/kuesioner atau instrumen lainnya. Langkah pertama yang perlu dilakukan adalah memeriksa kembali semua kuesioner tersebut satu persatu. Hal tersebut dilakukan dengan maksud mengoreksi, apakah setiap kuesioner telah terisi sesuai petunjuk sebelumnya. 2. Scoring Pemberian skor terhadap butir-butir pertanyaan yang terdapat dalam angket/kuesioner, dengan memperhatikan jenis data yang ada sehingga tidak terjadi kesalahan terhadap butir pertanyaan yang tidak layak diberi skor. 3. Tabulasing Perhitungan terhadap hasil skor yang telah ada. Tabulasing ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran dalam setiap item yang penulis kemukakan.10 9 Cholid Narbuka dan Abu Ahmad, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), Cet. VI, h. 76 10 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,… h. 278 52 b. Teknik analisis data Setelah data terkumpul dengan lengkap tahap berikutnya adalah tahap analisis data. Analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel dan menggunakan teknik deskriptif persentase sebagai berikut:11 Tabel 1 Skor item alternatif jawaban responden Positif Negatif Jawab Skor Jawab Skor Selalu 4 Selalu 1 Sering 3 Sering 2 Kadang-kadang 2 Kadang-kadang 3 Tidak Pernah 1 Tidak Pernah 4 Kemudian melihat rata-rata skor jawaban siswa dengan klasifikasi sebagai berikut: Tabel 2 Klasifikasi skor angket Klasifikasi Keterangan Jumlah Skor Jawaban 25 – 50 Rendah 51 – 75 Sedang 76 – 100 Tinggi Dalam penelitian ini rumusan yang digunakan adalah korelasi product moment, secara operasional analisis data tersebut dilakukan melalui tahapan: 11 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,… h. 285 53 1. Mencari angka korelasi dengan rumus sebagai berikut: rxy = N∑ XY – (∑X)(∑Y) (𝑵∑𝑿² − (∑𝑿)²) (𝑵∑𝒀² − (∑𝒀)²) Keterangan: rxy : Angka indeks “r” product moment (antara variabel X dan Y) N : Number of cases ∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y ∑X : Jumlah seluruh skor X ∑Y : Jumlah seluruh skor Y 2. Memberikan interpretasi terhadap rxy, yaitu: a. Interpretasi sederhana dengan cara mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment seperti di bawah ini: Tabel 3 Interpretasi angka indeks korelasi “r” product moment Besarnya “r” Product Interpretasi Moment (rxy) 0,00 – 0,20 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi, akan tetapi korelasi sangat lemah atau sangat rendah sehingga korelasi itu diabaikan (dianggap tidak ada korelasi antara variabel X dan variabel Y) 0,20 – 0,40 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang lemah atau rendah 0,40 – 0,70 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sedang atau cukup 0,70 – 0,90 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang kuat atau tinggi 54 0,90 – 1,00 Antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi yang sangat kuat atau sangat tinggi b. Interpretasi terhadap angka indeks korelasi “r” product moment dengan jalan berkonsultasi pada tabel “r” product moment. Apabila cara ini ditempuh, maka prosedur yang harus dilalui adalah sebagai berikut: 1) Merumuskan hipotesis alternatif (Ha) dan hipotesis nihil (Ho). 2) Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang telah tercantum dalam tabel nilai, terlebih dahulu mencari derajat bebasnya (db) atau degrees of freedomnya (df) yang rumusnya sebagai berikut: Df = N – nr Keterangan: Df : Degrees of freedom N : Number of cases nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan Setelah memberikan interpretasi secara kasar atau sederhana maka langkah selanjutnya yaitu adalah mencari seberapa besar kontribusi variabel X terhadap variabel Y, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: KD = r² x 100% Keterangan: KD = Koefiensi Determinasi ( kontribusi variabel X terhadap variabel Y ) r 12 = Koefiensi korelasi antara variabel X dengan variabel Y.12 Anas Sudjiono, Pengantar Statistik Pendidikan, … h. 180. 55 G. Instrument Penelitian Instrumen penelitian adalah alat yang dipakai untuk mengumpulkan data melalui pedoman tertulis tentang pengamatan wawancara, dan daftar pertanyaan (angket) yang disiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden.13 Adapun kisi-kisi instrumen dalam penyusunan angket (daftar pertanyaan) tersebut, adalah sebagai berikut: Tabel 4 Kisi-kisi instrument angket No 1 Variabel Aspek Alat Kepemilikan Komunikasi atau Handphone kepentingan (HP) Terhadap Handphone Indikator - Apakah kamu mempunyai handphone Butir Soal Jumlah 1, 2, 3, 4, 5 5 - Apakah kamu memaksa orangtua untuk membelikan handphone - Apakah kamu membawa handphone saat pergi ke sekolah - Apakah kamu menelpon dalam sehari lebih dari satu jam - Apakah kamu menghabiskan pulsa lebih dari Rp 25.000,- dalam satu bulan 13 Ronny Kountur, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, (Jakarta: CV.Taruna Grafika 2003), Cet ke-1, h. 113 56 Pemanfaatan Handphone secara Positif - Apakah kamu menggunakan handphone untuk hal-hal yang positif 6, 7, 8, 9, 10 5 11,12, 13, 5 - Apakah kamu memberi kabar pada orangtua melalui handphone - Apakah kamu menambah teman/berkenalan menggunakan handphone - Apakah kamu berbicara dengan bahasa sopan dihandphone - Apakah kamu meminta maaf dengan menggunakan handphone apabila punya salah Pemanfaatan Handphone secara Negatif - Apakah kamu melihat gambar atau video porno dari handphone - Apakah kamu membohongi teman melalui handphone - Apakah kamu merasa sombong dengan mempunyai handphone - Apakah kamu minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa 14, 15 57 - Apakah kamu mengancam seseorang dengan menggunakan handphone 2 Aktivitas Belajar Siswa - Apakah kamu menonaktifkan Belajar Siswa handphone saat masuk kelas Di Sekolah Proses - Apakah kamu memainkan handphone saat pelajaran di dalam kelas berlangsung - Apakah kamu meminta jawaban ujian ulangan dengan menggunkan SMS - Apakah kamu membuka facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung - Apakah guru memainkan handphone saat mengajar di dalam kelas - Apakah guru mengajar dengan metode (cara belajar) yang bervariasi/bermacam -macam - Apakah pihak sekolah mengadak razia handphone 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8 8 58 - Apakah guru atau pihak sekolah memberi nasehat tentang dampak negatif handphone - Apakah kamu malas belajar akibat Belajar Siswa keasyikan bermain handphone Di Rumah Proses - Apakah kamu lupa mengerjakan PR akibat memainkan handphone - Apakah kamu menelpon di atas pukul 21.00 WIB - Apakah kamu belajar kelompok di rumah - Apakah handphone kamu aktif 24 jam - Apakah saat belajar di rumah orangtua kamu mendampingi - Apakah orangtua kamu menasehati agar tidak menggunakan handphone secara berlebihan 9, 10,11, 12, 13, 14, 15 7 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Sekolah 1. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 66 Jakarta ini berdiri pada tanggal 30 Mei 1965, berlokasi di Rawa Kemiri (sekarang SDN 01, dekat pom bensin), Jalan raya Kebayoran Lama Jakarta Selatan. SMP Negeri 66 Jakarta ini merupakan pindahan dari sekolah swasta (BAPERKI) yang saat ini sangat dominan siswa-siswinya bermata sipit, WNI keterunan sampai kurun waktu yang sangat panjang. Bahkan pada tahun 1979 keadaan sekolah masih didominasi oleh mereka. Seolah-olah seperti mengajar di tepi sungai Hoang Ho. Karena kalau mengabsen siswasiswinya masih dengan panggilan The Tjui, Tjong Tjing, Ng Gwee Yu, Tek Po dan sebagainya. Setelah sistem Rayon diberlakukan sedikit demi sedikit hilanglah himpunan nama-nama tersebut di atas dan muncullah himpunan nama-nama yang baru seperti Dedi Rahman, Ahmad Sauqi, Ahmad Fauzi, Muhammad Mahfud, Linda dan sebagainya.1 Berubahnya nama-nama tersebut, berubah pula guru dalam memberi ilmu kepada siswanya baik itu metode maupun cara penerapannya. Sejak berdirinya sampai sekarang SMP Negeri 66 Jakarta sudah mengalami beberapa kali pergantian kepemimpinan, yaitu: 1 Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011 59 60 1. S. Soemarsono (1965 – 1968) 2. Drs. H. M. Hasan Sadjali (1968 – 1980) 3. Kusnadi (1968 – 1981) 4. Drs. A. Ismail (1981 – 1984) 5. S. Soemarsono (1984 – 1986) 6. Marliyah Sumartono (1987 – 1993) 7. Drs. Kuncoro. AS (1993 – 1995) 8. Drs. Iskandar (1995 – 1998) 9. Drs. Boestomy Yaqub (1998 – 2004) 10. H. Suroto Santoso, MM (2004 – 2006) 11. Dra. Irawati (2006 – 2010) 12. Drs. Moh. Khotim, M.Pd (2010 – Sekarang) Pada tahu 2006 merupakan tahun bersejarah karena pucuk pimpinan sekolah SMP Negeri 66 mengalami perubahan. Bapak H. Suroto Santoso, MM di mutasi ke SMP Negeri 153 dan digantikan oleh kepala sekolah yang baru yaitu Ibu Dra. Irawati yang jabatan sebelumnya yaitu wakil kepala sekolah SMP Negeri 48 Jakarta Selatan. Setelah kepala sekolah yang baru menjabat, maka sekolah SMP Negeri 66 mengalami perombakan yang dulunya hanya satu lantai sekarang menjadi empat lantai yang berada di jalan masjid an-Nur II grogol selatan kebayoran lama dengan luas tanah 1.940 M² dan diselesaikan pembangunannya pada bulan Desember 2007 diresmikan pada tanggal 14 Juni 2007. Kemudian pada tanggal 8 Oktober 2010 Drs. Moh. Khotim, M.Pd dilantik di Dinas Provinsi DKI Jakarta dan promosi di SMP Negeri 85 Jakarta sebagai kepala sekolah. Dan setelah itu diresmikan menjadi kepala sekolah pada tanggal 1 November 2010 sebagai kepala sekolah di SMP Negeri 66 Jakarta selatan sampai saat ini.2 2 Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011 61 2. Profil Sekolah 1. Nama Sekolah : SMP Negeri 66 Jakarta 2. Nomor Statistik Sekolah : 201.016.305.086 Nomor Induk Sekolah : 200 040 Nomor Pokok Sekolah Nasional : 2010 2491 3. Tipe Sekolah :C : Jl. Masjid An’Nur III Rt.13/01 No.1 4. Alamat Sekolah Kelurahan : Grogol selatan Kecamatan : Kebayoran Lama Kota Administrasi : Jakarta Selatan Provinsi : DKI Jakarta Kode Pos : 12220 5. Telepon : 021 – 7262921 Faximile : 021 – 7262921 Email : smpn66jkt@yahoo.co.id 6. Status Sekolah : Negeri Tanggal Berdiri / Beroperasi : 30 Mei 1965 : “A” 7. Nilai Akreditasi Sekolah Tahun Akreditasi : 2009 8. Pendidik dan Tenaga Kependidikan : a. Pimpinan Sekolah. Tabel 5 Pimpinan Sekolah Jabatan Nama Jenis Usia Kelamin Pendidikan Masa Akhir Kerja Kepala Sekolah Drs. Moh. Khotim, M.Pd L 47 S–2 Wakil Kepala Arman Achmad, S.Pd L 53 S–1 26 62 b. Guru. 1. Kualifikasi pendidikan, status, jenis kelamin dan jumlah Tabel 6 Pendidikan, status, jenis kelamin guru No Tingkat Pendidikan Jumlah dan Status Guru GT / PNS Lk 1 S–3/S-2 2 2 S–1 10 3 D–4 4 D – 3 / Sarjana Muda 5 D–2 6 D–1 7 SMA Sederajat Pr GTT / Guru Bantu Lk 7 2 Pr 1 3 3 20 1 3 2 Jumlah 12 11 2 1 4 2. Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya Tabel 7 Nama-nama guru, karyawan sekolah beserta jabatannya NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Nama Drs. Moh. Khotim, M.Pd Drs. H. Hanom Iskandar, MM Drs. Yurianto, MM Trie Ariani, S.Pd Agus Subali, S.Pd Hj. Sri Harpini Drs. Ismurni Abdul Muis Zulyetni syawir, A.Md.Pd Drs. Zaenal Abidin Jumlah Jabatan Kepala Sekolah Guru Staf Pengemb. Mutu Guru Guru Guru Guru Guru Guru 28 63 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 Arman Achmad, S.Pd Suparno, S.Pd Drs. H. Nahrowi Abadi Erny Suryanti Diah Nur Pancawati, S.Pd Drs. Iman Firmansyah Asep Saripudin, S.Pd Drs. Jati Kusworo Siti Rohmah, S.Ag Dra. Farianis Suwarti, S.Pd Yulia, S.Pd Kumodjoyo, S.Pd Lestari Kurniawati, S.Pd, M.Pd Slamet Riyadi Dra Junimar Nina Sukesti, S.Pd Fathurrahmah, S.Pd Ainul Wardah, S.Pd, M.Pd Hj. Edah Hanidah, Se Suhardja Supriyati Suwarni Nur Azizah Moch. Ilham Sr, A.Md Margo Budi Santoso Mugiyono Effendi Udin Wahyudin Wiyono Efriyandi Lukman Hakim Wakil Kepala Sekolah Guru Guru Guru Guru Staf Sarana Prasarana Staf Kesiswaan Guru Guru Guru guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Guru Kepala Urusan Tata Usaha Staf Tata Usaha Staf Tata Usaha Staf Tata Usaha Staf Tata Usaha Staf Tata Usaha Staf Tata Usaha Pustakawan Petugas Keamanan Petugas Kebersihan Petugas Kebersihan Petugas Keamanan Petugas Kebersihan 9. Jumlah siswa/i SMP Negeri 66 tahun ajaran 2011 - 2012 Tabel 8 Jumlah siswa tahun ajaran 2011 - 2012 Tahun Pelajaran Kelas VII Kelas VIII Kelas IX L P L P L P 74 102 100 89 72 79 Jumlah Siswa Rombel 64 2011 – 2012 176 189 151 Jumlah kelas 5 5 4 3. 516 Ekstra Kulikuler SMP Negeri 66 Jakarta Selatan Dalam upaya mengembangkan dan menuangkan bakat dan keterampilan para siswa, maka sekolah menyediakan kegiatan ekstra kulikuler, diantaranya: 4. 1. Pramuka 5. English Club 2. PMR 6. KIR 3. Rohis 7. Marawis 4. Pancak Silat 8. Paduan Suara Visi dan Misi SMP Negeri 66 Jakarta. 1. Visi : ”Menciptakan sumber daya manusia yang menguasai IPTEK berlandaskan IMTAQ” 2. Misi : 1. Meningkatkan Dedikasi dan Kompetensi Guru dan Karyawan 2. Menciptakan Suasana Belajar Yang Kompetitif 3. Meningkatkan Produktivitas Kegiatan Belajar Mengajar 4. Mewujudkan Suasana Kekeluargaan Antara Sesama Komunitas Sekolah 5. Untuk mencapai tujuan tersebut diatas perlu disusun suatu program yang sistematis sehingga kegiatan-kegiatan yang ada di sekolah mengarah kepada pencapaian tujuan pendidikan. Atas dasar itulah SMP Negeri 66 Jakarta memandang perlu adanya Program Sekolah sebagai dasar pelaksanaan kegiatan di SMP Negeri 66 Jakarta.3 3 Moh. Khotim, Wawancara, Jakarta, 04 Oktober 2011 14 65 5. Peraturan Penggunaan Handphone di SMP Negeri 66 Jakarta Berdasarkan beberapa kasus yang sudah terjadi pihak sekolah membuat tata tertib tentang penggunaan handphone disekolah. Diantara isi tata tertibnya yaitu. 