persetujuan antara pemerintah republik indonesia dan pemerintah
Transcription
persetujuan antara pemerintah republik indonesia dan pemerintah
PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS DEMOKRATIK SRI LANKA MENGENAI PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka (selanjutnya disebut sebagai "Para Pihak"); Mengingat persahabatan dan hubungan kerjasama yang telah terjalin antara kedua negara dan rakyatnya; Bermaksud untuk menciptakan kondisi yang menguntungkan bagi penanaman modal oleh para penanam modal dari satu Pihak diwilayah Pihak lainnya didasarkan atas kedaulatan yang sama dan saling menguntungkan; dan Mengakui bahwa Persetujuan Peningkatan dan Perlindungan atas Penanaman Modal tersebut akan mendorong untuk merangsang kegiatan investasi di kedua Negara; Telah menyetujui sebagai berikut : PASAL I DEFINISI Untuk tujuan Persetujuan ini : 1.. Istilah "penanaman modal" hams diartikan sebagai segala bentuk aset yang ditanam oleh para penanam modal dari satu Pihak di wilayah Pihak lainnya, sesuai dengan peraturan hukum dan perundang-undangan yang berlaku, mencakup tetapi tidak terbatas pada: a. benda bergerak dan tidak bergerak termasuk hak-hak lain yang berkaitan dengan kekayaan seperti mortgage, hak istimewa, dan jaminan serta hak-hak serupa lainnya; 2. b. hak-hak yang diperoleh dari saham, surat obligasi atau setiap bentuk lainnya dari basil bunga dalam perusahaan atau usaha patungan di wilayah Pihak lain; c. tagihan atas uang atau tagihan atas setiap pelaksanaan yang mempunyai nilai keuangan; d. hak atas kekayaan intelektual, proses teknik, muhibah, dan keahlian; e. konsesi usaha yang diberikan oleh undang-undang atau berdasarkan kontrak yang bertalian dengan penanaman modal termasuk konsesi untuk mencari atau mengeksploitasi sumber daya alam. Istilah "penanam modal" bagi masing-masing Pihak, terdiri dari: (i) (ii) seseorang yang mempunyai kewarganegaraan dari satu Pihak; badan hukum yang sah sesuai dengan hukum yang berlaku dari satu Pihak; 3. Istilah "tanpa penundaan" dianggap telah dipenuhijika suatu transfer dilakukan dalam jangka waktu yang lazim dipersyaratkan dalam praktek keuangan internasional. 4. Istilah "wilayah" harus diartikan sebagai: a. Dalam hubungan dengan Republik Indonesia: Wilayah Republik Indonesia yang ditetapkan dalam perundangundangannya. b. Dalam hubungan dengan Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka: Wilayah Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka termasuk wilayah perairannya dan udara diatasnya dan zona maritim termasuk Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen di mana Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka mempunyai kedaulatan, hak berdaulat pada jurisdiksi eksklusif sesuai dengan hukum yang berlaku, Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hukum Laut tahun 1982 dan Hukum Internasional. 2 PASAL II PENINGKATAN DAN PERLINDUNGAN ATAS PENANAMAN MODAL 1. Masing-masing Pihak hams mendorong dan menciptakan iklim yang menguntungkan bagi penanam modal dari Pihak lain untuk menanam modal di wilayahnya, serta mengizinkan penanaman modal tersebut sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku. 2. Penanaman modal oleh penanam modal dari masing-masing Pihak setiap waktu hams diperlakukan secara wajar dan seimbang serta hams mendapat perlindungan dan keamanan yang memadai di wilayah Pihak lain. PASAL III KETENTUAN PERLAKUAN NEGARA SAHABAT 1. Masing-masing Pihak hams menjamin perlakuan yang wajar dan seimbang bagi penanaman modal dari penanam modal Pihak lain dan hams tidak memgikan dengan tindakan yang tidak beralasan atau diskriminasi, pelaksanaan, manajemen, pemeliharaan, penggunaan, pemilikan atau pengaturan oleh penanam modal tersebut. 2. Lebih khusus, masing-masing Pihak hams memperlakukan penanaman modal dalam hal apapun hams tidak boleh kurang menguntungkan daripada yang diperoleh penanaman modal yang dilakukan para penanam modal dari Negara Ketiga. 3. Jika satu Pihak memberikan perlakuan khusus kepada penanam modal dari Negara Ketiga berdasarkan persetujuan mengenai pembentukan kesatuan pabean, kesatuan ekonomi, kesatuan moneter atau bentuk serupa lainnya, atau berdasarkan persetujuan yang mengarah pada kesatuan dari institusi atau berdasarkan persetujuan intemasional atau pengaturan yang berkaitan dengan perpajakan seperti penghindaran pajak berganda, Pihak tersebut tidak wajib memberikan perlakukan khusus kepada penanam modal dari Pihak lainnya. 