1) Siswa boleh membawa handphone ke sekolah tetapi tidak boleh digunakan saat belajar berlangsung 2) Apabila siswa ketahuan menggunakan handphone saat belajar, handphonenya akan disita dan boleh diambil atau dikembalikan jika orang tua yang mengambilnya. 3) Sekolah tidak bertanggung jawab jika terjadi kehilangan handphone. 4) Tidak diperkenankan membawa handphone yang mahal. Untuk melarang secara ekstrim seperti siswa tidak boleh membawa handphone ke sekolah, hal tersebut sangat sulit karena orang tua berhak mengetahui keberadaan anaknya, biasanya untuk mengontrol saat pulang sekolah atau hal lainya akan tetapi kalau ada hal lain pihak sekolah sudah menginformasikan agar orang tua menghubingi guru atau pihak sekolah agar tidak menggangu kosentrasi siswa saat belajar.4 B. Deskripsi Data Telah penulis kemukakan pada bab sebelumnya salah satu teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan angket yang telah disebarkan kepada para siswa. Angket yang telah disebarkan pada siswa yaitu sebanyak 55 angket yang telah dipilih secara acak. Kemudian data yang telah diperoleh dari angket tersebut diolah dalam bentuk tabel distribusi frekuensi yang dilengkapi dengan prosentase dengan menggunakan rumus: 𝐏= 4 𝐅 𝐗 𝟏𝟎𝟎% 𝐍 Siti Rohmah, Wawancara, Jakarta, 03 Oktober 2011 66 Keterangan: P : Persentase F : Frekuensi N : Number of cases Hasil angket kemudian dimasukan ke dalam tabulasi yang merupakan persentase dari data-data instrumen pengumpulan data (angket) menjadi tabel angka-angka dalam persentase yang dapat dilihat pada tabel-tabel berikut ini: a. Kepemilikan dan Kepentingan Handphone Tabel 9 Siswa yang mempunyai handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Ya 55 100% 2 Tidak - - 55 100% Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa (100%) siswa menyatakan mempunyai handphone. Berdasarkan hasil jawaban responden tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa semua siswa mempunyai handphone. Tabel 10 Siswa memaksa orang tua untuk dibelikan Handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 67 1 Selalu 1 2% 2 Sering 1 2% 3 Kadang-kadang 29 53% 4 Tidak Pernah 24 43% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone, (2%) siswa menyatakan sering memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone, kemudian (53%) siswa menyatakan kadang-kadang memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone dan (43%) siswa menyatakan tidak pernah memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa terkadang memaksa orang tua untuk minta dibelikan handphone. Tabel 11 Siswa membawa handphone ke sekolah No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 17 31% 2 Sering 9 16% 3 Kadang-kadang 23 42% 4 Tidak Pernah 6 11% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (31%) siswa menyatakan selalu membawa handphone ke sekolah, (16%) siswa menyatakan sering membawa handphone ke sekolah, kemudian (42%) siswa menyatakan kadang-kadang 68 membawa handphone ke sekolah dan (11%) siswa menyatakan tidak pernah membawa handphone ke sekolah. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa terkadang membawa handphone ke sekolah dan tidak sedikit siswa yang membawa handphone saat pergi ke sekolah. Tabel 12 Siswa menelepon lebih dari satu jam sehari No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu - - 2 Sering 3 5% 3 Kadang-kadang 29 53% 4 Tidak Pernah 23 42% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan sering menelpon lebih dari satu jam dalam satu hari, kemudian (53%) siswa menyatakan kadang-kadang menelpon lebih dari satu jam dalam satu hari dan (42%) siswa menyatakan tidak pernah menelpon lebih dari satu jam dalam satu hari. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa terkadang menelepon lebih dari satu jam dalam sehari. Apabila seorang siswa sudah menelepon lebih dari satu jam dalam sehari hal tersebut sudah merupakan hal yang dapat mengganggu dalam aktivitas belajarnya. Di samping itu yang mugkin merupakan alasan kenapa siswa bisa menelepon lebih dari satu jam dalam sehari dikarenakan tarif telpon yang sangat murah yang ditawarkan oleh operator telepon. 69 Tabel 13 Siswa menghabiskan pulsa Rp 25.000,- dalam sebulan No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 6 11% 2 Sering 12 22% 3 Kadang-kadang 18 33% 4 Tidak Pernah 19 34% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan selalu menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan, (22%) siswa menyatakan sering menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan, kemudian (33%) siswa menyatakan kadang-kadang menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan dan (34%) siswa menyatakan tidak pernah menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan walaupun 34% siswa tidak pernah menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,dalam sebulan tetapi lebih banyak siswa yang terkadang bahkan sering menghabiskan pulsa sebesar Rp 25.000,- dalam sebulan. Apabila dalam sebulan siswa sudah menghabiskan uang untuk membeli pulsa sebesar Rp 25.000,- hal tersebut sudah merupakan perilaku pemborosan dan kebiasaan yang bersifat kurang baik untuk perkembangan siswa. b. Pemanfaatan Handphone secara Positif Tabel 14 Siswa menggunakan handphone untuk hal positif No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 70 1 Selalu 30 54% 2 Sering 13 24% 3 Kadang-kadang 12 12% 4 Tidak Pernah - - 55 100% Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa (54%) siswa menyatakan selalu menggunakan handphone untuk hal positif, (24%) siswa menyatakan sering menggunakan handphone untuk hal positif, dan (12%) siswa menyatakan kadang-kadang menggunakan handphone untuk hal positif. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa selalu menggunakan handphone untuk hal positif, walaupum masih ada siswa yang terkadang menggunakan handphone untuk hal yang negatif. Tabel 15 Siswa memberi kabar pada orang tua melalui handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 28 51% 2 Sering 18 33% 3 Kadang-kadang 9 16% 4 Tidak Pernah - - 55 100% Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa (51%) siswa menyatakan selalu memberi kabar kepada orang tua melalui handphone, (33%) siswa menyatakan sering memberi kabar kepada orang tua melalui handphone, dan 71 (16%) siswa menyatakan kadang-kadang memberi kabar kepada orang tua melalui handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa memanfaatkan fungi awal dari handphone yaitu untuk komunikasi jarak jauh diantaranya untuk memberi kabar kepada orang tua. Tabel 16 Siswa menambah teman melalui handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 16 29% 2 Sering 11 20% 3 Kadang-kadang 24 24% 4 Tidak Pernah 4 7% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (29%) siswa menyatakan selalu menambah teman melalui handphone, (20%) siswa menyatakan sering menambah teman melalui handphone, kemudian (24%) siswa menyatakan kadang-kadang menambah teman melalui handphone dan (7%) siswa menyatakan tidak pernah menambah teman melalui handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa sering bahkan selalu mengunakan handphone untuk menambah teman. Tabel 17 Siswa berbicara sopan di handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 72 1 Selalu 19 35% 2 Sering 20 36% 3 Kadang-kadang 16 29% 4 Tidak Pernah - - 55 100% Jumlah Tabel di atas menunjukkan bahwa (35%) siswa menyatakan selalu berbicara sopan di handphone, (36%) siswa menyatakan sering berbicara sopan di handphone, dan (29%) siswa menyatakan kadang-kadang berbicara sopan di handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa sering berbicara sopan di handphone Tabel 18 Siswa minta maaf melalui handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 15 27% 2 Sering 12 22% 3 Kadang-kadang 27 49% 4 Tidak Pernah 1 2% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (27%) siswa menyatakan selalu minta maaf melalui handphone, (22%) siswa menyatakan sering minta maaf melalui handphone, kemudian (49%) siswa menyatakan kadang-kadang minta maaf melalui handphone dan (2%) siswa menyatakan tidak pernah minta maaf melalui handphone. 73 Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa terkadang menggunakan handphone sebagai sarana untuk minta maaf apabila mempunyai salah kepada teman atau orang lain. c. Pemanfaatan Handphone secara Negatif Tabel 19 Siswa melihat gambar/video porno di handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu - - 2 Sering 3 5% 3 Kadang-kadang 8 15% 4 Tidak Pernah 44 80% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan sering melihat gambar/video porno di handphone, (15%) siswa menyatakan kadangkadang melihat gambar/video porno di handphone, dan (80%) siswa menyatakan tidak pernah melihat gambar/video porno di handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa hampir seluruh siswa tidak pernah melihat gambar/video porno di handphone tapi masih ada beberapa siswa yang kadang-kadang bahkan sering melihat gambar/video porno di handphone. Ketika seorang siswa sudah sering melihat gambar/video porno maka hal tersebut sangat dapat mempengaruhi perkembangannya. 74 Tabel 20 Siswa membohongi teman melalui handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 1 2% 2 Sering 3 5% 3 Kadang-kadang 33 60% 4 Tidak Pernah 18 33% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu membohongi teman melalui handphone, (5%) siswa menyatakan sering membohongi teman melalui handphone, kemudian (60%) siswa menyatakan kadang-kadang membohongi teman melalui handphone dan (33%) siswa menyatakan tidak pernah membohongi teman melalui handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa terkadang menggunakan handphone untuk membohongi teman atau orang lain. Tabel 21 Siswa merasa sombong mempunyai handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu - - 2 Sering 1 2% 3 Kadang-kadang 14 25% 4 Tidak Pernah 40 73% Jumlah 55 100% 75 Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan sering merasa sombong dengan mempunyai handphone, kemudian (25%) siswa menyatakan kadang-kadang merasa sombong dengan mempunyai handphone dan (33%) siswa menyatakan tidak pernah merasa sombong dengan mempunyai handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa tidak pernah merasa sombong dengan mempunyai handphone walaupun terkadang masih ada siswa yang merasa sombong dengan mempunyai handphone. Mungkin siswa itu merasa sombong karena handphone yang ia punya mahal harganya dan handphone temannya tidak ada yang sama dengan handphone yang ia punya. Tabel 22 Siswa minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 4 7% 2 Sering 14 26% 3 Kadang-kadang 31 56% 4 Tidak Pernah 6 11% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (7%) siswa menyatakan selalu minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa, (26%) siswa menyatakan sering minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa, kemudian (56%) siswa menyatakan kadang-kadang minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa (11%) siswa menyatakan tidak pernah minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa. 76 Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa terkadang bahkan sering minta uang pada orang tua untuk dibelikan pulsa. Tabel 23 Siswa mengancam seseorang melalui handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu - - 2 Sering - - 3 Kadang-kadang 12 22% 4 Tidak Pernah 43 78% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan kadangkadang mengancam seseorang melalui handphone dan (78%) siswa menyatakan tidak pernah mengancam seseorang melalui handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa tidak pernah mengancam seseorang melalui handphone walaupun terkadang masih ada siswa yang nenggunakan handphone untuk mengancam seseorang. Terkadang siswa tidak tahu dampak negatif dari mengancam atau menteror seseorang, sudah banyak kasus penteroran yang dilakukan melalui telepon atau handphone seperti penteroran tentang masalah keberadaan bom yang belum lama ditayangkan di televisi. Hal tersebut merupakan perbuatan yang sangat tidak baik dan dapat merugikan banyak orang lain. 77 d. Proses Belajar Siswa di Sekolah Tabel 24 Siswa menonaktifkan handphone saat di dalam kelas No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 12 22% 2 Sering 20 36% 3 Kadang-kadang 7 13% 4 Tidak Pernah 16 29% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan selalu menonaktifkan handphone saat di dalam kelas, (36%) siswa menyatakan sering menonaktifkan handphone saat di dalam kelas, kemudian (13%) siswa menyatakan kadang-kadang menonaktifkan handphone saat di dalam kelas dan (29%) siswa menyatakan tidak pernah menonaktifkan handphone saat di dalam kelas. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa masih banyak siswa yang tidak menonaktifkan handphone saat di dalam kelas. Ketika handphone saat di dalam kelas tidak di nonaktifkan jadi ada kemungkinan dapat mengganggu proses belajar karena bisa saja terdengar bunyi telepon atau sms yang masuk. Oleh karena itu pihak sekolah harus benar-benar memberi peringatan jika ada siswa yang tidak menonaktifka handphone saat di dalam kelas agar proses belajar dapat berjalan dengan lancar dan efektif. Dan berdasarkan hasil wawancara yang penulis lakukan pada pihak sekolah bahwa jika ada siswa yang ketahuan memainkan handphone pada saat pelajaran berlangsung maka handphonenya akan disita dan akan dikembalikan jika orang tua/wali siswa yang mengambilnya kesekolah. 78 Tabel 25 Siswa memainkan handphone saat pelajaran belangsung No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu - - 2 Sering 8 15% 3 Kadang-kadang 22 40% 4 Tidak Pernah 25 45% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (15%) siswa menyatakan sering memainkan handphone saat pelajaran berlangung, kemudian (40%) siswa menyatakan kadang-kadang memainkan handphone saat pelajaran berlangung dan (45%) siswa menyatakan tidak pernah memainkan handphone saat pelajaran berlangung. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa masih banyak siswa yang terkadang bahkan sering memainkan handphone saat pelajaran berlangung. Hal tersebut merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi proses belajar, siswa yang memainkan handphone saat pelajaran berlangung dapat dipastikan dia tidak akan kosentrasi dalam menerima pelajaran yang disampaikan oleh guru di kelas dan pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat prestasi siswa. Tabel 26 Siswa menyontek dengan mengunakan handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 79 1 Selalu - - 2 Sering 2 4% 3 Kadang-kadang 7 13% 4 Tidak Pernah 46 83% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan sering menyontek dengan menggunakan handphone, kemudian (13%) siswa menyatakan kadang-kadang menyontek dengan menggunakan handphone dan (83%) siswa menyatakan tidak pernah menyontek dengan menggunakan handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa tidak pernah menyontek dengan menggunakan handphone walaupun memang masih ada siswa yang menggunakan handphone sebagai alat untuk menyontek. Tabel 27 Siswa bermain facebook/twitter di handphone saat pelajaran berlangsung No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 2 4% 2 Sering 8 15% 3 Kadang-kadang 15 27% 4 Tidak Pernah 30 54% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan selalu bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung, (15%) siswa menyatakan sering bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung, kemudian (27%) siswa menyatakan kadang- 80 kadang bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung dan (54%) siswa menyatakan tidak pernah bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa walaupun sebagian besar siswa tidak pernah bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung tetapi masih banyak juga siswa yang terkadang bermain facebook/twitter melalui handphone saat pelajaran berlangsung. Hal tersebut penulis telah mengamati sendiri karena hampir 50% penulis berteman dengan siswa SMP Negeri 66 di facebook dan memang masih banyak juga siswa yang bermain facebook/twitter saat pelajaran berlangsung. Biasanya facebook/twitter itu digunakan untuk update status dan kebanyakan mengupdate tentang kondisi saat mereka belajar. Tabel 28 Guru memainkan handphone saat mengajar No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu - - 2 Sering 1 2% 3 Kadang-kadang 34 62% 4 Tidak Pernah 20 36% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan guru sering memainkan handphone saat mengajar, kemudian (62%) siswa menyatakan guru kadang-kadang memainkan handphone saat mengajar dan (36%) siswa menyatakan guru tidak pernah memainkan handphone saat mengajar. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa masih banyak guru yang terkadang menggunakan handphone saat 81 mengajar. Secara tidak langsung hal tersebut sudah mencerminkan contoh yang kurang baik kepada siswa. Tabel 29 Guru mengajar dengan metode yang bervariasi No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 12 22% 2 Sering 23 42% 3 Kadang-kadang 18 32% 4 Tidak Pernah 2 4% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (22%) siswa menyatakan guru selalu mengajar dengan metode yang bervariasi, (42%) siswa menyatakan guru sering mengajar dengan metode yang bervariasi, kemudian (32%) siswa menyatakan guru kadang-kadang mengajar dengan metode yang bervariasi dan (4%) siswa menyatakan guru tidak pernah mengajar dengan metode yang bervariasi. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar guru mengajar dengan metode yang bervariasi akan tetapi tidak sedikit guru yang hanya terkadang mengajar dengan metode yang bervariasi. Kreatifitas seorang guru dalam mengajar merupakan hal yang penting dalam proses belajar mengajar di kelas. Siswa tidak akan memainkan handphone yang mereka punya kalau mereka merasa nyaman dan senang dengan pelajaran yang diajarkan denga metode yang bervariasi. Kalau guru tidak pernah mengajar dengan metode yang bervariasi maka siswa akan merasa jenuh dan sebagai pelariannya mereka memainkan handphone. 82 Tabel 30 Pihak sekolah mengadakan razia handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Prosentase 1 Selalu 1 2% 2 Sering 6 11% 3 Kadang-kadang 39 71% 4 Tidak Pernah 9 16% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan pihak sekolah selalu mengadakan razia handphone, (11%) siswa menyatakan pihak sekolah sering mengadakan razia handphone, kemudian (71%) siswa menyatakan pihak sekolah kadang-kadang mengadakan razia handphone dan (16%) siswa menyatakan pihak sekolah tidak pernah mengadakan razia handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pihak sekolah terkadang mengadakan razia handphone. Tabel 31 Pihak sekolah mensosialisasikan dampak negatif handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 16 29% 2 Sering 25 45% 3 Kadang-kadang 13 24% 4 Tidak Pernah 1 2% Jumlah 55 100% 83 Tabel di atas menunjukkan bahwa (29%) siswa menyatakan pihak sekolah selalu mensosialisasikan dampak negatif dari handphone, (45%) siswa menyatakan pihak sekolah sering mensosialisasikan dampak negatif dari handphone, kemudian (24%) siswa menyatakan pihak sekolah kadangkadang mensosialisasikan dampak negatif dari handphone dan (2%) siswa menyatakan pihak sekolah tidak pernah mensosialisasikan dampak negatif dari handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa pihak sekolah sangat sering mensosialisasikan dampak negatif dari handphone. Hal tersebut dilakukan pihak sekolah sebagai salah satu cara untuk meminimalisis penyalahgunaan dari penggunaan alat komunikasi handphone. Tabel 32 Siswa malas belajar akibat bermain handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 6 11% 2 Sering 13 24% 3 Kadang-kadang 17 31% 4 Tidak Pernah 19 34% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan selalu malas belajar akibat bermain handphone, (24%) siswa menyatakan sering malas belajar akibat bermain handphone, kemudian (31%) siswa menyatakan kadang-kadang malas belajar akibat bermain handphone dan (34%) siswa menyatakan tidak pernah malas belajar akibat bermain handphone. 