3 PASAL IV PENGAMBIL-ALIHAN Masing-masing Pihak harus tidak melakukan tindakan apapun dari pengambil-alihan, nasionalisasi, atau segala bentuk pencabutan hak milik lainnya, yang berakibat sama dengan nasionalisasi atau pengambil-alihan terhadap penanaman modal dari penanam modal Pihak lainnya kecuali berdasarkan syarat-syarat di bawah ini: (a) tindakan dilakukan untuk kepentingan hukum atau kepentingan umum, dan yang sesuai dengan proses hukum; (b) tindakan tidak berdasarkan diskriminasi; (c) tindakan yang disertai dengan ketentuan untuk pembayaran ganti rugi yang cepat, memadai dan efektif. Besarnya ganti rugi harus sesuai dengan harga pasar yang pantas tanpa penundaan sebelum tindakan pencabutan hak milik diumumkan. Harga pasar tersebut harus ditentukan sesuai praktek-praktek dan metode-metode yang diakui secara internasional, atau bilamana harga pasar yang pantas tidak dapat ditetapkan, ganti rugi tersebut harus merupakan jumlah yang wajar sebagaimana disetujui bersama antara para Pihak, dan jumlah tersebut harus dapat ditransfer secara bebas dari Pihak yang bersangkutan dalam mata uang yang dapat digunakan secara bebas. PASAL V GANTI RUGI ATAS KERUGIAN Penanam modal dari satu Pihak, yang penanaman modalnya di wilayah Pihak lain mengalami kerugian karena perang atau kontlik bersenjata, revolusi, negara dalam keadaan darurat, pemberontakan, kerusuhan atau huru-hara di wilayah Pihak lainnya, harus diberikan perlakuan oleh Pihak tersebut terakhir berkenaan dengan restitusi, indemnifikasi, ganti rugi atau penyelesaian lainnya, tidak boleh kurang menguntungkan daripada yang diberikan dalam keadaan yang sama kepada penanam modal sendiri atau penanam modal dari negara ketiga, yang mana lebih menguntungkan bagi penanam modal yang bersangkutan. 4 PASAL VI TRANSFER 1. 2. Masing-masing Pihak harus menjamin berdasarkan hukum dan peraturan yang berkaitan dengan penanaman modal oleh penanam modal dari Pihak lainnya, memperkenankan penanam modal tersebut untuk melakukan transfer tanpa penundaan atas: a. laba, bunga, dividen dan penghasilan lainnya; b. dana-dana yang dibutuhkan (i) untuk akuisisi bahan baku atau bahan pembantu, barang setengah jadi ataupun barang jadi, atau (ii) untuk mengganti aset modal guna melindungi kesinambungan penanaman modal; c. dana tambahan yang dibutuhkan untuk pengembangan penanaman modal; d. dana pembayaran pinjaman; e. royalti atau biaya; f. pendapatan perorangan yang berkaitan dengan penanaman modal; g. basil penjualan atau likuidasi dari penanaman modal; h. ganti rugi atas kerugian; t. ganti rugi atas pengambil-alihan. Transfer tersebut harus dilakukan sesuai dengan nilai tukar yang berlaku pada saat. dilakukan transfer dengan memperhatikan transaksi berjalan dalam mata uang yang akan ditransfer. 5 PASAL VII SUBROGASI Jika penanaman modal dari penanam modal Pihak lainnya diasuransikan untuk risiko non komersial sesuai sistem hukum yang berlaku, setiap subrogasi dari penanggung atau penanggung-ulang atas hak penanam modal tersebut sebagaimana persyaratan asuransi diakui oleh Pihak lainnya, tetapi bagaimanapun bahwa penanggung atau penanggung-ulang tidak berhak untuk melakukan haknya selain daripada hak yang seharusnya dilakukan. PASAL VIII PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTARA PENANAM MODAL DAN PIHAK 1. Setiap Perselisihan antara Pihak dan penanam modal Pihak lainnya, mengenai penanaman modal Pihak yang disebut terakhir di wilayah yang disebut sebelumnya, harus diselesaikan secara damai melalui konsultasi dan negosiasi. 2. Jika perselisihan tersebut tidak dapat diselesaikan dalam waktu enam bulan sejak tanggal pemberitahuan tertulis oleh salah satu Pihak yang meminta penyelesaian secara damai, perselisihan tersebut atas permintaan penanam modal yang bersangkutan harus disampaikan melalui prosedur hukum yang berlaku di Pihak yang bersangkutan atau kepada arbitrasi intemasional atau konsiliasi sebagai prosedur yang pasti. 3. Masing-masing Pihak setuju untuk menyerahkan setiap perselisihan yang timbul antara Pihak dan penanam modal dari Pihak lainnya mengenai penanaman modal dari penanam modal tersebut di wilayah Pihak terdahulu kepada Pusat Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal Intemasional (International Centre for Settlement of Investment Disputes I ICSID) untuk penyelesaian melalui konsiliasi atau arbitrasi berdasarkan Konvensi Penyelesaian Perselisihan Penanaman Modal antara Negara dengan Penanam Modal (Convention on the Settlement of Investment Disputes between States and National of Others States) yang ditandatangani di Washington, D.C., pada tanggal 18 Maret 1965. 