84 Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian siswa terkadang malas belajar akibat bermain handphone bahkan ada juga siswa yang sering malas belajar akibat bermain handphone. Tabel 33 Siswa lupa membuat PR akibat bermain handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 1 2% 2 Sering 13 24% 3 Kadang-kadang 28 50% 4 Tidak Pernah 13 24% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (2%) siswa menyatakan selalu lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone, (24%) siswa menyatakan sering lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone, kemudian (50%) siswa menyatakan kadang-kadang lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone dan (24%) siswa menyatakan tidak pernah lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa terkadang lupa mengerjakan PR akibat bermain handphone. Hal ini membuktikan bahwa handphone mempunyai pengaruh yang negatif yaitu dapat melupakan tugas dan kewajiban. Tabel 34 Siswa menelepon di atas pukul 21.00 WIB No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 85 1 Selalu 3 5% 2 Sering 6 11% 3 Kadang-kadang 19 35% 4 Tidak Pernah 27 49% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (5%) siswa menyatakan selalu menelpon di atas pukul 21.00 WIB, (11%) siswa menyatakan sering menelpon di atas pukul 21.00 WIB, kemudian (35%) siswa menyatakan kadang-kadang menelpon di atas pukul 21.00 WIB dan (49%) siswa menyatakan tidak pernah menelpon di atas pukul 21.00 WIB. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa masih banyak siswa yang menelepon di atas pukul 21.00 WIB. Tabel 35 Siswa belajar kelompok di rumah No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 2 4% 2 Sering 14 25% 3 Kadang-kadang 36 65% 4 Tidak Pernah 3 6% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (4%) siswa menyatakan selalu belajar kelompok di rumah, (25%) siswa menyatakan sering belajar kelompok di rumah, kemudian (65%) siswa menyatakan kadang-kadang belajar kelompok di rumah dan (6%) siswa menyatakan tidak pernah belajar kelompok di rumah. 86 Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa siswa jarang mengadakan belajar kelompok di rumah. Tabel 36 Siswa mengaktifkan handphone 24 jam No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 28 51% 2 Sering 5 9% 3 Kadang-kadang 17 31% 4 Tidak Pernah 5 9% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (51%) siswa menyatakan selalu mengaktifkan handphone 24 jam, (9%) siswa menyatakan sering mengaktifkan handphone 24 jam, kemudian (31%) siswa menyatakan kadang-kadang mengaktifkan handphone 24 jam dan (9%) siswa menyatakan tidak pernah mengaktifkan handphone 24 jam. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar siswa selalu mengaktifkan handphone 24 jam. Tabel 37 Orang tua mendampingi siswa saat belajar di rumah No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 6 11% 2 Sering 6 11% 3 Kadang-kadang 28 51% 4 Tidak Pernah 15 27% 87 Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukkan bahwa (11%) siswa menyatakan orang tua selalu mendampingi saat belajar di rumah, (11%) siswa menyatakan orang tua sering mendampingi saat belajar di rumah, kemudian (51%) siswa menyatakan orang tua kadang-kadang mendampingi saat belajar di rumah dan (27%) siswa menyatakan orang tua tidak pernah mendampingi saat belajar di rumah. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar orang tua jarang mendampingi anaknya saat belajar di rumah. Ini dibuktikan dari 51% orang tua yang terkadang dan 27% tidak pernah mendampingi anaknya belajar di rumah. Hal ini menunjukan bahwa kurangnya pengawasan dan perhatian yang diberikan orang tua pada anaknya bisa saja karena tidak didampingi orang tua saat belajar maka ketika anak itu mulai jenuh meraka bukan belajar malah memainkan handphone. Tabel 38 Orang tua menasehati tentang dampak negatif handphone No Alternatif Jawaban Frekuensi Persentase 1 Selalu 21 38% 2 Sering 13 24% 3 Kadang-kadang 14 25% 4 Tidak Pernah 7 13% Jumlah 55 100% Tabel di atas menunjukan bahwa (38%) siswa menyatakan orang tua selalu menasehati tentang dampak negatif handphone, (24%) siswa menyatakan orang tua sering menasehati tentang dampak negatif handphone, kemudian (25%) siswa menyatakan orang tua kadang-kadang menasehati 88 tentang dampak negatif handphone, dan (13%) siswa menyatakan orang tua tidak pernah menasehati tentang dampak negatif handphone. Berdasarkan jawaban responden tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa sebagian besar orang tua selalu menasehati tentang dampak negatif handphone kepada anaknya. C. Analisis Data Seperti yang penulis ungkapkan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah antara variabel X (penggunaan alat komunikasi handphone) dan variabel Y (aktivitas belajar siswa) terdapat hubungan positif yang signifikan. Untuk itu menggunakan rumus korelasi product moment untuk mengetahui apakah ada hubungan positif yang signigfikan atau tidak diantara kedua variabel tersebut. Adapun untuk mencari angka indeks korelasi “r” product moment tersebut, maka langkah yang ditempuh adalah: 1. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (X) penggunaan alat komunikasi handphone. 2. Menghitung berdasarkan skor aslinya untuk variabel (Y) aktivitas belajar siswa. 3. Scoring, diteliti jumlahnya kemudian dimasukan kedalam tabel kerja atau tabel perhitungan yang terdiri dari enam kolom. Tabel 39 Indeks Korelasi Antara Pengaruh Penggunaan Alat Komunikasi Handphone (HP) terhadap Aktivitas Belajar Siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan No Responden 1 X Y XY X² Y² 40 32 1280 1600 1024 2 46 42 1932 2166 1764 89 3 41 38 1558 1681 1444 4 39 42 1638 1521 1764 5 49 47 2303 2401 2209 6 46 47 2162 2116 2209 7 48 45 2160 2304 2025 8 41 45 1845 1681 2025 9 43 44 1892 1849 1936 10 43 44 1892 1849 1936 11 43 39 1677 1849 1521 12 36 40 1440 1296 1600 13 46 42 1932 2116 1764 14 50 41 2025 2500 1681 15 51 42 2142 2601 1764 16 47 42 1974 2209 1764 17 44 40 1760 1936 1600 18 40 42 1680 1600 1764 19 50 48 2900 2500 2304 20 52 44 2288 2704 1936 21 46 46 2116 2116 2116 22 50 45 2250 2500 2025 23 46 44 2024 2116 1936 24 49 50 2450 2401 2500 25 40 33 1320 1600 1089 90 26 41 42 1722 1681 1764 27 47 45 2115 2209 2025 28 49 45 2205 2401 2025 29 39 46 1749 1521 2116 30 50 46 2300 2500 2116 31 42 45 1890 1764 2025 32 51 47 2397 2601 2209 33 48 47 2256 2304 2209 34 43 40 1720 1849 1600 35 45 43 1935 2500 1849 36 43 44 1892 1849 1936 37 47 40 1880 2209 1600 38 41 39 1599 1681 1521 39 39 32 1248 1521 1024 40 47 41 1927 2209 1681 41 42 43 1806 1764 1849 42 50 42 2100 2500 1764 43 42 45 1890 1764 2025 44 48 41 1968 2304 1681 45 49 45 2205 2401 2025 46 43 42 1806 1849 1764 47 48 47 2256 2304 2209 48 41 40 1640 1681 1600 49 49 46 2254 2401 2116 91 50 43 44 1892 1849 1936 51 47 44 2068 2209 1936 52 42 42 1764 1764 1764 53 44 40 1760 1936 1600 54 41 34 1394 1681 1156 55 39 32 1248 1521 1024 N=55 ∑X=2466 ∑Y=2333 ∑XY=105496 ∑X²=111939 ∑Y²=99849 4. Setelah diketahui N=55, X=2466, Y=2333, XY=105496, X²=111939, Y²=99849. Maka dapatlah dicari indeks korelasinya, dengan menggunakan rumus sebagai berikut: rxy N∑ XY – (∑X)(∑Y) = (𝑵∑𝑿² − (∑𝑿)²) (𝑵∑𝒀² − (∑𝒀)²) Keterangan: Rxy : Angka indeks “r” product moment (antara variabel X dan Y) N : Number of cases ∑XY : Jumlah hasil perkalian antara skor X dan Y rxy = ∑X : Jumlah seluruh skor X ∑Y : Jumlah seluruh skor Y N∑ XY – (∑X)(∑Y) (𝑁∑𝑋² − (∑𝑋)²) (𝑁∑𝑌² − (∑𝑌)²) = 55 . 