6 PASAL IX PENYELESAIAN PERSELISIHAN ANTAR PmAK MENGENAI PENAFSIRAN DAN PENERAPAN PERSETUJUAN Perselisihan antar Pihak mengenai penafsiran atau penerapan Persetujuan ini hams diselesaikan melalui saluran diplomatik. PASAL X PEMBERLAKUAN PERSETUJUAN Persetujuan ini berlaku terhadap penanaman modal oleh para penanam modal dari Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka di wilayah Republik Indonesia yang telah mendapat izin sebelumnya sesuai dengan Undang-undang Republik Indonesia No. 1 tahun 1967 mengenai Penanaman Modal Asing dan setiap undang-undang yang mengubah atau menggantikannya, dan terhadap penanaman modal oleh penanam modal dari Republik Indonesia di wilayah Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka yang telah mendapatkan persetujuan secara khusus tertulis dan telah mendapatkan izin sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku berkaitan dengan Penanaman Modal Asing di Sri Lanka. PASAL XI PENERAPAN KETENTUAN-KETENTUAN LAIN Apabila ketentuan hukum dari salah satu Pihak atau kewajiban berdasarkan hukum intemasional yang berlaku sekarang atau dibuat di masa depan antar Pihak sebagai tambahan terhadap Persetujuan ini yang memuat peraturan, baik umum maupun khusus, yang memberi hak penanaman modal oleh penanam modal dari Pihak lainnya yang lebih menguntungkan daripada persetujuan ini, maka peraturan yang lebih menguntungkan yang berlaku. PASAL XII KONSULTASI DAN PERUBAHAN 1. Masing-masing pihak dapat meminta diadakannya konsultasi mengenai setiap masalah yang menyangkut Persetujuan ini. Pihak lain hams mempertimbangkan usulan tersebut dan mengupayakan kesempatan untuk berkonsultasi. 7 2. Persetujuan ini dapat diubah setiap waktu, ji ka dianggap perlu, dengan kesepakatan bersama. PASAL XIII MULAI BERLAKU, JANGKA WAKTU DAN PENGAKBIRAN 1. Persetujuan ini mulai berlaku 3 (tiga) bulan terhitung sejak tanggal pemberitahuan terakhir oleh setiap Pihak setelah penyelesaian prosedur ratifikasi masing-masing Pihak. Persetujuan ini berlaku untuk masa 10 tahun dan akan terus berlaku 10 tahun berikutnya dan seterusnya, kecuali salah satu pihak memberitahukan secara tertulis tentang pengakhirannya satu tahun sebelum masa Persetujuan ini berakhir. 2. Dalam hubungannya dengan penanaman modal yang dilakukan sebelum tanggal pengakhiran Persetujuan ini, ketentuan-ketentuan dari Pasal I sampai XII akan tetap berlaku untukjangka waktu 10 tahun berikutnya terhitung sejak tanggal pengakhiran Persetujuan ini. SEBAGAI BUKTI, yang bertandatangan di bawah ini yang diberi kuasa penuh oleh Pemerintah masing-masing telah menandatangani Persetujuan ini. DIBUAT dalam rangkap dua di Jakarta pada tanggal .. J9. ...JY.~i.. .... 1996 dalam Bahasa Indonesia, Sinhala dan Inggris. Semua naskah mempunyai kekuatan hukum yang sama. Jika terdapat perbedaan mengenai penafsiran, maka naskah dalam bahasa Inggris harus berlaku. UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA UNTUK PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS DEMOKRATIK SRI LANKA Signed Signed ALI ALATAS LAKSHMAN Kj\DIRGAMAR Menteri Luar Negeri Menteri Luar Negeri 'i/~sm8cJ:> dmcdeJ od""'~ ~ e<Cl gd)ts):>2Sl§~ o&.>dv1~ dmcd&J dd""o1 ~r»6 ~:>e"")dm gv~Dm"" oro d~v60Jc..1 Bi~ @~ga3 ( G3ro Cjb) 0~0(.jU mutJ~tJ)JO ~JOOOtl (j~Sf)~ rvrob) G~GOl») ,_J ._I IAl'-1 ~15)s25}8cJJ ZDodGd odcJbl',,.., 13)0 G8~ a GO:.J)J gdJZ»J~~~ tj~Jt>th~ dZDo~fad dZDt<lJV~ ~5)0 of)&)Z)) Ljffic; tJffiGcJlWt»J o& c;!'.'>JJ '-I dDJLltH'5)2.SGcJl>) nd:>l»o!UcJ ~ro ~Gl5)1.5:>25)2.S GJ"GJ gGwjd25) 0'5) 6@uJ f)11Ji mug~~JO ;:,JOtraU(j~ tJ:,5):5)825! r'.JG~{~ ffiE)g~~:>O u:>l':5G~UGcJ &C:G;i~ BmOE:lm cr-:>Gc.j)d Z)) ~ml Wt))i5>6 e:>tMDou:""~ ~iD1 ._j 1• £oGc ,~c;roE@ l'Stc c;, "Cf!:>GcJ:>d '5l" w~G8& ar;;,1 mugH.!5>:>6 03Csc~E)"'~ G~ffdc,j :.5tC .1 OJO ~f) Gd ~§df»f)G() ~~~t) q! Gl»~ 0JO~tJGc3 tf36)l.5)3~ Ej']b~ c+8cJjd25)(j ZS)O.~ CaJZJ) q510 ' o() :J>f)c5 ·'.f:>ti>:>OcJZS) Gcd E)t)}ZJ)~ qc;rod Sot d(:;em)) ~~ ~ ~it>iocl f)~ ,§b~ vEhD a G!lLB6l5) tj3J G25)J 8U: - - 2 - ( q!J ) ~ G~~ mvg®J)J6 t'.}JO WVGd Gc;csac.'.} 5L GDIJUO '& tc;§£5)6 'GV G~ tJ8JmdV(3 ~ G U G~ Gc)J GffiJ ;.)~ rove w GJlB) t) O(; ffi:> Gmj q;l~ <f~Q)ro q ltJEV , ~JGc.5jd'5lcJU (fc'.;J~. @~tJJ2l cJc)GJ ' Gffil rn5l GcJb~ Grol oiVi G0(5) <- U ZJJ030e5'> <+~f?JID; c...J (I) ( II ) -~ m ~ cgE:J Gd ~§cJ cJuGS) q.c;rod 5)6~ ClG~ • cl :>8t» ~518c.'.> gc;'01c825! c; , - 3 3. " e·o):>~3Jt)" cJO) oc;GcJoi dmi.5o1Z5)o gc;c oovcJ q.3E) CJ:>61l25mGcJD! ·2JolE)~ tjswrowGcJ~ £)cJ~b) ~Je ~3JE)cl q:z ~~{)) 09 ( ~) '5)0E_) Cl~G q c; rot.3 r.)JO~ CzG~ • 025)5 ~LlcJ:> dlilodcJ t.'.)dQ)roCJGcJ3) md ZJ)C ·~~5b18cJJ dO)Od GJ ~~GcJ~ ~ @ m~ GZ5)GOm ~a dmcSdGd Gc;'0dcJ qc;md ~6~ ClG~ • ~@ vcu&, 1932 S5 ~S)cJ 6 6~ vclo~ d:>b)~GGi tja~5)cj()u)' ' d:> !5)L5ro!))O ~B;cj()cl ~~3fCV t)~ d25>0dGJ cl~Jwo~ i.5cJ,d00v6 q ~~ cJ om q:~~zj) &covclm3 3cs;~wo Gc;69J(j c,,m ._J OOe'.125)25)a cp~C~ es>CJdcJc; ~li5[D ' ~ C~J gdJ6}J~gt:)} ~6cJ ~ro dD ~roe~ 8 tJ ~JdVJr~ d25)0d'GJ SS ~e~ ~v'-'<; ~zr5flJ t)~ dmcSdGd ac;~'-' ~c;md ~6~ cza~ . I• fJci> ~~ mtj{'j~~)J6 u:>Cs~vcJ t))a G~CJcJ 5lC c'fJGcJjd?5) B@ qeao ._J ...... g~ q ~o, ~ a ~§a@ ~~v b~5 §cDm alc;c;m~ g~c; G~. 4~ - 4 - 2. I• d:i 3tsJZL~Gc£' -+:iGwJd25lDGD tj:>Q,cS0l gi£t:lromt» CJlQlf.)GC <:;z£5)~ e>D tJC!)WCJ mtS}c.5~ :r::>)O; ~ ';) d:i§(;.)13?J1 Jt):i e3GrocJua ,l))se>25lJt:>~cS©:icJ ~ ou~~t1:imzm a, tjo m6 ~w, ul~~@v~a, ~orocS©Jc.5 cJ25l ~Dg~t>cu (f'CJJU>Ol:il Ge5. 8 Gd GUO)d;,))~ E>oG0 Grol' @cJJV§~ (3Z5)3[;)}\S~:r5~ c; (5)325) -On1 ~ mvg@z::i::i6 0J0 '1~t)c..J v8<5! tJ'~5 ~:>GcJjdrnac D geh · t>cl c.poQ~ -JV CJro dl5l t>c5 oz(3z8 cJ g01 3. 2. c:lzczBiccD utn Gm:i cp Gc3d' 25lUC D c; zZliV (j 3. Cf~ ·eJzcz£1c ccl tS)uo q:t>duJE)~; guc; ·,::J&5 (JP\\, cJ • ._, ....... l)~ m~q~.'.JlJc5 o:iornt>cJcl ci) c5z;c~c CJ<XS)~ '~JC5C3l:S) 00(5)~ a ';) is ~ '-' wom~ Grol, Gl)}JGffiJ d° 005 D15)5 ~J(J;J)l)J ' "t BrogLJGel @agCj fJ0(;1eJ GZ5'JJ Gm:>cl cpcJOJ'5) mug~ 3@or Gffil I , -~ mag@o):>O -~ro, g~JO ~.J q:z55c;au £5lfj<3c;rn Cf!B£6zt5>Je 030 ueJ &c aro®GcJb~ Gllb ·; c:::: ( v~ )g ·~~~ ~CJ roqtetD@ s~ <?-' :> eeGm~ QC€Q C(Q8 cszcoc:oa e ~emG o- ~Q~~ 2i9.G ~~ iqG~'CGG ~ct2Gf)~2 9cmQaG ~2m ~~ 29ce pem~~ f'8Q~vQm 9c~esm~ '· Q ~<w~m ~9CQCC'J CQQ (S)JSlQ. ~c::iBm Q a(Qca CQ8 i.: ~s cQib 9ccgr,::;SGm ):'.'c _._. DnP v QCQ !;;>s ~6 ~ 0csz gcQ8 ~Y 8G8 '.fill8 ~2Q ~ <s:l c::i fQem~ Dcs:i;t. .... @2C£ C(Q8 u e;J CQQ2C'j Q~m t QcQB ~~G~ r Q<9:~ @~ m~ m~csc""@ ~m~e iQD8rn Q 9(.Q5:~m<Qc_o '908 QG~2Q)(Q2!;;> C{.')CQ,P(S}~ G© CCQS[lffi m~ce 'GQCCQ8 ~Qf)~7Q2C? p2Q8 ffi~C@ " Q(f.)(0 ~ -· ems (_Q(Q cl. U•J ffiOE(.)CC')@ .... &. -· t..a ,__, Q CS2r;DQC© ~CQ8 cl. s~ n. """ "-": S@ Q ( 2i?) t{.')@ 5© Q- ( cib ) C{.')@ (Q8f"'lC') & \:. u \'..:.: r··, C()).8 f"'l~C')C')f"IC~ ~<ao:>CQ·CQ d. ~ \.::' ( c..J .,, - : (") ?Qf} .... ((;CS') C(Q8 ' :t-) WJ~C?~ tl'" ~L: ..... CC"© tm8 Q8r><~ ;b ©r.:>:><oi! ciC')cgn9 lQ.~c;i. Q.<Q~O<C'J u cl. D ~•.,..., 0m tdU ~ r ">:~ ~ ~ . ~ c.u (S) flC0 >& ~ ?QoC2 p C')Q.C!;;>C(")© (QCffi8C(<z8 l ri@0r.CQ" \.::' ~:: ~. '-' ?QCWJni?' 0'5.!8 l.~ ~"'80<~ ~C'lC2p' tm8 p90(~ ~ d. ~· fJ , ' ,..., c. u 1-QC'lQt CQ_pp9ct ho in"'~9cp £>8Gr~co pttCL~bG~ ~(9,8£b '' r.)C f8QD ~c::iec::i~ ~m~ ?Qe ' ~e~ DQ~~co 9c@~SG~ FO- IPG· @~~ ~Qt C"~OOQ t-.1 r ~ ·"' ~C') "'~~cc<z8 ~e~2@ CQG8 CJG~ s:ico 9c~erJ~~ Q Qro l" <qC')~(Q CO u u 1"' CCJ~O ecG M8QP<) QCQ i- ~-- & 9t@Qb()(S) (52(28 if;; ~CQ 'b ti.... d. '-' ®5.) 8{3 QC52 srie~~ cp oee2cg2e s© Q.- ~(Q ~ <m.'J8rtpc9 C9,Q [ii?a 6DC!2G8 - g - )l , f):>e9a:i Qe£J Q~ G~ c;!:>C?8 \[:(~2CQ e~~QQ (Q(?~~ ~8 -· e cc-; CQ~QL~ G Qill2 ""'~PI"'®Ct (Q(S)8 f:CID8CCQ© f1 G~ cm~ @~2m ccg~ 'C<l:>CQ~~ 1; ~ QQ'b ( 11 ) csz;>cQ~CQ 'rtQ6 <!":?9ctQoQ (ct)) ( I) '~DC~ctJ (Q(Q~Q6 p CSZQ8 ffie'J e~oC(S}C~' ~~ecG ~et>' N~ - : C? (qt:) «J ~~ ~8~GtQ (QQ8 Q8~§ 29c~ QCGO 02:b C')n ~ ib ) (Q~'~2D Gte e? <~6:, Qn Q.:1 {.')Q~ ~CQ 9c~~sG~ ~ cGrn ,?8 ( Q- QG© (~:,9 9CJQ±: pm~ ~9.G iQD8C?~©~'-'J CQfJ,f{.')8C;b f'8G~>lco 9 c~esQ~ f!csze t ~SC3 "'G~ ~m 9c~e5c3~ f1et- ~G •1 epcsz -,.. ,u 29(@ C?~IDQ I/\ • {.') £CQ8 i<Z~G ~e ~cg £)G9~ r Dr~~Q§cm £ffi8 ,kQ ~il C?cf.}c~~ pC2Q8 £ffi8 ~oS D()<~2!;> i~QC!lc:;~2C? ~ d. C" c.. .> ~:z~ib i'2{;')~Q 1-· £1328 ,kQ ~tb ,--. DQ~ ~co 9c~~c-JG~ <E Qe ~ o i9.SQ Q@'22G28 QG CQ (QQ59 QQQC2pfD8tib ?QC'.}. ~e(~~cp f'8~) QCO occ:: @Em~ pcg9cl; ~QQ8tQ~8 ~C()~~)C<r?S' <;'{£~2(.C'J C2p m@' 9CQCQQ 2£98(3 ~pep' ~~2Gc; ~p2~' copQ~ 9~ro <.Q~cp' G~PQ' ~Q2m CJSl.~Q~ frt!28~· f Cl.'D8C(9,8 dP ~ ~?Q C?P:D~8 CQDQf?)9- CQ ~~Q tm~ ~CQ C?