105496 – (2466 ) (2333 ) (55 . 111939 − 2466 2) (55 . 99849 − 2333 2 ) 92 5802280 – 5753178 = 6156645 − 6081156 (5491695 − 5442889) = 49102 75489 (48806) = 49102 3684316134 = 49102 60698,57 = 0, 808 Dari perhitungan di atas ternyata angka korelasi antara variabel X dan variabel Y bertanda positif, hal tersebut dengan memperhatikan besarnya rxy yang diperoleh yaitu sebesar 0, 808. Ini berarti terdapat korelasi positif antara penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan. D. Interpretasi Data Untuk memberikan interpretasi terhadap rxy dapat ditempuh dengan dua macam cara, yaitu: a. Memberi interpretasi sederhana Apabila hasil tersebut diinterpretasikan secara kasar atau sederhana dengan mencocokan hasil perhitungan dengan angka indeks korelasi “r” product moment. Ternyata besarnya rxy (0,808) yang besarnya berkisar antara 0,70 – 0,90 berarti korelasi positif antara variabel X dan variabel Y terdapat korelasi kuat atau tinggi. b. Memberikan interpretasi terhadap rxy dengan jalan berkonsultasi pada nilai “r” product moment dengan jalan: 93 1. Dikemukakan kembali hipotesis penelitian, yaitu: Hipotesis nol, disingkat (Ho) Ho: Tidak terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Hipotesis kerja atau disebut dengan Hipotesis alternatif (Ha) Ha: Terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa. 2. Menguji kebenaran dari hipotesis yang telah dirumuskan dengan jalan membandingkan besarnya “r” product moment dengan “r” yang tercantum dalam tabel “r” pada taraf signifikasi 5% dan 1% namun terlebih dahulu mencari drajat bebasnya (db) atau dregrees of freedom (df) dengan menggunakan rumus: Df = N – nr keterangan: Df : Degrees of freedom N : Number of cases nr : Banyaknya variabel yang dikorelasikan Df = N – nr = 55 – 2 = 53 Dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata df 53 tidak terdapat dalam tabel, maka kita pakai df 50. Maka dengan df sebesar 50 diperoleh nilai “r” tabel pada taraf signifikan 5% sebesar 0,297, sedangkan pada taraf signifikan 1% diperoleh niali “r” tabel sebesar 0,361. ternyata rxy yang (besarnya = 0,808) adalah jauh lebih besar daripada “r” tabel (yang besarnya 0,297 dan 0,361). Karena rxy lebih besar dari “r” tabel, dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. karena terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap 94 aktivitas belajar siswa. Hal tersebut artinya bahwa semakin banyak siswa mempergunakan alat komunikasi handphone maka semakin berdampak negatif terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan. Adapun penghitungan Koefisien Determinasi (KD) yang digunakan untuk mengetahui kontribusi (sumbangan) yang diberikan variabel X terhadap variabel Y dengan menggunakan rumus: KD = r² x 100% Keterangan: KD = Koefiensi Determinasi ( kontribusi variabel X terhadap Variabel Y) r = Koefiensi korelasi antara variabel X dengan variabel Y KD = r² x 100% = 0,808² x 100% = 0,652864 x 100% = 65,28% Dari perhitungan tersebut diperoleh KD 65,28% maka dapat diketahui bahwa penggunaan alat komunikasi handphone mempengaruhi aktivitas belajar siswa sebesar 65,28% yang artinya handphone mempunyai pengaruh yang cukup buruk terhadap aktivitas belajar siswa. Selain itu dari narasi perhitungan manual yang penulis lakukan yaitu dari data yang tertera dalam nilai tabel di atas, setelah dianalisis antara variabel X (sebagai angket penggunaan alat komunikasi handphone) dan variabel Y (sebagai angket aktivitas belajar siswa) hasilnya yang memiliki angka lebih tinggi yaitu penggunaan alat komunikasi handphone sebesar 38 responden dan hasil yang lebih rendah adalah aktivitas belajar siswa yaitu sebesar 15 responden dan yang memiliki hasil sama besar antara penggunaan alat komunikasi handphone dan aktivitas belajar siswa hanya 2 responden. Maka berdasarkan analisis tersebut dapat diambil kesimpulan juga bahwa penggunaan alat komunikasi handphone dikalangan pelajar mempunyai pengaruh yang kuat atau tinggi terhadap aktivitas belajar siswa baik itu di sekolah ataupun di rumah. BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah penulis lakukan, yatitu yang berjudul pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar siswa SMP Negeri 66 Jakarta Selatan. Akhirnya penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa: Ada hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Hal ini dibuktikan dari hasil yang diperoleh yaitu dengan menggunakan rumus korelasi product moment, diperoleh angka indeks korelasi sebesar 0,808 yang berkisar antara 0,70 – 0,90, ini berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel X dan variabel Y yaitu korelasi yang Kuat atau tinggi. Kemudian dengan memeriksa tabel nilai “r” product moment ternyata dengan df sebesar 50 pada taraf signifikan 5% diperoleh “r” tabel sebesar 0,297, selanjutnya pada taraf signifikan 1% diperloleh angka sebesar 0,361. jika dilihat pada angka “r” tabel tersebut maka rxy jauh lebih besar daripada “r” tabel, pada taraf signifikan 5% (0,808 > 0,297) maupun pada taraf signifikan 1% (0,808 > 0,361). Dengan demikian hipotesis alternatif (Ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. karena terdapat hubungan positif yang signifikan antara penggunaan alat komunikasi handphone (HP) terhadap aktivitas belajar siswa. Hal tersebut artinya bahwa semakin banyak siswa 95 96 mempergunakan alat komunikasi handphone maka semakin berdampak negatif terhadap aktivitas belajar siswa di SMP Negeri 66 Jakarta Selatan. Sebagian besar penggunaan handphone dikalangan pelajar memberikan pengaruh terhadap aktivitas belajar siswa. Hal ini terlihat dari hasil perhitungan kontribusi (sumbangan) penggunaan alat komunikasi handphone terhadap aktivitas belajar yaitu sebesar 65,28%. Hambatan aktivitas belajar siswa memang tidak sepenuhnya disebabkan akibat penggunaan