~illQ /\ - - 0._, oc@eBo~ ~G- •I - 7 ef.:>Gcld25>(j~ E>zfj ~~ E)o~D ~vwl.5 <:f~l'.5)6 ( q.z) c;o~c;c, ( qt ) 0:> d n OoCS£ G1»3 G ro:> b~ CSJ:>cl5'i , ( GJ) d?>ia t:5>z25>z~tllm<>csJ <HOz~a , ca) q.3G{jjd25>CA'> t)f>)~a~ GroJ c:r.iu6 E>oea'5! ero3' eze&@ §c;e' 0:>5 GV~GV~ ( G) C~~) 2. -t) c;e:>o~ Roa 9 V~ , Gt>~evi>! g e~ Q)5 eh6z E)o~ t))~ g~ecl &,6z ~~ s~ f)25f)3ro6 §e;eero gvb0>25> m~ec;~DeD q.c;:>6 V25> ooa en6z @oG~ ~25>0 Q)G- of)clf)25> El25le1c.J <l~O:>t»c.J <l~t) (3 • t)6) ffie)~~ZS>:>6 O:>~~f)c.,iZS) d:>@Z5)Gc..iZS2GID ef3Gc.J)d@ E>:>OO G25>:>V25> '-' q.E>c;:>@~ GU~Gv@ ~@c..i c..iDet» du:>Ot)) 6~~ @ac..i~ (jQG~ 6~~ (;))6 S)G~ 25)d, <;c;Je 6cl~ZS>cj3 Grn~eroi& g~6~..,Z5)c..iJ -t)~ 6clfE''4.1 @®"' ~~v ~~3c d30)l5)c.,i,Gm e,8§,t)3.f3ZS>§ ~©) ef.3<3~Ga 'P ;oa£'51 ef.:>Gc;m25)c.J ,..,,.., G~ mE qG25>~ O~CSJb) g:Jt ,... cj. m~t;))~ q.zb} q.~§cj() f)t}3 .......... ml:S~c.J r1S~ tJ~ m6tJatS>36 ._I "' uGe0ZJ), q:~JC ' ,... ;'\ ~:>t»ZS)~Ju DzCj ~C3§)c..iw~ 0<~0t))c..')3() ~~~ OJC.JCJt.l ,...~~;"\ GS>o~u G25>JGm:Jol 8~ - 8 - E>m~cJ v Ill dl5)l:))(3~ tJG> @"se)1S>36 oi~CIE> ~O>Grs q!l6:>ge ~6gc £1oa I• d:1rnt5>GcJQ2 tJt~ ~JGcJfd'l5>cJf.)~ tJ~&mDGcJm mo G~f)cJ ~ro d3 @~cJJ oful mu m~{j)J cJ~ tD O mvge1~o CfJOJ3Ccl' GtJGrnJcl 03Z5)t}03 a@m gCDc; ccJ Gf)o~ t}cj v~J m~ g~ 2. ~Gd Q groc; §>03G' <f Gl>1cl ~3~ f)(j Gf)U) aoa~ o t>?l 03(51:&)"'"'~ t3B~ ))J ~c.'.)Ejclcb1zs! c;i~~ 5~ ~l>1Gd &>o cJ5) ?.'.i)Jc ·C3~3vz;) 6'~ J &5 q303e @()gde5>J0 e5JCScQVcJ 213~ CJCO~ GmJ', c..fas. ms!oK> 3. ()E)~t)(j[;S)() Gror 8. m"' ~03c t5>6 G25)3mzE1 q!Lll.5)0 (3&253 oe>@ Bu §oa~u @cJJ a:iomcJZS>U G,roJ ~aav~ t5l c t)cl mvg ~"5ll6 o:.~~~ G~~ '5(~ ~G25)l;)~ m~g§2;})J0 rnoffit)GJ dJ E)~G~ tJtl q!JG<J3tfo)(j~ oe)&~WG<Jro bf;; O:>~ mV<J o ro d":>@l:))(j() ~ ~6 ~ iS) t)l>) <JeJ ~'f:>OJSCcl GVG~:> o) -Dw, I 965 6'lc:h G'ZS>:> () 18 t)~ c;J Gel:> ..... zj5Do1 ZSl& l>) cc; OJ d 2.5cJb1 wm ~:>G<Jjdl>) cpOJ~C '--' Groi GGl6z8 £lot)c ._, §oG · o) Gccl' w. E. ro Gt)l>)6) RoGe) m6vc5 w cldf.5l}) ~6a d(;ffi3 t)E)Jt)) O:>d D<J~ro ·t'.53§1.S>8m ef 5)0 Ode2~cJ ...J l:))Q2S} ~ <JUG 1 'P tjC)@ Bi'.:?.tJ " JG'cJkf~ §oG8vi' Q:30Jf)G ~ - 9 - o@&~ GcJ~ mvgdl5>:id rn:>~JoG aJ(;m aclsd ~~ ~ , ,.., C' J ,..., ti e5J~Z5>c:lbJ Ge; OlCs l~U q.O)d lfla 825l ·~:>C:5JSG 6:lz;} ~~ £1ou0 z~c5mzs, ._j ,, , cj?'ll ._j ....., ::'I ~ c;, t.562 q:'. JGcJJtl~uCu d~ tJ~Q)z,bG ·:.J~ c+ c;:i 6 fJ . t1@o5) 3• ,.. ~ R C~)JGl.J ZS) ~ es BwgvJ (S)~D)J 3 'P cc; 02>15;;8cJJ db10dGd ej3@Z5>3 2D m~ge3W130 Gc;o3CS~VG'd ~)t.)6 mo c~(J[J) o:i CSmt) 'Pr • uG<'.; cJ ctJGc:lJ- q!~t:J ZD c~v5) GCCJ ~~ otD -sw1:iu ~ C~JGV G~CSdcJ 0i60 Dzc;'c:; CS) b~Z))J Gm! GeJ @tlgau ~a0>0El 'c;z'5>U ~ oeG25) G'ed' ~ Gti:J 3t:Jc; ;a tj(jrJO.,rn ef ~V ~L~ 0~3(j() @f-jg@ZS1:id d:io1JS25!0>6 mScJ c:lUGzs! Dm~3 q~t) 10~ - 10 - Grol, GOJ_<;G~ G'MGMcl £)~{}~ G'(3fj G'~ ID~CJGao) OzCG025l t:iiG.?cA)cr v8J I c.izCZ))ccvcl vcu wei t)lt) mtig~t»J6 m8~vGd q:G'25lZ,) G~ m~, VfJ:> VJOc;JcJt)) mv~0 q:~&8:> j)colf)zt;)EJGJ cJt>l ~ ~ I• . w d35)2S)cjz;! tJtJ1 e+:>GwJ'dtiJ ga,v:.C.,o tJ &5 6§ G~ 3. G0 mag0D +<:;J\$ Z5)U6 !>)Oz~ ~~ rocl .:5U~Oz (S)l,25) t5)cgZ5£ cvvD 0~ o:>o mv0"'?>! 25>86 o:>o&ivcJ~1 ~8?>! Gm) +Gt»~ oJo mv GcJ~ QCC"' q:G25l~ o:aCs c~t:k., ~8253' GeJ. roi§ GcjJ'd25l:>u Gl;))Gom tJJ~!:5>~8°' Geo q:ucJ. ,.Je 2. fJlGrom q:G25l2.S:>25ll..S ~25lie> ealJ 08~ eJ~t})JVG<:Jm ~G<n tJG0Z)) mcJ -cJC25>J rucJ ftc;mcl ~t)~,oiuu ~cJ g~3. Q!Ond.25 01e tJa "'i3 mzm mzg1 mGcJJZ'.5! Gti • x 111 8ml>!5"' G~ mvga, eJcJ t))ro3oz §CG~ q!t02JZ'.>!1:))0 @cJJ BJOm G.'.)~go ZJ)c ruC)O q:~fiia0 0~ .@ug~.!:>)16 03o~ScJ4>~ v3?>! G'Ub) +G:6)b~ o:>o&e"" (3ocJITiw C1z~d~G~ ~25)GJ Bo ~~ ehCJcJW>U og Q)cmz~ @cJ:>:>1a~ ~"' st)~ mt3ga, 3. c;CJ tJ(j q: Gm3'8 v2)() ~scz 5 t;f5) l5}J(; ~0Jvi»D ~e(S)i~v b)w<J g~ <+36zc;'c;(.J)() GOO l>cJ etclmz<3au !Jo~ I I .S, ca G) n. 0 ~ Q~ 9l• CJ) CJ cE' t;, ~ C> Q tr. ,g f ~c {;'! ~ :::J CD Q. i;a. o..· (!) ~ .... g, © ... Cl. QI CA a.. G) c... 9) LC ,g Cl • g +& r Ql) ....CA G c;;> c en c ~ t~ (~ .... .!) CJ n. ~ t;, C> tc ,g ....{;'! © g) g. © 9l.., ~ CJ) cc :::s ~ a. CD ...s © CA.. °'ca.. 9>a.. ~· s> ~... G) CJ .el G) (!) JH (0 a.. g.. I::!! CA es. G)a. c... g ... ~ 9 +& J) c ~ 9l GI ~ (()) g.., gn G) Bl .{) ~ 0... G) 0 CA" g .... ( ";) G) CJ Q ~ c ~) ~ c1t;~ m 4 l9l C.> .... .!) c £1 (tJ a ..... CJ ..... g.., CJ c @.! .... a_ m c (C) (.~ CA B g ...