alat komunikasi handphone yang dimiliki siswa, namun besar kemungkinan handphone tersebut memang sudah menjadi salah satu dari faktor yang dapat mempengaruhi terhambatnya aktivitas belajar siswa baik itu belajar di sekolah ataupun di rumah. Hal ini dibuktikan dengan 100% siswa telah memiliki handphone dan di samping itu adanya ketergantungan siswa pada handphone. B. Saran Sebagaimana yang penulis telah ungkapkan pada bagaian awal penelitian bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana aktivitas belajar siswa baik di sekolah maupun di rumah dan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh handphone terhadap aktivitas belajar siswa. Berdasarkan hasil penelitian ini, maka penulis mengajukan saran, sebagai berikut: 1. Dengan dibuktikannya bahwa penggunaan alat komunikasi handphone mempunyai pengaruh yang negatif terhadap aktivitas belajar siswa, berarti penggunaan alat komunikasi handphone dikalangan pelajar harus mendapatkan perhatian yang lebih dari semua pihak. 2. Kepada para guru agar lebih memperhatikan para siswa yang membawa handphone dalam lingkungan sekolah terlebih lagi di dalam kelas jangan sampai siswa menyalahgunakan fungsi handphone kepada fungsi negatif seperti memainkan handphone saat pelajar berlangsung yang dapat dipastikan hal tersebut akan mempengaruhi 97 aktivitas belajar siswa yang dapat menyebakan tidak berhasilnya proses belajar mengajar di dalam kelas. Di samping itu untuk para guru agar memberi peringatan keras pada siswa yang ketahuan memainkan handphone di dalam kelas saat pelajar berlangsung. 3. Kepada pihak sekolah agar senatiasa memberikan arahan dan bimbingan bisa berupa sosialisasi kepada siswa tentang pengaruh penggunaan alat komunikasi handphone baik itu pengaruh positif terlebih lagi pengaruh negatifnya. Sebagai salah satu cara meminimalisir penyalahgunaan alat komunikasi handphone tersebut, dan kepada pihak sekolah agar selalu menciptakan situasi belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga proses belajar dapat berjalan dengan lancar demi terwujudnya tujuan pendidikan yang diharapkan. 4. Kepada orang tua agar tidak terlalu memanjakan anaknya dengan membelikan handphone yang berlebihan seperti handphone yang begitu lengkap featurenya dan mahal harganya. Hal tersebut dapat mempengaruhi perkembangan anak dan aktivitas belajar siswa. Apabila anak sudah mempunyai handphone agar lebih diperhatikan dan dikontrol dalam menggunakan alat komunikasi handphone tersebut. Jangan sampai keseharian anak tersebut hanya sibuk memainkan handphone hingga lupa akan tugas dan kewajibannya yaitu untuk belajar. Selain itu kiranya orang tua mendampingi anakanaknya ketika belajar di rumah karena hal tersebut sangat penting agar tercipta hubungan yang harmonis. 5. Bagi siswa seluruhnya agar dapat lebih bijaksana menyikapi kemajuan teknologi seperti perkembangan alat komunikasi handphone dengan memanfaatkan sebagaimana fungsinya, jangan sampai kemajuan teknologi tersebut mambawa dampak negatif bagi kita semua. DAFTAR PUSTAKA Basuki, Sulistyo, Dasar-dasar Teknologi Informasi, Jakarta: Universitas Terbuka.Depdikbud, Cet. 1, 1998. Bell Greadler, Margaret E., Belajar dan Membelajarkan (Terjemahan), Jakarta: PT. RajaGrafinda Persada, Cet. II, 1994 Bunga Kehidupan, Pengaruh Handphone terhadap www.bbawor.blogspot.com, Jakarta, 23 Desember 2010 Pelajar, Cangara, Hafied, Pengantar Ilmu Komunikasi, Jakarta: PT. RajaGrafinda Persada, 2007. Darmawan, Deni. Dkk., Dasar Teknologi Informasi dan Komunikasi, Bandung: UPI PRSS, Cet. I, 2006. Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, , Edisi ke-III, Cet –IV, 2007. Dradjat, Zakiah. Dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara, Cet. 1, 1995. Effendi, E. Usman dan Praja, Juhaya S., Pengantar Psikologi, Jakarta: PT. Angkasa Bandung, 1989. Effendy, Onong Uchjana, Ilmu Komunikasi Teori dan Komunikasi, Bandung: PT. Remaja RosdaKarya, Cet. IX, 2005. Hamalik, Oemar, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Bumi Aksara, Cet. XI, 2011. Juliantara, Ketut, “Aktivitas Belajar”, www.Edukasi.Kompasiana.com, 27 November 2010 Kountur, Ronny, Metode Untuk Penulisan Skripsi & Tesis, Jakarta: CV.Taruna Grafika, Cet ke-1, 2003. Langit, Dewa, “Fungsi Handphone bagi Masyarakat Indonesian”, www.Dewalangit.com, 23 Desember 2010. Mudzakir, Ahmad dan Sutrisno, Joko, Psikologi Pendidikan, Bandung: Pustaka Setia, 1997. M. Anton. Moeliono. Dkk., Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus Besar Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 1995. M. Arief Mansurm, Didik, Cyber Law Aspek Hukum Teknologi Informasi, Bandung: PT Rapfika Aditama, Cet. 1, 2005. Narbuka, Cholid. Ahmad, Abu., metodologi penelitian Jakarta: Bumi Aksara, Cet. VI, 2004. Nasution, Hoeni, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Direktorat Jenderal Kelembagaan Agama Islam, 1997. Roxyhp, “Merek Hp Baru”, www.Roxyhp.com, 23 April 2011. Sabri, Alisuf, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, Cet II, 1996. Sardiman, A.M., Interaksi & Motivasi Belajar, Jakarta: Rajawali Pers, Cet. X 2003. Soemanto, Wasty, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta, Cet V, 2006. Soenarjo, R.H.A. Dkk. Al-Qur’an dan Terjemah, Jakarta: Departemen Agama RI, 1971. Sudjiono, Anas, Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2009. _____, Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, 2006. Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT Rineka Cipta, Cet. Ke X, 1992. Sujanto, Agus, Psikologi Umum, Jakarta: PT. Bumi Aksara, , Cet. XII, 2004. Sukmadinata, Nana Syaodih, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Cet. V, 2009. _____, Metode Penelitian Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarta, Cet. II, 2006. Suralaga, Fadilah, Dkk., Psikologi Pendidikan dalam Perspektif Islam, Jakarta: UIN Jakarta Press, Cet. I, 2005. Suryabrata, Sumadi Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada, Cet. IX, 1995. _____, Psikolgi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008. Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, Cet. VII, 2002. Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Jakarta: Prenada Media Group, Cet. III, 2010. Uno, Hamzah B, Orientasi Baru dalam Psikologi Pembelajaran. Jakarta:Bumi Aksara, Cet. IV, 2010. Uswatun, Dampak Positif dan Negatif HP bagi www.edukasi.kompasiana.com, Jakarta, 23 Desember 2011 Pelajar, Wasito, Herman, Pengantar Metodologi Penelitian, Jakarta, PT. Gramedia Pustaka Utama, 1992. Zambrana. A., “Pengertian Handphone”, www.Mokletrpl2.Blogspot.com, 23 Desember 2010. Zaki, Ali, Memanfaatkan Beragam Perangkat Teknologi Digital, Jakarta Salemba Infotek, 2008.