@) ~ c (i> ~ B @ 0 f}: 9l C> C.ll k'... C> .... 0 9l• c G) CD • a ~ CA el co .!) ~ • ~ ~) ~ 9l; m ~ l!2S . ,. ~) .....g • ~ Ql) O:l a g C> c: CA (~ <>) J) 0 9l ~; (!) c 9l g ... "- cg; G) c 91.. G) .n m CJ a g @) ..... SJ c::;.. "'1 © C> OJ .{) ) G> B .{)) _R. G> .{) (£) ,g ~ s 91.. +a c ~ m f? ..,. g GJ g © 9l,, G) s... °'ca.. ~ C'..D ~) ~ lC> .....CA 8 CJ CY (.I) ~ .{) G> c ..... C> .... 9.. CJ c r.n ,g G) CD • Q .{) c!;?; CJ G) Gl 8l CJ t aG) G.D Cl CJ x -.{) ~ C> .... .... ~ ~ 0 ill) £J !25.. (') G) c9l.., ~ G) ~..D C> .... . (\ c g) .{) ) CJ 9l CJ {;'! (!., G 91.. 891.. ~) CA• (£) CJ CJ CJ D 9l CJ es UJ CJ g (!) g., (tJ ...c g s.. a C> ~... .{) (! ~ le.> c ....CA LJ) 9- £1 ,..... ....C> c 9) CA~ w g © G> GJ c 6 ~ to 9 (,) c 8) Ct © t.n ~J) SJ CJ lC GJ (!l) @j) ~ 91.. G) 8l CJ G) CJ I\) ~ G) B . g.., 8) ~ LC> B .... G> a< ~ C> ~ ca Q) 9l.., ~ G) 9l ~... c .... .. ~ - (!.) c G) CJ g ~) © .... Ctll C> _R, (d.., 9l .{)) ~ CJ G) c CA m 0) t C> C> 9l gs £1 G> .....8 c CJ Co !2}) ~ .{) ..... 9l.., C>< l9l 9) LJ) QI 0 c ~ lC g.., ~ Cl • ~ AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE DEMOCRATIC SOCIALIST REPUBLIC OF SRI LANKA CONCERNING THE PROMOTION AND PROTECTION OF INVESTMENTS The Government of the Republic oflndonesia and the Government of the Democratic Socialist Republic of Sri Lanka (hereinafter referred to as "Contracting Parties"); Bearing in mind the friendly and cooperative relations existing between the two countries and their peoples; Intending to create favourable conditions for investments by nationals of one Contracting Party in the territory of the other Contracting Party on the basis of sovereign equality and mutual benefit; and Recognizing that the Agreement on the Promotion and Protection of such Investments will be conducive to the stimulation of investment activities in both countries; Have agreed as follows : ARTICLE I DEFINITIONS For the purpose of this Agreement : 1. The term "investments" shall mean any kind of asset invested by nationals of one Contracting Party in the territory of the other Contracting Party, in conformity with the laws and regulations of the latter, including, but not exclusively : a. movable and immovable property as well as other related property rights such as mortgages, privileges, and guarantees and any other similar rights; 2. b. rights derived from shares, bonds or any other form of interest in companies or joint venture in the territory of the other Contracting Party; c. claims to money or to any performance having a financial value; d. intellectual property rights, technical processes, know-how; e. business concessions conferred by law or under contract related to investment including concessions to search for or exploit natural resources. goodwill and The term "nationals" shall comprise with regard to either Contracting Party: (i) (ii) natural persons having the nationality of that Contracting Party; legal persons constituted under the law of that Contracting Party; 3. The term "without delay" shall be deemed to be fulfilled if a transfer is made within such period as is normally required by international financial practices. 4. "Territory" shall mean : a. In respect of the Republic of Indonesia : The territory of the Republic of Indonesia as defined in its laws. b. In respect of the Democratic Socialist Republic of Sri Lanka: The territory of the Democratic Socialist Republic of Sri Lanka including its territorial waters and the air space above it and other maritime zones including the exclusive Economic Zone and continental shelf over which the Democratic Socialist Republic of Sri Lanka has sovereignty, sovereign rights on exclusive jurisdiction in accordance with its laws in force, the 1982 United Nations Convention on the Law of the Sea and International Law. 2 ARTICLE II PROMOTION AND PROTECTION OF INVESTMENTS 1. Either Contracting Party shall encourage and create favourable conditions for nationals of the other Contracting Party to invest in its territory, and shall admit such capital in accordance with its laws and regulations. 2. Investments of nationals of either Contracting Party shall at all times be accorded fair and equitable treatment and shall enjoy adequate protection and security in the territory of the other Contracting Party. ARTICLE III MOST-FAVOURED-NATION PROVISIONS 1. Each Contracting Party shall ensure fair and equitable treatment of the investments of nationals of the other Contracting Party and shall not impair, by unreasonable or discriminatory measures, the operation, management, maintenance, use, enjoyment or disposal thereof by those nationals. Each Contracting Party shall accord to such investment adequate physical security and protection. 2. More particularly, each Contracting Party shall accord to such investments treatment which in any case shall not be less favourable than that accorded to investments of nationals of any third State. 3. If a Contracting Party has accorded special advantages to nationals of any third State by virtue of agreements establishing customs unions, economic unions, monetary unions or similar institutions, or on the basis of interim agreements leading to such unions of institutions or by virtue of any international agreement or arrangement relating to taxation such as double taxation, that Contracting Party shall not be obliged to accord such advantages to nationals of the other Contracting Party. 3 ARTICLE IV EXPROPRIATION Each Contracting Party shall not take any measures of expropriation, nationalization or any other dispossession, having effect equivalent to nationalization or expropriation against the investments of a national of the other Contracting Party except under the following conditions : (a) the measures are taken for a lawful purpose or public purpose and under process of law; (b) the measures are non discriminatory; (c) the measures are accompanied by provisions for the payment of prompt, adequate and effective compensation. Such compensation shall amount to the fair market value without delay before the measure of dispossession became public knowledge. Such market value shall be determined in accordance with internationally acknowledged practices and methods or, where such fair market value cannot be determined, it shall be such reasonable amount as may be mutually agreed between the Contracting Parties hereto, and it shall be freely transferable in freely usable currencies from the Contracting Party. ARTICLE V COMPENSATION FOR LOSSES Nationals of one Contracting Party, whose investments in the territory of the other Contracting Party suffer losses owing to war or other armed conflict, revolution, a state of national emergency, revolt, insurrection or riot in the territory of the latter Contracting Party, shall be accorded by the latter Contracting Party, as regards restitution, indemnification, compensation or other settlement, treatment not less favourable than that which would be accorded in the same circumstances to its own nationals or nationals of any third state, which ever is more favourable to the nationals concerned. 4 ARTICLE VI TRANSFER 1. 2. Either Contracting Party shall guarantee within the scope of its laws and regulations in respect to investments by nationals of the other Contracting Party grant to those nationals without delay, the transfer of: a. profits, interests, dividends and other current income; b. funds necessary (i) for the acquisition of raw or auxiliary materials, semi fabricated or finished products, or (ii) to replace capital assets in order to safeguard the continuity of an investment; c. additional funds necessary for the development of an investment; d. funds in repayment of loans; e. royalties or fees; f. earnings of natural persons; g. the proceeds of sale or liquidation of the investment; h. compensation for losses; 1. compensation for expropriation. Such transfer shall be made at the prevailing rate of exchange on the date of transfer with respect to current transaction in the currency to be transferred. ARTICLE VII SUBROGATION If the investments of a national of the one Contracting Party are insured against noncommercial risks under a system established by law, any subrogation of the insurer 5 or re-insurer to the rights of the said national pursuant to the terms of such insurance shall be recognized by the other Contracting Party, provided, however, that the insurer or the re-insurer shall not be entitled to exercise any rights other than the rights which the national would have been entitled to exercise. ARTICLE VIII SETTLEMENT OF DISPUTES BETWEEN NATIONALS AND THE CONTRACTING PARTY 1. Any dispute between a Contracting Party and a national of the other Contracting Party, concerning an investment of the latter in the territory of the former, be settled amicably through consultations and negotiations. 2. If such a dispute cannot be settled within a period of six months from the date of a written notification either party requested amicable settlement, the dispute shall, at the request of the national concerned, be submitted either to the judicial procedures provided by the Contracting Party concerned or to international arbitration or conciliation. 3. Each Contracting Party hereby consents to submit any dispute arising between that Contracting Party and a national of the other Contracting Party concerning an investment of that national in the territory of the former Contracting Party to the International Center for Settlement of Investment Disputes for settlement by conciliation or arbitration under the Convention on the Settlement of Investment Disputes between States and Nationals of other States opened for signature at Washington D.C., on 18 March 1965. ARTICLE IX SETTLEMENT OF DISPUTES BETWEEN THE CONTRACTING PARTIES CONCERNING INTERPRETATION AND APPLICATION OF THE AGREEMENT Disputes between the Contracting Parties concerning the interpretation or application of this Agreement should, if possible, be settled through diplomatic channels. 6 ARTICLE X APPLICABILITY OF THIS AGREEMENT This Agreement shall apply to investments by nationals of Sri Lanka in the territory of the Republic of Indonesia which have been previously granted admission in accordance with the Law No. 1of1967 concerning Foreign Investment and any law amending or replacing it, and to investments by nationals of the Republic of Indonesia in the territory the Democratic Socialist Republic of Sri Lanka which have been specifically approved in writing and granted admission in accordance with applicable laws and regulations relating to Foreign Investment in Sri Lanka. ARTICLE XI APPLICATION OF OTHER PROVISIONS If the provisions of law of either Contracting Party or obligations under international law existing at present or established hereafter between the Contracting Parties in addition to the present Agreement contain a regulation, whether general or specific, entitling investments by nationals of the other Contracting Party to a treatment more favourable than is provided for by the present Agreement, such regulation shall to the extent that it is more favourable prevail over the present Agreement. ARTICLE XII CONSULTATION AND AMENDMENT 1. Either Contracting Party may request that consultations be held on any matter concerning this Agreement. The other Party shall accord sympathetic consideration to the proposal and shall afford adequate opportunity for such consultations. 2. This Agreement may be amended at any time, if deemed necessary, by mutual consent. 7 ARTICLE XIII ENTRY INTO FORCE, DURATION AND TERMINATION 1. The present Agreement shall enter into force three months after the date of the latest notification by any Contracting Party of the accomplishment of its internal procedures of ratification. It shall remain in force for a period of ten years and shall continue in force thereafter for another period of ten years and so ,forth unless denounced in writing by either Contracting Party one year before its expiration. 2. In respect of investments made prior to the date of termination of this Agreement becomes effective, the provisions of Article I to XII shall remain in force for a further period of ten years from the date of termination of the present Agreement. IN WITNESS WHEREOF, the undersigned, duly authorized thereto by their respective Governments, have signed this Agreement. Done in duplicate at Jakarta on .... !~... J~~ and English languages. ............... 1996, in Indonesian, Sinhala, All texts are equally authentic. If there 1s any divergence concernmg the interpretation, the English text shall prevail. FOR THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA ,..., ~ r j FOR THE GOVERNMENT OF THE DEMOCRATIC SOCIALIST REPUBLIC OF SRI LANKA ~ __.? ~OA ~a.4..1 ~·!-:- JJ-> ,~ ALI AL..jlTAS LAK:::::Jt.ADIRGAMAR Minister for Foreign Affairs Minister of Foreign Affairs
Similar documents
MAKSUD
(2) MsP ini akan tetap berlaku untuk jangka waktu dua (2) tahun dan dapat diperbaharui untukjangka walctu dua (2) tahun melalui persetujuan tertulis dari Para Pihak: (3) Salah satu Pihak dapat meng...
More information